Anda di halaman 1dari 19

MEMBANDINGKAN KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR DAN

MENENGAH DI MALAYSIA DAN THAILAND

Ardian Haryo Suseno, Mukhlis Rizki Darmawan, Risma Nurmalita Safitri


Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Yogyakarta
Email: ardianharyo.2020@student.uny.ac.id

Abstrak

Pendidikan merupakan sebuah sarana atau upaya untuk membawa generasi bangsa
menuju era yang lebih maju atau modern. Merancang kurikulum yang relevan dengan
kondisi zaman yang berkembang setiap tahunnya diiringi dengan kuatnya pengaruh
globalisasi dinilai sebagai langkah yang tepat dalam upaya memajukan dan
menyeimbangkan pendidikan di suatu negara sesuai perkembangan zaman. Artikel ini
membahas mengenai perbandingan kurikulum yang diterapkan di negara kawasan
ASEAN terutama di negara Malaysia dan Thailand dengan tujuan untuk mengetahui
kurikulum pendidikan yang diterapkan di negara Malaysia dan Thailand, serta meninjau
dan mengkomparasikan kurikulum pendidikan di kedua negara tersebut. Metode yang
digunakan meliputi dua metode, yakni metode deskriptif dan metode komparasi. Dengan
hasil, bahwa kurikulum di Malaysia dan Thailand memiliki perbedaan dalam hal model,
tujuan, sasaran dan kompleksitas.
Kata Kunci: Pendidikan, Kurikulum

Abstract

Education is a means or effort to bring the nation's generation to a more advanced or


modern era. Designing a curriculum that is relevant to the conditions of the growing era
each year accompanied by the strong influence of globalization is considered as the right
step in efforts to advance and balance education in a country according to the times. This
article discusses the comparison of curriculum applied in ASEAN countries, especially in
Malaysia and Thailand with the aim of knowing the education curriculum applied in
Malaysia and Thailand, as well as reviewing and compiling the education curriculum in
both countries. The method used includes two methods, namely descriptive method and
comparison method. With the results, that curriculum in Malaysia and Thailand has
differences in terms of model, purpose, goals and complexity.
Keywords: Education, Curriculum
Pendahuluan
Pendidikan merupakan komponen penting dalam membangun peradaban
yang maju pada suatu bangsa dengan tujuan agar dapat terbebas dari
permasalahan-permasalahan dalam kehidupan. Problematika kehidupan yang
dimaksud melingkupi aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya. Solusi dari
problematika ini adalah pendidikan. Maksudnya ialah, bagaimana cara kita
memanfaatkan pendidikan secara optimal melalui studi penelitian atau riset untuk
mencari jalan keluar dari berbagai permasalahan kehidupan.
Semua negara di dunia pasti menginginkan pendidikan yang terbaik untuk
negaranya, dan kini berbagai negara di belahan dunia berlomba-lomba untuk
meningkatkan kualitas dan memajukan pendidikan di negara mereka dengan cara
melihat, menilai, dan mengomparasikan berbagai sistem atau kebijakan
pendidikan yang digunakan atau diterapkan oleh negara lain yang selanjutnya
akan dikembangkan secara mandiri melalui penelitian lebih lanjut sehingga dapat
dirumuskan menjadi sebuah rancangan sistem pendidikan yang baru yang dinilai
efektif dalam mengembangkan maupun memajukan pendidikan di negara mereka.
Konsep ini bisa dikatakan sebagai peminjaman kebijakan (policy borrowing).
Sholikhah (2019) menjelaskan bahwa studi ini bertujuan mengkaji sebuah upaya
untuk melihat serta memahami kehidupan pendidikan di negara lain guna
memperluas pandangan pendidikan agar tidak terpaku pada egosentris yang
sempit.
Terkait dengan perbandingan pendidikan dalam konteks membandingkan
kurikulum pendidikan, hal ini dilakukan guna memajukan pendidikan agar dapat
menyesuaikan seiring dengan perkembangan zaman terutama mengikuti trend
perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang hingga saat ini
masih terus berkembang. Apabila pendidikan yang diterapkan oleh suatu negara
tidak mengalami kemajuan atau berlangsung stagnan bahkan mengalami
kemunduran, hal tersebut berarti pemerintah gagal dalam upaya membangun
kualitas pendidikan yang baik di negaranya.
William Glasser (dalam Rohman, 2013) mengemukakan bahwa dalam
rangka membangun kualitas pendidikan yang lebih baik, dapat diawali dengan
menjelaskan 5 (lima) kebutuhan yang mendasar atau pokok bagi manusia, yakni
freedom (kebebasan), love (cinta), survival (kebertahanan), dan fun (kesenangan).
Dari kelima kebutuhan yang mendasar tersebut, Glasser mendefinisikan kualitas
sebagai segala sesuatu yang alami secara konsisten, dapat memuaskan salah satu
atau lebih dari kelima kebutuhan dasar tersebut. Oleh karena itu, pendidikan yang
berkualitas secara pasti berkorelasi dengan usaha-usaha dari satuan pendidikan
agar dapat memberi pelayanan yang optimal bagi masyarakat pada umumnya.
Dalam rangka merealisasikan satuan pendidikan yang bermutu, dapat
dimulai dengan membangun kesepakatan bersama dari para pelaku dalam dunia
pendidikan (dewan sekolah, kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, siswa, dan
komunitas di sekitar sekolah) agar secara bersama-sama dapat menumbuhkan
tekad melalui dedikasi diri demi peningkatan dan perbaikan kualitas lembaga
penyelenggara pendidikan (Rohman, 2013).
Saat ini, banyak inovasi pendidikan yang dikembangkan melalui studi
perbandingan komparatif. Oleh karena itu, artikel ini berusaha mencari inovasi
pendidikan menggunakan studi komparasi dengan pendekatan segi letak geografis
sebagai prasyarat komparabilitas. Letak geografis diambil karena negara yang
akan dibandingkan tersebut sama-sama berada di kawasan Asia Tenggara, yakni
negara Malaysia dan Thailand dengan kurikulum pendidikan sebagai objek
perbandingan. Adapun rumusan masalah yang dari artikel ini adalah 1) bagaimana
kurikulum pendidikan yang diterapkan di negara Malaysia dan Thailand?; dan 2)
bagaimana hasil komparasi yang dilakukan dengan membandingkan kurikulum
pendidikan di kedua negara tersebut?
Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui kurikulum pendidikan
yang diterapkan di negara Malaysia dan Thailand, serta meninjau dan
mengkomparasikan kurikulum pendidikan di kedua negara tersebut.
Kajian Teori
Pendidikan didefiniskan sebagai usaha nyata serta terstuktur untuk
mencapai taraf hidup yang lebih baik (Barnadib dalam Ainun, 2020). M. J.
Langeveld (dalam Darmadi dkk, 2018) mengemukakan bahwa pendidikan adalah
salah satu usaha untuk menolong anak dalam melakukan tugas-tugas hidup anak,
agar anak hidup mandiri serta bertanggung jawab secara susila. Marimba dan
Mahmud, (dalam Ainun 2020) pendidikan didefinisikan bimbingan jasmani serta
rohani dalam membentuk kepribadian primer, membimbing keterampilan
jasmaniah serta rohaniah sebagai perilaku nyata yang bermanfaat pada kehidupan
siswa di masyarakat. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha yang terencana untuk
mewujudkan proses pembelajaran serta suasana pembelajaran dengan tujuan
peserta didik menjadi aktif mengembangkan potensi diri guna menumbuhkan
spirit keagamaan peserta didik, pengendalian diri peserta didik, kepribadian
peserta didik, kecerdasan akhlak mulia,serta keterampilan yang di butuhkan
peserta didik, masyarakat,Bangsa serta Negara (Undang-undang No. 20 Tahun
2003). Jadi, dari beberapa definisi pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah metode pengajaran yang dilakukan guna membentuk manusia
agar menjadi pribadi yang unggul.
Dalam pendidikan terdapat sebuah sistem yang digunakan sebagai tolak
ukur kemajuan pendidikan di suatu negara, dan sistem tersebut dinamakan
“Sistem Pendidikan”. Sistem pendidikan terdiri dari seperangkat komponen atau
unsur-unsur yang saling terintegrasi untuk mencapai suatu tujuan (Nisya, 2012).
Adapun seperangkat komponen sistem pendidikan, salah satu diantaranya adalah
kurikulum.
Daniel Tanner & Laurel Tanner mengartikan kurikulum sebagai suatu
empiri pembelajaran yang memiliki arah, terencana secara terstruktur, tersusun
melalui pola rekontruksi pengetahuan dan pengalaman, serta berada di bawah
pengawasan lembaga pendidikan sehingga diharapkan anak didik dapat memiliki
dorongan serta minat belajar yang cukup tinggi. Sementara Menurut Dr. H. Nana
Sudjana kurikulum adalah niat serta harapan yang dimasukkan kedalam program
pendidikan yang diimplementasikan oleh para pendidik di sekolah. Selain itu,
kurikulum merupakan niat dan rencana, sementara pelaksaannya yaitu proses
belajar mengajar. Pendidik dan anak didik terlibat dalam proses kurikulum.
(Ilham, 2020)

Metode
Penyusunan artikel ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif serta metode komparasi. Metode deskriptif kualitatif ini dilakukan
dengan cara menelaah dari berbagai sumber literatur atau kepustakaan yang ada,
baik dari buku, jurnal, dan artikel lainnya, serta metode komparasi (Rohman,
2013) yakni metode yang digunakan untuk melakukan pengkajian yang lebih
mendalam.

Hasil dan Pembahasan


A. Malaysia
1. Potret Pendidikan di Malaysia
Pemerintah Malaysia pada akhir tahun 2013 melakukan upaya
dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Malaysia, melalui dua
kebijakan yang diambil oleh pemerintah Malaysia, yang pertama
menggabungkan dua kementerian yang menangani bidang pendidikan
yang pada awalnya bidang pendidikan dikelola oleh Kementerian
Pelajaran dan Kementerian Pengajian Tinggi. Kementerian Pelajaran
mengurus serta mengatur di bidang pendidikan dasar dan menengah,
sedangkan Kementerian Pengajian Tinggi mengurus serta mengatur di
bidang institusi pendidikan tinggi. Jamaludin (2011) mengemukakan
bahwa Kementerian Pelajaran Malaysia memegang peran yang vital
dalam melakukan berbagai inovasi pendidikan di Malaysia. Misi yang
diemban oleh Kementerian Pelajaran Malaysia yaitu merumuskan
kebijakan pendidikan yang bermutu dan bertaraf internasional. Selain itu,
juga secara penuh mengembangkan potensi para pelajar untuk memenuhi
harapan negara. Adapun tujuan dari Kementerian Pelajaran Malaysia,
yaitu mewujudkan bangsa Malaysia yang patuh, sejahtera, berakhlak
mulia, berilmu, setia, beriman, berketerampilan, bersatu padu,
menyediakan sumber daya manusia demi kepentingan dan kemajuan
negara, serta memberikan kebebasan pendidikan kepada warga Negara
Malaysia seluruhnya. Alasan pemerintah Malaysia mengabungkan kedua
kementerian tersebut menjadi Kementerian Pendidikan yaitu untuk
mempermudah pengelolaan di bidang pendidikan.
Kebijakan yang kedua merupakan peluncuran Malaysia Education
Blueprint pada awal 2013 sampai akhir 2025 yang bergantung kepada
lima kebijakan strategis yaitu: efisiensi, akses, persamaan, mutu, dan
kebersamaan. Negara Malaysia menargetkan agar semua anak usia
sekolah mendapatkan akses pendidikan sebelum tahun 2020, dan meraih
posisi tiga besar dunia dalam penilaian prestasi siswa berskala
internasional seperti Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) dan Programme for International Student Assessment
(PISA) yang diselenggarakan pada tahun 2025.
Sistem terpusat menjadi sistem pendidikan di Malaysia. Zaitun
(2011) menjelaskan bahwa sistem pendidikan di Malaysia merupakan
hasil warisan dari sistem pendidikan Inggris, karena Malaysia merupakan
negara bekas jajahan Inggris yang diakui kemerdekaannya pada tahun
1957 dan menjadi bagian dari negara persemakmuran. Pendidikan di
Malaysia seperti di Indonesia, yakni terdiri dari beberapa tingkatan yaitu:
prasekolah, pendidikan rendah, pendidikan menengah dan pengajian
tinggi.
Sistem terpusat mengarahkan agar penyelenggaraan pendidikan
dari pendidikan dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi secara penuh
menjadi tanggungjawab pemerintah pusat. Dalam beberapa tahun terakhir,
pemerintah pusat sudah melakukan berbagai usaha secara bertahap untuk
memberikan otonomi perguruan tinggi, dalam artian pemerintah pusat
menanggung semua keperluan penyelenggaraan pendidikan.
Rusdi (2014) mengemukakan bahwa pengelolaan pendidikan
secara terpusat diterapkan di Malaysia karena jumlah sekolah yang
dikelola tidak sebanyak sekolah di Indonesia. Data yang diperoleh pada
tahun 2012 memetakan bahwa terdapat 7,733 sekolah dasar dan 2,333
sekolah menengah dengan valuasi murid mencapai 5.304.201.

2. Kurikulum
Rusdi (2014) menjelakan bahwa kurikulum pendidikan yang
diterapkan di negara Malaysia yaitu, kurikulum untuk Sekolah Rendah
(Pendidikan Dasar) yang disebut dengan Kurikulum Standard Sekolah
Rendah (KSSR), dan KBSM (Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah)
pada jenjang pendidikan menengah.
a. KSSR (Kurikulum Standard Sekolah Rendah)
Tujuan KSSR (Kurikulum Standard Sekolah Rendah) yaitu
untuk mewujudkan pribadi peserta didik yang imbang, memiliki pola
pikir kreatif, inovatif, dan kritis melalui jalur komunikasi,
kerohanian, perkembangan fisik dan estetika, kemanusiaan, sains
dan teknologi, kecakapan diri, serta sikap dan nilai. Dengan adanya
KSSR, peserta didik diharapkan menjadi: 1) manusia yang seimbang
dari sisi rohani, intelektualitas, emosi, jasmani dan sosial; 2) warga
negara yang bertanggung jawab; 3) warga negara yang dapat aktif
berperan di kancah global; 4) warga negara yang memahami ilmu
pengetahuan.
KSSR memiliki 4 prinsip utama, yakni:
1) Pendekatan terpadu. Tujuan utama ditekankan pada berbagai
unsur pengetahuan, keterampilan dan nilai digabungkan agar
dapat mewujudkan keterpaduan dari segi rohani, intelektualitas,
emosi, jasmani dan sosial.
2) Perkembangan individu secara komprehensif. KSSR dirancang
agar semua mata pelajaran secara pasti dapat membentuk
pribadi peserta didik yang memiliki intelektualitas, emosi,
rohani, jasmani dan sosial, sehingga bakat peserta didik dapat
dikembangkan secara optimal.
3) Pendidikan bagi seluruh siswa. Kurikulum Standard Sekolah
Rendah memberikan kesempatan luas kepada seluruh siswa agar
dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan secara
holistik dan proporsional.
4) Pendidikan sepanjang hayat. Guna menanggapi segala tantangan
di berbagai lini kehidupan dan pendidikan sepanjang hayat,
Kurikulum Standard Sekolah Rendah telah mempersiapkan
berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh
semua siswa.
Kurikulum KSSR memiliki enam aspek yang mewakili segi
keilmuan, keterampilan serta nilai-nilai yang berperan sebagai
landasan dalam membangun manusia yang berpola pikir kreatif,
inovatif, kritis, serta disetiap aspeknya memiliki korelasi yang
terpadu. Aspek-aspek tersebut diantaranya: 1) perkembangan
komunikasi, 2) pengembangan perkembangan fisik dan estetika, 3)
pengembangan kemanusiaan, 4) pengembangan keterampilan diri, 5)
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (pengembangan
sains dan teknologi menekankan pada kecakapan siswa terhadap:
pengetahuan, keterampilan dan nilai dalam matematika; sains,
keterampilan dan sikap ilmiah; serta pengetahuan dan penguasaan
yang bersandar pada teknologi;), 6) pengembangan sikap, nilai,
serta kerohanian.
KSSR memberikan penekanan pada beberapa hal yang dibagi
menjadi dua tahapan. Tahap pertama (setara kelas 1 sampai 3 jenjang
sekolah dasar di Indonesia), pembelajaran dan pengajaran
menekankan pada penguasaan asas 4M (membaca, menulis, mengira
atau menghitung, dan menaakul atau penalaran). Pada tahap kedua
(setara kelas 4 sampai 6 jenjang sekolah dasar di Indonesia),
menitikberatkan pada penguatan serta penerapan keterampilan
membaca, menulis, mengira, dan menaakul di samping menguasai
keterampilan yang lebih kompleks dalam mencari dan mendapatkan
pengetahuan, serta dalam pengembangan kepribadian.
KSSR dirancang sedemikian rupa dengan mengelompokkan
mata pelajaran dalam bentuk paket pembelajaran (modular) yang
berisikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang telah
diidentifikasi dengan tujuan agar dapat dikuasai oleh peserta didik.
Organisasi Kurikulum Standard Sekolah Rendah dibagi menjadi dua
tahap.
1) Organisasi tahapan pertama, kurikulum diklasifikasikan
menjadi tiga hal, yakni Modul Teras Asas (Modul Mata
Pelajaran Utama), Modul Teras Tema (Modul Mata Pelajaran
Inti Tematik), dan Modul Elektif (Modul Mata Pelajaran
Pilihan).
2) Organisasi tahapan kedua. Tahap ini, menyediakan bentuk
modul dengan dua mata pelajaran, yaitu Mata Pelajaran Teras
dan Elektif dengan komposisi mata pelajaran hampir sama
dengan organisasi tahap satu.

Tabel 2.1 Modul-Modul yang Terdapat Pada Organisasi Tahap 2


b. KBSM (Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah)
Kurikulum ini diperuntukkan bagi Sekolah Menengah di
Malaysia. Kurikulum tersebut dibagi dua sistem, yakni Kurikulum
Menengah Rendah dan Kurikulum Menegah Atas. Di Malaysia,
Sekolah Menengah Rendah ditempuh dalam tiga tahun, serta
Sekolah Menengah Atas diselenggarakan selama dua tahun. Sejak
tahun 1989, KBSM ini mulai diterapkan.
KBSM memiliki tujuh prinsip, yakni: 1) kesinambungan
pendidikan rendah dengan pendidikan menengah, 2) pendidikan
umum untuk semua siswa, 3) penggunaan disiplin ilmu yang ada, 4)
adanya korelasi antara unsur-unsur intelektualitas, rohani, emosional,
dan jasmani, 5) menekankan pada nilai-nilai murni, 6) peningkatan
dalam penggunaan Bahasa Melayu, 7) pendidikan sepanjang hayat.
Mata pelajaran dalam Kurikulum Bersepadu Sekolah
Menengah diklasifikasikan menjadi dua yang terdiri atas mata
pelajaran untuk jenjang Sekolah Menengah Rendah dan Sekolah
Menengah Atas.
1) Mata pelajaran pada jenjang Sekolah Menengah Rendah
Pada tingkat Menengah Rendah, mata pelajaran dibagi menjadi
dua, yakni mata pelajaran dasar atau teras dan mata pelajaran
pilihan atau tambahan. Mata pelajaran wajib atau teras terdiri
dari:
a) Geografi,
b) Pendidikan Moral,
c) Pendidikan Agama Islam,
d) Kemahiran Hidup,
e) Bahasa Inggris,
f) Sejarah,
g) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan,
h) Matematika,
i) Pendidikan Seni,
j) Sains, dan
k) Bahasa Melayu.
Selain itu, peserta didik juga dapat memilih dan
mempelajari salah satu dari tiga mata pelajaran yang ditawarkan
sebagai mata pelajaran tambahan, yakni Bahasa Tamil, Bahasa
Cina, atau Bahasa Arab.
2) Pada jenjang Sekolah Menengah Atas, mata pelajaran terdiri
atas:
a) Mata Pelajaran Dasar/Teras yang diwajibkan untuk
dipelajari siswa, terdiri atas delapan mata pelajaran,
meliputi:
(1) Pendidikan Agama Islam,
(2) Pendidikan Moral,
(3) Matematika,
(4) Bahasa Inggris,
(5) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan,
(6) Sains,
(7) Sejarah, dan
(8) Bahasa Melayu.
b) Mata Pelajaran Tambahan
Di lain sisi, peserta didik juga dapat memilih salah satu dari
ketiga mata pelajaran yang disediakan untuk dipelajari, yaitu
Bahasa Tamil, Bahasa Arab, atau Bahasa Cina.
c) Mata Pelajaran Elektif, yang dibagi dalam empat jenis
jurusan, yakni:
(1) Kemanusiaan. Mata pelajaran yang direkomendasikan
meliputi: Kesusasteraan Melayu, Kesusasteraan dalam
Bahasa Inggris, Geografi, Pendidikan Seni, dan Bahasa
Arab Tinggi.
(2) Vokasi dan Teknologi. Siswa direkomendasikan
beberapa mata pelajaran yang terdiri: Prinsip Keuangan,
Dasar-Dasar Ekonomi, Perdagangan, Ilmu Pertanian,
Ekonomi Rumah Tangga, Matematika Tambahan,
Sekolah Teknik Mesin, Sekolah Teknik Umum, Teknik
Listrik dan Elektronika, Mengambar Teknik, Teknik
Bangunan, dan Reka Cipta.
(3) Sains. Mata pelajaran yang direkomendasikan pada
siswa ialah Sains Tambahan, Fisika, Kimia, dan Biologi.
(4) Studi Islam atau Studi Pengajian Islam. Mata pelajaran
yang berikan kepada siswa meliputi: Pendidikan Al-
Qur’an dan As-Sunnah, Tasawwur Islam, serta
Pendidikan Syari’ah Islamiah,
B. Thailand
1. Potret Pendidikan di Thailand
Negara Thailand terletak di kawasan Asia Tenggara yang telah
berdiri sejak tahun 1893. Kota Bangkok menjadi Ibukota Thailand,
monarki konstitusional merupakan sistem yang diterapkan oleh
pemerintah Thailand. Jumlah penduduk negara Thailand pada 2006
tercatat ada 64.700.000 orang (Rohman, 2013). Negara Thaliand memiliki
sistem pendidikan yang tidak jauh beda dengan negara Indonesia. Yunardi
(2014) menjelaskan bahwa negara Thailand memiliki struktur pendidikan
yang terdiri dari 3 tahun taman kanak-kanak (Anuban), sekolah dasar
selama 6 tahun (Prathom), sekolah menengah pertama dan menengah atas
selama 6 tahun (Mattayom), pendidikan tinggi dan pendidikan vokasi.
Rohman (2013) menjelaskan bahwa sebagian besar pengelola pendidikan
di Thailand dikerjakan oleh pemerintah melalui Menteri Pendidikan
(Ministry Education), dari mulai pendidikan pra-sekolah, sekolah dasar,
sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Selain itu,
Konstitusi menjamin selama waktu 12 tahun pendidikan di Thailand
diselenggarakan secara gratis, dan peserta didik di Thailand diwajib
mengikuti belajar selama sembilan tahun.

2. Kurikulum Dasar Thailand


Yunardi (2014) mengemukakan bahwa kurikulum pendidikan di
negara Thailand sebelumnya menggunakan kurikulum 2001. Namun
kurikulum ini memiliki kelemahan yang berkaitan dengan penerapan,
proses pelaksanaanm kesulitan guru dan praktisi dalam memnyiapkan
kurikulum di sekolahnya. Atas dasar itu, Office of Basic Education
Commission atau OBEC (Kantor Komisi Pendidikan Dasar) mengambil
tindakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan Kurikulum
Pendidikan Dasar 2001 dengan menyusun dan menyiapkan Kurikulum
Inti Pendidikan Dasar (KIPD) 2008.
Saat ini, Thailand mengunakan Kurikulum Inti Pendidikan Dasar
(KIPD) 2008. Tujuan dari kurikulum tersebut untuk menjadikan kualitas
kapasitas seluruh siswa yang leih baik mengingat siswa menjadi sumber
utama kekuatan negara, oleh karna itu lebih diperhatikan untuk
mengembangkan ilmu yang dapat menyeimbangkan seluruh aspek–aspek
kekuatan fisik, ilmu pengetahuan dan perilaku. Kurikulum inti 2008
memiliki prinsip:
a. Sasaran utama kurikulum inti pendidikan dasar 2008 adalah untuk
mewujudkan persatuan nasional; standar dan tujuan pembelajaran
yang disusun dengan keinginan siswa untuk mendapatkan
keterampilan, pengetahuan, moral dan karakter yang menjadi tolak
ukur bagi nilai-nilai universal dan kebangsaan.
b. Memberikan peluang pendidikan kepada semua warga negara
Thailand, dikarenakan setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk menikmati pendidikan yang berkualitas.
c. Memberikan kesempatan dengan desentralisasi otoritas menjadikan
masyarakat untuk aktif untuk mengikuti penyelenggaraan
pendidikan, sesuai dengan keutuhan dan situasi.
d. komponen kurikulum dalam hal isi, manajemen pembelajaran dan
alokasi waktu yang relatif fleksibel.
e. Mengharapkan berpusat pada pendekatan kepada peserta didik
(student-centered)
f. Dipusatkan pada semua jenis pendidikan formal ataupun non-
formal yang terdiridari seluruh kelompok sasaran yang dapat
menjadi kemungkinkan perpindahan hasil pengalaman dan
pembelajaran.

Target Kurikulum Inti Pendidikan Dasar yaitu untuk


pengembangan peserta didik secara maksimal dalam hal pemahaman,
perilaku, potensi, dan kenyamanan. yang dapat digunkan untuk menjalani
hidup dan melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi . Target
yang diinginkan dapat diwujudkan oleh peserta didik
setelah menamatkan pendidikan dasar, meliputi: a) etika, perilaku, harga
diri, nilai yang diinginkan, kedisiplinan diri, taat pada agama Buddha
atau juga menurut kepercayaan indiviu dan prinsip-prinsip ekonomi yang
berkecukupan; b) mempunyai keterampilan dan pengetahuan dalam
berpikir, berkomunikasi, penguasaan teknologi, kecakapan hidup, dan
pemecahan masalah; c) sehat secara jasmani dan rohani, kebersihan serta
prioritas untuk melatih menjadi jiwa patriotisme, mengetahui tentang
komitmen dan tanggung jawab yang besar terhadap anggota komunitas
dunia dan sebagai warga negara Thailand, serta patuh terhadap
kehidupan demokratis di dasar bentuk pemerintahan monarki
konstitusional; d) kesadaran tentang kepentingan kearifan lokal dan
melestarikan budaya Thailand, pelestarian serta perlindungan terhadap
lingkungan alam, dan mindset masyarakat dengan berjuang sebagai
pelayanan publik untuk merealisasikan perdamaian dan co-eksistensi
yang harmonis.
Tujuan kurikulum Inti Pendidikan Dasar yaitu memberikan lima
kompetensi kepada anak didik yaitu: a) memiliki kemampuan dalam
bekomunikasi; b) memiliki kemampuan berfikir analitis, sintesis,
konstruktif, kritis dan sistematis; c) memiliki kemampuan memecahkan
masalah guna mereduksi hambatan-hambatan dalam berbagai situasi; d)
memiliki kemampuan dalam menerapkan kecakapan hidup; e) memliki
kemampuan dalam menerapkan dan memanfaatkan teknologi.
Karakter yang diharapkan dari penerapan Kurikulum inti
pendidikan dasar untuk peserta didik tertuju kepada:
a. Menumbuhkan rasa cinta kepada Raja Thailand, bangsa, dan agama.
b. Intregasi yang tinggi dan kejujuran.
c. Memiliki kedisiplinan diri
d. Antusiame yang kuat untuk belajar
e. Mematuhi prinsip Filsafat Kemandirian Ekonomi
f. Menghargai norma-norma ataupun nilai-nilai yang diterapkan di
Thailand
g. Memiliki komitmen dan dedikasi untuk bekerja
Kurikulum inti pendidikan dasar telah menyiapkan standar
pembelajaran meliputi delapan bidang pembelajaran yang terdiri dari:
a. Bahasa Thailand,
b. Matematika,
c. Sains,
d. Agama, Budaya, dan Ilmu Sosial.
e. Kesehatan dan Pendidikan Jasmani.
f. Bahasa Asing
g. Teknologi dan Okupasi.
h. Seni
Penerapan Sumber utama untuk setiap mata pelajaran memiliki
peran sebagai tolak ukur pengembangan kualitas peserta didik .
Ketentuan terseut berperan dalam menentukan apa saja yang di ketahui
oleh peserta didik dan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Selain
itu sebagai penerapan kepentingan metode dalam memajukan
pendidikan secara menyeluruh , dikarenakan setandar terdebut dapat
memberitahukan informasi mengenai isi pelajaran, evaluasi, dan cara
pengajaran. Standar tersebut memiliki fungsi sebagai intrumen mutu
eksternal dan internal yang sudah diterapkan ditingkat layanan
pendidikan nasional ataupun daerah.
Indikator dapat mengetahui apa yang harus peserta didik ketahui
tentang perilaku yang diinginkan dan dapat dimiliki disetiap tingkatan
pendidikan, karena indikator berfungsi sebagai pemberi petunjuk. Selain
itu, indikator juga berperan sebagai kriteria evaluasi siswa, mengatur
kegiatan belajar-mengajar, dan menentukan satuan pembelajaran, serta
menetapkan isi. Berbagai kode indikator dan setandar diatur dalam
kurikulum, seperti yang terdapat dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kode dalam Standar dan Indikator


Kurikulum Inti Pendidikan Dasar telah menentukan sistem waktu
belajar minimal untuk delapan jenis kegiatan belajar dan kategori
pelajaran. Namun penambahan waktu diserahkan kepada lembaga
pendidikan, keputusan tersebut tergantung pada prioritas dan kesiapan
lembaga. Alokasi waktu belajar meliputi:
a. Waktu belajar untuk jenjang Sekolah Dasar (kelas 1-6). Ditentukan
tahunan dan tidak melebihi dari lima jam sehari.
b. Waktu belajar untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (Kelas 7-
9). Ditentukan persemester dan tidak melebihi enam jam sehari.
c. Waktu belajar untuk Jenjang Sekolah Menengah Atas (Kelas 10-
12). Ditentukan empat puluh jam persemester dan tidak kurang dari
enam jam sehari.
Tabel 2.2 Pada Kurikulum Inti Pendidikan Dasar 2008
memetakan waktu yang ditentukan untuk setiap mata pelajaran, dan
penambahan waktu di berikan oleh sekolah sesuai pada kesiapan dan
prioritas dari Jumlah waktu belajar untuk setiap tingkatan pendidikan
dan lembaga penyelengara pendidikan.

Tabel 2.2 KIPD dan waktu belajar yang dialokasikan disetiap


jenjang pendidikan
Simpulan dan Saran
Secara umum, kurikulum pendidikan di Malaysia dan Thailand hampir
sama. Namun ada beberapa perbedaan di mana kurikulum pendidikan di Malaysia
dibagi menjadi dua model, yakni KSSR (Kurikulum Standard Sekolah Rendah)
dan KBSM (Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah) yang lebih menekankan
pada pengembangan manusia dari segi intelektual yang seimbang, rohani, emosi,
sosial an jasmani. Sedangkan kurikulum pendidikan di negara Thailand yang
menggunakan KIPD (Kurikulum Inti Pendidikan Dasar) 2008 dengan sasaran
kurikulumnya lebih menekankan pada pengembangan perilaku, pemahaman,
kenyamanan, dan berpotensi untuk kehidupan dan melanjutkan setudi. Selain itu
juga kurikulum pendidikan yang dirancang untuk pendidikan dasar di Thailand
dinilai lebih rinci dan kompleks daripada sistem kurikulum di Malaysia. Hal dapat
disimpulkan atas dasar pendidikan di Thailand menentukan alokasi waktu disetiap
jenjangnya.
Dengan adanya studi komparasi kurikulum ini, diharapkan dapat
memperoleh gambaran sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan
sistem kurikulum pendidikan untuk kedepannya guna membawa sebuah negara
kepada era pendidikan yang lebih maju dan modern.
DAFTAR PUSTAKA

Ainun. (2020). PENGERTIAN PENDIDIKAN:Fungsi, Jenis, Tujuan


Pendidikan(Ahli & Umum). https://salamadian.com/pengertian-pendidikan/.
(diakses pada 24 Desember 2020)

bin Mior Jamaluddin, M. K. A. (2011). Sistem pendidikan di Malaysia: Dasar,


cabaran, dan pelaksanaan ke arah perpaduan nasional. Sosiohumanika, 4(1).

Darmadi, H. (2018). Pengantar Pendidikan: Suatu Konsep Dasar, Teori, Strategi


dan Implementasi. Bandung. Alfabeta.

Depdiknas. (2002). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Ilham, M. (2020). Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli Terlengkap.


https://materibelajar.co.id/pengertian-kurikulum-menurut-para-ahli/.
(diakses pada 27 Desember 2020)

Nisya, F. (2012). PENGERTIAN SISTEM PENDIDIKAN.


http://www.fauzinesia.com/2012/06/pengertian-sistem-pendidikan.html.
(diakses pada 24 Desember 2020)

Rohman A. (2013). PENDIDIKAN KOMPARATIF: Dasar-Dasar Teori


Perbandingan Pendidikan Antar Bangsa. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Rusdi. (2014). Kurikulum Pendidikan di Malaysia. Dalam H. Winarso, B.


Imamuddin, R. R. Noor, B. H. Wibisono, C. Anwar, P. Nurwardani, et al.,
Sistem Pendidikan Dasar Dan Menengah Di 16 Negara (hal. 513-526).
Jakarta: Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Sholikhah, E. (2019). PEMINJAMAN KEBIJAKAN (POLICY BORROWING)


UNTUK PERENCANAAN PENDIDIKAN. FOUNDASIA, 10(1).

Yunardi. (2014). Kurikulum Pendidikan Dasar Thailand. Dalam H. Winarso, B.


Imamuddin, R. R. Noor, B. H. Wibisono, C. Anwar, P. Nurwardani, et al.,
Sistem Pendidikan Dasar Dan Menengah Di 16 Negara (hal. 801-810).
Jakarta: Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

Zaitun, Z. (2017). PENDIDIKAN ISLAM DI MALAYSIA. Al-Fikra: Jurnal


Ilmiah Keislaman, 10(1), 124-160.

Anda mungkin juga menyukai