Manajemen Keperawatan TK Andri DKK Role Play Manajemen Konflik
Manajemen Keperawatan TK Andri DKK Role Play Manajemen Konflik
MANAJEMEN KONFLIK
Disusun Oleh :
Semester 6
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2015
Situasi 1
A. Pengkajian
1. Analisis situasi
Terjadi konflik intrapersonal pada perawat tersebut, dalam hati dia
merasa kurang mampu untuk dipindahkan ke ruang bedah ortopedi,
karena dia merasa sudah terbiasa di ruang bedah umum akan tetapi dia
harus profesional dalam bekerja, saat kepala ruangan menyuruh untuk
pindah ruangan. Di ruang bedah ortopedi perawat tersebut mengalami
konflik interpersonal dengan dokter bedah karena dia melakukan
kesalahan yang membuat dokter bedah marah-marah.
Fakta yang didapat perawat tersebut merupakan perawat pindahan dari
ruang bedah umum yang belum terbiasa dengan kondisi di ruang
ortopedi. Perawat tersebut tidak tahu kebiasaan dokter bedah itu tidak
suka menggunakan betadin, sehingga saat menyiapkan area dengan
betadin dokter bedah tersebut marah-marah.
Yang terlibat dan berperan dalam situasi ini adalah :
Perawat : yang berkonflik
Dokter : yang berkonflik
Karu : sebagai penengah atas konflik yang terjadi
3. Menyusun tujuan
Menyelesaikan konflik yang terjadi antara perawat dan dokter bedah di
ruang operasi.
B. Identifikasi
Perawat yang sedang berkonflik dengan dokter seharusnya harus mampu
mengelola emosinya agar tidak ikut terpancing emosi
C. Intervensi
1. Dokter bedah yang merasa tidak puas dengan kinerja perawat pindahan
dari ruang bedah umum menyampaikan emosinya ke kepala ruangan
operasi. Dokter bedah merasa tidak puas dengan kinerja perawat tersebut.
Konflik yang terjadi antara perawat dan dokter bisa diselesaikan dengan
menggunakan manajemen konflik. Apabila konflik tidak segera
diselesaikan dapat mengganggu hubungan kerja antara dokter dan perawat
sehingga dapat menimbulkan penurunan produktivitas. Sehingga
dibutuhkan peran perawat untuk membantu menyelesaikan konflik yang
terjadi.
2. Metode yang sesuai untuk menyelesaikan konflik pada situasi ini adalah
dengan strategi kompromi atau negosiasi. Karena untuk menyelesaikan
konflik ini pihak yang terlibat konflik harus saling menyadari dan sepakat
pada keinginan bersama. Kedua pihak yang terlibat saling menyerah dan
menyepakati hal yang telah dibuat. Sehingga kedua belah pihak yang
sedang berkonflik dapat menerima hal-hal yang telah terjadi. Dan
dibutuhkan peran kepala ruangan yang bertindak sebagai negosiator yang
menjadi penengah atas konflik yang terjadi.
Perawat tersebut menyadari kesalahannya dan dokter menerima kejadian
yang telah terjadi dan merasa kalau kesalahan yang dilakukan oleh
perawat tersebut tidak bersifat fatal yang bisa membahayakan klien.
Pembagian Peran
Di ruang OK terdapat 4 ruangan, pada hari ini perawat nailis dipindah tugaskan
oleh Karu (kholifah) dari ruang bedah 3 yang biasanya menangani ruang bedah
umum dipindah ke ruang bedah 4, ruang bedah ortopedi.
Karu (kholifah) : mbak nailis, hari ini anda saya pindahkan ke ruang bedah 4 ya,
karena di ruang 4 sedang banyak agenda operasi dan
membutuhkan perawat tambahan.
PA1 (nailis) : tapi bu, saya sudah terbiasa di ruang bedah umum dan saya
merasa kurang mampu di ruang bedah ortopedi
Karu (kholifah) : tapi dari semua perawat di ruang 3 menurut saya anda yang
lebih mampu dan anda juga lebih berpengalaman
PA1 (nailis) : baiklah bu, kalau begitu saya bersedia dipindahkan ke ruang 4
PA1 menuju ruang bedah 4 dan mulai beradaptasi dengan kondisi di ruang
bedah 4, PA1 tidak terbiasa dengan rutinitas dokter ortopedi dan berupaya
belajar secara cepat sebelum ada kasus hari ini dengan membaca kartu prefensi
dokter.
PA1 (nailis) : mbak hari ini saya dipindah tugaskan oleh karu dari ruang 3 ke
ruang 4, mohon bantuannya yaa
PA3 (andri) : hari ini ada 3 agenda operasi mbak, ini bisa anda lihat sendiri
statusnya
PA2 (icha) : persiapan operasi pertama sudah siap mbak, dokter ortopedinya
juga sudah datang, operasinya sudah bisa dimulai
PA3 (andri) : halah mbak, kan bisa dibaca kartu prefensinya dr. Edi
PA1 telah menyelesaikan dua kasus operasi ortopedi tanpa insiden. Kasus
selanjutnya masuk ke ruangan, setiap orang sangat tegang, karena pasien ini
adalah istri dokter lokal, dan dokter akan melakukan biopsi tulang untuk
mengetahui kemungkinan malignansi.
PA1 (nailis) : iya maz, hati saya tenang karena semuanya lancar
PA3 (andri) : ini tinggal pasien selanjutnya, Ny. Hani istri dr. Sigit
agendanya akan dilakukan biopsi, haduh harus hati-hati ini.
PA3 (andri) : iya mbak istrinya dokter tindakan yang dilakukan harus ekstra
hati-hati, ada salah dikit bisa kena marah
PA2 (icha) : maz pasien Ny. Hani sudah diantar ke ruang OK, tadi sudah
saya terima dari perawat ruangan obat-obatnya juga sudah saya
tata di kotak obat
Seluruh perawat mulai mempersiapkan ruangan untuk biopsi, termasuk PA1 yang
mendesinfektan area operasi denga betadin dan dokter bedah yang memiliki
reputasi cepat marah, masuk ke ruangan.
PA2 (icha) : mbak biasanya kalau dr. Edi itu desinfektannya nggak pakai
betadin
PA3 (andri) : maaf dok, mbak nailis ini pindahan dari ruang bedah 3 jadi
belum terbiasa dengan ruang bedah 4
Dokter (edi) : loh sebagai perawat ruang OK mau dari ruang bedah 3, ruang
bedah 4 kan seharusnya anda mengerti dengan kebiasaan dokter
Dokter (edi) : saya ngak mau tau yang jelas saya ndak suka pakai betadin,
kamu jadi perawat baru seharusnya kamu tanya dulu, jangan
sok pintar kamu!!!
PA1 (nailis) : ya dokter sekali lagi mohon maaf atas kelalaian saya
Pasien (hani) : loh sus, kenapa dokter Edi marah-marah?, perawat tadi
melakukan kesalahan ya?? Wah jangan-jangan saya dijadikan
mal praktik yaa sus?
PA2 (icha) : ndak kok bu, kita cuma salah menggunakan antiseptik,
biasanya dr. Edi tidak suka pakai betadin nah mbak nailis tadi
pakai betadin, tidak berdampak apa-apa kok bu
Pasien (hani) : ya sudah kalau gitu, saya nggak mau ya kalau kerjanya asal-
asalan
PA3 (andri) : iya bu, kami pasti memberikan pelayanan yang terbaik dan
sesuai standar
Dokter mengadukan kejadian ini ke kepala ruangan OK atas kejadian ini
Dokter (edi) : mbak kholifah, saya tidak suka dengan kinerja anak buah anda
Dokter (edi) : anda tau sendiri kan kalau saya tidak suka menggunakan
betadin untuk desinfektan
Karu (kholifah) : ya dok, kalau begitu saya panggil perawat nailis ke ruangan,
mari kita selesaikan masalah ini dengan kepala dingin
Karu (kholifah) : mbak nailis ke ruangan saya sebentar yaa, ada yang perlu kita
bicarakan
Karu (kholifah) : mbak nailis silahkan duduk dulu, mohon maaf sebelumnya
sebenarnya bagaimana kejadian awalnya?
Dokter (edi) : saya tidak suka dengan cara kerja perawat ini, anda kan tau
kalau saya tidak suka pakai betadin untuk desinfektan, kenapa
tadi saya lihat perawat ini menggunakan betadin?
PA1 (nailis) : sebelumnya saya mohon maaf dok atas kelalaian saya, disini
posisinya saya baru bertugas jadi saya tidak tahu kebiasaan
dokter
Dokter (edi) : itu bukan suatu alasan buat saya, kalau anda baru di ruangan
ini seharusnya anda bertanya pada perawat lain
PA1 (nailis) : iyaa dok, saya mengerti kesalahan saya tidak bertanya dahulu
ke perawat lain
Karu (kholifah) : gini loh dok, selaku karu saya mohon maaf atas kelalaian dari
anggota saya. Hari ini di ruang 4 lagi banyak agenda operasi dan
kekurangan tenaga jadi saya memindahkan perawat nailis ke
ruang 4, dari sekian banyak perawat di ruang 3 perawat nailis
lebih berpengalaman. Dilihat dari kesalahan yang dilakukan
perawat nailis juga tidak fatal, menurut saya disinfektan dengan
betadin juga tidak menimbulkan masalah yang berarti
Dokter (edi) : ya sudah kalau begitu, saya harap kejadian ini tidak terulang
lagi
Karu (kholifah) : iya dok saya pastikan kejadian ini tidak terulang lagi
Dokter (edi) : ya mbak saya harap kejadian ini tidak terulang, kalau begitu
mari kembali ke kamar operasi
Demikian roll play dari kelompok 1 dalam menyelesaikan konflik dari situasi 1
dengan strategi kompromi atau negosiasi. Hasil yang didapatkan perawat
menyadari kesalahannya dan dokter menerima kejadian yang telah terjadi dan
menganggap kesalahan yang dibuat oleh perawat tidak membahayakan kondisi
klien.