Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA

ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU


Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Pendahuluan

Setiap Muslim dan Muslimah diperintahkan untuk menuntut ilmu karena


dengan menuntut ilmu mereka akan mengetahui tentang agama Islam yang
bersumber dari Al-Qur-an dan As-Sunnah. Seorang Muslim tidak akan bisa
melaksanakan agamanya dengan benar, kecuali dengan belajar Islam yang benar
berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih.
Agama Islam adalah agama ilmu dan amal karena Nabi shallallaahu 'alaihi wa
sallam diutus dengan membawa ilmu dan amal shalih.

Allah Subhanahu wa Ta 'ala berfirman:


"Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak
agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi." (QS.
Al-Fath: 28)

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,


"Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka
Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan
(urusan) atas orang yang kesulitan, maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan
akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah menutupi (aib)nya di
dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut senantiasa
menolong saudaranya. Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka
Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di
salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di
antara mereka, melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka,
Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para Malaikat
yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar
dengan nasabnya."
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2699), Ahmad (1I/252, 325), Abu Dawud (no. 3643), At-Tirmidzi (no.
2646), Ibnu Majah (no. 225), dan Ibnu Hibban (no. 78-Mawaarid), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu.]

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

PENGERTIAN ILMU SYAR'I


Secara bahasa al-'ilmu adalah lawan dari al-jahl atau kebodohan, yaitu
mengetahui sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dengan
pengetahuan yang pasti.

Secara istilah dijelaskan oleh sebagian ulama bahwa ilmu adalah ma'rifah
(pengetahuan) sebagai lawan dari al-jahl (kebodohan). Menurut ulama lainnya
ilmu itu lebih jelas dari apa yang diketahui.

Adapun ilmu yang kita maksud adalah ilmu syar'i, yaitu ilmu yang diturunkan
oleh Allah Ta'ala kepada Rasul-Nya berupa keterangan dan petunjuk. Maka,
ilmu yang di dalamnya terkandung pujian dan san-jungan adalah ilmu wahyu,
yaitu ilmu yang diturunkan oleh Allah saja.
[Lihat Kitaabul 'Ilmi (hal. 13), karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, cet. Daar Tsurayya lin
Nasyr, th. 1420 H.]

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


"Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, Dia akan menjadikannya faham
tentang agamanya. Sesungguhnya aku hanyalah yang membagikan dan Allah-lah yang
memberi. Dan ummat ini akan senantiasa tegak di atas perintah Allah, tidak akan
membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datangnya
keputusan Allah (hari Kiamat)."
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (1/306, 1I/234, IV /92, 95, 96), al-Bukhari (no. 71, 3116, 7312), dan Muslim (no.
1037), lafazh ini milik al-Bukhari dari Shahabat Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallaahu 'anhuma]

Pertama: 'Ilmu 'aini yakni ilmu yang wajib diketahui dan dipelajari oleh setiap
Muslim dan Muslimah, contohnya ilmu tentang iman, thaharah (bersuci), shalat,
puasa, zakat-apabila telah memiliki harta yang mencapai nishab dan haul, haji ke
Baitullah bagi yang mampu, dan segala apa yang telah diketahui dengan pasti
dalam agama dari berbagai perintah dan larangan. Tidaklah anak-anak yang
menginjak dewasa ditanya tentang ilmu ini, melainkan mereka mengetahuinya.

Kedua: ’Ilmu kifa-i yakni ilmu yang tidak wajib atas setiap Muslim untuk
mengetahui dan mempelajarinya. Apabila sebagian dari mereka telah
mengetahui dan mempelajarinya, maka gugurlah kewajiban atas sebagian yang
lainnya. Namun, apabila tidak ada seorang pun dari mereka yang mengetahui
dan mempelajarinya padahal meteka sangat membutuhkan ilmu tersebut, maka
berdosalah mereka semuanya. Contohnya adalah menghafalkan Al-Qur-an, ilmu
qira'at, ilmu waris, ilmu hadits, mengetahui halal dan haram, dan yang sejenis-
nya. Jenis ilmu ini tidak wajib dipelajari oleh setiap individu Muslim dan
Muslimah, tetapi cukup dilakukan sebagian mereka.
[Lihat kitab Thoriiq ilal 'ilmi as-Subulun Naaji'ah li Tholabil 'Uluumin Naafi'ah (hal. 18-19), karya 'Amr bin' Abdul
Mun'im Salim hafizhahullaah.]

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

PENGERTIAN ILMU YANG BERMANFAAT


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H) rahimahullaah mengatakan,
"Ilmu adalah apa yang dibangun di atas dalil, dan ilmu yang bermanfaat adalah
ilmu yang dibawa oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Terkadang ada
ilmu yang tidak berasal dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, tetapi
dalam urusan duniawi, seperti ilmu kedokteran, ilmu hitung, ilmu pertanian,
dan ilmu perdagangan."
[Majmuu' al-Fataawaa (VI/388, XIII/136) dan Madaarijus Saalikiin (II/488)]

Imam Ibnu Rajab (wafat th. 795 H) rahimahullaah mengatakan, "Ilmu yang
bermanfaat menunjukkan pada dua hal. Pertama, mengenal Allah Ta'ala dan
segala apa yang menjadi hak-Nya berupa nama-nama yang indah, sifat-sifat
yang rnulia, dan perbuatan-perbuatan yang agung. Hal ini rnengharuskan
adanya pengagungan, rasa takut, cinta, harap, dan tawakkal kepada Allah serta
ridha terhadap takdir dan segala rnusibah yang Allah Ta' ala berikan. Kedua,
mengetahui segala apa yang diridhai dan dicintai Allah 'Azza wa Jalla dan
menjauhi segala apa yang dibenci dan dirnurkai-Nya berupa keyakinan,
perbuatan yang lahir daIl bathin. Hal ini rnengharuskan orang yang
rnengetahuinya untuk bersegera rnelakukan segala apa yang dicintai dan
diridhai Allah Ta'ala dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkai-Nya.
Apabila ilrnu itu rnenghasilkan hal ini bagi perniliknya, rnaka inilah ilmu yang
bermanfaat. Kapan saja ilmu itu bermanfaat dan rnenancap di dalarn hati, rnaka
sungguh, hati itu akan rnerasa takut dan tunduk kepada Allah 'Azza wa Jalla,
jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit dari keuntungan dunia yang halal
dan merasa kenyang dengannya sehingga hal itu rnenjadlkannya qana' ah dan
zuhud di dunia."
[Fadhlu 'Ilmi Salaf'alal Khalaf(hal. 47).]

Beliau juga mengatakan, "Ilmu yang paling utama adalah ilmu tafsir Al-Qur-an,
penjelasan makna hadits-hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, dan
pernbahasan tentang masalah halal dan haram yang diriwayatkan dari para
Shahabat Tabi'in, Tabi'ut Tabi'in, dan para imam terkernuka yang rnengikuti
jejak mereka..."
[Fadhlu 'Ilmi Salaf 'alal Khalaf(hal. 41).]

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

KEUTAMAAN ILMU SY AR'I


1. Orang yang berilmu akan Allah angkat derajatnya
2. Ilmu adalah nikrnat yang paling agung
3. Orang yang berilmu dikecualikan dari laknat Allah
4. Menuntut ilmu dan mengajarkannya lebih utama daripada ibadah sunnah
dan wajib kifayah
5. Ilmu adalah kebaikan di dunia
6. Ilmu adalah jalan menuju kebahagiaan
7. Menuntut ilmu akan membawa kepada kebersihan hati, kemuliaannya,
kehidupannya, dan cahayanya
8. Orang yang menuntut ilmu akan dido'akan oleh Rasulullah shallallaahu
'alaihi wa sallam
9. Menuntut ilmu adalah jihad di jalan Allah dan orang yang menuntut ilmu
laksana mujahid di jalan Allah Ta' ala
10. Ilmu lebih baik daripada harta

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

KIAT -KIAT MERAIH ILMU SYAR'I

Kiat Pertama
Mengikhlaskan Niat Dalam Menuntut Ilmu
Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah Ta'ala, dan seseorang tidak
akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah.
Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa
sallam yang memerintahkan kita untuk ikhlas.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,


"Padahal mereka tidak disuruh kecuali agar menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itlllah agama yang lunts."
(QS. AI-Bayyinah: 5)

Kiat Kedua
Memohon Ilmu Yang Bermanfaat Kepada Allah Ta'ala
Dan di antara do'a yang Rasulullah shallallaahll 'alaihi wa sallam ucapkan
adalah:
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilrnu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal
yang diterima."
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Humaidi (1/143, no. 299), Ahmad (VI/322), Ibnu Majah (no. 925), Ibnus Sunni
dalam 'Amalul Yaum wal Lailah (no. 110), dan an-Nasa-i dalam 'Amalul Yaum wal Lailah (no. 102), dari Shahabivah
Ummu Salamah radhiyallaahu ’anha. Lihat Shahiih lbnu Majah (1/152, no. 753).]

Juga do' a beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam:


"Ya Allah, berikanlah manfaat kepadaku dengan apa-apa yang Engkau ajarkan kepadaku,
dan ajarkanlah aku apa-apa yang bermanfaat bagiku. Dan tambahkanlah ilmu kepadaku."
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3599) dan ibnu Majah (no. 251, 3833), dari Shahabat Abu Hurairah
radhiyallaahu'anhu. Lihat Shahiih Sunan at-Tirmidzi (no. 2845) dan Shahiih Sunan lbni Majah (no. 203).]

Kiat Ketiga
Bersungguh-Sungguh Dalam Menuntut Ilmu Dan Rindu Untuk
mendapatkannya
Dalam menuntut ilmu syar'i diperlukan kesungguhan. Tidak layak para
penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan
ilrnu yang berrnanfaat -dengan izin Allah- apabila kita bersungguh-sungguh
dalam menuntutnya.

Imam asy-Syafi'i rahimahullaah pemah mengatakan dalam sya'irnya,


Saudaraku, engkau tidak akan mendapat ilmu, melainkan dengan enam perkara.
Kukabarkan kepadamu rinciannya dengan jelas

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Kecerdasan, kemauan keras, bersungguh-sungguh, bekal yang cukup, bimbingan ustadz,


dan waktunya yang lama.
[Diwaan lmam asy-Syafi'i (hal. 378). Cet. Daml Fikr, th. 1415 H.]

Kiat Keempat
Menjauhkan Diri Dari Dosa Dan Maksiyat Dengan Bertaqwa Kepada Allah
Azza Wa Jalla
Imam Ibnul Qayyim rahimahullaah menjelaskan dalam kitabnya ad-Daa' wad
Dawaa' bahwa seseorang tidak mendapatkan ilmu disebabkan dosa dan
maksiyat yang dilakukannya. Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat
disebabkan banyak melakukan dosa dan maksiyat.

Seorang Muslim dan Muslimah harus menjauhi dosa-dosa besar, apalagi ia


seorang penuntut ilmu, oleh sebab itu kita harus menjauhi dosa dan maksiyat.
Dosa yang paling besar adalah syirik, durhaka kepada kedua orang tua,
melakukan bid'ah, kemudian menjauhkan dosa-dosa besar seperti muamalah
riba dengan berbagai macamnya (di antaranya bunga bank, renten, dsb), minum
khamr (minuman keras), narkoba, merokok, mencukur jenggot, makan dan
minum dari usaha yang haram, isbal (memanjangkan kain atau celana melebihi
mata kaki bagi laki-laki), tabarruj (wanita membuka aurat di hadapan laki-laki
yang bukan mahramnya), durhaka kepada suami, namimah (mengadu domba),
dusta (berbohong), ghibah (membicarakan aib seorang Muslim), menggunjing,
menuduh seorang Muslim dengan tuduhan yang tidak benar, memfitnah
seorang Muslim, dan lain sebagainya.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullaah berkata, "Di antara hal yang sangat
mengherankan bahwa ada seseorang yang mudah menjaga dirinya dan berhati-
hati dari makan makanan yang haram, berbuat berzina, mencuri, minum khamr,
melihat kepada sesuatu yang haram, dan selainnya. Namun, ia sangat sulit
untuk menahan gerak lisannya hingga Anda dapat melihat seseorang yang
dianggap faham agama, zuhud, dan banyak beribadah, ia berbicara dengan kata-
kata yang tanpa sadar dapat mendatangkan murka Allah Ta'ala. Yang dengan
satu kalimat darinya ia dimasuk-kan ke dalam Neraka yang dalamnya lebih jauh
dari-pada jarak antara timur dan barat."
[ad-Daa' wad Dawaa' (hat 244), tahqiq: Syaikh 'Ali bin Hasan bin' Ali 'Abdul Hamid.]

Perhatikanlah, sesungguhnya dosa dan maksiyat dapat menghalangi ilmu yang


bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati, merusak kehidupan, dan
mendatangkan siksa Allah Ta' ala.

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Kiat Kelima:
Tidak Boleh Sombong Dan Tidak Boleh Malu Dalam Menuntut Ilmu
Ketahuilah bahwa sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan
mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya.

Ummul Mukminin 'Aisyah (wafat th. 58 H) radhiyallaahu’anha pemah berkata


tentang sifat para wanita Anshar,
”Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar. Rasa malu tidak menghalangi
mereka untuk memperdalam ilmu agama."
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Sahiihnya kitab al-ilmu bab al-Hayaa' fil 'ilmi.]

Para wanita Anshar radhiyallaahu 'anhunna selalu bertanya kepada Rasulullah


shollallaahu 'alaihi wa sallam jika ada permasalahan agama yang masih rumit
bagi mereka. Rasa malu tidak menghalangi mereka demi menimba ilmu yang
bermanfaat.

Ummu Sulaim radhiyallaahu 'anha pemah bertanya kepada RasuIullah, ”Wahai


Rasulullah! Sesungguhnya Allah tidak malu terhadap kebenaran apakah seorang wanita
wajib mandi apabila ia mimpi (berjima')?" Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam
menjawab, ”Apabila ia melihat air.”
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 130).]

Maksudnya seorang wanita wajib mandi apabila ia mimpi berjima' dan keluar
air mani. Ia dapati air mani setelah terbangun dari tidumya. Ini menunjukkan
bahwa wanita pun mengeluarkan air mani sebagaimana halnya laki-laki.
Penyerupaan anak kepada ayah atau ibunya tergantung pada air mani
keduanya, mana yang lebih unggul, maka anak itu akan mirip dengannya.

Imam Mujahid bin Jabr (wafat th. 104 H) rahima-hullaah mengatakan, "Tidak
akan mendapatkan ilmu orang yang malu dan orang yang sombong."
[Atsar shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahiihnya kitab al-'Ilmu bab al-Hayaa' fil 'Ilmi dan Ibnu 'Abdil Barr
dalam al-Jaami' (1/534-535, no. 879).]

Kiat Keenam
Mendengarkan Baik-Baik Pelajaran Yang Disampaikan Ustadz, Syaikh, Atau
Guru
Para Salafush Shalih adalah manusia yang sangat antusias terhadap ilmu.
Apabila seorang syaikh atau guru menyampaikan pelajaran, mereka pun
mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

Imam adz-Dzahabi (wafat th. 748 H) rahimahullaah menyebutkan dalam kitab


Siyar A'laamin Nubalaa' dan Tadzkiratul Huffaazh bahwa Ahmad bin Sinan

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

(wafat th. 256 H) rahimahullaah berkata, "Dalam majelis 'Abdurrahman bin


Mahdi (wafat th. 198 H) tidak ada seorang pun yang berbicara, tidak ada pensil
yang diraut, dan tidak ada seorang pun yang berdiri. Seolah-olah di atas kepala
mereka ada burung atau seolah-olah mereka sedang shalat."
[Tadzkiratul Huffa£lzh (1/242, no. 313) cet. Darul Kutub aJ-'Ilmiyyah.]

Kiat Ketujuh
Diam Ketika Pelajaran Disampaikan
Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar'i kita tidak boleh berbicara yang tidak
bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu
syar'i yang disampaikan, tidak boleh ngobrol. Haruslah dibedakan antara majelis
ilmu dan majelis yang lainnya; antara tempat kita menuntut ilmu syar'i dengan
tempat yang lain, apalagi yang disampaikan adalah ayat-ayat Allah dan hadits-
hadits Rasulullahshallallaahu 'alaihi wa sallam.

Secara umum Allah menyebutkan tentang hal ini dalam firman-Nya,


"Dan apabila dibacakan Al-Qur-an, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu
mendapat rahmat." (QS. Al-A'raaf: 204)

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,


"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata yang baik
atau diam.”
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6018, 6136), Muslim (no. 47), dan at-Tirmidzi (no. 2500), dari Shahabat
Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu.]

Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,


"Barangsiapa yang diam, maka ia akan selamat.”
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (II/159, 177), at-Tirmidzi (no. 2301), dan ad-Darimi (lI/299), dari Shahabat '
Abdullah bin' Amr radhiyallaahu 'anhuma. Lihat Silsilah ash-Shahiihah (no. 536) dan Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir (no.
6367).]

Kiat Kedelapan
Berusaha Memahami Ilmu Syar'i Yang Disampaikan
Dalam memahami pelajaran, manusia berbeda-beda keadaannya, ada yang
langsung tanggap dan memahami pelajaran yang disampaikan, ada pula yang
lambat. Namun, kita harus senantiasa berusaha memahami dan memohon
kepada Allah agar diberikan pemahaman. Sebagaimana disebutkan dalam
hadits bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan
pemahaman agama kepadanya.”
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (I/306, II/234, IV/92, 95, 96), al-Bukhari (no. 71, 3116, 7312), dan Muslim (no.
1037), dari Shahabat Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallaahu 'anhuma.]

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Shahabat'Abdullah bin Mas'ud radhiyallaahu 'anhu pernah berdo' a:


"Ya Allah, tambahkanlah kepada kami keimanan, keyakinan, dan pemahaman (yang
benar).”
[Atsar ini diriwayatkan oleh 'Abdullah bin Imam Ahmad dalam As-Sunnah (I/368, no. 797) dan al-Laalikai dalam Syarah
Ushul I'tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama'ah (no. 1704). AI-Hafizh Ibnu Hajar menyatakan sanadnya shahih dalam Fat-hul
Baari (I/48).]

Kiat Kesembilan
Menghafalkan Ilmu Syar'i Yang Disampaikan
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku,
kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang
yang rnernbawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…”
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2658), dari Shahabat 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallaahu 'anhu.]

Dalarn hadits tersebut Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam berdo' a kepada Allah
agar Dia memberikan cahaya pada wajah orang-orang yang mendengar,
memahami, menghafal, dan mengamalkan sabda beliau shallallaahu 'alaihi wa
sallam. Maka, kita pun diperintahkan untuk menghafalkan pelajaran-pelajaran
yang bersumber dari Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa
sallam.

Kiat Kesepuluh
Mengikat Ilmu Atau Pelajaran Dengan Tulisan
Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran, poin-poin
penting, atau berbagai dalil bagi suatu permasalahan yang dibawakan oleh
syaikh atau gurunya. Tujuannya agar ilmu yang disampaikannya tidak hilang
dan terus tertancap diingatannya setiap kali ia mengulangi pelajarannya. Karena
daya tangkap atau kemampuan menghafal dan memahami pelajaran berbeda
antara satu orang dengan yang lain-nya. Selain itu, dengan mencatat pelajaran ia
dapat memahami dan menghafalkannya.

Adanya catatan atau alat tulis serta buku tulis mempakan bekal seorang
penuntut ilmu untuk memperoleh ilmu sebagaimana hal itu telah diisyaratkan
oleh imam asy-Syafi'i rahimahullaah.

Rasulullah shallallaahu ' alaihi wa sallam bersabda,


"Ikatlah ilmu dengan tulisan."
[Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Ibnu ' Abdil Barr dalam al-Jaami' (1/306, no. 395), dari Shahabat Anas bin Malik
radhiyallanhu'anhu. Lihat takhrij lengkapnya dalam kitab Silsilah ash-Shahiihah (no. 2026) dan Shahiih al-Jaami'ish
Shaghiir (no. 4434).]

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Kiat Kesebelas
Mengamalkan Ilmu Syar'i Yang Telah Dipelajari
Hal ini sangat penting karena ilmu syar'i yang telah dipelajari adalah untuk
diamalkan, bukan sekedar untuk dihafalkan. Para ulama menasehati kita bahwa
menghafal ilmu dengan cara mengamalkannya. Hendaklah seorang penuntut
ilmu mencurahkan perhatiannya untuk menghafalkan ilmu syar'i ini dengan
mengamalkannya dan ittiba'. Sebagian Salaf mengatakan, "Kami biasa memohon
bantuan dalam menghafalkan ilmu dengan cara mengamalkannya."
[Lihat kitab Miftaah Daaris Sa'aadah (1/344) dan lqtidha' al-'llmi al-'Amal (no. 149).]

Menuntut ilmu syar'i bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada
tujuan yang agung, yaitu adanya rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-
Nya, takwa kepada-Nya, dan mengamalkan tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan
demikian, maka siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya
ia diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaannya, dan ganjaran pahalanya
yang besar.
[Kaifa Tatahammas li Thalabil 'Ilmi Syar'i (hal. 74),]

Allah Ta' ala berfirman:


"Dan katakanlah: 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu..." (QS. At-Taubah: 105)

Dan Surga diwariskan bagi orang yang mengamalkan Islam dengan benar,
sebagaimana firman-Nya:
"Dan itulah Surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu
kamu kerjakan." (QS. Az-Zukhruf: 72)

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah mewanti-wanti agar kita


mengamalkan ilmu yang sudah diketahui (dipelajari), beliau bersabda,
"Tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba pada hari Kiamat hingga ia ditanya
tentang umurnya untuk apa ia habiskan; tentang ilmunya, apa yang telah diamalkan;
tentang hartanya darimana ia peroleh dan ke mana ia habiskan; dan tentang tubuhnya-
capek dan' letihnya-untuk apa ia habiskan."
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2417), dari Shahabat Abu Barzah Nadhlah bin 'Ubaid al-Aslami
radhiyallaahu 'anhu, At-Tirmidzi mengatakan, "Hadits hasan shahih."]

Kiat Kedua belas


Mendakwahkan Ilmu
Ilmu syar'i yang telah kita peroleh dan fahami bukanlah untuk kita sendiri.
Namun, kita harus mendakwahkannya.

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Dakwah ini harus dengan mengetahui syari'at Allah 'Azza wa Jalla sehingga
dakwah tersebut tegak di atas ilmu dan bashirah, berdasarkan firrnan Allah
Ta'ala,
“Katakanlah (Muhammad), inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk
orang musyrik." (QS. Yusuf: 108)

Yang dimaksud bashirah dalam dakwah adalah seorang da'i harus mengetahui
hukum syar'i, cara berdakwah, dan mengetahui keadaan orang yang menjadi
objek dakwah.
[Syarah Tsalaatsatil Ushuul (hal. 22).]

Objek dakwah yang paling utama adalah keluarga dan kerabat kita karena Allah
Ta' ala berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman, peliharah dirimu dan keluargamu dari api Neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya Malaikat-Malaikat yang
kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahriim: 6)

Mengenai pengertian ayat ini 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata,
"Didik dan ajarkanlah mereka."

Ibnu 'Abbas (wafat th. 68 H) radhiyallaahu 'anhuma berkata, "Lakukanlah


ketaatan kepada Allah, takutlah berbuat maksiat kepada-Nya, dan suruhlah
keluarga kalian berdzikir, niscaya Allah akan menyelamatkan kalian dari
Neraka."

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

PENGHALANG-PENGHALANC DALAM MENUNTUT ILMU


1. Niat yang rusak
2. Ingin terkenal dan ingin tampil
3. Lalai menghadiri majelis ilmu
4. Beralasan dengan ba.nyaknya kesibukan
5. Menyia-nyiakan kesempatan belajar di waktu luang
6. Bosan dalam menuntut ilmu
7. Menilai baik diri sendiri
8. Tidak mengamalkan ilmu
9. Putus asa
10. Terbiasa menunda-nunda
11. Belajar kepada Ahlul Bid'ah; seorang penuntu ilmu tidak beleh belajar
kepada Ahlul Bid' ah

ADAB-ADAB PENUNTUT ILMU


Adab kepada Allah, seorang penuntut ilmu wajib mentauhidkan Allah dan tidak
boleh berbuat syirik dengan sesuatu apa pun juga. Ridha terhadap takdir Allah
dan sabar, bersyukur atas nikmat Allah yang Allah karuniakan dan selalu
bertaqwa kepada-Nya.

Adab terhadap Rasulullah, mentaati apa yang beliau perintahkan dan menjauhi
apa yang beliau larang, meneladani beliau, membenarkan perkataan beliau,
beribadah menurut apa yang beliau syari'atkan, mencintai beliau lebih dari apa
yang ada di muka bumi dan selalu mengucapkan shalawat dan salam kepada
beliau shilllallahu alaihi wasalIam, memuliakan istri-istrinya clan para
sahabatnya.

Adab kepada orang tua, berbakti dan mentaati keduanya selama tidak
menyuruh berbuat dosa dan maksiat. Tawadhu dan kasih sayang kepada
keduanya berdo'a memohonkan ampun dan rahmat untuk keduanya, selalu
memenuhi kebutuhan keduanya, membantu, memberikan harta dan berusaha
sungguh-sungguh untuk kebaikan keduanya.

Adab kepada diri sendiri, harus, berusaha memperhatikan dan membersihkan


hati, menjauhkan maksiyat, mengikuti dan meneladani para sahabat, berakhlak
dengan akhlak yang mulia, selalu takut kepada Allah, selalu bertaubat kepada
Allah dan bersikap qona' ah dan zuhud.

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007
MAKALAH : MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA
ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU
Oleh: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Adab terhadap karib kerabat, menyambung silaturrahmi, membantu mereka,


memberikan hadiah, bersabar atas gangguan mereka dan mema' afkan kesalahan
mereka.

Adab terhadap tetangga dan masyarakat, menghormati mereka, beretika dengan


adab Islam, menolong mereka, memenuhi undangan mereka dan berusaha
menghadapi sikap buruk mereka dengan kebaikan.

Adab terhadap guru; menghormati dan rnemuliakan kedudukannya, memulai


mengucapkan salam, berbuat baik kepada guru, berusaha untuk mendengarkan
nasihatnya dengan baik, bersabar atas sikap guru terhadapnya, menutupi aib
gurunya dan berusaha untuk membalas kebaikan gurunya dengan kebaikan
pula dan selalu mendo' akan kebaikan untuk gurunya.

Mudah-mudahan apa yang ditulis, dibaca dan dijelaskan bermanfaat unhLk


penulis dan yang mernbaca makalah ini. Mudah-mudahan kita diber:L.lcan ilmu
yang bermanfaat dan diberikan taufiq oleh Allah untuk mengamaIkaILTlya dan
mudah-mudahan kita semuadimasukkan oleh Allah ke dalam Surga-Nya.i\min.
Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Rasulullah keluarganya,
para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya dengan bail< sampai hari
kiamat.

Disampaikan dalam Dauroh Muslimah 10 di Mesjid lmam Ahmad bin Hanbal Bogor
Sabtu dan Ahad, 24-25 Rabiul Akhir 1428H/ 12-13 Mei 2007

Anda mungkin juga menyukai