Anda di halaman 1dari 6

e-journal Volume

PEWARNAAN TEKNIK CRACKLE PADA JENIS KAIN KATUN UNTUK BUSANA CASUAL ANAK
Nayliyatur Rachmah
S1 Pendidikan Tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya (nailya.rahma88@gmail.com)

Irma Russanti
Dosen Tata Busana, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
(irmarussanti@unesa.ac.id)

Abstrak

Crackle atau retakan merupakan salah satu motif yang digunakan menghias permukaan benda untuk
menambah nilai keindahan benda tersebut. bahwa crackle adalah sebuah metode atau teknik membuat
retakan yang menyebabkan pewarna menembus sehingga menciptakan motif yang menarik. Tepung
terigu, oatmeal, dan dextrin kentang adalah yang terbaik untuk digunakan dalam metode ini. Lilin
dapat digunakan untuk teknik ini, tetapi ketika diterapkan di area yang luas, lilin akan menciptakan
lapisan tebal pada kain yang mungkin sulit dihilangkan. Crackle adalah salah satu metode untuk
membuat tekstur kresek atau marmer pada kain adalah dengan menggunakan pewarna tahan yang
retak saat kering". Bentuk yang paling umum menggunakan lilin, semacam pasta yang terbuat dari
pati atau lumpur, atau penahan mekanis yang memanipulasi kain seperti mengikat atau menjahit
(Dunnewold, 2017:17). Tujuan dari penelitian ini adalah : 1.)Untuk mengetahui adakah perbedaan hasil jadi
teknik pewarnaan Crackle menggunakan kain primisima, katun jepang, dan toyobo pada busana casual anak
ditinjau dari aspek penggunaan bahan, daya serap warna dan ketajaman motif hasil teknik pewarnaan Crackle
2.)Untuk mengetahuin manakah hasil jadi teknik perwarnaan crackle yang terbaik menggunakan kain primisima,
katun jepang, dan toyobo pada busana casual anak
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, dengan format
atau blanko pengamatan. Observer dalam penelitian ini sebanyak 25 orang terdiri dari 5 observer ahli ( Dosen
Tata Busana ) dan 20 observer semi ahli ( mahasiswa tata Busana ) dan dilakukian dengan uji analisis statistic
Anava dengan uji lanjut Duncant.
Hasil penelitian ini adalah: 1.) adanya perbedaan hasil jadi pewarnaan teknik crakle dengan aspek warna
yaitu dengan hasil jadi terbaik terdapat pada kain Katun Jepang. Pada aspek motif memiliki perbedaan yang
signifikan, sehingga adanya perbedaan antara kain primisima, katun jepang dan toyobo. 2.) Hasil jadi terbaik
pewarnaan teknik crackle terdapat pada kain katun jepang dilihat dari aspek warna dan aspek motif.
Kata kunci: teknik crackle, katun jepang, katun primissima, katun toyobo

Abstract
Crackle is one of the motives used to decorate the surface of objects to add value to the beauty of the object. that
crackle is a method or technique for making cracks which causes the dye to penetrate, thus creating an interesting motif.
Wheat flour, oatmeal, and potato dextrin are the best to use in this method. Candles can be used for this technique, but
when applied over large areas, the wax will create a thick layer of fabric that may be difficult to remove. Crackle is one
method for making crackle or marble textures on fabric by using impervious dyes that crack when dry. "The most
common form uses wax, a kind of paste made of starch or mud, or a mechanical barrier that manipulates fabrics such as
binding or sewing (Dunnewold, 2017: 17) The objectives of this study are: 1.) To find out whether there are differences
in the results of the Crackle staining technique using primisima fabric, Japanese cotton, and toyobo in children's casual
clothing in terms of aspects of material use, color absorption and sharpness motif of the results of the Crackle staining
technique 2.) To find out which results are the best crackle coloring technique using primisima fabric, Japanese cotton,
and toyobo in children's casual clothing
Data collection method used in this study is the method of observation, with the format or form of observation.
Observer in this study as many as 25 people consisted of 5 expert observers (Lecturer in Dressmaking) and 20 semi-
expert observers (Dressmaking students) and were conducted with Anava statistical analysis test with Duncant
advanced test.
The results of this study are: 1.) There is a difference in the result of the coloration of the crakle technique with the
color aspect, namely the best finished result is found in Japanese Cotton fabric. In the aspect of the motif has a
significant difference, so that there are differences between primisima fabric, Japanese cotton and toyobo. 2.) The best
finished result of coloring the crackle technique is found in Japanese cotton fabric seen from the aspect of color and
aspects of motifs.
Keywords: crackle technique, japanese cotton, primissima cotton, toyobo cotton

100
e-journal Volume

PENDAHULUAN dengan judul penelitian “Perbedaan Hasil Jadi Teknik


Crackle atau retakan merupakan salah satu motif Pewarnaan Crackle Menggunakan Primisima, Katun
yang digunakan menghias permukaan benda untuk jepang, dan Toyobo Pada Busa Casual Anak”.
menambah nilai keindahan benda tersebut. Teknik
Crackle ini pernah digunakan Alexander Wang untuk METODE PENELITIAN
Balenciaga pada koleksi busana musim gugur atau musim Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen
dingin. Teknik Crackle ini telah digunakan Alexander dengan satu variabel bebas dikarenakan perbedaan
Wang untuk beberapa percobaan pada bahan yang menggunakan katun jepang, katun primissima, dan katun
berbeda yaitu sepatu, tas, jaket dan topi. ( Kromacrackle, toyobo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
2013 ). Selain digunakan untuk menghias busana, motif perbedaan teknik crackle pada beberapa kain dan
Crackle juga sering diterapkan pada tembok, guci dan mengetahui manakah hasil jadi terbaik dengan aspek
benda - benda lainnya. warna dan aspek motif. Metode pengumpulan data
Bahan utama pada pewarnaan teknik Crackle ini dengan cara observasi dengan 25 observer, dengan
perintang warna. Perintang warna digunakan untuk Metode analisis data menggunakan uji Anava dengan uji
menghalangi cat atau pewarna menembus ke seluruh lanjut Duncant dengan program SPSS 26.
permukaan bahan, namun juga digunakan sebagai Berikut ini desain penelitian dalam pengambilan data
penghasil motif dimana cat atau pewarna dapat perbedaan hasil jadi pewarnaan teknik crackle
menembus melalui celah retakan. Tepung terigu, oatmeal, menggunakan primissima, katun jepang dan toyobo pada
dan dextrin kentang adalah yang terbaik untuk digunakan busana casual anak
dalam metode ini ( Lisa Kerpoe, 2012 ). Retakan Tabel 1. Desain Penelitian
dihasilkan dari proses penjemuran perintang warna
hingga kering dan membentuk retakan dengan sendirinya, Y
namun retakan juga dapat dibuat dengan cara di injan- X Y1 Y2
injak, dipikul-pukul dan dirumat.
Busana yang akan diterapkan pada aplikasi Teknik X1 X1Y1 X1Y2
Crackle adalah busana casual. Penggunaan bahan pada X2 X2Y1 X2Y2
busan casual memiliki kualitas yang baik dan X3 X3Y1 X3Y2
mengutamakan rasa nyaman pada pengguna, mulai dari
tebal dan tipis, juga serat yang digunakan untuk busana
Keterangan :
casual. Salah satu bahan utama yang sesuai dipakai untuk
busana casual anak adalah bahan katun yang terbuat dari X : Bahan
serat alami. X1 : Katun primisima
Bahan katun memiliki karakteristik mudah X2 : Katun jepang
menyerap keringat, lentur sehingga nyaman di pakai X3 : Katun toyobo
sehari-hari dan sesuai untuk busana casual. Katun Y : Hasil jadi Pewarnaan Teknik Crackle
memiliki beberapa jenis diantaranya primisima, katun Y1 : Aspek ketajaman warna
jepang, dan toyobo. Y2 : Aspek daya serap
Busana casual anak memiliki karakteristik yang ceria dan X1Y1 :Hasil jadi pewarnaan crackle menggunakan
cenderung banyak menggunakan brbagai motif yang kain katun primisima dilihat dari aspek
ramai seperti flora, fauna, figurative, geometris dan ketajaman warna
abstrak sehingga cocok untuk penerapan teknik Crackle. X2Y1 :Hasil jadi pewarnaan crackle menggunakan
Pada pra eksperimen peneliti membedakan jenis kain katun jepang dilihat dari aspek ketajaman
tepung yang digunakan sebagai perintang warna warna
diantaranya adalah tepung terigu, tepung tapioka, dan X3Y1 :Hasil jadi pewarnaan crackle menggunakan
tepung beras. Pada pra eksperimen kedua peneliti kain katun toyobo dilihat dari aspek
memilih motif kain yang menggunakan tepung tapioka. ketajamanwarna
Pra eksperimen yang selanjutnya peneliti melanjutkan X1Y2 :Hasil jadi pewarnaan crackle menggunakan
dengan membandingkan jumlah takaran tepung yang kain katun primisima dilihat dari aspek daya
digunakan yaitu 100gr, 150gr dan 200gr. Pada pra serap
eksperimen ketiga peneliti memilih jumlah takaran X2Y2 :Hasil jadi pewarnaan crackle menggunakan
tepung 150gr untuk diterapkan sebagai perintang warna kain katun jepang dilihat dari aspek daya serap
pada teknik Crackle. Hasil teknik Crackle menggunakan X3Y2 :Hasil jadi pewarnaan crackle menggunakan
tepung tapioca dengan takaran 100gr, 150gr, dan 200gr kain katun toyobo dilihat dari aspek daya serap
terlihat kurang menghasilkan motif yang jelas serta
kurang terlihat menarik sehingga dilakukan lagi pra Variabel kontrol pada penelitian ini
eksperimen selanjutnya. a. Pelarut yang digunakan penlitian adalah air.
b. Jumlah pelarut yang digunakan adalah 600ml.
Ditinjau dari pra eksperimen yang telah dilakukan, c. Ukuran kain katun yang digunakan.
peneliti tertarik untuk melakukan eksperimen selanjutnya

101
e-journal Volume

d. Jumlah tepung terigu yang digunakan adalah teknik crackle menggunakan katun primissima, katun
175gr. jepang dan katun. Hasil diperoleh dari observasi
e. Jumlah cat yang digunakan 50ml. dengan 25 observer, kemudian dianalisis
menggunakan SPSS 26 yang ditinjau dari aspek
f. Warna kain yang digunakan adalah putih.
warna dan aspek motif pada hasil jadi teknik
g. Cat yang digunakan adalah cat fabric. pewarnaan crackle.
h. Lama waktu proses pengeringan. 1. Aspek Ketajaman Warna
i. Teknik crackle yang diterapkan. pada aspek ketajaman warna, hasil jadi yang
j. Desain busana casual anak. terbaik terdapat pada Kain katun Jepang dengan
k. Alat yang digunakan adalah mesin jahit. nilai 3.48, hal ini menandakan bahwa kain katun
l. Orang yang mengerjakan adalah peneliti jepang dapat menyerap warna dengan baik
sehingga dapat menghasilkan warna yang terang
Proses pembuatan pewarnaan teknik crackle dilakukan di bandingkan dengan kain primisima dan
sebagai berikut: toyobo, Kemudian pada hasil jadi yang kedua
1. Persiapan alat dan bahan yaitu kain primisima dengan nilai 3, dan kain
2. Proses Persiapan Pewarnaan Teknik Crackle toyobo dengan nilai 2.28.
a. Persiapan Tepung Terigu
b. Percampuran zat pewarna fabric dengan
pelarut air Aspek Ketajaman Warna
c. Proses Pewarnaan Teknik Crackle Hasil Jadi
Warna Mean N Std. Deviation
3. Pelaksanaan Pembuatan Busana Casual Anak
Primisima 3.00 25 .000
a. Membuat Desain
Jepang 3.48 25 .823
b. Mengukur Toyobo 2.28 25 .891
c. Membuat pola Total 2.92 75 .850
d. Memotong kain katun primisima, katun
jepang dan toyobo sesuai pecah pola untuk Tabel 2. Tabel Aspek Ketajaman Warna
penerapan teknik pewarnaan crackle
2. Aspek Daya Serap
e. Menjahit bahan utama bagian sisi baju
pada aspek daya serap, hasil jadi yang
bagian badan. terbaik terdapat pada Kain katun Jepang dengan
f. Menjahit bahan uatama rok, menyatukan 3 nilai 3.44, hal ini menandakan bahwa kain katun
sisi rok pias yang telah diterapkan jepang dapat membentuk motif dengan hasil jadi
pewarnaan teknik crackle. baik sehingga dapat menghasilkan motif yang
g. Menjahit furing bagian sisi baju bagian nampak jelas di bandingkan dengan kain
badan. primisima dan toyobo, Kemudian pada hasil jadi
yang kedua yaitu kain primisima dengan nilai
h. Menjahit furing rok lingkar
2.64, dan kain toyobo dengan nilai 2.44.
i. Menjahit menyatukan bahan utama bagian Aspek Daya Serap
badan dan bagian rok Hasil Jadi
j. Menjahit menyatukan furing bagian badan Motif Mean N Std. Deviation
dan bagian rok. Primisima 2.64 25 1.036
k. Menyatukan bahan utama dan furing. Jepang 3.44 25 .768
l. Memasang resleting pada bagian belakang Toyobo 2.44 25 .870
baju. Total 2.84 75 .987
m. Merapikan jahitan dengan mengunakan Tabel 3. Aspek Daya Serap
jarum tangan bagian yang belum terjahit.
Signifikansi dengan Anova

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah data hasil observasi tentang perbedaan hasil

102
e-journal Volume

dari tingkatannya sehingga dapat di simpulkan ada


perbedaan antara hasil jadi pewarnaan teknik crackle
menggunakan kain primisima, katun jepang dan
toyobo dengan nilai paling baik jatuh kepada kain
Katun jepang

B. PEMBAHASAN
1. Perbedaan hasil jadi pewarnaan teknik crackle
menggunakan primisima, katun jepang dan
toyobo dari aspek warna dan motif sebagai
Tabel 4. Signifikan anava berikut :
Bedasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa hasil a. Aspek Ketajaman Warna
uji anova pada hasil jadi perbedaan perwarnaan teknik Berdasarkan tabel uji Anova dan uji Lanjut
duncan dapat di simpulkan adanya
crackle menggunakan kain primisima, katun jepang dan
perbedaan hasil jadi pewarnaan teknik
toyobo dengan nilai Signifikansi 0.000 atau sama dengan crakle dengan aspek warna yaitu dengan
0.000 < 0.05 dengan artian Ada perbedaan hasil jadi hasil jadi terbaik terdapat pada kain Katun
Jepang.
antara hasil jadi pada pewarnaan teknik crackle dengan
Perbedaan ini dapat dilihat dari warna yang
kain primisima, katun jepang dan toyobo. melekat pada kain jepang menghasilkan
warna yang terang di bandingkan kain
primisima dan kain toyobo, karena katun
Uji lanjut Duncan
jepang terbuat dari serat kapas yang baik
Rata-Rata yaitu 90-100% katun dengan ciri-ciri warna
Duncan a yang tidak mudah luntur dan tidak mudah
pudar. Kemudian daya serat pada kain
Kain N Subset for alpha = 0.05 katun jepang sangat baik di bandingkan
1 2 3 dengan kain katun lainnya, sehingga warna
Toyobo 25 2.36 dapat mudah menyerap dan menghasilkan
warna yang tajam di bandingkan dengan
Primisim 25 2.82
kain primisima dan kain toyobo.
a Menurut Fitrihana ( 2009: 30 ) warna yang
Jepang 25 3.46
dihasilkan pada saat proses pewarnaan atau
Sig. 1.000 1.000 1.000 pencelupan terlihat tajam, warna yang
dihasilkan lebih terlihat gelap dibandingkan
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
dengan sebelumnya. Katun ini mempunyai
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 25.000. tekstur lebih tebal dan lebih lembut, dan
Tabel 5. Uji lanjut duncant mengandung gugus hidroksil sehingga
mampu menyerap warna dengan baik
1. Pada tabel subset diatas tabel dimana dengan nilai ( Irhami, 2017 ). Kekuatan serat kapas
terendah jatuh kepada bahan toyobo dengan nilai dipengaruhi oleh kadar selulose dalam serat
2,36 ( suheryanto, 2013 ).
b. Aspek Daya Serap
2. Pada tabel kedua atau subset tabel tengah dengan
Berdasarkan tabel uji aspek motif di atas
yaitu kain primisima dengan nilai 2.82 hasil jadi pada aspek motif memiliki
3. Pada tabel ketiga yaitu dengan nilai paling besar di perbedaan yang signifikan, sehingga adanya
perbedaan antara kain primisima, katun
antara tabel yang lain yaitu kain katun jepang dengan
jepang dan toyobo.
nilai 3.36 Perbedaan ini menghasilkan bahwa kain
katun jepang lebih memiliki hasil jadi motif
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada kain yang baik, hal ini karena (1) katun jepang
toyobo primisima dan jepang memiliki perbedaan memiliki permukaan kain yang halus

103
e-journal Volume

sehingga motif dapat merekat baik pada kain yang halus sehingga motif dapat merekat
kain, (2) Memiliki warna yang tahan lama, baik pada kain, (5) Memiliki warna yang tahan
sehingga resapan hasi jadi motif nampak lama, sehingga resapan hasi jadi warna dan
jelas setelah di implementasikan pada kain motif nampak jelas setelah di implementasikan
katun jepang. (3) Tidak mudah pudar, pada kain katun jepang.
sehingga saat setelah proses mengangkatan
crackle pada kain dapat menghasilkan PENUTUP
cetakan motif yang baik dan jelas. SIMPULAN
Menurut Ramainas dalam Fitriana ( 2019 ) 1. adanya perbedaan hasil jadi pewarnaan teknik crakle
serat kapasdidapatkan dari rambut biji dengan aspek warna yaitu dengan hasil jadi terbaik
pohon kapas, termasuk dalam gossypsum. terdapat pada kain Katun Jepang. Pada aspek motif
Sedangkan menurut Nurhasanahdalam memiliki perbedaan yang signifikan, sehingga
Yulianti ( 2013: 16 ) umumnya serabut adanya perbedaan antara kain primisima, katun
kapas sangat kuat karena mengandung jepang dan toyobo.
selullosa hingga 9,4 % sehingga 2. Hasil jadi terbaik pewarnaan teknik crackle terdapat
mempunyai daya serap yang tinggi pada kain katun jepang dilihat dari aspek warna dan
sehingga cocok digunakan untuk aspek motif.
pencelupan.
2. Hasil teknik pewarnaan teknik crackle yang
terbaik dari aspek warna dan motif sebagai SARAN
1. Untuk lama pencelupan disarankan dengan
berikut :
menggunakan waktu lama pencelupan 96 jam agar
Berdasarakan pada tabel uji Anova dan
warna yang dihasilkan lebih tajam
Duncan data diatas dengan menggunakan SPSS
2. Untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan
26, menghasilkan adanya perbedaan hasi jadi
ditambahkan fiksasi sehingga dapat mengetahui
teknik crakcle pada kain katun primisima, katun hasil ketahanan luntur setelah pencucian
jepang , dan katun toyobo. Sehingga dapat di
tarik kesimpulan bahwa untuk nilai perbedaan DAFTAR PUSTAKA
dari ketiga kain tersebut dengan rincian sebagai
Dunnworl, J. (2017). Easy Resist Fabric Dyeing. In
berikut :
Q. Art, Batik And Suface Design (pp. 17-21).
1. Kain primisima rata-rata hasil jadi Fitriana, Lusi dan Adriani. 2019. Perbedaan Hasil
pewarnaan teknik crackle sebesar 2.82 Pencelupan Bahan Linen dan Katun Pada Zat Warna
2. Kain Katun jepang rata-rata hasil jadi Alam Ekstrak Kulit Buah Kakao ( Theobroma
pewarnaan teknik crackle sebesar 3.46 Cacau I ). Universitas Negeri padang, sumatera
3. Kain toyobo rata-rata hasil jadi pewarnaan Barat. Georga Jurnal Seni Rupa Volume 8 No 1
teknik crackle sebesar 2.36
Fitrihana, N. 2009, Teknik Eksplorasi Zat Pewarna
Dengan demikian rata-rata kain terbaik Alam Dari Tanaman DiSekitar Kita Untuk
antara kain primisima, kain katun jepang dan Pencelupan Bahan Tekstil,(Online).
kain toyobo dengan hasil jadi terbaik adalah (http://www.batikyogya.wordpressc
kain katun jepang dengan nilai 3.46 com/2007/08/02/teknik-zat-pewarna-alam-
Sedangkan pada pilihan nilai responden daritanaman-sekitar-kita-untuk-pencelupan-
untuk kain katun jepang dengan nilai minimum bahan-tekstil).
2 yaitu netral dan nimal maksimal 4 yaitu sangat Irhami. A, dkk. 2017. Teknik Pewarnaan Tekstil dengan
suka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada Warna Bahan Alami dan Tepung Kanji cair Pada
kain toyobo primisima dan jepang memiliki Kain Katun. Universitas Syiah Kuala Darussalam,
Banda Aceh. Jurnal ilmiah Mahasiswa Pendidikan
perbedaan dari aspek warna dan aspek motif.
Kesejahteraan Keluarga Volume 2 no 4
Katu jepang memiliki hasil jadi terbaik karena Kerpoe, L. (2012). Visual Texture On Fabric. C&T
(1) katun jepang terbuat dari serat kapas yang Publishing.
baik yaitu 90-100% katun, (2) warna yang tidak Suheryanto. D. 2012. Optimalisasi Waktu Fermentasi
mudah luntur dan tidak mudah pudar, (3) Pembuatan Zat Warna Alam Indigo ( Indigofera
Kemudian daya serat pada kain katun jepang Tincoria ). In Seminar Nasional Teknik Kimia,
sangat baik di bandingkan dengan kain katun Program Studi Teknik Kimia UPN “ Veteran “ Jawa
Timur Surabaya
lainnya, (4) katun jepang memiliki permukaan

104
e-journal Volume

Fitriana, Lusi dan Adriani. 2019. Perbedaan Hasil


Pencelupan Bahan Linen dan Katun Pada Zat Warna
Alam Ekstrak Kulit Buah Kakao ( Theobroma
Cacau I ). Universitas Negeri padang, sumatera
Barat. Georga Jurnal Seni Rupa Volume 8 No 1

Fitrihana, N. 2009, Teknik Eksplorasi Zat Pewarna


Alam Dari Tanaman DiSekitar Kita Untuk
Pencelupan Bahan Tekstil,(Online).
(http://www.batikyogya.wordpressc
com/2007/08/02/teknik-zat-pewarna-alam-
daritanaman-sekitar-kita-untuk-pencelupan-
bahan-tekstil).

105

Anda mungkin juga menyukai