Anda di halaman 1dari 4

TASAWUF/AKHLAK

Sisi Mudharat Kebodohan menurut Sayyid


Abdullah bin Alwi Al-Haddad
Kamis 13 Februari 2020 08:30 WIB

Kebodohan atau ketidaktahuan (karena abai tidak mau belajar) terutama dalam hal
agama mengandung sisi mudarat. Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad menyebut
kebodohan ini sebagai pangkal keburukan dan tempat terbit segala mudarat. Orang
bodoh, kata Al-Haddad, termasuk mereka yang dilaknat berdasarkan keumuman hadits
riwayat At-Turmudzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, Al-Baihaqi, At-Thabarani, dan Ibnu Asakir
berikut ini:

ّ ِ َ َ ُ َ ‫ و َ َ و‬، ‫ن َ ِ َ إ ّ ذِ ْ ُ ا‬
ٌ ُ َْ ،ٌَ ُ َْ َْ ّ ‫ا‬

Artinya, “Dunia itu terlaknat, demikian juga isi dunia kecuali zikir, orang alim, dan
orang yang belajar,” (HR At-Turmudzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, Al-Baihaqi, At-

Thabarani, dan Ibnu Asakir).
 
Baca: Kemuliaan Guru dan Orang Berilmu dalam Al-Qur'an dan Hadits

Orang bodoh berada tidak termasuk ke dalam pengecualian. Orang bodoh termasuk
salah satu dari isi dunia yang mendapat laknat. Orang bodoh berada dalam kegelapan.
Ia dapat terjatuh ke dalam lubang maksiat tanpa ia ketahui.

‫و‬ ‫أ ها‬ ‫ا‬ ‫ري أي ء ا‬ ‫ء أم أ‬ ‫ا‬ ‫تو‬ ‫كا‬ ‫وا‬ ‫وا‬


‫را‬ ‫إ‬ ‫تا‬ ‫ج‬ ‫و‬ ‫ار‬ ‫ها‬ ‫ا‬ ‫ءا‬ ‫أي‬

Artinya, “Orang bodoh jatuh ke dalam pengabaian taat dan perbuatan maksiat dengan
kemauan atau ketidakmauannya, tanpa ia ketahui mana perbuatan taat yang diperintah
Allah untuk dilakukan dan mana maksiat yang dilarang Allah. Seseorang tidak akan
keluar dari kegelapan kebodohan kecuali dengan cahaya ilmu.” Sayyid Abdullah bin Alwi
Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah, Hamisy Syarah Ad-Dakwatut Tammah, [Indonesia,
Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa tahun], halaman 72).
 
Baca juga: 9 Adab Mencari Ilmu dari Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir

Al-Haddad meriwayatkan hadits, “Ketika menciptakan kebodohan, Allah memanggilnya,


‘Majulah!’ Kebodohan itu justru mundur. Sebaliknya, ketika Dia memintanya untuk
mundur, ia malah maju. Allah lalu mengatakan, ‘Demi kemuliaan-Ku, Aku tidak
menciptakan makhluk yang paling Kubenci selain dirimu. Aku jadikan dirimu seburuk-
buruk makhluk-Ku.’”

ADVERTISEMENT


Buruknya kebodohan sudah jelas berdasarkan naqli (dalil Al-Qur’an dan hadits) dan
aqli (akal sehat). Hal ini jelas bagi siapa saja. Sayyidina Ali bin Abu Thalib mengatakan,
“Tidak ada musuh yang lebih zalim dari kebodohan.” Sementara Syekh Ali bin Abu
Bakar bersyair dengan indah berikut ini:

Kebodohan adalah api bagi agama seseorang yang membakarnya//

Ilmu adalah air bagi api tersebut yang memadamkannya.


 
Baca juga: Menata Niat Belajar dan Mengajar Menurut KH Hasyim Asy’ari

Al-Haddad menganjurkan umat Islam untuk mempelajari pengetahuan dasar perihal


kewajiban yang diperintahkan Allah kepada mereka, pengetahuan dasar perihal
larangan Allah, dan perihal aktivitas keseharian (shalat, zakat, puasa, haji, jual beli,
perkawinan, interaksi sesama manusia), tanpa harus mendalam. Umat Islam juga perlu
mempelajari dasar ilmu tauhid yang dapat menyelamatkan keimanannya. (Alhaddad,
Risalatul Mudzakarah: 72). Tentunya ada kewajiban prioritas dan kewajiban belajar yang
dapat ditunda seperti pelajaran haji.

Al-Haddad mengutip pandangan Malik bin Dinar perihal keutamaan menuntut ilmu
baik untuk iri sendiri maupun untuk orang banyak.

‫ة‬ ‫ا ا س‬ ‫س‬ ‫ا‬ ‫و‬، ‫ا‬

Artinya, “Siapa saja yang menuntut ilmu untuk dirinya, maka sekurang-kurangnya itu
dapat mencukupi dirinya. Tetapi siapa yang menuntut ilmu untuk orang lain, maka
kebutuhan orang lain atas ilmu itu begitu banyak.” (Sayyid Abdullah bin Alwi Al-
Haddad,  Risalatul Mudzakarah, Hamisy Syarah Ad-Dakwatut Tammah, [Indonesia, Daru
Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa tahun], halaman 72).

Walhasil, umat Islam tidak boleh abai terhadap pengetahuan dasar perihal kewajiban
terhadap Allah dan larangan Allah. Wallahu a’lam. (Alha z Kurniawan)

TAGS: menuntut ilmu

Anda mungkin juga menyukai