Anda di halaman 1dari 17

45

BAB IV

ANALISIS KONSEP BIRRUL WALIDAIN DALAM QS. AL-

AHQAF

A. Tafsir al- Maraghi tentang ayat-ayat Birrul Walidain dalam QS. Al-

Ahqaf

Berbakti kepada orang tua berarti menjalin hubungan baik dengan

orang tua yang di dasari cinta dan rendah diri, bukan di dasari rasa takut

mendapat ancaman atau takut tidak dipenuhi kebutuhannya. Jadi perbuatan

berbakti tersebut harus benar-benar tulus untuk kedua orang tua, tidak

disertai motif-motif mencari keuntungan atau keterpaksaan.berikut

penafsiran ayat-ayat birrul walidain dalam Qs. Al- Ahqaf:

1. Qs. Al- Ahqaf: 15

       


  
        
  
        
 
         
 
   
Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan
susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat
puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku
dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku
46

bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-


orang yang berserah diri".

‫ووصينااإلنسان بوالديه إحسانًا‬

kami memerintahkan manusia supaya berbuat baik kepada

kedua orang tuanya, serta mengasihi keduanya, baik semasa hidup

mereka maupun setelah mereka meninggal. Dan kami jadikan

berbakti kepada keduanya sebagai amal yang utama, sedangkan

durhaka kepada keduanya merupakan dosa besar. 1

Kemudian Allah SWT. menyebabkan pula sebab dari

wasiat, dan secara khusus membicarakan tentang ibu. Sebab

ibulah yang paling lemah kondisinya dan lebih patut mendapatkan

perhatian.2

‫ض َعْتهُ ُك ْر ًها‬
َ ‫مَحَلَْتهُ اُُّمه ُكْر ًه َّاو َو‬

Sesungguhnya ibu ketika mengandung mengalami susah

payah yang berupa mengidam, kekacauan pikiran ataupun beban

yang berat dan sebagainya, yang biasa dialami oleh orang hamil.

Dan ketika melahirkan juga mengalami susah payah yang berupa

rasa sakit menjelang kelahiran anak ataupun ketika kelahiran

berlangsung. Semua itu yang menyebabkan wajibnya seorang anak

berbakti kepada ibunya dan menyebabkan ia berhak mendapat

kemuliaan dan pergaulan yang baik dari anaknya. Selanjutnya

1
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi juz 26, ( Mesir, Musthafa Al- Babi
Al- Halabi: 1365 H / 1946 M ), h. 17
2
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi ..., h. 17
47

Allah SWT. menjelaskan lemahnya mengandung sampai menyapih

anaknya.3 Firman- Nya:

‫صلُه ثَ ٰلثُو َن َش ْهًرا‬ ِ


َ ‫َومَحْلُه َوف‬

Dan masa mengandung anak dan menyapihnya adalah 30

bulan, di mana ibu mengalami bernacam-macam penderitaan

jasmani dan kejiwaan. Ia tidak tidur diwaktu malam pada saat

anaknya sakit dan memenuhi segala keperluan anaknya tanpa

mengeluh dan rasa bosan. Dan ibu merasa sedih ketika tubuh

anaknya terganggu atau mengalami hal-hal yang tidak disukai,

yang mempengaruhi perkembangan maupun kesehatan anaknya.

Ayat ini merupakan isyarat bahwa masa mengandung yang paling

pendek adalah 6 bulan. Karena masa menyusui yang paling

panjang adalah 2 tahun penuh.4 Berdasarkan firman Allah SWT:

َ‫اعة‬
َ‫ض‬ َّ ‫ات يُْر ِض ْع َن اَْوالَ َد ُه َّن َح ْولَنْي ِ َك ِاملَنْي ِ لِ َم ْن اََر َاداَ ْن يُّتِ َّم‬
ّ ‫الر‬
ِ
ُ ‫َوالْ َوال َد‬

Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya


selama 2 tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuannya ( QS. Al- Baqarah: 233 ).

ِ
ً‫َحىَّت اذَ َابلَ َغ اَ ُسدَّهُ َو َبلَ َغ اَْربَعِنْي َ َسنَة‬
Sehingga apabila ia menjadi tua dan sempurna umurnya, di

mana kekuatan dan akalnya menjadi kokoh, yaitu usia antara 30 –

40 tahun. Oleh karena itu, diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Barang

3
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi...,h. 17-18
4
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi...,h. 18
48

siapa yang telah berumur 40 tahun namu kebaikannya tidak

melebihi keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap untuk

masuk neraka.5

Para ahli tafsir berkata, Allah tidak pernah membangkitkan

seorang Nabi pun sebelum umur 40 tahun, kecuali 2 orang anak

dari seorang bibi, yaitu: Isa dan Yahya.6

َّ ‫ت َعلَ َّي َو َعلَى َوالِ َد‬


‫ي‬ َ َ‫ب اَْو ِز ْعيِن ْ اَ ْن اَ ْش ُكَرنِ ْع َمت‬
َ ‫ك الَّىِت ْ اَْن َع ْم‬ ِّ ‫قَ َال َر‬

Tuhanku, berilah aku taufik agar aku dapat mensyukuri

nikmat- Mu yang telah Engkau curahkan kepadaku tentang agama

maupun duniaku, yaitu keluasan penghidupan kesehatan tubuh,

keamanan dan keenakan yang aku nikmati, agar aku dapat

sepenuhnya beribadah kepada- Mu dan menunaikan perintah-

perintah- Mu, disamping meninggalkan larangan-larangan- Mu,

dan mensyukuri nikmat yang telah Eangkau anugerahkan

kepadaku, kedua ibu bapakku, berupa belas kasih kepadaku ketika

mereka mengasuhku diwaktu kecil.7

‫واَ ْن اَعمل حِل‬


ُ‫ضه‬
َ ‫صا ًا َت ْر‬َ َ َْ َ

Dan jadikanlah amalku sesuai dengan Ridha- Mu agar aku

memperoleh pahala dari- Mu.8

5
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi...,h. 19
6
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi...,h. 19
7
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi...,h. 19

8
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi...,h. 19
49

‫صلِ ْخ يِل ْ ىِف ذُِّريَّىِت‬


ْ َ‫َوا‬

Dan jadikanlah keshalehan berlaku pada anak cucuku dan

menempatkan pada jiwa mereka, bahkan merasuk ke dalam hati

mereka.9

ِِ ِ ِ َ ‫اِ ِّن ُتبت اِلَي‬


َ ‫ك َوايِّنْ م َن الْ ُم ْسلمنْي‬ ْ ُْ

Sesungguhnya aku bertaubat kepada- Mu dari dosa-dosaku

yang telah terlanjur aku lakukan pada hari-hari yang lalu, dan

sesungguhnya aku tergolong orang-orang yang tunduk kepada- Mu

dengan melakukan ketaatan dan tergolong orang-orang yang

menerima perintah dan larangan- Muyang tunduk kepada hukum-

Mu.10

Berdasarkan pemaparan ayat tersebut penulis menganalisis

bahwa Ahmad Musthafa al- Maraghi menafsirkan ayat tersebut

bahwa Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk berbuat

baik kepada kedua orang tuanya. Terutama kepada ibu yang telah

mengandung dan melahirkan dengan susah payah dan berat, yang

mana masa mengandung sampai menyapihnya adalah 30 bulan.

Sehingga ketika sudah mencapai umur 40 tahun seorang anak

menduduki usia yang dewasa dalam berfikir dan bertindak. Oleh

9
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi...,h. 19
10
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi...,h. 20
50

karena itu, ia mulai menyadari akan kesalahannya dan diwasiatkan

untuk berbuat serta berdoa untuk keselamatan anak keturunannya.

2. Qs. Al- Ahqaf: 16

      


  
       
 
Artinya: mereka Itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang
baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan
mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah
dijanjikan kepada mereka.

‫أوالئك الذين نتقبل عنهم أحسن ما عملواونتجاوزعن سيئاهتم ىف أصحاب اجلنة‬

Orang yang mempunyai sifat tersebut adalah orang yang

diterima oleh Allah amal shalehnya di dunia, kemudian Allah

membalas amal shaleh tersebut dengan memberi pahala mereka

atasnya, bahkan memberi maaf terhadap kesalahan yang terlanjur

mereka lakukan di dunia dan tidak menjadi adat kebiasaan.11

Kemudian Allah SWT. meenegaskan janjinya dalam

Firman- Nya:

ِ ِ ِّ ‫وع َد‬
َ ُ‫الص ْدق الَّذ ْي َكانُ ْواي‬
‫وع ُد ْو َن‬ َْ

Allah berjanji kepada mereka dengan janji yang benar yang

tidak perlu diragukan lagi, dan bahwa Dia pasti menunaikannya.12

11
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi...,h. 20
12
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi...,h. 20
51

Berdasarkan pemaparan ayat tersebut penulis menganalisis

bahwa Ahmad Musthafa al- Maraghi orang yang memiliki sifat

tersebut sungguh tinggi kedudukaannya dan diterima amal baik

yang telaah dikerjakan dan diampuni kesalahaan mereka. Mereka

akan tinggal bersama penghuni surga, itulah janji Allah.

3. QS. Al- Ahqaf: 17

        


         
         
Artinya: Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis
bagi kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku
bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa
umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan
kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah!
Sesungguhnya janji Allah adalah benar". lalu Dia berkata: "Ini tidak
lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka".

‫ت الْ ُقُر ْو ُن ِم ْن َقْبلِ ْي‬


ِ َ‫ف لَّ ُكمااَتَعِ َدانِيِن اَ ْن اُخرج وقَ ْدخل‬
َ َ َ َْ ْ
ِ ِ ِ ِ َّ
َ ٍّ ُ‫َوالذ ْي قَ َال ل َوال َديْه ا‬

Adapun orang-orang yang berkata kepada kedua orang tuanya

ketika keduanya mengajak beriman dan mengakui bahwa Allah akan

membangkitkan makhluknya dari kubur masing-masing dan memberi

balasan atas perbuatannya, “ Cis “ bagi kamu berdua, sesungguhnya aku

benar-benar gusar terhadap kalian berdua. Apakah kalian berkata bahwa

aku akan dibangkitkan dari kuburku dalam keadaan hidup setelah aku

mati dan binasa. Dan setelah kehancuran yang aku alami dan tercerai

berai tulang-tulangku, sesungguhnya ini benar-benar aneh perhatikanlah

umat-umat sebelumku yang telah melewatinya, seperti kaum ‘Ad dan

Samud, seorangpu di antara mereka tidak ada yang dibangkitkan lagi.


52

Dan sekiranya kalian katakan, tentu uamat-umat terdahulu sebelum aku

pun dibangkitkan pula. Apakah kalian tidak memperhatikan perkataan

orang. 13

ٍّ ُ‫الَّ ِذ ْي قَ َال لَِوالِ َديِْه ا‬


‫ف لَّ ُك َما‬

Tak pernah seorang pun datang kepada kita yang mengabarkan

bahwa ia ada dalam surga atau neraka setelah ia meninggal.

‫ك اِٰم ْن ۖ اِ َّن َو ْع َدال ٰلّ ِه َح ٌّق‬


َ َ‫َومُهَايَ ْستَغِْيثَ ِن اللَّهَ َو ْيل‬

Sedang kedua orang tuanya berseru dan meminta pertolongan

kepada Allah agar memberi taufik kepada anaknya menuju iman kepada

kebangkitan, dan berkata kepada anaknya dengan nada menganjurkan

dan menekankan, “ celakalah kamu, percayalah kamu kepada janji

Allah. Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan dibangkitka setelah

kematianmu. Sesungguhnya janji Allah yang telah dijanjikan kepada

makhluk- Nya, bahwa Dia akan membangkitkannya dari kubur masing-

masing dan mengeluarkannya menuju pelataran hisab untuk memberi

balasan kepada mereka, adalah benar tidak diragukan lagi.14

ِ ِ ِ
َ ‫َفَي ُق ْو ُل َماه َذااالَّاَ َساطْيُراْالََّولنْي‬

Maka ia berkata dalam memberi jawaban kepada ibu bapaknya

dan menolak nasehat keduanya dengan mendustakan janji Allah, “

Apakah yang kalian katakan kepadaku ini dan kalian ajak aku
13
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi...,h. 24

14
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi..., h. 23
53

kepadanya, yang tak lain adalah kebatilan-kebatilan yang telah dicatat

oleh orang-orang terdahulu, lalu catatan tersebut diperoleh dari kalian

berdua dan kalian percaya kepadanya, padahal catatan tersebut tidak

ada kenyataannya.15

Berdasarkan pemaparan ayat tersebut penulis menganalisis bahwa

Ahmad Mustha al- Maraghi menyebutkan orang-orang yang celaka,

yaitu: orang-orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya dan yang

mengingkari kebangkitan dan hisab, yang membantah umat-umat yang

telah lalu tak pernah dibangkitkan lagi.

4. QS. Al- Ahqaf: 18

      


        
  
Artinya: Mereka Itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab)
atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari
jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang
merugi.

ِ ِ‫ت ِم ْن َقْبلِ ِه ْم ِّم َن اجْلِ ِّن َواْ ِالن‬


‫س‬ ِ ِ‫اُلَئ‬
ْ َ‫ك الَّذيْ َن َح َّق َعلَْي ِه ُم الْ َق ْو ُل يِف اَُم ٍم قَ ْد َخل‬
َ

Orang-orang yang telah disebutkan sifat-sifatnya tersebut, adalah

orang-orang yang pasti mendapatkan azab dari Allah, pasti ditimpa

hukuman dan murka- Nya, seperti halnya orang-orang yang

mendapatkan azab, yaitu bangsa-bangsa yang telah mendahului

sebelum mereka, baik jin maupun manusia yang mendustakan rasul-

rasul dan durhaka terhadap perintah Tuhan- Nya.16

15
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi..., h. 24
16
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi..., h. 24
54

Ayat ini adalah isyarat bahwa jin sama halnya dengan manusia, di

mana ia akan mengalami kematian dan berganti dari satu generasi ke

generasi yang lain. Abu Hayyan dalam kitabnya Al- Bahr berkata, hasan

Al- Basri pada salah satu majlisnya berkata, “ Bangsa jin tidaklah mati.

“ namun perkataan tersebut ditentang oleh Qatadah berdasarkan ayat

ini, maka ia pun diam.17

Dan ayat ini juga merupakan bantahan, terhadap orang-orang

yang berkata, bahwa ayat ini turun mengenai Abdurrahman bin Abu

Bakar. Karena ia telah masuk Islam dan dihapuskan dosa-dosa

sebelumnya. Dan ia tergolong sahabat Nabi yang utama. Adapu orang-

orang yang mendapatkan hukuman dari Allah ialah orang yang

diketahui oleh Allah takkan masuk Islam untuk selama-lamanya.18

Kemudian Allah SWT. menyebutkan alasan dari turunnya azab

yang menghinakan ini, firman- Nya:

‫اخ ِس ِريْ َن‬ ِ


َ ‫ان َُّه ْم َكانُ ْو‬

Karena mereka telah menyia-nyiakan mereka, yang mana

tersebutlah Allah telah menciptakan mereka, tetapi mereka mengikuti

setan. Sehingga mereka merugi karena telah menukar petunjuk dengan

kesesatan dan nikmat dengan azab. 19

Kemudian Allah SWT masing-masing dari kedua golongan

tersebut, yaitu: golongan yang mengatakan, Tuhan kami adalah Allah

17
Ahmad Musthafa Al- Maraghi, Tafsir Al- Maraghi..., h. 24
18
Ahmad Musthafa Al- Maraghi,Tafsir Al- Maraghi..., h. 24
19
Ahmad Musthafa Al- Maraghi,Tafsir Al- Maraghi..., h. 24
55

dan golongan yang berkata tidak senonoh kepada kedua orang tuanya,

masing-masing mempunyai kedudukan yang berbeda.

Berdasarkan pemaparan tersebut penulis menganalisis bahwa jin

juga mengalami kematian dan berganti dari satu generasi kegenersi lain,

sama halnya dengan manusia. Pada ayat ini juga Allah menyebutkan

masing-masing dari kedua golongan tersebut, yaitu golongan yang

mengatakan Tuhan kami adalah Allah dan golongan yang berkata tidak

senonoh kepada kedua orang tuanya, masing-masing mempunyai

kedudukan yang berbeda.

B. Analisis Konsep Birrul Walidain Menurut Tafsir al- Maraghi

Berdasarkan penafsiran Ahmad Musthafa Al- Maraghi dalam QS.

Al- Ahqaf: 15 – 18, maka dapat diidentifikasikan bahwa konsep birrul

walidain adalah:

1. Perintah berbuat baik kepada orang tua

Berbuat baik kepada orang tua harus dilakukan ketika orang tua

masih hidup maupun setelah meninggal. Perilaku tersebut dijadikan

amal yang paling utama, dan durhaka kepadanya termasuk dosa besar.

Hal ini sesuai penafsiran al- Maraghi pada lafal:

‫ووصينااإلنسان بوالديه إحسانًا‬

“ Dan Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik


kepada kedua orang ibu bapaknya”.

Dalam tafsir ini dijelaskan perintah bebuat baik kepada orang tua

sewaktu masih hidup maupun sudah meninggal. Hal tersebut senada


56

dengan yang diartikan oleh Ibnu Katsir bahwa berbuat baik merupakan

bentuk birrul walidain yang paling utama. Firman Allah:

‫ك اَالََّت ْعبُ ُد ْوااِالّاِيَّاهُ َوبِاالْ َوالِ َديْ ِن اِ ْح ٰسنًا‬


َ ُّ‫ض َرب‬
ٰ َ‫َوق‬

Artinya: “ Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu


jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik
pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS.Al- Isra’: 23 )

Pada ayat ini dijelaskan bahwa sanya Allah memerintahkan kepada

manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya.20

2. Kewajiban berbakti kepada ibu

Seorang anak wajib berbakti kepada ibunya yang telah

mengandung hingga melahirkannya dengan susah payah. Ia rela

mengorbankan seluruhnya demi kebahagiaan anak-anaknya tanpa rasa

mengeluh dan bosan. Hal ini sesuai dengan penafsiran al- Maraghi pada

lafal:

‫صلُهُ َثلَثُو َن َش ْهًرا‬ ِ


َ ‫ض َعْتهُ ُك ْر ًه َاومَحْلُهُ َوف‬
َ ‫مَحَلَْتهُ اُُّمه ُك ْر ًه َّاو َو‬

“ ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya


dengan susah payah ( pula ). Mengandung sampai menyapihnya
adalah 30 bulan.”

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa perjuangan seorang ibu yang

cukup berat bagi anak-anaknya, dari mulai mengandung sampai dengan

dewasa. Hal tersebut senada dengan yang diartikan oleh Ibnu Katsir

betapa besar pengorbanan seorang ibu. Firman Allah:

20
Imam Al- Jalil Al- Hafidz ‘Imadudin, Tafsir Ibnu Katsir juz 4, ( Semarang, Toha Putra,
477 H ), h.157
57

َ‫اعة‬
َ‫ض‬ َّ ‫ات يُْر ِض ْع َن اَْوالَ َد ُه َّن َح ْولَنْي ِ َك ِاملَنْي ِ لِ َم ْن اََر َاداَ ْن يُّتِ َّم‬
ّ ‫الر‬
ِ
ُ ‫َوالْ َوال َد‬

Artinya: Para ibu ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya


selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuannya.( QS. Al- Baqarah: 233 )

Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada

seorang ibu untuk menyusukan anaknya semaksimal mungkin.21

3. Perintah untuk mendoakan orang tua

Mendoakan orang tua merupakan kewajiban yang harus dilakukan

seorang anak untuk orang tuanya, baik ketika orang tua masih hidup

maupun setelah orang tua meninggal. Hal tersebut sebagai rasa syukur

atas nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita, kedua orang tua, dan

mengalir kepada anak cucu kita selama di dunia maupun di akhirat

kelak. Hal ini sesuai dengan penafsira al- Maraghi pada lafal:

‫ي َواَ ْن اَ ْع َم َل‬ َّ ‫ت َعلَ َّي َو َعلَى َوالِ َد‬ َ َ‫ب اَْو ِز ْعيِن ْ اَ ْن اَ ْش ُكَرنِ ْع َمت‬
َ ‫ك الَّىِت ْ اَْن َع ْم‬ ِّ ‫قَ َال َر‬
ِِ ِ ِ َ ‫صاحِل ا َترضه واَصلِ ْخ يِل ىِف ذُِّريَّيِت اِ ِّن تُبت اِلَي‬
َ ‫ك َوايِّنْ م َن الْ ُم ْسلمنْي‬ ْ ُْ ْ ْ ْ َ َ ْ ً َ
“ Ya Allah, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang
telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan
supaya aku dapat berbuat amal yang Engkau ridhai, berilah
kebaikan kepadaku dengan ( memberi kebaikan ) kepada anak
cucuku. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri .”

Pada ayat ini dijelaskan bahwa mendoakan orang tua merupakan

kewajiban seorang anak kepada orng tuanya selama masih hidup

maupun sudah meninggal, hal tersebut senada dengan yang diartikan

oleh Ibnu Katsir dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud
21
Imam Al- Jalil Al- Hafidz ‘Imadudin, Tafsir Ibnu Katsir juz 1, ( Semarang, Toha Putra,
477 H ), h.283
58

di dalam kitab sunan- Nya, dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah

mengajari doa tasyahud, sebagai berikut:

ِ ‫الضلُم‬ ِ ِ ِ ِ ِ َ‫ال ٰلّهم اَلِّف ب ِ ُقلُوبِنا وا‬


‫ات‬ َ ُّ ‫ات َبْيننَا َو ْاهدنَا ُسبُ َل الِّ َساَل م َوجَنِّنَا م َن‬ َ ‫صل ْح َذ‬ ْ َ َ ْ ‫ُ َ ْ َنْي‬
‫صا ِرنَا‬ ِ ِ ِ ِ
َ ْ‫ش َما ظَ َهَر مْن َها َو َما بَطَ َن َوبَا ِر ْك لَنَا يِف ْ اَمْسَاعنَا َواَب‬ َ ‫اىَل الن ُّْو ِر َوجَنِّ ْنبنَا الْ َف َواح‬
‫اج َع ْلنَا َشاكِ ِريْ َن‬ ِ َّ ‫َّك اَنْت الت ََّّواب‬ ِ ِ ِ
ْ ‫الرحْي ُم َو‬ ُ َ َ ‫ب َعلَْينَا ان‬ ْ ُ‫َو ُقلُ ْوبِنَا َواَْز َواجنَا َوذُِّريَّاتنَا َوت‬
‫ك ُمثْنِنْي َ هِبَا قَا بِلِْي َها َواَمْتِ ْم َها َعلَْينَا‬ ِ
َ ِ‫لنِ ْع َمت‬
Artinya: Selamatkanlah kami dari kegelapan menuju kepada
cahaya, daan jauhkanlah kami dari perbuaatan-perbuatan
fahisyah, baik yang teraang-terangan maupun yang tersembunyi.
Dan berkahilah bagi kami pendengar kami, penglihatan kami, hati
kamia, istri-istri kami dan anak keturunan kami. Dan terimalah
taubat kami, sesungguhny Engkau Penerima Tobat lagi Maha
Penyayang. Dan jadikanlah kami sebagai orang-orang yang
mensyukuri nikmat- Mu, selalu memuji dan menerima nikmat itu,
dan sempurnakanlah bagi kami nikmat itu

Pada hadist tersebut dijelaskan bahwa orang yang sudah mencapai

umur 40 tahun untuk memperbaharuitaubat dan berserah diri kepada

Allah.22

4. Balasan-balasan amal shaleh

Allah SWT telah menjanjikan surga dan diampuni segala

kesalahannya atas perbuatannya kepada orang-orang yang beramal

shaleh. Hal ini sesuai penafsiran al- Maraghi pada lafal:

‫أوالئك الذين نتقبل عنهم أحسن ما عملواونتجاوزعن سيئاهتم ىف أصحاب اجلنة‬

22
Imam Al- Jalil Al- Hafidz ‘Imadudin, Tafsir Ibnu Katsir juz 4, ( Semarang, Toha Putra,
477 H ), h.158
59

Artinya:“ mereka iyulah orang-orang yang Kami terima amal


yang baik yang mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-
kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga.”

Pada ayat diatas dijelaskan balasan-balasan bagi orang yang

beramal shaleh, yang dijanjikan surga oleh Allah dan diampuni segala

kesalahannya, hal tersebut senada dengan yang diartikan oleh Ibnu

katsir dalam hadist Rasulullah SAW:

‫يؤتى حبسنات العبد وسيئاته فيقتص بعضها ببعض فان بقيت حسنة وسع اهلل‬
‫تعاىل له ىف اجلنة‬
Artinya:“seorang hamba akan didatangkan kebaikan dan
keburukannya, lalu dilakukanlah penghapusan sebagiannya
dengan sebagian yang lain. Jika masih tersisa suatu kebaikan
Allah memberikan keluasan kepadanya didalam surga.

Pada hadist tersebut dijelaskan bahwa Allah akan memberi balasan

surga dan akan dihapus dosa-dosanya bagi orang yang beramal shaleh.23

5. Larangan menyakiti orang tua

Dalam ajaran apapun seorang anak dilarang untuk menyakiti hati

kedua orang tuanya. Sesuai penafsiran al- Maraghi pada lafal:

ٍّ ُ‫اَلَّ ِذيْ َن قَ َال لَِوالِ َديِْه ا‬


‫ف لَّ ُك َما‬

"artinya:dan orang yang berkata kepada dua orang tua ibu bapaknya,
Cis, bagi kamu keduanya

Larangan menyakiti hati orang tua ini senada dengan penafsiran

Ibnu Katsir pada hadis berikut ini:

23
Imam Al- Jalil Al- Hafidz ‘Imadudin, Tafsir Ibnu Katsir juz 4, ..., h.158
60

ِ ‫َف َقالَت عائِ َشةَ ر ِضي اللَّه عْن‬


‫ ماانزل اللَّه عزوجل فيناشيئامن القران‬:‫هام ْن َو َراءاحلجاب‬ َُ َ َ َ ْ
‫إال ان اللَّه تعاىل أنزل عذرى‬
“ maka Aisyah menjawab dari balik tabir, Allah tidak pernah
menurunkan sesuatu dari Al- Qur’an sehubungan dengan keluarga
kami, selain dari wahyu yang di turunkan Allah mengenai
pembersihan namaku.”24

6. Orang-orang yang mendapatkan azab dari Allah

Orang yang akan mendapatkan azab dari Allah atas kesalahannya

dijelaskan oleh al- Maraghi pada lafal:

ِ ْ‫ت ِم ْن َقْبلِ ِه ْم ِّم َن اجْلِ ِّن َواْ ِإلن‬


‫س‬ ِ ِ‫اُولئ‬
ْ َ‫ك الَّذيْ َن َح َّق َعلَْي ِه ُم الْ َق ْو ُل يِف ْ اَُم ٍم قَ ْد َخل‬
َ

Artinya: Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan


(azab) atas mereka bersama umat-umat yang telah lalu sebelum
mereka dari jin dan manusia.

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa orang-orang yang telah

disebutkan sifat-sifatnya , adalah orang-orang yang pasti mendapat azab

dari Allah, pasti ditimpa hukuman dan murka- Nya, seperti umat-umat

yang telah mendapatkan azab, yaitu bangsa-bangsa yang telah

mendahului sebelum mereka, baik jin maupun manusia yang

mendustakan Rasul-rasul dan durhaka terhadap perintah Tuhan mereka.

Hal tersebut senada dengan yang diartikan Ibnu Katsir dalam sebuah

riwayat, sebagai berikut:

‫احلافظ ابن عساكريف ترمجة سهل بن داودمن طريق مهام بن عمارحدثنامحادبن عبد‬
‫الرمحن حدثناخالدالزبرقان العليمى عن سليم بن حبيب عن أىب أمامة الباهل رضي‬

24
Imam Al- Jalil Al- Hafidz ‘Imadudin, Tafsir Ibnu Katsir juz 4, ..., h.159
61

‫اهلل عنه عن النيب صلى اهلل عليه وسلم قال هربعة لعلنهم اهلل تعاىل من فوق عرشه‬
‫وأمنت عليهم امللال ئكة مضل املساكني‬
Al- Hafiz Ibnu Asakir mengatakan sehubungan dengan biografi Sahl
Ibnu Daud melalui jalur Hammam Amar, telah menceritakan kepada
kami khalid azzabarqan al-ulaiomi,dari salim ibnu habib,dari abu
umamah al-bahili,dari nabi yang telah bersada:”Ada 4 macam orang
yang dilaknat oleh alloh dari atas aras-Nya dan diamini oleh para
malaikat,yaitu orang yang meneyesatkan orang-orang miskin.”25

Khalid mengatakan bahwa yang dimaksud adalah orang yang

melambaikan tangannjya kepada orang miskin seraya berkata,kemarilah

kamu,aku akan memberimu. Dan ketika orang miskin itu datang

kepadanya,ia mengatakan aku tisak mmepunyai sesuatu yang akan

kuberikan kepadamu: orang kedua ialah,seorang yang mengatakan

kepada seorang tukang,Bekerjalah. Padahal ia tidak memiliki sesuatu

apapun untuk membayarnya. Dan orang-orang yang tanyai oleh seorang

laki-laki tentang rumah suatu kaum,lalu mereka menunjukan kepadanya

rumah yang lain. Dan seseorang yang memukuli kedua orangnya

hingga keduanya meminta pertolongan. 26

25
Imam Al- Jalil Al- Hafidz ‘Imadudin, Tafsir Ibnu Katsir juz 4, ..., h.159
26
Imam Al- Jalil Al- Hafidz ‘Imadudin, Tafsir Ibnu Katsir juz 4, ..., h.159-160

Anda mungkin juga menyukai