Anda di halaman 1dari 150

Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5

Makassar, 17 September 2018

Evaluasi Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Trafo Distribusi 20 kV


Penyulang Toddopuli
Wa Ode Sitti Hajriani F.A. 1), Syarifuddin2), Satriani Said Akhmad3)
1
Jurusan Teknik Elektro/Program Studi D3 Teknik Listrik, Politeknik Negeri Ujung Pandang
fadhilaisah22@gmail.com
3 Politeknik Negeri Ujung Pandang

satrianisaid86@gmail.com

Abstrak
Dalam penyaluran tenaga listrik ternyata sukar diperoleh beban yang seimbang, terutama beban-beban satu fasa yang
mendapat pelayanan dari sistem tiga fasa. Sehingga keadaan ini dapat mengakibatkan rugi-rugi daya dan bagi konsumen
yaitu tejadinya penurunan tegangan. Hal ini terjadi karena adanya arus yang mengalir pada penghantar netral trafo.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketidakseimbangan beban yang diakibatkan oleh beban satu fasa sistem
distribusi tiga fasa, rugi daya jaringan, dan penghantar netral yang ditimbulkan akibat beban yang tidak seimbang.
Sehubungan dengan itu, penelitian ini dilakukan di penyulang Toddopuli pada PT. PLN (Persero) Rayon Panakukkang
dengan menggunakan metode analisis secara deskriptif dan simulasi menggunakan ETAP Power Station 12.6.0.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa nilai faktor ketidakseimbangan trafo distribusi 20
kV pada Penyulang Toddopuli adalah sebesar 0,14 dengan nilai ini dapat dikatakan masih dalam keadaan seimbang dan
masih dapat ditolerir oleh PLN, dengan besar rugi-rugi daya jaringan 415,70 kW dan 23,88 kW pada penghantar netral
trafo dengan selisih tertinggi antara hasil simulasi ETAP 12.6.0 dengan perhitungan manual mengenai rugi-rugi daya
jaringan terdapat pada gardu dengan kode GT.PT005.

Keywords: Transformator, Faktor Ketidakseimbangan, Rugi-Rugi Daya.

I. PENDAHULUAN Berdasarkan permasalahan di atas maka dari itu


Dalam menjaga stabilitas sistem tenaga listrik, penulis mengambil judul tentang “Evaluasi Pengaruh
kualitas daya merupakan hal yang penting. Untuk menjaga Ketidakseimbangan Beban Trafo Distribusi 20 kV
stabilitas tersebut perlu diperhatikan pembebanan pada Penyulang Toddopuli”.
transformator distribusi. Karena dalam analisis
pembebanan tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi II. KAJIAN LITERATUR
beban lebih akibat beban tidak seimbang. A. Sistem Saluran Distribusi Tenaga Listrik
Sehingga perencanaan sistem akan selalu berusaha Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga
untuk menyeimbangkan beban-beban satu fasa atau per- listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan
fasa sedemikian rupa agar dapat mengalirkan arus tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (bulk power
seimbang pada salurannya, namun dalam mengalirkan source) sampai ke konsumen. Tenaga listrik yang
tenaga listrik tersebut terjadi pembagian beban-beban yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan
pada awalnya merata tetapi karena ketidakserempakan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV di naikan tegangannya
waktu pemakaian atau penyalaan beban-beban tersebut oleh Gardu Induk (GI) dengan transformator penaik
maka menimbulkan ketidakseimbangan beban yang tegangan menjadi 70 kV, 154 kV, 220 kV atau 500 kV
berdampak pada penyediaan tenaga listrik, kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan
ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa (fasa R, menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian
fasa S, dan fasa T), inilah yang menyebabkan mengalirnya daya listrik pada saluran transmisi, dalam hal ini kerugian
arus di netralnya transformator, arus netral inilah yang daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir
menimbulkan rugi-rugi pada transformator sehingga (I2.R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya
kemampuannya dalam melayani beban menurun. Oleh diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil
karena itu diperlukan data untuk mengetahui seberapa sehingga kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran
besar pengaruh ketidakseimbangan beban terhadap rugi- transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan
rugi pada transformator. transformator penurun tegangan pada gardu induk
Dalam melakukan penelitian ini objek penelitian distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut
akan dilakukan pada transformator di Penyulang penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi
Toddopuli. Pemilihan Penyulang Toddopuli berdasarkan primer. Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu
data pengukuran beban trafo distribusi pada PT PLN distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan
(Persero) Wilayah SULSELRABAR Rayon Panakkukang. tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem
yang pernah mengalami gangguan pada tahun 2017. tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya
disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke pelanggan

1
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

konsumen. Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu D. Sistem Distribusi Sekunder dengan Beban Tak
digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan Seimbang
menggunakan transformator step-up. Nilai tegangan yang Pembebanan tidak seimbang ini terjadi pada
sangat tinggi ini menimbulkan beberapa konsekuensi transformator yang distribusi akibat karakteristik beban
antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya yang terhubung pada transformator berbeda-beda untuk
harga perlengkapan-perlengkapannya, selain itu juga tidak ketiga fasanya. Keadaan seimbang adalah suatu keadaan
cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi ketika:
beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan IS IT
saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan 120º
menggunakan transformator step-down. Dalam hal ini
jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang
penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan. [1]
[2] 120º 120º

IR
Gambar 2 Vektor Diagram Arus Keadaan Beban Seimbang
(Badaruddin, 2012) [4]

1) Ketiga vektor arus/tegangan sama besar, 2) ketiga


vektor saling membentuk sudut 120º satu sama lain
(Pursito, 2013:3). [5]
Sedangkan beban dikatakan berada dalam keadaan
tidak seimbang adalah ketika berada pada posisi berikut
ini.
Gambar 1 Pengelompokan Sistem Distribusi Tenaga 1) Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk
Listriik. (Suhadi dkk, 2008) susdut 120º satu sama lain, 2) ketiga vektor tidak
sama besar dan membentuk sudut 120º satu sama
B. Transformator lain, 3) ketiga vektor tidak sama besar dan tidak
Transformator merupakan peralatan listrik yang membentuk sudut 120º satu sama lain (Badaruddin,
berfungsi untuk menyalurkan daya/tenaga dari tegangan 2012:10).
tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Transformator
menggunakan prinsip hukum Faraday dan hukum Lorentz IS
dalam menyalurkan daya, dengan arus bolak-balik yang
mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu 135º IT
akan berubah menjadi magnet.

C. Klasifikasi Beban 105º


120º
Setelah mengetahui mengenai definisinya, beban listrik
itu sendiri kemudian diklasifikasikan atau dikelompokkan IN
kedalam beberapa kelas-kelas. Pengelompokkan ini IR+IT
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pola konsumsi
energi listrik pada tiap sektor yang memiliki beban. Oleh
karena itu penyedia energi pada bagian distribusi pun IR
dapat membagi bagian-bagian beban agar seimbang Gambar 3 Vektor Diagram Arus Keadaan Beban Tak Seimbang
penggunaanya dan tetap memiliki cadangan energi yang (Badaruddin, 2012)
cukup. Sehingga pengklasifikasian beban ini dianggap
perlu agar dapat diketahui berapa jumlah beban dan berapa E. Arus Netral Akibat Beban Tak Seimbang
jumlah daya yang akan disalurkan untuk menjalankan Arus netral dalam sistem distribusi tenaga listrik
beban tersebut. Berdasarkan jenis konsumen energi listrik, dikenal sebagai arus yang mengalir pada kawat netral di
secara garis besar, ragam beban dapat diklasifikasikan ke sistem distibusi tegangan rendah tiga fasa empat kawat
dalam beberapa jenis seperti di bawah ini. (R,S,T dan N). Arus netral ini akan muncul jika kondisi
1) Beban rumah tangga, 2) beban komersial, beban tidak seimbang dan karena adanya arus harmonisa
3) beban industri, 4) beban fasilitas umum akibat beban non linear.
(Suswanto, 2009:186). [3] [7]

2
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

IT Arus Saluran Dalam sistem tiga fasa empat kawat ini jumlah arus sama
dengan arus netral yang kembali lewat kawat netral, jadi:
VRN
R
+
IR T R + + = (7)
VTN
- N -
IN Arus Fasa Dengan mensubsitusikan persamaan (6) ke (7) maka
- N diperoleh.
VSN
+ IS S
=3 (8)
S
Rugi-rugi daya listrik pada sistem distribusi
Sumber
Terhubung Y
Arus di penghantar
netral dalam keadaan
Beban
Terhubung Y
dipengaruhi beberapa faktor yang antara lain faktor
seimbang bernilai 0 konfigurasi dari sistem jaringan distribusi, transformator,
Gambar 4 Sistem Distribusi dengan Arus Netral Akibat Beban kapasitor, isolasi dan rugi – rugi daya listrik. Jika suatu
Tak Seimbang
arus mengalir pada suatu penghantar, maka pada
(Suhadi,2008)
penghantar tersebut akan terjadi rugi-rugi daya menjadi
panas karena pada penghantar tersebut terdapat resistansi.
Untuk arus tiga fasa dari suatu sistem yang tidak
Rugi-rugi dengan beban terpusat pada ujung saluran
seimbang dapat juga diselesaikan dengan metode
distribusi primer dirumuskan sebagai berikut:
komponen simetris. Metode ini telah dipaparkan oleh
V = I ( R cos φ + X sin φ ) L (9)
Fortescue yang membuktikan bahwa suatu sistem yang
P = 3 I2 . R . L (10)
tidak seimbang dari fasor yang berhubungan dapat
Dengan :
diuraikan menjadi sistem dengan fasor seimbang yang
dinamakan komponen-komponen simetris. Dengan I = Arus yang mengalir per fasa (Ampere)
menggunakan notasi-notasi yang sama seperti pada R = Resistansi saluran per fasa (Ohm/km)
tegangan akan didapatkan persamaan untuk arus fasanya : X = Reaktansi saluran per fasa (Ohm/km)
Cos φ = Faktor daya beban (0,85)
= + + (1)
L = Panjang saluran (km)
= + + (2)
Pemilihan jenis kabel yang akan digunakan pada
= + + (3) jaringan distribusi merupakan faktor penting yang harus
Dengan tiga langkah yang dijabarkan dalam diperhatikan dalam perencanaan dari suatu sistem tenaga
menentukan urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol listrik karena dapat memperkecil rugi-rugi daya.
terlebih dahulu, maka arus-arus urutan juga dapat
ditentukan dengan cara yang sama, sehingga didapatkan F. Faktor Ketidakseimbangan Beban
juga : Apabila impedansi ZR , ZS, dan ZT tidak sama maka
= ( + + ) (4) nilai arus-arus IR, IS, dan IT tidak sama, sehingga tegangan
VR , VS, dan VT tidak sama pula. Nilai impedansi dapat
= ( + + ) (5) diperoleh jika nilai tegangan dan arus diketahui dan dapat
= ( + + ) (6) dirumuskan sebagai berikut:
Dengan : (11)
I1 = Arus urutan positif (A) Perbandingan antara nilai komponen urutan negatif
I2 = Arus urutan negatif (A) dengan komponen urutan positif disebut faktor
I0 = Arus urutan nol (A) ketidakseimbangan beban (unbalance factor) atau dapat
= 120 disingkat dengan F.
Arus urutan positif berasal dari komponen urutan Apabila data yang diketahui merupakan nilai
positif, komponen ini terdiri dari 3 fasor yang sama tegangan, maka faktor ketidakseimbangan beban
besarnya, terpisah satu dengan yang lain dalam fasor 120 , dinyatakan berdasarkan perbandingan antara tegangan
dan mempunyai urutan fasor yang sama dengan fasor urutan negatif dengan tegangan urutan positif, yaitu:
aslinya. Sedangkan arus urutan negatif berasal dari (12)
komponen urutan negatif, komponen ini terdiri atas 3 fasor
Apabila data yang diketahui merupakan nilai arus,
yang sama terpisah dengan lainnya dalam fasa sebesar
maka faktor ketidakseimbangan beban dinyatakan dengan
120 , dan mempunyai urutan fasa yang berlawanan
berdasarkan perbandingan antara arus urutan negatif
dengan fasor aslinya. Dan arus urutan nol berasal dari
dengan arus urutan positif, yaitu:
komponen urutan nol, komponen ini terdiri atas 3 fasor
yang sama besarnya dan dengan pergeseran fasa nol antara (13)
simetris fasor yang satu dengan yang lainnya. Dengan :
Pada komponen simetris simbol a dipergunakan FK = Faktor ketidakseimbangan beban
untuk menunjukkan operator yang menimbulkan sautu V1 = Tegangan urutan negatif (Volt)
perputaran sebesar 120 dengan arah yang berlawanan V2 = Tegangan urutan positif (Volt)
dengan arah perputaran jarum jam. Operator semacam ini I1 = Arus urutan positif (Ampere)
adalah bilangan kompleks yang besarnya satu dan I2 = Arus urutan negatif (Ampere)
sudutnya 120 dan difenisikan sebagai: Pada sistem distribusi tiga fasa empat kawat terdapat
= 1 120 atau = - 0,5 + j0,866 komponen utama urutan nol, sehingga untuk menentukan

3
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

faktor ketidakseimbangan beban, maka komponen urutan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
nol tersebut dihilangkan. A. Menentukan Beban Tak Seimbang pada Trafo
Distribusi
G. ETAP Power Station 12.6.0 Dari data yang diperoleh selama mengadakan
ETAP (Electric Transient and Analysis Program) penelitian di PT. PLN (Persero) Rayon Panakukkang
PowerStation 12.6.0 merupakan suatu perangkat lunak maka diperoleh data pengukuran beban pada penyulang
yang mendukung sistem tenaga listrik. Perangkat ini Toddopuli di daerah Panakukkang. Pengukuran ini
mampu bekerja dalam keadaan offline untuk simulasi dilakukan dengan memperkirakan saat terjadinya beban
tenaga listrik, online untuk pengelolaan data real-time maksimum, dengan untuk beban perumahan dan
atau digunakan untuk mengendalikan sistem secara penerangan dilakukan pada malam hari. Pengukuran
real-time. [6] dilakukan dimalam hari, sebab penggunaan beban paling
III. METODE PENELITIAN tinggi untuk jenis beban rumah tangga paling banyak
terjadi di malam hari. Oleh karena itu untuk
Dalam penelitian ini, penyulang Toddopuli pada GI mengevaluasi pengaruh ketidakseimbangan beban pada
Panakukkang menjadi salah satu objek dengan terfokus trafo Toddopuli maka dapat dilakukan dengan
pada data pembebanan trafo ditsribusi pada bulan menghitung beban tak seimbang yang ada pada trafo
Oktober-Desember 2017. Berikut flowchartnya: tersebut.
Mulai Sebelum menentukan nilai arus komponen positif
dan negatif, maka perlu diketahui bahwa faktor daya
Pengumpulan Data:
beban yang diperbolehkan oleh PLN adalah sebesar 0,85
1.Single line diagram GI Panakukkang sehingga cos R = cos S = cos T = 0,85 dengan urutan
Penyulang Toddopuli

2.Data Pengukuran Beban Penyulang


fasa R, S, dan T dan fasa R sebagai fasa referensi. Untuk
Toddopuli
arus tiga fasa dari suatu sistem yang tidak seimbang dapat
diselesaikan dengan metode komponen simetris. Pada
3. Data Panjang Penghantar dari penyulang
Toddopuli

data pengukuran telah diperoleh nilai arus pada urutan


fasa R, S, dan T sehingga hal ini akan mempermudah
Perhitungan Faktor
Ketidakseimbangan Beban dalam menganalisanya kedalam arus urutan positif dan
negatif. Arus urutan positif disimbolkan dengan I1 dan
arus urutan negatif disimbolkan dengan I2 .
Analisis Ketidakseimbangan Beban
Dengan mengambil satu sampel trafo distribusi
yang dimana trafo ini merupakan salah satu trafo yang
Tidak
memiliki pembagian jurusan penampang terbanyak yaitu
sebanyak empat jurusan, pada trafo ini berdasarkan data
Simulasi dengan menggunakan
aplikasi ETAP Power Station 12.6.0
yang diperoleh, memiliki nilai persen pembebanan yang
cukup tinggi yaitu 99.68%. Oleh karena itu untuk melihat
seberapa besar faktor ketidakseimbangan dari trafo ini,
maka perlu untuk dilakukan perhitungan. Trafo ini adalah
Simulasi
Berhasil trafo distribusi yang memiiki kode GT.PTP014. Dimana
Ya
sebuah gardu trafo distribusi ini beralamatkan di Jl.
Anggrek Raya Komp. Maizonet Dekat Pasar Hobby,
Pembuatan Laporan
berdasarkan observasi lapangan, rata-rata jenis beban
yang digunakan pada gardu ini adalah beban rumah
Selesai tangga, berikut adalah data pengukurannya:
Gambar 5 Flowchart Penelitian Tabel 1. Tabel Data Pembebanan Trafo GT.PTP014/Jl. Anggrek
Raya Komp.Maizonet Dekat Pasar Hobby
Adapun teknik pengumpulan data adalah dengan Kode Kapasitas
Arus (A) Teganga
N Alamat/Lokas n
melakukan studi literartur yang terkait dengan judul, o.
Gard
i Gardu
Trafo/ S
IR IS IT IN V(Volt)
u (kVA)
melakukan observasi lapangan pada beban yang diteliti F-F
Jl.Anggrek
serta mengambil data-data yang dibutuhkan lalu GT.P Raya Komp.
32 28
melakukan wawancara kepada karyawan sistem distribusi 1 TP01
4
Maizonet
Dekat Pasar
200 276
9 9
86 396

mengenai masalah dan menganalisis data yang digunakan Hobby


menggunakan analisis deskriptif dan simulasi. Data-data Sumber: PT. PLN (Persero) Rayon Panakukkang
pengukuran pada jaringan distribusi yang telah penulis Setelah mengambil salah satu sample gardu distribusi
dapatkan, dihitung dan kemudian disimulasikan dengan untuk diteliti maka selanjutnya dapat dihitung arus urutan
menggunakan perangkat lunak ETAP Power Station versi positif dan negatifnya dengan menggunakan persamaan
12.6.0. Dari hasil simulasi tersebut penulis dapat (4) dan (5), maka penyelesainnya:
menganalisa permasalahan yang ada, serta Diketahui: IN = 86 A
membandingkan rugi-rugi daya pada tiap gardu distribusi V = 396 Volt
di penghantar penyulang.

4
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Maka = ( +a + ) a = 289 cos 240º b = 289 sin 240º


a = 289 (-0,5) b = 289 (-0,86)
= (276 0º + 1 0º . 329 240º + a = -144,5 b = -250,28
(1 120º)2 . 289 120º) IT = a + jb
= (276 0º + 329 0º +1 IT = -144,5 – j 250,28
Maka nilai IT dalam bentuk bilangan rectangular
240º . 289 120º)
adalah sebesar -144,5 – j 250,28.
= (276 0º + 329 0º + 289 Ketiga nilai diatas kemudian dijumlahkan untuk
360º ) mendapatkan nilai yang dapat di bagi dengan tiga pada
= ( 276 + 329 + 289 ) penetuan nilai komponen urutan negatif.
= (276 0º + 329 º + 289 240º )
=
= 298 A = ( 276 + j (0) + ( -164,5 + j 282,94 ) + (-
= ( + +a ) 144,5 – j 250,28) )
= ((276-164,5-144,5) + j (0 + 282,94 –
= ( + +a )
250,28))
= (276 0º + (1 0º)2 . 329 240º = (-33 + j 32,66 ) (Dalam bentuk
+1 120º . 289 120º) rectangular)
= (276 0º + 1 º . 329 240º + Maka telah diperoleh nilai dari penjumlah ketiga bilangan
1 120º . 289 120º) rectangular yaitu -33 + j 32,66. Namun nilai ini belum
= (276 0º + 329 º + 289 mencapai nilai akhirnya, sebab nilai akhirnya harus
kembali diubah kedalam bentuk bilangan polar seperti
240º ) semula. Sehingga untuk dapat memperoleh hasil dari nilai
= (46,42 -44,42º ) urutan negatifnya (I2) maka nilai dari bentuk rectangular
= 15,47 -44,42º A [12] harus diubah kembali menjadi bentuk polar:
= (-33 + j 32,66 )
Berikut adalah penjelasan mengenai perhitungannnya.
Untuk dapat menjumlahkan nilai yang berada di dalam Dengan mengambil perumpamaan bahwa nilai -33 adalah
kurung yaitu nilai bilangan polar maka sebelumnya harus nilai dari a dan 32,66 merupakan nilai dari b, maka berikut
diubah terlebih dahulu kedalam bilangan rectangular, penyelesainnya.
berikut adalah penjabarannya:
=
Nilai dari = (276 0º + 329 º + 289
= =
240º )
Kemudian di jabarkan menjadi tiga bagian sebab nilai dari = =
tiap masing-masing bilangan polar perlu diubah satu
persatu kedalam bilangan rectangular, = = - 44,42 º
Berikut adalah perhitungan dari hasil yang diperoleh = 46,42
diatas:
- IR = 276 0º (Bentuk Bilangan Polar dari IR ) Maka diperoleh bentuk bilangan polar dari bilangan
Untuk dapat mengubah bilangan polar kedalam rectangular -33 + j 32,66 adalah sebesar 46,42 -
bilangan rectangular maka perlu diketahui terlebih 44,42º.
dahulu nilai dari a dan b, kedua nilai tersebut Sehingga nilai akhir dari nilai arus urutan negatif adalah:
merupakan variable dari rumus bilangan rectangular = (46,42 -44,42º )
yaitu a + jb.
a = 276 cos 0º b = 276 sin 0º = 15,47 -44,42º A
IR = a + jb Dengan menggunakan persamaan (13). Maka harga faktor
IR = 276 + j (0) ketidakseimbangan ( ) beban pada GT.PTP014 dapat
Maka nilai IR dalam bentuk bilangan rectangular diketahui:
adalah sebesar 276 + j (0) .
- IS = 329 º (Bentuk Bilangan Polar dari IS )
a = 329 cos 120º b = 329 sin 120º =
a = 329 (-0,5) b = 329 (0,86) = 0,05 A
a = -164,5 b = 282,94 Nilai faktor ketidakseimbangan umumnya bernilai 0-1,
IS = a + jb apabila berada pada nilai 0 maka masih dapat dikatakan
IS = -164,5 + j 282,94 seimbang. Namun apabila berada pada nilai diatas 1 maka
Maka nilai IS dalam bentuk bilangan rectangular dikatakan bahwa beban tidak seimbang. Dengan
adalah sebesar -164,5 + j 282,94. menggunakan persamaan faktor ketidakseimbangan dan
- IT = 289 240º (Bentuk Bilangan Polar dari IT ) cara penyelesaian seperti diatas, maka menghitung

5
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

besarnya faktor ketidakseimbangan beban pada trafo


distribusi lainnya pada Penyulang Toddopuli pada
lampiran I dapat dilihat pada Tabel 3.
Sedangkan apabila digambarkan kedalam vektor
diagram arus untuk keadaan beban tak seimbang pada
gardu trafo GT.PTP014 maka dapat dilihat sebagai
berikut:
Diketahui:
IR = 276 0º
IS = 329 240º
IT = 289 120º

Sehingga apabila akan digambarkan ke dalam vektor


diagram arus maka bilangan polar dari setiap fasa harus
diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk rectangular.
Setelah diubah ke dalam bentuk rectangular maka berikut
adalah hasil yang diperoleh:
IR = 276 + j 0
IS = -164,5 – j 282,94
IT = - 144,5 + j 248,54

Dengan nilai Arus Netral (IN) yang muncul dapat di


dapatka dengan persamaan 16 pada halaman 29. Yaitu: Gambar 7 Contoh Report Ketidakseimbangan Arus pada
IR + I S + IT = IN Aplikasi ETAP 12.6.0
276 + j0 + (-164,5) – j282,94 + (-144,5) + j 248,54 = IN
276 – 164,5 – 144,5 + j0 – j282,94 + j248,54 = IN B. Mengidentifikasi Rugi-Rugi Daya
-33 – j 34,4 = IN Setelah mendapatkan nilai faktor ketidakseimbangan
47,66 46,17º dari masing-masing trafo distribusi dan menganalisa
ketidakseimbangannya maka selanjutnya perlu diektahui
Setelah mendapatkan nilai rectangular pada masing- seberapa besar rugi-rugi daya yang terjadi. Rugi-rugi daya
masing fasa maka selanjutnya dapat digambarkan kedalam pada suatu sistem distribusi dapat terjadi karena adanya
bentuk diagram arus sebagai berikut: arus yanga mengalir suatu penghantar. Untuk
mengidentifikasi rugi-rugi daya yang terjadi maka perlu
diketahui terlebih dahulu besar dari nilai resistansi dan
reaktansi pada suatu penghantar. Pada penyulang
toddopuli transformator distribusi GT.PTP014
menggunakan jenis kabel penghantar LVTC (Low Voltage
Twisted Cable) 3 kawat penghantar fasa dan 1 kawat
penghantar netral dengan ukuran 3 x 70 + 1 x 50 mm2.
Dengan panjang penghantar pada penyulang ini adalah
sebesar 10,66 km. Menurut SPLN No.64 Tahun 1985,
nilai resistansi dan reaktansi pada suatu kabel penghantar
dapat dilihat pada tabel karakteristik penghantar
alumunium JTR (Jaringan Tegangan Rendah).
Tabel 2 Tabel Karakteristik Penghantar Alumunium JTR
Resistansi Reaktansi
Penghantar pada f =
Penghantar KHA
Pada 28 ºC 50 Hz
Gambar 6 Vektor Diagram Arus Keadaan Tak Seimbang pada (A)
(ohm / km) (ohm /
GT.PTP014 Jenis Ukuran Fasa Netral km)
3x35+1x50
Dengan mengambil salah satu sampel pada gardu trafo 125 0,894 0,599 0,3790
mm2
yang ada maka dapat di tampilkan kedalam bentuk ETAP 3x50+1x50
12.6.0 dengan menggunakan simulai ULF (Unbalanced 154 0,661 0,599 0,3678
Kabel mm2
Load Flow) Analysis sebagai berikut: Twisted 3x70+1x50
196 0,457 0,599 0,3572
mm2
3x95+1x50
242 0,317 0,599 0,3449
mm2
Sumber: PT. PLN (Persero) 2010. Kriteria Desain Enjiniring
Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik dan SPLN No. 64
Tahun 1985 [8] [9]

6
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Dengan menggunakan persamaan (9) dan (10), maka Tabel 3 Tabel Perhitungan Faktor Ketidakseimbangan dan
rugi-rugi dengan beban terpusat pada ujung saluran Rugi-Rugi Daya pada Penyulang Toddopuli
distribusi primer dan diketahui panjang saluran distribusi
sekunder pada trafo tersebut adalah sebesar 0,2 km maka
dapat dihitung sebagai berikut:
Nilai Cos φ = 0,85 sehingga untuk memperoleh dari
nilai Sin φ maka dapat diselesaikan dengan,
- Sin φ = …
Cos φ = 0,85
Sin2 φ + cos2 φ = 1
Sin2 φ + (0,85)2 = 1
Sin2 φ + 0,72 = 1
Sin2 φ = 0,28
Sinφ = 0,52

Sehingga nilai dari jatuh tegangannya adalah,


V = I ( R cos φ + X sin φ ) L
V = 86 ((0,457 . 0,85) + (0,35 . 0,52) ). 0,2
V = 17,2 (0,38 + 0,18)
V = 9,43 Volt

Sesuai SPLN No. 72 tahun 1987, dimana jatuh


teganagn yang diperbolehkan dalam penyaluran distribusi
hanya boleh sebesar +5% dan -10%, sehingga nilai standar
jatuh tegangan pada penyulang toddopuli perlu untuk
diubah ke presentase jatuh tegangan. Berikut
penjelasannya: [11]
( V%) = x 100%
( V%) = x 100%
( V%) = 4,28 %

Maka nilai jatuh tegangan pada gardu trafo GT.PTP044


masih dalam keadaan normal dan masih standar.
Sedangkan nilai rugi-rugi daya yang terjadi pada
penghantar netral maka dapat diperoleh sebagai berikut:
Pn = In 2 . Rn . L
Pn = (86)2 . 0,599. 0,2
Pn = 886,04 watt
Pn = 0,88 kW

Sedangkan untuk mencari besar rugi-rugi daya yang


terjadi pada fasanya maka dengan menggunakan
persamaan (9) maka berikut penyelesaiannya:
Untuk nilai I dapat diperoleh dengan menghitung total
arus rata-rata pada trafo distribusi GT.PTP014, sedangkan
nilai R dapat dilihat pada Tabel 3 dengan nilai L sebesar
0,2 km.
P = 3. I 2 . R . L
P = 3. (298) 2 . 0,457. 0,2
P = 24,35 kW

Setelah diperoleh nilai dari rugi-rugi daya pada trafo


GT.PTP014 maka untuk mendapatkan besar nilai rugi-rugi
daya pada trafo yang lain di penyulang ini maka dapat Berdasarkan data yang telah dihitung diatas maka
menggunakan persamaan yang sama dan dengan cara yang dapat dilihat bahwa rata-rata faktor ketidakseimbangan
sama seperti diatas, berikut adalah tabel data dari rugi-rugi beban pada penyulang Toddopuli adalah sebesar 0,14. Hal
daya,dan faktor ketidakseimbangan yang terjadi dari trafo ini dapat terjadi karena nilai faktor ketidakseimbangan
GT.PTP001 hingga trafo GT.PTP044: (FK) yang diperoleh untuk beberapa transformator

7
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

distribusi berada pada harga 0 (0 < F < 1).Menurut Songli, Pada aplikasi ini, simulasi yang digunakan adalah simulasi
2009 yang telah melaksanakan penelitian pada penyulang Load Flow Analysis. Dari simulasi tersebut maka dapat
Tamalanrea daerah BTP nilai tersebut masih berada dalam diperoleh data rugi-rugi dayanya. Berikut adalah data rugi-
keadaan seimbang sehingga dapat dikatakan bahwa gardu- rugi daya yang diperoleh:
gardu trafo distribusi pada Penyulang tersebut berada pada
keadaan yang seimbang. [10]
Pada Tabel 3 diatas dapat dilihat juga bahwa gardu
GT.PTP033 yang berada pada Jl. Pandang Raya PTC
merupakan gardu yang memiliki nilai rugi-rugi jaringan
yang terbesar yaitu 43.22 kW. Untuk standar sendiri rugi-
rugi daya pada suatu jaringan diusahakan menjadi sekecil
mungkin. Karena besar kecilnya rugi-rugi dari suatu
sistem tenaga listrik menunjukkan tingkat efisiensi sistem
tersebut. Gambar 9. Data Hasil Simulasi Gardu Distribusi GT.PTP014
Setelah dijumlahkan maka total rugi-rugi daya pada Maka hasil yang diperoleh antara perhitungan manual
penghantar netral di Penyulang ini adalah sebesar 23.88 dan simulasi aplikasi pada gardu distribusi GT.PTP014
kW. adalah sebagai berikut:
Dengan nilai rata-rata jatuh tegangan yang ada pada Tabel 4 Tabel Perbandingan Nilai Rugi-Rugi Daya pada
tabel 3 adalah sebesar 6,37 Volt yang apabila diubah Perhitungan Manual dan Aplikasi pada GT.PTP014
dalam bentuk persentase maka hasilnya adalah sebesar
Rugi-Rugi Daya
2,89 % sehingga dapat dikatakan bahwa nilai jatuh
Kode Alamat/Lokasi (kW)
tegangan pada penyulang Toddopuli masih dalam keadaan No.
standar. Dengan nilai persentase jatuh tegangan terbesar Gardu Gardu ETAP
Manual
adalah sebesar 7,5 % dan masih dalam keadaan tidak 12.6.0
melebihi standar PLN. Jl.Anggrek
Raya Komp.
C. Menghitung Rugi-Rugi Daya Aktif dengan ETAP 1 GT.PTP014 Maizonet 24.35 23.7
12.6.0 Dekat Pasar
Setelah mendapatkan nilai rugi-rugi daya pada suatu Hobby
saluran trafo distribusi secara manual maka selanjutnya
adalah menghitung rugi-rugi daya melalui simulasi pada Untuk perbandingan antara perhitungan manual dan
aplikasi ETAP versi 12.6.0. Simulasi ini berguna untuk simulasi aplikasi pada gardu trafo distribusi lainnya maka
membandingkan seberapa besar perbedaan nilai rugi-rugi dapat dilihat pada lampiran III dan berikut adalah tabel
daya antara aplikasi dan perhitungan manual. Adapun tata rangkuman dari perbandingan keduanya untuk seluruh
caranya adalah dengan membuat single line diagram dari gardu trafo distribusi:
Tabel 5 Tabel Perbandingan Nilai Rugi-Rugi Daya pada
sebuah trafo distribusi tersebut terlebih dahulu. Single Line
Perhitungan dan Aplikasi ETAP pada Penyulang Toddopuli
Diagram ini dapat dibuat dengan menggunakan data-data
pembebanan trafo pada tiap gardu yang ada pada
Penyulang Toddopuli. Setelah diperoleh data-data
pembebanan pada gardu distribusi GT.PTP014 maka
langkah selanjutnya adalah membuat Single Line Diagram
pada aplikasi ETAP 12.6.0. Pada aplikasi ini data yang
dibutuhkan adalah data beban dapat dilihat pada Lampiran
I (terlampir) serta data jenis kabel yang digunakan dapat
dilihat pada Tabel 2. Dan untuk data lebih rincinya dapat
dilihat pada Lampiran I. Pada Penyulang Toddopuli
menggunakan jenis kabel LVTC (3x70+50mm2) pada
saluran tegangan rendah dengan panjang kabel sebesar 200
m.

Gambar 8 Single Line Diagram Gardu Distribusi GT.PTP014

8
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

menunjukkan perbedaan yang lebih kecil dari perhitungan


manual dan ada yang perbedaan yang lebih besar dari
perhitungan manual.
Perbedaan yang paling besar ditunjukkan pada kode
gardu GT.PTP003, GT.PTP005, GT.PTP006, GT.PTP013,
GT.PTP022, GT.PTP025, GT.PTP027, GT.PTP029,
GT.PTP033, GT.PTP035, GT. PTP039 dan GT.PTP41.
Sedangkan kode gardu lainnya yang tidak disebutkan
diatas merupakan kode gardu yang memiliki perbedaan
nilai yang tidak terlalu besar atau kecil. Pada kode gardu
diatas juga merupakan kode gardu yang memiliki selisih
nilai yang besar. Sedangkan untuk selisih nilai terbesarnya
terdapat pada gardu GT.PTP005.
Perbedaan antara perhitungan manual dan simulasi
pada aplikasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah
satunya adalah karena nilai yang dihasilkan dari simulasi
menjadi lebih besar dan lebih kecil. Hal ini dapat terjadi
sebab pada simulasi ini membulatkan nilai beban yang
diinputkan menjadi lebih besar. Sehingga ketika simulasi
dijalankan maka nilai yang dihasilkan terkadang menjadi
lebih besar Aplikasi ini berfungsi sebagai simulasi
sehingga ketika dijalankan nilainya pun masih terdapat
perbedaan.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis mengenai
ketidakseimbangan beban trafo distribusi 20 kV pada
Penyulang Toddopuli, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pengaruh dari adanya ketidakseimbangan beban trafo
distribusi 20 kV pada Penyulang Toddopuli di PT.
PLN (Persero) Rayon Panakukkang adalah
munculnya arus di netral trafo. Sehingga arus yang
mengalir di netral trafo ini menyebabkan terjadinya
rugi-rugi.
2. Berdasarkan perhitungan dan analisis faktor
ketidakseimbangan beban trafo maka dapat diperoleh
nilai rata-rata faktor ketidakseimbangan beban pada
Penyulang Toddopuli adalah sebesar 0,14. Dimana
nilai ini masih dalam keadaan seimbang dan masih
dapat ditolerir oleh PT. PLN Rayon Panakukkang.
3. Rugi-rugi daya jaringan yang terjadi pada Penyulang
Toddopuli adalah sebesar 415.70 kW dengan rugi-
rugi daya pada penghantar netralnya sebesar 23.88
kW. Transformator yang memiliki nilai rugi-rugi
daya jaringan yang terbesar adalah terdapat pada
transformator dengan kode gardu GT.PTP033. Dan
selisih terbesar antara perhitungan manual dengan
simulasi ETAP Power Station 12.6.0 mengenai rugi-
rugi daya jaringan terdapat pada trafo distribusi
dengan kode gardu GT.PTP005.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terimakasih kami ucapkan kepada Allah SWT, kedua
Berdasarkan Tabel 5 diatas maka dapat dilihat
orang tua yang telah mendukung dalam penyelesaian
perbedaan nilai antara perhitungan rugi-rugi daya pada
penelitian ini serta kepada semua pihak yang telah
aplikasi ETAP 12.6.0 dengan perhitungan secara manual.
memberikan bantuan dan motivasi dalam karya ini.
Dari tabel tersebut terlihat beberapa nilai ada yang

9
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

REFERENSI

[1] Suhadi dkk. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik


Jilid I. Buku Ajar SMK. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
[2] Suhadi dkk. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik
Jilid III. Buku Ajar SMK. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
[3] Suswanto, Daman. 2009. Sistem Distribusi Tenaga
Listrik. Untuk Mahasiswa Teknik Elektro. Padang:
Universitas Negeri Padang.
[4] Badaruddin. 2012. Pengaruh Ketidakseimbangan
Beban Terhadap Arus Netral dan Losses Pada
Trafo Distribusi Proyek Rusunami Gading
Icon.Laporan Penelitian Internal. Jakarta:
Universitas Mercu Buana.
[5] Pursito, dan Iwa Garniwa MK. 2013. Analisis
Pengaruh Ketidakseimbangan Beban dan
Harmonisa Terhadap Pembebanan di Kawat Netral
dan Rugi Daya Transformator. Jurnal Teknik
Elekro, (Online) (http: //lib.ui.ac.id) (diakses 07
Oktober 2017).
[6] Multa, Lesnanto dan Restu Prima Aridani. 2013.
Modul Pelatihan ETAP. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
[7] Kadir, Abdul. 2006. Distribusi dan Utilasi Tenaga
Listrik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
[8] SPLN No.64 Tahun 1985.
[9] Hutauruk, T.S. 1985. Transmisi Daya Listrik.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
[10] Sangli, Yulianus. 2009. Pembebanan Tidak
Seimbang pada Transformator. Jurnal Teknik
Elektro, (Online), Adiwidia Edisi Juli 2009, No.2
(https://medianeliti.com) (diakses 12 Maret 2018).
[11] SPLN No. 72 tahun 1987
[12] William, D dan Stevenson,Jr. 1983. Analisis Sistem
Tenaga Listrik Edisi Keempat. Dialih bahasakan
oleh Kamal Kadir. Bandung: Penerbit Erlangga.

10
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Peramalan Beban Konsumsi Energi Listrik Jangka Pendek


Dengan Metode ARIMA Pada Gedung Teknik Elektro
Kampus 2 PNUP
Shaum Attaqwa1),Nirwan Noor2),Ashar AR3)
1,2,3) Jurusan Teknik Elektro PNUP
attaqwashaum@gmail.com

Abstrak
Salah satu metode peramalan yang sering digunakan adalah metode time series ARIMA (Autoregressive
Integrated Moving Average). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana cara menggunakan metode ARIMA
untuk meramalkan beban konsumsi listrik jangka pendek dan mengetahui berapa besar pemakaian konsumsi listrik periode
51-60 hari kedepan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif analisis data primer, dengan data berupa
pengukuran besar beban konsumsi listrik dari Gedung Teknik Elektro Kampus 2 PNUP pada pukul 09.00-15.00, selama
kurang dari 3 bulan yang dituliskan dalam satuan kilo Volt Ampere (kVA). Tahapan penelitian dimulai dari observasi,
pengukuran data, pengolahan data, peramalan beban dan diakhiri dengan menganalisis hasil peramalan. Hasil Penelitian
menunjukkan model terbaik dari metode ARIMA yang dianalisis dengan melalui 4 tahap; tahap identifikasi, tahap estimasi
dan tahap diagnosis, yaitu ARIMA (2,2,1) yang digunakan untuk melakukan peramalan beban konsumsi listrik jangka
pendek. Nilai MSE (Mean Square Error) dari model tersebut yaitu sebesar 36,72. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil
penelitian tersebut adalah metode ARIMA (2,2,1) yang dimana layak digunakan untuk meramalkan beban konsumsi listrik
jangka pendek di Gedung Teknik Elektro Kampus 2 PNUP.

Keywords: ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average), Peramalan Jangka Pendek, MSE (Mean Square Error)

yang paling cocok dari sekelompok data, sehingga metode


I. PENDAHULUAN ARIMA memerlukan sepenuhnya data historis dan data
Peramalan beban jangka pendek (short term sekarang untuk menghasilkan ramalan jangka pendek [1].
forecasting) bertujuan untuk meramalkan beban konsumsi Secara umum model Box – Jenkins dirumuskan dengan
listrik pada jangka waktu hari, bulan bahkan tahun dengan notasi ARIMA(p,d,q).
periode tertentu. Salah satu metode peramalan yang saat Dalam hal ini:
ini sedang berkembang dan umum digunakan untuk p = Orde atau derajat AR (Autoregressive)
memperkirakan suatu data deret waktu jangka pendek d = Orde atau derajat pembeda (Differencing)
adalah metode ARIMA (Autoregressive Integrated q = Orde atau derajat MA (Moving Average)
Moving Average) atau dikenal juga sebagai metode Box- Hubungan antara metode ARIMA dengan model
jenkins. ARIMA adalah model ARIMA merupakan bagian dari
Metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving metode ARIMA[1]. Menurut model Box – Jenkins secara
Average) atau metode Box-Jenkins merupakan metode umum model ARIMA terdiri dari:
yang sangat tepat untuk mengatasi kerumitan deret waktu 1. Model AR ( Autoregressive )
dan situasi peramalan lainnya[1]. Metode dapat Model AR adalah model yang menerangakan bahwa
dipergunakan untuk meramalkan data history dengan variabel dependent dipengaruhi oleh variabel dependent
kondisi yang sulit dimengerti pengaruhnya terhadap data itu sendiri[1]. Secara umum model AR mempunyai bentuk
secara teknis dan sangat akurat untuk peramalan periode persamaan sebagai berikut :
jangka pendek (S. As). !" = Ø! + Ø! !!!! + ⋯ + Ø! !!!! + Ɛ! ...........................(1)
Dimana:
II. KAJIAN LITERATUR Yt = nilai variabel dependent pada waktu t
Ø! = konstanta
Ø! , Ø! , Ø! = koefisien atau parameter dari model
A. Metode ARIMA autoregressive
Metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Ɛ! = residual pada waktu t
Average) merupakan metode yang secara intensif
dikembangkan dan dipelajari oleh George Box dan Orde dari model AR diberi notasi p yang ditentukan
Gwilym Jenkins, oleh karena itu nama mereka sering oleh jumlah periode variabel dependent yang masuk dalam
dikaitkan dengan proses ARIMA yang diaplikasikan untuk model.
analisis data dan peramalan data runtun waktu. ARIMA 2. Model MA ( Moving Average )
sebenarnya merupakan usaha untuk mencari pola data Menurut [1], secara umum bentuk model MA
mempunyai persamaan sebagai berikut.

11
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

!" = !! + Ɛ! − !! Ɛ!!! − !! Ɛ!!! − ⋯ + !! Ɛ!!! .....(2) hanya koefisien autokorelasi parsial orde satu yang
Dimana : signifikan maka model sementara tersebut adalah
!" = nilai variabel dependent pada waktu t AR(1).
Ɛ!!! , Ɛ!!! , Ɛ!!! = nilai residual sebelumnya (lag) 2) Apabila koefisien korelasi parsial mengalami
!! , !! , !! , !! = koefisien model MA yang penurunan secara eksponensial mendekati nol, asumsi
menunjukkan bobot tersebut pada umumnya terjadi proses MA (Moving
Ɛ! = residual pada waktu t Average). Estimasi ordo MA dapat dilihat dari jumlah
koefisien autokorelasi yang berbeda signifikan dari nol
Perbedaan model AR dengan model MA terletak 3) Apabila koefisien autokorelasi maupun autokorelasi
pada jenis variabel independent. Bila variabel pada model parsial menurun secara eksponensial mendekati nol
MA yang menjadi variabel independent adalah nilai pada umumnya terjadi proses ARIMA. Orde dari
residual pada periode sebelumnya sedangkan variabel ARIMA dapat dilihat dari jumlah koefisien
pada model AR adalah nilai sebelumnya dari variabel autokorelasi dan koefisien autokorelasi parsial yang
independent. berbeda signifikan dari nol.
3. Model ARIMA (Autoregressive Integrated Moving c. Melakukan estimasi parameter terhadap model
Average ) Pada tahap ini dilakukan pencarian estimasi untuk
Model AR dan MA digabungkan untuk memperoleh parameterparameter yang terbaik dalam model sementara
model ARIMA[1]. Secara umum model ARIMA tersebut. Untuk melakukan perhitungan dengan metode
mempunyai bentuk persamaan sebagai berikut : estimasi digunakan software program Minitab 14.
!" = Ø! + Ø! !!!! + ⋯ + Ø! !!!! + !! Ɛ!!! − !! Ɛ!!! − Menguji hipotesis dilakukan agar mengetahui apakah
⋯ !! Ɛ!!! + Ɛ! .................................................................(3) parameter yang diperoleh signifikan atau tidak.
Penggabungan tersebut diharapkan model ARIMA Hipotesis :
bisa mengakomodasi pola data yang tidak diidentifikasi H0 : Parameter = 0 (parameter model tidak cukup
secara sendiri-sendiri oleh model MA atau AR. Orde dari signifikan dalam model).
model ARIMA ditentukan oleh jumlah periode variabel H1 : Parameter ≠ 0 (parameter model cukup signifikan
independent baik dari nilai sebelumnya dari variabel dalam model).
independent maupun nilai residual periode sebelumnya.
Statistik !!!"#$% :
Secara lengkap langkah - langkah dalam menentukan
!"#"$%&%# !"#$%&"$
model ARIMA[1] adalah sebagai berikut : !"#"$%"$&!"# = .................................(4)
!" !"#"!"#"$ !"#$%&"$
a. Menghasilakan data yang stasioner Kriteria Uji :
Data stasioner yaitu data yang memiliki nilai rata- !! ditolak apabila |!!!"#$% | > ! !!,!!!
rata dan varians yang tetap sepanjang waktu. Oleh karena
itu data stasioner adalah data yang bersifat trend yaitu d. Menggunakan model terpilih untuk peramalan
tidak mengalami penurunan maupun kenaikan. Misalnya Apabila model sudah memenuhi, maka tahap
data yang bersifat trend adalah contoh data yang tidak selanjutnya adalah melakukan peramalan pada periode
stasioner karena data mengalami penurunan dan kenaikan yang akan datang. Pemilihan model dalam metode
atau mengalami pasang surut dan memiliki nilai rata-rata ARIMA dapat dilakukan dengan cara mengamati
berubah – ubah sepanjang waktu. Bila data yang menjadi distribusi koefisien autokorelasi dan koefisien autokorelasi
input dari model ARIMA tidak stasioner, maka perlu parsial.
dilakukan modifikasi data yaitu dengan prroses 1) Koefisien Autokorelasi
differencing atau pembeda supaya menghasilkan data yang Koefisien autokorelasi sama halnya dengan koefisien
stasioner. Proses tersebutdilakukan dengan cara korelasi, hanya saja koefisien ini menunjukkan keeratan
mengurangi nilai data pada suatu periode dengan nilai hubungan antara nilai variabel yang sama namun pada
periode sebelumnya. periode waktu yang berbeda. Koefisien korelasi
merupakan arah dan hubungan antara 2 variabel yang
b. Mengidentifikasi model sementara dapat menggambarkan kejadian pada satu variabel jika
Pada tahap ini dilakukan dengan cara terjadi perubahan pada variabel lainnya.
membandingkan distribusi koefisien autokorelasi dan Cara mengidentifikasikan pola data koefisien
koefisien autokorelasi parsial aktual dengan distribusi autokorelasi menurut[1] dengan menggunakan pedoman
teoritis[1]. Secara umum tahapan tersebut memiliki prinsip umum sebagai berikut :
sebagai berikut : a) Jika nilai koefisien autokorelasi pada time lag 2
1) Bila koefisien korelasi mengalami penurunan secara periode, 3 periode tidak berbeda signifikan daripada 0
eksponensial mendekati nol, asumsi tersebut pada maka data tersebut dapat diketahui bahwa data tersebut
umumnya terjadi proses AR (Autoregressive). Estimasi adalah data stasioner. Lag adalah jarak atau langkah
ordo AR dapat dilihat dari jumlah koefisien dari fungsi autokorelasi.
autokorelasi parsial yang berbeda signifikan dari nol. b) Jika nilai koefisien autokorelasi pada time lag 1 secara
Misal contoh jika koefisien autokorelasi mengalami berurutan berbeda secara signifikan daripada 0, maka
penurunan secara eksponensial mendekati nol dan data tersebut menunjukkan pola trend atau data
tersebut tidak stasioner.

12
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

c) Jika nilai koefisien autokorelasi pada beberapa time lag yang dipakai untuk mengambil data ialah Metrel tipe MI
memiliki jarak yang sistematis dan berbeda secara 1982. Variable yang akan digunakan dalam penelitian ini
signifikan daripada 0, maka data tersebut merupakan yaitu data beban puncak konsumsi listrik daya semu
data musiman. (kVA) perharinya.
2) Autokorelasi Parsial Data akan dianalisis menggunakan analisis runtun
Koefisien autokorelasi parsial yaitu mengukur waktu berdasarkan pengolahan software minitab versi 16.
tingkat keeratan hubungan antara Xt dengan Xt-k, Tahap-tahap dalam menganalisa data adalah sebagai
sedangkan pengaruh dari time lag 1,2,3…dan seterusnya berikut:
sampai k-1 dianggap tetap. Dengan demikian koefisien a. Kestasioneran Data
autokorelasi parsial yaitu mengukur derajat hubungan
Data stasioner adalah data yang mempunyai rata-rata
antara nilai yang sekarang dengan nilai yang sebelumnya
dan varians yang konstan sepanjang waktu[4]. Dengan
(untuk time lag tertentu), sedangkan pengaruh nilai
kata lain data stasioner adalah data yang tidak mengalami
variabel time lag yang lain dianggap tetap.
kenaikan atau penurunan. Dalam tahap ini , apabila data
B. Peramalan (Forecast) tidak stasioner maka data harus dimodifikasi dengan cara
Peramalan adalah proses menduga sesuatu yang akan differencing.
terjadidi masa yang akan datang. Berdasarkan teori b. Identifikasi Model
peramalan (forecasting) adalah perkiraan terjadinya
Pada tahap ini identifikasi model sementara
sebuah kejadian di masa depan, berdasarkan data yang ada
dilakukan dengan cara melihat grafik ACF dan grafik
di masa lampau[2]. Peramalan bertujuan memperoleh
PACF.
ramalan yang dapat mengurangi kesalahan meramal yang
biasanya diukur dengan menggunakan metode Mean c. Estimasi Parameter Model
Squared Error (MSE), Mean Absolute Error (MAE), dan Setelah diperoleh model sementara, langkah
lainnya[2]. selanjutnya dilakukan uji signifikansi prameter. Untuk
1. Teknik Peramalan melakukan pengujian signifikansi parameter digunakan
programkomputer dalam perhitungannya, dalam hal ini
Teknik peramalan dapat dibedakan menjadi dua
menggunakan program Minitab 16.
yaitu:
d. Verifikasi
a. Teknik peramalan kualitatif
Lebih menitik beratkan pada pendapat (judgement) Pada tahap ini dilakukan verifikasi dengan cara
manusia dalam proses peramalan. Data historis yang overfitting yaitu pemilihan model terbaik berdasarkan nilai
ada menjadi tidak begitu penting dalam teknik ini MSE terendah..
karena hanya dibutuhkan sebagai pendukung pendapat. e. Peramalan
b. Teknik peramalan kuantitatif Setelah diproses model memadai, peramalan pada
Sangat mengandalkan pada data historis yang dimiliki. satu atau lebih periode ke depan dapat dilakukan.
Teknik kuantitatif ini biasanya dikelompokkan menjadi Pemilihan model dalam bentuk ARIMA dilakukan dengan
dua, yaitu teknik statistik dan deterministik. Teknik menginput model terpilih dari hasil grafik ACF dan juga
statistik menitikberatkan pada pola, perubahan pola, PACF dengan nilai MSE terendah maka akan keluar hasil
dan faktor gangguan yang disebabkan pengaruh peramalannya.
random, termasuk dalam teknik ini adalah teknik
smoothing, dekomposisi dan teknik box-jenkis.
Menurut Makridakis dan Wheelwrigt[3], peramalan
kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat situasi
sebagai berikut :
1) Terdapat informasi masa lalu
2) Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam
bentuk data numerik.
3) Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola
masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang.
2. Hubungan Peramalan dengan Rencana Forecasting
adalah peramalan apa yang akan terjadi pada waktu
yang akan datang, sedangkan rencana merupakan
penentuan apa yang akan dilakukan pada waktu yang
akan dating[2].

III. METODE PENELITIAN


Proses penelitian dilakukan pengukuran pada ruangan
panel pusat yang ada pada Gedung Jurusan Teknik Elektro
Kampus 2 PNUP. Waktu penelitian dilakukan selama
kurang lebih 3 bulan pada tahun 2018. Adapun alat ukur Gambar 1. Flowchart simulasi minitab

13
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Untuk menentukan model ARIMA pada suatu


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN peramalan di tentukan dari lag yang keluar pada garis
A. Kestasioneran Data pembatas merah (Cut-Off) dari grafik ACF untuk
membentuk model MA(q) dan grafik PACF untuk
membentuk model AR(p). Pada gambar 2 menunjukkan
terjadinya Cut-Off di lag 1 pada grafik ACF dan pada
gambar 3 menujukkan terjadinya Cut-Off di lag 1 dan 2
pada grafik PACF. Maka keluarlah beberapa model
dugaan yang bisa terbentuk dengan landasan (p,d,q) yaitu
((0,2,1), (1,2,0), (1,2,1), (2,2,0), (2,2,1).

C. Estimasi Parameter Model


Tabel 1. Pengujian estimasi parameter dari model
Model Parameter P-value MSE
ARIMA(0,2,1) MA(1) 0,953 0 73,27
Gambar 2. Grafik Trend analisis data differencing 2
ARIMA(1,2,0) AR(1) -0,473 0,001 50,38
Kestasioneran data dimulai dari proses melihat grafik
AR(1) -0,144 0,359
trend analisis data ril. Akan tetapi karena data ril tidak ARIMA(1,2,1) 70,33
stasioner maka datanya perlu di differencing 1x untuk MA(1) 0,955 0
membantu data agar bisa stasioner terhadap rata-rata. AR(1) -0,683 0
Setelah mendapatkan data differencing 1 ternyata trend ARIMA(2,2,0) 47,34
analisis nya sudah stasioner akan tetapi tidak ada lag yang AR(2) -0,513 0
mengalami cut-off yang mengidentifikasikan tidak ada AR(1) -0,428 0
model yang terbentuk di grafik ACF (Auto Correlation
ARIMA(2,2,1) AR(2) -0,593 0 36.72
Function) dan PACF (Partial Auto Corelation Function).
Dari proses di atas maka dilanjutkan differencing yang MA(1) -0,97 0
kedua kalinya untuk menstasionerkan datanya. Dari
Gambar 1 di atas menunjukkan data yang di differencing D. Verifikasi
kedua kalinya sudah stasioner dan terbentuk model pada Setelah kelima model sementara diketahui, maka
ACF dan PACF nya yang membentuk nilai d=2. langkah berikutnya yaitu melakukan verifikasi model
untuk mengetahui model mana yang lebih baik. Proses
B. Identifikasi Model verifikasi dilakukan dengan memilih model dengan nilai
rata-rata MSE paling kecil/terendah.
Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa model ARIMA (2,2,1) merupakan model yang
terbaik, karena nilai MSE nya lebih sedikit dari pada nilai
MSE pada model keempat lainnya yaitu sebesar 36,72.

E. Peramalan
Tabel 2. Hasil peramalan beban periode 51 – 57 hari kedepan

Peramalan
Gambar 3. Grafik ACF (Auto Correlation Function) data Periode
(kVA)
differencing 2
51 46,864
52 49,837
53 49,555
54 49,264
55 50,918
56 49,799
57 51,487
Total 347,724
Gambar 4. Grafik PACF (Partial Auto Correlation Function)
diffrencing 2

14
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018


52

50

48

46

44
1 2 3 4 5 6 7

Peramalan (kVA)

Gambar 5. Grafik hasil peramalan beban gedung teknik elektro


kampus 2 PNUP

Hasil peramalan data konsumsi listrik di Gedung


Teknik Elektro Kampus 2 PNUP pada periode 51-57
totalnya sebesar 347,724 kVA. Berdasarkan hasil
peramalan dengan menggunakan software Minitab 16
dijelaskan bahwa pemakaian konsumsi listrik tertinggi di
gedung tersebut terjadi pada periode 57 yaitu sebesar
51,487 kVA dan yang terendah pada periode 51yaitu
sebesar 46,846 kVA.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan dan pembahasan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Analisis model time series yang terbaik untuk
melakukan peramalan diperoleh model ARIMA (2,2,1)
karena memiliki nilai rata-rata standard error yang
lebih sedikit dari pada model yang lain.
2. Dengan model ARIMA (2,2,1) maka ramalan data
konsumsi listrik di Gedung Teknik Elektro Kampus 2
PNUP pada periode ke 51 – 57 diperkirakan totalnya
sebanyak 347,724 kVA.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Politeknik Negeri Ujung Pandang karena telah menjadi
wadah bagi saya dalam menuntut ilmu.
2. Kedua orang tua tercinta dan keempat saudara yang
menjadi motivator saya.

REFERENSI
[1] Sugiarto dan Harijono (2000). Peramalan Bisnis.
Jakarta: Gramedia Pustaka.
[2] Subagyo. (1984). Analisis Perencanaan dan
Pengenalian. Jakarta: Erlangga.
[3] Makridakis, S. W. (1995). Metode dan Aplikasi
Peramalan. Jakarta: Erlangga.
[4] Soejati (1987). Materi Porox Analysis Runtun Waktu.
Jakarta: Karunika.

15
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Keandalan Sistem Jaringan Distribusi Pada Penyulang Kartini PT.PLN


(Persero) Rayon Watang Sawitto Dengan Metode Section Technique
(SAIFI-SAIDI)

Sitti Syarah1), Sofyan2)


1,2
Jurusan Teknik Elektro/Program Studi D3 Teknik Listrik, Politeknik Negeri Ujung Pandang
sittisyarah229@gmail.com, sofyantato@poliupg.ac.id

Abstract

Energi listrik telah menjadi kebutuhan yang sangat besar peranannya bagi masyarakat khususnya masyarakat
indonesi. Bertambahnya permintaan penyediaan distribusi energy listrik menyebabkan penyaluran tenaga listrik yang
bermutu dan andal menjadi suatu keharusan. Keandalan setiap komponen peralatan distribusi dapat mempengaruhi
penyaluran pelayanan daya. Suatu system jaringan distribusi tenaga listrik dapat dikatakan andal apabila gangguan dan
pemadaman yang terjadi dalam waktu satu tahun dibawah angka indeks keandalan yang telah ditetapkan. Salah satu cara
untuk menghitung nilai indeks keandalan sistem jaringan distribusi adalah dengan metode Section Technique. Indeks
keandalan yang dihitung yaitu nilai SAIFI dan SAIDI. Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi keandalan jaringan
distribusi pada penyulang Kartini dengan metode Section Technique. Penyulang Kartini merupakan salah satu penyulang
di Gardu Induk Pinrang yang berada diwilayah kerja PT.PLN (Persero) Rayon Watang Sawitto. Setelah dilakukan
perhitungan didapat nilai indeks keandalan untuk jaringan distribusi penyulang Kartini yaitu SAIFI 2.92 kali/tahun dan
SAIDI 8.91 jam/tahun. Untuk mengetahui apakah indeks yang telah dihitung tersebut termasuk kategori andal atau tidak,
maka dibandingkan dengan standar yang dikeluarkan oleh PT.PLN (Persero) dalam SPLN 68-2 : 1986 yaitu SAIFI 3.2
kali/tahun dan SAIDI 21/tahun. Dari hasil yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa jaringan distribusi penyulang
Kartini termasuk kategori andal karena telah memenuhi standar PLN.

Keywords: Keandalan, Jaringan Distribusi, Section Technique, SAIFI, SAIDI.


I. PENDAHULUAN sehingga lebih mempermudah perhitungan, meminimalisir
Pada era modern kebutuhan akan tenaga listrik menjadi kesalahan dan selang waktu yang dibutuhkan lebih singkat.
kebutuhan primer bagi masyarakat. Bertambahnya
permintaan penyediaan listrik dari masyarakat dan adanya II. LANDASAN TEORI
industri-industri yang baru menuntut adanya penyaluran A. Defenisi Keandalan
energi listrik secara terus menerus. Kualitas energi listrik Menurut Rukmi [1] “Keandalan sistem jaringan
yang diterima oleh konsumen sangat dipengaruhi oleh distribusi ialah suatu ukuran ketersediaan/ tingkat
sistem pendistribusiannya. Sistem distribusi adalah sistem pelayanan penyediaan tenaga listrik dari sistem ke pemakai.
yang paling dekat dengan pelanggan sehingga diperlukan Ukuran keandalan dapat dinyatakan seberapa sering sistem
suatu sistem distribusi tenaga listrik dengan keandalan yang mengalami pemadaman, berapa lama pemadaman terjadi
tinggi untuk menyalurkan tenaga listrik. Keandalan dalam dan berapa cepat waktu yang dibutuhkan untuk
sistem distribusi adalah suatu ukuran tingkat pelayanan memulihkan kondisi dari pemadaman yang terjadi
penyediaan tenaga listrik dari sistem ke pelanggan. Sistem (restoration)”.
yang mempunyai keandalan yang tinggi akan mampu B. Keandalan dalam Sistem Tenaga Listrik
memberikan tenaga listrik pada saat dibutuhkan, sedangkan Menurut Fatoni, Achmad [2] “Tingkat keandalan dari
sistem dengan keandalan rendah dengan tingkat penyediaan sistem distribusi diukur dari sejauh mana penyaluran tenaga
energi listrik yang rendah akan sering mengalami listrik dapat berlangsung secara kontinu kepada para
pemadaman. pelanggan tanpa perlu terjadi pemadaman. Seiring dengan
Melihat kondisi kelistrikan saat ini yang masih sering kemajuan zaman, terjadi pertumbuhan beban ditandai
mengalami pemadaman, maka perlu adanya penelitian munculnya kawasan industri, bisnis serta pemukiman yang
tingkat keandalan sistem distribusi tenaga listrik. Indeks- baru, dua hal ini tentunya menuntut tingkat keandalan yang
indeks yang digunakan adalah SAIFI (System Average semakin tinggi”.
Interruption Frequency Index) dan SAIDI ( System Average C. Metode Section Technique
Interruption Duration Index). Ada bebrapa teknik analisis Menurut Wicaksono [3] “Section Technique merupakan
jaringan distribusi 20 kV salah satunya adalah dengan suatu metode terstruktur untuk menganalisis suatu sistem.
menggunakan metode Section Technique, yaitu metode Metode ini dalam mengevaluasi keandalan sistem distribusi
dengan melakukan evaluasi keandalan dengan cara didasarkan pada bagaimana suatu kegagalan dari suatu
memecah sistem dalam bagian yang lebih kecil atau section peralatan mempengaruhi operasi sistem. Efek atau

16
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

konsekuensi dari gangguan individual peralatan secara 2. System Average Interruption Frequency Index
sistematis diidentifikasi dengan menganalisis apa yang (SAIFI)
terjadi jika gangguan terjadi. Kemudian masing-masing SAIFI adalah jumlah rata-rata kegagalan yang
kegagalan peralatan dianalisis dari semua titik beban (load terjadi per pelanggan yang dilayani per satuan waktu
point)”. (umumnya tahun). Indeks ini ditentukan dengan
Indeks keandalan merupakan suatu metode membagi jumlah semua kegagalan dalam satu tahun
pengevaluasian parameter keandalan suatu peralatan dengan jumlah pelanggan yang dilayani oleh sistem
distribusi tenaga listrik terhadap keandalan mutu pelayanan tersebut.Persamaanya dapat dilihat pada persamaan
kepada pelanggan. Indeks keandalan yang dihitung adalah berikut :
indeks-indeks titik beban dan indeks-indeks sistem baik SAIFI= …………..(4)
secara section maupun keseluruhan. Indeks titik beban
antara lain : Dimana :
1. Laju kegagalan (failure rate) adalah suatu nilai dari NLP = jumlah konsumen pada load point
gangguan yang dihitung dalam suatu unterval waktu N = jumlah konsumen pada saluran
tertentu dan dihitung dalam satuan kegagalan ƛ LP = frekuensi gangguan peralatan load point
pertahun. Untuk nilai laju kegagalan yang D. Standar Keandalan Sistem 20 kV
diperlukan untuk perhitungan dengan metode section Untuk mengukur suatu keandalan suatu sistem
technique adalah nilai laju kegagalan tiap-tiap load maka diperlukan patokan/ standar yang berguna untuk
point, dimana laju kegagalan tiap load point dapat menilai keadaan sistem dalam kondisi baik ataupun
diperolah dari penjumlahan tiap peralatan pada kurang baik. Maka berdasarkan standar PLN no 68-2 :
sistem seperti CB, Transformer, maupun 1986 bahwa sistem dalam kondisi baik jika telah
sectionalizer yang mempengaruhi load point yang memenuhi standart seperti dibawah:
akan dihitung. Rumus menghitung nilai laju 1. SAIFI : 3.2 kali/pelanggan/tahun.
kegagalan tiap load point (ƛLP) yaitu: 2. SAIDI : 21 jam/pelanggan/tahun.
ƛLP = ∑i.ƛi …………..(1) E. Indeks Kegagalan Peralatan Distribusi
Dimana : Berikut ini adalah table data kegagalan untuk
ƛLP = Laju kegagalan tiap LP (kegagalan/tahun/km) saluran udara dan peralatan sistem distribusi yang
ƛi = Laju kegagalan tiap peralatan i (kegagalan/ melengkapi failure rate, repair time, dan switching
tahun/km) time yang dapat dilihat pada table 1 dan 2. Data ini
i = Jenis peralatan yang berpengaruh terhadap LP menjadi standar perhitungan dalam analisis keandalan
(kegagalan/ tahun/km) pada kegiatan ini.
2. Lama gangguan (U) berarti waktu ketika tidak
Tabel 1. Data indeks kegagalan saluran udara
adanya ketersediaan dalam menyuplay energi lisrik
Saluran Udara
ke pelanggan. Untuk menghitung keandalan sistem
Sustained failure rate 0.2
distribusi, dibutuhkan nilai durasi kegagalan tiap
(Kegagalan/tahun/km)
load point (ULP). Durasi kegagalan load point Momentary failure rate 0.003
diperoleh dari perkalian antara laju kegagalan (λLP) (Kegagalan/tahun/km)
dengan repair time (r) masing-masing peralatan r (repair time)(jam) 3
yang mempengaruhi load point. Rumus untuk rs (switching time)(jam) 0.15
menghitung durasi kegagalan loadpoint (ULP)
yaitu:
ULP = ∑i ƛi.ri …………..(2) Tabel 2. Data indeks kegagalan peralatan
Dimana: ƛ (failure rate) r (repair
ULP = Lama gangguan (jam/tahun/km) Komponen (Kegagalan/tah time)
ƛi = Laju kegagalan setiap peralatan un/km) (jam)
(kegagalan/tahun/km) Trafo Distribusi 0.005 10
ri = Waktu Perbaikan (jam/tahun) Circuit Breaker
i = Jenis peralatan yang berpengaruh terhadap Sectionalizer 0.004 10
LP (kegagalan/tahun/ km). Recloser
0.003 10
Pada metode Section Technique, indeks keandalan
0.005 10
yang dihitung yaitu:
Sumber: SPLN No.59 : 1985, “Keandalan Pada Sistem
1. System Average Interruption Duration Index (SAIDI) Distribusi 20 kV dan 6 Kv”, Perusahaan Umum
SAIDI adalah nilai rata-rata dari lamanya Listrik Negara, Jakarta, 1985.
kegagalan untuk setiap pelanggan selama satu tahun.
Persamaannya adalah:
SAIDI= ………..(3) III. METODE PENELITIAN
Dimana : Metode penulisan jurnal ini dilakukan dengan beberapa
NLP = jumlah konsumen pada load point metode yaitu studi pustaka, observasi data serta bimbingan
N = jumlah konsumen pada section dan konseling. Secara singkat diagram alir penelitian adalah
ULP = durasi gangguan peralatan pada load point Sebagai berikut:

17
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Mulai
Mulai
Mulai

Studi
Studi Literatur
Literatur

Pengumpulan
Pengumpulan data
data Membagi Section berdasarkan
1.
1. Single
2.
Single Line
Line Penyulang
Penyulang Load Point dan Sectionalizer
2. Jumlah
Jumlah Pelanggan
Pelanggan
3.
3. Panjang
Panjang Saluran
Saluran
4.
4. Parameter
Parameter setiap
setiap
komponen
komponen berdasarkan
berdasarkan
SPLN
SPLN

Menghitung Laju Kegagalan dan


Tidak
Metode
Metode Section
Section Technique
Technique Durasi Gangguan setiap Section

Tidak
Berhasil
Berhasil

Berhasil
Ya

Hasil
Hasil SAIDI-SAIFI
SAIDI-SAIFI

Ya
Membandingkan
Membandingkan dengan
dengan
SPLN
SPLN
Hasil SAIDI SAIFI setiap
Section
Hasil
Hasil dan
dan Analisis
Analisis

Selesai
Selesai Selesai

Gambar 1. Flowchart Kegiatan Gambar 2. Metode Section Technique

Berikut ini adalah Single Line Diagram Yang Dievaluasi

PT PLN (PERSERO) WILAYAH KETERANGAN :


SULSELRABAR AREA PINRANG
RAYON WATANG SAWITTO : Gardu Portal : Trafo 3 Phasa

DIGAMBAR : FADILLAH & SYARAH : Gardu Cantol : Trafo 1 Phasa


DIRENCANA : APRIZAL ARIF
F8 LBS. SALO
DIPERIKSA : PUTHUT INDRAMAWAN : LBS NC
DISETUJUI : H. M. AKIL : Gardu Batu
GOT.AC
1 Ø 50 KVA : LBS NO
NO. GAMBAR : 001 / SLD. TRAFO / SWTO / 2016
Jl. Salo : Gardu Portal
TANGGAL : 09 / 05 / 2016
GOT.BR Belum Operasi SS0 : LBS Secso
1 Ø 50 KVA
Jl. Salo REV. GAMBAR : 001 / SLD. TRAFO / SWTO / 2017 : Gardu Cantol
GOT.X KWH Exim
3 Ø 160 KVA GOT.BQ TANGGAL : 29 / 08 / 2017 Belum Operasi
LBS P8 GOT.BI GOT.EE 3 Ø 160 KVA
Jl. Emy Saelan
3 Ø 200 KVA 3 Ø 50 KVA Jl. Emy Saelan
Jl. Kandea Jl. Kandea

SINGLE LINE DIAGRAM TRAFO DISTRIBUSI


RAYON WATANG SAWITTO
GOT.H GOT.CA GOT.AJ GOT.EI GOT.C GOT.BZ
3 Ø 50 KVA GOT.AQ
3 Ø 200 KVA 3 Ø 160 KVA 3 Ø 200 KVA 3 Ø 160 KVA 3 Ø 100 KVA
Jl. Kemuning 3 Ø 160 KVA
Jl. Kakap Jl. Mongensidi Jl. Matahari Jl. Mongensidi Jl. Mongensidi Jl. Marannue
GOT.CS (Pabrik Es)
3 Ø 100 KVA
Jl. Ambo Dondi GOT.FV
3 Ø 100 KVA
GOT.K
Jl. CEMPAKA
3 Ø 200 KVA
Jl. Ambo Dondi
GOT.CT
3 Ø 100 KVA
Jl. Pattimura

GOT.BP
3 Ø 200 KVA LBS
Jl. Pattimura MONGINSIDI
GOT.CC GOT.CI
3 Ø 200 KVA 3 Ø 160 KVA
Jl. Sultan Hasanuddin Jl. Anggrek GOT.DO
3 Ø 25 KVA GOT.O
GOT.B GOT.A STM BARAMULI 3 Ø 150 KVA
3 Ø 200 KVA LBS KWH EXIM
3 Ø 200 KVA (BTS Telkomsel) Kp. Palia POLEKO Kp. Kanni
Jl. Sultan Hasanuddin Jl. A. Yani

GOT.N GOT.AU GOT.P GOT.BW


LBS GOT.FI
3 Ø 200 KVA 3 Ø 50 KVA 1 Ø 50 KVA 1 Ø 50 KVA
AHMAD YANI 3 Ø 100 KVA
Kp. Borialo Kp. Palia Kp. Kanni Kp. Kanni
Kp. Libukang
GOT.AH Pabrik Gelas 1
3 Ø 100 KVA GOT.BG
Kp. Poleko 3 Ø 25 KVA
LBS Pom. Bensin Palia
KARTINI

GOT.GA GOT.FJ
3 Ø 25 KVA GOT.CJ GOT.Q 3 Ø 100 KVA
GOT.EY GOT.DN GOT.AK GOT.CX
Kp. Paleteang 1 Ø 50 KVA 1 Ø 50 KVA Kp. Libukang
3 Ø 100 KVA 3 Ø 25 KVA 3 Ø 160 KVA 1 Ø 50 KVA
Jl. Ke Libukang Kp. Libukang Kp. Libukang Pabrik Gelas 2 Kp. Libukang PDAM Kp. Libukang
LBS
TEUKU UMAR LBS KWH EXIM
GOT.AT GOT.EZ GOT.DM GOT.R
LIBUKANG Kp. Libukang
3 Ø 50 KVA 3 Ø 100 KVA 3 Ø 25 KVA 3 Ø 150 KVA
Depan Stadion Kp. Libukang Kp. Libukang Kp. Libukang
(BTS HCPT)

Gambar 3. Single Line Penyulang Kartini

Dan single line ini dibagi menjadi 3 section.

18
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

1. Section 1

F8 LBS. SALO

L6
GOT.AC

L7
GOT.BR
L3 L4 L5 L8
LBS P8 GOT.BI GOT.EE L9
L1 GOT.X GOT.BQ

L18
L10
GOT.BZ
GOT.EI
L11 L12 L13 L14 L17 L19 L20 L21
GOT.H GOT.CA L16 GOT.C GOT.AQ
L15
GOT.AJ

GOT.CS L2
L22 GOT.FV
GOT.K
L25
L23
GOT.CT

L24

GOT.BP
LBS
MONGINSIDI

Gambar 4. Single Line section 1

2. Section 2

GOT.FV

L30

LBS
MONGINSIDI

GOT.CI L32
GOT.CC
L29 LBS LBS KWH EXIM
L27 AHMAD YANI GOT.DO GOT.N GOT.O POLEKO Kp. Kanni
GOT.A L40 L42 L43 L44 L45
GOT.B L37
L28 L31 L33 L34 L35 L36 L39 GOT.AU GOT.P GOT.BW
L26
L38 L41

GOT.AH GOT.BG

LBS
KARTINI

GOT.GA

Gambar 5. Single line section 2

3. Section 3
GOT.FI

L55
GOT.FJ

GOT.GA
L54
L46 L47
GOT.EZ GOT.DN GOT.DM GOT.AK GOT.R GOT.CX L62
L49 L50 L51 L52 L53
LBS
L48 L56 L57 L58 L59 L60 L61
TEUKU UMAR GOT.AT LBS
GOT.EY GOT.Q
LIBUKANG GOT.CJ

Gambar 6. Single line section

19
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3. Perhitungan Keandalan tiap load point section 1
Penyulang Kartini disuplai dari ganduk induk No. LP SAIFI SAIDI
pinrang. Penyulang ini memiliki variasi beban di load
point (titik beban) berupa beban industri dan rumah 1 LP1 0.03 0.10
tangga. Penyulang ini memiliki 43 load point atau titik 2 LP2 0.03 0.09
beban berupa trafo distribusi. Data jumlah pelanggan 3 LP3 0.13 0.39
tiap load point dan panjang tiap saluran dapat dilihat 4 LP4 0.00 0.01
pada tabel berikut: 5 LP5 0.09 0.29
Langkah pertama yang dilakukan dalam 6 LP6 0.08 0.24
7 LP7 0.03 0.08
menganalisis nilai keandalan dengan metode section
8 LP8 0.12 0.38
technique adalah dengan membagi penyulang dengan
9 LP9 0.02 0.07
beberapa section, kemudian menghitung nilai laju 10 LP10 0.09 0.27
kegagalan (ƛ) dan durasi kegagalan (U) tiap-tiap titik 11 LP11 0.10 0.30
beban pada setiap section. 12 LP12 0.09 0.28
Penyulang Kartini terbagi menjadi 3 section, 13 LP13 0.09 0.30
berikut ini adalah perhitungan untuk setiap titik beban 14 LP14 0.01 0.03
penyulang Kartini. 15 LP15 0.08 0.25
1. Section 1 16 LP16 0.04 0.11
Berikut ini adalah perhitungan nilai laju 17 LP17 0.02 0.05
kegagalan (ƛ) dan durasi kegagalan (U) section 1 dengan 18 LP18 0.06 0.19
18 load point berupa trafo distribusi dan jumlah Total 1.11 3.43
pelanggan sebanyak 3922.
Untuk menghitung laju kegagalan ƛLP setiap Berdasarkan tabel 3, dapat diperoleh SAIFI pada
peralatan dapat dilakukan dengan menggunakan section 1 dengan nilai 1.11 kali/tahun dan untuk SAIDI
persamaan 1. Diambi dari kasus pada peralatan Line 1. sebesar 3.43 jam/tahun. SAIFI LP1 diperoleh dari
ƛLP diperoleh dengan mengalikan λi pada data Line 1 mengalikan jumlah pelanggan pada LP1 dengan ƛLP
dengan Panjang Salurannya. Secara keseluruhan untuk kemudian membaginya dengan total pelanggan secara
section 1 ƛLPnya adalah 1.103 kegagalan/tahun/km. keseluruhan. Perhitungannya dapat dilihat berikut ini:
Untuk menghitung jumlah kegagalan ULP setiap
peralatan dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan 2. Diambi dari kasus pada peralatan CB. ULP SAIFI LP1 =
diperoleh dengan mengalikan ƛLP peralatan CB dengan
waktu perbaikannya setelah dilakukan perhitungan nilai =
ULP Secara keseluruhan untuk section 1 adalah 3.435
jam/tahun/km. = 0.03 kali/tahun
Dari hasil perhitungan maka diperoleh grafik Sedangkan SAIDI untuk LP1 diperoleh dari
hubungan antara ƛLP dan ULP adalah sebagai berikut: mengalikan pelanggan pada LP1 kemudian membaginya
dengan total pelanggan keseluruhan. Perhitungannya
dapat dilihat berikut ini:
SAIDI LP1 =

= 0.10 kali/tahun
2. Section 2
Cara penyelesaian untuk section 2 sama halnya
dengan section 1 dengan 12 load point berupa trafo
distribusi dan total pelanggan sebanyak 1904.
Selanjutnya setelah dilakukan perhitungan keandalan
pada section 2 maka diperoleh SAIFI untuk section 2
Gambar 7. Grafik Hubungan ƛLP dan ULP sebesar 1.14 kali/tahun dan SAIDI sebesar 3.48
jam/tahun.
Dengan mengetahui nilai indeks titik beban section 3. Section 3
1 dapat diperoleh indeks Setelah melakukan perhitungan keandalan section
keandalan section 1 berdasarkan persamaan 3 dan 4 pada 3 dengan jumlah load point 13 dan jumlah pelanggan
dan diperoleh hasil sebagai berikut: sebanyak 1063 diperoleh hasil SAIFI untuk section 3
sebesar 0.67 kali/tahun dan SAIDI sebesar 2.00
jam/tahun.

20
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Selanjutnya menjumlahkan indeks keandalan tiap REFERENSI


section untuk menghitung ideks keandalannya. Hasilnya [1] Rukmi, Hartati. dkk. 2007. Penentuan Angka
dapat dilihat pada tabel berikut: Keluar Peralatan Untuk Evaluasi Keandalan Sistem
Tabel 4. Indeks Keandalan Penyulang Kartini Distribusi Tenga Listrik. Vol 6 No 2.
Indeks Keandalan Sistem [2] Fatoni, Achmad. dkk. 2016. Analisa Keandalan
Section Sistem Distribusi 20 kV PT.PLN Rayon Lumajang
SAIDI SAIFI
dengan Metode FMEA (Failure Modes and Affects
1 3.43 1.11
Analysis). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
2 3.48 1.14
November.
3 2.00 0.67
[3] Wicaksono, Henki Projo. dkk. 2012. Analisis
Total 8.91 2.92 Keandalan Sistem Distribusi Menggunakan
Setelah dilakukan perhitungan diperoleh nilai Program Analisis Kelistrikan Transien dan Metode
indeks keandalan penyulang Kartini yaitu SAIDI 8.91 Section Technique. Surabaya: Institut Teknologi
jam/tahun dan SAIFI 2.92 kali/tahun. Nilai SAIDI dan Sepuluh November.
SAIFI ini kemudian dibandingkan dengan SPLN untuk [4] SPLN No.68-2 : 1986. Tingkat Jaminan Sistem
mengetahui apakah penyulang Kartini termasuk dalam Tenaga Listrik, Jakarta : Perusahaan Umum Listrik
kategori andal atau tidak. Sesuai dengan SPLN No. 68-2 Negara.
Tahun 1986 tentang “Tingkat Jaminan Sistem Tenaga [5] SPLN No.59 : 1985. Keandalan Pada Sistem
Listrik Bagian Dua”, sistem dapat dikatakan andal Distribusi 20 kV dan 6 kV, Jakarta : Perusahaan
apabila mempunyai nilai SAIDI 21 jam/tahun dan SAIFI Umum Listrik Negara.
3.2 kali/tahun. Nilai indeks keandalan penyulang Kartini
baik SAIDI maupun SAIFI sudah tergolong andal dan
memenuhi standar PLN.Berikut ini adalah grafik
perbandingannya:

Gambar 8.Grafik perbandingan indeks keandalan

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis indeks
keandalan sistem jaringan distribusi pada penyulang
Kartini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Indeks Keandalan pada penyulang Kartini PT.PLN
(Persero) Rayon Watang Sawitto untuk nilai SAIDI
sebesar 8.91 jam/tahun dan nilai SAIFI sebesar 2.86
kali/tahun.
2. Berdasarkan hasil perhitungan keandalan pada
penyulang Kartini diperoleh nilai sebesar 8.91
jam/tahun untuk SAIDI dan 2.91 kali/tahun untuk
SAIFI sehingga penyulang Kartini termasuk kategori
andal karena telah memenuhi standar yang telah
ditetapkan oleh PLN sebesar 21 jam/tahun untuk
SAIDI dan 3.2 kali/tahun untuk SAIFI.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
PT.PLN (Persero) Rayon Watang Sawitto .

21
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Analisis Faktor-Faktor Penuaan Minyak Transformator


Sofyan1),Agus Efendy2),Kurniawati Naim3)
1,2,3)
Jurusan Teknik Elektro
Agusefendy1995@gmail.com

Abstrak
Transformator merupakan mesin listrik yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan listrik dari tegangan tinggi ke
tegangan rendah atau sebaliknya. Kelangsungan operasi dan umur dari transformator sangat bergantung kepada umur dan
kualitas sistem isolasinya. Salah satunya adalah kualitas dari minyak transformator. Pemakaian transformator dalam jangka
panjang dapat menyebabkan minyak transformator akan mengalami penurunan karakteristik elektrik, fisik, dan kimia. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara umur pemakaian transformator dan pembeban
transformator terhadap sifat elektrik, sifat fisik, dan sifat kimia minyak transformator.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi literature, metode eksperimen, dan metode analisis. Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa semakan besar umur pemakaian dan tingkat pembebanan transformator, maka skala
warna, berat jenis, viskositas, dan kadar air serta kadar asam minyak transformator juga semakin besar. Adapun hasil
percobaan flash point dan tegangan tembus menunjukkan bahwa semakin besar umur pemakaian dan tingkat pembebanan
transformator maka nilai flash point dan tegangan tembus semakin kecil Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas minyak
transformator menurun.
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah penurunan kualitas minyak transformator merupakan
fungsi waktu dan pembebanan. Semakin lama pengoperasian dan semakin tinggi presentase pembebanan suatu
transformator, maka kualitas isolasi minyak transformator akan semakin menurun.

Keywords: Minyak Transformator, Sifat Elektrik, Sifat Fisik, Sifat Kimia

trafo akan terus menurun dan laju kerusakan (hazard rate)


I. PENDAHULUAN akan terus meningkat selama waktu beroperasi.
Transformator adalah salah satu alat yang sangat
penting dalam suatu sistem tenaga listrik. Fungsi utama
dari transformator adalah untuk mengubah level tegangan II. KAJIAN LITERATUR
dari satu level tegangan ke level tegangan yang lain. Pada A. Minyak Transformator
pemakaian suatu transformator tegangan tinggi, sangat Semua peralatan elektrik, untuk mengkonversi energi
diperlukan isolasi untuk memisahkan antara bagian yang dari suatu bentuk ke bentuk yang lain, tak dapat beroperasi
bertegangan dan bagian yang tidak bertegangan serta tanpa kehilangan daya. Daya yang hilang tersebut hampir
untuk mengisolasi bagian-bagian antara fasa yang semuanya berbentuk panas. Panas yang terdisipasi pada
bertegangan sehingga tidak terjadi lompatan listrik atau saat alat bekerja dalam kondisi steady-state disebut
percikan. temperatur kerja. Batas temperature kerja tersebut
Kelangsungan operasi dan umur dari transformator tergantung pada jenis material yang digunakan. Suatu
sangat bergantung kepada umur dan kualitas sistem peralatan elektrik harus memiliki isolasi elektrik dan juga
isolasinya. Salah satunya adalah kualitas dari sistem harus memiliki isolasi termal.
isolasi minyak transformator. Selama transformator Transformator sering dioperasikan untuk jangka waktu
beroperasi maka di dalam minyak transformator akan yang pendek diatas tegangan ratingnya atau untuk
mengalami beban berupa medan listrik dan juga beban menahan sistem yang sedang mengalami transien karena
thermal yang berasal baik dari belitan maupun inti trafo. peristiwa switching atau karena gelombang petir. Untuk
Pemakaian transformator dalam jangka panjang dapat itu komponen dari transformator, baik isolasi padat
menyebabkan minyak trafo akan mengalami penurunan maupun minyak harus dapat beroperasi pada stress
karakteristik dielektrik, fisika dan kimia. Selain itu juga tegangan setinggi mungkin sehingga tidak mengganggu
menyebabkan timbulnya gas-gas terlarut yang berada suplai energi ke konsumen [1].
dalam minyak transformator. Sebagian gas-gas yang B. Fungsi Minyak Transformator
timbul mempunyai sifat mudah terbakar (combustible. Dalam transformator, minyak berfungsi sebagai bahan
Apabila gas-gas tersebut melebihi batas daya larut pada isolator yang memberikan fungsi isolasi antar belitan, dari
minyak transformator maka akan menimbulkan gangguan belitan tegangan tinggi dengan belitan tegangan rendah
pada transformator yang sedang beroperasi, sehingga perlu dan juga antara lilitan dalam satu belitan pada
dilakukan preventive maintenance untuk menjaga transformator-transformator besar seperti transformator
reliabilitas dari minyak trafo. Nilai dari reliabilitas minyak tenaga. Minyak transformator juga memberikan fungsi
isolasi antara belitan-belitan dengan badan transformator

22
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

dan benda-benda lain di luar transformator [2]. Selain itu satuannya dalam stokes atau lebih umum dalam
minyak transformator juga berfungsi sebagai media centistokes (cst).
pendingin untuk menyerap panas dari inti trafo dan dari d) Titik nyala (Flash Point)
belitan trafo. Sejauh ini minyak terbukti sebagai material Operasi yang aman untuk minyak di dalam
isolasi yang paling cocok untuk trafo, karena memiliki transformator membutuhkan titik nyala yang tinggi.
kemampuan menyerap panas dengan baik dan memiliki Api dan ledakan merupakan resiko paling besar
kemampuan mengisolasi bagian-bagian yang memiliki ketika minyak digunakan dalam peralatan listrik.
beda potensial pada transformator agar tidak terjadi Oleh karena itu temperatur kerja minyak seharusnya
lompatan listrik (flas over) ataupun percikan listrik (spark jauh dibawah titik nyalanya. Titik nyala adalah suhu
over) . dimana cairan mulai terbakar bila didekati dengan
C. Sifat- Sifat Minyak Transformator bunga api kecil. Untuk mencegah kemungkinan
1. Sifat-Sifat Elektrik timbulnya kebakaran dari peralatan dipilih minyak
Agar minyak dapat berfungsi sebagai isolasi yang dengan titik nyala yang tinggi. Titik nyala dari
baik maka diperlukan adanya perhatian pada minyak yang baru tidak boleh lebih kecil dari 135 oC,
sifat-sifat listriknya. Karakteristik yang perlu sedangkan suhu minyak bekas tidak boleh kurang
diketahui adalah : dari 130 oC. Untuk mengetahui titik nyala minyak
a) Tegangan tembus (kV / cm) transformator dapat ditentukan dengan menggunakan
Tegangan tembus adalah tegangan dimana alat Close Up Tester.
tembus listrik (peristiwa kegagalan minyak isolasi 3. Sifat-Sifat Kimia
melaksanakan fungsinya sebagai bahan dielektrik) a) Kadar air
terjadi diantara elektroda yang terpisah 2.5 mm, Air didalam minyak mempunyai dua
Peristiwa tembus listrik (breakdown) ini terjadi bila keadaan yaitu keadaan larut dan keadaan
kuat medan yang dipikul melebihi kekuatan emulsi. Air yang larut menyebabkan konduksi
dielektriknya [3]. ionik sedangkan emulsinya menyebabakan konduksi
2. Sifat-Sifat Fisik elektrophoretik. Dari hasil pengujian menunjukkan
a) Warna dan Penampilan bahwa makin tinggi kandungan air tidak
Warna dan kejernihan minyak transformator menunjukkan adanya kenaikan tan δ Sebaliknya
dapat memberikan informasi dengan cepat tentang kenaikan jumlah air dalam bentuk emulsi akan
kualitas dan kondisi suatu minyak transformator. menyebabkan kenaikan Tan δ .
Biasanya minyak yang berwarna merah tua, Terjadinya emulsi dipengaruhi oleh
menunjukkan minyak tersebut sudah tua, sudah adanya partikel-partikel pencemar dalam minyak
mulai memburuk dengan terbentuknya lumpur baik yang bersifat polar dan non-polar. Partikel-
(sludge). Dengan mencium bau minyak partikel ini akan menyerap air sehingga terbentuk
transformator, dapat diketahui bahwa minyak emulsi.
transformator tersebut akan menimbulkan bunga api b) Kadar asam
jika dikenai medan listrik. Kandungan asam di dalam kimia dikenal
b) Densitas (Massa Jenis) dengan bilangan asam. Bilangan asam itu
Minyak transformator yang mengandung lebih sendiri adalah jumlah Miligram Potassium
banyak struktur molekul aromatik mempunyai Hydroxide (KOH) yang dibutuhkan untuk
densitas lebih tinggi jika dibanding dengan minyak menitrasi semua unsur-unsur asam yang ada
transformator yang mengandung molekul Paraffinic pada 1 gram sampel minyak. Satuan dari
dan Naptanik. Densitas suatu minyak transformator bilangan asam adalah miligram KOH/gram
berkurang dengan kenaikan temperatur dan koefisien minyak.
densitas. Koefisien densitas standar adalah 0,00065 / Proses oksidasi pada cairan minyak isolasi
0
C yang digunakan untuk menentukan densitas pada transformator akan menghasilkan produk-produk dari
berbagai temperature dari yang terukur. Koefisien senyawa asam. Pengukuran keasaman secara berkala
standar ini berbeda untuk setiap jenis minyak trafo, merupakan salah satu cara untuk memonitoring
tergantung dari struktur molekul dan kualitas perkembangan oksidasi. Pembentukan endapan pada
penyulingannya. transformator yang merupakan hasil akhir dari proses
c) Viskositas oksidasi sebelumnya didahului oleh penambahan
Viskositas adalah suatu ukuran dari besarnya kandungan asam [4].
perlawanan suatu bahan cair untuk mengalir atau
ukuran dari besarnya tahanan geser dalam dari suatu
bahan cair. Makin tinggi viskositas suatu bahan cair, III. METODE PENELITIAN
makin besar pula tahanan dalamnya. Penelitian dan pengambilan data dilakukan pada bulan
Viskositas ini disebut viskositas dinamis April sampai bulan Agustus 2018 pada beberapa lokasi.
atau viskositas mutlak, namun yang lebih banyak Pengambilan sampel minyak pada penelitian ini
digunakan adalah viskositas kinematik yang dilaksanakan di bengkel transformator di daerah kerja PT
diperoleh dengan membagi nilai viskositas PLN (Persero) Rayon Panakkukang Makassar, Jalan
dinamik dengan massa jenis minyak yang Hertasning, Makassar. Pengujian sifat elektrik sampel

23
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

minyak transformator dilakukan di Bengkel Listrik Teknik IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang. Dan Pengujian A. Hasil Pengukuran Sifat-Sifat Minyak Transformator
karakteristik fisik dan kimia sampel minyak transformator
Hasil pengujian minyak transformator dapat dilihat
dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia Politeknik
dalam tabel di bawah ini.
Negeri Ujung Pandang.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan
pengukuran dan pengujian terhadap sampel minyak Tabel 2 Hasil Pengujian Minyak Transformator
transformator yang telah dipakai selama waktu operasi Hasil Pengujian
tertentu dengan pembebanan yang berbeda dengan No Sampel
mengambil salah satu jenis minyak transformator tertentu, 1 2 3 4 5 6 7
yaitu minyak mineral Diala B (shell oil ). 1 A 46.8 0 0.819 28.69 143 0.428 0.03
Dalam penelitian ini digunakan tiga metode penelitian 2 B 93.2 0 0.826 27.48 146 1.808 0.03
yakni:
3 C 33.6 0.5 0.821 26.2 143 0.932 0.03
1. Studi Literatur
Studi literatur dilaksanakan pada tahap awal 4 D 134.8 0.5 0.83 19.04 135 0.448 0.045
pelaksanaan penelitian ini. Studi literatur dilakukan 5 E 42 0.5 0.821 15.22 141 0.398 0.045
dengan mengumpulkan literatur-literatur yang 6 F 125.6 1 0.872 31.3 132 1.355 0.045
berhubungan dengan permasalahan dan pembahasan
7 G 4.4 1.5 0.995 3.799 130 23.07 0.04
pada penelitian ini.
2. Metode Eksperimen / Pengujian 8 H 28.8 2 0.864 16.32 127 2.039 0.04
Pengukuran dan pengujian dilakukan terhadap 9 I 31.2 2 0.87 17.58 128 0.396 0.04
beberapa sifat-sifat fisika, sifat kimia, dan sifat elektrik 10 J 4.4 6.5 1.002 4.368 120 32.3 0.045
dengan menggunakan metode pengujian dan
pengukuran standar IEC, ASTM dan SPLN. Kegiatan Keterangan:
eksperimen atau pengujian dilakukan di laboratorium Pengujian 1 = Tegangan Tembus (kV/cm)
dan pelaksanaanya setelah studi literatur. Pengujian 2 = Skala Warna
3. Metode Analisis Pengujian 3 = Berat Jenis (gr/cm3)
Metode Analisis ini dilakukan pada tahap akhir Pengujian 4 = Viskositas (cSt)
penelitian ini. Pelaksanaannya setelah diperoleh data- Pengujian 5 = Flash Point (oC)
data hasil pengujian di laboratorium. Hasil Pengujian 6 = Kadar Air (%)
pengukuran dan pengujian dari sampel, kemudian Pengujian 7 = Kadar Asam (mgKOH/gr)
dibandingkan dengan spesifikasi standar yang telah
ditetapkan berdasarkan literatur-literatur. B. Korelasi Hasil Pengujian dengan Umur Transformator
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan yaitu: dan Pembebanan
1. Pengukuran sifat-sifat fisik meliputi : uji viskositas, uji 1. Pengaruh Umur Terhadap Sifat Listrik, Sifat Fisik dan
titik nyala (flash point), berat jenis dan pengamatan Sifat Kimia
warna . a. Pengaruh Umur Pemakaian terhadap Sifat Listrik
2. Pengujian sifat kimia yang akan diketahui adalah 1) Pengaruh Umur Pemakaian Minyak Transformator
kadar air, dan kadar asam. terhadap Tegangan Tembus Minyak Transformator
3. Pengujian sifat listrik yang akan diketahui adalah Untuk mengetahui hubungan antara Viskositas
tegangan tembus (VBD). dengan umur operasi minyak transformator dibuat
grafik hubungan umur minyak transformator dengan
Adapun data transformator yang menjadi sampel
nilai tegangan tembus minyak seperti terlihat pada
dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini
grafik dibawah ini:
Tabel 1 Data Sampel Minyak Transformator yang Diuji coba
Rata- Umur
Kode Daya
Rata Trafo
No Merek
Beban
Sampel (KVA) (Tahun)
(%)
1 A 200 LMK 70 1
2 B 160 Sintra 74.5 1
3 C 100 Kaltra 62 1
4 D 100 Sintra 77.5 3
5 E 50 LMK 89 5
6 F 200 Starlite 90.5 8
Schneider
7 G 315 93.5 17
Electric
8 H 200 Starlite 69 19
9 I 50 Starlite 71.5 19 Gambar 1 Grafik Hubungan antara Umur Minyak
10 J 25 LMK 92 20 Transformator Tegangan Tembus

24
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Dari grafik bisa disimpulkan hubungan antara


tegangan tembus dan umur minyak trafo di atas dapat
diketahui bahwa tegangan tembus cenderung turun
dengan semakin lama minyak beroperasi di dalam
transformator. Besarnya tegangan tembus
dipengaruhi oleh adanya ketidakmurnian seperti
partikel padat, kandungan air, kandungan gas seperti
dijelaskan sebelumnya. Semakin lama minyak
transformator beroperasi, maka ketidakmurnian pada
minyak akan semakin bertambah.

b. Pengaruh Umur Pemakaian terhadap Sifat Fisik


Gambar 3 Grafik Hubungan antara Umur Minyak
Transformator Berat Jenis
1) Pengaruh Umur Pemakaian Minyak Transformator
terhadap Warna Minyak Transformator Dari grafik bisa disimpulkan bahwa nilai berat
Untuk mengetahui hubungan antara Viskositas jenis berbanding lurus dengan umur pemakaian
dengan umur operasi minyak transformator dibuat transformator, semakin lama usia pemakaian
grafik hubungan umur minyak transformator dengan minyak transformator maka berat jenis minyak
nilai warna minyak seperti terlihat pada grafik transformator semakin besar. Hal ini dikarenakan
dibawah ini: semakin lama transformator di operasikan maka
akan muncul sludge yang akan mengakibatkan berat
jenis bertambah. Sludge muncul akibat oksidasi
yang terjadi pada saat transformator beroperasi.
3) Pengaruh Umur Pemakaian Minyak Transformator
terhadap Viskositas Minyak Transformator.
Untuk mengetahui hubungan antara Viskositas
dengan umur operasi minyak transformator dibuat
grafik hubungan umur minyak transformator dengan
nilai viskositas seperti terlihat pada grafik dibawah
ini:

Gambar 2 Grafik Hubungan antara Umur Minyak


Transformator Perubahan Warna

Dari grafik bisa disimpulkan hubungan antara


warna dengan umur minyak transformator di atas,
dapat dibuat kesimpulan bahwa warna minyak akan
berubah karena pengaruh umur operasi minyak
transformator. Semakin lama minyak beroperasi di
dalam transformator, maka warna minyak
cenderung berubah menjadi lebih gelap. Perubahan Gambar 4 Grafik Hubungan antara Umur Minyak
warna minyak terjadi akibat lunturnya warna Transformator Viskositas
vernish dari kumparan-kumparan yang terendam di
dalam minyak transformator. Dari grafik bisa disimpulkan hubungan antara
2) Pengaruh Umur Pemakaian Minyak Transformator viskositas dan umur minyak transformator
terhadap Berat Jenis Minyak Transformator cenderung turun karena pengaruh umur operasi.
Untuk mengetahui hubungan antara Viskositas Viskositas akan turun dikarenakan adanya
dengan umur operasi minyak transformator dibuat peningkatan kadar air yang mengakibatkan minyak
grafik hubungan umur minyak transformator dengan lebih encer
nilai berat jenis seperti terlihat pada grafik berikut 4) Pengaruh Umur Pemakaian Minyak Transformator
ini: terhadap Flash Point Minyak Transformator
Untuk mengetahui hubungan antara Viskositas
dengan umur operasi minyak transformator dibuat
grafik hubungan umur minyak transformator dengan

25
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

nilai flash point Minyak seperti terlihat pada grafik 2. Pengaruh Pembebanan Terhadap Sifat Listrik, Sifat
dibawah ini: Fisik dan Sifat Kimia
a. Pengaruh Pembebanan terhadap Sifat Listrik
1) Pengaruh Pembebanan Transformator terhadap
Tegangan tembus Minyak Transformator
Semakin besar tingkat pembebanan transformator
maka semakin menurun nilai tegangan tembusnya.
Hal ini disebabkan karena tingkat pembebanan
berbanding lurus dengan temperatur, apabila
temperatur pada transformator tinggi maka akan
menyebabkan terbentuknya carbon, dimana apabila
hal ini terus berulang maka kadar karbon semakin
meningkat, dan menimbulkan gas N2 dan O2 pada
minyak, sehingga tegangan tembus semakin
menurun.
b. Pengaruh Pembebanan terhadap Sifat Fisik
Gambar 5 Grafik Hubungan antara Umur Minyak 1) Pengaruh Pembebanan Transformator terhadap
Transformator Perubahan Flash Point Warna Minyak Transformator
Semakin tinggi tingkat pembebanan suatu
Dari grafik bisa disimpulkan semakin tua umur transformator maka semakin tinggi skala warna
transformator maka semakin rendah nilai flash pada minyak transformator, yang menunjukkan
pointnya, begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan bahwa warna minyak semakin gelap. Hal ini
karena adanya zat pengotor yang mempengaruhi disebabkan karena presentase beban dan stressing
kemurnian minyak transformator yang dapat dilihat tegangan yang tinggi mengakibatkan adanya
dari fisiknya yakni warnanya yang semakin gelap. perubahan temperatur yang terjadi didalam minyak
transformator.
c. Pengaruh Umur terhadap Sifat-Sifat Kimia Minyak 2) Pengaruh Pembebanan Transformator terhadap
Transformator Berat Jenis Minyak Transformator
1) Pengaruh Umur Pemakaian Minyak Transformator Hubungan antara pembebanan transformator
terhadap Kadar Air Minyak Transformator dengan berat jenis minyak transformator berbanding
Semakin lama umur pemakaian transformator lurus, semakin besar pembebanan yang diberikan
maka semakin tinggi kadar air dalam minyaknya. maka semakin besar berat jenisnya. Hal ini
Hal ini disebabkan karena Medan listrik akan disebabkan karena pembebanan transformator
menyebabkan titik air yang tertahan didalam minyak menyebabkan peningkatan temperature sehingga
yang memanjang searah medan, dan pada medan terjadi proses oksidasi. Proses ini menimbulkan zat
yang kritis tetesan ini menjadi tidak stabil dan pada pengotor atau sludge. Semakin banyak sludge yang
akhirnya terbentuknya kanal peluahan. Sehingga muncul maka berat jenis minyak semakin besar.
semakin lama pengoperasian transformator maka Sehingga semakin besar tingkat pembebanan suatu
jumlah kanal peluahan pada minyak transformator transformator maka semakin besar nilai berat jenis
semakin banyak. Apabila kadar air pada minyak minyak transformator
transformator tinggi maka besar kemungkinan 3) Pengaruh Pembebanan Transformator terhadap
terjadinya tembus listrik. Viskositas Minyak Transformator.
2) Pengaruh Umur Pemakaian Minyak Transformator Semakin besar tingkat pembebanan transformator
terhadap Kadar Asam Minyak Transformator maka semakin kecil nilai viskositasnya. Hal ini
Kandungan asam cenderung bertambah karena disebabkan karena pembebanan pada transformator
pengaruh umur. Pengaruh lingkungan dan usia menghasilkan titik air, semakin tinggi pembebanan
pengoperasian minyak yang tidak sama, suatu transformator maka semakin banyak pula titik
menyebabkan kandungan asamnya juga berbeda. air yang dihasilkan. Hal ini mengakibatkan minyak
Asam bisa timbul apabila terjadi pemanasan yang transformator menjadi sedikit encer sehingga nilai
berlebih (thermal stress) pada minyak. Hal ini akan viskositas menurun.
terus berlangsung seiring dengan usia pengoperasian 4) Pengaruh Pembebanan Transformator terhadap
minyak transformator. Hal inilah yang dapat Flash Point Minyak Transformator
menyebabkan kadar asam bertambah. Oleh sebab itu Hubungan antara pembebanan transformator
kandungan asam pada minyak bekas lebih besar jika dengan nilai flash point berbanding terbalik.
dibandingkan dengan minyak baru. Bertambahnya Semakin besar pembebanan yang diberikan pada
kadar asam didalam minyak menyebabkan karat dari transformator maka nilai flash point menurun. Hal
bahan logam, yang selanjutnya menyebabkan ini dikarenakan semakin tinggi pembebanan
kerusakan mekanis. transformator maka semakin besar gas yang
dilepaskan, gas-gas tersebut bersifat volatile
combusite yakni gas yang mudah menguap. Gas

26
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

volatile combusite menyebabkan nilai flash poinnya V. KESIMPULAN


menurun sehingga minyak menjadi mudah terbakar Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
c. Pengaruh Pembebanan terhadap Sifat-Sifat Kimia
1. Kualitas isolasi minyak transformator dipengaruhi oleh
Minyak Transformator
umur pemakaian transformator. Semakin lama minyak
1) Pengaruh Pembebanan Transformator terhadap
transformator digunakan maka skala warna, berat jenis,
Kadar Air Minyak Transformator
viskositas, kadar air, dan kadar asam semakin tinggi
Pembebanan transformator berbanding lurus
sedangkan flash point dan tegangan tembus semakin
dengan kadar air minyak transformator. Hal ini
menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
dapat dilihat pada grafik, yakni semakin besar
lama pengoperasian transformator, maka semakin
pembebanan transformator, semakin besar pula
rendah kualitas minyak transformatornya.
kadar air dalam minyak transformator. Hal ini
2. Tingkat pembebanan pada transformator sangat
terjadi karena dalam pembebanan transformator,
mempengaruhi kualitas isolasi minyak transformator.
pada kondisi medan listrik yang tinggi, molekul uap
Semakin tinggi tingkat pembebanan transformator,
air yang terlarut memisah dari minyak dan
maka nilai flash point dan tegangan tembus semakin
terpolarisasi membentuk suatu dipol. Jika jumlah
menurun dan skala warna, berat jenis, viskositas, kadar
molekul-molekul uap air banyak, maka akan
air, serta kadar asam semakin meningkat. Hal ini
terbentuk kanal peluahan. Kanal ini akan merambat
menunjukkan bahwa kualitas minyak transformator
dan memanjang sampai menghasilkan tembus listrik
semakin menurun jika tingkat pembebanan
sehingga kemampuan isolasi minyak transformator
transformator semakin tinggi
menurun
3. Penurunan kualitas minyak transformator merupakan
2) Pengaruh Pembebanan Transformator terhadap
fungsi waktu dan pembebanan. Semakin lama
Kadar Asam Minyak Transformator
pengoperasian dan semakin tinggi presentase
Semakin besar pembebanan transformator maka
pembebanan suatu transformator, maka kualitas isolasi
kadar asam minyak transformator semakin besar
minyak transformator akan semakin menurun.
pula. Minyak yang telah terpakai mempunyai kadar
asam yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa
minyak tersebut telah terkontaminasi atau UCAPAN TERIMA KASIH
teroksidasi dengan material lain seperti vernish, cat, Kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
atau zat-zat asing lainnya. Peningkatan kadar asam terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
dalam minyak transformator merupakn akibat dari 1. Politeknik Negeri Ujung Pandang karena telah menjadi
pembebanan transformator yang berlebih serta wadah bagi saya dalam menuntut ilmu.
pengaruh stress listrik dan terlepasnya oksigen. 2. Kedua orang tua tercinta dan keempat saudara yang
Dengan meningkatnya kadar asam dalam minyak, menjadi motivator saya.
maka kualitas minyak transformator menjadi turun
C. Korelasi antara Umur Transformator terhadap Tingkat
REFERENSI
Pembebanan Transformator
Setelah melakukan pengujian dan analisis
terhadap hubungan umur pemakaian dan tingkat [1] SPLN 49-1. 1982. Minyak Isolasi. Perusahaan
pembebanan transformator dengan sifat elektrik, sifat Umum Listrik Negara.
kimia, dan sifat fisik minyak transformator, maka [2] Abduh, Syamsir. 2003. Teori Kegagalan Isolasi
dapat diperoleh korelasi antara umur pemakaian .Jakarta : Universitas Trisakti.
dengan tingkat pembebanan tranformator. Pada [3] Fritz, Simamora J. (2011). Analisis Pengaruh
percobaan warna, berat jenis, viskositas, kadar air, Kenaikan Temperatur dan Umur Minyak
dan kadar asam diperoleh bahwa semakin besar umur Transformator Terhadap Degradasi Tegangan
pemakaian dan tingkat pembebanan transformator, Tembus Minyak Transformator. Depok: Universitas
maka skala warna, berat jenis, viskositas, dan kadar Indonesia.
air serta kadar asam minyak transformator juga [4] Citarsa, Fery. 2011. Pengaruh Sifat Kimia Terhadap
semakin besar. Hal ini mengindikasikan bahwa Sifat Listrik dari Minyak Isolasi Transformator. Nusa
kualitas minyak transformator menurun. Adapun hasil Tenggara Barat : Universitas Mataram.
percobaan flash point dan tegangan tembus
menunjukkan bahwa semakin besar umur pemakaian
dan tingkat pembebanan transformator maka nilai
flash point dan tegangan tembus semakin kecil.
Namun hal ini juga menunjukkan bahwa kualitas
minyak transformator menurun. Jadi dapat ditarik
kesimpulan bahwa penurunan kualitas minyak
transformator merupakan akibat dari lamanya umur
pengoperasian transformator dan tingginya tingkat
pembebanan transformator.

27
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Analisis Koordinasi Zona Area Proteksi PLTU Mamuju


dan Trafo GI Mamuju
Nurhayati Rasyid1), Ahmad Rizal Sultan2) , Marwan3)
1,2,3
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
email : nurhayatirasyid996@gmail.com
email : rizal.sultan@poliupg.ac.id
email : marwan_energy@yahoo.com

Abstrak
Proteksi pada sistem tenaga listrik merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem ketanagalistrikan.
Tujuan sistem proteksi adalah untuk menimalisir gangguan atau melindungi sistem tenaga listrik dari akses gangguan yang
terjadi pada sistem, jika sistem proteksi tidak baik, maka mengakibatkan menurunnya keandalan sistem pada
pendistribusian tenaga listrik. Sehubungan dengan hal ini, sehingga penelitian bertujuan untuk mengevaluasi sistem
proteksi dan menganalisis jenis gangguan yang terjadi khususnya gangguan hubung singkat. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan melakukan analisa secara sederhana, menghitung arus hubung singkat dan
mengevaluasi sistem proteksi. Untuk menjustifikasi hasil analisa yang diperoleh maka digunakan software Etap Power
Station 16.0.0 dan software DigSilent Power Factory 15.1.7. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini disimpulkan bahwa
sistem proteksi yang terpasang pada PLTU Mamuju dan Trafo Gi Mamuju tidak bekerja dengan baik. Sehingga setelah
dilakukan simulasi ulang dengan menggunakan Etap maka hasilnya sistem proteksi tersebut dapat bekerja dengan normal.
Berdasarkan hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat dapat diketahui arus gangguan hubung singkat If! !"#" =
0,507 kA, If! !"#" = 0,439 kA, If! !"#"!!"#"$ = 0,493 kA, dan If! !"#"!!"#"$ = 0,167 kA. Dari hasil simulasi diperoleh nilai arus
hubung singkat If! !"#" = 0,510 kA, If! !"#" = 0,441 kA, If! !"#"!!"#"$ = 0,483 kA, dan If! !"#"!!"#"$ = 0,228 kA. Nilai arus
gangguan hubung singkat terbesar terjadi pada gangguan hubung singkat 3 fasa sedangkan gangguan hubung singkat
terkecil terjadi pada gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah.

Keywords : Sistem Proteksi, Arus Gangguan, Software, Hubung Singkat, Simulasi.

proteksi yang tidak bekerja dengan baik, dimana setiap


I. PENDAHULUAN terjadi gangguan pada penyulang 20 kV sistem proteksi
Sistem tenaga listrik adalah sistem penyediaan yang bekerja pertama kali adalah sistem proteksi pada
tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pembangkit Mamuju. Akibatnya terjadi pemadaman pada
pusat listrik terhubung satu dengan lainnya oleh jaringan gardu hubung yang lainnya seperti gardu hubung
transmisi dengan pusat beban atau jaringan Sinyonyoi, gardu hubung Rayon Mamuju dan gardu
distribusi.Secara umum sistem tenaga listrik terdiri dari hubung Husni Thamrin. Kemudian seringnya terjadi
tiga bagian utama yaitu pembangkitan tenaga listrik, gangguan khususnya gangguan hubung singkat. Hal ini
penyaluran tenaga listrik dan distribusi tenaga listrik.[1] yang mendasari penulis sehingga ingin menganalisis
Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi koordinasi zona area proteksi PLTU Mamuju dan Trafo GI
yang dilakukan kepada peralatan-peralatan listrik yang Mamuju.
terpasang pada suatu sistem tenaga misalnya generator,
transformator jaringan dan lain-lain terhadap kondisi II. KAJIAN LITERATUR
abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu 2.1 Sistem Proteksi
dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, Sistem proteksi tenaga listrik adalah sistem proteksi
beban lebih, frekuensi sistem rendah,sinkron dan lain- yang dilakukan kepada peralatan-peralatan listrik yang
lain.[2] terpasang pada suatu sistem tenaga misalnya generator,
Dalam penyaluran energi listrik sering terjadi transformator jaringan dan lain-lain terhadap kondisi
gangguan-gangguan yang dapat menghambat penyaluran abnormal operasi sistem itu sendiri. Kondisi abnormal itu
energi listrik ke konsumen. Dari berbagai jenis gangguan dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih,
yang terjadi, gangguan hubung singkat adalah gangguan beban lebih, frekuensi sistem rendah,sinkron dan lain-lain.
yang paling sering terjadi pada penyaluran energi listrik. [2]
Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal Relay Arus Lebih/Over Current Relay(OCR)
(termasuk busur api) pada impedansi yang relatif rendah Ketika terjadi gangguan fasa ke tanah, maka
terjadi secara kebetulan atau disengaja antara dua titik besarnya arus gangguan (If) akan termonitor melalui CT
yang mempunyai potensial yang berbeda.[3] (current transformator) yang kemudian akan diteruskan
Berdasarkan kejadian yang terjadi di lapangan (Trafo melalui rangkaian sekunder CT menuju relay proteksi
GI Mamuju dan PLTU Mamuju), diantaranya sistem (OCR). Relay proteksi akan membaca besarnya arus

28
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

gangguan. Jika arus gangguan melebihi setting relay, maka Perhitungan yang akan dilakukan disini adalah
relay akan bekerja memberi perintah/order trip pada CB perhitungan besarnya nilai impedansi positif (!!!" ),
(Circuit Breaker) sehingga daerah terganggu terputus
negatif (!!!" ) dan nol (!!!" ) dari titik gangguan sampai
(terlokalisir) dari sirkuit yang sehat.[2]
Relay Gangguan Tanah/Ground Fault Relay (GFR) ke sumber,[5]
Relay gangguan tanah adalah suatu relay yang !!!" = !!!" = !!! + !!! + !!(!"#$%&'#() ............(7)
bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi
Keterangan :
suatu nilai setting pengaman tertentu dan dalam jangka
!!! = Impedansi sumber sisi 20 kV (Ω)
waktu tertentu bekerja apabila terjadi gangguan hubung
!!! = Impedansi trafo tenaga urutan positif dan negatif(Ω)
singkat fasa ke tanah. Relay gangguan tanah hanya efektif
!! = Impedansi urutan positif dan negatif (Ω)
dipakai untuk pentanahan netral langsung atau dengan
tahanan rendah.[2] Untuk perhitungan !!!"
2.2 Gangguan Hubung Singkat !!!" = !!! + 3RN + !!(!"#$%&'#() .....................(8)
Hubung singkat adalah hubungan konduksi sengaja
atau tidak sengaja melalui hambatan atau impedansi yang Keterangan :
cukup rendah antara dua atau lebih titik yang dalam !!! = Impedansi trafo tenaga urutan nol (Ω)
keadaan normalnya mempunya nilai potensial yang RN = Tahanan tanah trafo tenaga (Ω)
berbeda.[3] !! = Impedansi urutan nol (Ω)
Menghitung Impedansi Sumber Karena lokasi gangguan penyulang dibagi beberapa titik
Data yang diperlukan adalah data hubung singkat pada bus gangguan, maka dihitung pula nilai impedansi penyulang
primer trafo.[1] pada jarak 0%,25%,50%,75% dan 100%.
(!"#$%#$% !" !"#$%)! Setelah mendapatkan impedansi ekuivalen jaringan
!! = .................................(1)
!"#" !"#"$% !"#$%&' sesuai dengan lokasi gangguan, selanjutnya menghitung
Dimana : arus gangguan hubung singkat. Untuk nilai impedansinya
!! = Impedansi sumber (Ω) menggunakan impedansi ekuivalen jaringan dan juga
Untuk mengkonversi impedansi yang terletak di sisi 150 tergantung pada jenis gangguan hubung singkatnya yaitu 3
kV, dilakukan dengan cara sebagai berikut fasa, 2 fasa, 2 fasa ke tanah dan 1 fasa ke tanah.[6]
!"!
!! !"!" !" !" = × !! (!"!" !"# !") ...............(2) Arus Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa
!"#!
!!
Menghitung Reaktansi Trafo !! = ....................................................(9)
!!
(!"#$%#$% !" !"#$%)! Dimana :
!!(!"#" !""%) = ...............(3)
!"#"$%&"$ !"#$% !! = Arus gangguan hubung singkat tiga fasa (A)
Keterangan: !! = Tegangan pragangguan (V)
!! = Impedansi trafo tenaga (Ω)
!! = Impedansi urutan positif (Ω)
Menghitung Reaktansi Urutan Positif dan Negatif Arus Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa
!!
(!!" = !!" ) !! = .............................................(10)
!! ! !!
!! = !%(!"#" !"#$%) ! !!(!"#" !"!" !""%) ...........(4) Dimana :
!! = Arus gangguan hubung singkat dua fasa (A)
Menghitung Reaktansi Urutan Nol (!!" ) !! = Tegangan pragangguan (V)
Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan Yyd, dimana
!! = Impedansi urutan positif (Ω)
kapasitas belitan delta biasanya adalah ⅓ dari kapasitas
!! = Impedansi urutan negatif (Ω)
belitan Y, maka : [4]
!!! = 3 ! !!! ....................................................(5) Arus Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa ke Tanah

Menghitung Impedansi Penyulang !!


!! = ..............................(11)
!! ! !! !! /(!! ! !! )
Untuk menghitung impedansi penyulang,
Dimana :
perhitungan dilakukan berdasarkan besarnya nilai
!! = Arus gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah (A)
impedansi per km dari penyulang yang akan dihitung,
dimana besar nilai penyulang tergantung pada jenis !! = Tegangan pragangguan (V)
penghantar, ukuran penampang dan panjang !! = Impedansi urutan positif (Ω)
penghantarnya.[5] !! = Impedansi urutan negatif (Ω)
!! = !! % !"#$"#% ! !"#$"#% !"#$%&'#( !" !! = Impedansi urutan nol (Ω)
Arus Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa ke Tanah
! !! /!! .............................................(6) !!
Keterangan : !! = .........................................(12)
!! ! !! ! !!
!! = Impedansi Urutan Positif (Ω) Dimana :
!! = Impedansi Urutan Negatif (Ω) !! = Arus gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah (A)
Menghitung Impedansi Ekuivalen Jaringan !! = Tegangan pragangguan (V)

29

Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

!! = Impedansi urutan positif (Ω) seperti gardu hubung Sinyoyoi, gardu hubung Rayon
!! = Impedansi urutan negatif (Ω) Mamuju dan gardu hubung Husni Thamrin. Berdasarkan
!! = Impedansi urutan nol (Ω) kejadian ini, maka kami melakukan evaluasi sistem
2.3 Sistem Pembumian pentanahan trafo dengan mengubah sistem pentanahan
Sistem pembumian atau biasa disebut sebagai pada trafo pembangkit, dari solid grounding menjadi open
grounding adalah sistem pengamanan terhadap perangkat- grounding. Hal ini dilakukan dengan alasan karena pada
perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber prinsipnya sistem-sistem yang diketanahlan menggunakan
tenaga, dari lonjakan listrik, petir dll.[4] solid grounding, bila terjadi gangguan tanah selalu
Sistem yang tidak ditanahkan/Open Grounding mengakibatkan terganggunya saluran, yaitu gangguan
Suatu sistem dikatakan tidak diketanahkan/open harus diisolir dengan membuka pemutus daya. Sistem
grounding atau sistem delta. Jika tidak ada hubungan pentanahan diubah menjadi open grounding hasilnya
galvanis antara sistem itu dengan tanah.[4] adalah sistem pengaman pada saat terjadi gangguan
Pembumian Titik Netral Tanpa Impedansi/Solid kembali normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Grounding hasil evaluasi yang dilakukan berikut ini
Sistem pembumian langsung adalah dimana titik netrral
sistem dihubungkan langsung dengan tanah, tanpa
memasukkan harga suatu impedansi.[4]
Pembumian Titik Netral Melalui Tahanan/Resistance
Grounding
Pembumian titik netral melalui tahanan/resistance
grounding yang dimaksud adalah suatu sistem yang
mempunyai titik netral dihubungkan dengan tanah melalui
tahanan/resistor.[4]

III. METODE PENELITIAN


Berikut ini gambaran langkah-langkah penelitian
yang kami lakukan, yang dijelaskan melalui flowchart
berikut ini:
Gambar 2. Hasil Simulasi setelah diberikan arus gangguan hubung
singkat pada bus 10 (trafo mamuju mengguankan solid grounding)

Gambar 3. Hasil Report setelah diberikan arus gangguan hubung


singkat pada bus 10

Gambar 1. Flowchart Metode Penelitian Pada hasil report diatas menunjukkan bahwa saat
terjadi gangguan, arus hubung singkat pada PLTU
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Mamuju yaitu sebesar 0,168 kA dengan waktu trip 60 ms
kemudian relay gardu hubung Sinyonyoi sebesar 0,168 kA
4.1 Evaluasi sistem proteksi zona area PLTU Mamuju dengan waktu trip 90 ms kemudian relay gardu hubung
dan Trafo GI Mamuju Menggunakan Software Etap Rayon Mamuju sebesar 0,168 kA dengan waktu trip 425
Dalam pengujian ini, sistem proteksi yang berada ms kemudian relay Husni Thamrin sebesar 0,259 kA
pada PLTU Mamuju dan Trafo GI Mamuju akan di dengan waktu trip 471 ms kemudian relay incoming
evaluasi dengan menggunakan software Etap. Sistem sebesar 0,259 kA dengan waktu trip 981 ms. Seperti yang
pegujian yang dilakukan berdasarkan kejadian yang terjadi telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam evaluasi ini
di lapangan dimana sistem proteksi yang bekerja pertama sistem pentanahan yang dilakukan dievaluasi kembali dari
kali setiap terjadi gangguan pada penyulang 20 kV adalah sistem solid grounding menjadi open grounding, evaluasi
sistem proteksi pada pembangkit Mamuju. Akibatnya
terjadi pemadaman pada gardu hubung yang lainnya,

30

Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

yang telah kami lakukan dengan menggunakan sistem Menghitung impedansi penyulang
open grounding dapat dilihat melalui gambar berikut ini : !! = !! =(0,2161+j0,3305) x 52=11,2424+j17,186 Ω
!! = (0,3631+j1,6180) x 52 = 18,8812 + j 84,136 Ω
Karena penyulang dibagi beberapa titik gangguan, maka
nilai impedansi penyulang pada jarak 0%, 25%, 50%,
75%, dan 100% adalah seperti pada tabel 1-4:
Impedansi urutan positif dan negatif penyulang
Tabel 1. Impedansi urutan positif dan negatif penyulang
% Panjang Impedansi Penyulang (!! dan !! )

0 0 % x (11,2424 + ! 17,186 Ω) = 0 Ω
25 25 % x (11,2424 + ! 17,186 Ω) = 2,810 + j 4,296 Ω
50 50 % x (11,2424 + ! 17,186 Ω) = 5,621 + j 8,593 Ω
75 75 % x (11,2424 + ! 17,186 Ω) = 8,431 + j 12,889 Ω
100 100 % x (11,2424 + ! 17,186 Ω) = 11,2424 + j 17,186 Ω
Gambar 4. Hasil simulasi setelah diberikan gangguan hubung
singkat pada bus 10
Impedansi urutan nol penyulang
Tabel 2. Impedansi urutan nol penyulang
% Panjang Impedansi Penyulang (!! dan !! )
0 0 % x (18,8812 + ! 84,136 Ω) = 0 Ω
25 25 % x (18,8812 + ! 84,136 Ω) = 4,720 + j 21,034 Ω
50 50 % x (18,8812 + ! 84,136 Ω) = 9,440 + j 42,068 Ω
75 75 % x (18,8812 + ! 84,136 Ω) = 14,160 + j 63,102 Ω
100 100 % x (18,8812 + ! 84,136 Ω)=18,881 + ! 84,136 Ω

Impedansi ekuivalen urutan positif dan negatif


!!!" = !!!" = !0,952 + !1,6625 + !! (!"#$%&'#()
Gambar 5. Hasil Report setelah diberikan arus gangguan hubung = !2,6145 + !! (!"#$%&'#()
singkat pada bus 10
Tabel 3. Impedansi ekuivalen urutan positif dan negatif
Dari gambar 4.3 menunjukkan bahwa ketika % Panjang Impedansi Jaringan (!! dan !! )
sistem pentanahan diubah menjadi open grounding maka
0 j 2,6145 Ω
ketika terjadi gangguan, sistem proteksi yang pertama kali
bekerja adalah relay Husni Thamrin kemudian relay 25 j 2,6145 + 2,810 + j 4,296 = 2,81 + j 6,911
Incoming 2. Pada gambar 4.4 menunjukkan bahwa saat 50 j 2,6145 + 5,621 + j 8,593 = 5,621 + j 11,207
terjadi gangguan, besar arus hubung singkat pada relay 75 j 2,6145 + 8,431 + j 12,889 = 8,431 + j 15,53
husni thamrin adalah sebesar 0,277 kA dan waktu trip 451
100 j 2,6145 + 11,2424 + j 17,186 = 11,2424 + j 19,8
ms kemudian rele Incoming 2 sebesar 0,277 kA dan waktu
trip 924 ms, ini menunjukkan sistem pengaman sudah
bekerja dengan normal dan juga sistem pengaman pada Impedansi ekuivalen urutan nol
gardu induk pembangkit sudah tidak bekerja lagi (kembali !!!" = ! 4,9875 + 3×40 + !!(!"#$%&'#()
normal). = ! 4,9875 + 120 + !!(!"#$%&'#()
4.2 Jenis Gangguan Tabel 4. Impedansi ekuivalen urutan nol
% Panjang Impedansi Jaringan (!! dan !! )
Sebelum menghitung besarnya gangguan hubung
singkat maka beberapa variabel yang harus diketahui yang 0 j 4,9875 + 120 Ω
dijadikan dasar untuk menghitung jenis gangguan yang 25 j 4,9875 + 120 + 4,720 + j 21,034 = 124,72 + j26,021 Ω
dimaksud, yaitu :
50 j 4,9875 + 120 + 9,440 + j 42,068 = 129,44 + j 47,055 Ω
Menghitung impedansi sumber pada sisi 150 kV
(!"#$%#$% !" !"#$%)² (!"#)² 75 j4,9875 + 120 + 14,160 + j 63,102 = 134,16 + j68,089 Ω
!!(!"#!") = = = 53,549 Ω
!"#" !"#"$% !"#$%&' !"#,!
!"! j 4,9875 + 120 + 18,8812 + ! 84,136 = 138,88 + j
!"(!"!" !" !") = × 53,549 = 0,952 Ω 100
!"#!
89,123 Ω
Menghitung impedansi trafo
(!")²
!" !"#" !"" % = = 13,3 Ω
!" Menghitung Arus Gangguan Hubung Singkat
Reaktansi urutan positif dan negatif (!"! , !"! ) Setelah menghitung beberapa variabel diatas, maka
!"! = !"! = 12,5% x 13,3 = 1,6625 Ω besarnya arus gangguan hubung singkat yang terjadi dapat
Reaktansi urutan nol (!"! ) dilihat pada tabel 5-8
!!! = 3 x 1,6625 = 4,9875 Ω

31

Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Arus gangguan hubung singkat 3 fasa Arus gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah
Tabel 5. Arus gangguan hubung singkat 3 fasa Tabel 8. Arus gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah
% Panjang Arus Hubung Singkat 3 Fasa % Panjang Arus Hubung Singkat 1 Fasa ke Tanah
20000
20000 3 11547 3×
0 = = 4415,523 ! 3
0 + !2,6145 =
0! + 2,6145! !2,6145 + !2,6145 + 120 + !4, 9874
0 34641
20000 3 11547 = = 285,6344 !
25 = = 1544,986 ! 10,2165! + 120!
2,81 + !6,911 2,81! + 6,911!
20000
20000 3 11547 3×
50 = = 920,986 ! 3
5,621 + !11,207 5,621! + 11,207! =
2,81 + !6,911 + 2,81 + !6,911 + 124,72 + !26,0215
25 34641
20000 3 11547 = = 250,164 !
75 = = 653,445 ! 39,8435! + 130,34!
8,431 + !15,53 8,431! + 15,53!
20000
20000 3 11547 3×
100 = = 507,134 ! 3
11,2424 + !19,8 11,2424! + 19,8! =
5,621 + !11,207 + 5,621 + !11,207 + 129,44 + !47,055
50 34641
= = 223,785 !
69,469! + 140,682!
Arus gangguan hubung singkat 2 fasa
Tabel 6. Arus gangguan hubung singkat 2 fasa 3×
20000
% Panjang Arus Hubung Singkat 2 Fasa 3
=
20000 20000 8,431 + !15,530 + 8,431 + !15,530 + 134,16 + !68,0895
= = 3819,823 ! 75 34641
0 = = 190,7462 !
2 ×(0 + !2,6145) 0! + 5,229!
99,1495! + 151,022!
20000 20000
25 = = 1340,4 ! 20000
2,81 + !6,911 5,62! + 13,822! 3×
3
20000 20000 =
= = 795,59 ! 11,2424 + !19,8 + 11,2424 + !19,8×138,88 + !89,1275
50 100 34641
5,621 + !11,207 11,242! + 22,414! = = 157,817 !
20000 20000 128,7275! + 161,3468!
75 = = 565,9 !
8,431 + !15,53 16,862! + 31,06!
20000 20000
100 = = 438,191 ! 4.3 Simulasi Gangguan Hubung Singkat Menggunakan
11,2424 + !19,8 22,4848! + 39,6!
Software Etap

Arus gangguan hubung singkat 2 fasa ke tanah


Tabel 7. Arus gangguan hubung singkat 2 fasa ke tanah
% Panjang Arus Hubung Singkat 2 Fasa ke Tanah
20000
=
!2,6145 + !2,6145 ×120 + !4, 9874 / !2,6145 + 120 + !4,9875
0
20000
= = 3828,184 !
0,11347! + 5,2218!
20000
=
2,81 + !6,911 + 2,81 + !6,911×124,72 + !26,0215
25 / 2,81 + !6,911 + 124,72 + !26,0215
20000
= = 1387,77 !
6,058! + 13,09962!
20000
=
5,621 + !11,207 + 5,621 + !11,207×129,44 + !47,055
50 / 5,621 + !11,207 + 129,44 + !47,055 Gambar 6. Simulasi Hubung Singkat Menggunakan Etap
20000
= = 857,8262 !
11,737! + 20,334! 4.4 Simulasi Gangguan Hubung Singkat Menggunakan
20000 Software Digsilent
=
8,431 + !15,530 + 8,431 + !15,530×134,16 + !68,0895
75 / 8,431 + !15,530 + 134,16 + !68,0895
20000
= = 619,762 !
17,0345! + 27,28583!
100 20000
=
11,2424 + !19,8 + 11,2424 + !19,8×138,88 + !89,1275
/ 11,2424 + !19,8 + 138,88 + !89,1275
20000
= = 490,641 !
21,98! + 34,03!

Gambar 7. Simulasi Hubung Singkat Menggunakan Digsilent

32

Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Tabel 9. Perbandingan hasil perhitungan dengan hasil simulasi impedansi saluran tergantung pada panjang kabel, jenis
arus gangguan hubung singkat 3 fasa kabel dan diameter kabel yang digunakan.
Arus Hubung Singkat (kA) Setelah melakukan perhitungan dan simulasi dapat
Panjang Jarak Hasil Hasil diketahui bahwa besarnya arus gangguan hubung singkat
(%) (Km) Hasil Simulasi
Simulasi Perhitungan terbesar adalah pada gangguan hubung singkat 3 fasa dan
(DigSILENT)
(Etap) (Manual) gangguan hubung singkat terkecil adalah pada gangguan
0 0 5,112 4,501 4,416 hubung singkat 1 fasa ke tanah sedangkan gangguan 2 fasa
25 13 1,68 1,556 1,547 dan gangguan 2 fasa ke tanah besar nilai arus gangguan
hubung singkatnya tidak jauh berbeda.
50 26 0,713 0,926 0,921
Dari hasil perhitungan manual dan hasil simulasi
75 39 0,382 0,658 0,653 menggunakan Digsilent dan Etap terlihat bahwa besarnya
100 52 0,236 0,51 0,507 nilai arus gangguan hubung singkat tidak berbeda jauh, hal
Tabel 10. Perbandingan hasil perhitungan dengan hasil simulasi ini berarti bahwa perhitungan sudah benar. Dengan
arus gangguan hubung singkat 2 fasa melakukan analisis gangguan hubung singkat maka dapat
Arus Hubung Singkat (kA) diperoleh arus gangguan yang mungkin terjadi pada sistem
Panjang Jarak Hasil Hasil tenaga listrik sehingga dapat dilakukan perancangan
Hasil Simulasi sistem proteksi yang tepat bagi sistem sehingga dapat
(%) (Km) Simulasi Perhitungan
(DigSILENT)
(Etap) (Manual) melindungi peralatan dari kerusakan akibat arus gangguan
0 0 4,427 3,898 3,824 yang dihasilkan pada saat terjadi gangguan hubung
25 13 1,455 1,348 1,340 singkat.
V. KESIMPULAN
50 26 0,618 0,802 0,797
Sistem proteksi yang digunakan pada PLTU Mamuju
75 39 0,331 0,569 0,565 dan Trafo GI Mamuju adalah solid grounding. Setelah
100 52 0,205 0,441 0,439 dilakukan evaluasi, sistem proteksi tersebut tidak bekerja
dengan baik bila terjadi gangguan, untuk mengantisipasi
Tabel 11. Perbandingan hasil perhitungan dan hasil simulasi arus hal tersebut maka sistem proteksi diganti menggunakan
gangguan hubung singkat 2 fasa ke tanah open grounding. Hasilnya sistem proteksi tersebut dapat
Arus Hubung Singkat (kA)
bekerja dengan normal bila terjadi gangguan.
Panjang Jarak Hasil Hasil Hasil
(%) (Km) Simulasi
Gangguan yang terjadi pada PLTU Mamuju dan
Simulasi Perhitungan
(Etap) (DigSILENT) (Manual) Trafo GI Mamuju adalah gangguan hubung singkat,
0 0 4,353 5,065 3,829 gangguan beban lebih dan gangguan tegangan lebih.
Gangguan yang paling sering terjadi adalah gangguan
25 13 1,4 1,307 1,385 hubung singkat.
50 26 0,588 0,869 0,851
75 39 0,322 0,620 0,621
UCAPAN TERIMA KASIH

100 52 0,204 0,483 0,493 Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Jurusan
Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang, PT PLN
Tabel 12. Perbandingan hasil perhitungan dan hasil simulasi arus (Persero) Unit Pembangkit dan Transmisi Sulselrabar yang
gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah telah membantu dalam pengumpulan data serta
Arus Hubung Singkat (kA)
pembelajaran yang diberikan.
Panjang Jarak Hasil Hasil Hasil
(%) (Km) Simulasi Simulasi Perhitungan
(Etap) (DigSILENT) (Manual) REFERENSI
0 0 0,311 5,398 0,287 [1] Arismunandar, Artono. 2004. Buku Pegangan Teknik
Tenaga Listrik. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
25 13 0,277 0,89 0,254 [2] Herwan, Edil. 2009. Sistem Pengaman Tenaga Listrik.
50 26 0,211 0,467 0,220 Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
75 39 0,146 0,31 0,191
[3] Stevenson. W. D. Jr. 1990. Analisis Sistem Tenaga
Listrik edisi keempat. Jakarta: Erlangga.
100 52 0,101 0,228 0,167 [4] Hutauruk, T.S., Prof. Ir. M.Sc. 1991. Pengetanahan
Dari tabel 9 - 12 dapat disimpulkan bahwa gangguan Netral Sistem Tenaga & Pengetanahan Peralatan
hubung singkat 3 fasa, 2 fasa, 2 fasa ke tanah dan 1 fasa ke cetakan kedua. Jakarta:Erlangga 1991.
tanah besarnya arus gangguan yang terjadi dipengaruhi [5] Manaf, Abdul., Drs. 1990. Rangkaian Listrik I.
oleh jarak titik gangguan. Semakin jauh jarak titik Bandung: Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik
gangguan maka semakin kecil nilai arus gangguan hubung Bandung.
singkat yang terjadi begitupun sebaliknya, semakin dekat [6] Nizam, Muhammad. 2008. Pembangkit Listrik
jarak titik gangguan maka semakin besar nilai arus Terdistribusi (Distributed Generation) Sebagai Upaya
gangguan hubung singkat yang terjadi. Hal ini Pemenuhan Kebutuhan Energi Listrik di Indonesia.
membuktikan bahwa besarnya arus gangguan hubung Jurnal Kartika. Vol: 7, No. 1, September 2008.
singkat dipengaruhi oleh panjang saluran. Karena besarnya Surakarta:UNS.

33

Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Peningkatan Sistem ESP dalam Efisiensi Penggunaan Daya Listrik


di Tonasa V

Deva Riyanto K1), Tadjuddin2), Purwito 3)


1
Jurusan Teknik Elektro/Program Studi D4 Teknik Listrik, Politeknik Negeri Ujung Pandang
deva.riyantok@gmail.com
2
Politeknik Negeri Ujung Pandang
tadjuddin246@yahoo.com
3
Politeknik Negeri Ujung Pandang
purwito@poliupg.ac.id

Abstrak
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar penggunaan daya pada system ESP yang digunakan di plant unit
tonasa 5 dapat termonitor dan terkendali dengan baik, meminimalisir kerusakan – kerusakan yang sering terjadi pada trafo
ESP akibat penggunaan daya yang terlalu berlebih, dan memberikan efisiensi dan benefit yang maksimal untuk perusahaan
dalam optimasi penggunaan daya pada sistem ESP. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan metode Problem Solving,
yang bertujuan agar system ESP pada unit operasional Tonasa V di PT. Semen Tonasa ini dapat berkerja secara optimal
dan memberikan benefit maupun nilai efisiensi yang besar bagi perusahaan. Langkah dan solusi problem solve yang
diambil adalah dengan melakukan penambahan program pada PLC Siemens S7-400 yang dapat mengontrol perubahan
setting point control ESP secara automatis agar penggunaan daya keluaran pada ESP tersebut dapat diredam sampai batas
minimum. Dari data hasil dapat dilihat pemakaian daya pada trafo utama ESP sangat rendah hanya running di sekitar 160 –
180 kW yang sebelumnya running kontinyu di sekitar 550kW. Hal ini juga membuktikan bahwa selama 24 jam pemakaian
daya di trafo utama ESP, hampir sekitar 20 jam pemakaian daya yang maksimal dapat di redam ke minimum pemakaian.

Keywords: Electrostatic Precipitator, Problem Solving, Efisiensi, PLC, Automatic.

I. PENDAHULUAN dari beberapa trafo yang rusak, penggunaan kapasitas


Dalam Proses pembuatan semen, material yang daya yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan isolator
digunakan ada 2 (dua) macam bahan utama yaitu batu retak/pecah, kebocoran oli pada bushing trafo, dll.
kapur dan tanah liat. Kedua material tersebut kemudian Sehingga disini mahasiswa akan diberi peran untuk
digiling bersama di mesin Raw Mill, selanjutnya di- memberikan solusi agar permasalahan- permasalahan
transport menuju area Pre-heater untuk proses kalsinasi. yang terjadi dapat terselesaikan dengan baik.
Hasil material tersebut selanjutnya dilakukan proses
pembakaran di tungku yang biasa dikenal dengan nama II. KAJIAN LITERATUR
Kiln dengan temperatur sekitar diatas 1300 °C. Proses A. Electrostatic Precipitator (ESP)
inilah yang membentuk material berupa terak / clinker ESP Raw mill merupakan elemen penting yang di
sebagai bahan utama pembuatan semen dan mempunyai gunakan untuk menjaga emisi cerobong pada industri
kandungan kimiawi yang sesuai standar. Terak / clinker tetap dalam batas rendah dan normal. Fungsi utama ESP
berdiameter sekitar 10 cm dan suhu 150 - 200 °C. Raw Mill adalah untuk menangkap debu-debu sisa hasil
Proses selanjutnya terak / clinker digiling di Finish Mill penggilingan dari dalam raw mill ataupun kiln yang
menjadi satu dicampur dengan material tambahan seperti masih lolos dalam sistem penyaringan cyclone
gypsum, trass, dan batu kapur untuk memperoleh menggunakan system Electric High Voltage. Corona
kualitas standar. generation merupakan system keunggulan yang dimiliki
Salah satu area terpenting pada proses pembuatan oleh ESP, karena sistem ini mengacu pada high voltage
semen adalah area Electrostatic Precipitator (ESP). ESP discharge yang berfungsi untuk mengikat gas molekul
merupakan elemen penting yang di gunakan untuk dan ion ion negative (debu) ke dinding collecting plate.
menjaga emisi cerobong pada industri tetap dalam batas Semakin tinggi voltage yang di berikan akan semakin
rendah dan normal. Fungsi utama ESP Raw Mill adalah banyak pula ion negative yang akan di keluarkan pada
untuk menangkap debu - debu sisa hasil penggilingan sistem ini.Keandalan dalam Sistem Tenaga Listrik
dari dalam raw mill ataupun kiln yang masih lolos dalam B. PLC (Programable Logic Control)
sistem penyaringan cyclone menggunakan system Programmable Logic Controllers (PLC) adalah
Electric High Voltage. Namun pada seiring komputer elektronik yang mudah digunakan (user) yang
penggunaannya, system ESP ini menimbulkan berbagai memiliki fungsi kendali untuk berbagai tipe dan tingkat
permasalahan yang frekuensi trouble nya sangat tinggi, kesulitan yang beraneka ragam. Programmable Logic

34
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Controller (PLC) digunakan untuk aplikasi komersial Data tersebut digunakan untuk menganalisa
dan industri. PLC memonitor input, membuat keputusan permasalahan permasalahan yang sebenarnya terjadi.
berdasarkan program dan mengontrol output untuk Setelah Analisa permasalahan telah didapat maka akan
mengotomatisasikan proses atau mesin. dilakukan tahap penyelesaian masalah yang meliputi
Adapun fungsi dari PLC secara umum sebagai seperti :
berikut : 1. Pembuatan program simatic manager siemens PLC
1. Control sekuensial yaitu proses input sinyal biner 2. Analisa program terhadap perubahan daya ESP
menjadi output yang digunakan untuk keperluan 3. Pengamatan perubahan daya yang dihasilkan oleh
pemrosesan teknik secara berurutan, disini PLC ESP
menjaga agar semua step/langkah dalam proses Setelah tahapan penyelesaian masalah dan
sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat. pengamatan hasil perbaikan telah dilakukan maka dapat
2. Monitoring Plant yaitu monitor suatu system memasuki tahapan untuk perhitunngan nilai efisiensi
missal : temperature, tekanan, tingkat ketinggian daya yang di peroleh, hal ini dilakukan agar terlihat
dan mengambil tindakan diperlukan sehubungan optimalisasi ESP yang telah dilakukan dan benefit
dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah maupun efisiensi yang diperoleh dapat terhitung dengan
melebihi batas) baik dalam problem solving ini.
Secara singkat diagram alir proses penyelesaian
C. Simatic Manager Siemens Software masalah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
Simatic Manager adalah software milik Siemens
Automation Industri yang di gunakan untuk membuat
program program pada PLC Siemens S7. Software ini START
mengintegrasi dan mengkomunikasikan peralatan
peralatan industri melewati PLC Siemens S7-400 agar Data pada sistem ESP
dapat dikendalikan dan dioperasikan dengan baik dan
aman sesuai dengan proses produksinya. Data HMI Simatic Manager
Software Simatic Manager yang dimiliki oleh unit Siemens S7-400
Pengambilan Data
plant seksi pengendalian Electrical & Instruments KCM
digunakan untuk berbagai macam pengoperasian dan Data Trouble Shooting
pengendalian operasi pabrik Tonasa V. Software Problem ESP

Automasi ini mengintegrasikan peralatan instrument dan


electrical yang ada di lapangan dengan menggunakan Tidak
Analisa Masalah
PLC Siemens S7-400 yang kemudian dapat
dikomunikasikan dengan HMI yang ada di Server PC
CCR Tonasa V. Ya
Simatic Manager Project memiliki integrasi ke
beberapa jenis PLC Siemens yang berbeda sesuai dengan
yang di download ke project hardware konfigurasinya. Pembuatan Program
Simatic Manager Siemens Penyelesaian Masalah
Hal ini membuat program tersebut dapat melakukan PLC
Multiprojecting guna menggabungkan semua plant
system menjadi satu HMI yang dapat termonitor dengan
Analisa Program Terhadap
mudah. Dalam satu project structure, terdapat berbagai Perubahan Daya ESP
macam indikasi dan interlocking program yang dapat
mengatur proses operational yang ada di lokasi dengan Perhitungan Nilai
Pengamatan Perubahan Efisiensi Daya
menggunakan berbagai bahasa pemrograman PLC. Daya yang dihasilkan oleh
ESP

III. METODE PENELITIAN


Metode penulisan jurnal ini dilakukan dengan
beberapa metode yaitu studi literatur, observasi data serta Finish
wawancara. Teknik analisa / penyelesaian masalah yang
diambil disini menggunakan metode Problem Solving. Gambar 1. Flowchart Diagram Proses Penyelesaian Masalah
Langkah yang akan dilakukan pada penggunaan
metode problem solving ini adalah dengan menggunakan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
data data yang diperoleh pada tahap observasi yang akan
diolah sebagai bahan analisa penelitian seperti : Sebelum melakukan analisa permasalahan
1. Data penggunaan daya sistem ESP. diperlukan data data dan laporan hasil permasalahan
2. Data monitoring HMI simatic manager siemens yang sering terjadi di area tersebut, data yang di perlukan
PLC. antara lain adalah :
3. Data troubleshooting regu pemeliharaan area ESP. 1. Data Sistem ESP
Data sistem ESP pada saat running normal
mengeluarkan arus rata rata sekitar 395 Amphere
pada 70k Volt di semua unit trafo ESP. Dapat

35
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

disimpulkan bahwa kinerja maksimum semua trafo Dari hasil analisa yang telah dilakukan dapat
ESP dapat menghasilkan emisi cerobong yang disimpulkan bahwa pemakaian daya pada ESP dapat
rendah di sekitar 67,9 mm/m3 atau sekitar 19,4 % dikendalikan secara automatis oleh program yang akan
syarat minimum emisi cerobong. di buat ke dalam PLC, hal ini dilakukan agar penggunaan
2. Data HMI dan Simatic Manager sistem ESP yang tidak perlu dapat diredam sampai batas
Dari data point trand pada mimic HMI didapatkan minimum penggunaan. Dalam tahapan penyelesaian
hasil pemakaian daya trafo utama ESP pada pukul masalah ini dilakukan beberapa step dan langkah kerja
18.00 wita sampai dengan 18.00 wita keesokan agar monitoring hasil perbaikan dapat diamati dengan
harinya rata rata mengeluarkan daya sebesar 500 – baik.
620 kW. Dan pemakaian daya ini kontinyu selama Berikut adalah penjelasan pembuatan logic auto
ESP tersebut aktif untuk meminimalisir keluaran ESP pada software simatic manager Siemens S7-400 :
debu di cerobong KILN Tonasa V 1. Interlock Auto Set ESP ini mengacu pada emisi
3. Data Trouble Shooting Prolem ESP cerobong dan temp inlet ESP, jika emisi di
Berikut beberapa permasalahan yang sering terjadi bawah 25% (<80 mg/m3) dan temperature inlet
pada system electrical ESP sesuai dengan laporan ESP < 150 deg maka program auto ESP akan
Trouble Shooting adalah : berkerja (ON).
• Indikasi KV dan mA tidak bisa naik dan 2. Saat program bekerja, setting ESP akan
mengikuti set point yang telah diberikan. otomatis turun perlahan setiap delay timer 20
• Kebocoran oli pada tank trafo dan bushing trafo. menit.
• Sering muncul alarm pada panel SCS: “High 3. Selama penunjukan emisi cerobong dan
pressure, Temp trafo, dan oil level minimum”. temperature inlet ESP masih masih dalam batas
• Keramik isolator sering pecah dan retak. normal interlock, program akan terus
• Terjadi sparking di sekitar trafo. memberikan setting hingga batas minimus set
• Breaker utama sering trip. 300mA pada tiap trafo ESP.
• Kabel incoming trafo yang getas : bisa di
sebabkan oleh temperature lingkungan yang
terlalu panas, ataupun arus amphere yang terlalu
tinggi melewati jalur kabel tersebut.
• Rusaknya trafo itu sendiri, contoh EP04, EP06,
dan yang terakhir EP09.
Dari beberapa data data permasalahan yang telah
di peroleh, dapat dianalisa dan disimpulkan bahwa faktor
utama yang terjadi pada system ESP di Tonasa 5 ini
adalah : “Penggunaan trafo ESP yang terlalu maksimum
(24hours + Maximum Setting mA)”. Sehingga
diputuskan bahwa solusi dan langkah yang akan diambil
agar sistem ESP ini berjalan dengan optimal adalah :
Pembuatan program PLC di Simatic Manager Software
sebagai Auto SetPoint yang dapat meredam kinerja trafo
trafo electrode ESP pada saat emisi rendah di bawah
20% (80 mg/m3).
Gambar 3. Perbandingan Perubahan Program Autosetpoint
dengan Konsumsi Daya pada Trafo Utama
ESP Comparation
Dapat dilihat dari data screensot point trand pada
1200 gambar 3 bahwa setiap penurunan auto setpoint yang
dilakukan (green line) oleh program dapat menurunkan
konsumsi daya (yellow line) pada trafo utama ESP.
700
Program akan melakukan penurunan setting secara
bertahap sesuai dengan waktu yang di berikan. Saat
200 interlock yang diberikan tidak tercapai (dalam hal ini
adalah pengukuran emisi cerobong dan temperatur inlet
-300 Normal Adjust
ESP), maka setting akan kembali ke normal posisi
setpoint dan daya pada trafo utama juga kembali tinggi
Voltage Prim_Curr I_DC agar emisi cerobong masih dalam batas normal sesuai
dengan standart dan ketentuan yang berlaku.
I_DC_limit Sparkrate

Gambar 2. Perbandingan ESP Running Normal dengan ESP


minimum Adjust

36
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

V. KESIMPULAN
Berdasarkan dari analisa permasalahan, pemilihan
solusi, hasil serta benefit yang telah didapatkan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Penerapan program Automatic Setpoint ESP ini
telah berhasil membuat kinerja pada sistem ESP
sangat Optimal karena sistem ESP hanya berkerja
maksimal disaat yang dibutuhkan saja, saat kondisi
emisi rendah sistem ESP dapat meredam sampai
batas minimum penggunaan daya agar kondisi
peralatan ESP dapat terjaga dengan baik.
2. Pemilihan solusi menggunakan program pada PLC
sebagai alat untuk mengatasi berbagai masalah
yang terjadi pada sistem ESP dinilai sangat tepat,
Gambar 4. Hasil Point Trand Penggunaan Daya setelah Auto
ESP Berkerja
karena tidak mengeluarkan biaya yang cukup besar
untuk pembuatannya namun menghasilkan optimasi
Dari data hasil point trand pada gambar 4 dapat dan benefit yang sangat baik bagi sistem ESP
dilihat bahwa setelah penggunaan program auto setpoint maupun perusahaan PT. Semen Tonasa.
ESP ini berkerja dengan baik, pemakaian daya pada trafo 3. PT. Semen Tonasa dapat melakukan penghematan
utama ESP sangat rendah hanya running di sekitar 160 – dan efisiensi penggunaan daya listrik pada sistem
180 kW yang sebelumnya running kontinyu di sekitar ESP sendiri sebesar Rp. 8,56 jt per harinya.
550kW. Dan dapat dilihat bahwa selama 24 jam UCAPAN TERIMA KASIH
pemakaian daya di trafo utama ESP, hampir sekitar 20
jam pemakaian daya yang maksimal dapat di redam ke Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
minimum pemakaian. PT. SEMEN TONASA atas segala fasilitas dan referensi
Hal ini dapat menambah optimasi kinerja ESP itu yang telah diberikan selama penulis melakukan
sendiri, selain agar kinerja sub trafo tidak terlalu penyusunan skripsi.
maksimum pada saat emisi rendah juga menghasilkan
potensi benefit yang sangat tinggi karena pemakaian REFERENSI
daya yang maksimum dapat di redam hingga batas
[1] FLSMidth Airtech, (2007). Electrostatic
minimum pemakaian sehingga sistem ESP ini dapat
Precipitator Reference Manual. PIACS BUS
berkerja dengan Optimal.
Remote Facilities, via PIACS Gateway or PIACS
Beberapa benefit yang di dapatkan dengan
Manager For PIACS DC mk. 3 Ver. 2.
penggunaan AUTO ESP ini adalah:
[2] FLSMidth Airtech (2009). Electrostatic Precipitator
• Trafo discharge lebih tahan dan handal, karena Operation Principle.
penggunaannya hanya maksimal di saat emisi
[3] FLSMidth Airtech, (2010). ELECTROSTATIC
tinggi atau saat dalam kondisi Raw Mill Stop. Trafo
PRECIPITATOR for KILN / RAW MILL,
yang stabil memiliki kualitas power yang baik saat
Documentation For Electrical Equipment, PT.
berkerja maksimal sehingga debu yang terhisap di
Semen Gresik (Pangkep), Tonasa V, Indonesia.
ESP lancar mengakibatkan emisi cerobong yang
[4] PNUP Makassar, (2016). Pedoman Penulisan
rendah.
Proposal dan Skripsi Program Diploma Empat
• Mencegah kerusakan pada sub trafo 140KV (DIV) Bidang Rekayasa dan Tata Niaga Politeknik
seharga Rp. 450.000.000
Negeri Ujung Pandang.
• Mencegah seringnya penggantian isolator EP [5] PT. Semen Tonasa, (2015), Panduan dan Peraturan
seharga RP. 22.000.000
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Industri,
• Menghindari card elektronika rusak, kebocoran oli Tonasa 2015.
dan kabel power getas yang sering terjadi pada tiap
[6] SIEMENS AG (2003). Siemens Simatic S7
ESP.
Information Training Automation and Drives,
• Penghematan Power ESP hingga 400 KW/ jam, Programing 1, COURSE ST-7PRO1, Ver. A 5.4
yang jika di Rupiahkan :
[7] SIEMENS AG (2008). SITRAIN Training for
HPP BTG Tonasa = Rp. 1070/ KWh
Automation and Industrial Solutions SIMATIC S7,
Rp/jam = HPP x Total Penghematan PRO Advance Training ST-7 PRO 2.
= 1070 x 400 [8] SIEMENS AG (2013). CPU-CPU Communication
= Rp. 428.000/ jam With SIMATIC Controllers, Simatic S7, V2.1.
Jika sehari bisa berhemat sampai 20 jam, total [9] http://support.automation.siemens.com/WW/vie
penghematan di dapat adalah: w/de/78028908
= 20 x 428.000 = Rp. 8.560.000/ hari
= Rp. 256.800.000/ bulan
= Rp. 3.081.600.000/ tahun

37
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Studi Kelayakan Pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya pada Gedung Hotel Harper
Makassar

Muh Rizal 11), Ahmad Rosyid Idris 22), Naely Muchtar 33)
123)
Jurusan Teknik Elektro PNUP
rizalelektrod4@gmail.com

Abstrak
Pemanfaatan teknologi sel surya sebagai sumber energi listrik di Indonesia masih belum berkembang baik padahal
Indonesia terletak di garis khatilistiwa sehingga mendapat sinar matahari yang melimpah. Hal ini sangat disayangkan
mengingat tingkat kebutuhan listrik yang terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknis penggunaan
panel sel surya sebagai sumber energi listrik dan tingkat kelayakan untuk diimplementasikan di gedung hotel harper
makassar. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem PLTS grid
connected tanpa baterai. Hasil penelitian menunjukan perencanaan sistem PLTS di gedung hotel ini secara ekonomis
sangat menguntungkan berdasarkan analisis ekonomi Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan Discounted
Payback Period (DPP)

Keywords: PLTS, hotel harper, analisis kelayakan

listrik dari cahaya. Fotovoltaik (photovoltaic - PV)


I. PENDAHULUAN merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi
sinar matahari. Prinsip fotovoltaik adalah
Kebutuhan energi yang ada saat ini, sebagian besar mengkonversikan energi foton dari sinar matahari menjadi
terpenuhi oleh energi bahan bakar fosil seperti minyak energi listrik. Konversi ini terjadi pada sel-sel fotovoltaik
bumi, batubara dan gas alam. Namun persediaan energi yang berupa lapisan-lapisan tipis dari silicon (Si) murni
yang ada saat ini semakin berkurang. Jika tak segera dan bahan semikondukator lainnya. Apabila bahan
ditangani, kemungkinan tak terhindarkan lagi adanya tersebut mendapat energi foton maka elektron akan
krisis energi. Untuk itu inovasi tentang energi alternatif, terlepas dari ikatan atomnya menjadi elektron yang
terutama dari sumber daya yang tak terbatas, sangatlah bergerak bebas dan akhirnya akan mengeluarkan tegangan
diperlukan seiring perkembangan teknologi, untuk listrik arus searah. Kumpulan sel-sel fotovoltaik yang
memenuhi kebutuhan energi masyarakat di masa yang dihubungkan secara seri atau paralel atau gabungan seri
akan datang. Salah satu alternatif yang dapat diterapkan dan paralel membentuk suatu modul fotovoltaik.
adalah inovasi mengenai teknologi sel surya.
B. Sistem PLTS
Atap gedung adalah bagian paling atas dari sebuah 1. PLTS off-grid
bangunan atau gedung, yang permukaannya datar dan PLTS off-grid merupakan sistem PLTS yang tidak
tidak ditutupi oleh langit-langit, sehingga terbuka. Atap terhubung dengan jaringan. Sistem ini berdiri sendiri,
gedung biasanya dikelilingi oleh pagar pembatas, sering disebut dengan stand-alone sistem. Sistem ini
seringnya berupa tembok/pagar besi. kawasan perkotaan biasanya merupakan sistem dengan pola pemasangan
yang sebagian besar ruangnya dipenuhi dengan bangunan- tersebar (distributed) dan dengan kapasitas pembangkitan
bangunan besar (pencakar langit), memiliki potensi besar skala kecil. Untuk sistem ini biasanya dilengkapi sistem
untuk dikembangkan pembangkit listrik tenaga surya. penyimpanan (storage) tenaga listrik dengan media
Gedung Hotel Harper Perintis memiliki atap yang cukup penyimpanan baterai. Diharapkan baterai mampu
luas dan sebagian besarnya tidak terpakai. Hal ini akan menjamin ketersediaan pasokan listrik untuk beban listrik
sangat baik apabila atap gedung tersebut dimanfaatkan saat kondisi cuaca mendung dan kondisi malam hari.
untuk menghasilkan energi listrik yang bersumber dari Berdasarkan aplikasinya sistem ini dibagi menjadi dua
cahaya matahari. Oleh karena itu, pada penelitian ini yaitu, PLTS Off-grid domestic dan PLTS off-grid non-
dibuat studi ekonomis PLTS dengan memanfaatkan atap domestic.
Gedung Hotel Harper Perintis sebagai lahan PLTS
tersebut. 2. PLTS on-grid
Grid Connected PV Sistem atau PLTS terinter
II. KAJIAN LITERATUR
koneksi merupakan solusi Green Energi bagi penduduk
A. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) perkotaan baik perumahan ataupun perkantoran. Sistem
Menurut Bahasa, kata fotovoltaik berasal dari bahasa ini menggunakan modul surya (photovoltaic module)
Yunani photos yang berarti cahaya dan volta yang untuk menghasilkan listrik yang ramah lingkungan dan
merupakan nama ahli fisika dari Italia yang menemukan bebas emisi. Dengan adanya sistem ini akan mengurangi
tegangan listrik. Secara sederhana dapat diartikan sebagai tagihan listrik rumah tangga, dan memberikan nilai

38
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

tambah pada pemiliknya. Sesuai namanya, grid connected (photovoltaic) dan backup power. Sedangkan secara
PV, maka sistem ini akan tetap berhubungan dengan konstruksi maka baterai dibedakan menjadi tipe basah, gel
jaringan PLN dengan mengoptimalkan pemanfaatan dan AGM (Absorbed Glass Mat). Baterai jenis AGM
energi PV untuk menghasilkan energi listrik semaksimal biasanya juga dikenal dengan VRLA (Valve Regulated
mungkin Lead Acid). Baterai kering deep cycle juga dirancang
untuk menghasilkan tegangan yang stabil. Penurunan
3. PLTS hybrid kemampuannya tidak lebih dari 1-2% per bulan tanpa
Sistem hybrid yaitu sistem yang melibatkan 2 atau perlu discharge
lebih sistem pembangkit listrik, umumnya sistem
pembangkit yang banyak digunakan untuk hybrid adalah D. Perhitungan Kapasitas Komponen PLTS
genset, PLTS, Mikrohidro, dan tenaga angin. Sehingga 1. Menghitung Area Array (PV Area)
sistem hybrid bisa berarti PLTS-Genset, PLTS- Area array (PV Area) diperhitungkan dengan
Mikrohidro, PLTS-Tenaga Angin, dan lainnya. Di menggunakan rumus sebagai berikut:
Indonesia hybrid sistem telah banyak digunakan, baik PV Area = EL / Gav x TCF x ηPV x ηout (m2)……….(1)
PLTS Genset, PLTS Mikrohidro, maupun PLTS tenaga Ket:
angin-mikrohidro. Namun demikian hybrid PLTS-Genset EL = Energi yang dibangkitkan (kWh/hari)
yang paling banyak dipakai. Umumnya digunakan pada PV Area = Luas permukaan panel surya (m2)
captive genset/isolated grid (stand alone genset, yakni Gav = Intensitas Matahari harian (kW/m2/hari)
genset yang tidak diinterkoneksi). TCF = Temperature coefficient faktor (%)
ηPV = Efisiensi panel surya (%)
C. Komponen PLTS ηout = Efisiensi keluaran (%) asumsi 0,9
1. Modul Surya
Komponen utama dalam sistem PLTS adalah panel 2. Menghitung Daya yang Dibangkitkan (watt peak)
surya yang merupakan rakitan dari beberapa sel surya. Sel Dari perhitungan area array, maka besar daya yang
surya tersusun dari dua lapisan semi konduktor dengan dibangkitkan PLTS (wattpeak) dapat diperhitungkan
muatan berbeda. Lapisan atas sel surya itu bermuatan dengan rumus sebagai berikut:
negatif sedangkan lapisan bawahnya bermuatan positif. Pwatt !!!! = PV Area x PSI x ηPV (watt)……………(2)
Sel-sel itu dipasang dengan posisi sejajar dan seri dalam Ket:
sebuah panel yang terbuat dari alumunium ataupun baja PV Area = Luas permukaan panel surya (m2)
anti karat yang dilindungi oleh kaca atau plastik. PSI = Peak Solar Insolation adalah 1.000 W/m2
Kemudian pada tiap-tiap sel diberi sambungan listrik ηPV = Efisiensi panel surya (%)
untuk dapat disambungkan dengan sel lain (Hanna, 2012)
Selanjutnya berdasarkan besar daya yang akan
2. Solar Charge Controller (SCC) dibangkitkan (wattpeak), maka jumlah panel surya yang
Solar charge controller adalah alat yang digunakan diperlukan, diperhitungkan dengan rumus sebagai berikut:
untuk mengontrol proses pengisian muatan listrik dari Jumlah panel surya = Pwatt !!!! / PMPP (unit)…….(3)
panel surya ke aki dan inverter. Terdapat setidaknya dua Ket:
jenis solar controller yaitu yang menggunakan teknologi Pwatt = Daya yang dibangkitkan (WP)
PWM (pulse width modulation) dan MPPT (maximum PMPP = Daya maksimum keluaran panel surya
power point tracking). (watt)

3. Inverter 3. Kapasitas Controller


Inverter adalah suatu rangkaian elektronika daya yang Kapasitas Charge controller ditentukan dengan rumus
digunakan untuk mengkonversi atau mengubah tegangan sebagai berikut:
searah (DC) menjadi tegangan bolak-balik (AC). Inverter Capacity SCC=( Demand watt x Safety Faktor )/(Sistem
merupakan kebalikan dari converter yang memiliki fungsi Voltage ) (ampere)…………………………………..(4)
mengubah tegangan bolak-balik( AC) menjadi tegangan Dimana safety factor (faktor keamanan) ditentukan
searah (DC). Saat ini terdapat beberapa tipologi inverter sebesar 1,25
,mulai dari inverter yang hanya menghasilkan tegangan
bolak-balik saja (push-pull inverter), sampai dengan 4. Kapasitas Inverter
inverter yang mampu menghasilkan tegangan sinus murni Kapasitas inverter ditentukan dengan rumus sebagai
tanpa harmonisasi. Selain itu inverter juga bisa berikut:
diklasifikasikan menjadi beberapa bagian berdasarkan Cap.Inv = Demand watt x Safety Faktor (watt)……...(5)
fasanya, mulai dari satu fasa, tiga fasa, sampai dengan
multifasa.
III. METODE PENELITIAN
4. Baterai
Penelitian ini dilaksanakan pada Gedung Hotel
Berdasarkan aplikasinya maka baterai dibedakan
Harper Perintis. Di tempat ini peneliti mengambil acuan
untuk automotive, marine dan deep cycle. Deep cycle itu
sebagai sumber data penelitian.Penelitian dan
meliputi baterai yang biasa digunakan untuk PV

39
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

pengumpulan data berlangsung selama 3 bulan yang


dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei
2017Dalam menganalisis pemakaian PLTS pada gedung
Hotel Harper Perintis, ada beberapa prosedur yang
dilakukan, yaitu :
Gambar 2 PLTS grid-connected tanpa baterai.
1. Mengenali struktur bangunan terlebih dahulu
2. Mengumpulkan data audit energi gedung B. Analisis Teknis Pemasangan Pembangkit Listrik
3. Menganalisis tingkat konsumsi energi pada gedung Tenaga Surya
4. Membuat dan menyajikan solusi untuk merancang 1. Perhitungan Rencana Area Array dan Jumlah Panel
PLTS agar sesuai dengan tingkat konsumsi energi Surya
gedung secara ekonomis. Mengetahui besarnya energi yang akan disuplai
5. Memberikan kesimpulan terhadap penelitian yang mutlak diperlukan dalam mengkaji dan merencanakan
telah dilakukan. sebuah pembangkit listrik. Begitu pula dengan
pembangkit listrik tenaga surya. Adapun kapasitas PLTS
yang akan dibangkitkan adalah sebesar 6 % dari
pemakaian energi pukul 08.00-17.00 WITA, yang
berdasarkan hasil perhitungan rata-rata 1,537.037 kWh.
Maka energi yang akan disuplai oleh PLTS adalah:

EL = 6 % x Pemakaian energi listrik rata-rata


= 6 % x 1,537.037 kWh
= 92,22222 kWh
Nilai Gav yang digunakan dalam merancang PLTS
adalah nilai rata-rata Gav paling minimum. Hal ini
dirancang agar biarpun dalam nilai intensitas minimum
PLTS masih bisa melayani beban yang diinginkan. Panel
surya yang dipergunakan adalah panel surya jenis
monokristalin dengan kapasitas 300 Wp. Untuk nilai ηPV
adalah efisiensi panel surya yaitu sebesar 16,8%.
Sedangkan nilai η out adalah efisiensi komponen-
komponen yang melengkapi sistem PLTS. Dalam kasus
ini, PLTS grid-connected tanpa baterai, komponen yang
melengkapi hanya inverter, maka η out adalah efisiensi
Gambar 1 Diagram Alir inverter yaitu sebesar 97%. Berikut adalah spesifikasi dari
panel surya.
Dalam skripsi ini metode analisis data yang digunakan
adalah analisis deskriptif dengan perhitungan berdasarkan Tabel 1. Spesifikasi panel surya monocrystalline
teori dan menggunakan software GUIDE Matlab. Dalam
tahap ini, peneliti melakukan proses perancangan model Spesifikasi Keterangan
keuangan dengan mendasarkan pada kebutuhan akan Max Power (Pmax) 300W
laporan-laporan yang berguna untuk menjawab tingkat Max Power Voltage (Vmp) 36,2V
kelayakan proyek ini. Setelah itu, peneliti melakukan Max Power Current (Imp) 8,28A
validasi untuk pengecekan kesesuaian hasil penggunaan Open Circuit Voltage(Voc) 43,4V
model keuangan sehingga pada akhirnya akan diperoleh Short Circuit Current(Isc) 9,27A
hasil yang menjawab tujuan penelitian Nominal Operating Cell Temp
(NOCT) 45±20C
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Max Sistem Voltage 1000V
A. Sistem PLTS Hotel Harper Max Series Puse 16A
PLTS yang dikembangkan pada Hotel Harper ini Weight 20,65Kg
direncanakan mensuplai 6 % dari pemakaian energi pukul Demension 1956 x 992 x 40 mm
08.00-17.00 WITA. Ini berarti bahwa sumber energi Efficiency 16,8%
listrik utama masih disuplai dari jaringan listrik PLN.
Maka sistem PLTS yang dikembangkan pada hotel Harper Suhu standar panel surya dapat bekerja dengan baik
adalah sistem PLTS grid-connected dengan jaringan PLN adalah 25oC. Sedangkan berdasarkan data temperatur rata-
tanpa baterai, yaitu PLTS yang terkoneksi dengan rata paling maksimum mencapai 35oC. Maka kenaikan
jaringan PLN dan tidak menggunakan baterai lebih cocok temperatur dari 25oC menjadi 35oC adalah sebesar 10oC.
untuk diterapkan pada Hotel Harper.Penggabungan PLTS Jadi akan ada pengurangan daya yang dihasilkan oleh
dan jaringan PLN pada sisi konsumen yaitu setelah kWh panel surya sebesar:
meter seperti gambar berikut: Psaat Δt = 0,5% x Δt x Pmaks

40
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

= 0,5% x 10oC x 300 W tenaga surya di pulau saugi, posisi kemiringan instalasi
= 15 W panel surya dapat dilihat pada tabel berikut:
Maka daya yang dikeluarkan oleh panel surya pada suhu
Tabel 2. Posisi kemiringan instalasi panel surya
lingkungan sekitar sebesar 35oC adalah sebesar:
Pmaks t’ = Pmaks - Psaat Δt Garis Lintang Sudut Kemiringan
= 300 W – 15 W 0 - 15° 15°
= 285 W 15 - 25° 25°
Faktor Koreksi Temperatur (FKT) yaitu sebesar: 25 - 30° 30°
!"#$% !!
FKT = 30 - 35° 40°
!"#$%
!"# ! Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa
=
!"" ! pemasangan panel surya pada kota Makassar, dalam hal
= 0,95 ini pemasangan panel surya pada hotel Harper dengan
Apabila nilai Gav, η PV, η out, dan nilai FKT sudut kemiringan 15o menghadap ke utara. Untuk
disubtitusikan pada rumus luas array, maka dapat mendapatkan daya yang besar, maka panel surya harus
diperoleh: dikombinasikan secara seri dan parallel. Panel surya
!!
Luas Array = sebanyak 30 buah pada masing-masing fasanya. Sepuluh
!!" ! ! !" ! !"# ! ! !"#
!",!!!!!"#$ buah panel surya dihubungkan secara seri kemudian
=
!,! ! !,!"# ! !,!" ! !,!" dihubungkan secara parallel dengan masing-masing
= 156,76 m2 ≈ 157 m2 sepuluh buah panel yang lainnya
Dengan luas array sebesar 157 m2, secara teknis sangat
layak untuk diterapkan, karena luas atap bangunan hotel
Harper melebihi ukuran tersebut.
Setelah diketahui luas array sebesar 157 m2, PSI sebesar
1000 W/m2, efisiensi panel surya sebesar 0,168, maka
daya yang dibangkitkan oleh PLTS dapat diketahui yaitu
dengan perhitungan berikut:
PWatt peak = Luas array x PSI x η PV
= 157 m2 x 1000 W/m2 x 0,168 VMPP = 362 V
I MPP = 24,84
= 26376 Watt
Gambar 2 Rencana array PLTS setiap fasa
Panel surya yang digunakan untuk PLTS yang
dikembangkan pada hotel Harper ini adalah panel surya
dengan kapasitas 300 Wp. Sehingga berdasarkan kapasitas Tegangan maksimum dan arus maksimum yang
tersebut, maka jumlah panel surya yang diperlukan adalah dihasilkan panel setiap fasanya yaitu:
sebanyak: VMPP = 10 x 36,2 V = 362 V
!!"## !"#$ IMPP = 3 x 8,28 A = 24,84 A.
Jumlah panel surya = Sehingga daya maksimum yang dihasilkan panel surya
!!"#$
!"#$" !"## !"#$ setiap fasanya adalah:
=
!"" !"# !"#$
PMPP = VMPP x IMPP
= 87,92 ≈ 88 buah
= 362 V x 24,84 A
Hotel Harper disuplai oleh jaringan PLN dengan daya
= 8.992,08 W.
terpasang 865 kVA, 3 fasa. Sehingga suplai daya oleh
3. Kapasitas Inverter
PLTS juga harus memenuhi keseimbangan setiap fasa. Yang terpenting dalam mengkaji PLTS adalah
Akan tetapi panel surya sebanyak 88 buah tidak seimbang menentukan dengan tepat spesifikasi dan kapasitas
dibagi 3 fasa, maka panel surya ditambah menjadi 90 inverter yang digunakan. Kapasitas inverter yang
buah. Panel surya sebanyak 90 buah dibagi menjadi 3,
direkomendasikan adalah dalam julat 95 % sampai dengan
masing-masing 30 buah setiap fasa. Agar memperoleh
110 % kapasitas modul surya yang akan dipasang. Maka
tegangan besar, maka panel surya harus dikombinasikan
inverter yang dipilih adalah inverter dengan bentuk
secara seri dan parallel.
gelombang true sine wave dengan kapasitas 10.000 W.
2. Pemasangan Panel Surya
Salah satu hal yang pentig untuk diperhatikan dalam 4. Menghitung Energi Yang Dihasilkan PLTS
pemasangan sel surya di satu tempat adalah orientasi arah Hasil keluaran maksimum dari modul surya
pemasangan rangkain panel surya. Letak geografis kota ditentukan sesuai rating kapasitas modul surya yang
Makassar ada di posisi kordinat 119o BT dan 5,8o LS, dipasang. Pada PLTS hotel Harper yang direncanakan,
yang berarti kota Makassar berada di bumi bagian selatan kapasitas keseluruhan panel surya yang terpasang yaitu
(di bawah garis khatulistiwa). Hal ini berarti panel surya sebesar 90 x 285 = 25.650 Wp. Energi yang dihasilkan
yang ingin dipasangkan sebaiknya diarahkan condong ke oleh modul surya berkaitan dengan data intensitas
utara untuk mendapatkan pancaran sinar matahari lebih matahari. Pada perencanaan PLTS hotel Harper, intensitas
mudah dan optimal. Mengacu pada jurnal dari Hasan yang digunakan adalah intensitas harian terendah sebesar
(2012), dengan judul perancangan pembangkit listrik 3,8 kWh/m2/hari. Energi yang dihasilkan PLTS selama 1
hari sebesar:

41
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Eout = Ei x Gav 2% dari total biaya investasi awal untuk komponen sistem
= 25.650 Wp x 3,8 jam/hari PLTS (Kaltschmitt dkk, 2001). Berdasarkan hal tersebut
= 97.470 Wh ≈ 97,47 kWh/hari maka untuk PLTS pada hotel Harper ini besar biaya
Sehingga energi yang dihasilkan selama 1 tahun adalah operasional dan pemiliharaan setiap tahun ditetapkan 1%
sebesar: dari total investasi awal setiap komponen. Biaya
A kWh = 97,47 kWh x 365/tahun operasional dan pemiliharaan ini dianggap mencakup
= 35.576,55 kWh/tahun baiaya pembersihan panel surya serta biaya pemiliharaan
C. Analisis Biaya Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan pemeriksaan komponen sistem PLTS. Penetapan
1. Biaya Investasi Awal Pembangkit Listrik Tenaga angka 1% untuk biaya operasional dan pemiliharaan dari
Surya sistem PLTS adalah dengan dasar bahwa Negara
Yang termasuk kedalam biaya investasi awal PLTS Indonesia hanya mengalami 2 musim yaitu musim
pada hotel Harper Makassar adalah biaya komponen kemarau dan musim penghujan. Sehingga, biaya
PLTS, biaya rak panel, dan pemasangan instalasi PLTS. operasional dan pemiliharaan komponen sistem PLTS
Adapun komponen PLTS untuk sistem grid connected tidak sebesar dengan biaya operasional dan pemiliharaan
dengan jaringan PLN tanpa menggunakan baterai terdiri untuk sistem PLTS di negara yang mengalami 4 musim.
dari panel surya dan inverter. Selain itu kota Makassar tidak pernah mengalami bencana
Tabel 3. Biaya Investasi Awal PLTS alam seperti daerah lain yang terpapar abu vulkanik
Nama Harga Total Harga misalnya ditempat yang mempunyai gunung berapi.
Jmh Stn
Komponen (Rp) (Rp) Untuk itu, biaya operasional dan pemiliharaan (OP)
Panel surya 99 Bh 4,500,000 445500000 tahunan PLTS pada hotel Harper adalah diperhitungkan
Inverter 3 Bh 60,000,000 180000000 sebagai berikut:
Biaya OP = 1% x IA
1 kali 30,000,000 30000000 = 1% x Rp 731.000.000,00
pengiriman
Biaya instalasi = Rp 7.310.000,00 / tahun
dan setting 1 kali 15,000,000 15000000 3. Menghitung Biaya Energi PLTS
PLTS Biaya energi penting untuk diketahui sebagai
Rak sel surya 99 Bh 500,000 49500000 pertimbangan kelayakan suatu proyek PLTS. Biaya
Biaya penjualan dan pembelian listrik ini berlaku untuk sistem
1 kali 8,000,000 8000000 PLTS hotel Harper. Karena sistem PLTS yang terintegrasi
pengerjaan rak
Biaya dengan sistem kelistrikan dari PLN dan tidak cadangan
pengiriman 1 kali 3,000,000 3000000 baterai maka ketika panel surya menghasilkan energi
material listrik dan tidak ada pemakaian dari hotel, maka seluruh
Total biaya energi listrik yang di hasilkan akan masuk ke dalam
731000000
investasi sistem jaringan listrik PLN. Begitu juga sebaliknya ketika
tidak ada yang dihasilkan dari panel surya dan ada
2. Perhitungan Biaya Operasional Dan Pemiliharaan pemakian listrik dari hotel, maka listrik yang dibutuhkan
itu diambil dari sistem jaringan listrik PLN. Oleh karena
Komutatif itu ada perhitungan biaya tambahan untuk biaya penjualan
Arus kas PVNCF
Th FD PVNCF
bersih (Rp) (Rp) dan pembelian listrik dari dan kepada PLN dalam sistem
(Rp)
0 731,000,000 1 731,000,000
listrik ini. Menurut Peraturan Menteri ESDM nomor 12
1 87,928,425 0.9 79135582.5 79,135,583 tahun 2017 tentang pemanfaatan sumber energi
2 87,928,425 0.81 71222024.3 150357606.8 terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik, menyebutkan
3 87,928,425 0.73 64187750.3 214545357 bahwa biaya pembelian energi listrik dari sumber energi
4 87,928,425 0.66 58032760.5 272578117.5 terbarukan adalah Rp 2.677,00/ kWh untuk wilayah pulau
5 87,928,425 0.59 51877770.8 324455888.3 Sulawesi. Total daya yang dihasilkan pertahun adalah
6 87,928,425 0.53 46602065.3 371057953.5 35.576,55 kWh. Maka biaya pembelian energi listrik
7 87,928,425 0.48 42205644 413263597.5 pertahun yang dihasilkan PLTS adalah 35.576,55 kWh x
8 87,928,425 0.43 37809222.8 451072820.3 Rp 2.677,00 = Rp 95.238.425,00
9 87,928,425 0.39 34292085.8 485364906
16 87,928,425 0.19 16706400.8 648032492.3 D. Analisis Kelayakan Investasi PLTS pada Hotel
17 87,928,425 0.17 14947832.3 662980324.5 Harper Makassar
18 87,928,425 0.15 13189263.8 676169588.3 1. Aspek Ekonomis
19 87,928,425 0.14 12309979.5 688479567.8 Untuk melihat kelayakan dari investasi proyek
20 87,928,425 0.12 10551411 699030978.8
rancangan sistem PLTS, maka adalah penting melihat dari
21 87,928,425 0.11 9672126.75 708703105.5
nilai alur kas proyek. Setiap alur kas dibuat dengan
22 87,928,425 0.1 8792842.5 717495948
proyeksi perhitungan pendapatan dan biaya yang terjadi
23 87,928,425 0.09 7913558.25 725409506.3
24 87,928,425 0.08 7034274 732443780.3 selama 25 tahun (berdasarkan perkiraan umur komponen
25 87,928,425 0.07 6154989.75 738598770 sistem PLTS) dengan penggunaan tingkat diskonto 11%
Biaya operasional dan pemiliharaan setiap tahunnya Arus kas keluar yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
untuk sistem PLTS umumnya diperhitungkan sebesar 1- operasional dan pemeliharaan setiap tahunnya. Pada PLTS

42
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

hotel Harper Makassar, arus kas keluar untuk operasional untuk diletakkan pada bagian atap dengan kemiringan
dan pemeliharaan yaitu sebesar Rp 7.310.000,00. 250 menghadap ke utara
Sedangkan arus kas masuk PLTS diperhitungkan dengan 2. Dengan intesitas matahari rata-rata paling minimum
mengalikan kWh produksi selama setahun dengan biaya sebesar 3.8 kWh/m2/hari dan suhu rata-rata paling
energi per kWh. Kas masuk PLTS sebesar 35.576,55 kWh maksimum sebesar 350C, PLTS mampu memproduksi
x Rp 2.677,00 yaitu Rp 95.238.425,00. Berikut adalah listrik hingga 97,47 kWh/hari atau sebesar angka
alur kas dari sistem PLTS grid connected tanpa baterai 35.576,55 kWh/tahun. Hasil dari pengolahan alur
yang direncanakan pada Hotel Harper Makassar. khas menyatakan bahwa secara metode Net Present
a. Analisis Ekonomi dengan Metode Net Present Value Value (NPV), metode profitability Index (PI) dan
(NPV) metode Discounted Payback Period (DPP), dari ketiga
Analisis dengan metode NPV menyatakan bahwa metode tersebut menyimpulkan PLTS pada hotel
seluruh aliran kas bersih dinilai sekarang atas dasar factor Harper layak diterapkan.
diskonto. Teknik ini menghitung selisih antara seluruh kas
bersih nilai sekarang dengan investasi awal. REFERENSI
Dengan total nilai sekarang arus kas bersih yang
[1] Eriyanto. (2017). Evaluasi Pemanfaatan PLTS
merupakan hasil perkalian antara arus kas bersih dengan
factor diskonto adalah sebesar Rp 738.598.770,00 dan Terpusat Siding Kabupaten Bengkayang. Jurnal
biaya investasi awal sebesar Rp 731.000.000,00. ELKHA Vol. 9, No 1, 35-37.
Perhitungan analisis kelayakan dengan metode ini yaitu: [2] Hakim, M. F. (2017). Perancangan Rooftop Off Grid
NPV=Rp 738.598.770,00 -Rp 731.000.000,00 Solar Panel Pada Rumah Tinggal Sebagai Alternatif
NPV=Rp 7.598.000,00 Sumber Energi Listrik. Jurnal Dinamika DotCom ,
Dengan NPV bernilai positif (NPV > 0), maka PLTS
Vol 8 No 1.
adalah layak untuk diterapkan.
b. Analisis Ekonomi dengan Metode Profitability Index [3] Hanna, P. (2012). Analisis Keekonomian Kompleks
(PI) Perumahan Berbasis Energi Sel Surya. Depok:
Metode ini membandingkan antara total kas bersih Program Sarjana Teknik Industri Fakultas Teknik
nilai sekarang dengan investasi awal. Total nilai sekarang Universitas Indonesia.
arus kas bersih yaitu sebesar Rp 738.598.770,00 dan biaya [4] Kaltschmitt, Martin, dkk. (2007). Renewble Energy:
investasi awal sebesar Rp 731.000.000,00. Maka besar Technology, Economic and Environment. Germany:
nilai Profitability Index diperhitungkan dengan persamaan Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
yaitu: [5] Konnery, T. (2011). Strategi Pencapaian
PI=(Rp 738.598.770,00)/(Rp 731.000.000,00.) Pemanfaatan PLTS di Indonesia Sampai Tahun
PI=1,3822
2025. Jakarta: Fakultas Teknik, Program Magister
Perbandingan total seluruh kas bersih nilai sekarang
dengan investasi awal PLTS adalah sebesar 1,3822 (> 1), Teknik Elektro, Universitas Indonesia.
maka PLTS layak untuk dilakukan. [6] Nazif, H. (2015). Pemodelan Dan Simulasi Pv-
c. Analisis Ekonomi dengan Metode Discounted Inverter Terintegrasi Ke Grid Dengan Kontrol Arus
Payback Period (DPP) “Ramp Comparison Of Current Control”. Jurnal
Metode ini menganalisis lamanya waktu yang Nasional Teknik Elektro, Vol 4 No 2.
dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui [7] Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
penerimaan-penerimaan yang dihasilkan oleh proyek Republik Indonesia. Nomor 17 tahun 2013.
(investasi). Berdasarkan tabel 8 diatas, maka nilai [8] Holleman, Richard J, dkk. (2000). IEEE
Discounted Payback Period diperhitungkan dengan Recommended Practice for Utility Interface of
persamaan 9 berikut: Photovoltaic (PV) Systems. IEEE-SA Standards
DPP=Year before recovery+IA/(NPV Kumulatif) Board.
DPP=23+(Rp 731.000.000,00.)/(Rp 738.598.770,00) [9] Rusdi, M. (2016). Pedoman Penelitian Proposal dan
DPP=23+0,9
Skripsi Program Diploma Empat(D-4) Bidang
DPP=23,9
Jadi dalam jangka waktu 23 tahun 9 bulan, investasi awal Rekayasa dan Tata Niaga. Makassar: Politeknik
dari PLTS dapat tergantikan. Maka berdasarkan hal diatas Negeri Ujung Pandang.
bahwa PLTS Hotel Harper juga layak untuk diterapkan [10] S.G., R. (2016). Perencanaan Pembangkit Listrik
karena masa pengembalian modal investasi awal kurang Tenaga Surya Di Atap Gedung Harry Hartanto
dari jangka waktu umur proyek yaitu selama 25 tahun. Universitas Trisakt. Seminar Nasional Cendekiawan,
1-11.
V. KESIMPULAN
1. Rancangan teknis sistem PLTS adalah sistem PLTS
grid-connect tanpa baterai dengan menggunakan 90
buah panel surya monocristalin 300 Wp dan 3 buah
inverter single fasa 10.000 Watt.Panel surya dirancang

43
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Studi Perencanaan Jaringan Distribusi di Desa Karassing Kecamatan


Herlang Kabupaten Bulukumba

Kurniawati Naim1)
1
Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang
nianaim09@poliupg.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan dan menentukan komponen/material yang digunakan untuk perencanaan
jaringan distribusi di Desa Karassing Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian
dilakukan dengan cara mengumpulkan fakta-fakta berupa data dan informasi yang relevan dengan permasalahan penelitian.
Hasil yang diperoleh ini digunakan sebagai acuan dalam menentukan rumus yang digunakan dalam menetapkan kriteria
peralatan listrik yang digunakan, seperti rumus untuk menghitung besar arus dan jatuh tegangan pada distribusi tenaga
listrik sehingga dapat ditentukan luas penampang dan panjang penghantar untuk perencanaan jaringan distribusi tenaga
listrik berdasarkan nilai arus dan jatuh tegangan yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada JTM digunakan
kawat penghantar AAAC 3x35 mm². Pada JTR digunakan kabel LTVC dengan luas penampang 3x16 mm² dengan panjang
penghantar 191.444 meter.Pada peerencanaan ini digunakan tiang beton 13 m : 350 daN. Untuk keseluruhan digunakan 42
batang tiang. Dan besar daya yang terpasang sekarang adalah 94750 VA dan perkiraan daya yang akan terpasang 5 tahun
mendatang adalah 359650 VA untuk menyuplai desa tersebut.

Keywords: Desa Karassing, Perencanaan jaringan distribusi.

I. PENDAHULUAN Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk


merencanakan dan menentukan komponen/material yang
Desa Karassing adalah salah satu desa yang berada digunakan untuk perencanaan jaringan distribusi di Desa
di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba Provinsi Karassing Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba
Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil wawancara bersama Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian dilakukan dengan
aparat desa Karassing menyatakan bahwa jumlah cara mengumpulkan fakta-fakta berupa data dan
penduduk yang ada di Desa tersebut sekitar tujuh puluh informasi yang relevan dengan permasalahan penelitian.
kepala keluarga. Desa ini memiliki potensi ekonomi Hasil yang diperoleh ini digunakan sebagai acuan dalam
yang perlu dikembangkan, yakni pertanian dan hasil menentukan rumus yang digunakan dalam menetapkan
hutan. Namun sebagian besar aktivitas sehari-hari kriteria peralatan listrik yang digunakan, seperti rumus
dilakukan secara tradisional. Hal ini disebabkan belum untuk menghitung besar arus dan jatuh tegangan pada
terjangkaunya pelayanan listrik, utamanya yang distribusi tenaga listrik sehingga dapat ditentukan luas
menyangkut penerangan listrik dan penggerak mesin- penampang dan panjang penghantar untuk perencanaan
mesin produksi. jaringan distribusi tenaga listrik berdasarkan nilai arus
dan jatuh tegangan yang diperoleh
Sebagian besar masyarakat didaerah tersebut belum
mendapatan pelayanan listrik yang sesuai. Untuk II. KAJIAN LITERATUR
mengatasi masalah tersebut, pelayanan listrik sangatlah
dibutuhkan untuk meningkatkan taraf hidup serta Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem
membantu masyarakat dalam menerima berbagai tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk
informasi melalui media elektronik, seperti televise dan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar
radio. Selain itu, energi listrik juga meningkatkan sampai ke konsumen[1]. Jaringan distribusi terbagi atas
efesiensi waktu dan tenaga. jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi
sekunder.
Sehubungan dengan hal tersebut, diadakan
perencanaan khusus mengenai jaringan tenaga listrik di A. Jaringan Distribusi Primer (Tegangan Menengah)
daerah tersebut. Adapun judul dalam penulisan proyek Jaringan tegangan menengah adalah jaringan yang
akhir ini adalah “Perencanaan Jaringan Distribusi di bertegangan 150 kV kemudian diturunkan menjadi 20
Desa Karassing Kecamatan Herlang Kabupaten kV, atau levelnya berkisar antara 50 kV hingga 20 kV.
Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan” Tingkat tegangan saluran primer yang umum di

44
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Indonesia : 3kV, 6kV, 7kV, 12kV, 15kV dan 20kV. 3. Kawat penghantar adalah untuk menyambungkan
Jaringan primer biasanya tiga fasa dan berlangsung dari sumber tegangan dengan beban untuk jaringan
gardu induk sampai pada bebannya dimana kemudian distribusi tegangan menengah, sehingga kerugian
dilakukan percabangan pada sub-feeder tiga fasa, atau tegangan jatuhnya kecil sekali. Dengan demikian
dapat langsung dihubungkan dengan gardu induk. tegangan sumber ini bisa menghasilkan arus listrik
pada tahanan bahan.
B. Jaringan Distribusi Sekunder (Tegangan Rendah) 4. Kabel adalah media penghantar untuk menyalurkan
Dari tegangan 20kV tegangan diturunkan menjadi arus listrik berupa bahan logam atau bahan lainnya.
220/380 Volt dan disebut dengan tegangan rendah. Pada jaringan tegangan rendah menggunakan kabel
Kontruksi saluran distribusi tegangan rendah umumnya berinti tunggal dengan bentuk konduktor dipilin
umunya menggunakan saluran udara. bulat, instansi kabel sedemikian rupa sehingga
Saluran sekunder berfungsi untuk menyalurkan daya hantaran kabel membentuk kabel pilin dimana
listrik dari gardu distribusi kerangkaian pemakai yang beberapa kabel berinti tunggal saling dililitkan
dihubungkan dengan panel-panel pembagi beban. sehingga saling membentuk suatu kelompok kabel
Jaringan sekunder pada sistem distribusi tenaga listrik yang twisted dipasang pada tiang saluran distribusi
adalah 220/380 Volt. [1] sekunder dengan peralatannya kira-kira 20 cm
Komponen jaringan distribusi yang dipakai dalam dibawah puncak tiang dengan kabel netral sebagai
perencanaan jaringan distribusi yang nantinya menjadi penyanggannya, sehingga dengan demikian beban
salah satu kesatuan atau satu system. Komponen tersebut kabel twisted dipikul oleh kabel netral. [3]
yaitu Gardu distribusi merupakan salah satu komponen
1. Tiang penyangga adalah tiang yang dipasang pada dari suatu sistem distribusi yang berfungsi untuk
saluran listrik. Jarak pendirian tiang (gawang) pada menghubungkan jaringan daya listrik ke konsumen atau
JTM, maksimal 40 meter dalam kota dan maksimal untuk membagikan/mendistribusikan tenaga listrik pada
55 meter untuk diluar kota (perkampungan). beban/konsumen baik konsumen tegangan menengah
Sedangkan pada JTR jarak pendirian tiang (gawang) maupun konsumen tegangan rendah. Macam-macam
tidak melebihi 50 meter. Pemakaian panjang tiang gardu distribusi yaitu Gardu portal dan Gardu cantol.[4]
pada JTM adalah 11 meter dengan kekuatan kerja Alat pengaman atau pelindung adalah suatu alat
200 daN sampai 13 meter dengan kekuatan kerja 350 yang berfungsi melindungi atau mengamankan suatu
daN, sedangkan pada JTR adalah 9 meter dengan sistem penyaluran tenaga listrik dengan cara membatasi
kekuatan kerja 200 daN 350 daN 500 daN 800 daN. tegangan lebih (over voltage) atau arus lebih (over
2. Penghantar adalah komponen yang digunakan dalam current) yang mengalir pada sistem tersebut, dan
menghantarkan arus listrik. Kha (Kemampuan Hantar mengalirkannya ketanah (ground). Alat pengaman pada
Arus) merupakan kemampuan suatu penghantar gardu distribusi sisi tegangan menengah terdapat
listrik dalam menghantarkan arus listrik, banyak Ligthning Arrester dan Fuse Cut Out. Sedangkan pada
faktor yang mempengaruhi suatu KHA pada gardu distribusi sisi tegangan rendah terdapat No Fuse
penghantar, diantaranya suatu suhu pada penghantar Breaker dan Sekering.[2]
dan suhu pada lingkungan sekitar. Dalam distribusi Isolator biasanya disebut bahan penyekat.
digunakan dua jenis penghantar, yaitu kawat Penyekatan listrik terutama dimaksudkan agar arus
penghantar dan kabel penghantar. listrik tidak dapat mengalir jika pada bahan penyekat
tersebut diberi tegangan listrik. Adapun jenisnya sebagai
Tabel 1 KHA Terus-menerus dari penghantar Campuran berikut:[2]
Aluminium Paduan Telanjang (AAAC)[2] 1. Isolator Tumpu (Pin-Isolator). Beban yang dipikul oleh
isolator berupa beban penghantar, jika penghantar
Luas Penampang (mm²) KHA Terus-menerus (A) dipasang dibagian atas isolator (Top side) untuk
16 105 tarikan dengan sudut maksimal 2° dan beban tarik
25 135 ringan jika penghantar dipasang dibagian sisi (leher)
35 170 isolator untuk tarikan dengan sudut maksimal 18°.
50 (7 kawat ) 210 Isolator dipasang tegak lurus diatas travers.
50 (19 kawat) 210 2. Isolator Tarik. Beban yang dipikul oleh isolator berupa
70 155 beban berat penghantar ditambah dengan beban akhir
95 320 pengencangan (tarikan) penghantar, seperti pada
120 365 konstruksi tiang awal/akhir, tiang sudut, tiang
150 425 percabangan dan tiang penegang. Isolator dipasang
185 490 dibagian sisi Travers atau searah dengan tarikan
penghantar. Penghantar diikat dengan Strain Clamp
240 585
dengan pengencangan mur-bautnya. Isolator jenis ini
300 670 pada sebagian kontruksi SUTM dijawa Barat dipakai
Sumber : PUIL 2000 :350 juga untuk tarikan lurus atau sudut kecil yang dipasang
menggantung dibawah travers dan sebagai pengikat

45
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

penghantarnya digunakan Suspension Clamp seperti induktansi dan kapasitasnya diperhitungkan karena
pada kontruksi SUTT. nilainya cukup berarti.
Adapun Jenis Tiang yang dapat digunakan yaitu Perhitungan praktis jatuh tegangan untuk kondisi tanpa
1. Tupang tarik (Treck Schoor) dipasang pada sudut beban induktansi:
tarikan 45° s/d 60° melawan arah tarikan konduktor. Definisi simbol dan satuan:
2. Pemasangan tupang tekan (Druck Schoor) digunakan P = beban dalam (watt)
untuk melawan arah tarikan untuk melawan arah V = tegangan antara 2 saluran (volt)
tarikan konduktor dengan menggunakan tiang untuk Q = penampang saluran (!! ! )
menekan tiang utama. ΔV = jatuh tegangan (volt)
Metode Perkiraan Beban Δu = jatuh tegangan (%)
1. Analisis regresi adalah cara mempelajari perubahan L = Panjang saluran [meter sirkuit]
deret waktu suatu proses dari waktu yang lalu ke waktu I = arus beban (A)
yang akan datang, yang dapat diketahui dari sekarang. λ = konduktivitas bahan penghantar Cu= 56;
Adapun metode yang biasa digunakan yakni analisa Aluminium= 32,7.
linier sederhana. Sistem fasa tiga dengan cos ϕ
Bila diketahui besarnya arus I, ΔV [volt], maka:
Y = a + bX (1)
!,!" ! ! ! ! ! !"# ᵠ
q= [!! ! ] (6)
Y = Jumlah penduduk !! ! !
X = Variabel waktu
a = Konstanta (titik potong grafik dengan sumbu Y) Perhitungan Arus Beban pada Transformator
b = konstanta (koefisien arah dari grafik) Daya transformator distribusi bila ditinjau dari sisi
dimana : tegangan menengah dapat dirumuskan sebagai berikut:
!! !! Daya transformator 3 fasa
!! !!
a= ! !! (2)
!! !! S = 3 × !!! × I (7)

! !!
Daya transformator 1 fasa
!! !! S = !!" × I (8)
b= ! !! (3)
!! !!
!!! = 3 × !!" (9)
Berat Pengahantar dan Gaya Berat Penghantar
Berat penghantar adalah massa penghantar tiap-tiap km Dengan demikian, untuk menghitung arus beban
(kg/km) transformator dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:
Gaya berat penghantar = m × g (4) Arus beban transformator 3 fasa

!
m = massa penghantar (kg) I= (10)
! × !!!
g = gravitasi (m/! ! )
Arus beban transformator 1 fasa
Sag atau andongan adalah jarak antara garis lurus
horizontal dengan titik terendah penghantar. Berat !
penghantar dihitung berdasarkan panjang penghantar I= (11)
!!"
sebenarnya sebagai fungsi dari jarak andongan dihitung
dengan rumus sebagai berikut: S = Daya terpakai transformator (KVA)
!!! = Tegangan fasa – fasa (KV)
!! ! !!"! Tegangan fasa – netral (KV)
L=a+ (5)
!!
I = Arus beban (A)
L = panjang total penghantar (m)
a = jarak gawang (m) III. METODE PENELITIAN
s = panjang andongan/ sag (m)
Tempat dan waktu perencanaan jaringan distribusi
yaitu bertempat di Desa Karassing Kecamatan Herlang
Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan.
hilang pada suatu penghantar.Perhitungan jatuh tegangan
Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah
praktis pada batas-batas tertentu dengan hanya
1. Studi Pustaka. Penulis melakukan studi pustaka dengan
menghitung besarnya tahanan masih dapat
cara mengumpulkan dan membaca literature yang
dipertimbangkan, namun pada sistem jaringan
relevan dengan isi laporan ini.
khususnya pada sistem tegangan menengah masalah
2. Studi Lapangan (Observasi). Penulis meninjau
langsung ke lokasi untuk mengambil data penduduk,

46
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

data Kwh meter lima tahun terakhir dan mengamati Dengan menggunakan persamaan (2) dan (3) nilai a dan
kelayakan perencanaan jaringan distribusi dengan b didapatkan dan dimasukkan ke persamaan (1) sehingga
melihat dan potensi yang bisa dikembangkan serta prediksi konsumen untuk tahun ke-6 (2017) diperoleh:
mata pencaharian pada daerah lokasi perencanaan. 106 pelanggan
3. Tanya jawab. Dalam mengumpulkan data penduduk Dengan menggunakan metode perhitungan maka
dan denah lokasi penulis melakukan tanya jawab diperoleh jumlah penduduk dan konsumen untuk 5 tahun
secara langsung dengan suvervisor PLN dalam kedepan sesuai tabel 3 di bawah ini.
perencanaan jaringan distribusi didaerah tersebut.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis Tabel 4 Perkiraan Jumlah Penduduk dan Konsumen 5 Tahun
deskriktif, yaitu metode yang dilakukan dengan cara Mendatang
mengumpulkan fakta-fakta apa adanya, berupa data dan TAHUN PENDUDUK KONSUMEN
informasi yang relevan dengan permasalahan penelitian. 2017 374 106
Hasil yang diperoleh melalaui analisis deskriptif ini 2018 387 115
digunakan sebagai acuan dalam menentukan rumus yang 2019 407 135
digunakan dalam menetapkan kriteria peralatan listrik
2020 442 171
yang digunakan, seperti rumus untuk menghitung besar
arus dan jatuh tegangan pada distribusi tenaga listrik 2021 522 248
sehingga dapat ditentukan luas penampang dan panjang
penghantar untuk perencanaan jaringan distribusi tenaga Perkiraan Pemakaian Beban (daya) untuk
listrik berdasarkan nilai arus dan jatuh tegangan yang Pemasangan Sekarang
diperoleh. Data jumlah pelanggan di Desa Karassing
Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba sebanyak 90
unit rumah.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun dayanya dapat dilihat pada gambar 1
Pada tahun 2017 di Desa Karassing Kecamatan dengan perhitungan sebagai berikut:
Herlang Kabupaten Bulukumba jumlah konsumen rata
rata 300 konsumen dan diperkirakan meningkat dari Daya (VA)
Total Daya
tahun ke tahun sehingga perencanaan jaringan distribusi R S T

di desa tersebut akan di rancang sesuai dengan kondisi 900 250 3500 900 250 900 250
dan jumlah konsumen yang akan meningkat 159850 VA

kedepannya.
90 13 3 41 6 28 6

Gambar 1 Diagram Daya Pemasangan Sekarang


Tabel 2 Jumlah Penduduk Pada Tahun 2012-2016
jumlah pada feeder 1
Tahun X Y !! XY
total daya yang terpakai adalah 159850 VA. Daya
2012 1 347 1 347
terpasang (trafo) yang ada pada PLN di Indonesia
2013 2 350 4 700
adalah 164,000 VA. Adapun transformator yang
2014 3 354 9 1062
dipasang untuk saat ini yaitu transformator
2015 4 365 16 1460
dengan daya 100 kVA.
2016 5 368 25 1840
Σn = 5 Σx= ΣY= ΣX2=55 XY= Perkiraan Pemakaian Beban (Daya) untuk 5 Tahun
15 1784 5409 Mendatang
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui jumlah daya
Dengan menggunakan persamaan (2) dan (3) nilai a dan yang akan digunakan dan dari perkiraan pemakain
b didapatkan dan dimasukkan ke persamaan (1) sehingga beban, dapat diketahui transformator yang akan dipasang
prediksi penduduk untuk tahun ke-6 (2017) diperoleh: untuk 5 tahun mendatang. Adapun dayanya dapat dilihat
343 jiwa pada gambar diagram dibawah ini:

Perkiraan Jumlah Pelanggan (Konsumen) 5 Tahun


Daya (VA)
Mendatang Total Daya
R S T

Tabel 3 Jumlah Konsumen Pada Tahun 2012 – 2016 900 250 3500 900 250 900 250

Tahun X Konsumen (Y) !! XY 93 15 3 83 10 82 10


359650 VA

2012 1 70 1 347
2013 2 85 4 700 Gambar 2 Diagram Daya 5 Tahun Mendatang
2014 3 87 9 1062
2015 4 92 26 1460 Karena kapasitas trafo yang tersedia tidak ada yang
2016 5 98 25 1840 persis sama dengan yang dibutuhkan,maka digunakan
Σn = 5 Σx= ΣY= 432 ΣX2= XY= trafo yang mendekati yaitu trafo dengan kapasitas
15 55 1359 414.000 VA.

47
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Arus Beban Transformator Distribusi Penghantar


Dengan menggunakan persamaan 10, didapatkan Arus Penghantaryang digunakan untuk perancangan jaringan
primer Ip = 2,57 A dan Arus Sekunder Is = 135,30 A tegangan rendah menggunakan penghantar berinti
Aluminium berisolasi XLPE atau PVC pada suhu
keliling 30º dengan luas penampang nominal 3x25 !! !
Luas Penampang Penghantar dan kuat hantar arusnya 103mm2. Pemasangan dan
Untuk menentukan luas penampang penghantar harus penarikan kawat harus menggunakan rolling yang
menyesuaikan nilai arus nominal penghantar twisted terbuat dari aluminium atau kayu dan dilaksanakan
pada tabel 1, maka luas penampang penghantar rata-rata dengan hati-hati agar kawat tersebut tidak mengalami
yang digunakan dengan arus nominal rata-rata 135.30 A kerusakan. Kawat tidak boleh ditarik sehingga
adalah 3x50 + 1x50!! ! menggesek batu atau benda keras lainnya. Andongan
dari semua kawat penghantar yaitu AAAC, AAC,
Panjang Penghantar LVTC harus diusahakan dengan teliti menurut daftar
Dengan menggunakan persamaan 5, didapatkan panjang yang diberikan dan disetujui oleh pimpinan proyek.
penghantar sebesar 2 km
Arrester
Jatuh Tegangan (∆!) Spesifikasi arrester yang digunakan adalah:
Dengan menggunakan persamaan 6, didapatkan jatuh a) Nominal sistem voltage 20/11,5 KV
tegangan pada sisi sekunder sebesar 0,45 volt atau b) Maksimal sistem voltage 24/13,8 KV
sebesar 1,18% dan jatuh tegangan pada sisi primer c) Start point earthing low resister
sebesar 8,6 volt atau sebesar 0,43% d) Nominal discharge current 10 atau 5 KA
e) Max impulse spark over voltage 87 KV
Sistem jaringan distribusi di desa Karassing f) Max wave from spark over voltage 100 KV
menggunakan sistem radial, hal ini disebabkan karena Bagi perlindungan kabel digunakan yang nominal
pola radial sangat sederhana dan sesuai untuk discharge current 10 KV dan yang melindungi
pedesaan.Selain itu, penyaluran tenaga listriknya peralatan 5 KA.
dihitung mulai dari FCO yang ada ke konsumen.
Pemasangan Transformator Distribusi
Tiang Penyangga Setelah mengetahui beban yang terpakai pada setiap
Untuk semua saluran digunakan tiang 11 M; 200 daN gardu distribusi, maka kita dapat menentukan kapasitas
(tiang besi) dan tiang 13 M; 350 daN (tiang beton). trafo yang digunakan. Pada gardu distribusi 1 memiliki
Adapun jumlah tiang yang digunakan ialah 21 tiang daya sebesar 225.700 VA, dari total daya yang terpakai
dengan panjang penghantar 1100 meter.Jarak antara ditambahkan 15% untuk sprare jika nantinya dilakukan
tiang ditetapkan 50 meter, tetapi disesuaikan dengan perluasan area. Jadi total daya yang diperlukan ialah:
kondisi setempat dapat diubah menjadi 52, 55, dan 60 259.585 VA, maka kapasitas transformator yang
meter. Panjang tiang yang ditanam untuk tiang 11 meter digunakan adalah 250.000 VA.
adalah 1,83 meter dan untuk tiang 13 meter ditanam 2,16 Konstruksi bangunan rumah transformator harus
meter. cukup luas agar trafo dapat bebas masuk dari setiap sisi
serta cukup tinggi agar dapat membuka transformator
Tupang Tarik tersebut.Jarak minimum berikut ini dari sisi dinding
Medan yang berbentuk sudut 0º hingga 90º dimana dianggap memuaskan.
daya tarik kawat memberi gaya vertical berlawanan arah
dengan arah penarikan kawat.
V. KESIMPULAN
1. Dari hasil perencanaan, pada JTM digunakan kawat
Tupang Tekan penghantar AAAC 3x35 mm². Pada JTR digunakan
Tupang tekan digunakan pada sudut yang kabel LTVC dengan luas penampang 3x16 mm²
dibentuk oleh saluran distribusi antara 180º sampai dengan panjang penghantar 191.444 meter.Pada
dibawah 360º peerencanaan ini digunakan tiang beton 13 m : 350
daN. Untuk keseluruhan digunakan 42 batang tiang.
Traverst Dan besar daya yang terpasang sekarang adalah
Traverst aspan, tempat pemasangan isolator aspan pada 94750 VA dan perkiraan daya yang akan terpasang 5
tiang-tiang ujung dan Traverst tumpu, tempat tahun mendatang adalah 359650 VA untuk
pemasangan isolator tumpu. menyuplai desa tersebut.
2. Dalam perencanaan jaringan di Desa Karasssing
Isolator dilakukan beberapa perhitungan seperti penentuan
Isolator Gantung dipakai pada tiang-tiang sudut dan pembagian grup beban, menghitung panjang
tiang- tiang akhir dan Isolator Pasak dipakai vertikal penghantar, dan menentukan komponen yang akan
dengan lengan tiang atau diujung untuk menyangga digunakan didesa tersebut.
penghantar.

48
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih ditujukan kepada :
1. Oshin surista yang telah membantu dalam dalam
pengambilan data penelitian ini .
2. Ir, Tajuddin, M.T. atas masukan perbaikan terhadap
penelitian ini
3. Asriyadi, S.ST, M.Eng atas masukan metode dan
penulisan penelitian ini.

REFERENSI

[1] Kadir, Abdul. 2006. Distribusi dan Utilisasi Tenaga


Listrik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia: UI-
Press.
[2] Badan Standar Nasional. 2011. Persyaratan Umum
Instalasi Listrik 2011. Jakarta: Yayasan PUIL
[3] SPLN 3. 2010. Standar Kontruksi Jaringan
Tegangan Rendah Tenaga Listrik. Jakarta Selatan:
Perusahaan Umum Listrik Negara
[4] Arismunandar, Artono & Kuwahara, Sususmu,
1973 : Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik, Jilid
III : Gardu Induk, Cetakan Pertama, Tokyo:
Association For International Technical Promotion
& Jakarta: Pradnya Paramita.

49
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Prakiraan Kebutuhan Daya Listrik pada Kota Makassar dari Tahun


2018 Sampai dengan Tahun 2028
Nurul Zakinah
Jurusan Teknik Elektro/ Program Studi D4 Teknik Listrik
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Jl. Perintis Kemerdekaan km.10 Tamalanrea Makassar 90245 Indonesia
E-mail: nzakinah@yahoo.com

Abstrak
Pertumbuhan pelanggan listrik di Kota Makassar dari tahun ke tahun semakin meningkat, tercatat pada tahun 2012
jumlah keseluruhan pelanggaan sebesar 554.001 pelanggan hingga pada tahun 2016 jumlah keseluruhan pelanggan di Kota
Makassar mencapai 704.100 pelanggan. Dengan melihat laju pertumbuhan pelanggan yang sagat pesat, penulis bermaksud
menghitung prakiraan kebutuhan daya listrik di Kota Makassar untuk beberapa tahun yang akan datang guna untuk
memprediksi tersedianya pasokan daya demi memenuhi kebutuhan beban listrik di Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan cara memprakirakan kebutuhan daya listrik dan untuk menghitung besar daya yang dibutuhkan untuk
menyuplai kebutuhan beban Kota Makassar tiap tahun mulai dari tahun 2018 sampai tahun 2028 serta menghitung besar
pemakaian daya listrik tiap tahun mulai dari tahun 2018 sampai tahun 2028. Pengumpulan data menggunakan metode studi
literatur, wawancara dan observasi. Kemudian dilakukan uji statistik menggunakan aplikasi SPSS versi 24, karena data
bersifat linier dan memiliki dua variabel bebas maka analisis data dilakukan dengan cara perhitungan metode analisis
regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda menggunakan Microsoft Excel. Hasil prakiraan menggunakan
model regresi linier berganda untukmemperkirakan daya listrik yang dibutuhkan dan daya listrik terpakai di Kota
Makasaar mulai tahun 2018 sampai dengan 2028 berturut-turut sebesar 1.167.121.320 VA dan 203.769.838 kWh.

Keywords : Daya,Regresi Linier,Prakiraan

beban rumah tangga sebanyak 562.052 pelanggan, beban


I. PENDAHULUAN bisnis sebanyak 31.861 pelanggan, beban industri
Perkembangan listrik di Indonesia utamanya di Kota sebanyak 711 pelanggan, dan beban pemerintah sebanyak
Makassar berlangsung sangat cepat, hal ini seiring dengan 3.906 pelanggan[5]. Sedangkan pada tahun 2014 juga
bertambahnya jumlah penduduk hingga 1.658.503 jiwa mengalami peningkatan disemua jenis beban, seperti jenis
yang tercatat pada tahun 2016 sehingga terjadi permintaan beban sosial sebanyak 8.125 pelanggan, beban rumah
daya listrik yang semakin meningkat[1]. tangga sebanyak 595.622 pelanggan, beban bisnis
sebanyak 37.091 pelanggan, beban industri sebanyak 738
Masalah yang unik dalam sistem pembangkit tenaga pelanggan, dan beban pemerintah sebanyak 4.011
listrik adalah daya yang dibangkitkan harus selalu sama pelanggan[5]. Di tahun 2015 juga mengalami peningkatan
dengan daya yang dikonsumsi oleh konsumen yang disemua jenis beban, seperti jenis beban sosial sebanyak
menggunakan daya listrik dan dikatakan sebagai beban 8.517 pelanggan, beban rumah tangga sebanyak 624.560
sistem. Apabila daya yang dibangkitkan lebih kecil dari pelanggan, beban bisnis sebanyak 40.262 pelanggan,
pada beban sistem maka frekuensi tegangan akan turun, beban industri sebanyak 758 pelanggan, dan beban
sebaliknya apabila lebih besar maka frekuensi dan pemerintah sebanyak 4.137 pelanggan[5]. Dan di tahun
tegangan akan naik. Mutu listrik yang baik apabila 2016 pun juga mengalami peningkatan disemua jenis
frekuensi dan tegangan tidak terlalu jauh menyimpang dari beban, seperti jenis beban sosial sebanyak 9.094
nilai nominal, untuk ini haruslah diusahakan agar daya pelanggan, beban rumah tangga sebanyak 657.977
yang dibangkitkan selalu sama dengan beban listrik yang pelanggan, beban bisnis sebanyak 425.53 pelanggan,
digunakan. beban industri sebanyak 784 pelanggan, dan beban
pemerintah sebanyak 4.430 pelanggan[5].
Berdasarkan jumlah pelanggan listrik di Kota
Makassar pada tahun 2012 yang menggunakan jenis beban Dengan melihat laju pertumbuhan pelanggan di Kota
sosial sebanyak 7.399 pelanggan, beban rumah tangga Makassar yang sangat pesat, disusul dengan pembangunan
sebanyak 526.154 pelanggan, beban bisnis sebanyak pemukiman dan pusat-pusat perdagangan maka penulis
28.947 pelanggan, beban industri sebanyak 686 pelanggan, bermaksud menghitung prakiraan kebutuhan daya di kota
dan beban pemerintah sebanyak 3.749 pelanggan[5]. Pada makassar untuk beberapa tahun yang akan datang guna
tahun 2013 mengalami peningkatan di semua jenis beban, untuk memprediksi tersedianya pasokan daya untuk
seperti pada jenis beban sosial sebanyak 7.762 pelanggan, memenuhi kebutuhan beban listrik di Kota Makassar, oleh

50
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

karena itu diperlukan langkah-langkah untuk 2.3 Analisis Regresi


mengantisipasi hal tersebut. Analisis regresi merupakan alat statistik yang banyak
digunakan dalam berbagai bidang.Analisis tersebut
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel
II. KAJIAN LITERATUR dependen dan variabel independen.Ada tiga macam tipe
2.1 Umum analisis regresi, tipe pertama adalah regresi linier
Sistem tenaga listrik terbagi atas tiga komponen sederhana yang berfungsi untuk mengetahui hubungan
utama yaitu bagian pembangkit, bagian transmisi dan linier antara dua variabel, satu variabel dependen dan satu
bagian distribusi.Di Kota Makassar terbagi atas dua area variabel independen.Tipe kedua adalah regresi linier
yaitu Area Makassar Selatan dan Area Makassar Utara berganda yang merupakan model regresi linier dengan satu
yang sebelumnya merupakan satu kesatuan yaitu PT. PLN variabel dependen dan lebih dari satu variabel
(Persero) Area Makassar. Pemecahan area makassar ini independen.Tipe ketiga adalah regresi non linier yang
dimulai sejak bulan April 2016. Setidaknya ada sepuluh berasumsi bahwa hubungan antara variabel dependen dan
rayon yang berada di bawah pengawasan PLN Area variabel independen tidak linier pada parameter regresinya
Makassar saat sebelum pemecahan yakni rayon Makassar [6].Adapun rumus analisis regresi linier sederhana yang
Selatan, rayon Makassar Utara, rayon Makassar Barat, digunakan[6] :
rayon Makassar Timur, rayon Maros, rayon Kalibajeng, ! = ! + !" (1)
rayon Takalar, rayon Sungguminasa, rayon Pangkep dan Dimana:
rayon Malino. Setelah pemecahan sampai saat ini Area Y = Variabel Response atau Variabel Akibat
Makassar Selatan mengawasi enam rayon yang terdiri dari (Dependent)
rayon Panakukkang, rayon Mattoangin, rayon X = Variabel Predictor atau Variabel Faktor
Sungguminasa, rayon Kalibajeng, rayonTakalar, dan rayon Penyebab (Independent)
Malino sedangkan Area Makassar Utara megawasi empat a = konstanta
rayon yaitu rayon Daya, rayon Maros, rayon Karebosi dan b = koefisien regresi (kemiringan); besaran
rayon Pangkep[4]. Response yang ditimbulkan oleh Predictor.
2.2 Jaringan Distribusi Nilai-nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan
Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan Rumus dibawah ini :
tenaga listrik (energi listrik) dari gardu induk ke gardu ( !)!!( !)
!= (2)
distribusi dan mendistribusikan tenaga listrik tersebut ke !
!( !")!( !)( !)
beban. Jaringan distribusi primer yang bertegangan b= (3)
!( ! ! )!( !)!
menengah berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut[6]:
gardu induk ke transformator distribusi yang terhubung ke Y = a + b1X1 + b2X2 ..+bnXn (4)
beban industri[10]. Dimana :
2.2 Beban Listrik a = Variabel Terikat
Mutu Listrik yang baik adalah apabila frekuensi dan X1 = Variabel bebas pertama
tegangan tidak terlalu jauh menyimpang dari nilai X2 = Variabel bebas pertama
nominal, untuk itu haruslah diusahakan agar daya yang Xn = Variabel bebask ke .. n
dibangkitkan selalu sama dengan beban[7]. Untuk a, b1 dan b2 = Konstanta
mengetahui beban listrik perlu memperhatikan jenis beban 2.4 Uji Korelasi
listrik, menurut daerah biasanya digolongkan dalam Analisis korelasi adalah metode statistika yang
beberapa golongan, yakni: digunakan untuk mengukur besarnya hubungan linear
1. Berdasarkan lingkungan atau lokasi: antara dua variabel atau lebih.Korelasi dilambangkan
a. Beban pusat pertokoan dengan r dengan ketentuan nilai r berkisar antara - 1≤ r ≤
b. Beban perumahan 1. Artinya, jika nilai korelasi mendekati 1 atau -1 berarti
c. Beban perumahan luar kota hubungan antara 2 variabel semakin kuat, sebaliknya jika
d. Beban pedesaan nilai korelasi mendekati nol berarti hubungan antara 2
2. Berdasarkan jenis pelanggan: variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan
a. Beban umum hubungan yang searah yang menunjukkan jika variabel x
b. Beban industri naik maka variabel y juga akan naik dan nilai negatif
3. Berdasarkan jadwal pelayanan listrik: menunjukkan hubungan terbalik yang menunjukkan jika
a. Beban perumahan variabel x naik maka variabel y akan turun[12].
b. Beban penerangan jalan Tabel 1. Tingkat Hubungan Koefisien Korelasi[8]
c. Beban perkantoran Interval Koefisien Tingkat Hubungan
d. Beban industri 0,8 - 1 sangat kuat
4. Berdasarkan jenis kegiatan pelanggan: 0,6-0,79 Kuat
a. Beban Perumahan / Rumah Tangga 0,4-0,59 cukup kuat
b. Beban Industri 0,2-0,39 Lemah
c. Beban bisnis / Perdagangan 0 - 0,19 sangat lemah
d. Beban sosial

51
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

III. METODE PENELITIAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian di mulai dengan mengumpulkan data 4.1 Sistem Kelistrikan di Kota Makassar
dengan cara melakukan studi literatur, wawancara dan Secara umum sistem kelistrikan di Kota Makassar
melakukan observasi langsung.Sedangkan teknik analisis terbagi atas dua area yaitu Area Makassar Selatan dan
data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis Area Makassar Utara yang sebelumnya merupakan satu
regresi. Secara singkat diagram alir kegiatan sebagai kesatuan yaitu PT PLN (Persero) Area Makassar.
berikut :
MULAI
4.2 Daya Terpasang dan Daya Terpakai di Kota
Studi Literatur
Makassar
Pengumpulan Data :
Daya terpasang adalah besarnya daya yang disepakati
1. Data penduduk dan jumlah rumah tangga
2. Data jumlah pelanggan rumah tangga,
komersial, publik dan industri
oleh PLN dan Pelanggan dalam perjanjian jual beli tenaga
3. Data daya tersambung
4. Data daya tepakai listrik yang menjadi dasar perhitungan biaya beban
sedangkan daya terpakai adalah besarnya daya yang telah
Menentukan Metode sesuai data yang diperoleh
digunakan[3]. Berikut adalah jumlah data daya terpasang
dan daya terpakai yang dapat dilihat pada tabel di bawah
Menghitung kebutuhan daya
Tidak
ini :

Apakah perhitungan sudah


sesuai dengan hasil suvei

YA

Hasil analisis penelitian

Kesimpulan

SELESAI

Tabel 2. Jumlah Daya Terpasang (VA) PLN Area Makassar Tahun 2012[5]

Bulan Sosial Rumah Tangga Bisnis Industri Pemerintah


Januari 44221800 470501900 261875350 196799450 60430519
februari 44405450 463901550 266887250 197514650 61498819
maret 45501700 467690650 271425750 198976150 61859519
april 45770950 470489850 275655000 201249850 62826819
mei 47759350 473552200 280664100 203671050 62037569
juni 47104200 485338650 284396300 203979050 62307319
juli 47351300 481911100 286747800 205605950 62250769
agustus 50293600 483235900 288547700 216148450 62278969
september 50562250 486355900 289894400 216830650 62333919
oktober 50850400 491841450 291724000 216906150 61413719
nopember 51295100 494717200 279731900 217873250 62485319
desember 51443750 497469050 281380600 217700250 62571219

Tabel 3. Jumlah Daya Terpakai (kWh) PLN Area Makassar Tahun 2012[5]

Rumah
Bulan Sosial Bisnis Industri Pemerintah
Tangga
Januari 7271778 80829357 42666249 62078448 10965891
februari 5920790 72293041 39439269 50653727 9481303
maret 6428844 67634365 41551454 54999376 9706846

52
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Rumah
Bulan Sosial Bisnis Industri Pemerintah
Tangga
april 6340214 68026500 40235399 54934994 9866006
mei 6937417 71931251 43430950 67350171 9858825
juni 7180977 79996429 45224602 51914732 10019013
juli 7285126 82499128 45875960 47094388 10186564
agustus 6505800 71001868 44155295 57978855 9947439
september 6946896 82356412 46168286 59837028 10162471
oktober 7376136 93159671 47115168 59160096 10133296
nopember 7456746 74518814 41714782 72426156 9843243
desember 8657608 84375160 48181253 60145564 10364141

4.3 Jumlah Pelanggan di Kota Makassar bahwa jumlah pelanggan cenderung mengalami
Perkembangan kebutuhan daya listrik dan pemakaian peningkatan, berikut data perkembangan jumlah
daya listrik tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan pelanggan di Kota Makassar :
jumlah pelanggan. Dari data yang diperoleh menunjukkan

Tabel 4. Jumlah Pelanggan Listrik PLN Area Makassar Tahun 2012[5]

Bulan Sosial Rumah Tangga Bisnis Industri Pemerintah

Januari 7120 505551 27442 663 3638


Februari 7164 505209 27704 667 3650
Maret 7204 504831 28025 671 3662
April 7217 504780 28245 673 3691
Mei 7311 504929 28420 675 3675
Juni 7200 517392 28872 675 3683
Juli 7229 517096 29138 679 3686
Agustus 7271 513410 32839 681 3690
September 7380 516751 29570 686 3700
Oktober 7350 520873 29857 686 3721
Nopember 7377 523626 28757 688 3727
Desember 7399 526154 28947 686 3749

4.4 Pembahasan daya listrik yang akan datang dengan jumlah daya listrik
masa sebelumnya.
4.4.1 Seleksi Model Peramalan Terbaik
Mengacu pada data aktual jumlah daya terpasang dan 4.4.2 Prakiraan Jumlah Pelanggan tahun 2018-2028
daya terpakai untuk pelanggan sosial, rumah tangga, Sebelum melakukan perhitungan terlebih dahulu
bisnis, industri dan pemerintah di Kota Makassar mulai membuat tabel bantu dari data tabel daya
tahun 2012-2016 maka dengan demikian dapat dicari terpasang.Berikut adalah tabel variabel bebas untuk
model peramalan terbaik yang akan digunakan dalam menghitung prakiraan kebutuhan daya listrik di masa yang
mengestimasi jumlah daya listrik terpasang dan terpakai akan datang dimana X1 adalah periode (bulan) dan X2
tahun 2018-2028. Sebelum menentukan metode adalah jumlah pelanggan yang telah diprediksi
peramalan, perlu adanya uji statistik dalam hal ini analisis sebelumnya menggunakan metode regresi linier sederhana
regresi guna mengetahui adanya hubungan antara jumlah

53
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Tabel 5. Variabel bebas untuk prakiraan kebutuhan daya listrik tahun 2018-2028

Tahun X1 X2 Tahun X1 X2 Tahun X1 X2


73 692360 118 813323 163 934286
74 695048 119 816011 164 936974
75 697736 120 818699 165 939662
76 700425 121 821387 166 942350
77 703113 122 824075 167 945038
2018 78 705801 123 826763 168 947726
79 708489 124 829451 169 950414
80 711177 125 832139 170 953102
81 713865 2022 126 834828 171 955790
82 716553 127 837516 172 958478
83 719241 128 840204 173 961166
84 721929 129 842892 2026 174 963854
85 724617 130 845580 175 966543
86 727305 131 848268 176 969231
87 729993 132 850956 177 971919
88 732681 133 853644 178 974607
89 735369 134 856332 179 977295
2019 90 738057 135 859020 180 979983
91 740745 136 861708 181 982671
92 743434 137 864396 182 985359
93 746122 2023 138 867084 183 988047
94 748810 139 869772 184 990735
95 751498 140 872460 185 993423
96 754186 141 875148 2027 186 996111
97 756874 142 877837 187 998799
98 759562 143 880525 188 1001487
99 762250 144 883213 189 1004175
100 764938 145 885901 190 1006863
101 767626 146 888589 191 1009551
2020 102 770314 147 891277 192 1012240
103 773002 148 893965 193 1014928
104 775690 149 896653 194 1017616
105 778378 2024 150 899341 195 1020304
106 781066 151 902029 196 1022992
107 783754 152 904717 197 1025680
108 786442 153 907405 2028 198 1028368
109 789131 154 910093 199 1031056
110 791819 155 912781 200 1033744
111 794507 156 915469 201 1036432
112 797195 157 918157 202 1039120
2021
113 799883 158 920845 203 1041808
114 802571 2025 159 923534 204 1044496
115 805259 160 926222
116 807947 161 928910
117 810635 162 931598

!!! !! ! ! ( !! !! )( !! !) 5784808067832320
b! == (5) b! =
= 1251
!!! !!! ! ( !! !! )!
4623252952685
b! Menghitung nilai a dengan rumus :
8151954384936720000000 − 8151428578860460000000 ! = ! − !! !! − !! !! (7)
=
2344439292958710 − 2339816040006020 ! = 564089408 − 113731 31 − 1251 578118
525806076255273000
b! = = 113731 ! = −162744627
4623252952685 Dengan menggunakan persamaan di atas,
Menghitung nilai b2 dengan rumus :
penulis dapat memprakirakan kebutuhan daya listrik di
!!! ( !! !)! ( !! !! )( !! !)
b! = (6) Kota Makassar 10 tahun kedepan dengan memasukkan
!!! !!! ! ( !! !! )!
nilai Tabel 5 ke dalam persamaan.
b!
3032457491916890000 − 3026672683849050000 Untuk bulan desember tahun 2025 :
= ! = −162744627 + 113731 168 + 1251(947726)
2344439292958710 − 2339816040006020

54
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

! =1041967520 VA 4. Kelas A14 yang senantiasa membantu dan


Untuk bulan desember tahun 2028 : menemani dari awal hingga akhir studi penulis di
! = −162744627 + 113731 204 + 1251(1044496) Politeknik Negeri Ujung Pandang.
! = 1167121320 VA
Jadi jumlah daya terpasang pada bulan
desember tahun 2025 dan 2028 berturut-turut adalah REFERENSI
1041967520 VA dan 1167121320 VA. Berikut adalah [1] BAPPEDA Kota Makassar. 2018. RPJPD Kota
tabel hasil prakiraan daya terpasang di kota makassar : Makassar. Makassar
[2] Nehemia, I.R, Rulin Susanto P. 2015.
Tabel 6. Hasil prakiraan daya terpasang di kota
Perencanaan Penyediaan Daya Pada Perumahan
makassar tahun 2018-2028
Royal Spring Di Gowa. Makassar : Jurusan Teknik
Tahun Daya (VA) Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang.
[3] PT.PLN (Persero).Kementrian BUMN. Istilah
2018 749941988 Kelistrikan.(online),
2019 791659921 (http://www.bumn.go.id/pln/halaman/123, diakses
2020 833377855 5 Agustus 2018)
[4] PT.PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar Area
2021 875095788 Makassar Selatan. 2018. (online),
2022 916813721 (https://www.scribd.com/doc/223002051/Profil-
2023 958531654 Perusahaan-PT-PLN-Persero-Area-Makassar,
diakses tanggal 30 Juli 2018)
2024 1000249587 [5] PT.PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar Area
2025 1041967520 Makassar Selatan. 2018. Laporan Penjualan
2026 1083685453 Tenaga Listrik Versi Pusat Total.Makassar
[6] Siregar, Syofian.2013. Metode Penelitian
2027 1125403387
Kuantitatif dilengkapi dengan Perbandingan
2028 1167121320 Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta.: Kencana
Dengan menggunakan metode yang sama seperti di Prenadamedia Grup.
atas, maka penulis juga dapat menghitung estimasi [7] Sriwati. 2013. Prakiraan Kebutuhan Daya Listrik
pemakaian daya listrik di Kota Makassar 10 tahun yang di Kabupaten Maros Tahun 2010 sampai 2020:
akan datang. ILTEK,Volume 8, Nomor 15, April 2013.
[8] Sudjana. 1980. Metode Statistika. Bandung:
V. KESIMPULAN Erlangga.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka [9] Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif
dapat disimpulkan bahwa untuk memprakirakan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
kebutuhan daya listrik pada Kota Makassar mulai tahun [10] Suswanto,Daman. 2009. Sistem Distribusi Tenaga
2018 sampai dengan tahun 2028, dilakukan uji statistik Listrik. Padang : Universitas Negeri Padang
dalam hal ini uji korelasi dan uji regresi. Setelah [11] Wahyudi, Muh. Iqra dan Rustan Wesi.2013.
melakukan uji statistik dimana tingkat hubungan antar Prediksi Kebutuhan Daya Listrik Pada Kabupaten
variabel sangat kuat dan data bersifat linier maka dapat Soppeng Sampai Tahun 2025. Tugas Akhir.
ditentukan metode regresi linier dapat digunakan untuk Makassar : Jurusan Teknik Elektro Politeknik
menghitung estimasi prakiraan kebutuhan daya listrik di Negeri Ujung Pandang.
Kota Makassar dan karena data yang digunakan [12] Walpole, R.E. 1995. Pengantar Statistika. Edisi
memiliki dua variabel bebas dan satu variabel terikat ke-3. Jakarta: Gramedia
maka metode analisis regresi berganda menjadi metode
yang paling tepat.

UCAPAN TERIMA KASIH


1. Teristimewa kepada kedua orang tua dan seluruh
keluarga tercinta atas segala doa dan bantuan baik
moril maupun materil.
2. Bapak Bakhtiar, S.T., M.T. selaku pembimbing I
dan Bapak Marwan, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D. selaku
pembimbing II yang telah meluangkan waktu guna
membimbing dan mengarahkan kami sampai
Tugas Akhir ini selesai.
3. Manager PT PLN (Persero) Wilayah
SULSELRABAR Area Makassar Selatan.

55
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Perancangan Simulasi Pembangkit Listrik Energi Terbarukan Sebagai


Energi Alternatif

Pauzan Asri1),Ahmad Rosyid Idris2),Kurniawati Naim3)


1,2,3)
Jurusan Teknik Elektro PNUP
asrifhauzan@gmail.com

Abstrak
Angin dan cahaya matahari merupakan sumber daya alam yang melimpah dan dapat diubah menjadi energi listrik.
Akan tetapi masalah yang dihadapai apabila ingin mengkonversi energi ini adalah ketidak stabilan energi yang dihasilkan
tergantung dari intensitas cahaya matahari dan energi angin. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dibuatlah suatu
sistem hibrida yang menggabungkan pembangkit dari sumber yang berbeda. Sehingga nantinya diharapkan energi yang
dihasilkan dapat saling melengkapi apabila salah satu tegangan tidak dapat bekerja karena keterbatasan sumber energinya.
Dalam penelitian ini pembangkit yang diaplikasikan adalah pembangkit surya dan pembangkit angin. Penggabungan
pembangkit ini menggunakan sebuah konverter dimana tegangan DC dari panel surya akan di ubah menjadi tegangan AC 3
phasa, sehingga nantinya tegangan yang dihasilkan akan masuk ke trafo untuk distep up 20 Kv sehingga dapat masuk ke
jaringan distribusi. Untuk lebih memudahkan dalam design pembangkit hibrida ini peneliti menggunakan software
simulink matlab untuk memodelkan panel surya dan pembangkit energi angin serta konverternya. Dari pengujian yang
telah dilakukan terdapat harmonisa yang disebabkan oleh konverter, hal ini dikarenakan proses switching dari IGBT yang
berimbas pada munculnya noise dan rugi-rugi daya.

Keywords: simulasi, panel sel surya, energi angin, konverter,hybrid, Simulink Matlab, grid 20 kVA

surya adalah memanfaatkan efek fotovoltaik, yaitu suatu


I. PENDAHULUAN
efek yang dapat mengubah langsung cahaya matahari
Energi listrik merupakan energi yang sangat vital menjadi energi listrik. Prinsip ini pertama kali
bagi kehidupan dan aktifitas manusia sehari-hari baik yang diketemukan oleh Bacquere, seorang ahli fisika
digunakan dalam skala rumah tangga maupun berkebangsaan Perancis tahun 1839. Apabila sebuah
perindustrian. Sebagian besar kebutuhan energi listrik ini logam dikenai suatu cahaya dalam bentuk foton dengan
masih dipenuhi dari pembangkit yang menggunakan frekuensi tertentu, maka energi kinetik dari foton akan
sumber energi dari bahan fosil. Sedangkan bahan bakar menembak ke atom-atom logam tersebut. Atom logam
fosil bila digunakan akan semakin menipis dan habis. Oleh yang iradiasi akan melepaskan elektron-elektronnya.
sebab itu salah satu solusi dalam mengatasi krisis energi Elektron-elektron bebas inilah yang mengalirkan arus
ini adalah menggunakan sumber daya energi baru dengan jumlah tertentu. Sel surya adalah semikonduktor
terbarukan. dimana radiasi surya langsung diubah menjadi energi
Untuk mengatasi permasalahan di atas, teknik hybrid listrik. Material yang sering digunakan untuk membuat sel
banyak digunakan untuk menggabungkan beberapa jenis surya adalah silikon kristal. Pada saat ini silikon
pembangkit listrik, seperti pembangkit energi angin, surya merupakan bahan yang banyak digunakan untuk
dan diesel, pembangkit energi angin dan surya, pembuatan sel surya. Agar dapat digunakan sebagai bahan
pembangkit energi angin dan diesel. Dalam teknik hybrid sel surya, silikon dimurnikan hingga satu tingkat yang
ini diperlukan sebuah pengendali yang digunakan untuk tinggi.
mengoptimalkan pemakaian energi dari masing masing 1. Cara Kerja Sel Surya
sumber, disesuaikan dengan beban dan ketersediaan energi
dari sumber energi yang digunakan. Modul photovoltaic atau solar cell adalah suatu alat
semikonduktor yang mengkonversi foton (cahaya) menjadi
listrik. Konversi ini disebut efek photovoltaic, dengan kata
II. KAJIAN LITERATUR lain efek photovoltaic adalah fenomena dimana suatu sel
photovoltaic dapat menyerap energi cahaya dan
A. Sel Surya mengubahnya menjadi energi listrik. Efek photovoltaic
Sel surya adalah suatu elemen aktif yang mengubah didefiniskan sebagai suatu fenomena munculnya voltase
cahaya matahari menjadi energi listrik. Sel surya pada listrik akibat kontak dua elektroda yang dihubungkan
umumnya memiliki ketebalan minimum 0,3 mm, yang dengan sistem padatan atau cairan saat diexpose dibawah
terbuat dari irisan bahan semikonduktor dengan kutub energi cahaya.
positif dan kutub negatif. Prinsip dasar pembuatan sel

56
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Mekanisme konversi energi cahaya terjadi akibat Voc. Isc. FF


!=
adanya perpindahan elektron bebas di dalam suatu atom. Pin
Sel surya pada umumnya menggunakan material Keterangan :
semikonduktor sebagai penghasil elektron bebas. Material
η : efisiensi sel surya
semikonduktor adalah suatu padatan berupa logam, yang
konduktifitas elektriknya ditentukan oleh elektron VOC : open circuit voltage (volt)
valensinya. Material semikonduktor konduktifitasnya akan ISF : source circuit current (ampere)
meningkat secara signifikan. Saat foton dari sumber FF : Fill Factor
cahaya menumbuk suatu elektron valensi dari atom
4. Model Matematika Panel Surya
semikonduktor, akan mengakibatkan suatu energi yang
cukup besar untuk memisahkan elektron tersebut terlepas Rangkaian sel surya dapat direpresentasikan sebagai
dari struktur atomnya. Elektron yang terlepas tersebut sumber arus yang terhubung pararel dengan sebuah dioda
bermuatan negatif menjadi bebas bergerak di dalam dan tahanan (RSH) dan terhubung seri dengan tahanan (RS).
bidang kristal dan berada pada daerah pita konduksi dari Dengan rangkaian ini maka didapat model matematis dari
material semikonduktor. hilangnya elektron sel surya yang nantinya dikembangkan untuk pemodelan
mengakibatkan terbentuknya suatu kekosongan pada sel surya.
struktur kristal yang disebut dengan “hole” dengan
muatan positif.
Daerah semikonduktor dengan elektron bebas dan
bersifat negatif bertindak sebagai donor elektron. Daerah
ini disebut negative type (n-type). Sedangkan daerah
semikonduktor dengan hole, bersifat positif dan bertindak
sebagai penerima (acceptor) elektron. Daerah ini disebut
dengan positive type (p-type). Ikatan dari kedua sisi positif Gambar 2. Rangkain sel surya
dan negatif menghasilkan energi listrik internal yang akan Persamaan rangkaian di atas adalah :
mendorong elektron bebas dan hole untuk bergerak ke
!!" + !!"
arah berlawanan. Elektron akan bergerak menjauhi sisi ! = !! − !! !"# −1
negatif, sedangkan hole bergerak menjauhi sisi positif. !! ∙ ! ∙ ! ∙ ! !
Ketika p-n junction ini dihubungkan dengan sebuah beban !! = !!"# + !! !!" − !!" ∗ ! 1000
(lampu) maka akan tercipta sebuah arus listrik. ! ∙ !!"
2. Karakterstik Sel Surya !!" = !!"# !"# −1
!! ∙ ! ∙ ! ∙ !
Daya yang dihasilkan dari sel surya adalah tegangan ! !
! ∙ !!! 1 1
(V) operasi dikalikan dengan arus (I) operasi. Tegangan !! = I!"# !"# − −1
!! ! ∙ ! !! !
dan arus keluaran yang dihasilkan ketika sel surya
memperoleh penyinaran merupakan karakteristik yang Keterangan :
disajikan dalam kurva I-V pada gambar 7. Kurva ini I : arus keluaran sel surya (ampere)
menunjukkan bahwa pada saat arus dan tegangan berada IL : arus yang dibangkitkan oleh sel surya (ampere)
pada titik kerja maksimal (Maximum Power Point) maka
I0 : arus balik saturasi (ampere)
akan menghasilkan daya keluaran maksimum (PMMP).
Tegangan di Maximum Power Point (MPP) VMPP, lebih Voc : tegangan hubung terbuka (volt)
kecil dari tegangan open circuit (VOC) dan arus saat MPP Irs : arus saturasi balik pada diode (A)
IMPP, adalah lebih rendah dari arus short circuit (ISC). Ns : jumlah sel surya yang dihubung seri
A : faktor ideal polysilikon
k : konstanta Boltzman (1,3806 x 10−19 J. K −19 )
Tak : temperatur kerja modul surya (°C)
q : muatan listrik sebuah elektron (1,602 x 10−19 C)
Iscr : arus hubung tertutup referensi (ampere)
Ki : koefisien temperatur (0,006)
Trk : temperatur referensi modul surya (°K)
λ : radiasi matahari
Eg : gap energi (ev)
Gambar 1. Kurva karakteristik sel surya
B. Pembangkit Energi Angin
3. Efisiensi sel surya
Efisiensi Sel Surya dipengaruhi oleh beberapa hal, Salah satu sumber energi alternatif yang ramah
anatara lain tegangan open circuit (VOC), arus short circuit lingkungan dan dapat menghasilkan energi yang cukup
(ISC) dan Fill Factor (FF). besar adalah Pembangkit Listik Tenaga Angin karena

57
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

memanfaatkan energi angin yang rendah emisi karbon. Idealnya, daya output turbin angin dipengaruhi oleh
Pembangkit Listrik Tenaga Angin adalah suatu teknologi V1 dan A2. Sehingga persamaan menjadi
pembangkit listrik yang mengubah potensi energi angin ! ! ! ! !"
menjadi energi listrik. !!,!"#$% = !! !
! ! !
!!! = !! !
!" !
!!!
!"
1. Prinsip Kerja Pembangkit Energi Angin Dimana nilai dari = 0,593 disebut Betz Coefficient.
!"
Prinsip kerja dari pembangkit ini adalah mengubah Keterangan :
energi angin menjadi energi mekanik. Selanjutnya, energi
V1 : kecepatan angin pada titik 1 (m/s)
mekanik diubah menjadi energi listrik dengan
menggunakan generator. V2 : kecepatan angin pada titik 2 (m/s)
Saat angin melewati blade yang mengakibatkan turbin V3 : kecepatan angin pada titik 3 (m/s)
angin berputar dengan kecepatan tertentu maka munculah V4 : kecepatan angin pada titik 4 (m/s)
energi mekanik (daya poros). Karena putaran turbin tidak A1 : luas penampang pada titik 1 (m2)
teralu cepat (low speed) yang disebabkan besarnya ukuran
turbin, maka poros turbin dihubungkan dengan roda gigi A2 : luas penampang pada titik 2 (m2)
(gearbox). roda gigi mengubah laju putar menjadi lebih A3 : luas penampang pada titik 3 (m2)
cepat (high speed), konsekuensinya momen gaya menjadi A4 : luas penampang pada titik 4 (m2)
lebih kecil. Selanjutnya, putaran poros turbin b) Daya turbin angina secara real
menggerakkan rotor generator. Rotor berputar di medan
magnet menimbulkan gaya gerak listrik dari generator. Untuk implementasinya, daya output turbin angin atau
Energi listrik dari pembangkit dapat langsung dikonsumsi Pm dinyatakan dengan persamaan berikut
oleh beban atau ditransmisikan ke jaringan listrik utama !
!! = !! !
!"! !
(grid) dan didistribusikan ke pelanggan.
Ekstraksi energi angin oleh turbin ditentukan oleh !! !!!"! !
!! =
koefisien Cp (maksimum 59%, 35% untuk desain bagus), !!
efisiensi transmisi roda gigi dan bearings (Nb, bisa Secara umum, nilai Cp sebagai fungsi tip speed ratio
mencapai 95%, dan efisiensi generator (Ng , ~80%), (λ) dan sudut pitch blade (β). Nilai CP dan tip speed ratio
Sehingga, efisiensi total dari Pembangkit Listrik Tenaga (λ). Dapat dinyatakan dengan
Angin dipengaruhi oleh Cp, Nb dan Ng . !!!
!!
2. Model matematika turbin angin. !! = ! ∙ ! = !! !!
− !! ! − !! ! !! + !! !
Daya turbin angin dapat dinyatakan pada kondisi ideal 1 1 0,035
dan secara riil. Persamaan matematik turbin angin ideal = −
!! ! + 0,08! ! ! + 1
turbin didasarkan pada hukum bernoulli. Untuk !! !
aplikasinya, daya turbin dinyatakan dengan persamaan. !=
Untuk menjelaskan daya turbin angin secara ideal dan riil !
sebagai berikut. Sehingga daya turbin dan torsi adalah
!!!
a) Daya turbin angina ideal !! =
!
!"! ! ! ! !!
!!
− !! ! − !! ! !!
+ !!
!! !
! !! !
Berikut ilustrasi angin yang mengalir pada turbin. !!!
!!
!! !!
− !! ! − !! ! !!
+ !! !!!! !
!
!"! !
!! =
!!
2!
!! = ! = ! !"# !
60
!∙!
!= !"# !
30
Gambar 3. Ilustrasi angina pada turbin Besarnya koefisien !1 sampai !6
Dari gambar di atas di dapatkan persamaan. C1 = 0,5176 C4 = 5
!! = !! = !!!
! C2 = 116 C5 = 21
! C3 = 0,4 C6 = 0,0068
!! = !!!
Keterangan :
!
!! = !! = !!! Cp : power coefficient
!! = 3!! V : kecepatan angin (m/s)
Daya mekanik turbin angin. Tr : torsi turbin angin (Nm)
! ! ! ωR : kecepatan rotasi turbin angin (rad/s)
!!,!"#$% = !! − !! = ! ! !! !!! − !! !!! = !! ! !!
! ! !
n : putaran poros kincir (rpm)

58
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

ρ : kerapatan udara (kg/m3) 4,44!"#$


!=
A : luas penampang turbin (m2) 120
4,44!"
Pm : daya turbin angin (Watt) !=
120
R : radius rotor turbin (m)
! = !"#
C. Generator Keterangan :
Generator arus bolak-balik (AC) atau disebut dengan E : GGL induksi (Volt)
alternator adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk n : putaran (rpm)
mengkonversi energi mekanik (gerak) menjadi energi
T : banyak lilitan / fase = 1/2
listrik (elektrik) dengan perantara induksi medan magnet.
Perubahan energi ini terjadi karena adanya perubahan p : jumlah kutub
medan magnet pada kumparan jangkar (tempat φ : fluks magnetik (weber)
terbangkitnya tegangan pada generator). Z : banyak sisi kumparan
Generator sinkron atau generator AC (alternating
current) mempunyai arti bahwa rotor generator sinkron D. Konverter
yang terdiri dari belitan medan dengan suplai arus searah Arus listrik terdiri dari dua macam yaitu arus searah
akan menghasilkan medan magnet yang diputar dengan (DC) dan arus bolak –balik (AC). Konverter disini
kecepatan yang sama dengan kecepatan putar rotor. berfungsi mengubah signal dari satu bentuk ke bentuk lain,
Dikatakan generator sinkron karena jumlah putaran oleh karena itu konverter dibagi menjadi empat macam ,
rotornya sama dengan jumlah putaran medan magnet yaitu :
(medan putar) pada stator. Kecepatan Sinkron ini 1. Chopper (konverter DC ke DC)
dihasilkan dari kecepatan putar rotor dengan kutub kutub 2. Rectifier (konverter AC ke DC)
magnet yang berputar dengan kecepatan yang sama 3. Inverter (konverter DC ke AC)
dengan medan putar pada stator. Mesin sinkron tidak dapat 4. AC –AC konverter
start sendiri karena kutub-kutub yang berat dan tidak dapat
tiba-tiba mengikuti kecepatan medan putar pada waktu III. METODE PENELITIAN
saklar terhubung dengan jala-jala oleh sebab itu diperlukan Penelitian akan dilakukan pada semester genap tahun
suatu alat bantu start (prime mover). Ada dua jenis 2018, tepatnya bulan Januari hingga Mei 2017. Penelitian
generator sinkron, yaitu generator sinkron 1 phasa dan dan pengambilan data ini dilakukan di Kampus 2
generator sinkron 3 phasa. Politeknik Negeri Ujung Pandang.
3. Prinsip Kerja Generator Sinkron A. Metode Penelitian
Kumparan medan yang terdapat pada rotor Metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan
dihubungkan dengan sumber eksitasi yang dispulai oleh penelitian ini yaitu :
arus searah sehingga menimbulkan fluks yang besarnya 1. Wawancara
tetap terhadap waktu. Kemudian penggerk mula (prime
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan
mover) yang sudah terkopel dengan rotor segera
dengan mengadakan tatap muka atau wawancara secara
dioperasikan sehingga rotor akan berputar pada kecepatan
langsung untuk mengetahui kondisi riil dan mendapatkan
nominalnya sesuai dengan persamaan :
data-data yang diperlukan dan informasi penting lainnya
120 ∙ ! dalam penyusunan tugas akhir ini.
!=
! 2. Studi Literatur
Keterangan : Studi literatur adalah suatu kegiatan yang dilakukan
n : kecepatan putar rotor (rpm) dengan mengadakan studi dari buku-buku/pustaka, situs-
p : jumlah kutub rotor situs internet dan literatur lain yang berkaitan dengan
maslah yang dibahas dalam penulisan ini.
f : frekuensi (Hz)
3. Pengujian dan Analisis
GGL induksi (Ea) pada alternator akan terinduksi
Metode ini digunakan untuk melakukan pengujian
pada kumparan jangkar alternator bila rotor diputar
simulasi yang telah dibuat dan menganalisa hasil yang
disekitar stator. Besarnya kuat medan pada rotor dapat
didapat.
diatur dengan cara mengatur arus medan (If) yang
diberikan pada rotor. Besarnya GGL induksi (Ea) rata-rata
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dihasilkan kumparan jangkar alternator ini dapat
Pada Bab ini dilakukan beberapa pengujian simulasi
dilihat dalam persamaan berikut :
dari beberapa bagian dari pembangkit hybrid yaitu
! = 4,44 ∙ ! ∙ ! ∙ ! Pembangkit listrik tenaga surya, Pembangkit Listrik
!" Tenaga Angin serta pengujian secara keseluruhan
!=
120 pembangkit hybrid.
!"
! = 4,44 ∙ ∙!∙!
120

59
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

A. Pengujian pembangkit tenaga surya, pembangkit Dari pengujian yang dilakukan, didapatkan hasil
tenaga angin dan hybrid berupa tegangan 3 phasa
1. Pembangkit listrik tenaga surya

Gambar 5. Tegangan PLTB

Gambar 1. Rangkain PLTS


Dari pengujian yang dilakukan keluaran dari PLTS
dengan inverter dapat menghasilkan keluaran tegangan AC
3 phasa yang berbentuk sinus.

Gambar 6. Arus PLTB


3. Hybrid
Setelah melakukan pengujian terhadap masing-
masing pembangkit secara terpisah yang dilakukan pada
pengujian ini adalah melakukan penggabungan terhadap
Gambar 2. Tegangan keluaran PLTS dengan inverter pembangkit tersebut atau disebut dengan pembangkit
hybrid.

Gambar 3. Arus PLTS dengan inverter Gambar 7. Tegangan jaringan distribusi


2. Pembangkit listrik tenaga bayu

Gambar 4. Rangkain PLTB


Gambar 9. Arus jaringan distibusi

60
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

B. Analisa VI. UCAPAN TERIMA KASIH


Simulasi dan pemodelan yang dilakukan penulis Kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
adalah menggabungkan dua pemabngkit listrik yaitu terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
pemabngkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit
1. Politeknik Negeri Ujung Pandang karena telah menjadi
listrik tenaga angin(PLTB). dalam pemodelan PLTS untuk
wadah bagi saya dalam menuntut ilmu.
masukannya di dapat dari pengamatan radiasi dan
2. Kedua orang tua tercinta dan semua keluarga saya
temperatur. sedang untuk pemodelan PLTB masukannya
yang menjadi motivator saya
di dapat dari pengamatan kecepatan angin dan kecepatan
turbin angin.
Panel surya dalam simulasi terdapat 10 buah panel REFERENSI
surya yang di serikan. tegangan yang di hasilkan oleh 10 [1] Daryanto, Y. (5 April 2007). Kajian Potensi Angin
buah panel surya sebesar 225,4 Volt dan arus yang di Untuk Pembangkit Listrik Tenaga. Balai PPTAGG-
hasilkan tidak konstan dikarenakan radiasi dan suhu juga UPT-LAGG.
tidak konstan, arusnya sebesar 7 ampere di titik [2] Hidayat, T. (2009). Tesis : Simulasi Sistem
maksimum. Pembangkit Listrik Hybrid Dengan. Depok:
Untuk mencari titik daya maksimum digunakan Universitas Indonesia.
MPPT (maximum Power Point Tracking) dan boost [3] Kusdiana, D. (3 Desember 2008). Kondisi Riil
konverter. disini berguna untuk menaikkan tegangan panel
Kebutuhan Energi di Indonesia dan Sumber-Sumber
surya. Tegangan pnael surya yang diseri sebanyak 10 buah
adalah 225,4 di naikkan menjadi 450 Volt DC. namun Energi Alternatif Terbarukan. Jurnal Listrik dan
tegangan ini harus diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk emamfaatan Energi .
tegangan bolak balik atau AC dengan menggunakan [4] Mineral, K. E. (2016). Program Strategis EBTKE
invereter dan output dari inverter mampu mengasilkan dan Ketenaga listrikan. Jurnal Energi .
tegangan 380 Volt dan arus 3 ampere [5] Sudrajat, A. (2017). Pelatihan Perencanaan Sistem
Pada pembangkit angin generator sinkron yang Pembangkit Listrik Tenaga surya. BPPT.
terdapat didalamnya mampu menghasilkan tegangan [6] Sulasno. (2009). Teknik Konversi Energi Listrik dan
sebesar 380 Volt dan arus sebesar 6 ampere. Sistem Pengaturan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sebelum melakukan penggabungan ke dua [7] Sutarno. (2013). Sumber Daya Energi. Yogyakarta:
pembangkit terlebih dahulu masing masing output Graha Ilmu.
tegangan pembangkit di naikkan teganganya dengan trafo
[8] Riad Kadiri, Jean-Paul Gaubert, “An Improved
step up sebesar 20 kVA.
Kemudian ke dua pembangkit dilakukan Maximum Power Point Tracking for Photovoltaic
penggabungan inilah yang disebut pembangkit hybrid. Grid-Connected Inverter Based on Voltage-Oriented
tegangan yang mampu dihasilkan dari pembangkit hybrid Control,” IEEE Trans. Ind. Electron., vol. 58, no. 1,
setelah disuntikkan ke grid sebesar 15 kVA. tegangan ini Januhari. 2011.
mengalami penurunan di karenakan rugi rugi daya yang [9] Hidayat Taufi .”Simulasi sistem pembangkit Listirik
terjadi pada saat pendistribusian karena dalam simulasi ini
Hibrid Dengan pemamfaatan Potensi Energi
menggunakan kabel sepanjang 20 km dan arus yang
dihasilkan sebesar 18 ampere arus ini relatif kecil karena Terbarukan Di Kampus UI, Depok”. 1997.
hanya menggunakan beban 10 kw saja. [10] Tim CASINDO, N. (2011). Rencana Aksi Energi
Terbarukan Provinsi NTB. Mataram: Casindo.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan dan pembahasan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini model pembangkit angin dan
energi surya dapat dihubungkan dengan cara
mengubah bentuk tegangan yang dihasilkan panel
surya yang semula DC menjadi tegangan AC dengan
menggunakan inverter AC 3 phase. Karena akan
masuk ke grid 20kV untuk itu ditambahkan trafo step
up 20kV pada kedua pembangkit .
2. Setelah dilakukan percobaan performa yang di
hasilkan oleh pembangkit hibrida kurang memenuhi
standar untuk masuk ke dalam grid 20 kV, hal ini
dikarenakan tegangan yang dihasilkan oleh panel
surya dan juga pembangkit tenaga angin hanya
mencapai 15 kV.

61
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Pemodelan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Bayu


Studi Kasus PLTB Sidrap

Supiarti Nurul Qamariah), Aksan2)


1,2
Jurusan Teknik Elektro/Program Studi D4 Teknik Listrik,
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Supiarti.nurul@gmail.com

Abstract
Energi angin merupakan energi terbarukan yang sangat masih digunakan saat ini dengan presentase
koneksi ke jaringan listrik yang sangat signifikan. Meskipun demikian, penelitian tentang koneksi grid turbin
angin masih tetap perlu dilakukan terutama dalam hal desain dan teknologi untuk mendukung pengoperasian
turbin mengacu pada karakteristik angin yang sangat bergantung pada kondisi geografis wilayah. Dalam hal ini,
untuk memahami prinsip kerja dari PLTB serta kinerja sebuah turbin, maka diperlukan suatu pemodelan dan
simulasi.Adapun yang perlu di pahami yaitu pengaruh kecepatan angin terhadap daya output generator. Dalam
penelitian ini digunakan Wind Turbine Model pada Matlab/Simulink yang menggambarkan secara utuh proses
kerja turbin angin. Prinsip Kerja Turbin Angin Prinsip kerja dari turbin angin cukup sederhana yaitu energi
angin yang memutar blade dari turbin angin, kemudian diteruskan untuk memutar rotor pada generator,
sehingga akan menghasilkan energi listrik. Dalam hal ini tegangan AC yang dihasilkan oleh generator akan di
konversikan menjadi tegangan DC untuk selanjutnya dihubungkan pada DC Bus beban.Hasil penelitian ini
menunjukkan pengaruh kecepatan angin terhadap tegangan dan daya listrik keluaran dengan tingkat efisiensi
yang tinggi. Pengetesan model simulasi akan dibuktikan dengan memastikan bahwa hasil simulasi bernilai tidak
jauh beda dengan daya yang tertera di lapangan.

Keywords: Pemodelan, simulasi, Turbin angin, Kecepatan angin, MATLAB Simuulink

I. PENDAHULUAN masyarakat di Indonesia dapat merata .Suatu sistem


Pertumbuhan ekonomi dan permintaan pembangkit listrik tenaga angin harus selalu
kebutuhan akan tenaga listrik yang terus meningkat dipantau dan dikontrol, agar keberlangsungan
perlu diimbangi dengan usaha penyediaan listrik memasok energi listrik terus terjamin.
yang mencukupi. Usaha penyediaan tenaga listrik
meliputi usaha pembangkitan, transmisi, distribusi II. LANDASAN TEORI
dan penjualan tenaga listrik. Ketersediaan suplai Pembangkit energi angin mengubah energi
tenaga listrik secara kontinyu dengan mutu yang kinetik yang dihasilkan angin menjadi energi listrik
baik dan memenuhi standar keselamatan Komponen utama pembangkit energi angin adalah
ketenagalistrikan sangat diperlukan guna turbin angin (wind turbine), unit generator listrik
mewujudkan sistem ketenagalistrikan nasional (electrical generation unit) dan pengendali seperti
yang berkelanjutan, andal, aman, dan ramah terlihat pada gambar di bawahKeandalan dalam
lingkungan. Letak geografis pulau Sulawesi Sistem Tenaga Listrik
Selatan memiliki potensi energi terbarukan dari Energi yang dihasilkan oleh turbin angin
sumber energi angin dengan intensitas kecepatan dinyatakan sebagai berikut Energi kinetik
angin rata-rata 8.5 m/s.. yang dihasilkan oleh benda yang bergerak
Kondisi ini cukup layak untuk dimanfaatkan adalah
sebagai sumber energi terbarukan. Hal ini telah !
!!"# = !" ! (1)
!
diimplemetasikan melalui pembangunan PLTB
Sidrap yang merupakan pembangkit listrik angin
Dimana m adalah massa udara yang
terbesar di Indonesia yang akan menghasilkan daya
mengenai turbin angin, dan v adalah kecepatan
70 megawatt (MW) dengan 30 kincir angin.
angin. Massa m tersebut dapat diturunkan dari
Pembangkit ini dioperasikan oleh PT UPC Sidrab
persamaan berikut
Bayu Energi. Teknologi ini merupakan
! = ! !" (2)
percontohan untuk dikembangkan ke daerah lain,
terutama daerah yang memiliki potensi energi
Kini turbin angin lebih banyak digunakan
angin yang besar guna memenuhi kebutuhan listrik
untuk mengakomodasi kebutuhan listrik
nasional. Hal ini bertujuan agar kesejahteraan
masyarakat, dengan menggunakan prinsip

62

Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

konversi energi dan menggunakan sumber angin Generator ini dapat mengubah
daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin. energi gerak menjadi energi listrik. Prinsip
Walaupun sampai saat ini pembangunan turbin kerjanya dapat dipelajari dengan
angin masih belum dapat menyaingi menggunakan teori medan
pembangkit listrik konvensional (Contoh: elektromagnetik.
PLTD,PLTU,dll), turbin angin masih lebih Singkatnya, (mengacu pada salah
dikembangkan oleh para ilmuwan karena satu cara kerja generator) poros pada
dalam waktu dekat manusia akan dihadapkan generator dipasang dengan material
dengan masalah kekurangan sumber daya alam ferromagnetik permanen. Setelah itu
tak terbaharui.(Contoh : batubara, minyak disekeliling poros terdapat stator yang
bumi) sebagai bahan dasar untuk bentuk fisisnya adalah kumparan-
membangkitkan listrik. kumparan kawat yang membentuk loop.
Perhitungan daya yang dapat dihasilkan oleh Ketika poros generator mulai berputar
sebuah turbin angin dengan diameter kipas r maka akan terjadi perubahan fluks pada
adalah stator yang akhirnya karena terjadi
! perubahan fluks ini akan dihasilkan
! = !"! ! ! ! (3)
!
tegangan dan arus listrik tertentu.
Dimana :
Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan
ρ : kerapatan angin pada waktu tertentu
ini disalurkan melalui kabel jaringan
υ : kecepatan angin pada waktu tertentu
listrik untuk akhirnya digunakan oleh
R : jari-jari rotor
masyarakat. Tegangan dan arus listrik
Dikalikan dengan 0,2 atau 0,3 untuk yang dihasilkan oleh generator ini berupa
mendapatkan hasil yang cukup eksak. Prinsip AC(alternating current) yang memiliki
dasar kerja dari turbin angin adalah mengubah bentuk gelombang kurang lebih
energi mekanis dari angin menjadi energi putar sinusoidal.
pada kincir, lalu putaran kincir digunakan 4. Penyimpan energy
untuk memutar generator, yang akhirnya akan Karena keterbatasan adanya
menghasilkan listrik. ketersediaan akan energi angin (tidak
sepanjang hari angin akan selalu tersedia)
Sebenarnya prosesnya tidak semudah itu,
maka ketersediaan listrik pun tidak
karena terdapat berbagai macam sub-sistem
menentu. Oleh karena itu digunakan alat
yang dapat meningkatkan safety dan efisiensi
penyimpan energi yang berfungsi sebagai
dari turbin angin, yaitu :
back-up energi listrik. Ketika beban
1. Gearbox penggunaan daya listrik masyarakat
Alat ini berfungsi untuk mengubah meningkat atau ketika kecepatan angin
putaran rendah pada kincir menjadi suatu daerah sedang menurun, maka
putaran tinggi. Biasanya Gearbox yang kebutuhan permintaan akan daya listrik
digunakan sekitar 1:60. tidak dapat terpenuhi.
2. Brake System Oleh karena itu kita perlu
menyimpan sebagian energi yang
Digunakan untuk menjaga
dihasilkan ketika terjadi kelebihan daya
putaran pada poros setelah gearbox agar
pada saat turbin angin berputar kencang
bekerja pada titik aman saat terdapat angin
atau saat penggunaan daya pada
yang besar. Alat ini perlu dipasang karena
masyarakat menurun. Penyimpanan energi
generator memiliki titik kerja aman dalam
ini diakomodasi dengan menggunakan alat
pengoperasiannya. Generator ini akan
penyimpan energi. Contoh sederhana yang
menghasilkan energi listrik maksimal pada
dapat dijadikan referensi sebagai alat
saat bekerja pada titik kerja yang telah
penyimpan energi listrik adalah aki mobil.
ditentukan. Kehadiran angin di luar
Aki mobil memiliki kapasitas
duguaan akan menyebabkan putaran yang
penyimpanan energi yang cukup besar.
cukup cepat pada poros generator,
Aki 12 volt, 65 Ah dapat dipakai untuk
sehingga jika tidak di atasi maka putaran
mencatu rumah tangga (kurang lebih)
ini dapat merusak generator. Dampak dari
selama 0.5 jam pada daya 780 watt.
kerusakan akibat putaran berlebih
Kendala dalam menggunakan alat ini
diantaranya : overheat, rotor breakdown,
adalah alat ini memerlukan catu daya DC
kawat pada generator putus karena tidak
(Direct Current) untuk meng-
dapat menahan arus yang cukup besar.
charge/mengisi energi, sedangkan dari
3. Generator generator dihasilkan catu daya AC
Ini adalah salah satu komponen (Alternating Current). Oleh karena itu
terpenting dalam pembuatan sistem turbin diperlukan rectifier-inverter untuk

63

Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

mengakomodasi keperluan ini. Rectifier- IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


inverter akan dijelaskan berikut. Energi yang dihasilkan turbin angin
5. Rectifier-inverter dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, kecepatan
Rectifier berarti penyearah. angin, ketinggian dan karakteristik daerah lokasi
Rectifier dapat menyearahkan gelombang dimana data
sinusodal(AC) yang dihasilkan oleh kecepatan angin diambil Simulator turbin angin
generator menjadi gelombang DC. pada penelitian ini mengacu pada model generator
Inverter berarti pembalik. Ketika induksi. Adapun tinjaun lokasi penelitian ini studi
dibutuhkan daya dari penyimpan kasus Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang
energi(aki/lainnya) maka catu yang berada di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan.
dihasilkan oleh aki akan berbentuk Dengan simulasi ini, pengguna dapat
gelombang DC. Karena kebanyakan mengobservasi karakteristik daya listrik turbin
kebutuhan rumah tangga menggunakan angin, misalnya dengan menampilkan daya mesin
catu daya AC , maka diperlukan inverter generator dan karakteristik torsi berdasarkan
untuk mengubah gelombang DC yang variabilitas kecepatan angin.
dikeluarkan oleh aki menjadi gelombang
AC, agar dapat digunakan oleh rumah 1. Prinsip kerja dari Pembangkit Listrik
Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau
III. METODE PENELITIAN sering juga disebut dengan Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu (PLTB) adalah salah satu pembangkit
Metode penulisan jurnal ini dilakukan dengan
listrik energi terbarukan yang ramah lingkungan
beberapa metode yaitu studi literatur, observasi
dan memiliki efisiensi kerja yang baik jika
data serta wawancara. Secara singkat diagram alir
dibandingkan dengan pembangkit listrik energi
penelitian adalah
terbarukan lainnya. Sistem pembangkitan listrik
Sebagai berikut:
menggunakan angina sebagai sumber energy
merupakan ssitem alternatif yang sangat
MULAI
berkembang pesat, mengingat angin merupakan
salah satu energi yang tidak terbatas di alam.
Studi Literatur Prinsip kerja PLTB adalah dengan memanfaatkan
energi kinetik angin yang masuk ke dalam area
efektif turbin untuk memutar baling-baling/kincir
Pengumpulan Data : angin, kemudian energi putar ini diteruskan ke
· Data perencanaan proyek PLTB Sidrap generator untuk membangkitkan energi listrik.
· Data potensi kecepatan angin sulawesi
selatan Energi angin memutar turbin angin.
· Data teknis tiap komponen PLTB, Turbin angin bekerja berkebalikan dengan kipas
turbin angin ,baterai, inverter, gearbox,
brake system, generator, tower angin (bukan menggunakan listrik untuk
menghasilkan listrik, namun menggunakan angin
untuk menghasilkan listrik). Kemudian angin akan
memutar sudut turbin, lalu diteruskan untuk
Permodelan sistem pembangkitan PLTB Sidrap
memutar rotor pada generator di bagian belakang
dengan menggunakan MATLAB SIMUINK turbin angin. Generator mengubah energi gerak
menjadi energi listrik dengan teori medan
elektromagnetik, yaitu poros pada generator
dipasang dengan material ferromagnetik permanen.
Tidak Setelah itu di sekeliling poros terdapat stator yang
Simulasi Memenuhi bentuk fisisnya adalah kumparan-kumparan kawat
yang membentuk loop. Ketika poros generator
mulai berputar maka akan terjadi perubahan fluks
YA
pada stator yang akhirnya karena terjadi perubahan
fluks ini akan dihasilkan tegangan dan arus listrik
Analisis hasil simulasi
tertentu. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan
ini disalurkan melalui kabel jaringan listrik untuk
akhirnya digunakan oleh masyarakat. Tegangan
dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini
SELESAI berupa AC (alternating current) yang memiliki
bentuk gelombang kurang lebih sinusoidal. Energi
Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai
Gambar 1. Flowchart Penelitian sebelum dapat dimanfaatkan.

64

Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

pada daya output (daya aktif) saat sudut 0 adalah


1.
Simulasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu konstan.(7) Daya keluaran dari turbin angin tidak
a. Karakteristik daya turbin angin bergantung pada kecepatan angin, sehingga ketika
Berikut adalah grafik hasil simulasi output generator kecepatan angin berubah, daya output tetap seperti
dengan input pitch angle 0° pada gambar. Daya maksimum untuk turbin angin
yang dirancang dalam penelitian ini adalah 2,5 MW.

2. Simulasi MATLAB R2017a

Gambar 2 Sudut pitch 0°, untuk kecepatan angin sama dengan


8,5 m/s dan daya output 2,5MW

Gambar. 5 Rangkaian simulasi wind turbin

Gambar 5. Rangkaian simulasi wind turbin

Pada penelitian ini, input dari blok turbin angin


adalah kecepatan angin, pitch angle, dan kecepatan
generator.Dimana pitch angle selalu bernilai tetap dan
kecepatan generator diatur mengikuti karakteristik dari
turbin angin. Pada penelitian ini, pemodelan system
pembangkit listrik tenaga angin secara keseluruhan
ditunjukkan pada Gambar 4
Pengambilan data di lakukan dengan menambkan block
scope dan juga display pada masing masing pembangkit
dan juga beban untuk mengamati tegangan dan arus
Gambar 3 Sudut pitch 0°, untuk kecepatan angin sama yang dihasilkan seperti yang terlihat pada Setelah
dengan 10 m/s dan daya output 2,5MW dirangkai sesuai dengan (lampiran 1) maka di peroleh
data sebagai berikut.

Gambar.6 Ouput Daya Aktif Generator (P)

Hasil Simulasi pada display menunjukkan bahwa


Gambar 4 Sudut pitch 0°, untuk kecepatan angin sama - Pada jangkauan waktu 0-1 detik output daya aktif
dengan 12 m/s dan daya output 2,5MW bernilai 0.5 MW
- Pada jangkauan 1-4 detik output daya aktif bernilai
Dalam penelitian ini, kita dapat melihat 2 MW
pengaruh perubahan kecepatan angin

65

Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

- Hasil akhir grafik yaitu output daya aktif Turbin diperoleh tidak memiliki perbedaan yang signifikan
angin sebesar 2,636 MW. dengan data di lapangan.

Persentase error UCAPAN TERIMA KASIH


!"#$"# !"#" !"#$% !"#$%&!" !"#$"% Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
! 100%
!"#$"# !"#" !"#$% !"# PT. PLN Unit Pelayanan Transmisi (UPT) wilayah
2,63 !" SULSELRABAR.
= ! 100% = 1.052 %
2,5 !"
REFERENSI
[1] Hidayat Taufik. Tesis : Simulasi Sistem
Pembangkit Listrik Hibrid Dengan Pemanfaatan
Potensi Energi Terbarukan Di Kampus UI, Depok.
1997.
[2] Asy’ari. H. 2010, Pemanfaatan Potensi Angin
untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin Skala
Kecil, Simposium RAPI IX, UMS, Surakarta.
[3] Almukhtar. “Effect of drag on the performance for
an efficient wind turbine blade design” Energy
Procedia 18 (2012) 404-415.
[4] Yishuang Qi, Qingjin Meng “The application of
fuzzy PID Control in Pitch Wind Turbine” 2012
international conference on future energy,
environment, and materials. Energy procedia 16
(2012) 1635-1641.
Gambar 7. Output daya reaktif generator (Q)

Hasil Simulasi pada display menunjukkan


bahwa Pada jangkauan waktu 0-2 detik output daya
reaktif bernilai 1.5 Var Pada jangkauan 2-4 detik output
daya reaktif bernilai 0,8 Var
Hasil akhir grafik yaitu output daya reaktif Turbin angin
sebesar 1,288 Var
Persentase error
!"#$"# !"#" !"#$%&' !"#$%&!" !"#$"%
! 100%
!"#" !"#$"# !"#
1,288 !"
= ! 100%
1,113941 !"
= 1.156%
Hasil dari simulasi tidak mengalami perbedaan
yang signifikan dengan daya output dari PLN. Adanya
perbedaan ini dikarenakan kinerja alat yang kurang
maksimal.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitia, dari simulasi yang


telah didapatkan maka dapat diambil kesimpulan yaitu
Prinsip Kerja Turbin Angin Prinsip kerja dari turbin
angin cukup sederhana yaitu energi angin yang memutar
blade dari turbin angin, kemudian diteruskan untuk
memutar rotor pada generator, sehingga akan
menghasilkan energi listrik. Dalam hal ini tegangan AC
yang dihasilkan oleh generator akan di konversikan
menjadi tegangan DC untuk selanjutnya dihubungkan
pada DC Bus beban. Adapun dari hasil simulasi dari
turbin angin, perolehan daya aktif, hasil akhir grafik
yaitu output daya aktif Turbin angin sebesar 2,636 MW.
Perolehan daya aktif, hasil akhir grafik yaitu output daya
reaktif Turbin angin sebesar 1,288 Var. Hasil yang

66

Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Analisis Kestabilan Transient Generator Sinkron


pada PLTU Bosowa Energi Jeneponto
Surachman Adriansyah 1), Sofyan2), Alimin L. 3)
1,2,3)
Jurusan Teknik Elektro
1
anchaadry@gmail.com
2
sofyantato.pnup@gmail.com
3
daudealimin@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kestabilan frekuensi dan tegangan terhadap sistem saat diberi beban dan
berapa waktu yang diperlukan sistem untuk kembali stabil ketika mengalami perubahan beban yang menyebabkan
terjadinya fluktuasi frekuensi dan tegangan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganalisis hasil simulasi
pengendali Load Frequency Control (LFC) dan Automatic Voltages Regulator (AVR) pada Simulink Matlab untuk
mensimulasikan pengaruh perubahan beban terhadap keluaran frekuensi dan tegangan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sistem yang mengalami perubahan beban yang semakin tinggi akan membuat fluktuasi frekuensi mengalami
penurunan yang besar dan waktu yang diperlukan sistem untuk mencapai kestabilan cenderung konstan. Hasil penelitian
yang diperoleh yaitu nilai keluaran frekuensi adalah antara 45 – 46 Hz pada kondisi perubahan beban 10% dan 15% diatas
beban normal serta 10% dan 15% dibawah beban normal dari nilai frekuensi standar 50 Hz.dan waktu yang dibutuhkan
sistem untuk kembali stabil saat terjadi gangguan adalah konstan pada waktu 10 s.

Keywords: Transient, Fluktuasi frekuensi dan tegangan, (LFC) Load Frequency Control, (AVR) Automatic Voltages
Regulator.

Adapun klasifikasi kestabilan sistem tenaga secara garis


I. PENDAHULUAN
besar dapat dilihat pada bagan berikut :
Sistem tenaga listrik yang baik adalah sistem tenaga
yang dapat melayani beban secara berkelanjutan.
Kestabilan Sistem
Stabilitas suatu sistem tenaga listrik adalah kemampuan Tenaga
dari sistem untuk kembali normal setelah mengalami
gangguan. Masalah stabilitas terkait dengan penilaian
Kestabilan Sudut Kestabilan Kestabilan Tegangan
mesin sinkron setelah gangguan, secara umum dibagi Rotor Frekuensi
dalam dua kategori utama, yaitu stabilitas steady state dan
stabilitas transient. Kestabilan
Kestabilan Kestabilan Kestabilan
Berdasarkan masalah stabilitas yang ada, penelitian Transient Waktu Waktu Tegangan Pada
ini bertujuan untuk Menganalisis kestabilan frekuensi dan Sedang Panjang Gangguan
Besar
tegangan terhadap sistem saat diberi beban dan
mengetahui waktu yang diperlukan sistem untuk kembali Kestabilan
Sinyal Kecil Kestabilan
normal, dengan cara melakukan simulasi dari data yang Tegangan Pada
diinput pada Simulink MATLAB berupa data konstanta Kestabilan tak Kestabilan Gangguan Kecil
waktu governor, konstanta waktu turbin, dan lain-lain. Berisolasi Berisolasi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan kajian dalam meningkatkan pengembangan pada
Mode Mode Mode Mode
bidang kelistrikan khususnya kestabilan sistem tenaga Pembangkit
Interarea Kontrol Torsional
listrik. Lokal

II. KAJIAN LITERATUR


Gambar 1. Klasifikasi Kestabilan Sistem Tenaga
A. Kestabilan Sistem Tenaga Listrik.
Stabilitas suatu sistem tenaga listrik adalah B. Generator Sinkron.
kemampuan dari sistem itu untuk kembali bekerja secara Generator arus bolak-balik atau disebut dengan
normal setelah mengalami suatu gangguan. Sebaliknya alternator adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk
ketidakstabilan suatu sistem adalah kehilangan sinkron mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik
dari sistem itu. Jadi masalah stabilitas terkait dengan dengan perantara induksi medan magnet[2]. Alternator
penilaian mesin sinkron setelah gangguan. masalah berfungsi membangkitkan tenaga listrik dan ditempatkan
stabilitas secara umum dibagi dalam dua kategori utama, dipusat –pusat pembangkitan tenaga listrik, seperti PLTA,
yaitu stabilitas steady state dan stabilitas transient[1]. PLTD, PLTU, PLTGU, PLTN dan lainnya.

67
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Seperti mesin listrik lainnya, alternator juga bekerja keluaran dari exciter ini akan berubah-ubah tergantung
berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Apabila dengan tegangan keluaran dari generator yang dibebani[4].
rotor alternator diputar pada kecepatan konstan, fluks
magnetik yang dihasilkan arus eksitasi pada belitan medan
rotor menginduksikan tegangan pada belitan jangkar
stator. Tegangan induksi stator ini meningkat secara linier
sesuai dengan peningkatan arus eksitasi hingga terjadi
saturasi (kejenuhan) pada inti rotor. Apabila terminal
stator dihubungkan dengan beban, akan mengalir arus
pada belitan jangkar stator, dan terjadilah transfer daya
listrik dari alternator ke beban.

Gambar 4. Model Kendalian AVR

III. METODE PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di PLTU Bosowa Energi
Jeneponto, Desa Punagayya, Bangkala, Kabupaten
Jeneponto, Sulawesi Selatan. Penelitian hanya membahas
tentang analisis hasil simulasi pengendali Load Frequency
Control (LFC) dan Automatic Voltages Regulator (AVR)
pada beban normal, 10% dan 15% diatas beban normal
serta 10 % dan 15% dibawah beban normal menggunakan
Simulink MATLAB dengan mengabaikan rugi-rugi daya.
Data diperoleh berdasarkan hasil observasi langsung
Gambar
dan wawancara karyawan PLTU Bosowa Energi
2. Bentuk Sederhana Kontruksi Generator Sinkron Jeneponto. Setelah mengumpulkan data terkait pusat
pembangkit, langkah selanjutnya adalah membuat
C. Load Frequency Control (LFC) pemodelan generator pada Simulink MATLAB. Data dari
Load Frequency Control (LFC) Merupakan suatu keluaran Simulink MATLAB tersebut kemudian dianalisis
sistem yang digunakan untuk menjaga fluktuasi yang sehingga diperoleh data berupa frekuensi dan tegangan
ditimbulkan oleh perubahan beban. LFC memiliki tujuan keluaran pada generator.
yang harus dicapai dalam pengoperasian sistem tenaga,
terutama untuk menjaga variasi frekuensi sistem dalam IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
pembagian beban yang harus dipikul oleh tiap generator
selama proses pertukaran daya untuk memenuhi
kebutuhan beban yang telah dijadwalkan[3].

Gambar 3. Model Kendalian LFC

D. Automatic Voltage Regulator (AVR)


Automatic Voltage Regulator (AVR) adalah sebuah
perangkat pengatur tegangan yang digunakan pada
generator sinkron untuk menyetabilkan tegangan keluaran
yang dihasilkan. Prinsip kerja yang digunakan pada sistem
penyetabilan tegangan ini adalah dengan mengatur
tegangan keluaran DC dari exciter untuk kemudian Gambar 5. Respon Sistem saat Kondisi Beban Normal
diinjeksikan ke lilitan medan generator atau yang biasa
disebut dengan eksitasi atau penguatan. Karena Saat beban dinaikkan 1.562 p.u pada detik ke 20
pengaturan sistem tegangan dari AVR ini maka tegangan sampai 60 terjadi perubahan frekuensi menjadi -0.105 p.u

68
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

dan perubahan tegangan menjadi 0.536 p.u. Selanjutnya !!"# !!!"#$%


= x100%
!!"#$%
beban diturunkan 1.562 p.u saat mencapai detik ke 120 !.!"!!!.!"!#
sampai 160 sehingga terjadi perubahan frekuensi menjadi = x100%
!.!"!!
0.115 p.u dan perubahan tegangan menjadi 0.469 p.u. = 49.00%
1. Menghitung deviasi frekuensi menggunakan
persamaan : 4. Menghitung nilai maksimum overshoot dan settling
−∆P! −1.562 time.
∆ω!! = =
1 1
D+ 0.8 +
R 0.05
∆ω!! = −0.075 p. u

2. Menghitung nilai frekuensi :

∆f = ∆ω!! ∗ 50
∆f = −0.075 ∗ 50
∆f = −3.75 Hz
f = 50 + ∆f
f = 50 − 3.75
f = 46.25 Hz
3. Menghitung nilai maksimum overshoot dan settling
time.

Gambar 7. Maksimum Overshoot Dan Settling Time Kondisi


Normal

Frekuensi : 10 s
Tegangan : 10 s

5. Menghitung nilai tegangan keluaran


V = Cmax * Vdasar
= 1.020 * 13800
= 14076 V
Hasil respon sistem terhadap frekuensi dan tegangan
akibat perubahan beban pada tiap kondisi pembebanan
dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Gambar 6. Maksimum Overshoot dan Settling Time Kondisi
Normal Tabel 1. Nilai Frekuensi dan Tegangan Terhadap Perubahan
Beban
!"#$%&'& !"#$%ℎ!!" frekuensi:
Cmax = 0.110
Cfinal = Cmax x 2% Beban Frekuensi Tegangan
= 0.110 x 0.02 (p.u)
∆ω!! (p.u) Hz p.u V
= 0.0022
! !! 1.562 -0.075 46.25 1.020 14076
= !"# !"#$% x100%
!!"#$% 1.718 -0.082 45.90 1.075 14835
!.!!"!!.!!""
= x100% 1.796 -0.086 45.70 1.102 15207.6
!.!!""
= 49.00 % 1.327 -0.063 46.85 0.936 12916.8
!"#$%&'& !"#$%ℎ!!" tegangan: 1.405 -0.067 46.65 0.964 13303.2
Cmax = 1.020
Cfinal = Cmax x 2% Hasil perhitungan nilai overshoot dan penentuan settling
= 1.020 x 0.02 time terhadap frekuensi dan tegangan pada tiap kondisi
= 0.0204 pembebanan dapat dilihat dari tabel berikut ini :

69
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Tabel 2. Nilai Overrshoot dan Settling time Terhadap Perubahan Generator PLTA Cirata Unit 2. Semarang: Jurusan
Beban Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Frekuensi Tegangan Diponegoro.
Beban [4] Ponggawa, V. (2010). Studi Stabilitas Transient
(p.u) Overshoot Settling Overshoot Settling
Generator Sinkron. Makassar: Program Pasca
(%) time (s) (%) time (s) Sarjana Universitas Hasanuddin.
1.562 49.00 10 49.00 10
1.718 49.83 10 49.00 10
1.796 49.80 10 49.09 10
1.327 49.52 10 49.05 10
1.405 49.00 10 49.20 10

Berdasarkan kedua tabel diatas, dapat diketahui


bahwa nilai keluaran frekuensi dan tegangan bergantung
pada nilai gangguan, dalam hal ini didefinisikan sebagai
pembebanan. Begitupun dengan nilai overshoot dan
Settling Time menunjukkan nilai yang konstan pada tiap
kondisi. Nilai overshoot konstan pada angka 49 % dan
nilai Settling Time konstan pada angka 10 s yang terjadi
pada pada waktu 160 s – 170 s.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil simulasi dan pembahasan pada
bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Nilai keluaran frekuensi adalah antara 45 – 46 Hz
pada kondisi perubahan beban 10% dan 15% diatas
beban normal serta 10% dan 15% dibawah beban
normal darri nilai frekuensi standar 50 Hz.
2. Waktu yang dibutuhkan sistem untuk kembali stabil
saat terjadi gangguan adalah konstan pada waktu 10 s,
dimana perubahan respon sistemnya dapat dilihat
antara 160s dan 170s pada setiap kondisi
pembebanan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Politeknik Negeri Ujung Pandang yang telah
mewadahi penulis dalam meningkatkan pengetahuan
khususnya dibidang kelistrikan.
2. Kedua orang tua tercinta dan ketiga saudara yang
selalu memotivasi penulis.

REFERENSI
[1] Cekdin, C. (2007). Sistem Tenaga Listrik.
Palembang: ANDI.
[2] Syarifuddin. (2013). Mesin Arus Bolak-Balik.
Makassar: PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK
NEGERI UJUNG PANDANG .
[3] Dini Yasa Istiqomah, A. T. (2014). Analisa Indeks
Kekuatan Sistem Untuk Penggunaan Load Frequency
Control (LFC) pada fungsi SCADA di PT. PLN
(Persero) P3B JB dengan Mengamati Respon Daya

70
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Studi Efisiensi Penggunaan Electrostatic Precipitator (ESP) pada PT.


Makassar Tene
Vivi Yulianti1)
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
Jl. Perintis Kemerdekaan km.10 Tamalanrea Makassar 90245 Indonesia
E-mail: viviyulianti435@gmail.com

Abstrak
Pembangkit listrik tenaga uap batu bara menghasilkan abu dari pembakaran di boiler yang keluar melalui
cerobong asap yang bercampur dengan udara. Abu dari pembakaran batubara dalam boiler menghasilkan abu terbang yang
dapat menjadi sumber pencemar udara. Maka dari itu diperlukan alat untuk menangkap abu hasil pembakaran tersebut agar
tidak mencemari udara yaitu dengan menggunakan electrostatic precipitator (ESP). Skripsi ini bertujuan untuk
menjelaskan bagaimana penerapan cara kerja ESP pada PT. Makassar Tene, mengetahui indeks maksimum yang biasa
keluar melalui cerobong asap dan meminimalisir abu yang keluar. Sehingga mampu meningkatkan kinerja ESP
berdasarkan besarnya tegangan yang digunakan untuk perubahan emisi. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan bahwa
semakin besar emisi ke dalam ESP, semakin besar tegangan yang diperluka, yang merupakan tegangan maksimum aktual
76 kV dan emisi maksimum yang masuk (30 mg / Nm3), serta efisiensi ESP juga dipengaruhi oleh tegangan yang
dihasilkan, semakin besar tegangan yang dihasilkan maka efisiensi akan meningkat

Keywords: Electrostatic Precipitator (ESP),Tegangan, Abu

II. KAJIAN LITERATUR


I. PENDAHULUAN A. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pada Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Tenaga Listrik terdapat peralatan
boiler memegang peranan penting dalam menghasilkan elektrikal, mekanikal, dan bangunan kerja. Terdapat juga
energi listrik. Namun pada saat boiler/ketel uap beroperasi komponen-komponen utama pembangkitan yaitu
untuk mengubah air menjadi uap dengan cara pembakaran generator, turbin yang berfungsi untuk mengkonversi
menggunakan serbuk batu bara akan terjadi kotoran energi (potensi) mekanik menjadi energi (potensi)
berupa debu batubara yang berterbangan didalam listrik.Berikut gambar PLTU di PT. Makassar Tene:
boiler/ketel yang pada akhirnya akan dibuang ke udara
terbuka melalui cerobong asap. Untuk sebuah PLTU
membutuhkan bahan bakar batu bara dalam jumlah besar.
Jumlah emisi bahan bakar berupa gas buang dan
partikulat hasil pembakaran yang ditimbulkan merupakan
hal penting yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. Perlu
sebuah penanganan untuk mengatasi ekses dari hasil
pembakaran yang merupakan komponen pencemar udara.
Partikulat hasil pembakaran tidak dapat langsung
dibuang keudara bebas, melainkan ditangkap oleh unit
Electrostatic Precipitator (ESP). PLTU PT. Makassar
Tene telah menggunakan ESP sejak beroperasi yaitu pada
tahun 2009 sampai sekarang. Namun, terkadang pada saat Gambar 1. PLTU PT. Makassar Tene
tertentu abu yang keluar dari cerobong asap masih terlihat (Sumber data : PT. Makassar Tene)
banyak ketika dilihat dari dekat. Ambang batas gas buang
yang ditetapkan oleh standar BAPEDAL adalah sebesar B. Batu Bara
230 mg/Nm3. Batubara adalah bahan bakar fosil. Batubara
Studi tentang efisiensi penggunaan ESP sangat perlu dapat terbakar, terbentuk dari endapan, batuan organik
dilakukan untuk mengetahui dan meminimalisir gas buang yang terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
yang keluar dari cerobong asap PLTU agar sesuai dengan Batubara terbentuk dari tumbuhan yang telah
indeks maksimum debu yang diperbolehkan. Sebagai terkonsolidasi antara strata batuan lainnya dan diubah oleh
solusi dari permasalahan tersebut, maka penulis kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan
melakukan penelitian dengan judul “Studi Efisiensi tahun sehingga membentuk lapisan batubara. ADapun
Penggunaan Electrostatic Precipitator (ESP) pada PT. gambar batu bara pada umumnya adalah :
Makassar Tene”.

71
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

banyak debu, dan debu tersebut akan terbawa bersama gas


buang menuju cerobong. Sebelum gas buang tersebut
keluar melalui cerobong, maka gas buang tersebut akan
melewati kisi-kisi suatu sistem ESP. Adapun gambaran
secara umum ESP adalah :

Gambar 2. Batu bara: (1) Lignite, (2) Bitumen, dan (3) Antrasit
(Sumber data : http://4.bp.blogspot.com)
Gambar
Gasifikasi batubara adalah sebuah proses untuk 4 Sistem Electrostatic Precipitator (ESP)
mengubah batubara padat menjadi gas batubara yang (sumber : www.flowvision-energy.com)
mudah terbakar (combustible gases), setelah proses
pemurnian gas-gas karbon monoksida (CO), karbon
dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen
(N2) akhirnya dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Hanya menggunakan udara dan uap air sebagai reacting
gas kemudian menghasilkan water gas atau coal gas,
gasifikasi secara nyata mempunyai tingkat emisi udara
ataupun abu hasil pembakaran.
C. Abu
Abu adalah material padat yang tersisa setelah
terjadinya proses pembakaran. Dalam jumlah banyak, abu Gambar 5. Bagian-Bagian dari Electrostatic Precipitator (ESP)
menjadi salah satu polutan yang sangat berbahaya jika (sumber : http://www.tapc.com)
bercampur dengan atmosfer. Salah satu penghasil polusi
abu yang cukup tinggi adalah boiler. Setiap boiler yang Cara kerja dari electrostatic precipitator (ESP) adalah:
menggunakan bahan bakar fosil (kecuali gas alam) pasti melewatkan gas buang (flue gas) melalui suatu medan
menghasilkan emisi abu. Bahan bakar fosil yang paling listrik yang terbentuk antara discharge electrode dengan
banyak mengandung abu adalah batubara. Kandungan abu plat pengumpul, flue gas yang mengandung butiran debu
di dalam batubara berkisar antara 5-30% tergantung dari pada awalnya bermuatan netral dan pada saat melewati
jenisnya serta proses penambangannya. Berikut abu yang medan listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi
terlihat melaui mikrosko sebagai berikutp sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan negatif
(-). Partikel debu yang sekarang bermuatan negatif (-)
kemudian menempel pada pelat-pelat pengumpul
(collector plate), lihat gambar 4. Debu yang dikumpulkan
di pelat pengumpul dipindahkan kembali secara periodik
dari pelat pengumpul melalui suatu getaran (rapping).
Debu ini kemudian jatuh ke bak penampung (ash hopper),
lihat gambar 1 dan 2, dan ditransport (dipindahkan) ke fly
ash silo dengan cara di vacum atau dihembuskan.dan
beban statis (lumped load).
E. Komponen Electrostatic Precipitator (ESP)
1. Screen Inlet
Gambar 3 Abu yang dihasilkan dari Boiler Screen Inlet digunakan untuk menyaring debu yang
(sumber : http://www.tapc.com) masuk dari hasil pembakaran oleh boiler.
2. Penangkap Debu
Adapun ambang batas gas buang yang ditetapkan oleh Di dalam ESP terdapat dua jenis elektroda, yaitu
standar BAPEDAL adalah sebesar 230 mg/Nm3. discharge electrode yang bermuatan negatif (-) dan
D. Electrostatic Precipitator (ESP) collecting electrode yang bermuatan positif (+).
Electrostatic Precipitator (ESP) adalah salah satu a. Discharger Electrode
alternatif penangkap debu dengan effisiensi tinggi Discharge Electrode berfungsi untuk mengionisasi
(mencapai diatas 90%) dan rentang partikel yang didapat partikel debu sehingga partikel debu bermuatan
cukup besar. Dengan menggunakan ESP ini, jumlah negatif.
limbah debu yang keluar dari cerobong diharapkan hanya b. Collecting Electrode
sekitar 0,48 % (efektifitas penangkapan debu mencapai Colecting electrode berfungsi untuk menangkap
99,52%), ukuran partikel debu terkecil yang diperoleh < 2 partikel abu yang bermuatan negatif. Colecting
µ. Hasil pembakaran di ruang bakar tersebut mengandung electrode terbuat dari pelat baja dan dipasang sejajar.

72
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Berikut gambar discharger electrode dan collecting !!"#"!$!! !


!"#$%!&!
Erata-rata = (2)
electrode di dawah : !
3. Rapping
Rapping berfungsi menjatuhkan debu yang sudah G. Kecepatan Migrasi Partikel (ω)
menempel pada Collecting electrode dengan cara Kecepatan migrasi partikel adalah kecepatan gerak
memberikan getaran atau dipukul/diketuk. Rapping dibagi partikel ketika diberi muatan negatif bergerak menuju
menjadi dua bagian yaitu : elektroda pelat pengumpul. Variabel yang
mempengaruhinnya yaitu ukuran partikel, kuat medan
a. Rapping Collecting Electrode listrik dan viskositas gas. sehingga kecepatan migrasi
Rapping Collecting Electrode berfungsi partikel dapat dinyatakan dengan persamaan:
untuk memukul Collecting electrode secara !! !"!!!!
periodik agar abu yang sudah menempel pada !=2 (3)

Collecting Electrode jatuh ke Hopper Dimana :
b. Rapping Discharge Electrode ! = Kecepatan migrasi partikel ( m/! )
Rapping Discharger Electrode berfungsi A = Jari-jari partikel (m)
untuk memukul Discharger Electrode secara p = Tekanan (1 atm)
periodik agar abu yang menempel jatuh ke !! = Kuat medan listrik (v/m)
Hopper. Apabila Collecting Electrode dan !! = Kuat medan precipitator (v/m)
Discharger Electrode bersih maka proses Dapat dianggap bahwa !! = !! = E
penangkapan abu di dalam ESP akan lebih baik. µ = Viskositas gas (pascal . detik)
Supaya bisa bekerja masing–masing Rapping !0 = Permittivity (8,85x 10-12 !/!)
digerakkan oleh motor. Ec = Ep
4. Tangki Penampungan Awal (Hopper) Adapun persamaan lain untuk mencari
Tangki penampungan awal (Hopper) digunakan kecepatan migrasi, yaitu :
!
untuk menampung debu yang telah dijatuhkan oleh ! = − !! (1- !) (4)
!
rapping. Dimana:
Tangki Penampungan Akhir (Bunker) ! = Kecepatan migrasi partikel (!/s)
Tangki penampungan akhir berfungsi untuk
Q = Laju aliran gas (!3/s )
menampung debu dari hopper. Kemudian debu dari
A = Luas media penangkap (!2)
bunker akan di transfer ke tempat industri pembuatan
! = Efisiensi ESP
semen.
F. Proses Pembentukan Medan Listrik
H. Efisiensi Pengumpulan Partikel
Proses Pembentukan Medan Listrik Proses
Efisiensi pengumpulan partikel dari sebuah ESP
pembentukan medan listrik; (1) Terdapat dua jenis
pertama dikembangkan secara empiris oleh Elvald
elektroda, yaitu discharge electrode yang bermuatan
Anderson ditahun 1919 dan dikembangkan secara teoritis
negatif dan plat pengumpul bermuatan positif. (2)
oleh W. deutsch di tahun 1922. Persamaan ini dikenal
Discharge electrode diletakkan diantara plat pengumpul
sebagai persamaan Deutsch-Anderson. Adapun persamaan
pada jarak tertentu. (3) Discharge electrode diberi listrik
Deutsch-Anderson sebagai berikut:
arus searah (DC) dengan muatan minus, pada level !"
tegangan antara 55 – 75 Kv DC (sumber listrik awalnya !!! = 1− !− ( ) (5)
!
adalah 380 volt AC, kemudian dinaikkan oleh transformer Dimana:
menjadi sekitar 55 – 75 Kv dan dirubah menjadi listrik DC ! = Kecepatan migrasi partikel (!/! )
oleh inverter), diambil hanya potensial negatifnya saja. (4) A = Luas media penangkapan (!2)
Pelat pengumpul ditanahkan (di-grounding) agar Q = Laju aliran gas (!3/! )
bermuatan positif. (5) Dengan demikian, pada saat e = Bilangan napier (2,718)
discharge electrode diberi arus DC maka medan listrik
terbentuk pada ruang yang berisi tirai-tirai elektroda III. METODE PENELITIAN
tersebut dan partikel-partikel debu akan tertarik pada A.Penelitian ini dilaksanakan di PT Makassar Tene.
pelat-pelat tersebut. Gas bersih akan terus bergerak ke Pada lingkup power plant Di tempat ini penulis
cerobong asap. mengambil acuan sebagai sumber data penelitian selama 3
Adapun persamaan untuk mendapatkan besar bulan yang dilakukan pada tanggal 30 Januari s/d 30 April
kuat medan listrik adalah : 2018
!
Ec = (1) B.Prosedur PenelitianAdapun beberapa prosedur yang
!
Dimana dilakukan, yaitu :
E = Kuat medan Listrik (kV/m) 1. Mengumpulkan data.
V = Tegangan (kV) 2. Analisa dan pengolahan data.
d = Diameter ESP (m) 3. Membuat dan menyajikan solusi untuk
sedangkan untuk mendapatkan besar kuat medan listrik mengetahui cara meminimalisir jumlah indeks
rata-rata yaitu : debu yang keluar melalui cerobong asap.

73
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

4. Memberikan kesimpulan terhadap penelitian Tabel 2. Jumlah Emisi Maksimum


yang diangkat Field Abu (Kg/s)
Masuk Tertangkap Terlepas
ESP 1 146 126 20
START

2 20 14,42 5,58
Pengumpulan Data :
· Spesifikasi ESP
3 5,58 1,27 4,31
·

·
Jumlah Emisi Hasil
Pembakaran di Boiler
Tegangan dan Arus pada ESP
(Sumber data : Power Plant PT. Makassar Tene)

Pengolahan Data :
· Perhitungan Efisiensi ESP
Tabel 3. Tegangan dan Arus Setting
·
·
Abu yang tertangkap resistansi Partikel
Kecepatan Migrasi Partikel Field Tegangan Arus
(kV) (mA)
TIDAK
ESP 1 100 400
Analisis data untuk mengefisiensi

2 100 400
penggunaan ESP dan menentukan
solusi untuk meminimalisir

YA
3 100 400
KESIMPULAN
(Sumber data : Power Plant PT. Makassar Tene)

SELESAI
Tabel 4. Tegangan dan Arus Aktual
Tegangan (KV) Arus (mA)
Gambar 6 Flowchart Penelitian
Field
MIN MAX MIN MAX
C. Metode Pengumpulan Data ESP 1 73,1 84,67 16,08 126,67
Metode pengumpulan data yang dilakukan pada
2 62,14 72,3 18,17 139,33
penelitian ini adalah sebagai berikut :
3 56 65,59 17,5 148,46
1. Survei adalah melakukan kunjungan atau
Rata-Rata 64 76 17 138
pengamatan langsung pada Power Plant PT.
(Sumber data : Power Plant PT. Makassar Tene)
Makassar Tene.
2. Wawancara Yaitu metode pengumpulan data Tabel 5. Spesifikasi ESP
yang dilakukan dengan mengadakan tatap No. Spesifikasi ESP Satuan
muka atau wawancara secara langsung. 1 Diameter (d) 0,15 m
3. Studi Literatur adalah suatu kegiatan yang 2 Permttivity (K0) 8,85 x 10
-12

dilakukan dengan mengadakan studi dari 3 Viskositas gas (µ) 1,8 x 10


-5

buku-buku/pustaka, situs-situs internet dan 4 Laju aliran gas (Q)


3
183,9 m /s
literatur lain yang berkaitan dengan masalah 5 Luas Penampang (A) 11773 m
2

yang dibahas dalam penulisan ini. 6 Efisiensi desain (η) 99,52 %


D. Analisis Data 7 Tekanan (Pa) 0,5 x 10
-6

Dalam penelitian ini metode analisis data yang 8 Bilangan napier (e) 2,718
digunakan adalah analisis deskriptif dengan perhitungan (Sumber data : Power Plant PT. Makassar Tene)
berdasarkan teori.
Tabel 6. Partikulat Minimum dan maksimum yang keluar
3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN No Partikulat (mg/m )
A. Electrostatic Precipitator (ESP) Minimum Maksimum
Electrostatic Precipitator (ESP) adalah salah satu 1 2,78 10
alternatif penangkap debu dengan efisiensi tinggi (Sumber data : Safety room PT. Makassar Tene)
(mencapai 90%) dan rentang partikel yang cukup besar.
Dengan menggunakan ESP ini, jumlah limbah abu yang C. Penerapan Cara Kerja ESP
keluar dicerobong diharapkan hanya sekitar 0,48 % Pada umumnya prinsip kerja electrostatic
(efektifitas penangkapan debu mencapai 99,52%). precipitator (ESP) itu sama yaitu untuk menangkap debu
B. Data Penelitian hasil pembakaran yang berpotensi merusak lingkungan. Di
Berdasarkan data yang didapat melalui hasil survei pada PT. Makassar Tene memiliki pembangkit sendiri yaitu
power plant PT. Makassar Tene adalah : PLTU yang bahan baku nya menggunakan batu bara
dimana hasil pembakarannya keluar melalui cerobong .
Tabel 1. Jumlah Emisi Minimum
Field Abu (Kg/s) D. Menghitung Kuat Medan Listrik dan Kecepatan
Masuk Tertangkap Terlepas Migrasi Partikel berdasarkan Kondisi Aktual
ESP 1 106,48 95,73 10,75 Adapun untuk mendapatkan besar kuat medan
2 10,75 4,81 5,94 listriknya menggunakan persamaan 1 dan 2 yaitu :
3 5,94 3,16 2,78 1. Besar kuat medan listrik pada saat emisi
minimum :
(Sumber data : Power Plant PT. Makassar Tene) ! !"
E= = = 427 kV/m
! !,!"

74
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

2. Besar kuat medan listrik pada saat emisi efisiensi desain dan efisiensi aktual terjadi perbedaan
maksimum : dimana efisiensi desain baik minimum ataupun maksimum
! !" nilai efisensi tegangannya yaitu 99,52%.
E= = = 507 kV/m
! !,!"
Jadi, besar kuat medan listrik rata-rata, yaitu :
!"# !!"#
Erata-rata = = 467 kV/m
!
Sehingga, kecepatan migrasi partikel aktual pada
ESP didapatkan dengan menggunakan persamaan 3 yaitu :
!!! !! !
! !!
ω=
!"
=
(!,!" ! !"!!" ) (!"#$#% ! !"! )
=
!,! ! !"!!
!"#$$%&,!" ! !"!!" Gambar 8 Grafik Abu Masuk, Tertangkap, Terlepas terhadap
= Tegangan
!,! ! !"!!
= 0,036 m/s
Dari hasil perhitungan untuk kecepatan migrasi partikel Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin besar
pada kondisi aktual ESP di PT.Makassar Tene mengalami tegangan maka semakin besar pula jumlah abu atau emisi
penurunan yang disebabkan oleh peralatan yang sudah yang tertangkap oleh ESP. Dan dari tegangan inilah yang
lama dan terjadi korosi pada plat-plat seperti collecting mempengaruhi efisiensi ESP. Berdasarkan grafik diatas
electrode. Dan adanya gesekan rapping yang sebanyak 2,78 g/s campuran abu/emisi, gas buang
mengakibatkan palu atau pemukul kurang maksimal partikulet dan dari 2,78 g/s tersebut gas buang partikulet
bekerja. maksimum yang terlepas ke udara adalah 10 mg/Nm3 yang
E. Menghitung Efisiensi ESP merupakan hasil pengujian oleh Safety room di PT.
Adapun cara untuk mengetahui efisiensi dari ESP Makassar Tene. Artinya indeks gas maksimum yang
dapat diketahui dengan menggunakan persamaan Deutsch- keluar dari cerobong sesuai dengan batas ambang oleh
Anderson, yaitu : kep13/MENLH/3/1995+attachment
!" IIB/kep205/BAPEDAL/07/1996) yaitu sebesar 230
η = 1 – e-( )
!
!,!"# ! !!""#)
mg/Nm3.
= 1 – 2,718-( V PENUTUP
!"#,!
= 1 – 2,718-(2,31) A. Kesimpulan
= 1 – 0,0992 Berdasarkan hasil analaisis yang telah dilakukan maka
= 0,9008 ditarik kesimpulan sebagai berikut :
η = 90,08 % 1. Penerapan cara kerja ESP PLTU PT. Makassar
Tene, tegangan keluaran yang dihasilkan adalah
F. Analisis Jumlah maksimum abu yang tertangkap oleh kurang lebih 60 kV dialirkan ke discharge
ESP electrode sehingga debu yang bermuatan negatif
Dari data yang didapatkan di Power Plant PT. akan ditangkap oleh collecting electrode, abu
Makassar Tene bahwa abu batubara yang masuk adalah yang ditangkap akan dijatuhkan dengan
Tabel 1 Jumlah Emisi Minimum didapatkan efisiensi menggunakan rapping akan ditampung
minimum yaitu 95,54% dan Tabel 2 Jumlah Emisi dipenampungan awal . Ketika penampungan
Maksimum diatas didapatkan efisiensi sebesar 98,1%. awal penuh, gate valve yang dikendalikan oleh
G. Hubungan Efisiensi terhadap Tegangan motor akan terbuka kurang lebih/30 detik dan
Setelah melakukan pengambilan dan analisis akan kembali tertutup apabila penampungan awal
data, maka dibuat grafik perbandingan efisiensi terhadap sudah kosong. Pada saat debu jatuh dari
tegangan dan emisi terhadap tegangan, adalah : penampungan awal kompresor dengan pressure
tinggi akan menyemprot debu ke tempat
penampungan akhir (bunker).
2. Besar indeks maksimum partikulat yang keluar
melalui cerobong asap PLTU PT. Makassar Tene
yaitu sebesar 10 mg/Nm3 dengan tegangan
keluaran maksimum 76 kV dengan ambang batas
sebesar 230 mg/Nm3. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa partikulat yang keluar jauh dari
Gambar 7. Grafik Hunbungan Efisiensi ESP terhadap Tegangan ambang batas yang artinya ESP di PT. Makassar
Tene efisien dengan tegangan keluaran optimum
Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa 76 kV.
tegangan efisiensi aktual minimum dan tegangan aktual 3. Efisiensi ESP tergantung pada tegangan yang
maksimum (rata-rata) adalah 96,8%. Jadi dapat diketahui dibangkitkan semakin besar tegangan maka
bahwa semakin besar tegangan maka akan semakin efisiensi akan naik yang berarti gas yang keluar
mempengaruhi besarnya efisiensi. Tapi dilihat dari melalui cerobong asap sedikit.

75
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

[5] Thomas M Grace,”Recovery Boiler Equipment and


B.Saran Operation”, T.M. Grace Co,Inc. Appleton,
Sebaiknya dilakukan maintenance pada pelat- Wisconsin.
pelat collecting electrode yang mulai berkorosi dan [6] Afrian, Noza. 2015. Anaisis kinerja Electrostatic
rapping yang sudah mulai bengkok seupaya dapat menjaga Precipitator (ESP) berdasarkan tegangan DC yang
efisiensi ESP. digunakan terhadap perubahan emisi pada power
boiler industri pulp and paper. Riau: Universitas
UCAPAN TERIMA KASIH Riau.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan [7] Technology, Hologram. 2013. “Pengertian Batu
terimakasih kepada: Bara”, http://batu-
1. Kedua orang tua atas segala doa, pengorbanan, bara123.blogspot.com/2013/11/pengertian-batu-
motivasi, kasih sayang yang menjadi penggugah bara.html, diakses pada 28 August 2018, 06:59:16.
semangatpenulis. [8] Asrori, Huda Nur. 2018. “Pengertian Batubara dan
Proses Pembentukannya, GEOGRAPHER:
2. Bapak Dr.Ir.H.HamzahYusuf,M.S., selaku Pengertian Batubara dan Proses Pembentukannya,
direktur Politeknik Negeri Ujung Pandang.
GEOGRAPHER”.
3. Ibu Dr.Ir.HafsahNirwana,M.T., selaku Ketua http://ilmunyageografi.blogspot.com/2017/06/pengert
Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung ian-batubara-dan-proses.html. diakses pada 14
Pandang. August 2018, 15:13:47.
4. Bapak Sofyan, M.T., selaku ketua Program
Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Ujung
Pandang.
5. Bapak Ir. Hamma M.T. selaku pembimbing 1
dan Bapak Ir. Ahmad Gaffar M.T., selaku
pembimbing 2 yang telah menyediakan waktu
luangnya dalam penyusunan skripsi ini.
6. Rekan-rekan seperjuangan Angkatan 2014, yang
telah banyak membantu dan berbagi ilmu
kepada penulis.
7. Staff PT. Makassar Tene , Rivai Abdi yang telah
membantu dan menyediakan waktu luangnya
dalam pengambilan data.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.

REFERENSI

[1] Chiang, T. W. 2001. Simulasi electrostatic


precipitator keping sejajar 10 KV DC. Skripsi.
Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen
Petra. Surabaya. [Anonim, “ Operation and
Maintanance Manual ESP Basic”, TAI & Chyun
Association, Inc. Korea.
[2] Whardani, E. M. Sutisna dan A. H. Dewi. 2012.
Evaluasi pemanfaatan abu terbang (Fly ash) batubara
sebagai campuran media tanam pada tanaman tomat
(Solanum lycopersicum). Jurnal Itenas Rekayasa
Institut Teknologi Nasional, Vol. XVI, No. 1. Hal 45.
[dy Rustandi “ Maentenance for ESP, Fly Ash and
Sand Handling System”, PT. Truba Jaya
Engineering.
[3] Mikael, Risberg. 2011. Black Liquar Gasification.
Lulea University of Technology, Sweden.
[4] Politeknik Negeri Ujung Pandang. (2016). Pedoman
Penulisan Proposal dan Skripsi Program Diploma
Empat (D-4). Makassar: Politeknik Negeri Ujung
Pandang.

76
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Studi Aliran Daya Sistem Kelistrikan PT. Makassar Tene


Putri Dwi Asriyani
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
Jl. Perintis Kemerdekaan km.10 Tamalanrea Makassar 90245 Indonesia
E-mail: putridasriyani@gmail.com

Abstrak
Daya listrik akan selalu menuju ke beban, sehingga disebut aliran daya atau aliran beban. Aliran daya, yaitu
penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya aktif, daya reaktif, faktor daya yang terdapat pada setiap simpul atau bus
suatu sistem tenaga listrik. Hal itu dianggap perlu dalam melakukan perhitungan aliran daya untuk mendapatkan data dan
informasi yang berguna dalam merencanakan perluasan sistem tenaga listrik dan dalam menentukan operasi terbaik untuk
jaringan sistem kelistrikan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kondisi aliran daya, rugi-rugi daya (losses) pada
saluran transmisi serta jatuh tegangan pada setiap bus sistem kelistrikan PT. Makassar Tene. Dalam penelitian ini
digunakan software ETAP Power Station 12.6.0 dengan metode Newton-Raphson untuk mempermudah dalam perhitungan
aliran daya. Dari hasil simulasi didapatkan pada swing bus, nilai daya aktif (P) sebesar 7,618 MW, daya reaktif (Q) sebesar
1,288 MVAR, dan daya semu (S) sebesar 7,726 MVA. Dan besar rugi daya untuk daya aktif sebesar 0,124 MW dan untuk
daya reaktif sebesar 1,426 MVAR. Serta besar nilai tegangan jauh dibawah persyaratan yang ditetapkan, yaitu drop
tegangan maksimum (kritis) mempunyai nilai ± 5% dari tegangan nominal.

Keywords: Aliran Daya, Software ETAP Power Station 12.6.0, Metode Newton-Raphson.

I. PENDAHULUAN 2.2 Aliran Daya


Kebutuhan akan sumber daya energi listrik semakin Daya listrik akan selalu menuju ke beban, sehingga
meningkat, begitupun dari sektor industri, hal ini salah disebut aliran daya atau aliran beban. Studi tentang aliran
satunya terjadi di PT. Makassar Tene yang dimana energi daya listrik sangatlah penting karena sebagai perencanaan
listrik diambil dari unit pembangkit energi listrik tenaga perluasan sistem tenaga listrik dan dalam menentukan
uap yang dimiliki PT. Makassar Tene tersebut. Masalah operasi terbaik untuk sistem tenaga listrik [3].
yang terjadi adalah akan masuk beberapa beban baru Aliran daya listrik adalah suatu pembahasan studi
untuk menunjang proses produksi terus mengalami dalam sistem tenaga listrik untuk mengetahui parameter-
peningkatan dan mutu kualitas produknya. Sehingga parameter seperti besarnya losses (rugi-rugi daya,
dengan masuknya penambahan beban baru tersebut, tegangan, dan arus), kemampuan alokasi daya yang
diharapkan masih dapat memadai kebutuhan daya energi dibutuhkan serta memenuhi perkembangan beban
listrik tersebut. merupakan salah satu tujuan dari diadakannya analisis
Hal ini berpengaruh pada sistem kelistrikan PT. aliran daya.
Makassar Tene. Untuk itu, perlu dilakukan analisis aliran 2.3 Konsep Dasar Aliran Daya
daya untuk mengetahui kondisi secara keseluruhan dari Dalam persamaan maupun perhitungan daya, hal
sistem tenaga listrik pada PT. Makassar Tene saat ini. pokok yang harus dipahami adalah dengan memahami
Demikian hal ini dianggap penting dan diangkat sebagai konsep segitiga daya. Berikut ini akan dijelaskan tentang
tugas akhir dalam menyelesaikan studi diploma empat di segitiga daya menggunakan gambar disertai penjelasan
Politeknik Negeri Ujung Pandang. dan perhitungannya [6].
Daya aktif (P) adalah daya listrik yang dibangkitkan
II. KAJIAN LITERATUR di sisi keluaran generator, kemudian termanfaatkan oleh
konsumen, dapat dikonversi ke bentuk energi lainnya
2.1 Sistem Tenaga Listrik seperti energi gerak ataupun dapat diubah kebentuk energi
Sistem tenaga listrik merupakan sebuah sistem listrik. Perlu diingat bahwa tenaga kuda (HP) [5].
kelistrikan yang menyalurkan daya listrik dari pembangkit Sedangkan daya reaktif (Q) adalah suatu besaran
listrik ke konsumen. Daya listrik yang disalurkan tersebut yang digunakan untuk menggambarkan adanya fluktuasi
melalui sebuah jaringan yang disebut dengan jaringan daya pada saluran transmisi dan distribusi akibat
transmisi dan distribusi. Melalui jaringan ini daya listrik dibangkitkannya medan/daya magnetik atau beban yang
dapat dimanfaatkan oleh konsumen. Dalam penyalurannya bersifat. Daya ini memiliki satuan volt-ampere-reaktif
komponen-komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu (VAR) atau kilovar (kVAR) [5].
dari yang lainnya. Sehingga secara umum sistem tenaga Daya semu (S) merupakan jumlah daya total yang
listrik dibagi atas 3 bagian utama, yaitu: pembangkit, terdiri dari daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) [5].
transmisi dan distribusi. Dalam suatu analisis sistem tenaga listrik khususnya
pada analisis aliran daya selalu mengacu pada konsep-
konsep dasar aliran daya sebagai berikut:

77
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

1. Daya Listrik Pada Rangkaian Satu Fasa P = V·I cosφ


Daya yang diserap oleh suatu beban pada setiap saat Untuk :
sama dengan jatuh tegangan (voltage drop) pada beban φ = 60o; maka P = V·I cos (60o) = 0,3 V·I
tersebut dalam volt dikalikan dengan arus yang mengalir φ = 90o; maka P = V·I cos (90o) = 0
lewat beban dalam ampere, jika terminal-terminal beban Arus yang mengalir pada sebuah tahanan akan
digambarkan sebagai a dan n serta jika tegangan dan arus menimbulkan tegangan pada tahanan tersebut, yaitu
dinyatakan dengan, sebesar :
Van = Vmax cos ωt, Ian = Imax cos (ωt-θ) P = Vr·Im cosφ
θ = positif (+), untuk arus langging Keterangan :
θ = negatif(-), untuk arus leading P : daya aktif (Watt)
Maka daya sesaat (S) : Vr : tegangan (Volt)
S = Vmax ⨯ Imax cos (ωt-θ) Im : arus maksimal (Ampere)
S = V⨯ I Cosφ : faktor daya
Vmax ⨯ Imax Vmax ⨯ Imax
S= cosθ (1 + cosωt) + sin θ sin 2ωt Karena tidak ada sudut fasa antara arus dengan
2 2
tegangan pada tahanan, maka sudut φ = 0o. Sehingga:
Atau,
P=V·I
S = |𝑉||𝐼| cosθ(1 + cos 2ωt) + |𝑉||𝐼| sin θ sin 2ωt
Tegangan dikalikan dengan arus disebut daya semu.
Daya rata-rata dibagi daya semu disebut dengan faktor
Keterangan:
|𝑉| dan |𝐼| adalah harga efektif dari tegangan dan arus daya. Untuk arus dan tegangan sinusoid, faktor daya dapat
dihitung:
|𝑉||𝐼| cosθ(1 + cos 2ωt) selalu positif, dengan harga rata- 𝑃 V·I cosφ
rata : Faktor daya = = = cosφ
𝑉·𝐼 𝑉·𝐼
P = |𝑉||𝐼| cosθ φ adalah sudut faktor daya, sudut ini menentukan
|𝑉||𝐼| sin θ sin 2ωt mempunyai harga positif dan negatif kondisi terdahulu atau tertinggal tegangan terhadap arus.
dengan harga rata-rata nol Bila sebuah beban diberikan tegangan, impedansi dari
Q = |𝑉||𝐼| sinθ beban tersebut maka dapat menentukan besar arus dan
Ket : sudut phasa yang mengalir pada beban tersebut. Faktor
P : disebut daya nyata atau aktif (Watt) daya merupakan petunjuk yang menyatakan sifat suatu
Cosθ : disebut faktor kerja beban.
Q : disebut daya reaktif 4. Losses (Rugi Daya)
“positif” untuk beban induktif Konduktor pada bagian penyaluran energi listrik
“negatif” untuk beban kapasitif mempunyai resistansi terhadap arus listrik, jadi ketika
2. Daya Listrik Pada Rangkaian Tiga Fasa sistem beroperasi pada bagian penyaluran ini akan terjadi
Daya yang diberikan oleh generator tiga fasa atau yang rugi daya yang berubah menjadi energi panas. Rugi daya
diserap oleh beban tiga fasa adalah jumlah daya dari tiap- pada gardu induk relatif kecil, sehingga rugi daya dalam
tiap fasa. Pada sistem tiga fasa seimbang berlaku rumus- sistem tenaga listrik dapat dianggap terdiri dari rugi daya
rumus: pada jaringan transmisi dan jaringan distribusi. Jika energi
P = 3VpIpcosθp listrik disalurkan melalui jaringan arus bolak-balik tiga
Q = 3VpIpsinθp fasa, maka rugi daya pada jaringan tersebut adalah:
Ket : ΔP1 = 3·I2·R·L (Watt)
θp : sudut antara arus fasa (lagging) dan tegangan fasa Keterangan :
Hubungan yang terjadi pada rangkaian sistem tiga fasa I : arus konduktor (Ampere)
umumnya ada dua hubungan yaitu hubungan bintang (Y) R : resistansi konduktor (Ω)
dan segitiga (Δ). L : panjang saluran (meter)
Hubungan bintang (Y) :
𝑉1
Vp = ; I p = I 1 2.4 Metode Perhitungan Aliran Daya
√3
Metode Newton-Raphson pada dasarnya merupakan
Hubungan segitiga (Δ) :
I1 metode Gauss-Siedel yang diperluas dan disempurnakan.
V p = V 1; I p = Metode Newton-Raphson adalah uraian dari deret Taylor
√3
Kemudian dimasukkan ke persamaan diatas menjadi: untuk satu fungsi dengan dua variabel atau lebih untuk
P = √3 V1I1cosθp memecahkan pesoalan aliran daya yaitu dengan mencari
Q = √3 V1I1sinθp daya aktif, daya reaktif, tegangan dan faktor daya.
Sehingga : Metode Newton-Raphson mempunyai perhitungan
lebih baik dari pada metoda Gauss-Siedel bila untuk
S = √𝑃2 + 𝑄2 = √3 V1I1
sistem tenaga yang besar karena lebih efisien dan praktis.
Jumlah iterasi (perhitungan) yang dibutuhkan untuk
3. Faktor Daya memperoleh pemecahan ditentukan berdasarkan ukuran
Daya rata-rata bukan lagi fungsi rms (root mean system [3].
square) dari arus dan tegangan saja, tetapi ada unsur
perbedaan sudut phasa arus dan tegangan dari persamaan
sephasa dan φ = 0o, maka persamaan daya menjadi :

78
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Pada sistem yang terdiri n bus, persamaan untuk IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
penyelesaian aliran daya sebanyak (n-1), yang dalam 4.1 Studi Kasus Sistem Kelistrikan PT. Makassar
matriks dapat dinyatakan dalam bentuk: Tene
∆𝑃1 ∆𝑃1 Untuk memenuhi kebutuhan daya PT. Makassar

𝜕𝑃1 𝜕𝑃1
⋮ 𝜕𝑃1 𝜕𝑃1 Tene dalam melakukan produksi secara berkelanjutan
∆𝑃𝑛−1 ∂Ф1 ∂Фn-1 ⋮ ∂V1 ∂Vn-1 ∆𝑃𝑛−1 diperlukan daya listrik yang memadai, agar proses
∂Pn-1 ∂Pn-1 ⋮ ∂Pn-1 ∂Pn-1 produksi terus mengalami peningkatan dan mutu kualitas
⋯ ∂Ф1 ∂Фn-1 ∂V1 ∂Vn-1 ⋯ produknya.
= ____________ ⋮ ____________
𝜕𝑄1 𝜕𝑄1 ⋮ 𝜕𝑄1 𝜕𝑄1
∆𝑄1 ∂V1 ∂Vn-1 ⋮ ∂V1 ∂Vn-1 ∆𝑄1 4.2 Justifikasi Metode Sistem Aliran Daya
∂Q n-1 ∂Q n-1 ⋮ ∂Q n-1 ∂Q n-1
∆𝑄𝑛−1 ∂Ф ∂Фn-1 ⋮ ∂V1 ∂Vn-1 ∆𝑄𝑛−1 Pada bagian ini saya akan mengvalidasi sistem aliran
[ ] [ 1 ⋮ ] [ ] daya dengan membandingkan hasil yang diperoleh melalui
sistem manual dengan software ETAP Power
Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi: Station12.6.0. Hal ini dilakukan untuk menjustifikasi
metode yang saya gunakan dalam perhitungan aliran daya.
∆𝑃 𝐽 𝐽2 ∆Ф Untuk memudahkan, maka sistem aliran yang saya
[ ] = [1 ][ ] validasi adalah 4 busbar. Berikut Single Line Diagram
∆𝑄 𝐽3 𝐽4 ∆𝑉
Atau, Sistem 4 Bus PT. Makassar Tene:
∆Ф 𝐽 𝐽2 −1 ∆𝑃
[ ] = [1 ] [ ]
∆𝑉 𝐽3 𝐽4 ∆𝑄

Keterangan :
ΔP dan ΔQ : Selisih daya aktif dan daya reaktif antara
nilai yang diketahui dan nilai yang dihitung.
ΔV dan ΔF : Selisih tegangan bus dan sudut fasa
J1, J2, J3, dan J4 disebut sub matriks Jacobian dari matriks
Jacobian J.

MULAI

PENGUMPULAN DATA :
OBSERVASI
WAWANCARA
DOKUMENTASI

Gambar 2. Single Line Diagram dengan 4 Bus


MEMBUAT SIMULASI PADA
SOFTWARE ETAP
Dengan menggunakan software ETAP maka hasil
simulasi yang di dapatkan seperti dijelaskan melalui tabel
MENGHITUNG SECARA MANUAL TIDAK
berikut:

Tabel 1. Hasil Simulasi Aliran Daya 4 bus dengan menggunakan


ETAP Power Station 12.6.0
VA LIDASI HASI L SIMULA SI DE NGAN
HAS IL PERHI TUNGAN S ES UAI ? Pembangkitan Aliran Daya
Tegangan
YA Bus Daya Daya Daya Daya
Aktif Reaktif Aktif Reaktif V
KESIMPULAN
(W) (VAR) (W) (VAR)
1 48 263 - - 10500
2 - - - - 10500
SELESAI
3 - - 37 166 400
Gambar 1. Flowchart Prosedur Penelitian 4 - - 10 97 400

III. METODE PENELITIAN Tabel 2. Hasil Perhitungan Manual Aliran Daya 4 Bus
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pembangkitan Aliran Daya
Daya Daya Daya Daya Tegangan
Penelitian ini dilaksanakan di PT Makassar Tene. Di Bus
Aktif Reaktif Aktif Reaktif V
tempat ini penulis mengambil acuan sebagai sumber data (MW) (Mvar) (MW) (Mvar)
penelitian selama 4 bulan yang dilakukan pada bulan April 1 54 279 - - 10500
s/d Agustus 2018. 2 - - - - 10500
3 - - 57,3 196,2 400
3.2 Prosedur Penelitian 4 - - 11,9 113,1 400
Berikut mengenai urutan dalam prosedur penelitian:

79
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018
4.1 Hasil Simulasi Aliran Daya Sistem Kelistrikan PT. Makassar Tene
Berikut gambar single line diagram hasil simulasi aliran daya sistem kelistrikan PT. Makassar Tene sebagai berikut:
Gambar 3. Single Line Diagram Hasil Simulasi Aliran Daya Sistem Kelistrikan PT. Makassar Tene
80
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Dari hasil simulasi aliran daya menggunakan software perhitungan rugi-rugi daya saluran transmisi PT. Makassar
ETAP Power Station 12.6.0, dapat dilihat besar nilai daya Tene:
aktif dan daya reaktif pada PT. Makassar Tene sebagai
berikut: Tabel 4. Hasil Perhitungan Rugi-rugi Daya Saluran Transmisi
PT. Makassar Tene
Tabel 3. Hasil Simulasi Aliran Daya menggunakan ETAP Power Saluran Rugi-rugi Daya
Station 12.6.0 Dari Bus Ke Bus (MW)
Saluran Aliran Daya
Arus PF Bus 1 Bus 66 0,00000
Daya Daya
Dari Ke Bus 1 Bus 5 0,00000
Aktif Reaktif (Amp) (%)
Bus Bus
(MW) (Mvar) Bus 5 Bus 7 0,00001
Bus 1 Bus66 0,352 0,025 19,4 99,8 Bus 5 Bus 37 0,00000
Bus 1 Bus 5 2,187 0,404 122,3 98,3 Bus 7 Bus 48 0,00000
Bus 5 Bus 7 5,035 1,258 393,0 98,3 Bus 7 Bus 49 0,00000
Bus 5 Bus 37 0,230 0,003 12,7 100,0
Bus 7 Bus 50 0,00000
Bus 7 Bus 48 1,220 0,259 68,6 97,8
Bus 7 Bus 49 1,458 0,201 81,0 99,1 Bus 7 Bus 51 0,00000
Bus 7 Bus 50 1,390 0,230 77,5 98,7 Bus 7 Bus 52 0,00000
Bus 7 Bus 51 1,390 0,230 77,5 98,7 Bus 11 Bus 12 0,00000
Bus 7 Bus 52 1,576 0,335 88,6 97,8 Bus 14 Bus 13 0,00000
Bus11 Bus 12 0,141 0,051 221,9 94,1 Bus 18 Bus 57 3,14347
Bus 14 Bus 13 0,128 0,001 190,9 100,0
Bus 19 Bus 58 2,88059
Bus 18 Bus 57 1,428 0,178 2125,2 99,2
Bus 19 Bus 58 1,363 0,209 2034,4 98,8 Bus 20 Bus 59 2,88059
Bus 20 Bus 59 1,363 0,209 2034,4 98,8 Bus 21 Bus 60 3,76588
Bus 21 Bus 60 1,547 0,313 2326,1 98,0 Bus 22 Bus 56 2,25604
Bus 22 Bus 56 1,212 0,303 1800,4 98,6 Bus 23 Bus 1 0,00000
Bus 23 Bus 1 2,539 0,429 141,6 98,6 Bus 25 Bus 5 0,00000
Bus 25 Bus 5 2,539 0,429 141,6 98,6 Bus 37 Bus 40 0,00134
Bus 37 Bus 40 0,230 0,003 12,7 100,0
Bus 40 Bus 8 0,00480
Bus 40 Bus 8 0,229 0,003 332,3 100,0
Bus 47 Bus 5 2,539 0,429 141,6 98,6 Bus 47 Bus 5 0,00000
Bus 48 Bus 22 1,220 0,259 68,6 97,8 Bus 48 Bus 22 0,01416
Bus 49 Bus 18 1,458 0,201 99,1 99,1 Bus 49 Bus 18 0,08171
Bus 50 Bus 19 1,390 0,230 77,5 98,7 Bus 50 Bus 19 0,04997
Bus 51 Bus 20 1,390 0,230 98,7 98,7 Bus 51 Bus 20 0,08105
Bus 52 Bus 21 1,576 0,335 88,6 97,8 Bus 52 Bus 21 0,05225
Bus 56 Bus 11 1,212 0,060 1802,5 99,9
Bus 56 Bus 11 0,00000
Bus 57 Bus 12 1,428 0,041 2122,0 100,0
Bus 58 Bus 13 1,363 0,011 2033,7 100,0 Bus 57 Bus 12 0,00008
Bus 59 Bus 14 1,363 0,011 2033,7 100,0 Bus 58 Bus 13 0,00007
Bus 60 Bus 15 1,547 0,017 2326,2 100,0 Bus 59 Bus 14 0,00007
Bus 64 Bus 2 0,351 0,020 509,1 99,8 Bus 60 Bus 15 0,00010
Bus 66 Bus 64 0,352 0,025 19,4 99,8 Bus 64 Bus 2 0,01127
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa daya Bus 66 Bus 64 0,00113
aktif (P) terbesar yang mengalir dari tiap bus terdapat pada
Bus 5 ke Bus 7 sebesar 5,035 MW, daya reaktif (Q) Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rugi-
terbesar yang mengalir dari tiap bus terdapat juga terdapat rugi daya terbesar yang mengalir dari setiap bus terdapat
pada Bus 5 ke Bus 7 sebesar 1,258 MVAr, dan arus pada Bus 21 ke Bus 60 sebesar 3,76588 MW. Sedangkan,
terbesar yang mengalir dari tiap bus terdapat pada Bus 21 rugi-rugi daya yang bernilai 0,00000 MW merupakan
ke Bus 60 yaitu 2326,1 Ampere. hasil perhitungan yang dimana nilai tahanannya sangat
kecil.
4.2 Perhitungan Rugi Daya (losses) Sistem
Kelistrikan PT. Makassar Tene 4.3 Perhitungan Jatuh Tegangan pada Setiap Bus
yang ada ada PT. Makassar Tene
Dalam melakukan perhitungan rugi-rugi daya
diperlukan data saluran transmisi yang meliputi data arus, Dalam melakukan perhitungan jatuh tegangan atau
panjang serta tahanan saluran transmisi. Berikut hasil rugi tegangan pada setiap bus diperlukan data bus beban
yang meliputi data tegangan, arus, tahanan jenis, panjang

81
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

saluran, faktor daya serta luas penampang yang akan V. KESIMPULAN


dihitung. Berikut hasil perhitungan jatuh tegangan setiap Dari hasil analisis aliran daya listrik sistem
bus PT. Makassar Tene: kelistrikan PT. Makassar Tene dapat disimpulkan bahwa
kondisi kelistrikan secara keseluruhan sudah baik dan
Tabel 5. Hasil Perhitungan Jatuh Tegangan Setiap Bus PT. sesuai persyaratan. Dari hasil dari penelitian ini
Makassar Tene
didapatkan bahwa nilai daya aktif (P) sebesar 7.618 MW,
Rugi Tegangan daya reaktif (Q) sebesar 1.288 MVAR, dan daya semu (S)
Persentase
Bus Tegangan Akhir sebesar 7.726 MVA. Dan besar rugi daya untuk daya aktif
Tegangan (%)
(Volt) (kV) sebesar 0,124 MW dan untuk daya reaktif sebesar 1,426
Bus 1 0,703 10,499 0,0067 MVAR. Serta besar nilai tegangan jauh dibawah
Bus 2 1,517 0,398 0,3792 persyaratan yang ditetapkan, yaitu drop tegangan
Bus 5 2,013 10,498 0,0192 maksimum (kritis) mempunyai nilai ± 5% dari tegangan
nominal.
Bus 7 3,903 10,496 0,0372
Bus 8 0,990 0,399 0,2475
Bus 11 5,991 0,394 1,4978 REFERENSI
Bus 12 6,323 0,394 1,5808 [1] Agung, H. 2009. Analisis Load Flow dalam Sistem
Bus 13 6,627 0,393 1,6568 Tenaga Listrik di PT. Sinar Sosro Ungaran. Skripsi.
Semarang: Jurusan Teknik Elektro Universitas
Bus 14 6,058 0,394 1,5146 Negeri Semarang.
Bus 15 6,930 0,393 1,7325 [2] Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian.
Bus 18 10,552 0,389 2,6379 Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Bus 19 10,101 0,390 2,5252 [3] Dhimas, P. H. 2014. Pemanfaatan Software ETAP
Power Station 4.0.0 untuk Menganalisis Aliran Daya
Bus 20 10,101 0,390 2,5252 Listrik di Gardu Induk Ungaran 150 kV. Skripsi.
Bus 21 11,549 0,388 2,8873 Semarang: Jurusan Teknik Elektro Universitas
Bus 22 8,939 0,391 2,2348 Negeri Semarang.
[4] Prabowo, H. 2007. Analisis Aliran Daya di Wilayah
Bus 23 0,703 10,499 0,0067
Kerja PT PLN (Persero) UPT Semarang. Skripsi.
Bus 25 0,703 10,499 0,0067 Semarang: Jurusan Teknik Elektro Universitas
Bus 37 0,025 10,500 0,0002 Negeri Semarang.
Bus 40 0,990 0,399 0,2475 [5] Sigit, A. P. 2015. Analisis Aliran Daya (Load Flow)
dalam Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Software
Bus 47 1,406 10,499 0,0134 ETAP Power Station 4.0.0 di PT. Kota Jati Furnindo
Bus 48 1,362 10,499 0,0130 Jepara. Skripsi. Semarang: Jurusan Teknik Elektro
Bus 49 1,609 10,498 0,0153 Universitas Negeri Semarang.
Bus 50 1,539 10,498 0,0147 [6] Stevenson, Jr. W. D. 1990. Analisis Sistem Tenaga
Listrik, Jakarta: Erlangga.
Bus 51 1,539 10,498 0,0147 [7] Stevenson, Jr. W. D. 1996. Analisis Sistem Tenaga
Bus 52 1,760 10,498 0,0168 Listrik. Diterjemahkan oleh Kamal Idris. Bandung:
Bus 56 3,580 0,396 0,8950 PT. Philips Ralin Electronics
[8] Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan,
Bus 57 4,221 0,396 1,0552
Bandung: CV. Alfabeta.
Bus 58 4,041 0,396 1,0103 [9] Sulasno. 1993. Analisis Sistem Tenaga Listrik,
Bus 59 4,041 0,396 1,0103 Semarang: Satya Wacana.
Bus 60 4,620 0,395 1,1550 [10] Zuhal. 1998. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan
Elektronika Daya, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Bus 64 0,117 0,400 0,0293 Utama.
Bus 66 0,039 10,500 0,0004
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rugi
tegangan terbesar yang mengalir dari setiap bus terdapat
pada Bus 21 sebesar 11,549 Volt. Sehingga, sisa tegangan
akhir yang didapatkan sebesar 0,388 kV dan persentase
rugi tegangannya sebesar 2,8873%. Sedangkan, rugi
tegangan terkecil terdapat pada Bus 5, Bus 6 dan Bus 14
sebesar 0 Volt. Sehingga, tegangan akhir yang didapatkan
tetap.

82
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Rancang Bangun Prototipe Pemisah dan Pengangkut


Barang dengan Sistem Pneumatik Berbasis PLC
Andi Khaidir Qadri Agussalim1), Ilham Hidayat Nasir2), Hamdani3)
1,2,3)
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
1
andikhaidir.qa@gmail.com, 2 ilhamyhayat@gmail.com

Abstrak
Sistem Pneumatik dan Programmable Logic Controller (PLC) merupakan dua hal yang sudah familiar dalam dunia
industri. Sistem pneumatik memiliki keunggulan dibandingkan sistem penggerak lainnya. Diantara keunggulan dari sistem
pneumatik yaitu fluida kerja yang dapat diperoleh dengan mudah, tidak peka terhadap suhu, aman terhadap kebakaran dan
ledakan, fluida kerja yang cepat serta banyak keunggulan lainnya. Sedangkan PLC merupakan suatu bentuk sistem kontrol
yang dirancang untuk menggantikan suatu rangkaian relay sequence, hal ini dikarenakan PLC dapat memiliki membuat
kontrol sequence yang lebih kompleks dari relay. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan proses perancangan, perakitan
hingga pengujian prototipe sistem pneumatik yang pengontrolannya menggunakan PLC. Proses perancangan dimulai
dengan membuat pemodelan dengan aplikasi Festo Fluidsim, kemudian membuat sketsa gambar, perakitan perangkat keras
dan perangkat lunak, pengujian hingga pengambilan data kinerja alat. Metode pengontrolan yang digunakan dibagi
menjadi dua bagian, yaitu metode manual dan automatis. Pada metode manual aktuator dapat dikendalikan secara mandiri
melalui saklar, sedangkan pada mode automatis mengikuti urutan-urutan kerja yang telah diprogram melalui hubungan
antara tiap sensor. Hasil menunjukkan bahwa prototipe ini dapat bekerja dengan tingkat keberhasilan 100% pada tekanan
kerja 3 sampai 4 bar.

Keywords: Sistem Pneumatik, Pneumatik, PLC, Robotic Arm, Lengan Robot.

I. PENDAHULUAN tekanan kerja yang diinginkan. Kompresor udara biasanya


Salah satu inovasi yang banyak dikembangkan dalam mengisap udara dari atmosfir. Namun ada pula yang
dunia industri adalah sistem pneumatik. Sistem pneumatik mengisap udara atau gas yang bertekanan lebih tinggi dari
memiliki keunggulan dibandingkan sistem lainnya. tekanan atmosfir. Dalam hal ini kompresor bekerja sebagai
Diantara keunggulan dari sistem pneumatik yaitu fluida penguat. Sebaliknya ada kompresor yang mengisap
kerja yang dapat diperoleh dengan mudah, tidak peka Pneumatik & Hidrolik ”Pneumatik” gas yang bertekanan
terhadap suhu, aman terhadap kebakaran dan ledakan, lebih rendah dari tekanan atmosfir. Dalam hal ini
fluida kerja yang cepat serta banyak keunggulan lainnya. kompresor disebut pompa vakum [2]. Kompresor pada
Diatntara pengaplikasian sistem pneumatik yaitu sebagai sistem pneumatik digunakan sebagai penyuplai udara
penggerak akhir pada suatu sistem industri. bertekanan untuk menggerakkan aktuatur.
Tulisan ini berisikan penyajian metode pembuatan
pemisah dan pengangkut barang dengan sistem pneumatik
yang menggunakan PLC sebagai controller, mulai dari
pemodelan, perakitan, dan pengujian keberhasilan sistem
sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.
II. KAJIAN LITERATUR
A. Sistem Pneumatik
Sistem pneumatik (pneumatic system) adalah semua
sistem yangmenggunakan tenaga yang disimpan dalam
bentuk udara yangdimampatkan, serta dimanfaatkan untuk
menghasilkan suatu kerja.
Gambar 1. Salah Satu Jenis Kompresor
Udara mampat adalah udara atmosfer yang diisap oleh
kompresordan dimampatkan dari tekanan normal (0,98
Aktutor Berayun
bar) sampai tekanan yanglebih tinggi (antara 4 – 8 bar) [1].
Aktuator Berayun Udara bertekanan menggerak-kan
Sistem Pneumatik memiliki beberapa komponen,
baling-baling. Gerakan baling-baling dikirim langsung ke
diantaranya:
poros penggerak. Sudut ayunan antara 0o sampai 270o.
Torsi yang dihasilkan antara 0,5 Nm sampai 20 Nm pada
Kompresor
tekanan kerja 6 bar, tergantung ukuran baling-baling [2].
Kompresor adalah mesin untuk memampatkan udara
atau gas. Kompresor dibutuhkan agar mendapatkan

83
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

B. PLC Omron CPM1A 30 – CDR – A

Gambar 2. Simbol dan Kontruksi Aktuator Berayun

Selenoid Valve Gambar 5. PLC Omron CPM1A 30 – CDR – A


Selenoid Valve adalah katup yang digerakkan oleh
energ listrik, mempunyai kumparan sebagai penggeraknya Gambar 4 adalah PLC Omron CPM1A-30-CDR A
yang berfungsi untuk mengaktifkan relay dan dapat yang merupakan salah satu tipe dari dari PLC Omron
diaktifkan menggunakan arus AC maupun DC. Katup CPM1A. PLC tipe ini memiliki 30 I/O terdiri dari 18 input
pneumatic (valve) mempunyai lubang keluaran, lubang dan 12 output, maksud dari DR – A yang tertera pada body
masukan, lubang jebakan udara (exhaust) dan lubang Inlet PLC yaitu ‘D’ memiliki arti bahwa output dari PLC ini
Main. Lubang Inlet Main, berfungsi sebagai terminal atau berupa tegangan DC, selanjutnya ‘R’ memiliki arti bahwa
tempat udara masuk, lalu lubang keluaran (Outlet Port) output dari PLC ini berupa relay dan yang terakhir yaitu
dan lubang masukan (Inlet Port), berfungsi sebagai tempat ‘A’ memiliki arti bahwa input dari PLC ini berupa
tekanan angin keluar dan masuk yang dihubungkan denga tegangan AC [5].
peneumatic, sedangkan lubang jebakan udara (exhaust),
berfungsi untuk mengeluarkan udara bertekanan yang C. Motor DC
terjebak saat plunger bergerak atau pindah posisi ketika Motor arus searah adalah suatu mesin listrik yang
katup pneumatic bekerja [3]. berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah menjadi
tenaga mekanik berupa putaran. Jadi motor arus searah
berfungsi menghasilkan tenaga mekanik untuk beberapa
keperluan seperti menggerakkan mesin-mesin produksi
dan tansportasi material [6].

D. Sensor
Sensor Through-beam (One-way light barrier)
Sensor Through-beam merupakan salah satu jenis
sensor photoelectric yang terdiri dari bagian transmitter
(pemancar cahaya) dan bagian receiver (penerima). Sensor
Gambar 3. Konstruksi Selenoid Valve Through-beam memiliki elemen sumber dan detektor
cahaya yang terpisah dan di susun sejajar saling
Silinder Kerja Ganda berhadapan, dengan sorotan cahaya memotong jalur yang
Silinder kerja ganda merupakan bagian dari aktuator akan dilewati oleh obyek. Area sorotan efektif adalah
gerak lurus. Silinder kerja ganda (double acting kolom dimana cahaya melintas lurus diantara lensa-lensa
cylinder) memiliki lubang untuk memasukan dan cahaya) [7]. Simbolnya dapat dilihat pada gambar di
mengeluarkan angin pada kedua ujungnya. Bila sumber bawah ini:
angin dimasukkan melalui lubang dibagian belakang
silinder maka torak akan bergerak maju dan angin akan
keluar melalui lubang bagian depan silinder [4].

Gambar 4. Ilustrasi Cara Kerja Silinder Kerja Ganda


Gambar 6. Simbol Sensor Through-beam

84
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Sensor Induktif F. Software Festo Fluidsim


Sensor induktif mendeteksi keberadaan benda-benda Software Festo Fluidsim adalah perangkat lunak yang
logam dengan menghasilkan medan elektromagnetik dan komprehensif untuk penciptaan, simulasi, instruksi dan
mendeteksi perubahan di medan ini [8]. Simbolnya dapat studi elektro pneumatik, elektro hidrolik dan sirkuit
dilihat pada gambar 6. digital. Semua fungsi program berinteraksi dengan lancar,
menggabungkan berbagai bentuk media dan sumber
pengetahuan dengan cara yang mudah diakses [11].

Gambar 7. Simbol Sensor Induktif

Sensor Magnetik (Reed Switch)


Sensor Magnetik berfungsi untuk mendeteksi benda
Gambar 10. Jendela Pembuka Festo Fluidsim
yang memiliki unsur magnetik. Disusun dari dua plat
kontak yang tertutup hermetis (kedap udara) pada tabung
III. METODE PENELITIAN
gelas yang diisi dengan gas pelingung. Pada saat magnet
permanen mencapai saklar magnet, ujung-ujung tab
kontak yang saling bertemu, menarik satu sama lain dan
menjadi kontak [9].

Gambar 8. Simbol Sensor Magnetik

E. Software CX-Programmer
CX-Programmer adalah software pemrograman untuk
PLC merek OMRON. Software ini beroperasi di bawah
sistem operasi Windows. Gambar 16 adalah tampilan dari
software CX-Programmer [10].

Gambar 10. Flowchart Metodologi Penelitian

Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu membuat


prototipe yang akan diteliti. Untuk membuat prototipe
terlebih dahulu dilakukan pemodelan sistem pada aplikasi
Festo Fluidsim. selanjutnya setelah pemodelan dianggap
berhasil dibuatlah sketsa gambar protoripe dan
perencanaan algoritma pemrograman. Perakitan perangkat
keras dibagi kedalam dua bagian, yaitu perangkat utama
Gambar 9. Jendela Pembuka CX-Programmer dan perangkat pendukung. Pada perangkat utama
dirakitlah sistem robotic arm dan sistem pemisah logam.

85
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Pada sistem robotic arm terdapat empat aktuator prototipe ini berpengaruh besar terhadap kinerja dan
pneumatik yaitu sebuah aktuator berarun dan tiga buah tingkat keberhasilan prototipe. Pengujian sensor berfungsi
double acting cylinder yang dihubungkan dengan besi untuk mengetahui kelayakan outut dari sensor sebagai
hingga membentuk lengan robot (robotic arm), sedangkan input PLC, dimana diketahui bahwa input sebesar 24 VDC
untuk sistem pemisah logam digunakan double acting dan toleransi +10% dan -15% artinya minimal input PLC
cylinder yang dibagian depannya dipasang besi plat untuk sebesar -20.4 VDC dan maksimal 21.6 VDC.
mendorong material logam. Adapun komponen
pendukung terdiri dari meja kerja yang dibuat dari besi
dan conveyor belt yang dirakit dari motor DC, pipa, dan Sensor Induktif dan Photoelectric
talang air. Sensor induktif dan photoelectric pada protipe ini
Setelah prototipe selesai maka dilakukanlah memiliki tipe yang sama yaitu NPN, artinya kedua sensor
pengambilan data. Tujuan dari pengambilan data adalah ini menggunakan detektor yang dikombinasikan dengan
untuk menganalisis kinerja dan tingkat keberhasilan alat sensor NPN. Pengujian senssor dilakukan dengan
data yang diambil berupa data sensor, data pengujian alat memberikan tegangan input yang berasal dari power
pada tekanan tertentu, dan data hasil pengujian alat dengan supply lalu outpunya diukur dengan multimeter. Sensor
beberapa kali percobaan. NPN merupakan sensor dengan output negatif (-) artinya
untuk mengukur outputnya diperlukan teganyan positif (+)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN dari power supply.
A. Hasil Akhir Prototipe Tabel 1. Data Sensor Induktif dan Photoelectric
Efesiensi
Vin Vout !!"
No Sensor Spesifikasi ( ×
(Volt) (Volt) !!"#
100%)
NPN, NC, 6
1 Induktif 24.84 24.11 96.91%
- 36 VDC
NPN, NO,
2 Photoelectric 12 - 24 24.87 24.87 100%
VDC
Pada Tabel 1 diketahui bahwa output sensor induktif
sebesar 24.11, dan sensor photoelectric sebesar 24.87,
artinya kedua output sensor ini masih dapat digunakan
pada input PLC.

Reed Switch
Reed Switch pada protipe ini memiliki dua tipe yaitu 2
wire (input dan output) serta 3 wire (supply dan output),
pada sensor jenis 2 wire dapat diberi input positif maupun
negatif, output pada sensor ini akan bernilai positif jika
diberi input positif dan begitupun sebaliknya. Sedangkan
untuk tipe 3 wire merupakan tipe sensor NPN dengan 2
wire untuk input/supply dan satu output. Output dari
Gambar 11. Hasil Akhir Prototipe
sensor ini hanya bernilai negatif. Pengujian sensor 2 wire
Garmbar 10 merupakan hasil akhir prototipe yang telah dilakukan dengan memberikan input negatif lalu output
dibuat. Prototipe ini bekerja berdasarkan dua mode, yaitu diukur dengan multimeter dengan tegangan positif dari
mode otomatis dan manual. Pada mode otomatis conveyor Power Supply, sedangkan untuk pengukuran 3 wire
belt akan berjalan dan membawa material. Saat material dilakukan sama halnya pada sensor induktif dan
berjaalan, material akan melewati sensor induktif. Jika photoelectric.
pada material terdapat unsur logam sensor induktif akan Tabel 2. Data Pengujian Reed Switch 2 Wire
mengirimkan sinyal ke PLC untuk mengaktifkan selenoid Kode Vin Vout Efesiensi
valve yang berfungsi mengalirkan udara ke silinder untuk No Sensor !!"
Aktuator (Volt) (Volt) ( ×100%)
!!"#
mendorong material turun dari conveyor belt. Namun jika
RS1 24.86 24.39 98.11%
pada material tidak mengandung unsur logam maka 1 C2
conveyor belt akan membawa material hingga ke ujung RS2 24.85 24.56 98.83%
conveyor belt yang nantinya akan diangkat oleh lengan RS1 24.86 24.38 98.1%
robot. Untuk mode manual aktuator dapat dikendalikan 2 C3
RS2 24.86 24.37 98%
secara tersendiri.
C2 dan C3 merupakan kode dari Silinder 2 dan 3 (lihat
B. Data Kinerja Prototipe gambar 22), sedangkan RS1 sensor ketika posisi silinder
Data Sensor masuk (posisi awal), dan RS2 merupakan sensor ketika
Salah satu komponen pendukung dalam prototipe ini posisi silinder keluar (bekerja).
adalah sensor. Sensor-sensor yang digunakan pada

86
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Tabel 3. Data Pengujian Reed Switch 3 Wire berbentuk kubus berukuran 5 cm × 5 cm × 5 cm dengan
Efesiensi berat sebesar 100gr. Hasil menunjukkan bahwa sistem ini
Kode Vin Vout !!"
No Sensor ( × dapat bekerja dengan baik pada tekanan kerja antara 3
Aktuator (Volt) (Volt) !!"#
100%) hingga 4 bar.
RS1 24.86 24.85 99.96% Sedangkan pada tekanan 5 bar sistem tidak dapat
1 SR
RS2 24.86 24.85 99.96% bekerja secara sempurna dikarenakan semi rotary hanya
dapat bekerja pada tekanan maksimal 4 bar. Hal ini dapat
RS1 24.86 24.85 99.96%
2 C1 diantisipasi dengan memasang khusus regulator tegangan
RS2 24.86 24.78 99.68% pada semi rotary.
Adapun pada tekanan 2.5 bar sistem tidak bekerja
SR dan C1 berurutan merupakan kode dari Semi Rotari dengan baik dikarenakan untuk menggerakan silinder C1
Actuator dan Silinder 1 (lihat gambar 22), sedangkan RS1 dengan beban yang berat membutuhkan tekanan minimal 3
sensor ketika posisi silinder masuk (posisi awal), dan RS2 bar.
merupakan sensor ketika posisi silinder keluar (bekerja)
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada Tabel 2 dan 3, Tabel 5. Data Pengujian Pemisah Logam dengan Beberapa
diketahui bahwa setiap output dari reed switch dapat Tekanan Kerja
Waktu Tingkat Keberhasilan
digunakan untuk input PLC pada prototipe ini. Tekanan
Percobaan Kerja !"#$%&''( !"#$%&'(
Berdasarkan kedua tabel itu pula diketahui bahwa (bar) ( ×100%)
(detik) !"#$%& !"#$%&''(

kemampuan sensor 3 wire lebih baik dibandingkan 2 wire I 3


berdasarkan kemampuan untuk mengeluarkan output
II 3
sesuai dengan input yang diberikan.
5 III 3 100%
Data Tekanan Kerja IV 3
Pengujian tekanan kerja bertujuan untuk mengetahui
V 3
tekanan kerja terbaik dan batas tekanan yang dapat
digunakan untuk mengerakkan prototipe. I 3
II 3
Tabel 4. Data Pengujian Robotic Arm dengan Beberapa Tekanan 4 III 3 100%
Kerja
Tingkat Keberhasilan IV 3
Waktu
Tekanan (
!"#$%&''( !"#$%&'(
×
Percobaan Kerja V 3
(bar) !"#$%& !"#$%&''(
(detik) 100%) I 3
I -
II 3
II -
3 III 3
5 III - 0%
IV 3 100%
IV -
V 3
V -
I 3
I 7
II 3
II 7
2.5 III 3 100%
4 III 7 100%
IV 3
IV 7
V 3
V 7
Tabel 5 menunjukkan hasil pengujian sistem pemisah
I 8
logam pada beberapa tekanan kerja dan material yang
II 8 digunakan berbentuk kubus berukuran 5 cm × 5 cm × 5 cm
3 III 7 100% dengan berat sebesar 100gr. Hasil menunjukkan bahwa
IV 7 sistem dapat bekerja 100% pada setiap tekanan yang
diujikan.
V 8
Ketika kedua sistem ini digabungkan maka agar
I - dapat bekerja dengan baik dibutuhkan udara dengan
II - tekanan kerja antara 3 sampai 4 bar.
2.5 III - 0%
V. KESIMPULAN
IV -
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
V - dapat disimpulkan bahwa:
Tabel 4 menunjukkan pengujian sistem robotic arm 1. Prototipe yang dibuat pada penelitian ini dapat
pada beberapa tekanan kerja dan material yang digunakan bekerja dengan sangat efektif.

87
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

2. Prototipe ini dapat bekerja dengan tingkat Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika
keberhasilan 100% pada tekanan kerja 3 hingga 4 Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
bar. .

.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada setiap
pihak yang telah berperan dalam penelitian ini terkhusus
kepada kedua pembimbing dan Ketua Prodi D4 Teknik

listrik PNUP.

REFERENSI
[1] Widiantono, H. (2004). Sistem Kontrol Pneumatik
Pada Pintu Bus Otomatis. Semarang: Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang.
[2] Sudaryono. (2013). Pneumatik dan Hidrolik. Jakarta:
Kementerian Pendidikan & Kebudayaan.
[3] Suwito, W., Rif’an, M., & Siwindarto, P. (2014).
Pengaturan Posisi Piston Silinder Pneumatic Pada
Lengan Robot Krai. Pubilkasi Hasil Penelitian
Skripsi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya.
[4] Octavia, A., Supriyato, C. M., & Sukron. (2008).
Aplikasi Sistem Pneumatik Pada Mobile Robot Untuk
Menaiki Dan Menuruni Tangga. Jakarta: Universitas
Bina Nusantara.
[5] Hastuti, Effendi, H., & Hijriani, S. (2017). Penerapan
Trainer Plc Omron Sebagai Media Pembelajaran
Mata Diklat Instalasi Motor Listrik. Invotek: Jurnal
Inovasi, Vokasional Dan Teknologi, Vol. 17 No.1,
49-56.
[6] Syarifuddin, & Noor, N. A. (2012). Mesin Arus
Searah dan Transformator. Makassar: Program Studi
Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik
Negeri Ujung Pandang.
[7] Priyanto , A. P. (2015). Prototipe Mesinpemilahan
Barang Sesuai Jenisnya. Yogyakarta: Program Studi
Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Sains Dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
[8] Yunianto, A. (2017). Modul Limit Switch Dan Sensor
Pada Pneumatik Dan Elektro Pneumatik. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
[9] Setiawan, I., Sumardi, & Setiawan, I. (2004).
Perancangan Lengan Robot Pneumatik Pemindah
Plat Menggunakan Programmable Logic Controller.
Laboratorium Teknik Kontrol Otomatik Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.
[10] Hastuti, Effendi, H., & Hijriani, S. (2017). Penerapan
Trainer Plc Omron Sebagai Media Pembelajaran
Mata Diklat Instalasi Motor Listrik. Invotek: Jurnal
Inovasi, Vokasional Dan Teknologi, Vol. 17 No.1,
49-56.
[11] Adhyatama, D. D. (2013). Efektivitas Penggunaan
Festo Fluidsim Sebagai Media Pembelajaran Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Pneumatik Siswa Kelas
Xii Di Smk Muda Patria Kalasan. Yogyakarta:

88
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Audit Konsumsi Energi Listrik Pada Gedung Harper Perintis Makassar


Nur Haeda1), Talib Bini2), Ahmad Rosyid Idris3)
1,2,3)
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
E-mail: nurhaeda.muslimah@gmail.com

Abstrak
Gedung Harper Perintis Makassar adalah hotel yang menggunakan golongan tarif listrik B-3 (865kVA). Pelaksanaan
audit energi listrik dilakukan sesuai dengan standar SNI 03-6196-2011. Dari hasil metode analisis deskriptif dan
perhitungan berdasarkan teori maka diperoleh Intensitas Konsumsi Energi (IKE) yaitu 22.42 kWh/m2/bulan, hal ini
termasuk dalam kategori “Boros”. Karena komponen yang menyerap energi listrik yang paling besar adalah sistem
pengkondisian udara (AC) sebesar 53%, dibandingkan dengan pemakaian listrik perangkat lainnya. Untuk itu perlu
dilakukan analisis Peluang Konservasi Energi (PKE), untuk mengetahui besar efisiensi penggunaan energi bangunan suatu
gedung. Dari perhitungan analisis PKE dapat diperoleh enam kondisi penghematan dengan besarnya IKE listrik persatuan
luas yang dikondisikan yaitu dari 22.32 kWh/m2/bulan menjadi 19.04 kWh/m2/bulan. Terlihat bahwa terjadi penurunan
nilai IKE listrik setelah dilakukan penghematan.

Keywords: Audit Energi, Intensitas Konsumsi Energi (IKE), Peluang Konservasi Energi (PKE).

I. PENDAHULUAN energi pada suatu sistem (bangunan). Namun energi yang


Ketersediaan energi yang ada untuk operasional hotel dimaksudkan dalam hal ini adalah energi listrik. Pada
tentunya menjadi salah satu faktor yang dapat menjaga hakekatnya Intensitas Konsumsi Energi ini adalah hasil
kepuasan dan kepercayaan konsumen terhadap sebuah bagi antara konsumsi energi total selama periode tertentu
hotel. Sebuah survei menemukan bahwa sebelum krisis (satu tahun) dengan luasan bangunan. Satuan IKE adalah
ekonomi tahun 1997, komponen biaya energi di perhotelan kWh/m2.
hanya mencapai 10% dari total biaya rutin, tetapi sekarang Rumus dari IKE dapat ditulis sebagai berikut:
biaya tersebut naik hingga mencapai 30% [3]. Seiring
dengan meningkatnya biaya energi yang ditetapkan, maka Total kWh
IKE (kWh/m²) = ……….....(1)
Luas Area Dikondisikan
biaya untuk pembelian energi akan berpotensi mengalami
kenaikan.
Dan pemakaian IKE ini telah ditetapkan di berbagai
Melihat kondisi tersebut di atas, salah satu usaha
negara antara lain ASEAN dan APEC. Menurut hasil
yang bisa ditempuh untuk meningkatkan efisiensi
penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID pada
penggunaan energi listrik adalah dengan melakukan audit
tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan tahun
energi Hasil dari audit energi digunakan sebagai dasar
1992, target besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE)
untuk mengelola dan mengatur energi yang terpakai dalam
listrik untuk Indonesia adalah sebagai berikut:
suatu bangunan agar efisien tanpa mengurangi tingkat
(Direktorat Pengembangan Energi)
pelayanan bagi para konsumen. Berdasarkan uraian
1) IKE untuk perkantoran (komersil): 240 kWh/m2 per
permasalahan dan landasan teori, penulis merencanakan
tahun.
audit energi pada Gedung Harper Perintis Makassar
2) IKE untuk pusat belanja : 330 kWh/ m2 per tahun IKE
dengan tujuan untuk mengetahui profil pengunaan energi,
untuk hotel / apartemen : 300 kWh/ m2 per tahun
besarnya nilai intensitas konsumsi energi, serta untuk
3) IKE untuk rumah sakit : 380 kWh/ m2 per tahun
mengetahui efesiensi penghematan yang diperoleh.
Berdasarkan Pedoman pelaksanaan konservasi
II. KAJIAN LITERATUR energi dan pengawasan di lingkungan Depdiknas (2004),
diperoleh nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik,
A. Audit Energi sebagai berikut:
Menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN) definisi 1) 4,17- 7,92 kWh/m²/bln berkriteria sangat efisien.
dari audit energi adalah proses evaluasi pemanfaatan 2) 7,92- 12,08 kWh/m²/bln berkriteria efisien.
energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta 3) 12,08- 14,58 kWh/m²/bln berkriteria cukup
rekomendasi peningkatan efisiensi pada pengguna energi efisien.
dan pengguna sumber energi dalam rangka konservasi 4) 14,58- 19,17 kWh/m²/bln berkriteria cukup
energi [5]. boros.
5) 19,17- 23,75 kWh/m²/bln berkriteria boros.
B. Intensitas Konsumsi Energi (IKE) 6) 23,75- 37,5 kWh/m²/bln berkriteria sangat boros.
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) merupakan istilah
yang digunakan untuk mengetahui besarnya pemakaian

89
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Mulai
C. Peluang Konservasi Energi (PKE)
Peluang Konservasi Energi (PKE) didefinisikan
sebagai suatu kegiatan pemanfaatan energi secara lebih Pengumpulan dan Penyusunan Data Historis Bulan
Sebelumnya
efisien (optimal) dan rasional tanpa mengurangi
penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan
Data Historis Energi Bulan
untuk melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan. Sebelumnya
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan yaitu:
Mengurangi sekecil mungkin pemakaian energi Menghitung Besar IKE Bulan Sebelumnya
(mengurangi kW dan jam operasi), Memperbaiki kinerja
peralatan dan penggunaan sumber energi yang murah.
Tidak
IKE > Target ?
III. METODE PENELITIAN Ya
Proses penelitian dilaksanakan pada bulan Desember Melakukan Audit Energi Rinci
2017 sampai dengan Agustus 2018. Tempat pelaksanaan
pengambilan data dalam penelitian kali ini di khususkan
pada Gedung Harper Perintis Makassar. Adapun alat ukur Data Hasil Audit Rinci
yang digunakan pada penelitian ini ialah Thermometer
Infrared, Lux meter, dan Tang amper.
Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam Mengenal Kemungkinan PKE
penelitian adalah metode analisis deskriptif dan
perhitungan berdasarkan teori untuk mengetahui besar Analisa PKE
efisiensi penggunaan energi bangunan gedung. Efesiensi
penggunaan energi listrik pada gedung dapat diketahui
setelah melakukan perhitungan besar Intensitas Konsumsi Menghitung Besarnya IKE
Energi (IKE) gedung dengan melewati beberapa prosedur.
Prosedur penelitian dilaksanakan mengikuti langkah-
Selesai
langkah yang terstruktur dan sistematis. Sebagaimana
yang disarankan SNI 03-6196-2011, audit energi pada
bangunan gedung terdiri dari tiga bagian yaitu audit energi
singkat, audit energi awal, dan audit energi rinci. Gambar 1. Flowchart Analisis Audit Energi

Pelaksanaan sebagai berikut: IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


1) Persiapan audit energi berupa mempelajari literatur
dan persiapan alat ukur. A. Audit Energi Singkat
2) Melakukan audit energi singkat dengan
mengumpulkan dan menyusun data energi bangunan. Gedung Harper Perintis Makassar merupakan hotel
3) Menganalisis profil penggunaan energi di Gedung kelas Bintang 4 yang memiliki 5 lantai dengan jumlah
Harper Perintis Makassar. keseluruhan kamar yaitu 159 kamar, tetapi yang
4) Melakukan audit energi awal. digunakan untuk kamar tamu hanya 158 kamar, dimana
5) Menghitung besarnya IKE awal. dari total kamar tersebut mempunyai 4 kelas kamar yaitu
6) Melakukan audit energi rinci. kelas Superior yang berjumlah 72, kelas Deluxe yang
7) Menghitung besarnya IKE rinci. berjumlah 4, kelas Junior Suite yang berjumlah 5, kelas
8) Mengidentifikasi peluang konservasi energi. Deluxe Suite berjumlah 77. Adapun profil kelistrikan
9) Hasil dari identifikasi peluang konservasi energi gedung Private Care Center adalah sebagai berikut:
maka dilanjutkan menganalisis peluang konservasi Kondisi maksimum (beban puncak) terjadi pada
energi. pukul 18.00 – 22.00 WITA,
10) Analisis dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan - Daya yang terpasang : 865 kVA
perhitungan manual dan dengan menggunakan - Faktor daya : 0.99
program yang telah dibuat dengan GUIDE Matlab. - Golongan Tarif Dasar Listrik :B-3 865kVA)
Hasil analisis direkomendasi untuk penghematan dan
pembuatan laporan akhir. B. Audit Energi Awal
11) Hasil perbandingan yang tidak memunculkan Dalam perhitungan audit energi awal ini, akan
peluang penghematan akan langsung dibuat laporan dijelaskan mengenai profil gedung, dan juga akan dicari
akhir. nilai IKE (Intensitas Konsumsi Energi) listrik Gedung
Harper Perintis Makassar dengan memanfaatkan data
historis energi listrik (data yang diperoleh tanpa hasil
pengukuran) serta data luas area gedung Harper Perintis
Makassar yang dikondiskan.

90
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Tabel 1. Komposisi Luas Gedung Harper Perintis Makassar !"#$% !"ℎ


Luas !"# =
No Area Luas Total !"#$ !"#$ !"#!"#$%$&'"
dikondisikan
1 Lantai dasar 3039.72 2456.28 138,333.333 !"ℎ/!"#$%
=
2 Lantai satu 2816.32 1524.32 8127.8
3 Lantai dua 1257.72 1036.8 = 17.02 !"ℎ/!2/bulan
4 Lantai tiga 1257.72 1036.8
Sebagai pedoman, telah ditetapkan nilai standar IKE
5 Lantai lima 1257.72 1036.8 listrik untuk bangunan di Indonesia oleh Departemen
6 Lantai enam 1257.72 1036.8 Pendidikan Nasional Republik Indonesia tahun 2004
Total 10886.92 8127.8 dimana untuk nilai antara 14.58 – 19.17 kWh/m²/bulan
termasuk dalam kriteria yang agak boros, oleh karena itu
perlu dilakukan audit energi rinci lebih lanjut untuk
mendapatkan nilai IKE listrik yang masuk dalam kategori
lebih baik dari sebelumnya.
Grafik Konsumsi Energi Listrik Gedung Harper
Perintis Makassar
C. Audit Energi Rinci
Berdasarkan data analisis penggunaan energi listrik
150.000,000 di Gedung Harper Perintis Makassar selama satu bulan
diperoleh konsumsi listrik untuk penerangan sebesar
100.000,000 7,624.26 kWh/bulan, sistem pengkondisian udara sebesar
50.000,000 96,436 kWh/bulan, perangkat elektronik 62,627
kWh/bulan dan beban motor 15,696 kWh/bulan. Berikut
0,000 ini adalah persentase penggunaan energi listrik pada
Gedung Harper Perintis Makassar.

Presentase Penggunaan Energi Listrik Gedung


Total Pemakaian Energi Listrik (kWh) Harper Perintis Makassar
Gambar 1. Grafik Pemakaian Energi Listrik Harper Perintis
Makassar (Periode Mei – Oktober 2017) 4% Sistem
9% Penerangan
Tabel 2. Data Konsumsi Energi Listrik Gedung Harper Perintis 34%
Makassar Mei-Oktober 2017 53%
Sistem
N Pemakaian Energi Listrik (kWh) Energy Pengkondisian
Bulan
o cost Udara
WBP LWBP Total
24,000.0 115,000. 139,000. 155,971,
1 Mei
00 000 000 205
27,000.0 118,000. 145,000. 162,703, Gambar 3. Persentase Penggunaan Energi listrik pada Gedung
2 Juni Harper Perintis Makassar
00 000 000 775
22,000.0 97,000.0 119,000. 133,529,
3 Juli D. Peluang Konservasi Energi (PKE)
00 00 000 305
26,000.0 121,000. 147,000. 164,947, Dari persentase penggunaan energi listrik dapat dilihat
4 Agustus
00 000 000 965 bahwa penggunaan energi listrik untuk sistem
Septem 25,000.0 115,000. 140,000. 157,093, pengkondisian udara (AC) adalah sebesar 53%. AC
5
ber 00 000 000 300
merupakan komponen yang menyerap energi listrik yang
25,000.0 115,000. 140,000. 157,093,
6 Oktober paling besar dibandingkan dengan pemakaian listrik
00 000 000 300
149,000. 681,000. 830,000. 931,338, perangkat lainnya. Sedangkan untuk bagian penerangan
Total hanya mengkonsumsi 4% dari total pemakaian, yakni
000 000 000 850
Rata- 24,833.3 113,500. 138,333. 155,223, sebanyak 7,624.26 kWh/bulan.
rata/Bulan 33 000 333 142 Berdasarkan SNI 6196:2011, terdapat beberapa jenis
rekomendasi untuk penghematan energi, yakni:
Dari data luas gedung pada tabel 1 dan data
1) Peningkatan efisiensi penggunaan energi tanpa biaya,
konsumsi energi pada Tabel 2. Maka dapat dihitung
2) Perbaikan dengan investasi kecil (biaya ringan),
besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik pada
3) Perbaikan dengan investasi besar (biaya berat).
Gedung Harper Perintis Makassar selama periode tertentu.
Dari hasil analisis PKE diatas diperoleh jumlah
Adapun untuk perhitungan dalam periode sebulan adalah
penggunaan energi listrik pada Gedung Harper Perintis
sebagai berikut:
Makassar. Setelah dilakukan analisis PKE untuk
perangkat-perangkat yang dapat dihemat, didapatkan 6

91
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

kondisi sehingga di dapatkan intensitas konsumsi energi Tabel 8. Konsumsi Energil Listrik Setelah PKE dengan
listrik yang lebih rendah sehingga penggunaan energi Pengaturan Pengoperasian Jam Kerja Pada Perangkat Elektronik
listrik pada peralatan dapat lebih efisien, untuk lebih (investasi tanpa biaya)
jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini: No Perangkat Total kWh/bulan
1 Lampu 7,624
Tabel 1. Konsumsi Energi Listrik Setelah PKE dengan 2 AC 96,436
Penggantian MC-22 10% (investasi biaya ringan)
3 Beban Elektronik 34,962
No Perangkat Total kWh/bulan
4 Beban Motor 15,696
1 Lampu 7,624
Total 154,718
2 AC 95,457
3 Beban Elektronik 62,627 Berikut hasil perhitungan IKE dengan beberapa
4 Beban Motor 15,696 kondisi peluang konservasi energi yang telah dilakukan:
Total 181,404
Tabel 2. Besar intensitas konsumsi energi listrik pada Gedung
Harper Perintis Makassar
Tabel 4. Konsumsi Energi Listrik Setelah PKE dengan
Pengaturan Pengoperasian Jam Kerja Pada Beban Motor dengan IKE
Kondisi
Pemasangan Penampungan Air (investasi biaya besar) (kWh/m2/bulan)
No Perangkat Total kWh/bulan Sebelum PHE 22.42
1 Lampu 7,624 Sesudah Penggantian ke MC-22
2 AC 96,436 22.32
(10%, investasi biaya ringan)
3 Beban Elektronik 62,627
Sesudah Pengaturan
4 Beban Motor 13,584 Pengoperasian Jam Kerja Pada
Total 180,271 Beban Motor dengan Pemasangan 22.18
Penampungan Air (investasi biaya
Tabel 5. Konsumsi Energi Listrik Setelah PKE dengan besar)
penggantian MC-22 30% (investasi biaya ringan)
Sesudah Penggantian ke MC-22
No Perangkat Total kWh/bulan 22.08
(30%, investasi biaya ringan)
1 Lampu 7,624
Sesudah Penggantian Jenis AC
2 AC 93,499 Sesuai dengan Intensitas
22.02
3 Beban Elektronik 62,627 Pendinganinan Setiap Ruangan
4 Beban Motor 15,696 (investasi biaya berat)

Total 179,446 Sesudah Penggantian jenis AC


berteknologi Inverter/VRV 20.31
Tabel 6. Konsumsi Energi Listrik Setelah PKE dengan (Investasi biaya besar)
penggantian AC sesuai kapasitas BTU/h (investasi biaya besar)
Sesudah Pengaturan
No Perangkat Total kWh/bulan
Pengoperasian Jam Kerja Pada
19.04
1 Lampu 7,624 Perangkat Elektronik (investasi
tanpa biaya)
2 AC 93,039
Dari perhitungan diatas dapat diperoleh nilai IKE per
3 Beban Elektronik 62,627
satuan luas yang dikondisikan setelah penghematan adalah
4 Beban Motor 15,696 sebesar 22.32 kWh/m²/bulan, 22.18 kWh/m²/bulan, 22.08
Total 178,986 kWh/m²/bulan, 22.02 kWh/m²/bulan, 20.31
kWh/m²/bulan, dan 19.04 kWh/m²/bulan, terlihat bahwa
Tabel 7. Konsumsi Energi Listrik Setelah PKE dengan terjadi penurunan nilai IKE listrik setelah dilakukan
penggantian jenis AC berteknologi Inverter/VRV (investasi biaya penghematan.
besar)
No Perangkat Total kWh/bulan
E. Implementasi Program Aplikasi Pendukung Audit
Energi
1 Lampu 7,624 Pengujian dilakukan pada program aplikasi mandiri
2 AC 79,107 yang dinamakan “Aplikasi Pendukung Audit Energi”,
dimana perangkat lunak ini dibuat menggunakan
3 Beban Elektronik 62,627
perangkat pemrograman GUI Matlab dan dalam
4 Beban Motor 15,696 penggunaannya bersifat opensource atau bebas. Berikut
merupakan contoh hasil running programnya:
Total 165,054

92
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

energi rinci) per satuan luas yang dikondisikan (net


area) adalah sebesar 22.42 kWh/m2/bulan yang
termasuk dalam kriteria “Boros”.
3) Konservasi Energi dapat diperoleh besarnya IKE listrik
persatuan luas yang dikondisikan adalah sebesar 22.32
kWh/m2/bulan untuk penggantian ke MC-22 (10%,
investasi biaya ringan), 22.18 kWh/m2/bulan untuk
pengaturan pengoperasian jam kerja pada beban motor
dengan pemasangan penampungan air (investasi biaya
besar), 22.08 kWh/m2/bulan untuk penggantian ke
MC-22 (30%, investasi biaya ringan), 22.02
Gambar 4. Tampilan Grafik Audit Awal kWh/m2/bulan untuk Penggantian Jenis AC Sesuai
dengan Intensitas Pendinganinan Setiap Ruangan
(investasi biaya berat), 20.31 kWh/m2/bulan untuk
penggantian jenis AC berteknologi Inverter/VRV
(investasi biaya besar), dan 19.04 kWh/m2/bulan untuk
pengaturan pengoperasian jam kerja pada perangkat
elektronik (investasi tanpa biaya).
UCAPAN TERIMA KASIH
Kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1) Politeknik Negeri Ujung Pandang karena telah
Gambar 1. Tampilan window Perhitungan IKE
menjadi wadah bagi saya dalam menuntut ilmu.
2) Kedua orang tua tercinta dan saudara yang menjadi
motivator saya.
3) Pihak instansi Gedung Harper Perintis Makassar

REFERENSI
[1] Berchman, Hanny dkk. 2012. Panduan Penghematan
Enegi di Gedung Pemerintah,
(Online,(www.iced.or.id), diakses 22 Maret 2018).
[2] Farid, Andi Fahrul. 2016. Audit Energi Hotel
Ramayana Makassar. Makassar: Politeknik Negeri
Gambar 6. Tampilan window Identifikasi PKE Ujung Pandang.
[3] Kepala Dinas Parawisata Provinsi Daerah Khusus
V. KESIMPULAN Ibukota Jakarta. 2005. Buku Pedoman Efisiensi
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, maka Energi di Hotel. Jakarta.
beberapa kesimpulan hasil audit energi dan analisis [4] Marwan. 2017. Belajar Mudah Matlab Beserta
konservasi energi pada Gedung Harper Perintis Makassar Aplikasinya. Yogyakarta: ANDI.
yang dapat penulis ambil antara lain: [5] Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung,
1) Proses audit energi dilakukan dengan 3 tahap yakni Konservasi Energi Sistem Tata Udara Pada
audit energi singkat, audit energi awal, dan audit energi Bangunan Gedung dan Konservasi Energi Sistem
rinci. Pada tahap audit energi singkat, kegiatannya Pencahayaan Bangunan Gedung (SNI 03-6196-2000,
meliputi pengumpulan data profil gedung dan profil SNI 036090-2000, SNI 03-6197-2000).Badan
kelistrikan. Kemudian tahan audit awal kegiatannya Standarisai Nasional. 2004.
meliputi mengumpukan sejumlah data energy dan [6] Pedoman Pelaksanaan Efesiensi Energi di
rekening energi listrik. Tahap audit energi rinci, PDAM.).Direktorat Pengembangan Air Minum.2004.
meliputi mengumpukan dan mengukur sejumlah data [7] Prlhartono, Joko dkk. 2012. Audit Energi dan
secara rinci dan analisis finansial hemat energy sesuai Peluang Penghematan Energi Listrik Gedung
dengan SNI 03-6196-2011. Mahkamah Konstitusi Jakarta. Riau: Teknik Mesin
2) Pemakaian energi listik di Gedung Harper Perintis Universitas Pasir Pangaraian.
Makassar selama sebulan data dari system beban [8] Rianto.A. (2007). Audit Energi dan Analisis Peluang
penerangan sebesar 7,624.26 kWh/bulan, system Penghematan Konsumsi Energi pada Sistem
pengkondisian udara sebesar 96,436 kWh/bulan, dan Pengkondisian Udara di Hotel Santika Premiere
system beban lainnya sebesar 78,323 kWh/bulan. Semarang. Semarang: UNNES.
Sehingga total pemakaian perbulannya sebesar 182,304 [9] Wijaya, Riki Chandra. Modul Guide Matlab.Jambi:
kWh/bulan. Jadi dapat diperoleh besarnya Intensitas Universitas Negeri Jambi.
Konsumsi Energi (IKE) listrik hasil pengukuran (audit

93
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Pemanfaatan Power Quality Meter (PQM) dalam Pengukuran pada
Instalasi Tenaga
Hasnawiyah1), Ahmad Rizal Sultan2), Sarma Thaha3)
1,2,3)
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
1
hasnawiyah875@yahoo.com, 2 rizal.sultan@poliupg.ac.id , 3 sarma.thaha@gmail.com

Abstrak

Energi listrik merupakan salah satu energi yang paling banyak digunakan dalam sisi kehidupan manusia dan sudah
menjadi kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman dan semakin meningkatnya jumlah populasi
manusia, permintaan akan energi listrik di seluruh dunia juga semakin meningkat. Kualitas daya listrik yang buruk itulah yang
dapat mengakibatkan kegagalan atau salah operasi beban listrik pada konsumen. Oleh karena itu perlu mengetahui kualitas
daya listrik dengan melakukan pengukuran kualitas daya dengan menggunakan alat Power Quality Meter (PQM) dalam
pengukuran. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui prosedur pengukuran pada alat PQM dan mengetahui nilai-nilai
besaran yang diukur dari alat PQM. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan didapatkan nilai-nilai parameter kualitas
daya seperti arus, tegangan, sudut phasa, daya, frekuensi dan harmonisa. Pada pengukuran yang dilakukan ketika menyalakan
secara bersamaan antara satu motor dengan motor lainnya maka nilai harmonisa arus yang didapatkan memiliki nilai harmonisa
yang besar. Dengan nilai total harmonisa arus didapatkan dari hasil total penjumlahan pada motor tersebut.

Keywords: Power Quality Meter (PQM), Arus, Tegangan, Sudut Phasa, Daya, Frekuensi, Harmonisa.

I. PENDAHULUAN dengan judul Pemanfaatan PQM dalam Pengukuran pada


Energi listrik merupakan salah satu energi yang paling instalasi tenaga.
banyak digunakan dalam sisi kehidupan manusia dan sudah
menjadi kebutuhan hidup manusia. Seiring dengan II. TINJAUAN PUSTAKA
berkembangnya zaman dan semakin meningkatnya jumlah 2.1 Kualitas Daya Listrik
populasi manusia, permintaan akan energi listrik di seluruh Kualitas daya listrik adalah tenaga listrik yang andal,
dunia juga semakin meningkat. Dalam bidang teknologi energi listrik dengan kualitas baik dan memenuhi standar
informasi, bidang industri semuanya dapat beroperasi dan mempunyai kontribusi yang penting bagi kehidupan
dengan baik dengan adanya suplai daya listrik. Suplai daya jaman sekarang. Terdapat beberapa definisi yang berbeda
listrik tersebut tentunya harus memenuhi standar dan terhadap pengertian tentang kualitas daya listrik, tergantung
memiliki kualitas daya listrik yang baik. Ketika semakin kerangka acuan yang digunakan dalam mengartikan istilah
sensitifnya suatu peralatan baik di industri maupun di rumah tersebut. Sebagai contoh suatu pengguna utilitas kelistrikan
tangga, kualitas daya listrik menjadi suatu hal yang perlu dapat mengartikan kualitas daya listrik sebagai keandalan, di
diperhatikan. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan mana dengan menggunakan angka statistik 99,98 persen,
kerusakan-kerusakan peralatan sensitif tersebut. sistem tenaga listriknya mempunyai kualitas yang dapat
Kualitas daya listrik yang buruk itulah yang dapat diandalkan. Suatu industri manufaktur dapat mengartikan
mengakibatkan kegagalan atau salah operasi beban listrik kualitas daya listrik adalah karakteristik dari suatu catu daya
pada konsumen. Kualitas daya listrik sangat diperhatikan, listrik yang memungkinkan peralatan-peralatan yang
karena akan berdampak langsung pada mesin produksi, serta dimiliki industri tersebut dapat bekerja dengan baik.
keefektifan proses produksi. Karakteristik yang dimaksud tersebut dapat menjadi sangat
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi berbeda untuk berbagai kriteria.
maka peralatan atau alat ukur yang digunakan dalam Kualitas daya listrik adalah setiap masalah daya listrik
pengukuran besaran besaran listrik dalam sebuah instalasi yang berbentuk penyimpangan tegangan, arus atau frekuensi
juga mengalami kemajuan. Saat ini telah digunakan Power yang mengakibatkan kegagalan ataupun kesalahan operasi
Quality Meter (PQM). Oleh karena itu perlu mengetahui pada peralatan-peralatan yang terjadi pada konsumen energi
kualitas daya listrik dengan melakukan pengukuran kualitas listrik (Roger C. Dugan, 1996).
daya dengan menggunakan alat Power Quality Meter (PQM) Daya adalah suatu nilai dari energi listrik yang
dalam pengukuran. Berdasarkan latar belakang tersebut dikirimkan dan didistribusikan, di mana besarnya daya
penulis tertarik mempelajari lebih dalam melalui tugas akhir listrik tersebut sebanding dengan perkalian besarnya
tegangan dan arus listriknya. Sistem suplai daya listrik dapat

94
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

dikendalikan oleh kualitas dari tegangan, dan tidak dapat yaitu nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang
dikendalikan oleh arus listrik karena arus listrik berada pada menemukan fenomena ini pertama kali. Frekuensi sebesar 1
sisi beban yang bersifat individual, sehingga pada dasarnya Hz menyatakan peristiwa yang terjadi satu kali per detik, di
kualitas daya adalah kualitas dari tegangan itu sendiri (Roger mana frekuensi (f ) sebagai hasil kebalikan dari periode (T ),
C. Dugan, 1996). seperti rumus di bawah ini :

2.2 Parameter Kualitas Daya Listrik f = 1/T ........................................................................... (2.1)


Secara umum kualitas daya listrik pada kondisi steady state Di setiap negara mempunyai frekuensi tegangan listrik yang
ditentukan oleh parameter-parameter berikut: berbeda-beda. Frekuensi tegangan listrik yang berlaku di
1. Tegangan (Volt) Indonesia adalah 50 Hz.
2. Arus (Ampere)
3. Frekuensi (Hz) 2.2.3 Faktor Daya
4. Faktor daya (cos phi) Faktor daya (Cosφ) dapat didefinisikan sebagai
5. Daya (S,P & Q) perbandingan antara daya aktif (Watt) dan daya semu (VA)
6. Harmonisa yang digunakan dalam listrik arus bolak balik. Faktor daya
dapat juga didefenisikan sebagai beda sudut antara nilai
tegangan (V) dan nilai arus (I) yang biasanya dinyatakan
2.2.1 Tegangan Listrik
dalam besaran cos φ.
Secara umum tegangan listrik dititik suplai di izinkan
Terdapat tiga macam daya listrik yang digunakan untuk
bervariasi (+5%) dan (–10%) sesuai standar PLN sedangkan
menggambarkan penggunaan energi listrik, yaitu daya nyata
dalam ANSI C 84.1 diijinkan (–10%) dan (+ 4 %) dalam
atau daya aktif, daya reaktif serta daya semu atau daya
kondisi normal sedangkan kondisi tertentu (darurat)
kompleks.
diijinkan (-13 %) dan (+ 6 %). Untuk tegangan 1 fasa ialah
Daya aktif adalah daya yang terpakai untuk melakukan
198-231 volt dan 3 fasa 330,6-402,8 volt.
energi sebenarnya. Daya ini dinyatakan dengan simbol P
Ketidakseimbangan tegangan pada pintu masuk
dengan satuan Watt atau kW. Daya aktif ini diperlukan
layanan tanpa kondisi beban harus dibatasi sampai 3% atau
untuk diubah ke dalam bentuk energi lain misalnya energi
kurang per standar ANSI C84.1. Fasilitas Perusahaan akan
panas, cahaya dan sebagainya.
dirancang untuk memenuhi pedoman ini.
Persen ketidakseimbangan tegangan : P = V . I . cos φ ........................................................... (2.2)
=(V max dif - Vav 3 ph X 100%)/(Vav 3 ph) (2.1) P = 3 . V_L . I_L . cos φ ............................................. (2.3)
Dimana: Dimana,
P = Daya aktif (Watt)
Vmax dif = tegangan fasa paling berbeda dari rata-rata tiga
V = Tegangan (Volt)
fasa
I = Arus (Ampere)
Vav 3 ph = tegangan rata-rata tiga fase cos φ = faktor kerja untuk daya aktif
Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk
Distorsi Harmonic adalah tegangan atau arus pada frekuensi pembentukan medan magnet. Dari pembentukan medan
yang merupakan kelipatan bilangan bulat dari frekuensi magnet maka akan terbentuk fluks medan magnet. Daya
dasar 60 Hz (120 Hz, 180 Hz, 240 Hz, dll.). Harmonik reaktif dinyatakan dengan satuan VAr (Volt Ampere reaktif)
menggabungkan dengan tegangan dasar atau arus dan adalah daya listrik yang dihasilkan oleh beban-beban yang
menghasilkan bentuk gelombang yang terdistorsi. Distorsi bersifat reaktansi. Terdapat dua jenis beban reaktansi, yaitu
harmonisa ada karena karakteristik perangkat dan beban reaktansi induktif dan reaktansi kapasitif. Beban – beban
nonlinier pada sistem tenaga. Standar IEEE 519 memberikan yang bersifat induktif akan menyerap daya reaktif untuk
batas distorsi harmonik untuk kedua tegangan dan arus pada menghasilkan medan magnet. Contoh beban listrik yang
titik kopling umum (PCC). bersifat induktif antara lain transformator, motor induksi
satu fasa maupun tiga fasa yang biasa digunakan untuk
2.2.2 Frekuensi menggerakkan kipas angin, pompa air, lift, eskalator,
Tegangan dan arus listrik yang digunakan pada sistem kompresor, konveyor dan lain-lain. Beban – beban yang
kelistrikan merupakan listrik bolak-balik yang berbentuk bersifat kapasitif akan menyerap daya reaktif untuk
sinusoidal. Tegangan dan arus listrik sinusoidal merupakan menghasilkan medan listrik. Contoh beban yang bersifat
gelombang yang berulang, sehingga gelombang sinusoidal kapasitif adalah kapasitor.
mempunyai frekuensi. Frekuensi adalah ukuran jumlah
putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu yang Q = V. I sin φ .............................................................. (2.4)
diberikan. Satuan frekuensi dinyatakan dalam hertz (Hz) Q = 3. V_L . I_L . sin φ .............................................. (2.5)

95
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Dimana, 2.2.4 Harmonisa
Q = Daya reaktif (VAr) Harmonisa adalah gejala pembentukan-pembentukan
V = Tegangan (Volt) gelombang sinus dengan frekuensi kelipatan bulat dari
I = Arus (Ampere) frekuensi fundamental. Gelombang fundamental apabila
sin φ = faktor kerja untuk daya reaktif digabungkan dengan frekuensi harmonisa akan
menghasilkan gelombang yang terdistorsi.
Daya kompleks (daya nyata) dinyatakan dengan simbol Harmonisa merupakan suatu fenomena yang terjadi
S dengan satuan VA (Volt Ampere) atau kVA adalah hasil akibat dioperasikannya beban listrik nonlinier, beban listrik
kali antara besarnya tegangan dan arus listrik yang mengalir nonlinier adalah beban listrik yang memiliki sifat
pada beban menyimpang dari hukum ohm. Dimana tegangan dan arus
S = V . I (2.6) tidak sebanding, artinya respon tegangan yang diberikan
Dimana, pada beban tidak sebanding dengan arus beban yang muncul.
S = daya kompleks (VA) Beban linier merupakan kebalikan dari beban non-lionier,
V = Tegangan (Volt) dimana respon tegangan yang diberikan pada beban
I = Arus (Ampere) sebanding dengan arus yang dihasilkan. Bentuk gelombang
Hubungan ketiga buah daya listrik yaitu daya aktif P, harmonisa dan bentuk gelombang dasar (fundamental).
daya reaktif Q serta daya kompleks S, dinyatakan dengan Jika sumber harmonisa yang dihasilkan oleh beban
sebuah segitiga, yang disebut segitiga daya sebagai berikut. nonlinier merupakan dari satu peralatan listrik maka
Hal ini dapat dinyatakan seperti pada Gambar 1 : harmonisa yang dihasilkannya berupa individu, ketika satu
peralatan listrik ini bergabung dengan berbagai macam
beban nonlinier lainnya maka akan terjadi harmonisa yang
banyak. Jika ditotalkan maka akan dapat harmonisa total dari
peralatan listrik tersebut.

2.3 Power Quality Meter (PQM)


PQM merupakan sebuah alat yang memiliki fungsi
untuk mengetahui kualitas daya dari sebuah komponen
instalasi listrik, listrik yang dihubungkan pada peralatan ini.
Selain itu, PQM ini dapat pula digunakan untuk mengetahui
Gambar 1. Segitiga daya arus yang terukur dari setiap phasa yang terhubung ke
Dari gambar segitiga daya tersebut, hubungan antara ketiga motor, selain itu alat ini dapat pula digunakan untuk
daya listrik dapat dinyatakan sebagai berikut : mengetahui keseimbangan dari tegangan yang dihasilkan
oleh setiap phasa di motor tersebut.
S= ! ! + ! ! ...............................................(2.7)

P = S cos φ III. METODE PENELITIAN


Melakukan pengamatan pada alat ukur (arus, tegangan,
P = VI cos φ frekuensi, daya, harmonisa dan faktor daya) untuk
mengetahui nilai yang dihasilkan pada alat power quality
Q = S sin φ
meter (PQM) kemudian membandingkan hasil yang
Q = VI sin φ didapatkan dengan teori. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui kualitas daya pada motor listrik.
Daya nyata (P) = Pa + Pb + Pc .....................(2.13)
Daya Reaktif (!) = !a + !b + !c ...............(2.14) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Daya semu (S) = Sa + Sb + Sc .....................(2.15) 4.1 Prosedur Pengukuran


Adapun beberapa prosedur pengukuran pada alat power
Hal utama yang menyebabkan faktor daya suatu quality meter (PQM) sebagai berikut:
instalasi listrik menjadi rendah disebabkan penggunaan
a) Menghubungkan alat ke sumber 3 fasa
beban induktif. Beban induktif motor induksi umumnya
b) Menekan tombol on pada panel sekaligus menyalakan
memiliki faktor daya yang rendah. Ketika motor induksi
alat power quality meter (PQM)
dijalankan dengan kondisi beban penuh maka faktor dayanya
c) Sebelum melakukan pengukuran, nilai CT primer pada
sebesar 0,8- 0,85, ketika dibebani pada kondisi beban rendah
alat PQM disesuaikan dengan nilai CT yang digunakan
(tanpa beban), maka faktor dayanya berkisar pada nilai 0,2 -
pada rangkaian. Agar nilai yang dibaca pada alat PQM
0,3.
sesuai dengan pembacaan alat CT yang digunakan.
Dimana nilai rasio yang digunakan pada alat CT yaitu

96
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

50/5 A. Dimana untuk mengatur CT pada alat PQM kW
yaitu dengan menekan tombol menu lalu memilih Qa 1,15 1,29 1,15 1,16 1,62 kVAr
kVAr kVAr kVAr kVAr
setpoints, lalu pilih S2 system setup kemudian pilih Sa 1,21 kVA 1,39 kVA 1,24 1,26 1,70 kVA
current/voltage config, lalu pilih phase CT primary lalu kVA kVA
menekan tombol enter lalu menekan tombol atas value Cos ɵ 0,35 ° 0,36 ° 0,36 ° 0,38 ° 0,32 °
untuk menambah dan tombol value kebawah untuk Pb 0,14 kW 0,16 kW 0,14 0,15 kW 0,21 kW
menurunkan nilai CT sesuai dengan nilai yang kW
Qb 1,06 1,17 1,09 1,05 1,49 kVAr
diinginkan. kVAr kVAr kVAr kVAr
d) Setelah selesai mengatur alat PQM, selanjutnya Sb 1,08 kVA 1,19 kVA 1,10 1,07 1,51 kVA
menyalakan motor yang akan diukur kVA kVA
e) Menekan tombol menu pada alat power quality meter Cos ɵ 0,14 ° 0,13 ° 0,13 ° 0,14 ° 0,14 °
Pc 0,25 kW 0,26 kW 0,25 0,25 kW 0,31 kW
(PQM).
kW
f) Selanjutnya, pilih menu actual values lalu pilih Qc 1,31 1,48 1,38 1,35 1,82 kVAr
metering. Kemudian pilih parameter yang akan diukur kVAr kVAr kVAr kVAr
seperti current, voltage, power, dan lainnya. Sc 1,34 kVA 1,51 kVA 1,41 1,38 1,86 kVA
g) Setelah semua yang ada pada metering diukur, kVA kVA
Cos ɵ 0,19 ° 0,17 ° 0,18 ° 0,19 ° 0,17 °
selanjutnya mengukur harmonisa dengan mengganti FREKUENSI
metering ke power quality. M1 M2 M3 M4 M5
h) Selanjutnya mengganti motor ke motor yang lain yang F 49,94 Hz 49,98 Hz 50,12 50,06 49,97 Hz
akan diukur dan menyalakannya. Hz Hz
HARMONISA
M1 M2 M3 M4 M5
4.2 Pengukuran di setiap Motor Ia THD 6,0 5,2 6,6 % 6,9 7,0 %
Pada pengukuran ini, setiap motor listrik yang % % %
Ib THD 6,3 6,2 7,2 % 6,9 7,2 %
digunakan akan diukur. Adapun hasil pengukuran yang % % %
didapatkan sebagai berikut: Ic THD 5,4 5,4 6,3 % 6,5 6,7 %
Tabel 1. Hasil Pengukuran Setiap Motor % % %
ARUS Van THDF 2,6 2,5 2,7 % 2,4 2,9 %
M1 M2 M3 M4 M5 % % %
Ia 5A 6A 5A 5A 7A Vbn THDF 1,3 1,8 1,3 % 1,4 1,4 %
Ib 4A 5A 4A 4A 6A % % %
Ic 5A 6A 6A 6A 7A Vcn THDF 2,7 2,8 2,7 % 2,8 3,0 %
Iavg 5A 6A 5A 5A 7A % % %
TEGANGAN
M1 M2 M3 M4 M5 4.3 Pengukuran Panel Cabang 1 (M1, M2 dan M3)
Van 232 V 224 V 233 V 231 V 232 V
Adapun hasil pengukuran panel cabang 1 dimana
Vbn 223 V 212 V 224 V 223 V 223 V
Vcn 231 V 224 V 232 V 232 V 232 V motor yang dinyalakan yaitu motor 1, motor 2, dan motor 3
Vavg L-N 228 V 221 V 229 V 231 V 229 V sebagai berikut:
Vab 393 V 378 V 394 V 393 V 393 V
Vbc 395 V 380 V 396 V 396 V 396 V Tabel 2. Pengukuran Arus
Vca 400 V 387 V 402 V 401 V 400 V Ia Ib Ic Iavg
Vavg L-L 396 V 382 V 397 V 396 V 396 V 17 A 15 A 17 A 16 A
SUDUT PHASA
M1 M2 M3 M4 M5 Tabel 1.Pengukuran Tegangan
<Van 0° 0° 0° 0° 0° Van Vbn Vcn Vavg Vab Vbc Vca Vavg
<Vbn 241 ° 240 ° 240 ° 241 ° 241 °
<Vcn 120 ° 119 ° 199 ° 120 ° 120 °
L-N L-L
< Ia 69 ° 69 ° 69 ° 67 ° 69 ° 227 220 221 223 384 384 389 385
< Ib 323 ° 323 ° 323 ° 323 ° 323 ° V V V V V V V V
<Ic 200 ° 200 ° 198 ° 200 ° 200 °
DAYA Tabel 4. Pengukuran Sudut Phasa
M1 M2 M3 M4 M5 <Van 0° <Ia 74 °
P 0,82 kW 0,89 kW 0,84 0,88 kW 1,02 kW <Vbn 241 ° <Ib 323 °
kW
Q 3,51 3,94 3,61 3,59 4,92 kVAr Vcn 242° <Ic 195 °
kVAr kVAr kVAr kVAr
S 3,60 kVA 4,03 kVA 3,70 3,69 5,06 kVA
kVA kVA
Cos ɵ 0,23 ° 0,22 ° 0,23 ° 0,24 ° 0,21 °

Pa 0,43 kW 0,49 kW 0,44 0,47 kW 0,55 kW

97
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Tabel 5. Pengukuran Daya 4.3.4 Pengukuran dengan menyalakan ke-5 Motor
P 2,45 kW Pb 0,39 kW Adapun hasil pengukuran panel utama dimana
Q 10,40 kVAr Qb 3,23 kVAr menyalakan kelima motor secara bersama-sama sebagai
S 10,70 kVA Sb 3,27 kVA berikut:
Cos ɵ 0,23 ° Cos ɵ B 0,13 ° Tabel 14. Pengukuran Arus
Pa 1,9 kW Pc 0,93 kW Ia Ib Ic Iavg
Qa 3,60 kVAr Qc 3,57 kVAr 24 A 25 A 22 A 24 A
Sa 3,75 kVA Sc 3,70 kVA
Cos ɵ A 0,29 ° Cos ɵ C 0,25 ° Tabel 15. Pengukuran Tegangan
Van Vbn Vcn Vavg Vab Vbc Vca Vavg
Tabel 6. Pengukuran Frekuensi L-N L-L
Frekuensi 226 221 224 224 V 386 386 391 387 V
V V V V V V
50,15 Hz
Tabel 16. Pengukuran Sudut Phasa
Tabel 7. Pengukuran Harmonisa <Van 0° <Ia 54 °
Ia THD 8,3 % Van THD 2,8 % <Vbn 241 ° <Ib 313 °
Ib THD 6,3 % Vbn THD 1,3 % 120°
Vcn <Ic 171 °
Ic THD 22,3 % Vcn THD 2,8 %
Tabel 2. Pengukuran Daya
4.3 Pengukuran Panel Cabang 2 (M4 dan M5) P 6,76 kW Pb 1,47 kW
Adapun hasil pengukuran panel cabang 2 dimana Q 14,12 kVAr Qb 5,37 kVAr
motor yang dinyalakan motor 4 dan motor 5 sebagai berikut S 15,63 kVA Sb 5,57 kVA
: Cos ɵ 0,43 ° Cos ɵ B 0,26 °
Tabel 8. Pengukuran Arus Pa 2,77 kW Pc 2,55 kW
Ia Ib Ic Iavg Qa 4,65 kVAr Qc 4,08 kVAr
12 A 11 A 13 A 12 A Sa 5,43 kVA Sc 4,82 kVA
Cos ɵ A 0,51 ° Cos ɵ C 0,53 °
Tabel 9. Pengukuran Tegangan
Van Vbn Vcn Vavg Vab Vbc Vca Vavg Tabel 3. Pengukuran Frekuensi
L-N L-L Frekuensi
229 223 225 226 389 389 394 390 49,93 Hz
V V V V V V V V
Tabel 19. Pengukuran Harmonisa
Tabel 10. Pengukuran Sudut Phasa 41,4 %
Ia THD Van THD 2,3 %
<Van 0° <Ia 73 °
Ib THD 24,0 % Vbn THD 1,3 %
<Vbn 241 ° <Ib 323 °
Ic THD 56,3 % Vcn THD 2,5 %
Vcn 120° <Ic 201 °
Dari data hasil pengukuran, dilihat dari hasil yang di
Tabel 11. Pengukuran Daya
dapatkan dapat di bandingkan nilai standar yang berlaku
P 1,54 kW Pb 0,35 kW bagi parameter yang terukur. Dimana disetiap parameter
Q 7,98 kVAr Qb 2,41 kVAr yang terukur dilihat nilai-nilainya masih memenuhi standar
S 8,13 kVA Sb 2,44 kVA yang ada, namun untuk nilai harmonisa arus yang terukur
Cos ɵ 0,19 ° Cos ɵ B 0,15 ° sangat tinggi dan melampaui nilai standar harmonisa arus,
Pa 0,79 kW Pc 0,40 kW ini di sebabkan karena pengaruh dari arus starting yang
Qa 2,68 kVAr Qc 2,87 kVAr terjadi pada motor sangat tinggi sehingga mengakibatkan
frekuensi turun dan menaikkan nilai harmonisa. Pada tabel
Sa 2,81 kVA Sc 2,90 kVA
hasil pengukuran harmonisa arus di setiap phasa memiliki
Cos ɵ A 0,28 ° Cos ɵ C 0,13 ° nilai harmonisa diatas nilai standar 5 % . Dimana nilai
Tabel 12. Pengukuran Frekuensi harmonisa Ia = 41,4 %, Ib = 24,0 %, dan Ic = 56,3 %.
Frekuensi 50,07 Hz Sedangkan harmonisa tegangan yang terukur memenuhi
standar yang ada yaitu dibawah 5% dimana nilai harmonisa
Tabel 13. Pengukuran Harmonisa tegangan yaitu Van = 2,3 %, Vbn 1,3 %, Vcn = 2,5 %.
Ia THD 5,8 % Van THD 2,8 %
Ib THD 6,3 % Vbn THD 1,3 %
Ic THD 8,3 % Vcn THD 2,8 %

98
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

V. PENUTUP [2] Fuchs, Ewald F. &Masoum, Mohammad A.S. Power
5.1 Kesimpulan Quality in Power Systems and Electrical Machines.
Elsevier Inc, 2008.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan maka
[3] Jusmin Sutanto, dkk, 2001. Implikasi Harmonisa
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Dalam Sistem Tenaga Listrik & Alternatif Solusinya.
1. Pada pengukuran alat PQM yang telah dilakukan dapat
[4] Safai sujana : Pengukuran dan Alat Ukur Listrik,
diketahui bagaimana prosedur pengukuran pada alat
Penerbit.
PQM, dimana pada alat terdapat 2 menu yaitu setpoint
[5] William D Copper : Instrumentasi Elektronik dan
dan actual values. Setpoint untuk pengaturan pada alat,
Teknik Pengukuran, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1986.
sedangkan actual values untuk melihat hasil
pengukuran.
2. Dari hasil pengukuran yang didapatkan pada alat PQM
nilai-nilai besaran yang terukur yaitu arus, tegangan,
sudut phasa, daya, frekuensi dan harmonisa. Dari nilai
besaran yang terukur pada alat PQM memiliki nilai
yang sesuai dengan standar yang ada. Namun untuk
nilai besaran pada harmonisa untuk harmonisa arus
yang terukur melewati nilai standar harmonik arus.
Dimana ini disebabkan karena adanya penyimpangan
yang terjadi antara nilai arus dan tegangan yang tidak
sebanding, serta nilai harmonisa akan semakin besar
ketika satu motor digabungkan dengan berbagai macam
motor lainnya. Dimana jika ditotalkan maka akan
mendapatkan harmonisa total dari motor yang
digunakan.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada Tugas Akhir
ini, maka diperoleh saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya menambahkan pengukuran dengan
menambahkan kapasitor pada rangkaian pengukuran
agar dapat memperbaiki nilai faktor daya pada motor.

UCAPAN TERIMA KASIH


1. Teristimewa kepada kedua orang tua dan seluruh
keluarga tercinta atas segala doa dan bantuan baik
moril maupun materil.
2. Bapak Ahmad Rizal Sultan S.T.,M.T.,P.hD, sebagai
Pembimbing I dan ibu Sarma Thaha S.T.,M.T., sebagai
Pembimbing II yang telah menvurahkan waktu dan
kesempatannya untuk mengarahkan penulis dalam
meyelesaikan skripsi ini.
3. Manager PT PLN (Persero) Wilayah SULSELRABAR
Area Makassar Selatan.
4. Kelas A14 yang senantiasa membantu dan menemani
dari awal hingga akhir studi penulis di Politeknik
Negeri Ujung Pandang.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Eka Resjiyanti Ibrahim. (2016). Analisis Pengaruh
Harmonisa pada Transformator 3 Fasa. Tugas Akhir.
PNUP, Makassar.

99
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Analisis Gangguan pada Gardu GT.PAL 020 di Kompleks Bumi
Permata Hijau Jalan Sultan Alauddin Makassar
Amalia Azhari Iskandar1), Hamma2)
1)
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
E-mail: amalia_azhariiskandar@yahoo.com
2)
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Abstrak
Gardu distribusi merupakan salah satu komponen utama dari suatu sistem distribusi PLN yang berfungsi untuk
menghubungkan jaringan ke konsumen. Bila terjadi arus lebih pada saluran distribusi ini dapat menyebabkan kerusakan
pada alat-alat listrik karena jika arus kerja bertambah melampaui batasan yang ditentukan dan tidak ada proteksi atau jika
proteksi tidak memadai atau tidak efektif, maka keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan kerusakan isolasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya gangguan pada Fuse Cut Out serta bagaimana cara
mengatasinya. Pengumpulan data menggunakan metode studi literatur, metode wawancara, metode observasi dan metode
analisis. Penelitian ini difokuskan pada gardu distribusi GT.PAL 020 di kompleks Bumi Permata Hijau jalan sultan
Alauddin Makassar dengan analisis data yang diperoleh menggunakan beberapa persamaan dasar. Dari hasil analisis
diketahui penyebab terjadinya kerusakan pada Fuse Cut Out disebabkan oleh beban yang digunakan pada transformator
GT.PAL 020 melampaui dari kapasitas transformator dan NH Fuse yang tidak sesuai dengan spesifikasi transformator
sehingga tidak bekerja sebagaimana mestinya mengakibatkan fuse cut out yang berkerja yaitu dengan putusnya fuselink.

Keywords: Transformator, FCO, Fuse Link, NH Fuse.

I. PENDAHULUAN pelanggan [2]. Adapun gambar sistem tenaga listrik dapat


Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dilihat dibawah ini :
dari suatu sistem distribusi PLN yang berfungsi untuk
menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk
mendistribusikan tenaga listrik pada konsumen atau
pelanggan, baik itu pelanggan tegangan menengah
maupun pelanggan tegangan rendah. Dalam Gardu
Distribusi ini biasanya digunakan transformator distribusi
yang berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik dari
jaringan distribusi tegangan tinggi menjadi tegangan
terpakai pada jaringan distribusi tegangan rendah. Bila Gambar 1. Sistem Tenaga Listrik
terjadi arus lebih pada saluran distribusi ini dapat
menyebabkan kerusakan pada alat-alat listrik karena jika B. Gardu Distribusi
arus kerja bertambah melampaui batasan yang ditentukan Gardu distribusi adalah sebuah komponen penting
dan tidak ada proteksi atau jika proteksi tidak memadai dalam penyaluran distribusi listrik yang berfungsi untuk
atau tidak efektif, maka keadaan tidak normal dan akan menurunkan tegangan dari tegangan menengah ke
mengakibatkan kerusakan isolasi. Kondisi yang sering tegangan rendah untuk disalurkan dan digunakan oleh
terjadi pada gardu GT.PAL 020 di perumahan Bumi pelanggan. Di dalam gardu distribusi terdapat beberapa
Permata Hijau jalan Sultan Alauddin adalah beberapa kali peralatan listrik seperti panel hubung bagi (PHB) TM,
salah satu Fuse Cut Out (FCO) tersebut meledak dan panel hubung bagi (PHB) TR, dan transformator distribusi
mengakibatkan beberapa rumah didalam perumahan (20kV/380 volt). Pada PHB-TM ada FCO, arrester
tersebut mengalami trip karena putusnya tegangan ke (penangkap petir) dan lain-lain. Pada PHB-TR ada NH
konsumen. fuse, rel, headbump dan lain-lain.
Transfomator merupakan suatu alat magnetoelektrik
II. LANDASAN TEORI yang sederhana, andal dan efisien untuk mengubah
tegangan arus bolak balik dari suatu tingkat ke tingkat
A. Sistem Distribusi Tenaga Listrik
lain. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti
Jaringan yang keluar dari pembangkit tenaga listrik
yang terbuat dari besi berlapis dan buah kumparan, yaitu
sampai pada gardu induk disebut jaringan transmisi
kumparan primer dan sekunder.
sedangkan jaringan yang keluar dari gardu induk
sampai kepada konsumen disebut dengan jaringan
C. Sistem Proteksi Tenaga Listrik
distribusi. Oleh karena itu, sistem distribusi merupakan
Sistem proteksi tenaga listrik adalah sistem proteksi
salah satu sistem tenaga listrik yang paling dekat yang dipasang pada sebuah peralatan-peralatan listrik

100
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

suatu sistem tenaga listrik, misalnya motor generator, 3. Konstruksi mekanis didasarkan pemasangan pada
transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi tiang.
abnormal over kondisasi sistem itu sendiri. Abnormal itu 4. Dihubungkan ke sistim distribusi dengan batas-
dapat berupa antara lain : hubung singkat, tegangan lebih, batas tegangan operasinya.
frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain. Adapun gambar dibawah ini merupakan bagian utama
Manfaat dari sistem proteksi adalah sebagai berikut: dari FCO, yaitu[4]:
1. Menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan
peralatan-peralatan akibat gangguan (kondisi
abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi
perangkat proteksi yang digunakan maka akan
semakin sedikit pengaruh gangguan kepada
kemungkinan kerusakan alat.
2. Cepat melokalisir luas daerah yang mengalami
gangguan, menjadi sekecil mungkin.
3. Dapat memberikan pelayanan listrik dengan
keandalan yang tinggi kepada konsumen dan
juga mutu listrik yang baik. Gambar 2. Fuse Cut Out
4. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang
ditimbulkan oleh listrik. Adapun cara menentukan Fuse Link adalah dengan
Untuk menjaga gardu distribusi tetap bekerja secara persamaan (1), sebagai berikut:
optimal sebaiknya digunakan beberapa komponen
!"#"$%&"$ !"#$%&'"(#!'" (!"#)
pengaman. Adapun komponen-komponen pengaman !"#$ !"#$ = ............(1)
!×!"#$%#$% !" (!)
yaitu Fuse Cut Out, Lightning Arrester, Panel Tegangan
Rendah, Saklar Pemutus Utama, dan NH Fuse. Fungsi Penangkal petir adalah suatu alat pelindung bagi
tiap komponen pengaman sebagai berikut : peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir. Alat
1. Fuse Cut Out (FCO) pelindung terhadap gangguan surja ini berfungsi
- Peralatan pengaman yang ditempatkan di sisi melindungi peralatan sistem tenaga listrik dengan cara
tegangan menengah. membatasi surja tegangan lebih yang datang dan
- Fuse yang dipasang di atas setingkat dari arus mengalirkannya ke tanah [8]. Berikut contoh gambar dari
nominal. Lightning Arrester yang dapat dilihat pada gambar
2. Lightning Arrester dibawah ini:
- Peralatan pengaman tegangan lebih, akibat
sambaran petir, maupun switching.
- Ditempat di sisi tegangan menengah dan
dibumikan.
3. Panel Tegangan Rendah
- Peralatan bantu, tempat meletakkan saklar
pemutus utama, rel-rel tegangan rendah dan fuse
holder, serta peralatan tegangan rendah lainnya.
Gambar 3. Lightning Arrester
4. Saklar Pemutus Utama
- Pengaman transformator jika terjadi hubung
Pada dasarnya semua konstruksi jaringan distribusi
singkat pada tegangan rendah.
tidak ada yang benar-benar aman dari gangguan yang
5. NH Fuse
datangnya dari dalam sistem itu sendiri maupun dari dari
- Berfungsi untuk membatasi arus jurusan.
luar sistem. Gangguan tersebut merupakan potensi yang
- Sebagai pengaman jika terjadi beban lebih atau
merugikan ditinjau dari beberapa hal, maka perlunya
hubung singkat pada jaringan tegangan rendah.
dipasang sistem proteksi yang berfungsi untuk mencegah
atau membatasi kerusakan pada gardu beserta
D. Definisi FCO
peralatannya dan menjaga keselamatan umum.
FCO merupakan sebuah alat pemutus rangkaian
1. Cara menentukan kapasitas NH Fuse pada gardu
listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja
distribusi
dengan cara meleburkan bagian dari fuse link yang telah
Adapun caranya dengan rumus persamaan (2),
dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya untuk itu.
sebagai berikut :
Perlengkapan fuse ini terdiri dari sebuah fuse support, fuse
holder dan fuse link sebagai pisau pemisahnya dan dapat !"#"$%&"$ !"#$%&'"(#!'" (!"#)
diindetifikasi dengan hal-hal seperti berikut : !" = .........................(2)
√!×!"#$%#$%
1. Tegangan Isolasi Dasar ( TID ) pada tingkat
distribusi. Setelah mendapatkan hasil dari menentukan NH fuse pada
2. Utamanya digunakan untuk penyulang TM dan gardu distribusi selanjutnya dibagi dengan jurusannya.
proteksi transformator Berikut contoh gambar dari NH Fuse yang dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:

101
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

tegangan menengah (PHB-TM), transformator distribusi
(TD) dan perlengkapan hubung bagi tegangan rendah
(PHB-TR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi
para pelanggan baik dengan tegangan menengah (TM 20
kV) maupun tegangan rendah (TR 220/380).
Untuk menjaga gardu distribusi tetap bekerja secara
Gambar 4. NH Fuse optimal sebaiknya digunakan beberapa komponen
pengaman. Adapun komponen-komponen pengamannya
Untuk mengetahui persentase kapasitas transformator yaitu Fuse Cut Out, Lightning Arrester, panel tegangan
digunakan rumus persamaan (3), yaitu: rendah, saklar pemutus utama, NH Fuse.
Berikut adalah gambar single line gardu distribusi,
%=
!"!#$ !"#$%&&$% !"#$ !"#$%&%'( (!"#)
×100%.........(3) yaitu :
!"#"$%&"$ !"#$% (!"#)

III. METODE PENILITIAN 1

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dan pengambilan data berlangsung selama 2

4 bulan yang dilaksanakan mulai pada bulan Februari –


Mei 2018. Permasalahan yang terdapat pada sistem
4
3

tenaga listrik adalah bermacam-macam jenisnya,


berdasarkan judul dari pembahasan tugas akhir ini, perlu
adanya pembatasan permasalahan yaitu penelitian ini
dilakukan dengan mengambil data gangguan pada gardu 5

distribusi GT.PAL 020 di kompleks Bumi Permata Hijau


jalan Sultan Alauddin Makassar.

3.2 Prosedur Penelitian


Berikut ini adalah alur dalam melakukan penelitian:
Gambar 5. Single Line gardu distribusi

Keterangan :
1. SUTM ( Saluran Udara Tegangan Menengah)
2. FCO ( Fuse Cut Out)
3. LA ( Lightning Arrester )
4. Transformator Distribusi
5. PHB TR ( Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah )

2. Menentukan FCO dan Fuse Link


Pemilihan fuse cut out sebagai pengaman beban lebih
ini haruslah secara cermat. Adapun dalam pemilihan
tersebut, hal yang perlu dilakukan adalah menggunakan
metode-metode pemilihan seperti perbandingan jenis,
bentuk, serta karakteristik fuse cut out. Sedangkan untuk
menentukan nilai yang akan digunakan adalah dengan
menghitung batas-batas ketahanan pelebur terhadap
Gambar 4. Diagram Penelitian gangguan yang akan terjadi.
Hasil pemilihan FCO sebagai pengaman beban lebih
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut terbagi menjadi 4 tahapan. Yang pertama adalah
1. Menentukan Pengaman pada Gardu Distribusi membandingkan jenis FCO berdasarkan prinsip kerja dan
Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dihasilkan FCO tipe ekspulsi. Tahapan yang kedua adalah
dari suatu sistem distribusi yang berfungsi untuk membandingkan FCO berdasarkan bentuk fisiknya dan
menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk didapatkan FCO tipe open (terbuka). Untuk tahapan yang
membagikan atau mendistribusikan tenaga listrik pada ketiga yaitu memilih FCO dengan membandingkan
beban/konsumen tegangan menengah maupun konsumen berdasarkan tipe kelasnya dan didapatkan hasil berupa
tegangan rendah. FCO dengan tipe kelas 2 (tipe jatuh). Setelah melakukan
Secara umum gardu ditsribusi tenaga listrik yang perbandingan-perbandingan tersebut maka dihasilkan
paling dikenal adalah suatu bangunan gardu listrik berisi pemilihan FCO berupa FCO tipe ekspulsi (letupan) kelas 2
atau terdiri dari instalasi perlengkapan hubung bagi (tipe jatuh) bentuk open (terbuka). Sedangkan untuk

102
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

penentuan arus pengenalnya dilakukan dengan Untuk mengetahui arus tiap jurusannya digunakan rumus
menghitung batas ketahanan FCO tersebut. persamaan (3), yaitu :
!"",!"
3. Data Penelitian Arus tiap jurusan =
!
Gardu GT. PAL 020 di Jl. Sultan Alauddin area PT.
PLN (Persero) Area Makassar Selatan penyulang = 192,45 A
Alauddin di suplai dari gardu induk Panakukkang 150 kV.
Pada penyulang Alauddin terdapat 24 gardu transformator Berdasarkan perhitungan NH Fuse diatas, maka
yang dilayani, salah satu adalah GT.PAL 020 di Jl. Sultan didapatkan nilai arus NH Fuse tiap jurusannya sebesar
Alauddin di Perumahan BPH. Gardu GT. PAL 020 192,45 Ampere. Sehingga NH Fuse yang digunakan harus
terdapat 3 jurusan dan melayani kurang lebih 316 lebih dari kapasitas berdasarkan perhitungan. Adapun NH
pelanggan. Fuse yang terpasang di tiap jurusannya berbeda-beda.
Pada fasa R yang terpasang jurusan pertama sebesar 355
4. Menentukan Fuse Link pada FCO Ampere, jurusan dua sebesar 250 Ampere, jurusan tiga
sebesar 355 Ampere. Pada fasa S jurusan empat sebesar
Untuk menentukan Fuse Link pada FCO digunakan
200 Ampere, jurusan lima sebesar 200 Ampere, jurusan
rumus persamaan (1) yaitu :
enam 250 Ampere. Pada fasa T jurusan tujuh sebesar 250
Kapasitas : 400 kVA = 400.000 Volt Ampere
Ampere, jurusan delapan sebesar 250 Ampere, jurusan
Tegangan TM : 20 KV = 20.000 Volt sembilan sebesar 250 Ampere. Sebaiknya besar kapasitas
tiap NH Fuse sama agar menghasilkan beban
Jenis Transformator : 3 Fasa transformator yang seimbang, akan tetapi yang terpasang
di gardu kapasitas NH Fuse itu berbeda beda. Sehingga
!""""" tidak menghasilkan keseimbangan beban pada
!"#$ !"#$ = !×!"""" transformator. Maka, sebaiknya NH Fuse yang terpasang
perlu penyetaraan kapasitas agar terjadi keseimbangan
!"""""
= beban pada transformator.
!"#$$ Karena NH Fuse yang terpasang berbeda beda
kapasitasnya bahkan ada yang mencapai 355 Ampere,
= 11,56 A
sedangkan berdasarkan perhitungan hanya 192,45 Ampere
Dari hasil perhitungan diatas sebesar 11,56 Ampere. maka hal ini mengakibatkan NH Fuse melebihi
Karena tidak terdapat kapasitas Fuse Link sebesar 11,56 kapasitasnya dan tidak bisa berjalan sebagaimana
Ampere maka Fuse Link yang digunakan sebesar 12 mestinya sehingga pengaman pada tegangan menengah
Ampere. Dan berdasarkan hasil dari wawancara dari salah yaitu FCO yang berkerja yaitu dengan putusnya fuse link.
satu pegawai PLN di area Makassar Selatan mengatakan Terjadinya perbedaan kapasitas NH Fuse pada gardu
kapasitas Fuse Link yang terpasang di transformator GT.PAL 020 itu diakibatkan karena kurangnya
sebesar 12 Ampere tiap fasanya. Hasil dari perhitungan pemeliharaan pada gardu distribusi, sehingga dapat
dan Fuse Link yang terpasang sama. Dan apabila pada saat berimplikasi pada gangguan transformator. Maka
terjadi kelebihan arus dari kapasitas Fuse Link maka sebaiknya dilakukan penyetaraan NH Fuse di gardu
terjadinya pemutusan Fuse Link [6] . GT.PAL 020 dengan sebesar 210 Ampere berdasarkan
tabel daya transformator dan NH Fuse.
5. Menentukan kapasitas NH Fuse untuk Jaringan
Distribusi Perhitungan persentase kapasitas transformator
menggunakan rumus persamaan (3) :
Untuk menentukan kapasitas NH Fuse untuk jaringan
distribusi digunakan rumus persamaan (2), yaitu: !"!#$ !"#$%&&$% !"#$ !"#$%&%'( (!"#)
%= ×100%
!"#"$%&"$ !"#$% (!"#)
Kapasitas Transformator : 400 kVA
!"# !"#
%= ×100%
Tegangan : 20 KV/ 231-400 !"" !"#

Jumlah Jurusan : 3 Jurusan = 1,41 %

400000 Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan hasil


!" = persentase kapasitas transformator melebihi 1,41% dari
3×400 batas kapasitas transformator yang terpasang pada
400000 GT.PAL 020. Hal ini mengakibatkan putusnya fuse link
= dikarenakan beban yang tersambung melampaui batas
692,8 pada fasa tertentu dan dari aturan yang sebenarnya
= 577,35 A (kebutuhan beban) di NH fuse sehingga beban
transformator melampaui dari 100% (overload).

103
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

V. KESIMPULAN FCO sebagai Pengaman Transformator 3 Phasa
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah terhadap Gangguan Surya Petir di Penyulang
dilakukan dengan judul Analisis Gangguan pada Gardu Pandean Lamper 5 Rayon Semarang Timur. Teknik
GT.PAL 020 di kompleks Bumi Permata Hijau jalan Elektro, hal 1-2.
Sultan Alauddin Makassar dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Penyebab terjadinya kerusakan pada FCO
disebabkan oleh beban yang tersambung pada
transformator GT.PAL 020 melampaui kapasitas
fasa tertentu dari transformator dan NH Fuse tidak
bisa mengamankan karena nilainya diatas kapasitas
yang menjadi tidak sesuai dengan spesifikasi NH
Fuse sehingga FCO yang berkerja untuk
mengamankan transformator pada saat terjadinya
gangguan (overload) yaitu dengan putusnya fuse link.
2. Untuk mengatasi terjadinya kerusakan FCO, maka
perlu dilakukan penyetaraan pada beban yang
dilayani, perlunya dilakukan pemeliharaan yaitu
berupa penyerataan NH Fuse dan dilakukan
managemen transformator.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Kedua
orang tua, Bapak Ir. Hamma M.T. dan Ibu Kurniawati
Naim S.T., M.T., PT.PLN (Persero) Area Makassar
Selatan.

REFERENSI
[1] Pangestu, & Agung, R. M. (2013). Analisa PMT Trip
pada Penyulang Tambak Lorok 7 yang disebabkan
oleh Putusnya Fuse Cut Out Pengaman Trafo 3
Phasa di Tiang U7-72. Semarang: Universitas
Dipenogoro.
[2] Pelayanan Teknik Banten Selatan. (2012, April 17).
Yantek Bansel. Dipetik januari 17, 2018, dari Yantek
Bansel:
https://yantekbansel.wordpress.com/2012/04/17/jarin
gan-tegangan-menengah-jtm/.
[3] Pelayanan Teknik Bnaten Selatan. (2012, april 17).
Yantek Bansel. Dipetik januari 17, 2018, dari Yantek
Bansel:
https://yantekbansel.wordpress.com/2012/04/17/jarin
gan-tegangan-rendah-jtr/.
[4] PLN. (2010). Standar Kontruksi Gardu Distribusi
dan Gardu Hubung Tenaga Listrik.
[5] Politeknik Negeri Ujung Pandang. (2016). Pedoman
Penulisan Proposal dan Skripsi Program Diploma
Empat (D-4). Makassar: Politeknik Negeri Ujung
Pandang.
[6] PT.PLN (Persero). (2017). SPESIFIKASI FUSE CUT
OUT. Jakarta Selatan: 2017.
[7] Setiono, I., & Prasetyo, D. (2016). Sistem Pengaman
Penyaluran Energi Listrik Satu Fasa Tegangan
Rendah dengan Menggunakan Fuse Cut Out. Jurnal
Teknik Elektro, hal 1-2 & 4-6.
[8] Wardana, A. N., & Subari, A. (2014). Perbandingan
Pengaruh Penempatan Arrester Sebelum dan Sesudah

104
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Perencanaan Perbaikan Faktor Daya pada PT Makassar Tene


Nurul Rahmi
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
Jl. Perintis Kemerdekaan km.10 Tamalanrea Makassar 90245 Indonesia
E-mail: nurulrahmi96@gmail.com

Abstrak
Penggunaan listrik dengan kapasitas besar terkadang menghadapi berbagai macam permasalahan. Permasalahan tersebut
antara lain adanya beban-beban induktif yang muncul akibat banyaknya macam beban yang terpasang yang menyebabkan
penurunan faktor daya. Penurunan faktor daya akan meningkatkan permintaan daya reaktif sehingga kualitas daya menurun
dan rugi-rugi naik. Untuk memenuhi kebutuhan daya reaktif secara umum dilakukan perbaikan faktor daya dengan
menggunakan kapasitor bank listrik. Perbaikan faktor daya adalah memberikan arus dengan phasa mendahului dalam
rangkaian sehingga memberikan perlawanan yang akan menetralisir arus pemagnetan yang ketinggalan phasanya. Faktor daya
harus ditingkatkan agar dapat memperbaiki daya keluaran maksimal dan dengan perbaikan faktor daya menyababkan
penghematan terhadap energi listrik yang dipakai untuk menyuplai daya beban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai
kompensasi daya reaktif dan mengetahui pengaruh pemasangan kapasitor bank pada faktor daya. Penilitian ini difokuskan pada
Sub Station #1 PT Makassar Tene dengan analisis data yang diperoleh menggunakan beberapa persamaan dasar. Dari hasil
analisis diketahui hasil kompensasi daya reaktif sebesar 40,49 kVAR dan memerlukan kapasitor 7 step dengan tiap bank
mengoreksi 5000 kVAR.

Keywords: Daya, Kapasitor Bank, Perbaikan.

I. PENDAHULUAN sumbangan arus mendahului (leading), sehingga juga akan


Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin memberikan faktor daya leading. Dengan demikian kapasitor
meningkatnya jumlah populasi manusia, permintaan akan bank disebut juga KVar generator. Pemasangan kapasitor
energi listrik di seluruh dunia juga semakin meningkat. bank akan berpengaruh terhadap perbaikan faktor daya.
Dalam bidang teknologi informasi maupun pada bidang
industri semuanya dapat beroperasi dengan baik dengan II. TINJAUAN PUSTAKA
adanya suplai daya listrik. Suplai daya listrik tersebut 2.1 Kualitas Daya Listrik
tentunya harus memenuhi standar dan memiliki kualitas Kualitas daya listrik adalah tenaga listrik yang andal,
daya listrik yang baik. Kualitas daya listrik yang baik energi listrik dengan kualitas baik dan memenuhi standar
ditunjang oleh faktor daya yang baik pula. dan mempunyai kontribusi yang penting bagi kehidupan
Namun seringkali dalam pemakaian energi listrik jaman sekarang. Pengertian ini didasarkan dari tiga kompnen
menimbulkan kerugian disebabkan oleh daya yang penting tentang kualitas daya listrik, yaitu [3] :
dikonsumsi tidak sesuai dengan daya yang dibutuhkan a. Kontinuitas
beban. Beban industri sebagian besar bersifat induktif b. Level tegangan
sehingga pemakaian daya reaktif meningkat. Peningkatan c. Efisiensi
pemakaian daya reaktif inilah yang menyebabkan faktor
daya dari pelanggan turun. Faktor daya (cosϕ) adalah 2.2 Daya
perbandingan daya aktif dan daya nyata.
2.2.1 Daya Aktif
Faktor daya yang turun yang dapat mengakibatkan
kerugian besar pada konsumen, khususnya pada industri. Daya aktif adalah daya yang terpakai untuk melakukan
Pada PT. Makassar Tene yang beroperasi secara terus- energi sebenarnya. Daya ini dinyatakan dengan simbol P
menerus selama 24 jam memerlukan faktor daya yang baik dengan satuan Watt atau kW. Daya aktif ini diperlukan
untuk menjaga kontuinitas sumber daya listriknya. untuk diubah ke dalam bentuk energi lain misalnya energi
Untuk itu perlu dipasang suatu alat yang berfungsi panas, cahaya dan sebagainya.
untuk mengkompensasi daya reaktif tersebut agar faktor P = V . I . cos φ ........................................................... (2.2)
daya tidak kurang dari standar yang telah ditetapkan oleh P = 3 . !! . !! . cos φ ................................................ (2.3)
penyedia layanan jaringan listrik. Dimana,
Untuk memperbaiki faktor daya secara umum P = Daya aktif (Watt)
digunakan kapasitor bank. Kapasitor bank memberikan V = Tegangan (Volt)

105
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

I = Arus (Ampere) 2.2.4 Faktor Daya


cos φ = faktor kerja untuk daya aktif Faktor daya yang dinotasikan cos φ didefinisikan
sebagai perbandingan antara arus yang dapat menghasilkan
2.2.2 Daya Reaktif kerja didalam suatu rangkaian terhadap arus total yang
masuk kedalam rangkaian atau dapat dikatakan sebagai
Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk
perbandingan daya aktif (kW) dan daya semu (kVA) (Rizal,
pembentukan medan magnet. Dari pembentukan medan
2012).
magnet maka akan terbentuk fluks medan magnet. Daya
reaktif dinyatakan dengan satuan VAR (Volt Ampere Faktor daya = P / S ................................. (2.13)
Reaktan) adalah daya listrik yang dihasilkan oleh beban- = kW / kVA
beban yang bersifat reaktansi Beban – beban yang bersifat = V . I cos ϕ / V . I
kapasitif akan menyerap daya reaktif untuk menghasilkan
medan listrik. Contoh beban yang bersifat kapasitif adalah Faktor daya dapat diperbaiki dengan
kapasitor [6]. memasang kapasitor pengoreksi faktor daya pada sistem
Q = V. I sin φ distribusi listrik atau instalasi listrik di pabrik atau industri.
Q = 3. !! . !! . sin φ
2.2.5 Sifat Beban Listrik
Dimana,
Q = Daya reaktif (VAR) 1. Beban resistif
V = Tegangan (Volt) 2. Beban Induktif
I = Arus (Ampere) 3. Beban Kapasitif
sin φ = faktor kerja untuk daya reaktif
2.2.3 Daya Semu 2.2.6 Perbaikan Faktor Daya
Daya semu dinyatakan dengan simbol S dengan satuan Prinsip dari perbaikan faktor daya adalah memberikan
VA (Volt Ampere) atau kVA adalah hasil kali antara arus dengan phasa mendahului dalam rangkaian sehingga
besarnya tegangan dan arus listrik yang mengalir pada meemberikan perlawanan yang akan menetralisir arus
beban. pemagnetan yang ketinggalan phasanya. Faktor daya harus
S = V . I .......................................................................(2.6) ditingkatkan agar dapat memperbaiki daya keluaran
Dimana, maksimal dan dengan perbaikan faktor daya menyababkan
S = daya kompleks (VA) penghematan terhadap energi listrik yang dipakai untuk
V = Tegangan (Volt) menyuplai daya beban.
I = Arus (Ampere) Kapasitor yang digunakan pada perbaikan faktor daya
Hubungan ketiga buah daya listrik yaitu daya aktif P, daya adalah bekerja pada frekuensi yang berlaku di Indonesia
reaktif Q serta daya kompleks S, dinyatakan dengan sebuah yaitu 50 Hz. Berikut rumus yang digunakan untuk perbaikan
segitiga, yang disebut segitiga daya sebagai berikut. faktor daya [5] :
!
P =
!!!
Qc = Pf x Daya Beban
Qc = P (tgϕ1 – tgϕ2) KVAr
Dimana,
P = daya nyata (Watt)
ϕ1 = faktor daya lama
ϕ2 = faktor daya setelah diperbaiki
Qc = daya reaktif kapasitor (KVAr)

Gambar 1. Segitiga Daya 2.2.7 Keuntungan Perbaikan Faktor Daya


(sumber: mastermepengineering.wordpress.com) Dengan adanya perbaikan faktor daya akan
memperoleh beberapa keuntungan antara lain :
Dari gambar segitiga daya tersebut, hubungan antara 1. Menghilangkan denda PLN atas kelebihan
ketiga daya listrik dapat dinyatakan sebagai berikut : pemakaian daya reaktif.
S = !! + !! 2. Menurunkan pemakaian kVA total.
P = S cos ϕ 3. Meningkatkan daya yang disuplai oleh trafo.
P = VI cos ϕ 4. Penurunan rugu tegangan.
Q = S sin ϕ 5. Menurunkan rugi pada kabel.
Q = VI sin ϕ∴ 6. Meningkatkan persediaan daya yang tersedia pada
! trafo.
Cos ϕ = pf = 7. Optimasi jaringan :
!

106
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

a. Optimasi biaya : ukuran kabel diperkecil. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


b. Penurunan rugi tegangan. 4.1 Studi Kasus
c. Meningkatkan kemampuan jaringan dalam
menyalurkan daya. Pada instalasi listrik 3 fasa memiliki tiga macam daya
8. Optimasi mengurangi naiknya arus/ suhu pada yaitu daya semu, daya aktif dan daya reaktif. Untuk
kabel, sehingga mengurangi rugi-rugi. mendapatkan daya aktif semaksimal mungkin dilakukanlah
perbaikan faktor daya. Pada PT Makassar Tene terdapat
banyak beban beban induktif yang menyebabkan faktor daya
2.2.8 Penentuan Kebutuhan Daya Reaktif rendah dan menyebabkan menurunnya tegangan pada
industri tersebut. Oleh karena itu diperlukan kompensasi
No Komponen Kebutuhan Daya daya reaktif dengan memasang kapasitor bank.
Reaktif Adapun single line diagram penempatan kapasitor bank
pada PT Makassar Tene, sebagai berikut:
1 Transformator 0,05 kVAr / kVa
GENERATOR

2 Motor induksi 0,5 – 0,9 kVAr / kVa 6MW


7,5MVA

3 Lampu fluorescent 2 kVAr / kVa VCB


1250A

4 Jaringan transmisi 20 – 50 kVAr / kVa VCB


1250A

2.3 Kapasitor Bank


Kapasitor adalah komponen elektronik yang digunakan
VCB
untuk menyimpan muatan listrik, dan secara sederhana 1250A

terdiri dari dua konduktor yang dipisahkan oleh bahan


penyekat (bahan dielektrik) tiap konduktor disebut keping. VCB
1250A
VCB
1250A

Kapasitor disebut juga kondensator adalah alat atau SUB 1 SUB 1

komponen listrik yang dibuat sedemikian rupa sehingga TRAFO #1


1600kVA
10,5kV/0,4kV
TRAFO #2
1600kVA
10,5kV/0,4kV

mampu menyimpan muatan listrik untuk sementara waktu.


Kapasitor terdiri dari dua konduktor (lempengan logam) SUB. STATION #1
ACB
3200A
ACB
3200A
ACB
3200A

yang dipisahkan oleh bahan penyekat (isolator). Isolator ini 0,4 kV 0,4 kV

sering disebut bahan (zat) dielektrik. Sebuah kapasitor 400A 250A 6x630A 630A 200A 230A 400A 400A 130A 630A 3x330A 630A 630A 250A 400A

mempunyai prinsip sebagai generator yang bisa


menghasilkan daya reaktif. Berikut merupakan gambar suatu Gambar 2. Single Line Diagram Penempatan Kapasitor Bank
kapasitor bank. Substation #1 PT Makassar Tene

2.4 Metode Penempatan Kapasitor Bank Pada single line diagram diatas dapat dilihat
Metode penempatan dan hubungan kapasitor penempatan kapasitor bank menggunakan metode global
tergantung dari mana kita akan menggunakan kapasitor compensation pada busbar substation #1 sebelum beban.
tersebut dan berapa output kapasitor yang kita perlukan. Ada
tiga jenis dasar dalam merencanakan penempatan kapasitor 4.2 Data Arus dan Faktor Daya
yaitu Global Compensation, Individual Compensation, Berikut merupakan data arus dan faktor daya tiap jam
Group Compensation [1]. selama enam hari pada PT Makassar Tene mulai dari pukul
07.00 sampai dengan pukul 18.00.
III. METODE PENELITIAN
Pengambilan data pada penelitian kali ini pada PT. Tabel 1. Arus dan Faktor Daya Hari Pertama
Makassar Tene. Adapun waktu pengambilan data pada Cosϕ
Pukul Arus (A)
penelitian ini, dimulai dari bulan Februari 2018 sampai
dengan Juni 2018 dan diolah di kampus Politeknik Negeri 07.00 197 0,71
Ujung Pandang. Penelitian di mulai dengan mengumpulkan 0,72
data dengan cara melakukan studi literatur, wawancara dan 08.00 262
melakukan observasi langsung.Sedangkan teknik analisis 09.00 264 0,78
data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis
10.00 247 0,72
regresi.
11.00 241 0,70

107
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Pukul Arus (A) Cosϕ Pukul Arus (A) Cosϕ


12.00 259 0,71 16.00 261 0,72
0,75 17.00 261 0,72
13.00 230
0,72 18.00 267 0,80
14.00 261
0,73 Rata-Rata 250,5 0,73
15.00 227
(sumber: Power Plant PT Makassar Tene)
16.00 235 0,73
Tabel 4. Arus dan Faktor Daya Hari Keempat
17.00 240 0,74
Pukul Arus (A) cosϕ
18.00 241 0,76 07.00 0,76
276
Rata-Rata 242 0,73 08.00 276 0,76
(sumber: Power Plant PT Makassar Tene) 09.00 276 0,76
10.00 278 0,76
Tabel 2. Arus dan Faktor Daya Hari Kedua
11.00 278 0,76
Pukul Arus (A) Cosϕ
12.00 278 0,80
07.00 225 0,77
13.00 245 0,74
08.00 235 0,74 14.00 0,74
248
09.00 229 0,76 15.00 241 0,76
10.00 212 0,76 16.00 242 0,76
17.00 269 0,76
11.00 256 0,74
18.00 246 0,70
12.00 243 0,70
Rata-Rata 262,7 0,75
13.00 216 0,72 (sumber: Power Plant PT Makassar Tene)

14.00 221 0,65


Tabel 5. Arus dan Faktor Daya Hari Kelima
15.00 224 0,70 Pukul Arus (A) cosϕ
16.00 247 0,72 07.00 223 0,77

17.00 249 0,70 08.00 220 0,77

0,71 09.00 221 0,78


18.00 229
10.00 220 0,73
Rata-Rata 232,1 0,72
(sumber: Power Plant PT Makassar Tene) 11.00 222 0,75
12.00 221 0,79
Tabel 3. Arus dan Faktor Daya Hari Ketiga
Cosϕ 13.00 224 0,76
Pukul Arus (A)
0,69 14.00 231 0,79
07.00 236
0,69 15.00 230 0,72
08.00 261
0,68 16.00 230 0,80
09.00 245
0,82 17.00 236 0,80
10.00 254
0,82 18.00 238 0,80
11.00 246
12.00 237 0,69 Rata-Rata 226,3 0,77
0,67 (sumber: Power Plant PT Makassar Tene)
13.00 234
14.00 265 0,79
15.00 240 0,74

108
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Tabel 6. Arus dan Faktor Daya Hari Keenam Nilai daya reaktif (QC) yang digunakan untuk
Pukul Arus (A) cosϕ perbaikan faktor daya dapat dihitung menggunakan
0,71 persamaan (2.16) yaitu:
07.00 196 !! = Q1 – Q2
08.00 240 0,70
09.00 0,74 = 114438,35 - 75738,35
263
= 38700 VAR
10.00 278 0,80
= 38,7 kVAR
11.00 248 0,71 Sehingga untuk memperbaiki faktor daya dari 0,73 menjadi
0,81 0,85 dibutuhkan kapasitor dengan rating sebesar 38,7 kVAR.
12.00 261 Berikut merupakan data hasil perhitungan kompensasi
13.00 251 0,77 daya reaktif (QC) berdasarkan metode segitiga daya.
14.00 255 0,81 Tabel 7. Tabel Hasil Perhitungan Kompensasi Daya Reaktif (!! )
15.00 0,78 Hari ke- !"# ! !"# !
P Qc (kVAR)
228
(kW)
16.00 226 0,73
I 0,73 0,85 122,24 39,11
17.00 241 0,77 II 0,72 0,85 115,77 38,7
0,80 III 0,73 0,85 126,54 40,49
18.00 238 IV 0,75 0,85 136,34 36,81
Rata-Rata 243,75 0,76 V 0,77 0,85 120,72 15,69
(sumber: Power Plant PT Makassar Tene)
VI 0,76 0,85 128,19 30,91
4.3 Perhitungan Kebutuhan Kapasitor Rata-rata 0,74 0,85 124,9 33,82
Berdasarkan tabel 2 data arus dan faktor daya terlihat Berdasarkan Tabel 7 diatas dapat dilihat hasil
bahwa faktor daya lebih rendah dari faktor daya standard perhitungan Cosϕ1 rata-rata adalah 0,74 sementara Cosϕ2
yaitu 0,85. rata-rata adalah 0,85 menghasilkan kompensasi daya reaktif
Dari data-data pada tabel dapat dihitung daya aktif (P) sebesar 33,82 kVAR.
dengan menggunakan rumus sebagai berikut;
Daya (P) = Vn x I x cosϕ x 3 ..................................(2.2) 4.4 Perhitungan Kapasitor
= 400 x 242 x 0,73 x 3 Berdasarkan perhitungan kompensasi daya reaktif
= 122248,72 W didapatkan nilai QC tertinggi adalah 40,49 kVAR. Sehingga
Rata-rata faktor daya awal (cosϕ1) yang didapatkan dalam pemasangan kapasitor sistem dirancang menggunakan
pada tabel 2 yaitu 0,73, sehingga faktor daya: 1 modul 8 step dengan tiap bank mengkoreksi 5 kVAR atau
cosϕ1 = 0,73 5000 VAR. Sehingga dapat dihitung nilai arus kapasitor
ϕ1 = !"# !! x 0,73 dengan rumus sebagai berikut:
!"#
ϕ1 = 43,11 !! = ................................................................... (2.17)
!
Sehingga dapat dihitung nilai daya reaktif pada faktor daya !"""
awal (Q1). =
!""
Q1= P x tan ϕ1 ............................................................(2.15) = 12,5 A
= 122248,72 x tan 43,11
= 114438,35 VAR Menghitung reaktansi kapasitif
!
Rata-rata faktor daya pada tabel 2 cukup rendah yaitu 0,73. !! = .................................................................... (2.18)
!!
Faktor daya tersebut akan diperbaiki menjadi ( !"# ! ) !""
=
adalah 0,85 dengan menggunakan kapasitor bank. Maka !",!
perhitungannya menjadi: = 32 Ω
!"# ! = 0,85
= 31,78 Jadi, kapasitas kapasitor yang dibutuhkan adalah
! !
Q2 = P x tan ! C= ............................................................... (2.19)
!!"!!
= 122248,72 tan 31,78 !
=
= 75738,35 VAR ! ! !,!" ! !" ! !"
!
Analisa perhitungan setelah faktor daya dinaikkan =
!""#$
menjadi 0,85, perubahan terlihat pada daya reaktif lebih = 9,95x10!!
rendah. = 99,5 microFarad

109
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

V. KESIMPULAN 4. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan yang turut


Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan membantu dan memotivasi dalam menyelesaikan
dengan judul Perencanaan Perbaikan Faktor Daya pada PT laporan tugas akhir ini.
Makassar Tene dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 5. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan yang turut
1. Dari hasil perhitungan memperlihatkan bahwa besarnya membantu dan memotivasi dalam menyelesaikan
kompensasi daya reaktif yang harus diberikan ialah laporan tugas akhir ini.
sebesar 40,49 kVAR. Sehingga dalam pemasangannya
nanti system dirancang menggunakan 1 modul 7 step
dengan tiap bank mengoreksi atau mengkompensasi 5 REFERENSI
kVAR dengan nilai kapasitornya sebesar 99,5 [1] Alland, Khadafi., Arfah Z, Efrita, 2013 Perancangan
microFarad. Kebutuhan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor
2. Dengan menaikkan faktor daya menjadi 0,85 Daya pada Line Mess I di PT. Bumi Lamongan Sejati
menyebabkan penurunan arus beban. Hal tersebut (WBL). Surabaya: Fakultas Teknilogi Industri, ITATS.
memperlihatkan bahwa, semakin besar nilai faktor daya [2] Bukhari Ahmad. Perbaikan Power Faktor Pada
maka semakin kecil pula arus yang mengalir pada Konsumen Rumah Tangga Menggunakan Kapasitor
jaringan distribusi. Bank [jurnal ilmiah mahasiswa].2012.
[3] Dugan Roger C., McGraghan Mark F., Beaty H.
Wayne. Electrical Power System Quality. New York :
UCAPAN TERIMA KASIH McGraw-Hill, 1996.
1. Teristimewa kepada kedua orang tua dan seluruh [4] Eryuhanggoro Yugi. Perancangan perbaikan faktor
keluarga tercinta atas segala doa dan bantuan baik moril daya pada beban 18.956 kW/ 6600 V, menggunakan
maupun materil. Kapasitor Bank di PT. Indorama Ventures Indonesia
2. Bapak Ir. Hamma, M.T. selaku pembimbing I dan [Tugas Akhir]. Jakarta:2013.
Bapak Ahmad Rosyid Idris, S.T., M.T. selaku [5] Kaladri Dede. S. Studi Pemasangan Kapasitor Bank
pembimbing II yang telah meluangkan waktu guna Untuk Memperbaiki Faktor Daya Dalam Rangka
membimbing dan mengarahkan kami sampai Tugas Menekan Biaya Operasional Pada Jaringan Distribusi
20 KV [Tugas Akhir].
Akhir ini selesai.
[6] Noptin H, “Analisis Pengaruh Pemasangan Mini
3. Para staff engineering dan power plant pada PT
Kapasitor Bank Terhadap Kualitas Listrik Di Rumah
Makassar Tene yang telah membantu menyediakan
Tangga Serta Perancangan Filter Aktif Menggunakan
waktu luangnya dalam proses pengambilan data dan
Kontroler PI Sebagai Pelindung Kapasitor Dari
wawancara.
Harmonisa”, Fakultas Teknik ITS. 2012.

110
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Rancang Bangun Alat Monitoring Parameter Keluaran Pembangkit


Listrik Tenaga Hybrid Via LCD
Yusfika D 1), Deriantama Wahyu D 2)
1,2)
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
Jl. Perintis Kemerdekaan km.10 Tamalanrea Makassar 90245 Indonesia
E-mail: yusfikad768@gmail.com

Abstrak

Dengan adanya energi listrik terbarukan kebutuhan listrik di masyarakat diperlukan untuk memberikan litrik, sehingga
seluruh masyarakat dapat menikmati menggunakan listrik untuk meningkatkan produktifitas dan perekenomian masyarakat.
Pembangkit Listrik Tenaga Hibryd (PLTH), salah satu dari energi terbarukan yaitu dengan memanfaat energi angin dan sel
surya untuk memutar kincir generator untuk menghasilkan listrik, akan tetapi diperlukannya alat monitoring untuk dilakukan
peningkatan kualitas PLTH yang efektif dan efisien. Tujuan tugas akhir ini adalah membuat perancangan alat monitoring
dengan mengukur putara motor, kecepatan angin, intensitas cahaya dan suhu pada PLTH,sebagai penunjang peningkatan
kualitas PLTH yang efektif dan efisien.Komponen yang digunakan antara lain sensor tegangan, sensor arus ACS712 30A,
sensor anemometer, sensor optocoupler, Sensor DHT-22 dan Sensor BH1750. Pada pembacaan nilai ketepatan digunakan
mikrokontroller Arduino Uno sebagai pengolah data dan memprogram tiap sensor parameter keluaran turbin angin dan sel
surya. Data yang diperoleh akan diolah dan dikirim dengan pemanfaatan media komunikasi serial dari arduino ke LCD
grafik. Data yang sudah didapatkan kemudian akan diproses oleh software Arduino IDE lalu akan dihubungkan LCD
grafik, juga dapat di tampilkan grafik dari data yang diperoleh secara realtime.

Keywords: Monitoring, Parameter, LCD Grafik.

I. PENDAHULUAN generator, intensitas cahaya dan suhu kemudian diolah dan


Dari zaman yang serba modern ini, kebutuhan disimpan pada baterai penyimpanan. Dimana Sistem
manusia sangat bergantung pada kebutuhan energi listrik pembangkit energi hybrid adalah sistem yang
karena ketersediaan energi listrik merupakan keharusan menggabungkan beberapa sumber energi untuk memasok
dalam menunjang aktifitas manusia saat ini. Oleh karena energi listrik ke beban
itu pantas bila energi listrik disebutkan mempunyai Adapun simulator Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid
pengaruh besar dalam memperlancar produktifitas (PLTH) yang terdapat pada laboratorium pengukuran
manusia sehari-hari. Pemenuhan kebutuhan energi listrik listrik dan bengkel automasi industri di jurusan Teknik
saat ini masih didominasi dari sumber-sumber energi fosil Elektro PNUP yang digunakan sebagai bahan
yang tidak baru dan terbarukan. Berbagai macam sumber pembelajaran untuk mahasiswa yang masih terdapat
energi terbarukan telah dikembangkan seperti pembangkit kekurangan yaitu pada sistem monitoringnya. Dari
listrik tenaga angin pembangkit listrik tenaga surya. kekurangan tersebut, kemudian mendorong penulis untuk
Sumber energi angin dan sumber tenaga surya merancang dan membuat alat monitoring simulator
merupakan sumber energi terbarukan yang cukup populer Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) yang dapat
yang bersih dan tersedia secara bebas. Energi terbarukan berfungsi untuk memantau beberapa parameter seperti
adalah sumber-sumber yang bisa habis secara alamiah. tegangan, arus, daya, kecepatan angin, kecepatan
Energi terbarukan berasal dari elemen-elemen alam yang generator, intensitas cahaya dan suhu yang kemudian akan
tersedia di bumi dalam jumlah besar, misal: matahari dan ditampilkan pada suatu LCD Grafik sehingga dapat
angin. memudahkan kegiatan praktikum dalam memonitoring
Dimana energi surya hanya tersedia pada siang hari parameter-parameter yang dibutuhkan.
ketika cuaca cerah (tidak mendung atau hujan). Sedangkan
energi angin tersedia pada waktu yang seringkali tidak II. PENDAHULUAN
dapat diprediksi dan sangat berfluktuasi tergantung cuaca 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid
atau musim. Sehingga kondisi ini akan mempengaruhi Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid adalah
tingkat kekuatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid pembangkit listrik yang menggunakan lebih dari satu
(PLTH) dalam menghasilkan energi listrik dan akan pembangkit.
mempersulit untuk mengetahui parameter-parameter yang
dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid 2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Angin
(PLTH). Parameter-parameter yang dihasilkan oleh Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu
Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) ini diantaranya pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai
adalah tegangan, arus, daya, kecepatan angin, kecepatan sumber energi untuk menghasilkan energi listrik.

111
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

3.1.2 Waktu Perancangan


2.3 Pembangkit Listrik Tenaga Surya Perancangan dan pembuatan Perancangan Alat
Pembangkit listrik tenaga surya adalah pembangkit Monitoring Parameter Keluaran Pembangkit Listrik
listrik yang mengubah energi surya menjadi energi listrik. Tenaga Hybrid (PLTH) selama 7 bulan mulai dari bulan
Februari sampai dengan bulan Agustus 2018.
2.4 Panel Surya
Panel surya adalah alat yang terdiri dari sel surya 3.2 Alat dan Bahan Perancangan
yang mengubah cahaya menjadi listrik. Mereka disebut Pada perancangan ini, alat dan bahan yang digunakan
surya atas matahari atau "sol" karena matahari merupakan adalah:
sumber cahaya terkuat yang dapat dimanfaatkan. Tabel 1. Daftar Alat
No. Nama Alat Jumlah
2.5 Turbi Angin
1. Tang 1 set
Turbin angin merupakan sebuah alat yang digunakan
dalam system konversi energy angin (SKEA). Turbin 2. Obeng 1 set
angin berfungsi merubah energy kinetik angin menjadi 3. Multimeter 1 buah
energy mekanik berupa putaran poros. 4. Solder 1 buah
5. Penghisap Timah 1 buah
2.6 Parameter Pengukuran Alat Monitoring
Parameter alat monitoring yaitu batasan ukur pada 6. Gurinda 1 buah
alat monitoring dibandingkan nilai presisi dari sensor 7. Bor Listrik 1 buah
terhadap alat ukur untuk memonitoring parameter yang 8. Las 1 buah
dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid.
Parameter tersebut adalah tegangan, arus, daya, kecepatan 9. Tools Kit Kunci 1 set
angin, kecepatan generator, intensitas cahaya dan suhu. 10. Cutter 1 buah
Parameter tersebut perlu dimonitoring dikarenakan 11. Tang PressSkun 1 buah
parameter tegangan, arus, daya, kecepatan angin,
12. Anemometer 1 buah
kecepatan generator, intensitas cahaya dan suhu
merupakan parameter yang penting dan dihasilkan oleh 13. Regulator VAC 1 buah
Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid. Penggunaan Blower Air-Ventilation Fan
1 buah
mikrokontroller Arduino Uno sebagai penampil parameter 14. Krisbow
tersebut dalam bentuk nilai dan grafik melalui komunikasi 14. Lux Meter 1 buah
serial usb Arduino Uno ke Lcd Grafik.
Tabel 2. Bahan Alat
2.7 Energi Angin No. Nama Bahan Jumlah
Angin merupakan udara yang bergerak disebabkan 1. LCD Grafik 1 buah
adanya perbedaan tekanan udara yang mengalir dari
2. Modul Power Supply 5 VDC (5 A) 1 buah
daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan lebih
rendah. 3. Sensor Arus ACS712 1 buah
4. Modul Sensor Tegangan 3 buah
2.8 Energi Cahaya 5. Sensor Optocoupler 2 buah
Ada beberapa hal yang membatasi harga efisiensi sel, 6. Sensor Anemometer 1 buah
salah satunya adalah cahaya. Kehilangan efisiensi
7. Sensor Light Lux Meter BH1750 1 buah
dihubungkan dengan cahaya yang mempunyai tidak cukup
energi atau mempunyai energi yang tinggi. 8. Arduino Uno 1 buah
9. Lampu 100 W 220 VAC 2 buah
2.9 Sel Sulya 10. Lampu 7 W 12 VDC 1 buah
Sel surya merupakan sebuah perangkat yang 11. Hybrid Contoller 1 biji
mengubah energi sinar matahari menjadi energi listrik
12. Battery 25 biji
dengan proses efek fotovoltaic, karenanya dinamakan juga
sel fotovoltaic (Photovoltaic cell - disingkat PV). 13. Hybrid Controler 1 buah
14. Power Supply 12VDC 3A 1 buah
III. METODE PENELITIAN 15. Inverter 1 buah
3.1 Tempat dan Waktu Perancangan
3.1.1 Tempat Perancangan 3.3 Prosedur Perancangan
Perancangan akan dilakukan di Laboratorium Prosedur perancangan merupakan tahapan untuk
Pembangkit dan Penyaluran Tenaga Listrik jurusan merancang rangkaian yang dibutuhkan dalam pembuatan
Teknik Elektro Kampus II Politeknik Negeri Ujung alat monitoring tegangan, arus, daya, kecepatan angin,
Pandang di Jl. Tamalanrea Raya (BTP). kecepatan generator, intensitas cahaya dan suhu. Proses
perancangan dan pembuatan alat monitoing tegangan,

112
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

arus, daya, kecepatan angin, kecepatan generator, pemrograman dan tidak diperlukan pengkondisi sinyal
intensitas cahaya dan suhu ini melalui beberapa tahap. atau ADC.
Tahap-tahap perancangan dan pembuatan meliputi
perancangan penggunaan catu daya (DC power supply) 3.3.3 Prosedur Perancangan
dan perancangan penggunaan sensor. 1. Melakukan studi literatur untuk mengumpulkan
referensi yang berkaitan dengan sistem yang akan
3.3.1 Catu Daya dirancang.
Catu daya adalah rangkaian yang digunakan untuk 2. Melakukan pengadaan alat dan bahan yang
menyuplai tegangan ke alat monitoring PLTH. Prinsip dibutuhkan.
kerja catu daya yang digunakan adalah menurunkan 3. Merancang perangkat keras (hardware).
tegangan 5 Vdc sesuai dengan kebutuhan mikrokontroler. 4. Membuat desain user interface menggunakan
aplikasi perangkat lunak yang telah ditentukan.
3.3.2 Perancangan Sensor 5. Melakukan pengujian terhadap fungsi dari sistem
Perancangan ini meliputi beberapa perancangan yang telah dibuat.
sensor antara lain sensor tegangan, sensor arus, sensor 6. Membuat laporan hasil penelitian.
kecepatan angin, sensor kecepatan generator, sensor
intensitas cahaya, dan sensor suhu. 3.4 Tahap Pembuatan
Tahap pembuatan digunakan untuk merealisasikan
3.3.2.1 Sensor Tegangan alat monitoring setelah dilakukan perencanaan alat
Sensor ini digunakan untuk mengukur tegangan monitoring tersebut. Tahap pembuatan ini meliputi:
yang dihasilkan dari generator. Adapun keluaran dari 1. Pencetakan gambar rangkaian
sensor ini tidak boleh melewati 5 Volt DC agar tidak 2. Proses Pelarutan Pcb
merusak inputan dari mikrokontroler yang hanya bisa 3. Proses Pengeboran PCB
menerima input maksimal 5 Volt DC. 4. Proses Pemasangan Dan Penyolderan Komponen
5. Proses Pemrograman
3.3.2.2 Sensor Arus 6. Proses Pemasangan Alat Monitoring
Perancangan pemilihan sensor arus digunakan
sensor arus ACS712.Pada gambar 21 merupakan 3.5 Prinsip Kerja
rangkaian dari sensor arus ACS712. Secara umum prinsip kerja dari alat monitoring
parameter keluaran dari generator turbin angin dan panel
3.3.2.3 Sensor Kecepatan Angin surya ini ialah untuk melakukan monitoring daya yang
Pengukuran kecepatan angin terdiri dari baling – dihasilkan dari sebuah generator AC turbin angin dan sel
baling mangkok yang dikompel dengan piringan sensor surya. Dengan memanfaatkan beberapa sensor yang
dengan 18 celah, sensor kecepatan optocoupler. mampu membaca parameter seperti tegangan, arus, daya,
kecepatan angin (m/s), kecepatan putaran generator
3.3.2.4 Sensor Kecepatan Generator (RPM) (RPM), intensitas cahaya dan suhu. Data yang telah
Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan didapatkan kemudian diolah oleh mikrokontroler,
proses kebalikan dari suatu motor, dimana suatu selanjutnya akan ditampilkan pada sebuah LCD. Proses
poros/objek yang berputar pada suatu generator akan perancangan dalam pembuatan alat monitoring seperti
menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan tegangan, arus, daya, kecepatan angin (m/s), kecepatan
kecepatan putaran object. putaran generator (RPM), intensitas cahaya dan suhu.
Tahapan prinsip kerja dari alat monitoring parameter
3.3.2.5 Sensor Intensitas Cahaya keluaran dari generator turbin angin dan panel surya
Sensor cahaya BH1750 intensitas sensor modul tersebut terdiri dari:
dengan 16bit AD converter (ADC) built-in yang dapat 1. Permulaan mulai melakukan studi literatur untuk
langsung output sinyal digital, tidak ada kebutuhan untuk mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan
perhitungan yang rumit. Sensor BH1750 ini lebih akurat sistem yang akan dirancang.
dan lebih mudah untuk menggunakan, dari pada 2. Melakukan pengadaan alat dan bahan yang
menggunakan versi foto dioda, atau ldr sederhana yang dibutuhkan, jika masih terdapat dilakukan
hanya output tegangan dan perlu dihitung untuk perencanaan ulang.
mendapatkan data intensitas. 3. Merancang perangkat keras (hardware).
4. Membuat desain user interface menggunakan
3.3.2.6 Sensor Suhu DHT-22 aplikasi perangkat lunak yang telah ditentukan.
DHT-22 adalah chip tunggal kelembaban relatif 5. Melakukan pengujian terhadap fungsi dari sistem
dan multi sensor suhu yang terdiri dari modul yang yang telah dibuat, jika terjadi gangguan dilakukan
dikalibrasi keluaran digital. Pada pengukuran suhu data perbaikan pada alat monitoring arus, tegangan, daya,
yang dihasilkan 14 bit, sedangkan untuk kelembaban data kecepatan angin, kecepatan generator, intensitas
yang dihasilkan 12 bit. Keluaran dari DHT-22 adalah cahaya dan suhu.
digital sehingga untuk mengaksesnya diperlukan 6. Membuat laporan hasil penelitian

113
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

7. Selesai. yang digunakan sebagai input dari alat monitoring


tegangan, arus, daya, kecepatan angin, kecepatan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN generator, intensitas cahaya dan suhu. Berikut ini adalah
4.1 Pengujian tahapan dan alat bahan yang digunakan:
Alat dan bahan:
Pengujian unjuk kerja alat digunakan untuk menguji 1) Sumber Tegangan 12 Vdc
unjuk kerja dari alat monitoring tegangan, arus, daya, 2) Regulator Tegangan 220-100 VAC
kecepatan angin, kecepatan generator, intensitas cahaya 3) Inverter
dan suhu. Proses ini digunakan untuk mengetahui tingkat 4) Baterai Aki
kesesuaian pengukuran tegangan, arus, daya, kecepatan 5) Tacho Meter
angin, kecepatan generator, intensitas cahaya dan suhu 6) Anemo Meter
pada alat monitoring. Proses pengujian dan pengambilan 7) Watt Meter
data alat yang dilakukan tegangan, arus, daya, kecepatan 8) Ampere Meter
angin, kecepatan generator, intensitas cahaya dan suhu. 9) Volt Meter
Pengujian dan pengambilan data alat monitoring ini 10) Lampu TL
meliputi pengujian dan pengambilan data alat monitoring 11) Lampu Pijar
tanpa beban dan berbeban. Pengambilan data alat 12) Lampu 12 VDC 7 W
monitoring PLTH menggunakan bantuan alat ukur 13) Motor 1 Phase220 VAC 75 W
digital dan regulator 220-100Vac dihubungkan ke blower 14) Kabel Jumper
air-ventilation fan Krisbow. Berikut ini adalah langkah- 15) Blower Air-Ventilation Fan Krisbow
langkah pengujiannya: 16) Lux Meter
1) Menghubungkan ke laptop/catudaya 12Vdc 5A ke input 17) Lampu TL
perancangan alat monitoring tegangan, arus, daya, 18) Kipas angin matsuviva 220-240VAC 60 Hz 0.14 A
kecepatan angin, kecepatan generator, intensitas cahaya 4.3.1.2 Langkah Pengujian.
dan suhu.
2) Menghubungkan output generator Vac 3 fasa ke input 1) Menghubungkan sumber catu daya 12 Vdc ke input
Wind turbine generator control. alat monitoring tegangan, arus, daya, kecepatan
3) Memasang multimeter dan ampere meter digital di-output angin, kecepatan generator intensitas cahaya dan
alat monitoring tegangan, arus, daya, kecepatan angin, suhu pada Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid.
kecepatan generator, intensitas cahaya dan suhu. 2) Melakukan pengukuran dan mencatat hasil
4) Memasang beban lampu TL 7W 12Vdc di output alat pengukuran selisih antara alat monitoring terhadap
monitoring tegangan, arus, daya, kecepatan angin, alat ukur digital.
kecepatan generator, intensitas cahaya dan suhu dan 4.4 Proses Pengujian
memasang beban lampu 100W 220Vdc di output Inverter Proses pengujian diantaranya melihat, mengamati,
untuk pengujian berbeban. menguji dan memeriksa kinerja disetiap komponen
5) Melakukan pengamatan tegangan dengan multimeter sensor tegangan, sensor arus, sensor angin, sensor
digital sebagai alat pembanding. kecepatan generator, sensor intensitas cahaya dan sensor
6) Memasang input sensor anemometer dan sensor suhu. Adapun proses pengujian dilakukan sebagai
kecepatan putar generator pada terminal alat monitoring. berikut:
7) Melakukan pengukuran dengan tachometer sebagai media 1. Pengujian Sensor Tegangan
pembanding kecepatan putaran generator.
8) Melakukan pengukuran dengan anemometer sebagai Tegangan Tegangan (v)
media pembanding kecepatan angin. No Input (v) Multimeter Sensor Tegangan
9) Melakukan pengukuran dengan lux meter sebagai media Output
pembanding intensitas cahaya. 1 12 11.96 12.4
10) Melakukan pengukuran dengan thermometer sebagai
media pembanding suhu
2. Pengujian Sensor Arus
11) Mencatat hasil pengujian sesuai dengan pengukuran dan
penampilan pada alat monitoring tegangan, arus, daya,
kecepatan angin, kecepatan generator, intensitas cahaya Jenis Arus (Ampere) Persentase
dan suhu. No. Beban Sensor Kesalahan
DC Multimeter (%)
ACS712
4.3.1 Langkah Pengujian Lampu
1. 0.50 0.74 4.8
Langkah-langkah pengujian tersebut dilakukan TL
untuk pengujian di beberapa proses. Diantaranya dapat Lampu
2. 0.50 0.81 6.2
dilakukan dibeberapa pengujian, yaitu: Pijar
3. Kipas 0.18 0.27 5
4.3.1.1 Pengujian Setiap Komponen Jumlah 16
Pengujian yang dilakukan di pengujian komponen
Rata – Rata 5.33
ini dilakukan untuk mengetahui fungsi dari setiap sensor

114
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

perancangan dan pemilihan Mikrokontroller Arduino,


3. Pengujian Sensor Kecepatan Angin Sensor Tegangan, Sensor Arus, Sensor Kecepatan
Tegan Kecepatan Angin (m/s) Angin, Sensor Kecepatan Generator, sensor intensitas
gan Persentase cahaya dan sensor suhu tahap desain skema rangkaian,
Sensor
No. Input Kesalahan tahap pemasangan dan perangkaian komponen pada
Anemometer Anemo- (%)
Blower skema rangkaian.
meter
(Volt) 2. Unjuk kerja dari alat monitoring tegangan, arus, daya,
1. 220 6.70 5.2 0.22 kecepatan angin, kecepatan generator, intensitas
2. 200 6.55 4.2 3.57 cahaya dan suhu ini meliputi pengukuran tegangan,
3. 180 6.38 4.0 3.58 arus, daya, kecepatan angin, kecepatan generator,
4. 160 6.31 3.9 3.81 intensitas cahaya dan suhu. Adapun tingkat persentase
5. 140 6.17 3.8 3.84 kesalahan tegangan sebesar 3.67%, pengukuran arus
6. 120 5.30 3.7 3.01 sebesar 5.33%, pengukuran daya mengikuti hasil dari
Jumlah 18.03 perkalian tegangan dengan arus sebesar 5 W untuk
Rata – Rata 3.005 beban lampu pijar dan 10 W untuk beban lampu TL,
persentase kesalahan pembacaan kecepatan angin
sebesar 3.005%, pembacaan kecepatan generator
4. Pengujian Sensor Generator
sebesar 2.94% pembacaan dan pembacaan suhu 8.13%.
Tegang Kecepatan Generator
an (rpm)
Persentase 5.2 Saran
No. Input
Tacho Sensor Kesalahan (%) Berdasarkan hasil dari perancangan dan unjuk kerja
Blower
meter Optocoupler alat monitoring tegangan, arus, daya, kecepatan angin,
(Volt)
kecepatan generator, intensitas cahaya dan suhu diperoleh
1. 220 460.2 571 2.40
saran sebagai berikut:
2. 200 457.9 563 2.29
1. Lebih memperdalam ilmu mengenai mikrokontroler
3. 180 445.5 548 2.30 dan
4. 160 426.1 526 2.34 pemrograman, khususnya mengenai arduino uno.
5. 140 381.2 494 2.95
6. 120 284.9 438 5.37
Jumlah 17.65 UCAPAN TERIMA KASIH
Rata – Rata 2.94
1. Kedua orang tua atas segala doa, pengorbanan,
motivasi, kasih sayang yang menjadi penggugah
5. Pengujian Sensor Suhu semangat penulis.
2. Bapak Dr. Ir. H. Hamzah Yusuf, M.S., selaku
Tegangan Suhu (0C) direktur Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Input Persentase
3. Ibu Dr. Ir. Hafsah Nirwana, M.T., selaku Ketua
No. Sensor Kesalahan (%))
Blower Termometer Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung
(Volt) DHT22
Pandang.
1. 220 28.8 26.4 8.33 4. Bapak Sofyan, M.T., selaku ketua Program
2. 200 28.9 26.5 8.30 Studi D 4 Teknik Listrik Politeknik Negeri
Ujung Pandang.
3. 180 28.9 26.5 8.30 5. Bapak Aksan, S.T,.M.T. selaku pembimbing 1 dan
4. 160 28.9 26.6 7.95 Ibu Naely Mucthar S.Pd.,M.Pd., selaku pembimbing
2 yang telah menyediakan waktu luangnya dalam
5. 140 28.9 26.6 7.95
penyusunan skripsi ini.
6. 120 29.9 26.6 7.95 6. Rekan-rekan seperjuangan Angkatan 2014 Teknik
Jumlah 48.78 Listrik (D4) yang telah banyak membantu dan
berbagi ilmu kepada penulis.
Rata – Rata 8.13 7. Eprom Politeknik Negeri Ujung Pandang
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
V. KESIMPULAN DAN SARAN persatu.
Berdasarkan hasil dari perancangan dan unjuk kerja
alat monitoring tegangan, arus, daya, kecepatan angin,
kecepatan generator, intensitas cahaya dan suhu dapat REFERENSI
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: [1] Al Ghozi, Syaifullah dan Otniel Triyosia. 2015.
1. Alat monitoring tegangan, arus, daya, kecepatan angin, Rancang Bangun Two-Axis Solar Tracking System
kecepatan generator, intensitas cahaya dan suhu Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno. Skripsi.
dirancang dengan beberapa tahapan yaitu tahap Makassar: Politeknik Negeri Ujung Pandang.
perancangan dan pemilihan sensor meliputi

115
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

[2] Alfianyah, Elsa. 2009. Rancang Bangun Sistem


Monitoring Daya Listrik Pada Fotovoltaik secara
Realtime Berbasis Mikrokontroler Atmega 16.
Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
[3] Arif, Budiman. 2016. Alat Monitoring Tegangan,
Arus Daya, Dan Kecepatan Blade Berbasis
Mikrokontroller Pada Pembangkit Listrik Tenaga
Angin. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Yogyakarta.
[4] Arrosyid, Harun dkk. 2014. Implementasi Wireless
Sensor Network Untuk Monitoring Parameter Energi
Listrik Sebagai Peningkatan Layanan Bagi Penyedia
Energi Listrik. Surabaya: Politeknik Negeri
Surabaya.
[5] Amazon.co.uk. Wind Solar Hybrid Controller.
(https://www.amazon.co.uk/Anself-Controller-
Automatic-Identification
Protection/dp/B01B1PGGW8),diakses 11 Januari
2018.
[6] Elektronika. Dasar. web. id. Rangkaian Sensor
Optocouple(http://elektronikadasar.web.id/membuat-
sensor-putaran-kecepatan/), diakses 11 Januari 2018
[7] Kahfi, Ashabul dan Rahmat Harianto. 2017.
Perancangan Alat Monitoring Parameter Keluaran
Generator Turbin Angin. Skripsi. Makassar:
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
[8] Mittal, Neeraj. 2001. Investigation of Performance
Characteristic of a Novel VAWT. Tesis. UK:
Department of Mechanical Engineering University of
Strathclyde.
[9] Muttaqin, Rusdan. 2017. Analisa Performansi dan
Monitoring Pembangkit Listrik Tenaga Surya di
Departemen Teknik Fisika FTI-ITS. Skripsi.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.

116
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Rancang Bangun Alat Monitoring Parameter Keluaran Pembangkit


Listrik Tenaga Hibrid Via Personal Computer
A. Rezky Wahyuni1), Andi Waris2), Aksan3), A.Wawan Indrawan4)
1,2,3)
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
E-mail: rezkywahyuniandi@gmail.com, andiwarispnup@gmail.com, aksansubarjo@yahoo.co.id, andi_wawan@poliupg.ac.id

Abstrak
Tingginya motivasi dan minat mahasiswa untuk mempelajari dan mengembangkan pembangkit tenaga listrik yang
baru dan terbarukan khususnya tenaga hibrid kian meningkat, sementara simulator PLTH yang terdapat pada laboratorium
praktikum pembangkit pada jurusan Teknik Elektro PNUP yang digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk mahasiswa
masih terdapat kekurangan yaitu pada sistem monitoringnya. Penelitian ini dilakukan untuk merancang dan membuat alat
monitoring simulator PLTH yang berfungsi untuk memonitor besaran tegangan, arus, daya, kecepatan angin, putaran
generator, suhu dan intensitas cahaya dengan memanfaatkan beberapa sensor seperti sensor tegangan, sensor arus ACS712,
sensor cahaya BH1750, sensor suhu DHT22, sensor anemometer dan sensor putaran generator yang kemudian diolah oleh
mikrokontroler Arduino Uno selanjutnya dikirimkan secara komunikasi serial ke PC secara realtime sehingga dapat
memudahkan kegiatan praktikum dalam memonitor parameter-parameter yang dibutuhkan. Dari hasil penelitian diperoleh
bahwa pengujian setiap sensor yang digunakan sudah baik, hal ini dikarenakan perbandingan antara pengukuran sensor
yang digunakan dengan pengukuran alat ukur standar didapatkan memiliki persentase error sama dengan atau kurang dari
10%. Dimana sensor tegangan memiliki persentase error terbesar 5.08%, sensor arus ACS712 20A 10%, sensor suhu
DHT22 1.79%, sensor cahaya BH1750 0.39%, sensor anemometer 5.4%, dan sensor optocoupler 1.21%. Dilakukan pula
perekaman data terhadap besaran nilai yang diperoleh pada pengujian dalam kurun waktu tertentu melalui aplikasi Delphi
7.

Keywords: Monitoring, Arduino Uno, Borland Delphi 7, Sensor, Database.

I. PENDAHULUAN II. KAJIAN LITERATUR


Energi terbarukan yang berkembang pesat saat ini A. Monitoring
adalah energi angin dan energi matahari yang merupakan Widiastuti dan Susanto [1] menyatakan bahwa
energi terbarukan yang bersih dan tersedia secara bebas “Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis
(free). Namun energi terbarukan tersebut tidaklah tersedia informasi berdasarkan indikator yang ditetapkan secara
setiap saat, oleh karenanya untuk dapat menyediakan catu sistematis dan kontinu tentang kegiatan atau program
daya listrik yang kontinu dengan efisiensi yang optimal sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk
perlu dilakukan hibridasi dengan memadukan beberapa penyempurnaan program atau kegiatan itu selanjutnya”.
jenis pembangkit listrik energi terbarukan menjadi Monitoring dilakukan dengan memantau data pengukuran
Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTH). PLTH ini akan setiap parameter keluaran PLTH.
bekerja berdasarkan intensitas cahaya matahari dan
kekuatan angin. Dapat diketahui bahwa intensitas cahaya B. Energi Angin
matahari hanya tersedia pada siang hari ketika cuaca cerah Di Indonesia, kecepatan angin pada siang hari bisa
(tidak mendung atau hujan). Sedangkan energi angin lebih kencang dibandingkan malam hari. Untuk udara
tersedia pada waktu yang seringkali tidak dapat diprediksi yang bergerak terlalu dekat dengan permukaan tanah,
(sporadic), dan sangat berfluktuasi tergantung cuaca atau kecepatan angin yang diperoleh akan kecil sehingga daya
musim. Sehingga kondisi ini akan memengaruhi tingkat yang dihasilkan sangat sedikit. Semakin tinggi akan
kekuatan dari PLTH dalam menghasilkan energi listrik semakin baik. Pada keadaan ideal, untuk memperoleh
dan akan mempersulit untuk mengetahui parameter- kecepatan angin dikisaran 5-7 m/s, umumnya diperlukan
parameter yang dihasilkan oleh PLTH. Berangkat dari ketinggian 5-12 m [2].
permasalahan tersebut, mendorong penulis untuk
merancang dan membuat alat monitoring simulator PLTH C. Energi Matahari
pada laboratorium sistem tenaga pada jurusan Teknik Energi matahari dapat dimanfaatkan sebagai sumber
Elektro PNUP yang dapat berfungsi untuk memantau energi listrik melalui peralatan konversi energi yakni sel
beberapa parameter seperti tegangan, arus, daya, surya. Indonesia merupakan negara yang terletak di garis
kecepatan angin, putaran generator dan intensitas cahaya khatulistiwa, sehingga Indonesia mempunyai sumber
yang kemudian akan ditampilkan pada suatu PC sehingga energi surya yang berlimpah dengan intensitas radiasi
dapat memudahkan kegiatan praktikum dalam matahari rata-rata sekitar 4.8 kWh/m2 per hari di seluruh
memonitoring parameter-parameter yang dibutuhkan wilayah Indonesia [3].
tersebut.

117
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

D. Defenisi PLTH untuk suhu [8]. Dibagian dalamnya terdapat kapasitas


PLTH adalah gabungan atau integrasi antara polimer sebagai elemen untuk sensor kelembaban relatif
beberapa pembangkit listrik berbasis BBM dengan dan pita regangan sebagai sensor temperatur. Output
pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, umumnya kedua sensor digabungkan dan dihubungkan pada ADC 14
sistem pembangkit yang banyak digunakan untuk PLTH bit dan sebuah interface serial pada satu chip yang sama.
adalah generator diesel, pembangkit listrik tenaga surya, I. Sensor Kecepatan Angin
pembangkit listrik tenaga mikrohidro, pembangkit litsrik Pengukuran kecepatan angin terdiri dari baling –
tenaga bayu [4]. Dalam penelitian ini, PLTH terdiri dari baling mangkok yang dikompel dengan piringan sensor 18
PLTB dan PLTS dimana kedua jenis pembangkit ini celah dan sensor kecepatan optocoupler. Piringan sensor
dioperasikan bersamaan untuk melayani beban. ini digunakan untuk mengindera kecepatan putar baling-
baling mangkok. Titik pusat piringan sensor dan baling-
E. Sensor Arus ACS712
baling mangkok dihubungkan dengan sebuah poros,
Sensor ini digunakan untuk mengukur arus dari
sehingga kecepatan putar piringan sensor sama dengan
baterai. Pada gambar 1 merupakan rangkaian dari sensor
kecepatan putar baling-baling. Sensor kecepatan ini akan
arus ACS712.
membaca slot pada piringan sensor, dimana piringan
sensor ini menghasilkan pulsa – pulsa listrik yang akan
diindra oleh optocoupler (sensor kecepatan) melalui
lubang pada setiap pinggir piringan [5].

J. Sensor Putaran Generator


Sensor putaran ini dibuat dengan optocoupler tipe
“U” yang ditengahnya diletakkan sebuah roda cacah. Roda
Gambar 1. Rangkaian Sensor Arus ACS712 cacah yang diletakkan ditengah optocoupler tersebut
berfungsi untuk mempengaruhi intensitas cahaya yang
Pin 1 dan 2 merupakan input dari sumber (fasa), diberikan oleh LED pada optocoupler ke photo transistor
sedangkan pin 3 & 4 merupakan output (fasa) yang yang akan memberikan perubahan level logika sesuai
tersambung ke beban. Pin 5 dan 8 merupakan pin untuk dengan putaran roda cacah. Kecepatan perubahan logika
VCC 5V dan ground dari sumber catu daya. Sensor photo transistor akan sebanding dengan kecepatan putaran
ACS712 ini memiliki range deteksi arus beragam yaitu roda cacah [9].
5A, 20A dan 30A [5].
F. Sensor Tegangan
Sensor ini digunakan untuk mengukur tegangan
keluaran dari turbin angin dan panel surya. Adapun
keluaran dari sensor ini tidak boleh melewati 5 VDC agar
tidak merusak inputan dari mikrokontroler yang hanya
bisa menerima input maksimal 5 VDC [6], berikut
diagram rangkaian sensor tegangan.
Gambar 3. Rangkaian Sensor Optocoupler
VCC
K. Arduino Uno
Arduino Uno adalah board mikrokontroler berbasis
30 kΩ ATmega328. Memiliki 14 pin input dari output digital
S dimana 6 pin input tersebut dapat digunakan sebagai
output PWM dan 6 pin input analog, 16 MHz osilator
7K4 Ω
kristal, koneksi USB, jack power, ICSP header, dan
GND
-
tombol reset. Untuk mendukung mikrokontroler agar
Gambar 2. Diagram Rangkaian Sensor Tegangan dapat digunakan, cukup menghubungkan Board Arduino
Uno ke komputer dengan menggunakan kabel USB atau
G. Sensor Cahaya BH1750 listrik dengan AC ke adaptor DC atau baterai untuk
Modul sensor cahaya BH1750 adalah sebuah modul menjalankannya [10], bentuk Arduino Uno seperti pada
sensor cahaya berbasis IC BH1750FVI dari ROHM Gambar 4.
semikonduktor yang sensitif terhadap intensitas cahaya
disekitarnya (ambience light). Menggunakan komunikasi
I2C dengan kemampuan mendeteksi cahaya 1-65535 lx.
Sensor cahaya ini dapat melakukan pengukuran dengan
keluaran satuan lux (lx). Modul BH1750 memerlukan
tegangan 3,3 VDC – 5,5 VDC dengan menggunakan IC
BH1750 [7]. Gambar 4. Arduino Uno
H. Sensor Suhu DHT22 L. Borland Delphi
Sensor DHT22 memiliki range pengukuran yaitu 0 Delphi adalah suatu bahasa pemrograman
sampai 100% untuk kelembaban dan -400C sampai 1250C (development language) yang digunakan untuk merancang

118
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

suatu aplikasi program. Delphi termasuk dalam


pemrograman bahasa tingkat tinggi (high level language),
maksudnya yaitu perintah-perintah programnya
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh manusia
[11]. Khusus untuk pemrograman database, borland
delphi menyediakan fasilitas objek yang sangat kuat dan
lengkap serta memudahkan dalam pembuatan program
untuk aplikasi database. Format database yang dimiliki
delphi yaitu format database paradox, dBase, Ms Access,
ODBC, syBase, Oracle dan lain-lain [12].

Gambar 7. Desain 3D Jalur Rangkaian Alat Monitoring PLTH

Pada tahap perancangan software, pembuatan


program aplikasi Borland Delphi 7 pada penelitian ini
dikelompokkan menjadi Form splash screen, Form Login,
Form Monitoring, dan Form Report.
Adapun teknik analisis data yang digunakan sebagai
Gambar 5. Borland Delphi
berikut.

M. Database
Basis data (database) adalah kumpulan informasi
yang disimpan di dalam komputer secara sistematik
sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu program
komputer untuk memperoleh informasi dari basis data
tersebut. (Arrosyid) [13].

III. METODE PENELITIAN


Metode penelitian yang digunakan adalah
perancangan hardware dan software alat monitoring
simulator PLTH. Tahap perancangan hardware ini
dilakukan dengan proses desain schematic dan PCB
menggunakan software Altium Designer 10. Pada
rangkaian layout ini sudah termasuk adanya layout untuk
ke Arduino Uno, sensor arus, sensor tegangan, dan
beberapa terminal blok, sehingga relatif lebih simple dan Gambar 8. Diagram Blok Alat Monitoring PLTH
tidak membutuhkan ruang yang besar. Berikut desain
schematic dan desain 3D rangkaian kontrol Alat
Monitoring PLTH.
Alat monitoring ini dirancang untuk dapat melakukan
monitoring parameter yang dihasilkan oleh generator AC
yang terkopel dengan turbin angin dan panel surya dengan
memanfaatkan beberapa sensor yang mampu membaca
besaran seperti arus (A), tegangan (V), kecepatan angin
(m/s), putaran generator (RPM), suhu (0C) dan intensitas
cahaya (Lux). Data yang telah didapatkan tersebut
kemudian diolah oleh mikrokontroler Arduino Uno,
selanjutnya dikirimkan secara komunikasi serial ke PC
secara realtime dengan perangkat lunak menggunakan
borland delphi 7 sebagai pengolah data. Sehingga secara
garis besar, program yang dibuat merupakan tampilan
tatap muka kepada pengguna (user interface). Algoritma
yang digunakan dapat dilihat pada flowchart berikut:

Gambar 6. Desain Schematic Alat Monitoring PLTH

119
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Gambar 12. Form Login

Gambar 13. Form Monitoring

C. Hasil Pengujian dan Pembahasan


Hasil pengujian pada penelitian ini terbagi menjadi
Gambar 9. Flowchart Alat Monitoring PLTH dua yaitu, pengujian hardware dan pengujian software.
Maka untuk mengetahui kelayakan dari sensor yang
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN digunakan, maka dilakukan pengujian pembacaan setiap
Berdasarkan hasil perancangan Rancang Bangun Alat sensor.
Monitoring Parameter Keluaran Pembangkit Listrik Standar Deviasi
!
Tenaga Hibrid via Personal Computer, maka alat yang !!!(!!!! )
!
!= ........................................... (1)
dirancang ini telah selesai. (!!!)
Standar Error (Ketidakpastian)
!
A. Implementasi Perangkat Keras !" = ................................................................. (2)
!
Simpangan (Error)
! = !" − ! ................................................... (3)
Error (rata-rata simpangan)
!"!(!)
%!""#" = ! 100% .......................... (4)
!"
Keterangan:
- ! = Standar deviasi - !" = Standar Error
- !i = Nilai x ke-I - !" = Nilai yang dikehendaki
- ! = Nilai rata-rata - ! = Simpangan (Error)
- ! = Ukuran banyaknya data

Gambar 10. Bentuk Fisik rangkaian Alat Monitoring 1. Pengujian Sensor Tegangan.

B. Implementasi Perangkat Lunak Tabel 1. Pengujian Sensor Tegangan


Rata-rata Tegangan
Vin Output (Volt) Standar Standar %
No Error
(V) Multi- Sensor Deviasi Error Error
meter Tegangan
A B C D E F G H
1 0 0 0 0 0 0 0
2 1 1 0.99 0.008 0.003 0.01 1
3 2 2 2.05 0.019 0.008 0.05 2.5
4 3 3 3.07 0 0 0.07 2.3
5 4 4 4.09 0.016 0.007 0.09 2.2
Gambar 11. Form Splash Screen 6 5 5 5.16 0 0 0.16 3.2

120
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

A B C D E F G H 4. Pengujian Sensor Cahaya BH1750


7 6 6 6.25 0 0 0.25 4.1
8 7 7 7.31 0.008 0.003 0.31 4.4 Tabel 4. Pengujian Sensor Cahaya BH1750
Rata-rata
9 8 8 8.34 0 0 0.34 4.2 Tegangan Intensitas
10 9 9 9.45 0 0 0.45 5 Input Cahaya (Lux) Standar Standar Error %
No
Blower Deviasi Error Error
11 10 10 10.54 0 0 0.54 5.4 (Volt)
Lux Sensor
12 11 11 11.56 0.008 0.003 0.56 5.09 meter BH1750
1 220 7020 7002.4 1.949 0.87 17.6 0.25
13 12 12 12.61 0 0 0.61 5.08
2 200 4896 4879.6 0.894 0.39 16.4 0.33
Berdasarkan tabel hasil pengujian, untuk pengujian 3 180 3356 3345.2 1.788 0.79 10.8 0.32
dengan Vin = 1 Volt, diperoleh error 0.01, persentase error
4 160 2096 2088.6 0.894 0.39 7.4 0.35
1%, standar deviasi 0.008, dan ketidakpastian 0.003.
5 140 1252 1247.2 1.303 0.58 4.8 0.38
Secara keseluruhan pengujian sensor tegangan ini
6 120 664 661.4 0.894 0.39 2.6 0.39
memiliki persentase error dibawah 10%. Hal ini
menunjukkan kinerja sensor yang digunakan sudah baik. Berdasarkan tabel hasil pengujian, untuk pengujian
dengan tegangan input blower 220 volt, diperoleh error
2. Pengujian Sensor Arus 17.6, persentase error 0.25%, standar deviasi 1.949, dan
Pengujian sensor arus dilakukan dengan memberikan ketidakpastian 0.87. Secara keseluruhan pengujian sensor
beban, baik itu beban DC ataupun Ac, Dalam pengujian arus ini memiliki persentase error kurang dari 10%. Hal ini
ini kami menggunakan beban DC. menunjukkan kinerja sensor yang digunakan baik.

Tabel 2. Pengujian Sensor Arus ACS712 5. Pengujian Sensor Anemometer dan Sensor
Rata-rata Arus Optocoupler
Jenis
(Ampere) Standar Standar %
No Beban
Multi- Sensor Deviasi Error Error Error Tabel 5. Pengujian Sensor Anemometer
DC
meter ACS712 Rata-rata
Lampu Tegangan Kecepatan Angin
1 4.09 3.89 0.027 0.012 0.2 4.8
Pijar Input (m/s) Standar Standar %
No Error
Lampu Blower Sensor Deviasi Error Error
2 0.54 0.5 0.041 0.018 0.04 7.4 Anemo-
TL (Volt) Anemo-
meter
meter
3 Kipas 0.2 0.18 0.008 0.003 0.02 10
1 220 6.7 6.63 0.086 0.086 0.04 0.59
Berdasarkan tabel hasil pengujian, untuk pengujian 2 200 6.55 6.5 0.057 0.057 0.05 0.76
dengan jenis beban lampu pijar, diperoleh error 0.2, 3 180 6.38 6.35 0.057 0.057 0.03 0.47
persentase error 4.8%, standar deviasi 0.027, dan 4 160 6.31 6.21 0.057 0.057 0.1 1.58
ketidakpastian 0.012. Secara keseluruhan pengujian sensor 5 140 6.17 6.21 0.082 0.082 0.04 0.64
arus ini memiliki persentase error sama dengan atau 6 120 5.3 5.59 0.09 0.09 0.29 5.4
kurang dari 10%. Hal ini menunjukkan kinerja sensor yang
digunakan cukup baik. Berdasarkan table 5 hasil pengujian dengan tegangan
input blower 220 volt, diperoleh error 0.04, persentase
3. Pengujian Sensor Suhu error 0.59%, standar deviasi 0.086, dan ketidakpastian
0.086. Secara keseluruhan pengujian sensor arus ini
Tabel 3. Pengujian Sensor Suhu DHT22 memiliki persentase error kurang dari 10%. Hal ini
Tegangan Rata-rata menunjukkan kinerja sensor yang digunakan baik.
Input Suhu (0C) Standar Standar %
No Error
Blower Termo Sensor Deviasi Error Error Tabel 6. Pengujian Sensor Optocoupler
(Volt) meter DHT22 Rata-rata
1 220 28.8 28.34 0.054 0.024 0.46 1.59 Tegang Putaran Generator
an (RPM) Standar Standar %
2 200 28.9 28.44 0.1 0.044 0.46 1.59 No
Input Deviasi Error
Error
Error
Sensor
3 180 28.9 28.44 0.054 0.024 0.46 1.59 Tacho-
Blower Opto-
meter
4 160 28.9 28.44 0.054 0.024 0.46 1.59 (Volt) coupler
5 140 28.9 28.46 0.054 0.024 0.44 1.52 1 220 463.8 463.2 1.643 0.073 0.6 0.12
6 120 29 28.48 0.056 0.025 0.52 1.79 2 200 456 453.6 2.509 1.122 2.4 0.52
3 180 449.1 445.8 1.643 0.073 3.3 0.73
4 160 441.3 439.8 1.643 0.073 1.5 0.33
Berdasarkan tabel hasil pengujian, untuk pengujian 5 140 418.5 413.4 3.911 1.749 5.1 1.21
dengan tegangan input blower 220 volt, diperoleh error 6 120 307.4 304.8 1.643 0.073 2.6 0.84
0.46, persentase error 1.59%, standar deviasi 0.054, dan
ketidakpastian 0.024. Secara keseluruhan pengujian sensor Berdasarkan table 6 hasil pengujian dengan tegangan
arus ini memiliki persentase error kurang dari 10%. Hal ini input blower 220 volt, diperoleh error 0.6, persentase
menunjukkan kinerja sensor yang digunakan baik. error 0.12%, standar deviasi 1.643, dan ketidakpastian

121
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

0.073. Secara keseluruhan pengujian sensor arus ini Ujung Pandang, serta kerabat dekat penulis khususnya di
memiliki persentase error kurang dari 10%. Hal ini Program Studi D4 Teknik Listrik.
menunjukkan kinerja sensor yang digunakan baik.
REFERENSI
6. Pengujian Software [1] Widiastuti, Nelly Indriani dan Rani Susanto. 2012.
Kajian Sistem Monitoring Dokumen Akreditasi
Teknik Informatika UNIKOM. Majalah Ilmiah
UNIKOM Vol.12 No.2.
[2] Pelle, Yulian. 2013. Analisa Gabungan Dua
Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Laboratorium
Listrik Politeknik Negeri Sriwijawa. Tugas Akhir.
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
[3] Rahardjo, I dan Fitriana I. 2006. Analisi Potensi
Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Indonesia.
Strategi Penyediaan Listrik Nasional dalam rangka
Mengantisipasi Pemanfaatan PLTU Batubara Skala
Kecil, PLTN dan Energi Terbarukan.
[4] Herlina. 2009. Analisis Dampak Lingkungan dan
Biaya Pembangkitan Listrik Pembangkit Listrik
Tenaga Hibrida di Pulau Sebesi Lampung Selatan.
Gambar 14. Monitoring Parameter Keluaran PLTH secara Real Tesis. Depok: Universitas Indonesia.
Time [5] Kahfi, Ashabul dan Rahmat Harianto. 2017.
Perancangan Alat Monitoring Parameter Keluaran
Gambar 14 menunjukkan bahwa monitoring Generator Turbin Angin. Skripsi. Makassar:
parameter keluaran PLTH dilakukan secara real time Politeknik Negeri Ujung Pandang.
dengan delay pengambilan data selama 10 detik. dan [6] Fachri, Muhammad Rizal dkk. 2015. Pemantauan
hasilnya dapat dilihat pada database yang telah dibuat Parameter Panel Surya Berbasis Arduino secara Real
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15 dan Gambar 16. Time. Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 11, No. 4,
Agustus 2015, hal. 123-128.
[7] prasetyanta, Benediktus Dimas Eka. 2017.
Purwarupa Sistem Kontrol dan Pemantauan
Greenhouse untuk Pembibitan Anggrek Dendrobium
dengan Tampilan Web. Tugas Akhir.Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Gambar 15. Tampilan Database di Delphi 7 [8] Launda, Andry Petrus dkk. 2017. Prototipe System
Pengering Biji Pala Berbasis Mikrokontroler
Arduino Uno. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer
Vol. 6, No. 3, 2017, hal. 141-147, ISSN: 2301-8402.
[9] Heriyanto. 2015. Implementasi RFID TAGS pada
Sistem Kontrol Pintu Geser Otomatos Berbasis
Mikrokontroler. Tugas Akhir. Surabaya: Institut
Gambar 16. Tampilan Database di Ms.Access Teknologi Sepuluh Nopember.
[10] Fitriandi, Afrizal dkk. 2016. Rancang Bangun Alat
Monitoring Arus dan Tegangan Berbasis
V. KESIMPULAN Mikrokontroler dengan SMS Gateway.
1) Perancangan dan pembuatan alat monitoring ELECTRICIAN – Jurnal Rekayasa dan Teknologi
tegangan, arus, daya, kecepatan angin, putaran Elektro Vol 10, No. 2, Mei 2016.
generator dan intensitas cahaya pada simulator [11] Riyanto. 2017. Rancang Bangun Sistem Informasi
PLTH. Pelayanan Haji Plus dan Umroh (Studi Kasus: PT.
2) Pembuatan aplikasi visual yang dapat menampilkan Arminareka Perdana Wonosobo). Tugas Akhir.
besaran tegangan, arus, daya, kecepatan angin, Yogyakarta: Universitas Teknologi Yogyakarta.
putaran generator dan intensitas cahaya pada [12] Alam, M. Agus J. 2003. BELAJAR sendiri:
simulator PLTH secara real time. Mengolah Database dengan Borland Delphi 7.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
[13] Arrosyid, Moch Harun dkk. 2011. Implementasi
Wireless Sensor Network Untuk Monitoring
UCAPAN TERIMA KASIH
Parameter Energi Listrik Sebagai Peningkatan
Terima kasih ditujukan kepada kedua Dosen Layanan Bagi Penyedia Energi Listrik. Surabaya:
Pembimbing, Dosen Teknik Listrik Politeknik Negeri Politeknik Negeri Surabaya.

122
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Studi Aliran Daya pada Kelistrikan SULSELBAR dengan masuknya


PLTU Mamuju 2 x 25 MW
Abdul Wahid Kadir1), Bakhtiar2), Satriani Said Akhmad3)
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
Email: awikadir9@gmail.com

Abstrak
Sistem kelistrikan yang baik ialah sebuah sistem yang handal dalam penyaluran aliran daya, yaitu mampu mengurangi
besar rugi-rugi daya dan mengefisiensikan besarnya jatuh tegangan pada sistem. Untuk itu dilakukan perhitungan aliran
daya yang mengalir dari bus ke bus dalam sistem interkoneksi dan besarnya rugi-rugi daya serta efisiensi penyaluran
tenaga listrik pada saluran transmisi. Pada skripsi ini penulis melakukan penelitian dengan menentukan aliran daya pada
Aliran daya sistem kelistrikan SULSELBAR sebelum dan setelah PLTU Mamuju 2x25 MW terhubung. Berdasarkan hasil
simulasi yang dibuat menggunakan aplikasi ETAP 12.6.0. perubahan aliran daya sebelum dan setelah PLTU Mamuju 2 x
25 MW terhubung, perubahan terbesar ditemukan pada arah aliran daya antara bus Gardu Induk (GI) Majene dan GI
Mamuju dengan perubahan arah aliran daya yang sebelumnya dari GI Majene ke GI Mamuju berbalik arah dari GI
Mamuju ke GI Majene hal ini karena daya yang dibangkitkan oleh PLTU Mamuju 2 x 25 MW sebesar 30 MW melebihi
kebutuhan daya pada GI Mamuju yang hanya sekitar 24,6 MW, dan kebelihan energi tadi selanjutnya disalurkan ke GI
Majene. Perubahan nilai rugi rugi daya juga terjadi yaitu rugi-rugi daya saluran dari GI Mamuju ke GI Majene menjadi
lebih baik dari 0,05 MW menjadi 0,004 MW, sedangkan rugi-rugi daya terbesar secara keseluruhan sistem kelistrikan
SULSEBAR terjadi pada saluran antara GI Tallasa ke GI Sungguminasa sebesar 3,7 MW.

Keywords: Aliran Daya, Rugi-rugi Daya, ETAP 12.6.0.

I. PENDAHULUAN II. KAJIAN LITERATUR


Studi aliran daya adalah studi yang dilakukan untuk Secara umum tujuan dari analisis aliran daya adalah
mendapatkan informasi mengenai aliran daya atau dimaksudkan untuk mendapatkan [2] :
tegangan sistem dalam kondisi operasi terus-menerus 1. Besar dan sudut tegangan masing-masing bus
(tunak). Informasi ini sangat dibutuhkan untuk sehingga dapat diketahui tingkat pemenuhan
mengevaluasi kemampuan kerja sistem tenaga dan batas-batas operasi yang diperbolehkan.
menganalisis kondisi pembangkitan maupun pembebanan. 2. Besar arus dan daya yang dialirkan pada
Analisis ini juga memerlukan informasi aliran daya dalam jaringan, sehingga bisa diidentifikasi tingkat
kondisi normal maupun darurat[1]. Studi aliran daya pembebanannya.
memberikan informasi mengenai beban saluran transmisi, 3. Kondisi awal bagi studi-studi selanjutnya, seperti
losses, dan tegangan di setiap lokasi untuk evaluasi studi kontingensi.
regulasi kinerja sistem tenaga. Oleh sebab itu studi aliran Studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan
daya sangat diperlukan dalam perencanaan serta studi yang sangat penting. Studi aliran daya
pengembangan sistem di masa yang akan datang. Untuk mengungkapkan kinerja dan aliran daya (nyata dan
metode penyelesaian yang digunakan pada studi aliran reaktif). Untuk keadaan tertentu tatkala sistem bekerja
daya ini adalah metode Newton Rhapson. Kebutuhan akan secara tunak atau terus menerus. Studi aliran daya juga
sumber daya energi listrik semakin meningkat salah memberikan informasi mengenai beban saluran transmisi
satunya di Sulawesi Barat. Masalah yang terjadi adalah pada sistem, tegangan di setiap lokasi untuk evaluasi
topologi daerah yang berbukit menjadi hambatan regulasi kinerja sistem tenaga dan bertujuan untuk
tersendiri dalam pengembangan saluran transmisi dan menentukan besarnya daya nyata, daya reaktif di berbagai
distribusi tenaga listrik. Sehingga dibangun pembangkit titik pada sistem daya yang dalam keadaan berlangsung
baru yaitu PLTU Mamuju 2 x 25 MW yang diharapkan [3].
mampu memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut.
Penulis bermaksud menganalisis aliran daya pada A. Rugi-rugi daya
sistem kelistrikan Sulawesi Selatan dan Barat Daya listrik yang disalurkan dari gardu induk atau
(SULSELBAR) dengan terhubungnya PLTU Mamuju 2 x transformator distribusi ke pemakai mengalami rugi
25 MW, hal ini dianggap penting sebagai bahan evaluasi tegangan dan rugi daya, ini disebabkan karena saluran
kinerja pembangkitan dan menemukan perubahan yang distribusi mempunyai tahanan, induktansi, dan kapasitansi.
terjadi pada sistem kelistrikan tersebut. Demikian hal ini Karena saluran distribusi primer ataupun sekunder
dianggap penting dan diangkat sebagai tugas akhir dalam berjarak pendek maka kapasitas dapat diabaikan. Rumus
menyelesaikan studi diploma empat di Politeknik Negeri rugi daya :
Ujung Pandang.

123
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

!!
Rugi daya nyata = ! ! ! (1)
!

!!
Rugi daya reaktif = ! ! ! (2)
!

Dengan :
R = Resistansi (Ohm/km)
X= Reaktansi (Ohm/km)
L= Panjang saluran (km)

Dapat pula ditentukan dengan persamaan sebagai berikut


[4]
:

Rugi-rugi Daya = 3 I2 R L (3)

Dengan :
I = Arus Saluran (A)
R = Resistansi Saluran (Ohm)

B. Efisiensi Saluran Transmisi


Daya listrik yang tersalurkan dari sumber ke beban
jumlahnya berbeda, hal ini dikarenakan terjadinya rugi-
rugi daya. Sehingga hal ini dapat menentukan efisiensi
daya pada sistem tersebut. Untuk menetukan besar
efisiensi daya menggunakan rumus sebagai berikut:

!"
! 100% (4)
!"

Keterangan :
Pr = Daya yang diterima (W)
Ps = Daya yang dikirim (W)

C. Segitiga Daya
Daya semu (S) merupakan resultan dari dua
komponen, yaitu daya nyata (P) dan komponen daya
reaktif (Q).
Gambar 1. Flowchart Penelitian
! = !. !. !"# ∅
! = !. !. !"# ∅ Metode penelitian dilakukan dengan melakukan hal-
! = ! ! + √! ! atau S= V.I hal sebagai berikut :
1. Studi literatur untuk mendapatkan informasi dari
Keterangan : berbagai sumber, baik itu dari jurnal-jurnal
P = Daya aktif (Watt) elektronik maupun buku-buku yang pembahasannya
Q = Daya reaktif (Var) sesuai dengan judul maupun tujuan dari tugas akhir
S = Daya terpasang (VA) ini. Adapun salah satu buku yang dijadikan referensi
V = Tegangan (V) perhitungan dari tugas akhir ini adalah buku karya
A = Arus (Ampere) William D. dan Stevenson, Jr. tentang Analisis
∅ = Beda sudut asa (Deg atau Rad) Sistem Tenaga Listrik edisi keempat yang dialih
bahasakan oleh seorang insinyur bernama Ir. Kamal
Idris. Buku ini diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan
III. METODE PENELITIAN Erlangga pada tahun 1983.
Pada Penelitian ini sistem kelistrikan SULSELBAR 2. Kemudian melakukan wawancara yang dilakukan
menjadi objek penelitian. Berikut flowchart untuk dengan mewawancarai Bapak Supardin di PT UPT
menyelesaikan penelitian ini : PLN SULSELRABAR. Teknik wawancara penulis
lakukan dengan menanyakan segala sesuatu yang
tidak diketahui atau tidak jelas dari data yang
diperoleh.

124
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

3. Metode pengumpulan data (dokumentasi) adalah


Gardu Gardu Tahanan Panjang
metode yang dilakukan untuk mengumpulkan Arus
No Induk Induk (Ohm/K Saluran
seluruh data yang terkait dengan hal-hal tentang (A)
Asal Tujuan m) (Km)
kegiatan penelitian. Adapun data-data yang
dikumpulkan adalah berupa data Single Line Polmas Majene
Diagram, data saluran transmisi, data transformator GI GI
serta data beban sistem kelistrikan SULSELRABAR. 3 212,6 0,017 50,01
Bakaru Polmas
4. Penyajian data yang telah dikelompokkan GI GI Pare-
sedemikian rupa, kemudian mengolah data tersebut 4 30,8 0,123 90,27
Polmas Pare
menggunakan ETAP 12.6, untuk menentukan aliran GI Pare- GI
5 51,9 0,123 26,06
daya, rugi-rugi daya dan efisiensi pada jaringan Pare Pinrang
transmisi SULSELBAR. Melakukan verifikasi data GI Pare- GI
6 174,1 0,129 22
yang telah dibuat kepada pihak PT UPT PLN Pare Balusu
SULSELRABAR, serta dosen terkait. GI
7 Abarru 253,1 0,129 22
Balusu
GI
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Abarru 238,1 0,129 46
Pangkep
Berikut merupakan hasil pengumpulan data yang GI GI
9 87,4 0,123 43
diperlukan dalam melaksanakan tugas akhir ini, meliputi Kima Pangkep
data yang telah disebutkan sebelumnya. Dbawah ini GI GI
10 81,9 0,129 20,92
merupakan single line diagram sistem kelistrikan Bosowa Pangkep
SULSELRABAR sesuai topologi atau geografi fisik GI
11 GI Tello 81,9 0,129 34,42
Sulawesi Bagian Selatan (SULBAGSEL). Bosowa
12 GI Tello GI Kima 158,7 0,123 6
GI Tello
13 GI Tello 181,6 0,084 6,9
Lama
GIS
GI Tallo
14 Bontoal 32,9 0,056 10
Lama
a
GI
15 GI Tello Panakuk 153,8 0,111 4,5
ang
GI
16 Sunggu GI Tello 595,5 0,037 10,93
Minasa
GI GI
17 Sunggu Tanjung 115,2 0,058 11,89
Minasa Bunga
GI
GI
18 Sunggu 678,9 0,084 27,5
Tallasa
minasa
GI
GI
19 Punagay 773,8 0,0345 19,06
Tallasa
a
GI
GI
20 PLTU 619,8 0,0345 28,7
Tallasa
Bosowa
Gambar 2. Sistem kelistrikan SULSELRABAR dengan ETAP GI GI
12.6.0 21 PLTU Punagay 174,9 0,0345 10,6
Bosowa a
Kemudian berikut kondisi ketika PLTU Mamuju 2 x GI GI
25 MW belum terhubung, berupa data arus dan saluran 22 Punagay Jenepon 124,1 0,129 24,49
transmisi sistem kelistrikan SULSELRABAR: a to
GI GI
Tabel 1. Nilai arus hasil simulasi sistem kelistrikan 23 Jenepon Buluku 90,7 0,129 46,4
SULSELBAR sebelum PLTU Mamuju 2 x 25 MW terhubung to mba
GI GI
Gardu Gardu Tahanan Panjang 24 Jenepon Bantaen 88,6 0,0345 28
Arus
No Induk Induk (Ohm/K Saluran to g
(A)
Asal Tujuan m) (Km) GI GI
25 Bantaen Buluku 88,6 0,129 20
GI GI g mba
1 35,5 0,129 114,3
Majene Mamuju
GI GI
26 52,8 0,134 59,05
2 GI GI 61,8 0,121 50,16 Buluku Sinjai

125
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Tabel 2. Nilai arus hasil simulasi sistem kelistrikan


Gardu Gardu Tahanan Panjang SULSELBAR setelah PLTU Mamuju 2 x 25 MW terhubung
Arus
No Induk Induk (Ohm/K Saluran
(A) Gardu
Asal Tujuan m) (Km) Gardu Tahanan Panjang
Induk Arus
No Induk (Ohm/K Saluran
mba Tujua (A)
Asal m) (Km)
GI n
27 Buluku GI Bone 23,8 0,122 137,2 GI GI
mba 1 13 0,129 114,3
Mamuju Majene
GI
28 GI Bone 28,6 0,116 74,01 GI GI
Sinjai 2 18 0,121 50,16
GI Polmas Majene
29 GI Bone 75,2 0,119 43,27
Soppeng GI GI
GI GI 3 113,5 0,017 50,01
30 20,5 0,121 53,08 Bakaru Polmas
Soppeng Sidrap GI
GI GI
GI 4 Pare- 15,6 0,123 90,27
31 Sengkan 234,6 0,0145 40 Polmas
Sidrap Pare
g GI GI
GI GI Pare- 5 Pare- Pinran 51,7 0,123 26,06
32 210,1 0,122 19,1
Sidrap Pare Pare g
BB GI
GI GI
33 PLTB 36,1 0,0345 7 6 Pare- 144,5 0,129 22
Sidrap Balusu
Sidrap Pare
BB
BB GI
34 PLTB 150,3 0,0345 123 7 Abarru 231,6 0,129 22
Maros Balusu
Sidrap
BB GI
BB 8 Abarru Pangke 216,5 0,129 46
35 Patalasa 25 96,6 0,0345
Maros p
ng
GI GI
BB GI
36 Sunggu 31,2 120,8 0,0345 9 Pangke 108,5 0,123 43
Maros Kima
minasa p
BB GI GI
GI
37 Patalasa Sunggu 24,9 96,6 0,0345 10 Pangke 100,6 0,129 20,92
Bosowa
ng minasa p
GI GI GI
38 27 69,9 0,073 GI
Makale Sidrap 11 Bosow 100,6 0,129 34,42
Tello
GI GI a
39 45,1 187,3 0,129 GI GI
Palopo Makale 12 180,7 0,123 6
BB GI Tello Kima
40 76,8 81,1 0,0345 GI
Wotu Palopo GI
BB1 BB 13 Tello 182 0,084 6,9
41 78,4 82,6 0,0345 Tello
Pamona Wotu Lama
BB 2 GI GIS
42 GI Poso 96 185,9 0,111 14 Tallo Bontoa 32,7 0,056 10
Pamona
GI Lama la
43 GI Poso 87,6 172,2 0,111 GI
Sidera GI
GI 15 Panaku 161,8 0,111 4,5
44 GI Silae 23,2 46,5 0,111 Tello
Sidera kang
GI GI GI
45 45,6 191,6 0,111 GI
Sidera Tallise 16 Sunggu 616,5 0,037 10,93
Tello
GI Minasa
46 PJPP1 24 200,9 0,111 GI
Tallise GI
GI Tanjun
GI 17 Sunggu 115,5 0,058 11,89
47 Pangkep 46 141 0,244 g
Mandai Minasa
70 kV Bunga
GI GI
48 GI Daya 15,6 148,9 0,236 GI
Mandai 18 Sunggu 732,9 0,084 27,5
Tallasa
GI Tallo GI minasa
49 Lama Bontoal 20,4 85,8 0,236 GI
GI
70 kV a 19 Punaga 853 0,0345 19,06
Tallasa
ya
GI
GI
Kemudian berikut kondisi setelah PLTU Mamuju 2 x 20 PLTU 649 0,0345 28,7
Tallasa
25 MW terhubung. Bosowa
21 GI GI 432 0,0345 10,6

126
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Gardu Gardu
Gardu Tahanan Panjang Gardu Tahanan Panjang
Induk Arus Induk Arus
No Induk (Ohm/K Saluran No Induk (Ohm/K Saluran
Tujua (A) Tujua (A)
Asal m) (Km) Asal m) (Km)
n n
PLTU Punaga GI GI
44 46,7 0,111 43,57
Bosowa ya Sidera Silae
GI GI GI GI
45 192,6 0,111 10
22 Punaga Jenepo 146 0,129 24,49 Sidera Tallise
ya nto GI
46 PJPP1 201,6 0,111 17,6
GI GI Tallise
23 Jenepon Buluku 112,6 0,129 46,4 GI
GI
to mba 47 Pangke 190 0,244 37,7
Mandai
GI GI p 70 kV
24 Jenepon Bantae 111,2 0,0345 28 GI GI
48 147,6 0,236 5
to ng Mandai Daya
GI GI GI
GI
25 Bantaen Buluku 111,2 0,129 20 Tallo
49 Bontoa 85,4 0,236 4,2
g mba Lama
la
GI 70 kV
GI
26 Buluku 74,5 0,134 59,05 GI
Sinjai GI
mba 50 Sengka 205 0,072 35,4
Sidrap
GI ng
GI
27 Buluku 42,6 0,122 137,2 Menentukan rugi-rugi daya dilakukan dengan
Bone
mba
menggunakan persamaan 3 pada tinjauan pustaka, berikut
GI GI
28
Bone Sinjai
25,3 0,116 74,01 penulis menggunakan sampel pada saluran transmisi
GI Sulawesi Barat yaitu antara Gardu Induk Majene ke Gardu
GI Induk Mamuju :
29 Soppen 59,6 0,119 43,27
Bone
g - GI Majene – GI Mamuju
GI Diketahui: I = 35,5 A
GI
30 Soppen 23,5 0,121 53,08 R = 0,129 Ohm/km
Sidrap
g
Panjang Saluran = 114,3 km
GI
31 Sengka
GI
205 0,0145 40
Sehingga, rugi-rugi daya = 3 ! ! ! ! ! ! !
ng
Sidrap = 3 ! 35,5! ! 0,129 ! 114,3
GI = 0,055 MW.
GI Karena terdapat 2 saluran maka rugi-rugi daya total
32 Pare- 190,2 0,122 19,1
Sidrap
Pare yaitu :
BB Rugi-rugi daya total = 2 x 0,055 = 0,11 MW.
GI
33 PLTB 26,6 0,0345 7 Setelah menentukan rugi-rugi daya saluran transmisi,
Sidrap
Sidrap kemudian menentukan efisiensi penyaluran energi listrik
BB tersebut, sesuai dengan persamaan 4 pada tinjauan
BB
34 PLTB 120,7 0,0345 123 pustaka, dengan menggunakan sampel saluran transmisi
Maros
Sidrap
yang sama pada perhitungan rugi-rugi daya sebagai
BB
BB berikut :
35 Patalas 70 0,0345 40
Maros - GI Majene – GI Mamuju
ang
GI Diketahui : Daya Kirim : 17,4 MW
BB Rugi-rugi daya : 0,11 MW
36 Sunggu 87,5 0,0345 40
Maros
minasa Berdasarkan persamaan 4.2 pada halaman 21 tentang
BB GI efisiensi
37 Patalasa Sunggu 70 0,0345 10 Sehingga, efisiensi Saluran
ng minasa
GI GI !"#" !"#$%&'($) − !"#$ !"#"
38 37,3 0,073 105,48
Makale Sidrap = !100%
GI GI !"#" !"#$%&'($)
39 122,3 0,129 37,35
Palopo Makale
!",!!!,!!
BB GI Efisiensi = !100% = 99,3%
40 79,9 0,0345 100 !",!
Wotu Palopo
BB1 BB
41 81,5 0,0345 109 Berikut data hasil perhitungan rugi-rugi daya dan
Pamona Wotu
BB 2 GI efisiensi pada sistem kelistrikan SULSELBAR sebelum
42 186,7 0,111 43,57 dan setelah PLTU Mamuju terhubung :
Pamona Poso
GI
43 GI Poso 172,9 0,111 43,57
Sidera

127
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Tabel 3. Nilai rugi-rugi daya dan efisiensi energi lirik sesuai Daya Rugi-
hasil simulasi sistem kelistrikan SULSELBAR sebelum PLTU Gardu Efisie
Gardu Terkiri rugi
Mamuju 2 x 25 MW terhubung. No Induk nsi
Induk Asal m daya
Tujuan (%)
(MW) (MW)
Daya Rugi-
Gardu Efisie GI
Gardu Terkiri rugi GI
No Induk nsi 24 Buluku 23,5 0,02 99,37
Induk Asal m daya Jeneponto
Tujuan (%) mba
(MW) (MW)
GI
GI
GI 25 Bantaen 23,2 0,06 99,90
1 GI Majene 17,4 0,11 99,36 Jeneponto
Mamuju g
GI GI GI
2 GI Polmas 30,2 0,14 99,54 26 23,1 0,07 99,74
Majene Sengkang Soppeng
GI GI
GI 27 12,7 0,03 99,48
3 GI Bakaru 54,2 0,12 99,79 Bulukumba Sinjai
Polmas
GI
GI Pare- 28 GI Bone 3,4 0,02 99,16
4 GI Polmas 7,2 0,03 99,56 Bulukumba
Pare GI
GI Pare- GI 29 GI Bone 5 0,17 99,58
5 11,4 0,03 99,77 Sinjai
Pare Pinrang 30 GI Soppeng GI Bone 33,8 0,02 99,48
GI Pare- GI GI
6 86,2 0,52 99,40 31 GI Soppeng 7,2 0,19 99,78
Pare Balusu Sidrap
7 GI Balusu Abarru 130,6 1,09 99,16 GI GI
32 120 0,62 99,84
Sengkang Sidrap
GI GI Pare-
8 Abarru 121 2,02 98,33 33 GI Sidrap 110,4 0,00 99,44
Pangkep Pare
GI BB
9 GI Kima 16,7 0,12 99,27 34 GI Sidrap PLTB 12,6 0,58 99,99
Pangkep
GI Sidrap
10 GI Bosowa 16,8 0,05 99,68
Pangkep BB PLTB BB
35 77,8 0,04 99,26
GI Sidrap Maros
11 GI Tello 16,9 0,09 99,47
Bosowa BB
GI 36 BB Maros Patalasa 25 0,06 99,85
12 GI Tello 39,6 0,06 99,86
Kima ng
GI Tello GI
13 GI Tello 93,6 0,11 99,88 37 BB Maros Sunggu 31,2 0,01 99,81
Lama
GIS minasa
GI Tallo GI
14 Bontoal 10,8 0,004 99,97 BB
Lama 38 Sunggu 24,9 0,23 99,96
a Patalasang
GI minasa
15 GI Tello Panakuk 78 0,86 99,91 GI
39 GI Palopo 45,1 0,14 98,88
ang Makale
GI
GI 40 BB Wotu 76,8 0,15 99,82
16 GI Makale 27 0,51 99,16 Palopo
Sidrap BB1 BB
41 78,4 1,00 99,80
GI Pamona Wotu
17 SungguMin GI Tello 296 0,05 99,71 BB 2
42 GI Poso 96 0,86 98,96
asa Pamona
GI GI GI
43 GI Poso 87,6 0,86 99,02
18 SungguMin Tanjung 57 6,39 99,90 Sidera
asa Bunga 44 GI Sidera GI Silae 23,2 0,06 99,73
GI
GI
19 GI Tallasa Sunggu 344,4 1,18 98,15 45 GI Sidera 45,6 0,24 99,46
Tallise
minasa
GI GI 46 GI Tallise PJPP1 24 0,24 99,01
20 198,9 1,14 99,41
Punagaya Tallasa GI Pangkep GI
47 46 1,10 97,61
GI PLTU GI 70 kV Mandai
21 160,4 0,03 99,29
Bosowa Tallasa
48 GI Mandai GI Daya 15,6 0,08 99,50
GI GI Tallo GI
GI PLTU
22 Punagay 45,5 0,29 99,93 49 Lama 70 Bontoal 20,4 0,04 99,79
Bosowa
a kV a
GI
GI
23 Jenepon 64,2 0,15 99,55
Punagaya
to

128
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Tabel 4. Nilai rugi-rugi daya dan efisiensi energi lirik sesuai Daya Rugi-
hasil simulasi sistem kelistrikan SULSELBAR setelah PLTU Gardu Gardu Efisie
Terki rugi
Mamuju 2 x 25 MW terhubung No Induk Induk nsi
rim daya
Asal Tujuan (%)
(MW) (MW)
Daya Rugi-
Gardu Gardu Efisie GI
Terki rugi GI
No Induk Induk nsi 25 Buluku 28,6 0,096 99,67
rim daya Bantaeng
Asal Tujuan (%) mba
(MW) (MW)
GI
GI GI 26 Bulukumb GI Sinjai 18,2 0,132 99,28
1 2,6 0,015 99,42 a
Mamuju Majene
GI
GI 27 Bulukumb GI Bone 9,2 0,091 99,01
2 GI Polmas 9,4 0,012 99,87
Majene a
GI 28 GI Sinjai GI Bone 1,1 0,016 98,50
3 GI Bakaru 29,2 0,033 99,89
Polmas
GI
29 GI Bone 21,8 0,110 99,50
GI Pare- Soppeng
4 GI Polmas 3,2 0,008 99,75
Pare GI GI
30 8,4 0,021 99,75
Soppeng Sidrap
GI Pare- GI
5 11,3 0,026 99,77 GI GI
Pare Pinrang 31 106 0,146 99,86
Sengkang Sidrap
GI Pare- GI GI Pare-
6 71,6 0,356 99,50 32 GI Sidrap 99,4 0,506 99,49
Pare Balusu Pare
BB PLTB GI
7 GI Balusu Abarru 119,2 0,913 99,23 33 4 0,001 99,97
Sidrap Sidrap
BB PLTB BB
GI 34 61,2 0,371 99,39
8 Abarru 109,8 1,669 98,48 Sidrap Maros
Pangkep BB
GI 35 BB Maros Patalasa 17,8 0,020 99,89
9 GI Kima 22 0,187 99,15 ng
Pangkep
GI
GI GI 36 BB Maros Sunggu 22,2 0,032 99,86
10 21 0,082 99,61
Bosowa Pangkep minasa
GI GI
11 GI Tello 21,4 0,135 99,37 BB
Bosowa 37 Sunggu 17,8 0,005 99,97
Patalasang
minasa
12 GI Tello GI Kima 44,7 0,072 99,84 GI
38 GI Makale 12,6 0,064 99,49
Sidrap
GI
15 GI Tello Panakuk 79,8 0,078 99,90 GI
39 GI Palopo 30,4 0,216 99,29
ang Makale
GI GI
16 SungguMi GI Tello 306,8 0,922 99,70 40 BB Wotu 76 0,132 99,83
Palopo
nasa
BB1 BB
GI GI 41 77,6 0,150 99,81
Pamona Wotu
17 SungguMi Tanjung 57 0,055 99,90
nasa Bunga BB 2
42 GI Poso 96,8 1,011 98,96
Pamona
GI
GI
18 GI Tallasa Sunggu 371,8 7,445 98,00 43 GI Poso 88,2 0,867 99,02
Sidera
minasa
GI GI 44 GI Sidera GI Silae 23,4 0,063 99,73
19 219,6 1,435 99,35
Punagaya Tallasa GI
45 GI Sidera 45,8 0,247 99,46
GI PLTU GI Tallise
20 168,1 1,251 99,26
Bosowa Tallasa 46 GI Tallise PJPP1 24,1 0,238 99,01
GI
GI PLTU GI
21 Punagay 112,1 0,205 99,82 GI
Bosowa 47 Pangkep 47,2 0,996 97,89
a Mandai
70 kV
GI
GI GI
22 Jenepont 75,6 0,404 99,47 48 GI Daya 15,3 0,077 99,50
Punagaya Mandai
o
GI Tallo
GI GI
GI 49 Lama 70 20,2 0,043 99,79
23 Buluku 29,1 0,228 99,22 Bontoala
Jeneponto kV
mba
GI GI
GI 50 106 0,643 99,70
GI Sengkang Soppeng
24 Bantaen 28,7 0,036 99,88
Jeneponto
g

129
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Aliran daya sistem jaringan listrik SULSELRABAR
mengalami perubahan arah aliran daya sebelum dan
sesudah masuknya PLTU Mamuju 2 x 25 MW yaitu
pada aliran daya listrik yang awalnya berasal dari GI
Majene ke GI Mamuju menjadi berbalik arah dari GI
Mamuju ke GI Majene.
2. Pada kondisi malam hari/beban puncak nilai rugi-
rugi daya terbesar pada GI Tallasa ke GI
Sungguminasa sebesar 6,37 MW, setelah PLTU
Mamuju 2 x 25 MW keadaan sebaliknya menjadi
7,31 MW, hal ini terjadi karena lonjakan arus yang
tinggi Sedangkan rugi rugi daya paling rendah adalah
pada saluran transmisi dari GI Sidrap ke GI PLTB
Sidrap sebesar 0,0001 MW pada kondisi setelah
PLTU Mamuju 2 x 25 MW terhubung setelah
sebelumnya pada kondisi sebelum terhubung
memiliki rugi-rugi daya sebesar 0,58 MW.
3. Nilai efisiensi saluran sesuai dengan rugi-rugi daya,
ketika rugi daya kecil maka efisiensi penyaluran
tenaga lirik semakin baik, sedangkan ketika rugi daya
besar maka efisiensi penyaluran tidak baik pula.
Efisiensi penyaluran dapat dikatakan cukup baik rata-
rata mencapai 99%, Pada kondisi malam hari/ beban
puncak efisiensi paling rendah adalah 98,15% pada
saluran transmisi dari GI Sungguminasa ke GI
Tallasa untuk kondisi PLTU Mamuju 2 x 25 MW
sedangkan setelah terhubung efisiensi menjadi 98%
hal ini dipengaruhi karena rugi-rugi daya yang
bertambah sebesar 12,8%.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kami ucapkan kepada Allah SWT,
kedua orang tua serta semua pihak yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan peelitian ini.

REFERENSI
[1] Cekdin, C. (2010). Sistem Tenaga Listrik.
Palembang: ANDI Yogyakarta.
[2] Saadat, H. (1998). Power system analysis. New york:
The McGraw-Hill Companies.
[3] Destiarini, T. (2009, November). Studi & Analisa
Aliran Daya Pada Sistem Sumatera Utara – Nangroe
Aceh Darussalam Dengan Menggunakan Program
Power System Simulation Engineering (PSS/E) Versi
31.0.0. Repositori Institusi Universitas Sumatera
Utara, 4. Dipetik Maret 28, 2018, dari
repository.usu.ac.id.
[4] Kosasih, & Barum, G. (2017, Maret). Analisa Rugi-
Rugi Daya Pada Saluran Transmisi Tegangan Tinggi
150 kV pada Gardu Induk Jajar-Gondangrejo. Jurnal
Teknik Elektro, 4. Dipetik Maret 28, 2018, dari
eprints.ums.ac.id.

130
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Analisis Sistem Proteksi Impedance Relay (Distance Relay) pada


Jaringan Transmisi 70 KV GI Mandai – GI Pangkep
Dewi Purnamasari1), Ahmad Gaffar2), Hamma3)
1,2,3
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
Email: dewhypur.dp@gmail.com

Abstrak
Pada penelitian ini membahas tentang distance relay sebagai salah satu jenis alat alat proteksi yang digunakan pada
saluran transmisi 70 KV antara GI Mandai – GI Pangkep. Penelitian ini dibuat mengingat kebutuhan akan listrik selalu
bertambah yang memungkinkan terjadinya gangguan pada system tenaga listrik khususnya pada jaringan transmisi.
Saluran transmisi tegangan tinggi ada dua jenis yaitu: Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Kabel
Tegangan Tinggi (SKTT). Fungsi dari SUTT adalah sebagai penyalur tenaga listrik dari pusat pembangkit gardu induk atau
dari gardu induk yang satu ke gardu induk lainnya. Yang dimaksud dengan system proteksi jaringan transmisi tegangan
tinggi adalah system pengamanan terhadap gangguan yang terjadi pada SUTT tersebut. Tujuan penelitian untuk
menghitung berapa setting impedansi relai jarak dan bagaimana kecepatan kerja nya. Berikut langkah-langkah yang
menjadi acuan dari penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini yaitu : mengenali permasalahan yang akan diteliti,
mengumpulkan data settingan relay jarak, pengujian settingan relay jarak, membuat dan menyajikan solusi terhadap
settingan relay dengan pola proteksi yang lebih optimal, dan memberikan kesimpulan terhadap kasus yang penulis angkat
pada tulisan. Kecepatan relay sangatlah baik untuk melindungi system yang ada. Apabila terjadi gangguan, maka relay
bekerja dengan cepat. Sehingga apabila distance relay memproteksi letak dan jarak terjadinya gangguan maka distance
relay akan bekerja dengan cepat serta memilih pemutus jaringan yang terdekat dari gangguan untuk membuka. Maka
kegagalan relay proteksi sangatlah kecil.

Keywords: Distance Relay, Setting Impedansi, Jaringan Transmisi 70 KV, DIG SILENT.

I. PENDAHULUAN II. KAJIAN LITERATUR


System proteksi merupakan sebuah system A. Sistem Proteksi Tenaga Listrik
pengaman yang dipasang mulai dari pembangkit hingga ke Proteksi terhadap tenaga listrik ialah system
konsumen.proteksi dapat dipasang pada peralatan- pengamanan yang dilakukan terhadap peralatan-peralatan
peralatan listrik suatu system tenaga listrik misalnya listrik, yang terpasang pada system tenaga lsitrik yang
generator, transformator, jaringan dan lain-lain. System bertujuan untuk mencegah atau membatasi kerusakan
proteksi dipergunakan untuk mengamankan system tenaga peralatan terhadap gangguan, sehingga kelangsungan
listrik dari gangguan listrik atau gangguan lebih, dengan penyaluran tenaga listrik dapat dipertahankan.
cara memisahkan bagian system tenaga listrik yang 1. Tujuan Sistem Proteksi
terganggu dengan system tenaga listrik yang tidak Gangguan pada system tenaga listrik hamper
terganggu, sehingga system kelistrikan yang tidak seluruhnya merupakan gangguan hubung singkat, yang
terganggu dapat terus bekerja (mengalirkan arus ke akan menimbulkan arus yang cukup besar. Semakin besar
beban). Pada saluran transmisi dipasang relai untuk sistemnya semakin besar gangguannya. Arus gangguan
mengamankan jaringan dari kemungkinan gangguan yang yang besar bila tidak segera diatasi akan merusak
terjadi. Relai jarak adalah pengaman utama pada peralatannyang dilalui arus gangguan. Untuk melokalisir
SUTT/SUTET. Relai jarak bekerja dengan mengukur daerah yang terganggu itu maka diperlukan suatu system
impedansi transmisi yang terbagi menjadi beberapa daerah proteksi yang pada dasarnya adalah alat pengaman yang
cakupan yaitu zona 1, zona 2, zona 3, serta dilengkapi juga bertujuan untuk melepaskan atau membuka system yang
dengan teleproteksi sebagai agar proteksi bekerja selalu terganggu, sehingga arus gangguan ini akan padam.
cepat dan selektif di daerah pengamanannya. Selain Adapun tujuan dari system proteksi antara lain:
sebagai proteksi utama penghantar, relai ini jga berfungsi 1. Untuk menghindari atau mengurangi kerusakan akibat
sebagai proteksi cadangan jauh terhadap proteksi utama gangguan pada peralatan yang terganggu atau
penghantar didepannya. peralatan yang dilalui oleh arus gangguan.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat, 2. Untuk melokalisir (mengisolir) daerah gangguan
pemerintah membangun beberapa Pusat Pembangkit menjadi sekecil mugkin.
Tenaga Listrik dibeberapa lokasi di Sulawesi Selatan 3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan
(Sulselrabar). Bersamaan dengan dibangunnya Pusat keandalan yang tinggi kepada konsumen.
Pembangkit Tenaga Listrik tersebut, dibangun pula 4. Untuk menjaga kelangsungan penyaluran energy
jaringan transmisi 70 KV untuk menyalurkan daya yang listrik ke konsumen.
dihasilkan.

131
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

2. Persyaratan Relai Proteksi 2. Relai Jarak


Persyaratan penting dari relai proteksi yaitu: 1) Pengertian Relai Jarak
1. Kecepatan kerja Relai jarak adalah relai yang bekerja berdasarkan
Tujuan terpenting dari rele proteksi adalah setting waktu dan jarak lokasi gangguan ke relai dengan
memisahkan bagian yang terkena gangguan, dari system perbandingan tegangan dan arus gangguan. Relai ini
jaringan yang normal dengan cept (speed) agar tidak digunakan sebagai alat proteksi pada jaringan transmisi
menimbulkan kerugian yang lebih besar. Untuk dapat dan dapat digolongkan kedalam rele yang mempunyai dua
meningkatkan keandalan operasi system, digunakan besaran input. Pengukurannya yaitu membandingkan arus
proteksi dengan kecepatan kerja yang lebih tinggi gangguan yang dirasakan oleh relai dengan tegangan
dipadukan dengan pemutus jaringan kecepatan tinggi. dimana relai terpasang, sehingga titik tempat terjadinya
Adakalanya relay proteksi dikehendaki dengan gangguan dapat diukur.
perlambatan waktu (time delay) yang digunakan pada 2) Prinsip Kerja Relai Jarak
koordinasi proteksi dan beberapa daerah proteksi yang Relai jarak mengukur tegangan pada titik relai dan arus
berturut-turut bilamana kondisi system memungkinkan gangguan yang terlihat dari relai dengan membagi besaran
adanya perlambatan waktu kerja dari relay tersebut. tegangan dan arus, maka impedansi sampai titik terjadinya
2. Kepekaan (sensitive) gangguan dapat ditentukan.
Sensitifitas relay proteksi yang diguanakan harus mampu Relai jarak bekerja dengan mengukur besaran impedansi
untuk memberikan respon terhadap gangguan yang timbul (Z), dan transmisi dibagi menjadi beberapa daerah
dalam system, yakni dapat bekerja pada awal kejadian cakupan pengamanan yaitu Zone-1, Zone-2, dan Zone-3,
gangguan. serta dilengkapi juga dengan teleproteksi (TP) sebagai
3. Selektifitas upaya agar proteksi bekerja selalu cepat dan selektif
Kemampuan system proteksi untuk mengetahui letak didalam daerah pengamanannya. Perhitungan impedansi
terjadinya gangguan, dan memilih pemutus jaringan yang dapat dihitung sebagai berikut :
terdekat dan tempat gangguan untuk membuka. Zf=Vf/If
4. Keandalan Dimana :
Kemampuan suatu relay untuk dapat bekerja dengan baik Zf = Impedansi ( Ohm )
dan benar pada berbagai kondisi system. Keandalan Vf = Tegangan ( Volt )
system proteksi ini terbagi atas dua yaitu: If = Arus gangguan ( Ampere )
1. Kemampuan relay yang selalu bekerja dengan baik Distance relay (relai jarak) akan bekerja dengan cara
pada kondisi abnormal (saat ada gangguan),dan membandingkan impedansi gangguan yang terukur dengan
2. Kemampuan relay untuk tidak bekerja pada kondisi setting impedansi pada distance relay, dengan ketentuan
normal. (syafar, 2010) :
3. Waktu kerja Relay proteksi ada 3 yaitu: a. Jika harga impedansi gangguan lebih kecil daripada
1. Sesaat (instantaneous) setting impedansi distance relay , maka distance
Kontak-kontak relay menutup dengan segera relay akan bekerja
tanpa pengizinan waktu tunda setelah arus dalam b. Jika harga impedansi gangguan lebih besar atau
penggerakannya mencapai nilai yang telah ditentukan. sama dengan setting impedansi distance relay, maka
2. Batas waktu tertentu (definite time limit) distance relay tidak akan bekerja.
Ada interval waktu tertentu antara saat arus dalam 1) Penyetelan Relai Jarak
kumparan penggerakannya melebihi batas yang telah Peneyetelan relai jarak artinya mengatur nilai Z relai
ditentukan dan saat kontak-kontak relay bekerja. Waktu jarak sampai berapa jauh mampu melindungi bagian dari
tersebut seharusnya tidak bergantung pada besar arus yang SUTT, dalam praktik biasa disebut dengan penyetelan
melewati kumparan penggeraknya, tetapi sama untuk zone protection dari relai jarak. Relai jarak pada umumnya
semua arus yang lebih besar dari arus yang telah mempunyai 3 elemen pengukur dan setisp elemen
ditentukan (setting current). pengukur mempunyai zone protection sendiri, sehingga
3. Waktu kebalikan (inverse time) relai jarak memiliki 3 zone protection.
Penundaan waktu berbanding terbalik dengan Zona 1 bertujuan melindungi seksi pertama dari SUTT,
besarnya arus gangguan, maka penundaan waktu semakin yaitu rel GI dimana relai berada sampai rel GI berikutnya
kecil. terhadap relai. Begitu seterusnya, zona 2 untuk seksi
4. Relai Proteksi kedua dan zona 3 untuk seksi ketiga.
1. Pengertian Relai Dengan mempertimbangkan adanya kesalahan-kesalahan
Relai sebagai alat untuk mendeteksi adanya (errors) pengukuran pada transformator tegangan dan
gangguan yang selanjutnya memberikan perintah trip transformator arus serta adanya kesalahan pada penyetelan
kepada pemutus tenaga (PMT). relai, maka umumnya penyetelan zone protection tidak
Relai merupakan peralatan proteksi yang akan dibuat sama dengan impedansi seksi SUTT yang
merasakan jika terjadi gangguan yang dirancang untuk dilindungi relai melainkan berselisih kira-kira 15%.
menghasilkan perubahan pada rangkaian output bila nilai Ketelitian pengukuran impedansi saluran transmisi banyak
input teah mencapai nilai yang telah ditetapkan kemudian dipengaruhi oleh ketelitian trafo arus, trafo tegangan, serta
memberikan perintah trip kepada PMT. oleh relai pengamannya sendiri. Dengan pengaruh
tersebut, maka relai jarak biasanya dibuat atas 3 daerah

132
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

proteksi. Daerah proteksi atau zona 1 berfungsi sebagai bekerja sebanding terhadap arus I dan bekerja berbanding
proteksi utama untuk saluran yang dilindunginya dan terbalik terhadap tegangan V atau sebanding terhadap I/V
tergolong sebagai instantaneous relay karena reaksinya = I/Z, dan diakatakan relai bersifat mho.
yang cepat, daerah proteksi relai jarak ini sejauh 80%-90% b. Elemen pengukur
dari panjang saluran gardu induk. Penyetelan perlambatan Suatu keping induksi yang digerakkan oleh dua
waktu untuk daerah proteksi ini (t1) umumnya tanpa kumparan tegangan yang masing-masing menghasilkan
perlambatan waktu dengan maksud bahwa penyetelan kopel yang berlawanan arah pada keping induksi.
waktu adalah 0. Daerah proteksi 2 berfungsi untuk c. Elemen pengatur waktu
melindungi 15%-20% bagian dari jaringan yang tidak Mengatur waktu kerja elemen pengukur untuk setiap
terproteksi oleh daerah proteksi 1 ditambah 50% dari zona protkesi misalnya t1 untuk zona 1, t2 untuk zona 2,
saluran berikutnya dengan perlambatan waktu (t2). dan t3 untuk zona 3.
Daerah proteksi 3 mencakup 50% dari saluran yang tidak Apabila terjadi gangguan pada SUTT, maka mula-mula
terjangkau oleh daerah proteksi 2, dengan waktu elemen star S bekerja. Elemen star memerintahkan elemen
perlambatan operasi yang lebih lambat (t3) disamping itu pengatur waktu T yang umumnya berhubungan langsung
di daerah proteksi 3 masih menjangkau 25% jaringan dengan elemen pengatur zona I Z1, sehingga apabila
berikutnya. Impedansi yang digunakan sebagai dasar gangguan terjadi dalam zona 1 maka relai akan bekerja
penyetelan relai jarak adalaj impedansi urutan positif, dan seketika tanpa time delay (penundaan waktu).
impedansi saluran transmisi pada sisi sekunder Current Faktor yang mempengaruhi Distance Relay
Transformator (CT) dan Voltage Transformator (VT) a. Pengaruh Infeed
dapat dihitung dengan rumus : Yang dimaksud Infeed yaitu adanya pengaruh
!"#$%&'(&)%& !" penambahan atau pengurangan arus yang melalui titik
Z! = x Z!
!"#$%&'(&)%& !" terhadap arus yang ditinjau. Adanya pengaruh ini akan
Dimana : membuat impedansi yang dilihat relai jarak seolah-olah
perbandingan CT =
!"#$ !"#$%" menjadi lebih besar atau menjadi lebih kecil.
!"#$ !"#$%&"' b. Mutual Impedansi
Bila SUTT menggunakan satu tower yang digunakan
!"#$ !"#$%"
perbandingan CT = untuk sirkit-1 dan sirkit-2, maka akan timbul mutual
!"#$ !"#$%&"'
induktif kopling diantara dua sirkit tersebut. Untuk
Keterangan :
pengukuran impedansi urutan positif dan negative
!! = Impedansi sisi sekunder CT dan VT / impedansi
pengaruh mutual kopling sangat kecil sehingga dapat
yang terukur oleh relai jarak (Ω) diabaikan. Namun untuk pengukuran impedansi urutan nol
!! = Impedansi sisi primer CT dan VT / impedansi maka pengaruh mutual kopling tidak bisa diabaikan.
saluran transmisi (Ω) Proteksi penghantar yang hanya menggunakan pengukuran
CT = Current Trnasformer (A) arus seperti perbandingan fasa atau pilot wire tidak
VT = Voltage Transformer (V) dipengaruhi oleh mutual kopling.
c. Power Swing
5. Distance Relay / Relay Jarak Power swing adalah variasi aliran daya dimana
Distance relay atau relai jarak atau digunakan sebagai distance relay mendeteksi ada lokus impedan yang
pengaman utama (main protection) pada Suatu sistem bergerak dari daerah beban memasuki daerah kerja
transmisi, baik SUTT maupun SUTET, dan sebagai distance relay.
cadangan atau backup untuk seksi didepan. Pada waktu d. Pengaruh Impedansi Sumber
SUTT terganggu maka relai jarak akan melihat turunnya Pada dasarnya impedansi sumber akan mempengaruhi
impedansi dari SUTT kemduian relai jarak pun akan besar arus dan tegangan yang terbaca oleh distance relay.
bekerja. e. Pengaruh Tahanan Gangguan
Bagian-bagian pokok Distance Relay ahanan gangguan merupakan tahanan murni, bila
Distance Relay terdiri dari 3 bagian-bagian pokok yakni bertambah secara vektoris dengan impedansi saluran maka
elemen star , elemen pengukur, dan elemen pengatur akan menggeser lokus impedan menjadi lebih besar
waktu. sehingga relai menjadi lebih lambat (Z2,Z3) atau tidak trip
a. Elemen star sama sekali (diluar jangkauan setting). Penyebab dari
Apabila terjadi gangguan pada SUTT, arus I bertambah tahanan gangguan pada SUTT adalah terjadi hubung
besar dan kumparan arus K.A akan menghasilkan gaya singkat yang menimbulkan busur api akibat terkena
tarik yang melawan pegas Tarik, sehingga akhirnya kontak pohon, layangan, binatang, manusia, dan sambaran petir.
relay elemen star akan menutup kontaknya dan
memberikan tegangan kepada elemen pengatur waktu III. METODE PENELITIAN
yang menyebabkan elemen pengatur waktu juga akan
Proses penelitian dilakukan pengumpulan data setting
bekerja. Adanya gangguan pada SUTT seringkali juga
relai jarak yang digunakan pada saluran transmisi 70 kv
menyebabkan turunnya tegangan sehingga gaya Tarik
dari GI Pangkep – GI Mandai di PT.PLN (Persero) UPT
kumparan tegangan K.T juga menurun. Hal ini akan
Sulselrabar untuk dijadikan pembanding sehingga
mempercepat proses keja relay elemen start untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.
menutup kontaknya. Maka dikatakan bahwa elemen star

133
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

!"##
CT4 = = 320
!
!"""
CT5 = = 400
!
!""""
Rasio VT = = 636.363
Mulai !!"
Dengan menggunakan rumus :
Zs = Zp = Rasio CT / Rasio VT x ZL
Dimana :
Zs = Impedansi sekunder trafo
Pengumpulan Zp = Impedansi primer trafo
data ZL = Impedansi line transmisi
Maka impedansi sisi sekunder adalah :
Konstanta penghantar transmisi XLPE 325 !! !
!"
Zs1 = x (0.23601 + j0.4333)
!"!.!"!
Menghitung settingan relay = 0.125 x (0.4934∠61.4237o)
jarak = 0.061∠61.4237o ohm/km
!"#
Zs2 = x (0.23601 + j0.4333)
!"!.!"!
= 0.18857 x (0.4934∠61.4237o)
Menyetting relay jarak = 0.09304∠61.4237o ohm/km
!"#
Zs3 = x (0.23601 + j0.4333)
!"!.!"!
= 0.2514 x (0.4934∠61.4237o)
= 0.124∠61.4237o ohm/km
!"#
Pengujian Settingan Relay Zs4 =
!"!.!"!
x (0.23601 + j0.4333)
Jarak = 0.5028 x (0.4934∠61.4237o)
= 0.248∠61.4237o ohm/km
!""
Zs5 = x (0.23601 + j0.4333)
!"!.!"!
TIDAK = 0.6285 x (0.4934∠61.4237o)
Settingan = 0.310∠61.4237o ohm/km
Relay Ditinjau dari arah GI Pangkep – GI Mandai
YA Besar setting relay impedansi pada GI Pangkep yaitu :
!"#
Zs = x (0.23601 + j0.4333)
!"!.!"!
= 0.18857 x (0.4934∠61.4237o)
Selesai = 0.09304∠61.4237o ohm/km
Zone 1 = (80% x panjang saluran Pangkep – Mandai) x
Zs
Gambar 1. Flowchart penelitian = (80% x 37,70) x 0.093
= 2.80 ohm
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Zone 2 =(panjang saluran Pangkep – Mandai + 20%
A. Gardu Induk A ke Gardu Induk B panjang saluran Mandai – Tello) x Zs
Zone 1 = (80% x Zab) x Zs = (37.70 + 20% x 12.1) x 0.093
Zone 2 = (Zab + (20% x Zbc)) x Zs = 3.73 ohm
Zone 3 = (Zab + Zbc +(25% x Zcd) x Zs Zone 3 = (panjang saluran Pangkep – Mandai + 125% x
Gardu Induk B ke gardu induk C panjang saluran Mandai – Tello) x Zs
Zone 1 = (80% x Zbc) x Zs = (37.70 + 125% x 12.1) x 0.093
Zone 2 = (Zbc + (20% x Zcd)) x Zs = 4.91 ohm
Zone 3 = (Zbc + (125% + Zcd) x Zs Besar setting relay impedansi pada GI Mandai yaitu :
Dimana : Zone 1 = (80% x panjang saluran Mandai – Tello ) x Zs
Z = Impedansi Saluran transmisi = (80% x 12.1) x 0.093
(ohm/km) = 0.90 ohm
Untuk menentukan impedansi yag diukur oleh Zone 2 = (120% x panjang saluran Mandai – Tello) x Zs
relay atau impedansi sisi sekundar (Zs), terlebih dahulu = (120% x 12.1) x 0.093
harus ditentukan rasio antara trafo arus (CT) dan trafo = 1.35 ohm
tegangan (VT) yaitu: Ditinjau dari arah GI Mandai – GI Pangkep
!"" Besar setting relay impedansi pada GI Tello yaitu :
Rasio CT1 = = 80 !"#
! Zs = x (0.23601 + j0.4333)
!"" !"!.!"!
CT2 = = 120
! = 0.18857 x (0.4934∠61.4237o)
!""
CT3 =
!
= 160 = 0.09304∠61.4237o ohm/km

134
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Zone 1 = (80% x panjang saluran Tello – Mandai) x Zs Z1 2.80 1.89


Mandai –
= (80% x 12.1) x 0.093 Z2 4.20 2.82
Pangkep
= 0.90 ohm Z3 - -
Zone 2 =(panjang saluran Tello – Mandai + 20% panjang Berdasarkan evaluasi perbandingan antara setting
saluran Mandai – Pangkep) x Zs perhitungan dengan setting PT.PLN (Persero) GI Pangkep
= (12.1 + 20% x 37.70) x 0.093 – GI Mandai begitupun sebaliknya terdapat perbedaan
= 1.82 ohm yang tidak terlalu signifikan. Hal ini disebabkan oleh
Zone 3 = (panjang saluran Tello – Mandai + 125% x tingkat masing – masing kinerja relay yang berbeda. Dasar
panjang saluran Mandai – Pangkep) x Zs pemilihan zona 1 rele jarak adalah sebesar 80% dari
= (12.1 + 125% x 37.70) x 0.093 saluran transmisi yang diproteksinya. Hal ini dikarenakan
= 5.50 ohm jaungkauan rele jarak dipengaruhi oleh kesalahan –
Besar setting relay impedansi pada GI Mandai yaitu : kesalahan seperti dibawah ini :
Zone 1 = (80% x panjang saluran Mandai – Pangkep ) x Trafo arus CT = Error (ECT)
Zs Trafo tegangan PT = Error (EPT)
= (80% x 37.70) x 0.093 Relay = Error (ER)
= 2.80 ohm Data saluran = Error (EDT)
Zone 2 = (120% x panjang saluran Mandai – Pangkep) x Asumsi kesalahan total E = ECT + EPT + ER + EDT =
Zs 20%.
= (120% x 37.7) x 0.093
= 4.20 ohm V. KESIMPULAN
Kemudian, hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel Kesimpulan yang bias didapatkan dari penelitian ini
berikut : antara lain :
Tabel 1 Hasil perhitungan setting relay Jarak arah GI Pangkep ke
1. Kecepatan relay sangatlah baik untuk melindungi
GI Mandai
system yang ada. Apabila terjadi gangguan, maka
Setting Impedance (Ω)
Gardu Induk relay bekerja dengan cepat. Sehingga apabila distance
Zone 1 Zone 2 Zone 3
relay memproteksi letak dan jarak terjadinya
Pangkep 2.80 3.73 4.91 gangguan maka distance relay akan bekerja dengan
Mandai 0.90 1.35 - cepat serta memilih pemutus jaringan yang terdekat
dari gangguan untuk membuka. Maka kegagalan relay
Tabel 2 Hasil perhitungan setting relay jarak arah GI Mandai – proteksi sangatlah kecil.
GI Pangkep
Setting Impedance (Ω) 2. Adanya selisih hasil perhitungan impedansi distance
Gardu Induk relay dengan setting impedansi distance relay dari
Zone 1 Zone 2 Zone 3
pihak PT.PLN (Persero) pada saluran transmisi GI
Tello 0.90 1.82 5.50
Mandai – GI Pangkep disebabkan oleh adanya tingkat
Mandai 2.80 4.20 -
ketelitian pengukuran impedansi saluran transmisi
yang banyak dipengaruhi oleh ketelitian trafo arus,
Setting waktu kerja
trafo tegangan, serta relay pengamannya sendiri.
Zone 1 = tanpa perlambatan waktu / instan
Zone 2 = setting waktu 1 detik
Zone 3 = setting waktu 1,6 detik
UCAPAN TERIMA KASIH
Evaluasi sistem proteksi pada saluran Transmisi 70
KV GI Pangkep – GI Mandai Kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
Berdasarkan hasil perhitungan dan data yang terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
bersumber dari PT. PLN (Persero) UPT SULSELRABAR, 1. Politeknik Negeri Ujung Pandang karena telah menjadi
seperti yang dilihat pada tabel 8 : wadah bagi saya dalam menuntut ilmu.
Tabel 3 Perbandingan hasil perhitungan dengan data dari PLN 2. Kedua orang tua tercinta dan ketiga saudara yang
Lokasi Daerah Hasil Setting menjadi motivator saya.
Relay Proteksi Perhitungan Ω PLN Ω
Arah Pangkep - Mandai REFERENSI
Z1 2.80 1.78 [1] Marsudi, Djiteng, “Operasi Sistem Tenaga Listrik” ,
Pangkep –
Z2 3.73 2,67 Jogjakarta: Graha Ilmu, 2006.
Mandai
Z3 4.91 4.0 [2] PT,PLN, “Pedoman dan Petunjuk System Proteksi
Z1 0.90 1.78 Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali. Jakarta:
Mandai –
Z2 1.35 2.67 PT.PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur
Tello
Z3 - - Beban Jawa Bali”, 2013.
Arah Mandai – Pangkep [3] Tobing, Bonggas L, “Peralatan Tegangan Tinggi”,
Z1 0.90 0.61 Jakarta: Pusat Pendidikan dan Latihan Perusahaan
Tello –
Z2 1.82 0.91 Umum Listrik Negara, 2003.
Mandai
Z3 5.50 3.60 [4] William, D.Stevenson, "Analisis Sistem Tenaga
Listrik", Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 1990.

135
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Sistem Kontrol Multivariabel Temperatur dan Pressure Berbasis DCS


Zara Trimurti Sayojanagandi1), Hamdani2), A. Wawan Indrawan3)
1,2,3)
Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
E-mail: 1zara3murti@yahoo.com, 2hamdani.pnup@gmail.com, 3andi_wawan@poliupg.ac.id

Abstrak
Pengontrolan DCS telah banyak diterapkan pada peralatan di dunia industri, khususnya plant-plant berskala besar
seperti boiler dan heat exchanger. Proses yang terjadi pada boiler melibatkan proses pemanasan dan penguapan. Untuk
lebih memahami proses pengendalian DCS pada proses penguapan, penerapan pengontrolan tekanan uap yang terdapat
pada pemanas tidak dapat diamati dengan satu variabel kontrol saja. Untuk itu diperlukan perancangan sistem kontrol
multivariabel pada mini-plant SOLTEQ Boiler Heating Batching Control Trainer dengan input variabel temperatur dan
pressure menggunakan DCS CENTUM VP Yokogawa dengan metode cascade control. Pengontrolan ini bertujuan untuk
membuat suatu sistem kontrol yang lebih optimal dibanding menggunakan single control sehingga komponen perangkat
keras mampu bersinergi dengan DCS CENTUM VP dan menghasilkan sistem pengendalian dengan multivariabel MISO
yang optimal. Hasil penelitian menunjukkan sistem pengendalian multivariabel MISO dengan cascade control lebih stabil
dan lebih cepat 3 detik untuk nilai pressure dan 21 detik untuk nilai temperatur dibanding single control dengan hasil
keluaran pressure 15% mendekati steady state 20.7 psi dan keluaran temperatur mencapai steady state 60oC.

Keywords: DCS, Temperatur, Pressure, Cascade Control, MISO, Boiler.

I. PENDAHULUAN memutuskan akan dikontrol berdasarkan data tersebut,


Teknologi pengontrolan modern dalam industri secara singkat DCS ialah ambil/baca data serta melakukan
berkembang semakin pesat karena kebutuhan sistem pengontrolan berdasarkan data tersebut. Data-data yang
kontrol yang semakin kompleks dan memerlukan telah diakuisisi (diperoleh) dari lapangan bisa disimpan
ketelitian yang tinggi. Perangkat pengontrol pun telah untuk rekaman atau keperluan-keperluan masa datang,
berkembang dari relay, kontrol PID, PLC (Programmble atau digunakan dalam proses-proses saat itu juga, atau bisa
Logic Controller) hingga DCS (Distributed Control juga, digabung dengan data-data dari bagian lain proses,
System). untuk kontrol lajutan dari proses yang bersangkutan [1].
Pengontrolan DCS telah banyak diterapkan pada
peralatan di dunia industri, khususnya plant-plant berskala B. Sistem Kontrol Multivariabel
besar seperti boiler dan heat exchanger. Proses yang Untuk mengendalikan proses, beberapa variabel
terjadi pada boiler melibatkan proses pemanasan dan manipulasi harus tersedia, memungkinkan pengenalan
penguapan sedangkan heat exchanger melibatkan proses tindakan kontrol dalam proses untuk memaksanya
perpindahan panas. Kedua plant ini berkaitan satu sama berkembang dengan cara yang diinginkan. Dalam jenis
lain pada PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang proses yang akan kita hadapi, lebih dari satu variabel yang
menerapkan siklus Rankine sebagai dasar instalasi dan dimanipulasi selalu tersedia, memberikan lebih banyak
pengoperasiannya. Untuk lebih memahami proses kekayaan dan pilihan dalam mengendalikan prosesnya.
pengendalian DCS pada proses penguapan, penerapan Dalam sebuah pabrik yang dikendalikan secara otomatis,
pengontrolan tekanan uap yang terdapat pada boiler tidak variabel yang dimanipulasi ini akan bertindak berdasarkan
dapat diamati dengan satu variabel kontrol saja. proses, beberapa variabel internal harus diukur, yang
Tujuan dari sebuah sistem kontrol adalah dianggap sebagai variabel output. Sekali lagi, lebih dari
memaksakan seperangkat variabel proses tertentu untuk satu variabel output akan dipertimbangkan. Target kontrol
berperilaku dengan cara yang diinginkan dan ditentukan dapat berupa variabel-variabel ini sendiri atau beberapa
dengan cara memenuhi beberapa persyaratan domain hal lain yang berhubungan langsung dengan mereka:
waktu atau frekuensi atau mencapai kinerja terbaik seperti menjaga agar tetap konstan dalam sistem peraturan, untuk
yang diungkapkan oleh indeks pengoptimalan. Untuk itu melacak beberapa referensi dalam sistem servo, atau
diperlukan perancangan sistem kontrol multivariabel pada melakukan beberapa cara yang ditentukan dengan sifat
mini-plant boiler dengan input variabel temperatur dan temporal, harmonis atau stokastik [2]. Untuk sistem
pressure menggunakan DCS CENTUM VP Yokogawa pengendalian kali ini kita menggunakan sistem MISO
dengan metode cascade control. (Multiple Input-Single Output).

II. KAJIAN LITERATUR C. Boiler


Boiler adalah bejana tertutup yang terdiri atas sistem
A. Distributed Control System (DCS) air umpan, sistem steam dan sistem bahan bakar. Panas
DCS merupakan sistem kontrol yang mampu pembakaran dari sistem bahan bakar dialirkan ke air
menghimpun (mengakuisisi) data dari lapangan dan sampai terbentuk air panas hingga air menghasilkan uap

136
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

air atau steam. Uap air atau steam pada tekanan tertentu langsung, sehingga sensor suhu umumnya dirancang untuk
kemudian digunakan untuk mengalirkan steam ke suatu mengukur properti yang berubah sebagai respons terhadap
proses lainnya [3]. Berdasarkan standarisasi ASME suhu. Perangkat kemudian dikalibrasi ke skala suhu biasa
Section IV HG-300, desain tekanan untuk heating boiler yang sesuai standar (yaitu titik didih air pada tekanan yang
yang diperbolehkan setidaknya sebesar 30 psi [4]. diketahui) [10].
Mini-plant boiler yang akan digunakan adalah
SOLTEQ Boiler Heating Batching Control Trainer G. Termodinamika
Model: SE107. Mini-plant ini terdiri dari sistem proses Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang
berbasis zat cair yang didesain untuk mempelajari simulasi secara spesifik membahas tentang hubungan antara energi
boiler drum yang menghasilkan air panas untuk panas dengan kerja. Dalam analisis termodinamika selalu
memanaskan air produk dari tangki batching melalui shell dibutuhkan data nilai property dari suatu zat, pada semua
and tube heat exchanger. Untuk studi heat exchanger, air lingkup keadaan untuk masing - masing zat yang diteliti.
yang dipanaskan melewati tabung shell and tube heat Karena itu data property biasanya dipresentasikan dalam
exchanger sementara air dingin dipompa melalui shell dan bentuk Tabel Termodinamika, yang berisi data property
terjadi perpindahan panas. Air dingin yang dipanaskan dari beberapa zat yang sering digunakan dalam aplikasi
atau disebut juga dengan Product kemudian dialirkan ke termodinamika. Tabel tersebut membutuhkan data
tangki batch/product tank [5]. property yang sangat banyak, yang dikumpulkan dari hasil
pengukuran yang membutuhkan waktu yang lama. Jenis
D. Cascade Control property yang biasanya ada dalam Tabel Termodinamika
Ciri khas sistem pengendalian cascade (bertingkat) adalah tekanan, temperatur, volume spesifik, energy
adalah adanya manipulated variable (variabel yang internal, panas laten, dan dua property baru yaitu entalpi
dimanipulasi) sebuah pengendali yang menjadi set point (h) dan entropi (s) [11].
dari pengendali lain [6].
Alasan penggunaan cascade control dalam III. METODE PENELITIAN
mengendalikan plant adalah sebagai berikut : Perancangan sistem yaitu dengan menentukan
1. Respon keluaran dari single control tidak sesuai spesifikasi alat uji kemudian melakukan perancangan
dengan yang diharapkan. sesuai spesifikasi yang telah ditentukan dengan
2. Terdapat penambahan variabel sekunder di dalam memperhatikan data-data komponen serta membuat blok
pengendalian plant. diagram rangkaian. Setelah melakukan perancangan
3. Dengan adanya pengendali sekunder yang lebih sistem, maka dilakukan tahapan realisasi perancangan
cepat, dapat mengatasi gangguan pada kalang sistem kontrol yang berfokus pada penggunaan software
sekunder. yang terdapat pada DCS CENTUM VP, meliputi:
Alasan tidak digunakannya cascade control adalah: 1. Function Block
1. Biaya atau rugi-rugi pengukuran variabel sekunder. 2. Trend
2. Keruwetan pada pengendaliannya [7]. 3. Graphic.
Flowchart perancangan sistem kontrol multivariabel dapat
E. Pressure Control (Pengendalian Tekanan) dilihat pada Gambar 1.
Tekanan adalah gaya yang diberikan oleh gas dan
cairan karena beratnya, sebagaimana tekanan atmosfer di
permukaan bumi dan tekanan wadah atau bejana cairan
mendesak pada bagian bawah dan dinding wadah [8]. Ada
3 tipe pengukuran pressure, yakni:
1. Absolute pressure - tekanan atmosfer plus tekanan
gauge.
2. Gauge Pressure - tekanan absolut minus tekanan
atmosfer.
3. Differential Pressure - perbedaan pressure pada 2
lokasi berbeda[9].

F. Temperature Control (Pengendali Suhu)


Suhu adalah ukuran energi panas dalam suatu benda,
yang merupakan panas relative atau dinginnya media dan
biasanya diukur dalam derajat menggunakan salah satu
jenis skala Fahrenheit (F), atau Celcius (C), Rankine (R),
atau Kelvin (K) [8].
Dari perspektif termodinamika, perubahan suhu
sebagai fungsi energi rata-rata pergerakan molekul.
Karena panas ditambahkan ke sistem, gerak molekul
meningkat dan sistem mengalami kenaikan suhu. Namun
sulit untuk mengukur energi gerakan molekuler secara Gambar 1. Flowchart perancangan sistem

137
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

menampilkan hasil dari kontrol tersebut pada DCS.


Cara kerja sistem pengendalian secara singkat Diagram blok uji transmitter dan cascade control pada
ditunjukkan pada Gambar 2. Control Drawing Builder dan Graphic Builder
ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 2. Blok Diagram Sistem

1. Set point pada sistem ialah value yang diinginkan


sebesar 60% dari nilai maksimum, Set point sistem Gambar 3. Diagram blok uji transmitter dan cascade control
berasal dari penentuan SV pada face plate di program
CENTUM VP. Transmitter diuji dengan parameter secara acak
2. Kontroler yang digunakan sebanyak dua macam terlebih dahulu agar kelayakan pakainya dapat dilihat
yaitu, DCS Pressure Controller dan DCS sebelum digunakan pada sistem kontrol multivariabel.
Temperature Controller. Hasil uji pressure transmitter ditunjukkan pada Tabel 1.
3. Plant berupa objek fisik yang dikendalikan dalam
Tabel 1. Hasil uji pressure transmitter PT705
sistem, ialah mini-plant SOLTEQ Boiler Heating Waktu SV MV PV
Batching Control Trainer. 1 2 3 4
4. Aktuator berupa valve. Aktuator dapat memanipulasi 3:36:35 PM 60 60 2.1
nilai yang ditentukan hingga didapatkan 3:36:36 PM 60 60 4.1
dikendalikan. 3:36:37 PM 60 60 13.1
5. Sensor digunakan untuk memantau objek fisis yang 3:36:38 PM 60 60 26.5
dikontrol, meliputi Temperature Transmitter dan 3:36:39 PM 60 60 39.6
Pressure Transmitter. 3:36:40 PM 60 60 50.6
6. Disturbance adalah gangguan pada sistem yang 3:36:41 PM 60 60 59.0
didapatkan pada pengukuran dan pengujian, yaitu 3:36:42 PM 60 60 64.9
berupa gangguan eksternal. 3:36:43 PM 60 60 68.9
7. Output ialah nilai yang didapatkan hasil dari 3:36:44 PM 60 60 71.5
pengendalian, yaitu pressure pada valve. 3:36:45 PM 60 60 73.1
Untuk memastikan bahwa perancangan sesuai 3:36:46 PM 60 60 74.0
dengan direncanakan maka dilakukan pengujian sistem, 3:36:47 PM 60 60 74.5
3:36:48 PM 60 60 74.7
serta hasil pengujian akan dianalisis. Langkah-langkah
3:36:49 PM 60 60 74.7
yang dilakukan pengujian sistem secara umum secara
berikut: Pengujian transmitter PT705 dengan nilai tekanan
• Pengujian Transmitter awal 2.1% dari tekanan maksimum, diperoleh waktu 15
Pengujian bertujuan mengetahui tingkat detik untuk mencapai nilai tekanan tertinggi 74.7% dari
kelinieran transmitter dalam pembacaan variabel tekanan maksimum. Berdasarkan data trend tersebut,
input sistem. pressure transmitter yang digunakan masih dalam kondisi
• Pengujian Sistem Keseluruhan yang baik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.
Pengujian sistem keseluruhan bertujuan
mengetahui respon sistem dengan konstanta blok
pengontrolan cascade DCS CENTUM VP,
mengetahui ts (settling time) sistem untuk mencapai
setpoint sebesar 60° celcius, mengetahui pengaruh
error terhadap respon pengendalian sistem.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada DCS CENTUM VP dibuat program yang dapat
menguji transmitter yang akan digunakan serta dapat
mengontrol 2 variabel input transmitter secara cascade
dengan cara membuat diagram blok kontrol pada Control
Drawing Builder yang terdapat pada FCS serta membuat
Graphic Builder yang terdapat pada HIS agar dapat
memonitor diagram blok kontrol yang dibuat serta Gambar 4. Pengamatan respon PT705

138
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Setelah melakukan pengujian pada mini-plant Perhitungan persentase besarnya error diberikan dalam
menggunakan sistem kontrol multivariabel secara cascade, persamaan:
maka hasil data pengujian keseluruhan dapat diketahui (!"#$" !"#$%$!&!!"#$" !"# !"#$%)
seperti pada Tabel 2: %!""#" = ×100% …… (1)
!"#$" !"# !"#$%

Nilai set point pressure 60% dari nilai tekanan maksimum


Tabel 2. Hasil data trend output pressure
ialah sebesar 18 psi. Untuk perhitungan persentase error
Waktu SV MV PV
pengendalian pressure sebagai berikut:
3:30:18 PM 60 100 2.4
!".!!!"
3:30:20 PM 60 100 12.8 %!""#" = ×100%
!"
3:30:26 PM 60 88.2 68.6 !.!
3:30:30 PM 60 79.8 74.4 %!""#" = ×100%
!"
3:30:36 PM 60 75.0 74.7 %!""#" = 15%
3:30:40 PM 60 72.9 74.0
Berdasarkan Tabel Termodinamika A-6, hasil output
3:30:46 PM 60 70.4 72.6
tersebut merupakan Superheated Water dengan keterangan
3:30:50 PM 60 68.8 71.7
sebagai berikut:
3:30:56 PM 60 67.05 70.2
3:31:00 PM 60 93.8 43.6 Specific Volume (v) = 1.3983 m3/kg
3:31:05 PM 60 100 2.4 Internal Energy (u) = 2547.0328 kJ/kg
Enthalpy (h) = 2729.5356 kJ/kg
Pengujian sistem kontrol multivariabel dengan nilai Entropy (s) = 7.3589 kJ/kg*K
awal tekanan 2.4% dari tekanan maksimum, diperoleh
Hasil pengujian ini menunjukkan sistem secara
waktu 47 detik untuk present value mendekati
keseluruhan bekerja baik meskipun adanya error transien
manipulated value yaitu MV= 75% dan PV= 74.7%.
dan error steady state, dan error - error tersebut dapat
Diperoleh waktu 1 menit 16 detik untuk manipulated
dikendalikan oleh pengontrolan DCS. Komponen
value kembali normal.
perangkat keras mampu bersinergi dan menghasilkan
Berdasarkan standarisasi ASME Section IV HG-300,
sistem pengendalian pada mini-plant SOLTEQ Boiler
desain tekanan untuk heating boiler yang diperbolehkan
Heating Batching Control Trainer dengan multivariabel
setidaknya sebesar 30 psi. Sama halnya dengan range
MISO. Jika dibandingkan antara single control dan
maksimum tekanan yang diperbolehkan pada mini-plant
cascade control pada pengujian ini, didapatkan perbedaan
SOLTEQ yaitu 30 psi (2.1 kgf/cm2). Untuk mencegah
antara kedua sistem kontrol tersebut antara lain:
kerusakan pada mini plant yang akan digunakan, diberikan
setpoint sebesar 60% sehingga nilai output yang akan 1. Pada single control diperoleh waktu 15 detik untuk
diperoleh ialah sebesar 18 psi (1.26 kgf/cm2). Sistem mencapai nilai tekanan tertinggi. Sedangkan pada
kontrol juga diberi blok fungsi (function block) sequence cascade control diperoleh waktu 12 detik untuk
dan relation untuk mengoperasikan dan mengendalikan mencapai nilai tekanan tertinggi.
pompa dan heater boiler drum pada mini-plant SOLTEQ. 2. Pada respon single control, manipulated value
konstan terhadap present value sehingga ketika
dioperasikan maka present value dapat melampaui
set point yang telah diberikan. Sedangkan pada
respon cascade control, manipulated value
termanipulasi untuk menyesuaikan present value
agar dapat mencapai set point yang telah diberikan
dan menstabilkan value yang ada pada sistem
tersebut sesuai dengan set point.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian dan analisis yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
Gambar 5. Hasil output pressure sistem kontrol multivariabel
berikut:
Pada Gambar 5, tanggapan pengendalian pressure 1. Komponen perangkat keras mampu bersinergi
mendekati set point (60%), yaitu antara tekanan 0.72 psi dengan DCS CENTUM VP dan menghasilkan
sampai tekanan 20.7 psi dengan manipulated value 67.8% sistem pengendalian multivariabel MISO yang
dan kembali normal dalam waktu 4 detik. Nilai tekanan optimal dengan hasil keluaran pressure 15%
tidak dapat mencapai set point karena air pada boiler drum mendekati steady state 20.7 psi dan keluaran
dialirkan ke heat exchanger dan preheater drum dengan temperatur mencapai steady state 60oC.
pompa AP705, pada sistem kontrol telah diberi kondisi 2. Respon keluaran sistem dengan cascade control
pada sequence table jika level air pada preheater lebih cenderung stabil dan lebih cepat 3 detik untuk nilai
besar atau sama dengan 70% maka pompa AP705 secara pressure dan 21 detik untuk nilai temperatur jika
otomatis akan padam. dibandingkan dengan single control.

139
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

UCAPAN TERIMA KASIH


Kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Direktur Politeknik Negeri Ujung Pandang, segenap
Dosen dan Staf pengajar Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Ujung Pandang serta Kedua Orang Tua,
Saudara dan Kerabat yang senantiasa memberi dukungan
dalam penelitian ini.

REFERENSI
[1] Mu’amar, Awal dkk. 2010. Perancangan Sistem
Control Level Dan Pressure Pada Boiler Di
Workshop Intrumentasi Berbasis DCS CENTUM
CS3000 YOKOGAWA. Skripsi. Surabaya: Jurusan
Teknik Fisika FTI ITS.
[2] Albertos, Pedro & Antonio Sala. 2004.
Multivariable Control Systems: An Engineering
Approach. London: Springer-Verlag.
[3] Anonim.2006. Peralatan Energi Panas: Boiler dan
Pemanas Fluida Termis. UNEP.
[4] American Society of Mechanical Engineers. 2007.
ASME Boiler & Pressure Vessel Code Section IV:
Rules for Construction of Heating Boilers. USA: The
American Society of Mechanical Engineers.
[5] Solution Engineering Sdn Bhd. 2014. SOLTEQ
Boiler Heating Batching Control Trainer Model:
SE107 Catalog. Kuala Lumpur, Malaysia.
[6] Patranabis, D. 1996. Principles of Process Control.
2nd ed. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing
Company Limited.
[7] K.W., Dheka Bakti dkk. 2011. Pengendalian Suhu
Secara Cascade Control Menggunakan Proporsional
– Integral Berbasis Mikrokontroller ATMEGA 8535.
Skripsi. Semarang: Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
[8] Sutarno. 2014. Instrumentasi Industri dan Kontrol
Proses. Yogyakarta: Graha Ilmu.
[9] Arindya, Radita. 2014. Instrumentasi dan Kontrol
Proses. Yogyakarta: Graha Ilmu.
[10] University of Michigan. 2006. Chemical Engineering
Process Dynamics and Controls. Michigan:
University of Michigan.
[11] Tim Dosen Fakultas Teknik Universitas Wijaya Putra
Surabaya. 2016. Termodinamika Teknik 1. Bahan
Ajar. Surabaya.

140
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Analisis Perubahan Pengukuran Arus Setelah Pemasangan Current


Transformer 70 kV pada Gardu Induk Pangkep
Abd.Haris Hamma1), Sarma Thaha2)
1,2)
Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Ujung Pandang
Jln Perintis Kemerdekaan km. 10
E-mail: harris.abdul666@gmail.com

Abstrak
Pengukuran parameter listrik dalam sistem tenaga listrik membutuhkan instrumen yang dapat mengonversi nilai
parameter listrik yang besar ke level yang aman bagi alat ukur maupun proteksi. Untuk itu dibutuhkan transformator arus
(Current Transformer). Pemilihan CT dalam pengukuran arus terutama terkait transaksi haruslah tepat, agar tidak ada pihak
yang dirugikan, baik itu pihak yang suplay daya listrik maupun penerima daya listrik. Dalam skripsi ini, dibahas tentang
penggantian CT di salah satu saluran transmisi di Gardu Induk Pangkep/Tonasa yang melayani beban 70 kV Tonasa.
Untuk mengurangi atau meminimalisir kesalahan pengukuran maka dilakukan penggantian CT, dimana sebelumnya
menggunakan CT pengukuran 0,5s dan selanjutnya diganti menjadi kelas 0,2s. Kelas pengukuran 0,5s tingkat error-nya
lebih besar dibandingkan kelas 0,2, sehingga hasil pengukuran transaksi menjadi lebih tepat.

I. PENDAHULUAN menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 pada kumparan


Gardu Induk merupakan kumpulan peralatan listrik sekunder
tegangan tinggi yang mempunyai fungsi dan kegunaan
dari masing-masing peralatan yang satu sama lain saling
terkait sehingga penyaluran energi listrik dapat terlaksana
dengan baik. Salah satu peralatan utama yang memegang
peranan penting dalam proses penyaluran energi listrik
ialah transformator daya.
Transformator merupakan suatu alat listrik statis
yang mampu mengubah tenaga listrik arus bolak balik
pada suatu tingkatan tegangan ke tingkat tegangan lain
atau dari suatu tingkatan arus ke tingkatan arus lain
dengan frekuensi yang sama melalui prinsip induksi
elektromagnetis. Pada umumnya transformator terdiri atas
sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis, dan dua buah
kumparan, yaitu kumparan primer, dan kumparan B. Kesalahan Transformator (Transformator Error)
sekunder. Rasio perubahan tegangan akan tergantung dari Kesalahan transformator adalah perbandingan antara
rasio jumlah lilitan pada kedua kumparan itu. Kumparan arus primer dan arus sekunder.
terbuat dari kawat tembaga yang dibelit seputar kaki inti !"
transformator. Salah satu jenis transformator adalah Kn =
!"
transformator distribusi. Gardu induk pangkep Di mana:
merupakan gardu yang langsung mengalirkan energi ke Kn : perbandingan transformasi
PT.SEMEN TONASA , apabila terjadi kesalahan Ip : arus pengenal transformasi
pengukuran maka akan ada pihak yang dirugikan baik Is : arus pengenal sekunder
PT.PLN maupun PT.SEMEN TONASA.
C. Kelas Akurasi
II. KAJIAN LITERATUR Kelas akurasi adalah arus pada trafo arus yang dibatasi
A. Current Transformator oleh kesalahan arus dan kesalahan fasa. Standar kelas
Pada dasarnya prinsip kerja transformator arus sama akurasi yang dipergunakan untuk pengukuran seperti
dengan transformator daya atau tenaga. Jika pada terlihat dalam tabel di bawah ini.
kumparan primer mengalir arus I1, maka pada kumparan • Untuk kelas 0,1 ; 0,2 ; 0,5 dan 1, pada frekuensi
primer timbul gaya gerak magnet sebesar N1I1. Gaya pengenal kesalahan arus dan pergeseran fasa tidak
gerak magnet ini memproduksi fluks pada inti, kemudian melebihi dari nilai yang ditentukan seperti terlihat
membangkitkan gaya gerak listrik (GGL) pada kumparan dalam tabel 2.1, burden sekunder antara 25% sampai
sekunder. Jika terminal kumparan sekunder tertutup, maka dengan 100 % dari burden (kemampuan trafo
pada kumparan sekunder mengalir arus I2, arus ini dibebani) pengenal.

141
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Tabel 1. Batas Kesalahan Arus dan Kesalahan Sudut Untuk III. METODE PENELITIAN
Kelas 0,1-1,0 Sesuai IEC 60044-1
Kela +/- % Kesalahan rasio arus +/- Pergeseran fase
A. Tempat Penelitian
s pada % dari arus pengenal pada % dari arus Tempat penelitian dilaksanakan di kantor kantor
Kete pengenal menit (1/60 PT. PLN (Persero) Gardu Induk Pangkep Jl.Biringere
litia derajat) Pangkep Sulawesi Selatan.
n B. Waktu Penelitian
5 20 100 120 5 20 10 12 Penelitian dan penganmbilan data berlansung
0 0 selama 4 bulan yang dilaksanakan mulai pada bulan
Februari – April 2018.
0,1 0,4 0,2 0,1 0,1 15 8 5 5

0,2 0,75 0,35 0,2 0,2 30 15 10 10 C. Prosedur Penelitian


Dalam menyelesaikan laporan Skripsi ini, Peneliti
0,5 1,5 0,75 0,5 0,5 90 45 30 30 mengikuti langkah-langkah yang terstruktur agar laporan
1 3 1,5 1 1 180 90 60 60 ini dapat dikerjakan secara sistematis dan terarah. Berikut
langkah-langkah yang menjadi acuan dari peneliti:
1. Mengenali objek yang akan diteliti berupa
• Untuk kelas 0,2s dan 0,5s, dipergunakan untuk observasi langsung (Studi Lapangan).
aplikasi khusus untuk kWh meter yang mana 2. Melakukan pengambilan data kegiatan yang
pengukuran yang tepat pada arus antara 50 mA dibutuhkan
sampai dengan 6 A. Kesalahan arus dari pergeseran 3. Melakukan pengolahan data kegiatan yang telah
fasa, tidak melebihi dari nilai yang ditentukan seperti diperoleh dengan mengacu pada tinjauan pustaka.
terlihat pada tabel 2.2, bila burden sekunder antara 4. Melakukan analisis terhadap data-data yang telah
25 % sampai dengan 100 % dari burden pengenal. diolah, salah satunya dengan membandingkan
Pemakaian kelas ini diutamakan pada rasio 25/5, hasil pengolahan data terhadap teori sesuai
50/5, 100/5 dengan arus pengenal 5 Ampere. standar dan ketentuan yang ada, dan menjadikan
rumusan masalah serta tinjauan pustaka sebagai
Tabel 2. Batas Kesalahan Untuk CT Keperluan Khusus acuan analisa dan pembahasan.
+/− % Kesalahan ratio arus +/− % Pergeseran fase 5. Memberikan solusi atau saran yang dapat
Kelas pada % dari arus pengenal pada % dari arus
Ketelitian pengenal, menit
dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja
(Centiradians) transformator apabila terjadi ketidaksesuaian
1 5 20 100 120 1 5 20 100 120 dengan hasil pengolahan data yang akurat
terhadap standar dan ketentuan yang berlaku.
0,2S* 0,75 0,35 0,2 0,2 0,2 30 15 11 10 10
6. Menarik kesimpulan dari hasil analisis yang telah
0,5S* 1,5 0,75 0,5 0,5 0,5 90 45 30 30 30 dilakukan sehingga tujuan ataupun rumusan
masalah dari obyek kegiatan dapat terjawab.
Alat utama, teknik pengumpulan dan pengolahan data,
• Untuk kelas 3 dan 5, kesalahan arus dari pergeseran definisi operasional variabel penelitian, dan teknik analisis
fasa tidak melebihi dari nilai yang ditentukan seperti yang digunakan untuk menyimpulkan hasil penelitian.
terlihat pada tabel 2.3, bila burden sekunder antara
50% sampai dengan 100% dari burden pengenalnya. D. Metode Pengumpulan Data
Berikut adalah metode atau teknik yang digunakan
Tabel 3. Batas Kesalahan Untuk Kelas 3 dan 5 Sesuai IEC dalam mengumpulkan data dari kegiatan yang dilakukan:
60044- 1. Studi literatur
Pengumpulan data dilakukan dengan
+/-% Kesalahan menggunakan berbagai referensi, baik melalui buku,
ratio arus pada % tugas akhir ataupun jurnal kegiatan, hingga melalui
Kelas Ketelitian dari arus pengenal Pemakaian
internet berbentuk dokumen ataupun digital library
yang berkaitan dengan kasus yang akan dikaji.
50 100 2. Metode observasi
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
3 3 3 Instruments mengadakan kunjungan ke lapangan guna mengamati
kondisi langsung trafo yang mengalami masalah.
5 5 5 Instruments Adapun data-data yang akan diambil melalui
observasi ini berupa pengambilan gambar bagian-
Keterangan : bagian trafo yang mengalami kerusakan dan data
* : untuk laboratorium hasil pengujian tahanan isolasi.
** : untuk precision revenue metering 3. Metode wawancara
*> : untuk standard metering Pada saat wawancara, peneliti melakukan tanya
jawab dengan pihak yang memahami masalah sistem
ketenagalistrikan yang berkaitan dengan kasus yang

142
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

akan dikaji. Peneliti bermaksud untuk lebih C. Analisis Pengukuran Daya Reaktif
memahami mengenai penyebab kegagalan isolasi Jika diambil sampel dari tabel 4.9 pada pukul 11.00,
kertas pada transformator. maka CT untuk saluran Tonasa 5 memiliki beban 196 A
atau 49 % dari kapasitasnya. Berdasarkan Tabel untuk CT
E. Metode Analisis Data dengan kelas ketelitian 0.5S maka pembebanan sebesar
Dalam mengolah data peneliti mengumpulkan data- 90% akan memiliki kesalahan ratio sebesar 0.5%.
data berupa hasil uji pengukuran trafo CT. Mengumpulkan Dari Tabel 4.17 diperoleh selisih pengukuran antara
data transformator serta menampilkan data visual nilai MVAr secara Teori dan Pengukuran sebesar 5,05%
kerusakan transformator kemudian menganalisa data untuk Tonasa 5 dan 3,63% untuk Tonasa 3. Hal ini tentu
tersebut guna menghasilkan kesimpulan mengenai saja tidak sesuai dengan batas kesalahan yang seharusnya
penyebab kesalahan pengukuran penyalur daya. untuk CT kelas 0.5S. Namun dalam kasus ini salah satu
faktor penyebabnya adalah tidak diperhitungkannya kelas
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN dari Transformator tegangan serta kelas pengukuran dari
A. Analisis Dari Hasil Perhitungan alat ukur MVAr itu sendiri.
Kelas CT sebelum dilakukan penggantian yaitu 0,5S Adapun rata-rata error pengukuran MVAR sebelum
dan CT yang dipasang setelah penggantian menggunakan penggantian setelah adalah 3,48 % untuk Tonasa 5 dan
kelas 0,2S. Dilihat dari tabel 2 tingkat ketelitian dari kelas 3,04% untuk Tonasa 3.
0,2S lebih baik dibandingkan kelas 0,5S. Selanjutnya
Tabel 4.17 Sampel analisa perbandingan Teori dan Pengukuran
akan dianalisa perbandingan nilai MWatt dan MVAr
MW sebelum penggantian CT
sebelum dan setelah penggantian CT untuk saluran TONASA 5 TONASA 3
transmisi Tonasa 5 dan 3. Pengu Teor
Jam Teori Selis Penguku Selisi
kuran i
(MVA ih ran h
B. Analisis Nilai Pengukuran Daya Nyata r)
(MVA
(%)
(MV
(MVAr) (%)
Jika diambil sampel dari tabel 4.9 pada pukul 11.00, r) Ar)
11,00 5,93 5,2 5,05 4,60 4,5 3,63
maka CT untuk saluran Tonasa 5 memiliki beban 196 A
atau 49 % dari kapasitasnya. Berdasarkan Tabel untuk CT Untuk pengukuran MVAr setelah CT diganti menjadi
dengan kelas ketelitian 0.5S maka pembebanan sebesar kelas 0.2S, dengan mengambil sampel dari tabel 4.18 pada
90% akan memiliki kesalahan ratio sebesar 0.5%. pukul yang sama yaitu 11.00 maka error nilai MVAr
Dari Tabel 4.15 diperoleh selisih pengukuran antara antara nilai perhitungan teori dan pengukuran langsung di
nilai MW secara Teori dan Pengukuran sebesar 22,02%. energi meter sebesar 3,87% untuk Tonasa 5 dan 2,87%
Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan batas kesalahan yang untuk Tonasa 3. Sedangkan rata-rata error sebesar 1,21%
seharusnya untuk CT kelas 0.5S. Namun dalam kasus ini untuk Tonasa 5 dan 2,86% untuk Tonasa 3
salah satu faktor penyebabnya adalah tidak
diperhitungkannya kelas dari Transformator tegangan serta Tabel 4.18 Sampel analisa perbandingan Teori dan Pengukuran
kelas pengukuran dari alat ukur MW itu sendiri. MVAr setelah penggantian CT
Adapun rata-rata error pengukuran MW sebelum Jam TONASA 5 TONASA 3
penggantian setelah adalah 18,53 % untuk Tonasa 5 dan Teori
Penguk
Selisih Teori
Penguk Selisi
7,19% untuk Tonasa 3 uran uran h
(MVAr) (%) (MVAr)
(MVAr) (MVAr) (%)
Tabel 4. Sampel analisa perbandingan Teori dan Pengukuran 11,00 4,68 3,8 3,87 3,86 3,8 2,87
MW sebelum penggantian CT
TONASA 5 TONASA 3
Pengu Selis Penguku Selis V. KESIMPULAN
Jam Teori Teori
kuran ih ran ih
(MW) (MW)
(MW) (%) (MW) (%) Berdasarkan hasil dan pembahasan pada Skripsi ini,
11,00 22,88 19,8 22,02 9,43 9,2 8,46 maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Untuk meminimalisir kesalahan pengukuran maka
dilakukan penggantian trafo dari kelas pengukuran
Untuk pengukuran MW setelah CT diganti menjadi
0,5S ke kelas 0,2S
kelas 0.2S, dengan mengambil sampel dari tabel 4.16 pada
2. Terdapat perbaikan pengukuran MW setelah
pukul yang sama yaitu 11.00 maka error nilai MW antara
penggantian CT dari kelas 0.5S menjadi kelas 0.2S dari
nilai perhitungan teori dan pengukuran langsung di energi
rata-rata error pengukuran sebesar 18,53 % untuk
meter sebesar 14.82% untuk Tonasa 5 dan 6,67% untuk
Tonasa 5 dan 7,19% untuk Tonasa 3 menjadi 14,86%
Tonasa 3. Sedangkan rata-rata error sebesar 14,86% untuk
untuk Tonasa 5 dan 7,07 untuk Tonasa 3
Tonasa 5 dan 7,07% untuk Tonasa 3.
3. Terdapat perbaikan pengukuran MVAr setelah
Tabel 4.16 Sampel analisa perbandingan Teori dan Pengukuran penggantian CT dari kelas 0.5S menjadi kelas 0.2S dari
Jam TONASA 5 TONASA 3 rata-rata error pengukuran sebesar 3,48 % untuk
Teori Penguku Selisih Teori Pengu- Selisih (%) Tonasa 5 dan 3,04% untuk Tonasa 3 menjadi 1,21%
(MW) ran (%) (MW) kurn untuk Tonasa 5 dan 2,86% untuk Tonasa 3.
(MW) (MW)
11,00 15,60 12,2 14,82 7,68 7,7 6,67

143
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih ditujukan kepada teman-teman
D4 Teknik Listrik yang selalu membantu dalam
pembuatan skripsi ini.

REFERENSI
[1] ABB (2008); Manual Book Application Guide –
Instrument Transformer.
[2] Aryanto, T. (2013). Frekuensi Gangguan Terhadap
Kinerja Sistem Proteksi di Gardu Induk 150 kV
Jepara. Skripsi Universitas Negeri Semarang.
[3] Pandang, P. N. (2016). Pedoman Penulisan Proposal
dan Skripsi Program Diploma Empat (D-4) Bidang
Rekayasa dan Tata Niaga. Makassar: Politeknik
Negeri Ujung Pandang.
[4] Priyono, S. (2011). Koordinasi Sistem Proteksi Trafo
30 MVA di Gardu Induk 150 kV Krapyak. Skripsi
Universitas Diponegoro.
[5] PT PLN (Persero). 2014. Buku Pedoman
Pemeliharaan Primer GI Kepdir 0520-
2.K.Dir.2014.----------. 2014. Buku Operation
&Maintenance (SE114).
[6] SPLN 76:1987, Transformator Arus, Standar
Perusahaan Umum Listrik Negara.
[7] SPLN 60-7:1992, Kamar Uji Instrumen Ukur Listrik,
Standar Perusahaan Listrik Negara.
[8] Stevenson, William D. 1996. Analisis Sistem Tenaga
Listrik. Jakarta: Erlangga.

144
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Mitigasi Gangguan Transmisi 70 kV Tello – Borongloe Akibat


Sambaran Petir

Rasni S. 1), Ahmad Rizal Sultan2), Kurniawati Naim3)


1,2,3
Program Studi D3 Teknik Listrik Politeknik Negeri Ujung Pandang
Sainirasni@gmail.com

Abstrak
Gangguan sambaran petir yang sering terjadi pada saluran transmisi adalah akibat dari back flashover yang disebabkan
oleh besarnya resistansi dari tower dan pembumian kaki tower. Agar dampak gangguan tersebut dapat diminimalisir, maka
dikembangkan penelitian tentang direct grounding sebagai mitigasi gangguan transmisi akibat sambaran petir pada saluran
transmisi Tello-Borongloe. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah direct grounding pada tower yang
mempunyai tahanan pembumian layak dan tidak layak dan untuk mengetahui dampak pemasangan direct grounding pada
tower transmisi sebagai mitigasi gangguan sambaran petir pada saluran transmisi Tello-Borongloe. Berdasarkan hasil
pengukuran tahanan pembumian direct grounding didapat nilai tahanan pembumian yaitu dibawah 1 ohm. Untuk
mengetahui apakah kondisi tahanan pembumian direct grounding pada tower layak dan tidak layak, maka perlu
dibandingkan dengan standar, dimana direct grounding mempunyai nilai standar pembumian yang sama dengan standar
ketentuan nilai pembumian tiang yang digunakan oleh PLN dan PUIL SNI 04-0225-2011 yaitu maksimal 5 ohm. Maka
dapat dilihat bahwa semua direct grounding pada tower dalam kondisi layak karena telah memenuhi standar. Pemasangan
direct grounding memberikan dampak pada tower transmisi di saluran transmisi Tello-Borongloe, yaitu menurunkan nilai
tahanan pembumian tower, penyaluran sambaran petir menjadi efektif dan sistem terjaga keandalannya.

Keywords: Back flashover, Direct Grounding, Mitigasi, Transmisi

I. PENDAHULUAN II. KAJIAN LITERATUR

Salah satu gangguan sistem transmisi adalah akibat Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah
sambaran petir. Gangguan sambaran petir yang sering saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang
terjadi pada saluran transmisi adalah akibat dari sambaran (penghantar) di udara bertegangan diatas 35 s/d 245 kV
balik atau back flashover yang disebabkan oleh besarnya sesuai standar dibidang ketenagalistrikan. [1]
tahanan atau resistansi dari tower dan pembumian kaki Komponen - komponen utama dari SUTT terdiri dari:
tower. Besarnya resistansi tersebut mengakibatkan arus menara transmisi atau tiang transmisi beserta fondasinya,
petir tidak dapat terbuang sempurna ke tanah sehingga isolator-isolator, kawat penghantar (conductor), dan
menyebabkan timbulnya beda potensial antara tower dan kawat tanah (ground wires). [2]
kawat fasa. Beda potensial yang melebihi nilai BIL (Basic
Insulation Level) dari isolator menyebabkan media isolasi Mitigasi gangguan diartikan sebagai upaya-upaya
udara breakdown sehingga terjadi gangguan fasa ke yang dilakukan untuk mengurangi ataupun mencegah
tanah. suatu bencana. Bencana yang dimaksudkan disini yaitu
sambaran petir. Upaya yang dilakukan bukan mencegah
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
petirnya, namun lebih ke upaya untuk mengurangi atau
sambaran balik antara lain yaitu nilai resistansi tower,
mencegah dampak yang ditimbulkan oleh sambaran petir.
nilai resistansi pembumian kaki tower, nilai BIL isolator.
Selain itu juga faktor dari karakteristik petir, kondisi Gangguan yang terjadi pada jaringan transmisi dibagi
lingkungan pada daerah sambaran petir. Untuk menjadi dua jenis, yakni gangguan sistem dan gangguan
meningkatkan keandalan sistem ini, diperlukan non sistem.[3] faktor-faktor yang dapat menyebabkan
pembumian yang baik pada setiap tower transmisi, terjadinya gangguan pada SUTT adalah: [2]
dimana saluran transmisi Tello – Borongloe mempunyai
tower sebanyak 52 tower. Adapun efek gangguan petir 1) Burung atau dedaunan
yang terjadi mengakibatkan hilangnya tegangan pada GI Burung atau dedaunan yang terbang dan menyentuh
Borongloe. Oleh karena itu, agar dampak gangguan dua kawat penghantar SUTT baik antar fasa atau fasa
tersebut dapat diminimalisir, maka pada penelitian ini dengan tower, maka dapat memungkinkan terjadinya
akan membahas tentang direct grounding sebagai loncatan bunga api listrik.
mitigasi gangguan transmisi akibat sambaran petir.

145
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

2) Polusi (debu) Pembumian adalah perlengkapan pembumian sistem


Debu yang menempel pada isolator bisa bersifat transmisi yang berfungsi untuk meneruskan arus listrik
konduktif, sehingga dapat menyebabkan loncatan bunga dari tower SUTT maupun SUTET ke tanah dan
api listrik pada isolator tersebut. menghindari terjadi back flashover pada insulator saat
grounding system terkena sambaran petir. [1]
3) Pohon yang tumbuh di dekat SUTT
Pohon yang tumbuh dekat dengan SUTT dapat Faktor yang menentukan besarnya tahanan jenis tanah
menyebabkan jarak aman (clearance) berkurang. Jarak adalah jenis tanah, Lapisan /komposisi tanah, iklim dan
aman yang berkurang dapat berakibat timbulnya kelemban tanah dan suhu.
gangguan pada SUTT.
Kesulitan yang biasa dijumpai dalam mengukur
4) Keretakan pada isolator tahanan jenis tanah adalah bahwa dalam kenyataannya
Bila terjadi keretakan pada isolator, maka secara komposisi tanah tidaklah homogen pada seluruh volume
mekanis, apabila ada petir yang menyambar akan terjadi tanah, yang bervariasi secara vertikal maupun horizontal,
arus yang tembus (breakdown) pada isolator. sehingga pada lapisan tertentu mungkin terdapat dua atau
lebih jenis tanah dengan tahanan jenis yang berbeda.
5) Petir
Untuk memperoleh harga yang sebenarnya dari tahanan
Back flashover, kejadian dimana petir menyambar
jenis tanah, harus dilakukan pengukuran langsung di
bagian-bagian grounding sistem (seperti tower dan GSW)
tempat. Nilai resistansi jenis tanah sangat berbeda – beda
tetapi arus petir tidak dapat dialirkan ke tanah karena
bergantung komposisi pada jenis tanah. [3] Nilai
impact local grounding desainya yang tidak bekerja
resistansi jenis tanah tersebut ditunjukkan pada tabel 1.
dengan baik. Adapun flashover, kejadian dimana
perlindungan GSW tidak maksimal sehingga petir Tabel 1. Resistansi Jenis Tanah Berdasarkan Jenis Tanah yang
menyambar langsung pada konduktor. [1] Berbeda.
Back flashover adalah terjadinya flashover pada
saluran transmisi yang disebabkan oleh sambaran petir Jenis Tanah Tahanan Jenis (Ω –m)
yang menimbulkan tegangan lebih mengalir pada saluran
Tanah Rawa 30
transmisi yang amplitudo tegangannya melebihi batas
level isolasi peralatan (BIL) yang cenderung disebabkan Tanah Liat 100
besarnya tahanan atau resistansi dari tower dan Pasir Basah 200
pembumian kaki tower. Peristiwa flashover berupa Kerikil Basah 500
loncatan api yang terjadi antar isolator atau kompenen
listrik tegangan tinggi. Hal ini dapat terjadi akibat Kerikil Kering 1000
gagalnya isolasi dari sistem tegangan tinggi tersebut. Tanah Berbatu 3000
BIL peralatan bisa berkurang karena terbentuknya
lapisan konduktif di permukaan peralatan misalnya
isolator diakibatkan oleh adanya polutan yang menempel. Tabel di atas digunakan sebagian standar nilai
Lapisan yang terbentuk di permukaan isolator ini resistansi jenis tanah, namun karena komposisi tanah
menyebabkan mengalirnya arus bocor (leakage current). tidaklah homogen pada seluruh volume tanah maka perlu
Dengan mengalirnya arus bocor, terjadi pemanasan di dilakukan pengukuran untuk mengetahui nilai tahanan
lapisan tersebut. Lapisan ini dapat membentuk pita kering jenis tanah tersebut, adapun persamaan untuk menghitung
(dry band) akibat dialiri arus bocor secara terus menerus. tahanan jenis tanah sebagai berikut:
Pada tegangan tertentu, kondisi ini dapat menyebabkan
pelepasan muatan melintasi pita kering. Pelepasan muatan ρ = 2π.a. R (1)
dapat memanjang sehingga terbentuk busur listrik (arc)
dan terjadi lewat flashover yang melalui seluruh Dimana:
permukaan isolator, seperti gambar berikut. ρ = Tahanan jenis tanah (Ω –m)
a = Jarak antar elektroda (m)
R = Tahanan tanah (Ω)
a) Pembumian Tower Transmisi secara Umum
Pembumian pada tower transmisi secara umum yaitu
GSW menyatu dengan body tower dan kaki tower
dilengkapi dengan elektroda pada keempat sisinya,
adapun pola pembumiannya dapat dilihat pada gambar
berikut:

Gambar 1. Gangguan Arc pada Isolator dan Menara Transmisi

146
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Gambar 4. Pembumian dengan Counterpoise


d) Pembumian Langsung (Direct Grounding)
Salah satu upaya untuk meningkatkan performa dalam
perlindungan terhadap sambaran petir langsung adalah
dengan membuat saluran pembuangan sambaran petir
langsung dari groundwire ke pembumian atau dikenal
sebagai direct grounding. Metode direct grounding ini
tidak lagi mengalirkan arus listrik akibat sambaran petir
melalui body dari tower transmisi.
Groundwire atau Earth wire (kawat petir / kawat
tanah) adalah media untuk melindungi kawat fasa dari
sambaran petir. Prinsip dari pemakaian kawat tanah ini
adalah bahwa kawat tanah (groundwire) akan menjadi
sasaran sambaran petir sehingga melindungi kawat phasa
dengan daerah/zona tertentu. Kawat tanah yang
digunakan untuk melindungi saluran tenaga listrik,
diletakkan pada ujung teratas saluran dan terbentang
Skun Grounding sejajar dengan kawat phasa. Kawat tanah ini dapat
ditanahkan secara langsung atau secara tidak langsung
dengan menggunakan sela yang pendek. Sehingga, bila
petir menyambar maka petir tersebut langsung dialirkan
ke tanah tanpa melalui body tower. Bila tegangan lebih
yang terjadi akibat petir belum habis pada satu tower
Gambar 2. Pembumian Tower Transmisi secara Umum
maka tegangan tersebut dialirkan ke tower lainnya tapi
b) Pembumian dengan Elektroda Tancap (Driven Ground) tetap melalui groundwire karena groundwire tidak
Pembumian dengan driven ground adalah pembumian menempel di body akibat adanya isolator support yang
yang dilakukan dengan cara menancapkan batang membatasi antara groundwire dan menara transmisi, pola
elektroda ke tanah, seperti pada gambar berikut. pembumiannya dapat dilihat pada gambar 5.
Bila pemasangan direct grounding dipasang tanpa
isolator support atau dengan kata lain kawat tanah/ GSW
dipasang lewat body tower (seperti gambar 2) maka dapat
menimbulkan back flashover, dimana tegangan lebih
yang ditimbulkan oleh sambaran petir tersebut memilih
jalur tercepat untuk mengalirkannya, yaitu melalui
isolator, bila amplitudo tegangannya melebihi batas level
isolasi (BIL) dari isolator maka tegangan lebih tersebut
akan merambat ke penghantar/fasa, sehingga
menimbulkan gangguan. Disamping itu, bila pembumian
tower sebelah lebih kecil dari tower yang terkena petir,
maka gangguan tadi langsung lewat konduktor fasa dan
Gambar 3. Pembumian dengan Driven Ground
terjadilah gangguan ground fault yang muncul pada
c) Pembumian dengan Counterpoise indikasi relay. Besarnya tahanan driven ground terhadap
Pembumian dengan counterpoise adalah pembumian tanah:
yang dilakukan dengan cara menanam kawat elektrode Rdg=ρ/(2π.L) [ln (2.L)/√(a.r)] (2)
sejajar atau radial beberapa cm di bawah tanah (90 s.d.
200 cm), seperti gambar berikut. Dimana :
Rdg = tahanan direct grounding (Ω)
L = panjang elektroda kawat (m)
ρ = tahanan jenis tanah (Ω-m)
r = jari-jari kawat elektroda (m)
a = jarak antar batang pembumian (m)
Pola pembumian direct grounding yaitu groundwire/
GSW langsung ditanahkan, dan menggunakan isolator
support, dapat dilihat pada gambar 5 berikut:

147
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Saluran transmisi udara Tello – Borongloe memiliki


tegangan operasi sebesar 70 kV, dengan panjang saluran
12,4 km dan jumlah total menara secara keseluruhan
untuk jalur ini yakni sebanyak 52 buah tower, 20
diantaranya menggunakan direct grounding. Data tahanan
pembumian tower yang sudah terpasang direct grounding
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Hasil Pengukuran Tahanan Pembumian Direct
Grounding pada Saluran Transmisi 70 kV Tello – Borongloe
Hasil Ukur
No Tinggi Panjang Tahanan
No
Tower Tower GSW Pembumian
Direct grounding
1 Tip 7 23 M 33 M 0.3 Ω
2 Tip 8 24 M 34 M 0.5 Ω
3 Tip 9 24 M 34 M 0.3 Ω
4 Tip 10 23 M 33 M 0.4 Ω
5 Tip 11 23 M 33 M 0.1 Ω
6 Tip 12 24 M 34 M 0.1 Ω
7 Tip 13 24 M 34 M 0.1 Ω
8 Tip 14 25 M 35 M 0.25 Ω
9 Tip 15 24 M 34 M 0.1 Ω
Gambar 5. Pembumian Langsung (Direct Grounding) 10 Tip 16 24 M 34 M 0.1 Ω
11 Tip 17 24 M 34 M 0.1 Ω
12 Tip 18 24 M 34 M 0.1 Ω
III. METODE PENELITIAN 13 Tip 19 24 M 34 M 0.1 Ω
Penelitian ini dilakukan di PT. PLN (Persero) Tragi 14 Tip 20 24 M 34 M 0.1 Ω
Panakukkang khususnya pada saluran transmisi Tello- 15 Tip 21 24 M 34 M 0.1 Ω
Borongloe. Kegiatan ini berlangsung selama bulan 16 Tip 22 27 M 37 M 0.1 Ω
Februari hingga bulan April 2018. 17 Tip 23 27 M 37 M 0.1 Ω
Adapun diagram alir penyusunan Tugas Akhir ini 18 Tip 24 27 M 37 M 0.5 Ω
sebagai berikut: 19 Tip 25 27 M 37 M 0.3 Ω
20 Tip 26 24 M 34 M 0.1 Ω
Mulai
Adapun nilai tahanan pembumian tower yang belum
terpasang Direct Grounding atau dengan kata lain masih
Studi Literatur menggunakan metode pembumian biasa pada tower
transmisi Tello-Borongloe dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Mengumpulkan Data
1. Jumlah Tower Transmisi
2. Tanggal gangguan Tabel 3. Hasil Pengukuran Tahanan Pembumian Tower Tanpa
3. Nilai Tahanan Pembumian
4. Data Teknis Direct
Direct Grounding pada Saluran Transmisi 70 kV Tello –
grounding Borongloe
Hasil Ukur Tahanan
No No Tower
Pembumian
Melakukan Pengukuran 1 Tip 1 0.9 Ω
2 Tip 2 1.2 Ω
3 Tip 3 2.8 Ω
Hasil Pengukuran 4 Tip 4 3.2 Ω
5 Tip 5 2.2 Ω
6 Tip 6 3.6 Ω
Analisa 7 Tip 27 1.6 Ω
8 Tip 28 1.8 Ω
9 Tip 29 2.4 Ω
Kesimpulan 10 Tip 30 1.8 Ω
11 Tip 31 1.4 Ω
12 Tip 32 1.6 Ω
Selesai 13 Tip 33 2.2 Ω
14 Tip 34 3.8 Ω
Gambar 6. Flowchart Prosedur Kegiatan
15 Tip 35 4.2 Ω

148
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

16 Tip 36 3.8 Ω Tabel 4. Perhitungan Teori Tahanan Pembumian Direct


17 Tip 37 5.0 Ω Grounding pada SUTT 70 kV Tello – Borongloe
18 Tip 38 5.0 Ω No No Tower Hasil Ukur Perhitungan Teori
19 Tip 39 5.2 Ω 1 Tip 7 0.3 Ω 0.96 Ω
20 Tip 40 4.2 Ω 2 Tip 8 0.5 Ω 1.3 Ω
21 Tip 41 3.6 Ω 3 Tip 9 0.3 Ω 0.96 Ω
22 Tip 42 4.2 Ω 4 Tip 10 0.4 Ω 1Ω
23 Tip 43 3.0 Ω 5 Tip 11 0.1 Ω 0.26 Ω
24 Tip 44 2.4 Ω 6 Tip 12 0.1 Ω 0.26 Ω
25 Tip 45 1.2 Ω 7 Tip 13 0.1 Ω 0.26 Ω
26 Tip 46 0.9 Ω 8 Tip 14 0.25 Ω 0.65 Ω
27 Tip 47 1.2 Ω 9 Tip 15 0.1 Ω 0.26 Ω
28 Tip 48 3.0 Ω 10 Tip 16 0.1 Ω 0.26 Ω
29 Tip 49 2.2 Ω 11 Tip 17 0.1 Ω 0.26 Ω
30 Tip 50 1.8 Ω 12 Tip 18 0.1 Ω 0.26 Ω
31 Tip 51 0.9 Ω 13 Tip 19 0.1 Ω 0.26 Ω
32 Tip 52 1.0 Ω 14 Tip 20 0.1 Ω 0.26 Ω
15 Tip 21 0.1 Ω 0.26 Ω
Langkah yang dilakukan dalam menghitung nilai 16 Tip 22 0.1 Ω 0.26 Ω
tahanan pembumian direct grounding adalah dengan 17 Tip 23 0.1 Ω 0.26 Ω
mencari nilai tahanan jenis tanah, kemudian menghitung 18 Tip 24 0.5 Ω 1.3 Ω
nilai tahanan pembumian direct grounding tower 19 Tip 25 0.3 Ω 0.96 Ω
transmisi pada saluran transmisi Tello-Borongloe. 20 Tip 26 0.1 Ω 0.26 Ω
Sebagai sampel perhitungan, diambil satu contoh tower
yaitu tip 7, dengan rincian sebagai berikut:
• R = 0,3 Ω
• a=2m
• π = 3.14
• L=2m
• r = 0,013 m
Untuk menghitung nilai resistansi tahanan jenis tanah
(ρ) dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 6.
Cara untuk menghitung tahanan jenis tanah sebagai
berikut:
ρ = 2π. a. R
= 2(3.14).2.0,3
= 3,77 Ωm Gambar 7. Nilai Tahanan Praktek dan Teori Direct Grounding
Sedangkan untuk memperoleh nilai tahanan
pembumian direct grounding (Rdg) diperoleh dengan A. Jumlah Tahanan Pembumian Direct Grounding
menggunakan persamaan 8. Cara untuk menghitung nilai Tower yang Layak dan Tidak Layak
Rdg adalah sebagai berikut:
Direct Grounding mempunyai nilai standar
pembumian yang sama dengan standar ketentuan nilai
Rdg = ρ/(2π.L) [ln (2.L)/√(a.r)]
pembumian tiang yang digunakan oleh PLN sistem 70 kV
= 3,77/ (2(3,14).2) [ln (2.2)/√(2.0,013)] dan PUIL SNI 04-0225-2011 yaitu maksimal 5 ohm.
Berikut tabel klasifikasi tingkat kelayakan tahanan
= 3,77/ 12,56 [ln 4/√0,026]
pembumian direct grounding.
= 3,77/ 12,56 [ln 4/0,16] Adapun rincian dari tahanan pembumian baik dengan
direct grounding maupun tanpa direct grounding sebagai
= 3,77/ 12,56 [ln 25]
berikut:
= 3,77/ 12,56 [3,21]
Tabel 5. Akumulasi Kelayakan Tahanan Pembumian
= 0,96 Ω Layak Maksimum Tidak Layak
Jadi nilai tahanan yang didapatkan dari perhitungan (buah) (buah) (buah)
menggunakan rumus yaitu sebesar 0,96 Ω, sedangkan Direct Grounding 20 0 0
pada pengukuran langsung dilapangan yaitu sebesar 0,3 Tanpa Direct
29 2 1
Grounding
Ω.
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilakukan
dengan cara dan rumus yang sama pada sampel diatas.
Adapun hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel
4 berikut ini:

149
Seminar Nasional Teknik Elektro dan Informatika (SNTEI) 2018 978-602-18168-7-5
Makassar, 17 September 2018

Tabel 6. Data Rekap Gangguan Transmisi Sampai Bulan April

2018Berdasarkan data di atas, pemadaman yang terjadi


Gambar 8. Grafik kelayakan Tahanan Pembumian pada jalur Tello-Borongloe bulan Maret bukanlah
disebabkan akibat sambaran petir, melainkan karena
B. Dampak Pemasangan Direct Grounding pada Tower adanya pembangunan gedung yang dekat dengan jaringan
Transmisi transmisi sehingga menyebabkan adanya pekerja yang
Tujuan utama dari sistem proteksi petir adalah terkena tegangan yang menyebabkan tansmisi jalur Tello-
memberikan perlindungan terhadap manusia, aset dan Borongloe Trip. Efektifitas pemasangan direct grounding
peralatan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh petir. sendiri masih belum dapat disimpulkan karena intensitas
Salah satu mitigasi yang dilakukan yaitu perbaikan nilai petir masih belum terlalu tinggi dan pemasangan direct
tahanan pembumian tower dan peningkatan performa dari grounding yang belum sampai setahun, tepatnya baru 4
pembumian tower transmisi 70 kV jalur Tello-Borongloe bulan, sehingga data yang terkumpul masih minim.
dengan metode direct grounding. Mitigasi dilakukan
V. KESIMPULAN
bukan untuk mencegah petirnya, namun lebih ke upaya
untuk mengurangi atau mencegah dampak yang Beberapa kesimpulan yang didapatkan dari penelitian
ditimbulkan oleh sambaran petir. ini, diantaranya:
Pemasangan direct grounding memberikan dampak 1. Jumlah direct grounding tower yang mempunyai
pada tower transmisi di saluran transmisi Tello – tahanan pembumian layak adalah sebanyak 20 buah
Borongloe, yaitu menurunkan nilai tahanan pembumian dengan nilai tahanan pembumian di bawah 1 Ω dan
tower, penyaluran sambaran petir menjadi efektif dan tidak layak digunakan sebanyak 0 (nol) buah.
sistem terjaga keandalannya. Adapun untuk kondisi tahanan pembumian tanpa
Penurunan nilai tahanan pembumian tower dengan direct grounding (dengan pembumian biasa) yang
direct grounding dapat dilihat dari data hasil pengukuran, layak adalah sebanyak 29 buah dengan nilai tahanan
dimana jika dibandingkan dengan tower yang belum pembumian di bawah 5 Ω dan nilai tahanan
terpasag direct grounding nilai tahanan pembumian direct pembumian tidak layak sebanyak 1 buah dengan nilai
grounding lebih kecil. Disamping itu, dengan pembumian 5,2 Ω, serta nilai tahanan pembumian
pemasangan direct grounding penyaluran sambaran petir maksimum sebanyak 1 buah dengan nilai pembumian
menjadi efektif karena dengan adanya isolator support 5 Ω.
sehingga, bila petir menyambar maka petir tersebut 2. Pemasangan direct grounding memberikan dampak
langsung dialirkan ke tanah tanpa melalui body tower. pada tower transmisi di saluran transmisi Tello-
Selain itu, dengan direct grounding, sistem terjaga Borongloe, yaitu menurunkan nilai tahanan
keandalannya karena belum ada gangguan yang pembumian tower, penyaluran sambaran petir
diakibatkan oleh nilai tahanan pembumian tower buruk, menjadi efektif dan sistem terjaga keandalannya.
meskipun pemasangan direc grounding belum sampai Namun, daerah/zona direct grounding dalam
setahun. melindungi kawat phasa terbatas.
Pada tahun 2018 terdapat 1 kasus gangguan yang
REFERENSI
terjadi pada saluran transmisi Tello – Borongloe, berikut
adalah data rekap gangguan hingga bulan April 2018, [1] PT PLN (Persero). 2014. Buku Pedoman Saluran
tepatnya beberapa bulan setelah direct grounding Udara Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi
dipasang. (SUTT/SUTET) Kepdir 0520-1.K.Dir.2014. Jakarta.
[2] Hutauruk, T. S. 1996. Transmisi Daya Listrik.
Bandung: Erlangga.
[3] Badan Standarisasi Nasional. 2011. Persyaratan
Umum Instalasi Listrik (PUIL 2011). Jakarta:
Yayasan PUIL.

150

Anda mungkin juga menyukai