Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
FAKULTAS USHULUDDIN
JAKARTA
1441 H/2019 M
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah S.w.t atas nikmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan alam Nabi
Muhammad S.a.w yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliah menuju zaman
Islamiah.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Hadis Ibadah Ahkam”
yang akan dipresentasikan di kelas. Tak lupa, rasa terima kasih penulis sampaikan
kepada Bapak Dr. Hasani, M.A. atas ilmu yang telah diberikan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
segala kritik dan saran yang konstruktif penulis harapkan guna perbaikan di masa
mendatang.
Tim Penyusun
2
PENDAHULUAN
Di dalam fikih muamalat dibahas secara rinci apa-apa saja yang menjadi hak
dan kewajiban seseorang. Dalam penulis makalah ini, penulis mencoba membahas tiga
tema tentang pergaulan sehari-hari yaitu kepastian memperoleh upah, relasi majikan-
buruh, dan bagaimana cara dan syarat-syarat hutang-piutang.
Rumusan masalah yang akan digunakan adalah apa itu upah? Apa saja hak dan
kewajiban karyawan dan atasan menurut perspektif hadis? Lalu bagaimana relasi
buruh-majikan yang diajarkan oleh Islam? Selanjutnya juga dibahas mengenai tata-cara
dan etika dalam berhutang-piutang? Apa saja larangan dalam hutang piutang?
Semuanya akan dibahas secara jelas pada pembahasan selanjutnya.
3
PEMBAHASAN
1. Hadist pertama
َ قال رسول هللا اَ ْعطُوا االَ ِج ْي َر أَجْ َرهُ قَ ْب َل اَ ْن َي ِجف: وعن ابن عمر رضي هللا عنهما قال
رواه ابن ماجه.َُع َرقُه
Hal-hal penting :
1. Kewajiban membanyar upah atau gaji pekerja setelah tugas yang diwajibkan
kepanya selesai.
2. Pembayaran upah/gaji dilakukan dengan segera
3. Hal ini termasuk bagian dari pemenuhan janji dan amanat yang diperintahkan
oleh allah agar disampaikan kepada yang berhak
4. Perintah agar melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya dan larangan
memakan harta orang lain dengan cara yang salah
2. Hadist kedua
َم ِن اِ ْستَأْ َج َر اَ ِج ْيرًا فَ ْليُ َسلِّ ْم: وعن ابي سعيد الخدري ان النبي صلي هللا عليه وسلم قال
رواه عبد الرزاق انقطاع ووصله البيهقي من طريق ابي هنيفه.ُلَهُ اُجْ َرتَه
914. dari abu sa’id al khudry, disebutkan bahwa rasulullah bersabda, “barang siapa
yang mempekerjakan seorang pekerja maka tentukanlah untuknya nilai upahnya. “(
diriwayatkan oleh abdurrozzak dimana hadistnya munqhati’, namun dinilai maushul
oleh baihaqi dari jalan abu hanifah)2
1
Ibnu hajar al asqalani, bulugul marom diterjemahkan oleh harun zen dan zaenal muttaqin , bandung :
jabal 2011, h.
2
Ibnu hajar al asqalani, bulugul marom diterjemahkan oleh harun zen dan zaenal muttaqin , h.
4
- Falyusammi : menentukan nilai pembayaran seorang pekerja agar tidak terjadi
percekcokan atau sengketa kemudian akibat ketidakjelasan nilai upah atau gaji
Hal-hal penting :
3. Hadist ke tiga
2270. telah menceritakan kepada kami yusuf bin muhammad, dia berkata telah
menceritakan kepadaku yahya bin sulaim dari ismail bin umayyah sari sa’id bin abi
sa’id , dari abu hurairah dari nabi muhammad SAW, beliau bersabda, “Allah telah
berfirman , ‘tiga golongan yang aku menjadi lawan mereka pada hari kiamat , yaitu :
orang yang memberi karena aku, kemudian melanggar, orang yang menjual orang
merdeka lalu memeakan harganya, dan orang yang menyewa pekerja lalu dia
menyelesaikan pekerjaannya, tetapi tidak memberi upahnya.”3
3
Ibnu hajar al asqalani, fathul bari jilid 13 diterjemahkan oleh amiruddin, jakarta : pustaka azzam,
2013, h. 63
5
3. Seseorang yang tidak membanyar upah pekerjanya. Tindakan ini sama dengan
menjual orang yang merdeka dan memakan harganya, sebab dia telah
mengambil manfaat darinya tanpa imbalan , seakan-akan dia telah
memakannya. Disamping itu dia telah memperkerjakannya tanpa upah, seakan-
akan ia telah memperbudaknya.4
Secara etimologis ijarah berarti “upah”, namun secara syara’ ijarah memiliki
berbagai definisi :
Sehingga Kewajiban memberikan imbalan upah atau gaji terhadap suatu pekerjaan
ketika adanya akad atau pengucapan akad yang jelas.
عن أبي سعيد الخدري أن النبي, عن إبراهيم, عن حماد, حدثنا حماد,حدثنا أبو كامل
س ِ ْار األَ ِجي ِْر َحتَّى يُبَي َّنَ لَهُة أَجْ ُرهُ َوع َِن النَّج
ِ ش َواللَّ ْم ِ صلى هللا عليه وسلم نَهَى ع َِن ا ْستِ ْئ َج
َ َو ْإلقَا ِء
) ( رواه احمد.الح َج َر
4
Ibnu hajar al asqalani, fathul bari jilid 12 diterjemahkan oleh amiruddin, jakarta : pustaka azzam,
2013, h. 408-411
5
Achmad Aziz Abidin, Skripsi Kritik Relasi Buruh-Majikan Dalam Sistem Sekuler-Kapitalisme Perspektif
Hadis (UIN Walisongo, Semarang : 2015) hal.21
6
Perkataan yang termuat dalam redaksi hadis diatas yaitu
“…….sehingga lebih dahulu dia harus menjelaskan upahnya….” Dijadikan
sebagai dalil oleh ulama yang berpendapat bahwa menentukan upah adalah
wajib hukumnya. Mereka yang berpendapat demikian ialah ulama kalangan
ahlu bait seperti asy-syafi’I, Abu Yusuf, dan Muhammad. Sedangkan Malik,
Ahmad, Ibnu Syibrimah berpendapat bahwa upah tidak wajib hukumnya,
apabila upah tersebut sudah ma’ruf dan dipandang baik oleh umumnya orang
islam. Namun pendapat pertama yang mengatakan bahwa penjelasan perlu
disampaikan adalah lebih dikuatkan dengan mengqiyaskan pada harga
penjualan (yang harus dilakukan dengan jelas). Sehingga dengan penguatan itu
jelas bahwa seorang majikan harus menjelaskan besaran upah buruhnya,
meskipun didaerah tertentu sudah ma’ruf (diketahui) dan umum dijadikan
bayaran terhadap para buruh dalam bekerja.
Kewajiban menjelaskan upah ini dilakukan pihak majikan kepada pihak
buruh yang dimaksudkan supaya pihak buruh mengetahui besaran upah yang
nanti akan ia terima saat setelah menyelesaikan tugas kerjanya. Upaya
penjelasan ini dinilai perlu karena dalam proses muamalah, keterbukaan
merupakan sikap yang sangat ditekankan, baik oleh pihak pemberi pekerjaan
(majikan) atau pihak pelaksana pekerjaan (buruh). Majikan dalam hal ini tidak
hanya menjelaskan uah buruhnya saja, namun lebih dari itu ia harus pula
menjaga hak-haknya yang lain sebagaimana haknya dalam urusan upah.
Dalam konteks hadis ini terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan oleh
seorang majikan sebelum mempekerjakan buruhnya, yaitu: 1.) penjelasan
besaran upah kerja buruh, 2.) penjelasan jenis pekerjaannya, 3.) kekuatan yang
diperlukan untuk melakukan pekerjaan itu.6
أخبرنا: قال, عن الزهري, أخبرنا يونس: قال, أخبرنا عبدهللا: قال,حدثنا بشربن محمد
سمعت رسول هللا صلى هللا عليه: عن ابن عمر رضي هللا عنهما يقول,سالم بن عبدهللا
,اع َو َم ْسئُوْ ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه ِ ال,اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه
ٍ إل َما ُم َر ٍ " ُكلُّ ُك ْم َر: وسلم يقول
ِ َوال َمرْ أَةُ َرا ِعيَةٌ فِي بَ ْي,اع فِي أَ ْهلِ ِه َوهُ َو َم ْسئُؤ ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه
ٌت زَ وْ ِجهَا َو َم ْسئُؤلَة ٍ َوال َّر ُج ُل َر
َ َْت أَ ْن قَ ْد ق
ال ُ َو َح ِسب: ال
َ َ ق,"ال َسيِّد ِه و َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِه ِ اع فِي َم ٍ َوالخَ ا ِد ُم َر,ع َْن َر ِعي َّتِهَا
ٍ َو ُكلُّ ُك ْم َر,ال أَبِ ْي ِه َو َم ْسئُو ٌل ع َْن َرا ِعيَّتِ ِه
(رواه.اع َو َم ْسئُو ٌل ع َْن َر ِعيَّتِ ِه ِ اع فِي َم
ٍ َوال َّر ُج ُل َر
7
)البخاري
6
Achmad Aziz Abidin, Skripsi Kritik Relasi Buruh-Majikan Dalam Sistem Sekuler-Kapitalisme
Perspektif Hadis (UIN Walisongo, Semarang : 2015) hal.67
7
Achmad Aziz Abidin, Skripsi Kritik Relasi Buruh-Majikan Dalam Sistem Sekuler-Kapitalisme
Perspektif Hadis (UIN Walisongo, Semarang : 2015) hal.27
7
Artinya : “ Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Muhammad, Ia berkata
: Telah mengabarkan kepada kamiYunus, dari Al-Zuhri yang berkata: Telah
mengabarkan kepada kami Salim bin Abdullah, dari Ibnu Umar r.a.: “Aku
mendengar Rasulullah SAW. bersabda, “Setiap kalian adalah seorang
pemimpin (pengelola) dan akan dimintai pertanggung jawaban atas yang
dipimpinnya, laki-laki adalah pemimpin keluarga dan akan ditanya tentang
kepemimpinannya, perempuan adalah seorang pengelola dirumah suaminyan
dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, pelayan adalah penjaga harta
majikannya dan akan ditanya tentang kepemimpinnya)”, Ibnu Umar berkata,
“Aku menduga bahwa Nabi SAW. juga berkata, “laki-laki adalah penjaga harta
ayahnya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Masing-masing kalian
adalah seorang pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinan kalian.”
(H.R. Imam Bukhari )
اع
ٍ َرPemimpin
َم ْسئُو ٌلPertanggung jawaban
َوال َخا ِد ُمPelayan
8
benda). Seorang buruh memiliki kewenangan menjaga harta majikannya,
karena hal itu merupakan bagian dari pekerjaannya.
3. Hadis Larangan Membebani Buruh (dalam bentuk setoran, upah, dan atau waktu
kerja)
عن أنس بن مالك رضي هللا, عن حميد الطويل, حدثنا سفيان,حدثنا محمد بن يوسف
َ ّْاع أَو
صا َعي ِْن ِم ْن ٍ هللا َعلَ ْيهَ َو َسل َّ َم فَأ َ َم َر لَهُ بِص َ " َح َج َم أَبُو طَ ْيبَةَ النَّبِ ِّي: قال,عنه
َّ صلَّى
) ( رواه البخاري.ض ِريبَتِ ِه َ ْ َو َكل َّ َم َم َوالِيَهُ فَخَ فَّفَ ع َْن َغلَّتِ ِه أَو,طَ َع ٍام
َح َج َمMembekam
ض ِريبَتِ ِه
َ Setoran
َغلَّتِ ِهHasil, penghasilan
8
Achmad Aziz Abidin, Skripsi Kritik Relasi Buruh-Majikan Dalam Sistem Sekuler-Kapitalisme
Perspektif Hadis (UIN Walisongo, Semarang : 2015) hal.34
9
tidak lagi merasa tertekan dan tidak melakukan hal-hal yang menuju pada jalan
kemaksiatan (dosa).9
1. Pengertian hutang-piutang
Dalam Alquran istilah hutang-piutang setidaknya terdapat dua kata
yang menjadi padanannya yaitu qardh dan dain. Kata qardh dalam Alquran
dapat dijumpai di QS. al-Baqarah: 245, al-Maidah: 12, al-Hadid: 11 dan 18, al-
Tagabun: 17, dan al-Muzzammil: 20. Pada semua ayat yang sudah disebutkan
kata qardh diterjemahkan dengan “pinjaman”, Mahmud Yunus mengartikan
qardh dengan arti “memotong atau menggunting”. Yusuf Qardhawi dan al-
Thabari dalam menafsirkan firman Allah qardhan hasanan pada QS. al-
Baqarah: 245 dengan menginfakkan harta di jalan Allah, sedangkan Quraish
Shihab dalam menafsirkan QS. al-Hadid: 11 kata qardh bermakna
meminjamkan harta dengan syarat dikembalikan lagi. Sedangkan kata dain
dapat ditemukan di QS. al-Baqarah: 282, al-Nisa: 11-12 semuanya bermakna
hutang. Perbedaan qardh dengan dain adalah qardh lebih spesifik daripada
dain, qardh mengacu pada hal-hal yang bersifat materi sedangkan dain lebih
bersifat non-materi seperti jani, nazar di mana hal tersebut tidak hanya
berkaitan dengan hutang sesame manusia tapi juga hutang dengan sang
pencipta Allah Swt.10
Secara esame logy, menurut Sulaiman Rasjid dalam bukunya Fiqh
Islam, utang piutang ialah memberikan sesutau dengan seseorang dengan
perjanjian dia akan membayar yang sama dengan itu.11 Seseorang yang
memberi pinjaman kepada individu atau badan usaha disebut kreditur dan orang
yang mendapat pinjaman baik secara individu atau badan usaha disebut debitur.
9
Achmad Aziz Abidin, Skripsi Kritik Relasi Buruh-Majikan Dalam Sistem Sekuler-Kapitalisme
Perspektif Hadis (UIN Walisongo, Semarang : 2015) hal.121
10
Eko Rahmanto, Kewajiban Seorang Mukmin Melunasi Hutang: Studi Maani Al-Hadits, (Jurnal Al-
A’raf, Vol. XIII, No. 1. 2016) hlm. 94-95
11
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: PT. Sinar Baru, Cet. XXXIX, 2006) hlm. 306
12
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: PT. Sinar Baru, Cet. XXXIX, 2006) hlm. 307
10
Ketika seseorang ingin melakukan pinjaman berupa uang atau barang
perlu memperhatikan rukun dan syarat. Adapun rukun dan syarat qardh
(pinjaman/hutang) adalah sebagai berikut:
Rukun Qardh
1. Peminjam (Muqtaridh)
Syarat Qardh
َ س
ّللاُ َعن ُه ُكر َبة مِن ِ س َعن مُؤمِن ُكر َبة مِن ُك َر
َ ب ال ُّدن َيا َن َف َ َمن َن َف
َ ب َيوم ال ِق َيا َم ِة َو َمن َيس ََر َعلَى مُعسِ ر َيس ََر
ّللا ُ َعلَي ِه فِى ال ُّدن َيا َواآلخ َِر ِة ِ ِ ُك َر
انَ ّللا ُ فِى َعو ِن ال َعب ِد َما َك َ ّللا ُ فِى ال ُّدن َيا َواآلخ َِر ِة َو
َ َُو َمن َس َت َر مُسلِما َس َت َره
ال َعب ُد فِى َعو ِن أَ ِخي ِه
Artinya:
13
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI Nomor 19 Tahun 2000
14
Hadis ini terdapat dalam Shahih Muslim no. 4867 dan versi Syarh Shahih Muslim no. 2699.
Terdapat pula hadis yang semakna pada Sunan Abu Daud no. 4295, Tirmidzi no. 1345 dan 1853
11
di atas, ditemukan pula sejumlah petunjuk Rasulullah SAW yang
menghimbau umatnya agar suka memberikan pinjaman kepada esame
muslim yang memerlukannya. Ibnu Mas’ud memberitakan bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
ص َد َق ِت َها َمرَ ة َ َما مِن مُسلِم يُق ِرضُ مُسلِما َقرضا َمرَ َتي ِن إِالَ َك
َ ان َك
Artinya:
15
Hadis riwayat Ibnu Majah KItab Hukum-hukum Bab. Memberi pinjaman No. 2421
12
Artinya:
“Jiwa orang mukmin bergantung pada hutangnya hingga dilunasi.” 16
b. Merugikan nama baik keluarga, karena terganggu oleh tagihan-tagihan
hutang
c. Hutang yang besar dapat menghambat usaha orang lain. Pihak yang
memberi hutang dapat mengalami kemacetan usaha, karena kapitalnya
mandeg di tangan orang yang berhutang
d. Pada puncaknya, hutang besar yang tak sanggup dibayar dapat
mendorong seseorang berbuat kejahatan, misalnya korupsi, mencuri,
menipu, bunuh diri dan sebagainya. Demikian juga dapat menimbulkan
pertentangan dan putusnya hubungan baik yang telah dijalin antara
kedua belah pihak.
ّللا صلى ّللا عليه وسلم َقال ِ َ َعن أَ ِبى ه َُري َر َة رضى ّللا عنه أَنَ َرسُو َل
َفإِ َذا أُت ِب َع أَ ََ ُد ُكم َعلَى َملِى َفل َيت َبع، ظلم
ُ َمط ُل ال َغنِى
Artinya:
“Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Memperlambat pembayaran hutang yang dilakukan oleh orang kaya
merupakan perbuatan zhalim. Jika salah seorang kamu dialihkan kepada
orang yang mudah membayar hutang, maka hendaklah beralih (diterima
pengalihan tersebut)”17
Dari hadis di atas juga dapat diambil hukum bahwa dibolehkannya
seseorang memindahkan tanggungan hutang kepada tanggungan yang lain.
hal semacam ini dalam fikih disebut hiwalah18
16
(HR. Ibnu Majah II/806 no.2413, dan At-Tirmidzi III/389 no.1078. dan di-shahih-kan oleh syaikh Al-
Albani)
17
(HR. Bukhari dalam Shahihnya IV/585 no.2287, dan Muslim dalam Shahihnya V/471 no.3978)
18
Lebih lanjut lihat Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: PT. Sinar Baru, Cet. XXXIX, 2006) hlm. 312
13
Orang yang mengambil pinjaman dengan sengaja tidak berniat
membayarnya, maka perbuatan ini lebih dhalim lagi dan dipandang sabagai
penipuan. Rasulullah SAW telah memperingatkan:
ارقا َ َ أَ ُّي َما َرجُل َي َديَنُ َدينا َوه َُو مُجمِع أَن الَ ي َُوف َي ُه إِيَاهُ لَق َِى
ِ ّللا َس
Artinya:
“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia
akan bertemu Allah (pada hari kiamat) sebagai pencuri.” 19
ال َم ْن َ َع َْن أَبِى هُ َر ْي َرةَ رضى هللا عنه ع َِن النَّبِ ِّى صلى هللا عليه وسلم ق
ُ َو َم ْن أَ َخ َذ ي ُِري ُد إِ ْتالَفَهَا أَ ْتلَفَه، ُهللاُ َع ْنه
َّ اس ي ُِري ُد أَدَا َءهَا أَ َّدى َ أَ َخ َذ أَ ْم َو
ِ َّال الن
َّ
ُهللا
Artinya:
ان ل َِرجُل َعلَى ال َن ِبى صلى ّللا َ َعن أَ ِبى ه َُري َر َة رضى ّللا عنه َقا َل َك
« ضاهُ َف َقا َل صلى ّللا عليه وسلم َ اإل ِب ِل َف َجا َءهُ َي َت َقا
ِ عليه وسلم سِ ن م َِن
ُ َف َقا َل « أَع. َفلَم َي ِج ُدوا لَ ُه إِالَ سِ نا َفو َق َها، َف َطلَبُوا سِ َن ُه. » ُطوه
» ُطوه ُ أَع
َ َقا َل ال َن ِبىُّ صلى ّللا عليه وسلم إِن. ك َ َو َفى، َف َقا َل أَو َفي َتنِى.
َ ّللاُ ِب
َ ار ُكم أََ َس ُن ُكم َق
ضاء َ ِخ َي
Artinya:
19
(HR. Ibnu Majah no. 2410)
20
(HR. Bukhari, II/841 bab man akhodza amwala an-naasi yuridu ada’aha, no. 2257)
14
bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik dalam
pengembalian (hutang)”. 21
21
(HR. Bukhari, II/843, bab Husnul Qadha’ no. 2263.)
22
Disadur dari internet https://pengusahamuslim.com/1959-kaidah-penting-seputar-transaksi-riba-
setiap-keuntungan-dari-piutang-adalah-riba.html pada 22 Oktober 2019
15
PENUTUP
Dari beberapa uraian yang telah dijelaskan di atas dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Bahwa Islam sangat menjaga hak-hak dalam hubungan pekerjaan yaitu upah atau
gaji.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu hajar al asqalani, bulugul marom diterjemahkan oleh harun zen dan zaenal
muttaqin , Bandung : Jabal 2011
Achmad Aziz Abidin, Skripsi Kritik Relasi Buruh-Majikan Dalam Sistem Sekuler-
Kapitalisme Perspektif Hadis (UIN Walisongo, Semarang : 2015)
Eko Rahmanto, Kewajiban Seorang Mukmin Melunasi Hutang: Studi Maani Al-
Hadits, (Jurnal Al-A’raf, Vol. XIII, No. 1. 2016)
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: PT. Sinar Baru, Cet. XXXIX, 2006)
17