Anda di halaman 1dari 23

WASIAT

Wasiat Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya :


[QS Al-Baqarah (2):132]
Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama
ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam
memeluk Agama Islam.
Ya’qub menjelang wafatnya’ [QS Al-Baqarah (2):133]
Apakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda)
maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya : ”Apa yang
kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab : ”Kami
akan menyembah Tuhanmu, dan Tuhan nenek moyangmu,
Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan
kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”
Nasihat Luqman kepada anak-anaknya : QS.31:12-19
 Hai anakku, Jangan mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan Allah itu benar-benar
dosa besar,
 Hai anakku dirikan shalat, suruhlah manusia berbuat
baik dan mencegah perbuatan yang mungkar.
 Bersyukurlah kepada Allah dan kepada kedua ibu
bapakmu,
 Bersabar terhadap apa yang menimpah kamu,
 Janganlah kamu berlaku sombong, sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri,
 Sederhanakanlah kamu dalam berjalan, dan lunakkan
suaramu.

BERBUAT BAIK KEPADA KEDUA ORANG TUA

Allah SWT mewajibkan manusia berbuat baik kepada ibu


bapaknya. Kewajiban ini ditempatkan sesudah perintah
menyembah Allah swt.
Firman Allah swt dalam Al-Qur’an :
Sembalah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua ibu
bapakmu, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman
sejawat, ibnu sabil (org dlm perjalanan dan kehabisan
bekal), dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong. [QS.An-Nisa’ (4) :
36].

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik
kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
”ah” dan jangan kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. [QS.Al-Isra’ (17) :
23].

Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebajikan kepada dua


orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya. Hanya kepada-Kulah kembalimu. Lalu Aku
kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. [QS.Al-
Ankabut (29) : 8]

Dan Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik


kepada dua orang ibu bapaknya [QS. Al-Ahqaf (46):15] dan
Luqman (31) : 14]

BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA YANG MASIH


HIDUP

”Dia celaka! Dia celaka! Dia celaka!” Lalu orang bertanya, ”


Siapa yang celaka ya Rasulullah?”. Jawab Nabi saw. ”Siapa
yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau
salah satu dari keduanya, tetapi dia tidak berusaha masuk
syurga. (dengan merawat orang tuanya sebaik-baiknya).”
(HR.Muslim – HM 2181)

1. Bergaul dengan keduanya secara baik.


Wajib menyenangkan hati orang tuanya jangan menyakiti
hatinya. Meskipun sianak harus senantiasa berbuat baik
kepada isterinya, tetapi berbuat baik kepada orang tua yang
harus diutamakan. Dalam sebuah hadis, Abu Dzar Al-
Ghifariy ra menceritakan bahwa Nabi saw bersabda :
- Barangsiapa berjalan untuk membesuk kedua
orangtuanya, maka Allah SWT akan mencatatkan
baginya untuk setiap satu langkah seratus pahala dan
menghapus seratus dosa, serta mengangkatnya seratus
derajat. dan
- Jika ia mau duduk bersimpuh dan berbincang-bincang
dengan tutur kata yang manis, maka di hari qiamat kelak
Allah SWT akan memberi penerangan didepannya,
- Jika ia telah keluar dari sisi mereka, maka ia keluar
dalam keadaan diampuni dosanya.” (KBW 15)

2. Berkata kepada kedua orang tua dengan lemah lembut.


Berbicara dengan orang tua hendaknya dibedakan dengan
berbicara kepada anak atau teman. Gunakanlah perkataan
yang mulia dan lemah lembut, sopan, jangan sampai
mngucapkan kata-kata kasar yang dapat menyakiti hatinya,
apalagi, mencemooh, membentak. Penggillah dengan nama
yang mulia sebagai kebanggaan anak kpd orang tuanya.
Jangan dengan nama yang melecehkan apalagi dikatkan
dengan kukurangan yang dimiliki. Apalagi sicucu ikut juga
memanggil demikian, memandang enteng neneknya. Tidak
menghormati.
3. Tawadhu’ (rendah hati) terhadap orang tua.
Sifat tawadhu menimbulkan rasa persamaan, menghormati
orang lain. Lawannya ialah takabbur atau sombong, merasa
lebih dan memandang enteng orang lain.
Tidak semua orangtua sempurna yang bisa memenuhi
keinginan dan harapan anak-anaknya; Bagaimanapun
keadaannya (gagah-tdk gagah, kaya-miskin, kuat-lemah,
sehat-sakit); pekerjaannya (pegawai, petani, tukang, buruh);
pengetahuannya (bodoh-pintar, berpengetahuan-butahuruf)
kesemuanya itu tidaklah menjadi alasan untuk tidak tawadlu
meskipun si anak punya kedudukan, pangkat dan jabatan,
kaya, pintar ,punya kedudukan yang bergensi namun harus
rendah diri dihadapan orang tuanya. Dengan sifat merendah
ini pada hakekatnya harga diri dan martabat seorang anak
dinilai tinggi oleh Allah swt bahkan oleh manusia.
Firman Allah swt :

Dan rendahkanlah dirimu terhdap mereka berdua


dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : ”Wahai
Tuhanku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” [QS.Al-
Isra’ (17):24]
4. Memberikan infaq (Shodaqoh) kepada kedua orang tua.
Memberikan nafkah / infaq kepada orang tua merupakan
salah satu birrul walidain yang wajib dilaksanakan.
Memberi nafkah atau membantu orang tua tidak perlu
mempertimbangkan apakah orang tua masih mampu, atau
tidak mempu. Kewajiban anak berbakti kepada orang tua,
memberi nafkah kepada orang tua lebih-lebih pada orang tua
yang tidak mampu.
Setiap orang tua mempunyai jiwa yang tidak ingin
merepotkan anak apalagi sampai membebani anak. Selama
masih mampu tidak ada orang tua yang ingin minta-minta
kepada anak. Bahkan justru orang tua yang masih ingin
membantu anak. Inilah jiwa yang dimiliki oleh setiap orang
tua.
Sebagian orang yang telah menikah apalagi tinggal berpisah
dengan orang tuanya merasa sudah tidak wajib memberi
nafkah kepada orang tuanya, karena merasa sudah punya
tanggungan sendiri unrtuk menghidupi istri dan anaknya atau
takut dengan isterinya. Hal ini tidak dibenarkan, suami tetap
harus berbuat baik kepada orang tuanya dengan memberi
nafkah. Dalam rangka untuk menjaga perasaan istri sebaiknya
seorang suami minta izin istri ketika berinfaq kepada orang
tuanya. Sang istri pun hendaknya maklum.

5. Mendoakan kepada kedua orang tua.


Berdoa kepada orang tua merupakan kewajiban anak setelah
berdoa untuk dirinya sendiri. Allah SWT mengajarkan doa
seorang anak kepada orang tuanya seperti yang tercantum
dalam Al-Qur’an :

Ya Tuhanku! Ampunilah aku, dan ibu bapakku,


kasihanilah keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil. [QS.Nuh (71) : 28 & Al-
Isra’ (17) : 24]
Contoh doa serupa dalam Al-Qur’an. S. Ibrahim (14):41,
S.Ali Imran (3):26, An-Naml (27):19, Al-Ahqaf (46):15,

BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA YANG SUDAH


MENINGGAL

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu-Dawud dari Abu


Usayd Al-Sa’idi, disebutkan bahwa ada seseorang datang kepada
Nabi saw dan bertanya : Apakah masih ada kewajiban berbuat
baik kepada kedua orang tua saya setelah mereka wafat ? Nabi
menjawab, = Ya :

- Berdoa dan memohon ampun untuk keduanya,

- Melaksanakan pesan-pesannya,

- Menghubungkan tali kekeluargaan, kepada mereka yang


tidak terjadi hubungan kekeluargaan tanpa keduanya,

- Berbuat baik atau menghormati teman-temannya.


Fatwa-Fatwa Q,Shihab III, hal 23 & 342

1. Mendo’akan dan memintakan ampun dosa kedua orang tua


yang sudah meninggal. Rasulullah saw bersabda :
Apabila manusia telah meninggal, maka putuslah segala
amalnya, kecuali tiga perkara : (1). Sedekah jariyah, (2).
Ilmu yang diambil orang manfaatnya, dan (3). Anak
yang saleh yang selalu mendoakannya. (HM 1614).

Kalau seorang hamba enggan mendo’akan orang tuanya


maka sesungguhnya ia telah memutuskan rezki (rezkinya
akan seret). [HR.Al-Hakim dan Ad-Dailami] – KBW 105

2. Malaksanakan aqad perjanjian kedua orang tua setelah


keduanya meninggal secara sempurna seperti hutang, wasiat,
nasar.
Hutang harus terlebih dahulu dilunasi oleh ahli warisnya
sebelum harta peninggalan almarhum dibagikan kepada ahli
warisnya.
Seorang anak wajib melunasi hutang orang tuanya jika orang
tuanya meninggalkan hutang.
Telah menjadi tradisi (kebiasaan) yang baik mengumumkan
kepada pelayat untuk menyampaikan kepada anak (ahli waris)
bila si mati meninggalkan hutang supaya menyampaikan
kepada ahli waris untuk dibayar.
Reasulullah saw besabda :

”Jiwa seorang mukmin tergantung pada hutangnya sampai


hutang itu dilunasi.” HR.Ibnu Hibban, Ibnu Majah, dan
Tirmidzi – RBW 31 & JGB 60
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
disebutkan bahwa :
Rasulullah saw menolak menshalati jenazah orang-orang
yang mati meninggalkan hutang. Tiap jenazah yang akan
dishalati, Rasulullah saw terlebih dahulu menanyakan
adakah dia mempunyai hutang. Jika ada, maka Rasulullah
saw tidak menshalati jenazah itu kecuali ada yang menjamin
untuk melunasi utangnya. HB 1112
Nadzar adalah mewajibkan diri atas sesuatu yang tidak wajib
oleh seorang mukallaf berdasarkan syariat dengan ucapan
yang menunjukkan hal tersebut.
Barangsiapa bernadzar melakukan kebaikan, lalu dia mati
sebelum melakukannya maka walinya wajib melakukannya
(Ensiklopedi Islam Kaffah hal 1167). Karena itu jangan
terlalu gampang obral nadzar, yang kemudian tidak mampu
melakukannya. Contoh nelayan bernadzar agar selamat dari
hantaman badai ditengah laut.

Wasiat yaitu perintah bertindak atau menyumbang setelah


mati. Seperti menikahkan putra-putrinya, merawat dan
mendidik anak-anaknya yang masih kecil, menyumbangkan
hartanya kepada fakir miskin, ulama, anak angkat, untuk
pembangunan masjid, madrasah, jalanan dan untuk
kepentingan ummat lainnya.
Harta itu menjadi hak ahli waris setelah dikeluarkan terlebih
dahulu wasiat simati dan (atau) sesudah dibayarkan
hutangnya. Jika masih ada harta sisa peninggalan si mati,
itulah yang dibagi kepada ahli waris menurut pembagian yang
telah ditetapkan oleh Allah swt.

Firman Allah dalam Al-Quran :


............. dari harta yang ditinggalkan sesudah dipenuhi
wasiat yang mereka buat dan (atau) sesudah dibayar
hutangnya. [QS.An-Nisa (4) : 12]

3. Menghubungkan tali kekerabatan dengan sanak keluarga


yang tidak terjadi hubungan kekeluargaan tanpa keduanya
(orang tua), seperti paman, bibi, kakek atau nenek, saudara,
sepupu, mertua, ipar, lago (pantallalang) dst .
Rasulullah saw dengan tegas mengutuk keras orang-orang
yang memutuskan hubungan kekerabatan. Beliau bersabda,

”Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan


hubungan kerabat”. HR.Bukhari dan Muslim (KBW 37)

Tidak dipungkiri terjadinya sengketa atau gesekan dalam


hubungan kekerabatan yang dipicu oleh persoalan-persoalan
sepele seperti karena persaingan keluarga, anak, harta,
pusaka, ketersinggungan dsbnya, yang sesungguhnya tidak
perlu ditanggapi serius tetapi itu harus segera diperbaiki di
damaikan, jangan justru diperbesar, dikompori sehingga
terjadi keberpihakan dalam kerabat yang saling menyalahkan
satu sama lainnya.
Damai dan rukunlah !. Tinggalkan pertengkaran dan egoisme
mau menang sendiri karena tidak ada gunanya, hanya
meninggalkan benih-benih kebencian, hasad dan dengki. Prof.
Quraish Shihab menyetir sebuah hadits mengatakan : Tuhan
akan membangangunkan istana di hari kemudian di dalam
syurga bagi orang-orang yang meninggalkan pertengkaran.
- Siapa yang meninggalkan pertengkaran karena sadar dan
mengakui bahwa memang dia yang salah akan
dibangunkan istana di dalam syurga.
- Siapa yang meninggalkan pertengkaran pada hal dia
benar, Tuhan akan membangunkan astana dalam syurga
di atas puncak.
Hindarilah pertengkaran!. Masih banyak kebaikan yang
pernah kita terima dari sdr2 kita, ingat-ingatlah kebaikan2 itu,
jangan hanya kesalahan sepele menyebabkan semua itu
dilupakan. Camkanlah bahwa bahwa tidak selamanya
pergaulan itu berjalan manis, tetapi kadang asam, kadang
pahit, kadang senang, kadang susah, kadang
menggembirakan, dan kadang menjengkelkan.
Begitulah pasang surut kehidupan yang harus disikapi secara
arif dan bijaksana menurut tuntunan agama dengan cara :
- Ingat-ingatlah kebaikan orang kepada kita, (syukur)
- Ingat-ingatlah kesalahan kita kepada orang, (taubat)
- Lupakanlah kebaikan kita kepada orang, (ikhlas)
- Lupakanlah kesalahan orang kepada kita, (maaf)
Ambillah contoh Kedua tangan yang ada pada kita, sangat
banyak hikmah dan pelajaran yang dipat disimak dari situ jika
kita mencermati secara arif. Kerena itulah Bimbo, kelompok
musik yang pepuler pada era tahun tujuhpuluhan meriliris
lagu yang berjudul ”tangan”. Hubungan persaudaraan
tangan kanan dan tangan kiri dia punya tugas masing-masing
dan tidak ada yang saling iri karena ada kelebihan di antara
mereka, tangan kanan pegang yang baik2 makanan, salaman,
menerima sesuatu pemberian dsb sebaliknya tangan kiri
bertugas cebok, pegang yang kotor2, tetapi dia pulalah yang
lebih banyak dihiasi, pakai cincin, arloji, gelang, dan tangan
kanan pun tidak iri. Dia saling menguatkan satu sama lain
tolong menolong, tidak pernah cekcok. Bila tangan kanan
gatal, tangan kiri langsung membantu menggaruk tanpa
diminta. Sebaliknya jika tangan kanan memukul atau melukai
tangan kiri, tangan kanan segera menyesali diri sibuk
membantu membalut mengobati luka tangan kiri, tidak marah
apalagi mendendan untuk membalas, seluruh tugas-tugasnya
selama sakit diambil alih tangan kanan.
Persaudaraan menuntut kesetiakawanan untuk membantu
saudaranya sebelum diminta. Sadarilah!... bahwa hari ini kita
mampu (materi, tenaga dan kesempata), berada pada posisi
yang dapat membantu. Tetapi dilain waktu, mungkin besok,
lusa kemampuan itu sudah tidak ada, tidak punya daya,
Sekarang kitalah yang memerlukan bantuan orang lain.

Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami


pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran). [QS.Ali Imran (3) : 140]

4. Berbuat baik dan menghormati teman-teman kedua orang tua.

Dari Abdullah bin Umar bin Khattab menceritakan, Aku


mendengar Rasulullah saw bersabda : ”Sesungguhnya
kebajikan yang utama ialah apabila seorang anak
melanjutkan hubungan (silaturrahim) dengan keluarga
sahabat baik ayahnya.” (HR.Muslim – HM 2182)

Mengunjungi teman teman akrab orang tua semasih hidup


adalah salah satu bentuk berbuat baik kepada orang tua,
menggembirakan orang tua meskipun sudah ada di alam sana.
Dulu ada istilah ”sepupu 1x baja-baja” itu karena adanya
hubungan yang sangat akrab diantara orang tua sehingga
sampai membuat ikrar ”Kita bersaudara dunia akhirat,
kepada anak cucunya diwasiatkan untuk saling asuh asih
kepada kepada kebaikan dan saling melindungi dari
keburukan akan mencelakakan mereka” .
Sebagai seorang anak; Wajib melaksanakan pesan-pesan
(wasiat) orang tuanya dan seterusnya juga kepada anak-anak
ketrunannya. Ceritakanlah kepada anak-anak mengenai
kebaikan-kebaikan orang tua dan teman akrabnya semasih
hidupnya (jangan sebaliknya). Insya Allah anak akan meniru
memperlakukan kita sebagaimana perlakuan kita kepada
orang tua dan teman-teman akrabnya.

Masalah Siarah Kubur.


Rasuluillah saw bersabda

Dahulu aku melarang kamu menziarahi kubur, maka


sekarang ziarahlah. Karena hal itu akan mengingatkan
kalian kepada maut. (HM 924-925

Semoga kesejahteraan tetap tercurah atas kamu sekalian


wahai penghuni kubur dari golongan orang-orang mukmin
dan orang-orang muslim dan sesungguhnya kami Insya Allah
akan menyusul kamu sekalian. Kami mohon kepada Allah
keselamatan bagi kami dan untuk kamu sekalian.-
HR.Muslim (dari Do’ dan Dzikir hal 164)

KEUTAMAAN BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA


Ibnu Mas’ud Berkata ”Aku bertanya kepada Rasulullah saw :
”Amal apakah yang lebih disenangi disisi Allah?
”Rasulullah saw menjawab: ”Melakukan shalat tepat pada
waktunya. ”Aku berkata Lantas apa lagi ? Rasul menjawab:
”Berbakti kepada kedua orang tua”. Aku bertanya : Lantas
apa lagi ? ”Beliau bersabda : ”Jihad di jalan Allah”.
Hadis dari Abi Hurairah bahwa Nabi bersabda :
”Ada tiga do’a yang tidak diragukan lagi kemustajabannya
yaitu do’a orang tua kepada anaknya, doa orang yang
sedang bepergian dan doa orang yang dianiaya.”KBW 58

Hadis dari Abu Dzar al-Ghifariy bahwa Nabi bersabda :


”Barangsiapa berjalan untuk membesuk kedua orang
tuanya, maka Allah SWT akan mencatat baginya untuk
setiap satu langkah seratus pahala dan menghapus seratus
dosa, serta mengangkat seratus derajat” .KBW 65

BAHAYA DURHAKA KEPADA ORANG TUA

Rasulullah saw bersabda :


”Allah mengakhirkan balasan seluruh dosa menurut apa
yang dikehendaki oleh Allah sampai hari qiamat, kecuali
balasan durhaka kepada kedua orang tua, sebab
sesungguhnya Allah akan memberikan siksaannya di dunia
kepada anak yang durka kepada kedua orang tuanya
diwaktu hidup sebelum meninggal dunia” (HR.Al-Hakim
dan Al-Asbihani – KBW 108)

”Ridha Allah diperoleh melalui ridha orang tua, dan


kemurkaan Allah ada dalam kemurkaan orang tua”
(HR.Tirmidzi). Fatwa-Fatwa Q.Shihab III, hal 23 & 342.

Diceritakan dalam sebuah hadis Shahih Bukhari dan Muslim,


”Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw untuk
memohon izin berjihad, maka Rasulullah bertanya : Apakah
kedua orang tuamu masih hidup ? Orang itu menjawab : Ya masih
hidup, beliau berkata : Mintalah lebih dahulu izin kepada mereka!
bila mereka memberi izin maka berjihadlah dan apabila tidak
maka berbaktilah kamu kepada mereka”.
Ini berarti bahwa jika hendak berjihad saja seseorang anak wajib
mendapatkan izin dari orang tuanya; Apalagi jika hanya urusan
lain seperti pergi merantau meninggalkan orang tuanya
(keluarganya) maka wajib atasnya memperoleh izin terlebih
dahulu dari kedua orang tuanya, (Minta doa restunya).
Menurut Jumhur Fuqaha : ”Haram hukumnya ikut berjihad bila
tidak diberi izin oleh kedua orang tuanya atau salah satu dari
mereka. (Akhlak Nabi Muhammad saw oleh Al-Hufi, hal 412).

PENGARUH PERILAKU ORANG TUA TERHADAP


PEMBENTUKAN KRAKTER & PERILAKU ANAK.

Anak-anak yang baik dan berbudi juga shaleh dan shaleha tidak
terlepas dari peranan orang tua yang membentuk mereka. Di
tangan orang tualah berlangsung kehidupan ini dengan baik
dipertaruhkan. Orang tualah yang membentuk kepribadian dan
memberi berbagai kebiasaan baik pada anak-anak yang akan terus
bertahan selamanya.
Tidak dipungkiri lagi anak mempunyai kecendrungan untuk
meniru sumber mulanya yaitu kedua orang tuanya. Anak-anak
akan menerima sifat-sifat fisik serta mental dari kedua orang
tuanya. Pada umumnya orang tua yang baik dan berbudi akan
menghasilkan anak-anak yang baik dan berbudi pula. Begitu juga
anak-anak yang tidak baik dan tidak berbudi juga dihasilkan dari
orang tua yang tidak baik dan tidak berbudi.
Rasulullah saw bersabda :
”Seorang pendusta telah menjadi pendusta sejak mereka
berada di perut ibunya, Dan orang beruntung telah
menjadi beruntung semenjak mereka masih berada di perut
ibunya”.
Sabda Nabi saw ini mengindikasikan bahwa janin yang baik
dihasilkan ketika sifat-sifat kecendrungan baik orang tua mereka
ada. Begitu juga nasib yang buruk jika watak dan sifat orang tua
mereka buruk.
Sabda Rasulullah saw :
”Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw bersabda :
Tunkahul mar’atu li arba’i (Wanita dikawini karena empat
hal) :
 Limaliha = karena harta bendanya,
 wa Lihasabiha = karena status sosialnya
(keturunannya),
 wa Jamaliha = karena keindahannya wajahnya
(kecantikannya),
 wa Lidiniha = karena ketaatannya pada agama
Pilihlah wanita yang taat kepada agama, maka kamu akan
berbahagia”. (HB 1588)

Nabi Nuh a.s. setelah menyeruh kepada kaumnya malam dan


siang selama 900 tahun (QS. 29:14) namun kaumnya malah
tambah kafir kepada Allah swt. Peristiwa ini diabadikan dalam
Al-Qur’an QS.29 dan QS .71 :

”Nuh berkata : Ya Tuhanku, Janganlah Engkau biarkan


seorang pun diantara orang-orang kafir itu tinggal di atas
bumi”. [Q.S.Nuh (71) : 26]

”Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal,


niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan
mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat
maksiat lagi sangat kafir”. [Q.S.Nuh (71) : 27]

”Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang


masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang
beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau
tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain
kebinasaan” ”. [Q.S.Nuh (71) : 28]

Tuhan mendatangkan banjir besar yang menenggelamkan Kaum


Nuh. Tuhan selamatkan Nuh bersama penumpang-penumpang
bahtera. [QS AL-Ankabut (29) : 14-15]

BERBUAT BAIK KEPADA KEDUA ORANG TUA

I. BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA YANG MASIH


HIDUP.
1. Bergaul dengan keduanya secara baik,
2. Berkata kepada kedua orang tua dengan lemah lembut,
3. Tawadhu’ (rendah diri) terhadap orang tua,
4. Memberikan infaq (Sodhaqoh) kepada kedua orang tua.
5. Mendoakan kepada kedua orang tua.
II. BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA YANG SUDAH
MENINGGAL DUNIA
1. Mendoakan dan memintakan ampun dosa kedua orang
tua yang sudah meninggal,
2. Melaksanakan aqad perjanjian kedua orang tua setelah
meninggal secara sempurna,
3. Menghubungkan tali kekerabatan dengan sanak keluarga
yang tidak terjadi hubungan kekeluargaan tanpa
keduanya.
4. Berbuat baik dan menghormati teman-teman kedua
orang tua.
III. KEUTAMAAN BERBUAT BAIK KAPADA KEDUA
ORANG TUA,
IV. BAHAYA DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA
V. PENGARUH PERILAKU ORANG TUA TERHADAP
PEMBENTUKAN KRAKTER DAN PERILAKU ANAK.
VI. TIPS UNTUK TIDAK GAMPANG BERHUTANG.

Makassar, 16 Januari 2013


Disusun oleh : H.M Djunaid Sappo
Selasa, 17-07-2012, sesudah shalat isya di Masjid, datang
kerumah sampaikan wasiat.
Jumat, 03-08-2012 M/15 Ramadhan 1433 H, sesudah shalat
Jumat tinggal berdua di masjid, ia kembali menyampaikan
wasiatnya.
Kamis, 24 November 2016 M / 24 Shafar 1438 H, di B 28 bahwa
wasiatnya telah disampaikan kepada anak-anaknya.
 Tidak menentukan tempat pemakaman. Indo minta di
dekat ayahnya, tetapi tidak memungkinkan.
 Anak-anak dan kerabat terdekat kumpul, dia mewasiatkan
kepada saya untuk memberikan tausia/nasihat kepada
kamu semua supaya tetap berpegang kepada agama Allah
dengan benar, tetap rukun, damai dan saling mengasihi,
peduli satu sama lain.

Dari Abdullah r.a katanya Rasulullah saw bersabda :


Seorang wanita menyiksa seekor kucing dengan cara
mengurungnya sampai mati. Karena itu wanita tersebut di
masukkan ke neraka. Kucing itu tidak diberinya makan dan
minum selama dalam kurungan dan tidak pula
dilepaskannya mencari makan sendiri di bumi. (Riwayat
Muslim - HM.2247)
JANGAN GAMPANG BERHUTANG

Adil bin Muhammad Al-Abdul Ali, seorang ulama besar


memberikan 14 tips dalam nasehatnya agar terbebas dari
utang yaitu sebagai berikut :
1. Hayati hadits-hadist Rasulullah saw berkenaan dengan
akibat berutang.
- Rasulullah saw menolak menshalati jenazah orang
yang mati meninggalkan utang.
- Jiwa seorang mukmin itu terikat oleh utangnya,
sampai utangnya dilunasi.
- Segala dosa orang yang mati syahid akan diampuni,
kecuali hutang,
- Sesungguhnya si fulan tertahan masuk syurga
disebabkan hutang yang masih ia miliki. Apabila
kalian berkenan maka bebaskanlah dan apabila kalian
berkenan biarkanlah ia mendapat azab Allah,
2. Jangan sekali-kali berhutang kecuali dalam keadaan
sangat terpaksa. (kebutuhan dasar)
- Jangan berhutang untuk memenuhi kemewahan,
apalagi bersaing pamer kemewahan,
- Jangan berhutang untuk membayar hutang lama (gali
lubang tutup lubang)
3. Bertawakkal kepada Allah sebelum berutang.
Firman Allah swt :

Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah


menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya
[QS.Ath-Thalaq (65) : 4]

Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah


akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya
rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, [QS.Ath-
Thalaq (65) : 2-3]
4. Hayati bahwa utang itu membuat pelakunya cemas di
malam hari, dan hina di siang hari,
”Utang adalah kecemasan di malam hari dan kehinaan
pada siangnya.” (HR.Ath-Thahawiy)
5. Jangan tertipu pinjaman bank.
Janganlah tergiur dengan Promosi Iklan kepada
masyarakat untuk meminjam uang ke Bank yang kadang
disebut sebagai bantuan. Si peminjam gembira pada saat
menerima uang sehingga ia dapat berbelanja dengan puas.
Tetapi kemudian akan diliputi kebimbangan atas beban
hutang yang lebih besar ketika tiba waktu melunasi dan
kadan karena tidak mampu lalu diperpanjang dan jumlah
hutang pun semakin besar. Jika sudah demikian pihak
pemberi hutang berhak mengambil paksa aset yang masih
mereka miliki. Jadilah mereka sengsara tidak memiliki
apa-apa lagi.
6. Jangan terkecoh oleh kartu kredit,
Jangan tergiur promosi dengan kartu kredit ”aman,
memudahkan, anda dapat berbelanja tanpa membawa
uang tunai. Tetapi kadang penggunaannya tak terkendali,
sehingga tanpa disadari jumlahnya menjadi besar.
7. Hindari pembelian kredit, sebagaimana Anda
menghindari seekor singa.
Kadang-kadang pembelian dengan cara kredit itu tidak
rasional, hanya karena tergiur barang yang ditawarkan
tanpa disadari
- kalau barang itu tidak terlalu diperlukan,
- harganya mahal jika dibanding dengan beli tunai pada
hal dia mampu,
- membentuk karakter atau tabiat terbiasa mengutang.
8. Sekali lagi, benahi cara pandang Anda terhadap utang,
9. Membiasakan doa bebas utang yang diajarkan oleh
Rasulullah saw dalam sebuah hadits Riwayat Bukhari,

Ya Allah aku berlindung kepada-Mu :


- Dari kegelisahan dan kesedihan,
- Dari kelemahan dan kemalasan,
- Dari sifat pengecut dan bakhil,
- Dari tekanan hutang dan kesewenang-wenangan
orang lain.
10. Jangan berlebihan dalam memuliakan tamu,
Seperti selalu acara ulang tahun, pesta, selamatan,
mengundang teman keramat datang. Yang kadang-kadang
memaksakan diri demi gengsi.
11. Jangan mebebani diri di luar batas kemampuan,
Kadang-kadang karena terpengaruh dengan apa yang
dilakukan oleh orang lain memaksakan dirinya untuk
melakukan hal yang serupa tanpa membandingkan
kemampuan misalnya tetangga membeli sesuatu, iapun
tidak mau kala membeli yang lebih dari itu. Bahkan
dalam hal ibadah haji pun kadang-kadang dipaksakan
pada hal belum mampu hanya karena tidak mau
ketinggalan melihat orang ramai-ramai kembali haji.
12. Sadarilah : Banyak utang, banyak masalah,
”Sesungguhnya apabila seseorang itu berhutang, ia
akan berdusta, dan apabila berjanji, ia tidak akan
menepatinya”(Fathul Bari 5/61)
13. Rapikan manajemen usaha Anda,
Banyak pengusaha yang jatuh bangkrut karena hutang,
tidak cermat menghitung untungruginya menggunakan
modal hutang antara biaya kredit dengan pendapatan
yang diharapkan akan diperoleh dari bisnis itu. Apalagi
kalau modal pnjaman digunakan untuk tujuan lain yang
sifatnya kosumtif,
14. Jadikan ”melunasi utang” sebagai cita-cita awal sejak
Anda mengambil utang.
Jika terpaksa berhutang, maka
- Hendaknya ada niat dalam hati yang tulus untuk
melunasinya,
- Jangan dari semula sudah ada niat buruk menipu
untuk tidak membayar, dengan berbagai alasan : ah
barangkali ia sudah lupa, barangkali uang itu
memang untuk dibagi-bagikan secara cuma-cuma
kepada kita (biasanya bantuan pemerintah),
- Adanya rencana perencanaan penghasilan dari mana
utang itu akan dibayar nantinya.
Rasulullah saw bersabda :
Barang siapa yang berhutang kepada manusia dengan
niat untuk melunasinya niscaya Allah akan melunaskan
hutangnya. Dan barang siapa yang berhutang dengan
niat menghilangkannya (tidak mau melunasinya) niscaya
Allah akan menghilangkannya. (HR.Bukhari), lihat juga
Ensiklopedi Islam Kaffah 912

BILAL BIN RABA’


Semenjak Rasulullah saw wafat, Bilal tidak lagi
mengumandangkan azan karena sering menangis mengingat
Rasulullah saw kalau azan dan kadang tidak bisa
melanjutkannya.
Ketika Umar bin Khattab berkunjung ke Syam untuk
memulihkan keadaan ummat Islam di Syam paska wafatnya
Abu Ubaidah bin Jarrah dan Yazid bin Abi Sofyan. Umar
mengangkat Syurahbil bin Hasanah sebagai pengganti Abu
Ubaidah bin Jarrah, kemudian Mu’awiyah bin Abi Sofyan.
Ketika waktu shalat tiba jamah yang terdiri dari pasukan
Islam dan kaum Muslimin setempat meminta supaya Bilal
adzan. Bilal tampil menyeruh adzan dengan suaranya yang
begitu merdu yang selama bertahun-tahun tidak berubah;
Semua hidup kembali dalam hati mereka masa silam ketika
Rasulullah saw masih ada ditengah-tengah mereka,
- Terkenang saat mereka berdiri di belakang Rasulullah
saw, shalat diimami Rasulullah sendiri,
- Terkenang kalau duduk berbincang-bincang dengan
Rasulullah saw, hal yang membuat iman mereka semakin
teguh.
Tidak seorang pun dari mereka yang tidak bercucuran air
matanya menangis, orang-orang yang tidak mengalami
hidup bersama Rasulullah pun juga menangis terharu,
Umarlah yang paling keras menangis di antara mereka.
Inilah adzan untuk shalat yang pertama dan terakhir yang
dikumandangkan muadzin Nabi, Bilal bin Rabaa di udara
Syam, tidak jauh dari Baitul Mukaddas. (Umar 372-373)

Anda mungkin juga menyukai