Kebodohan atau ketidaktahuan (karena abai tidak mau belajar) terutama dalam hal
agama mengandung sisi mudarat. Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad menyebut
kebodohan ini sebagai pangkal keburukan dan tempat terbit segala mudarat. Orang
bodoh, kata Al-Haddad, termasuk mereka yang dilaknat berdasarkan keumuman hadits
riwayat At-Turmudzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, Al-Baihaqi, At-Thabarani, dan Ibnu Asakir
berikut ini:
ّ ِ َ َ ُ َ و َ َ و، ن َ ِ َ إ ّ ذِ ْ ُ ا
ٌ ُ َْ ،ٌَ ُ َْ َْ ّ ا
Artinya, “Dunia itu terlaknat, demikian juga isi dunia kecuali zikir, orang alim, dan
orang yang belajar,” (HR At-Turmudzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, Al-Baihaqi, At-
Thabarani, dan Ibnu Asakir).
Baca: Kemuliaan Guru dan Orang Berilmu dalam Al-Qur'an dan Hadits
Orang bodoh berada tidak termasuk ke dalam pengecualian. Orang bodoh termasuk
salah satu dari isi dunia yang mendapat laknat. Orang bodoh berada dalam kegelapan.
Ia dapat terjatuh ke dalam lubang maksiat tanpa ia ketahui.
Artinya, “Orang bodoh jatuh ke dalam pengabaian taat dan perbuatan maksiat dengan
kemauan atau ketidakmauannya, tanpa ia ketahui mana perbuatan taat yang diperintah
Allah untuk dilakukan dan mana maksiat yang dilarang Allah. Seseorang tidak akan
keluar dari kegelapan kebodohan kecuali dengan cahaya ilmu.” Sayyid Abdullah bin Alwi
Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah, Hamisy Syarah Ad-Dakwatut Tammah, [Indonesia,
Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa tahun], halaman 72).
Baca juga: 9 Adab Mencari Ilmu dari Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir
ADVERTISEMENT
Buruknya kebodohan sudah jelas berdasarkan naqli (dalil Al-Qur’an dan hadits) dan
aqli (akal sehat). Hal ini jelas bagi siapa saja. Sayyidina Ali bin Abu Thalib mengatakan,
“Tidak ada musuh yang lebih zalim dari kebodohan.” Sementara Syekh Ali bin Abu
Bakar bersyair dengan indah berikut ini:
Al-Haddad mengutip pandangan Malik bin Dinar perihal keutamaan menuntut ilmu
baik untuk iri sendiri maupun untuk orang banyak.
Artinya, “Siapa saja yang menuntut ilmu untuk dirinya, maka sekurang-kurangnya itu
dapat mencukupi dirinya. Tetapi siapa yang menuntut ilmu untuk orang lain, maka
kebutuhan orang lain atas ilmu itu begitu banyak.” (Sayyid Abdullah bin Alwi Al-
Haddad, Risalatul Mudzakarah, Hamisy Syarah Ad-Dakwatut Tammah, [Indonesia, Daru
Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa tahun], halaman 72).
Walhasil, umat Islam tidak boleh abai terhadap pengetahuan dasar perihal kewajiban
terhadap Allah dan larangan Allah. Wallahu a’lam. (Alha z Kurniawan)