Anda di halaman 1dari 23

Dosen Pengampu : Sofyan Ramli, S.Pd., M.Pd.

Mata Kuliah : Evolusi

Semester : VII (Tujuh)

MAKALAH

“EVOLUSI AMFIBI”

OLEH:

LILI CAHYANI (20500117050)

RIZQA AWALIA ASIS (20500117074)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang,
penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah Evolusi Amfibi sebagai bahan pembelajaran

Pada makalah ini penulis buat semaksimal mungkin dan pada dasarnya
terdapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat mempermudah dalam
pembuatan makalah ini. Untuk itu tidak lupa kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah
ini. Namun tidak lepas dari itu semua, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan yangan terbuka penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada penulis sehingga penulis dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Pada akhirnya kami mengharapkan dengan adanya makalah ini, semoga dapat
memberi tambahan ilmu mengenai materi “Evolusi Amfibi” . Dan dapat diambil
hikmahnya dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca
dan mengaplikasikannya.

, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Amfibi
B. Asal mula Amfibi
C. Amfibi Modern
D. Klasifikasi Amfibi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Evolusi (dalam kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat


terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses
utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi
ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup
dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi,
keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat
diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar
populasi dan antar spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual,
kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang
dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika
perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam
suatu populasi.
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi
alam dan hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang
menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan
reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi - dan
sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi
karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang
besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya
yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Sementara itu, hanyutan
genetik (Bahasa Inggris: Genetic Drift) merupakan sebuah proses bebas yang
menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan
genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika
suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
Salah satu hewan yang mengalami evolusi yaitu amfibi, dimana amfibi
adalah kelompok dari vertebrata yang merupakan kelompok hewan yang
berdarah dingin, yang berarti kelompok hewan ini tidak dapat mengatur suhu
tubuhnya sendiri. Untuk mendinginkan tubuh hewan amfibi masuk ke dalam
air dan untuk menghangatkan tubuh mereka ke daratan dibawah sinar
matahari. Amfibi mulai muncul sekitar 400 tahun lalu pada periode Devon.
B. Rumusan Malasah
Rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian Amfibi ?
2. Bagaimana asal mula amfibi ?
3. Bagaimana Amfibi modern ?
4. Apa saja klasifikasi amfibi ?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui pengertian dari amfibi
2. Untuk mengetahui asal mula amfibi
3. Untuk mengetahui amfibi modern
4. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi amfibi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Amfibi

Amfibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam
air tawar dan di darat. Sebagian besar mengalami metamorphosis dari berudu
(aquatic dan bernapas dengan insang) ke dewasa (amphibious dan bernapas
dengan paru-paru), namun beberapa jenis amphibious tetap memiliki insang
selama hidupnya. Jenis-jenis sekarang tidak memiliki sisik luar, kulit biasanya
tipis dan basah (Djarubito 1989, 194).

Amfibia merupakan perintis verebrata daratan atau dengan kata lain


vertebrata pertama di darat adalah anggota kelas Ampibia. Saat ini kelas
tersebut diwakili oleh kurang lebih 4000 spesies katak, salamander dan
caecilian (makhluk tak bertungkai yang membuat lubang untuk sarang di
hutan tropis dan danau air tawar) (Campbell et al 2003, 258).

B. Awal mula amfibi


1. Periode Devonion
Amfibi diperkiran mulai muncul pada periode Devon sekitar 400 juta
tahun yang lalu. Kemungkinan sebagian besar hewan-hewan amfibi pertama
merupakan hewan akuatik, yang kadang-kadang mengembara ke darat untuk
menghindari ikan karnivora atau mengeksploitasi makanan yang berlimpah
(serangga dan invertebrate lain), yang mendahului amfibia hidup di darat
(Campbell et al 2003, 258). Pada periode Devon ini mengalami siklus
pergantian musim kemarau, yang diikuti dengan curah hujan yang lebat dan
kemudian musim kemarau lagi siklus ini terjadi secara berulang-ulang, hal
inilah yang membuat beberapa vertebrata akuatik mengembangkan dua ciri
yang penting untuk memungkinkan evolusi selanjutnya untuk kehidupan di
darat yaitu paru-paru dan anggota tubuh. Selama musim kemarau, banyak
kolam dan sungai menguap, dan oksigen terlarut menghilang. Hanya ikan
yang mampu memperoleh oksigen atmosfer yang selamat dari kondisi seperti
itu. Insang tidak cocok karena udara kering. Hampir semua ikan air tawar
yang selamat dari periode ini, termasuk ikan lobefinned dan lungfishes,
memiliki sejenis paru-paru yang berkembang sebagai faring. Efisiensi rongga
berisi udara ditingkatkan dengan meningkatkan vaskularisasi dengan jaringan
kapiler dan dengan memasoknya dengan darah di arteri (Hickman, Larry and
Allan 2011, )

Beberapa fosil ikan bersirip lobus, termasuk hewan rhipidistian yang


bernama Eusthenopteron, menunjukkan banyak kemiripan anatomis lainnya
dengan amfibia yang paling awal. Suatu hipotesis lama berlaku yang
menyatakan bahwa ikan bersirip lobus dari masa Devon sangat dekat
hubungannya dengan leluhur tetrapoda. Namun demikian, beberapa bukti
molekuler menyarankan bahwa Lungfish secara filogenetik lebih dekat
dengan amfibia dibandingkan dengan ikan bersirip lobus. (Campbell et al
2003, 258).
Gambar 2.1 Asal mula tetrapoda (a) Leluhur tetrapoda mungkin mirip
dengan ikan bersirip lobus ditunjukkan dengan sirip yang berotot (b)
rekontruksi ini, didasarkan pada fosil dari masa Devon yang
menggambarkan seeker amfibi purba, Sumber (Campbell et al 2003, 259).
Devonian paling awal diketahui memiliki kaki tetrapoda yang
terbentuk dengan baik dengan jari-jari yang terbentuk dengan jelas di kedua
lengan depan dan belakang, tetapi anggota badan tersebut terlalu lemah untuk
memungkinkan hewan itu mengangkat tubuhnya dari permukaan untuk
berjalan dengan baik di darat. (Hickman, Larry and Allan 2011, )

Gambar 2.2 Evolusi kaki tetrapoda. Kaki tetrapoda berevolusi dari sirip ikan
Paleozoikum. Eusthenopteron, ikan bersirip lobus Devonian (rhipidistian),
Sumber (Hickman, Larry and Allan 2011, )
Ichthyostega merupakan hewan yang hidup di masa Devon dengan
ciri-ciri memiliki korset bahu yang berkembang sempurna, tulang tungkai
yang besar, otot yang berkembang dengan baik, dan adaptasi lainnya untuk
kehidupan di darat, pasti dapat menarik dirinya ke darat, meskipun diragukan
bahwa ia dapat berjalan dengan sangat baik. Sampai saat ini para ahli zoologi
mengira bahwa tetrapoda awal memiliki lima jari tangan dan lima jari di
tangan dan kaki mereka, rencana pentadaktil dasar dari kebanyakan tetrapoda

yang hidup saat ini. Namun, fosil tetrapoda Devon yang baru ditemukan
menunjukkan bahwa semuanya memiliki lebih dari lima digit. Baru kemudian
tepukan lima digit tetapi anggota badannya terlalu lemah untuk
memungkinkan hewan itu mengangkat tubuhnya dari permukaan untuk
berjalan dengan baik di darat (Hickman, Larry and Allan 2011, ).

Gambar 2.3 ….. Sumber (Hickman, Larry and Allan 2011, )

2. Periode Carboniferus
Zaman ini merupakan periode waktu geologi yang berlangsung antara
360 juta tahun uang lalu. Zaman karbon ini juga dikenal sebagai zaman
amfibi, dimana zaman karbon ditandai dengan iklim basah yang hangat di
mana lumut dan pakis besar tumbuh dalam kelimpahan di lanskap
berawa. Tetrapoda menyebar dengan cepat di lingkungan ini untuk
menghasilkan berbagai macam bentuk, memakan banyak serangga, larva
serangga, dan invertebrata air yang tersedia. Beberapa garis keturunan yang
punah ditambah sampai amfibi modern. Selama masa Karbon untuk
menghasilkan nenek moyang dari tiga kelompok utama amfibi yang hidup
hari ini, katak (Anura atau Salientia), salamander (Caudata atau Urodela), dan
sesilia (Apoda atau Gymnophiona). Amfibi meningkatkan adaptasi mereka
untuk hidup di air selama periode ini. Tubuh mereka menjadi lebih datar
karena bergerak melalui air dangkal. Salamander awal memiliki anggota
tubuh yang lemah dan ekor mereka menjadi lebih berkembang sebagai organ
renang. Bahkan anuran (katak dan kodok), yang sekarang sebagian besar
terestrial saat dewasa, berkembang menjadi spesialisasi salamander (Caudata
atau Urodela), dan sesilia (Apoda atau Gymnophiona) (Hickman, Larry and
Allan 2011, ).

C. Amfibi Modern
Amfibia merupakan perintis verebrata daratan atau dengan kata lain
vertebrata pertama di darat adalah anggota kelas Ampibia. Amfibi mengalami
masa kejayaan pada zaman karbon namun pada zaman premian ketika bumi
menjadi lebih dingin dan kering mengakibatkan penurunan kejayaan amfibi
terjadi yang berlangsung terus sampai sekarang. Pada waktu ini hanya
tertinggal 3 ordo kelas amfibia yang hidup saat ini yaitu (1) katak dan
bangkong (ordo Anura), (2) Salamander dan kadal air (newt) (ordo Urodela),
(3) Sesilia (ordo Apoda), yang merupakan hewan seperti cacing dan tanpa
kaki (Kimbal, John W 1999).
Tiga ordo amfibi yang hidup terdiri lebih dari 4200 spesies. Sebagian
besar berbagi adaptasi umum untuk kehidupan di darat, termasuk penguatan
kerangka dan pergeseran prioritas indera khusus dari sistem gurat sisi leluhur
ke indera penciuman dan pendengaran. Epitel olfaktorius dan telinga
dirancang ulang untuk meningkatkan kepekaan terhadap bau dan suara yang
ada di udara. Dalam sejarah kehidupan leluhur dari amfibi, telurnya di air dan
menetas untuk menghasilkan bentuk larva air yang menggunakan insang
untuk respirasi. Metamorfosis terjadi setelah insang hilang diganti paru-paru
diaktifkan untuk respirasi. Beberapa katak, salamander, dan sesilia yang tidak
menjalani siklus hidup metamorphosis lengkap. Amfibi yang paling terestrial
tetap bergantung pada lingkungan yang sangat lembab jika bukan lingkungan
perairan. Kulit mereka tipis, dan membutuhkan kelembapan untuk
perlindungan terhadap pengeringan di udara. Menjadi ektotermik, suhu tubuh
mereka ditentukan oleh dan bervariasi dengan lingkungan, sangat membatasi
tempat tinggal mereka. Lingkungan sejuk dan basah sangat penting untuk
reproduksi. Telur tidak terlindungi dengan baik dari pengeringan, dan harus
dibuang langsung ke air atau ke permukaan yang lembab (Hickman, Larry and
Allan 2011, ).

Paru-paru dan tulang anggota tubuh amfibia diwarisi oleh moyang


krosopteriga, memberikan sarana untuk lokomosi dan bernapas di udara.
Atrium dalam jantung memungkinkan darah yang mengandung oksigen
masuk kejantung untuk di pompa kemudian dialirkan ke seluruh tubuh. Dan
ventrikel terjadi pencampuran antara darah yang mengandung banyak oksigen
dengan darah yang mengadung sedikit oksigen. Amfibia juga telah
mengembangkan telinga dari yang diwarisinya. Spirakel tertutup membrane
yang berfungsi sebagai gendnag telinga dan tulang rahang yang tidak terpakai
lagi (berasal dari lengkung insnag Agnatha) berguna untuk meneruskan
getaran dari merman ke telinga dalam (Kimbal, John W 1999).
Transisi amfibi dari air ke darat tampak pada :

 Modifikasi tubuh untuk dapat berjalan di darat, disamping masih


memiliki kemampuan berenang dalam air.
 Tumbuhnya kaki sebagai pengganti beberapa pasang sirip
 Pergantian insang menjadi paru-paru
 Merubah sistem sirkulasi untuk keperluan respirasi dengan paru-paru
dan kulit
 Alat sensorisnya memiliki fungsi di udara maupun di air.

Karakteristik Amfibi Modern :

a. Kerangka sebagian besar bertulang, dengan jumlah vertebra yang


bervariasi; tulang rusuk ada di beberapa, tidak ada atau menyatu dengan
tulang belakang,notochord tidak bertahan; eksoskeleton tidak ada

b. Bentuk tubuh sangat bervariasi dari batang yang memanjang dengan


kepala, leher, dan ekor yang berbeda hingga tubuh yang kompak dan
tertekan dengan kepala dan tubuh menyatu.

c. Anggota badan biasanya empat (tetrapoda), meskipun beberapa tidak


berkaki; Tungkai depan dari beberapa jauh lebih kecil dari pada tungkai
belakang, pada yang lainnya semua tungkai kecil dan tidak memadai;
kaki berselaput sering muncul; tidak ada kuku atau cakar sejati; depan
tungkai biasanya dengan empat/lima jari.

d. Kulit halus dan lembab dengan banyak kelenjar, beberapa di antaranya


mungkin merupakan kelenjar racun; pigmen sel (chromatophores)
umum, dengan variasi yang cukup banyak; tidak ada sisik.

e. Mulut biasanya besar dengan gigi kecil di atas atau kedua rahang; dua
lubang hidung terbuka ke bagian anterior rongga mulut

f. Respirasi oleh paru-paru (tidak ada di beberapa salamander), kulit, dan


insang di beberapa, baik secara terpisah atau kombinasi; insang luar
dalam bentuk larva dan dapat bertahan sepanjang hidup

g. Sirkulasi dengan jantung tiga bilik, dua atrium dan satu ventrikel,dan
sirkulasi ganda melalui jantung; kulit berlimpah dengan pembuluh darah

h. Sistem ekskresi ginjal mesonefrik berpasangan;


i. Sepuluh pasang saraf kranial

j. Jenis kelamin terpisah; pembuahan sebagian besar terjadi di dalam pada


salamander dan sesilia, dan sebagian besar di luar pada katak dan
kodok; terutama ovipar, beberapa ovovivipar atau vivipar; metamorfosis
biasanya muncul; telur agak kuning (mesolecithal) dengan selaput
selaput jeli,tanah lembab di dekat air. Larva mungkin hidup di air, atau
perkembangan larva lengkap dapat terjadi di dalam telur. Pada beberapa
spesies telur dijaga dengan hati-hati selama perkembangannya di lipatan
tubuh. Vivipar juga umum dijumpai pada beberapa sesilia, dengan
embrio memperoleh makanan dengan memakan dinding saluran telur.

D. Klasifikasi Amfibi
1. Ordo Anura : katak, kodok
Gambar 2.4 Katak, kodok Ordo Anura

Lebih dari 3450 spesies katak dan katak yang menyusun ordo
Anura (bagi kebanyakan orang adalah amfibi yang paling dikenal. Anura
adalah golongan tua yang dikenal sejak Zaman Jurassic, 150 juta tahun
yang lalu. Katak dan kodok menempati berbagai jenis habitat. Mode
reproduksi akuatik dan kulit yang dapat menembus air mencegah mereka
berkeliaran terlalu jauh dari sumber air, dan ectothermy mereka
menghalangi mereka dari habitat kutub dan subarktik. Nama ordo, Anura,
mengacu pada karakteristik kelompok yang jelas, tidak adanya ekor pada
saat dewasa. Glikogen dan lemak yang disimpan di tubuh mereka selama
musim semi dan musim panas. Katak yang lebih terestrial, seperti katak
pohon, berhibernasi di humus lantai hutan. Mereka toleran terhadap suhu
rendah, dan banyak yang benar-benar bertahan dalam pembekuan semua
cairan ekstraseluler, yang mewakili 35% air tubuh. Katak yang tahan
beku ini bersiap menghadapi musim dingin dengan mengakumulasi
glukosa dan gliserol dalam cairan tubuh, dengan demikian melindungi
jaringan dari efek pembentukan kristal es yang biasanya merusak
(Hickman, Larry and Allan 2011, ).

Katak dewasa memiliki banyak musuh, seperti ular, burung air,


kura-kura, rakun, dan manusia; ikan memangsa berudu, dan hanya sedikit
berudu yang bertahan sampai dewasa. Meskipun biasanya tidak berdaya,
banyak katak dan kodok di daerah tropis dan subtropis agresif, melompat
dan menggigit predator. Beberapa membela diri dengan berpura-pura
mati. Kebanyakan anuran dapat menggembungkan paru-parunya sehingga
sulit menelan.Perlindungan terbaik katak adalah kemampuannya untuk
melompat dan menggunakan kelenjar racun (Hickman, Larry and Allan
2011, ).

Evolusi katak :
Dimulai dengan penemuan fosil Gerobatrachus yang memberikan
pemahaman yang jauh lebih penuh atas asal usul dari evolusi amfibi
modern. Fosil Gerobatrachus memiliki tengkorak, tulang belakang dan
gigi dari Gerobatrachus merupakan campuran dan fitur katak dan
salamander. Fosil memiliki dua tulang menyatu di lutut yang normalnya
ada pada salamander dan sebuah telinga timpanik sangat besar (gendang
telinga). Ia juga memiliki tengkorak yang ringan dan lebar sepertu katak,
Tulang belakangnya tepat merupakan intermediat antara katak dan
salamander modern dan primitif.
(https://www.scribd.com/doc/74991802/EvoLusi-Katak)
Gambar 2.5 Gerobatrachus, Sumber
(https://www.scribd.com/doc/74991802/EvoLusi-Katak)

Katak jelas berbeda dengan salamander. Tetapi, keduanya memiliki


kemiripan, yakni bisa hldup di air dan darat dan memiliki empat kaki.
Amfibi modern katak, salamander. dan caecilian serupa cacing
merupakan hewan hewan yang diduga memilikl hubungan kekerabatan.
Namun, ketiadaan catatan fosil yang menunjukkan perkembangan
evolusi mereka menjadi bahan perdebatan di ranah Ilmu pengetahuan
(https://www.scribd.com/doc/74991802/EvoLusi-Katak)
Temuan fosiI Gerobatrachus hottoni atau ”katak tua" yang
dideskripsikan dalam jurnal Nature mungkin menjadi satu satunya
petunjuk yang ada mengenal kekerabatan keduanya. "lnl adalah mata
rantai yang hilang antara fosil purba dan fosil modern yang menjadi
nenek moyang hewan hewan amfibi Itu" Ujar Jason Anderson dan
University of Calgary yang memlmpln penelitian. “Indah yang kita sebut
sebagai katak salamander.“ Fosil tersebut memunculkan dugaan bahwa
amfibi modern mungkin berasal dan dua kelompok. di mana katak dan
salamander berasal dari amfibi purba yang disebut Gerobatrachus hottoni
sementara caecilian serupa cacing adalah keturunan lepospondyls
(https://www.scribd.com/doc/74991802/EvoLusi-Katak)
2. Ordo Gymnophiona (Apoda) : sesilia

Gambar 2.6 Sesilia Ordo Gymnophiona (Apoda), Sumber


(Hickman, Larry and Allan 2011, ).

Fosil dari ordo ini berasal dari periode Devonian, Gebus


primitifnya, Eocaecillia,memiliki kaik kecil dan mata yang berkembang
baik. Berisi sekitar 160 spesies makhluk yang memanjang, tidak
bertungkai, dan menggali yang biasa disebut sesilia.Mereka hidup di
hutan tropis Amerika Selatan (rumah utama mereka), Afrika, dan Asia
Tenggara. Sesilia memiliki tubuh yang panjang dan ramping, beberapa
sisik di kulitnya kecil, banyak tulang belakang, tulang rusuk yang
panjang, tidak ada anggota badan, dan anus terminal. Mata kecil, dan
sebagian besar spesies buta total saat dewasa. Tentakel sensorik khusus
terjadi di moncong. Karena mereka hampir seluruhnya menggali atau di
air, mereka jarang terlihat oleh manusia. Makanan mereka sebagian besar
terdiri dari cacing dan invertebrata kecil, yang mereka temukan di bawah
tanah. Pembuahan bersifat internal, dan laki-laki dilengkapi dengan organ
kopulasi yang menonjol (Hickman, Larry and Allan 2011, ).
3. Ordo Caudata (Urodela) : Salamender

Gambar 2.7 Salamender Ordo Caudata (Urodela), Sumber


(Hickman, Larry and Allan 2011, ).

Sesuai dengan namanya, ordo Caudata (L. caudatus, berekor) terdiri


dari amfibi berekor, kurang lebih 360 spesies salamander. Salamander
ditemukan di hampir semua wilayah beriklim sedang utara dunia, dan
mereka melimpah dan beragam di Amerika Utara. Salamander juga
ditemukan di daerah tropis di Amerika Selatan bagian tengah dan utara.
Salamander biasanya berukuran kecil; kebanyakan salamander Amerika
Utara umumnya memiliki panjang kurang dari 15 cm. Beberapa bentuk
air jauh lebih panjang, dan salamander raksasa Jepang bisa melebihi 1,5
m. Kebanyakan salamander memiliki tungkai tegak lurus dengan tubuh,
dengan tungkai depan dan belakang kira-kira berukuran sama. Dalam
beberapa bentuk akuatik dan liang, anggota badan belum sempurna dan
beberapa mungkin tidak ada. Salamander adalah karnivora baik sebagai
larva maupun dewasa, memangsa cacing, arthropoda kecil, dan moluska
kecil. Kebanyakan hanya makan hal-hal yang bergerak. Karena makanan
mereka kaya protein, mereka tidak menyimpan banyak lemak atau
glikogen. Seperti semua amfibi, mereka adalah ektoterm dengan laju
metabolisme yang rendah (Hickman, Larry and Allan 2011, ).

Gambar 2.8 Proses perkembangbiakan salamander,


Sumber (Hickman, Larry and Allan 2011, ).

Perilaku Berkembangbiakan Beberapa salamander adalah akuatik


sepanjang siklus hidupnya, tetapi sebagian besar bersifat metamorf,
memiliki larva akuatik dan hewan dewasa darat yang hidup di tempat
lembab di bawah batu dan batang kayu busuk. Telur dari sebagian besar
salamander dibuahi secara internal, biasanya setelah betina pulih dalam
ventilasi nya paket sperma (spermatophore) yang sebelumnya telah
disimpan oleh jantan pada daun atau batang. Spesies air bertelur dalam
kelompok atau massa berserabut di air. Telur mereka menetas untuk
menghasilkan larva air yang memiliki insang luar dan ekor seperti sirip.
Spesies yang sepenuhnya terestrial menyimpan telur dalam kelompok
kecil seperti grapelike di bawah kayu gelondongan atau dalam penggalian
di tanah lembab yang lembut, dan banyak spesies tetap menjaga telurnya
(Hickman, Larry and Allan 2011, ).

Respirasi Salamander menunjukkan mekanisme pernapasan yang


sangat beragam. Mereka memiliki kondisi amfibi yang sama karena
memiliki jaringan pembuluh darah yang luas di kulit mereka yang
berfungsi untuk pertukaran oksigen dan karbon dioksida melalui
pernapasan. Pada berbagai tahap riwayat hidup mereka, salamander juga
mungkin memiliki insang eksternal, paru-paru, keduanya, atau tidak
keduanya. Salamander dengan tahap larva akuatik menetas dengan
insang, tetapi akan hilang nanti jika terjadi metamorfosis. Beberapa
silsilah salamander yang beragam telah berevolusi secara permanen
dalam bentuk akuatik yang gagal mengalami metamorfosis sempurna dan
mempertahankan insang dan ekor mirip siripnya sepanjang hidup. Paru-
paru, organ pernapasan paling luas dari vertebrata darat, sejak lahir pada
salamander yang memilikinya, dan menjadi aktif setelah metamorfosis.
Meskipun kita biasanya mengasosiasikan paru-paru dengan organisme
darat dan insang dengan organisme air, evolusi salamander telah
menghasilkan bentuk-bentuk akuatik yang bernapas terutama dengan
paru-paru dan bentuk-bentuk terestrial yang sama sekali tidak memiliki
mereka (Hickman, Larry and Allan 2011, ).

Amphiumas dari keluarga salamander, Amphiumidae telah


mengembangkan sejarah kehidupan akuatik sepenuhnya dengan
metamorfosis yang sangat berkurang. Namun, amfiumas kehilangan
insangnya sebelum dewasa dan kemudian bernapas melalui paru-paru.
Mereka secara berkala mengarahkan lubang hidung mereka di atas
permukaan air untuk mendapatkan udara. Amphiumas memberikan
kontras yang aneh dengan banyak spesies dari famili Plethodontidae yang
seluruhnya terestrial tetapi telah menghilangkan paru-paru seluruhnya.
Keluarga besar ini berisi lebih dari 220 spesies, termasuk banyak
salamander Amerika Utara yang sudah dikenal (Hickman, Larry and
Allan 2011, ).
Paedomorphosis Tren filogenetik terus-menerus yang diamati
dalam evolusi salamander adalah keturunan mempertahankan fitur-fitur
dewasa yang hanya ada pada tahap pradewasa nenek moyang mereka.
Akibatnya, beberapa karakteristik morfologi orang dewasa leluhur
dihilangkan. Kondisi ini disebut paedomorphosis,bentuk paedomorphosis
yang paling dramatis terjadi pada spesies yang menjadi dewasa secara
seksual dengan tetap mempertahankan insang, kebiasaan hidup akuatik,
dan karakteristik larva lainnya. Spesies nonmetamorf ini dikatakan
sebagai perennibranchiate ("insang permanen"). Anak anjing lumpur dari
genus Necturus yang hidup di dasar kolam dan danau, adalah contoh
ekstrim. Salamander ini dan banyak lainnya wajib perennibranchiate;
mereka tidak pernah diamati bermetamorfosis dalam kondisi apapun
(Hickman, Larry and Allan 2011, ).

Beberapa spesies salamander lain mencapai kematangan seksual


dengan morfologi larva tetapi, tidak seperti Necturus, dapat
bermetamorfosis menjadi bentuk terestrial dalam kondisi lingkungan
tertentu. Contoh yang baik ditemukan di Ambystoma tigrinum dan
beberapa spesies terkait dari Meksiko dan Amerika Serikat. Individu
berangin disebut axolotl.Habitat khas mereka terdiri dari kolam kecil
yang dapat menghilang melalui penguapan pada cuaca kering. Ketika
kolamnya menguap, axolotl bermetamorfosis menjadi bentuk terestrial,
kehilangan Insang dan paru-parunya berkembang. Ia kemudian dapat
melakukan perjalanan melintasi daratan untuk mencari sumber air baru,
ke mana ia harus kembali bereproduksi. Axolotl dipaksa untuk
bermetamorfosis secara artifisial saat dirawat dengan hormon tiroid,
tiroksin (T4). Hormon tiroid (T3 dan T4,) penting untuk metamorfosis
amfibi. Kelenjar pituitaritampaknya tidak sepenuhnya aktif dalam bentuk
nonmetamorfosis, sehingga gagal melepaskan hormon tirotropin, yang
diperlukan untuk merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon
tiroid. Paedomorphosis memiliki banyak bentuk berbeda pada kelompok
salamander yang berbeda. Ini dapat mempengaruhi tubuh secara
keseluruhan atau mungkin terbatas pada satu atau beberapa struktur
tertentu. Amfiuma yang disebutkan sebelumnya kehilangan insang dan
mengaktifkan paru-parunya sebelum dewasa, tetapi mereka
mempertahankan banyak ciri umum bentuk tubuh larva. Paedomorphosis
penting bahkan pada plethodontida terestrial, yang tidak pernah memiliki
tahap larva akuatik. Kita dapat melihat efek paedomorphosis, misalnya
pada bentuk tangan dan kaki dari genus Bolitoglossa plethodontid tropis.
Morfologi leluhur Bolitoglossa menampilkan jari-jari yang terbentuk
dengan baik yang tumbuh dari telapak tangan atau kaki selama
perkembangannya. Beberapa spesies telah meningkatkan kemampuannya
untuk memanjat vegetasi yang halus, seperti pohon pisang, dengan
menghentikan pertumbuhan jari dan mempertahankan sepanjang hidup
kaki yang seperti bantalan. Kaki seperti bantalan ini dapat menghasilkan
adhesi dan hisap untuk menempelkan salamander ke permukaan vertikal
yang halus, dan dengan demikian berfungsi sebagai fungsi adaptif yang
penting (Hickman, Larry and Allan 2011, ).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini adalah:
1. Amfibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air
tawar dan di darat, amfibia juga merupakan perintis verebrata daratan atau
dapat dikatakan vertebrata pertama di darat adalah anggota kelas Ampibia.
2. Amfibi diperkiran mulai muncul pada periode Devon sekitar 400 juta
tahun yang lalu. Beberapa bukti molekuler menyarankan bahwa Lungfish
secara filogenetik lebih dekat dengan amfibia dibandingkan dengan ikan
bersirip lobus. Amfibi mencapai kejayaan pada zaman Carboniferous atau
bisa disebutnya zaman Amfibi yang berlangsung antara 360 juta tahun
uang lalu. namun pada zaman premian ketika bumi menjadi lebih dingin
dan kering mengakibatkan penurunan kejayaan amfibi terjadi yang
berlangsung terus sampai sekarang.

3. Amfibi merupakan hewan vertebrata daratan pertama. Setelah zaman


karbon yang menjadi masa kejayaan amfibi yang kemudian di ikuti zaman
premian ketika bumi menjadi lebih dingin dan kering. Sehingga hanya
terdapat tiga ordo kelas amfibia yang hidup saat ini.Tiga ordo amfibi yang
hidup terdiri lebih dari 4200 spesies. Sebagian besar berbagi adaptasi
umum untuk kehidupan di darat, termasuk penguatan kerangka dan
pergeseran prioritas indera khusus dari sistem gurat sisi leluhur ke indera
penciuman dan pendengaran.

4. Klasifikasi amfibi :
a. Ordo Anura : katak, kodok
b. Ordo Gymnophiona (Apoda) : sesilia
c. Ordo Caudata (Urodela) : Salamender
DAFTAR PUSTAKA

Campbell et al. 2003. Biologi Edisi kelima Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Djarubito, Mukayat. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga

Hickman, Larry and Allan. 2011. Integrated Principles of Zoology. North America :
The McGraw-Hill Companies

Kimbal, John W. 1999. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

https://www.scribd.com/doc/74991802/EvoLusi-Katak

Anda mungkin juga menyukai