Anda di halaman 1dari 12

Durhaka kepada Ibu dan Bapak

Anak yang durhaka kepada ibu dan bapaktidak akan dapat ampun dari Allah pada
malam NishIu Sya`ban. Seorang anak betapapun tinggi pangkat dan kedudukannya, menurut
ajaran Islam harus hormat dan berbuat baik kepada ibu dan bapaknya. Berbuat baik kepada ibu
dan bapak itu merupakan perintah kedua sesudah perintah menyembah Allah, sebagai firman
Allah pada surah Al-Isra` 23-24 :
"Dan 1uhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia,
dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu dan bapak dengan sebaik- baiknya. 1ika salah
seorang di antara keduanya atau kedua- duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali- kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya " ah "
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
katakanlah ( doakanlah): " Oh 1uhan kasihanilah mereka keduanya sebagaimana mereka
berdua mendidikku waktu kecil ".
Ayat di atas menunjukkan bahwa berbuat baik kepada ibu dan bapak itu adalah sangat
penting.
Adalah tidak pada tempatnya kalau seorang anak melawan ibu dan bapaknya apalagi
memaki- maki dengan kata yang kasar dan memukuli keduanya~ Sebab menurut adatnya,
seorang anak tidak akan pernah ada di muka bumi ini tanpa ibu dan bapak. Manusia yang tidak
beribu dan bapak hanyalah Nabi Adam dan manusia yang tidak berbapak hanyalah Nabi Isa a.s
Bayangkanlah betapa susahnya ibu mengandung anaknya, apalagi kandungan sudah
cukup 8 atau 9 bulan. Pada waktu itu sang ibu selalu dalam keadaan lelah, makan tak enak tidur
tak lena, selera patah, dan biasanya mudah tersinggung. Tidur dengan miring ke kanan, gelisah,
miring ke kiri susah. Pakaian sehari- haIri pun tidak sesuai lagi, karena perut sang ibu kian
membesar. Dan pada saat melahirkan bayinya, sang ibu sangat menderita sakit, mengaduh dan
mengerang. Bahkan ada diantara ibu- ibu muda yang melahirkan anak pertamanya, meraung
meronta sambil mengatakan ' kalau begini sakitnya, tak usahlah aku kawin dahulu.
Sejak bayi lahir, setiap saat tidak pernah luput dari perhatian dan asuhan ibu. Dijaganya
dengan baik, supaya si bayi sehat segar, dimandikan dan di susukan, diayun dan dibuai dengan
penuh kasih saying. Digigit nyamuk pun si bayi tidak boleh. Kadang- kadang sedang makan,
ibu terpaksa berhenti karena si bayi kesayangannya menangis minta disusukan.
Tidak jarang seorang ibu dalam merawat bayinya 'bemandi kotoran, namun demikian
kasih sayangnya kepada bayi mungil buah hatinya tidaklah berkurang.
Selama kurang lebih 40 hari sang ibu terpisah dari masyarakat, tidak dapat menghadiri
undangan pesta,tidak dapat menghadiri perayaan hari besar Islam di masjid dan surau dan
bahkan tidak dapat 'bergaul dengan suami sebagaimana mestinya.
Ketika sang bayi berhenti menyusu, sekali lagi ibu mengalami kesusahan, tak dapat tidur
dengan nyenyak,karena sang bayi terus- menerus menangis, sehingga kadang- kadang
kesehatannya terganggu sebagai akibat dari tidak teraturnya makan dan tidur.
Kesusahan ibu mengasuh anak sejak dalam kandungan itu, diterangkan dalam Al-Qur`an
surah Al-Ahqaf ayat 15 :
" Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu dan bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah pyah (pula);
mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan sehingga apabila ia telah
dewasa dan umurnya sampai 4 tahun, ia berdo'a, "Wahai 1uhanku, tunjukkanlah aku
untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu dan
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal shaleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan
kepadaku dengan ( member kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat
kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang- orang berserah diri".
Menurut kebanyakan ahli taIsir, ayat ini turun, menerangkan kedudukan Abu Bakar yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya ketika berusia 38 tahun. Dan mengajak semua
keluarganya beriman pula, ketika Ia berusia 40 tahun. Serta doanya dimakbulkan Allah. Tiada
seorang pun dari sahabat, baik dari golongan Muhajirin maupun dari golongan Anshar yang
semua keluarganya memeluk agama Islam, selain dari Abu bakar.
Anak yang tidak patuh dan taat kepada ibu dan bapaknya adalah anak durhaka, anak
yang tidak tahu membalas guna. Anak yang durhaka kepada ibu dan bapak akan merana
hidupnya di dunia dan di akhirat.
Sebaliknya anak yang saleh adalah anak yang senantiasa hormat dan berlaku baik
kepada keduanya, selalu mendoakannya, niscayaakan dilapangkan Allah kehidupannya.
Mengenahi kewajiban taat dan berbuat baik kepada ibu dan bapak itu Rasulullah dalam
beberapa hadits menyatakan yang maksudnya:
1. Saya lepas dari orang yang tidak menunaikan hak ibu dan bapaknya. Maka saya ( Ali
bin Abi Thalib) bertanya, ' Jika si anak tidak memiliki sesuatu ya Rasulullah?
Rasulullah menjawab, 'Jika mendengar perkataan keduanya maka si anak harus
menjawab siap-sedia (sam`an wa thaa`atan). Dan jangan mengatakan kepada keduanya
'ah dan jangan pula membentakny. Dan hendaklah dia mengucapkan kepda keduanya,
perkataan yang mulia.
. Diriwayatkan bahwa pada suatu hari seorang laki- laki mendatangi Rasulullah saw.
Seraya berkata, 'Ya Rasulullah, nasihatilah saya dengan satu nasihat yang bermanIaat
bagiku di dunia dan di akhirat!. Rasulullah bertanya, ' Apakah kamu masih mempunyai
ibu dan bapa? Laki- laki itu menjawab 'Ya,masih ada. Lalu Rasulullah bersabda,
Apabila kamu tunaikan hak keduanya dan kamu beri makan keduanya, maka setiap suap
yang dimakan mereka adalah sebuah istana megah untukmu nanti di dalam surga.
3. Pada kali yang lain seorang laki- laki mendatangi Rasulullah saw. Seraya berkata, 'Ya
Rasulullah, saya mempunyai seorang ibu yang saya tanggung biaya hidupnya. Akan
tetapi ibuku itu menyakitiku dengan lidahnya, bagaimana harus saya perbuat?.
Rasulullah saw. Menyatakan, 'Tunaikan haknya, demi Allah, jika dagingmu dipotong-
potongnya sampai hancur lumat, niscaya belum seperempat haknya kau tunaikan.
Tiadakah kamu tahu bahwa surge itu di bawah telapak kaki ibu- ibu. Laki- laki itu
terdiam, kemudian berkata, 'Demi Allah saya tidak pernah mengatakan sesuatu yang
tidak wajar kepadanya. Setelah itu, ia pun kembali menemui ibunya, menciumi dua
kakinya, seraya berkata, 'Ibu, demikianlah perintah Rasulullah saw kepadaku.
4. Di akhir sebuah hadits yang panjang, Rasulullah saw bersabda, 'Demi Tuhan yang
mengutusku menjadi nabi dengan sesungguhnya, tiada seorang hamba yang dilimpahi
Allah rezeki lalu dia menyantuni dan berbuat baik kepada ibu dan bapaknya, melainkan
dia bersamaku nanti dalam surga. Seorang sahabat yang hadir bertanyaq, Ya
Rasulullah, jika ia tidak mempunyai ibu dan bapak lagi di dunia ini, maka apakah yang
harus dilakukannya? Rasulullah saw menjawab, hendaklah ia bersedekah untuk
keduanya dengan menjamu orang makan, membaca Al Qur`an atau mendoakannya. Jika
hal itu ditinggalkannya, maka sesungguhnya dia telah drhaka.
'Dan barang siapa yang durhaka kepada ibu dan bapaknya maka sesungguhnya dia telah
berbuat maksiat.
Kemudian Rasulullah saw. Bersabda, 'Tiada seorang hamba selesai shalat Iardhu
mendoakan ibu dan bapaknya supaya diampuni Allah segala dosanya, melainkan Allah
mengabulkannya, dan dia pun mendapat ampunan dari Allah, berkat doanya kepada
orang tuanya itu, meskipun kedua ibu bapaknya orang Iasik.
Hadits 1 sampai 4 yang tersebut diatas, tercantum dalam kitab 'Durratun Nashihin oleh
Usman bin Hasan bin Ahmad AsySyakir Al-Khubawi, seorang ulama terkenal pada
abad ke 13 Hijjriah.
. Selanjutnya dalam kitab Subulus salam juz 4 halaman 164, tersebut sebuah hadits yang
menyatakan: "Keridhaan Allah (terletak) pada keridhaan ibu dan bapak dan
kemurkaan Allah (terletak) pada kemurkaan ibu dan bapak."

Hadits tersebut dikeluarkan oleh Turmudzi, dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim
dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash.
Hadits tersebut menjadi dalil wajib seorang anak mengusahakan kerelaan ibu dan bapaknya
dan haram berbuat sesuatu yang menimbulkan kemurkaanya menempati kemurkaan Allah.
Oleh karena itu, seorang anak harus mendahulukan kerelaan orang tuanya daripada
mengerjakan sesuatu Iardhu kiIayah, sebagaimana maksud hadits nabi yang diriwayatkan oleh
Ibnu Umar yang menyatakan 'bahwa seorang laki- laki mendatangi Rasulullah saw. Memohon
izin untuk ikut berjihad. Rasulullah saw. Bertanya Apakah kedua ibu bapakmu masih hidup?
Laki- laki itu menjawab 'Ya, masih hidup.
Rasulullah selanjutnya bersabda,'Berbuat baiklah kepada keduanya kemudian baru
berjihad.
Hadits tersebut mengandung arti bahwa setiap orang harus mengutamakan kepentingan ibu
dan bapaknya lebih dahulu, baru mengerjakan Iardhu kiIayah seperti berjihad.
Jika terdapat pertentangan antara hak ibu dan bapak, maka dahulukan hak ibu, dengan dalil
sebuah hadits Bukhari yang menyatakan:
"Seorang laki- laki berkata, " Ya Rasulullah, siapakah yang lebih berhak untuk saya
perlakukan dengan baik?"
Rasulullah saw menjawab; "Ibumu, ibumu, ibumu (sebanyak tiga kali)," kemudian
Rasulullah saw. Bersabda, "Bapakmu".
Hadits ini menjadi dalil pula bahwa kerelaan ibu lebih didahulukan dari kerelaan bapak, jika
terjadi pertentangan di antara keduanya.
Menurut Ibnu Baththal, hadits tersebut menunjukkan bahwa pelayanan atau perlakuan baik
terhadap ibu harus tiga kali lipat dari pelayanan tau perlakuan baik terhadap bapak. Hal ini
disebabkan karena ibu menderita susah payah ketika mengandungnya, melahirkannya dan
menyusukannya serta mengasuhnya.
Kata Qadhi Iyadh, jumhur ulama berpendapat bahwa berbuat baik kepada ibu itu harus labih
dari berbuat baik kepada bapak. Menurut Al-Harits Al-Muhasibi, dalam hal ini ijmak ulama,
tiada khilaI.
Terjadi khilaI mengenai berbuat baik kepada nenek dan saudara, siapakah yang didahulukan.
Menurut Qadhi Iyadh, kebanyakan ulama berpendapat, termasuk pengikut- pengikut Imam
SyaIi`i, harus didahulukan berbuat baik kepada nenek, kemudian kepada saudara. Selanjutnya
kepada kaum kerabat, mahram, kemudian ashabah, kemudian keluarga yang dipertalikan oleh
perkawinan, kemudian barulah jiran tetangga dan lain- lain sebagainya.
Kata sebagian ulama, hak ibu bapak kepada anak ada 10 perkara, yaitu:
1. Apabila ibu bapak memerlukan makanan, maka anak harus memberinya
. Apabila ibu bapak memerlukan pakaian, maka anak harus memberinya jika dia mampu.
3. Jika keduanya memerlukan layanan maka anak harus melayaninya.
4. Apabila keduanya memanggilnya, maka anak harus segera menyahut dan hadir.
5. Apabila keduanya menyuruhnya untuk mengerjakan sesuatu, maka anak harus
melaksanakannya selama suruhan itu tidak bersiIat maksiat atau ghibah (mengata-ngatai
orang di belakangnya tentang sesuatu yang tidak disukainya).
6. Anak harus berbicara dengan ibu bapak, lemah lembut, tidak boleh kasar.
7. Anak dilarang memanggil ibu bapak dengan namanya.
8. Apabila mereka berjalan bersama- sama, maka anak harus di belakangnya.
9. Rela kepada keduanya, sebagaimana anak merasa rela kepada dirinya sendiri dan benci
terhadap keduanya sebagaimana dia merasa benci terhadap diri sendiri.
10.Setiap berdoa, anak harus mendoakan ibu bapaknya, supaya dosa mereka diampuni
Allah.
Kata sebagian sahabat, " meninggalkan doa untuk ibu dan bapa, akan menyempitkan
kehidupan bagi si anak."
Sebaliknya hak anak kepada ibu bapak ada 3 yaitu :
1. Ibu bapak harus memberi anaknya nama yang baik, sesudah dia lahir
. Mengajarnya Al Qur`an apabila dia telah berakal
3. Mengawinkannya apabila sudah waktunya.

Demikianlah hak dan kewajiban ibu bapak dan anak, kewajiban anak kepada ibu bapak
merupakan hak ibu bapak dan kewajiban ibu bapak kepada anak merupakan hak bagi
anak. Apabila hak dan kewajiban masing- masing pihak berjalan dengan baik, insyAllah
rumah tangga dan masyarakat akan aman dan makmur, tidak akan menonjol lagi apa
yang disebut dengan 'kenakalan remaja.
Rasulullah saw. Menyatakan dalam sebuah hadits :
'Ada empat perkara membahagiakan seseorang;istrinya saleh, anak anaknya baik, teman
sepergaulannya orang- orang saleh, dan rezekinya berada di negerinya sendiri.
Anak yang menyakiti ibu dan bapak, dikhawatirkan diakhir hayat, tak sanggup lidahnya
mengucap kalimat syahadat, sebagaimana yang terjadi pada diri dua orang Sahabat, masing-
masing bernama Alqamah dan Abdullah bin Salam.
Menurut hadits riwayat Anas bin Malik, bahwa pada masa Rasulullah saw. Ada seorang
anak muda bernamaAlqamah. Ia adalah seorang yang rajin beribadah dan gesit, selalu
bersedekah. Pada suatu hari ia jatuh sakit dan penyakitnya cukup parah. Istrinya memberitahukan
hal itu kepada Rasulullah saw. Melalui utusan.
Setelah mendengar laporan itu, Rasulullah menyuruh tiga orang laki- laki
menjenguknya, terdiri dari Bilal, Salman dan Ammar. Setibanya di rumah Alqamah, mereka
mengatakan,'Alqamah, ucapkanlah 'Laa ilaaha illallah.Ternyata lidah Alqamah tidak sanggup
mengucapkannya.
Tatkala mereka sudah yakin benar, bahwa Alqamah dalam keadaan gawat, tiada mampu
lidahnya mengucapkan kalimat syahadat, maka mereka utus Bilal menemui Rasulullah kembali,
untuk melaporkan halnya.
Rasulullah saw. Bertanya 'Masih mempunyai ibu bapakkah dia?
Diantara hadirin menjawab,'Ayahnya sudah meninggal, sedangkan ibunya sudah tua
Bangka.
Rasulullah pun bersabda, 'Bilal, pergilah segera, sampaikan salamku kepada ibu
Alqamah dan katakana kalau dia sanggup, suruh dia dating menjumpai Rasulullah, dan bila dia
tiada sanggup, Rasulullah akan mendatanginya.
Setelah pesan itu disampaikan, ibu Alqamah menjawab, 'Saya lebih berhak mendatangi
beliau. ' Kemudian ia pun berjalan dengan bertelekan kepada sebatang tongkat untuk menemui
Rasulullah saw. Setelah member salam dan rasulullah saw. Menjawabnya, maka ia pun duduk di
hadapan Rasulullah saw.
Rasulullah pun bersabda,'Berkata benarlah ibu kepadaku! Jika ibu mendustaiku, maka
wahyu Allah akan turun, bagaimana keadaan Alqamah?
Wanita tua itu menjawab,'Dia seorang yang rajin shalat, rajin berpuasa, sering
bersedekah beberapa dirham yang jumlahnya tidak saya ketahui.
Rasulullah saw. Bertanya pula'Bagaimana hubungan ibu dengan dia?
'Saya sangat murka sekali kepadanya ya Rasulullah, sahut wanita itu.
' Kenapa demikian?tanya Rasulullah saw.
' Dia sangat terpengaruh oleh istrinya. Dalam beberapa hal, dia lebih taat kepada istrinya
dan berani melawan sayaJawabnya.
Rasulullah saw. Bersabda pula'Kemurkaan seorang ibu menghalangi lidah anak untuk
mengucapkan kalimat 'Laa ilaaha illallah.
Kemudian Rasulullah saw. Bersabda kepada Bilal,'Bilal, pergilah segera, kumpulkan
kayu bakar banyak- banyak, supaya kubakar dia dengan api itu.
Mendengar ini, wanita itu berkata, 'Ya Rasulullah, sampai hati Rasulullah hendak
membakar anak kandungku dan buah hatiku, di depan mataku. Bagaimana hati ini akan
menanggungkannya ya Rasulullah?
Rasulullah mengingatkan dengan bersabda,'Hai ibu Alqamah, azab Allah lebih dahsyat
dan lebih kekal.Sesungguhnya kegembiraanmu terletak pada permintaan ampunmu kepada Allah
atas segala kesalahannya, dan relakanlah dia. Demi Tuhan yang diriku di Tangan-Nya,
sesungguhnya shalat dan semua sedekahnya itu tidak bermanIaat baginya, selama dia dimurkai
ibunya.
Wanita itupun menyadari dirinya seraya menadahkan tangannya dan berkata,'Ya
Rasulullah, aku bersaksi kepada Allah di langit-Nya, bersaksi kepada Rasulullah dan kepada
semua hadirin, bahwa sesungguhnya saya relakan (maaIkan) Alqamah.
Rasulullah pun memerintahkan Bilal, 'Pergilah lihat, apakah Alqamah sudah sanggup
mengucapkan Laa ilaaha illallah, mungkin ucapan ibunya tadi tidak keluar dari hatinya, hamya
karena malu kepada Rasulullah.
Bilal pun berangkat, dan sesampainya di muka pintu rumah Alqamah, terdengar
Alqamah mengucapkan kalima 'Laa ilaaha illaah, dengan lancer.
Setelah berada di dalam, Bilal menerangkan kepada orang banyak bahwa kemurkaan ibu
Alqamah menghalangi lidahnya untuk mengucapkan kalimat syahadat.Dan kerelaan ibunya
melancarkan lidahnya untuk mengucapkan kalimat itu.
Setelah Alqamah meninggal pada hari itu juga, Rasulullah saw.pun dating, seraya
memerintahkan supaya dia segera dimandikan, dikaIankan dan disembahyangkan, kemudian
Rasululllah tegak berdiri di tepi kuburan, dengan bersabda, "Hai masyarakat Muhajirin dan
Anshar, barang siapa melebihkan istri dari ibunya, maka kutukan Allah atasnya dan tiada
diterima pahala amal wajib dan amal sunahnya."
Demikianlah akibat yang diterima oleh orang yang durhaka atau menyakiti ibu
bapaknya.
Kisah lain menyatakan bahwa pada masa KhaliIah Umar bin Khattab ada seorang
pedagang . Pada suatu hari ibunya mendatanginya, meminta belanja untuk menutupi keperluan
hidupnya.
Istri pedagang tersebut mengingatkan suaminya dengan berkata, 'Ibu kakanda rupanya
ingin supaya kita menjadi papa, jika setiap hari datang meminta belanja seperti ini.
Mendengar ucapan itu, sang ibu merasa tersinggung lalu meninggalkan tempat itu dengan
air mata bercucuran tanpa memperoleh sesuatu dari anaknya.
Tiada lama sesudah peristiwa itu, pedagang tersebut pergi berniaga dengan pedagang-
pedagang lainnya. Ketika mereka dalam perjalanan, tiba- tiba segerombolan perampok
mencegat mereka dan merampas semua barang dagangan yang di bawa mereka. Pedagang tadi
disiksa mereka,dipotong tangannya dan diletakkan mereka di atas tengkuknya. Kemudian
dibiarkan mereka tergeletak berlumuran darah, sedangkan teman- temannya yang lain berhasil
menyelamatkan diri.
Sejurus kemudian, beberapa orang melintas di tempat tersebut dan tatkala dilihat mereka
pedagang itu berlumuran darah, lalu mereka antarkan pulang ke rumahnya.
Ketika kaum kerabatnya dating menjenguk, ia pun berkata, 'Inilah balasan yang ku
terima, seandainya tanganku ini tempo hari member satu dirham saja kepada ibuku, niscaya
hartaku tidak habis dan tubuhku tidak akan cacat seperti ini.
Ibunya yang tiba kemudian membujuknya, 'Anakku, sesungguhnya ibu sangat sedih dan
kesal sekali atas musibah yang menimpamu, akibat keganasan perampok itu.
Pedagang itu menjawab,'Ibu, ini adalah kesalahanku, relakanlah dan maaIkanlah aku!
'Baiklah,anakku, kesalahanmu itu telah kumaaIkan, sahut ibunya.
Pada malam harinya dengan izin Allah, kedua tangannya telah kembali seperti biasa
dengan tiada kurang suatu apa.
Untuk meyakinkan kita tentang risiko orang yang melawan ibu dan bapak itu, dinukilkan
lagi sebuah kisah lain yang kami kutip dari kitab Durratun Nashihin
Alkisah,tersebutlah seorang Tuan Syekh yang alim lagi budiman tinggal di sebuah negeri.
Pada suatu hari ia ingin mengerjakan thawaI keliling Ka`bah di Makkah, tetapi ibunya tidak
mengizinkan walaupun telah berkali- kali dimintanya. Menurut pendapatnya, untuk beribadat ke
Mekkah,tidaklah salah tanpa izin ibu. Maka ia pun berangkatlah dengan diam- diam.
Sepeninggalnya, ibunya bermohon kepada Allah dengan sepenuh hati seraya berdoa;O, Tuhan,
hancur luluh rasanya hatiku ini dibakar oleh anakku dengan api perpisahan. Rupanya ia pergi
juga, ya Tuhan timpakanlah azab siksa kepadanya!.
Sesampainya di sebuah negeri, hari telah malam, lalu ia pun singgah di sebuah masjid
untuk mengerjakan shalat.Pada waktu yang bersamaan, kebetulan sebuah rumah di samping
masjid dimasuki pencuri.Yang empunya rumah dan tetangga terbangun lalu mengejarnya.
Pencuri itu melarikan diri, hilang lenyap ditelan gelap gulita di depan masjid.Yang kelihatan
adalah seorang laki- laki sedang shalat di dalam masjid.Mereka yakin, dialah pencurinya, dengan
pura- pura shalat untuk menghilangkan jejak.Maka tanpa usul periksa, Tuan Syekh itu pun
mereka tangkap, diserahkan kepada raja, Dan oleh raja diperintahkan supaya kedua tangan dan
kakinya di potong dan matanya dicungkil.
Setelah perintah itu dilaksanakan, maka keesokan harinya penduduk mengaraknya
keliling kota sambil berteriak menyatakan, 'Inilah balasan orang yang mencuri.
Mendengar teriakan itu, Tuan Syekh berkata dengan lemah lembut 'Jangan katakana
demikian, tetapi katakanlah inilah balasan orang yang bermaksud hendak mengerjakan thawaI
ke Makkah, tetapi tidak diizinkan oleh ibunya.
Setelah diteliti dengan seksama, ternyata ia tidak terbukti bersalah dan benar seorang
Syekh, maka mereka merasa menyesal karena bertindak terlampau ceroboh. Pada waktu itu juga
mereka antarkan dia ke rumahnya, diletakkan didepan pintu.
Bersamaan dengan itu ibunya berdoa pula kepada Tuhan dengan khusuk dan sepenuh
hati, seraya berkata, 'O,...Tuhan, jika azab siksa telah Engkau timpakan kepada anakku itu,
maka pulangkanlah dia kepadaku, supaya dapat kusaksikan dengan mata kepalaku.
Doa ibu tersebut ternyata dikabulkan Allah.
Tuan Syekh yang cacat yang tergeletak didepan pintu itu bermohon kepada yang
empunya rumah.
'Ibu yang empunya rumah ini, ujarnya,saya adalah seorang musyaIir yang kelaparan,
tolonglah beri saya makanan sekadarnya!
Mendekatlah engkau ke pintu itu, jawab ibunya yang sama sekali tidak mengetahui
bahwa orang itu adalah anaknya.
'Saya tak dapat berjalan ke situ, karena tidak mempunyai kaki, ujar Syekh tersebut.
'Kalau begitu, ulurkan tanganmu. Tukas sang ibu.
'Saya tidak bertangan lagi, jawabnya singkat
'Kalau aku dating ke situ memberimu makanan, niscaya akan terjadi khalwat atau
pandang memandang di antara kita yang haram, karena kita bukan mahram, ujar sang ibu.
'Jangan khawatir, bu, saya tidak mempunyai mata lagi, jawabnya.
Wanita tua itu pun bangkit mengambil sepotong roti dan segelas air dingin, lalu
menyerahkannya kepadanya.
Tatkala Tuan syekh tersebut mengetahui bahwa wanita yang berada di hadapannya itu
adalah ibu kandungnya sendiri, maka ia pun menelungkupkan mukanya ke kaki ibunya, seraya
berkata, 'Ibu,..sayalah anak ibu yang pelawan itu. Sayalah anak ibu yang durhaka itu.
Setelah yakin bahwa laki- laki itu adalah anak kandungnya sendiri, maka sang ibu merasa
sedih dan terharu sehingga air matanya jatuh berderai. Ia pun bermohon kepada Allah dengan
hati yang ikhlas, 'O,..Tuhan, kalau keadaannya sudah menjadi begini, maka cabutlah nyawa
kami berdua, supaya orang banyak tidak sempat melihat tanda hitam di wajah kami.
Doanya dikabulkan Allah dengan kontan, Malakul maut pun dating merenggut nyawa
mereka berdua seketika itu juga.
Demikianlah kisah yang mengandung suri tauladan yang baik, untuk direnungkan,
terutama oleh anak- anak muda kita dewasa ini.
Kisah lain menyatakan pula bahwa menurut riwayat Ali bin Abi Thalib, pada suatu hari
ia duduk bersama Rasulullah saw. Dan beberapa orang Sahabat lainnya. Tiba- tiba seorang laki-
laki dating member salam. Setelah salamnya kami jawab, ia pun berkata, 'Ya, Rasulullah,
Abdullah bin Salam sekarang ini sedang dalam keadaan sakaratul maut, ia memanggil Rasulullah
saw. untuk pamitan.
Ketika itu juga Rasulullah mengajak kami semua ke rumah Abdullah bin Salam. Setelah
tiba di tempat, Rasulullah saw. mendekati kepalanya, seraya bersabda, 'Abdullah, ucapkanlah
kalimat 'asyhadu allaa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu wa wasyahadu anna
Muhammadan abduhu wa Rasuuluhu.
Kalimat itu diucapkan Rasulullah saw. dekat telinga Abdullah bin Salam sebanyak tiga
kali, namun Abdullah bin salam tak sanggup mengucapkannya.
Melihat kenyataan itu, Rasulullah saw. bersabda, 'Laa haula walaa quwwata illa billahil
aliyyil azhiim.
Bilal pun segera berangkat lalu menanyakan halnya.
Istri Abdullah bin Salam menjawab, 'Sejak kami kawin, ya Rasullullah, sepanjang
pengetahuan saya, shalatnya tidak pernah tinggal, senatiasa di belakang Rasulullah. Dan setiap
hari tetap bersedekah. Cuma ibunya marah, tidak rela kepadanya.
Rasulullah pun bersabda, 'Hadapkan dia kepadaku!
Bilal pun pergi menemui ibu kandung Abdullah bin Salam, seraya berkata, 'Ibu,
Rasulullah saw. memanggil ibu sekarang juga, penuhilah panggilannya!
'Untuk urusan apa, Tanya sang ibu.
'Untuk mendamaikan ibu dengan anak ibu, Abdullah bin Salam yang kini sedang dalam
keadaan sakaratul maut , jawab Bilal.
'Demi kebenaran Rasulullah saw. saya tidak mau dating, dan tidak mau memaaIkan
kesalahannya yang menyakitiku, tidak di dunia dan tidak pula di akhirat, ujar sang ibu dengan
keras.
Bilal pun segera pulang, melaporkan halnya kepada Rasulullah saw. Setelah menerima
laporan ini, Rasulullah saw. pun mengutus Umar dan Ali untuk menjemputnya.
Setibanya di tempat, Umar dan Ali berkata, 'Ibu, Rasulullah memanggilmu.
'Apa perlunya Rasulullah saw. kepadaku, sahut sang ibu.
'Ibu jangan banyak bicara, sekarang juga ikut bersama kami, ujar mereka.
Mendengar ucapan tegas dengan nada mengandung perintah itu, ia pun menurut. Dan
sesampainya di hadapan Rasullah, beliau bersabda, 'Hai orang tua, lihatlah anakmu itu, apakah
yang telah terjadi atas dirinya?
Setelah menyaksikan keadaan Abdullah bin Salam yang berada dalam keadaan gawat itu,
ia pun berkata dengan tegas, 'Anakku, demi Allah, ibu tidak akan memaaIkan kesalahanmu itu,
tidak di dunia dan tidak pula di akhirat.
'Rasulullah saw. bersabda, 'Hai orang tua, takutlah kepada Allah, halalkan atau maaIkan
dia!
Dengan keras wanita itu menjawab, 'Bagaimana mungkin saya memaaIkannya,
Rasulullah. Dia telah memukulku dan mengusirku dari rumahnya karena menurutkan kehendak
istrinya. Dia telah menyakitiku dan durhaka kepadaku.
Rasulullah saw. bersabda 'Ibu lebih berhak untuk memaaIkannya,maaIkan dia.
Karena Rasulullah yang memerintahkan, maka ia pun berkata, 'saya bersaksi di hadapan
Rasulullah saw. dan semua hadirin yang menyertainya, kumaaIkan dia.
Setelah mendengar ucapan wanita tua itu, Rasulullah pun mengajari Abdullah
mengucapkan kalimat syahadat dengan bersabda, 'Abdullah bin Salam, ucapkanlah 'asyhadu
alla ilaaha illallah.
Abdullah bin Salam mengucapkan kalimat itu dengan lancer, kemudian ia pun
meninggal. Selesai kami menyembahyangkan mayatnya dan menguburkannya, Rasulullah saw
bersabda, 'Hai seluruh kaum Muslimin, ingatlah, barang siapa yang mempunyai ibu, tetapi dia
tidak berbuat baik kepadanya, niscaya ia mati dalam keadaan tidak dapat mengucapkan kalimat
syahadat.
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda yang maksudnya, 'Tiada
seorang laki- laki yang mati ibu bapaknya, sedangkan keduanya tidak rela kepadanya, melainkan
dikeluarkan Allah ruhnya nanti tanpa mengucapkan kalimat syahadat. Dan tiada keluar dari
kuburnya melainkan di wajahnya tertulis 'inilah balasan orang durhaka kepada ibu bapaknya.
Hadits ini tersebut dalam Durratun Nashihin halaman 31.
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Bakarah, Rasululllah saw,
bersabda :
'Tiadakah kukabarkan kepada kamu tentang dosa yang paling besar?. Kami berkata,
Bahkan, 'Ya Rasulullah.
Rasulullah bersabda,Menyekutukan Allah dan durhaka kepada ibu dan bapak.
Hadits tersebut dalam kitab Ahkamul Qur`an juz 3 halaman 1185.
Demikianlah nasib peruntungan anak yang durhaka kepada ibu bapak yang tidak
mendapat ampun Allah pada malam NishIu sya`ban.( 15 Sya`ban ).
InsAllah kutipan ini bermanIaat,disalin dari buku Hari Besar Islam yang ditulis oleh
Bapak H.A.FUAD SAID, penerbit CV HAJI MASAGUNG.

Anda mungkin juga menyukai