Anda di halaman 1dari 4

ALGORITMA

“Acute Coronary Syndrome ”

Eni Setyawati
NIM. P07220419065

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2020
ALGORITMA ACS

Apakah pasien mengalami sumbatan


jalan napas ?

Jika YA TIDAK

Lakukan pemeriksaan adanya


gurgling/snoring, jika ada ronki maupun
wheezing lakukan pemberian nebulizer

Apakah pasien mengalami sesak napas?

Jika YA TIDAK

Jika pasien mengalami sesak napas


lakukan pemberian oksigen dengan
menggunakan nasal kanul 4 lpm

Apakah pasien mengalami masalah pada


sirkulasi ?

Jika YA TIDAK

Lakukan pemeriksaan EKG,


Tekanan darah, dengarkan bunyi
jantung tambahan

Apakah pasien mengalami henti


jantung ?

Jika YA TIDAK

Lakukan pemeriksaan GCS, Jika


pasien mengalami henti jantung
maka lakukan RJP dengan rasio
30 :2 oleh 1 atau 2 penolong
Apabila pasien dengan kesadaran
composmentis ?

Jika YA

Triase (pertanyaan yang perlu dikaji) :


Apakah ada Riwayat PJK sebelumnya ?
Apakah nyeri dada yang diarasakan seperti menusuk atau menekan (curiga angina) ?
Apakah nyeri menjalar ke tubuh lain ?
Apakah nyeri saat istirahat dan terus menerus (>20 menit) ?

Pasien dengan riwayat nyeri dada & riwayat keluhan yang khas : Seperti dihimpit
benda berat, Terasa tercekik, Rasa ditekan, ditinju, ditikam, Rasa terbakar

Lakukan penilaian bersamaan kurang dari Perawatan Umum segera


10 menit

Anjurkan pasien 1. Cek tanda-tanda vital


untuk bedrest total 2. Pemasangan cairan Ingat : “MONACO” !
maupun puasa intravena
untuk menurunkan 3. Pemeriksaan fisik serta  O2 4 L/m (maintain O2 sat 90%)
demand lakukan monitoring  Aspirin 150 - 325 mg
hemodinamik  Nitrogliserin SL, spray, atau IV
4. Aktifkan cath lab jantung  Clopidogrel dosis awal 300 mg,
5. 12 Lead EKG kemudian 75 mg/hari
6. Mengambil sampel darah  Morfin IV 2 - 4 mg diulang tiap
untuk pemeriksaan 5-10 menit (jika nyeri tidak
laboratorium/Enzim berkurang dengan ISDN)
jantung
Catatan :
Pemberian Nitrat Drip tidak boleh
diberikan pada tekanan darah < 90
mmHg
Pemeriksaan Fisik : (khusus)
 Takikardia, reguler tetapi dapat pula
bradikardia
 Tensi normal, dapat juga
hiper/hipotensi
 BJ redup
 S3 (+) → kerusakan miokard luas
 Paru : ronkhi basah dan atau wheezing
→ bendungan paru  tergantung ada
tidaknya gangguan fungsi ventrikel kiri
Interpretasi hasil EKG

ST elevasi atau LBBB ST-depresi or gel. Normal / tidak ada


baru/ diduga baru → T-inverted → curiga perubahan ST Segmen
curiga STEMI UAP/NSTEMI & Gel. T

Adjunctive treatment : Adjunctive treatment : Resiko tinggi atau


 Beta-adrenergic receptor  Heparin cardiac marker (+)
blocker (UFH/LMWH)
 Heparin (UFH or LMWH)  Glikoprotein IIb/IIIa
receptor inhibitors
Waktu onset dari  -Adrenoreceptor Pasang monitor
gejala (< 12 jam) blockers di IGD

> 12 jam Transfer ke ICCU


Nilai faktor resiko Resiko tinggi atau
cardiac marker (+)
 Reperfusi : PCI (90 min)
 Jika pada fasilitas kesehatan
tidak tersedia PCI segara - High risk : terapi invasif
berikan terapi reperfusi segera
fibrinolisis dalam waktu 30 - Lanjutkan ASA, heparin,
menit jika tidak ada ACE-I, statin
kontraindikasi
Observasi
Rawat Jalan atau Rawat EKG dan Enzim EKG dan
inap bukan ICCU Jantung Normal laboratorium
Pada evaluasi
selama 12 jam kembali (6-12
EKG perubahan jam)
Transfer Ruangan bermakna dan
ICCU enzim jantung
meningkat

Sumber :

AHA-ILCOR Guidelines for CPR and ECC. Circulation 2005;112 (Suppl):IV-90


Muchid, Abdul dkk. 2007. Coronary Disease Farmasi. Departemen Jakarta: Jakarta.
Juzar, Dafsah. 2018. Pedoman Tata Laksana Sindrom Korona Akut. Perhimpunan
Dokter Spesialis: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai