Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMBAHARUAN ISLAM DI PAKISTAN (IQBAL DAN ALI JINNAH)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM

Dosen Pengampu :

Dr. Zuhri, M. Ag

Disusun oleh :

Kelompok 7

Ade Raymondo Saputra ( 12110114979 )

Amnan Arpasadi Parinduri (12110112505)

KELAS 3-F FIQIH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan dan keteguhan hati dalam menyelesaikan tugas pembahasan silabus
Pemikiran Modern Dalam Islam ini. Sholawat beserta salam semoga senantiasa
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi tauladan para umat
manusia yang merindukan keindahan surga.

Tujuan dari pembuatan tugas pembahasan Pembaharuan Islam di


Pakistan :Iqbal dan Ali Jinnah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
Dosen mata kuliah Pemikiran Modern Dalam Islam, serta untuk menambah ilmu
pengetahuan tentang Pembahasan Pembaharuan Islam di Pakistan :Iqbal dan Ali
Jinnah. Pada kesempatan ini, kami juga berterima kasih kepada Bapak Dr. Zuhri,
M.Ag yang telah membimbing kami dalam penulisan tugas Pembahsan Pembaharuan
Islam di Pakistan :Iqbal dan Ali Jinnah Sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan
baik.

Akhir kata, semoga tugas Pembahsan Pembaharuan Islam di Mesir:


Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh yang kami buat ini dapat bermanfaat
bagi semua yang membacanya terutama bagi diri kami sendiri. Penulis meminta maaf
apabila terdapat kesalahan pada penulisan makalah ini dan dengan tangan terbuka
kami menerima saran terhadap makalah yang kami sajikan ini untuk perbaikan di
masa yang akan datang.

Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pekanbaru, 14 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan 5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6

A. Biografi Ali Jinnah...............................................................................................................6


B. Sejarah Negara Islam Pakistan di Bawah Kepemimpinan Muhammad Ali Jinnah .............7
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perjuangan Muhammad Ali Jinnah Dalam Membentuk
Negara Pakistan ...................................................................................................................9
D. Biografi Muhammad Iqbal...................................................................................................11
E. Corak Pemikiran Iqbal .........................................................................................................14

BAB III PENUTUP...................................................................................................................16

A. Kesimpulan ..........................................................................................................................16
B. Saran 16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pakistan merupakan salah satu Negara Islam yang besar di dunia. Terdapat
monument hidup qualu-t-azam Muhammad Ali Jinnah dengan usaha yang tidak jemu-
jemunya, keinginannya yang tinggi dan berani mempersatukan kaum muslimin di India
dibawah bendera Liga Muslim. Dan mengukir sebuah tanah air yang merdeka. Semua itu
dilakukan di bawah tantangan Nasional Kongres yang didukung oleh orang Hindu dan
pemerintahan colonial Inggris.

Kaum Muslim amat terkejut melihat kemajuan yang telah dicapai Barat.
Melihat kondisi seperti itu, ulama Islam abad Kesembilan Belas mencoba
merenungkan apa yang seharusnya dilakukan kaum Muslim, agar dapat meraih
kembali kemajuan yang pernah dicapainya. Kesadaran seperti inilah yang pada
gilirannya dapat melahirkan ide dan gagasan pembaruan di berbagai dunia Islam
salah satunya Muhammad Iqbal di India. Tulisan ini dengan pendekatan sosio-historis
bermaksud menelusuri dan mengungkap pemikiran pembaruan pendidikan menurut
Muhammad Iqbal (1877- 1938 M) semenjak ia meraih gelar doktor dalam bidang
filsafat pada tahun 1907 sampai wafatnya tahun 1938.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana biografi Ali Jinnah dan Muhammad Iqbal
2. Bagaimana sejarah pakistan pada masa kepemimpinan Ali Jinnah.
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi perjuangan Ali jinnah.
4. Bagaimana pemikiran pembaruan islam Ali Jinnah dan Muhammad Iqbal.
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Biografi Ali Jinnah dan Muhammad Iqbal.
2. Untuk mengetahui pemikiran pembaruan Ali Jinnah dan Muhammad Iqbal.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perjuangan Ali Jinnah
4. Mengetahui pemikiran pembaruan islam Ali Jinnah dan Muhammad Iqbal

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Ali Jinnah


Muhammad Ali Jinnah (lahir Mahomedali Jinnahbhai; 25 Desember 1876
– 11 September 1948) adalah seorang pengacara, politikus, dan pendiri Pakistan.
Jinnah menjabat sebagai pemimpin Liga Muslim Seluruh India dari tahun 1913
hingga berdirinya Pakistan pada 14 Agustus 1947, dan kemudian sebagai
Dominion gubernur jenderal pertama Pakistan sampai kematiannya. Dia
dihormati di Pakistan sebagai Quaid-i-Azam ("Pemimpin Besar") dan Baba-i-
Qaum ("Bapak Bangsa"). Ulang tahunnya diperingati sebagai hari libur nasional
di Pakistan.
Berasal dari keluarga yang cukup mapan, Muhammad Ali Jinnah tumbuh
sebagai seorang anak remaja yang tidak begitu berminat terhadap dunia
pendidikan. Muhammad Ali Jinnah merupakan anak seorang saudagar yaitu
ayahnya bernama Jinnah Poonjah, seorang pria yang kaya raya pada waktu itu
dan ibunya bernama Mithibbai.
Ketika menginjak umur sepuluh tahun, ia dikirim orang tuanya belajar di
Bombay selama satu tahun, kemudian pulang ke Karachi dan melanjutkan
pelajarannya di Sind Madrasatul Islam, setingkat dengan sekolah menengah
pertama, dan setelah itu melanjutkan sekolah menengah atas di Mission Hight
School. Atas nasihat Frederick Leigh Croft, Meneger Graham Shipping and
Tradding Company, ia dikirim ke London oleh orang tuanya untuk belajar bisnis
pada kantor pusat Graham Shipping and Tradding Company dan waktu itu ia
berusia 16 tahun1.
Sampai di London, Muhammad Ali Jinnah tidak memasuki sekolah yang di
citaˇcitakan ayahnya, tetapi beliau justru tertarik mempelajari hukum di London

1
Ali Mukti, Alam Pikiran Islam Di India Dan Pakistan, (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 76.

6
ini. Suatu lembaga pendidikan yang mempersiapkan lulusannya menjadi ahli
hukum atau pengacara. Pada tahun 1896, ia memperoleh gelar sarjana dalam
bidang hukum di London. Pada tahun itu juga ia kembali ke India dan bekerja
sebagai pengacara di Mombay.
Dalam masa pengabdiannya di bidang hukum ini, ia banyak berhubungan
dengan berbagai kalangan lapisan masyarakat, diantaranya adalah Machperson,
Jaksa Agung Bombay. ia sangat terkesan dengan semangat pengabdian Jinnah
yang masih muda itu dalam bidang hukum, sehingga ia terdorong untuk
memberikan fasilitas kepada Jinnah dengan kebebasan yang seluas-luasnya untuk
mempergunakan perpustakaan pribadinya2.

B. Sejarah Negara Islam Pakistan di Bawah Kepemimpinan Muhammad Ali


Jinnah
Pada tahun 1940, Ali Jinnah mengemukakan Two Nations Theory(Teori Dua
Bangsa), bahwa Islam dan Hindu adalah dua kultur yang sangat berbeda dan
terpisah. Menurutnya, meskipun telah berabad-abad dua bangsa ini hidup dalam
satu atap Negara, tetapi kenyataannya mereka tidak pernah bisa bersatu. Tahun
1944 Ali Jinnah mengadakan perundingan dengan Ghandi dari Partai Kongres
untuk membicarakan tentang aksi bersama menghadapi Inggris. Tetapi
perundingan tetap mengalami kegagalan. Tapi Ali Jinnah terus menyebarkan ide
pembaharuannya. Ia menjelaskan bahwa Negara Pakistan nantinya akan
mencakup enam daerah. Juga menjelaskan sistem pelaksanaan pemerintahan
yang akan dipegang oleh orang Muslim tanpa melupakan nonmuslim

Di tahun 1942 Inggris telah mengeluarkan janji akan memberi kemerdekaan


kepada India sesudah perang dunia II selesai. Pelaksanaannya mulai dibicarakan
pada tahun 1945 tetapi pembicaraan selalu mengalami kegagalan. Akhirnya
pemerintah Inggris membentuk pemerintahan sementara yang ditunjuk oleh
2
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 77.

7
pemerintah Inggris dan pemerintah Inggris menunjuk Pandit Nehru dari partai
kongres India untuk menyusun pemerintahan sementara. Hal ini menimbulkan
reaksi keras dari umat muslim sehingga akhirnya jinnah diminta turut serta dalam
menyusun pemerintahan sementara itu.

Setahun kemudian keluarlah putusan Inggris untuk menyerahkan kedaulatan


kepada dua dewan konstitusi satu untuk Pakistan dan satu untuk India.
Muhammad Ali jinnah sebagai gubernur jenderal Pakistan yang pertama karena
memang tidak ada orang yang berusaha sedemikian keras lain Jinnah. Pada
tanggal 14 Agustus 1947, dewan konstitusi Pakistan dibuka secara resmi oleh
Viscount Mountbatten Raja Muda India dan sehari setelahnya lahirlah Pakistan
sebagai negara bagi umat muslim India.
Ketika Jinnah menjadi pemimpin Pakistan, Banyak umat muslim yang
tinggal di India merasa kurang senang dengan hal itu karena menurut mereka
lebih baik Jinnah tinggal di India untuk memperhatikan kesejahteraan umat
muslim India yang kemungkinan akan mengalami kemunduran dengan tidak
adanya kekuatan Netral. Mereka tidak mengerti masalah-masalah yang dihadapi
Jinnah untuk menjadikan negara yang baru berdiri itu Pakistan untuk dapat
benar-benar berdiri.
Ketika Pakistan diresmikan sebagai negara sebagaimana layaknya suatu
negara yang baru berdiri Banyak permasalahan yang harus segera diselesaikan
antara lain para pengungsi dan India menuju Pakistan, masalah administrasi dan
juga kekacauan komunikasi dengan terjadinya tukar menukar pegawai yang
belum pernah ada contohnya. Pada saat seperti itu peranan Jinnah sangat
diharapkan, Banyak permasalahan yang diajukan kepadanya dan dapat dapat
terselesaikan.
Upaya Muhammad Ali jinnah sangat gigih dalam menyalakan obor Pakistan
yang baru lahir itu, dia dengan tenang menghadapi peristiwa demi peristiwa yang
timbul setelah kemerdekaan Pakistan. Di satu sisi timbul perselisihan paham di

8
daerah Pakistan Timur yang penduduknya hampir separuh beragama Hindu
memulai beragitasi melawan Bahasa Urdu di Dacca. Jinnah memberi nasehat
saudara-saudaranya "Marilah biar jelas bagi kalian bahwa bahasa negara Pakistan
ialah Bahasa Urdu dan bukan bahasa lain. Maka barangsiapa yang memusuhi
Bahasa Urdu berarti memusuhi Pakistan” Karena Bahasa Urdu lebih baik
daripada bahasa yang ada di provinsi mana saja, Ia adalah bahasa yang paling
baik di dalam kebudayaan dan tradisi Islam dan merupakan bahasa yang paling
dekat dengan bahasa-bahasa yang dipakai di negara Islam.
Memperhatikan ide-ide politik dan perjuangan Muhammad Ali jinnah di
atas, nampak bahwa dia mengisyaratkan umat Islam untuk memperjuangkan
terwujudnya Negara Pakistan bagi umat Islam sepenuhnya. Hal ini tampak bagi
umat Islam telah mempunyai negara dan pemerintahan sendiri. Maka
Muhammad Ali jinnah sebagai bapak pendiri Pakistan pertama.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perjuangan Muhammad Ali Jinnah Dalam


Membentuk Negara Pakistan

Dalam mewujudkan negara Pakistan, tentu saja bukan perjuangan yang


mudah bagi seorang Muhammad Ali Jinnah. Mengenai faktor yang
mempengaruhi perjuangan Muhammad Ali Jinnah dalam pembentukan negara
Pakistan, dalam hal ini terdapat beberapa faktor penyebab, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu keinginan untuk memisahkan diri dari
India.

a. Aspirasi yang ada pada tokoh umat Islam Pakistan untuk memisahkan diri
dari India. Aspirasi ini muncul karena tokoh-tokoh umat Islam India melihat
bahwa umat Islam India tidak bisa hidup berdampingan dengan umat Hindu di
India. Di mana tokoh-tokoh Islam terutama Sayyid Ahmad Khan
berkeyakinan bahwa anggota kastaˇkasta dan pemeluk agama-agama yang

9
berlainan di India tidak bisa disatukan menjadi satu bangsa, karena tujuan dan
cita-cita mereka berlainan satu sama lain.
b. Sikap politik umat Islam terhadap Liga Muslimin. Yang mana, kemenangan
spektakuler Liga Muslim pada pemilihan umum di Punjab pada 1946 (79 dari
86 kursi Muslim dibandingkan dengan pemilihan 1937 di mana hanya
mendapat 2 dari 86 kursi Muslim) tidak dapat dipahami hanya dalam
kerangka karisma yang dimiliki Jinnah.
c. Kondisi sosial politik umat Islam India. Dalam hal kehidupan bermasyarakat,
umat Islam India selalu berada dalam tekanan, karena secara sosial umat
Islam India itu berada dalam strata kelas dua dalam masyarakat India.

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi perjuangan Muhammad


Ali Jinnah terhadap negara Pakistan adalah3:

1. Disebabkan oleh sikap politik umat Hindu dan Partai Kongres terhadap umat
Islam India. keberadaan umat dalam kancah perpolitikan tidak pernah
direspon dan dianggap oleh Partai Kongres. Sehingga umat muslim akan
selalu berada pada level paling bawah dalam urusan politik dan pemerintahan.
Kalaupun ada umat muslim yang berperan maka umat muslim tersebut adalah
yang pro terhadap pemerintahan Inggris dan itupun hanya sedikit sekali.
Sayyid Ahamd Khan pernah mengatakan bahwa, umat Islam India harus
mempunyai negara tersendiri. Bersatu dengan umat Hindu dalam satu negara
akan membuat minoritas Islam yang rendah kemajuannya, akan lenyap dalam
mayoritas Hindu yang lebih tinggi kemajuannya.

2. Adanya wilayah untuk pembentukan negara. Di mana wilayah tersebut adalah


wilayah-wilayah yang didiami oleh mayoritas muslim. Tidak heran jika
pembentukan negara Pakistan berawal dari ide Sayyid Ahmad Khan yang juga
dicita-citakan oleh Iqbal yaitu penyatuan antara wilayah-wilayah yang didiami
3
Harun Nasution, op.cit., hlm. 173.1

10
oleh mayoritas muslim menjadi suatu negara yang utuh di mana umat Islam
bisa merasakan ketenangan, kedamaian, dan luput dari intimidasi umat Hindu
di India. Pakistan itu sendiri terdiri dari: Punjab, Afghan, Khasmir, Sindh, dan
Balukhistan. Di mana, di setiap wilayah tersebut umat muslim merasakan
diskriminasi terhadap umat Hindu di India.

Meskipun Jinnah terkesan sekularis tetapi Jinnah tetap mempertahankan corak


Pakistan sebagai negara Muslim. Dengan kata lain, muslim dalam artian Pakistan
tetap negara Islam akan tetapi masalah urusan agama dan negara tidak dapat
dicampur adukkan satu sama lain. Karena, Jinnah beranggapan bahwa persoalan
agama adalah urusan antara individu dengan Tuhan dan tidak harus di atur di
dalam pemerintahan. Pakistan yang damai, tanpa adanya pertikaian, hidup saling
berdampingan, dan rakyat yang sejahtera adalah impian dari seorang Jinnah,
sebaliknya Pakistan yang beridiologi Islam tetapi masyarakatnya tidak
mencerminkan nilai-nilai Islam bukanlah suatu hal yang diharapkan baik oleh
seorang Muhammad Ali Jinnah itu sendiri maupun rakyat Pakistan pada
umumnya.

D. Biografi Muhammad Iqbal


Tokoh ini mempunyai nama lengkap dan biasa dipanggil dengan sebutan
Muhammad Iqbal. Ia lahir di Sialkot, kawasan Punjab pada tanggal 9 Nopember
1877. Kawasan ini sebelum tahun 1947 masih termasuk wilayah India.
Kemudian setelah Pakistan menyatakan berpisah dari India pada tahun 1947
sebagai negara merdeka, kawasan ini secara otomatis masuk dalam wilayah
Pakistan4. Akan tetapi, oleh karena Muhammad Iqbal meninggal sembilan tahun
sebelum Pakistan menyatakan kemerdekaannya, maka banyak para pemerhati
Iqbal memasukkan beliau sebagai seorang pembaru dari India, bukan Pakistan.

4
Danusiri, Epistemologi Dalam Tasawuf Iqbal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 3.

11
Leluhur Muhammad Iqbal berasal dari keturunan yang beragama Hindu
daerah Kasymir dari kasta Brahmana, tapi mereka telah masuk Islam beberapa
generasi sebelumnya. Ayah Muhammad Iqbal bernama Nur Muhammad, seorang
pedagang Muslim yang taat beragama dan sufi, sedangkan ibunya bernama Imam
Bibi. Kedua orangtuanya dikenal memiliki kesalehan yang dapat dipercaya.4
Kesalehan ini tentunya dapat dipastikan mempunyai pengaruh yang kuat dan
mendalam bagi pembentukan kepribadian Iqbal.
Pendidikan Muhammad Iqbal untuk kali pertama diperolehnya dari kedua
orangtuanya secara non-formal. Dia dididik secara ketat oleh ayahnya tentang
alQur`an. Kemudian ia dimasukkan pada sebuah kuttab (surau) untuk belajar
lebih dalam tentang al-Qur`an. Adapun pendidikan formalnya dimulai pada
Scottish Mission School di Sialkot. Di sekolah ini, Muhammad Iqbal mendapat
bimbingan secara intensif dari Mir Hasan, seorang guru dan sasterawan yang ahli
bahasa Persia dan Arab. Dia menamatkan pendidikan pada sekolah ini tahun
1895. Kemudian Iqbal melanjutkan studinya pada Government College di
Lahore. Dari lembaga ini ia mendapat gelar BA (Bachelor of Arts) pada tahun
1897 dan MA (Master of Arts) pada tahun 1899. Kedua gelar ini diraih Iqbal
dengan mendapatkan penghargaan medali emas. Di kota Lahore, Muhammad
Iqbal mendapat bimbingan dalam bidang filsafat dari seorang orientalis terkenal,
Sir Thomas Arnold, yang mengajarinya tentang berbagai bentuk pemikiran Barat.
Atas motivasi dan saran dari tokoh orientalis ini, Iqbal kemudian pada tahun
1905 melanjutkan studinya pada Cambridge University di London, Inggris
dengan konsentrasi studi filsafat moral. Bidang yang ditekuninya ini mendapat
bimbingan dari James Ward dan J.E. Mac Tagart. Selain itu, selama di Eropa,
Iqbal juga menyempatkan diri untuk belajar pada Munich University di Jerman.
Bahkan dari lembaga inilah ia mendapat gelar doktor pada tanggal 4 Nopember
1907 di bawah bimbingan F. Hommel dengan disertasi berjudul The
Development of Metaphysich in Persia. Disertasi yang kemudian diterbitkan
menjadi sebuah buku ini dipersembahkan secara khusus oleh Iqbal bagi guru

12
filsafatnya, Sir Thomas Arnold. Buku inilah yang merupakan karya pertamanya
yang telah mengantarkannya ke alam kedewasaan berpikir.
Sekembalinya dari studi di Eropa pada tahun 1908, Muhammad Iqbal
langsung memimpin lembaga almamaternya, Government College. Pada lembaga
ini ia mengajar filsafat serta sastera Arab dan Inggris. Selama menjadi tenaga
pengajar, banyak ceramah-ceramah ilmiah yang telah disampaikannya pada
berbagai perguruan tinggi di India. Hasil ceramah-ceramah itu kemudian
dikumpulkan menjadi sebuah buku dengan judul The Reconstruction of Religious
Thought in Islam.Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia untuk
kali pertama dengan judul Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam.
Karya ini merupakan tulisan Iqbal terbesar dalam bidang pemikiran filsafat
dengan bentuk prosa. Tema utama buku ini adalah gagasan perlunya diadakan
rekonstruksi pemikiran keagamaan. Buku ini berisi tujuh pembahasan pokok,
yaitu5 :

1. tentang pengalaman keagamaan dan pengetahuan.


2. tentang pembuktian filsafat mengenai pengalaman keagamaan.
3. tentang konsepsi Tuhan dan arti shalat.
4. tentang ego manusia yang merdeka dan abadi.
5. tentang jiwa kebudayaan Islam.
6. tentang prinsip-prinsip gerakan pembaruan dalam Islam dan.
7. tentang kemungkinan-kemungkinan dalam agama.

Muhammad Iqbal meninggal dunia pada usia 71 tahun, tepatnya pada


tanggal 20 April 1938. Jenazahnya dimakamkan keesokan harinya di sebelah kiri
tangga menuju masjid Badsyahi, Lahore. Dengan iringan rakyat yang berjumlah
besar dari berbagai golongan, kematiannya diratapi dan memperoleh ucapan bela

5
Muhammad Iqbal, Membangun kembali Pikiran Agama Dalam Islam, (Jakarta: Tintamas,
1992), hlm. 12.

13
sungkawa dari para pemimpin besar dan tokoh-tokoh ahli pikir. Hal ini
membuktikan bahwa kematiannya merupakan “kerugian” bagi kaum Muslim
India, dan dunia Islam pada umumnya

E. Corak Pemikiran Iqbal


Melihat kenyataan kaum Minoritas Muslim India yang begitu menyedihkan,
Muhammad Iqbal menawarkan perlunya diadakan integrasi moral dan politik
kaum Muslim India dalam kesatuan gagasan dan wilayah. Tawaran beliau inilah
yang pada gilirannya melahirkan semangat nasionalisme yang didasarkan atas
kesamaan negara. Iqbal melalui gagasan ini sebenarnya menghendaki
terbentuknya suatu komunitas tersendiri dalam bentuk negara. Komunitas
Muslim dalam pandangan beliau merupakan suatu masyarakat yang berdasarkan
keyakinan agama yang sama dengan realitas tunggal yang tidak mungkin dapat
dipisahkan. Ide dan gagasan nasionalisme berdasarkan semangat keagamaan ini
pada gilirannya dapat diwujudkan oleh Muhammad Ali Jinnah pada tahun 1947
dengan berdirinya negara Islam Pakistan6.
Muhammad Iqbal selain terkenal sebagai seorang filosof, ahli hukum,
pemikir politik dan reformis Muslim, juga dikenal sebagai seorang penyair
ulung. Gubahan syair-syairnya hampir menyentuh seluruh aspek kehidupan
manusia. Ia banyak ditulis dalam bahasa Arab, Urdu, Persia dan Inggris. Dengan
banyaknya karya-karya yang berbentuk puisi ini kiranya dapat dipastikan bahwa
pengaruh Iqbal juga ditentukan oleh syair-syairnya.
Satu hal yang perlu dikemukakan di sini bahwa yang paling dominan
mempengaruhi dan membentuk pemikiran Iqbal adalah kepergiannya ke Inggris
untuk melanjutkan studi. Setelah berkenalan dengan para filosof Barat di
Cambridge University dan perguruan tinggi lainnya di Inggris, Iqbal mengalami
perubahan pemikiran yang cukup drastis. Perubahan ini untuk kali pertama telah
direfleksikan dalam disertasi doktoralnya. Semenjak ini Iqbal memiliki
6
Harun Nasution, op.cit., hlm. 199

14
kecenderungan intelektual yang khas. Kecintaannya pada nilai-nilai dan tradisi
Timur yang dipelajarinya selama berada di negeri kelahirannya, dan ditambah
dengan penghargaannya yang tinggi terhadap tradisi keilmuan Barat, telah
menjadikan Iqbal sebagai sosok yang menguasai warisan intelektual Timur
(baca: Islam), yang diiringi dengan pengetahuannya yang mendalam tentang
filsafat Barat.
Iqbal memandang sudah saatnya kaum Muslim melakukan rekonstruksi
terhadap segala pemikiran yang berkembang di dunia Islam. Hal utama yang
dilakukan Iqbal dalam hal ini adalah menentang dualisme filsafat klasik yang
abstrak, yang telah mempertahankan pikiran dan materi dalam wadah yang ketat.
Menurut Iqbal, cita-cita yang bersumber dari idealisme dan kenyataan yang
bersumber dari realisme bukanlah dua kekuatan yang saling bertentangan.
Keduanya kiranya dapat didamaikan. Iqbal dalam hal ini telah menarik inspirasi
dunia filsafat modern ke arah pendekatan induktif untuk mendekati semangat
Islam, meski bedanya, Islam mengakui adanya realitas transcendental
Dari hal di atas kiranya dapat dikatakan bahwa paradigma pemikiran yang
digunakan Iqbal untuk menelorkan gagasan rekonstruksinya adalah dengan
menggunakan metodologi berpikir yang bersifat sintesa. Dia kiranya telah
berhasil memadukan tradisi intelektual Barat dengan tradisi intelektual Timur
dalam suatu paradigma berpikir. Namun demikian, upaya sintesa pemikiran yang
dilakukan Iqbal bukannya dilaksanakan tanpa sikap kritis. Dia senantiasa
menseleksi terlebih dahulu apa yang datang dari Barat, sehingga pemikirannya
tetap komprehensif; mencakup Timur dan Barat.

BAB III

15
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada tahun 1940, Ali Jinnah mengemukakan Two Nations Theory(Teori
Dua Bangsa), bahwa Islam dan Hindu adalah dua kultur yang sangat berbeda
dan terpisah. Menurutnya, meskipun telah berabad-abad dua bangsa ini hidup
dalam satu atap Negara, tetapi kenyataannya mereka tidak pernah bisa
bersatu. Tahun 1944 Ali Jinnah mengadakan perundingan dengan Ghandi dari
Partai Kongres untuk membicarakan tentang aksi bersama menghadapi
Inggris. Tetapi perundingan tetap mengalami kegagalan. Tapi Ali Jinnah terus
menyebarkan ide pembaharuannya. Ia menjelaskan bahwa Negara Pakistan
nantinya akan mencakup enam daerah. Juga menjelaskan sistem pelaksanaan
pemerintahan yang akan dipegang oleh orang Muslim tanpa melupakan
nonmuslim
Satu hal yang perlu dikemukakan di sini bahwa yang paling dominan
mempengaruhi dan membentuk pemikiran Iqbal adalah kepergiannya ke
Inggris untuk melanjutkan studi. Setelah berkenalan dengan para filosof Barat
di Cambridge University dan perguruan tinggi lainnya di Inggris, Iqbal
mengalami perubahan pemikiran yang cukup drastis.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam pembautan makalah ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan maka, untuk itu penulis mengharapkan
kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.

DAFTAR PUSTAKA

16
Mukti, Ali. (1998). Alam Pikiran Islam Di India Dan Pakistan. Bandung: Mizan.

Nasution, Harun. (1996). Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Danusiri. (1996). Epistemologi Dalam Tasawuf Iqbal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Iqbal, Muhammad. (1992). Membangun kembali Pikiran Agama Dalam Islam. Jakarta:
Tintamas.

17

Anda mungkin juga menyukai