Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH MENTORING

“BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA’’

NAMA KELOMPOK :

1. ANIS SAMSIAH
2. ARINI NANDA PRADITYA
3. ENDAH DWI NOVITASARI

KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA

SUKOHARJO

2016
BAB I

PENDAHULUAN

Orang tua merupakan orang yang paling berjasa dan berperan dalam kehidupan manusia
terutama dalam hal pendidikan tanpa perantara orang tua manusia tidak akan ada dan tidak akan
mengenal arti kehidupan didunia karena orang tualah yang pertama kali mengenalkan dan
mengajarkan kepada manusia akan arti kehidupan.

Betapa berjasanya orang tua dalam kehidupan manusia maka sudah sepatutnya manusia untuk
berbakti kepada kedua orang tuanya. Bentuk berbakti kepada orang tua bisa berupa patuh dan
taat pada perintahnya selama masih dalam kebaikan, bertutur kata yang sopan, menjaga nama
baik orang tua dan lain sebaginya.

Dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menerangkan perintah untuk berbakti kepada orang tua
yang salah satunya surat Al-Ahqaf dan surat Al-Luqman.

Dalam makalah ini akan menerangkan surat Al-Ahqaf dan surat Al-Luqman tentang perintah
berbakti kepada orang tua.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Surat Al-Ahqaf ayat 15-16

A. Terjamah

15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia Telah
dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan
supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku
dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau
dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.

16. Mereka Itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang Telah
mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni
surga, sebagai janji yang benar yang Telah dijanjikan kepada mereka.

B. Asbabun Nuzul

Sementara ulama berpendapat bahwa ayat di atas turun menyangkut Sayyidina Abu Bakar r.a
saat usia beliau mencapai 40 tahun. Beliau telah bersahabat dengan Nabi SAW, sejak berumur 18
tahun dan Nabi ketika itu berumur 20 tahun. Mereka sering kali berpergian bersama antara lain
dalam perjalanan dagang ke Syam. Beliau memeluk Islam pada usia 38 tahun dikala Nabi baru
beberapa saat mendapat wahyu pertama, dan dua tahun setelah itu Abu Bakar r.a berdo’a dengan
kandungan ayat di atas. Sayyidina Abu Bakar memperoleh kehormatan dengan keIslaman ibu
bapak dan anak-anaknya. Menurut al-Quthubi tidak seorang sahabat Nabipun yang ayah, ibu,
anak-anak lelaki dan perempuan memeluk Islam kecuali Abu Bakar r.a.[1]

2.Tafsir

Ayat 15 pada surat Al-Ahqaf memerintahkan manusia supaya berbuatbaik kepada kedua orang
tua dengan kebaikan apa saja yang tidak terikat oleh persyaratan tertentu. Pesan ini dating dari
pencipta manusia, dan mungkin pesan ini hanya diberikan kepada jenis manusia. Tidak diketahui
dengan pasti apakah didunia burung, binatang, serangga dan selainnya ada kewajiban bahwa
yang besar mesti mengasihi yang kecil. Namun menurut pengamatan, binatang hanya dibebeni
tugas secara naluriah. Yaitu binatang ang besar memelihara binatang yang kecil. Hal ini berlaku
pada beberapa jenis binatang saja. Maka, ayat tadi mungkin hanya berlaku bagi manusia.

Redaksi kalimat dan untaian kata-kata pada ayat itu mempersoonifikasikan penderitaan,
perjuangan, keletihan dan kepenakan. “ Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah pula. “Dia bagaikan orang sakit yang berjuang dengan
dirundung kemalangan, memikul beban berat, bernafas dengan susah payah, dan tersengl-sengal.
Itulah gambaran saat dia mengandung, terutama menjelang kelahiran anak. Itulah gambar
perslinaan, kelahiran, dan aneka kepedihan.

Kedewasaan dicapai pada usia sekitar 30 hinggga 40 tahun. Usia 40 merupakan puncak
kematangan dan kedewasaan. Pada usia ini sempurnalah segala potensi dan kekuatan, sehinggga
manusia memiliki kesiapan untuk merenung dan berfikir secara tenang dan sempurna. Pada usia
ini fitrah yang lurus lagi sehat mengacu pada apa yang ada dibalik kehidupan dan sesudahnya,
mulai merenungkan tempat kembali dan akhirat.

“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat engkau yang telah engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku.” Inilah seruan qalbu yang mersakan nikmat Tuhannya, yang
memandang agung dan besar atas nikmat yang merasakan nikmat Tuhannya, yang memandang
agung dan besar atas nikmat yang telah dilimpahkan kepada dirinya dan orang tuanya pada masa
lalu, sedang dia merasa usaha untuk mensyukurinya sangatlah minim dan kecil. Hamba tersebut
memohon kepada Rabbnya kiranya dia membantu dalam menghimpun segala kekuatannya, “
Tunjukanlah kepadaku… “ Yakni, agar dia bangkit melaksanakan kewajiban bersyukur sehingga
kekuatan dan himmahnya tidak terpacah kedalam berbagai kesibukan yang melupakan kewajiban
yang besar ini.

“Serta supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang engkau ridha” Ini adalah permohonan
lain. Dia memohon pertolongan agar mendapat taufik untuk beramal saleh sehingga dengan
kesempurnaan dan kebaikan amal, dia meraih keridhaan-Nya, lalu Dia ridha kepadanya.

“Berikan kebaikan kepadaku denagn (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.” Inilah
permohonan ketiga berupa keinganan hati seorang mukmin agar amal shalehnya sampai kpada
keturunannnya dan agar Qalbunya merasa senang jika keturunannya beribadah kepada Allah dan
mencari keridhaan-Nya. Do’a itupun merupakan permohonan syafaat untuk bertaubat dan
berserah diri.

Adapun sikap Tuhan kepada hamba demikian, maka dijelaskan dalam surat Al-Ahqaf ayat 16,
dimana balasan itu memperhitungkan amal yang paling baik. Aneka keburukan itu diampuni dan
dimaafkan. Mereka kembali kesurga bersama para penghuninya yang utama. Itulah pemenuhan
janji suci yang dijanjikan kepada mereka didunia. Allah tidak akan mengingkari janji-Nya. Itulah
balasan yang melimpah, banyak dan besar.[2]
3.Munasabah (Kewajiban berbuat baik kepada ibu bapak):

Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah, lalu
istikomah dalam beriman dan melaksanakan ibadah, akan memperoleh kebahagian surga di
akherat dan kekal didalamnya sebagi balasan atas amal mereka di dunia. Pada ayat-ayat ini
diterangkan perntah Allah kepada manusia agar berbuat baik kepada ibu bapaknya yang telah
membesarkan dan memelihara dengan susah payah.Seoarng anak yang baik dan soleh adalah
disamping ia beribadah kepada Allah, juga selalu berbakti kepada ibu bapaknya dan berdo;a
kepada Allah agar keduanya selalu mendapat rahmat dan karunianya. Anak yang demikian
termasuk penghuni surga.[3]

4.Aspek Tarbawi

 Hendaklah berbuat baik dan sayang kepada kedua orang tua


 Hendaklah bertaubat atas segala kesalahan dengan beristighfar dan bertaubat tidak
melakukannya lagi
 Hendaklah berkata yang lemah lembut dan sopan kepada orang tua

2. Surat Luqman ayat 13-15

A. Terjemah

1. 13. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
2. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.
3. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu
apa yang Telah kamu kerjakan.

B. Asbabun Nuzul

Kami tidak menemukan asbabun nuzulnya.


C. Tafsir

Ayat di atas merupakan nasihat Lukman kepada anaknya. Lukman melarang anaknya dari
berbuat syirik, dia memberikan alasan atas larangan tersebut bahwa kemusyrikan itu adalah
kazaliman. Pernyataan Lukman tentang hakikat ini di perkuat dengan dua tekanan. Pertama,
mengawalinya dengan larangan berbuat syirik dan alasannya. Kedua, dengan huruf inna
“sesungguhnya” dan huruf la “benar-benar”.

Nasihat seorang ayah kepada anaknya adalah bebas dari segala syubhat dan jauh dari segala
prasangka. Sesungguhnya perkara tauhid dan larangan berbuat syirik merupakan perkara lama
yang selalu di serukan oleh orang-orang yang di anugrahkan oleh Allah diantara manusia. Tidak
ada kehendak lain di baliknya melainkan kebaikan semata-mata, dan sama sekali tidak
menghendaki selain yang demikian. Inilah pengaruh jiwa yang di maksudkan dalam ayat di atas.
“… Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lamah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun… “.

Ayat ini menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung dan dahsyat. Seorang ibu dengn
tabiatnya harus menaggung beban yang amat berat dan lebih kompleks. Namun, luar biasa, ia
tetap menganggungnya dengan senang hati dan cinta yang lebih dalam, lembut dan halus.
Walapun satu tarikan nafas dalam proses kehamilan dan kelahirannya, tetap tidak dapat di
balasoleh seorang anak. Pasalnya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah lemah.

Dari sela-sela nuansa gambaran yang di liputi dengan kasih sayang itu, Al- Qur’an mengarahkan
agar bersyukur kepada Allah sebagai pemberi nikmat yang pertama. Kemudian berterima kasih
kepada kedua orang tua sebagai dua orang yang menjadi sarana nikmat itu pada urutan
berikutnya. Al-Qur’an menggambarkan urutan kewajiban-kewajiban. Jadi, yang pertama
bersyukur kepada Allah kemudian berterima kasih kepada orang tua. “Jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…”

Hingga bila orang tua menyentuh titik syirik ini, jatuhlah kewajiban taat kepadanya, dan ikatan
aqidah harus mengalahkan dan mendominasi segala ikatan lainnya. Walaupun kedua orang tua
telah mengeluarkan segala upaya, usaha, tenaga, pandangan yang memuaskan untuk menggoda
anaknya agar menyukutukan Allah dimana ia tidak mengetahui tentang ketuhanannya (dan setiap
yang disembah selain Allah pasti tidak memiliki sifat ketuhanan, karena itu camkanlah), maka
pada saat itu anak diperintahkan agar jangan taat. Dan perintah itu berasal dari Allah sebagai
pemilik hak pertama dalam ketaatan. Namun, perbedaan aqidah dan perintah dari Allah agar
tidak taat kepada orang tua dalam perkara yang melanggar aqidah, tidaklah menjatuhkan hak
kedua orang tua dalam bermuamalah dengan baik dan menjalin hubungan yang memuliakan
mereka.
Surat Luqman ayat 15 berisi bahwa Allah menyuruh supaya berbuat baik kepada ibu bapak dan
menurut apa-apa perintahnya, tetapi jika keduanya menyuruh kamu, supaya kafir
(mempersekutukan) Allah, maka janganlah turuti perintahnya itu. Dalam pada itu hendaklah
kamu bergaul dengan dia menurutnya patutnya juga, dan tidak boleh kamu memusuhinya atau
durhaka kepadanya. Pendeknya perkataan ibu, bapak itu wajib untuk dituruti, selama tidak
melanggar peraturan agama Islam.

D. Munasabah

Nasehat lukman kepada anaknya (ayat 12-19) pada ayat-ayat yang lalu diterangkan
bahwa Allah telah menciptakan langit, gunung-gunung dan bintang-bintang, serta menurunkan
hujan yang dengannya tumbuh berbagai macam tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Semua itu
merupakan nikmat nyata yang dilimpakan Allah untuk manusia. Pada ayat berikut ini
diterangkan nikmat-nikmat Allah yang tidak tampak, berupa hamba-hamba-Nya yang memiliki
ilmu, hikmah, dan kebijaksanaan seperti Lukman. Dengan pengetahuan itu, ia telah sampai
kepada kepercayaan yang benar dan budi pekerti yang mulia, tanpa adanya Nabi yang
menyampaikan dakwah kepadanya. Oleh lukman kepercayaan dan budi pekerti yang mulia itu
diajrkan kepada putranya agar menjadi hamba yang soleh dimuka bumi.[4]

6.Aspek Tarbawi

 Larangan berbuat syirik atau menyekutukan Allah, karena kemusyrikan itu adalah
kezaliman yang besar
 Hendaklah bersyukur kepada Allah sebagai pemberi nikmat yang pertama, kemudian
berterima kasih kepada kedua orang tua sebagai dua orang yang menjadi sarana nikmat
itu pada urutan berikutnya.
 Jika kedua orang tua memaksa untuk menyekutukan Allah maka janganlah menuruti
perintahnya.
 Hendaklah bergaul kepada orang tua dan tidak boleh memusuhi atau durhaka kepadanya.
BAB III

PENUTUP

Dari uraian diatas dapat diambil suatu kesimpualn bahwa manusia diperintahkan untuk selalu
berbakti dan berbuat baik kepada orang tua dalam hal kebaikan. Selain itu manusia juga
diperintahkan untuk tidak menyekutukan Allah, karena menyekutukan Allah merupakan suatu
kezaliman yang besar, sebagaimana telah diperintahkan oleh Allah kepada Luqman terhadap
anaknya saat ia memberi pelajaran.

Dan juga manusia harus selalu berterima kasih kepada orang tua dan selalu bersyukur kepada
Allah atas segala nikmat yang telah dikaruniakan kepada mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Quthb, Sayyid. 2004.Tafsir Fi Zhalali qur’an jilid 10 (Jakarta : Gema Insani)

Depag RI, Al-Qur’an Bayan. 2009 (Depok : Al-Qur’an Terkemuka)

Anda mungkin juga menyukai