Pendahuluan
Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Secara istilah dijelaskan oleh sebagian ulama bahwa ilmu adalah ma'rifah
(pengetahuan) sebagai lawan dari al-jahl (kebodohan). Menurut ulama lainnya
ilmu itu lebih jelas dari apa yang diketahui.
Adapun ilmu yang kita maksud adalah ilmu syar'i, yaitu ilmu yang diturunkan
oleh Allah Ta'ala kepada Rasul-Nya berupa keterangan dan petunjuk. Maka,
ilmu yang di dalamnya terkandung pujian dan san-jungan adalah ilmu wahyu,
yaitu ilmu yang diturunkan oleh Allah saja.
[Lihat Kitaabul 'Ilmi (hal. 13), karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, cet. Daar Tsurayya lin
Nasyr, th. 1420 H.]
Pertama: 'Ilmu 'aini yakni ilmu yang wajib diketahui dan dipelajari oleh setiap
Muslim dan Muslimah, contohnya ilmu tentang iman, thaharah (bersuci), shalat,
puasa, zakat-apabila telah memiliki harta yang mencapai nishab dan haul, haji ke
Baitullah bagi yang mampu, dan segala apa yang telah diketahui dengan pasti
dalam agama dari berbagai perintah dan larangan. Tidaklah anak-anak yang
menginjak dewasa ditanya tentang ilmu ini, melainkan mereka mengetahuinya.
Kedua: ’Ilmu kifa-i yakni ilmu yang tidak wajib atas setiap Muslim untuk
mengetahui dan mempelajarinya. Apabila sebagian dari mereka telah
mengetahui dan mempelajarinya, maka gugurlah kewajiban atas sebagian yang
lainnya. Namun, apabila tidak ada seorang pun dari mereka yang mengetahui
dan mempelajarinya padahal meteka sangat membutuhkan ilmu tersebut, maka
berdosalah mereka semuanya. Contohnya adalah menghafalkan Al-Qur-an, ilmu
qira'at, ilmu waris, ilmu hadits, mengetahui halal dan haram, dan yang sejenis-
nya. Jenis ilmu ini tidak wajib dipelajari oleh setiap individu Muslim dan
Muslimah, tetapi cukup dilakukan sebagian mereka.
[Lihat kitab Thoriiq ilal 'ilmi as-Subulun Naaji'ah li Tholabil 'Uluumin Naafi'ah (hal. 18-19), karya 'Amr bin' Abdul
Mun'im Salim hafizhahullaah.]
Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Imam Ibnu Rajab (wafat th. 795 H) rahimahullaah mengatakan, "Ilmu yang
bermanfaat menunjukkan pada dua hal. Pertama, mengenal Allah Ta'ala dan
segala apa yang menjadi hak-Nya berupa nama-nama yang indah, sifat-sifat
yang rnulia, dan perbuatan-perbuatan yang agung. Hal ini rnengharuskan
adanya pengagungan, rasa takut, cinta, harap, dan tawakkal kepada Allah serta
ridha terhadap takdir dan segala rnusibah yang Allah Ta' ala berikan. Kedua,
mengetahui segala apa yang diridhai dan dicintai Allah 'Azza wa Jalla dan
menjauhi segala apa yang dibenci dan dirnurkai-Nya berupa keyakinan,
perbuatan yang lahir daIl bathin. Hal ini rnengharuskan orang yang
rnengetahuinya untuk bersegera rnelakukan segala apa yang dicintai dan
diridhai Allah Ta'ala dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkai-Nya.
Apabila ilrnu itu rnenghasilkan hal ini bagi perniliknya, rnaka inilah ilmu yang
bermanfaat. Kapan saja ilmu itu bermanfaat dan rnenancap di dalarn hati, rnaka
sungguh, hati itu akan rnerasa takut dan tunduk kepada Allah 'Azza wa Jalla,
jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit dari keuntungan dunia yang halal
dan merasa kenyang dengannya sehingga hal itu rnenjadlkannya qana' ah dan
zuhud di dunia."
[Fadhlu 'Ilmi Salaf'alal Khalaf(hal. 47).]
Beliau juga mengatakan, "Ilmu yang paling utama adalah ilmu tafsir Al-Qur-an,
penjelasan makna hadits-hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, dan
pernbahasan tentang masalah halal dan haram yang diriwayatkan dari para
Shahabat Tabi'in, Tabi'ut Tabi'in, dan para imam terkernuka yang rnengikuti
jejak mereka..."
[Fadhlu 'Ilmi Salaf 'alal Khalaf(hal. 41).]
Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Kiat Pertama
Mengikhlaskan Niat Dalam Menuntut Ilmu
Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah Ta'ala, dan seseorang tidak
akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah.
Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa
sallam yang memerintahkan kita untuk ikhlas.
Kiat Kedua
Memohon Ilmu Yang Bermanfaat Kepada Allah Ta'ala
Dan di antara do'a yang Rasulullah shallallaahll 'alaihi wa sallam ucapkan
adalah:
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilrnu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal
yang diterima."
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Humaidi (1/143, no. 299), Ahmad (VI/322), Ibnu Majah (no. 925), Ibnus Sunni
dalam 'Amalul Yaum wal Lailah (no. 110), dan an-Nasa-i dalam 'Amalul Yaum wal Lailah (no. 102), dari Shahabivah
Ummu Salamah radhiyallaahu ’anha. Lihat Shahiih lbnu Majah (1/152, no. 753).]
Kiat Ketiga
Bersungguh-Sungguh Dalam Menuntut Ilmu Dan Rindu Untuk
mendapatkannya
Dalam menuntut ilmu syar'i diperlukan kesungguhan. Tidak layak para
penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan
ilrnu yang berrnanfaat -dengan izin Allah- apabila kita bersungguh-sungguh
dalam menuntutnya.
Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Kiat Keempat
Menjauhkan Diri Dari Dosa Dan Maksiyat Dengan Bertaqwa Kepada Allah
Azza Wa Jalla
Imam Ibnul Qayyim rahimahullaah menjelaskan dalam kitabnya ad-Daa' wad
Dawaa' bahwa seseorang tidak mendapatkan ilmu disebabkan dosa dan
maksiyat yang dilakukannya. Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat
disebabkan banyak melakukan dosa dan maksiyat.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullaah berkata, "Di antara hal yang sangat
mengherankan bahwa ada seseorang yang mudah menjaga dirinya dan berhati-
hati dari makan makanan yang haram, berbuat berzina, mencuri, minum khamr,
melihat kepada sesuatu yang haram, dan selainnya. Namun, ia sangat sulit
untuk menahan gerak lisannya hingga Anda dapat melihat seseorang yang
dianggap faham agama, zuhud, dan banyak beribadah, ia berbicara dengan kata-
kata yang tanpa sadar dapat mendatangkan murka Allah Ta'ala. Yang dengan
satu kalimat darinya ia dimasuk-kan ke dalam Neraka yang dalamnya lebih jauh
dari-pada jarak antara timur dan barat."
[ad-Daa' wad Dawaa' (hat 244), tahqiq: Syaikh 'Ali bin Hasan bin' Ali 'Abdul Hamid.]
Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Kiat Kelima:
Tidak Boleh Sombong Dan Tidak Boleh Malu Dalam Menuntut Ilmu
Ketahuilah bahwa sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan
mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya.
Maksudnya seorang wanita wajib mandi apabila ia mimpi berjima' dan keluar
air mani. Ia dapati air mani setelah terbangun dari tidumya. Ini menunjukkan
bahwa wanita pun mengeluarkan air mani sebagaimana halnya laki-laki.
Penyerupaan anak kepada ayah atau ibunya tergantung pada air mani
keduanya, mana yang lebih unggul, maka anak itu akan mirip dengannya.
Imam Mujahid bin Jabr (wafat th. 104 H) rahima-hullaah mengatakan, "Tidak
akan mendapatkan ilmu orang yang malu dan orang yang sombong."
[Atsar shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahiihnya kitab al-'Ilmu bab al-Hayaa' fil 'Ilmi dan Ibnu 'Abdil Barr
dalam al-Jaami' (1/534-535, no. 879).]
Kiat Keenam
Mendengarkan Baik-Baik Pelajaran Yang Disampaikan Ustadz, Syaikh, Atau
Guru
Para Salafush Shalih adalah manusia yang sangat antusias terhadap ilmu.
Apabila seorang syaikh atau guru menyampaikan pelajaran, mereka pun
mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Kiat Ketujuh
Diam Ketika Pelajaran Disampaikan
Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar'i kita tidak boleh berbicara yang tidak
bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu
syar'i yang disampaikan, tidak boleh ngobrol. Haruslah dibedakan antara majelis
ilmu dan majelis yang lainnya; antara tempat kita menuntut ilmu syar'i dengan
tempat yang lain, apalagi yang disampaikan adalah ayat-ayat Allah dan hadits-
hadits Rasulullahshallallaahu 'alaihi wa sallam.
Kiat Kedelapan
Berusaha Memahami Ilmu Syar'i Yang Disampaikan
Dalam memahami pelajaran, manusia berbeda-beda keadaannya, ada yang
langsung tanggap dan memahami pelajaran yang disampaikan, ada pula yang
lambat. Namun, kita harus senantiasa berusaha memahami dan memohon
kepada Allah agar diberikan pemahaman. Sebagaimana disebutkan dalam
hadits bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan
pemahaman agama kepadanya.”
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (I/306, II/234, IV/92, 95, 96), al-Bukhari (no. 71, 3116, 7312), dan Muslim (no.
1037), dari Shahabat Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallaahu 'anhuma.]
Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Kiat Kesembilan
Menghafalkan Ilmu Syar'i Yang Disampaikan
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku,
kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang
yang rnernbawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…”
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2658), dari Shahabat 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallaahu 'anhu.]
Dalarn hadits tersebut Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam berdo' a kepada Allah
agar Dia memberikan cahaya pada wajah orang-orang yang mendengar,
memahami, menghafal, dan mengamalkan sabda beliau shallallaahu 'alaihi wa
sallam. Maka, kita pun diperintahkan untuk menghafalkan pelajaran-pelajaran
yang bersumber dari Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa
sallam.
Kiat Kesepuluh
Mengikat Ilmu Atau Pelajaran Dengan Tulisan
Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran, poin-poin
penting, atau berbagai dalil bagi suatu permasalahan yang dibawakan oleh
syaikh atau gurunya. Tujuannya agar ilmu yang disampaikannya tidak hilang
dan terus tertancap diingatannya setiap kali ia mengulangi pelajarannya. Karena
daya tangkap atau kemampuan menghafal dan memahami pelajaran berbeda
antara satu orang dengan yang lain-nya. Selain itu, dengan mencatat pelajaran ia
dapat memahami dan menghafalkannya.
Adanya catatan atau alat tulis serta buku tulis mempakan bekal seorang
penuntut ilmu untuk memperoleh ilmu sebagaimana hal itu telah diisyaratkan
oleh imam asy-Syafi'i rahimahullaah.
Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Kiat Kesebelas
Mengamalkan Ilmu Syar'i Yang Telah Dipelajari
Hal ini sangat penting karena ilmu syar'i yang telah dipelajari adalah untuk
diamalkan, bukan sekedar untuk dihafalkan. Para ulama menasehati kita bahwa
menghafal ilmu dengan cara mengamalkannya. Hendaklah seorang penuntut
ilmu mencurahkan perhatiannya untuk menghafalkan ilmu syar'i ini dengan
mengamalkannya dan ittiba'. Sebagian Salaf mengatakan, "Kami biasa memohon
bantuan dalam menghafalkan ilmu dengan cara mengamalkannya."
[Lihat kitab Miftaah Daaris Sa'aadah (1/344) dan lqtidha' al-'llmi al-'Amal (no. 149).]
Menuntut ilmu syar'i bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada
tujuan yang agung, yaitu adanya rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-
Nya, takwa kepada-Nya, dan mengamalkan tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan
demikian, maka siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya
ia diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaannya, dan ganjaran pahalanya
yang besar.
[Kaifa Tatahammas li Thalabil 'Ilmi Syar'i (hal. 74),]
Dan Surga diwariskan bagi orang yang mengamalkan Islam dengan benar,
sebagaimana firman-Nya:
"Dan itulah Surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu
kamu kerjakan." (QS. Az-Zukhruf: 72)
Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Dakwah ini harus dengan mengetahui syari'at Allah 'Azza wa Jalla sehingga
dakwah tersebut tegak di atas ilmu dan bashirah, berdasarkan firrnan Allah
Ta'ala,
“Katakanlah (Muhammad), inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk
orang musyrik." (QS. Yusuf: 108)
Yang dimaksud bashirah dalam dakwah adalah seorang da'i harus mengetahui
hukum syar'i, cara berdakwah, dan mengetahui keadaan orang yang menjadi
objek dakwah.
[Syarah Tsalaatsatil Ushuul (hal. 22).]
Objek dakwah yang paling utama adalah keluarga dan kerabat kita karena Allah
Ta' ala berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman, peliharah dirimu dan keluargamu dari api Neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya Malaikat-Malaikat yang
kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahriim: 6)
Mengenai pengertian ayat ini 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata,
"Didik dan ajarkanlah mereka."
Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Adab terhadap Rasulullah, mentaati apa yang beliau perintahkan dan menjauhi
apa yang beliau larang, meneladani beliau, membenarkan perkataan beliau,
beribadah menurut apa yang beliau syari'atkan, mencintai beliau lebih dari apa
yang ada di muka bumi dan selalu mengucapkan shalawat dan salam kepada
beliau shilllallahu alaihi wasalIam, memuliakan istri-istrinya clan para
sahabatnya.
Adab kepada orang tua, berbakti dan mentaati keduanya selama tidak
menyuruh berbuat dosa dan maksiat. Tawadhu dan kasih sayang kepada
keduanya berdo'a memohonkan ampun dan rahmat untuk keduanya, selalu
memenuhi kebutuhan keduanya, membantu, memberikan harta dan berusaha
sungguh-sungguh untuk kebaikan keduanya.
Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007