SEMESTER III
Oleh :
Anggota :
3D D3 Teknik Sipil
Politeknik Negeri Bali/Tahun Ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat
dan karunia yang telah diberikan, kami dapat menyelesaikan Lapran Tugas Besar Mata Kuliah
Estimasi Biaya.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Spesifikasi dan Estimasi Biaya
Bangunan. Dalam tugas ini membahas tentang perhitungan rencana anggaran biaya bangunan
(RAB), untuk itu, kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan
laporan ini, diantaranya :
1. Bapak I Made Budiadi, ST.,MT, selaku Dosen pengajar mata kuliah Estimasi Biaya
2. Dan, rekan-rekan kelas 3D/D3 Teknik Sipil yang kami cintai
Laporan Rencana Anggaran Biaya (RAB) ini disusun dan diserahkan untuk memenuhi
persyaratan yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja dan juga sebagai tindak lanjut dari
pelaksanaan Pekerjaan Proyek Pembangunan Sekolah 2 Lantai.
Pada Laporan ini memuat hasil perhitungan Rencana Anggaran Biaya(RAB) untuk
pelaksanaan: Pekerjaan Proyek Pembangunan Sekolah 2 Lantai.
Laporan Rencana Anggaran Biaya (RAB) ini disusun dandisampaikan semoga dapat
memberikan gambaran tentang pelaksanaankegiatan perencanaan ini serta dapat menjadi bahan
diskusi guna penyempurnaan lebih lanjut.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif dan
masukan-masukan yang bersifat membangun sangat saya harapkan dari para pembaca guna
peningkatan pembuatan tugas.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
a.Bagi Penulis, penulisan tugas akhir ini memperkaya pengetahuan penulis tentang perhitungan
secara teori dengan perhitungan konsultan serta perbedaan yang terjadi didalamnya
b.Untuk pembaca, sebagai referensi dan konsep dasar bagi yang ingin mengetahui cara
membedakan besaran harga yang dihitung secara teori dengan perhitungan yang dilakukan
konsultan.
c.Sebagai pengetahuan tambahan bagi dunia keilmuan dengan pembahasan rencana anggaran
biaya yang dihitung secara teori denganperhitungan yang dilakukan konsultan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana Anggaran Biaya (RAB) adalah suatu rencana anggaran biaya yang akan dikeluarkan
pada suatu proyek dimana hal itu didasarkan pada gambar kerja. Dalam aplikasinya di lapangan
Rencana Anggaran Biaya merupakan alat untuk mengendalikan jumlah biaya penyelesaian
pekerjaan secara berurutan sesuai dengan yang telahdirencanakan.Rencana Anggaran Biaya ini
berada pada proposal biaya di luar proposal teknis yang merupakan kelengkapan administrasi
sebuah perusahaan jasa konstruk.Selain itu juga
RAB merupakan perkiraan yang dibuat sebelum pelaksanaan suatu proyek fisikdimulai.
Yang dibuat oleh :
• Pemilik (owner)
• Konsultan teknik
• Perencana kontraktor
Tujuan pembuatan RAB adalah :
3. Untuk mencegah terjadinya pemborosan dalam penggunaan sumber daya Cost Estimate
(estimasi biaya) atau dalam istilah populer yang disebut dengan Rencana Anggaran
Biaya (RAB) sebelumnya harus dipahami sebagai Rencana Anggaran Biaya yang
diserahkan kontraktor sebagai harga penawaran dan diserahkan pada waktu mengikuti
pelelangan.
Harga satuan upah dan bahan di setiap daerah berbeda sehingga dalam menghitung
dan menyusun anggaran biaya suatu proyek, harus berpedoman pada Harga Satuan
Pekerjaan.
Bahan konstruksi dalam sebuah proyek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahan yang
kelak akan menjadi bagian tetap dari struktur (bahan permanen) dan bahan yang diibutuhkan
kontraktor dalam membangun proyek. Tetapi tidak akan menjadi bagian tetap dari struktur
(bahan sementara).
Bahan permanen
Bahan permanen adalah bahan yang dibutuhkan oleh kontraktor untuk membentuk
bangunan dan sifatnya melekat tetap sebagai elemen bangunan. Jenis bahan ini akan
dijelaskan secara rinci dalam dokumen kontrak (gambar kerja dan spesifikasi). Rincian
bahan permanen mencakup antara lain :
Spesifikasi untuk bahan yang digunakan
Kuantitas bahan yang diperlukan
Uji coba yang harus dilakukan terhadap setiap bahan yang diperlukan sebelum
bahan diterima.
Dengan menggunakan rincian yang tercantum dalam dokumen kontrak, kontraktor harus
menentukan pemasok bahan yang akan digunakan. Tiga sumber pemasok bahan permanen :
Pemberi tugas yang mungkin memasok bahan tertentu untuk digunakan oleh kontraktor.
Subkontraktor yang mungkin diminta oleh kontraktor utama untuk memasok bahan
permanen berdasarkan kontrak terpisah.
Kontraktor sendiri ynag mengadakan bahan permanen.
Dalam kasus yang bahan permanennya dipasok oleh pemberi tugas, kontraktor harus teap
menyiapkan manajemen yang diperlukan untuk menjamin :
Bahan sementara
Bahan yang dibutuhkan oleh kontraktor dalam membangun proyek, tetapi tidak akan
menjadi bagian dari bangunan setelah digunakan (bahan ini akan disingkirkan). Jenis bahan
ini tidak dicantumkan dalam dokumen kontrak, sehingga kontraktor bebas menentukan
sendiri bahan yang dibutuhkan beserta pemasoknya. Dalam kontrak, kontraktor tidak akan
mendapat bayaran secara eksplisit untuk jenis bahan ini. Sehingga pelaksana harus
memasukkan biaya bahan ini ke dalam biaya pelaksanaan berbagai pekerjaan yang termasuk
dalam kontrak.
Biasanya kontraktor memasok semua bahan konstruksi yang dibutuhkan melalui sumber-
sumbernya sendiri atau dengan subkontraktor. Kontraktor sedapat mungkin bertindak hati-hati
dengan harapan bahan ini dapat digunakan kembali dalam pekerjaan lain.
Langkah – langkah penyusunan :
• Membeli sendiri,
Jenis peralatan apa saja yang perlu dilaksanakan pengadaannya, bagaimana spesifikasi
utamanya antara lain kapasitasnya, berapa jumlah unitnya untuk tiap jenis peralatan harus
tersedia, semua hal tersebut di atas adalah berdasarkan data hasil dari perencanaan kebutuhan
peralatan.
Yang dimaksud di sini adalah bahwa peralatan yang dibutuhkan sudah dimiliki sendiri
atau sudah tersedia, sebagian atau seluruhnya.
Yang perlu diperhatikan dari peralatan yang sudah dimiliki sendiri ini adalah :
• Apakah kondisinya baik, siap operasi.
• Apakah pada saat dibutuhkan peralatan tersebut tidak dipakai oleh proyek lain atau
tidak direncanakan untuk proyek lain.
Keuntungan dengan telah dimilikinya peralatan yang dibutuhkan adalah jelas tidak perlu
menambah investasi baru, disamping itu efektifitas penggunaan peralatan meningkat.
Langkah ini dipilih sebagai alternatif ke dua setelah diperiksa bahwa peralatan yang dibutuhkan
tidak tersedia atau tidak dimiliki sendiri.
Keuntungan dari menyewa ini adalah bahwa biaya peralatan pada satu proyek terbatas hanya
pada jumlah sewa peralatan yang diperlukan saja, tidak memerlukan mobilisasi dan demobilisasi
peralatan (biaya ini biasanya sudah termasuk dalam harga sewa peralatan), dan tidak perlu
pengendalian biaya operasi.
Apabila mau menempuh cara menyewa, maka beberapa hal penting perlu dipelajari dan
diperhatikan, antara lain :
• Kondisi peralatan tidak bisa dijamin dalam keadaan baik dan siap operasi.
• Peralatan yang akan disewa belum bisa dijamin tersedia sesuai jadwal keperluannya.
Peralatan yang dibeli bisa peralatan yang baru, bisa juga yang bukan baru.
Keuntungannya jelas bahwa peralatan yang baru performance-nya masih baik dan umur
ekonomisnya masih panjang, tapi harga pasti jauh lebih mahal dibandingkan dengan peralatan
bukan baru atau peralatan bekas (re-conditioned).
• Bisa menentukan sendiri (memilih sendiri) peralatan yang diinginkan (makin baik
peralatan akan makin mahal harganya).
• Biaya peralatan tidak tergantung kepada pihak lain, serta untuk proyek jangka panjang
maka biaya peralatan akan murah.
Disamping dapat memberikan keuntungan seperti di atas, membeli atau memiliki sendiri
peralatan dapat pula menimbulkan kerugian-kerugian, antara lain :
• Untuk proyek jangka pendek akan jadi mahal, kemungkinan idle karena tidak terjamin
atau belum ada lagi proyek berikutnya.
• Perlu pengendalian yang ketat pada saat operasi, sehingga biaya operasi maupun
perbaikan peralatan bisa dikendalikan.
Pada dasarnya sama dengan membeli sendiri, hanya pada sewa beli pengeluaran (modal
investasi) tidak dibayarkan sekaligus, namun secara bertahap tergantung pada ketentuan dalam
surat perjanjian sewa beli-nya. Pada akhir masa pembayaran, maka peralatan akan menjadi milik
penyewa.
Baik pada Sewa Beli, maupun pada Membeli Sendiri, maka apabila lokasi
pekerjaan/proyek jauh dari lokasi pelaksana pembelian, maka perlu ada tambahan biaya untuk
transportasi, yaitu untuk mobilisasi dan de-mobilisasi, kecuali apabila sudah masuk dalam harga.
Catatan :
- Jenis, kapasitas/spesifikasi teknis dan jumlah tiap jenis peralatan, harus sesuai dengan
yang dibutuhkan di lapangan berdasarkan jenis-jenis kegiatannya.
- Jadwal waktu kapan peralatan yang dibutuhkan tersebut sudah harus tersedia di
lapangan/proyek.
2. Metode Linier
Dalam penyusunan jadwal pengadaan material ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain sebagai berikut :
1. Data sekunder merupakan data yang digunakan tanpa diolah terlebih dahulu, data sekunder
tersebut yaitu:
a. Gambar rencana.
a. Volume Pekerjaan
b. Durasi Pekerjaan
c. Sumber daya
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tahapan Penyusunan Rencana Pengadaan Sumber Daya Proyek
Perkiraan biaya merupakan unsur penting dalam pengelolaan biaya proyek secara
keseluruhan. Pada taraf pertama, tahap konseptual dipergunakan untuk mengetahui berapa besar
biaya yang diperlukan untuk membangun proyek atau investasi (Soeharto, 1995). Selanjutnya,
perkiraan biaya memiliki fungsi dengan spektrum yang amat luas, yaitu merencanakan dan
mengendalikan sumber daya, seperti material, tenaga kerja, maupun peralatan. Meskipun
kegunaannya sama, namun penekanannya berbeda-beda untuk masing-masing organisasi peserta
proyek. Bagi pemilik, angka yang menunjukkan jumlah perkiraan biaya akan menjadi salah satu
patokan untuk menentukan kelayakan investasi. Bagi kontraktor, keuntungan finansial yang akan
diperoleh tergantung pada berapa jauh kecakapannya memperkirakan biaya, sedangkan untuk
konsultan, angka tersebut diajukan kepada pemilik sebagai usulan jumlah biaya terbaik untuk
berbagai kegunaan sesuai perkembangan proyek dan sampai derajat tertentu, kredibilitasnya
terkait dengan kebenaran dan ketepatan angka-angka yang diusulkan.
Penggunaan material dalam proses konstruksi secara efektif sangat bergantung dari
desain yang dikehendaki dari suatu bangunan. Penghematan material dapat dilakukan pada tahap
penyediaan, handling, dan processing selama waktu konstruksi. Pemilihan alat yang tepat dan
efektif akan mempengaruhi faktor kecepatan proses konstruksi, pemindahan atau distribusi
material dengan cepat, baik arah horizontal maupun vertikal. Pekerja adalah salah satu sumber
daya yang sangat sulit dilakukan pengontrolannya, upah yang diberi sangat bervariasi tergantung
kecakapan masing-masing pekerja, karena tidak ada satu pekerja yang sama karakteristiknya
(Ervianto, 2004).
Sehingga lebih spesifik dapat dinyatakan bahwa sumber daya proyek konstruksi
merupakan kemampuan dan kapasitas potensi yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
konstruksi. Sumber daya proyek konstruksi terdiri dari beberapa jenis diantaranya biaya, waktu,
sumber daya manusia, material, dan juga peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan proyek,
dimana dalam mengoperasionalkan sumber daya-sumber daya tersebut perlu dilakukan dalam
suatu sistem manajemen yang baik, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal.
Waktu merupakan sumberdaya utama dalam pelaksanaan suatu proyek. Perencanaan dan
pengendalian waktu dilakukan dengan mengatur jadwal, yaitu dengan cara mengidentifikasi titik
kapan pekerjaan mulai dan kapan berakhir. Perencanaan dan pengendalian merupakan bagian
dari penyusunan biaya. Dalam hubungan ini, sering kali pengelola proyek beranggapan bahwa
penyelesaian proyek semakin cepat semakin baik. Akan tetapi pada kenyataannya perencanaan
waktu harus dihitung berdasarkan man-hour dari perkiraan biaya, hal tersebut dapat digunakan
sebagai dasar untuk menghitung lamanya kegiatan pada jadwal itu. Sehingga penggunaan waktu
dapat optimal.
1) Tenaga kerja Konstruksi Tenaga kerja konstruksi merupakan porsi terbesar dari
proyek konstruksi. SDM Konstruksi adalah pelaku pekerjaan di bidang konstruksi yang
terdiri atas perencana, Pelaksana, dan pengawas. Sesuai struktur ketenagakerjaan yang
pada umumnya berbentuk piramida, SDM konstruksi mencakup :
a. Pekerja yang mencakup pekerja tidak terampil, pekerja semi terampil, dan pekerja
terampil;
b. Teknisi terampil yang mencakup teknisi terampil administrasi dan teknis terampil
teknis;
c. Teknisi ahli dan teknisi professional;
d. Tenaga Manajerial yang bisa dikelompokkan menjadi tenaga manajerial terampil
dan tenaga manajerial ahli;
e. Tenaga Profesional.
Menurut Sugiono (2001:8) tenaga kerja konstruksi dibagi menjadi dua macam, yaitu
penyedia atau pengawas serta pekerja atau buruh lapangan (Craftlabour). Jumlah
penyedia hanya sebesar 5-10% dari jumlah pekerja yang diawasi. Disamping itu jika
dilihat dari bentuk hubungan kerja antar pihak yang bersangkutan, tenaga kerja proyek
khususnya tenaga konstruksi dibedakan menjadi dua, yakni :
a. Tenaga Kerja langsung (Direct hire), yaitu tenaga kerja yang direkrut dan
menandatangani ikatan kerja perseorangan dengan perusahaan kontraktor, diikuti
dengan latihan, sampai dianggap cukup memiliki pengetahuan dan kecakapan.
b. Tenaga kerja borongan, yaitu tenaga kerja yang bekerja berdasarkan ikatan kerja
antara perusahaan penyedia tenaga kerja (Labour supplier) dengan kontraktor,
untuk jangka waktu tertentu. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja, dengan
memperhatikan usaha untuk menyeimbangkan antara jumlah tenaga daan
pekerjaan yang tersedia, umumnya kontraktor memilih
Engineered materials
Produk khusus yang dibuat berdasarkan perhitungan teknis dan perencanaan. Material ini
secara khusus didetil dalam gambar dan digunakan sepanjang masa pelaksanaan proyek
tersebut, apabila terjadi penundaan akan berakibat mempengaruhi jadwal penyelesaian
proyek.
Bulk materials
Produk yang dibuat berdasarkan standar industri tertentu. Material jenis ini seringkali
sulit diperkirakan karena beraneka macam jenisnya (kabel, pipa).
Fabricated materials
Produk yang dirakit tidak pada tempat material tersebut akan digunakan / di luar lokasi
proyek (kusen, rangka baja).
VIII A.4.4.3 HARGA SATUAN PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN PENUTUP DINDING
1 A.4.4.3.1. Pemasangan 1 m2 lantai ubin PC abu-abu ukuran 20 cm x 20 cm Rp. 135.671,14
2 A.4.4.3.2. Pemasangan 1 m2 lantai ubin warna ukuran 20 cm x 20 cm Rp. 178.384,14
3 A.4.4.3.3.a Pemasangan 1m2 lantai keramik ukuran 30 cm x 30 cm Rp. 197.512,73
4 A.4.4.3.3.b Pemasangan 1m2 lantai keramik warna ukuran 30 cm x 30 cm Rp. 225.544,58
5 A.4.4.3.4. Pemasangan 1m2 lantai keramik ukuran 20 cm x 20 cm Rp. 217.859,43
6 A.4.4.3.5. Pemasangan 1m2 lantai keramik mozaik ukuran 30 cm x 30 cm Rp. 346.149,05
7 A.4.4.3.6.Pemasangan 1 m2 dinding keramik 20 cm x 20 cm Rp. 320.072,41
8 A.4.4.3.7. Pemasangan 1 m2 dinding batu paras kerobokan Rp. 248.361,93
9 A.4.4.3.8. Pemasangan 1 m2 dinding batu tempel candi hitam tebal 2cm Rp. 259.385,03
10 A.4.4.3.9. Pemasangan 1 m’ plint kayu kamper tebal 2 cm lebar 10 cm Rp. 59.309,29
11 A.4.4.3.10. Pemasangan 1 m2 paving block natural tebal 6 cm Rp. 191.600,57
12 A.4.4.3.11. Pemasangan 1 m2 paving block natural tebal 8 cm Rp. 229.255,88
13 A.4.4.3.12. Pemasangan 1 m2 paving block berwarna tebal 6 cm Rp. 226.674,84
14 A.4.4.3.13. Pemasangan 1 m2 paving block berwarna tebal 8 cm Rp. 272.273,80
15 A.4.4.3.14 Pemasangan 1m2 lantai keramik ukuran 40 cm x 40 cm Rp. 233.319,27
16 A.4.4.3.15 Pemasangan 1m Plin keramik warna ukuran 10 cm x 40 cm Rp. 31.549,22
17 A.4.4.3.16 Pemasangan 1m2 lantai keramik ukuran 25 cm x 25 cm Rp. 218.633,28
18 A.4.4.3.17 Pemasangan 1m keramik Dinding warna ukuran 25 cm x 40 cm Rp. 269.156,98
19 A.4.4.3.18 Pemasangan 1 m2 lantai Homogeneus Tile ukuran 60 cm x 60 cm ex. Granito Rp. 521.618,13
20 A.4.4.3.19 Pemasangan 1m Plin Homogeneus Tile ukuran 10 cm x 60 cm Rp. 69.520,81
21 A.4.4.3.20 Pemasangan 1 m2 Keramik Dinding Homogeneus Tile ukuran 60 cm x 60 cm ex. Granito Rp. 646.780,24
22 A.4.4.3.21 Pemasangan 1m2 lantai keramik ukuran 50 cm x 50 cm Rp. 243.026,88
23 A.4.4.3.22 Pemasangan 1m2 lantai keramik ukuran 40 cm x 40 cm Motif Batu Sikat Rp. 249.980,23
Kesimpulan
Rab (Rencana Anggaran Biaya) adalah suatu gambaran banyaknya biaya yang dibutuhkan
baik upah maupun bahan dalam sebuah pekerjaan proyek konstruksi, membangun rumah, atau
meningkatkan rumah, gedung, jembatan, atau bangunan lainnya. Dalam menyusun anggaran
biaya harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
Dengan telah tersusunnya sampai dengan rekapitulasi pekerjaan, maka akan diketahui harga
bangunan murni, dan diuraikan kembali harga tersebut sesuai dengan waktu (Time) tiap item
pekerjaan sehingga akan didapat biaya yang dikeluarkan per hari, minggu dan bulan. Menjadwal
proyek adalah berfikir secara logis sesuai dengan prosedur perencanaan kegiatan proyek.
Tujuannya untuk merincikan pekerjaan baik ditinjau dari segi waktu, biaya, sehingga
,perbandingan antara perencanaan dan lapangan akan diketahui sesuai dengan jadwal yang
disusun.
Untuk memudahkan dan mempercepat perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) maka
aplikasi yang dipakai adalah Ms. Excel dan Untuk Penjadwalan adalah aplikasi Ms.Project
sehingga apabila terjadi kesalahan akan dengan cepat diperbaiki.
Saran
1. Gambar proyek haruslah lengkap mulai dari gambar pra-rencana, gambar rencana, dan
gambar detail.
2. Perhitungan volume sebaiknya dibaringi dengan gambar detail bangunan supaya
perhitungan volume tampak nyata terhadap bangunan yang akan dihitung.
3. Pada proyek disarankan melakukan survey harga pada toko material untuk mendapatkan
harga-harga material yang murah karena tiap toko terdapat harga yang berbeda.
4. Untuk mempersingkat dalam mengerjakan rencana anggaran biaya sebaiknya dikerjakan
dengan media komputerisasi dengan memakai aplikasi program Ms. Exel.
5. Dalam menyusun Work Break Down Structur (WBS) seharusnya diurutkan item
pekerjaan yang terlebih dahulu dikerjakan.
Demikian yang dapat disampaikan laporan tugas akhir ini, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi akademik yang ada di Politeknik Negeri Bali, khususnya bagi semua rekan
seprofesi di jurusan teknik sipil.