Teknik Listrik PDF
Teknik Listrik PDF
satrianisaid86@gmail.com
Abstrak
Dalam penyaluran tenaga listrik ternyata sukar diperoleh beban yang seimbang, terutama beban-beban satu fasa yang
mendapat pelayanan dari sistem tiga fasa. Sehingga keadaan ini dapat mengakibatkan rugi-rugi daya dan bagi konsumen
yaitu tejadinya penurunan tegangan. Hal ini terjadi karena adanya arus yang mengalir pada penghantar netral trafo.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketidakseimbangan beban yang diakibatkan oleh beban satu fasa sistem
distribusi tiga fasa, rugi daya jaringan, dan penghantar netral yang ditimbulkan akibat beban yang tidak seimbang.
Sehubungan dengan itu, penelitian ini dilakukan di penyulang Toddopuli pada PT. PLN (Persero) Rayon Panakukkang
dengan menggunakan metode analisis secara deskriptif dan simulasi menggunakan ETAP Power Station 12.6.0.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa nilai faktor ketidakseimbangan trafo distribusi 20
kV pada Penyulang Toddopuli adalah sebesar 0,14 dengan nilai ini dapat dikatakan masih dalam keadaan seimbang dan
masih dapat ditolerir oleh PLN, dengan besar rugi-rugi daya jaringan 415,70 kW dan 23,88 kW pada penghantar netral
trafo dengan selisih tertinggi antara hasil simulasi ETAP 12.6.0 dengan perhitungan manual mengenai rugi-rugi daya
jaringan terdapat pada gardu dengan kode GT.PT005.
1
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
konsumen. Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu D. Sistem Distribusi Sekunder dengan Beban Tak
digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan Seimbang
menggunakan transformator step-up. Nilai tegangan yang Pembebanan tidak seimbang ini terjadi pada
sangat tinggi ini menimbulkan beberapa konsekuensi transformator yang distribusi akibat karakteristik beban
antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya yang terhubung pada transformator berbeda-beda untuk
harga perlengkapan-perlengkapannya, selain itu juga tidak ketiga fasanya. Keadaan seimbang adalah suatu keadaan
cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi ketika:
beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan IS IT
saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan 120º
menggunakan transformator step-down. Dalam hal ini
jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang
penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan. [1]
[2] 120º 120º
IR
Gambar 2 Vektor Diagram Arus Keadaan Beban Seimbang
(Badaruddin, 2012) [4]
2
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
IT Arus Saluran Dalam sistem tiga fasa empat kawat ini jumlah arus sama
dengan arus netral yang kembali lewat kawat netral, jadi:
VRN
R
+
IR T R + + = (7)
VTN
- N -
IN Arus Fasa Dengan mensubsitusikan persamaan (6) ke (7) maka
- N diperoleh.
VSN
+ IS S
=3 (8)
S
Rugi-rugi daya listrik pada sistem distribusi
Sumber
Terhubung Y
Arus di penghantar
netral dalam keadaan
Beban
Terhubung Y
dipengaruhi beberapa faktor yang antara lain faktor
seimbang bernilai 0 konfigurasi dari sistem jaringan distribusi, transformator,
Gambar 4 Sistem Distribusi dengan Arus Netral Akibat Beban kapasitor, isolasi dan rugi – rugi daya listrik. Jika suatu
Tak Seimbang
arus mengalir pada suatu penghantar, maka pada
(Suhadi,2008)
penghantar tersebut akan terjadi rugi-rugi daya menjadi
panas karena pada penghantar tersebut terdapat resistansi.
Untuk arus tiga fasa dari suatu sistem yang tidak
Rugi-rugi dengan beban terpusat pada ujung saluran
seimbang dapat juga diselesaikan dengan metode
distribusi primer dirumuskan sebagai berikut:
komponen simetris. Metode ini telah dipaparkan oleh
V = I ( R cos φ + X sin φ ) L (9)
Fortescue yang membuktikan bahwa suatu sistem yang
P = 3 I2 . R . L (10)
tidak seimbang dari fasor yang berhubungan dapat
Dengan :
diuraikan menjadi sistem dengan fasor seimbang yang
dinamakan komponen-komponen simetris. Dengan I = Arus yang mengalir per fasa (Ampere)
menggunakan notasi-notasi yang sama seperti pada R = Resistansi saluran per fasa (Ohm/km)
tegangan akan didapatkan persamaan untuk arus fasanya : X = Reaktansi saluran per fasa (Ohm/km)
Cos φ = Faktor daya beban (0,85)
= + + (1)
L = Panjang saluran (km)
= + + (2)
Pemilihan jenis kabel yang akan digunakan pada
= + + (3) jaringan distribusi merupakan faktor penting yang harus
Dengan tiga langkah yang dijabarkan dalam diperhatikan dalam perencanaan dari suatu sistem tenaga
menentukan urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol listrik karena dapat memperkecil rugi-rugi daya.
terlebih dahulu, maka arus-arus urutan juga dapat
ditentukan dengan cara yang sama, sehingga didapatkan F. Faktor Ketidakseimbangan Beban
juga : Apabila impedansi ZR , ZS, dan ZT tidak sama maka
= ( + + ) (4) nilai arus-arus IR, IS, dan IT tidak sama, sehingga tegangan
VR , VS, dan VT tidak sama pula. Nilai impedansi dapat
= ( + + ) (5) diperoleh jika nilai tegangan dan arus diketahui dan dapat
= ( + + ) (6) dirumuskan sebagai berikut:
Dengan : (11)
I1 = Arus urutan positif (A) Perbandingan antara nilai komponen urutan negatif
I2 = Arus urutan negatif (A) dengan komponen urutan positif disebut faktor
I0 = Arus urutan nol (A) ketidakseimbangan beban (unbalance factor) atau dapat
= 120 disingkat dengan F.
Arus urutan positif berasal dari komponen urutan Apabila data yang diketahui merupakan nilai
positif, komponen ini terdiri dari 3 fasor yang sama tegangan, maka faktor ketidakseimbangan beban
besarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam fasor 120 , dinyatakan berdasarkan perbandingan antara tegangan
dan mempunyai urutan fasor yang sama dengan fasor urutan negatif dengan tegangan urutan positif, yaitu:
aslinya. Sedangkan arus urutan negatif berasal dari (12)
komponen urutan negatif, komponen ini terdiri atas 3 fasor
Apabila data yang diketahui merupakan nilai arus,
yang sama terpisah dengan lainnya dalam fasa sebesar
maka faktor ketidakseimbangan beban dinyatakan dengan
120 , dan mempunyai urutan fasa yang berlawanan
berdasarkan perbandingan antara arus urutan negatif
dengan fasor aslinya. Dan arus urutan nol berasal dari
dengan arus urutan positif, yaitu:
komponen urutan nol, komponen ini terdiri atas 3 fasor
yang sama besarnya dan dengan pergeseran fasa nol antara (13)
simetris fasor yang satu dengan yang lainnya. Dengan :
Pada komponen simetris simbol a dipergunakan FK = Faktor ketidakseimbangan beban
untuk menunjukkan operator yang menimbulkan sautu V1 = Tegangan urutan negatif (Volt)
perputaran sebesar 120 dengan arah yang berlawanan V2 = Tegangan urutan positif (Volt)
dengan arah perputaran jarum jam. Operator semacam ini I1 = Arus urutan positif (Ampere)
adalah bilangan kompleks yang besarnya satu dan I2 = Arus urutan negatif (Ampere)
sudutnya 120 dan difenisikan sebagai: Pada sistem distribusi tiga fasa empat kawat terdapat
= 1 120 atau = - 0,5 + j0,866 komponen utama urutan nol, sehingga untuk menentukan
3
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
faktor ketidakseimbangan beban, maka komponen urutan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
nol tersebut dihilangkan. A. Menentukan Beban Tak Seimbang pada Trafo
Distribusi
G. ETAP Power Station 12.6.0 Dari data yang diperoleh selama mengadakan
ETAP (Electric Transient and Analysis Program) penelitian di PT. PLN (Persero) Rayon Panakukkang
PowerStation 12.6.0 merupakan suatu perangkat lunak maka diperoleh data pengukuran beban pada penyulang
yang mendukung sistem tenaga listrik. Perangkat ini Toddopuli di daerah Panakukkang. Pengukuran ini
mampu bekerja dalam keadaan offline untuk simulasi dilakukan dengan memperkirakan saat terjadinya beban
tenaga listrik, online untuk pengelolaan data real-time maksimum, dengan untuk beban perumahan dan
atau digunakan untuk mengendalikan sistem secara penerangan dilakukan pada malam hari. Pengukuran
real-time. [6] dilakukan dimalam hari, sebab penggunaan beban paling
III. METODE PENELITIAN tinggi untuk jenis beban rumah tangga paling banyak
terjadi di malam hari. Oleh karena itu untuk
Dalam penelitian ini, penyulang Toddopuli pada GI mengevaluasi pengaruh ketidakseimbangan beban pada
Panakukkang menjadi salah satu objek dengan terfokus trafo Toddopuli maka dapat dilakukan dengan
pada data pembebanan trafo ditsribusi pada bulan menghitung beban tak seimbang yang ada pada trafo
Oktober-Desember 2017. Berikut flowchartnya: tersebut.
Mulai Sebelum menentukan nilai arus komponen positif
dan negatif, maka perlu diketahui bahwa faktor daya
Pengumpulan Data:
beban yang diperbolehkan oleh PLN adalah sebesar 0,85
1.Single line diagram GI Panakukkang sehingga cos R = cos S = cos T = 0,85 dengan urutan
Penyulang Toddopuli
4
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
5
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
6
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Dengan menggunakan persamaan (9) dan (10), maka Tabel 3 Tabel Perhitungan Faktor Ketidakseimbangan dan
rugi-rugi dengan beban terpusat pada ujung saluran Rugi-Rugi Daya pada Penyulang Toddopuli
distribusi primer dan diketahui panjang saluran distribusi
sekunder pada trafo tersebut adalah sebesar 0,2 km maka
dapat dihitung sebagai berikut:
Nilai Cos φ = 0,85 sehingga untuk memperoleh dari
nilai Sin φ maka dapat diselesaikan dengan,
- Sin φ = …
Cos φ = 0,85
Sin2 φ + cos2 φ = 1
Sin2 φ + (0,85)2 = 1
Sin2 φ + 0,72 = 1
Sin2 φ = 0,28
Sinφ = 0,52
7
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
distribusi berada pada harga 0 (0 < F < 1).Menurut Songli, Pada aplikasi ini, simulasi yang digunakan adalah simulasi
2009 yang telah melaksanakan penelitian pada penyulang Load Flow Analysis. Dari simulasi tersebut maka dapat
Tamalanrea daerah BTP nilai tersebut masih berada dalam diperoleh data rugi-rugi dayanya. Berikut adalah data rugi-
keadaan seimbang sehingga dapat dikatakan bahwa gardu- rugi daya yang diperoleh:
gardu trafo distribusi pada Penyulang tersebut berada pada
keadaan yang seimbang. [10]
Pada Tabel 3 diatas dapat dilihat juga bahwa gardu
GT.PTP033 yang berada pada Jl. Pandang Raya PTC
merupakan gardu yang memiliki nilai rugi-rugi jaringan
yang terbesar yaitu 43.22 kW. Untuk standar sendiri rugi-
rugi daya pada suatu jaringan diusahakan menjadi sekecil
mungkin. Karena besar kecilnya rugi-rugi dari suatu
sistem tenaga listrik menunjukkan tingkat efisiensi sistem
tersebut. Gambar 9. Data Hasil Simulasi Gardu Distribusi GT.PTP014
Setelah dijumlahkan maka total rugi-rugi daya pada Maka hasil yang diperoleh antara perhitungan manual
penghantar netral di Penyulang ini adalah sebesar 23.88 dan simulasi aplikasi pada gardu distribusi GT.PTP014
kW. adalah sebagai berikut:
Dengan nilai rata-rata jatuh tegangan yang ada pada Tabel 4 Tabel Perbandingan Nilai Rugi-Rugi Daya pada
tabel 3 adalah sebesar 6,37 Volt yang apabila diubah Perhitungan Manual dan Aplikasi pada GT.PTP014
dalam bentuk persentase maka hasilnya adalah sebesar
Rugi-Rugi Daya
2,89 % sehingga dapat dikatakan bahwa nilai jatuh
Kode Alamat/Lokasi (kW)
tegangan pada penyulang Toddopuli masih dalam keadaan No.
standar. Dengan nilai persentase jatuh tegangan terbesar Gardu Gardu ETAP
Manual
adalah sebesar 7,5 % dan masih dalam keadaan tidak 12.6.0
melebihi standar PLN. Jl.Anggrek
Raya Komp.
C. Menghitung Rugi-Rugi Daya Aktif dengan ETAP 1 GT.PTP014 Maizonet 24.35 23.7
12.6.0 Dekat Pasar
Setelah mendapatkan nilai rugi-rugi daya pada suatu Hobby
saluran trafo distribusi secara manual maka selanjutnya
adalah menghitung rugi-rugi daya melalui simulasi pada Untuk perbandingan antara perhitungan manual dan
aplikasi ETAP versi 12.6.0. Simulasi ini berguna untuk simulasi aplikasi pada gardu trafo distribusi lainnya maka
membandingkan seberapa besar perbedaan nilai rugi-rugi dapat dilihat pada lampiran III dan berikut adalah tabel
daya antara aplikasi dan perhitungan manual. Adapun tata rangkuman dari perbandingan keduanya untuk seluruh
caranya adalah dengan membuat single line diagram dari gardu trafo distribusi:
Tabel 5 Tabel Perbandingan Nilai Rugi-Rugi Daya pada
sebuah trafo distribusi tersebut terlebih dahulu. Single Line
Perhitungan dan Aplikasi ETAP pada Penyulang Toddopuli
Diagram ini dapat dibuat dengan menggunakan data-data
pembebanan trafo pada tiap gardu yang ada pada
Penyulang Toddopuli. Setelah diperoleh data-data
pembebanan pada gardu distribusi GT.PTP014 maka
langkah selanjutnya adalah membuat Single Line Diagram
pada aplikasi ETAP 12.6.0. Pada aplikasi ini data yang
dibutuhkan adalah data beban dapat dilihat pada Lampiran
I (terlampir) serta data jenis kabel yang digunakan dapat
dilihat pada Tabel 2. Dan untuk data lebih rincinya dapat
dilihat pada Lampiran I. Pada Penyulang Toddopuli
menggunakan jenis kabel LVTC (3x70+50mm2) pada
saluran tegangan rendah dengan panjang kabel sebesar 200
m.
8
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis mengenai
ketidakseimbangan beban trafo distribusi 20 kV pada
Penyulang Toddopuli, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pengaruh dari adanya ketidakseimbangan beban trafo
distribusi 20 kV pada Penyulang Toddopuli di PT.
PLN (Persero) Rayon Panakukkang adalah
munculnya arus di netral trafo. Sehingga arus yang
mengalir di netral trafo ini menyebabkan terjadinya
rugi-rugi.
2. Berdasarkan perhitungan dan analisis faktor
ketidakseimbangan beban trafo maka dapat diperoleh
nilai rata-rata faktor ketidakseimbangan beban pada
Penyulang Toddopuli adalah sebesar 0,14. Dimana
nilai ini masih dalam keadaan seimbang dan masih
dapat ditolerir oleh PT. PLN Rayon Panakukkang.
3. Rugi-rugi daya jaringan yang terjadi pada Penyulang
Toddopuli adalah sebesar 415.70 kW dengan rugi-
rugi daya pada penghantar netralnya sebesar 23.88
kW. Transformator yang memiliki nilai rugi-rugi
daya jaringan yang terbesar adalah terdapat pada
transformator dengan kode gardu GT.PTP033. Dan
selisih terbesar antara perhitungan manual dengan
simulasi ETAP Power Station 12.6.0 mengenai rugi-
rugi daya jaringan terdapat pada trafo distribusi
dengan kode gardu GT.PTP005.
9
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
REFERENSI
10
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Salah satu metode peramalan yang sering digunakan adalah metode time series ARIMA (Autoregressive
Integrated Moving Average). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana cara menggunakan metode ARIMA
untuk meramalkan beban konsumsi listrik jangka pendek dan mengetahui berapa besar pemakaian konsumsi listrik periode
51-60 hari kedepan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif analisis data primer, dengan data berupa
pengukuran besar beban konsumsi listrik dari Gedung Teknik Elektro Kampus 2 PNUP pada pukul 09.00-15.00, selama
kurang dari 3 bulan yang dituliskan dalam satuan kilo Volt Ampere (kVA). Tahapan penelitian dimulai dari observasi,
pengukuran data, pengolahan data, peramalan beban dan diakhiri dengan menganalisis hasil peramalan. Hasil Penelitian
menunjukkan model terbaik dari metode ARIMA yang dianalisis dengan melalui 4 tahap; tahap identifikasi, tahap estimasi
dan tahap diagnosis, yaitu ARIMA (2,2,1) yang digunakan untuk melakukan peramalan beban konsumsi listrik jangka
pendek. Nilai MSE (Mean Square Error) dari model tersebut yaitu sebesar 36,72. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil
penelitian tersebut adalah metode ARIMA (2,2,1) yang dimana layak digunakan untuk meramalkan beban konsumsi listrik
jangka pendek di Gedung Teknik Elektro Kampus 2 PNUP.
Keywords: ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average), Peramalan Jangka Pendek, MSE (Mean Square Error)
11
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
!" = !! + Ɛ! − !! Ɛ!!! − !! Ɛ!!! − ⋯ + !! Ɛ!!! .....(2) hanya koefisien autokorelasi parsial orde satu yang
Dimana : signifikan maka model sementara tersebut adalah
!" = nilai variabel dependent pada waktu t AR(1).
Ɛ!!! , Ɛ!!! , Ɛ!!! = nilai residual sebelumnya (lag) 2) Apabila koefisien korelasi parsial mengalami
!! , !! , !! , !! = koefisien model MA yang penurunan secara eksponensial mendekati nol, asumsi
menunjukkan bobot tersebut pada umumnya terjadi proses MA (Moving
Ɛ! = residual pada waktu t Average). Estimasi ordo MA dapat dilihat dari jumlah
koefisien autokorelasi yang berbeda signifikan dari nol
Perbedaan model AR dengan model MA terletak 3) Apabila koefisien autokorelasi maupun autokorelasi
pada jenis variabel independent. Bila variabel pada model parsial menurun secara eksponensial mendekati nol
MA yang menjadi variabel independent adalah nilai pada umumnya terjadi proses ARIMA. Orde dari
residual pada periode sebelumnya sedangkan variabel ARIMA dapat dilihat dari jumlah koefisien
pada model AR adalah nilai sebelumnya dari variabel autokorelasi dan koefisien autokorelasi parsial yang
independent. berbeda signifikan dari nol.
3. Model ARIMA (Autoregressive Integrated Moving c. Melakukan estimasi parameter terhadap model
Average ) Pada tahap ini dilakukan pencarian estimasi untuk
Model AR dan MA digabungkan untuk memperoleh parameterparameter yang terbaik dalam model sementara
model ARIMA[1]. Secara umum model ARIMA tersebut. Untuk melakukan perhitungan dengan metode
mempunyai bentuk persamaan sebagai berikut : estimasi digunakan software program Minitab 14.
!" = Ø! + Ø! !!!! + ⋯ + Ø! !!!! + !! Ɛ!!! − !! Ɛ!!! − Menguji hipotesis dilakukan agar mengetahui apakah
⋯ !! Ɛ!!! + Ɛ! .................................................................(3) parameter yang diperoleh signifikan atau tidak.
Penggabungan tersebut diharapkan model ARIMA Hipotesis :
bisa mengakomodasi pola data yang tidak diidentifikasi H0 : Parameter = 0 (parameter model tidak cukup
secara sendiri-sendiri oleh model MA atau AR. Orde dari signifikan dalam model).
model ARIMA ditentukan oleh jumlah periode variabel H1 : Parameter ≠ 0 (parameter model cukup signifikan
independent baik dari nilai sebelumnya dari variabel dalam model).
independent maupun nilai residual periode sebelumnya.
Statistik !!!"#$% :
Secara lengkap langkah - langkah dalam menentukan
!"#"$%&%# !"#$%&"$
model ARIMA[1] adalah sebagai berikut : !"#"$%"$&!"# = .................................(4)
!" !"#"!"#"$ !"#$%&"$
a. Menghasilakan data yang stasioner Kriteria Uji :
Data stasioner yaitu data yang memiliki nilai rata- !! ditolak apabila |!!!"#$% | > ! !!,!!!
rata dan varians yang tetap sepanjang waktu. Oleh karena
itu data stasioner adalah data yang bersifat trend yaitu d. Menggunakan model terpilih untuk peramalan
tidak mengalami penurunan maupun kenaikan. Misalnya Apabila model sudah memenuhi, maka tahap
data yang bersifat trend adalah contoh data yang tidak selanjutnya adalah melakukan peramalan pada periode
stasioner karena data mengalami penurunan dan kenaikan yang akan datang. Pemilihan model dalam metode
atau mengalami pasang surut dan memiliki nilai rata-rata ARIMA dapat dilakukan dengan cara mengamati
berubah – ubah sepanjang waktu. Bila data yang menjadi distribusi koefisien autokorelasi dan koefisien autokorelasi
input dari model ARIMA tidak stasioner, maka perlu parsial.
dilakukan modifikasi data yaitu dengan prroses 1) Koefisien Autokorelasi
differencing atau pembeda supaya menghasilkan data yang Koefisien autokorelasi sama halnya dengan koefisien
stasioner. Proses tersebutdilakukan dengan cara korelasi, hanya saja koefisien ini menunjukkan keeratan
mengurangi nilai data pada suatu periode dengan nilai hubungan antara nilai variabel yang sama namun pada
periode sebelumnya. periode waktu yang berbeda. Koefisien korelasi
merupakan arah dan hubungan antara 2 variabel yang
b. Mengidentifikasi model sementara dapat menggambarkan kejadian pada satu variabel jika
Pada tahap ini dilakukan dengan cara terjadi perubahan pada variabel lainnya.
membandingkan distribusi koefisien autokorelasi dan Cara mengidentifikasikan pola data koefisien
koefisien autokorelasi parsial aktual dengan distribusi autokorelasi menurut[1] dengan menggunakan pedoman
teoritis[1]. Secara umum tahapan tersebut memiliki prinsip umum sebagai berikut :
sebagai berikut : a) Jika nilai koefisien autokorelasi pada time lag 2
1) Bila koefisien korelasi mengalami penurunan secara periode, 3 periode tidak berbeda signifikan daripada 0
eksponensial mendekati nol, asumsi tersebut pada maka data tersebut dapat diketahui bahwa data tersebut
umumnya terjadi proses AR (Autoregressive). Estimasi adalah data stasioner. Lag adalah jarak atau langkah
ordo AR dapat dilihat dari jumlah koefisien dari fungsi autokorelasi.
autokorelasi parsial yang berbeda signifikan dari nol. b) Jika nilai koefisien autokorelasi pada time lag 1 secara
Misal contoh jika koefisien autokorelasi mengalami berurutan berbeda secara signifikan daripada 0, maka
penurunan secara eksponensial mendekati nol dan data tersebut menunjukkan pola trend atau data
tersebut tidak stasioner.
12
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
c) Jika nilai koefisien autokorelasi pada beberapa time lag yang dipakai untuk mengambil data ialah Metrel tipe MI
memiliki jarak yang sistematis dan berbeda secara 1982. Variable yang akan digunakan dalam penelitian ini
signifikan daripada 0, maka data tersebut merupakan yaitu data beban puncak konsumsi listrik daya semu
data musiman. (kVA) perharinya.
2) Autokorelasi Parsial Data akan dianalisis menggunakan analisis runtun
Koefisien autokorelasi parsial yaitu mengukur waktu berdasarkan pengolahan software minitab versi 16.
tingkat keeratan hubungan antara Xt dengan Xt-k, Tahap-tahap dalam menganalisa data adalah sebagai
sedangkan pengaruh dari time lag 1,2,3…dan seterusnya berikut:
sampai k-1 dianggap tetap. Dengan demikian koefisien a. Kestasioneran Data
autokorelasi parsial yaitu mengukur derajat hubungan
Data stasioner adalah data yang mempunyai rata-rata
antara nilai yang sekarang dengan nilai yang sebelumnya
dan varians yang konstan sepanjang waktu[4]. Dengan
(untuk time lag tertentu), sedangkan pengaruh nilai
kata lain data stasioner adalah data yang tidak mengalami
variabel time lag yang lain dianggap tetap.
kenaikan atau penurunan. Dalam tahap ini , apabila data
B. Peramalan (Forecast) tidak stasioner maka data harus dimodifikasi dengan cara
Peramalan adalah proses menduga sesuatu yang akan differencing.
terjadidi masa yang akan datang. Berdasarkan teori b. Identifikasi Model
peramalan (forecasting) adalah perkiraan terjadinya
Pada tahap ini identifikasi model sementara
sebuah kejadian di masa depan, berdasarkan data yang ada
dilakukan dengan cara melihat grafik ACF dan grafik
di masa lampau[2]. Peramalan bertujuan memperoleh
PACF.
ramalan yang dapat mengurangi kesalahan meramal yang
biasanya diukur dengan menggunakan metode Mean c. Estimasi Parameter Model
Squared Error (MSE), Mean Absolute Error (MAE), dan Setelah diperoleh model sementara, langkah
lainnya[2]. selanjutnya dilakukan uji signifikansi prameter. Untuk
1. Teknik Peramalan melakukan pengujian signifikansi parameter digunakan
programkomputer dalam perhitungannya, dalam hal ini
Teknik peramalan dapat dibedakan menjadi dua
menggunakan program Minitab 16.
yaitu:
d. Verifikasi
a. Teknik peramalan kualitatif
Lebih menitik beratkan pada pendapat (judgement) Pada tahap ini dilakukan verifikasi dengan cara
manusia dalam proses peramalan. Data historis yang overfitting yaitu pemilihan model terbaik berdasarkan nilai
ada menjadi tidak begitu penting dalam teknik ini MSE terendah..
karena hanya dibutuhkan sebagai pendukung pendapat. e. Peramalan
b. Teknik peramalan kuantitatif Setelah diproses model memadai, peramalan pada
Sangat mengandalkan pada data historis yang dimiliki. satu atau lebih periode ke depan dapat dilakukan.
Teknik kuantitatif ini biasanya dikelompokkan menjadi Pemilihan model dalam bentuk ARIMA dilakukan dengan
dua, yaitu teknik statistik dan deterministik. Teknik menginput model terpilih dari hasil grafik ACF dan juga
statistik menitikberatkan pada pola, perubahan pola, PACF dengan nilai MSE terendah maka akan keluar hasil
dan faktor gangguan yang disebabkan pengaruh peramalannya.
random, termasuk dalam teknik ini adalah teknik
smoothing, dekomposisi dan teknik box-jenkis.
Menurut Makridakis dan Wheelwrigt[3], peramalan
kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat situasi
sebagai berikut :
1) Terdapat informasi masa lalu
2) Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam
bentuk data numerik.
3) Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola
masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang.
2. Hubungan Peramalan dengan Rencana Forecasting
adalah peramalan apa yang akan terjadi pada waktu
yang akan datang, sedangkan rencana merupakan
penentuan apa yang akan dilakukan pada waktu yang
akan dating[2].
13
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
E. Peramalan
Tabel 2. Hasil peramalan beban periode 51 – 57 hari kedepan
Peramalan
Gambar 3. Grafik ACF (Auto Correlation Function) data Periode
(kVA)
differencing 2
51 46,864
52 49,837
53 49,555
54 49,264
55 50,918
56 49,799
57 51,487
Total 347,724
Gambar 4. Grafik PACF (Partial Auto Correlation Function)
diffrencing 2
14
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
52
50
48
46
44
1 2 3 4 5 6 7
Peramalan (kVA)
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan dan pembahasan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Analisis model time series yang terbaik untuk
melakukan peramalan diperoleh model ARIMA (2,2,1)
karena memiliki nilai rata-rata standard error yang
lebih sedikit dari pada model yang lain.
2. Dengan model ARIMA (2,2,1) maka ramalan data
konsumsi listrik di Gedung Teknik Elektro Kampus 2
PNUP pada periode ke 51 – 57 diperkirakan totalnya
sebanyak 347,724 kVA.
REFERENSI
[1] Sugiarto dan Harijono (2000). Peramalan Bisnis.
Jakarta: Gramedia Pustaka.
[2] Subagyo. (1984). Analisis Perencanaan dan
Pengenalian. Jakarta: Erlangga.
[3] Makridakis, S. W. (1995). Metode dan Aplikasi
Peramalan. Jakarta: Erlangga.
[4] Soejati (1987). Materi Porox Analysis Runtun Waktu.
Jakarta: Karunika.
15
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstract
Energi listrik telah menjadi kebutuhan yang sangat besar peranannya bagi masyarakat khususnya masyarakat
indonesi. Bertambahnya permintaan penyediaan distribusi energy listrik menyebabkan penyaluran tenaga listrik yang
bermutu dan andal menjadi suatu keharusan. Keandalan setiap komponen peralatan distribusi dapat mempengaruhi
penyaluran pelayanan daya. Suatu system jaringan distribusi tenaga listrik dapat dikatakan andal apabila gangguan dan
pemadaman yang terjadi dalam waktu satu tahun dibawah angka indeks keandalan yang telah ditetapkan. Salah satu cara
untuk menghitung nilai indeks keandalan sistem jaringan distribusi adalah dengan metode Section Technique. Indeks
keandalan yang dihitung yaitu nilai SAIFI dan SAIDI. Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi keandalan jaringan
distribusi pada penyulang Kartini dengan metode Section Technique. Penyulang Kartini merupakan salah satu penyulang
di Gardu Induk Pinrang yang berada diwilayah kerja PT.PLN (Persero) Rayon Watang Sawitto. Setelah dilakukan
perhitungan didapat nilai indeks keandalan untuk jaringan distribusi penyulang Kartini yaitu SAIFI 2.92 kali/tahun dan
SAIDI 8.91 jam/tahun. Untuk mengetahui apakah indeks yang telah dihitung tersebut termasuk kategori andal atau tidak,
maka dibandingkan dengan standar yang dikeluarkan oleh PT.PLN (Persero) dalam SPLN 68-2 : 1986 yaitu SAIFI 3.2
kali/tahun dan SAIDI 21/tahun. Dari hasil yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa jaringan distribusi penyulang
Kartini termasuk kategori andal karena telah memenuhi standar PLN.
16
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
konsekuensi dari gangguan individual peralatan secara 2. System Average Interruption Frequency Index
sistematis diidentifikasi dengan menganalisis apa yang (SAIFI)
terjadi jika gangguan terjadi. Kemudian masing-masing SAIFI adalah jumlah rata-rata kegagalan yang
kegagalan peralatan dianalisis dari semua titik beban (load terjadi per pelanggan yang dilayani per satuan waktu
point)”. (umumnya tahun). Indeks ini ditentukan dengan
Indeks keandalan merupakan suatu metode membagi jumlah semua kegagalan dalam satu tahun
pengevaluasian parameter keandalan suatu peralatan dengan jumlah pelanggan yang dilayani oleh sistem
distribusi tenaga listrik terhadap keandalan mutu pelayanan tersebut.Persamaanya dapat dilihat pada persamaan
kepada pelanggan. Indeks keandalan yang dihitung adalah berikut :
indeks-indeks titik beban dan indeks-indeks sistem baik SAIFI= …………..(4)
secara section maupun keseluruhan. Indeks titik beban
antara lain : Dimana :
1. Laju kegagalan (failure rate) adalah suatu nilai dari NLP = jumlah konsumen pada load point
gangguan yang dihitung dalam suatu unterval waktu N = jumlah konsumen pada saluran
tertentu dan dihitung dalam satuan kegagalan ƛ LP = frekuensi gangguan peralatan load point
pertahun. Untuk nilai laju kegagalan yang D. Standar Keandalan Sistem 20 kV
diperlukan untuk perhitungan dengan metode section Untuk mengukur suatu keandalan suatu sistem
technique adalah nilai laju kegagalan tiap-tiap load maka diperlukan patokan/ standar yang berguna untuk
point, dimana laju kegagalan tiap load point dapat menilai keadaan sistem dalam kondisi baik ataupun
diperolah dari penjumlahan tiap peralatan pada kurang baik. Maka berdasarkan standar PLN no 68-2 :
sistem seperti CB, Transformer, maupun 1986 bahwa sistem dalam kondisi baik jika telah
sectionalizer yang mempengaruhi load point yang memenuhi standart seperti dibawah:
akan dihitung. Rumus menghitung nilai laju 1. SAIFI : 3.2 kali/pelanggan/tahun.
kegagalan tiap load point (ƛLP) yaitu: 2. SAIDI : 21 jam/pelanggan/tahun.
ƛLP = ∑i.ƛi …………..(1) E. Indeks Kegagalan Peralatan Distribusi
Dimana : Berikut ini adalah table data kegagalan untuk
ƛLP = Laju kegagalan tiap LP (kegagalan/tahun/km) saluran udara dan peralatan sistem distribusi yang
ƛi = Laju kegagalan tiap peralatan i (kegagalan/ melengkapi failure rate, repair time, dan switching
tahun/km) time yang dapat dilihat pada table 1 dan 2. Data ini
i = Jenis peralatan yang berpengaruh terhadap LP menjadi standar perhitungan dalam analisis keandalan
(kegagalan/ tahun/km) pada kegiatan ini.
2. Lama gangguan (U) berarti waktu ketika tidak
Tabel 1. Data indeks kegagalan saluran udara
adanya ketersediaan dalam menyuplay energi lisrik
Saluran Udara
ke pelanggan. Untuk menghitung keandalan sistem
Sustained failure rate 0.2
distribusi, dibutuhkan nilai durasi kegagalan tiap
(Kegagalan/tahun/km)
load point (ULP). Durasi kegagalan load point Momentary failure rate 0.003
diperoleh dari perkalian antara laju kegagalan (λLP) (Kegagalan/tahun/km)
dengan repair time (r) masing-masing peralatan r (repair time)(jam) 3
yang mempengaruhi load point. Rumus untuk rs (switching time)(jam) 0.15
menghitung durasi kegagalan loadpoint (ULP)
yaitu:
ULP = ∑i ƛi.ri …………..(2) Tabel 2. Data indeks kegagalan peralatan
Dimana: ƛ (failure rate) r (repair
ULP = Lama gangguan (jam/tahun/km) Komponen (Kegagalan/tah time)
ƛi = Laju kegagalan setiap peralatan un/km) (jam)
(kegagalan/tahun/km) Trafo Distribusi 0.005 10
ri = Waktu Perbaikan (jam/tahun) Circuit Breaker
i = Jenis peralatan yang berpengaruh terhadap Sectionalizer 0.004 10
LP (kegagalan/tahun/ km). Recloser
0.003 10
Pada metode Section Technique, indeks keandalan
0.005 10
yang dihitung yaitu:
Sumber: SPLN No.59 : 1985, “Keandalan Pada Sistem
1. System Average Interruption Duration Index (SAIDI) Distribusi 20 kV dan 6 Kv”, Perusahaan Umum
SAIDI adalah nilai rata-rata dari lamanya Listrik Negara, Jakarta, 1985.
kegagalan untuk setiap pelanggan selama satu tahun.
Persamaannya adalah:
SAIDI= ………..(3) III. METODE PENELITIAN
Dimana : Metode penulisan jurnal ini dilakukan dengan beberapa
NLP = jumlah konsumen pada load point metode yaitu studi pustaka, observasi data serta bimbingan
N = jumlah konsumen pada section dan konseling. Secara singkat diagram alir penelitian adalah
ULP = durasi gangguan peralatan pada load point Sebagai berikut:
17
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Mulai
Mulai
Mulai
Studi
Studi Literatur
Literatur
Pengumpulan
Pengumpulan data
data Membagi Section berdasarkan
1.
1. Single
2.
Single Line
Line Penyulang
Penyulang Load Point dan Sectionalizer
2. Jumlah
Jumlah Pelanggan
Pelanggan
3.
3. Panjang
Panjang Saluran
Saluran
4.
4. Parameter
Parameter setiap
setiap
komponen
komponen berdasarkan
berdasarkan
SPLN
SPLN
Tidak
Berhasil
Berhasil
Berhasil
Ya
Hasil
Hasil SAIDI-SAIFI
SAIDI-SAIFI
Ya
Membandingkan
Membandingkan dengan
dengan
SPLN
SPLN
Hasil SAIDI SAIFI setiap
Section
Hasil
Hasil dan
dan Analisis
Analisis
Selesai
Selesai Selesai
GOT.BP
3 Ø 200 KVA LBS
Jl. Pattimura MONGINSIDI
GOT.CC GOT.CI
3 Ø 200 KVA 3 Ø 160 KVA
Jl. Sultan Hasanuddin Jl. Anggrek GOT.DO
3 Ø 25 KVA GOT.O
GOT.B GOT.A STM BARAMULI 3 Ø 150 KVA
3 Ø 200 KVA LBS KWH EXIM
3 Ø 200 KVA (BTS Telkomsel) Kp. Palia POLEKO Kp. Kanni
Jl. Sultan Hasanuddin Jl. A. Yani
GOT.GA GOT.FJ
3 Ø 25 KVA GOT.CJ GOT.Q 3 Ø 100 KVA
GOT.EY GOT.DN GOT.AK GOT.CX
Kp. Paleteang 1 Ø 50 KVA 1 Ø 50 KVA Kp. Libukang
3 Ø 100 KVA 3 Ø 25 KVA 3 Ø 160 KVA 1 Ø 50 KVA
Jl. Ke Libukang Kp. Libukang Kp. Libukang Pabrik Gelas 2 Kp. Libukang PDAM Kp. Libukang
LBS
TEUKU UMAR LBS KWH EXIM
GOT.AT GOT.EZ GOT.DM GOT.R
LIBUKANG Kp. Libukang
3 Ø 50 KVA 3 Ø 100 KVA 3 Ø 25 KVA 3 Ø 150 KVA
Depan Stadion Kp. Libukang Kp. Libukang Kp. Libukang
(BTS HCPT)
18
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
1. Section 1
F8 LBS. SALO
L6
GOT.AC
L7
GOT.BR
L3 L4 L5 L8
LBS P8 GOT.BI GOT.EE L9
L1 GOT.X GOT.BQ
L18
L10
GOT.BZ
GOT.EI
L11 L12 L13 L14 L17 L19 L20 L21
GOT.H GOT.CA L16 GOT.C GOT.AQ
L15
GOT.AJ
GOT.CS L2
L22 GOT.FV
GOT.K
L25
L23
GOT.CT
L24
GOT.BP
LBS
MONGINSIDI
2. Section 2
GOT.FV
L30
LBS
MONGINSIDI
GOT.CI L32
GOT.CC
L29 LBS LBS KWH EXIM
L27 AHMAD YANI GOT.DO GOT.N GOT.O POLEKO Kp. Kanni
GOT.A L40 L42 L43 L44 L45
GOT.B L37
L28 L31 L33 L34 L35 L36 L39 GOT.AU GOT.P GOT.BW
L26
L38 L41
GOT.AH GOT.BG
LBS
KARTINI
GOT.GA
3. Section 3
GOT.FI
L55
GOT.FJ
GOT.GA
L54
L46 L47
GOT.EZ GOT.DN GOT.DM GOT.AK GOT.R GOT.CX L62
L49 L50 L51 L52 L53
LBS
L48 L56 L57 L58 L59 L60 L61
TEUKU UMAR GOT.AT LBS
GOT.EY GOT.Q
LIBUKANG GOT.CJ
19
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3. Perhitungan Keandalan tiap load point section 1
Penyulang Kartini disuplai dari ganduk induk No. LP SAIFI SAIDI
pinrang. Penyulang ini memiliki variasi beban di load
point (titik beban) berupa beban industri dan rumah 1 LP1 0.03 0.10
tangga. Penyulang ini memiliki 43 load point atau titik 2 LP2 0.03 0.09
beban berupa trafo distribusi. Data jumlah pelanggan 3 LP3 0.13 0.39
tiap load point dan panjang tiap saluran dapat dilihat 4 LP4 0.00 0.01
pada tabel berikut: 5 LP5 0.09 0.29
Langkah pertama yang dilakukan dalam 6 LP6 0.08 0.24
7 LP7 0.03 0.08
menganalisis nilai keandalan dengan metode section
8 LP8 0.12 0.38
technique adalah dengan membagi penyulang dengan
9 LP9 0.02 0.07
beberapa section, kemudian menghitung nilai laju 10 LP10 0.09 0.27
kegagalan (ƛ) dan durasi kegagalan (U) tiap-tiap titik 11 LP11 0.10 0.30
beban pada setiap section. 12 LP12 0.09 0.28
Penyulang Kartini terbagi menjadi 3 section, 13 LP13 0.09 0.30
berikut ini adalah perhitungan untuk setiap titik beban 14 LP14 0.01 0.03
penyulang Kartini. 15 LP15 0.08 0.25
1. Section 1 16 LP16 0.04 0.11
Berikut ini adalah perhitungan nilai laju 17 LP17 0.02 0.05
kegagalan (ƛ) dan durasi kegagalan (U) section 1 dengan 18 LP18 0.06 0.19
18 load point berupa trafo distribusi dan jumlah Total 1.11 3.43
pelanggan sebanyak 3922.
Untuk menghitung laju kegagalan ƛLP setiap Berdasarkan tabel 3, dapat diperoleh SAIFI pada
peralatan dapat dilakukan dengan menggunakan section 1 dengan nilai 1.11 kali/tahun dan untuk SAIDI
persamaan 1. Diambi dari kasus pada peralatan Line 1. sebesar 3.43 jam/tahun. SAIFI LP1 diperoleh dari
ƛLP diperoleh dengan mengalikan λi pada data Line 1 mengalikan jumlah pelanggan pada LP1 dengan ƛLP
dengan Panjang Salurannya. Secara keseluruhan untuk kemudian membaginya dengan total pelanggan secara
section 1 ƛLPnya adalah 1.103 kegagalan/tahun/km. keseluruhan. Perhitungannya dapat dilihat berikut ini:
Untuk menghitung jumlah kegagalan ULP setiap
peralatan dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan 2. Diambi dari kasus pada peralatan CB. ULP SAIFI LP1 =
diperoleh dengan mengalikan ƛLP peralatan CB dengan
waktu perbaikannya setelah dilakukan perhitungan nilai =
ULP Secara keseluruhan untuk section 1 adalah 3.435
jam/tahun/km. = 0.03 kali/tahun
Dari hasil perhitungan maka diperoleh grafik Sedangkan SAIDI untuk LP1 diperoleh dari
hubungan antara ƛLP dan ULP adalah sebagai berikut: mengalikan pelanggan pada LP1 kemudian membaginya
dengan total pelanggan keseluruhan. Perhitungannya
dapat dilihat berikut ini:
SAIDI LP1 =
= 0.10 kali/tahun
2. Section 2
Cara penyelesaian untuk section 2 sama halnya
dengan section 1 dengan 12 load point berupa trafo
distribusi dan total pelanggan sebanyak 1904.
Selanjutnya setelah dilakukan perhitungan keandalan
pada section 2 maka diperoleh SAIFI untuk section 2
Gambar 7. Grafik Hubungan ƛLP dan ULP sebesar 1.14 kali/tahun dan SAIDI sebesar 3.48
jam/tahun.
Dengan mengetahui nilai indeks titik beban section 3. Section 3
1 dapat diperoleh indeks Setelah melakukan perhitungan keandalan section
keandalan section 1 berdasarkan persamaan 3 dan 4 pada 3 dengan jumlah load point 13 dan jumlah pelanggan
dan diperoleh hasil sebagai berikut: sebanyak 1063 diperoleh hasil SAIFI untuk section 3
sebesar 0.67 kali/tahun dan SAIDI sebesar 2.00
jam/tahun.
20
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis indeks
keandalan sistem jaringan distribusi pada penyulang
Kartini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Indeks Keandalan pada penyulang Kartini PT.PLN
(Persero) Rayon Watang Sawitto untuk nilai SAIDI
sebesar 8.91 jam/tahun dan nilai SAIFI sebesar 2.86
kali/tahun.
2. Berdasarkan hasil perhitungan keandalan pada
penyulang Kartini diperoleh nilai sebesar 8.91
jam/tahun untuk SAIDI dan 2.91 kali/tahun untuk
SAIFI sehingga penyulang Kartini termasuk kategori
andal karena telah memenuhi standar yang telah
ditetapkan oleh PLN sebesar 21 jam/tahun untuk
SAIDI dan 3.2 kali/tahun untuk SAIFI.
21
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Transformator merupakan mesin listrik yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan listrik dari tegangan tinggi ke
tegangan rendah atau sebaliknya. Kelangsungan operasi dan umur dari transformator sangat bergantung kepada umur dan
kualitas sistem isolasinya. Salah satunya adalah kualitas dari minyak transformator. Pemakaian transformator dalam jangka
panjang dapat menyebabkan minyak transformator akan mengalami penurunan karakteristik elektrik, fisik, dan kimia. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara umur pemakaian transformator dan pembeban
transformator terhadap sifat elektrik, sifat fisik, dan sifat kimia minyak transformator.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi literature, metode eksperimen, dan metode analisis. Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa semakan besar umur pemakaian dan tingkat pembebanan transformator, maka skala
warna, berat jenis, viskositas, dan kadar air serta kadar asam minyak transformator juga semakin besar. Adapun hasil
percobaan flash point dan tegangan tembus menunjukkan bahwa semakin besar umur pemakaian dan tingkat pembebanan
transformator maka nilai flash point dan tegangan tembus semakin kecil Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas minyak
transformator menurun.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah penurunan kualitas minyak transformator merupakan
fungsi waktu dan pembebanan. Semakin lama pengoperasian dan semakin tinggi presentase pembebanan suatu
transformator, maka kualitas isolasi minyak transformator akan semakin menurun.
22
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
dan benda-benda lain di luar transformator [2]. Selain itu satuannya dalam stokes atau lebih umum dalam
minyak transformator juga berfungsi sebagai media centistokes (cst).
pendingin untuk menyerap panas dari inti trafo dan dari d) Titik nyala (Flash Point)
belitan trafo. Sejauh ini minyak terbukti sebagai material Operasi yang aman untuk minyak di dalam
isolasi yang paling cocok untuk trafo, karena memiliki transformator membutuhkan titik nyala yang tinggi.
kemampuan menyerap panas dengan baik dan memiliki Api dan ledakan merupakan resiko paling besar
kemampuan mengisolasi bagian-bagian yang memiliki ketika minyak digunakan dalam peralatan listrik.
beda potensial pada transformator agar tidak terjadi Oleh karena itu temperatur kerja minyak seharusnya
lompatan listrik (flas over) ataupun percikan listrik (spark jauh dibawah titik nyalanya. Titik nyala adalah suhu
over) . dimana cairan mulai terbakar bila didekati dengan
C. Sifat- Sifat Minyak Transformator bunga api kecil. Untuk mencegah kemungkinan
1. Sifat-Sifat Elektrik timbulnya kebakaran dari peralatan dipilih minyak
Agar minyak dapat berfungsi sebagai isolasi yang dengan titik nyala yang tinggi. Titik nyala dari
baik maka diperlukan adanya perhatian pada minyak yang baru tidak boleh lebih kecil dari 135 oC,
sifat-sifat listriknya. Karakteristik yang perlu sedangkan suhu minyak bekas tidak boleh kurang
diketahui adalah : dari 130 oC. Untuk mengetahui titik nyala minyak
a) Tegangan tembus (kV / cm) transformator dapat ditentukan dengan menggunakan
Tegangan tembus adalah tegangan dimana alat Close Up Tester.
tembus listrik (peristiwa kegagalan minyak isolasi 3. Sifat-Sifat Kimia
melaksanakan fungsinya sebagai bahan dielektrik) a) Kadar air
terjadi diantara elektroda yang terpisah 2.5 mm, Air didalam minyak mempunyai dua
Peristiwa tembus listrik (breakdown) ini terjadi bila keadaan yaitu keadaan larut dan keadaan
kuat medan yang dipikul melebihi kekuatan emulsi. Air yang larut menyebabkan konduksi
dielektriknya [3]. ionik sedangkan emulsinya menyebabakan konduksi
2. Sifat-Sifat Fisik elektrophoretik. Dari hasil pengujian menunjukkan
a) Warna dan Penampilan bahwa makin tinggi kandungan air tidak
Warna dan kejernihan minyak transformator menunjukkan adanya kenaikan tan δ Sebaliknya
dapat memberikan informasi dengan cepat tentang kenaikan jumlah air dalam bentuk emulsi akan
kualitas dan kondisi suatu minyak transformator. menyebabkan kenaikan Tan δ .
Biasanya minyak yang berwarna merah tua, Terjadinya emulsi dipengaruhi oleh
menunjukkan minyak tersebut sudah tua, sudah adanya partikel-partikel pencemar dalam minyak
mulai memburuk dengan terbentuknya lumpur baik yang bersifat polar dan non-polar. Partikel-
(sludge). Dengan mencium bau minyak partikel ini akan menyerap air sehingga terbentuk
transformator, dapat diketahui bahwa minyak emulsi.
transformator tersebut akan menimbulkan bunga api b) Kadar asam
jika dikenai medan listrik. Kandungan asam di dalam kimia dikenal
b) Densitas (Massa Jenis) dengan bilangan asam. Bilangan asam itu
Minyak transformator yang mengandung lebih sendiri adalah jumlah Miligram Potassium
banyak struktur molekul aromatik mempunyai Hydroxide (KOH) yang dibutuhkan untuk
densitas lebih tinggi jika dibanding dengan minyak menitrasi semua unsur-unsur asam yang ada
transformator yang mengandung molekul Paraffinic pada 1 gram sampel minyak. Satuan dari
dan Naptanik. Densitas suatu minyak transformator bilangan asam adalah miligram KOH/gram
berkurang dengan kenaikan temperatur dan koefisien minyak.
densitas. Koefisien densitas standar adalah 0,00065 / Proses oksidasi pada cairan minyak isolasi
0
C yang digunakan untuk menentukan densitas pada transformator akan menghasilkan produk-produk dari
berbagai temperature dari yang terukur. Koefisien senyawa asam. Pengukuran keasaman secara berkala
standar ini berbeda untuk setiap jenis minyak trafo, merupakan salah satu cara untuk memonitoring
tergantung dari struktur molekul dan kualitas perkembangan oksidasi. Pembentukan endapan pada
penyulingannya. transformator yang merupakan hasil akhir dari proses
c) Viskositas oksidasi sebelumnya didahului oleh penambahan
Viskositas adalah suatu ukuran dari besarnya kandungan asam [4].
perlawanan suatu bahan cair untuk mengalir atau
ukuran dari besarnya tahanan geser dalam dari suatu
bahan cair. Makin tinggi viskositas suatu bahan cair, III. METODE PENELITIAN
makin besar pula tahanan dalamnya. Penelitian dan pengambilan data dilakukan pada bulan
Viskositas ini disebut viskositas dinamis April sampai bulan Agustus 2018 pada beberapa lokasi.
atau viskositas mutlak, namun yang lebih banyak Pengambilan sampel minyak pada penelitian ini
digunakan adalah viskositas kinematik yang dilaksanakan di bengkel transformator di daerah kerja PT
diperoleh dengan membagi nilai viskositas PLN (Persero) Rayon Panakkukang Makassar, Jalan
dinamik dengan massa jenis minyak yang Hertasning, Makassar. Pengujian sifat elektrik sampel
23
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
minyak transformator dilakukan di Bengkel Listrik Teknik IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang. Dan Pengujian A. Hasil Pengukuran Sifat-Sifat Minyak Transformator
karakteristik fisik dan kimia sampel minyak transformator
Hasil pengujian minyak transformator dapat dilihat
dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia Politeknik
dalam tabel di bawah ini.
Negeri Ujung Pandang.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan
pengukuran dan pengujian terhadap sampel minyak Tabel 2 Hasil Pengujian Minyak Transformator
transformator yang telah dipakai selama waktu operasi Hasil Pengujian
tertentu dengan pembebanan yang berbeda dengan No Sampel
mengambil salah satu jenis minyak transformator tertentu, 1 2 3 4 5 6 7
yaitu minyak mineral Diala B (shell oil ). 1 A 46.8 0 0.819 28.69 143 0.428 0.03
Dalam penelitian ini digunakan tiga metode penelitian 2 B 93.2 0 0.826 27.48 146 1.808 0.03
yakni:
3 C 33.6 0.5 0.821 26.2 143 0.932 0.03
1. Studi Literatur
Studi literatur dilaksanakan pada tahap awal 4 D 134.8 0.5 0.83 19.04 135 0.448 0.045
pelaksanaan penelitian ini. Studi literatur dilakukan 5 E 42 0.5 0.821 15.22 141 0.398 0.045
dengan mengumpulkan literatur-literatur yang 6 F 125.6 1 0.872 31.3 132 1.355 0.045
berhubungan dengan permasalahan dan pembahasan
7 G 4.4 1.5 0.995 3.799 130 23.07 0.04
pada penelitian ini.
2. Metode Eksperimen / Pengujian 8 H 28.8 2 0.864 16.32 127 2.039 0.04
Pengukuran dan pengujian dilakukan terhadap 9 I 31.2 2 0.87 17.58 128 0.396 0.04
beberapa sifat-sifat fisika, sifat kimia, dan sifat elektrik 10 J 4.4 6.5 1.002 4.368 120 32.3 0.045
dengan menggunakan metode pengujian dan
pengukuran standar IEC, ASTM dan SPLN. Kegiatan Keterangan:
eksperimen atau pengujian dilakukan di laboratorium Pengujian 1 = Tegangan Tembus (kV/cm)
dan pelaksanaanya setelah studi literatur. Pengujian 2 = Skala Warna
3. Metode Analisis Pengujian 3 = Berat Jenis (gr/cm3)
Metode Analisis ini dilakukan pada tahap akhir Pengujian 4 = Viskositas (cSt)
penelitian ini. Pelaksanaannya setelah diperoleh data- Pengujian 5 = Flash Point (oC)
data hasil pengujian di laboratorium. Hasil Pengujian 6 = Kadar Air (%)
pengukuran dan pengujian dari sampel, kemudian Pengujian 7 = Kadar Asam (mgKOH/gr)
dibandingkan dengan spesifikasi standar yang telah
ditetapkan berdasarkan literatur-literatur. B. Korelasi Hasil Pengujian dengan Umur Transformator
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan yaitu: dan Pembebanan
1. Pengukuran sifat-sifat fisik meliputi : uji viskositas, uji 1. Pengaruh Umur Terhadap Sifat Listrik, Sifat Fisik dan
titik nyala (flash point), berat jenis dan pengamatan Sifat Kimia
warna . a. Pengaruh Umur Pemakaian terhadap Sifat Listrik
2. Pengujian sifat kimia yang akan diketahui adalah 1) Pengaruh Umur Pemakaian Minyak Transformator
kadar air, dan kadar asam. terhadap Tegangan Tembus Minyak Transformator
3. Pengujian sifat listrik yang akan diketahui adalah Untuk mengetahui hubungan antara Viskositas
tegangan tembus (VBD). dengan umur operasi minyak transformator dibuat
grafik hubungan umur minyak transformator dengan
Adapun data transformator yang menjadi sampel
nilai tegangan tembus minyak seperti terlihat pada
dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini
grafik dibawah ini:
Tabel 1 Data Sampel Minyak Transformator yang Diuji coba
Rata- Umur
Kode Daya
Rata Trafo
No Merek
Beban
Sampel (KVA) (Tahun)
(%)
1 A 200 LMK 70 1
2 B 160 Sintra 74.5 1
3 C 100 Kaltra 62 1
4 D 100 Sintra 77.5 3
5 E 50 LMK 89 5
6 F 200 Starlite 90.5 8
Schneider
7 G 315 93.5 17
Electric
8 H 200 Starlite 69 19
9 I 50 Starlite 71.5 19 Gambar 1 Grafik Hubungan antara Umur Minyak
10 J 25 LMK 92 20 Transformator Tegangan Tembus
24
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
25
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
nilai flash point Minyak seperti terlihat pada grafik 2. Pengaruh Pembebanan Terhadap Sifat Listrik, Sifat
dibawah ini: Fisik dan Sifat Kimia
a. Pengaruh Pembebanan terhadap Sifat Listrik
1) Pengaruh Pembebanan Transformator terhadap
Tegangan tembus Minyak Transformator
Semakin besar tingkat pembebanan transformator
maka semakin menurun nilai tegangan tembusnya.
Hal ini disebabkan karena tingkat pembebanan
berbanding lurus dengan temperatur, apabila
temperatur pada transformator tinggi maka akan
menyebabkan terbentuknya carbon, dimana apabila
hal ini terus berulang maka kadar karbon semakin
meningkat, dan menimbulkan gas N2 dan O2 pada
minyak, sehingga tegangan tembus semakin
menurun.
b. Pengaruh Pembebanan terhadap Sifat Fisik
Gambar 5 Grafik Hubungan antara Umur Minyak 1) Pengaruh Pembebanan Transformator terhadap
Transformator Perubahan Flash Point Warna Minyak Transformator
Semakin tinggi tingkat pembebanan suatu
Dari grafik bisa disimpulkan semakin tua umur transformator maka semakin tinggi skala warna
transformator maka semakin rendah nilai flash pada minyak transformator, yang menunjukkan
pointnya, begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan bahwa warna minyak semakin gelap. Hal ini
karena adanya zat pengotor yang mempengaruhi disebabkan karena presentase beban dan stressing
kemurnian minyak transformator yang dapat dilihat tegangan yang tinggi mengakibatkan adanya
dari fisiknya yakni warnanya yang semakin gelap. perubahan temperatur yang terjadi didalam minyak
transformator.
c. Pengaruh Umur terhadap Sifat-Sifat Kimia Minyak 2) Pengaruh Pembebanan Transformator terhadap
Transformator Berat Jenis Minyak Transformator
1) Pengaruh Umur Pemakaian Minyak Transformator Hubungan antara pembebanan transformator
terhadap Kadar Air Minyak Transformator dengan berat jenis minyak transformator berbanding
Semakin lama umur pemakaian transformator lurus, semakin besar pembebanan yang diberikan
maka semakin tinggi kadar air dalam minyaknya. maka semakin besar berat jenisnya. Hal ini
Hal ini disebabkan karena Medan listrik akan disebabkan karena pembebanan transformator
menyebabkan titik air yang tertahan didalam minyak menyebabkan peningkatan temperature sehingga
yang memanjang searah medan, dan pada medan terjadi proses oksidasi. Proses ini menimbulkan zat
yang kritis tetesan ini menjadi tidak stabil dan pada pengotor atau sludge. Semakin banyak sludge yang
akhirnya terbentuknya kanal peluahan. Sehingga muncul maka berat jenis minyak semakin besar.
semakin lama pengoperasian transformator maka Sehingga semakin besar tingkat pembebanan suatu
jumlah kanal peluahan pada minyak transformator transformator maka semakin besar nilai berat jenis
semakin banyak. Apabila kadar air pada minyak minyak transformator
transformator tinggi maka besar kemungkinan 3) Pengaruh Pembebanan Transformator terhadap
terjadinya tembus listrik. Viskositas Minyak Transformator.
2) Pengaruh Umur Pemakaian Minyak Transformator Semakin besar tingkat pembebanan transformator
terhadap Kadar Asam Minyak Transformator maka semakin kecil nilai viskositasnya. Hal ini
Kandungan asam cenderung bertambah karena disebabkan karena pembebanan pada transformator
pengaruh umur. Pengaruh lingkungan dan usia menghasilkan titik air, semakin tinggi pembebanan
pengoperasian minyak yang tidak sama, suatu transformator maka semakin banyak pula titik
menyebabkan kandungan asamnya juga berbeda. air yang dihasilkan. Hal ini mengakibatkan minyak
Asam bisa timbul apabila terjadi pemanasan yang transformator menjadi sedikit encer sehingga nilai
berlebih (thermal stress) pada minyak. Hal ini akan viskositas menurun.
terus berlangsung seiring dengan usia pengoperasian 4) Pengaruh Pembebanan Transformator terhadap
minyak transformator. Hal inilah yang dapat Flash Point Minyak Transformator
menyebabkan kadar asam bertambah. Oleh sebab itu Hubungan antara pembebanan transformator
kandungan asam pada minyak bekas lebih besar jika dengan nilai flash point berbanding terbalik.
dibandingkan dengan minyak baru. Bertambahnya Semakin besar pembebanan yang diberikan pada
kadar asam didalam minyak menyebabkan karat dari transformator maka nilai flash point menurun. Hal
bahan logam, yang selanjutnya menyebabkan ini dikarenakan semakin tinggi pembebanan
kerusakan mekanis. transformator maka semakin besar gas yang
dilepaskan, gas-gas tersebut bersifat volatile
combusite yakni gas yang mudah menguap. Gas
26
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
27
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Proteksi pada sistem tenaga listrik merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem ketanagalistrikan.
Tujuan sistem proteksi adalah untuk menimalisir gangguan atau melindungi sistem tenaga listrik dari akses gangguan yang
terjadi pada sistem, jika sistem proteksi tidak baik, maka mengakibatkan menurunnya keandalan sistem pada
pendistribusian tenaga listrik. Sehubungan dengan hal ini, sehingga penelitian bertujuan untuk mengevaluasi sistem
proteksi dan menganalisis jenis gangguan yang terjadi khususnya gangguan hubung singkat. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan melakukan analisa secara sederhana, menghitung arus hubung singkat dan
mengevaluasi sistem proteksi. Untuk menjustifikasi hasil analisa yang diperoleh maka digunakan software Etap Power
Station 16.0.0 dan software DigSilent Power Factory 15.1.7. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini disimpulkan bahwa
sistem proteksi yang terpasang pada PLTU Mamuju dan Trafo Gi Mamuju tidak bekerja dengan baik. Sehingga setelah
dilakukan simulasi ulang dengan menggunakan Etap maka hasilnya sistem proteksi tersebut dapat bekerja dengan normal.
Berdasarkan hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat dapat diketahui arus gangguan hubung singkat If! !"#" =
0,507 kA, If! !"#" = 0,439 kA, If! !"#"!!"#"$ = 0,493 kA, dan If! !"#"!!"#"$ = 0,167 kA. Dari hasil simulasi diperoleh nilai arus
hubung singkat If! !"#" = 0,510 kA, If! !"#" = 0,441 kA, If! !"#"!!"#"$ = 0,483 kA, dan If! !"#"!!"#"$ = 0,228 kA. Nilai arus
gangguan hubung singkat terbesar terjadi pada gangguan hubung singkat 3 fasa sedangkan gangguan hubung singkat
terkecil terjadi pada gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah.
28
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
gangguan. Jika arus gangguan melebihi setting relay, maka Perhitungan yang akan dilakukan disini adalah
relay akan bekerja memberi perintah/order trip pada CB perhitungan besarnya nilai impedansi positif (!!!" ),
(Circuit Breaker) sehingga daerah terganggu terputus
negatif (!!!" ) dan nol (!!!" ) dari titik gangguan sampai
(terlokalisir) dari sirkuit yang sehat.[2]
Relay Gangguan Tanah/Ground Fault Relay (GFR) ke sumber,[5]
Relay gangguan tanah adalah suatu relay yang !!!" = !!!" = !!! + !!! + !!(!"#$%&'#() ............(7)
bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi
Keterangan :
suatu nilai setting pengaman tertentu dan dalam jangka
!!! = Impedansi sumber sisi 20 kV (Ω)
waktu tertentu bekerja apabila terjadi gangguan hubung
!!! = Impedansi trafo tenaga urutan positif dan negatif(Ω)
singkat fasa ke tanah. Relay gangguan tanah hanya efektif
!! = Impedansi urutan positif dan negatif (Ω)
dipakai untuk pentanahan netral langsung atau dengan
tahanan rendah.[2] Untuk perhitungan !!!"
2.2 Gangguan Hubung Singkat !!!" = !!! + 3RN + !!(!"#$%&'#() .....................(8)
Hubung singkat adalah hubungan konduksi sengaja
atau tidak sengaja melalui hambatan atau impedansi yang Keterangan :
cukup rendah antara dua atau lebih titik yang dalam !!! = Impedansi trafo tenaga urutan nol (Ω)
keadaan normalnya mempunya nilai potensial yang RN = Tahanan tanah trafo tenaga (Ω)
berbeda.[3] !! = Impedansi urutan nol (Ω)
Menghitung Impedansi Sumber Karena lokasi gangguan penyulang dibagi beberapa titik
Data yang diperlukan adalah data hubung singkat pada bus gangguan, maka dihitung pula nilai impedansi penyulang
primer trafo.[1] pada jarak 0%,25%,50%,75% dan 100%.
(!"#$%#$% !" !"#$%)! Setelah mendapatkan impedansi ekuivalen jaringan
!! = .................................(1)
!"#" !"#"$% !"#$%&' sesuai dengan lokasi gangguan, selanjutnya menghitung
Dimana : arus gangguan hubung singkat. Untuk nilai impedansinya
!! = Impedansi sumber (Ω) menggunakan impedansi ekuivalen jaringan dan juga
Untuk mengkonversi impedansi yang terletak di sisi 150 tergantung pada jenis gangguan hubung singkatnya yaitu 3
kV, dilakukan dengan cara sebagai berikut fasa, 2 fasa, 2 fasa ke tanah dan 1 fasa ke tanah.[6]
!"!
!! !"!" !" !" = × !! (!"!" !"# !") ...............(2) Arus Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa
!"#!
!!
Menghitung Reaktansi Trafo !! = ....................................................(9)
!!
(!"#$%#$% !" !"#$%)! Dimana :
!!(!"#" !""%) = ...............(3)
!"#"$%&"$ !"#$% !! = Arus gangguan hubung singkat tiga fasa (A)
Keterangan: !! = Tegangan pragangguan (V)
!! = Impedansi trafo tenaga (Ω)
!! = Impedansi urutan positif (Ω)
Menghitung Reaktansi Urutan Positif dan Negatif Arus Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa
!!
(!!" = !!" ) !! = .............................................(10)
!! ! !!
!! = !%(!"#" !"#$%) ! !!(!"#" !"!" !""%) ...........(4) Dimana :
!! = Arus gangguan hubung singkat dua fasa (A)
Menghitung Reaktansi Urutan Nol (!!" ) !! = Tegangan pragangguan (V)
Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan Yyd, dimana
!! = Impedansi urutan positif (Ω)
kapasitas belitan delta biasanya adalah ⅓ dari kapasitas
!! = Impedansi urutan negatif (Ω)
belitan Y, maka : [4]
!!! = 3 ! !!! ....................................................(5) Arus Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa ke Tanah
29
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
!! = Impedansi urutan positif (Ω) seperti gardu hubung Sinyoyoi, gardu hubung Rayon
!! = Impedansi urutan negatif (Ω) Mamuju dan gardu hubung Husni Thamrin. Berdasarkan
!! = Impedansi urutan nol (Ω) kejadian ini, maka kami melakukan evaluasi sistem
2.3 Sistem Pembumian pentanahan trafo dengan mengubah sistem pentanahan
Sistem pembumian atau biasa disebut sebagai pada trafo pembangkit, dari solid grounding menjadi open
grounding adalah sistem pengamanan terhadap perangkat- grounding. Hal ini dilakukan dengan alasan karena pada
perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber prinsipnya sistem-sistem yang diketanahlan menggunakan
tenaga, dari lonjakan listrik, petir dll.[4] solid grounding, bila terjadi gangguan tanah selalu
Sistem yang tidak ditanahkan/Open Grounding mengakibatkan terganggunya saluran, yaitu gangguan
Suatu sistem dikatakan tidak diketanahkan/open harus diisolir dengan membuka pemutus daya. Sistem
grounding atau sistem delta. Jika tidak ada hubungan pentanahan diubah menjadi open grounding hasilnya
galvanis antara sistem itu dengan tanah.[4] adalah sistem pengaman pada saat terjadi gangguan
Pembumian Titik Netral Tanpa Impedansi/Solid kembali normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Grounding hasil evaluasi yang dilakukan berikut ini
Sistem pembumian langsung adalah dimana titik netrral
sistem dihubungkan langsung dengan tanah, tanpa
memasukkan harga suatu impedansi.[4]
Pembumian Titik Netral Melalui Tahanan/Resistance
Grounding
Pembumian titik netral melalui tahanan/resistance
grounding yang dimaksud adalah suatu sistem yang
mempunyai titik netral dihubungkan dengan tanah melalui
tahanan/resistor.[4]
Gambar 1. Flowchart Metode Penelitian Pada hasil report diatas menunjukkan bahwa saat
terjadi gangguan, arus hubung singkat pada PLTU
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Mamuju yaitu sebesar 0,168 kA dengan waktu trip 60 ms
kemudian relay gardu hubung Sinyonyoi sebesar 0,168 kA
4.1 Evaluasi sistem proteksi zona area PLTU Mamuju dengan waktu trip 90 ms kemudian relay gardu hubung
dan Trafo GI Mamuju Menggunakan Software Etap Rayon Mamuju sebesar 0,168 kA dengan waktu trip 425
Dalam pengujian ini, sistem proteksi yang berada ms kemudian relay Husni Thamrin sebesar 0,259 kA
pada PLTU Mamuju dan Trafo GI Mamuju akan di dengan waktu trip 471 ms kemudian relay incoming
evaluasi dengan menggunakan software Etap. Sistem sebesar 0,259 kA dengan waktu trip 981 ms. Seperti yang
pegujian yang dilakukan berdasarkan kejadian yang terjadi telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam evaluasi ini
di lapangan dimana sistem proteksi yang bekerja pertama sistem pentanahan yang dilakukan dievaluasi kembali dari
kali setiap terjadi gangguan pada penyulang 20 kV adalah sistem solid grounding menjadi open grounding, evaluasi
sistem proteksi pada pembangkit Mamuju. Akibatnya
terjadi pemadaman pada gardu hubung yang lainnya,
30
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
yang telah kami lakukan dengan menggunakan sistem Menghitung impedansi penyulang
open grounding dapat dilihat melalui gambar berikut ini : !! = !! =(0,2161+j0,3305) x 52=11,2424+j17,186 Ω
!! = (0,3631+j1,6180) x 52 = 18,8812 + j 84,136 Ω
Karena penyulang dibagi beberapa titik gangguan, maka
nilai impedansi penyulang pada jarak 0%, 25%, 50%,
75%, dan 100% adalah seperti pada tabel 1-4:
Impedansi urutan positif dan negatif penyulang
Tabel 1. Impedansi urutan positif dan negatif penyulang
% Panjang Impedansi Penyulang (!! dan !! )
0 0 % x (11,2424 + ! 17,186 Ω) = 0 Ω
25 25 % x (11,2424 + ! 17,186 Ω) = 2,810 + j 4,296 Ω
50 50 % x (11,2424 + ! 17,186 Ω) = 5,621 + j 8,593 Ω
75 75 % x (11,2424 + ! 17,186 Ω) = 8,431 + j 12,889 Ω
100 100 % x (11,2424 + ! 17,186 Ω) = 11,2424 + j 17,186 Ω
Gambar 4. Hasil simulasi setelah diberikan gangguan hubung
singkat pada bus 10
Impedansi urutan nol penyulang
Tabel 2. Impedansi urutan nol penyulang
% Panjang Impedansi Penyulang (!! dan !! )
0 0 % x (18,8812 + ! 84,136 Ω) = 0 Ω
25 25 % x (18,8812 + ! 84,136 Ω) = 4,720 + j 21,034 Ω
50 50 % x (18,8812 + ! 84,136 Ω) = 9,440 + j 42,068 Ω
75 75 % x (18,8812 + ! 84,136 Ω) = 14,160 + j 63,102 Ω
100 100 % x (18,8812 + ! 84,136 Ω)=18,881 + ! 84,136 Ω
31
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Arus gangguan hubung singkat 3 fasa Arus gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah
Tabel 5. Arus gangguan hubung singkat 3 fasa Tabel 8. Arus gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah
% Panjang Arus Hubung Singkat 3 Fasa % Panjang Arus Hubung Singkat 1 Fasa ke Tanah
20000
20000 3 11547 3×
0 = = 4415,523 ! 3
0 + !2,6145 =
0! + 2,6145! !2,6145 + !2,6145 + 120 + !4, 9874
0 34641
20000 3 11547 = = 285,6344 !
25 = = 1544,986 ! 10,2165! + 120!
2,81 + !6,911 2,81! + 6,911!
20000
20000 3 11547 3×
50 = = 920,986 ! 3
5,621 + !11,207 5,621! + 11,207! =
2,81 + !6,911 + 2,81 + !6,911 + 124,72 + !26,0215
25 34641
20000 3 11547 = = 250,164 !
75 = = 653,445 ! 39,8435! + 130,34!
8,431 + !15,53 8,431! + 15,53!
20000
20000 3 11547 3×
100 = = 507,134 ! 3
11,2424 + !19,8 11,2424! + 19,8! =
5,621 + !11,207 + 5,621 + !11,207 + 129,44 + !47,055
50 34641
= = 223,785 !
69,469! + 140,682!
Arus gangguan hubung singkat 2 fasa
Tabel 6. Arus gangguan hubung singkat 2 fasa 3×
20000
% Panjang Arus Hubung Singkat 2 Fasa 3
=
20000 20000 8,431 + !15,530 + 8,431 + !15,530 + 134,16 + !68,0895
= = 3819,823 ! 75 34641
0 = = 190,7462 !
2 ×(0 + !2,6145) 0! + 5,229!
99,1495! + 151,022!
20000 20000
25 = = 1340,4 ! 20000
2,81 + !6,911 5,62! + 13,822! 3×
3
20000 20000 =
= = 795,59 ! 11,2424 + !19,8 + 11,2424 + !19,8×138,88 + !89,1275
50 100 34641
5,621 + !11,207 11,242! + 22,414! = = 157,817 !
20000 20000 128,7275! + 161,3468!
75 = = 565,9 !
8,431 + !15,53 16,862! + 31,06!
20000 20000
100 = = 438,191 ! 4.3 Simulasi Gangguan Hubung Singkat Menggunakan
11,2424 + !19,8 22,4848! + 39,6!
Software Etap
32
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Tabel 9. Perbandingan hasil perhitungan dengan hasil simulasi impedansi saluran tergantung pada panjang kabel, jenis
arus gangguan hubung singkat 3 fasa kabel dan diameter kabel yang digunakan.
Arus Hubung Singkat (kA) Setelah melakukan perhitungan dan simulasi dapat
Panjang Jarak Hasil Hasil diketahui bahwa besarnya arus gangguan hubung singkat
(%) (Km) Hasil Simulasi
Simulasi Perhitungan terbesar adalah pada gangguan hubung singkat 3 fasa dan
(DigSILENT)
(Etap) (Manual) gangguan hubung singkat terkecil adalah pada gangguan
0 0 5,112 4,501 4,416 hubung singkat 1 fasa ke tanah sedangkan gangguan 2 fasa
25 13 1,68 1,556 1,547 dan gangguan 2 fasa ke tanah besar nilai arus gangguan
hubung singkatnya tidak jauh berbeda.
50 26 0,713 0,926 0,921
Dari hasil perhitungan manual dan hasil simulasi
75 39 0,382 0,658 0,653 menggunakan Digsilent dan Etap terlihat bahwa besarnya
100 52 0,236 0,51 0,507 nilai arus gangguan hubung singkat tidak berbeda jauh, hal
Tabel 10. Perbandingan hasil perhitungan dengan hasil simulasi ini berarti bahwa perhitungan sudah benar. Dengan
arus gangguan hubung singkat 2 fasa melakukan analisis gangguan hubung singkat maka dapat
Arus Hubung Singkat (kA) diperoleh arus gangguan yang mungkin terjadi pada sistem
Panjang Jarak Hasil Hasil tenaga listrik sehingga dapat dilakukan perancangan
Hasil Simulasi sistem proteksi yang tepat bagi sistem sehingga dapat
(%) (Km) Simulasi Perhitungan
(DigSILENT)
(Etap) (Manual) melindungi peralatan dari kerusakan akibat arus gangguan
0 0 4,427 3,898 3,824 yang dihasilkan pada saat terjadi gangguan hubung
25 13 1,455 1,348 1,340 singkat.
V. KESIMPULAN
50 26 0,618 0,802 0,797
Sistem proteksi yang digunakan pada PLTU Mamuju
75 39 0,331 0,569 0,565 dan Trafo GI Mamuju adalah solid grounding. Setelah
100 52 0,205 0,441 0,439 dilakukan evaluasi, sistem proteksi tersebut tidak bekerja
dengan baik bila terjadi gangguan, untuk mengantisipasi
Tabel 11. Perbandingan hasil perhitungan dan hasil simulasi arus hal tersebut maka sistem proteksi diganti menggunakan
gangguan hubung singkat 2 fasa ke tanah open grounding. Hasilnya sistem proteksi tersebut dapat
Arus Hubung Singkat (kA)
bekerja dengan normal bila terjadi gangguan.
Panjang Jarak Hasil Hasil Hasil
(%) (Km) Simulasi
Gangguan yang terjadi pada PLTU Mamuju dan
Simulasi Perhitungan
(Etap) (DigSILENT) (Manual) Trafo GI Mamuju adalah gangguan hubung singkat,
0 0 4,353 5,065 3,829 gangguan beban lebih dan gangguan tegangan lebih.
Gangguan yang paling sering terjadi adalah gangguan
25 13 1,4 1,307 1,385 hubung singkat.
50 26 0,588 0,869 0,851
75 39 0,322 0,620 0,621
UCAPAN TERIMA KASIH
100 52 0,204 0,483 0,493 Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Jurusan
Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang, PT PLN
Tabel 12. Perbandingan hasil perhitungan dan hasil simulasi arus (Persero) Unit Pembangkit dan Transmisi Sulselrabar yang
gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah telah membantu dalam pengumpulan data serta
Arus Hubung Singkat (kA)
pembelajaran yang diberikan.
Panjang Jarak Hasil Hasil Hasil
(%) (Km) Simulasi Simulasi Perhitungan
(Etap) (DigSILENT) (Manual) REFERENSI
0 0 0,311 5,398 0,287 [1] Arismunandar, Artono. 2004. Buku Pegangan Teknik
Tenaga Listrik. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
25 13 0,277 0,89 0,254 [2] Herwan, Edil. 2009. Sistem Pengaman Tenaga Listrik.
50 26 0,211 0,467 0,220 Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
75 39 0,146 0,31 0,191
[3] Stevenson. W. D. Jr. 1990. Analisis Sistem Tenaga
Listrik edisi keempat. Jakarta: Erlangga.
100 52 0,101 0,228 0,167 [4] Hutauruk, T.S., Prof. Ir. M.Sc. 1991. Pengetanahan
Dari tabel 9 - 12 dapat disimpulkan bahwa gangguan Netral Sistem Tenaga & Pengetanahan Peralatan
hubung singkat 3 fasa, 2 fasa, 2 fasa ke tanah dan 1 fasa ke cetakan kedua. Jakarta:Erlangga 1991.
tanah besarnya arus gangguan yang terjadi dipengaruhi [5] Manaf, Abdul., Drs. 1990. Rangkaian Listrik I.
oleh jarak titik gangguan. Semakin jauh jarak titik Bandung: Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik
gangguan maka semakin kecil nilai arus gangguan hubung Bandung.
singkat yang terjadi begitupun sebaliknya, semakin dekat [6] Nizam, Muhammad. 2008. Pembangkit Listrik
jarak titik gangguan maka semakin besar nilai arus Terdistribusi (Distributed Generation) Sebagai Upaya
gangguan hubung singkat yang terjadi. Hal ini Pemenuhan Kebutuhan Energi Listrik di Indonesia.
membuktikan bahwa besarnya arus gangguan hubung Jurnal Kartika. Vol: 7, No. 1, September 2008.
singkat dipengaruhi oleh panjang saluran. Karena besarnya Surakarta:UNS.
33
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar penggunaan daya pada system ESP yang digunakan di plant unit
tonasa 5 dapat termonitor dan terkendali dengan baik, meminimalisir kerusakan – kerusakan yang sering terjadi pada trafo
ESP akibat penggunaan daya yang terlalu berlebih, dan memberikan efisiensi dan benefit yang maksimal untuk perusahaan
dalam optimasi penggunaan daya pada sistem ESP. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan metode Problem Solving,
yang bertujuan agar system ESP pada unit operasional Tonasa V di PT. Semen Tonasa ini dapat berkerja secara optimal
dan memberikan benefit maupun nilai efisiensi yang besar bagi perusahaan. Langkah dan solusi problem solve yang
diambil adalah dengan melakukan penambahan program pada PLC Siemens S7-400 yang dapat mengontrol perubahan
setting point control ESP secara automatis agar penggunaan daya keluaran pada ESP tersebut dapat diredam sampai batas
minimum. Dari data hasil dapat dilihat pemakaian daya pada trafo utama ESP sangat rendah hanya running di sekitar 160 –
180 kW yang sebelumnya running kontinyu di sekitar 550kW. Hal ini juga membuktikan bahwa selama 24 jam pemakaian
daya di trafo utama ESP, hampir sekitar 20 jam pemakaian daya yang maksimal dapat di redam ke minimum pemakaian.
34
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Controller (PLC) digunakan untuk aplikasi komersial Data tersebut digunakan untuk menganalisa
dan industri. PLC memonitor input, membuat keputusan permasalahan permasalahan yang sebenarnya terjadi.
berdasarkan program dan mengontrol output untuk Setelah Analisa permasalahan telah didapat maka akan
mengotomatisasikan proses atau mesin. dilakukan tahap penyelesaian masalah yang meliputi
Adapun fungsi dari PLC secara umum sebagai seperti :
berikut : 1. Pembuatan program simatic manager siemens PLC
1. Control sekuensial yaitu proses input sinyal biner 2. Analisa program terhadap perubahan daya ESP
menjadi output yang digunakan untuk keperluan 3. Pengamatan perubahan daya yang dihasilkan oleh
pemrosesan teknik secara berurutan, disini PLC ESP
menjaga agar semua step/langkah dalam proses Setelah tahapan penyelesaian masalah dan
sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat. pengamatan hasil perbaikan telah dilakukan maka dapat
2. Monitoring Plant yaitu monitor suatu system memasuki tahapan untuk perhitunngan nilai efisiensi
missal : temperature, tekanan, tingkat ketinggian daya yang di peroleh, hal ini dilakukan agar terlihat
dan mengambil tindakan diperlukan sehubungan optimalisasi ESP yang telah dilakukan dan benefit
dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah maupun efisiensi yang diperoleh dapat terhitung dengan
melebihi batas) baik dalam problem solving ini.
Secara singkat diagram alir proses penyelesaian
C. Simatic Manager Siemens Software masalah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Simatic Manager adalah software milik Siemens
Automation Industri yang di gunakan untuk membuat
program program pada PLC Siemens S7. Software ini START
mengintegrasi dan mengkomunikasikan peralatan
peralatan industri melewati PLC Siemens S7-400 agar Data pada sistem ESP
dapat dikendalikan dan dioperasikan dengan baik dan
aman sesuai dengan proses produksinya. Data HMI Simatic Manager
Software Simatic Manager yang dimiliki oleh unit Siemens S7-400
Pengambilan Data
plant seksi pengendalian Electrical & Instruments KCM
digunakan untuk berbagai macam pengoperasian dan Data Trouble Shooting
pengendalian operasi pabrik Tonasa V. Software Problem ESP
35
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
disimpulkan bahwa kinerja maksimum semua trafo Dari hasil analisa yang telah dilakukan dapat
ESP dapat menghasilkan emisi cerobong yang disimpulkan bahwa pemakaian daya pada ESP dapat
rendah di sekitar 67,9 mm/m3 atau sekitar 19,4 % dikendalikan secara automatis oleh program yang akan
syarat minimum emisi cerobong. di buat ke dalam PLC, hal ini dilakukan agar penggunaan
2. Data HMI dan Simatic Manager sistem ESP yang tidak perlu dapat diredam sampai batas
Dari data point trand pada mimic HMI didapatkan minimum penggunaan. Dalam tahapan penyelesaian
hasil pemakaian daya trafo utama ESP pada pukul masalah ini dilakukan beberapa step dan langkah kerja
18.00 wita sampai dengan 18.00 wita keesokan agar monitoring hasil perbaikan dapat diamati dengan
harinya rata rata mengeluarkan daya sebesar 500 – baik.
620 kW. Dan pemakaian daya ini kontinyu selama Berikut adalah penjelasan pembuatan logic auto
ESP tersebut aktif untuk meminimalisir keluaran ESP pada software simatic manager Siemens S7-400 :
debu di cerobong KILN Tonasa V 1. Interlock Auto Set ESP ini mengacu pada emisi
3. Data Trouble Shooting Prolem ESP cerobong dan temp inlet ESP, jika emisi di
Berikut beberapa permasalahan yang sering terjadi bawah 25% (<80 mg/m3) dan temperature inlet
pada system electrical ESP sesuai dengan laporan ESP < 150 deg maka program auto ESP akan
Trouble Shooting adalah : berkerja (ON).
• Indikasi KV dan mA tidak bisa naik dan 2. Saat program bekerja, setting ESP akan
mengikuti set point yang telah diberikan. otomatis turun perlahan setiap delay timer 20
• Kebocoran oli pada tank trafo dan bushing trafo. menit.
• Sering muncul alarm pada panel SCS: “High 3. Selama penunjukan emisi cerobong dan
pressure, Temp trafo, dan oil level minimum”. temperature inlet ESP masih masih dalam batas
• Keramik isolator sering pecah dan retak. normal interlock, program akan terus
• Terjadi sparking di sekitar trafo. memberikan setting hingga batas minimus set
• Breaker utama sering trip. 300mA pada tiap trafo ESP.
• Kabel incoming trafo yang getas : bisa di
sebabkan oleh temperature lingkungan yang
terlalu panas, ataupun arus amphere yang terlalu
tinggi melewati jalur kabel tersebut.
• Rusaknya trafo itu sendiri, contoh EP04, EP06,
dan yang terakhir EP09.
Dari beberapa data data permasalahan yang telah
di peroleh, dapat dianalisa dan disimpulkan bahwa faktor
utama yang terjadi pada system ESP di Tonasa 5 ini
adalah : “Penggunaan trafo ESP yang terlalu maksimum
(24hours + Maximum Setting mA)”. Sehingga
diputuskan bahwa solusi dan langkah yang akan diambil
agar sistem ESP ini berjalan dengan optimal adalah :
Pembuatan program PLC di Simatic Manager Software
sebagai Auto SetPoint yang dapat meredam kinerja trafo
trafo electrode ESP pada saat emisi rendah di bawah
20% (80 mg/m3).
Gambar 3. Perbandingan Perubahan Program Autosetpoint
dengan Konsumsi Daya pada Trafo Utama
ESP Comparation
Dapat dilihat dari data screensot point trand pada
1200 gambar 3 bahwa setiap penurunan auto setpoint yang
dilakukan (green line) oleh program dapat menurunkan
konsumsi daya (yellow line) pada trafo utama ESP.
700
Program akan melakukan penurunan setting secara
bertahap sesuai dengan waktu yang di berikan. Saat
200 interlock yang diberikan tidak tercapai (dalam hal ini
adalah pengukuran emisi cerobong dan temperatur inlet
-300 Normal Adjust
ESP), maka setting akan kembali ke normal posisi
setpoint dan daya pada trafo utama juga kembali tinggi
Voltage Prim_Curr I_DC agar emisi cerobong masih dalam batas normal sesuai
dengan standart dan ketentuan yang berlaku.
I_DC_limit Sparkrate
36
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
V. KESIMPULAN
Berdasarkan dari analisa permasalahan, pemilihan
solusi, hasil serta benefit yang telah didapatkan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Penerapan program Automatic Setpoint ESP ini
telah berhasil membuat kinerja pada sistem ESP
sangat Optimal karena sistem ESP hanya berkerja
maksimal disaat yang dibutuhkan saja, saat kondisi
emisi rendah sistem ESP dapat meredam sampai
batas minimum penggunaan daya agar kondisi
peralatan ESP dapat terjaga dengan baik.
2. Pemilihan solusi menggunakan program pada PLC
sebagai alat untuk mengatasi berbagai masalah
yang terjadi pada sistem ESP dinilai sangat tepat,
Gambar 4. Hasil Point Trand Penggunaan Daya setelah Auto
ESP Berkerja
karena tidak mengeluarkan biaya yang cukup besar
untuk pembuatannya namun menghasilkan optimasi
Dari data hasil point trand pada gambar 4 dapat dan benefit yang sangat baik bagi sistem ESP
dilihat bahwa setelah penggunaan program auto setpoint maupun perusahaan PT. Semen Tonasa.
ESP ini berkerja dengan baik, pemakaian daya pada trafo 3. PT. Semen Tonasa dapat melakukan penghematan
utama ESP sangat rendah hanya running di sekitar 160 – dan efisiensi penggunaan daya listrik pada sistem
180 kW yang sebelumnya running kontinyu di sekitar ESP sendiri sebesar Rp. 8,56 jt per harinya.
550kW. Dan dapat dilihat bahwa selama 24 jam UCAPAN TERIMA KASIH
pemakaian daya di trafo utama ESP, hampir sekitar 20
jam pemakaian daya yang maksimal dapat di redam ke Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
minimum pemakaian. PT. SEMEN TONASA atas segala fasilitas dan referensi
Hal ini dapat menambah optimasi kinerja ESP itu yang telah diberikan selama penulis melakukan
sendiri, selain agar kinerja sub trafo tidak terlalu penyusunan skripsi.
maksimum pada saat emisi rendah juga menghasilkan
potensi benefit yang sangat tinggi karena pemakaian REFERENSI
daya yang maksimum dapat di redam hingga batas
[1] FLSMidth Airtech, (2007). Electrostatic
minimum pemakaian sehingga sistem ESP ini dapat
Precipitator Reference Manual. PIACS BUS
berkerja dengan Optimal.
Remote Facilities, via PIACS Gateway or PIACS
Beberapa benefit yang di dapatkan dengan
Manager For PIACS DC mk. 3 Ver. 2.
penggunaan AUTO ESP ini adalah:
[2] FLSMidth Airtech (2009). Electrostatic Precipitator
• Trafo discharge lebih tahan dan handal, karena Operation Principle.
penggunaannya hanya maksimal di saat emisi
[3] FLSMidth Airtech, (2010). ELECTROSTATIC
tinggi atau saat dalam kondisi Raw Mill Stop. Trafo
PRECIPITATOR for KILN / RAW MILL,
yang stabil memiliki kualitas power yang baik saat
Documentation For Electrical Equipment, PT.
berkerja maksimal sehingga debu yang terhisap di
Semen Gresik (Pangkep), Tonasa V, Indonesia.
ESP lancar mengakibatkan emisi cerobong yang
[4] PNUP Makassar, (2016). Pedoman Penulisan
rendah.
Proposal dan Skripsi Program Diploma Empat
• Mencegah kerusakan pada sub trafo 140KV (DIV) Bidang Rekayasa dan Tata Niaga Politeknik
seharga Rp. 450.000.000
Negeri Ujung Pandang.
• Mencegah seringnya penggantian isolator EP [5] PT. Semen Tonasa, (2015), Panduan dan Peraturan
seharga RP. 22.000.000
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Industri,
• Menghindari card elektronika rusak, kebocoran oli Tonasa 2015.
dan kabel power getas yang sering terjadi pada tiap
[6] SIEMENS AG (2003). Siemens Simatic S7
ESP.
Information Training Automation and Drives,
• Penghematan Power ESP hingga 400 KW/ jam, Programing 1, COURSE ST-7PRO1, Ver. A 5.4
yang jika di Rupiahkan :
[7] SIEMENS AG (2008). SITRAIN Training for
HPP BTG Tonasa = Rp. 1070/ KWh
Automation and Industrial Solutions SIMATIC S7,
Rp/jam = HPP x Total Penghematan PRO Advance Training ST-7 PRO 2.
= 1070 x 400 [8] SIEMENS AG (2013). CPU-CPU Communication
= Rp. 428.000/ jam With SIMATIC Controllers, Simatic S7, V2.1.
Jika sehari bisa berhemat sampai 20 jam, total [9] http://support.automation.siemens.com/WW/vie
penghematan di dapat adalah: w/de/78028908
= 20 x 428.000 = Rp. 8.560.000/ hari
= Rp. 256.800.000/ bulan
= Rp. 3.081.600.000/ tahun
37
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Studi Kelayakan Pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya pada Gedung Hotel Harper
Makassar
Muh Rizal 11), Ahmad Rosyid Idris 22), Naely Muchtar 33)
123)
Jurusan Teknik Elektro PNUP
rizalelektrod4@gmail.com
Abstrak
Pemanfaatan teknologi sel surya sebagai sumber energi listrik di Indonesia masih belum berkembang baik padahal
Indonesia terletak di garis khatilistiwa sehingga mendapat sinar matahari yang melimpah. Hal ini sangat disayangkan
mengingat tingkat kebutuhan listrik yang terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknis penggunaan
panel sel surya sebagai sumber energi listrik dan tingkat kelayakan untuk diimplementasikan di gedung hotel harper
makassar. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem PLTS grid
connected tanpa baterai. Hasil penelitian menunjukan perencanaan sistem PLTS di gedung hotel ini secara ekonomis
sangat menguntungkan berdasarkan analisis ekonomi Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan Discounted
Payback Period (DPP)
38
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
tambah pada pemiliknya. Sesuai namanya, grid connected (photovoltaic) dan backup power. Sedangkan secara
PV, maka sistem ini akan tetap berhubungan dengan konstruksi maka baterai dibedakan menjadi tipe basah, gel
jaringan PLN dengan mengoptimalkan pemanfaatan dan AGM (Absorbed Glass Mat). Baterai jenis AGM
energi PV untuk menghasilkan energi listrik semaksimal biasanya juga dikenal dengan VRLA (Valve Regulated
mungkin Lead Acid). Baterai kering deep cycle juga dirancang
untuk menghasilkan tegangan yang stabil. Penurunan
3. PLTS hybrid kemampuannya tidak lebih dari 1-2% per bulan tanpa
Sistem hybrid yaitu sistem yang melibatkan 2 atau perlu discharge
lebih sistem pembangkit listrik, umumnya sistem
pembangkit yang banyak digunakan untuk hybrid adalah D. Perhitungan Kapasitas Komponen PLTS
genset, PLTS, Mikrohidro, dan tenaga angin. Sehingga 1. Menghitung Area Array (PV Area)
sistem hybrid bisa berarti PLTS-Genset, PLTS- Area array (PV Area) diperhitungkan dengan
Mikrohidro, PLTS-Tenaga Angin, dan lainnya. Di menggunakan rumus sebagai berikut:
Indonesia hybrid sistem telah banyak digunakan, baik PV Area = EL / Gav x TCF x ηPV x ηout (m2)……….(1)
PLTS Genset, PLTS Mikrohidro, maupun PLTS tenaga Ket:
angin-mikrohidro. Namun demikian hybrid PLTS-Genset EL = Energi yang dibangkitkan (kWh/hari)
yang paling banyak dipakai. Umumnya digunakan pada PV Area = Luas permukaan panel surya (m2)
captive genset/isolated grid (stand alone genset, yakni Gav = Intensitas Matahari harian (kW/m2/hari)
genset yang tidak diinterkoneksi). TCF = Temperature coefficient faktor (%)
ηPV = Efisiensi panel surya (%)
C. Komponen PLTS ηout = Efisiensi keluaran (%) asumsi 0,9
1. Modul Surya
Komponen utama dalam sistem PLTS adalah panel 2. Menghitung Daya yang Dibangkitkan (watt peak)
surya yang merupakan rakitan dari beberapa sel surya. Sel Dari perhitungan area array, maka besar daya yang
surya tersusun dari dua lapisan semi konduktor dengan dibangkitkan PLTS (wattpeak) dapat diperhitungkan
muatan berbeda. Lapisan atas sel surya itu bermuatan dengan rumus sebagai berikut:
negatif sedangkan lapisan bawahnya bermuatan positif. Pwatt !!!! = PV Area x PSI x ηPV (watt)……………(2)
Sel-sel itu dipasang dengan posisi sejajar dan seri dalam Ket:
sebuah panel yang terbuat dari alumunium ataupun baja PV Area = Luas permukaan panel surya (m2)
anti karat yang dilindungi oleh kaca atau plastik. PSI = Peak Solar Insolation adalah 1.000 W/m2
Kemudian pada tiap-tiap sel diberi sambungan listrik ηPV = Efisiensi panel surya (%)
untuk dapat disambungkan dengan sel lain (Hanna, 2012)
Selanjutnya berdasarkan besar daya yang akan
2. Solar Charge Controller (SCC) dibangkitkan (wattpeak), maka jumlah panel surya yang
Solar charge controller adalah alat yang digunakan diperlukan, diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut:
untuk mengontrol proses pengisian muatan listrik dari Jumlah panel surya = Pwatt !!!! / PMPP (unit)…….(3)
panel surya ke aki dan inverter. Terdapat setidaknya dua Ket:
jenis solar controller yaitu yang menggunakan teknologi Pwatt = Daya yang dibangkitkan (WP)
PWM (pulse width modulation) dan MPPT (maximum PMPP = Daya maksimum keluaran panel surya
power point tracking). (watt)
39
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
40
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
= 0,5% x 10oC x 300 W tenaga surya di pulau saugi, posisi kemiringan instalasi
= 15 W panel surya dapat dilihat pada tabel berikut:
Maka daya yang dikeluarkan oleh panel surya pada suhu
Tabel 2. Posisi kemiringan instalasi panel surya
lingkungan sekitar sebesar 35oC adalah sebesar:
Pmaks t’ = Pmaks - Psaat Δt Garis Lintang Sudut Kemiringan
= 300 W – 15 W 0 - 15° 15°
= 285 W 15 - 25° 25°
Faktor Koreksi Temperatur (FKT) yaitu sebesar: 25 - 30° 30°
!"#$% !!
FKT = 30 - 35° 40°
!"#$%
!"# ! Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa
=
!"" ! pemasangan panel surya pada kota Makassar, dalam hal
= 0,95 ini pemasangan panel surya pada hotel Harper dengan
Apabila nilai Gav, η PV, η out, dan nilai FKT sudut kemiringan 15o menghadap ke utara. Untuk
disubtitusikan pada rumus luas array, maka dapat mendapatkan daya yang besar, maka panel surya harus
diperoleh: dikombinasikan secara seri dan parallel. Panel surya
!!
Luas Array = sebanyak 30 buah pada masing-masing fasanya. Sepuluh
!!" ! ! !" ! !"# ! ! !"#
!",!!!!!"#$ buah panel surya dihubungkan secara seri kemudian
=
!,! ! !,!"# ! !,!" ! !,!" dihubungkan secara parallel dengan masing-masing
= 156,76 m2 ≈ 157 m2 sepuluh buah panel yang lainnya
Dengan luas array sebesar 157 m2, secara teknis sangat
layak untuk diterapkan, karena luas atap bangunan hotel
Harper melebihi ukuran tersebut.
Setelah diketahui luas array sebesar 157 m2, PSI sebesar
1000 W/m2, efisiensi panel surya sebesar 0,168, maka
daya yang dibangkitkan oleh PLTS dapat diketahui yaitu
dengan perhitungan berikut:
PWatt peak = Luas array x PSI x η PV
= 157 m2 x 1000 W/m2 x 0,168 VMPP = 362 V
I MPP = 24,84
= 26376 Watt
Gambar 2 Rencana array PLTS setiap fasa
Panel surya yang digunakan untuk PLTS yang
dikembangkan pada hotel Harper ini adalah panel surya
dengan kapasitas 300 Wp. Sehingga berdasarkan kapasitas Tegangan maksimum dan arus maksimum yang
tersebut, maka jumlah panel surya yang diperlukan adalah dihasilkan panel setiap fasanya yaitu:
sebanyak: VMPP = 10 x 36,2 V = 362 V
!!"## !"#$ IMPP = 3 x 8,28 A = 24,84 A.
Jumlah panel surya = Sehingga daya maksimum yang dihasilkan panel surya
!!"#$
!"#$" !"## !"#$ setiap fasanya adalah:
=
!"" !"# !"#$
PMPP = VMPP x IMPP
= 87,92 ≈ 88 buah
= 362 V x 24,84 A
Hotel Harper disuplai oleh jaringan PLN dengan daya
= 8.992,08 W.
terpasang 865 kVA, 3 fasa. Sehingga suplai daya oleh
3. Kapasitas Inverter
PLTS juga harus memenuhi keseimbangan setiap fasa. Yang terpenting dalam mengkaji PLTS adalah
Akan tetapi panel surya sebanyak 88 buah tidak seimbang menentukan dengan tepat spesifikasi dan kapasitas
dibagi 3 fasa, maka panel surya ditambah menjadi 90 inverter yang digunakan. Kapasitas inverter yang
buah. Panel surya sebanyak 90 buah dibagi menjadi 3,
direkomendasikan adalah dalam julat 95 % sampai dengan
masing-masing 30 buah setiap fasa. Agar memperoleh
110 % kapasitas modul surya yang akan dipasang. Maka
tegangan besar, maka panel surya harus dikombinasikan
inverter yang dipilih adalah inverter dengan bentuk
secara seri dan parallel.
gelombang true sine wave dengan kapasitas 10.000 W.
2. Pemasangan Panel Surya
Salah satu hal yang pentig untuk diperhatikan dalam 4. Menghitung Energi Yang Dihasilkan PLTS
pemasangan sel surya di satu tempat adalah orientasi arah Hasil keluaran maksimum dari modul surya
pemasangan rangkain panel surya. Letak geografis kota ditentukan sesuai rating kapasitas modul surya yang
Makassar ada di posisi kordinat 119o BT dan 5,8o LS, dipasang. Pada PLTS hotel Harper yang direncanakan,
yang berarti kota Makassar berada di bumi bagian selatan kapasitas keseluruhan panel surya yang terpasang yaitu
(di bawah garis khatulistiwa). Hal ini berarti panel surya sebesar 90 x 285 = 25.650 Wp. Energi yang dihasilkan
yang ingin dipasangkan sebaiknya diarahkan condong ke oleh modul surya berkaitan dengan data intensitas
utara untuk mendapatkan pancaran sinar matahari lebih matahari. Pada perencanaan PLTS hotel Harper, intensitas
mudah dan optimal. Mengacu pada jurnal dari Hasan yang digunakan adalah intensitas harian terendah sebesar
(2012), dengan judul perancangan pembangkit listrik 3,8 kWh/m2/hari. Energi yang dihasilkan PLTS selama 1
hari sebesar:
41
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Eout = Ei x Gav 2% dari total biaya investasi awal untuk komponen sistem
= 25.650 Wp x 3,8 jam/hari PLTS (Kaltschmitt dkk, 2001). Berdasarkan hal tersebut
= 97.470 Wh ≈ 97,47 kWh/hari maka untuk PLTS pada hotel Harper ini besar biaya
Sehingga energi yang dihasilkan selama 1 tahun adalah operasional dan pemiliharaan setiap tahun ditetapkan 1%
sebesar: dari total investasi awal setiap komponen. Biaya
A kWh = 97,47 kWh x 365/tahun operasional dan pemiliharaan ini dianggap mencakup
= 35.576,55 kWh/tahun baiaya pembersihan panel surya serta biaya pemiliharaan
C. Analisis Biaya Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan pemeriksaan komponen sistem PLTS. Penetapan
1. Biaya Investasi Awal Pembangkit Listrik Tenaga angka 1% untuk biaya operasional dan pemiliharaan dari
Surya sistem PLTS adalah dengan dasar bahwa Negara
Yang termasuk kedalam biaya investasi awal PLTS Indonesia hanya mengalami 2 musim yaitu musim
pada hotel Harper Makassar adalah biaya komponen kemarau dan musim penghujan. Sehingga, biaya
PLTS, biaya rak panel, dan pemasangan instalasi PLTS. operasional dan pemiliharaan komponen sistem PLTS
Adapun komponen PLTS untuk sistem grid connected tidak sebesar dengan biaya operasional dan pemiliharaan
dengan jaringan PLN tanpa menggunakan baterai terdiri untuk sistem PLTS di negara yang mengalami 4 musim.
dari panel surya dan inverter. Selain itu kota Makassar tidak pernah mengalami bencana
Tabel 3. Biaya Investasi Awal PLTS alam seperti daerah lain yang terpapar abu vulkanik
Nama Harga Total Harga misalnya ditempat yang mempunyai gunung berapi.
Jmh Stn
Komponen (Rp) (Rp) Untuk itu, biaya operasional dan pemiliharaan (OP)
Panel surya 99 Bh 4,500,000 445500000 tahunan PLTS pada hotel Harper adalah diperhitungkan
Inverter 3 Bh 60,000,000 180000000 sebagai berikut:
Biaya OP = 1% x IA
1 kali 30,000,000 30000000 = 1% x Rp 731.000.000,00
pengiriman
Biaya instalasi = Rp 7.310.000,00 / tahun
dan setting 1 kali 15,000,000 15000000 3. Menghitung Biaya Energi PLTS
PLTS Biaya energi penting untuk diketahui sebagai
Rak sel surya 99 Bh 500,000 49500000 pertimbangan kelayakan suatu proyek PLTS. Biaya
Biaya penjualan dan pembelian listrik ini berlaku untuk sistem
1 kali 8,000,000 8000000 PLTS hotel Harper. Karena sistem PLTS yang terintegrasi
pengerjaan rak
Biaya dengan sistem kelistrikan dari PLN dan tidak cadangan
pengiriman 1 kali 3,000,000 3000000 baterai maka ketika panel surya menghasilkan energi
material listrik dan tidak ada pemakaian dari hotel, maka seluruh
Total biaya energi listrik yang di hasilkan akan masuk ke dalam
731000000
investasi sistem jaringan listrik PLN. Begitu juga sebaliknya ketika
tidak ada yang dihasilkan dari panel surya dan ada
2. Perhitungan Biaya Operasional Dan Pemiliharaan pemakian listrik dari hotel, maka listrik yang dibutuhkan
itu diambil dari sistem jaringan listrik PLN. Oleh karena
Komutatif itu ada perhitungan biaya tambahan untuk biaya penjualan
Arus kas PVNCF
Th FD PVNCF
bersih (Rp) (Rp) dan pembelian listrik dari dan kepada PLN dalam sistem
(Rp)
0 731,000,000 1 731,000,000
listrik ini. Menurut Peraturan Menteri ESDM nomor 12
1 87,928,425 0.9 79135582.5 79,135,583 tahun 2017 tentang pemanfaatan sumber energi
2 87,928,425 0.81 71222024.3 150357606.8 terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik, menyebutkan
3 87,928,425 0.73 64187750.3 214545357 bahwa biaya pembelian energi listrik dari sumber energi
4 87,928,425 0.66 58032760.5 272578117.5 terbarukan adalah Rp 2.677,00/ kWh untuk wilayah pulau
5 87,928,425 0.59 51877770.8 324455888.3 Sulawesi. Total daya yang dihasilkan pertahun adalah
6 87,928,425 0.53 46602065.3 371057953.5 35.576,55 kWh. Maka biaya pembelian energi listrik
7 87,928,425 0.48 42205644 413263597.5 pertahun yang dihasilkan PLTS adalah 35.576,55 kWh x
8 87,928,425 0.43 37809222.8 451072820.3 Rp 2.677,00 = Rp 95.238.425,00
9 87,928,425 0.39 34292085.8 485364906
16 87,928,425 0.19 16706400.8 648032492.3 D. Analisis Kelayakan Investasi PLTS pada Hotel
17 87,928,425 0.17 14947832.3 662980324.5 Harper Makassar
18 87,928,425 0.15 13189263.8 676169588.3 1. Aspek Ekonomis
19 87,928,425 0.14 12309979.5 688479567.8 Untuk melihat kelayakan dari investasi proyek
20 87,928,425 0.12 10551411 699030978.8
rancangan sistem PLTS, maka adalah penting melihat dari
21 87,928,425 0.11 9672126.75 708703105.5
nilai alur kas proyek. Setiap alur kas dibuat dengan
22 87,928,425 0.1 8792842.5 717495948
proyeksi perhitungan pendapatan dan biaya yang terjadi
23 87,928,425 0.09 7913558.25 725409506.3
24 87,928,425 0.08 7034274 732443780.3 selama 25 tahun (berdasarkan perkiraan umur komponen
25 87,928,425 0.07 6154989.75 738598770 sistem PLTS) dengan penggunaan tingkat diskonto 11%
Biaya operasional dan pemiliharaan setiap tahunnya Arus kas keluar yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
untuk sistem PLTS umumnya diperhitungkan sebesar 1- operasional dan pemeliharaan setiap tahunnya. Pada PLTS
42
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
hotel Harper Makassar, arus kas keluar untuk operasional untuk diletakkan pada bagian atap dengan kemiringan
dan pemeliharaan yaitu sebesar Rp 7.310.000,00. 250 menghadap ke utara
Sedangkan arus kas masuk PLTS diperhitungkan dengan 2. Dengan intesitas matahari rata-rata paling minimum
mengalikan kWh produksi selama setahun dengan biaya sebesar 3.8 kWh/m2/hari dan suhu rata-rata paling
energi per kWh. Kas masuk PLTS sebesar 35.576,55 kWh maksimum sebesar 350C, PLTS mampu memproduksi
x Rp 2.677,00 yaitu Rp 95.238.425,00. Berikut adalah listrik hingga 97,47 kWh/hari atau sebesar angka
alur kas dari sistem PLTS grid connected tanpa baterai 35.576,55 kWh/tahun. Hasil dari pengolahan alur
yang direncanakan pada Hotel Harper Makassar. khas menyatakan bahwa secara metode Net Present
a. Analisis Ekonomi dengan Metode Net Present Value Value (NPV), metode profitability Index (PI) dan
(NPV) metode Discounted Payback Period (DPP), dari ketiga
Analisis dengan metode NPV menyatakan bahwa metode tersebut menyimpulkan PLTS pada hotel
seluruh aliran kas bersih dinilai sekarang atas dasar factor Harper layak diterapkan.
diskonto. Teknik ini menghitung selisih antara seluruh kas
bersih nilai sekarang dengan investasi awal. REFERENSI
Dengan total nilai sekarang arus kas bersih yang
[1] Eriyanto. (2017). Evaluasi Pemanfaatan PLTS
merupakan hasil perkalian antara arus kas bersih dengan
factor diskonto adalah sebesar Rp 738.598.770,00 dan Terpusat Siding Kabupaten Bengkayang. Jurnal
biaya investasi awal sebesar Rp 731.000.000,00. ELKHA Vol. 9, No 1, 35-37.
Perhitungan analisis kelayakan dengan metode ini yaitu: [2] Hakim, M. F. (2017). Perancangan Rooftop Off Grid
NPV=Rp 738.598.770,00 -Rp 731.000.000,00 Solar Panel Pada Rumah Tinggal Sebagai Alternatif
NPV=Rp 7.598.000,00 Sumber Energi Listrik. Jurnal Dinamika DotCom ,
Dengan NPV bernilai positif (NPV > 0), maka PLTS
Vol 8 No 1.
adalah layak untuk diterapkan.
b. Analisis Ekonomi dengan Metode Profitability Index [3] Hanna, P. (2012). Analisis Keekonomian Kompleks
(PI) Perumahan Berbasis Energi Sel Surya. Depok:
Metode ini membandingkan antara total kas bersih Program Sarjana Teknik Industri Fakultas Teknik
nilai sekarang dengan investasi awal. Total nilai sekarang Universitas Indonesia.
arus kas bersih yaitu sebesar Rp 738.598.770,00 dan biaya [4] Kaltschmitt, Martin, dkk. (2007). Renewble Energy:
investasi awal sebesar Rp 731.000.000,00. Maka besar Technology, Economic and Environment. Germany:
nilai Profitability Index diperhitungkan dengan persamaan Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
yaitu: [5] Konnery, T. (2011). Strategi Pencapaian
PI=(Rp 738.598.770,00)/(Rp 731.000.000,00.) Pemanfaatan PLTS di Indonesia Sampai Tahun
PI=1,3822
2025. Jakarta: Fakultas Teknik, Program Magister
Perbandingan total seluruh kas bersih nilai sekarang
dengan investasi awal PLTS adalah sebesar 1,3822 (> 1), Teknik Elektro, Universitas Indonesia.
maka PLTS layak untuk dilakukan. [6] Nazif, H. (2015). Pemodelan Dan Simulasi Pv-
c. Analisis Ekonomi dengan Metode Discounted Inverter Terintegrasi Ke Grid Dengan Kontrol Arus
Payback Period (DPP) “Ramp Comparison Of Current Control”. Jurnal
Metode ini menganalisis lamanya waktu yang Nasional Teknik Elektro, Vol 4 No 2.
dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui [7] Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
penerimaan-penerimaan yang dihasilkan oleh proyek Republik Indonesia. Nomor 17 tahun 2013.
(investasi). Berdasarkan tabel 8 diatas, maka nilai [8] Holleman, Richard J, dkk. (2000). IEEE
Discounted Payback Period diperhitungkan dengan Recommended Practice for Utility Interface of
persamaan 9 berikut: Photovoltaic (PV) Systems. IEEE-SA Standards
DPP=Year before recovery+IA/(NPV Kumulatif) Board.
DPP=23+(Rp 731.000.000,00.)/(Rp 738.598.770,00) [9] Rusdi, M. (2016). Pedoman Penelitian Proposal dan
DPP=23+0,9
Skripsi Program Diploma Empat(D-4) Bidang
DPP=23,9
Jadi dalam jangka waktu 23 tahun 9 bulan, investasi awal Rekayasa dan Tata Niaga. Makassar: Politeknik
dari PLTS dapat tergantikan. Maka berdasarkan hal diatas Negeri Ujung Pandang.
bahwa PLTS Hotel Harper juga layak untuk diterapkan [10] S.G., R. (2016). Perencanaan Pembangkit Listrik
karena masa pengembalian modal investasi awal kurang Tenaga Surya Di Atap Gedung Harry Hartanto
dari jangka waktu umur proyek yaitu selama 25 tahun. Universitas Trisakt. Seminar Nasional Cendekiawan,
1-11.
V. KESIMPULAN
1. Rancangan teknis sistem PLTS adalah sistem PLTS
grid-connect tanpa baterai dengan menggunakan 90
buah panel surya monocristalin 300 Wp dan 3 buah
inverter single fasa 10.000 Watt.Panel surya dirancang
43
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Kurniawati Naim1)
1
Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang
nianaim09@poliupg.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan dan menentukan komponen/material yang digunakan untuk perencanaan
jaringan distribusi di Desa Karassing Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian
dilakukan dengan cara mengumpulkan fakta-fakta berupa data dan informasi yang relevan dengan permasalahan penelitian.
Hasil yang diperoleh ini digunakan sebagai acuan dalam menentukan rumus yang digunakan dalam menetapkan kriteria
peralatan listrik yang digunakan, seperti rumus untuk menghitung besar arus dan jatuh tegangan pada distribusi tenaga
listrik sehingga dapat ditentukan luas penampang dan panjang penghantar untuk perencanaan jaringan distribusi tenaga
listrik berdasarkan nilai arus dan jatuh tegangan yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada JTM digunakan
kawat penghantar AAAC 3x35 mm². Pada JTR digunakan kabel LTVC dengan luas penampang 3x16 mm² dengan panjang
penghantar 191.444 meter.Pada peerencanaan ini digunakan tiang beton 13 m : 350 daN. Untuk keseluruhan digunakan 42
batang tiang. Dan besar daya yang terpasang sekarang adalah 94750 VA dan perkiraan daya yang akan terpasang 5 tahun
mendatang adalah 359650 VA untuk menyuplai desa tersebut.
44
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Indonesia : 3kV, 6kV, 7kV, 12kV, 15kV dan 20kV. 3. Kawat penghantar adalah untuk menyambungkan
Jaringan primer biasanya tiga fasa dan berlangsung dari sumber tegangan dengan beban untuk jaringan
gardu induk sampai pada bebannya dimana kemudian distribusi tegangan menengah, sehingga kerugian
dilakukan percabangan pada sub-feeder tiga fasa, atau tegangan jatuhnya kecil sekali. Dengan demikian
dapat langsung dihubungkan dengan gardu induk. tegangan sumber ini bisa menghasilkan arus listrik
pada tahanan bahan.
B. Jaringan Distribusi Sekunder (Tegangan Rendah) 4. Kabel adalah media penghantar untuk menyalurkan
Dari tegangan 20kV tegangan diturunkan menjadi arus listrik berupa bahan logam atau bahan lainnya.
220/380 Volt dan disebut dengan tegangan rendah. Pada jaringan tegangan rendah menggunakan kabel
Kontruksi saluran distribusi tegangan rendah umumnya berinti tunggal dengan bentuk konduktor dipilin
umunya menggunakan saluran udara. bulat, instansi kabel sedemikian rupa sehingga
Saluran sekunder berfungsi untuk menyalurkan daya hantaran kabel membentuk kabel pilin dimana
listrik dari gardu distribusi kerangkaian pemakai yang beberapa kabel berinti tunggal saling dililitkan
dihubungkan dengan panel-panel pembagi beban. sehingga saling membentuk suatu kelompok kabel
Jaringan sekunder pada sistem distribusi tenaga listrik yang twisted dipasang pada tiang saluran distribusi
adalah 220/380 Volt. [1] sekunder dengan peralatannya kira-kira 20 cm
Komponen jaringan distribusi yang dipakai dalam dibawah puncak tiang dengan kabel netral sebagai
perencanaan jaringan distribusi yang nantinya menjadi penyanggannya, sehingga dengan demikian beban
salah satu kesatuan atau satu system. Komponen tersebut kabel twisted dipikul oleh kabel netral. [3]
yaitu Gardu distribusi merupakan salah satu komponen
1. Tiang penyangga adalah tiang yang dipasang pada dari suatu sistem distribusi yang berfungsi untuk
saluran listrik. Jarak pendirian tiang (gawang) pada menghubungkan jaringan daya listrik ke konsumen atau
JTM, maksimal 40 meter dalam kota dan maksimal untuk membagikan/mendistribusikan tenaga listrik pada
55 meter untuk diluar kota (perkampungan). beban/konsumen baik konsumen tegangan menengah
Sedangkan pada JTR jarak pendirian tiang (gawang) maupun konsumen tegangan rendah. Macam-macam
tidak melebihi 50 meter. Pemakaian panjang tiang gardu distribusi yaitu Gardu portal dan Gardu cantol.[4]
pada JTM adalah 11 meter dengan kekuatan kerja Alat pengaman atau pelindung adalah suatu alat
200 daN sampai 13 meter dengan kekuatan kerja 350 yang berfungsi melindungi atau mengamankan suatu
daN, sedangkan pada JTR adalah 9 meter dengan sistem penyaluran tenaga listrik dengan cara membatasi
kekuatan kerja 200 daN 350 daN 500 daN 800 daN. tegangan lebih (over voltage) atau arus lebih (over
2. Penghantar adalah komponen yang digunakan dalam current) yang mengalir pada sistem tersebut, dan
menghantarkan arus listrik. Kha (Kemampuan Hantar mengalirkannya ketanah (ground). Alat pengaman pada
Arus) merupakan kemampuan suatu penghantar gardu distribusi sisi tegangan menengah terdapat
listrik dalam menghantarkan arus listrik, banyak Ligthning Arrester dan Fuse Cut Out. Sedangkan pada
faktor yang mempengaruhi suatu KHA pada gardu distribusi sisi tegangan rendah terdapat No Fuse
penghantar, diantaranya suatu suhu pada penghantar Breaker dan Sekering.[2]
dan suhu pada lingkungan sekitar. Dalam distribusi Isolator biasanya disebut bahan penyekat.
digunakan dua jenis penghantar, yaitu kawat Penyekatan listrik terutama dimaksudkan agar arus
penghantar dan kabel penghantar. listrik tidak dapat mengalir jika pada bahan penyekat
tersebut diberi tegangan listrik. Adapun jenisnya sebagai
Tabel 1 KHA Terus-menerus dari penghantar Campuran berikut:[2]
Aluminium Paduan Telanjang (AAAC)[2] 1. Isolator Tumpu (Pin-Isolator). Beban yang dipikul oleh
isolator berupa beban penghantar, jika penghantar
Luas Penampang (mm²) KHA Terus-menerus (A) dipasang dibagian atas isolator (Top side) untuk
16 105 tarikan dengan sudut maksimal 2° dan beban tarik
25 135 ringan jika penghantar dipasang dibagian sisi (leher)
35 170 isolator untuk tarikan dengan sudut maksimal 18°.
50 (7 kawat ) 210 Isolator dipasang tegak lurus diatas travers.
50 (19 kawat) 210 2. Isolator Tarik. Beban yang dipikul oleh isolator berupa
70 155 beban berat penghantar ditambah dengan beban akhir
95 320 pengencangan (tarikan) penghantar, seperti pada
120 365 konstruksi tiang awal/akhir, tiang sudut, tiang
150 425 percabangan dan tiang penegang. Isolator dipasang
185 490 dibagian sisi Travers atau searah dengan tarikan
penghantar. Penghantar diikat dengan Strain Clamp
240 585
dengan pengencangan mur-bautnya. Isolator jenis ini
300 670 pada sebagian kontruksi SUTM dijawa Barat dipakai
Sumber : PUIL 2000 :350 juga untuk tarikan lurus atau sudut kecil yang dipasang
menggantung dibawah travers dan sebagai pengikat
45
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
penghantarnya digunakan Suspension Clamp seperti induktansi dan kapasitasnya diperhitungkan karena
pada kontruksi SUTT. nilainya cukup berarti.
Adapun Jenis Tiang yang dapat digunakan yaitu Perhitungan praktis jatuh tegangan untuk kondisi tanpa
1. Tupang tarik (Treck Schoor) dipasang pada sudut beban induktansi:
tarikan 45° s/d 60° melawan arah tarikan konduktor. Definisi simbol dan satuan:
2. Pemasangan tupang tekan (Druck Schoor) digunakan P = beban dalam (watt)
untuk melawan arah tarikan untuk melawan arah V = tegangan antara 2 saluran (volt)
tarikan konduktor dengan menggunakan tiang untuk Q = penampang saluran (!! ! )
menekan tiang utama. ΔV = jatuh tegangan (volt)
Metode Perkiraan Beban Δu = jatuh tegangan (%)
1. Analisis regresi adalah cara mempelajari perubahan L = Panjang saluran [meter sirkuit]
deret waktu suatu proses dari waktu yang lalu ke waktu I = arus beban (A)
yang akan datang, yang dapat diketahui dari sekarang. λ = konduktivitas bahan penghantar Cu= 56;
Adapun metode yang biasa digunakan yakni analisa Aluminium= 32,7.
linier sederhana. Sistem fasa tiga dengan cos ϕ
Bila diketahui besarnya arus I, ΔV [volt], maka:
Y = a + bX (1)
!,!" ! ! ! ! ! !"# ᵠ
q= [!! ! ] (6)
Y = Jumlah penduduk !! ! !
X = Variabel waktu
a = Konstanta (titik potong grafik dengan sumbu Y) Perhitungan Arus Beban pada Transformator
b = konstanta (koefisien arah dari grafik) Daya transformator distribusi bila ditinjau dari sisi
dimana : tegangan menengah dapat dirumuskan sebagai berikut:
!! !! Daya transformator 3 fasa
!! !!
a= ! !! (2)
!! !! S = 3 × !!! × I (7)
! !!
Daya transformator 1 fasa
!! !! S = !!" × I (8)
b= ! !! (3)
!! !!
!!! = 3 × !!" (9)
Berat Pengahantar dan Gaya Berat Penghantar
Berat penghantar adalah massa penghantar tiap-tiap km Dengan demikian, untuk menghitung arus beban
(kg/km) transformator dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:
Gaya berat penghantar = m × g (4) Arus beban transformator 3 fasa
!
m = massa penghantar (kg) I= (10)
! × !!!
g = gravitasi (m/! ! )
Arus beban transformator 1 fasa
Sag atau andongan adalah jarak antara garis lurus
horizontal dengan titik terendah penghantar. Berat !
penghantar dihitung berdasarkan panjang penghantar I= (11)
!!"
sebenarnya sebagai fungsi dari jarak andongan dihitung
dengan rumus sebagai berikut: S = Daya terpakai transformator (KVA)
!!! = Tegangan fasa – fasa (KV)
!! ! !!"! Tegangan fasa – netral (KV)
L=a+ (5)
!!
I = Arus beban (A)
L = panjang total penghantar (m)
a = jarak gawang (m) III. METODE PENELITIAN
s = panjang andongan/ sag (m)
Tempat dan waktu perencanaan jaringan distribusi
yaitu bertempat di Desa Karassing Kecamatan Herlang
Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan.
hilang pada suatu penghantar.Perhitungan jatuh tegangan
Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah
praktis pada batas-batas tertentu dengan hanya
1. Studi Pustaka. Penulis melakukan studi pustaka dengan
menghitung besarnya tahanan masih dapat
cara mengumpulkan dan membaca literature yang
dipertimbangkan, namun pada sistem jaringan
relevan dengan isi laporan ini.
khususnya pada sistem tegangan menengah masalah
2. Studi Lapangan (Observasi). Penulis meninjau
langsung ke lokasi untuk mengambil data penduduk,
46
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
data Kwh meter lima tahun terakhir dan mengamati Dengan menggunakan persamaan (2) dan (3) nilai a dan
kelayakan perencanaan jaringan distribusi dengan b didapatkan dan dimasukkan ke persamaan (1) sehingga
melihat dan potensi yang bisa dikembangkan serta prediksi konsumen untuk tahun ke-6 (2017) diperoleh:
mata pencaharian pada daerah lokasi perencanaan. 106 pelanggan
3. Tanya jawab. Dalam mengumpulkan data penduduk Dengan menggunakan metode perhitungan maka
dan denah lokasi penulis melakukan tanya jawab diperoleh jumlah penduduk dan konsumen untuk 5 tahun
secara langsung dengan suvervisor PLN dalam kedepan sesuai tabel 3 di bawah ini.
perencanaan jaringan distribusi didaerah tersebut.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis Tabel 4 Perkiraan Jumlah Penduduk dan Konsumen 5 Tahun
deskriktif, yaitu metode yang dilakukan dengan cara Mendatang
mengumpulkan fakta-fakta apa adanya, berupa data dan TAHUN PENDUDUK KONSUMEN
informasi yang relevan dengan permasalahan penelitian. 2017 374 106
Hasil yang diperoleh melalaui analisis deskriptif ini 2018 387 115
digunakan sebagai acuan dalam menentukan rumus yang 2019 407 135
digunakan dalam menetapkan kriteria peralatan listrik
2020 442 171
yang digunakan, seperti rumus untuk menghitung besar
arus dan jatuh tegangan pada distribusi tenaga listrik 2021 522 248
sehingga dapat ditentukan luas penampang dan panjang
penghantar untuk perencanaan jaringan distribusi tenaga Perkiraan Pemakaian Beban (daya) untuk
listrik berdasarkan nilai arus dan jatuh tegangan yang Pemasangan Sekarang
diperoleh. Data jumlah pelanggan di Desa Karassing
Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba sebanyak 90
unit rumah.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun dayanya dapat dilihat pada gambar 1
Pada tahun 2017 di Desa Karassing Kecamatan dengan perhitungan sebagai berikut:
Herlang Kabupaten Bulukumba jumlah konsumen rata
rata 300 konsumen dan diperkirakan meningkat dari Daya (VA)
Total Daya
tahun ke tahun sehingga perencanaan jaringan distribusi R S T
di desa tersebut akan di rancang sesuai dengan kondisi 900 250 3500 900 250 900 250
dan jumlah konsumen yang akan meningkat 159850 VA
kedepannya.
90 13 3 41 6 28 6
Tabel 3 Jumlah Konsumen Pada Tahun 2012 – 2016 900 250 3500 900 250 900 250
2012 1 70 1 347
2013 2 85 4 700 Gambar 2 Diagram Daya 5 Tahun Mendatang
2014 3 87 9 1062
2015 4 92 26 1460 Karena kapasitas trafo yang tersedia tidak ada yang
2016 5 98 25 1840 persis sama dengan yang dibutuhkan,maka digunakan
Σn = 5 Σx= ΣY= 432 ΣX2= XY= trafo yang mendekati yaitu trafo dengan kapasitas
15 55 1359 414.000 VA.
47
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
48
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
REFERENSI
49
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Pertumbuhan pelanggan listrik di Kota Makassar dari tahun ke tahun semakin meningkat, tercatat pada tahun 2012
jumlah keseluruhan pelanggaan sebesar 554.001 pelanggan hingga pada tahun 2016 jumlah keseluruhan pelanggan di Kota
Makassar mencapai 704.100 pelanggan. Dengan melihat laju pertumbuhan pelanggan yang sagat pesat, penulis bermaksud
menghitung prakiraan kebutuhan daya listrik di Kota Makassar untuk beberapa tahun yang akan datang guna untuk
memprediksi tersedianya pasokan daya demi memenuhi kebutuhan beban listrik di Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan cara memprakirakan kebutuhan daya listrik dan untuk menghitung besar daya yang dibutuhkan untuk
menyuplai kebutuhan beban Kota Makassar tiap tahun mulai dari tahun 2018 sampai tahun 2028 serta menghitung besar
pemakaian daya listrik tiap tahun mulai dari tahun 2018 sampai tahun 2028. Pengumpulan data menggunakan metode studi
literatur, wawancara dan observasi. Kemudian dilakukan uji statistik menggunakan aplikasi SPSS versi 24, karena data
bersifat linier dan memiliki dua variabel bebas maka analisis data dilakukan dengan cara perhitungan metode analisis
regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda menggunakan Microsoft Excel. Hasil prakiraan menggunakan
model regresi linier berganda untukmemperkirakan daya listrik yang dibutuhkan dan daya listrik terpakai di Kota
Makasaar mulai tahun 2018 sampai dengan 2028 berturut-turut sebesar 1.167.121.320 VA dan 203.769.838 kWh.
50
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
51
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
YA
Kesimpulan
SELESAI
Tabel 2. Jumlah Daya Terpasang (VA) PLN Area Makassar Tahun 2012[5]
Tabel 3. Jumlah Daya Terpakai (kWh) PLN Area Makassar Tahun 2012[5]
Rumah
Bulan Sosial Bisnis Industri Pemerintah
Tangga
Januari 7271778 80829357 42666249 62078448 10965891
februari 5920790 72293041 39439269 50653727 9481303
maret 6428844 67634365 41551454 54999376 9706846
52
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Rumah
Bulan Sosial Bisnis Industri Pemerintah
Tangga
april 6340214 68026500 40235399 54934994 9866006
mei 6937417 71931251 43430950 67350171 9858825
juni 7180977 79996429 45224602 51914732 10019013
juli 7285126 82499128 45875960 47094388 10186564
agustus 6505800 71001868 44155295 57978855 9947439
september 6946896 82356412 46168286 59837028 10162471
oktober 7376136 93159671 47115168 59160096 10133296
nopember 7456746 74518814 41714782 72426156 9843243
desember 8657608 84375160 48181253 60145564 10364141
4.3 Jumlah Pelanggan di Kota Makassar bahwa jumlah pelanggan cenderung mengalami
Perkembangan kebutuhan daya listrik dan pemakaian peningkatan, berikut data perkembangan jumlah
daya listrik tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan pelanggan di Kota Makassar :
jumlah pelanggan. Dari data yang diperoleh menunjukkan
4.4 Pembahasan daya listrik yang akan datang dengan jumlah daya listrik
masa sebelumnya.
4.4.1 Seleksi Model Peramalan Terbaik
Mengacu pada data aktual jumlah daya terpasang dan 4.4.2 Prakiraan Jumlah Pelanggan tahun 2018-2028
daya terpakai untuk pelanggan sosial, rumah tangga, Sebelum melakukan perhitungan terlebih dahulu
bisnis, industri dan pemerintah di Kota Makassar mulai membuat tabel bantu dari data tabel daya
tahun 2012-2016 maka dengan demikian dapat dicari terpasang.Berikut adalah tabel variabel bebas untuk
model peramalan terbaik yang akan digunakan dalam menghitung prakiraan kebutuhan daya listrik di masa yang
mengestimasi jumlah daya listrik terpasang dan terpakai akan datang dimana X1 adalah periode (bulan) dan X2
tahun 2018-2028. Sebelum menentukan metode adalah jumlah pelanggan yang telah diprediksi
peramalan, perlu adanya uji statistik dalam hal ini analisis sebelumnya menggunakan metode regresi linier sederhana
regresi guna mengetahui adanya hubungan antara jumlah
53
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Tabel 5. Variabel bebas untuk prakiraan kebutuhan daya listrik tahun 2018-2028
!!! !! ! ! ( !! !! )( !! !) 5784808067832320
b! == (5) b! =
= 1251
!!! !!! ! ( !! !! )!
4623252952685
b! Menghitung nilai a dengan rumus :
8151954384936720000000 − 8151428578860460000000 ! = ! − !! !! − !! !! (7)
=
2344439292958710 − 2339816040006020 ! = 564089408 − 113731 31 − 1251 578118
525806076255273000
b! = = 113731 ! = −162744627
4623252952685 Dengan menggunakan persamaan di atas,
Menghitung nilai b2 dengan rumus :
penulis dapat memprakirakan kebutuhan daya listrik di
!!! ( !! !)! ( !! !! )( !! !)
b! = (6) Kota Makassar 10 tahun kedepan dengan memasukkan
!!! !!! ! ( !! !! )!
nilai Tabel 5 ke dalam persamaan.
b!
3032457491916890000 − 3026672683849050000 Untuk bulan desember tahun 2025 :
= ! = −162744627 + 113731 168 + 1251(947726)
2344439292958710 − 2339816040006020
54
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
55
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Angin dan cahaya matahari merupakan sumber daya alam yang melimpah dan dapat diubah menjadi energi listrik.
Akan tetapi masalah yang dihadapai apabila ingin mengkonversi energi ini adalah ketidak stabilan energi yang dihasilkan
tergantung dari intensitas cahaya matahari dan energi angin. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dibuatlah suatu
sistem hibrida yang menggabungkan pembangkit dari sumber yang berbeda. Sehingga nantinya diharapkan energi yang
dihasilkan dapat saling melengkapi apabila salah satu tegangan tidak dapat bekerja karena keterbatasan sumber energinya.
Dalam penelitian ini pembangkit yang diaplikasikan adalah pembangkit surya dan pembangkit angin. Penggabungan
pembangkit ini menggunakan sebuah konverter dimana tegangan DC dari panel surya akan di ubah menjadi tegangan AC 3
phasa, sehingga nantinya tegangan yang dihasilkan akan masuk ke trafo untuk distep up 20 Kv sehingga dapat masuk ke
jaringan distribusi. Untuk lebih memudahkan dalam design pembangkit hibrida ini peneliti menggunakan software
simulink matlab untuk memodelkan panel surya dan pembangkit energi angin serta konverternya. Dari pengujian yang
telah dilakukan terdapat harmonisa yang disebabkan oleh konverter, hal ini dikarenakan proses switching dari IGBT yang
berimbas pada munculnya noise dan rugi-rugi daya.
Keywords: simulasi, panel sel surya, energi angin, konverter,hybrid, Simulink Matlab, grid 20 kVA
56
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
57
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
memanfaatkan energi angin yang rendah emisi karbon. Idealnya, daya output turbin angin dipengaruhi oleh
Pembangkit Listrik Tenaga Angin adalah suatu teknologi V1 dan A2. Sehingga persamaan menjadi
pembangkit listrik yang mengubah potensi energi angin ! ! ! ! !"
menjadi energi listrik. !!,!"#$% = !! !
! ! !
!!! = !! !
!" !
!!!
!"
1. Prinsip Kerja Pembangkit Energi Angin Dimana nilai dari = 0,593 disebut Betz Coefficient.
!"
Prinsip kerja dari pembangkit ini adalah mengubah Keterangan :
energi angin menjadi energi mekanik. Selanjutnya, energi
V1 : kecepatan angin pada titik 1 (m/s)
mekanik diubah menjadi energi listrik dengan
menggunakan generator. V2 : kecepatan angin pada titik 2 (m/s)
Saat angin melewati blade yang mengakibatkan turbin V3 : kecepatan angin pada titik 3 (m/s)
angin berputar dengan kecepatan tertentu maka munculah V4 : kecepatan angin pada titik 4 (m/s)
energi mekanik (daya poros). Karena putaran turbin tidak A1 : luas penampang pada titik 1 (m2)
teralu cepat (low speed) yang disebabkan besarnya ukuran
turbin, maka poros turbin dihubungkan dengan roda gigi A2 : luas penampang pada titik 2 (m2)
(gearbox). roda gigi mengubah laju putar menjadi lebih A3 : luas penampang pada titik 3 (m2)
cepat (high speed), konsekuensinya momen gaya menjadi A4 : luas penampang pada titik 4 (m2)
lebih kecil. Selanjutnya, putaran poros turbin b) Daya turbin angina secara real
menggerakkan rotor generator. Rotor berputar di medan
magnet menimbulkan gaya gerak listrik dari generator. Untuk implementasinya, daya output turbin angin atau
Energi listrik dari pembangkit dapat langsung dikonsumsi Pm dinyatakan dengan persamaan berikut
oleh beban atau ditransmisikan ke jaringan listrik utama !
!! = !! !
!"! !
(grid) dan didistribusikan ke pelanggan.
Ekstraksi energi angin oleh turbin ditentukan oleh !! !!!"! !
!! =
koefisien Cp (maksimum 59%, 35% untuk desain bagus), !!
efisiensi transmisi roda gigi dan bearings (Nb, bisa Secara umum, nilai Cp sebagai fungsi tip speed ratio
mencapai 95%, dan efisiensi generator (Ng , ~80%), (λ) dan sudut pitch blade (β). Nilai CP dan tip speed ratio
Sehingga, efisiensi total dari Pembangkit Listrik Tenaga (λ). Dapat dinyatakan dengan
Angin dipengaruhi oleh Cp, Nb dan Ng . !!!
!!
2. Model matematika turbin angin. !! = ! ∙ ! = !! !!
− !! ! − !! ! !! + !! !
Daya turbin angin dapat dinyatakan pada kondisi ideal 1 1 0,035
dan secara riil. Persamaan matematik turbin angin ideal = −
!! ! + 0,08! ! ! + 1
turbin didasarkan pada hukum bernoulli. Untuk !! !
aplikasinya, daya turbin dinyatakan dengan persamaan. !=
Untuk menjelaskan daya turbin angin secara ideal dan riil !
sebagai berikut. Sehingga daya turbin dan torsi adalah
!!!
a) Daya turbin angina ideal !! =
!
!"! ! ! ! !!
!!
− !! ! − !! ! !!
+ !!
!! !
! !! !
Berikut ilustrasi angin yang mengalir pada turbin. !!!
!!
!! !!
− !! ! − !! ! !!
+ !! !!!! !
!
!"! !
!! =
!!
2!
!! = ! = ! !"# !
60
!∙!
!= !"# !
30
Gambar 3. Ilustrasi angina pada turbin Besarnya koefisien !1 sampai !6
Dari gambar di atas di dapatkan persamaan. C1 = 0,5176 C4 = 5
!! = !! = !!!
! C2 = 116 C5 = 21
! C3 = 0,4 C6 = 0,0068
!! = !!!
Keterangan :
!
!! = !! = !!! Cp : power coefficient
!! = 3!! V : kecepatan angin (m/s)
Daya mekanik turbin angin. Tr : torsi turbin angin (Nm)
! ! ! ωR : kecepatan rotasi turbin angin (rad/s)
!!,!"#$% = !! − !! = ! ! !! !!! − !! !!! = !! ! !!
! ! !
n : putaran poros kincir (rpm)
58
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
59
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
A. Pengujian pembangkit tenaga surya, pembangkit Dari pengujian yang dilakukan, didapatkan hasil
tenaga angin dan hybrid berupa tegangan 3 phasa
1. Pembangkit listrik tenaga surya
60
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
61
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstract
Energi angin merupakan energi terbarukan yang sangat masih digunakan saat ini dengan presentase
koneksi ke jaringan listrik yang sangat signifikan. Meskipun demikian, penelitian tentang koneksi grid turbin
angin masih tetap perlu dilakukan terutama dalam hal desain dan teknologi untuk mendukung pengoperasian
turbin mengacu pada karakteristik angin yang sangat bergantung pada kondisi geografis wilayah. Dalam hal ini,
untuk memahami prinsip kerja dari PLTB serta kinerja sebuah turbin, maka diperlukan suatu pemodelan dan
simulasi.Adapun yang perlu di pahami yaitu pengaruh kecepatan angin terhadap daya output generator. Dalam
penelitian ini digunakan Wind Turbine Model pada Matlab/Simulink yang menggambarkan secara utuh proses
kerja turbin angin. Prinsip Kerja Turbin Angin Prinsip kerja dari turbin angin cukup sederhana yaitu energi
angin yang memutar blade dari turbin angin, kemudian diteruskan untuk memutar rotor pada generator,
sehingga akan menghasilkan energi listrik. Dalam hal ini tegangan AC yang dihasilkan oleh generator akan di
konversikan menjadi tegangan DC untuk selanjutnya dihubungkan pada DC Bus beban.Hasil penelitian ini
menunjukkan pengaruh kecepatan angin terhadap tegangan dan daya listrik keluaran dengan tingkat efisiensi
yang tinggi. Pengetesan model simulasi akan dibuktikan dengan memastikan bahwa hasil simulasi bernilai tidak
jauh beda dengan daya yang tertera di lapangan.
62
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
konversi energi dan menggunakan sumber angin Generator ini dapat mengubah
daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin. energi gerak menjadi energi listrik. Prinsip
Walaupun sampai saat ini pembangunan turbin kerjanya dapat dipelajari dengan
angin masih belum dapat menyaingi menggunakan teori medan
pembangkit listrik konvensional (Contoh: elektromagnetik.
PLTD,PLTU,dll), turbin angin masih lebih Singkatnya, (mengacu pada salah
dikembangkan oleh para ilmuwan karena satu cara kerja generator) poros pada
dalam waktu dekat manusia akan dihadapkan generator dipasang dengan material
dengan masalah kekurangan sumber daya alam ferromagnetik permanen. Setelah itu
tak terbaharui.(Contoh : batubara, minyak disekeliling poros terdapat stator yang
bumi) sebagai bahan dasar untuk bentuk fisisnya adalah kumparan-
membangkitkan listrik. kumparan kawat yang membentuk loop.
Perhitungan daya yang dapat dihasilkan oleh Ketika poros generator mulai berputar
sebuah turbin angin dengan diameter kipas r maka akan terjadi perubahan fluks pada
adalah stator yang akhirnya karena terjadi
! perubahan fluks ini akan dihasilkan
! = !"! ! ! ! (3)
!
tegangan dan arus listrik tertentu.
Dimana :
Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan
ρ : kerapatan angin pada waktu tertentu
ini disalurkan melalui kabel jaringan
υ : kecepatan angin pada waktu tertentu
listrik untuk akhirnya digunakan oleh
R : jari-jari rotor
masyarakat. Tegangan dan arus listrik
Dikalikan dengan 0,2 atau 0,3 untuk yang dihasilkan oleh generator ini berupa
mendapatkan hasil yang cukup eksak. Prinsip AC(alternating current) yang memiliki
dasar kerja dari turbin angin adalah mengubah bentuk gelombang kurang lebih
energi mekanis dari angin menjadi energi putar sinusoidal.
pada kincir, lalu putaran kincir digunakan 4. Penyimpan energy
untuk memutar generator, yang akhirnya akan Karena keterbatasan adanya
menghasilkan listrik. ketersediaan akan energi angin (tidak
sepanjang hari angin akan selalu tersedia)
Sebenarnya prosesnya tidak semudah itu,
maka ketersediaan listrik pun tidak
karena terdapat berbagai macam sub-sistem
menentu. Oleh karena itu digunakan alat
yang dapat meningkatkan safety dan efisiensi
penyimpan energi yang berfungsi sebagai
dari turbin angin, yaitu :
back-up energi listrik. Ketika beban
1. Gearbox penggunaan daya listrik masyarakat
Alat ini berfungsi untuk mengubah meningkat atau ketika kecepatan angin
putaran rendah pada kincir menjadi suatu daerah sedang menurun, maka
putaran tinggi. Biasanya Gearbox yang kebutuhan permintaan akan daya listrik
digunakan sekitar 1:60. tidak dapat terpenuhi.
2. Brake System Oleh karena itu kita perlu
menyimpan sebagian energi yang
Digunakan untuk menjaga
dihasilkan ketika terjadi kelebihan daya
putaran pada poros setelah gearbox agar
pada saat turbin angin berputar kencang
bekerja pada titik aman saat terdapat angin
atau saat penggunaan daya pada
yang besar. Alat ini perlu dipasang karena
masyarakat menurun. Penyimpanan energi
generator memiliki titik kerja aman dalam
ini diakomodasi dengan menggunakan alat
pengoperasiannya. Generator ini akan
penyimpan energi. Contoh sederhana yang
menghasilkan energi listrik maksimal pada
dapat dijadikan referensi sebagai alat
saat bekerja pada titik kerja yang telah
penyimpan energi listrik adalah aki mobil.
ditentukan. Kehadiran angin di luar
Aki mobil memiliki kapasitas
duguaan akan menyebabkan putaran yang
penyimpanan energi yang cukup besar.
cukup cepat pada poros generator,
Aki 12 volt, 65 Ah dapat dipakai untuk
sehingga jika tidak di atasi maka putaran
mencatu rumah tangga (kurang lebih)
ini dapat merusak generator. Dampak dari
selama 0.5 jam pada daya 780 watt.
kerusakan akibat putaran berlebih
Kendala dalam menggunakan alat ini
diantaranya : overheat, rotor breakdown,
adalah alat ini memerlukan catu daya DC
kawat pada generator putus karena tidak
(Direct Current) untuk meng-
dapat menahan arus yang cukup besar.
charge/mengisi energi, sedangkan dari
3. Generator generator dihasilkan catu daya AC
Ini adalah salah satu komponen (Alternating Current). Oleh karena itu
terpenting dalam pembuatan sistem turbin diperlukan rectifier-inverter untuk
63
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
64
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
65
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
- Hasil akhir grafik yaitu output daya aktif Turbin diperoleh tidak memiliki perbedaan yang signifikan
angin sebesar 2,636 MW. dengan data di lapangan.
V. KESIMPULAN
66
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kestabilan frekuensi dan tegangan terhadap sistem saat diberi beban dan
berapa waktu yang diperlukan sistem untuk kembali stabil ketika mengalami perubahan beban yang menyebabkan
terjadinya fluktuasi frekuensi dan tegangan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganalisis hasil simulasi
pengendali Load Frequency Control (LFC) dan Automatic Voltages Regulator (AVR) pada Simulink Matlab untuk
mensimulasikan pengaruh perubahan beban terhadap keluaran frekuensi dan tegangan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sistem yang mengalami perubahan beban yang semakin tinggi akan membuat fluktuasi frekuensi mengalami
penurunan yang besar dan waktu yang diperlukan sistem untuk mencapai kestabilan cenderung konstan. Hasil penelitian
yang diperoleh yaitu nilai keluaran frekuensi adalah antara 45 – 46 Hz pada kondisi perubahan beban 10% dan 15% diatas
beban normal serta 10% dan 15% dibawah beban normal dari nilai frekuensi standar 50 Hz.dan waktu yang dibutuhkan
sistem untuk kembali stabil saat terjadi gangguan adalah konstan pada waktu 10 s.
Keywords: Transient, Fluktuasi frekuensi dan tegangan, (LFC) Load Frequency Control, (AVR) Automatic Voltages
Regulator.
67
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Seperti mesin listrik lainnya, alternator juga bekerja keluaran dari exciter ini akan berubah-ubah tergantung
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Apabila dengan tegangan keluaran dari generator yang dibebani[4].
rotor alternator diputar pada kecepatan konstan, fluks
magnetik yang dihasilkan arus eksitasi pada belitan medan
rotor menginduksikan tegangan pada belitan jangkar
stator. Tegangan induksi stator ini meningkat secara linier
sesuai dengan peningkatan arus eksitasi hingga terjadi
saturasi (kejenuhan) pada inti rotor. Apabila terminal
stator dihubungkan dengan beban, akan mengalir arus
pada belitan jangkar stator, dan terjadilah transfer daya
listrik dari alternator ke beban.
68
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
∆f = ∆ω!! ∗ 50
∆f = −0.075 ∗ 50
∆f = −3.75 Hz
f = 50 + ∆f
f = 50 − 3.75
f = 46.25 Hz
3. Menghitung nilai maksimum overshoot dan settling
time.
Frekuensi : 10 s
Tegangan : 10 s
69
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Tabel 2. Nilai Overrshoot dan Settling time Terhadap Perubahan Generator PLTA Cirata Unit 2. Semarang: Jurusan
Beban Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Frekuensi Tegangan Diponegoro.
Beban [4] Ponggawa, V. (2010). Studi Stabilitas Transient
(p.u) Overshoot Settling Overshoot Settling
Generator Sinkron. Makassar: Program Pasca
(%) time (s) (%) time (s) Sarjana Universitas Hasanuddin.
1.562 49.00 10 49.00 10
1.718 49.83 10 49.00 10
1.796 49.80 10 49.09 10
1.327 49.52 10 49.05 10
1.405 49.00 10 49.20 10
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil simulasi dan pembahasan pada
bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Nilai keluaran frekuensi adalah antara 45 – 46 Hz
pada kondisi perubahan beban 10% dan 15% diatas
beban normal serta 10% dan 15% dibawah beban
normal darri nilai frekuensi standar 50 Hz.
2. Waktu yang dibutuhkan sistem untuk kembali stabil
saat terjadi gangguan adalah konstan pada waktu 10 s,
dimana perubahan respon sistemnya dapat dilihat
antara 160s dan 170s pada setiap kondisi
pembebanan.
REFERENSI
[1] Cekdin, C. (2007). Sistem Tenaga Listrik.
Palembang: ANDI.
[2] Syarifuddin. (2013). Mesin Arus Bolak-Balik.
Makassar: PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK
NEGERI UJUNG PANDANG .
[3] Dini Yasa Istiqomah, A. T. (2014). Analisa Indeks
Kekuatan Sistem Untuk Penggunaan Load Frequency
Control (LFC) pada fungsi SCADA di PT. PLN
(Persero) P3B JB dengan Mengamati Respon Daya
70
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Pembangkit listrik tenaga uap batu bara menghasilkan abu dari pembakaran di boiler yang keluar melalui
cerobong asap yang bercampur dengan udara. Abu dari pembakaran batubara dalam boiler menghasilkan abu terbang yang
dapat menjadi sumber pencemar udara. Maka dari itu diperlukan alat untuk menangkap abu hasil pembakaran tersebut agar
tidak mencemari udara yaitu dengan menggunakan electrostatic precipitator (ESP). Skripsi ini bertujuan untuk
menjelaskan bagaimana penerapan cara kerja ESP pada PT. Makassar Tene, mengetahui indeks maksimum yang biasa
keluar melalui cerobong asap dan meminimalisir abu yang keluar. Sehingga mampu meningkatkan kinerja ESP
berdasarkan besarnya tegangan yang digunakan untuk perubahan emisi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan bahwa
semakin besar emisi ke dalam ESP, semakin besar tegangan yang diperluka, yang merupakan tegangan maksimum aktual
76 kV dan emisi maksimum yang masuk (30 mg / Nm3), serta efisiensi ESP juga dipengaruhi oleh tegangan yang
dihasilkan, semakin besar tegangan yang dihasilkan maka efisiensi akan meningkat
71
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Gambar 2. Batu bara: (1) Lignite, (2) Bitumen, dan (3) Antrasit
(Sumber data : http://4.bp.blogspot.com)
Gambar
Gasifikasi batubara adalah sebuah proses untuk 4 Sistem Electrostatic Precipitator (ESP)
mengubah batubara padat menjadi gas batubara yang (sumber : www.flowvision-energy.com)
mudah terbakar (combustible gases), setelah proses
pemurnian gas-gas karbon monoksida (CO), karbon
dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen
(N2) akhirnya dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Hanya menggunakan udara dan uap air sebagai reacting
gas kemudian menghasilkan water gas atau coal gas,
gasifikasi secara nyata mempunyai tingkat emisi udara
ataupun abu hasil pembakaran.
C. Abu
Abu adalah material padat yang tersisa setelah
terjadinya proses pembakaran. Dalam jumlah banyak, abu Gambar 5. Bagian-Bagian dari Electrostatic Precipitator (ESP)
menjadi salah satu polutan yang sangat berbahaya jika (sumber : http://www.tapc.com)
bercampur dengan atmosfer. Salah satu penghasil polusi
abu yang cukup tinggi adalah boiler. Setiap boiler yang Cara kerja dari electrostatic precipitator (ESP) adalah:
menggunakan bahan bakar fosil (kecuali gas alam) pasti melewatkan gas buang (flue gas) melalui suatu medan
menghasilkan emisi abu. Bahan bakar fosil yang paling listrik yang terbentuk antara discharge electrode dengan
banyak mengandung abu adalah batubara. Kandungan abu plat pengumpul, flue gas yang mengandung butiran debu
di dalam batubara berkisar antara 5-30% tergantung dari pada awalnya bermuatan netral dan pada saat melewati
jenisnya serta proses penambangannya. Berikut abu yang medan listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi
terlihat melaui mikrosko sebagai berikutp sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan negatif
(-). Partikel debu yang sekarang bermuatan negatif (-)
kemudian menempel pada pelat-pelat pengumpul
(collector plate), lihat gambar 4. Debu yang dikumpulkan
di pelat pengumpul dipindahkan kembali secara periodik
dari pelat pengumpul melalui suatu getaran (rapping).
Debu ini kemudian jatuh ke bak penampung (ash hopper),
lihat gambar 1 dan 2, dan ditransport (dipindahkan) ke fly
ash silo dengan cara di vacum atau dihembuskan.dan
beban statis (lumped load).
E. Komponen Electrostatic Precipitator (ESP)
1. Screen Inlet
Gambar 3 Abu yang dihasilkan dari Boiler Screen Inlet digunakan untuk menyaring debu yang
(sumber : http://www.tapc.com) masuk dari hasil pembakaran oleh boiler.
2. Penangkap Debu
Adapun ambang batas gas buang yang ditetapkan oleh Di dalam ESP terdapat dua jenis elektroda, yaitu
standar BAPEDAL adalah sebesar 230 mg/Nm3. discharge electrode yang bermuatan negatif (-) dan
D. Electrostatic Precipitator (ESP) collecting electrode yang bermuatan positif (+).
Electrostatic Precipitator (ESP) adalah salah satu a. Discharger Electrode
alternatif penangkap debu dengan effisiensi tinggi Discharge Electrode berfungsi untuk mengionisasi
(mencapai diatas 90%) dan rentang partikel yang didapat partikel debu sehingga partikel debu bermuatan
cukup besar. Dengan menggunakan ESP ini, jumlah negatif.
limbah debu yang keluar dari cerobong diharapkan hanya b. Collecting Electrode
sekitar 0,48 % (efektifitas penangkapan debu mencapai Colecting electrode berfungsi untuk menangkap
99,52%), ukuran partikel debu terkecil yang diperoleh < 2 partikel abu yang bermuatan negatif. Colecting
µ. Hasil pembakaran di ruang bakar tersebut mengandung electrode terbuat dari pelat baja dan dipasang sejajar.
72
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
73
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
2 20 14,42 5,58
Pengumpulan Data :
· Spesifikasi ESP
3 5,58 1,27 4,31
·
·
Jumlah Emisi Hasil
Pembakaran di Boiler
Tegangan dan Arus pada ESP
(Sumber data : Power Plant PT. Makassar Tene)
Pengolahan Data :
· Perhitungan Efisiensi ESP
Tabel 3. Tegangan dan Arus Setting
·
·
Abu yang tertangkap resistansi Partikel
Kecepatan Migrasi Partikel Field Tegangan Arus
(kV) (mA)
TIDAK
ESP 1 100 400
Analisis data untuk mengefisiensi
2 100 400
penggunaan ESP dan menentukan
solusi untuk meminimalisir
YA
3 100 400
KESIMPULAN
(Sumber data : Power Plant PT. Makassar Tene)
SELESAI
Tabel 4. Tegangan dan Arus Aktual
Tegangan (KV) Arus (mA)
Gambar 6 Flowchart Penelitian
Field
MIN MAX MIN MAX
C. Metode Pengumpulan Data ESP 1 73,1 84,67 16,08 126,67
Metode pengumpulan data yang dilakukan pada
2 62,14 72,3 18,17 139,33
penelitian ini adalah sebagai berikut :
3 56 65,59 17,5 148,46
1. Survei adalah melakukan kunjungan atau
Rata-Rata 64 76 17 138
pengamatan langsung pada Power Plant PT.
(Sumber data : Power Plant PT. Makassar Tene)
Makassar Tene.
2. Wawancara Yaitu metode pengumpulan data Tabel 5. Spesifikasi ESP
yang dilakukan dengan mengadakan tatap No. Spesifikasi ESP Satuan
muka atau wawancara secara langsung. 1 Diameter (d) 0,15 m
3. Studi Literatur adalah suatu kegiatan yang 2 Permttivity (K0) 8,85 x 10
-12
Dalam penelitian ini metode analisis data yang 8 Bilangan napier (e) 2,718
digunakan adalah analisis deskriptif dengan perhitungan (Sumber data : Power Plant PT. Makassar Tene)
berdasarkan teori.
Tabel 6. Partikulat Minimum dan maksimum yang keluar
3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN No Partikulat (mg/m )
A. Electrostatic Precipitator (ESP) Minimum Maksimum
Electrostatic Precipitator (ESP) adalah salah satu 1 2,78 10
alternatif penangkap debu dengan efisiensi tinggi (Sumber data : Safety room PT. Makassar Tene)
(mencapai 90%) dan rentang partikel yang cukup besar.
Dengan menggunakan ESP ini, jumlah limbah abu yang C. Penerapan Cara Kerja ESP
keluar dicerobong diharapkan hanya sekitar 0,48 % Pada umumnya prinsip kerja electrostatic
(efektifitas penangkapan debu mencapai 99,52%). precipitator (ESP) itu sama yaitu untuk menangkap debu
B. Data Penelitian hasil pembakaran yang berpotensi merusak lingkungan. Di
Berdasarkan data yang didapat melalui hasil survei pada PT. Makassar Tene memiliki pembangkit sendiri yaitu
power plant PT. Makassar Tene adalah : PLTU yang bahan baku nya menggunakan batu bara
dimana hasil pembakarannya keluar melalui cerobong .
Tabel 1. Jumlah Emisi Minimum
Field Abu (Kg/s) D. Menghitung Kuat Medan Listrik dan Kecepatan
Masuk Tertangkap Terlepas Migrasi Partikel berdasarkan Kondisi Aktual
ESP 1 106,48 95,73 10,75 Adapun untuk mendapatkan besar kuat medan
2 10,75 4,81 5,94 listriknya menggunakan persamaan 1 dan 2 yaitu :
3 5,94 3,16 2,78 1. Besar kuat medan listrik pada saat emisi
minimum :
(Sumber data : Power Plant PT. Makassar Tene) ! !"
E= = = 427 kV/m
! !,!"
74
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
2. Besar kuat medan listrik pada saat emisi efisiensi desain dan efisiensi aktual terjadi perbedaan
maksimum : dimana efisiensi desain baik minimum ataupun maksimum
! !" nilai efisensi tegangannya yaitu 99,52%.
E= = = 507 kV/m
! !,!"
Jadi, besar kuat medan listrik rata-rata, yaitu :
!"# !!"#
Erata-rata = = 467 kV/m
!
Sehingga, kecepatan migrasi partikel aktual pada
ESP didapatkan dengan menggunakan persamaan 3 yaitu :
!!! !! !
! !!
ω=
!"
=
(!,!" ! !"!!" ) (!"#$#% ! !"! )
=
!,! ! !"!!
!"#$$%&,!" ! !"!!" Gambar 8 Grafik Abu Masuk, Tertangkap, Terlepas terhadap
= Tegangan
!,! ! !"!!
= 0,036 m/s
Dari hasil perhitungan untuk kecepatan migrasi partikel Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin besar
pada kondisi aktual ESP di PT.Makassar Tene mengalami tegangan maka semakin besar pula jumlah abu atau emisi
penurunan yang disebabkan oleh peralatan yang sudah yang tertangkap oleh ESP. Dan dari tegangan inilah yang
lama dan terjadi korosi pada plat-plat seperti collecting mempengaruhi efisiensi ESP. Berdasarkan grafik diatas
electrode. Dan adanya gesekan rapping yang sebanyak 2,78 g/s campuran abu/emisi, gas buang
mengakibatkan palu atau pemukul kurang maksimal partikulet dan dari 2,78 g/s tersebut gas buang partikulet
bekerja. maksimum yang terlepas ke udara adalah 10 mg/Nm3 yang
E. Menghitung Efisiensi ESP merupakan hasil pengujian oleh Safety room di PT.
Adapun cara untuk mengetahui efisiensi dari ESP Makassar Tene. Artinya indeks gas maksimum yang
dapat diketahui dengan menggunakan persamaan Deutsch- keluar dari cerobong sesuai dengan batas ambang oleh
Anderson, yaitu : kep13/MENLH/3/1995+attachment
!" IIB/kep205/BAPEDAL/07/1996) yaitu sebesar 230
η = 1 – e-( )
!
!,!"# ! !!""#)
mg/Nm3.
= 1 – 2,718-( V PENUTUP
!"#,!
= 1 – 2,718-(2,31) A. Kesimpulan
= 1 – 0,0992 Berdasarkan hasil analaisis yang telah dilakukan maka
= 0,9008 ditarik kesimpulan sebagai berikut :
η = 90,08 % 1. Penerapan cara kerja ESP PLTU PT. Makassar
Tene, tegangan keluaran yang dihasilkan adalah
F. Analisis Jumlah maksimum abu yang tertangkap oleh kurang lebih 60 kV dialirkan ke discharge
ESP electrode sehingga debu yang bermuatan negatif
Dari data yang didapatkan di Power Plant PT. akan ditangkap oleh collecting electrode, abu
Makassar Tene bahwa abu batubara yang masuk adalah yang ditangkap akan dijatuhkan dengan
Tabel 1 Jumlah Emisi Minimum didapatkan efisiensi menggunakan rapping akan ditampung
minimum yaitu 95,54% dan Tabel 2 Jumlah Emisi dipenampungan awal . Ketika penampungan
Maksimum diatas didapatkan efisiensi sebesar 98,1%. awal penuh, gate valve yang dikendalikan oleh
G. Hubungan Efisiensi terhadap Tegangan motor akan terbuka kurang lebih/30 detik dan
Setelah melakukan pengambilan dan analisis akan kembali tertutup apabila penampungan awal
data, maka dibuat grafik perbandingan efisiensi terhadap sudah kosong. Pada saat debu jatuh dari
tegangan dan emisi terhadap tegangan, adalah : penampungan awal kompresor dengan pressure
tinggi akan menyemprot debu ke tempat
penampungan akhir (bunker).
2. Besar indeks maksimum partikulat yang keluar
melalui cerobong asap PLTU PT. Makassar Tene
yaitu sebesar 10 mg/Nm3 dengan tegangan
keluaran maksimum 76 kV dengan ambang batas
sebesar 230 mg/Nm3. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa partikulat yang keluar jauh dari
Gambar 7. Grafik Hunbungan Efisiensi ESP terhadap Tegangan ambang batas yang artinya ESP di PT. Makassar
Tene efisien dengan tegangan keluaran optimum
Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa 76 kV.
tegangan efisiensi aktual minimum dan tegangan aktual 3. Efisiensi ESP tergantung pada tegangan yang
maksimum (rata-rata) adalah 96,8%. Jadi dapat diketahui dibangkitkan semakin besar tegangan maka
bahwa semakin besar tegangan maka akan semakin efisiensi akan naik yang berarti gas yang keluar
mempengaruhi besarnya efisiensi. Tapi dilihat dari melalui cerobong asap sedikit.
75
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
REFERENSI
76
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Daya listrik akan selalu menuju ke beban, sehingga disebut aliran daya atau aliran beban. Aliran daya, yaitu
penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya aktif, daya reaktif, faktor daya yang terdapat pada setiap simpul atau bus
suatu sistem tenaga listrik. Hal itu dianggap perlu dalam melakukan perhitungan aliran daya untuk mendapatkan data dan
informasi yang berguna dalam merencanakan perluasan sistem tenaga listrik dan dalam menentukan operasi terbaik untuk
jaringan sistem kelistrikan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kondisi aliran daya, rugi-rugi daya (losses) pada
saluran transmisi serta jatuh tegangan pada setiap bus sistem kelistrikan PT. Makassar Tene. Dalam penelitian ini
digunakan software ETAP Power Station 12.6.0 dengan metode Newton-Raphson untuk mempermudah dalam perhitungan
aliran daya. Dari hasil simulasi didapatkan pada swing bus, nilai daya aktif (P) sebesar 7,618 MW, daya reaktif (Q) sebesar
1,288 MVAR, dan daya semu (S) sebesar 7,726 MVA. Dan besar rugi daya untuk daya aktif sebesar 0,124 MW dan untuk
daya reaktif sebesar 1,426 MVAR. Serta besar nilai tegangan jauh dibawah persyaratan yang ditetapkan, yaitu drop
tegangan maksimum (kritis) mempunyai nilai ± 5% dari tegangan nominal.
Keywords: Aliran Daya, Software ETAP Power Station 12.6.0, Metode Newton-Raphson.
77
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
78
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Pada sistem yang terdiri n bus, persamaan untuk IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
penyelesaian aliran daya sebanyak (n-1), yang dalam 4.1 Studi Kasus Sistem Kelistrikan PT. Makassar
matriks dapat dinyatakan dalam bentuk: Tene
∆𝑃1 ∆𝑃1 Untuk memenuhi kebutuhan daya PT. Makassar
⋮
𝜕𝑃1 𝜕𝑃1
⋮ 𝜕𝑃1 𝜕𝑃1 Tene dalam melakukan produksi secara berkelanjutan
∆𝑃𝑛−1 ∂Ф1 ∂Фn-1 ⋮ ∂V1 ∂Vn-1 ∆𝑃𝑛−1 diperlukan daya listrik yang memadai, agar proses
∂Pn-1 ∂Pn-1 ⋮ ∂Pn-1 ∂Pn-1 produksi terus mengalami peningkatan dan mutu kualitas
⋯ ∂Ф1 ∂Фn-1 ∂V1 ∂Vn-1 ⋯ produknya.
= ____________ ⋮ ____________
𝜕𝑄1 𝜕𝑄1 ⋮ 𝜕𝑄1 𝜕𝑄1
∆𝑄1 ∂V1 ∂Vn-1 ⋮ ∂V1 ∂Vn-1 ∆𝑄1 4.2 Justifikasi Metode Sistem Aliran Daya
∂Q n-1 ∂Q n-1 ⋮ ∂Q n-1 ∂Q n-1
∆𝑄𝑛−1 ∂Ф ∂Фn-1 ⋮ ∂V1 ∂Vn-1 ∆𝑄𝑛−1 Pada bagian ini saya akan mengvalidasi sistem aliran
[ ] [ 1 ⋮ ] [ ] daya dengan membandingkan hasil yang diperoleh melalui
sistem manual dengan software ETAP Power
Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi: Station12.6.0. Hal ini dilakukan untuk menjustifikasi
metode yang saya gunakan dalam perhitungan aliran daya.
∆𝑃 𝐽 𝐽2 ∆Ф Untuk memudahkan, maka sistem aliran yang saya
[ ] = [1 ][ ] validasi adalah 4 busbar. Berikut Single Line Diagram
∆𝑄 𝐽3 𝐽4 ∆𝑉
Atau, Sistem 4 Bus PT. Makassar Tene:
∆Ф 𝐽 𝐽2 −1 ∆𝑃
[ ] = [1 ] [ ]
∆𝑉 𝐽3 𝐽4 ∆𝑄
Keterangan :
ΔP dan ΔQ : Selisih daya aktif dan daya reaktif antara
nilai yang diketahui dan nilai yang dihitung.
ΔV dan ΔF : Selisih tegangan bus dan sudut fasa
J1, J2, J3, dan J4 disebut sub matriks Jacobian dari matriks
Jacobian J.
MULAI
PENGUMPULAN DATA :
OBSERVASI
WAWANCARA
DOKUMENTASI
III. METODE PENELITIAN Tabel 2. Hasil Perhitungan Manual Aliran Daya 4 Bus
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pembangkitan Aliran Daya
Daya Daya Daya Daya Tegangan
Penelitian ini dilaksanakan di PT Makassar Tene. Di Bus
Aktif Reaktif Aktif Reaktif V
tempat ini penulis mengambil acuan sebagai sumber data (MW) (Mvar) (MW) (Mvar)
penelitian selama 4 bulan yang dilakukan pada bulan April 1 54 279 - - 10500
s/d Agustus 2018. 2 - - - - 10500
3 - - 57,3 196,2 400
3.2 Prosedur Penelitian 4 - - 11,9 113,1 400
Berikut mengenai urutan dalam prosedur penelitian:
79
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
4.1 Hasil Simulasi Aliran Daya Sistem Kelistrikan PT. Makassar Tene
Berikut gambar single line diagram hasil simulasi aliran daya sistem kelistrikan PT. Makassar Tene sebagai berikut:
Gambar 3. Single Line Diagram Hasil Simulasi Aliran Daya Sistem Kelistrikan PT. Makassar Tene
80
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Dari hasil simulasi aliran daya menggunakan software perhitungan rugi-rugi daya saluran transmisi PT. Makassar
ETAP Power Station 12.6.0, dapat dilihat besar nilai daya Tene:
aktif dan daya reaktif pada PT. Makassar Tene sebagai
berikut: Tabel 4. Hasil Perhitungan Rugi-rugi Daya Saluran Transmisi
PT. Makassar Tene
Tabel 3. Hasil Simulasi Aliran Daya menggunakan ETAP Power Saluran Rugi-rugi Daya
Station 12.6.0 Dari Bus Ke Bus (MW)
Saluran Aliran Daya
Arus PF Bus 1 Bus 66 0,00000
Daya Daya
Dari Ke Bus 1 Bus 5 0,00000
Aktif Reaktif (Amp) (%)
Bus Bus
(MW) (Mvar) Bus 5 Bus 7 0,00001
Bus 1 Bus66 0,352 0,025 19,4 99,8 Bus 5 Bus 37 0,00000
Bus 1 Bus 5 2,187 0,404 122,3 98,3 Bus 7 Bus 48 0,00000
Bus 5 Bus 7 5,035 1,258 393,0 98,3 Bus 7 Bus 49 0,00000
Bus 5 Bus 37 0,230 0,003 12,7 100,0
Bus 7 Bus 50 0,00000
Bus 7 Bus 48 1,220 0,259 68,6 97,8
Bus 7 Bus 49 1,458 0,201 81,0 99,1 Bus 7 Bus 51 0,00000
Bus 7 Bus 50 1,390 0,230 77,5 98,7 Bus 7 Bus 52 0,00000
Bus 7 Bus 51 1,390 0,230 77,5 98,7 Bus 11 Bus 12 0,00000
Bus 7 Bus 52 1,576 0,335 88,6 97,8 Bus 14 Bus 13 0,00000
Bus11 Bus 12 0,141 0,051 221,9 94,1 Bus 18 Bus 57 3,14347
Bus 14 Bus 13 0,128 0,001 190,9 100,0
Bus 19 Bus 58 2,88059
Bus 18 Bus 57 1,428 0,178 2125,2 99,2
Bus 19 Bus 58 1,363 0,209 2034,4 98,8 Bus 20 Bus 59 2,88059
Bus 20 Bus 59 1,363 0,209 2034,4 98,8 Bus 21 Bus 60 3,76588
Bus 21 Bus 60 1,547 0,313 2326,1 98,0 Bus 22 Bus 56 2,25604
Bus 22 Bus 56 1,212 0,303 1800,4 98,6 Bus 23 Bus 1 0,00000
Bus 23 Bus 1 2,539 0,429 141,6 98,6 Bus 25 Bus 5 0,00000
Bus 25 Bus 5 2,539 0,429 141,6 98,6 Bus 37 Bus 40 0,00134
Bus 37 Bus 40 0,230 0,003 12,7 100,0
Bus 40 Bus 8 0,00480
Bus 40 Bus 8 0,229 0,003 332,3 100,0
Bus 47 Bus 5 2,539 0,429 141,6 98,6 Bus 47 Bus 5 0,00000
Bus 48 Bus 22 1,220 0,259 68,6 97,8 Bus 48 Bus 22 0,01416
Bus 49 Bus 18 1,458 0,201 99,1 99,1 Bus 49 Bus 18 0,08171
Bus 50 Bus 19 1,390 0,230 77,5 98,7 Bus 50 Bus 19 0,04997
Bus 51 Bus 20 1,390 0,230 98,7 98,7 Bus 51 Bus 20 0,08105
Bus 52 Bus 21 1,576 0,335 88,6 97,8 Bus 52 Bus 21 0,05225
Bus 56 Bus 11 1,212 0,060 1802,5 99,9
Bus 56 Bus 11 0,00000
Bus 57 Bus 12 1,428 0,041 2122,0 100,0
Bus 58 Bus 13 1,363 0,011 2033,7 100,0 Bus 57 Bus 12 0,00008
Bus 59 Bus 14 1,363 0,011 2033,7 100,0 Bus 58 Bus 13 0,00007
Bus 60 Bus 15 1,547 0,017 2326,2 100,0 Bus 59 Bus 14 0,00007
Bus 64 Bus 2 0,351 0,020 509,1 99,8 Bus 60 Bus 15 0,00010
Bus 66 Bus 64 0,352 0,025 19,4 99,8 Bus 64 Bus 2 0,01127
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa daya Bus 66 Bus 64 0,00113
aktif (P) terbesar yang mengalir dari tiap bus terdapat pada
Bus 5 ke Bus 7 sebesar 5,035 MW, daya reaktif (Q) Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rugi-
terbesar yang mengalir dari tiap bus terdapat juga terdapat rugi daya terbesar yang mengalir dari setiap bus terdapat
pada Bus 5 ke Bus 7 sebesar 1,258 MVAr, dan arus pada Bus 21 ke Bus 60 sebesar 3,76588 MW. Sedangkan,
terbesar yang mengalir dari tiap bus terdapat pada Bus 21 rugi-rugi daya yang bernilai 0,00000 MW merupakan
ke Bus 60 yaitu 2326,1 Ampere. hasil perhitungan yang dimana nilai tahanannya sangat
kecil.
4.2 Perhitungan Rugi Daya (losses) Sistem
Kelistrikan PT. Makassar Tene 4.3 Perhitungan Jatuh Tegangan pada Setiap Bus
yang ada ada PT. Makassar Tene
Dalam melakukan perhitungan rugi-rugi daya
diperlukan data saluran transmisi yang meliputi data arus, Dalam melakukan perhitungan jatuh tegangan atau
panjang serta tahanan saluran transmisi. Berikut hasil rugi tegangan pada setiap bus diperlukan data bus beban
yang meliputi data tegangan, arus, tahanan jenis, panjang
81
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
82
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Sistem Pneumatik dan Programmable Logic Controller (PLC) merupakan dua hal yang sudah familiar dalam dunia
industri. Sistem pneumatik memiliki keunggulan dibandingkan sistem penggerak lainnya. Diantara keunggulan dari sistem
pneumatik yaitu fluida kerja yang dapat diperoleh dengan mudah, tidak peka terhadap suhu, aman terhadap kebakaran dan
ledakan, fluida kerja yang cepat serta banyak keunggulan lainnya. Sedangkan PLC merupakan suatu bentuk sistem kontrol
yang dirancang untuk menggantikan suatu rangkaian relay sequence, hal ini dikarenakan PLC dapat memiliki membuat
kontrol sequence yang lebih kompleks dari relay. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan proses perancangan, perakitan
hingga pengujian prototipe sistem pneumatik yang pengontrolannya menggunakan PLC. Proses perancangan dimulai
dengan membuat pemodelan dengan aplikasi Festo Fluidsim, kemudian membuat sketsa gambar, perakitan perangkat keras
dan perangkat lunak, pengujian hingga pengambilan data kinerja alat. Metode pengontrolan yang digunakan dibagi
menjadi dua bagian, yaitu metode manual dan automatis. Pada metode manual aktuator dapat dikendalikan secara mandiri
melalui saklar, sedangkan pada mode automatis mengikuti urutan-urutan kerja yang telah diprogram melalui hubungan
antara tiap sensor. Hasil menunjukkan bahwa prototipe ini dapat bekerja dengan tingkat keberhasilan 100% pada tekanan
kerja 3 sampai 4 bar.
83
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
D. Sensor
Sensor Through-beam (One-way light barrier)
Sensor Through-beam merupakan salah satu jenis
sensor photoelectric yang terdiri dari bagian transmitter
(pemancar cahaya) dan bagian receiver (penerima). Sensor
Gambar 3. Konstruksi Selenoid Valve Through-beam memiliki elemen sumber dan detektor
cahaya yang terpisah dan di susun sejajar saling
Silinder Kerja Ganda berhadapan, dengan sorotan cahaya memotong jalur yang
Silinder kerja ganda merupakan bagian dari aktuator akan dilewati oleh obyek. Area sorotan efektif adalah
gerak lurus. Silinder kerja ganda (double acting kolom dimana cahaya melintas lurus diantara lensa-lensa
cylinder) memiliki lubang untuk memasukan dan cahaya) [7]. Simbolnya dapat dilihat pada gambar di
mengeluarkan angin pada kedua ujungnya. Bila sumber bawah ini:
angin dimasukkan melalui lubang dibagian belakang
silinder maka torak akan bergerak maju dan angin akan
keluar melalui lubang bagian depan silinder [4].
84
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
E. Software CX-Programmer
CX-Programmer adalah software pemrograman untuk
PLC merek OMRON. Software ini beroperasi di bawah
sistem operasi Windows. Gambar 16 adalah tampilan dari
software CX-Programmer [10].
85
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Pada sistem robotic arm terdapat empat aktuator prototipe ini berpengaruh besar terhadap kinerja dan
pneumatik yaitu sebuah aktuator berarun dan tiga buah tingkat keberhasilan prototipe. Pengujian sensor berfungsi
double acting cylinder yang dihubungkan dengan besi untuk mengetahui kelayakan outut dari sensor sebagai
hingga membentuk lengan robot (robotic arm), sedangkan input PLC, dimana diketahui bahwa input sebesar 24 VDC
untuk sistem pemisah logam digunakan double acting dan toleransi +10% dan -15% artinya minimal input PLC
cylinder yang dibagian depannya dipasang besi plat untuk sebesar -20.4 VDC dan maksimal 21.6 VDC.
mendorong material logam. Adapun komponen
pendukung terdiri dari meja kerja yang dibuat dari besi
dan conveyor belt yang dirakit dari motor DC, pipa, dan Sensor Induktif dan Photoelectric
talang air. Sensor induktif dan photoelectric pada protipe ini
Setelah prototipe selesai maka dilakukanlah memiliki tipe yang sama yaitu NPN, artinya kedua sensor
pengambilan data. Tujuan dari pengambilan data adalah ini menggunakan detektor yang dikombinasikan dengan
untuk menganalisis kinerja dan tingkat keberhasilan alat sensor NPN. Pengujian senssor dilakukan dengan
data yang diambil berupa data sensor, data pengujian alat memberikan tegangan input yang berasal dari power
pada tekanan tertentu, dan data hasil pengujian alat dengan supply lalu outpunya diukur dengan multimeter. Sensor
beberapa kali percobaan. NPN merupakan sensor dengan output negatif (-) artinya
untuk mengukur outputnya diperlukan teganyan positif (+)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN dari power supply.
A. Hasil Akhir Prototipe Tabel 1. Data Sensor Induktif dan Photoelectric
Efesiensi
Vin Vout !!"
No Sensor Spesifikasi ( ×
(Volt) (Volt) !!"#
100%)
NPN, NC, 6
1 Induktif 24.84 24.11 96.91%
- 36 VDC
NPN, NO,
2 Photoelectric 12 - 24 24.87 24.87 100%
VDC
Pada Tabel 1 diketahui bahwa output sensor induktif
sebesar 24.11, dan sensor photoelectric sebesar 24.87,
artinya kedua output sensor ini masih dapat digunakan
pada input PLC.
Reed Switch
Reed Switch pada protipe ini memiliki dua tipe yaitu 2
wire (input dan output) serta 3 wire (supply dan output),
pada sensor jenis 2 wire dapat diberi input positif maupun
negatif, output pada sensor ini akan bernilai positif jika
diberi input positif dan begitupun sebaliknya. Sedangkan
untuk tipe 3 wire merupakan tipe sensor NPN dengan 2
wire untuk input/supply dan satu output. Output dari
Gambar 11. Hasil Akhir Prototipe
sensor ini hanya bernilai negatif. Pengujian sensor 2 wire
Garmbar 10 merupakan hasil akhir prototipe yang telah dilakukan dengan memberikan input negatif lalu output
dibuat. Prototipe ini bekerja berdasarkan dua mode, yaitu diukur dengan multimeter dengan tegangan positif dari
mode otomatis dan manual. Pada mode otomatis conveyor Power Supply, sedangkan untuk pengukuran 3 wire
belt akan berjalan dan membawa material. Saat material dilakukan sama halnya pada sensor induktif dan
berjaalan, material akan melewati sensor induktif. Jika photoelectric.
pada material terdapat unsur logam sensor induktif akan Tabel 2. Data Pengujian Reed Switch 2 Wire
mengirimkan sinyal ke PLC untuk mengaktifkan selenoid Kode Vin Vout Efesiensi
valve yang berfungsi mengalirkan udara ke silinder untuk No Sensor !!"
Aktuator (Volt) (Volt) ( ×100%)
!!"#
mendorong material turun dari conveyor belt. Namun jika
RS1 24.86 24.39 98.11%
pada material tidak mengandung unsur logam maka 1 C2
conveyor belt akan membawa material hingga ke ujung RS2 24.85 24.56 98.83%
conveyor belt yang nantinya akan diangkat oleh lengan RS1 24.86 24.38 98.1%
robot. Untuk mode manual aktuator dapat dikendalikan 2 C3
RS2 24.86 24.37 98%
secara tersendiri.
C2 dan C3 merupakan kode dari Silinder 2 dan 3 (lihat
B. Data Kinerja Prototipe gambar 22), sedangkan RS1 sensor ketika posisi silinder
Data Sensor masuk (posisi awal), dan RS2 merupakan sensor ketika
Salah satu komponen pendukung dalam prototipe ini posisi silinder keluar (bekerja).
adalah sensor. Sensor-sensor yang digunakan pada
86
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Tabel 3. Data Pengujian Reed Switch 3 Wire berbentuk kubus berukuran 5 cm × 5 cm × 5 cm dengan
Efesiensi berat sebesar 100gr. Hasil menunjukkan bahwa sistem ini
Kode Vin Vout !!"
No Sensor ( × dapat bekerja dengan baik pada tekanan kerja antara 3
Aktuator (Volt) (Volt) !!"#
100%) hingga 4 bar.
RS1 24.86 24.85 99.96% Sedangkan pada tekanan 5 bar sistem tidak dapat
1 SR
RS2 24.86 24.85 99.96% bekerja secara sempurna dikarenakan semi rotary hanya
dapat bekerja pada tekanan maksimal 4 bar. Hal ini dapat
RS1 24.86 24.85 99.96%
2 C1 diantisipasi dengan memasang khusus regulator tegangan
RS2 24.86 24.78 99.68% pada semi rotary.
Adapun pada tekanan 2.5 bar sistem tidak bekerja
SR dan C1 berurutan merupakan kode dari Semi Rotari dengan baik dikarenakan untuk menggerakan silinder C1
Actuator dan Silinder 1 (lihat gambar 22), sedangkan RS1 dengan beban yang berat membutuhkan tekanan minimal 3
sensor ketika posisi silinder masuk (posisi awal), dan RS2 bar.
merupakan sensor ketika posisi silinder keluar (bekerja)
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada Tabel 2 dan 3, Tabel 5. Data Pengujian Pemisah Logam dengan Beberapa
diketahui bahwa setiap output dari reed switch dapat Tekanan Kerja
Waktu Tingkat Keberhasilan
digunakan untuk input PLC pada prototipe ini. Tekanan
Percobaan Kerja !"#$%&''( !"#$%&'(
Berdasarkan kedua tabel itu pula diketahui bahwa (bar) ( ×100%)
(detik) !"#$%& !"#$%&''(
87
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
2. Prototipe ini dapat bekerja dengan tingkat Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika
keberhasilan 100% pada tekanan kerja 3 hingga 4 Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
bar. .
.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada setiap
pihak yang telah berperan dalam penelitian ini terkhusus
kepada kedua pembimbing dan Ketua Prodi D4 Teknik
listrik PNUP.
REFERENSI
[1] Widiantono, H. (2004). Sistem Kontrol Pneumatik
Pada Pintu Bus Otomatis. Semarang: Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang.
[2] Sudaryono. (2013). Pneumatik dan Hidrolik. Jakarta:
Kementerian Pendidikan & Kebudayaan.
[3] Suwito, W., Rif’an, M., & Siwindarto, P. (2014).
Pengaturan Posisi Piston Silinder Pneumatic Pada
Lengan Robot Krai. Pubilkasi Hasil Penelitian
Skripsi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya.
[4] Octavia, A., Supriyato, C. M., & Sukron. (2008).
Aplikasi Sistem Pneumatik Pada Mobile Robot Untuk
Menaiki Dan Menuruni Tangga. Jakarta: Universitas
Bina Nusantara.
[5] Hastuti, Effendi, H., & Hijriani, S. (2017). Penerapan
Trainer Plc Omron Sebagai Media Pembelajaran
Mata Diklat Instalasi Motor Listrik. Invotek: Jurnal
Inovasi, Vokasional Dan Teknologi, Vol. 17 No.1,
49-56.
[6] Syarifuddin, & Noor, N. A. (2012). Mesin Arus
Searah dan Transformator. Makassar: Program Studi
Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik
Negeri Ujung Pandang.
[7] Priyanto , A. P. (2015). Prototipe Mesinpemilahan
Barang Sesuai Jenisnya. Yogyakarta: Program Studi
Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Sains Dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
[8] Yunianto, A. (2017). Modul Limit Switch Dan Sensor
Pada Pneumatik Dan Elektro Pneumatik. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
[9] Setiawan, I., Sumardi, & Setiawan, I. (2004).
Perancangan Lengan Robot Pneumatik Pemindah
Plat Menggunakan Programmable Logic Controller.
Laboratorium Teknik Kontrol Otomatik Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.
[10] Hastuti, Effendi, H., & Hijriani, S. (2017). Penerapan
Trainer Plc Omron Sebagai Media Pembelajaran
Mata Diklat Instalasi Motor Listrik. Invotek: Jurnal
Inovasi, Vokasional Dan Teknologi, Vol. 17 No.1,
49-56.
[11] Adhyatama, D. D. (2013). Efektivitas Penggunaan
Festo Fluidsim Sebagai Media Pembelajaran Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Pneumatik Siswa Kelas
Xii Di Smk Muda Patria Kalasan. Yogyakarta:
88
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Gedung Harper Perintis Makassar adalah hotel yang menggunakan golongan tarif listrik B-3 (865kVA). Pelaksanaan
audit energi listrik dilakukan sesuai dengan standar SNI 03-6196-2011. Dari hasil metode analisis deskriptif dan
perhitungan berdasarkan teori maka diperoleh Intensitas Konsumsi Energi (IKE) yaitu 22.42 kWh/m2/bulan, hal ini
termasuk dalam kategori “Boros”. Karena komponen yang menyerap energi listrik yang paling besar adalah sistem
pengkondisian udara (AC) sebesar 53%, dibandingkan dengan pemakaian listrik perangkat lainnya. Untuk itu perlu
dilakukan analisis Peluang Konservasi Energi (PKE), untuk mengetahui besar efisiensi penggunaan energi bangunan suatu
gedung. Dari perhitungan analisis PKE dapat diperoleh enam kondisi penghematan dengan besarnya IKE listrik persatuan
luas yang dikondisikan yaitu dari 22.32 kWh/m2/bulan menjadi 19.04 kWh/m2/bulan. Terlihat bahwa terjadi penurunan
nilai IKE listrik setelah dilakukan penghematan.
Keywords: Audit Energi, Intensitas Konsumsi Energi (IKE), Peluang Konservasi Energi (PKE).
89
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Mulai
C. Peluang Konservasi Energi (PKE)
Peluang Konservasi Energi (PKE) didefinisikan
sebagai suatu kegiatan pemanfaatan energi secara lebih Pengumpulan dan Penyusunan Data Historis Bulan
Sebelumnya
efisien (optimal) dan rasional tanpa mengurangi
penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan
Data Historis Energi Bulan
untuk melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan. Sebelumnya
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan yaitu:
Mengurangi sekecil mungkin pemakaian energi Menghitung Besar IKE Bulan Sebelumnya
(mengurangi kW dan jam operasi), Memperbaiki kinerja
peralatan dan penggunaan sumber energi yang murah.
Tidak
IKE > Target ?
III. METODE PENELITIAN Ya
Proses penelitian dilaksanakan pada bulan Desember Melakukan Audit Energi Rinci
2017 sampai dengan Agustus 2018. Tempat pelaksanaan
pengambilan data dalam penelitian kali ini di khususkan
pada Gedung Harper Perintis Makassar. Adapun alat ukur Data Hasil Audit Rinci
yang digunakan pada penelitian ini ialah Thermometer
Infrared, Lux meter, dan Tang amper.
Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam Mengenal Kemungkinan PKE
penelitian adalah metode analisis deskriptif dan
perhitungan berdasarkan teori untuk mengetahui besar Analisa PKE
efisiensi penggunaan energi bangunan gedung. Efesiensi
penggunaan energi listrik pada gedung dapat diketahui
setelah melakukan perhitungan besar Intensitas Konsumsi Menghitung Besarnya IKE
Energi (IKE) gedung dengan melewati beberapa prosedur.
Prosedur penelitian dilaksanakan mengikuti langkah-
Selesai
langkah yang terstruktur dan sistematis. Sebagaimana
yang disarankan SNI 03-6196-2011, audit energi pada
bangunan gedung terdiri dari tiga bagian yaitu audit energi
singkat, audit energi awal, dan audit energi rinci. Gambar 1. Flowchart Analisis Audit Energi
90
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
91
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
kondisi sehingga di dapatkan intensitas konsumsi energi Tabel 8. Konsumsi Energil Listrik Setelah PKE dengan
listrik yang lebih rendah sehingga penggunaan energi Pengaturan Pengoperasian Jam Kerja Pada Perangkat Elektronik
listrik pada peralatan dapat lebih efisien, untuk lebih (investasi tanpa biaya)
jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini: No Perangkat Total kWh/bulan
1 Lampu 7,624
Tabel 1. Konsumsi Energi Listrik Setelah PKE dengan 2 AC 96,436
Penggantian MC-22 10% (investasi biaya ringan)
3 Beban Elektronik 34,962
No Perangkat Total kWh/bulan
4 Beban Motor 15,696
1 Lampu 7,624
Total 154,718
2 AC 95,457
3 Beban Elektronik 62,627 Berikut hasil perhitungan IKE dengan beberapa
4 Beban Motor 15,696 kondisi peluang konservasi energi yang telah dilakukan:
Total 181,404
Tabel 2. Besar intensitas konsumsi energi listrik pada Gedung
Harper Perintis Makassar
Tabel 4. Konsumsi Energi Listrik Setelah PKE dengan
Pengaturan Pengoperasian Jam Kerja Pada Beban Motor dengan IKE
Kondisi
Pemasangan Penampungan Air (investasi biaya besar) (kWh/m2/bulan)
No Perangkat Total kWh/bulan Sebelum PHE 22.42
1 Lampu 7,624 Sesudah Penggantian ke MC-22
2 AC 96,436 22.32
(10%, investasi biaya ringan)
3 Beban Elektronik 62,627
Sesudah Pengaturan
4 Beban Motor 13,584 Pengoperasian Jam Kerja Pada
Total 180,271 Beban Motor dengan Pemasangan 22.18
Penampungan Air (investasi biaya
Tabel 5. Konsumsi Energi Listrik Setelah PKE dengan besar)
penggantian MC-22 30% (investasi biaya ringan)
Sesudah Penggantian ke MC-22
No Perangkat Total kWh/bulan 22.08
(30%, investasi biaya ringan)
1 Lampu 7,624
Sesudah Penggantian Jenis AC
2 AC 93,499 Sesuai dengan Intensitas
22.02
3 Beban Elektronik 62,627 Pendinganinan Setiap Ruangan
4 Beban Motor 15,696 (investasi biaya berat)
92
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
REFERENSI
[1] Berchman, Hanny dkk. 2012. Panduan Penghematan
Enegi di Gedung Pemerintah,
(Online,(www.iced.or.id), diakses 22 Maret 2018).
[2] Farid, Andi Fahrul. 2016. Audit Energi Hotel
Ramayana Makassar. Makassar: Politeknik Negeri
Gambar 6. Tampilan window Identifikasi PKE Ujung Pandang.
[3] Kepala Dinas Parawisata Provinsi Daerah Khusus
V. KESIMPULAN Ibukota Jakarta. 2005. Buku Pedoman Efisiensi
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka Energi di Hotel. Jakarta.
beberapa kesimpulan hasil audit energi dan analisis [4] Marwan. 2017. Belajar Mudah Matlab Beserta
konservasi energi pada Gedung Harper Perintis Makassar Aplikasinya. Yogyakarta: ANDI.
yang dapat penulis ambil antara lain: [5] Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung,
1) Proses audit energi dilakukan dengan 3 tahap yakni Konservasi Energi Sistem Tata Udara Pada
audit energi singkat, audit energi awal, dan audit energi Bangunan Gedung dan Konservasi Energi Sistem
rinci. Pada tahap audit energi singkat, kegiatannya Pencahayaan Bangunan Gedung (SNI 03-6196-2000,
meliputi pengumpulan data profil gedung dan profil SNI 036090-2000, SNI 03-6197-2000).Badan
kelistrikan. Kemudian tahan audit awal kegiatannya Standarisai Nasional. 2004.
meliputi mengumpukan sejumlah data energy dan [6] Pedoman Pelaksanaan Efesiensi Energi di
rekening energi listrik. Tahap audit energi rinci, PDAM.).Direktorat Pengembangan Air Minum.2004.
meliputi mengumpukan dan mengukur sejumlah data [7] Prlhartono, Joko dkk. 2012. Audit Energi dan
secara rinci dan analisis finansial hemat energy sesuai Peluang Penghematan Energi Listrik Gedung
dengan SNI 03-6196-2011. Mahkamah Konstitusi Jakarta. Riau: Teknik Mesin
2) Pemakaian energi listik di Gedung Harper Perintis Universitas Pasir Pangaraian.
Makassar selama sebulan data dari system beban [8] Rianto.A. (2007). Audit Energi dan Analisis Peluang
penerangan sebesar 7,624.26 kWh/bulan, system Penghematan Konsumsi Energi pada Sistem
pengkondisian udara sebesar 96,436 kWh/bulan, dan Pengkondisian Udara di Hotel Santika Premiere
system beban lainnya sebesar 78,323 kWh/bulan. Semarang. Semarang: UNNES.
Sehingga total pemakaian perbulannya sebesar 182,304 [9] Wijaya, Riki Chandra. Modul Guide Matlab.Jambi:
kWh/bulan. Jadi dapat diperoleh besarnya Intensitas Universitas Negeri Jambi.
Konsumsi Energi (IKE) listrik hasil pengukuran (audit
93
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Pemanfaatan Power Quality Meter (PQM) dalam Pengukuran pada
Instalasi Tenaga
Hasnawiyah1), Ahmad Rizal Sultan2), Sarma Thaha3)
1,2,3)
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
1
hasnawiyah875@yahoo.com, 2 rizal.sultan@poliupg.ac.id , 3 sarma.thaha@gmail.com
Abstrak
Energi listrik merupakan salah satu energi yang paling banyak digunakan dalam sisi kehidupan manusia dan sudah
menjadi kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman dan semakin meningkatnya jumlah populasi
manusia, permintaan akan energi listrik di seluruh dunia juga semakin meningkat. Kualitas daya listrik yang buruk itulah yang
dapat mengakibatkan kegagalan atau salah operasi beban listrik pada konsumen. Oleh karena itu perlu mengetahui kualitas
daya listrik dengan melakukan pengukuran kualitas daya dengan menggunakan alat Power Quality Meter (PQM) dalam
pengukuran. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui prosedur pengukuran pada alat PQM dan mengetahui nilai-nilai
besaran yang diukur dari alat PQM. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan didapatkan nilai-nilai parameter kualitas
daya seperti arus, tegangan, sudut phasa, daya, frekuensi dan harmonisa. Pada pengukuran yang dilakukan ketika menyalakan
secara bersamaan antara satu motor dengan motor lainnya maka nilai harmonisa arus yang didapatkan memiliki nilai harmonisa
yang besar. Dengan nilai total harmonisa arus didapatkan dari hasil total penjumlahan pada motor tersebut.
Keywords: Power Quality Meter (PQM), Arus, Tegangan, Sudut Phasa, Daya, Frekuensi, Harmonisa.
94
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
dikendalikan oleh kualitas dari tegangan, dan tidak dapat yaitu nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang
dikendalikan oleh arus listrik karena arus listrik berada pada menemukan fenomena ini pertama kali. Frekuensi sebesar 1
sisi beban yang bersifat individual, sehingga pada dasarnya Hz menyatakan peristiwa yang terjadi satu kali per detik, di
kualitas daya adalah kualitas dari tegangan itu sendiri (Roger mana frekuensi (f ) sebagai hasil kebalikan dari periode (T ),
C. Dugan, 1996). seperti rumus di bawah ini :
95
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Dimana, 2.2.4 Harmonisa
Q = Daya reaktif (VAr) Harmonisa adalah gejala pembentukan-pembentukan
V = Tegangan (Volt) gelombang sinus dengan frekuensi kelipatan bulat dari
I = Arus (Ampere) frekuensi fundamental. Gelombang fundamental apabila
sin φ = faktor kerja untuk daya reaktif digabungkan dengan frekuensi harmonisa akan
menghasilkan gelombang yang terdistorsi.
Daya kompleks (daya nyata) dinyatakan dengan simbol Harmonisa merupakan suatu fenomena yang terjadi
S dengan satuan VA (Volt Ampere) atau kVA adalah hasil akibat dioperasikannya beban listrik nonlinier, beban listrik
kali antara besarnya tegangan dan arus listrik yang mengalir nonlinier adalah beban listrik yang memiliki sifat
pada beban menyimpang dari hukum ohm. Dimana tegangan dan arus
S = V . I (2.6) tidak sebanding, artinya respon tegangan yang diberikan
Dimana, pada beban tidak sebanding dengan arus beban yang muncul.
S = daya kompleks (VA) Beban linier merupakan kebalikan dari beban non-lionier,
V = Tegangan (Volt) dimana respon tegangan yang diberikan pada beban
I = Arus (Ampere) sebanding dengan arus yang dihasilkan. Bentuk gelombang
Hubungan ketiga buah daya listrik yaitu daya aktif P, harmonisa dan bentuk gelombang dasar (fundamental).
daya reaktif Q serta daya kompleks S, dinyatakan dengan Jika sumber harmonisa yang dihasilkan oleh beban
sebuah segitiga, yang disebut segitiga daya sebagai berikut. nonlinier merupakan dari satu peralatan listrik maka
Hal ini dapat dinyatakan seperti pada Gambar 1 : harmonisa yang dihasilkannya berupa individu, ketika satu
peralatan listrik ini bergabung dengan berbagai macam
beban nonlinier lainnya maka akan terjadi harmonisa yang
banyak. Jika ditotalkan maka akan dapat harmonisa total dari
peralatan listrik tersebut.
96
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
50/5 A. Dimana untuk mengatur CT pada alat PQM kW
yaitu dengan menekan tombol menu lalu memilih Qa 1,15 1,29 1,15 1,16 1,62 kVAr
kVAr kVAr kVAr kVAr
setpoints, lalu pilih S2 system setup kemudian pilih Sa 1,21 kVA 1,39 kVA 1,24 1,26 1,70 kVA
current/voltage config, lalu pilih phase CT primary lalu kVA kVA
menekan tombol enter lalu menekan tombol atas value Cos ɵ 0,35 ° 0,36 ° 0,36 ° 0,38 ° 0,32 °
untuk menambah dan tombol value kebawah untuk Pb 0,14 kW 0,16 kW 0,14 0,15 kW 0,21 kW
menurunkan nilai CT sesuai dengan nilai yang kW
Qb 1,06 1,17 1,09 1,05 1,49 kVAr
diinginkan. kVAr kVAr kVAr kVAr
d) Setelah selesai mengatur alat PQM, selanjutnya Sb 1,08 kVA 1,19 kVA 1,10 1,07 1,51 kVA
menyalakan motor yang akan diukur kVA kVA
e) Menekan tombol menu pada alat power quality meter Cos ɵ 0,14 ° 0,13 ° 0,13 ° 0,14 ° 0,14 °
Pc 0,25 kW 0,26 kW 0,25 0,25 kW 0,31 kW
(PQM).
kW
f) Selanjutnya, pilih menu actual values lalu pilih Qc 1,31 1,48 1,38 1,35 1,82 kVAr
metering. Kemudian pilih parameter yang akan diukur kVAr kVAr kVAr kVAr
seperti current, voltage, power, dan lainnya. Sc 1,34 kVA 1,51 kVA 1,41 1,38 1,86 kVA
g) Setelah semua yang ada pada metering diukur, kVA kVA
Cos ɵ 0,19 ° 0,17 ° 0,18 ° 0,19 ° 0,17 °
selanjutnya mengukur harmonisa dengan mengganti FREKUENSI
metering ke power quality. M1 M2 M3 M4 M5
h) Selanjutnya mengganti motor ke motor yang lain yang F 49,94 Hz 49,98 Hz 50,12 50,06 49,97 Hz
akan diukur dan menyalakannya. Hz Hz
HARMONISA
M1 M2 M3 M4 M5
4.2 Pengukuran di setiap Motor Ia THD 6,0 5,2 6,6 % 6,9 7,0 %
Pada pengukuran ini, setiap motor listrik yang % % %
Ib THD 6,3 6,2 7,2 % 6,9 7,2 %
digunakan akan diukur. Adapun hasil pengukuran yang % % %
didapatkan sebagai berikut: Ic THD 5,4 5,4 6,3 % 6,5 6,7 %
Tabel 1. Hasil Pengukuran Setiap Motor % % %
ARUS Van THDF 2,6 2,5 2,7 % 2,4 2,9 %
M1 M2 M3 M4 M5 % % %
Ia 5A 6A 5A 5A 7A Vbn THDF 1,3 1,8 1,3 % 1,4 1,4 %
Ib 4A 5A 4A 4A 6A % % %
Ic 5A 6A 6A 6A 7A Vcn THDF 2,7 2,8 2,7 % 2,8 3,0 %
Iavg 5A 6A 5A 5A 7A % % %
TEGANGAN
M1 M2 M3 M4 M5 4.3 Pengukuran Panel Cabang 1 (M1, M2 dan M3)
Van 232 V 224 V 233 V 231 V 232 V
Adapun hasil pengukuran panel cabang 1 dimana
Vbn 223 V 212 V 224 V 223 V 223 V
Vcn 231 V 224 V 232 V 232 V 232 V motor yang dinyalakan yaitu motor 1, motor 2, dan motor 3
Vavg L-N 228 V 221 V 229 V 231 V 229 V sebagai berikut:
Vab 393 V 378 V 394 V 393 V 393 V
Vbc 395 V 380 V 396 V 396 V 396 V Tabel 2. Pengukuran Arus
Vca 400 V 387 V 402 V 401 V 400 V Ia Ib Ic Iavg
Vavg L-L 396 V 382 V 397 V 396 V 396 V 17 A 15 A 17 A 16 A
SUDUT PHASA
M1 M2 M3 M4 M5 Tabel 1.Pengukuran Tegangan
<Van 0° 0° 0° 0° 0° Van Vbn Vcn Vavg Vab Vbc Vca Vavg
<Vbn 241 ° 240 ° 240 ° 241 ° 241 °
<Vcn 120 ° 119 ° 199 ° 120 ° 120 °
L-N L-L
< Ia 69 ° 69 ° 69 ° 67 ° 69 ° 227 220 221 223 384 384 389 385
< Ib 323 ° 323 ° 323 ° 323 ° 323 ° V V V V V V V V
<Ic 200 ° 200 ° 198 ° 200 ° 200 °
DAYA Tabel 4. Pengukuran Sudut Phasa
M1 M2 M3 M4 M5 <Van 0° <Ia 74 °
P 0,82 kW 0,89 kW 0,84 0,88 kW 1,02 kW <Vbn 241 ° <Ib 323 °
kW
Q 3,51 3,94 3,61 3,59 4,92 kVAr Vcn 242° <Ic 195 °
kVAr kVAr kVAr kVAr
S 3,60 kVA 4,03 kVA 3,70 3,69 5,06 kVA
kVA kVA
Cos ɵ 0,23 ° 0,22 ° 0,23 ° 0,24 ° 0,21 °
Pa 0,43 kW 0,49 kW 0,44 0,47 kW 0,55 kW
97
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Tabel 5. Pengukuran Daya 4.3.4 Pengukuran dengan menyalakan ke-5 Motor
P 2,45 kW Pb 0,39 kW Adapun hasil pengukuran panel utama dimana
Q 10,40 kVAr Qb 3,23 kVAr menyalakan kelima motor secara bersama-sama sebagai
S 10,70 kVA Sb 3,27 kVA berikut:
Cos ɵ 0,23 ° Cos ɵ B 0,13 ° Tabel 14. Pengukuran Arus
Pa 1,9 kW Pc 0,93 kW Ia Ib Ic Iavg
Qa 3,60 kVAr Qc 3,57 kVAr 24 A 25 A 22 A 24 A
Sa 3,75 kVA Sc 3,70 kVA
Cos ɵ A 0,29 ° Cos ɵ C 0,25 ° Tabel 15. Pengukuran Tegangan
Van Vbn Vcn Vavg Vab Vbc Vca Vavg
Tabel 6. Pengukuran Frekuensi L-N L-L
Frekuensi 226 221 224 224 V 386 386 391 387 V
V V V V V V
50,15 Hz
Tabel 16. Pengukuran Sudut Phasa
Tabel 7. Pengukuran Harmonisa <Van 0° <Ia 54 °
Ia THD 8,3 % Van THD 2,8 % <Vbn 241 ° <Ib 313 °
Ib THD 6,3 % Vbn THD 1,3 % 120°
Vcn <Ic 171 °
Ic THD 22,3 % Vcn THD 2,8 %
Tabel 2. Pengukuran Daya
4.3 Pengukuran Panel Cabang 2 (M4 dan M5) P 6,76 kW Pb 1,47 kW
Adapun hasil pengukuran panel cabang 2 dimana Q 14,12 kVAr Qb 5,37 kVAr
motor yang dinyalakan motor 4 dan motor 5 sebagai berikut S 15,63 kVA Sb 5,57 kVA
: Cos ɵ 0,43 ° Cos ɵ B 0,26 °
Tabel 8. Pengukuran Arus Pa 2,77 kW Pc 2,55 kW
Ia Ib Ic Iavg Qa 4,65 kVAr Qc 4,08 kVAr
12 A 11 A 13 A 12 A Sa 5,43 kVA Sc 4,82 kVA
Cos ɵ A 0,51 ° Cos ɵ C 0,53 °
Tabel 9. Pengukuran Tegangan
Van Vbn Vcn Vavg Vab Vbc Vca Vavg Tabel 3. Pengukuran Frekuensi
L-N L-L Frekuensi
229 223 225 226 389 389 394 390 49,93 Hz
V V V V V V V V
Tabel 19. Pengukuran Harmonisa
Tabel 10. Pengukuran Sudut Phasa 41,4 %
Ia THD Van THD 2,3 %
<Van 0° <Ia 73 °
Ib THD 24,0 % Vbn THD 1,3 %
<Vbn 241 ° <Ib 323 °
Ic THD 56,3 % Vcn THD 2,5 %
Vcn 120° <Ic 201 °
Dari data hasil pengukuran, dilihat dari hasil yang di
Tabel 11. Pengukuran Daya
dapatkan dapat di bandingkan nilai standar yang berlaku
P 1,54 kW Pb 0,35 kW bagi parameter yang terukur. Dimana disetiap parameter
Q 7,98 kVAr Qb 2,41 kVAr yang terukur dilihat nilai-nilainya masih memenuhi standar
S 8,13 kVA Sb 2,44 kVA yang ada, namun untuk nilai harmonisa arus yang terukur
Cos ɵ 0,19 ° Cos ɵ B 0,15 ° sangat tinggi dan melampaui nilai standar harmonisa arus,
Pa 0,79 kW Pc 0,40 kW ini di sebabkan karena pengaruh dari arus starting yang
Qa 2,68 kVAr Qc 2,87 kVAr terjadi pada motor sangat tinggi sehingga mengakibatkan
frekuensi turun dan menaikkan nilai harmonisa. Pada tabel
Sa 2,81 kVA Sc 2,90 kVA
hasil pengukuran harmonisa arus di setiap phasa memiliki
Cos ɵ A 0,28 ° Cos ɵ C 0,13 ° nilai harmonisa diatas nilai standar 5 % . Dimana nilai
Tabel 12. Pengukuran Frekuensi harmonisa Ia = 41,4 %, Ib = 24,0 %, dan Ic = 56,3 %.
Frekuensi 50,07 Hz Sedangkan harmonisa tegangan yang terukur memenuhi
standar yang ada yaitu dibawah 5% dimana nilai harmonisa
Tabel 13. Pengukuran Harmonisa tegangan yaitu Van = 2,3 %, Vbn 1,3 %, Vcn = 2,5 %.
Ia THD 5,8 % Van THD 2,8 %
Ib THD 6,3 % Vbn THD 1,3 %
Ic THD 8,3 % Vcn THD 2,8 %
98
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
V. PENUTUP [2] Fuchs, Ewald F. &Masoum, Mohammad A.S. Power
5.1 Kesimpulan Quality in Power Systems and Electrical Machines.
Elsevier Inc, 2008.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan maka
[3] Jusmin Sutanto, dkk, 2001. Implikasi Harmonisa
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Sistem Tenaga Listrik & Alternatif Solusinya.
1. Pada pengukuran alat PQM yang telah dilakukan dapat
[4] Safai sujana : Pengukuran dan Alat Ukur Listrik,
diketahui bagaimana prosedur pengukuran pada alat
Penerbit.
PQM, dimana pada alat terdapat 2 menu yaitu setpoint
[5] William D Copper : Instrumentasi Elektronik dan
dan actual values. Setpoint untuk pengaturan pada alat,
Teknik Pengukuran, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1986.
sedangkan actual values untuk melihat hasil
pengukuran.
2. Dari hasil pengukuran yang didapatkan pada alat PQM
nilai-nilai besaran yang terukur yaitu arus, tegangan,
sudut phasa, daya, frekuensi dan harmonisa. Dari nilai
besaran yang terukur pada alat PQM memiliki nilai
yang sesuai dengan standar yang ada. Namun untuk
nilai besaran pada harmonisa untuk harmonisa arus
yang terukur melewati nilai standar harmonik arus.
Dimana ini disebabkan karena adanya penyimpangan
yang terjadi antara nilai arus dan tegangan yang tidak
sebanding, serta nilai harmonisa akan semakin besar
ketika satu motor digabungkan dengan berbagai macam
motor lainnya. Dimana jika ditotalkan maka akan
mendapatkan harmonisa total dari motor yang
digunakan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada Tugas Akhir
ini, maka diperoleh saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya menambahkan pengukuran dengan
menambahkan kapasitor pada rangkaian pengukuran
agar dapat memperbaiki nilai faktor daya pada motor.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Eka Resjiyanti Ibrahim. (2016). Analisis Pengaruh
Harmonisa pada Transformator 3 Fasa. Tugas Akhir.
PNUP, Makassar.
99
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Analisis Gangguan pada Gardu GT.PAL 020 di Kompleks Bumi
Permata Hijau Jalan Sultan Alauddin Makassar
Amalia Azhari Iskandar1), Hamma2)
1)
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
E-mail: amalia_azhariiskandar@yahoo.com
2)
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Abstrak
Gardu distribusi merupakan salah satu komponen utama dari suatu sistem distribusi PLN yang berfungsi untuk
menghubungkan jaringan ke konsumen. Bila terjadi arus lebih pada saluran distribusi ini dapat menyebabkan kerusakan
pada alat-alat listrik karena jika arus kerja bertambah melampaui batasan yang ditentukan dan tidak ada proteksi atau jika
proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya gangguan pada Fuse Cut Out serta bagaimana cara
mengatasinya. Pengumpulan data menggunakan metode studi literatur, metode wawancara, metode observasi dan metode
analisis. Penelitian ini difokuskan pada gardu distribusi GT.PAL 020 di kompleks Bumi Permata Hijau jalan sultan
Alauddin Makassar dengan analisis data yang diperoleh menggunakan beberapa persamaan dasar. Dari hasil analisis
diketahui penyebab terjadinya kerusakan pada Fuse Cut Out disebabkan oleh beban yang digunakan pada transformator
GT.PAL 020 melampaui dari kapasitas transformator dan NH Fuse yang tidak sesuai dengan spesifikasi transformator
sehingga tidak bekerja sebagaimana mestinya mengakibatkan fuse cut out yang berkerja yaitu dengan putusnya fuselink.
100
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
suatu sistem tenaga listrik, misalnya motor generator, 3. Konstruksi mekanis didasarkan pemasangan pada
transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi tiang.
abnormal over kondisasi sistem itu sendiri. Abnormal itu 4. Dihubungkan ke sistim distribusi dengan batas-
dapat berupa antara lain : hubung singkat, tegangan lebih, batas tegangan operasinya.
frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain. Adapun gambar dibawah ini merupakan bagian utama
Manfaat dari sistem proteksi adalah sebagai berikut: dari FCO, yaitu[4]:
1. Menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan
peralatan-peralatan akibat gangguan (kondisi
abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi
perangkat proteksi yang digunakan maka akan
semakin sedikit pengaruh gangguan kepada
kemungkinan kerusakan alat.
2. Cepat melokalisir luas daerah yang mengalami
gangguan, menjadi sekecil mungkin.
3. Dapat memberikan pelayanan listrik dengan
keandalan yang tinggi kepada konsumen dan
juga mutu listrik yang baik. Gambar 2. Fuse Cut Out
4. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang
ditimbulkan oleh listrik. Adapun cara menentukan Fuse Link adalah dengan
Untuk menjaga gardu distribusi tetap bekerja secara persamaan (1), sebagai berikut:
optimal sebaiknya digunakan beberapa komponen
!"#"$%&"$ !"#$%&'"(#!'" (!"#)
pengaman. Adapun komponen-komponen pengaman !"#$ !"#$ = ............(1)
!×!"#$%#$% !" (!)
yaitu Fuse Cut Out, Lightning Arrester, Panel Tegangan
Rendah, Saklar Pemutus Utama, dan NH Fuse. Fungsi Penangkal petir adalah suatu alat pelindung bagi
tiap komponen pengaman sebagai berikut : peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir. Alat
1. Fuse Cut Out (FCO) pelindung terhadap gangguan surja ini berfungsi
- Peralatan pengaman yang ditempatkan di sisi melindungi peralatan sistem tenaga listrik dengan cara
tegangan menengah. membatasi surja tegangan lebih yang datang dan
- Fuse yang dipasang di atas setingkat dari arus mengalirkannya ke tanah [8]. Berikut contoh gambar dari
nominal. Lightning Arrester yang dapat dilihat pada gambar
2. Lightning Arrester dibawah ini:
- Peralatan pengaman tegangan lebih, akibat
sambaran petir, maupun switching.
- Ditempat di sisi tegangan menengah dan
dibumikan.
3. Panel Tegangan Rendah
- Peralatan bantu, tempat meletakkan saklar
pemutus utama, rel-rel tegangan rendah dan fuse
holder, serta peralatan tegangan rendah lainnya.
Gambar 3. Lightning Arrester
4. Saklar Pemutus Utama
- Pengaman transformator jika terjadi hubung
Pada dasarnya semua konstruksi jaringan distribusi
singkat pada tegangan rendah.
tidak ada yang benar-benar aman dari gangguan yang
5. NH Fuse
datangnya dari dalam sistem itu sendiri maupun dari dari
- Berfungsi untuk membatasi arus jurusan.
luar sistem. Gangguan tersebut merupakan potensi yang
- Sebagai pengaman jika terjadi beban lebih atau
merugikan ditinjau dari beberapa hal, maka perlunya
hubung singkat pada jaringan tegangan rendah.
dipasang sistem proteksi yang berfungsi untuk mencegah
atau membatasi kerusakan pada gardu beserta
D. Definisi FCO
peralatannya dan menjaga keselamatan umum.
FCO merupakan sebuah alat pemutus rangkaian
1. Cara menentukan kapasitas NH Fuse pada gardu
listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja
distribusi
dengan cara meleburkan bagian dari fuse link yang telah
Adapun caranya dengan rumus persamaan (2),
dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya untuk itu.
sebagai berikut :
Perlengkapan fuse ini terdiri dari sebuah fuse support, fuse
holder dan fuse link sebagai pisau pemisahnya dan dapat !"#"$%&"$ !"#$%&'"(#!'" (!"#)
diindetifikasi dengan hal-hal seperti berikut : !" = .........................(2)
√!×!"#$%#$%
1. Tegangan Isolasi Dasar ( TID ) pada tingkat
distribusi. Setelah mendapatkan hasil dari menentukan NH fuse pada
2. Utamanya digunakan untuk penyulang TM dan gardu distribusi selanjutnya dibagi dengan jurusannya.
proteksi transformator Berikut contoh gambar dari NH Fuse yang dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:
101
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
tegangan menengah (PHB-TM), transformator distribusi
(TD) dan perlengkapan hubung bagi tegangan rendah
(PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi
para pelanggan baik dengan tegangan menengah (TM 20
kV) maupun tegangan rendah (TR 220/380).
Untuk menjaga gardu distribusi tetap bekerja secara
Gambar 4. NH Fuse optimal sebaiknya digunakan beberapa komponen
pengaman. Adapun komponen-komponen pengamannya
Untuk mengetahui persentase kapasitas transformator yaitu Fuse Cut Out, Lightning Arrester, panel tegangan
digunakan rumus persamaan (3), yaitu: rendah, saklar pemutus utama, NH Fuse.
Berikut adalah gambar single line gardu distribusi,
%=
!"!#$ !"#$%&&$% !"#$ !"#$%&%'( (!"#)
×100%.........(3) yaitu :
!"#"$%&"$ !"#$% (!"#)
Keterangan :
1. SUTM ( Saluran Udara Tegangan Menengah)
2. FCO ( Fuse Cut Out)
3. LA ( Lightning Arrester )
4. Transformator Distribusi
5. PHB TR ( Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah )
102
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
penentuan arus pengenalnya dilakukan dengan Untuk mengetahui arus tiap jurusannya digunakan rumus
menghitung batas ketahanan FCO tersebut. persamaan (3), yaitu :
!"",!"
3. Data Penelitian Arus tiap jurusan =
!
Gardu GT. PAL 020 di Jl. Sultan Alauddin area PT.
PLN (Persero) Area Makassar Selatan penyulang = 192,45 A
Alauddin di suplai dari gardu induk Panakukkang 150 kV.
Pada penyulang Alauddin terdapat 24 gardu transformator Berdasarkan perhitungan NH Fuse diatas, maka
yang dilayani, salah satu adalah GT.PAL 020 di Jl. Sultan didapatkan nilai arus NH Fuse tiap jurusannya sebesar
Alauddin di Perumahan BPH. Gardu GT. PAL 020 192,45 Ampere. Sehingga NH Fuse yang digunakan harus
terdapat 3 jurusan dan melayani kurang lebih 316 lebih dari kapasitas berdasarkan perhitungan. Adapun NH
pelanggan. Fuse yang terpasang di tiap jurusannya berbeda-beda.
Pada fasa R yang terpasang jurusan pertama sebesar 355
4. Menentukan Fuse Link pada FCO Ampere, jurusan dua sebesar 250 Ampere, jurusan tiga
sebesar 355 Ampere. Pada fasa S jurusan empat sebesar
Untuk menentukan Fuse Link pada FCO digunakan
200 Ampere, jurusan lima sebesar 200 Ampere, jurusan
rumus persamaan (1) yaitu :
enam 250 Ampere. Pada fasa T jurusan tujuh sebesar 250
Kapasitas : 400 kVA = 400.000 Volt Ampere
Ampere, jurusan delapan sebesar 250 Ampere, jurusan
Tegangan TM : 20 KV = 20.000 Volt sembilan sebesar 250 Ampere. Sebaiknya besar kapasitas
tiap NH Fuse sama agar menghasilkan beban
Jenis Transformator : 3 Fasa transformator yang seimbang, akan tetapi yang terpasang
di gardu kapasitas NH Fuse itu berbeda beda. Sehingga
!""""" tidak menghasilkan keseimbangan beban pada
!"#$ !"#$ = !×!"""" transformator. Maka, sebaiknya NH Fuse yang terpasang
perlu penyetaraan kapasitas agar terjadi keseimbangan
!"""""
= beban pada transformator.
!"#$$ Karena NH Fuse yang terpasang berbeda beda
kapasitasnya bahkan ada yang mencapai 355 Ampere,
= 11,56 A
sedangkan berdasarkan perhitungan hanya 192,45 Ampere
Dari hasil perhitungan diatas sebesar 11,56 Ampere. maka hal ini mengakibatkan NH Fuse melebihi
Karena tidak terdapat kapasitas Fuse Link sebesar 11,56 kapasitasnya dan tidak bisa berjalan sebagaimana
Ampere maka Fuse Link yang digunakan sebesar 12 mestinya sehingga pengaman pada tegangan menengah
Ampere. Dan berdasarkan hasil dari wawancara dari salah yaitu FCO yang berkerja yaitu dengan putusnya fuse link.
satu pegawai PLN di area Makassar Selatan mengatakan Terjadinya perbedaan kapasitas NH Fuse pada gardu
kapasitas Fuse Link yang terpasang di transformator GT.PAL 020 itu diakibatkan karena kurangnya
sebesar 12 Ampere tiap fasanya. Hasil dari perhitungan pemeliharaan pada gardu distribusi, sehingga dapat
dan Fuse Link yang terpasang sama. Dan apabila pada saat berimplikasi pada gangguan transformator. Maka
terjadi kelebihan arus dari kapasitas Fuse Link maka sebaiknya dilakukan penyetaraan NH Fuse di gardu
terjadinya pemutusan Fuse Link [6] . GT.PAL 020 dengan sebesar 210 Ampere berdasarkan
tabel daya transformator dan NH Fuse.
5. Menentukan kapasitas NH Fuse untuk Jaringan
Distribusi Perhitungan persentase kapasitas transformator
menggunakan rumus persamaan (3) :
Untuk menentukan kapasitas NH Fuse untuk jaringan
distribusi digunakan rumus persamaan (2), yaitu: !"!#$ !"#$%&&$% !"#$ !"#$%&%'( (!"#)
%= ×100%
!"#"$%&"$ !"#$% (!"#)
Kapasitas Transformator : 400 kVA
!"# !"#
%= ×100%
Tegangan : 20 KV/ 231-400 !"" !"#
103
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
V. KESIMPULAN FCO sebagai Pengaman Transformator 3 Phasa
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah terhadap Gangguan Surya Petir di Penyulang
dilakukan dengan judul Analisis Gangguan pada Gardu Pandean Lamper 5 Rayon Semarang Timur. Teknik
GT.PAL 020 di kompleks Bumi Permata Hijau jalan Elektro, hal 1-2.
Sultan Alauddin Makassar dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Penyebab terjadinya kerusakan pada FCO
disebabkan oleh beban yang tersambung pada
transformator GT.PAL 020 melampaui kapasitas
fasa tertentu dari transformator dan NH Fuse tidak
bisa mengamankan karena nilainya diatas kapasitas
yang menjadi tidak sesuai dengan spesifikasi NH
Fuse sehingga FCO yang berkerja untuk
mengamankan transformator pada saat terjadinya
gangguan (overload) yaitu dengan putusnya fuse link.
2. Untuk mengatasi terjadinya kerusakan FCO, maka
perlu dilakukan penyetaraan pada beban yang
dilayani, perlunya dilakukan pemeliharaan yaitu
berupa penyerataan NH Fuse dan dilakukan
managemen transformator.
REFERENSI
[1] Pangestu, & Agung, R. M. (2013). Analisa PMT Trip
pada Penyulang Tambak Lorok 7 yang disebabkan
oleh Putusnya Fuse Cut Out Pengaman Trafo 3
Phasa di Tiang U7-72. Semarang: Universitas
Dipenogoro.
[2] Pelayanan Teknik Banten Selatan. (2012, April 17).
Yantek Bansel. Dipetik januari 17, 2018, dari Yantek
Bansel:
https://yantekbansel.wordpress.com/2012/04/17/jarin
gan-tegangan-menengah-jtm/.
[3] Pelayanan Teknik Bnaten Selatan. (2012, april 17).
Yantek Bansel. Dipetik januari 17, 2018, dari Yantek
Bansel:
https://yantekbansel.wordpress.com/2012/04/17/jarin
gan-tegangan-rendah-jtr/.
[4] PLN. (2010). Standar Kontruksi Gardu Distribusi
dan Gardu Hubung Tenaga Listrik.
[5] Politeknik Negeri Ujung Pandang. (2016). Pedoman
Penulisan Proposal dan Skripsi Program Diploma
Empat (D-4). Makassar: Politeknik Negeri Ujung
Pandang.
[6] PT.PLN (Persero). (2017). SPESIFIKASI FUSE CUT
OUT. Jakarta Selatan: 2017.
[7] Setiono, I., & Prasetyo, D. (2016). Sistem Pengaman
Penyaluran Energi Listrik Satu Fasa Tegangan
Rendah dengan Menggunakan Fuse Cut Out. Jurnal
Teknik Elektro, hal 1-2 & 4-6.
[8] Wardana, A. N., & Subari, A. (2014). Perbandingan
Pengaruh Penempatan Arrester Sebelum dan Sesudah
104
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Penggunaan listrik dengan kapasitas besar terkadang menghadapi berbagai macam permasalahan. Permasalahan tersebut
antara lain adanya beban-beban induktif yang muncul akibat banyaknya macam beban yang terpasang yang menyebabkan
penurunan faktor daya. Penurunan faktor daya akan meningkatkan permintaan daya reaktif sehingga kualitas daya menurun
dan rugi-rugi naik. Untuk memenuhi kebutuhan daya reaktif secara umum dilakukan perbaikan faktor daya dengan
menggunakan kapasitor bank listrik. Perbaikan faktor daya adalah memberikan arus dengan phasa mendahului dalam
rangkaian sehingga memberikan perlawanan yang akan menetralisir arus pemagnetan yang ketinggalan phasanya. Faktor daya
harus ditingkatkan agar dapat memperbaiki daya keluaran maksimal dan dengan perbaikan faktor daya menyababkan
penghematan terhadap energi listrik yang dipakai untuk menyuplai daya beban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai
kompensasi daya reaktif dan mengetahui pengaruh pemasangan kapasitor bank pada faktor daya. Penilitian ini difokuskan pada
Sub Station #1 PT Makassar Tene dengan analisis data yang diperoleh menggunakan beberapa persamaan dasar. Dari hasil
analisis diketahui hasil kompensasi daya reaktif sebesar 40,49 kVAR dan memerlukan kapasitor 7 step dengan tiap bank
mengoreksi 5000 kVAR.
105
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
106
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
yang dipisahkan oleh bahan penyekat (isolator). Isolator ini 0,4 kV 0,4 kV
sering disebut bahan (zat) dielektrik. Sebuah kapasitor 400A 250A 6x630A 630A 200A 230A 400A 400A 130A 630A 3x330A 630A 630A 250A 400A
2.4 Metode Penempatan Kapasitor Bank Pada single line diagram diatas dapat dilihat
Metode penempatan dan hubungan kapasitor penempatan kapasitor bank menggunakan metode global
tergantung dari mana kita akan menggunakan kapasitor compensation pada busbar substation #1 sebelum beban.
tersebut dan berapa output kapasitor yang kita perlukan. Ada
tiga jenis dasar dalam merencanakan penempatan kapasitor 4.2 Data Arus dan Faktor Daya
yaitu Global Compensation, Individual Compensation, Berikut merupakan data arus dan faktor daya tiap jam
Group Compensation [1]. selama enam hari pada PT Makassar Tene mulai dari pukul
07.00 sampai dengan pukul 18.00.
III. METODE PENELITIAN
Pengambilan data pada penelitian kali ini pada PT. Tabel 1. Arus dan Faktor Daya Hari Pertama
Makassar Tene. Adapun waktu pengambilan data pada Cosϕ
Pukul Arus (A)
penelitian ini, dimulai dari bulan Februari 2018 sampai
dengan Juni 2018 dan diolah di kampus Politeknik Negeri 07.00 197 0,71
Ujung Pandang. Penelitian di mulai dengan mengumpulkan 0,72
data dengan cara melakukan studi literatur, wawancara dan 08.00 262
melakukan observasi langsung.Sedangkan teknik analisis 09.00 264 0,78
data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis
10.00 247 0,72
regresi.
11.00 241 0,70
107
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
108
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Tabel 6. Arus dan Faktor Daya Hari Keenam Nilai daya reaktif (QC) yang digunakan untuk
Pukul Arus (A) cosϕ perbaikan faktor daya dapat dihitung menggunakan
0,71 persamaan (2.16) yaitu:
07.00 196 !! = Q1 – Q2
08.00 240 0,70
09.00 0,74 = 114438,35 - 75738,35
263
= 38700 VAR
10.00 278 0,80
= 38,7 kVAR
11.00 248 0,71 Sehingga untuk memperbaiki faktor daya dari 0,73 menjadi
0,81 0,85 dibutuhkan kapasitor dengan rating sebesar 38,7 kVAR.
12.00 261 Berikut merupakan data hasil perhitungan kompensasi
13.00 251 0,77 daya reaktif (QC) berdasarkan metode segitiga daya.
14.00 255 0,81 Tabel 7. Tabel Hasil Perhitungan Kompensasi Daya Reaktif (!! )
15.00 0,78 Hari ke- !"# ! !"# !
P Qc (kVAR)
228
(kW)
16.00 226 0,73
I 0,73 0,85 122,24 39,11
17.00 241 0,77 II 0,72 0,85 115,77 38,7
0,80 III 0,73 0,85 126,54 40,49
18.00 238 IV 0,75 0,85 136,34 36,81
Rata-Rata 243,75 0,76 V 0,77 0,85 120,72 15,69
(sumber: Power Plant PT Makassar Tene)
VI 0,76 0,85 128,19 30,91
4.3 Perhitungan Kebutuhan Kapasitor Rata-rata 0,74 0,85 124,9 33,82
Berdasarkan tabel 2 data arus dan faktor daya terlihat Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat dilihat hasil
bahwa faktor daya lebih rendah dari faktor daya standard perhitungan Cosϕ1 rata-rata adalah 0,74 sementara Cosϕ2
yaitu 0,85. rata-rata adalah 0,85 menghasilkan kompensasi daya reaktif
Dari data-data pada tabel dapat dihitung daya aktif (P) sebesar 33,82 kVAR.
dengan menggunakan rumus sebagai berikut;
Daya (P) = Vn x I x cosϕ x 3 ..................................(2.2) 4.4 Perhitungan Kapasitor
= 400 x 242 x 0,73 x 3 Berdasarkan perhitungan kompensasi daya reaktif
= 122248,72 W didapatkan nilai QC tertinggi adalah 40,49 kVAR. Sehingga
Rata-rata faktor daya awal (cosϕ1) yang didapatkan dalam pemasangan kapasitor sistem dirancang menggunakan
pada tabel 2 yaitu 0,73, sehingga faktor daya: 1 modul 8 step dengan tiap bank mengkoreksi 5 kVAR atau
cosϕ1 = 0,73 5000 VAR. Sehingga dapat dihitung nilai arus kapasitor
ϕ1 = !"# !! x 0,73 dengan rumus sebagai berikut:
!"#
ϕ1 = 43,11 !! = ................................................................... (2.17)
!
Sehingga dapat dihitung nilai daya reaktif pada faktor daya !"""
awal (Q1). =
!""
Q1= P x tan ϕ1 ............................................................(2.15) = 12,5 A
= 122248,72 x tan 43,11
= 114438,35 VAR Menghitung reaktansi kapasitif
!
Rata-rata faktor daya pada tabel 2 cukup rendah yaitu 0,73. !! = .................................................................... (2.18)
!!
Faktor daya tersebut akan diperbaiki menjadi ( !"# ! ) !""
=
adalah 0,85 dengan menggunakan kapasitor bank. Maka !",!
perhitungannya menjadi: = 32 Ω
!"# ! = 0,85
= 31,78 Jadi, kapasitas kapasitor yang dibutuhkan adalah
! !
Q2 = P x tan ! C= ............................................................... (2.19)
!!"!!
= 122248,72 tan 31,78 !
=
= 75738,35 VAR ! ! !,!" ! !" ! !"
!
Analisa perhitungan setelah faktor daya dinaikkan =
!""#$
menjadi 0,85, perubahan terlihat pada daya reaktif lebih = 9,95x10!!
rendah. = 99,5 microFarad
109
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
110
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Dengan adanya energi listrik terbarukan kebutuhan listrik di masyarakat diperlukan untuk memberikan litrik, sehingga
seluruh masyarakat dapat menikmati menggunakan listrik untuk meningkatkan produktifitas dan perekenomian masyarakat.
Pembangkit Listrik Tenaga Hibryd (PLTH), salah satu dari energi terbarukan yaitu dengan memanfaat energi angin dan sel
surya untuk memutar kincir generator untuk menghasilkan listrik, akan tetapi diperlukannya alat monitoring untuk dilakukan
peningkatan kualitas PLTH yang efektif dan efisien. Tujuan tugas akhir ini adalah membuat perancangan alat monitoring
dengan mengukur putara motor, kecepatan angin, intensitas cahaya dan suhu pada PLTH,sebagai penunjang peningkatan
kualitas PLTH yang efektif dan efisien.Komponen yang digunakan antara lain sensor tegangan, sensor arus ACS712 30A,
sensor anemometer, sensor optocoupler, Sensor DHT-22 dan Sensor BH1750. Pada pembacaan nilai ketepatan digunakan
mikrokontroller Arduino Uno sebagai pengolah data dan memprogram tiap sensor parameter keluaran turbin angin dan sel
surya. Data yang diperoleh akan diolah dan dikirim dengan pemanfaatan media komunikasi serial dari arduino ke LCD
grafik. Data yang sudah didapatkan kemudian akan diproses oleh software Arduino IDE lalu akan dihubungkan LCD
grafik, juga dapat di tampilkan grafik dari data yang diperoleh secara realtime.
111
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
112
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
arus, daya, kecepatan angin, kecepatan generator, pemrograman dan tidak diperlukan pengkondisi sinyal
intensitas cahaya dan suhu ini melalui beberapa tahap. atau ADC.
Tahap-tahap perancangan dan pembuatan meliputi
perancangan penggunaan catu daya (DC power supply) 3.3.3 Prosedur Perancangan
dan perancangan penggunaan sensor. 1. Melakukan studi literatur untuk mengumpulkan
referensi yang berkaitan dengan sistem yang akan
3.3.1 Catu Daya dirancang.
Catu daya adalah rangkaian yang digunakan untuk 2. Melakukan pengadaan alat dan bahan yang
menyuplai tegangan ke alat monitoring PLTH. Prinsip dibutuhkan.
kerja catu daya yang digunakan adalah menurunkan 3. Merancang perangkat keras (hardware).
tegangan 5 Vdc sesuai dengan kebutuhan mikrokontroler. 4. Membuat desain user interface menggunakan
aplikasi perangkat lunak yang telah ditentukan.
3.3.2 Perancangan Sensor 5. Melakukan pengujian terhadap fungsi dari sistem
Perancangan ini meliputi beberapa perancangan yang telah dibuat.
sensor antara lain sensor tegangan, sensor arus, sensor 6. Membuat laporan hasil penelitian.
kecepatan angin, sensor kecepatan generator, sensor
intensitas cahaya, dan sensor suhu. 3.4 Tahap Pembuatan
Tahap pembuatan digunakan untuk merealisasikan
3.3.2.1 Sensor Tegangan alat monitoring setelah dilakukan perencanaan alat
Sensor ini digunakan untuk mengukur tegangan monitoring tersebut. Tahap pembuatan ini meliputi:
yang dihasilkan dari generator. Adapun keluaran dari 1. Pencetakan gambar rangkaian
sensor ini tidak boleh melewati 5 Volt DC agar tidak 2. Proses Pelarutan Pcb
merusak inputan dari mikrokontroler yang hanya bisa 3. Proses Pengeboran PCB
menerima input maksimal 5 Volt DC. 4. Proses Pemasangan Dan Penyolderan Komponen
5. Proses Pemrograman
3.3.2.2 Sensor Arus 6. Proses Pemasangan Alat Monitoring
Perancangan pemilihan sensor arus digunakan
sensor arus ACS712.Pada gambar 21 merupakan 3.5 Prinsip Kerja
rangkaian dari sensor arus ACS712. Secara umum prinsip kerja dari alat monitoring
parameter keluaran dari generator turbin angin dan panel
3.3.2.3 Sensor Kecepatan Angin surya ini ialah untuk melakukan monitoring daya yang
Pengukuran kecepatan angin terdiri dari baling – dihasilkan dari sebuah generator AC turbin angin dan sel
baling mangkok yang dikompel dengan piringan sensor surya. Dengan memanfaatkan beberapa sensor yang
dengan 18 celah, sensor kecepatan optocoupler. mampu membaca parameter seperti tegangan, arus, daya,
kecepatan angin (m/s), kecepatan putaran generator
3.3.2.4 Sensor Kecepatan Generator (RPM) (RPM), intensitas cahaya dan suhu. Data yang telah
Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan didapatkan kemudian diolah oleh mikrokontroler,
proses kebalikan dari suatu motor, dimana suatu selanjutnya akan ditampilkan pada sebuah LCD. Proses
poros/objek yang berputar pada suatu generator akan perancangan dalam pembuatan alat monitoring seperti
menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan tegangan, arus, daya, kecepatan angin (m/s), kecepatan
kecepatan putaran object. putaran generator (RPM), intensitas cahaya dan suhu.
Tahapan prinsip kerja dari alat monitoring parameter
3.3.2.5 Sensor Intensitas Cahaya keluaran dari generator turbin angin dan panel surya
Sensor cahaya BH1750 intensitas sensor modul tersebut terdiri dari:
dengan 16bit AD converter (ADC) built-in yang dapat 1. Permulaan mulai melakukan studi literatur untuk
langsung output sinyal digital, tidak ada kebutuhan untuk mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan
perhitungan yang rumit. Sensor BH1750 ini lebih akurat sistem yang akan dirancang.
dan lebih mudah untuk menggunakan, dari pada 2. Melakukan pengadaan alat dan bahan yang
menggunakan versi foto dioda, atau ldr sederhana yang dibutuhkan, jika masih terdapat dilakukan
hanya output tegangan dan perlu dihitung untuk perencanaan ulang.
mendapatkan data intensitas. 3. Merancang perangkat keras (hardware).
4. Membuat desain user interface menggunakan
3.3.2.6 Sensor Suhu DHT-22 aplikasi perangkat lunak yang telah ditentukan.
DHT-22 adalah chip tunggal kelembaban relatif 5. Melakukan pengujian terhadap fungsi dari sistem
dan multi sensor suhu yang terdiri dari modul yang yang telah dibuat, jika terjadi gangguan dilakukan
dikalibrasi keluaran digital. Pada pengukuran suhu data perbaikan pada alat monitoring arus, tegangan, daya,
yang dihasilkan 14 bit, sedangkan untuk kelembaban data kecepatan angin, kecepatan generator, intensitas
yang dihasilkan 12 bit. Keluaran dari DHT-22 adalah cahaya dan suhu.
digital sehingga untuk mengaksesnya diperlukan 6. Membuat laporan hasil penelitian
113
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
114
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
115
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
116
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Tingginya motivasi dan minat mahasiswa untuk mempelajari dan mengembangkan pembangkit tenaga listrik yang
baru dan terbarukan khususnya tenaga hibrid kian meningkat, sementara simulator PLTH yang terdapat pada laboratorium
praktikum pembangkit pada jurusan Teknik Elektro PNUP yang digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk mahasiswa
masih terdapat kekurangan yaitu pada sistem monitoringnya. Penelitian ini dilakukan untuk merancang dan membuat alat
monitoring simulator PLTH yang berfungsi untuk memonitor besaran tegangan, arus, daya, kecepatan angin, putaran
generator, suhu dan intensitas cahaya dengan memanfaatkan beberapa sensor seperti sensor tegangan, sensor arus ACS712,
sensor cahaya BH1750, sensor suhu DHT22, sensor anemometer dan sensor putaran generator yang kemudian diolah oleh
mikrokontroler Arduino Uno selanjutnya dikirimkan secara komunikasi serial ke PC secara realtime sehingga dapat
memudahkan kegiatan praktikum dalam memonitor parameter-parameter yang dibutuhkan. Dari hasil penelitian diperoleh
bahwa pengujian setiap sensor yang digunakan sudah baik, hal ini dikarenakan perbandingan antara pengukuran sensor
yang digunakan dengan pengukuran alat ukur standar didapatkan memiliki persentase error sama dengan atau kurang dari
10%. Dimana sensor tegangan memiliki persentase error terbesar 5.08%, sensor arus ACS712 20A 10%, sensor suhu
DHT22 1.79%, sensor cahaya BH1750 0.39%, sensor anemometer 5.4%, dan sensor optocoupler 1.21%. Dilakukan pula
perekaman data terhadap besaran nilai yang diperoleh pada pengujian dalam kurun waktu tertentu melalui aplikasi Delphi
7.
117
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
118
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
M. Database
Basis data (database) adalah kumpulan informasi
yang disimpan di dalam komputer secara sistematik
sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu program
komputer untuk memperoleh informasi dari basis data
tersebut. (Arrosyid) [13].
119
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Gambar 10. Bentuk Fisik rangkaian Alat Monitoring 1. Pengujian Sensor Tegangan.
120
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Tabel 2. Pengujian Sensor Arus ACS712 5. Pengujian Sensor Anemometer dan Sensor
Rata-rata Arus Optocoupler
Jenis
(Ampere) Standar Standar %
No Beban
Multi- Sensor Deviasi Error Error Error Tabel 5. Pengujian Sensor Anemometer
DC
meter ACS712 Rata-rata
Lampu Tegangan Kecepatan Angin
1 4.09 3.89 0.027 0.012 0.2 4.8
Pijar Input (m/s) Standar Standar %
No Error
Lampu Blower Sensor Deviasi Error Error
2 0.54 0.5 0.041 0.018 0.04 7.4 Anemo-
TL (Volt) Anemo-
meter
meter
3 Kipas 0.2 0.18 0.008 0.003 0.02 10
1 220 6.7 6.63 0.086 0.086 0.04 0.59
Berdasarkan tabel hasil pengujian, untuk pengujian 2 200 6.55 6.5 0.057 0.057 0.05 0.76
dengan jenis beban lampu pijar, diperoleh error 0.2, 3 180 6.38 6.35 0.057 0.057 0.03 0.47
persentase error 4.8%, standar deviasi 0.027, dan 4 160 6.31 6.21 0.057 0.057 0.1 1.58
ketidakpastian 0.012. Secara keseluruhan pengujian sensor 5 140 6.17 6.21 0.082 0.082 0.04 0.64
arus ini memiliki persentase error sama dengan atau 6 120 5.3 5.59 0.09 0.09 0.29 5.4
kurang dari 10%. Hal ini menunjukkan kinerja sensor yang
digunakan cukup baik. Berdasarkan table 5 hasil pengujian dengan tegangan
input blower 220 volt, diperoleh error 0.04, persentase
3. Pengujian Sensor Suhu error 0.59%, standar deviasi 0.086, dan ketidakpastian
0.086. Secara keseluruhan pengujian sensor arus ini
Tabel 3. Pengujian Sensor Suhu DHT22 memiliki persentase error kurang dari 10%. Hal ini
Tegangan Rata-rata menunjukkan kinerja sensor yang digunakan baik.
Input Suhu (0C) Standar Standar %
No Error
Blower Termo Sensor Deviasi Error Error Tabel 6. Pengujian Sensor Optocoupler
(Volt) meter DHT22 Rata-rata
1 220 28.8 28.34 0.054 0.024 0.46 1.59 Tegang Putaran Generator
an (RPM) Standar Standar %
2 200 28.9 28.44 0.1 0.044 0.46 1.59 No
Input Deviasi Error
Error
Error
Sensor
3 180 28.9 28.44 0.054 0.024 0.46 1.59 Tacho-
Blower Opto-
meter
4 160 28.9 28.44 0.054 0.024 0.46 1.59 (Volt) coupler
5 140 28.9 28.46 0.054 0.024 0.44 1.52 1 220 463.8 463.2 1.643 0.073 0.6 0.12
6 120 29 28.48 0.056 0.025 0.52 1.79 2 200 456 453.6 2.509 1.122 2.4 0.52
3 180 449.1 445.8 1.643 0.073 3.3 0.73
4 160 441.3 439.8 1.643 0.073 1.5 0.33
Berdasarkan tabel hasil pengujian, untuk pengujian 5 140 418.5 413.4 3.911 1.749 5.1 1.21
dengan tegangan input blower 220 volt, diperoleh error 6 120 307.4 304.8 1.643 0.073 2.6 0.84
0.46, persentase error 1.59%, standar deviasi 0.054, dan
ketidakpastian 0.024. Secara keseluruhan pengujian sensor Berdasarkan table 6 hasil pengujian dengan tegangan
arus ini memiliki persentase error kurang dari 10%. Hal ini input blower 220 volt, diperoleh error 0.6, persentase
menunjukkan kinerja sensor yang digunakan baik. error 0.12%, standar deviasi 1.643, dan ketidakpastian
121
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
0.073. Secara keseluruhan pengujian sensor arus ini Ujung Pandang, serta kerabat dekat penulis khususnya di
memiliki persentase error kurang dari 10%. Hal ini Program Studi D4 Teknik Listrik.
menunjukkan kinerja sensor yang digunakan baik.
REFERENSI
6. Pengujian Software [1] Widiastuti, Nelly Indriani dan Rani Susanto. 2012.
Kajian Sistem Monitoring Dokumen Akreditasi
Teknik Informatika UNIKOM. Majalah Ilmiah
UNIKOM Vol.12 No.2.
[2] Pelle, Yulian. 2013. Analisa Gabungan Dua
Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Laboratorium
Listrik Politeknik Negeri Sriwijawa. Tugas Akhir.
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
[3] Rahardjo, I dan Fitriana I. 2006. Analisi Potensi
Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia.
Strategi Penyediaan Listrik Nasional dalam rangka
Mengantisipasi Pemanfaatan PLTU Batubara Skala
Kecil, PLTN dan Energi Terbarukan.
[4] Herlina. 2009. Analisis Dampak Lingkungan dan
Biaya Pembangkitan Listrik Pembangkit Listrik
Tenaga Hibrida di Pulau Sebesi Lampung Selatan.
Gambar 14. Monitoring Parameter Keluaran PLTH secara Real Tesis. Depok: Universitas Indonesia.
Time [5] Kahfi, Ashabul dan Rahmat Harianto. 2017.
Perancangan Alat Monitoring Parameter Keluaran
Gambar 14 menunjukkan bahwa monitoring Generator Turbin Angin. Skripsi. Makassar:
parameter keluaran PLTH dilakukan secara real time Politeknik Negeri Ujung Pandang.
dengan delay pengambilan data selama 10 detik. dan [6] Fachri, Muhammad Rizal dkk. 2015. Pemantauan
hasilnya dapat dilihat pada database yang telah dibuat Parameter Panel Surya Berbasis Arduino secara Real
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15 dan Gambar 16. Time. Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 11, No. 4,
Agustus 2015, hal. 123-128.
[7] prasetyanta, Benediktus Dimas Eka. 2017.
Purwarupa Sistem Kontrol dan Pemantauan
Greenhouse untuk Pembibitan Anggrek Dendrobium
dengan Tampilan Web. Tugas Akhir.Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Gambar 15. Tampilan Database di Delphi 7 [8] Launda, Andry Petrus dkk. 2017. Prototipe System
Pengering Biji Pala Berbasis Mikrokontroler
Arduino Uno. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer
Vol. 6, No. 3, 2017, hal. 141-147, ISSN: 2301-8402.
[9] Heriyanto. 2015. Implementasi RFID TAGS pada
Sistem Kontrol Pintu Geser Otomatos Berbasis
Mikrokontroler. Tugas Akhir. Surabaya: Institut
Gambar 16. Tampilan Database di Ms.Access Teknologi Sepuluh Nopember.
[10] Fitriandi, Afrizal dkk. 2016. Rancang Bangun Alat
Monitoring Arus dan Tegangan Berbasis
V. KESIMPULAN Mikrokontroler dengan SMS Gateway.
1) Perancangan dan pembuatan alat monitoring ELECTRICIAN – Jurnal Rekayasa dan Teknologi
tegangan, arus, daya, kecepatan angin, putaran Elektro Vol 10, No. 2, Mei 2016.
generator dan intensitas cahaya pada simulator [11] Riyanto. 2017. Rancang Bangun Sistem Informasi
PLTH. Pelayanan Haji Plus dan Umroh (Studi Kasus: PT.
2) Pembuatan aplikasi visual yang dapat menampilkan Arminareka Perdana Wonosobo). Tugas Akhir.
besaran tegangan, arus, daya, kecepatan angin, Yogyakarta: Universitas Teknologi Yogyakarta.
putaran generator dan intensitas cahaya pada [12] Alam, M. Agus J. 2003. BELAJAR sendiri:
simulator PLTH secara real time. Mengolah Database dengan Borland Delphi 7.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
[13] Arrosyid, Moch Harun dkk. 2011. Implementasi
Wireless Sensor Network Untuk Monitoring
UCAPAN TERIMA KASIH
Parameter Energi Listrik Sebagai Peningkatan
Terima kasih ditujukan kepada kedua Dosen Layanan Bagi Penyedia Energi Listrik. Surabaya:
Pembimbing, Dosen Teknik Listrik Politeknik Negeri Politeknik Negeri Surabaya.
122
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Sistem kelistrikan yang baik ialah sebuah sistem yang handal dalam penyaluran aliran daya, yaitu mampu mengurangi
besar rugi-rugi daya dan mengefisiensikan besarnya jatuh tegangan pada sistem. Untuk itu dilakukan perhitungan aliran
daya yang mengalir dari bus ke bus dalam sistem interkoneksi dan besarnya rugi-rugi daya serta efisiensi penyaluran
tenaga listrik pada saluran transmisi. Pada skripsi ini penulis melakukan penelitian dengan menentukan aliran daya pada
Aliran daya sistem kelistrikan SULSELBAR sebelum dan setelah PLTU Mamuju 2x25 MW terhubung. Berdasarkan hasil
simulasi yang dibuat menggunakan aplikasi ETAP 12.6.0. perubahan aliran daya sebelum dan setelah PLTU Mamuju 2 x
25 MW terhubung, perubahan terbesar ditemukan pada arah aliran daya antara bus Gardu Induk (GI) Majene dan GI
Mamuju dengan perubahan arah aliran daya yang sebelumnya dari GI Majene ke GI Mamuju berbalik arah dari GI
Mamuju ke GI Majene hal ini karena daya yang dibangkitkan oleh PLTU Mamuju 2 x 25 MW sebesar 30 MW melebihi
kebutuhan daya pada GI Mamuju yang hanya sekitar 24,6 MW, dan kebelihan energi tadi selanjutnya disalurkan ke GI
Majene. Perubahan nilai rugi rugi daya juga terjadi yaitu rugi-rugi daya saluran dari GI Mamuju ke GI Majene menjadi
lebih baik dari 0,05 MW menjadi 0,004 MW, sedangkan rugi-rugi daya terbesar secara keseluruhan sistem kelistrikan
SULSEBAR terjadi pada saluran antara GI Tallasa ke GI Sungguminasa sebesar 3,7 MW.
123
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
!!
Rugi daya nyata = ! ! ! (1)
!
!!
Rugi daya reaktif = ! ! ! (2)
!
Dengan :
R = Resistansi (Ohm/km)
X= Reaktansi (Ohm/km)
L= Panjang saluran (km)
Dengan :
I = Arus Saluran (A)
R = Resistansi Saluran (Ohm)
!"
! 100% (4)
!"
Keterangan :
Pr = Daya yang diterima (W)
Ps = Daya yang dikirim (W)
C. Segitiga Daya
Daya semu (S) merupakan resultan dari dua
komponen, yaitu daya nyata (P) dan komponen daya
reaktif (Q).
Gambar 1. Flowchart Penelitian
! = !. !. !"# ∅
! = !. !. !"# ∅ Metode penelitian dilakukan dengan melakukan hal-
! = ! ! + √! ! atau S= V.I hal sebagai berikut :
1. Studi literatur untuk mendapatkan informasi dari
Keterangan : berbagai sumber, baik itu dari jurnal-jurnal
P = Daya aktif (Watt) elektronik maupun buku-buku yang pembahasannya
Q = Daya reaktif (Var) sesuai dengan judul maupun tujuan dari tugas akhir
S = Daya terpasang (VA) ini. Adapun salah satu buku yang dijadikan referensi
V = Tegangan (V) perhitungan dari tugas akhir ini adalah buku karya
A = Arus (Ampere) William D. dan Stevenson, Jr. tentang Analisis
∅ = Beda sudut asa (Deg atau Rad) Sistem Tenaga Listrik edisi keempat yang dialih
bahasakan oleh seorang insinyur bernama Ir. Kamal
Idris. Buku ini diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan
III. METODE PENELITIAN Erlangga pada tahun 1983.
Pada Penelitian ini sistem kelistrikan SULSELBAR 2. Kemudian melakukan wawancara yang dilakukan
menjadi objek penelitian. Berikut flowchart untuk dengan mewawancarai Bapak Supardin di PT UPT
menyelesaikan penelitian ini : PLN SULSELRABAR. Teknik wawancara penulis
lakukan dengan menanyakan segala sesuatu yang
tidak diketahui atau tidak jelas dari data yang
diperoleh.
124
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
125
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
126
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Gardu Gardu
Gardu Tahanan Panjang Gardu Tahanan Panjang
Induk Arus Induk Arus
No Induk (Ohm/K Saluran No Induk (Ohm/K Saluran
Tujua (A) Tujua (A)
Asal m) (Km) Asal m) (Km)
n n
PLTU Punaga GI GI
44 46,7 0,111 43,57
Bosowa ya Sidera Silae
GI GI GI GI
45 192,6 0,111 10
22 Punaga Jenepo 146 0,129 24,49 Sidera Tallise
ya nto GI
46 PJPP1 201,6 0,111 17,6
GI GI Tallise
23 Jenepon Buluku 112,6 0,129 46,4 GI
GI
to mba 47 Pangke 190 0,244 37,7
Mandai
GI GI p 70 kV
24 Jenepon Bantae 111,2 0,0345 28 GI GI
48 147,6 0,236 5
to ng Mandai Daya
GI GI GI
GI
25 Bantaen Buluku 111,2 0,129 20 Tallo
49 Bontoa 85,4 0,236 4,2
g mba Lama
la
GI 70 kV
GI
26 Buluku 74,5 0,134 59,05 GI
Sinjai GI
mba 50 Sengka 205 0,072 35,4
Sidrap
GI ng
GI
27 Buluku 42,6 0,122 137,2 Menentukan rugi-rugi daya dilakukan dengan
Bone
mba
menggunakan persamaan 3 pada tinjauan pustaka, berikut
GI GI
28
Bone Sinjai
25,3 0,116 74,01 penulis menggunakan sampel pada saluran transmisi
GI Sulawesi Barat yaitu antara Gardu Induk Majene ke Gardu
GI Induk Mamuju :
29 Soppen 59,6 0,119 43,27
Bone
g - GI Majene – GI Mamuju
GI Diketahui: I = 35,5 A
GI
30 Soppen 23,5 0,121 53,08 R = 0,129 Ohm/km
Sidrap
g
Panjang Saluran = 114,3 km
GI
31 Sengka
GI
205 0,0145 40
Sehingga, rugi-rugi daya = 3 ! ! ! ! ! ! !
ng
Sidrap = 3 ! 35,5! ! 0,129 ! 114,3
GI = 0,055 MW.
GI Karena terdapat 2 saluran maka rugi-rugi daya total
32 Pare- 190,2 0,122 19,1
Sidrap
Pare yaitu :
BB Rugi-rugi daya total = 2 x 0,055 = 0,11 MW.
GI
33 PLTB 26,6 0,0345 7 Setelah menentukan rugi-rugi daya saluran transmisi,
Sidrap
Sidrap kemudian menentukan efisiensi penyaluran energi listrik
BB tersebut, sesuai dengan persamaan 4 pada tinjauan
BB
34 PLTB 120,7 0,0345 123 pustaka, dengan menggunakan sampel saluran transmisi
Maros
Sidrap
yang sama pada perhitungan rugi-rugi daya sebagai
BB
BB berikut :
35 Patalas 70 0,0345 40
Maros - GI Majene – GI Mamuju
ang
GI Diketahui : Daya Kirim : 17,4 MW
BB Rugi-rugi daya : 0,11 MW
36 Sunggu 87,5 0,0345 40
Maros
minasa Berdasarkan persamaan 4.2 pada halaman 21 tentang
BB GI efisiensi
37 Patalasa Sunggu 70 0,0345 10 Sehingga, efisiensi Saluran
ng minasa
GI GI !"#" !"#$%&'($) − !"#$ !"#"
38 37,3 0,073 105,48
Makale Sidrap = !100%
GI GI !"#" !"#$%&'($)
39 122,3 0,129 37,35
Palopo Makale
!",!!!,!!
BB GI Efisiensi = !100% = 99,3%
40 79,9 0,0345 100 !",!
Wotu Palopo
BB1 BB
41 81,5 0,0345 109 Berikut data hasil perhitungan rugi-rugi daya dan
Pamona Wotu
BB 2 GI efisiensi pada sistem kelistrikan SULSELBAR sebelum
42 186,7 0,111 43,57 dan setelah PLTU Mamuju terhubung :
Pamona Poso
GI
43 GI Poso 172,9 0,111 43,57
Sidera
127
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Tabel 3. Nilai rugi-rugi daya dan efisiensi energi lirik sesuai Daya Rugi-
hasil simulasi sistem kelistrikan SULSELBAR sebelum PLTU Gardu Efisie
Gardu Terkiri rugi
Mamuju 2 x 25 MW terhubung. No Induk nsi
Induk Asal m daya
Tujuan (%)
(MW) (MW)
Daya Rugi-
Gardu Efisie GI
Gardu Terkiri rugi GI
No Induk nsi 24 Buluku 23,5 0,02 99,37
Induk Asal m daya Jeneponto
Tujuan (%) mba
(MW) (MW)
GI
GI
GI 25 Bantaen 23,2 0,06 99,90
1 GI Majene 17,4 0,11 99,36 Jeneponto
Mamuju g
GI GI GI
2 GI Polmas 30,2 0,14 99,54 26 23,1 0,07 99,74
Majene Sengkang Soppeng
GI GI
GI 27 12,7 0,03 99,48
3 GI Bakaru 54,2 0,12 99,79 Bulukumba Sinjai
Polmas
GI
GI Pare- 28 GI Bone 3,4 0,02 99,16
4 GI Polmas 7,2 0,03 99,56 Bulukumba
Pare GI
GI Pare- GI 29 GI Bone 5 0,17 99,58
5 11,4 0,03 99,77 Sinjai
Pare Pinrang 30 GI Soppeng GI Bone 33,8 0,02 99,48
GI Pare- GI GI
6 86,2 0,52 99,40 31 GI Soppeng 7,2 0,19 99,78
Pare Balusu Sidrap
7 GI Balusu Abarru 130,6 1,09 99,16 GI GI
32 120 0,62 99,84
Sengkang Sidrap
GI GI Pare-
8 Abarru 121 2,02 98,33 33 GI Sidrap 110,4 0,00 99,44
Pangkep Pare
GI BB
9 GI Kima 16,7 0,12 99,27 34 GI Sidrap PLTB 12,6 0,58 99,99
Pangkep
GI Sidrap
10 GI Bosowa 16,8 0,05 99,68
Pangkep BB PLTB BB
35 77,8 0,04 99,26
GI Sidrap Maros
11 GI Tello 16,9 0,09 99,47
Bosowa BB
GI 36 BB Maros Patalasa 25 0,06 99,85
12 GI Tello 39,6 0,06 99,86
Kima ng
GI Tello GI
13 GI Tello 93,6 0,11 99,88 37 BB Maros Sunggu 31,2 0,01 99,81
Lama
GIS minasa
GI Tallo GI
14 Bontoal 10,8 0,004 99,97 BB
Lama 38 Sunggu 24,9 0,23 99,96
a Patalasang
GI minasa
15 GI Tello Panakuk 78 0,86 99,91 GI
39 GI Palopo 45,1 0,14 98,88
ang Makale
GI
GI 40 BB Wotu 76,8 0,15 99,82
16 GI Makale 27 0,51 99,16 Palopo
Sidrap BB1 BB
41 78,4 1,00 99,80
GI Pamona Wotu
17 SungguMin GI Tello 296 0,05 99,71 BB 2
42 GI Poso 96 0,86 98,96
asa Pamona
GI GI GI
43 GI Poso 87,6 0,86 99,02
18 SungguMin Tanjung 57 6,39 99,90 Sidera
asa Bunga 44 GI Sidera GI Silae 23,2 0,06 99,73
GI
GI
19 GI Tallasa Sunggu 344,4 1,18 98,15 45 GI Sidera 45,6 0,24 99,46
Tallise
minasa
GI GI 46 GI Tallise PJPP1 24 0,24 99,01
20 198,9 1,14 99,41
Punagaya Tallasa GI Pangkep GI
47 46 1,10 97,61
GI PLTU GI 70 kV Mandai
21 160,4 0,03 99,29
Bosowa Tallasa
48 GI Mandai GI Daya 15,6 0,08 99,50
GI GI Tallo GI
GI PLTU
22 Punagay 45,5 0,29 99,93 49 Lama 70 Bontoal 20,4 0,04 99,79
Bosowa
a kV a
GI
GI
23 Jenepon 64,2 0,15 99,55
Punagaya
to
128
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Tabel 4. Nilai rugi-rugi daya dan efisiensi energi lirik sesuai Daya Rugi-
hasil simulasi sistem kelistrikan SULSELBAR setelah PLTU Gardu Gardu Efisie
Terki rugi
Mamuju 2 x 25 MW terhubung No Induk Induk nsi
rim daya
Asal Tujuan (%)
(MW) (MW)
Daya Rugi-
Gardu Gardu Efisie GI
Terki rugi GI
No Induk Induk nsi 25 Buluku 28,6 0,096 99,67
rim daya Bantaeng
Asal Tujuan (%) mba
(MW) (MW)
GI
GI GI 26 Bulukumb GI Sinjai 18,2 0,132 99,28
1 2,6 0,015 99,42 a
Mamuju Majene
GI
GI 27 Bulukumb GI Bone 9,2 0,091 99,01
2 GI Polmas 9,4 0,012 99,87
Majene a
GI 28 GI Sinjai GI Bone 1,1 0,016 98,50
3 GI Bakaru 29,2 0,033 99,89
Polmas
GI
29 GI Bone 21,8 0,110 99,50
GI Pare- Soppeng
4 GI Polmas 3,2 0,008 99,75
Pare GI GI
30 8,4 0,021 99,75
Soppeng Sidrap
GI Pare- GI
5 11,3 0,026 99,77 GI GI
Pare Pinrang 31 106 0,146 99,86
Sengkang Sidrap
GI Pare- GI GI Pare-
6 71,6 0,356 99,50 32 GI Sidrap 99,4 0,506 99,49
Pare Balusu Pare
BB PLTB GI
7 GI Balusu Abarru 119,2 0,913 99,23 33 4 0,001 99,97
Sidrap Sidrap
BB PLTB BB
GI 34 61,2 0,371 99,39
8 Abarru 109,8 1,669 98,48 Sidrap Maros
Pangkep BB
GI 35 BB Maros Patalasa 17,8 0,020 99,89
9 GI Kima 22 0,187 99,15 ng
Pangkep
GI
GI GI 36 BB Maros Sunggu 22,2 0,032 99,86
10 21 0,082 99,61
Bosowa Pangkep minasa
GI GI
11 GI Tello 21,4 0,135 99,37 BB
Bosowa 37 Sunggu 17,8 0,005 99,97
Patalasang
minasa
12 GI Tello GI Kima 44,7 0,072 99,84 GI
38 GI Makale 12,6 0,064 99,49
Sidrap
GI
15 GI Tello Panakuk 79,8 0,078 99,90 GI
39 GI Palopo 30,4 0,216 99,29
ang Makale
GI GI
16 SungguMi GI Tello 306,8 0,922 99,70 40 BB Wotu 76 0,132 99,83
Palopo
nasa
BB1 BB
GI GI 41 77,6 0,150 99,81
Pamona Wotu
17 SungguMi Tanjung 57 0,055 99,90
nasa Bunga BB 2
42 GI Poso 96,8 1,011 98,96
Pamona
GI
GI
18 GI Tallasa Sunggu 371,8 7,445 98,00 43 GI Poso 88,2 0,867 99,02
Sidera
minasa
GI GI 44 GI Sidera GI Silae 23,4 0,063 99,73
19 219,6 1,435 99,35
Punagaya Tallasa GI
45 GI Sidera 45,8 0,247 99,46
GI PLTU GI Tallise
20 168,1 1,251 99,26
Bosowa Tallasa 46 GI Tallise PJPP1 24,1 0,238 99,01
GI
GI PLTU GI
21 Punagay 112,1 0,205 99,82 GI
Bosowa 47 Pangkep 47,2 0,996 97,89
a Mandai
70 kV
GI
GI GI
22 Jenepont 75,6 0,404 99,47 48 GI Daya 15,3 0,077 99,50
Punagaya Mandai
o
GI Tallo
GI GI
GI 49 Lama 70 20,2 0,043 99,79
23 Buluku 29,1 0,228 99,22 Bontoala
Jeneponto kV
mba
GI GI
GI 50 106 0,643 99,70
GI Sengkang Soppeng
24 Bantaen 28,7 0,036 99,88
Jeneponto
g
129
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Aliran daya sistem jaringan listrik SULSELRABAR
mengalami perubahan arah aliran daya sebelum dan
sesudah masuknya PLTU Mamuju 2 x 25 MW yaitu
pada aliran daya listrik yang awalnya berasal dari GI
Majene ke GI Mamuju menjadi berbalik arah dari GI
Mamuju ke GI Majene.
2. Pada kondisi malam hari/beban puncak nilai rugi-
rugi daya terbesar pada GI Tallasa ke GI
Sungguminasa sebesar 6,37 MW, setelah PLTU
Mamuju 2 x 25 MW keadaan sebaliknya menjadi
7,31 MW, hal ini terjadi karena lonjakan arus yang
tinggi Sedangkan rugi rugi daya paling rendah adalah
pada saluran transmisi dari GI Sidrap ke GI PLTB
Sidrap sebesar 0,0001 MW pada kondisi setelah
PLTU Mamuju 2 x 25 MW terhubung setelah
sebelumnya pada kondisi sebelum terhubung
memiliki rugi-rugi daya sebesar 0,58 MW.
3. Nilai efisiensi saluran sesuai dengan rugi-rugi daya,
ketika rugi daya kecil maka efisiensi penyaluran
tenaga lirik semakin baik, sedangkan ketika rugi daya
besar maka efisiensi penyaluran tidak baik pula.
Efisiensi penyaluran dapat dikatakan cukup baik rata-
rata mencapai 99%, Pada kondisi malam hari/ beban
puncak efisiensi paling rendah adalah 98,15% pada
saluran transmisi dari GI Sungguminasa ke GI
Tallasa untuk kondisi PLTU Mamuju 2 x 25 MW
sedangkan setelah terhubung efisiensi menjadi 98%
hal ini dipengaruhi karena rugi-rugi daya yang
bertambah sebesar 12,8%.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kami ucapkan kepada Allah SWT,
kedua orang tua serta semua pihak yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan peelitian ini.
REFERENSI
[1] Cekdin, C. (2010). Sistem Tenaga Listrik.
Palembang: ANDI Yogyakarta.
[2] Saadat, H. (1998). Power system analysis. New york:
The McGraw-Hill Companies.
[3] Destiarini, T. (2009, November). Studi & Analisa
Aliran Daya Pada Sistem Sumatera Utara – Nangroe
Aceh Darussalam Dengan Menggunakan Program
Power System Simulation Engineering (PSS/E) Versi
31.0.0. Repositori Institusi Universitas Sumatera
Utara, 4. Dipetik Maret 28, 2018, dari
repository.usu.ac.id.
[4] Kosasih, & Barum, G. (2017, Maret). Analisa Rugi-
Rugi Daya Pada Saluran Transmisi Tegangan Tinggi
150 kV pada Gardu Induk Jajar-Gondangrejo. Jurnal
Teknik Elektro, 4. Dipetik Maret 28, 2018, dari
eprints.ums.ac.id.
130
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Pada penelitian ini membahas tentang distance relay sebagai salah satu jenis alat alat proteksi yang digunakan pada
saluran transmisi 70 KV antara GI Mandai – GI Pangkep. Penelitian ini dibuat mengingat kebutuhan akan listrik selalu
bertambah yang memungkinkan terjadinya gangguan pada system tenaga listrik khususnya pada jaringan transmisi.
Saluran transmisi tegangan tinggi ada dua jenis yaitu: Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Kabel
Tegangan Tinggi (SKTT). Fungsi dari SUTT adalah sebagai penyalur tenaga listrik dari pusat pembangkit gardu induk atau
dari gardu induk yang satu ke gardu induk lainnya. Yang dimaksud dengan system proteksi jaringan transmisi tegangan
tinggi adalah system pengamanan terhadap gangguan yang terjadi pada SUTT tersebut. Tujuan penelitian untuk
menghitung berapa setting impedansi relai jarak dan bagaimana kecepatan kerja nya. Berikut langkah-langkah yang
menjadi acuan dari penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini yaitu : mengenali permasalahan yang akan diteliti,
mengumpulkan data settingan relay jarak, pengujian settingan relay jarak, membuat dan menyajikan solusi terhadap
settingan relay dengan pola proteksi yang lebih optimal, dan memberikan kesimpulan terhadap kasus yang penulis angkat
pada tulisan. Kecepatan relay sangatlah baik untuk melindungi system yang ada. Apabila terjadi gangguan, maka relay
bekerja dengan cepat. Sehingga apabila distance relay memproteksi letak dan jarak terjadinya gangguan maka distance
relay akan bekerja dengan cepat serta memilih pemutus jaringan yang terdekat dari gangguan untuk membuka. Maka
kegagalan relay proteksi sangatlah kecil.
Keywords: Distance Relay, Setting Impedansi, Jaringan Transmisi 70 KV, DIG SILENT.
131
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
132
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
proteksi. Daerah proteksi atau zona 1 berfungsi sebagai bekerja sebanding terhadap arus I dan bekerja berbanding
proteksi utama untuk saluran yang dilindunginya dan terbalik terhadap tegangan V atau sebanding terhadap I/V
tergolong sebagai instantaneous relay karena reaksinya = I/Z, dan diakatakan relai bersifat mho.
yang cepat, daerah proteksi relai jarak ini sejauh 80%-90% b. Elemen pengukur
dari panjang saluran gardu induk. Penyetelan perlambatan Suatu keping induksi yang digerakkan oleh dua
waktu untuk daerah proteksi ini (t1) umumnya tanpa kumparan tegangan yang masing-masing menghasilkan
perlambatan waktu dengan maksud bahwa penyetelan kopel yang berlawanan arah pada keping induksi.
waktu adalah 0. Daerah proteksi 2 berfungsi untuk c. Elemen pengatur waktu
melindungi 15%-20% bagian dari jaringan yang tidak Mengatur waktu kerja elemen pengukur untuk setiap
terproteksi oleh daerah proteksi 1 ditambah 50% dari zona protkesi misalnya t1 untuk zona 1, t2 untuk zona 2,
saluran berikutnya dengan perlambatan waktu (t2). dan t3 untuk zona 3.
Daerah proteksi 3 mencakup 50% dari saluran yang tidak Apabila terjadi gangguan pada SUTT, maka mula-mula
terjangkau oleh daerah proteksi 2, dengan waktu elemen star S bekerja. Elemen star memerintahkan elemen
perlambatan operasi yang lebih lambat (t3) disamping itu pengatur waktu T yang umumnya berhubungan langsung
di daerah proteksi 3 masih menjangkau 25% jaringan dengan elemen pengatur zona I Z1, sehingga apabila
berikutnya. Impedansi yang digunakan sebagai dasar gangguan terjadi dalam zona 1 maka relai akan bekerja
penyetelan relai jarak adalaj impedansi urutan positif, dan seketika tanpa time delay (penundaan waktu).
impedansi saluran transmisi pada sisi sekunder Current Faktor yang mempengaruhi Distance Relay
Transformator (CT) dan Voltage Transformator (VT) a. Pengaruh Infeed
dapat dihitung dengan rumus : Yang dimaksud Infeed yaitu adanya pengaruh
!"#$%&'(&)%& !" penambahan atau pengurangan arus yang melalui titik
Z! = x Z!
!"#$%&'(&)%& !" terhadap arus yang ditinjau. Adanya pengaruh ini akan
Dimana : membuat impedansi yang dilihat relai jarak seolah-olah
perbandingan CT =
!"#$ !"#$%" menjadi lebih besar atau menjadi lebih kecil.
!"#$ !"#$%&"' b. Mutual Impedansi
Bila SUTT menggunakan satu tower yang digunakan
!"#$ !"#$%"
perbandingan CT = untuk sirkit-1 dan sirkit-2, maka akan timbul mutual
!"#$ !"#$%&"'
induktif kopling diantara dua sirkit tersebut. Untuk
Keterangan :
pengukuran impedansi urutan positif dan negative
!! = Impedansi sisi sekunder CT dan VT / impedansi
pengaruh mutual kopling sangat kecil sehingga dapat
yang terukur oleh relai jarak (Ω) diabaikan. Namun untuk pengukuran impedansi urutan nol
!! = Impedansi sisi primer CT dan VT / impedansi maka pengaruh mutual kopling tidak bisa diabaikan.
saluran transmisi (Ω) Proteksi penghantar yang hanya menggunakan pengukuran
CT = Current Trnasformer (A) arus seperti perbandingan fasa atau pilot wire tidak
VT = Voltage Transformer (V) dipengaruhi oleh mutual kopling.
c. Power Swing
5. Distance Relay / Relay Jarak Power swing adalah variasi aliran daya dimana
Distance relay atau relai jarak atau digunakan sebagai distance relay mendeteksi ada lokus impedan yang
pengaman utama (main protection) pada Suatu sistem bergerak dari daerah beban memasuki daerah kerja
transmisi, baik SUTT maupun SUTET, dan sebagai distance relay.
cadangan atau backup untuk seksi didepan. Pada waktu d. Pengaruh Impedansi Sumber
SUTT terganggu maka relai jarak akan melihat turunnya Pada dasarnya impedansi sumber akan mempengaruhi
impedansi dari SUTT kemduian relai jarak pun akan besar arus dan tegangan yang terbaca oleh distance relay.
bekerja. e. Pengaruh Tahanan Gangguan
Bagian-bagian pokok Distance Relay ahanan gangguan merupakan tahanan murni, bila
Distance Relay terdiri dari 3 bagian-bagian pokok yakni bertambah secara vektoris dengan impedansi saluran maka
elemen star , elemen pengukur, dan elemen pengatur akan menggeser lokus impedan menjadi lebih besar
waktu. sehingga relai menjadi lebih lambat (Z2,Z3) atau tidak trip
a. Elemen star sama sekali (diluar jangkauan setting). Penyebab dari
Apabila terjadi gangguan pada SUTT, arus I bertambah tahanan gangguan pada SUTT adalah terjadi hubung
besar dan kumparan arus K.A akan menghasilkan gaya singkat yang menimbulkan busur api akibat terkena
tarik yang melawan pegas Tarik, sehingga akhirnya kontak pohon, layangan, binatang, manusia, dan sambaran petir.
relay elemen star akan menutup kontaknya dan
memberikan tegangan kepada elemen pengatur waktu III. METODE PENELITIAN
yang menyebabkan elemen pengatur waktu juga akan
Proses penelitian dilakukan pengumpulan data setting
bekerja. Adanya gangguan pada SUTT seringkali juga
relai jarak yang digunakan pada saluran transmisi 70 kv
menyebabkan turunnya tegangan sehingga gaya Tarik
dari GI Pangkep – GI Mandai di PT.PLN (Persero) UPT
kumparan tegangan K.T juga menurun. Hal ini akan
Sulselrabar untuk dijadikan pembanding sehingga
mempercepat proses keja relay elemen start untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.
menutup kontaknya. Maka dikatakan bahwa elemen star
133
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
!"##
CT4 = = 320
!
!"""
CT5 = = 400
!
!""""
Rasio VT = = 636.363
Mulai !!"
Dengan menggunakan rumus :
Zs = Zp = Rasio CT / Rasio VT x ZL
Dimana :
Zs = Impedansi sekunder trafo
Pengumpulan Zp = Impedansi primer trafo
data ZL = Impedansi line transmisi
Maka impedansi sisi sekunder adalah :
Konstanta penghantar transmisi XLPE 325 !! !
!"
Zs1 = x (0.23601 + j0.4333)
!"!.!"!
Menghitung settingan relay = 0.125 x (0.4934∠61.4237o)
jarak = 0.061∠61.4237o ohm/km
!"#
Zs2 = x (0.23601 + j0.4333)
!"!.!"!
= 0.18857 x (0.4934∠61.4237o)
Menyetting relay jarak = 0.09304∠61.4237o ohm/km
!"#
Zs3 = x (0.23601 + j0.4333)
!"!.!"!
= 0.2514 x (0.4934∠61.4237o)
= 0.124∠61.4237o ohm/km
!"#
Pengujian Settingan Relay Zs4 =
!"!.!"!
x (0.23601 + j0.4333)
Jarak = 0.5028 x (0.4934∠61.4237o)
= 0.248∠61.4237o ohm/km
!""
Zs5 = x (0.23601 + j0.4333)
!"!.!"!
TIDAK = 0.6285 x (0.4934∠61.4237o)
Settingan = 0.310∠61.4237o ohm/km
Relay Ditinjau dari arah GI Pangkep – GI Mandai
YA Besar setting relay impedansi pada GI Pangkep yaitu :
!"#
Zs = x (0.23601 + j0.4333)
!"!.!"!
= 0.18857 x (0.4934∠61.4237o)
Selesai = 0.09304∠61.4237o ohm/km
Zone 1 = (80% x panjang saluran Pangkep – Mandai) x
Zs
Gambar 1. Flowchart penelitian = (80% x 37,70) x 0.093
= 2.80 ohm
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Zone 2 =(panjang saluran Pangkep – Mandai + 20%
A. Gardu Induk A ke Gardu Induk B panjang saluran Mandai – Tello) x Zs
Zone 1 = (80% x Zab) x Zs = (37.70 + 20% x 12.1) x 0.093
Zone 2 = (Zab + (20% x Zbc)) x Zs = 3.73 ohm
Zone 3 = (Zab + Zbc +(25% x Zcd) x Zs Zone 3 = (panjang saluran Pangkep – Mandai + 125% x
Gardu Induk B ke gardu induk C panjang saluran Mandai – Tello) x Zs
Zone 1 = (80% x Zbc) x Zs = (37.70 + 125% x 12.1) x 0.093
Zone 2 = (Zbc + (20% x Zcd)) x Zs = 4.91 ohm
Zone 3 = (Zbc + (125% + Zcd) x Zs Besar setting relay impedansi pada GI Mandai yaitu :
Dimana : Zone 1 = (80% x panjang saluran Mandai – Tello ) x Zs
Z = Impedansi Saluran transmisi = (80% x 12.1) x 0.093
(ohm/km) = 0.90 ohm
Untuk menentukan impedansi yag diukur oleh Zone 2 = (120% x panjang saluran Mandai – Tello) x Zs
relay atau impedansi sisi sekundar (Zs), terlebih dahulu = (120% x 12.1) x 0.093
harus ditentukan rasio antara trafo arus (CT) dan trafo = 1.35 ohm
tegangan (VT) yaitu: Ditinjau dari arah GI Mandai – GI Pangkep
!"" Besar setting relay impedansi pada GI Tello yaitu :
Rasio CT1 = = 80 !"#
! Zs = x (0.23601 + j0.4333)
!"" !"!.!"!
CT2 = = 120
! = 0.18857 x (0.4934∠61.4237o)
!""
CT3 =
!
= 160 = 0.09304∠61.4237o ohm/km
134
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
135
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Pengontrolan DCS telah banyak diterapkan pada peralatan di dunia industri, khususnya plant-plant berskala besar
seperti boiler dan heat exchanger. Proses yang terjadi pada boiler melibatkan proses pemanasan dan penguapan. Untuk
lebih memahami proses pengendalian DCS pada proses penguapan, penerapan pengontrolan tekanan uap yang terdapat
pada pemanas tidak dapat diamati dengan satu variabel kontrol saja. Untuk itu diperlukan perancangan sistem kontrol
multivariabel pada mini-plant SOLTEQ Boiler Heating Batching Control Trainer dengan input variabel temperatur dan
pressure menggunakan DCS CENTUM VP Yokogawa dengan metode cascade control. Pengontrolan ini bertujuan untuk
membuat suatu sistem kontrol yang lebih optimal dibanding menggunakan single control sehingga komponen perangkat
keras mampu bersinergi dengan DCS CENTUM VP dan menghasilkan sistem pengendalian dengan multivariabel MISO
yang optimal. Hasil penelitian menunjukkan sistem pengendalian multivariabel MISO dengan cascade control lebih stabil
dan lebih cepat 3 detik untuk nilai pressure dan 21 detik untuk nilai temperatur dibanding single control dengan hasil
keluaran pressure 15% mendekati steady state 20.7 psi dan keluaran temperatur mencapai steady state 60oC.
136
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
air atau steam. Uap air atau steam pada tekanan tertentu langsung, sehingga sensor suhu umumnya dirancang untuk
kemudian digunakan untuk mengalirkan steam ke suatu mengukur properti yang berubah sebagai respons terhadap
proses lainnya [3]. Berdasarkan standarisasi ASME suhu. Perangkat kemudian dikalibrasi ke skala suhu biasa
Section IV HG-300, desain tekanan untuk heating boiler yang sesuai standar (yaitu titik didih air pada tekanan yang
yang diperbolehkan setidaknya sebesar 30 psi [4]. diketahui) [10].
Mini-plant boiler yang akan digunakan adalah
SOLTEQ Boiler Heating Batching Control Trainer G. Termodinamika
Model: SE107. Mini-plant ini terdiri dari sistem proses Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang
berbasis zat cair yang didesain untuk mempelajari simulasi secara spesifik membahas tentang hubungan antara energi
boiler drum yang menghasilkan air panas untuk panas dengan kerja. Dalam analisis termodinamika selalu
memanaskan air produk dari tangki batching melalui shell dibutuhkan data nilai property dari suatu zat, pada semua
and tube heat exchanger. Untuk studi heat exchanger, air lingkup keadaan untuk masing - masing zat yang diteliti.
yang dipanaskan melewati tabung shell and tube heat Karena itu data property biasanya dipresentasikan dalam
exchanger sementara air dingin dipompa melalui shell dan bentuk Tabel Termodinamika, yang berisi data property
terjadi perpindahan panas. Air dingin yang dipanaskan dari beberapa zat yang sering digunakan dalam aplikasi
atau disebut juga dengan Product kemudian dialirkan ke termodinamika. Tabel tersebut membutuhkan data
tangki batch/product tank [5]. property yang sangat banyak, yang dikumpulkan dari hasil
pengukuran yang membutuhkan waktu yang lama. Jenis
D. Cascade Control property yang biasanya ada dalam Tabel Termodinamika
Ciri khas sistem pengendalian cascade (bertingkat) adalah tekanan, temperatur, volume spesifik, energy
adalah adanya manipulated variable (variabel yang internal, panas laten, dan dua property baru yaitu entalpi
dimanipulasi) sebuah pengendali yang menjadi set point (h) dan entropi (s) [11].
dari pengendali lain [6].
Alasan penggunaan cascade control dalam III. METODE PENELITIAN
mengendalikan plant adalah sebagai berikut : Perancangan sistem yaitu dengan menentukan
1. Respon keluaran dari single control tidak sesuai spesifikasi alat uji kemudian melakukan perancangan
dengan yang diharapkan. sesuai spesifikasi yang telah ditentukan dengan
2. Terdapat penambahan variabel sekunder di dalam memperhatikan data-data komponen serta membuat blok
pengendalian plant. diagram rangkaian. Setelah melakukan perancangan
3. Dengan adanya pengendali sekunder yang lebih sistem, maka dilakukan tahapan realisasi perancangan
cepat, dapat mengatasi gangguan pada kalang sistem kontrol yang berfokus pada penggunaan software
sekunder. yang terdapat pada DCS CENTUM VP, meliputi:
Alasan tidak digunakannya cascade control adalah: 1. Function Block
1. Biaya atau rugi-rugi pengukuran variabel sekunder. 2. Trend
2. Keruwetan pada pengendaliannya [7]. 3. Graphic.
Flowchart perancangan sistem kontrol multivariabel dapat
E. Pressure Control (Pengendalian Tekanan) dilihat pada Gambar 1.
Tekanan adalah gaya yang diberikan oleh gas dan
cairan karena beratnya, sebagaimana tekanan atmosfer di
permukaan bumi dan tekanan wadah atau bejana cairan
mendesak pada bagian bawah dan dinding wadah [8]. Ada
3 tipe pengukuran pressure, yakni:
1. Absolute pressure - tekanan atmosfer plus tekanan
gauge.
2. Gauge Pressure - tekanan absolut minus tekanan
atmosfer.
3. Differential Pressure - perbedaan pressure pada 2
lokasi berbeda[9].
137
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
138
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Setelah melakukan pengujian pada mini-plant Perhitungan persentase besarnya error diberikan dalam
menggunakan sistem kontrol multivariabel secara cascade, persamaan:
maka hasil data pengujian keseluruhan dapat diketahui (!"#$" !"#$%$!&!!"#$" !"# !"#$%)
seperti pada Tabel 2: %!""#" = ×100% …… (1)
!"#$" !"# !"#$%
V. KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian dan analisis yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
Gambar 5. Hasil output pressure sistem kontrol multivariabel
berikut:
Pada Gambar 5, tanggapan pengendalian pressure 1. Komponen perangkat keras mampu bersinergi
mendekati set point (60%), yaitu antara tekanan 0.72 psi dengan DCS CENTUM VP dan menghasilkan
sampai tekanan 20.7 psi dengan manipulated value 67.8% sistem pengendalian multivariabel MISO yang
dan kembali normal dalam waktu 4 detik. Nilai tekanan optimal dengan hasil keluaran pressure 15%
tidak dapat mencapai set point karena air pada boiler drum mendekati steady state 20.7 psi dan keluaran
dialirkan ke heat exchanger dan preheater drum dengan temperatur mencapai steady state 60oC.
pompa AP705, pada sistem kontrol telah diberi kondisi 2. Respon keluaran sistem dengan cascade control
pada sequence table jika level air pada preheater lebih cenderung stabil dan lebih cepat 3 detik untuk nilai
besar atau sama dengan 70% maka pompa AP705 secara pressure dan 21 detik untuk nilai temperatur jika
otomatis akan padam. dibandingkan dengan single control.
139
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
REFERENSI
[1] Mu’amar, Awal dkk. 2010. Perancangan Sistem
Control Level Dan Pressure Pada Boiler Di
Workshop Intrumentasi Berbasis DCS CENTUM
CS3000 YOKOGAWA. Skripsi. Surabaya: Jurusan
Teknik Fisika FTI ITS.
[2] Albertos, Pedro & Antonio Sala. 2004.
Multivariable Control Systems: An Engineering
Approach. London: Springer-Verlag.
[3] Anonim.2006. Peralatan Energi Panas: Boiler dan
Pemanas Fluida Termis. UNEP.
[4] American Society of Mechanical Engineers. 2007.
ASME Boiler & Pressure Vessel Code Section IV:
Rules for Construction of Heating Boilers. USA: The
American Society of Mechanical Engineers.
[5] Solution Engineering Sdn Bhd. 2014. SOLTEQ
Boiler Heating Batching Control Trainer Model:
SE107 Catalog. Kuala Lumpur, Malaysia.
[6] Patranabis, D. 1996. Principles of Process Control.
2nd ed. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing
Company Limited.
[7] K.W., Dheka Bakti dkk. 2011. Pengendalian Suhu
Secara Cascade Control Menggunakan Proporsional
– Integral Berbasis Mikrokontroller ATMEGA 8535.
Skripsi. Semarang: Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
[8] Sutarno. 2014. Instrumentasi Industri dan Kontrol
Proses. Yogyakarta: Graha Ilmu.
[9] Arindya, Radita. 2014. Instrumentasi dan Kontrol
Proses. Yogyakarta: Graha Ilmu.
[10] University of Michigan. 2006. Chemical Engineering
Process Dynamics and Controls. Michigan:
University of Michigan.
[11] Tim Dosen Fakultas Teknik Universitas Wijaya Putra
Surabaya. 2016. Termodinamika Teknik 1. Bahan
Ajar. Surabaya.
140
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Pengukuran parameter listrik dalam sistem tenaga listrik membutuhkan instrumen yang dapat mengonversi nilai
parameter listrik yang besar ke level yang aman bagi alat ukur maupun proteksi. Untuk itu dibutuhkan transformator arus
(Current Transformer). Pemilihan CT dalam pengukuran arus terutama terkait transaksi haruslah tepat, agar tidak ada pihak
yang dirugikan, baik itu pihak yang suplay daya listrik maupun penerima daya listrik. Dalam skripsi ini, dibahas tentang
penggantian CT di salah satu saluran transmisi di Gardu Induk Pangkep/Tonasa yang melayani beban 70 kV Tonasa.
Untuk mengurangi atau meminimalisir kesalahan pengukuran maka dilakukan penggantian CT, dimana sebelumnya
menggunakan CT pengukuran 0,5s dan selanjutnya diganti menjadi kelas 0,2s. Kelas pengukuran 0,5s tingkat error-nya
lebih besar dibandingkan kelas 0,2, sehingga hasil pengukuran transaksi menjadi lebih tepat.
141
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Tabel 1. Batas Kesalahan Arus dan Kesalahan Sudut Untuk III. METODE PENELITIAN
Kelas 0,1-1,0 Sesuai IEC 60044-1
Kela +/- % Kesalahan rasio arus +/- Pergeseran fase
A. Tempat Penelitian
s pada % dari arus pengenal pada % dari arus Tempat penelitian dilaksanakan di kantor kantor
Kete pengenal menit (1/60 PT. PLN (Persero) Gardu Induk Pangkep Jl.Biringere
litia derajat) Pangkep Sulawesi Selatan.
n B. Waktu Penelitian
5 20 100 120 5 20 10 12 Penelitian dan penganmbilan data berlansung
0 0 selama 4 bulan yang dilaksanakan mulai pada bulan
Februari – April 2018.
0,1 0,4 0,2 0,1 0,1 15 8 5 5
142
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
akan dikaji. Peneliti bermaksud untuk lebih C. Analisis Pengukuran Daya Reaktif
memahami mengenai penyebab kegagalan isolasi Jika diambil sampel dari tabel 4.9 pada pukul 11.00,
kertas pada transformator. maka CT untuk saluran Tonasa 5 memiliki beban 196 A
atau 49 % dari kapasitasnya. Berdasarkan Tabel untuk CT
E. Metode Analisis Data dengan kelas ketelitian 0.5S maka pembebanan sebesar
Dalam mengolah data peneliti mengumpulkan data- 90% akan memiliki kesalahan ratio sebesar 0.5%.
data berupa hasil uji pengukuran trafo CT. Mengumpulkan Dari Tabel 4.17 diperoleh selisih pengukuran antara
data transformator serta menampilkan data visual nilai MVAr secara Teori dan Pengukuran sebesar 5,05%
kerusakan transformator kemudian menganalisa data untuk Tonasa 5 dan 3,63% untuk Tonasa 3. Hal ini tentu
tersebut guna menghasilkan kesimpulan mengenai saja tidak sesuai dengan batas kesalahan yang seharusnya
penyebab kesalahan pengukuran penyalur daya. untuk CT kelas 0.5S. Namun dalam kasus ini salah satu
faktor penyebabnya adalah tidak diperhitungkannya kelas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN dari Transformator tegangan serta kelas pengukuran dari
A. Analisis Dari Hasil Perhitungan alat ukur MVAr itu sendiri.
Kelas CT sebelum dilakukan penggantian yaitu 0,5S Adapun rata-rata error pengukuran MVAR sebelum
dan CT yang dipasang setelah penggantian menggunakan penggantian setelah adalah 3,48 % untuk Tonasa 5 dan
kelas 0,2S. Dilihat dari tabel 2 tingkat ketelitian dari kelas 3,04% untuk Tonasa 3.
0,2S lebih baik dibandingkan kelas 0,5S. Selanjutnya
Tabel 4.17 Sampel analisa perbandingan Teori dan Pengukuran
akan dianalisa perbandingan nilai MWatt dan MVAr
MW sebelum penggantian CT
sebelum dan setelah penggantian CT untuk saluran TONASA 5 TONASA 3
transmisi Tonasa 5 dan 3. Pengu Teor
Jam Teori Selis Penguku Selisi
kuran i
(MVA ih ran h
B. Analisis Nilai Pengukuran Daya Nyata r)
(MVA
(%)
(MV
(MVAr) (%)
Jika diambil sampel dari tabel 4.9 pada pukul 11.00, r) Ar)
11,00 5,93 5,2 5,05 4,60 4,5 3,63
maka CT untuk saluran Tonasa 5 memiliki beban 196 A
atau 49 % dari kapasitasnya. Berdasarkan Tabel untuk CT Untuk pengukuran MVAr setelah CT diganti menjadi
dengan kelas ketelitian 0.5S maka pembebanan sebesar kelas 0.2S, dengan mengambil sampel dari tabel 4.18 pada
90% akan memiliki kesalahan ratio sebesar 0.5%. pukul yang sama yaitu 11.00 maka error nilai MVAr
Dari Tabel 4.15 diperoleh selisih pengukuran antara antara nilai perhitungan teori dan pengukuran langsung di
nilai MW secara Teori dan Pengukuran sebesar 22,02%. energi meter sebesar 3,87% untuk Tonasa 5 dan 2,87%
Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan batas kesalahan yang untuk Tonasa 3. Sedangkan rata-rata error sebesar 1,21%
seharusnya untuk CT kelas 0.5S. Namun dalam kasus ini untuk Tonasa 5 dan 2,86% untuk Tonasa 3
salah satu faktor penyebabnya adalah tidak
diperhitungkannya kelas dari Transformator tegangan serta Tabel 4.18 Sampel analisa perbandingan Teori dan Pengukuran
kelas pengukuran dari alat ukur MW itu sendiri. MVAr setelah penggantian CT
Adapun rata-rata error pengukuran MW sebelum Jam TONASA 5 TONASA 3
penggantian setelah adalah 18,53 % untuk Tonasa 5 dan Teori
Penguk
Selisih Teori
Penguk Selisi
7,19% untuk Tonasa 3 uran uran h
(MVAr) (%) (MVAr)
(MVAr) (MVAr) (%)
Tabel 4. Sampel analisa perbandingan Teori dan Pengukuran 11,00 4,68 3,8 3,87 3,86 3,8 2,87
MW sebelum penggantian CT
TONASA 5 TONASA 3
Pengu Selis Penguku Selis V. KESIMPULAN
Jam Teori Teori
kuran ih ran ih
(MW) (MW)
(MW) (%) (MW) (%) Berdasarkan hasil dan pembahasan pada Skripsi ini,
11,00 22,88 19,8 22,02 9,43 9,2 8,46 maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Untuk meminimalisir kesalahan pengukuran maka
dilakukan penggantian trafo dari kelas pengukuran
Untuk pengukuran MW setelah CT diganti menjadi
0,5S ke kelas 0,2S
kelas 0.2S, dengan mengambil sampel dari tabel 4.16 pada
2. Terdapat perbaikan pengukuran MW setelah
pukul yang sama yaitu 11.00 maka error nilai MW antara
penggantian CT dari kelas 0.5S menjadi kelas 0.2S dari
nilai perhitungan teori dan pengukuran langsung di energi
rata-rata error pengukuran sebesar 18,53 % untuk
meter sebesar 14.82% untuk Tonasa 5 dan 6,67% untuk
Tonasa 5 dan 7,19% untuk Tonasa 3 menjadi 14,86%
Tonasa 3. Sedangkan rata-rata error sebesar 14,86% untuk
untuk Tonasa 5 dan 7,07 untuk Tonasa 3
Tonasa 5 dan 7,07% untuk Tonasa 3.
3. Terdapat perbaikan pengukuran MVAr setelah
Tabel 4.16 Sampel analisa perbandingan Teori dan Pengukuran penggantian CT dari kelas 0.5S menjadi kelas 0.2S dari
Jam TONASA 5 TONASA 3 rata-rata error pengukuran sebesar 3,48 % untuk
Teori Penguku Selisih Teori Pengu- Selisih (%) Tonasa 5 dan 3,04% untuk Tonasa 3 menjadi 1,21%
(MW) ran (%) (MW) kurn untuk Tonasa 5 dan 2,86% untuk Tonasa 3.
(MW) (MW)
11,00 15,60 12,2 14,82 7,68 7,7 6,67
143
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
REFERENSI
[1] ABB (2008); Manual Book Application Guide –
Instrument Transformer.
[2] Aryanto, T. (2013). Frekuensi Gangguan Terhadap
Kinerja Sistem Proteksi di Gardu Induk 150 kV
Jepara. Skripsi Universitas Negeri Semarang.
[3] Pandang, P. N. (2016). Pedoman Penulisan Proposal
dan Skripsi Program Diploma Empat (D-4) Bidang
Rekayasa dan Tata Niaga. Makassar: Politeknik
Negeri Ujung Pandang.
[4] Priyono, S. (2011). Koordinasi Sistem Proteksi Trafo
30 MVA di Gardu Induk 150 kV Krapyak. Skripsi
Universitas Diponegoro.
[5] PT PLN (Persero). 2014. Buku Pedoman
Pemeliharaan Primer GI Kepdir 0520-
2.K.Dir.2014.----------. 2014. Buku Operation
&Maintenance (SE114).
[6] SPLN 76:1987, Transformator Arus, Standar
Perusahaan Umum Listrik Negara.
[7] SPLN 60-7:1992, Kamar Uji Instrumen Ukur Listrik,
Standar Perusahaan Listrik Negara.
[8] Stevenson, William D. 1996. Analisis Sistem Tenaga
Listrik. Jakarta: Erlangga.
144
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
Abstrak
Gangguan sambaran petir yang sering terjadi pada saluran transmisi adalah akibat dari back flashover yang disebabkan
oleh besarnya resistansi dari tower dan pembumian kaki tower. Agar dampak gangguan tersebut dapat diminimalisir, maka
dikembangkan penelitian tentang direct grounding sebagai mitigasi gangguan transmisi akibat sambaran petir pada saluran
transmisi Tello-Borongloe. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah direct grounding pada tower yang
mempunyai tahanan pembumian layak dan tidak layak dan untuk mengetahui dampak pemasangan direct grounding pada
tower transmisi sebagai mitigasi gangguan sambaran petir pada saluran transmisi Tello-Borongloe. Berdasarkan hasil
pengukuran tahanan pembumian direct grounding didapat nilai tahanan pembumian yaitu dibawah 1 ohm. Untuk
mengetahui apakah kondisi tahanan pembumian direct grounding pada tower layak dan tidak layak, maka perlu
dibandingkan dengan standar, dimana direct grounding mempunyai nilai standar pembumian yang sama dengan standar
ketentuan nilai pembumian tiang yang digunakan oleh PLN dan PUIL SNI 04-0225-2011 yaitu maksimal 5 ohm. Maka
dapat dilihat bahwa semua direct grounding pada tower dalam kondisi layak karena telah memenuhi standar. Pemasangan
direct grounding memberikan dampak pada tower transmisi di saluran transmisi Tello-Borongloe, yaitu menurunkan nilai
tahanan pembumian tower, penyaluran sambaran petir menjadi efektif dan sistem terjaga keandalannya.
Salah satu gangguan sistem transmisi adalah akibat Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah
sambaran petir. Gangguan sambaran petir yang sering saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang
terjadi pada saluran transmisi adalah akibat dari sambaran (penghantar) di udara bertegangan diatas 35 s/d 245 kV
balik atau back flashover yang disebabkan oleh besarnya sesuai standar dibidang ketenagalistrikan. [1]
tahanan atau resistansi dari tower dan pembumian kaki Komponen - komponen utama dari SUTT terdiri dari:
tower. Besarnya resistansi tersebut mengakibatkan arus menara transmisi atau tiang transmisi beserta fondasinya,
petir tidak dapat terbuang sempurna ke tanah sehingga isolator-isolator, kawat penghantar (conductor), dan
menyebabkan timbulnya beda potensial antara tower dan kawat tanah (ground wires). [2]
kawat fasa. Beda potensial yang melebihi nilai BIL (Basic
Insulation Level) dari isolator menyebabkan media isolasi Mitigasi gangguan diartikan sebagai upaya-upaya
udara breakdown sehingga terjadi gangguan fasa ke yang dilakukan untuk mengurangi ataupun mencegah
tanah. suatu bencana. Bencana yang dimaksudkan disini yaitu
sambaran petir. Upaya yang dilakukan bukan mencegah
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
petirnya, namun lebih ke upaya untuk mengurangi atau
sambaran balik antara lain yaitu nilai resistansi tower,
mencegah dampak yang ditimbulkan oleh sambaran petir.
nilai resistansi pembumian kaki tower, nilai BIL isolator.
Selain itu juga faktor dari karakteristik petir, kondisi Gangguan yang terjadi pada jaringan transmisi dibagi
lingkungan pada daerah sambaran petir. Untuk menjadi dua jenis, yakni gangguan sistem dan gangguan
meningkatkan keandalan sistem ini, diperlukan non sistem.[3] faktor-faktor yang dapat menyebabkan
pembumian yang baik pada setiap tower transmisi, terjadinya gangguan pada SUTT adalah: [2]
dimana saluran transmisi Tello – Borongloe mempunyai
tower sebanyak 52 tower. Adapun efek gangguan petir 1) Burung atau dedaunan
yang terjadi mengakibatkan hilangnya tegangan pada GI Burung atau dedaunan yang terbang dan menyentuh
Borongloe. Oleh karena itu, agar dampak gangguan dua kawat penghantar SUTT baik antar fasa atau fasa
tersebut dapat diminimalisir, maka pada penelitian ini dengan tower, maka dapat memungkinkan terjadinya
akan membahas tentang direct grounding sebagai loncatan bunga api listrik.
mitigasi gangguan transmisi akibat sambaran petir.
145
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
146
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
147
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
148
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
149
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
150