menentukan saturasi air, seperti analisis sampel batuan formasi dan analisis data
hidrokarbon atau produktif, sumur yang diteliti pada tulisan ini berjumlah lima
sumur, yaitu sumur X-05, X-06, X-07, X-17, dan X-25 di lapangan X.
Volume Shale yang terdapat pada formasi. Parameter tesebut dapat ditentukan
dengan melalui data-data dari Gamma Ray Log (GR Log), Resistivity Log,
3.1 Workflow
Pada tugas akhir kali ini, dalam proses analisis dan pengolahan data,
diperlukan alur kerja yang tersusun sehingga tujuan yang diharapkan dari
41
42
∅Ncorr+∅Dcorr
Porosity ( )
2
RE-KALKULASI NILAI SW
1
Rt
Vsh
Vsh 1 − 2 ∅m/2
+
Rsh a. Rw
Gambar 3.1
Untuk melakukan analisis saturasi ini, data yang tersedia berupa data LAS
Tabel 3.1
Data LAS (Log ASCII Standard) merupakan data hasil proses operasi
logging yang dilakukan pada setiap sumur yang digunakan untuk input data
Triple Combo Log merupakan hasil rekaman log yang terdiri dari 3 kolom
track yang berbeda. Pada track pertama, yang disebut juga dengan Lithology Log,
merupakan track yang berisi Gamma Ray Log dan SP Log, yang berguna untuk
menentukan ada atau tidaknya zona permeabel berdasarkan prinsip dari masing-
Selain itu, pada track 1 juga biasanya ditampilkan hasil rekaman dari Caliper Log
dan Bit Size, dimana Caliper Log biasanya digunakan untuk mengetahui kondisi
lubang sumur apakah mengalami damage atau tidak, dan jika dikombinasikan
dengan Bit Size, maka kita dapat menghitung Mud Cake Thickness, yang jga
berguna untuk memperkirakan invasi yang terjadi pada suatu zona permeabel
yang ada.
Kemudian pada track 2 yang disebut juga Resistivity Log yang berisi
pembacaan berbagai tool resistivitas yang ada seperti 6FF40, N16, SN, dan lain
Dan yang terakhir pada track 3 yang disebut juga track Porosity Log,
adalah track yang berisi hasil pembacaan seperti Neutron Porosity Hydrocarbon
Index (NPHI), Bulk Density (RHOB), Transit Time (DT), dan lain sebagainya.
Yang berguna untuk menentukan Fluid Content pada suatu zona lapisan tertentu,
mengukur porositas dan juga bisa menentukan jenis batuan yang terkandung
45
dalam formasi tersebut. Untuk menentukan jenis batuan, biasanya digunakan alat
Data LAS yang sudah ada nantinya akan diinput kedalam software
Petrofisik untuk ditampilkan pada software tersebut dalam bentuk Triple Combo
Log untuk selanjutnya dilakukan analisis secara kualitatif dan sebagai awal untuk
hasil Triple Combo Log dari sumur X-05. Yang menunjukkan setiap alat logging
Gambar 3.2
Untuk hasil plot Triple Combo Log pada sumur X-06, X-07, X-17 dan X-
Petrofisik, hal ini dikarenakan analisis data menjadi lebih akurat dibandingkan
dengan menggunakan perhitungan manual, analisis ini dibagi menjadi dua bagian,
lain sebagainya. Analisis ini dapat dilakukan dengan cara Quick Look yaitu
dengan cara melihat langsung pada kurva log yang sudah ditunjukkan dalam
melakukan Cross Plot antara Neutron dan Density dari setiap sumur, dan juga
Penentuan zona hidrokarbon pada sumur X-05, X-06, X-07, X-17, dan X-
setiap track log yang ada, pada track 1, analisis dilakukan dengan melihat kurva
47
Gamma Ray Log dan Spontaneous Potential Log, pada Gamma Ray Log, zona
permeabel diindikasikan dengan nilai pembacaan Gamma Ray Log yang kecil atau
mengarah ke sebelah kiri daripada track, sementara untuk pembacaan Gamma Ray
Log yang besar atau mengarah ke sebelah kanan log akan menunjukkan jika zona
Potential Log, zona shale akan menunjukkan hasil pembacaan yang lurus tanpa
kepada perbandingan antara resistivitas Mud Filtrate dengan resistivitas dari air
formasi tersebut.
di Uninvaded Zone (Rt) dan Invaded Zone (Rxo). Jika nilai Rt rendan dan
berhimpit dengan nilai Rxo, maka mengindikasikan bahwa batuan tersebut berisi
mengandung hidrokarbon.
Pada track 3, terdapat Density log dan Neutron log untuk mendeteksi
lapisan gas dan minyak. Nilai densitas rendah dan nilai Neutron rendah, akan
mengandung gas, nilai Neutron log akan lebih kecil dibandingkan dengan lapisan
yang mengandung minyak. Jika nilai densitas dan Neutron saling berhimpit, maka
zona hidrokarbon yang akan dianalisa secara quick look, kemudian dilakukan
pada kedalaman tertentu memiliki hasil pembacaan yang tidak berbeda jauh antara
Deep Resistivity dan Shalow Resistivity. Hal ini terjadi umumnya pada formasi
sandstone dengan kontras antara nilai Rt dengan Rm yang tidak melebihi 200.
Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah terjadinya
Resistivity. Pada tugas akhir ini, semua sumur di lapangan X mengalami hal
tersebut, dan terjadi karena invasi yang terlalu dangkal pada zona tersebut.
analisis log secara kuantitatif, dimana analisis ini mencakup perhitungan dari
Volume Shale (Vsh), temperatur formasi, perhitungan nilai resistivitas air formasi
(Rw), perhitungan porositas efektif, dan juga perhitungan saturasi air formasi
(Sw). dimana data yang digunakan adalah data yang telah ditentukan dari analisis
kualitatif sebelumnya.
49
didasarkan pada kurva Gamma Ray Log. Berikut adalah contoh gambar kurva dari
Gamma Ray Log yang digunakan untuk menghitung Volume Shale pada sumur X-
05.
Gambar 3.3
Log, yang pertama dilakukan adalah menentukan Shale Base Line yang berarti
garis dasar yang menunjukkan nilai maksimum dari pembacaan Gamma Ray Log
di zona Shale, dan Sand Base Line yang menunjukkan nilai minimum dari
pembacaan Gamma Ray Log di zona Clean atau zona Sand. Kedua garis ini
ditarik berdasarkan pada titik yang mewakili keseluruhan kurva hasil pembacaan
tersebut. Setelah nilai Sand Base Line dan Shale Base Line ditentukan, maka
𝐺𝑅𝑙𝑜𝑔 − 𝐺𝑅𝑚𝑖𝑛
𝑉𝑠ℎ =
𝐺𝑅𝑚𝑎𝑥 − 𝐺𝑅𝑚𝑖𝑛
48 − 26
𝑉𝑠ℎ = 102−26
𝑉𝑠ℎ = 0.2894
Selanjutnya hasil perhitungan Volume Shale dari tiap titik di setiap zona
∑(𝑉𝑠ℎ ×ℎ)
̅̅̅̅̅
𝑉𝑠ℎ = ………………………………………………………............. (3.1)
∑ℎ
nilai Volume Shale Rata-rata yang dihasilkan memiliki range nilai sekitar 0 - 10
dikategorikan sebagai formasi dengan jenis Shaly Sand. Dimana hal ini nantinya
formasi.
(Vsh) rata – rata. Hasil nilai Vsh rata – rata pada Lapangan X dapat dilihat pada
tabel 3.2.
Tabel 3.2
kedalaman total (TD) dan Bottom Hole Temperature atau temperatur di dasar
memiliki hubungan yang berbanding terbalik, dimana hal ini berarti nilai
sebaliknya nilai resistivitas akan membesar pada kondisi temperatur yang rendah.
pada kedalaman 1330 feet. Diketahui bahwa BHT = 121 °F, Ts = 80 °F, TD =
1392 feet, MD = 1330 feet, maka temperatur formasi dapat dicari dengan.
𝐵𝐻𝑇−𝑇𝑆
Tf =Ts + [( ) 𝑋 𝑀𝐷]
𝑇𝐷
121−80
Tf = 80 + [( ) 𝑋 1330]
1392
Tf = 119.24 ᴼ𝐹
∑(𝑇𝑓𝑥ℎ)
Tfavg = .................................................................................................(3.2)
∑ℎ
53
sumur X-05.
Tabel 3.3
Depth H Tf
h x Tf
(Feet) (Feet) ᴼf
1323 0.5 119.07 59.53
1323.5 0.5 119.08 59.54
1324 0.5 119.09 59.55
1324.5 0.5 119.10 59.55
1325 0.5 119.12 59.56
1325.5 0.5 119.13 59.56
1326 0.5 119.14 59.57
1326.5 0.5 119.15 59.58
1327 0.5 119.17 59.58
1327.5 0.5 119.18 59.59
1328 0.5 119.19 59.60
1328.5 0.5 119.20 59.60
1329 0.5 119.22 59.61
1329.5 0.5 119.23 59.61
1330 0.5 119.24 59.62
∑h= 7.5 ∑ (h x Tf) = 893.66
Tf average = 119.15
X-06, X-07, X-17 dan X-25. Porositas merupakan salah satu Parameter penting
yang akan digunakan untuk perhitungan saturasi air formasi, dimana nilai
54
porositas yang akan digunakan untuk tugas akhir ini adalah nilai porositas efektif
yang telah dikoreksi terhadap Volume Shale yang sebelumnya telah dihitung
Gambar 3.4
sedangkan untuk smur X-06, X-07, X-17 dan X-25 hanya menggunakan Density
Pada gambar 3.4, terdapat garis hijau dan merah pada kurva Porosity Log
yang menunjukkan adanya nilai dari Wet Clay Density dan Wet Clay Neutron,
dimana Berikut ini akan ditampilkan gambar dari porositas efektif pada sumur X-
05, untuk sumur X-06, X-07, X-17 dan X-25 akan dilampirkan pada lampiran B.
rumus 2.8 dan rumus 2.9, sedangkan untuk menghitung porositas koreksi dari
neutron log dapat menggunakan rumus 2.10, selanjutnya untuk mendapatkan nilai
porositas effektif neutron-density log dengan rumus 2.11 jika tidak ada indikasi
05.
Gambar 3.5
Selain itu, dalam menunjang perhitungan dari nilai porositas efektif ini,
diperlukan juga cross-plot antara nilai RHOB dan NPHI yang digunakan untuk
formasi dengan jenis batuan Shaly Sand dan juga digunakan untuk menentukan
litologi dari formasi tersebut. Dimana garis tersebut ditarik terhadap nilai dari
NPHI wet clay, RHOB wet clay dan RHOB dry clay, dimana nilai wet clay
tersebut berarti nilai yang didapat dari hasil crossplot antara nilai RHOB dengan
nilai NPHI. Sedangkan nilai dry clay sendiri didapat dari hasil analisis Core
Sample di laboratorium.
log pada titik kedalaman 1330 feet pada sumur X-05 dengan menggunakan rumus
2.10.
∅n = 0.2885
∅nsh = 0.335
Vsh = 0.0315
∅ncorr = 0.275
log pada kedalaman 1330 feet pada pada sumur X-05 dengan menggunakan rumus
𝜌b = 2.176 gr/cc
Vsh = 0.0315
𝜌𝑚𝑎− 𝜌𝑏
∅𝑑 = 𝜌𝑚𝑎− 𝜌𝑓
2.65−2.176
∅𝑑 = 2.65−1.1
∅𝑑 = 0.287
∅𝑑𝑐𝑜𝑟𝑟 =0.277
dalam perhiutngan nilai porositas baik itu porositas dari Density Log maupun
Neutron Log harus dikoreksi terlebih dahulu terhadap Shale Content, dimana
dalam hal ini dikoreksi dengan menggunakan parameter Volume Shale dan Shale
∅𝑛𝑐𝑜𝑟𝑟+ ∅𝑑𝑐𝑜𝑟𝑟
∅𝑒𝑓𝑓 = 2
0.275+ 0.277
∅𝑒𝑓𝑓 = 2
∅𝑒𝑓𝑓 = 0.276
dimana perhitungan porositas efektif yang mengalami Gas Effect memiliki rumus
dengan gas effect sudah dijelaskan pada rumus 2.12. Setelah mendapatkan hasil
perhitungan porositas efektif seperti pada contoh perhitungan diatas untuk tiap
titik kedalaman pada zona X-05 yang dianalisis barulah dilakukan perata–rataan
∑(∅𝑒𝑓𝑓 ×ℎ)
̅̅̅̅̅̅̅
∅𝑒𝑓𝑓 = ……….……………..................……………………… (3.3)
∑ℎ
Pada tabel 3.4 akan diperlihatkan nilai porositas efektif rata – rata pada
Lapangan X.
Tabel 3.4
AVG
WELL ZONE KEDALAMAN
POROSITY
(Feet) %
X-05 HYDROCARBON 1263-1312 18.73
WATER BEARING
1323-1381 23.28
(Fresh Water)
X-06 HYDROCARBON 1244.5-1284 21.02
WATER BEARING
1284.5-1320 24.14
(Fresh Water)
59
Tabel 3.4
AVG
WELL ZONE KEDALAMAN
POROSITY
(Feet) (%)
1166-1233 16.85
HYDROCARBON
X-17
1286-1330 25.23
WATER BEARING
1233-1286 18.27
(Fresh Water)
X-25 HYDROCARBON 1175-1273 23.94
WATER BEARING
1281-1360 21.05
(Fresh Water)
perhitungan saturasi air (Sw). Banyak metode yang dapat digunakan untuk
menentukan nilai dari resistivitas air formasi ini, namun dalam tugas akhir ini
metode yang digunakan adalah metode SP Log dan metode Rwa (Resistivity
Water Apparent). Metode ini digunakan untuk menentukan nilai dari Rw pada
Water Bearing Zone dan zona hidrokarbon pada setiap sumur di lapangan X.
60
dikarenakan dalam tugas akhir ini, nilai SP tidak mengalami anomali, sehingga
Gambar 3.6
Chart Sp-118
perhitungan nilai Rw ini sangat dipengaruhi oleh Resistivitas Mud Filtrate dan
61
untuk mengetahui nilai perbandingan antara Rmfe degan Rwe berdasarkan nilai
Gambar 3.7
Chart SP-218
metode SP Log pada sumur X-05, dengan menggunakan chart SP-1 & SP-2, dan
SSP = 19 mV
Rwe = 1.11 Ωm
Chart Gen-9 Digunakan untuk mengetahui besar salinitas dari air formasi
Gambar 3.8
Chart Gen-99
Tabel 3.5
Rw Rmf
WELL ZONE KEDALAMAN Salinitas
@120°F @120°F
(feet) (Ωm) (Ωm) (ppm)
X-05
1323-1381 4.1 3.14 800
X-06
1284.5-1320 3.76 3.63 900
X-25
1281-1360 3.48 3.24 1000
memiliki air formasi berjenis Fresh Water, dibuktikan dengan nilai terbesar dari
rumus Archie, seperti yang dapat dilihat pada Rumus 3.4 dibawah ini.
Ø𝑚 𝑥 𝑅𝑡
𝑅𝑤𝑎 = ……………………..………………………………………….(3.4)
𝑎
∅ = 0.3057
Rt = 99.4 Ωm
m = 1.7
a =1
0.3057Ø1.7 𝑥 99.4
𝑅𝑤𝑎 =
1
𝑅𝑤𝑎 = 12.82 Ωm
Pada tabel berikut ini akan ditunjukkan hasil perhitungan nilai Resistivitas
Tabel 3.6
Rmf Rw
KEDALAMAN Salinitas
WELL ZONE @120°F @120°F
(feet) (Ωm) (Ωm) (ppm)
X-05
1323-1381 3.14 8.52 400
X-06
1284.5-1320 3.63 23.05 180
X-25
1281-1360 3.24 22.23 180
65
Saturasi air yang digunakan pada kelima sumur yang dianalisis di lapangan
perata-rataan saturasi air untuk zona-zona pada kelima sumur . Untuk merata-
ratakan nilai saturasi air dari kelima sumur yang dianalisis dengan dilakukan
Formasi pada lapangan X ini memiliki jenis batuan Shaly Sand, yang
ditunjukkan dengan Volume Shale yang cukup besar, maka persamaan Archie
Berikut akan dilakukan perhitungan pada kedalaman 1334 feet pada sumur
Shale, Resistivitas Shale, dan lan sebagainya. Dimana nilai Resistivitas Air
Formasi yang digunakan dalam contoh berikut merupakan nilai Resistivitas Air
Rsh = 3.411 Ωm
Vsh = 0.0268
Rt = 99.4 Ωm
Rw@Tf = 4.1 Ωm
66
∅eff = 0.3057
1⁄
𝑛⁄ 𝑅𝑡
𝑆𝑤 2 =
1−𝑉𝑠ℎ⁄2 𝑚
𝑉𝑠ℎ ∅ ⁄2
[ + ]
𝑅𝑠ℎ 𝑎 𝑅𝑤
1⁄
1.8⁄ 99.4
𝑆𝑤 2 = 0.0268⁄ ) 1.7
0.0268(1− 2 0.3057 ⁄2
[ + ]
3.411 1 ×4.1
Formasi dengan menggunakan nilai Resistivitas Air Formasi yang didapat melalui
Rsh = 3.411 Ωm
Vsh = 0.0268
Rt = 99.4 Ωm
Rw@Tf = 12.82 Ωm
∅eff = 0.3057
1⁄
𝑛⁄ 𝑅𝑡
𝑆𝑤 2 =
1−𝑉𝑠ℎ⁄2 𝑚
𝑉𝑠ℎ ∅ ⁄2
[ + ]
𝑅𝑠ℎ 𝑎 𝑅𝑤
1⁄
1.8⁄ 99.4
𝑆𝑤 2 = 0.0268⁄ ) 1.7
0.0268(1− 2 0.3057 ⁄2
[ + ]
3.411 1 ×12.82
Berikut akan ditampilkan tabel hasl perhitungan saturasi air formasi rata-
rata pada lapangan X dengan menggunakan nilai Rw yang didapat dari metode SP
Log.
67
Tabel 3.7
Rmf Rw
KEDALAMAN AVG Sw
WELL ZONE @120°F @120°F
(Feet) (ohmm) (ohmm) (%)
HYDROCARBON 1263-1312 2.9 1.3 46.6
X-05 WATER
BEARING 1323-1381 3.14 4.1 67.3
(Fresh Water)
HYDROCARBON 1244.5-1284 3.54 1.1 46.7
X-06 WATER
BEARING 1284.5-1320 3.63 3.76 47.9
(Fresh Water)
HYDROCARBON 1248-1289 2.47 0.9 30.71
X-07 WATER
BEARING 1290-1362 2.6 3.11 49.92
(Fresh Water)
1166-1233 2.33 1.4 34.82
HYDROCARBON
1286-1330 2.27 2 36.12
X-17 WATER
BEARING 1233-1286 2.62 3.4 50.4
(Fresh Water)
HYDROCARBON 1175-1273 3.52 2.5 35.64
X-25 WATER
BEARING 1281-1360 3.24 3.48 51.77
(Fresh Water)
Rwa.
68
Tabel 3.8
Saturasi Air Formasi Rata-Rata Pada Lapangan X (Rw dari Metode Rwa)
Rmf Rw
KEDALAMAN AVG Sw
WELL ZONE @120°F @120°F
(Feet) (ohmm) (ohmm) (%)
HYDROCARBON 1263-1312 2.9 2.4 51.5
X-05 WATER BEARING
1323-1381 3.14 8.52 91.87
(Fresh Water)
HYDROCARBON 1244.5-1284 3.54 3.36 65.86
X-06 WATER BEARING
1284.5-1320 3.63 23.05 98.67
(Fresh Water)
HYDROCARBON 1248-1289 2.47 1.296 62
X-07 WATER BEARING
1290-1362 2.6 20.11 93.61
(Fresh Water)
1166-1233 2.33 1.408 40.3
HYDROCARBON
X-17 1286-1330 2.27 1.782 54.54
WATER BEARING
1233-1286 2.62 15.81 82.59
(Fresh Water)
HYDROCARBON 1175-1273 3.52 1.51 57.05
X-25 WATER BEARING
1281-1360 3.24 22.23 99.72
(Fresh Water)
Dari hasil perhitungan nilai saturasi dan Plot Log Hasil Analisis Saturasi
Air pada zona air pada sumur X-05, X-06, X-07, X-17dan X-25 yang dapat dilihat
pada Lampiran C.
Untuk selanjutnya akan diperlihatkan grafik log pada zona air dan zona
perhitungan nilai saturasi air dengan metode Indonesia pada gambar 3.9.
69
Untuk hasil plot pembacaan Software Petrofisik pada sumur X-06, X-07,
Low-
Resistivity
Contrast
High
Resistivity –
Low
Contrast
Gambar 3.9