Anda di halaman 1dari 80

EDISI 22 Desember 2016

DEMOKRASI
DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017

http://www.infopublik.id
EDISI 22 Desember 2016

DEMOKRASI
DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
TIM
REDAKSI
Pengarah
Rudiantara
(Menteri Kominfo)

Penanggung jawab
Rosarita Niken Widiastuti
(Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik)

Pemimpin Redaksi
Sunaryo
(Direktur Pengelolaan Media Publik)

Readaktur Pelaksana
Mardianto Soemaryo
(Kasubdit Media Cetak)

Tim Tenaga Ahli


Sugeng Bayu Wahyono
Lambang Trijono
Murti Kusuma Wirasti

Penyunting/ Editor
Nurlaili
(Kasubdit Media Online)
Dikdik Sadaka
(Kasubdit Media Luar Ruang dan Audio Visual)

Sekretaris Redaksi
M. Taofik Rauf

Reporter
Elpira Inda Sari N.K.
Ignatius Yosua A.H.
Ardi Timbul H.S.
Resti Aminanda
Nurita Widyanti
Muhammad Arif Febrianto

Desain Grafis
Danang Firmansyah

Sekretariat
Sarnubi
Inu Sudiati
Nixon Elyezer
Monang Hutabarat

iv
D A F TA R
ISI

v
SALAM
REDAKSI

K
ehadiran media baru (new (2016) mencatat adanya kenaikan masif
media) telah mengubah pengguna internet sebesar 88,01 juta jiwa
moda berbagai aspek dari sekitar 250 juta jiwa penduduk In
kehidupan manusia secara donesia. Mayoritas internet diakses melalui
cukup signifikan, mulai dari perangkat bergerak, seperti telepon pintar
aktivitas politik, ekonomi, sebesar 85 persen berbanding 13 persen
sosial, dan kebudayaan. dengan laptop/komputer.
Dalam kehidupan politik misalnya, Seiring dengan perkembangan
kehadiran media baru telah menyodorkan semakin masifnya penggunaan internet
fenomena baru, yaitu apa yang dikenal mengindikasikan bahwa kemajuan di
sebagai demokrasi digital. Bahkan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi
banyak kasus diakui bahwa kehadiran telah membawa demokrasi mengalami
internet misalnya, telah menjadi salah pergeseran dan demokrasi masyarakat
satu faktor diterminan terhadap proses offline ke arah demokrasi online. Masyarakat
demokratisasi politik. Fenomena politik di sekarang telah bergeser menuju ke arah
kawasan Timur Tengah misalnya, terjadi masyarakat informasi yang sedikit banyak
hembusan demokratisasi yang dikenal telah mengubah moda komunikasi politik.
dengan istilah “Musim Semi” demokrasi, Melalui internet, masyarakat netizen telah
yang ditandai tumbangnya rezim otoriter ikut terlibat secara aktif dalam proses-proses
mulai dari Muammar Khadafi di Libia, pengambilan keputusan strategis dalam
Husni Mubarak di Mesir, dan Sadam bidang kebijakan publik. Kaum netizen juga
Husein di Irak serta beberapa negara lain aktif memberikan fungsi kontrol terhadap
seperti Tunesia, Aljazair, dan Syria yang jalannya pemerintahan baik pusat maupun
masih terus bergolak. daerah. Tidak terkecuali dalam proses
Kehadiran internet terbukti memberikan Pilkada, demokrasi digital tampak mulai
kontribusi cukup signifikan terhadap mengambil peran strategis dengan tampil
runtuhnya rezim otoriter dan sekaligus di ruang publik secara virtual, melakukan
menghembuskan harapan baru percepatan diskusi kritis di seputar isu Pilkada.
demokratisasi. Di Indonesia internet Akan tetapi, di samping membawa
juga cukup berperan dalam mengakhiri pengaruh positif, kehadiran demokrasi
pemerintahan otoritarian era Orde Baru, digital juga menyodorkan persoalan serius
yang kemudian menjadikan Indonesia terkait dengan perilaku para netizen
masuk dalam jajaran negara yang mengalmi itu sendiri. Adanya meme, pesan viral,
transisi demokrasi. Berkat internet pula trolling, ataupun cyber-bullying adalah
yang kemudian memberikan sumbangan bentuk nyata yang sekarang terus menjadi
terhadap upaya-upaya penerapan good masalah dalam membangun demokrasi
gacernance, atau tata kelola pemerintahan digital yang lebih berkualitas. Karakter
yang transparan, akuntabel, dan anomus sering menjadi faktor potensial
paritisipatif. Dalam perkembangan lebih yang mengarah pada munculnya gejala
lanjut, internet pula yang kemudian demokrasi nothing, atau demokrasi yang
mendorong kelas menengah tampil sebagai tidak lebih sekadar keriuahan penuh
lokomotif demokrasi dengan tampil sebagai pergunjingan politik. Penggunaan internet
netizen yang mengawal demokrasi. APJII untuk kampanye dalam Pilkada misalnya,

vi
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

sering kali lebih mengedepankan sisi buruk mengkritisi praktek cyberdemocracy di


dari masing-masing pribadi para calon, Indonesia yang menurutnya hanya tidak lebih
ketimbang misalnya adu program. Internet dari sekadar keberisikan politik. Menurut
melalui media sosial dan jurnalisme online Asep realitas virtual pada ruang komentar
misalnya, lebih banyak digunakan untuk online misalnya, justru berbanding terbalik,
saling menyerang dengan menghembuskan di mana terdapat beberapa karakter melekat
isu primordial seperti sentimen agama, ras, yang ditunjukkan pada kegiatan komentar-
etnis, dan privasi. Oleh karena itu demokrasi mengkomentarinya. Misalnya, pengabaian
digital semakin eksesif yang kurang budaya debat rasional, pertukaran posisi
produktif untuk membangun demokrasi subjek dan konsenus, yang penulis sebut
politik secara lebih substansial. sebagai fenomena dedeliberatif; pengabaian
Atas dasar itu, Jurnal Dialog Publik kesantunan dalam berkomunikasi, terutama
mengangkat tema demokrasi digital dengan budaya untuk saling menghargai antara
mengambil momen Pilkada serentak awal subjek. Semua itu menunjukkan adanya
2017. Sejumlah pertanyaan mendasar fenomena deetika; dan penurunan hubungan
dapat disodorkan, bagaimana dinamika sosial yang berbasis kemanusiaan, fenomena
demokrasi digital dalam Pilkada serentak dehumanis.
2017? Apakah mengarah pada pelaksanaan Sementara itu Pratama D. Persada
kampanye rasional yang mengedepankan menyoroti praktek cyberdemocracy di
program, atau riuh rendah di seputar isu Indonesia di samping memiliki sisi positif,
primordial yang saling merendahkan. tetapi juga ada sisi negatifnya. Pratama
Apakah kaum netizen akan mengedepan melihat adanya fenomena kampanye negatif
debat publik yang konstruktif, atau ikut yang terjadi dalam momen politik seperti
terseret dalam tarik-menarik praktik Pilpres 2014 dan Pilkada serempak 2017.
kampanye hitam. Lalu bagaimana Pemanfaatan media online, terutama pada
negara seharusnya harus mengantisipasi media sosial, yang mestinya menjadi bagian
kecenderung demokrasi digital yang dari pencerdasan politik warga, namun pada
destruktif, sehingga dapat meminimalisir kenyataanya masih diwarnai praktik politik
ekses negatifnya untuk mengembangkan yang penuh dengan ujaran kebencian, dan
demokrasi digital yang lebih produktif dan bahkan juga kampanye negatif. Dalam
konstruktif bagi kehidupan politik. Untuk analisis Pratama, Cyberdemocracy akan
itu sejumlah topik akan dielaborasi melalui berjalan secara konstruktif dan produktif
tulisan-tulisan kritis di seputur isu makin jika persaratan dasar seperti budaya baca
maraknya demokrasi digital. Harapannya, dan tingkat literasi media masyarakat warga
agar pelaksanaan Pilkada serentak menjadi sudah cenderung meningkat. Oleh karena
bagian dari proses pembelajaran politik itu, sukses tidaknya praktik cyberdemocracy
warga yang produktif dan kedewasaan di Indonesia akan sangat bergantung pada
berpolitik. upaya mendorong masyarakat warga
Dimulai dari Asep Gatara yang mencoba berkesadaran kritis.

Selamat membaca.

vii
EDISI 22 Desember 2016

DEMOKRASI NOTHING
KRITIK TERHADAP KONSEP DAN
PRAKTEK CYBERDEMOCRACY
Abstrak

T
ulisan ini bertujuan untuk
menggambarkan secara kritis mengenai
gejala kontestasi politik yang tidak lagi Oleh Asep A. Sahid Gatara1
hanya berlangsung di ruang offline, namun juga
berlangsung dan semakin bergeser ke ruang
online. Pergeseran kontestasi politik di ruang 1 Asep Sahid Gatara adalah
online itu banyak dikatkan sebagai salah satu Dosen Ilmu Politik FISIP
wujud dari perkembangan cyberdemocracy, UIN Bandung; Doktor
yang ‘digadang-gadang’ telah dan akan terus Kajian Budaya dan Media,
memberikan harapan baru. Terutama harapan Peminatan Demokrasi, Media
bagi ruang perluasan sekaligus perbaikan mutu dan Politik Representasi,
demokrasi di ruang offline. Pertanyaannya di Sekolah Pascasarjana
adalah apakah benar demikian? Dan apakah Universitas Gadjah Mada
cyberdemocracy itu merupkan konsepsi dari
demokrasi politik ataukah simulasi belaka?
Untuk keperluan pemenuhan tujuan tulisan ini
digunakan strategi penelaahan melalui lokus
dan studi kasus, yaitu representasi aktor politik di
ruang komentar media massa online.

Keyword: Cyberdemocracy, Komentar Online, Simulasi,


dan Demokrasi Nothing
Pendahuluan piranti hukum. Bertolak dari UU itu,
Kompas.com misalnya membuat pedoman
Dalam beberapa dekade terakhir ini,
bagi para pengunjung, pembaca dan para
bersamaan dengan dahsatnya perkembangan
posting komentar, untuk patuh pada
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK),
Undang-Undang yang berlaku di Indonesia,
kehidupan demokrasi telah termediasi
yang merupakan ruang offline.
sedemikian rupa. Tidak lagi hanya
Sebaliknya, bila kehidupan politik
termediasi oleh media massa konvensional,
online, seperti “Gerakkan 1.000.000
seperti media massa cetak dan elektronik,
Facebooker Ganyang Susno Duadji”, pada
namun demokrasi telah termediasi oleh new
perseteruan antara Polri vs KPK, atau
media, Internet. Misalnya even 101 Pilkada
dikenal dengan perseteruan “Buaya vs
Serentak 2017 yang akan digelar pada
Cicak” jilid I, mempengaruhi politik offline,
tanggal 15 Februari 2017, proses demokrasi
maka di sini politik online tampil sebagai
seperti kontestasi suara warga, konstruksi
pemegang kekuasaan dalam bentuk kontrol
opini para tim sukses, dan konstruksi citra
dan pendisplinan terhadap politik offline.
para kandidat mulai tidak saja berlangsung
Atau Gerakan dukungan Facebooker
secara face to face dan offline, namun juga
dalam pengumpulan koin untuk Prita
telah berlangsung virtual dan online.2 Banyak
Mulyasari dalam menghadapi gugatan RS
di antara para calon yang telah membentuk
Omni Internasional. Pada kasus ini, ruang
cyber army untuk mendulang kemenangan
online, keluh kesah Prita melalui email,
citra melalui wacana dan bahasa di ruang
mendapatkan kontrol dari ruang offline,
virtual. Termasuk Pilkada yang sejauh
pengaduan pihak RS Omni Internasional ke
ini paling banyak menarik perhatian
kepolisian, kemudian menjadi sebaliknya
masyarakat luas, baik masyarakat nusantara
ruang online, seperti gerakan Facebooker
maupun masyarakat dunia, yaitu Pemilihan
untuk solidaritas Prita, mengkontrol proses
Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
hukum di ruang offline.
Oleh sebab itu, dewasa ini
Dalam media studies, deskripsi
politik, terutama dilihat dari ruang
di atas merupakan bagian dari gejala
pempraktikannya, terbagi menjadi politik
Computer-Mediated Communication (CMC).
offline dan politik online. Antara keduanya
Hal itu berkelindan dengan era mediasi,
berdinamika dalam hal pengaruh. Apakah
di mana segala aspek kehidupan tidak
politik online yang mempengaruhi politik
bisa luput dari liputan media, baik media
offline ataukah sebaliknya di mana politik
massa maupun media sosial. Oleh sebab
online yang mempengaruhi politik offline.
itu, aspek kehidupan apa pun, termasuk
Kata pengaruh itu terutama merujuk pada
kehidupan demokrasi, senantiasa
“siapa merujuk atau tunduk kemana” dalam
termediasikan komputer atau internet.
aktivitas politik. Bila kehidupan offline
Pertanyannya, demokrasi seperti apakah
menjadi rujukan bagi aktivitas politik online,
yang termediasi internet tersebut? Sejauh ini
seperti politik perumusan, penyusunan
masyarakat awam, dalam kajian ilmu politik
dan penetapan Undang-Undang Informasi
konvensional, mungkin hanya mengenal
dan Transaksi Elektronik (UU ITE),3 maka
demokrasi ideal dan demokrasi aktual
ruang offline memiliki kekuasaan berupa
seperti yang pernah dipopulerkan oleh
kontrol terhadap politik online. Di sini UU
Robert Dahl, atau terminologi demokrasi
tersebut memiliki jangkauan kontrol dan
subtansial dan demokrasi prosedural yang
pendisiplinan pada dunia virtual melalui
2 Mengadaptasi dari artikel penulis, Gatara, Asep Sahid.,
dikenalkan oleh Samuel P. Huntington.4
2012, “Paradoks Demokrasi Cyber”, Bandung: Tribun Dalam buku Communication, Cultural,
Jabar, 04/09/2012. & Media Studies, yang ditulis John Hartley
3 Undang-Undang ITE ini telah diundangkan, yakni UU
Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi (2010), proses demokrasi yang berlangsung
Elektronik. Belakangan UU ITE itu telah mengalami
revisi. 4 Gatara, loc cit.

1
dalam dunia virtual dijuluki Cyberdemocray, defisit atau titik problematis pada demokrasi
yakni komunitas virtual yang memiliki di ruang virtual itu sendiri. Misalnya,
aturan sendiri. Di sini demokrasi hidup di semakin maraknya penyalahgunaan asas
dunia virtual dengan mediasi internet.5 tersebut dengan pembiasaan “lempar
Seperti halnya demokrasi di ruang batu sembunyi tangan”. Oran semakin
aktual, cyberdemocracy atau demokrasi banyak memanfaatkan kebebasan itu untuk
cyber hanya bisa bertahan ketika adanya bersuara keras, berteriak-teriak dan vulgar
ruang publik, khususnya ruang publik di ruang virtual.
dalam internet (ruang publik virtual). Dan Namun sayangnya, mereka ia tidak
memang ruang publik virtual merupakan mau bertanggung jawab atas segala
pra-syarat bagi berkeberlangsungan ujarannya itu. Mereka lebih memilih
demokrasi cyber. Di ruang itu terdapat nilai berlindung di balik anonimitas atau multu
dan praktik konektivitas, intraktivitas dan identitas itu. Berpijak pada itu, melanjutkan
anonimitas, sehingga memproduksi asas pertanyaan dari permasalahan di atas,
langsung, komunikatif, bebas dan rahasia. apakah ada peningkatan dan perluasan
Dalam demokrasi politik di ruang aktual, dan perbaikan demokrasi di ruang virtual?
sejatinya asas-asas tersebut juga telah lebih Berikut di bawah ini gambaran kontestasi
awal menjadi keharusan.6 politik sebagai penjelasan terhadap
Demokrasi cyber yang mensyaratkan pemasalahan pada makalah ini.
ruang publik virtual, di satu sisi akan
menjadi nilai surplus bagi demokrasi, dan Irisan Harapan Baru
di sisi lain, akan menjadi nilai defisit. Nilai
surplus misalnya berupa makin meluasnya dan Palsu
kebebasan warga internet dalam berkoneksi, Pada awalnya cyberdemocracy
berekspresi, berkelompok, berkontestasi dibayangkan beroperasi pada seluruh
suara, dan bertukar informasi. Ini tentunya ruang cyber. Hal itu didasari oleh asumsi
menjadi peluang bagi penguatan kehidupan optimisme bahwa internet pada hakikatnya
demokrasi politik. merupakan ruang publik, yakni, ruang
Nilai surplus itu dimungkinkan di mana kebebasan informasi lahir dan
tegak terkait dengan karakteristik ruang hadir dengan kondisi sehat, universal dan
virtual yang ‘cair’. Di samping itu di ruang kuat. Hanya saja, terkait dengan mulai
virtual dimungkinkannnya pemakaian berlangsungnya proses pembagian atau
asas anonimitas atau multi identitas bagi ‘pengkavlingan’ ruang cyber pada macam-
user. Dengan asas itu, pada satu sisi warga macam situs dan kanal atau kolom dengan
memiliki jaminan keamanannya dari berbagai kategorinya, seperti situs jenis
berbagai ancaman intimidasi dan dominasi, organisasi layanan publik, komersial,
baik dari lingkungan masyarakat virtual politik, komunitas, dan jejaring sosial,
itu sendiri, maupun dari lingkungan cyberdemocracy lahir, hadir dan berkembang
masyarakat aktual, seperti kekuasaan dalam karakteristik ruang yang berbeda-
negara. Memang ruang publik, baik virtual beda pula. Misalnya, cyberdemocracy yang
maupun aktual, senantiasa akan tetap hadir dan berkembang di situs jejaring
hidup dan bertahan manakala terbebas sosial, seperti Facebook dan Twitter, akan
dari ancaman kekuasaan apapun, termasuk memiliki perbedaan dengan konfigurasi
kekuasaan pemilik institusi media massa.7 cyberdemocracy yang hadir dan berkembang
Namun di sisi lain, penggunaan pada situs politik, seperti situs pemeritah,
asas anonimitas atau multi identitas itu, situs legislatif dan situs partai politik.
belakangan justru menjadi salah satu titik Tidak berhenti di situ, cyberdemocracy
5 Ibid.
dikatakan lahir, hadir dan tumbuh sehat
6 Ibid. serta kuat di sebuah situs, manakala situs
7 Ibid.

2
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

tersebut, sebagai bagian dari lingkungan atau ruang publik baru, seperti pernah
internet, menyediakan atau benar-benar sepintas dikatakan oleh Mark Poster
menjadi ruang publik (public sphere). Oleh (2001), Diana Saco (2002) dan Last Moyo
karena itu, tidak semua ekspresi di ruang (2009), sebagaimana telah diungkapkan
virtual itu dikatakan cyberdemocracy, selama pada bab sebelumnya, adalah tidak terlalu
situs tersebut tanpa kehadiran ruang publik. relevan.10 Atau yang secara tegas dikatakan
Di sini ruang publik menjadi keyword apakah oleh Howard Rheingold (1994), dalam
hadir atau tidak hadirnya cyberdemocracy di Yasraf Amir Piliang (2004)11 bahwa internet
internet. Hal itu sebenarnya hampir sama menciptakan cyberspace, sebuah ruang
di ruang offline, di mana demokrasi politik komunikasi global yang dikontrol oleh
dikatakan lahir dan hadir secara sehat dan masyarakat warga, yang ia sebut sebagai
kuat ketika demokrasi itu dibangun dari agora elektronik (electronic agora)12. Yaitu
dan di dalam ruang publik. sebuah ruang tempat warga masyarakat
Ruang publik (Offentlichheit) itu, bertemu untuk berbincang, membuat gosip,
misalnya, adalah ruang publik yang pernah berdebat, berdialog, mencari solusi-solusi,
dibayangkan Juergen Habermas (2010), mencari titik temu, membuat konsensus,
sebagimana telah diungkapkan pada bab mengkritik ide-ide politik yang ada, di dalam
dua, yakni, sebagai ruang di mana setiap sebuah komunitas raksasa yang disebut
warga bisa mengakses dan setiap masalah komunitas virtual (virtual community).
bisa dikomunikasikan tanpa kendala, bukan Namun demikian, mayoritas
ruang di mana segalanya jadi boleh. Selain lingkungan internet, seperti lingkungan
itu, adalah ruang di mana kepentingan ruang komentar online, lebih banyak
setiap pihak yang saling bertegangan dapat menunjukkan realitas lain dari ruang
dikelola dengan cara dan media yang bisa publik yang diidealkan di atas. Di ruang
diterima masing-masing pihak. Dengan kata komentar online Kompas.com misalnya,
lain, di ruang ini diisyaratkan pentingnya tidak ditemukan iklim debat rasional atau
proses deliberasi yang menekankan deliberasi publik dan proses pertukaran
pada perdebatan rasional, pertukaran pengetahuan; tidak ditemukan iklim
posisi subjek dan bertujuan menciptakan komunikasi yang terbabas dari dimensi
consensus.8 dominasi; juga tidak ditemukan proses
Dalam buku lainnya, Between Fact konsensus, di mana ketegangan yang ada
and Norm: Contributions to a Discourse dikelola dan diterima semua pihak, serta
Theory of Law and Democracy (1996), ide dan informasi yang digunakan secara
Habermas sebagaimana dikutip Hartley9 bersama-sama. Adapun gambaran jelasnya
membayangkan ruang publik merupakan dapat kembali dibuka pada bab sebelumnya,
ruang di mana ide dan informasi digunakan 10 Baik Poster, Saco maupun Moyo, secara eksplisit
penyebutan dan penyandingan ruang publik terha-
bersama, serta merupakan ruang di dap cyberdemocry tersebut masih dalam nada dan
mana opini publik dibentuk sebagai kerangka mempertanyakan atau meragukan, terutama
hasil komunikasi. Selain itu ruang publik mengenai apakah betul Internet, yang di dalamnya
terdapat konstruksi cyberdemocracy, merupakan ruang
bagi Habermas adalah hal yang paling publik sebagaimana yang pernah dibayangkan Juergen
konstruktif ketika tidak dipengaruhi oleh Habermas, ataukah ruang publik yang lain. Atau apakah
internet dapat meningkatkan ruang public. Hal itu tentu,
kepentingan komersial atau kontrol negara.
dalam kadar tertentu, ada relevansi dengan penelahan
Bila mengacu pada kategori ruang yang dilakukan penulis ini.
publik di atas, kiranya pandangan 11 Piliang, Y. A., 2004, Posrealitas: Realitas Kebudayaan
dalam Era Posmetafisika, Yogyakarta: Jalasutra, hal. 262.
yang menyatakan internet (seluruh 12 Agora dalam tardisi politik Yunani Kuno awalnya
lingkungannya) sebagai ruang publik merujuk pada sebuah tempat (khususnya pasar) dimana
8 Lihat Habermas, J, 2010, Ruang Publik: Sebuah Kajian warga kota (polis) berkumpul bersama untuk mem-
Tentang Kategori Masyarakat Borjuis, Yogyakarta: Kreasi perbincangkan berbagai persoalan bersama, termasuk
Wacana. persoalan politik. Lihat William J. Mitchel (1995) dalam
9 Hartley, J., 2010, Communication, Cultural, & Media Stud- Piliang, Y. A., 2004, Posrealitas: Realitas Kebudayaan
ies: Konsep Kunci, Yogyakarta, Jalasutra., hal. 268-269. dalam Era Posmetafisika, Yogyakarta: Jalasutra, hal. 494.

3
terutama pada bab empat dan lima. berbeda dengan rujukan awalnya di ruang
Oleh sebab itu, sejatinya di ruang online offline itu, ataupun tidak merujuk pada
apa pun selama tidak memenuhi kriteria apapun, menurut Mark Poster, sebagaimana
ruang publik di atas, sebetulnya tidak ada disinggung terdahulu, sebagai “sesuatu
demokrasi13. Baik cyberdemocracy dalam yang lain”.
pengertian demokrasi informasi maupun Memang banyak sekali konsep
dalam pengertian demokrasi politik. Hal demokrasi di ruang offline, ia cenderung
itu menjadi problematika cyberdemocracy bermakna konotatif, variatif, evolutif,
yang dewasa ini terus-menerus muncul dan dan dinamis. Oleh sebab itu, demokrasi
ditemukan pada berbagai pengkajian dan sebetulnya bukanlah konsep yang mudah
penelitian. Belum lagi bila dikaitkan dengan dipahami. Demokrasi bermakna variatif
apakah cyberdemocracy memiliki referensi karena sangat bersifat interpretatif.
atau merujuk pada demokrasi di ruang Sedangkan demokrasi sebagai konsep
offline, seperti demokrasi politik, ataukah evolutif dan dinamis, artinya konsep
sama sekali tidak merujuk pada apapun, demokrasi selalu mengalami perubahan,
melainkan merujuk pada dirinya sendiri. baik bentuk-bentuk formalnya maupun
subtansialnya sesuai dengan konteks dan
Antara Konsepsi dan dinamika sosio historis di mana konsep
demokrasi lahir dan berkembang. Karena
Simulasi argumen inilah, dari waktu ke waktu,
Bila merujuk pada konsep demokrasi demokrasi senantiasa diperdebatkan,
di ruang offline, persoalan tidak berhenti dan terutama dalam perkara: Apakah demokrasi
selesai di sana, malah semakin problematis. bersifat ‘universal’ ataukah ‘partikular/
Hal itu terutama bila dikaitkan dengan lokal’?15
konsep demokrasi apa, mana dan siapa yang Contohnya, seperti gagasan demokrasi
dirujuknya. Namun demikian, lepas dari yang dipraktikan dan berkembang pada
konsep apa, konsep mana dan konsep siapa masa Yunani kuno. Sebuah gagasan yang
yang menjadi rujukan, pengetahuan yang sampai sejauh ini senantiasa ‘masih’
bisa diambil dan digunakan di sini, merujuk disebut-sebut dan selalu menjadi rujukan.
pada Jean Boudrillard (1983), adalah Apakah gagasan demokrasi pada masa itu
bahwa cyberdemocracy sebagai representasi ‘universal’ ataukah ‘partikuler/lokal’? Bila
demokrasi offline. Hal sebaliknya bila demokrasi bermakna, segi bahasa sebagai
dikatakan bahwa cyberdemocracy tidak demos dan kratos (rakyat dan pemerintahan),
merujuk pada realitas dan konsep apapun, atau secara istilah sebagai pemerintahan
namun merujuk pada dirinya sendiri, maka dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat,
cyberdemocracy merupakan sebuah simulasi atau bermakna penghargaan terhadap hak-
atau simulakrum.14 Cyberdemocracy yang hak politik rakyat, dan kebebasan berpolitik,
13 Barangkali yang ada, bila penulis tawarkan konsepnya, maka bisa dikatakan bahwa nilai-nilai
adalah Netcracy, yaitu pengelolaan atau pengaturan demokrasi di Yunani kuno itu universal.
dari Internet, oleh Internet dan untuk Internet. Atau
pemerintahan dari warga internet, oleh warga Internet
Namun, bila ditanyakan ulang mengenai
dan untuk warga Internet.
menopengi dan menyembunyikan absennya realitas.
14 Simulasi adalah citra yang tidak berkaitan dengan
Lihat, Piliang, ibidt., hal. 134.
realitas apa pun, disebabkan citra merupakan simulak-
rum dirinya sendiri (pure simulacrum), yang prosesnya 15 Suhelmi, A, 2001, Pemiki-
disebut simulasi. Selain hubungan seperti itu, hubungan
antara citra, realitas dan makna atau konsep, menurut ran Politik Barat: Kajian Sejarah
Boudrillard, terdapat model dan fase hubungan lainnya,
yakni pertama, citra dikatakan merupakan refleksi dari Perkembangan Pemikiran Negara,
realitas atau makna, yang di dalamnya sebuah tanda
atau citra merepresentasikan realitas. Hubungan ini
Masyarakat dan Kekuasaan, Ja-
disebut representasi. Kedua, citra menopengi, memu- karta: Gramedia Pustaka Utama,
tarbalikan dan menyimpangkan realitas. Ketiga, citra
hal. 297.

4
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

siapa yang dimaksud rakyat? Apakah (2007),18 senantiasa bersanding dengan


maknanya sama dengan makna rakyat kehadiran konsep demokrasi deliberatif,
dewasa ini? Bila jawabannya sama, maka yakni demokrasi yang berdasarkan pada
betul demokrasi pada masa Yunani kuno perdebatan rasional, pertukaran posisi
itu bersifat universal. Namun sebaliknya, subjek, dan konsensus.19 Segala hasil
bila jawabannya beda, misalnya bila rakyat diskursus itu dibayangkan dapat menjadi
yang dimaksud pada masa Yunani kuno pertimbangan untuk mempengaruhi
adalah warga negara merdeka, tidak keputusan dan kebijakan yang telah
termasuk budak, sedangkan pada masa ini diputuskan oleh lembaga-lembaga politik
rakyat dimaknai keseluruhan warga negara, formal. Di sini diandaikan demokrasi
maka demokrasi yang berkembang pada tidak hanya ditentukan oleh unsur-unsur
masa Yunani kuno itu sebetulnya bersifat formal konstitusionalnya, seperti melalui
partikular atau lokal.16 parlemen, pemilihan umum, melainkan juga
Oleh sebab itu, demokrasi baik dari oleh masyarakat melalui sharing informasi,
sisi nilai atau konsep, maupun dari sisi konsultasi dan diskursus publik dalam
praktik atau realitas, sebetulnya sama-sama berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek
memiliki potensi universal dan juga potensi politik.
lokal. Namun demikian, bila dilihat dari Di ruang virtual, kehadiran demokrasi
sisi sejarah perkembangannya, konsep dan menjadi lain lagi, baik dalam penyebutan
realitas demokrasi senantiasa lahir, hadir atau citra maupun dalam pemaknaan atau
dan berkembang senantiasa bergantung konsepnya, di mana ia populer, terutama
pada konsep ruang atau tempat. dalam lingkungan kaum neo-futuris atau
Sebagai contoh, di negara hukum kaum optimis, dengan term cyberdemocracy.
(negara yang berkonsep hukum), Term ini misalnya belakangan senantiasa
hadir konsep demokrasi konstitusional dikaitkan dengan konfigurasi demokrasi di
(constitusional democracy), yakni demokrasi internet. Atau dalam pemikiran Mark Poster
yang sepenuhnya didasarkan pada (2001), Diana Saco (2002) dan Last Moyo
konstitusionalisme, sebuah paham bahwa (2009), seperti sepintas disinggung di atas,
kekuasaan pemerintahan harus dibatasi relasi antara ruang publik dan internet.
undang-undang dasar. Dalam negara Bila melihat pada ketiga pandangan
kapitalisme, lahir dan hadir konsep tersebut, kehadiran cyberdemocracy,
demokrasi liberal (Jhon Locke, 1963-1704), menjawab problematika di atas, sebetulnya
yakni demokrasi yang mengutamakan memiliki rujukan mayoritas, yakni pada
kekuasaan untuk mengayomi kebebasan konsep ruang publik, baik ruang publik
dan kepentingan individu semata.17 yang dibayangkan Habermas, maupun
Sedangkan di ruang publik, seperti ruang publik yang dibayang oleh sarjana
kafe dan taman kota, sebagaimana ruang lainnya. Namun demikian, ruang publik
publik yang dibayangkan Jurgen Habermas yang mayoritas dirujuk dewasa ini adalah
ruang publik dari Habermas di atas, seperti
16 Rakyat pada masa Yunani Kuno, oleh Aristoteles, segala masalah dapat diperdebatkan tanpa
pemikir Yunani kuno yang banyak merumuskan de- kendala, segala kepentingan individu
mokrasi, dikatagorikan sebagai warga Negara (citizen).
yang saling bertegangan dapat dikelola
Pada saat itu, mereka merupakan kelompok minoritas
dalam Negara kota (polis atau city states) yang memiliki 18 Habermas, J., 2010, Ruang Publik: Sebuah kajian
hak-hak istimewa dalam kehidupan politik negara kota. Tentang Kategori Masyarakat Borjuis, Bantul: Kreasi
Seperti memiliki kesempatan untuk berpartisipasi aktif Wacana. Lihat juga, Fransisco Budi Hardiman, 2009,
dalam proses pembuatan kebijakan Negara. Bagian Demokrasi Delibratif: Menimbang Negara Hukum dan
terbesar (mayoritas) penduduk Negara kota itu adalah Raung Publik dal Teori Diskurus Jurgen Habermas, Yogya-
budak belian dan pedagang-pedagang asing yang karta: Kanisius.
berasal dari kawasan luar Yunani dan mereka ini tidak 19 Bila melihat prinsip-prinsipnya, demokrasi deliberatif
memiliki hak-hak istimewa seperti kelompok warga itu, dalam kadar tertentu, memiliki kemiripan dengan
negara. Suhelmi, ibid, hal. 298. demokrasi Pancasila yang mengedepankan “musyawara
17 Suhelmi, ibid. mupakat” atau “demokrasi permusyawaratan”.

5
dan diterima segala pihak, ruang di mana saling pemarginalan dan cenderung tidak
terjadi proses pertukaran posisi subjek, dan bertepian.21
konsensus.
Melihat cyberdemocracy dengan Cyberdemocracy bukan Demokrasi
landasan pandangan relasi ruang publik Dalam konteks itulah, penulis
dan internet, tentu didasari oleh pandangan berpandangant cyberdemocracy, terutama
bahwa internet sebagai lingkungan (Internet dari sisi konsep dan dari sisi praktik22,
is environment), bukan sekedar sebagai alat merupakan “demokrasi yang lain”. Istilah
(Internet is conduits). Namun tentu menjadi ini tentu berbeda dengan istilah ‘sesuatu
berbeda bila melihat internet sebagai alat yang lain’ dari Mark Poster. Kalau istilah
semata, di sini misalnya cyberdemocracy ‘demokrasi yang lain’, antara yang
dimaknai tidak lebih dari sekedar alat untuk dijelaskan dan yang menjelaskan, masih ada
mempengaruhi politik di ruang offline, hubungan atau rujukan, seperti pada istilah
atau tidak lebih dari perkara bagaimana ruang publik yang aslinya, maka istilah
memanfaatkan internet sebagai instrumen ‘sesuatu yang lain’ itu, seperti pernyataan
efisiensi pelaksanaan demokrasi dalam “cyberdemocracy sebagai ‘sesuatu yang
pengertiannya yang lebih bersifat prosedural. lain’”, antara yang diterangkan dan yang
Di Amerika Serikat misalnya, sebagimana menerangkan telah saling memisahkan atau
disinggung sebelumnya, mayoritas advokat bahkan saling menghilangkan satu sama
cyberdemocracy memandang internet, dalam lainnya.
hal ini berbagai site, sebagai alat bagi para Atau dalam istilah lainnya, penulis
pemilih untuk mengkontrol wakil-wakilnya lebih tertarik, meminjam salah satu konsep
di Kongres atau Legislatif.20 dari George Ritzer (2004)23, dengan istilah
Relasi antara ruang publik dan “Democracy of Nothing (Demokrasi
internet (khususnya dalam pengertian Nothing, atau demokrasi sepi subtansi
internet sebagai lingkungan) yang dikenal dan hampa makna)”. Di sini kata Nothing,
sebagai cyberdemocracy, tetap masih sebagai salah satu jargon atau konsep
problematis atau memiliki persoalan. Di utama dari teorinya Ritzer tentang gejala
antaranya adalah apa yang diidealkan atau globalisasi, glokalisasi dan grobalisasi, (The
dibayangkan tentang ruang publik di atas, Globalization of Nothing, The Glocalization of
semuanya terkait dengan ruang offline. Nothing, dan The Grobalization of Nothing),
Sementara di ruang online, khususnya disandingkan atau dikawinkan dengan
seperti di kolom komentar online Kompas. kata demokrasi, maka direproduksi istilah
com, sebagai lokus dari penelitian penulis, Demokrasi Nothing. Bila penggunaan
mayoritas tidak menunjukkan bayangan di kata Nothing pada gagasan Ritzer terkait
atas. Kolom komentar online, sebagaimana dengan konteks globalisasi pada kasus
digambarkan dan dijelaskan pada bab empat atau proses Kapitalisme, Amerikanisasi,
dan lima, menunjukkan realitas (-virtual) dan McDonalisasi, maka penggunaan kata
yang minor dari kemiripan, apalagi benar- Nothing pada penelaahan ini terkait dengan
benar menunjukkan nilai dan praktik konteks perkembangan infiltrasi, intervensi
kepublikan, dengan ruang publik di atas.
21 Namun demikian, bukan berarti tidak ada sedikit pun
Misalnya, pada ruang ini tidak ditemukan
kemiripan. Misalnya, kemiripan dalam hal kebebasan
proses perdebatan rasional kritis, proses berekspresi dan ruang tempat berkumpul warga inter-
pertukaran subjek dan konsensus. Justru net yang minor dari tekanan.
22 Bila dalam konteks konsep umumnya problematis,
realitas yang ditemukan adalah mayoritas, maka sebaliknya dalam konteks praktik atau realitas,
misalnya, praktik kekerasan dalam wujud cyberdemocracy, umumnya tidak banyak ditemukan
makian dan sinisme, yang lebih bertujuan persoalan. Dalam konteks praktik itu, cyberdemocracy
misalnya dapat dimaknai sebagai “segala ekspresi poli-
20 Lihat Ferber , P., et all., 2007, “Cyberdemocracy and tik di ruang virtual”.
Online Politics: A New Model of Interactivity”, (internet), 23 Ritzer, G, 2004, The Globalization of Nothing, California,
Oktober 2007, 27, hal. 391-400. http://bst.sagebup.com. London and New Delhi: Sage Publication.

6
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

dan ekspansi cyberspace dalam kehidupan subtansi (devoid of distinctive substance). Atau
demokrasi politik, terutama kavling dalam pengertian secara istilah, Nothing,
cyberspace pada kolom komentar online di merupakan “bentuk-bentuk sosial yang
portal berita media massa online. Kehidupan tersusun dan terkontrol di tengah-tengah
demokrasi itu terutama dipraktikan dalam kehampaan atau ketiadaan konten dan
dan melalui praktik konsumsi dan produksi subtansi” (generally centrally conceived and
teks. Selain itu dipraktikan juga melalui controlled social forms that are comparatively
proses standarisasi dan homogenisasi. devoid of distinctive substantive content).26
Globalisasi kosong (the Globalization of Sebagai contoh, dalam dunia konsumsi,
Nothing), seperti halnya McDonalisasi di atas, Korporasi Mills (atau korporasi lainnya)
menyiratkan meningkatnya homogenisasi menciptakan dan (sekaligus) mengontrol
dan standarisasi aspek kehidupan global. mall perbelanjaan (seperti Potomac Mills
Di sini nothing adalah (hampir sepenuhnya) di Virginia, Sawgrass Mills di Florida, dan
bentuk kosong, bentuk yang tidak memiliki Ontario Mills di Kalifornia) sebagai bentuk
muatan yang berbeda. Sebaliknya, sesuatu atau sebagai struktur dalam dirinya sendiri,
(something) didefinisikan sebagai hampir memiliki sedikit, untuk tidak mengatakan
sepenuhnya bentuk yang utuh, bentuk tidak ada, konten tersendiri. Konten yang
yang penuh dengan muatan yang berbeda. diberikan mall sangat tergantung pada
Bentuk kosong ini cenderung lebih mudah apa (toko-toko tertentu, barang-barang,
dan cepat disebarluaskan (diekspor) ke restoran, pelayan atau pekerja, pelanggan,
seluruh dunia (seluruh ruang) dari pada dan lain-lain) yang terjadi atau berlangsung
menyebarluaskan bentuk-bentuk yang di dalamnya.27
diisi muatan (something). Bentuk-bentuk Penggunaan istilah Demokrasi
yang bermuatan itu lebih mungkin ditolak Nothing, tidak menggunakan istilah “sesuatu
oleh setidaknya sebagian kebudayaan dan yang lain”, ini selain agar tetap historis, juga
masyarakat karena muatannya berbenturan agar terus memperkuat dan memperkaya
dengan muatan lokal.24 proses dialektika demokrasi politik dalam
Mengacu pada pandangan Ritzer itu, setiap fase perkembangannya. Dialektika
Nothing adalah hal-hal atau apa-apa yang ini misalnya, gagasan Robert A. Dahl (2001)
tidak unik (unique), melainkan hal-hal yang ketika ia mengkategorisasi demokrasi politik
sangat generik. Unik artinya apa-apa yang di ruang offline, baik demokrasi dalam
asli dan senantiasa terdapat perbedaan tataran konsep maupun dalam tataran
dengan jenis lainnya, atau tersendiri dalam praktik, menjadi “demokrasi ideal” dan
bentuk atau jenisnya (One-of-a-Kind). “demokrasi aktual”.28 Selain itu, terdapat
Sementara generik lebih mengacu pada juga gagasan Samuel P. Huntington (1997)
“hal-hal yang sama”, atau “itu-itu juga” dan ketika mengkategorisasi demokrasi, antara
bisa saling dipertukarkan (interchangeable).25 26 Ritzer, op cit., hal. xi. Dalam bukunya itu, Ritzer mem-
Di samping itu, masih mengacu perhadapkan kata konsep Nothing dengan kata atau
pada Ritzer, kata Nothing diartikan sebagai konsep Something. Dalam era globalisasi ini, menurut-
nya, dunia tengah bergerak dan bergeser, pelan tapi
sesuatu yang miskin atau hampa perbedaan pasti, dari era Something menuju era Nothing. Di sini
24 Ritzer, G, 2012, Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Something memiliki karakteristik dan makna sebaliknya
Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern, Yogyakarta: dari Nothing. Misalnya Something merupakan hal yang
Pustaka Pelajar, hal. 997-999. unik, dan kaya subtansi (a social form that is generally
25 Ritzer, G, 2004, op cit., hal 20-21. Dalam buku Kamus indigenously conceived, controlled, and comparatively
Besar Bahasa Indonesia unik memiliki arti: tersendiri rich of distinctive substantive content). Ibid, Hal. 7.
dalam bentuk atau jenisnya; lain daripada yang lain; 27 Ibid. Dalam bahasa Inggris sendiri, Nothing memiliki
dan tidak ada persamaan dengan yang lain. Sementara banyak arti, di antaranya, tidak ada apa-apa, tak lain tak
itu kata generik memiliki banyak arti, yakni umum, hanya (nothing but), tak kurang dari (nothing less than),
lazim, berhubungan dengan kekhasan sifat yang dimiliki tak ada lagi, serupa, seperti (nothing like), tak lain hanya
oleh suatu kelompok. Lihat, Sugono, D, dkk., 2011, (nothing more), dan menganggap tidak penting (to think
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, Jakarta: nothing of).
Departemen Pendidikan Nasional dan Gramedia Pustaka 28 Adapun penjelasan dari kedua kategori demokrasi dari
Utama, hal. 1530 dan hal. 440. Dahl itu dapat dibaca kembali pada bab dua.

7
“demokrasi subtansial” dan “demokrasi bagi pertumbuhan cyberdemocracy. Secara
prosedural”.29 Begitu juga gagasan Posner teori, keberadaan ruang publik sehat dan
(2003) yang mengkategorisasi demokrasi, kuat, sebagaimana disinggung sebelumnya,
antara “demokrasi klasik” dan “demokrasi merupakan prasyarat bagi lahir dan hadirnya
elite”.30 Christian F. Rostboll (2008), dalam demokrasi yang sehat dan kuat pula. Salah
konteks demokrasi dilihat dari aspek freedom, satu indikasi demokrasi yang sehat dan kuat
mengkategorisasi demokrasi menjadi itu adalah demokrasi yang kaya subtansi,
“demokrasi transformasi” dan “demokrasi seperti senantiasa berpijak dan berpatokan
agregasi”. Dan gagasan-gagasan demokrasi pada prinsip kebebasaan melalui wujud
politik lainnya. deliberasi (perdebatan rasional, pertukaran
Bila merujuk pada berbagai gagasan posisi subjek dan konsensus.31
tentang kategorisasi demokrasi di atas, baik Sebetulnya hal itu menjadi sebuah
dari Dahl, Huntington, Poster, maupun konsekuensi wajar, ketika politik dipraktikan
Rostboll, istilah Demokrasi Nothing, di ruang online. Secara teori, sebagaimana
bagaimana pun juga, merupakan demokrasi disinggung di awal, politik merupakan salah
senyatanya (demokrasi das sein), bukan satu aspek kehidupan umat manusia yang
demokrasi seharusnya (demokrasi das sollen). tersentuh atau tepatnya bersentuhan dengan
Atau dalam pengertian lain, Demokrasi demokrasi, yang disebut demokrasi politik.
Nothing adalah demokrasi yang bukan Selain politik, aspek lain yang bersentuhan
dibayangkan atau yang bukan dikehendaki, dengan demokrasi adalah aspek informasi
melainkan demokrasi yang lahir dan hadir yang disebut demokrasi informasi, lalu
akibat kecelakaan (by accident). aspek komunikasi yang disebut demokrasi
Oleh sebab itu, demokrasi yang komunikasi, aspek ekonomi yang disebut
dilahirkan dan dihadirkannya pun menjadi demokrasi ekonomi, aspek pendidikan
demokrasi yang ‘terluka” dan mengandung yang disebut demokrasi pendidikan, dan
potensi ‘penyakit”. Tentu hal demikian seterusnya.
itu menjadi daftar panjang pencedraan
sekaligus penjerumusan demokrasi politik
dalam ‘rumah besar’ cyberdemocracy kepada
Penutup
‘lembah sampah’ yang tidak berguna atau Aktivitas politik di ruang online pelan
tidak penting. Di sinilah cyberdemocracy, tapi pasti telah menjadi bagian dari realitas,
khususnya di ruang komentar online, telah yaitu realitas virtual (Virtual Reality). Di antara
benar-benar menampilkan Demokrasi realitas itu adalah hadirnya ruang komentar
Nothing, yakni demokrasi yang tanpa online. Di sini setiap pengunjung internet
subtansi dan demokrasi tanpa kedalaman. pada umumnya memiliki kesempatan
Ketiadaan ruang publik yang yang sama untuk melakukan ekspresi
berfungsi ideal di ruang cyber, seperti di politiknya. Seperti ekspresi kekuasaan yang
ruang komentar online sebagai tanda bahaya ditunjukkan oleh dan dalam komentar-
29 Huntington, S, P., 1997, Gelombang Demokratisasi Ke- komentar di ruang komentar online. Di titik
tiga, Jakarta: Grafiti Press. Demokrasi Subtansial adalah inilah cyberdemocracy terproduksi.
demokrasi yang menekankan makna dan subtansi ke-
bebasan (berpendapat, beragama, bebas dari rasa takut Lazimnya sebuah ruang publik,
dan bebas dari kemelaratan). Sementara demokrasi ruang di mana terdapat perdebatan
prosedural lebih menekankan pada prosedur-prosedur
pelaksanaan politik seperti Pemilu. 31 Bagi para advokat cyberspace, prinsip-prinsip itu tentu
30 Dalam Holt, R, 2004, Dialog On Internet: Language, sangat tidak menyenangkan. Semua prinsip itu banyak
Civic Identity, and Computer-mediated Communication, dianggap mengganggu dan ancaman bagi keberlan-
html. Westport: Praeger, hal. 7-6. Demokrasi klasik sungan cyberspace yang diandaikan dan dibayangkan
adalah demokrasi yang sebetulnya merujuk pada Dahl, menjadi ruang tanpa kontrol dan ruang kebebasan yang
yakni partisipasi efektif, pemungutan suara yang equal, totalitas, dan mampu menciptakan masyarakat bebas
pemahaman yang tercerahkan, dan control agenda. (free society). Oleh karena itu, mereka tidak sama sekali
Sedangkan demokrasi elite adalah demokrasi yang tertarik terhadap ide-ide demokrasi apapun, yang di
bercirikan realistis, sinisme (cynical), bottom-up, dan dalamnya membutuhkan aturan main bersama, seperti
berujung pada pragmatis. konsensus-konsensus.

8
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

rasional kritis, pertukaran posisi subjek dan itu-itu juga, remeh-temeh, dan bahkan
konsensus atau ide (opini) yang disepakati dapat dikatakan melampaui keburukan-
untuk digunakan bersama, serta bebas dari keburukan yang melekat pada praktik
relasi dominatif. Namun demikian, melihat demokrasi di ruang offline.
realitas virtual pada ruang komentar online Sejauh ini telah ada upaya dari
misalnya, justru berbanding terbalik, di negara untuk hadir dalam menutupi defisit
mana terdapat beberapa karakter melekat demokrasi di ruang virtual. Di antara upaya
yang ditunjukkan pada kegiatan komentar- itu adalah kebijakan merevisi terhadap
mengkomentarinya. Misalnya, pengabaian Undang-Undang Informasi dan Transaksi
budaya debat rasional, pertukaran posisi Elektronik (UU ITE). Revisi itu merupakan
subjek dan konsenus, yang penulis sebut penguatan kembali terhadap lahir dan
sebagai fenomena dedeliberatif; pengabaian hadirnya hukum cyber dalam praktek
kesantunan dalam berkomunikasi, terutama informasi dan transaksi elektronik, terutama
budaya untuk saling menghargai antara hukum media sosial online. Lahir dan
subjek, dan penulis menyebutnya fenomena hadirnya hukum cyber itu diharapkan benar-
deetika; dan penurunan hubungan sosial benar dapat menjamin dan memastikan
yang berbasis kemanusiaan, penulis melindungi segala keadilan, kemanfaatan,
menyebutnya fenomena dehumanis. keamanan, kebebasan, kenyamanan, dan
Karakter-karakter di atas menunjukan kebahagiaan para pengguna dan warga
bahwa cyberdemocracy itu biasa saja, ruang cyber.

9
REFERENSI

Budiardjo, M, 1994, Demokrasi di Indonesia, Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila,


Jakarta: Gramedia.
Castells, M., 2010, The Rise of Network Society, Second Edition With New Freface, West Sussex:
John Willy & Sons Ltd.
Creeber, G. and Martin, R., (ed)., 2009, Digital Cultures: Understanding New Media, Berkshire-
England: Open University Press.
Dahl, R., 2001, Perihal Demokrasi: Menjelajahi Teori dan Praktik Demokrasi Secara Singkat, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
________, 1971, Poliarchy: Participation and Opposition, New Haven: Yale university Press.
Eriyanto, 2011, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKis.
Ferber, P., Foltz, F., dan Pugliese, R., 2007, “Cyberdemocracy and Online Politics: A New
Model of Interactivity”, (internet), Oktober 2007, 27, hal. 391-400. http://bst.sagebup.com.
Fortier, F, 2001, Virtuality Check: Power Relations and Alternatif Strategies in Information Society,
London: Verso.
Gatara, Asep Sahid., 2012, “Paradoks Demokrasi Cyber”, Bandung: Tribun Jabar, 04/09/2012.
Gatara, Sahid, A. A., 2009, Ilmu Politik: Memahami dan Menerapkan, Bandung: Pustaka Setia.
Goode, L, 2005, Jurgen Habermas: Democracy and the Publice Sphere, London: Pluto Press.
Habermas, J., 2010, Ruang Publik: Sebuah kajian Tentang Kategori Masyarakat Borjuis, Bantul:
Kreasi Wacana.
Haffernan, V., 2009, “Comment Is King: Reader Comments are a Key Part of Online
Journalism, So why do they mostly disappoint?” New York Times Magazine, 26 April.
Hall, S., 2003, Representation: Cultural Representation and Signifying Practices, London: SAGE
Publication.
Hardiman, F. B, 2009, Demokrasi Deliberatif: Menimbang Negara Hukum dan Ruang Publik dalam
Teori Diskurus Jurgen Habermas, Yogyakarta: Kanisius.
Hartley, J., 2010, Communication, Cultural, & Media Studies: Konsep Kunci, Yogyakarta, Jalasutra.
Held, D., (Ed.), 1986, New Form of Democracy. London: SAGE.
____________. 1990, Model of Democracy, Cambridge: Polity Press.
Hold, R., 2004, Dialog on the Internet: Language, Civic Identity, and Computer-mediated
Communication, versi html, Westport: Praeger.
Ibrahim, I. S., 2011, Kritik Budaya Komunikasi: Budaya, Media, dan Gaya Hidup dalam Proses
Demokratisasi di Indonesia, Yogyakarta, Jalasutra.
Jurgenson, N dan Ritzer, G, “Internet, Web 2.0, dan Kedepan”, dalam Ritzer, G, (ed), 2013, The
Wiley Blackwell Companion To Sosiology, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Leeuwen v.,Theo., 2008, Discourse and Practice: New Tools For Critical Discourse Analysis, New
York: Oxford University Press
Mosco, V., 1996, The Political Economy of Communication, London: Sage Publication Ltd.
Moyo, L., 2009, “Digital Democracy: enhancing the public sphere” dalam Glen Creeber and
Roystone Martin., (ed)., 2009, Digital Cultures: Understanding New Media, Berkshire-
England: Open University Press.

10
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

Nugroho, H., 2003, “Teknologi Informasi dan Kemerdekaan Ruang Publik”, dalam
Wilhelm, A. G., Demokrasi di Era Digital: Tantangan Kehidupan Politik di Ruang Cyber,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan CCSS.
Page, I. Benjamin, 1996, Who Deliberates? Mass Media In Modern Democracy, Chicago:
University of Chicago Press.
Parkinson, John, 2006, Deliberating in the Real World: Problems of Legitimacy in Deliberative
Democracy, New York: Oxford University Press.
Piliang, Y. A., 2004, Posrealitas: Realitas Kebudayaan dalam Era Posmetafisika, Yogyakarta:
Jalasutra.
___________, 2003, Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna, Yogyakarta:
Jalasutra.
Poster, M., 2001, “Cyberdemocracy: The Internet and the Public Sphere”, dalam Trend,
David, (ed)., Reading Digital Culture, Oxford, Blackwell Publisher.
Ritzer, G, 2004, The Globalization of Nothing, California, London and New Delhi: Sage
Publication.
________, 2012, Teori Sosiologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_____(ed), 2013, The Wiley Blackwell Companion To Sosiology, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rostboll, C.F., 2008, Deliberative Freedom: Deliberative Democracy as Critical Theory, New York:
State University of New York Press.
Saco, D., 2002, Cybering Democracy: Public Speace and The Internet, Minneapolis/London:
University of Minnesota Press.
Shields, R., 2011, Virtual: Sebuah Pengantar Komprehensif, Yogyakarta: Jalasutra.
Wood, A. F. & Smith, J. M., 2005, Online Communication: Linking Technology, Identity and
Culture, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

B. Internet
http://www.kompas.com

11
EDISI 22 Desember 2016

Praktik Kampanye Negatif


dalam Cyberdemocracy

Pendahuluan

K
eberadaan media baru (new media) Oleh Pratama Dahlian Persada1
di Indonesia semakin penting 1 Pratama D. Persada adalah
dalam berbagai aspek kehidupan Presiden Commissioner In-
bermasyarakat, baik ekonomi, politik, doguardika Cipta Kreasi (ICK)
maupun sosial budaya. Fenomena ini tidak Jakarta. Sedang menempuh
lepas dari semakin meningkatnya tingkat Program Doktor Media Studies
penetrasi internet di Indonesia. Dalam tiga Sekolah Pascasarjana UGM.
tahun terakhir, hasil survai menunjukkan
jumlah pengguna internet di Indonesia
terus meningkat secara signifikan. Beberapa
lembaga yang menaruh perhatian terhadap
dinamika pengguna internet di Indonesia
ini telah memberikan data ke arah adanya
peningkatan pengguna internet tersebut.

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja


DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet mediaindonesia.com, merdeka.com dan


Indonesia (APJII) melaporkan penetrasi masih banyak lagi. Keterlibatan media
pengguna internet di Indonesia pada tahun sosial dalam proses Pilpres 2014 itu semakin
2012 adalah 24,23%. Sedangkan Indonesia menambah situasi kontestatif dalam proses
Investment memberikan laporan hasil kampanye pencarian dukungan.
survainya, bahwa pada tahun 2013 penetrasi Situasi yang sama juga terjadi dalam
internet di Indonesia 28% atau terdapat momen politik di daerah, yaitu ketika Pilkada,
71,19 juta pengguna internet. Sementara itu seperti pemilihan walikota, bupati, dan bahkan
hasil survai APJII bekerjasama dengan Pusat juga pemilihan kepala desa. Penggunaan
Kajian Komunikasi (PusKaKom) Universitas media baru dalam momen politik seperti itu
Indonesia, pada tahun 2014 tingkat penetrasi sudah merupakan keniscayaan seiring dengan
pengguna internet naik menjadi 34,9% perkembangan media baru. Situasi inilah
(Marius & Anggoro. Penyunting, 2014: 9-10). yang kemudian memunculkan apa yang
Melihat kecenderungan meningkatnya sering disebut sebagai cyberdemocracy, suatu
persentase penetrasi internet tersebut, praktik politik demokrasi yang mengalami
menjadi indikator bahwa ke depan peran mediatisasi. Jadi demokrasi tidak hanya ada
media baru akan terus semakin meningkat. dalam masyarakat offline tetapi juga ada
Peran media baru itu juga telah terbukti dalam dunia virtual terfasilitasi oleh media
semakin penting dalam dinamika politik online. Dalam pandangan diterministik
di Indonesia seiring dengan dinamika teknologi atau efek media, ini mengandaikan
demokratisasi pasca pemerintahan Orde bahwa media kuat dan karena itu dapat
Baru. Penggunaan media sosial sebagai digunakan sebagai instrumen politik secara
mekanisme kontestasi antarkekuatan politik efektif, terutama untuk penggalangan
kepartaian dalam berebut kekuasan semakin dukungan massa.
fenomenal. Munculnya istilah demokrasi Akan tetapi dalam cyberdemocracy
digital, demokrasi cyber, atau demokrasi yang telah terjadi di Indonesia, tetap
di dunia maya telah menjadi perhatian menghadirkan dua fenomena menarik, yaitu
kalangan politisi dan sekaligus kalangan di satu sisi mendorong terjadinya praktik
akademik sebagai topik studi. Media sosial pemerintahan good governance dengan
telah menyediakan ruang-ruang publik di prinsip transparansi, akuntabilitas dan
dunia maya untuk mendiskusikan berbagai partisipasi publik. Secara optimis kehadiran
hal, termasuk politik. Setiap kali terjadi even cyberdemocracy telah membuka akses
politik seperti Pemilihan Presiden, terlebih seluas-luasnya bagi publik untuk terlibat
sejak sistem Pemilu langsung, peran media dalam proses pengambilan keputusan
baru semakin sering digunakan dalam proses yang berkaitan dengan kebijakan publik.
memperoleh dukungan politik masing- Ini jelas suatu kecenderungan yang bagus
masing kandidat. untuk meningkatkan kualitas demokrasi di
Demikian pula ketika Pilpres 2014, media Indonesia yang selama ini sering terhambat
sosial telah digunakan untuk menggalang oleh faktor struktural maupun kultural.
dukungan melalui aktivitas kampanye. Akan tetapi seperti yang bisa kita lihat,
Sejumlah media sosial telah digunakan praktik cyberdecracy ini juga menyodorkan
oleh masing-masing pasangan calon masalah baru, yaitu praktik politik negatif
presiden, yaitu Prabowo-Hatta dan Jokowi- sebagaimana tampak pada kampanye negatif
JK untuk mencari dukungan konstituen yang terjadi ketika Pilpres dan Pilkada.
melalui aktivitas kampanye. Media sosial Penggunaan media sosial dan media online
itu antara lain adalah okezone.com, detik. lainnya dalam kampanye negatif seringkali
com, dan sejumlah media sosial lain yang hanya mengedepankan sisi negatif masing-
terintegrasi dengan surat kabar cetak seperti masing pasangan calon.
kompas.com, republika.com; tempo.com. Sebagai ilustrasi praktik kampanye

13
negatif itu terjadi pada momen politik Pilpres juga menyerang kubu Jokowi-JK. Tuduhan
2014 dan juga menjelang Pilkada serempak bahwa apabila Jokowi menjadi presiden
2017, khususnya Pilkada DKI Jakarta. Pada akan menghapus gaji ke-13, menggabungkan
pemilihan presiden di Indonesia 2014 itu, mahkamah militer dengan sipil, akan
banyak diwarnai baik kampanye negatif memberikan posisi Menteri Agama ke pihak
maupun bahkan kampanye hitam. Kedua yang selama ini dianggap menyimpang dari
jenis kampanye tersebut sangat marak terjadi ajaran Islam, akan menghapus kolom agama
terutama di media elektronik dan cetak, lebih di KTP sampai tuduhan bahwa Jokowi PKI
marak lagi di media sosial. Pemilu 2014 yang santer menyebar di tengah masyarakat.3
sedang berlangsung merupakan pemilu Selain itu, Jokowi diserang dengan
yang paling kontestatif. Untuk kali pertama, tulisan yang dimuat di tabloid Obor Rakyat.
cuma ada dua kandidat. Pada sisi lain, dua Pada edisi pertama, 5-11 Mei 2014, halaman
kandidat ini, secara kualitatif relatif memiliki muka tabloid Obor Rakyat menampilkan
skor yang imbang, baik dari sisi negatif judul  Capres Boneka dengan karikatur
maupun positif. Jokowi sedang mencium tangan Megawati
Keniscayaan hadirnya kampanye negatif Sukarnoputri.  Tabloid itu juga menampilkan
dan kampanye hitam bukan merupakan 14 berita panjang yang hampir semuanya
pembenar bagi dominannya dua jenis menyudutkan Jokowi.  Beberapa judul
kampanye buruk tersebut. Kedua kubu berita dalam tabloid ini antara lain,  Capres
sama-sama merasakan imbas dari kedua Boneka Suka Ingkar Janji, Disandera Cukong
kampanye buruk tersebut, di pihak Prabowo- dan Misionaris, Dari Solo Sampai Jakarta
Hatta, isu mengenai prabowo memiliki dua Deislamisasi ala Jokowi, Manuver Jacob Soetojo,
kewarganegaraan jelas sangat mengganggu Cukong-Cukong di Belakang Jokowi, Partai Salib
kubu ini karena jelas sekali bahwa dalam Pengusung Jokowi»  dan Jokowi Juru Selamat
undang-undang menyatakan bahwa yang yang Gagal. Sebelum diserang melalui tabloid
bisa mencalonkan diri menjadi capres Obor Rakyat, Jokowi lebih dulu diserang
adalah WNI sejak lahir dan tidak pernah dengan isu keturunan Tionghoa dan agama
mendapatkan kewarganegaraan lain atas Kristen. Jokowi disebut sebagai keturunan
permintaanya sendiri dan hal ini sudah Cina yang bernama Wie Jo Koh. Isu ini
dibuktikan oleh Prabowo dengan melengkapi bermula dari tulisan artikel jurnalisme warga
persyaratan tersebut. Selain itu ada pula isu yang ditulis Anton Surya pada 19 Desember
mengarahan Babinsa atau Bintara Pembina 2012. Namun, memasuki masa kampanye
Desa ke rumah-rumah warga untuk memilih pilpres, tulisan tersebut dikutip dan
pasangaan Prabowo-Hatta. Ada juga isu digunakan tanpa menyertakan penjelasan
bahwa penunggakan pembayaran gaji aslinya. Sedangkan untuk isu agama, Jokowi
karyawan selama lima bulan pada perusahaan sempat diberitakan memiliki nama lengkap
PT. Kertas Nusantara yang dikabarkan Heribertus Joko Widodo. Tak hanya diserang
memiliki hutang sebesar 14 triliun.2 Tapi melalui SARA, Jokowi Juga diserang dengan
yang sangat besar pengaruhnya terhadap isu buku nikah palsu. Untuk menepis isu
pasangan ini adalah isu pelanggaran HAM itu, tim pemenangan Jokowi-JK bahkan
dan penculikan aktivis pada tahun 1998 yang mengeluarkan fotokopi surat nikah Jokowi.4
dilakukan oleh Prabowo walaupun sampai Praktik yang sama juga terjadi pada
detik ini bukti kongkrit keterlibatan prabowo menjelang Pilkada serentak 1017, khususnya
dalam aksi tersebut tidak bisa dibuktikan Pilkada DKI Jakarta. Melalui berbagai
(Kompas, 17 Juni 2014). media online, isu SARA terus digulirkan
Kampanye buruk tersebut tidak hanya 3 (http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/06/25/1921
menyerang kubu Prabowo-Hatta tetapi 39/2619380/1562/2/di-tepi-sungai-musi-jokowi-tepis-5-isu-
black-campaign).
2 (http://www.republika.co.id/berita/pemilu/hot-poli- 4 (http://www.republika.co.id/berita/pemilu/hot-poli-
tic/14/07/01/n80t05-ini-tiga-black-campaign-yang-serang- tic/14/07/01/n80t0d-ini-tiga-black-campaign-yang-serang-
prabowo). jokowi).

14
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

dan bahkan hingga pada mobilisasi massa memperkirakan bahwa Anda bergantung
secara offline dengan terjun ke jalan-jalan. pada informasi media untuk memenuhi
Kampanye negatif dengan mengedepankan kebutuhan tertentu dan mencapai tujuan
isu primordialistik itu pun terus berlangsung tertentu (Littlejohn, 2009: 428).
secara masif dan sistematis mewarnai Asumsi teori media efek itu sedikit
ekspose media online. Situasinya semakin banyak memberikan kontribusi terhadap
kurang kondusif karena pada akhirnya praktik kampanye negatif melalui media.
melibatkan kelompok-kelompok politik dan Artinya, konsekuensi meyakini bahwa media
ormas keagamaan, berserta elite politik. adalah kuat tentu akan digunakan oleh para
elite politik untuk mempengaruhi khalayak,
Efek Media termasuk mempraktikannya dalam kampanye
negatif. Dalam konteks di Indonesia, situasi
Fenomena kampanye hitam pada Pilpres
ini menjadi semakin marak ketika berhimpit
2014 maupun menjelang Pilkada serentak
dengan pemahaman terhadap koncep
2017 menyodorkan beberapa gejala menarik
kekuasaan yang oleh elite politik masih
jika dilihat dari kajian media. Pertama,
dianggap memusat dan tunggal.
maraknya kampanye hitam membuktikan
Kekuasaan dipahami sebagai entitas
bahwa asumsi teoretik yang mengikuti efek
tunggal yang memusat pada satu titik dan
media ternyata masih digunakan sebagai
titik itu merupakan pusat penguasaan
pijakan oleh masing-masing kubu yang
sumber daya, dan kemudian melalui
berkontestasi dalam Pilpres 2014. Argumen
hubungan vertikal berusaha mengendalikan
utamanya adalah bahwa media sangat kuat
sasaran subjek agar mengikuti kehendak
dalam mempengaruhi khalayak, karena
pemilik kekuasaan. Dalam pandangan
dianggap pasif dan menerima begitu saja
Hobbesian misalnya, kekuasaan dipahami
pesan yang disampaikan oleh media.
sebagai abstraksi yang diperlukan bagi
Para peneliti percaya pada “peluru ajaib”
kekuasaan terhadap sosok yang menjulang
teori pengaruh komunikasi massa. Individu
tinggi di atas masyarakat. Sementara itu
diyakini sangat terpengaruh oleh pesan-
penjelasan Marxis atas kekuasaan yang
pesan media karena media dianggap sangat
merupakan reproduksi individu-individu
kuat dalam membentuk opini masyarakat
produktif sesuai dengan kebutuhan system
(Somer dan Allen, dalam Littlejohn, 2009:
besar tunggal seperti pasar atau kekuatan
423). Sementara itu Elisabeth Noelle-
modal. Dengan menjadikan kekuatan modal
Neumann meyakini bahwa teori pengaruh
sebagai instrument kekuasaan, maka siapa
terbatas telah mengubah penafsiran
pun yang memiliki basis ekonomi kuat maka
penemuan penelitian selama bertahun-tahun
ia akan mampu mengontrol apa pun yang
, dan bahwa ajaran tentang ketidakberdayaan
dikehendakinya. Baik Hobbesian maupun
media tidak lagi dapat dipertahankan.
Marxian memahami bahwa kekuasaan itu
Sedangkan Sandra Ball-Rokeach dan Melvin
bersifat tunggal dan terpusat yang terus
DeFleur mengusulkan teori ketergantungan
memiliki daya penggerak dan bahkan
yang menolak anggapan kausal dari
daya paksa demi tujuan-tujuan mencapai
hepotesis penguat sebelumnya, gagasan
kehendak penguasa.
lama bahwa media hanya memperkuat
Jadi kekuasaan tidak menyebar dan
sikap yang telah ada sebelumnya. Untuk
produktif, tetapi tunggal dan terpusat.
mengatasi kelemahan ini, kedua penulis
Dalam model ini, kekuasaan adalah sesuatu
ini menggunakan sebuah pendekatan
yang dimiliki dan depegang. Kalau Negara
sistem yang luas. Dalam modelnya, mereka
memiliki lebih banyak kekuasaan, maka
mengajukan sebuah hubungan integral
Negara lebih bebas untuk bertindak. Jika
antaraudiens, media, dan masyarakat yang
memiliki lebih sedikit kekuasaan, Negara
lebih luas. Sejalan dengan teori penggunaan
akan lebih terbatasi. Kemampuan militer
dan kepuasan, teori ketergantungan

15
dan kekuatan ekonomi, yang sering diambil Abburizal Bakrie yang sebelum menjadi
sebagai ukuran atas kekuasaan suatu Negara, tokoh penting dalam jajaran elite Partai
kemudian dilengkapi dengan konsepsi Golkar adalah pebisnis di bidang media,
neoliberal tentang self power (Keohane dan dan kemudian dia dikenal sebagai pemilik
Nye, 1977; Nye 2004). stasion televise berita, TV One dan AN TV.
Kedua, berbeda secara diametral dengan Demikian pula Surya Paloh adalah politisi
pemahaman kekuasaan yang bersifat baru yang muncul dari kalangan pengusaha
tunggal dan terpusat, justru kekuasaan media massa, ia dikenal sebagai pemilik
lebih mengalami desentralisasi. Pelopor Metro TV. Menyusul kemudian politisi baru
pemahaman ini adalah Michel Foucault, seperti Hari Tanusudibyo yang merupakan
hampir semua karyanya tentang power pemilik MNC Group yang mempunai bisnis
berusaha mengganggu konsep kekuasaan inti di bidang media. Tidak terkecuali politisi
yang tunggal dan terpusat. Foucault baru, Chaerul Tanjung yang muncul sebagai
menawarkan langkah dari power tunggal politisi baru karena telah memiliki media,
dan terpusat yang mengancam kematian ke yaitu CNN Indonesia.
bentuk power jamak dan terdesentralisasi Semua itu mengindikasikan betapa
yang mempromosikan kehidupan. Ia media telah menjelma menjadi instrument
berpendapat: “Kedaulatan mengambil utama dalam dunia politik pada era
hidup dan membiarkan hidup. Sekarang demokrasi dan liberalisasi. Tidak satu pun
kita memiliki power yang…membuat hidup meragukan bagi kalangan politisi bahwa
dan membiarkan mati (Foucault, 2002b: dengan menguasai media maka akan lebih
247). Cara Foucauldian mempertimbangkan memudahkan untuk meraih karir di bidang
bentuk-bentuk power ditandai dengan politik pemerintahan. Fakta ini menegaskan
meninggalkan cara terpusat dengan Negara bahwa: pertama, pemahaman terhadap
dipandang sebagai pemegang kedaulatan. kekuasaan adalah tunggal dan terpusat, serta
Foucault berpendapat, kedaulatan semacam bersamaan dengan itu memahami politik
itu memiliki pemahaman terlalu kuat dan hal adalah persoalan bagaimana mempengaruhi
itu terlalu sering atas pemikiran social, politik, dan menguasai warga masyarakat. Implikasi
dan historis. Sebaliknya ia berpendapat: “Apa ini menjurus pada penempatan posisi
yang kita butuhkan adalah filsafat politik warga masyarakat harus ditempatkan
yang tidak dibangun di sekita problem sebai entitas politik yang pasif dank arena
kedaulatan… Kita perlu memenggal kepala itu harus dikendalikan. Berpolitik adalah
sang Raja: dalam teori politik yang harus perkara bagaiamana mengendalikan dan
dilakukan (Foucault, 1980: 121). mengontrol warga masyarakat. Untuk
Munculnya fenomena cyberdemocracy tujuan ini, maka kuasailah media, karena
kemudian menjadikan media berada media adalah instrument yang efektif untuk
dalam posisi sangat menentukan dalam mempengaruhi khalayak. Kedua, menurut
sebuah peristiwa politik. Setidaknya itu konseptualisasi para politisi media adalah
yang lebih mendominasi dalam pikiran menentukan dan karena itu juga harus
para politisi, sehingga sering muncul menempatkan khalayak sebagai pihak yang
anggapan bahwa jika ingin jadi politisi maka pasif, akan senantiasa menerima begitu saja
gunakan media sebagai instrumen utama segala pesan yang disampaikan oleh media.
dalam menggalang dan mempengaruhi Konsekuensi lebih lanjut adalah bahwa
massa. Tanpa media, maka bayangan akan jika dilihat untuk kepentingan membangun
kegagalan untuk menjadi politisi semakin demokrasi substansial, maka menetapkan
terasa, karena itu tidak mengherankan jika anggapan politisi terhadap kekuasaan dan
dalam era pasca Orde Baru, banyak sekalig media tersebut menyodorkan masalah serius.
politisi baru muncul yang berangkat dari Artinya, segenap pertanyaan yang sering
kalangan pebisnis media massa. Sebut saja muncul berkaitan dengan upaya membangun

16
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

demokrasi di Indonesia pasca Orde Baru, kekuatan dominan untuk mengontrol


bahwa mengapa demokrasi tidak muncul perilaku khalayak sebagaimana tampak pada
dalam sistem yang demokratis? Ini adalah aktivitas kampanye politik, dan repotnya
sebuah pertanyaan mendasar mengiringi yang dikendepankan adalah kampanye
klaim demokrasi yang telah dibanggakan politik negatif.
selama ini. Jawabnya adalah jelas, bahwa Fakta tersebut persis yang dikatakan
sumber utama tidak berjalanya proses oleh Virrilio yang berusaha mengingatkan
demokrasi substansial adalah berkorelasi kembali media – yang semakin invasive dan
positif dengan masih maraknya pemahaman ada di mana-mana- dengan pesan serius:
kalangan politisi akan kekuasaana tunggal kewaspadaan media yang obsesif terhadap
dan terpusat, serta keyakinan terhadap perilaku, dikombinasikan dengan kebenaran
asumsi efek media. politik, telah mengubah demokrasi dari
Ketika kehadiran media baru pun juga bentuk pemerintahan partisipatoris terbuka
semakin menambah keyakinan para politisi menjadi program perangkat lunak untuk
dan aktor negara tersebut akan efektifnya hiburan dan kontrol bagi semua penonton.
peran media dalam mempengaruhi khalayak. Kecepatan bisa meningkatkan fenomena
Karena itu pemanfaatan terhadap media ini melalui shrinking effect (efek mengkerut)
berbasis web sebagai instrumen politik, dan global: “dengan percepatan, tidak ada
juga jurnalisme digital merupakan sebuah lagi di sana atau di sini. Yang ada hanya
imperatif bagi aktivitas politik. Sejak tahun kebingungan mental tentang dekat dan jauh,
2009 pemanfaatan media baru bagi upaya sekarang dan masa depan, nyata dan tidak
meraih dukungan publik dalam kegiatan nyata – suatau percampuran utopia atas
politik berkembang signifikan. Kampanye sejarah, berita, dan halusinasi dari teknologi
melalui media social seperti facebook, twiter, komunikasi (Virrilio, 1995a: 35). Kemunculan
whatsapp, dan instagram terus mengalami yang sejaman antara media massa dan
perkembangan secara signifikan. Demikian militier industrial adalah penanda momen
pula terhadap pemanfaatan media massa modernitas, kemampuan untuk berperang
digital, hampir dapat dipastikan setiap partai tanpa peperangan, yang menghasilkan “pasar
politik memiliki aplikasi untuk menyebarkan informasi pararel” berupa propaganda, ilusi,
pengaruhnya. Jurnalisme digital pun penipuan. Perangkat peningkat teknologis,
kemudian menjadi alternatif yang digemari misalnya link-up satelit, real time feed, dan video
oleh publik, seiring meningkatnya komunitas resolusi tinggi, bisa menigkatkan kekuatan
netizen. televisi untuk menutup-nutupi; malahan,
Fakta itu semakin menegaskan bahwa beberapa media konvergen sekarang
kehadiran media massa maupun media memiliki kekuatan untuk “mengganti”
sosial adalah penting dan menentukan bagi realitas. Dengan kemunculan pandangan
upaya mempengaruhi khalayak. Keberadaan global, maka menghilangkan viewer-subject:
media dalam sistem demokrasi semakin dalam kedekatan persepsi, mata kita menjadi
menunjukkan dominasinya, dan pada saat tidak bisa dibedakan dari kamera optic, dan
bersamaan khalayak terus diasumsikan akibatnya kesadaran kritis bisa menghilang
sebagai pihak yang pasif dan harus dikontrol (Derian, dalam Edkins, 2006: 431).
serta dipengaruhi. Memang, karakter media
baru yang memungkinkan terjadinya proses Cerdas Bermedia
interaktif pada satu sisi merupakan sumber
Hilangnya kesadaran kritis inilah
daya potensial bagi demokratisasi. Akan
yang kemudian diharapkan oleh para
tetapi pada saat yang sama, media baru
elite politik melanda khalayak konstituen
tetap menunjukkan wataknya yang tidak
sehingga mudah dipengaruhi untuk
netral sebagai sebuah produk teknologi.
tujuan penggiringan massa ke arah yang
Karena itu dengan mudah digunakan oleh
telah ditetapkannya, yaitu mendukung

17
kepentingan politiknya. Elite politik masih Meskipun pada level decodingnya, teoeri
yakin bahwa publik melalui media online encoding decoding dari Hall juga berkaitan
bisa digiring ke mana ia mau, sehingga dengan khalayak aktif. Dengan demikian,
setiap kali masa kampnye para elite politik para profesional media yang terlibat di
senantiasa memanfaatkan media online dalamnya menetukan bagiamana peristiwa
untuk kepentingan memperoleh dukungn sosial “mentah” di-encoding dalam wacana.
yang sebanyak-banyaknya. Hanya saja Akan tetapi, pada momen kedua, segera
masalahnya adalah mengapa melakukannya sesudah makna dan pesan berada pada
dengan kampanye negatif? Merusak wacana yang bermakna, yakni, segera setelah
kompetitor secara tidak fair dan sportif? makna dan pesan itu mengambil bentuk
Sementara itu mengapa khalayak wacana televisual, aturan formal bahasa
juga masih mudah dipengaruhi? Inilah dan wacana “bebas dikendalikan”; suatu
yang menjadi masalah penting bagi pesan kini terbuka, misalnya bagi permainan
perpolitikan Indonesia yang mengarah pada polisemi (Storey, 1996: 13). Jadi dalam proses
cyberdemocracy. Kehadiran media baru mendecoding tampak terjadi pertautan
menjadi relevan untuk diikuti transformasi argumen dengan khalayak aktif.
kultur warganya sehingga cyberdemocracy Sebagaimana dikatakan Hall, terutama
menjadi bagian penting bagi upaya dalam kaitannya dengan momen ketiga,
meningkatkan kualitas demokrasi yang momen decoding yang dilakukan khalayak,
substansial. Salah satu persyaratan yang harus serangkaian cara lain dalam melihat dunia
dipenuhi untuk menuju ke cyberdemocracy (ideologi) bisa dengn bebas dilakukan.
adalah budaya baca dan kesadaran bermidia Seorang khalayak tidak dihadapkan dengan
secara cerdas atau yang lebih populer disebut peristiwa sosial mentah melainkan dengan
sebagai literasi media. terjemahan diskursif dari suatu peristiwa.
Gerakan literasi media ini sangat Jika suatu peristiwa menjadi ‘bermakna’ bagi
krusial perannya dalam memasuki era khalayak, pastilah persitiwa itu menyertakan
cyberdemocracy, sehingga sejak awal sudah interpretasi dan pemahaman terhadap
perlu mengubah asumsi dari khalayak yang wacana. Jika tidak ada ‘makna’ yang diambil,
diposisikn sebagai objek menjadi khalayak maka boleh jadi tidak ada ‘konsumsi’. Jika
aktif. Argumen ini sesuai dengan asumsi yang makna tidak diartikulasi dalam praktik, pasti
dikembangkan dalam tradisi kajian media tidak ada efek (Hall, 1980: 128).
(media studies) yang mengandaikan adanya Dengan kata lain, makna dan pesan tidak
khalayak berkesadaran kritis. Dalam studi sekadar ditransmisikan, keduanya senantiasa
media, argumen khalayak aktif merupakan diproduksi: pertama oleh sang pelaku
respons ketidakpuasan terhadap teori klasik encoding dari bahan mentah kehidupan
yang digemakan oleh Frankfurt School yang sehari-hari, kedua oleh khalayak dalam
mengkritisi peningkatan komersialisasi dan kaitannya dengan loksinya pada wacana-
komodifikasi dari industri media dan budaya. wacana lainnya. Setiap momen itu sudah
Penekanan pada khalayak aktif merupakan pasti, beroperasi dalam kondisi produksinya
penolakan terhadap tesis aliran Frankfurt, sendiri. Selain itu, sebagaimana dijabarkan
di mana khalayak dipandanga sebagai Hall, momen encoding dan decoding
korban sistem. Dalam pendekatan khalayak mungkin tidak benar-benar simetris. Tidak
aktif, keaktifan khalayak tampak dalam ada yang niscaya berkenaan dengan hasil
mendapatkan kesenangan (pleasure) dari dari proses -apa yang dimaksudkan dan apa
menonton televisi, dan dalam menentukan yang diterima boleh jadi tidak klop. Para
pilihan dan makna. Khalayak merupakan profesional media mungkin menginginkan
produsen teks dan teknologi. Jadi televisi decoding sama dengan encoding, namun
lebih merupakan tempat demokrasi budaya, mereka tidak bisa memastikan atau menjamin
bukan penindasan budaya (Ang, 1996: 8). hal itu. Encoding dan decoding terbuka bagi
resiprositas yang berubah-ubah, ditentukan

18
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

oleh kondisi eksistensi berbeda. Senantiasa politik vulgar dalam cyberdemocracy


ada kemungkinan akan kesalahpahaman. tersebut antara lain adalah masih percaya
pada asumsi media efek. Bersamaan
dengan itu pemahaman kekuasaan masih
Penutup
bersifa tunggal, sehingga para elite politik
Sekarang dan masa depan dunia politik memanfaatkan media online sebagai arena
akan bergeser menyesuaikan perkembangan untuk mempengaruhi massa dan kemudian
masyarakat online. Kehadiran media baru memobilisasinya. Cyberdemocracy akan
tak terelakan karena itu cyberdemocracy berjalan secara konstruktif dan produktif
adalah sebuah keniscayaan. Akan tetapi jika persaratan dasar seperti budaya baca
fakta menunjukkan, bahwa pada tahap dan tingkat literasi media masyarakat warga
awal sekarang ini, cyberdemocracy di sudah cenderung meningkat. Oleh karena
Indonesia masih embrional dan masih itu, sukses tidaknya praktik cyberdemocracy
diwarnai oleh praktik politik vulgar yang di Indonesia akan sangat bergantung pada
kurang mengindahkan etika berpolitik. upaya mendorong masyarakat warga
Pemanfaatan media online, terutama pada berkesadaran kritis. Dengan demikian
media sosial, yang mestinya menjadi bagian gerakan cerdas bermedia atau literasi media
dari pencerdasan politik warga, namun pada sebagai pendorong praktik cyberdemocracy
kenyataanya masih diwarnai praktik politik adalah mutlak adanya, sehingga praktik
yang penuh dengan ujaran kebencian, dan kampanye negatif dan kampanye hitam
bahkan juga kampanye negatif. dalam setiap momen politik akan semakin
Salah satu sebab utama maraknya praktik ternetralisir dengan sendirinya.

Daftar Pustaka
Ang. Ien. 1985. Watching Dallas. London: Methuen.
Barker, Chris, 2000. Cultural Studies: Theory and Practice. London: Sage Publications.
Edkins, Jenny, dan William, Nick Vaughan. 2009. Critical Theorists and International Relations.
Routledge. Edisi Indonesia: Teori-teori Kritis, Diterjemahkan Teguh Wahyu Utomo. Yogyakarta:
BACA.
Foucault. Michel. 1980. “Truth and Power”, dalam Power/Knowledge: Selected Interviews and Other Writings
1972-1977, ed. Colin Gordon. New York: Harvester Wheatsheaf, 109-133.
_____________. 1999. Discipline and Punish: The Birth of the Prison, terjemahan Alan Sheridan, London:
Penguin.
Foucault, Michel. 1990. Power and Knowledge. New York: Phanteon.
Hall, Stuart. 1981. Encoding/Decoding dalam S. Hall, D Hobson, A. Lowe dan P. Willis (ed), Culture,
Media, and Language. London: Hutchinson.
Hall, Stuart. 2006. “Encoding/Decoding”, dalam Durham & Kellner, Media and Cultural Studies: Keyworks.
London: Blackwell.
Holmes. David. 2005. Communication Theory: Media, Technology and Society. London: Sage Publications.
Keohane. Robert Owen dan Nye, Joseph S. 1977. Power and Interdependence: World Politics in Transition.
New York: Litle Brown.
Morley, David. 1980. The Nationwide Audience: Structure and Decoding. London: British Film Institute.
Ogden, M. 1994. Politics in a Parallel Universe: Is There a Future for Cyberdemocracy? Futures, 26(7).
Storey, John. 1996. Culuture Studies and The Study of Popular Culture: Theories and Methods. Athens: The
University of Georgia Press.
__________. 2007. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Diterjemahkan Laily Rahmawati. Yogyakarta:
Jalasutra.
Thawaites, Tony. Lloyd Davis, Warwick Mules. 2002. Introducing Cultural and Media Studies: Sebuah
Pengantar Semiotik. Diterjemahkan Saleh Rahmana. Yogyakarta: Jalasutra.

19
EDISI 22 Desember 2016

Lokalitas-Regionalitas
DiTengah-Tengah
Ekspansionisme Digital

We have owned the internet.  Our
companies have created it, expanded
it, perfected it. European companies, Oleh Agus Sudibyo1
who you know, can’t compete with ours,
are essentially trying to set up some road-
1 Kepala Program Studi Komunikasi
Massa Akademi Televisi Indonesia
blocks.”  Seperti dikutip Financial Time-
(ATVI) Jakarta.Makalah ini disampai-
s2ini adalah pernyataan Presiden Barack
kan dalam SYMPOSIUM ON ASEAN
Obama menanggapi sikap Uni Eropa COMMUNITY (SOAC) 2016 “PERSIST-
yang dalam beberapa tahun belakangan, ING HOPE AND ANXIETY”, Universi-
sedang berusaha keras dan kolektif mem- tas Gadjah Mada Yogyakarta 16-17
blokade ekspansi bisnis korporasi digital November 2016.
dari Silicon Valley California, khususnya
Google. Lebih tegasnya, pernyataan
itu adalah cerminan kebijakan ekonomi
geopolitik Amerika Serikat terkait pen-
etrasi produk-produk teknologi digital
yang seperti tiada henti dihasilkan negara
Paman Sam itu, dengan potensi ekonomi
yang semakin membesar dan membu-
tuhkan pasar yang semakin luas.

2 “Obama attacks Europe over technology


protectionism”, Financial Times, (16/2/15),
diakses dari https://www.ft.com/content,10
Februari 2016.
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

Pernyataan tersebut mencerminkan keniscayaan, ketertutupan adalah masa lalu.


dua hal. Pertama, Google, Yahoo, Facebook dan Di sisi lain, berbagai negara mulai
lain-lain tidak pernah sepenuhnya menjadi menyadari penetrasi teknologi digital
institusi sosial. Tanpa mengesampingkan menimbulkan banyak persoalan baru pada
kontribusi mereka terhadap demokratisasi aras kedaulatan informasi, kedaulatan
dan deliberasi di berbagai kawasan di bumi ekonomi dan pada gilirannya kedaulatan
ini, mereka adalah institusi bisnis yang politik. Mereka merasa hanya dimanfaatkan
concern utamanya adalah komodifikasi sebagai obyek dari lanskap komunikasi-
dan komersialisasi teknologi dan informasi. informasi global yang secara bisnis maupun
Kedua, sepak-terjang mereka di seluruh politis sangat didominasi Amerika Serikat
dunia ternyata tidak terlepas, bahkan (US-centric extraterritorial Internet).
menjadi bagian integral dari kebijakan China dengan keras menolak
luar negeri Amerika Serikat.Mereka dominasiGoogle dan dengan cepat
mencerminkan kepentingan ekonomi, pulaberhasil mengembangkan search
politik atau geopolitik Negeri Paman Sam. engine dan ecommercesendiri :Baido, Alibaba
Terbukti kemudian, pernyataan Obama di dan Tencent. Korea Selatan berhasil
atas kemudian digunakan sebagai senjata mengembangkan naver.com sebagai search
bagi para eksekutif dari Silicon Valley untuk engine terbesar di negeri Ginseng itu, juga
melobi dan menekan negara-negara Eropa untuk menahan dominasi Google. Rusia,
dan pemerintah Cina agar lebih terbuka Perancis, Jerman, Italia, Spanyol, Belanda,
terhadap perubahan lanskap komunikasi- Belgia, Brasil dan India juga mengambil
informasi global. langkah drastis terhadap Google, Facebook dan
lain-lain. Negara-negara ini mempersoalkan
U S - C E N T R I C E X T R AT E R - : 1) oligopoli akses internet global oleh
segelintir korporasi Amerika Serikat; 2)
RITORIAL INTERNET model iklan digital yang menyulitkan
Seperti dinyatakan Dan Schiller3, negara dalam menerapkan pajak; 3)
trend ekspansionisme digital di sini pelanggaran privasi dan kedaulatan pribadi
berbenturan dengan trend proteksionisme oleh mesin pencari dan media sosial; 4)
digital. Di satu sisi, pemerintah Amerika tidak adanya mekanisme “bagi hasil” untuk
Serikat dan korporasi-korporasi digitalnya media jurnalistik yang konten jurnalistiknya
menghendaki negara-negara di dunia diagregasi mesin pencari atau agregator
lebih membuka diri dan mengurangi berita.
batasan-batasan yang dapat mengganggu Pertanyaannya kemudian di manakah
penetrasi inovasi teknologi digital yang posisi Indonesia dan negara-negara dalam
seperti tiada henti mereka hasilkan.Mereka kawasan ASEAN yang kini telah tergabung
terus-menerus melakukan perlawanan dalam kesatuan ekonomi yang baru, MEA?
atas upaya Uni Eropa dan China untuk Patut digarisbawahi, dalam konteks industri
membatasi penetrasi bisnis mereka dengan media dan informasi ke depan, yang terjadi
isu anti monopoli, oligopoli akses informasi, di antara negara-negara kawasan ASEAN
right to be forgotten dan lain-lain.Berbagai terutama sekali bukan persaingan satu sama
alasan pembenar mereka ajukan untuk yang lain, tetapi bahwa mereka menghadapi
melegitimasi ekspansi produk-produk problem yang sama : ekspansi dan
digital Silicon Valey : internet adalah hak penetrasi raksasa-raksasa teknologi Global
setiap orang, demokrasi digital adalah seperti Google, Yahoo, Facebook, Microsoft
dan seterusnya, yang secara faktual telah
3 Dan Schiller, “Digital capitalism: stagna- menggerogoti eksistensi industri media dan
tion and contention?”, 13 October 2015, diakses informasi nasional.
dari https://www.opendemocracy.net/digitaliber- Kontroversi tentang pajak Google
ties

21
yang mengemuka di Indonesia hari-hari hiburan dan informasi.Industri hiburan
ini misalnya, juga dialami negara-negara hingga abad 20 digambarkan Lee masih
ASEAN lainnya, juga berada dalam mendistribusikan kesempatan kepada
konteks benturan antara ekspansionisme berbagai pihak untuk turut menikmati
dan proteksionisme digital. Demikian surplus ekonomi yang tercipta. Industri film
juga dengan masalah-masalah lain terkait misalnya, memberi pekerjaan kepada begitu
:oligopoli akses internet, musim gugur banyak orang : para pekerja pembangunan
media konvensional, right to be forgotten, dan perawatan gedung bioskop, mereka
unconsciousness syndrome dan lain-lain. yang terlibat pada lini distribusi film, teknisi
Pada intinya perlu kesadaran baru bahwa di gedung bioskop, pekerja gerai makanan
mesin pencari dan media sosial yang di loby bioskop dan lain-lain. Industri
sehari-hari kita gunakan tidak pernah media cetak juga memberikan banyak
sepenuhnya bersifat sosial.Di belakangnya jenis pekerjaan kepada masyarakat, dari
selalu tersembunyi motif komodifikasi dan wartawan, teknisi percetakan, hingga loper
instrumentalisasi sejumlah korporasi digital, koran.
yang merepresentasikan sebuah kekuatan Namun ketika industri hiburan dan
politik global. informasi itu telah bertransformasi ke dalam
Menghadapi kontestasi seperti ini, platform digital, terjadi proses efisiensi
negara perlu hadir menegaskan kepentingan sedemikian rupa dengan konsekuensi
nasional, melindungi kepentingan hilangnya jenis-jenis pekerjaan yang
warganya.Terintegrasi dalam lanskap sebelumnya ada pada tahap produksi
komunikasi-informasi global memang tak maupun distribusi. Meminjam istilah
terelakkan. Google, Facebook dan lain- Lee, proses digitalisasi, otomatisasi dan
lain berkontribusi signifikans terhadap globalisasi industri informasi dan hiburan
demokratisasi ruang publik politik dan telah memungkinkan raksasa-raksasa media
pengembangan ekonomi kreatif. Namun meraih keuntungan semaksimal mungkin
kita harus menghadapi integrasi itu dengan dengan memberi kesempatan lebih sedikit
sikap yang jelas agar tidak semata-mata bagi pihak lain untuk turut menikmatinya.
diperlakukan sebagai obyek eksploitasi Sebagai gambaran, web search engine
sistem ekonomi digital yang sangat seperti Google dapat mendistribusikan
oligopolik. Indonesia dan juga ASEAN informasi jurnalistik dan secara tidak
dengan dengan jumlah penduduk, kelas langsung mengomodifikasikannya tanpa
menengah produktif dan pengguna internet harus memiliki sekumpulan wartawan dan
yang sangat besar jelas amat menggiurkan struktur redaksi!
bagi raksasa-raksasa teknologi digital. Pokemon Go menghasilkan
Dengan keunggulan komparatif itu, apa pendapatan lebih dari 1 juta US$ per hari di
yang diraih? Posisi tawar seperti apa yang Amerika Serikat di bulan pertama setelah
dapat ditegakkan? diluncurkan.Berasal dari kota-kota kecil
dan menengah di seluruh Amerika Serikat,
REGIONAL INEQUALITY uang itu hampir seluruhnya masuk ke
kantong korporasi besar di California dan
Ada dua persoalan serius yang perlu
rekanannya di Jepang. Tidak ada surplus
diantisipasi di sini. Pertama, apa yang
ekonomi yang secara signifikan dibagi untuk
disebut Timothy B Leesebagai regional
perekonomian lokal. Lee menyebutnya
inequality.4Dengan mengambil conoth kasus
sebagai ketimpangan regional (regional
penetrasi Pokemon Go, Lee mempersoalkan
inequality) sebagai akibat dari struktur industri
dampak sosial-ekonomi digitalisasi industri
yang bersifat kapitalistik.
4 Timothy B Lee,“Pokémon Go is every- Pokemon Go tidak sendirian di sini.
thing that is wrong with late capitalism”, diakses Pola yang sama juga dipraktekkan Yahoo,
dari http://www.vox.com, 12 Juli 2016.

22
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

Google, Facebook dalam konteks lintas negara sama belanja iklan digital terus bertumbuh,
bahkan lintas benua. Belanja iklan yang semula namun sebagian besar dikuasai pemain-
terdistribusikan kepada media-media nasional pemain global. Ini terjadi di seluruh dunia
cetak, radio maupun televisi, perlahan namun termasuk di kawasan ASEAN.
pasti diambil-alih oleh raksasa-raksasa media
global itu. Berkat kelihaian dalam menghindari U N L E V E L P L AY I N G F I E L D
pajak di berbagai negara, pendapatan iklan dari
Kedua, revolusi digital juga
seluruh dunia dapat diproteksi dan dipusatkan
memunculkan masalah baru yang
di kantor pusat di negeri Paman Sam melalui
dampaknya sangat memukul industri
negara tax heaven seperti Irlandia, Belanda,
media, informasi dan hiburan pada
Segitima Bermuda dan Kepulauan Caiman.
tingkat lokal maupun regional, yakni
Analisis kritis sebagaimana ditawarkan
problem iklim berusaha yang timpang
Lee menunjukkan ambivalensi revolusi
(Unlevel Playing Field). Media sosial dan
digital.Di satu sisi, harus diakui revolusi
search engine pada dasarnya adalah
digital berdampak signifikan terhadap
dualitas antara institusi sosial dan institusi
tumbuhnya industri kreatif di tingkat lokal.
bisnis. Mereka tidak pernah sepenuhnya
Google berkontribusi dalam mendorong
beroperasi sebagai institusi sosial yang
tumbuhnya rintisan usaha berbasis online
memberikan secara cuma-cuma berbagai
sebagaimana hari-hari ini sedang menjamur
layanan kepada masyarakat. Mereka adalah
di Indonesia. Revolusi menumbuhkan dan
institusi bisnis yang menginstrumentalisasi
mengembangkan ekonomi kreatif sekaligus
dan mengomodifikasi ketergantungan
mendemokratiskan ruang publik politik.
masyarakat terhadap layanan-layanan yang
Namun di sisi lain, dia bersifat kanibalistik
mereka berikan sebagai obyek periklanan
terhadap industri informasi dan hiburan
digital.
lokal. Industri media cetak, radio dan
Sebagai gambaran, kita dapat
buku bertumbangan, sementara industri
menyimak data Zenithoptimedia berikut
televisi mengalami kelesuan. Di saat yang

23
ini. Trend iklan media digital mengalami disebut terakhir ini juga tidak mengalami
pertumbuhan pesat lima tahun terakhir. Dari perkembangan yang signifikan secara
total belanja iklan global yang mencapai 548 ekonomi. Yang mengalami perkembangan
milyar dollar tahun 2015, porsi iklan media signifikan sekali lagi adalah search engine
digital mencapai 29%, melampaui porsi dan media sosial.
belanja iklan media cetak yang mencapai Tak pelak lagi, masa depan dunia
12,8%. Belanja iklan televisi tetap dominan media ditentukan oleh inovasi dan manuver
dengan porsi 37,7%. Namun Zenitoptimedia raksasa-raksasa global itu. Di sini kita perlu
memperkirakan, porsi belanja iklan media memperhatikan bagaimana praktek bisnis
digital akan melampaui porsi belanja iklan web search engine seperti Google dan
media televisi tahun 2019. Yahoo mengubah nasib media jurnalisme.
Dari belanja iklan media digital Dengan kapasitas data base dan algoritma
sebesar 159 milyar dolar tahun 2015, yang mereka miliki, web search engine
sebanyak 65% dikuasai segelintir korporasi mampu mengagregasi dan menyajikan
global penyedia layanan search engine konten jurnalistik dari semua media sejauh
atau aplikasi media sosial seperti Google, terhubung melalui jaringan internet. Proses
Facebook, Yahoo dan lain-lain. Dalam lima agregasi ini notabene terjadi secara otomatis,
tahun terakhir, Google selalu mendominasi tanpa perjanjian apa pun dengan si pemilik
perolehan belanja iklan digital dengan porsi konten!
antara 39% hingga 44%. Bagaimana dengan Muncul persoalan etika dan hukum
belanja iklan media jurnalistik online?Secara di sini.Web search engine memperoleh
komparatif masih belum signifikan pendapatan iklan dari persebaran informasi
sehingga belum diperhitungkan secara yang sebagian besar tidak mereka produksi
global.Jadi tidak benar jika sebagian orang sendiri, tetapi mereka himpun dari sumber
berkesimpulan media jurnalistik cetak mati lain, katakanlah media jurnalisme cetak
karena media jurnalistik online, karena yang maupun online. Perseteruan pun terjadi

24
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

antara web search engine dan pengelola dimiliki sebuah perusahaan di Irlandia.
media jurnalistik di berbagai negara : Pajak Irlandia (12,5%) pun tidak dapat
Perancis, Inggris, Kanada, Spanyol, Belgia, diterapkan karena perusahaan tersebut
Jerman, Australia, Amerika Serikat dan harus membayar royalti kepada perusahaan
China. lain di Belanda. Perusahaan Belanda
Tahun 2013, Google membayar ganti ini kemudian membayarkan royalti ke
rugi sebesar 60 juta euro selama tiga tahun perusahaan Irlandia lain lagi tanpa pajak
kepada beberapa media Perancis untuk menurut peraturan Uni Eropa. Perusahaan
menghindari gugatan hak cipta.Agustus Irlandia terakhir ini juga terbebas dari pajak
2013, Parlemen Jerman mengesahkan karena dikontrol oleh wajib pajak di Negara
regulasi tentang hak cipta media pers Bermuda.Istilah Double Irish With a Dutch
(Ancillary copyright for news publisher). Sandwich popular digunakan untuk mengolok-
Regulasi ini mewajibkan agregator berita olok praktek semacam ini.
dan web search engine membayar royalti Pemerintah di kawasan Asia
atas konten berita yang mereka agregasi Tenggara menghadapi tantangan serius
dari media konvensional. Regulasi serupa untuk mengantisipasi praktek ulang-
juga diterapkan di Spanyol sejak awal alik pajak yang di Eropa dikenal dengan
2016.Beberapa pihak menolak regulasi ini, skandal Double Irish With a Dutch Sandwich
misalnya saja pengelola portal berita yang itu. Sementara di saat yang sama pajak
justru merasa terbantu oleh web search untuk korporasi digital secara langsung
engine.Kontroversi pun tak bisa dihindari. menyangkut pendapatan negara yang
Hubungan media jurnalistik dengan sangat signifikan besarannya. Menurut data
web search engine ibaratnya hubungan eMarketer, belanja iklan digital di Indonesia
“benci tapi rindu”.Nikos Smyrnaios tahun 2015 mencapai 12 trilyun rupiah
menyebutnya sebagai coopetision :kooperasi ($950 juta). Sekitar 70% dari total belanja
sekaligus kompetisi.5Penyebarluasan iklan digital itu diambil korporasi global
konten jurnalistik melalui web search seperti google, yahoo, facebook, twitter.
engine memungkinkan media jurnalistik Dapat dibayangkan, 8,4 trilyun transaksi
untuk mendapatkan indeks atau traffic. iklan tidak dapat dikenakan pajak di saat
Sebaliknya web search engine tergantung pemerintah Indonesia sedang mengalami
pada produktivitas media jurnalistik dalam defisit anggaran dan melaksanakan program
menghasilkan berita setiap hari. Namun di pengampunan pajak yang merepotkan
sisi lain, kedua pihak sebenarnya sama-sama rakyat kecil.
institusi bisnis yang bersaing untuk meraih Isu pajak ini terkait erat dengan iklim
iklan dan popularitas. Persaingan yang lebih persaingan usaha yang timpang.Jika media
banyak dimenangkan web search engine. massa konvensional maupun ecommerce
Masalah berikutnya adalah masalah lokal harus membayar pajak perusahaan
pajak.Negara Eropa seperti Inggris, atau pajak pendapatan, maka sejauh ini
Perancis, Spanyol, Jerman, Italia belakangan perusahaan penyedia search engine dan
sedang getol mempersoalkan praktek media sosial berhasil menghindari pajak.
penggelapan pajak lintas benua, terutama Tanpa adanya kepastian skema pajak, web
sekali yang dilakukan Google.Sekedar search engine dapat menerapkan harga iklan
ilustrasi, transaksi iklan Google di London yang murah atau meraih pendapatan iklan
tidak dapat dikenakan pajak Inggris lebih besar. Sementara media konvensional
(25%) karena hak paten aplikasi iklan tetap terbebani berbagai pajak dan biaya
produksi yang besar. Web search engine
5 Nikos Smyrnaios, “Journalism facing jelas lebih efisien karena mereka umumnya
the Internet oligopoly: Google, Facebook and tidak memproduksi informasi sendiri dan
news infomediation”, 2015, diakses dari http:// hanya mengagregasi informasi dari sumber
www.academia.edu.

25
lain. pilihan realistis.Namun merumuskan hubungan
Skema pajak untuk korporasi digital yang setara masih dapat dilakukan, bahkan harus
di sini sangat penting untuk menciptakan dilakukan.Kita misalnya dapat memulainya
iklim berusaha yang adil dan setara (level dengan mengkaji secara hati-hati regulasi
playing field). Google, yahoo, facebook dan tentang hak cipta media jurnalistik seperti
twitter sekali lagi pada dasarnya adalah diinisiasi negara-negara Eropa di atas.Apa
korporasi bisnis. Secara kategoris tidak ada yang dapat diambil dan dikembangkan dari
beda antara media sosial, mesin pencari regulasi ini untuk konteks Indonesia dan
dan media massa. Mereka sama-sama ASEAN? Perlu segera dipikirkan bersama.
entitas bisnis yang harusnya diperlakukan Ketiga, pengembangan search engine
setara sebagai wajib pajak.Pajak untuk dan media sosial lokal.Pengalaman China
mesin pencari dan media sosial di sini dan Korea menunjukkan memiliki search
menjadi instrumen vital untuk melindungi engine dalam lingkup nasional atau regional
kepentingan industry media dan informasi sangatlah strategis. Pengguna internet
di tingkat nasional atau regional.Revolusi pada umumnya mencari informasi dan
digital telah menghadirkan musim gugur data secara tidak langsung melalui search
bagi bisnis informasi-media : buku, media engine. Hanya 20% pengguna internet yang
cetak, radio, dan perlahan-lahan televisi. mengakses informasi langsung kepada
Sejauh media baru belum sepenuhnya website atau portal yang menyediakan
mampu menggantikan fungsi sosial media informasi tersebut. Google memanfaatkan
lama, eksistensi media-media lama itu tetap benar ketergantungan masyarakat
harus dipertahankan. terhadap search engine tersebut untuk
meraih leverage dan keuntungan bisnis
Beberapa Usulan yang luar biasa besar. Google merekam
behavioral data para pengguna Google
Dengan peta baru seperti ini,
sebagai search engine di seluruh dunia,
beberapa isu strategis perlu dipikirkan
lalu memanfaatkannya sebagai obyek
komunitas media.Pertama, untuk mendorong
periklanan digital dengan sistem pay per
terciptanya iklim bisnis media yang sehat,
click. Sudah seharusnya potensi ekonomi
rencana pemerintah meminta Google dan
dari bisnis search engine dan media sosial ini
lain-lain menjadi wajib pajak di Indonesia
juga dinikmati oleh pemain-pemain lokal
sesungguhnya patut disambut. Rencana ini
atau regional.Search engine dan media
turut menentukan nasib industri media-
sosial dimensinya bukan hanya ekonomi-
informasi-huburan di Indonesia ke depan, sejauh
bisnis, tetapi juga kedaulatan informasi,
pemerintah telah mengantisipasi benar praktek
kedaulatan fiskal dan kedaulatan nasional
pengalihan pajak seperti dijelaskan di atas.
karena kemampuannya dalam memata-
Komunitas pers perlu memberi perhatian lebih
matai, merekam dan memanfaatkan data
pada persoalan ini.Hal yang sama juga perlu
perilaku dan aktivitas para penggunanya
dilakukan pada level ASEAN. ASEAN sebagai
secara online (surveillance capitalism).
satu kesatuan, semestinya bisa menjadi pihak
Mengingat begitu pentingnya search engine
yang setara dalam berhadap-hadapan dengan
dan media sosial, maka opsinya bagi negara-
raksasa-raksasa teknologi global dan kekuatan
negara ASEAN hanya dua: terlambat atau
politik yang berada di belakangnya.Besarnya
terlambat sekali mengembangkannya.
potensi pasar ASEAN semestinya dapat menjadi
Namun ada satu kendala potensial
modal untuk memperoleh posisi tawar yang
yang perlu diantisipasi adalah persepsi
menguntungkan bagi seluruh negara dan
publik.Patrick HYPERLINK “http://www.
masyarakat di kawasan ASEAN.
mediacompolicy.org/promo/about/”Maines
Kedua, mengembangkan model hubungan
dalam telaahnya berjudul Google’s Impact
yang saling menguntungkan dengan web search
on Journalism, menunjukkan upaya
engine.Menolak keberadaan Google bukan

26
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

mempersoalkan praktek bisnis google Di google menjadi korporasi teknologi yang


Amerika Serikat terbentur oleh rendahnya sukses telah menginspirasi banyak orang,
dukungan publik.6Publik terlanjur khususnya generasi muda.Publik tidak
termanjakan oleh kemampuan google dalam begitu mempedulikan dampak-dampak
memberikan kemudahan informasi dengan korporatisasi google terhadap kedaulatan
spektrum yang begitu luas.Keberhasilan fiskal, eksistensi media jurnalistik dan lain-
lain.Publik hanya mempedulikan manfaat
6 Patrick Maines, “Google’s Impact on yang diberikan google. Apatisme yang
Journalism”, 22 Juli 2013, diakses dari http:// samasangat mungkin terjadi di Indonesia.
www.mediacompolicy.org/2013/07/articles/ * * *
media-competition

27
EDISI 22 Desember 2016

Menyoal Demokrasi Digital


di Indonesia

I
NTERNET telah menjadi instrumen
paling kuat dalam abad ke-21 untuk
Oleh Damar Juniarto*
meningkatkan transparansi dalam
mengawasi kerja pemerintahan, * Penulis adalah Regional
memberi akses pada informasi, dan juga Coordinator Southeast Asia
memfasilitasi warga untuk berpartisipasi Freedom of Expression
dalam membangun masyarakat yang Network/SAFENET, pegiat di
demokratis.Pemanfaatan teknologi internet Forum Demokrasi Digital/
untuk gerakan masyarakat sipil terutama FDD dan Gerakan Masyara-
terlihat mulai tahun 2011 lewat gerakan Arab kat untuk Demokrasi/GEMA
Springyang berawal dari Tunisia, Indignadas DEMOKRASI.
di Spanyol, hingga gerakan Occupy yang
mendunia, sampai-sampai TIME magazine
menobatkan tahun 2011 menjadi Tahunnya
Para Pemrotes. Warga garda depan yang ingin
melakukan perubahan politik dengan pola
pikirteknologi itukemudian disebut John
Postill (2014) sebagai kelompok Teknolog
Pembebasan/Freedom Technologist.
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

Kelompok Teknolog Pembebasan Castells menunjukkan minatnya padagerakan-


ini memainkan peranan penting dalam gerakan masyarakat sipil yang terjadi pada
menumbangkan rezim otoriter Presiden 2011 untuk meruntuhkan rezim-rezim diktator
Zen el-Abedine Ben Ali di Tunisia. Postill di berbagai belahan dunia yang ia anggap
menemukan peran pengacara dan blogger sama seperti menyebarnya viral gagasan-
Riadh Guerfali yang membuat situs TuniLeaks gagasan dan imaji-imaji akan masyarakat yang
berisi bocoran kawat diplomatik AS, lalu bebas dari penindasan.
terhubung dengan mantan aktivis Ali Bouazizi Castells menulis bagaimana ia sebagai
yang mengunggah video pembakaran diri bagian dari mahasiswa yang ikut terlibat dari
sepupunya Mohamed Bouazizi penjaja gerakan mahasiswa ’68 merasa menemukan
makanan di Facebook, kemudian video itu lagi gerakan sipil yang dulu dikenalnya,
diberitakan ke seluruh Arab oleh Al Jazeera meskipun untuk gerakan masyarakat sipil
yang dilarang masuk ke Tunisia. Al Jazeera yang baru ini ia menandai adanya perubahan
adalah media baru yang memanfaatkan media yang cukup signifikan di mana teknologi
sosial dan blog untuk memotong birokrasi informasi memiliki peranan menghasilkan
yang ketat dan memberitakan secara cepat komunikasi otonom yang tidak terpenjara oleh
kejadian di masyarakat. Tatkala pemerintah kepentingan dari media dan pemilik modal.
Tunisia melakukan sensor Facebook, kelompok Dengan adanya internet, terjadi apa
Anonymous melakukan Operasi Tunisia yang disebut Castells dengan “mass self-
dengan menyerang situs-situs pemerintah communication”, yakni penggunaan Internet
Tunisia dengan bantuan dari netizen Tunisia dan jaringan nirkabel sebagai platform dari
sehingga pada akhirnya Presiden Ben Ali jatuh komunikasi digitalsehingga produksi pesan
dan gerakan sipil ini meluas ke Syria, Irak, dilakukan secara otonom oleh warga dan sulit
hingga Libya. dikontrol oleh pemerintah atau korporasi. Itu
Di Spanyol, Postill menemukan peran yang menjadi bagian yang tak terpisahkan
pengacara hak cipta digital Carlos Sanchez dari gerakan masyarakat baru ini. (Manuel
Almeida yang membuat gerakan digital Castells, 2012)
#NoLesVotes bersama sejumlah aktivis
internet untuk mengajak warga Spanyol tidak Peran Internet Dalam Gerakan
lagi memberi suara untuk partai mayoritas Demokrasi Indonesia
sejak partai besar Spanyol mengeluarkan RUU Titik inilah yang saya pikir dapat
tentang copyright akibat tekanan Amerika dijadikan pintu masuk untuk serius
Serikat. Gerakan tersebut dilanjutkan oleh memertimbangkan peranan internet dalam
Gala Pin, Simona Levi, Javier Toret dan kawan- demokrasi di Indonesia. Kembali ke tahun
kawannya dengan membentuk organisasi 1994 hingga awal tahun 2000 ketika internet
payungDemocracia Real Ya/Demokrasi mulai digunakan oleh gerakan prodemokrasi
Sekarang Juga yang melakukan aksi massa di Indonesia hingga David T. Hill dan Krishna
ke jalan-jalan Madrid, termasuk melibatkan Sen menulis bahwateknologi komunikasi
hacker ternama Isaac Hacksimov yang seperti Internet memainkan peran sentral
memutuskan untuk berkemah di lapangan untuk menggulingkan kediktatoran Soeharto
Madrid dan direplikasi di seluruh Spanyol (David T. Hill dan Krisna Sen, 2005).
dan menjadi inspirasi gerakan Occupy yang Pada 20 tahun yang lalu, masyarakat
mendunia. Mereka inilah, menurut Postill, Indonesia masih mengandalkan cara
para aktor demokrasi yang baru. (John Postill, mendapatkan informasi melalui media
2014) konvensional: koran, majalah, radio dan
Pendapat lain juga ditulis oleh Manuel televisi. Selain itu, internet baru diperkenalkan
Castells, sosiolog terkemuka dari Universitat ke masyarakat Indonesia, selisih setahun dari
Oberta de Catalunya Spanyol yang kerap kepopulerannya di Amerika Serikat. Internet
meneliti tentang masyarakat informasi, Service Provider (ISP) baru muncul sehingga
komunikasi dan globalisasi. Dalam bukunya orang mulai mempunyai email pribadi
Networks of Outrage and Hope, Manuel dan bisa berselancar dengan peramban

29
Netscape Navigator, yang dikembangkan tidak bisa bergerak bebas, masyarakat mulai
dari pendahulunya NSCA Mosaic. Dengan mencari informasi alternatif. Setahun berlalu,
internet, orang mulai tukar menukar informasi internet mulai digemari anak muda. Apalagi
melalui email, meskipun tradisi menulis surat saat itu, Yahoo! sudah memulai jasa pembuatan
masih sangat kuat. email gratis sehingga orang berlomba untuk
Di zaman Orde Baru, kontrol informasi memiliki email gratis. Search engine, mailing-
berjalan begitu kuat mulai dari aturan surat list, internet relay chat (IRC) semakin akrab
izin terbit yang dikeluarkan oleh Departemen dengan masyarakat sehingga tercetus gagasan
Penerangan, intervensi ke meja redaksi oleh untuk memanfaatkannya sebagai lalu lintas
rezim, hingga pembunuhan wartawan. Salah informasi alternatif, pengganti yang buntu
satu kontrol informasi dikenal dengan nama tadi itu.
bredel (dari kata breidel yakni pembatasan), Pada tahun 1994, Solidaritas Mahasiswa
yang dianggap “pencabut nyawa” bagi Indonesia untuk Demokrasi (SMID) yakni
media yang kritis. Begitu dicabut Surat Izin gerakan mahasiswa untuk memperjuangkan
Usaha Penerbitan Pers (SIUPP), dengan demokrasi di Indonesia sudah menggunakan
seketika media tersebut tidak bisa beroperasi. email untuk berbagi informasi dan koordinasi.
Praktek bredel ini merupakan warisan Dikembangkan dengan sistem Sentra
ketakutan pemerintah kolonial atas media Informasi untuk mencegah terlacaknya
pers yang dikelola kaum nasionalis. Untuk informasi SMID oleh intelejen negara, jaringan
mengatasinya dikeluarkan haatzai artikelen, email pro demokrasi ini mayoritas berisi
yaitu undang-undang yang mengancam pers runtutan kronologis berita aksi mahasiswa/
apabila dianggap menerbitkan tulisan-tulisan buruh yang dikirim oleh anggota SMID
yang “menaburkan kebencian” terhadap dan update beritanya sewaktu terjadi
pemerintah. penangkapan terhadap mahasiswa atau buruh
Pada tanggal 21 Juni 1994, SIUPP tiga media yang berdemonstrasi ke Sentra Informasi
besar di Indonesia yakni Detik, Tempo, Editor yang berada di luar negeri, untuk lalu dikirim
dicabut Departemen Penerangan. Lewat Surat lewat email kepada organisasi dan pribadi-
Keputusan Nomor 123/KEP/MENPEN/1994, pribadi yang memerlukan berita alternatif
ketiga media ini ditutup karena dianggap tidak untuk mengimbangi media yang terhegemoni
menyelenggarakan kehidupan pers Pancasila oleh kekuasaan. Meskipun berita-berita ini
yang sehat dan bertanggung jawab sehingga masih beredar secara terbatas, namun sudah
mengganggu stabilitas nasional. Meskipun ada kesadaran menggunakan internet untuk
bertentangan dengan Undang-undang Pers perubahan sosial.
yang saat itu berlaku, UU Nomor 21 Tahun Di bawah tanah, tersembunyi dalam
1982, kekuasaan yang otoriter menyebabkan identitas palsu, digalang sebuah organisasi
ada kebuntuan informasi. layanan berita internet yang dikelola oleh
Kebuntuan informasi ini segera disikapi sebuah jaringan rahasia. Penggagas jaringan
oleh kalangan media saat itu. Setelah rahasia ini adalah Goenawan Mohammad,
pembredelan terjadi, pada bulan Agustus 1994 pemimpin redaksi Majalah Tempo. Di saat ia
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) didirikan dan maju untuk memperjuangkan status hukum
AJI menerbitkan majalah Suara Independen. Majalah Tempo di Mahkamah Agung, secara
Isinya menyebarluaskan informasi yang sembunyi-sembunyi, jaringan ini dipersiapkan
seringkali bertolak belakang dengan informasi untuk bekerja secara rapi. Jaringan rahasia ini
yang telah disetir oleh kekuasaan otoriter di kemudian dikenal dengan nama “Blok M”
bawah Soeharto. Tapi tak lama, tiga orang dan Irawan Saptono menjadi koordinatornya.
yang bergiat di majalah yang menyiasati Irawan bertugas mengatur nama palsu seperti
seolah penerbitannya berada di Australia itu, Ghufron, Tosca, dll., menyiapkan tempat
Ahmad Taufik, Danang KW, dan Eko Maryadi, persembunyian, dan menulis laporan untuk
akhirnya ditangkap dan dipenjara. dikirim ke John MacDougall.
Sensor informasi semakin menjadi-jadi Blok M bekerjasama dengan Nusanet
dan pers berada di titik petaka. Sadar bahwa dan mailing-list apakabar@clarks.net yang

30
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

dimoderatori oleh John MacDougall, sehingga bahan baru, informasi ini disebarkan melalui
berita yang ditulis oleh Blok M kemudian mailing-list yang ada kepada publik.
diposting oleh John MacDougall di mailing- Barulah pada Juli 1998, muncul portal
list apakabar dan dengan sendirinya meluas berita Detik.com yang dikelola oleh Budiono
masuk ke ruang-ruang privat lewat email Darsono, wartawan eks Detik dan kawan-
pribadi. Berita ini kemudian disebarkan lagi kawannya. Sejak itu, kebebasan informasi
antar mailing-list atau bisa juga diforward. menemukan “jalan lain” karena adanya
Saat itu Blok M mengelola enam layanan perkembangan teknologi informasi dan
berita bawah tanah ini: Pipa untuk berita tercatat memiliki kekuatan untuk membuat
umum, Bursa untuk berita ekonomi. Lalu ada perubahan sosial yang berarti.
SiaR untuk berita umum, Istiqlal untuk opini, Tumbangnya Orde Baru otomatis
Matebeam untuk berita dari Timor Timur, mengubah lanskap media konvensional.
Mambramo untuk berita dari Papua, Meunasah SIUPP tidak lagi menjadi momok dengan
untuk berita dari Aceh, TNI Watch untuk berita dibubarkannya Departemen Penerangan oleh
tentang TNI, dan Goro-Goro tentang lelucon Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
politik. Dua yang pertama segera ditutup Secara luar biasa, jumlah media meningkat
karena “tidak aman”. Selain itu, Blok M juga drastis. Dari situasi ketika informasi dibatasi
menerbitkan media cetak yaitu X-Pose dan di zaman kekuasaan Soeharto, kini informasi
Bergerak! meluap-luap. Tak hanya di media konvensional,
Di saat yang sama, kelompok-kelompok media digital pun juga mengalami hal yang
pro demokrasi lain juga mulai menggunakan sama. Selain Detik.com, muncul juga Astaga.
email mengikuti pola yang ada, termasuk com yang mendapat investasi besar dari
juga membentuk mailing-list baru dengan Afrika Selatan hingga portal-portal berita lain
keragaman tema. Tujuannya tetap sama: yang terus bermunculan.
menggunakan internet sebagai “jalan lain” Sayang pada akhirnya media-media
untuk melawan sensor dan represi informasi yang begitu banyak ini tutup satu per satu
oleh kekuasaan otoriter Orde Baru. bukan karena aturan sensor dari kekuasaan,
Di luar kelompok jurnalis, mahasiswa tetapi karena sebab-sebab yang sifatnya
merintis “jalan lain” untuk melawan internal dari dirinya sendiri: mismanajemen,
hegemoni informasi. Dengan memanfaatkan kegagalan menguasai distribusi, perolehan
lalu lintas informasi melalui email, iklan yang sedikit, dll. Masyarakat sendiri
mahasiswa membangun webzine/webportal sudah mulai pintar untuk memilah informasi
untuk menyuarakan pendapat mahasiswa- dari media, karena mereka mulai mengenal
mahasiswa di Indonesia mengenai kondisi beragam sumber informasi, baik lewat media
sosial masyarakat dan negara.Pada Mei 1998, konvensional maupun dari media digital.
diluncurkan KQ ONLINE Kampus & Kita di Lalu lompat ke tahun 2009, muncul
http://www.bubu.com/kampus yang dimotori gerakan Cicak versus Buaya di Facebook
oleh Lembaga Pendidikan, Penerbitan, dan sebagai bukti bagaimana media sosial dapat
Pengembangan Pers Mahasiswa (LP4M) berperan untuk mengumpulkan mereka
bekerjasama dengan Bubu.net. Media baru yang sepakat untuk melindungi Komisi
ini berbentuk webzine, bentuknya berbeda Pemberantasan Korupsi (KPK) dari kelompok
dengan mailing-list dan menawarkan tempat yang dipercaya ingin mengerdilkan peran
untuk berkomentar lewat forum diskusi online. KPK dengan menyatakan KPK tak lebih dari
Lembaga yang sama mencetak koran pamflet cicak yang akan berhadapan dengan buaya.
Mahasiswa Bergerak dan membangun basis data Jutaan followers berhasil dikumpulkan oleh
informasi di website berisi terjemahan tulisan, gerakan masyarakat sipil ini dan ratusan
risalah, berita untuk dipakai oleh publik secara dapat dikerahkan secara organik untuk
bebas. Mahasiswa-mahasiswa bekerja di membendung upaya penggembosan KPK.
kampusnya masing-masing, mengirim berita Kemudian pada tahun 2013, gerakan
melalui email, dan secara berkala webzine dan warga Rembang, Jawa Tengahsecara kolektif
website ini diperbaharui isinya. Setiap kali ada dan sengaja memutuskan memakai internet/

31
media sosial ketika melihat fakta media- Dari 34 platform atau website tersebut, 20
media di Jawa Tengah dibungkam untuk buah ditujukan khusus untuk kepentingan
memberitakan persoalan keberadaan pabrik Pemilu, 6 buahtidak terkait langsung dengan
semen di Rembang. Perjalanan mereka Pemilu dan 8 buah berguna/bermanfaat untuk
dimulai dari belajar memakai media sosial dan keduanya. Sementara, dari 31 aplikasi itu,
sempat harus menghadapi serangan bertubi- seluruhnya (100%) terkait dengan kepentingan
tubi dari buzzer yang berhasil membajak pemilu.
hashtag #SaveRembang yang mereka pakai Jika dipetakan berdasar fungsinya, dari 34
sebelumnya. Namun perebutan ruang tersebut platform/website tersebut: (a) ada 4 lembaga
kemudian dimenangkan oleh gerakan warga yang melakukan pemantauan media sosial
Rembang setelah mereka mengubah strategi termasuk diantaranya Politicawave, Provetic dan
lapangan dengan mengganti hashtag menjadi aspirasikita.org; (b) ada 4 yang berbentuk wadah
#RembangMelawan yang lebih progresif petisi daring dengan pengguna terbanyak
dan #DemiRembang yang memanfaatkan adalah Change.org (900.000); (c) ada 16 yang
penggalangan dukungan lewat platform petisi melakukan voter education; (d) ada 10 yang
online Change.org. mengerjakan pelacakan latar belakang politisi;
Sangat menarik untuk dipelajari (e) ada 9 yang melakukan e-countingtermasuk
bagaimana warga desa seperti di Rembang kawalpemilu.org; (f) ada 9 yang melakukan
yang selama ini dipersepsi terbelakang public assessment seperti Meteranpolitik.org
dalam pemanfaatan teknologi internet, justru dan KawalMenteri 2; (g) ada 7 yang melakukan
sekarang menjadi contoh gerakan masyarakat election watchdog termasuk MataMassa.org
baru yang berhasil memadupadankan dan ini yang paling menarik (h) ada 8 yang
antara model gerakan tradisional lewat jalur melakukan netizen proposal, yakni seperti:
kebudayaan dan gerakan modern lewat jalur kabinetrakyat.org, KAUR dan kawalmenteri.
sosial media. org. Background checking, e-counting, public
Contoh yang kurang lebih senada juga bisa assessment, election watchdog dan netizen proposal
dilihat pada gerakan masyarakat Ciptagelar, adalah inisiatif terbaru di Indonesia dan hanya
Jawa Barat yang memilih memakai teknologi terjadi di 2014.
informasi untuk mencapai tujuan-tujuan Sementara, jika dipetakan berdasar
demokratis yang mereka bayangkan, semisal metodenya, dari 34 platform/website
dengan memproduksi siaran televisi sendiri tersebut: (a) ada 29 yang menggunakan cara
lewat CigaTV, mengupayakan jalur komunikasi penyajian data; (b) ada 7 yang menggunakan
nirkabel antar warga dengan pemanfaatan cara review aggregator, seperti: jariungu.
OpenBTS serta pemakaian internet untuk com dan meteranpolitik.org; (c) ada 21 yang
memecahkan persoalan warga. menggunakan cara crowdsourcing; (d) ada
Di Indonesia juga sudah terjadi 6 yang menggunakan cara voting machine;
pemanfaatan internet untuk demokrasi. (e) ada 4 yang menggunakan cara crawling
Pemilu 2014 menandai inisiatif digital machine dan (f) ada 7 yang dilengkapi dengan
untuk meningkatkan kualitas demokrasi di opini/analisis. (John Muhammad, 2014)
Indonesia. Dalam Temu Demokrasi Digital Situs kawalpemilu.org yang berbasis
2014 yang digagas Forum Demokrasi Digital e-counting menjadifenomenal pada Pemilu
(FDD) John Muhammad dari Public Virtue 2014 lalu karena berhasil mengawal suara
Institute menyebutkan setidaknya pada publik dan mengontrol kinerja KPU. Dengan
2014 telah lahir 64 inisiatif di internet berupa pendekatan crowdsourcing dan big data,
platform, website dan mobile apps yang berusaha situs yang diinisiasi oleh Ainun Najib ini
memperbaiki demokrasi dengan rincian ada menghimpun inisiatif dan itikad warga
33 buah inisiatif berbasis platform/website, untuk mengawal dan mengontrol jalannya
30 buah berbasis mobile application dan 1 buah Pemilu yang difasilitasi oleh Internet. Situs
berbasis keduanya. Ini diluar inisiatif yang kawal pemilu kemudian bertransformasi
bersifat partisan atau yang dilahirkan oleh menjadi kawalpresiden.org. Situs ini mampu
media massa. menjembatani conversational leadership ala

32
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

Jokowi yang selama ini gemar blusukan dan anti-demokrasi yang juga hidup dengan
ngobrol bersama rakyat sehingga percakapan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
(conversations) bisa terjalin nyaris tanpa batas. Kehadiran Undang-Undang Tentang
(Yohanes Widodo, 2015) Informasi dan Transaksi Elektronik No. 11
Beberapa contoh tadi memberi kesan kuat Tahun 2008 atau disingkat UU ITE sejak tahun
pada saya bahwa peranan internet cukup 2008 merupakan bentuk regulasi yang semula
signifikan ketika kita berbicara mengenai dianggap bisa melindungi kepentingan
wajah demokrasi hari ini. Hal ini sejalan dengan swasta, negara, dan publik dari ancaman-
gelombang pemanfaatan teknologi internet ancaman kejahatan siber (cybercrimes). Di
terutama media sosial di berbagai belahan dalam kategori kejahatan siber itu, pembuat
dunia bahwa hari ini internet bukan lagi hanya kebijakan pada saat itu memasukkan 3 pasal
memampukan seseorang untuk menggunakan mengenai defamasi, penodaaan agama dan
hak untuk berpendapat secara bebas, tetapi ancaman online yang dianggap bisa mengisi
juga mampu menyuarakan hak asasi manusia kekosongan regulasi untuk menjerat para
dan mendorong kemajuan masyarakat ke pelaku kejahatan yang memakai teknologi
arah yang lebih baik dan memilikiperanan informasi.
untuk memenuhi hak warga atas kebenaran. Akan tetapi, SAFENET/Southeast Asia
Tanpa akses ke informasi yang memadai yang Freedom of Expression Network mencatat ada
disediakan oleh internet, maka gagasan akan lebih dari 215 pelaporan ke polisi atas dasar
transparansi, akuntabilitas pejabat publik, defamasi, penodaan agama, dan ancaman
pemberantasan korupsi ataupun partisipasi dari sejumlah pasal yang ada di dalam UU
publik dalam proses penyusunan kebijakan, ITE. 90% dari pelaporan merupakan dugaan
lebih sulit untuk terwujud. pelanggaran atas pencemaran nama baik (pasal
Dalam pemikiran saya, dinamika yang 27 ayat 3 UU ITE). (SAFENET, November
sekarang terjadi di internet memperlihatkan 2016) Elaborasi data lebih mendalam yang
bagaimana masyarakat sekarang ini sedang dilakukan oleh Remotivi mengungkap bahwa
menggunakan internet untuk melakukan dari pelaporan pasal pencemaran nama, 50%
counter-power, melakukan kontestasi merupakan pelaporan yang dilakukan oleh
kekuasaan ataspemahaman yang ajeg atas aparatur negara. (Remotivi, 2016)
bernegara, beragama, dan berekonomi. Organisasi ini juga menilai munculnya
Masyarakat sedang melakukan adu wacana 4 pola pemidanaan baru yaitu: aksi balas
akan gagasan NKRI, agama yang mayoritas, dendam, barter hukum, membungkam
dan ekonomi yang dikuasai oleh oligarki. kritik dan terapi kejut, yang membias dari
Saat ini sedang terjadi perluasan ruang tujuan awalnya. Jika semula pasal-pasal
publik-sosial politik ke cyberspaceyang disebut ini dimaksudkan untuk menangkap para
demokrasi digitalsehingga apa yang terjadi di penjahat siber, tetapi kini malah lebih sering
internet sebetulnya merupakan kepanjangan dipakai untuk mengkriminalisasikan warga
tangan dari apa yang sulit terjadi di lapangan. yang memanfaatkan internet dan media
sosial untuk menyampaikan keluhan, opini,
Sejumlah Masalah DalamDemokrasi isi pikirannya, polemik, hingga kritik kepada
Digital pimpinan daerah.
Namun berbagai catatan mengenai Sekalipun UU ITE ini telah direvisi per 26
keberadaan demokrasi yang berjalan dengan Oktober 2016 dan disahkan menjadi Undang-
memanfaatkan teknologi informasi dari Undang Nomer 19 Tahun 2016 namun
internet dan media sosial bukan berarti tidak permasalahan masih belum dituntaskan
mendapat halangan dan ancaman. Halangan sampai ke akarnya yaitu keberadaan pasal-
dan ancaman atas demokrasi di internet ini pasal tersebut di dalam UU ITE.
saya bagi ke dalam dua kelompok. Selain UU ITE, SAFENET juga melihat
Kelompok pertama yang berasal dari kebijakan sensor lewat praktik filtering dan
regulasi atau peraturan negara, sedang yang blokir situsweb yang dipakai juga untuk
kelompok kedua yang berasal dari kekuatan merepresi kebebasan ekspresi alih-alih untuk

33
membendung kejahatan berbasis diskriminasi ketertarikan seseorang. Jadi, sistem tersebut
etnis dan ras serta terorisme. Sehingga akan menampilkan konten-konten yang
implikasinya pada demokrasi dapat dilihat dari dirasa diinginkan oleh pengguna. Namun,
sejumlah indikator, antara lain: konten-konten tersebut tak dibuat untuk bisa
Pertama, terjadi efek jeri sehingga membedakan apakah konten yang ditampilkan
pengguna internet/media sosial takut untuk fakta atau bukan. Karena itu, hampir mungkin
memanfaatkan lagi teknologi internet ini seseorang hanya akan melihat konten yang
untuk demokrasi. Kedua, terjadi penutupan sesuai dengan ketertarikannya meskipun hal
media online baik karena pemiliknya dituntut itu palsu. Konten yang ditampilkan di News
dengan UU ITE atau situswebnya diblokir Feed akan melewatkan semua informasi dari
oleh Kominfo atas aduan masyarakat. Ketiga, sudut pandang berbeda.  Hal itu menurut
pelemahan gerakan-gerakan masyarakat baru sebagian orang tentu berpengaruh pada
dengan cara mengkriminalisasikan aktor- pendapat seseorang karena diberi informasi
aktor demokrasinya dengan UU ITE. Untuk yang sama terus-menerus.Inilah yang disebut
contoh yang terakhir dapat merujuk pada oleh Eli Pariser sebagai gelembung filter (filter
pemidanaan 11 aktivis dalam setahun terakhir bubble).
(SAFENET, 2016). Dalam buku The Filter Bubble: What the
Kelompok kedua yang saya pikir telah Internet Is Hiding from You, Eli Pariser menulis
mengancam demokrasi digital adalah para bahwa Google dan Facebook sebagai mesin
pengguna internet dan media sosial untuk pencari dan situs jejaring sosial paling
agenda anti-demokrasinya.Pertama, ancaman populer memiliki sistem rekomendasi yang
datang dari bentuk-bentuk “slacktivisme” menyesuaikan dengan perilaku berinternet
yakni bentuk kegiatan online yang tak punya kita. Setiap pencarian informasi di Google
dampak langsung pada perubahan sosial. akan tercatat, setiap interaksi dan perubahan
Bentuknya mulai dari membubuhkan “like” profil di Facebook akan tercatat.
pada status/facebook page hingga petisi Begitu juga di platform Twitter. Pilihan
online yang tidak mengubah apapun di dalam berkawan sudah menentukan jenis informasi
kenyataan. Ancaman-ancaman ini sangat yang didapat sebuah akun berdasarkan
melemahkan upaya untuk menjadikan media gelembung filter yang bekerja. Akibatnya di
sosial punya dampak kepada perubahan Twitter, pencarian informasi lebih bergantung
sosial.Terhadap yang terakhir ini, perlahan pada tanda pagar (hashtag) yang menjadi
mulai dikenali sebagai ancaman yang serius trending topic. Catatan inilah yang digunakan
karena menjadikan “social cause” hanya dalam merekomendasikan sebuah informasi.
sebagai bendera/slogan kosong dari kegiatan Bahkan dalam algoritma Twitter, teknologi
marketing. Karena sulit dibedakan antara yang ada saat ini tidak bisa membedakan mana
slacktivisme dan aktivisme sosial di tahapan ekspresi politik yang datang dari individu dan
awal, banyak masyarakat yang terjebak dan mana yang difabrikasi untuk menyampaikan
kemudian berapriori pada perubahan sosial dukungan oleh akun bot atau akun yang
yang hendak ditawarkan lewat media sosial. disebut pendengung (buzzer) politik.
Mereka takut perubahan yang ditawarkan Ketiga, dilakukannya kampanye
hanyalah perubahan semu. Sikap skeptis kebencian dengan mengkafir-kafirkan
mulai juga muncul dengan mengatakan pemeluk agama lain di luar kelompoknya,
bahwa kekuatan media sosial untuk diskriminasi terhadap kelompok LGBT,
melakukan perubahan sosial tak lain hanyalah praktik pengarusutamaan informasi bohong
gembar-gembor omong kosong dari social lewat buzzer dan bot, serta trolling kebencian
media evangelists. Bila skeptisisme ini meluas, yang dilancarkan secara masif dan terencana.
bukan tidak mungkin media sosial justru kian Ada banyak kelompok yang harus diwaspadai
melemah. karena secara aktif mereka paham cara kerja
Kedua, ancaman datang dari sisi internet dan media sosial untuk mereproduksi
teknologinya. Algoritma News Feed di pesan yang mereka perjuangkan.
Facebook memang dibuat berdasarkan Dengan model komunikasi Web 3.0,

34
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

dunia siber sebenarnya menawarkan output akan menimbulkan persoalan serius dalam
informasi yang beragam dan demokratis. demokrasi Indonesia.
Maksudnya, karena setiap pengguna memiliki Cara yang saya sarankan untuk
kesempatan yang sama untuk menyampaikan menanganinya yakni merevisi (lagi) berbagai
pendapat, mengolah informasi, lalu regulasi yang menghambat demokrasi digital
kemudian menyebarkan kepada pihak lain, dengan perspektif menghargai hak asasi
sehingga perbedaan pendapat adalah sebuah manusia dalam teknologi baru, melakukan
konsekuensi logis dari teknologi informasi literasi digital di kalangan usia muda (anak
yang disruptif semacam media sosial. Namun dan remaja) agar mereka melek pemanfaatan
dengan eksistensi masalah yang mengancam internet yang demokratis, dan konsolidasi
demokrasi itu, jalan mulus demokrasi digital dari para kelompok teknologi pembebasan
masih perlu diperjuangkan. untuk terus mendorong pemanfaatan internet
Maka dari itu dibutuhkan upaya bersama untuk demokrasi di Indonesia. Konsolidasi ini
dari mereka yang mempercayai teknologi barangkali benihnya sudah ada, tapi masih
internet bisa digunakan untuk demokrasi perlu diperluas dengan melibatkan lebih
agar masalah ini tertangani secara baik, banyak pihak semisal gerakan perempuan dan
karena bila tidak lekas-lekas diatasi maka para pendidik di sekolah-sekolah.[dam]

Daftar Pustaka
Castells, Manuel. 2015. Networks of Outrage and Hope: Social Movements in the Internet Age, 2nd Edition,
UK: Polity Press.
Harsono, Andreas. “Blok M”. 2011 http://www.andreasharsono.net/2011/07/blok-m.html diakses 10
Desember 2016
Juniarto, Damar. “Jalan Lain: Di Balik Internet di Indonesia 1994-2013″, presentasi di acara Traceroute
Party, April 2013.
La Rue, Frank. 2011. “Report of the Special Rapporteur on the promotion and protection of the right
to freedom of opinion and expression” http://www2.ohchr.org/english/bodies/hrcouncil/
docs/17session/A.HRC.17.27_en.pdf diakses 18 September 2016
La Rue, Frank. 2013. “Report of the Special Rapporteur on the promotion and protection of the
right to freedom of opinion and expression” http://www.ohchr.org/Documents/HRBodies/
HRCouncil/RegularSession/Session23/A.HRC.23.40_EN.pdf diakses 18 September 2016
Pariser, Eli. 2011. The Filter Bubble: What the Internet Is Hiding from You.
Postill, John. 2014. The Year of Freedom Technologist, dimuat dalam Savage Minds  http://savagem-
inds.org/2014/07/09/the-year-of-the-freedom-technologist/#more-11429 diakses 5 Januari 2016
Muhammad, John. Presentasi di Temu Demokrasi Digital, Desember 2014.
Remotivi. 2016. “Kritis Berpendapat, Penjara Kau Dapat”, http://www.remotivi.or.id/infografis/80/
Kritis-Berpendapat,-Penjara-Kau-Dapat
diakses 10 Desember 2016
SAFENET. 2015. “Pola Pemidanaan Pasal-Pasal Karet UU ITE”. http://www.slideshare.net/damarjuni-
arto/polapola-pemidanaan-pasalpasal-karet-uu-ite diakses 10 Agustus 2016
SAFENET. 2016. “The Struggle for Digital Democracy in Indonesia”. http://www.slideshare.net/dam-
arjuniarto/the-struggle-for-digital-democracy-in-indonesia diakses 18 September 2016
Steele, Janet. 2007. Wars Within: Pergulatan Tempo, Majalah Berita Sejak Zaman Orde Baru.
TEMPO, Tim Majalah, Alumni Majalah Tempo, 1994. Buku Putih Tempo: Pembredelan Itu.
Wawancara dengan Andreas Harsono, Lisa Febriyanti, Andy Yentriyani
Widodo, Yohanes. “Aksi Massa di Dunia Maya” Bernas Jogja, 12-13 Januari 2015

35
EDISI 22 Desember 2016

Komunikasi Politik
dan Kewarganegaraan
Demokratis
Abstrak

M
engangkat isu tentang pent- Oleh Lambang Trijono, Ph.D1@
ingnya media massa berperan
dalam mendorong berkem- 1 @
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan
bangnya komunikasi politik yang de- Ilmu Politik Universitas Gadjah
mokratis, paparan ini mengetengah- Mada, Yogyakarta. Lulus Sarjana
kan tantangan dihadapi media massa Sosiologi dari Universitas Gadjah
dalam membentuk subjek politik de- Mada tahun 1989 dengan skripsi
mokratis yang sangat diperlukan bagi Pembangunan Pertanian dan Dif-
berkembangnya masyarakat demokra- ferensiasi Kelas di Pedesaan Jawa.
tis. Mengeksplorasi secara teoritik dan Lulus Pasca-Sarjana di bidang Studi
praktikal persoalan ini, terutama dengan Konflik dan Perdamaian dari Uni-
memperhatikan kelemahan dan kelebi- versity of Sydney, Australia, tahun
han pandangan liberal dan komunitar- 2001 dengan thesis the May 1998
ian, paparan ini sampai pada kesimpulan Solo Riot, the Political-Economic
perlunya media massa menjalankan ko- Crises and Anti-Chinese Riot. Lulus
munikasi politik dalam platform politik Doktor di bidang Studi Perdamaian
kewarganegaraan demokratis. dari Universiti Sains Malaysia,
tahun 2016 dengan disertasi From
Rebel Movement to Political Par-
ties, the Post-Conflict Democratic
Transformation of the Free Aceh
Movement.
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

Latar belakang Paper ini berasumsi bahwa komunikasi


politik di masyarakat demokratis
Mempresentasikan berita politik di
memiliki karakteristiknya tersendiri dan
masyarakat demokratis memerlukan strategi
dalam prakteknya memerlukan strategi
dan cara tersendiri sehingga terbentuk
khusus dalam pembentukan subjek
subjek politik demokratis. Presentasi dalam
politik demokratis yang diperlukan bagi
pengertian paling fundamental berarti
berkembangnya masyarakat demokratis.
menghadirkan sesuatu yang masih absen
Sebagaimana akan dipaparkan dalam
dalam arena kehidupan publik. Sesuatu
artikel ini, merespon kegalauan publik
yang absen dimaksud adalah hadirnya
selama ini, penulis mengangkat perlunya
subjek politik demokratis warga negara,
pembentukan media demokratis bagi
atau politik kewarganegaraan, yang
pembentukan subjek politik demokratis,
diperlukan bagi berkembangnya masyarakat
atau politik kewarganegaraan, untuk
demokratis.
mengatasi kebuntuan politik sedang
Persoalan ini penting kita lihat
berlangsung. Ketiadaan media demokratis
kemungkinannya untuk menghadirkan
sangat kita rasakan selama ini. Sebagaimana
politik kewarganegaraan demokratis di
kita saksikan, di tengah kehidupan publik
tengah kuatnya fundamentalisme politik
selama ini telah berkembang kegalauan
berdasarnya kelas, etnisitas dan keagamaan
terkait berita politik berkembang di media
yang berlangsung di Indonesia selama
massa. Media massa dirasakan seringkali
ini. Dua hal penting perlu diperhatikan
mempresentasikan berita politik yang tidak
media dalam menghadirkan subjek politik
hanya kurang mencerminkan persoalan
demokratis, atau politik kewarganegaraan
publik nyata dihadapi warga masyarakat,
demokratis, melalui komunikasi politik
tetapi juga seringkali mereduksi peristiwa
sedang berlangsung.
politik menjadi berita yang lebih
Pertama, mempresentasikan betita
merepresentasikan kepentingan kelompok
politik berarti merepresentasikan praktek
politik dominan.
politik demokratis di arena kehidupan
Sebagian warga berpendapat
publik. Presentasi demikian itu secara
pemberitaaan politik di media kurang
refleksif tidak hanya akan membentuk
menyadari pentingnya pembentukan
identitas subjek politik, tetapi juga
subjek politik demokratis. Terlalu didekte
membentuk kehidupan publik. Pertanyaan
kepentingan bisnis, pemberitaan politik
muncul disini; subjek politik dan kehidupan
dirasakan terlalu konservatif hanya
publik seperti apa yang hendak kita bentuk?
mengedepankan kepentingan private
Kedua, persoalan ini membawa konsekuensi
daripada kepentingan publik. Sebagian
perlunya imaji atau cita-cita politik
lainnya berpendapat, pemberitaan politik di
masyarakat demokratis hendak dibentuk.
media terlalu bias kepentingan partai politik
Muncul pertanyaan kemudian; masyarakat
atau pemerintah berkuasa. Terlalu dekat
demokratis seperti apa yang hendak di kita
dengan penguasa, atau bahkan terlibat
bentuk di masa depan?
langung dalam politik kepartaian, media
Paparan artikel ini membahas perlunya
kerapkali sulit bersikap independen dalam
pembentukan subjek politik demokratis,
memberitakan peristiwa politik, dan bahkan
atau politik kewarganegaraan demokratis,
ditengarahi, seringkali tunduk memenuhi
dari berlangsungnya komunikasi politik
kepentingan propaganda pemerintah
berlangsung di media massa dan tantangan
berkuasa dan partai politik.
dihadapi dalam pembentukan masyarakat
Kecenderungan ini membawa
demokratis di Indonesia. Paper ini sekaligus
implikasi terabaikannya pembentukan
boleh dikata merefleksikan berkembangnya
subjek politik demokratis diperlukan
masyarakat demokratis di Indonesia dari
bagi berkembangannya masyarakat
komunikasi politik sedang berlangsung.

37
demokratis. Terbentuknya subjek politik Kemampuan media demokratis
demokratis, atau politik kewarganegaraan, menjalankan komunikasi politik bersifat
kurang diperhatikan media politik selama refleksif dan tranformatif bagi terbentuknya
ini. Padahal, seperti kita tahu, media subjek politik demokratis, atau politik
demokratis memiliki peran strategis dalam kewarganegaraan demokratis itu, menjadi
pembentukan subjek politik demokratis. kepedulian paparan ini. Perbaikan kualitas
Media demokratis tidak hanya memberikan komunikasi publik sangat diperlukan
peluang semua sudut dan sisi kepentingan untuk mencapai kehidupan publik
warga akan didengar suaranya, tetapi juga yang demokratis. Namun, mengingat
penting untuk memperbaiki kehidupan berkembangnya perbedaan yang semakin
publik. tajam sebagai akibat berkembangnya
Kehadiran media demokratis demikian praktek kebebasan dibawa demokrasi itu,
itu sangat diperlukan. Pembentukan perbaikan kualitas komunikasi publik saja
masyarakat demokratis di Indonesia selama tidak cukup, tanpa disertai kemampuan
ini mendapat tantangan tersendiri dari mengatasi bekerjanya dimensi politikal, atau
komunikasi politik sedang berlangsung. antagonisme, berkembang di masyarakat.
Komunikasi politik terasa masih belum Kemampuan menjalankan komunikasi
memberikan dukungan bagi terbentuknya politik di tengah berkembangnya dimensi
subjek politik demokratis. Bahkan, dalam politikal, atau antagonisme di masyarakat
banyak kasus, seperti kita saksikan selama itu, sangat diperlukan media massa. Hal
ini dalam komunikasi politik berlangsung itu penting bukan hanya untuk mencegah
di media massa, dari pemberitaaan Koran, terjadinya eksklusi dari pemberitaaan politik
penyiaran TV, sirkulasi informasi di media dilakukan. Melainkan, juga agar pemberitaan
sosial terkait aktivitas politik warga, politik dilakukan bermuara pada perbaikan
politisi, partai politik dan pejabat publik, kehidupan publik. Termasuk di dalamnya,
justru seringkali menghambat, dan bahkan perlunya pembentukan subjek politik
mematikan, atau menutup peluang, bagi demokratis, atau politik kewarganegaraan
terbentuknya subjek politik demokratis, dan demokratis, yang sangat diperlukan bagi
berkembangnya politik kewarganegaraan. berkembangnya masyarakat demokratis.
Media massa, dan bekerjanya
komunikasi politik itu sendiri, memang Memediai politik
sekarang ini menghadapi banyak tantangan
Pembentukan subjek politik
bagaimana bekerja di masyarakat
demokratis menjadi bagian penting
demokratis. Demokratisasi telah
dari politik kewarganegaraan terkini di
menjadikan masyarakat semakin plural.
masyarakat demokratis. Komunikasi
Praktek kebebasan dalam demokrasi
politik memiliki peran penting dalam
telah menimbulkan perbedaan semakin
pembentukan subjek politik demokratis
tajam di kalangan warga masyarakat.
ini. Politik kewarganegaraan merupakan
Berkembangnya kebebasan itu sendiri tidak
persoalan kesadaran keanggotaan warga
bisa dihambat, dan bahkan, diperkirakan
di dalam suatu komunitas politik, atau
akan semakin berkembang di masyarakat.
suatu negara, atau suatu Republik. Warga
Perkembangan demikian menimbulkan
sepenuhnya menjadi warga negara ketika
tantangan tersendiri bagi pencapaian
terikat dalam satuan politik negara dan
kepentingan umum, atau kebaikan publik.
karena itu hubungan warga dan negaranya
Tanpa dicapai kepentingan umum dan
tidak bisa diabaikan dalam penguatan
kebaikan publik itu sulit dibayangkan
politik kewarganegaraan.
akan terjadi perbaikan kehidupan publik
Hubungan demikian itu dimediasi oleh
sebagaimana diharapkan masyarakat
media dalam aktivitas disebut memediai
demokratis.
politik. Hal itu berlangsung dalam dua ruang

38
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

atau arena penting, yaitu di ranah publik, bekerjanya politik atau praktek penggunaan
atau public sphere, dan ranah kebijakan, atau kekuasaan berlangsung di masyarakat
policy sphere2. Ranah atau arena publik disini demokratis. Bekerjanya media dalam
menunjuk pada arena kehidupan publik masyarakat demokratis sekarang ini penting
informal, mulai dari dalam bentuknya bisa memperhatikan apa yang disampaikan
seperti cafe, ruang internet untuk bersenda Foucault tentang bekerjanya kekuasaan
gurau, pertukaran opini di majalah atau dalam masyarakat demokratis. Menurut
koran, hingga program perbincangan Foucault, kekuasaan tidak lagi dipahami
dan wawancara di telivisi, dimana warga hanya terkonsentrasi pada lokus suatu
bisa mengeksplorasi kehidupan sosial, tempat, seperti di kantor, lembaga,
menyampaikan kepentingan publik, atau organisasi, negara, perusahaan, korporasi
terlibat dalam konflik dan penyelesaiannya dan sejenisnya. Melainkan tersebar ke
dalam urusan publik. Dalam ranah ini, seluruh masyarakat melalui beroperasinya
individu-individu memiliki kebebasan lembaga, diskursus, dan praktek politik
untuk menilai kualitas kebijakan publik sedang berlangsung. Seperti diktum
atau pemerintahan bebas dari sensor. dikatakan Foucault bahwa ‘kekuasaan ada
Sementara penting melihat bagaimana dimana-mana, karena ia berasal dari mana-
orang terlibat dan mengkomunikasikan mana, ‘power is everywhere because it comes
sikap politiknya dengan yang lain atau from everywhere’.
terhadap pemerintahan, penting juga Mengikuti diktum ini, kita menemukan
melihat tingkatan dimana deliberasi publik, kekuasaanlah yang membentuk institusi,
dan siapa terlibat dalam deliberasi tersebut, dan bukan sebaliknya institusi yang
mendapatkan jalannya untuk menjadi bagian membentuk kekuasaan. Selain itu, juga,
atau mempengaruhi penentuan kebijakan. berarti pembacaan kita atas kekuasaan
Dalam hal ini, penting melihat perbedaan yang bersifat statist, atau juridiko-politiko,
politik dalam arti seperti yang terjadi dalam bahwa kekuasaan bersandar pada institusi,
hubungan antara warga dengan institusi harus ditinggalkan menuju pembacaan atas
seperti parlemen, pengadilan, dan institusi praktek penggunaan kekuasaan bersifat
lain, atau disebut policy sphere, dan politik diskursif dan formatif terbentuk dari
sebagaimana ditunjukkan dalam kepedulian bekerjanya diskursus dan praktis setiap
warga terhadap kekuasaan dan nilai yang subjek warga dalam membentuk masyarakat
ada dan berlangsung di dalam kehidupan demokratis3.
sosial atau arena publi, atau disebut public Pandangan Foucault ini membawa
sphere. Hanya dengan memperhatikan apa implikasi perlunya media memperhatikan
yang terjadi di kedua political sphere itulah perjuangan politik setiap orang dan individu
kita bisa menilai politik kewarganegaraan, atau warga masyarakat di berbagai lokasi
dan hubungan warga negara dan negara, kehidupan dalam menentukan bekerjanya
dalam konteks berlakunya sebuah institusi. Setiap orang dan individu tidak
komunikasi politik. bisa menolak bekerjanya kekuasaan, atau
Membaca komunikasi politik menempatkan diri di luar beroperasinya
berlangsung di masyarakat demokratis, kekuasaan, dalam diskursus dan praktis
dan bagaimana media berperan dalam yang menentukan bekerjanya institusi
pembentukan subjek politik demokratis atau negara, yang bersifat pervasive, dan
diperlukan bagi berkembangnya masyarakat terkadang oppresive, dan bahkan seringkali
demokratis, juga penting memperhatikan repressive. Beroperasinya kekuasaan dalam
bekerjanya negara, atau setiap institusi,
2 W. Lancae Barnnett dan Robert M. Ent- termasuk organisasi ekonomi dan korporasi
man, Mediated Politics, Communication
in the Future of Democracy, Cambridge: 3 Michael Foucault, Society Must Be Defend,
Cambridge University Press, 2005. New York: Picador, 1997.

39
itu, membentuk kesadaran politik subjek mendorong mesin yang lain, mesin disetir
melalui subjektivikasi sedang berlangsung. mesin yang lain, dengan segala kombinasi
Setiap subjek seringkali dipaksa dan koneksi yang ada, dan keterlibatan
tunduk dan mengikuti konstruksi atau subjek di dalamnya, sehingga dengan itu,
gambaran dibentuk dari beroperasinyya apa yang kita lihat selama ini sebagai subjek
kekuasaan di dalam negara atau institusi dengan identitas yang utuh kini tiba-tiba
sehingga tidak jarang menimbulkan menjadi terbelah atau pecah berkeping.
resistensi di kalangan warga masyarakat. Subjek dengan itu menjadi sesuatu hal
Seperti dikatakan Faucault ‘dimana ada sekunder dari arus aliran kehendak yang
kekuasaan, disitu ada resistensi, whereever dikendalikan bekerjanya mesin komunikasi
power, there is resistance. Bekerjanya ini.
media di masyarakat demokratis disini Kecenderungan ini, menurut Delueze
termasuk di dalamnya, melalui informasi dan Guattari, menciptakan sebuah subjek
dan diskursus yang dihadirkan di arena khusus tersendiri dalam masyarakat
publik, tidak bisa terhindarkan menjadi komunikasi massa, yaitu apa yang disebut
bagian dari beroperasinya kekuasaan dalam dengan ‘tubuh tanpa organ’, atau body
membentuk kesadaran politik subjek warga without organ. Subjek ibarat tubuh tanpa
masyarakat. organ ini merupakan subjek yang terbelah
Beroperasinya kekuasaan begitu masif dimana kesatuan subjek individual atau
membentuk kesadaran politik subjek, melalui organisasi menjadi terbelah atau berkeping
bekerjanya institusi, diskursus dan praktek disebabkan derasnya praksis komunikasi
politik berlangsung itu, membuat kita perlu dan begitu melimpah informasi dalam
malakukan pencermatan tersendiri terhadap praksis komunikasi publik.
perkembangan demokrasi berlangsung Berangkat darisini, Delueze dan
sekarang. Banyak kekhawatiran muncul Guattari juga mengetengahkan perlunya
di kalangan pengamat bahwa komunikasi memperhatikan berkembangnya apa yang
politik berlangsung di masyarakat diwarnai disebut model berfikir rhizomatic, atau
keterbukaan, kebebasan, atau demokratisasi rizhomatic model of thought, sebuah model
sekarang, akan membentuk rezimnya berfikir yang meninggalkan esensi, kesatuan,
sendiri mengabaikan terbentuknya subjek dan logika biner, menuju berkembangnya
politik demokratis. Seperti dikatakan multiplisitas, pluralitas dan proses menjadi
Deleuze dan Guattari, berkembangnya subjek baru. Rhizome merupakan model
masyarakat komunikasi massa sekarang berfikir yang menolak kesatuan atau esensi,
ini telah membentuk rejim nomologi mesin menuju koneksi yang tiada henti antar subjek
yang mengendalikan perkembangan yang tidak didominasi oleh suatu pusat atau
masyarakat. Masyarakat seakan bergerak subjek terpusat. Melalui keterbukaan dan
sendiri dikendalikan rejim nomologi tanpa keterkaitannya dengan dunia luar tiada
disertai kesadaran subjek didalamnya4. henti, subjek selalu dalam proses menjadi,
Dalam paparannya tentang setiap subjek menjadi berbeda, plural, dan
nomologi mesin, atau mesin yang tiada henti terus menjadi subjek yang baru.
memiliki kehendaknya sendiri diluar Berkembangnya cara berfikir
kesadaran subjek itu, Delueze dan Guattari rhizomatic ini membawa implikasi tersendiri
menyaksikan dimana-mana yang bekerja terhadap kehidupan politik. Arena politik
sekarang ini adalah mesin, sebagai sesuatu sekarang ini tidak lagi dianagurasi atau
yang riil, dan bukan figurative. Mesin ditahkta berdasar garis pertarungan politik
negara atau subjek politik yang bersifat
4 Gilles Deleuze and Felix Guattari, A
tetap atau esensial. Pembagian subjek
Thousand Plateaus, Capitalism and
politik yang menempatkan adanya subjek
Schizoprenic, London: Althone Press, kekuasaan negara dan subjek resistensi
1988.

40
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

masyarakat sipil, sebagaimana dibayangkan Perkembangan ini memunculkan


teori revolusi politik lama, tidak lagi berlaku antagonisme baru di masyarakat, sebagai
disini. Hal itu disebabkan karena garis bentuk ekspreasi dari resistensi dilakukan
politik revolusi politik lama tidak lagi bisa kelompok ini terhadap komodifikasi,
membentuk koneksi multitude, termasuk birokratisasi dan homogenisasi berkembang
koneksi dengan kekuasaan yang mereka dalam kehidupan sosial. Namun, gerakan
lawan. Karena itu, dalam model rhizomatic mereka pada umumnya masih mengambil
ini tindakan politik begitu sulit diprediksi bentuk gerakan yang terfragmentasi,
dan karena itu akan selalu bersandar pada partikular dan sangat beragam,
sebuah penanda politik. Tetapi, bersandar menghasilkan diferensiasi dan tuntutan
pada penanda politik itupun, dilihat politik berbasis kepentingan individualitas
Delueze dan Guattari, bukan jalan keluar sangat beragam.
disarankan, dan bahkan perlu dihindari. Fragmentasi seperti itu memang
Karena, dalam pandangannya, cara berfikir tidak mudah menghasilkan gerakan sosial
rhizomatic sesungguhnya merupakan cara yang padu. Namun, ketika perkembangan
berfikir ingin keluar dari dominasi penanda ekonomi mengalami krisis dan pengangguran
politik, atau dari skema rasionalitas bahasa, meluas, maka tidak terhindarkan membuat
yang mereka lihat memiliki karakter politik situasi mereka akan menjadi sangat sulit.
otoritarian. Ketika kita menambahkan masalah ini
Namun, meski peringatan Delleuze dengan disintegrasi berlangsung di dalam
dan Guattari itu penting diperhatikan, kehidupan rumah tangga, dan ketika
peluang pembentukan subjek demokratis aktivitas mereka tereduksi hanya sekedar
itu sesungguhnya tidak hilang sama sekali. sebagai subjek konsumsi, dan dengan itu
Justru dari perkembangan komunikasi tidak disertai integrasi sosial yang memadai,
politik itulah kita mendapatkan sebuah maka subjek politik baru itu akan mudah
pergerakan politik khusus dalam mendorong berubah menjadi gerakan pemberontakan
perkembangan demokrasi. Seperti dikatakan kaum muda, sebagaimana sering kita
Laclau dan Mouffe, gerakan demokratis saksikan di berbagai protes berlangsung di
terkini mucul dalam bentuknya yang sangat kota besar dan di berbagai belahan dunia
spesifik dipicu berkembangnya kultur selama ini. Persoalan ini tentu penting
politik paska-perang dunia kedua, yaitu menjadi perhatian media demokratis dalam
kultur politik terbentuk akibat ekspansi menghadirkan subjek politik demokratis,
sarana komunikasi massa. Perkembangan atau politik kewarganegaraan, diperlukan
sarana komunikasi massa memunculkan bagi berkembangnya masyarakat
kelompok baru, didorong konsumsi dan demokratis.
gaya hidup baru, yang tak terhindarkan
mempertanyakan kemampanan politik lama Bekerjanya
dimiliki kelompok dominan5. Munculnya
kultur demokratis dari kalangan konsumer dimensi politikal
itu tidak diragukan mendorong munculnya Pembacaan kita terhadap munculnya
perjuangan politik baru yang berperan gerakan sosial di kalangan kaum muda,
sangat penting dalam melakukan penolakan atau atagonisme politik baru, dipicu
terhadap segala bentuk subordinasi yang perkembangan sarana komunikasi massa
berlaku selama ini. itu, mendorong media massa penting
5 Ernesto Laclau dan Chantal mempertimbangkan bekerjanya dimensi
Mouffe, Hegemony and Social- politikal dalam menjalankan komunikasi
politik. Pemhaman terhadap bekerjanya
ist Strategies, Toward a Radical
dimensi politikal, atau antagonisme politik
Democratic Politics, London: Verso,
yang bisa muncul kapan saja dan melalui
second edition, 2001.

41
basis pengelompokan apa saja ketika rugi, atau kategori estetika, indah dan jelek.
hubungan diantara mereka mengambil Kehidupan politikal, atau das politiche, atau
bentuk antagonisme antara kita dan la politique, memiliki kriterianya sendiri dari
mereka itu, penting dimiliki media dalam terbentuknya hubungan antara musuh dan
menjalankan komunikasi politik. kawan, atau friend and enemy relationship,
Memahami bekerjanya dimensi ketika suatu kelompok mendifinisikan diri
politikal berbeda dengan pemahaman politik sebagai kita berhadapan dengan mereka.
berbasis pengelompokan berdasar kelas, Konstruksi semacam itu bisa berlandaskan
etnisitas dan keagamaan, yang dipandang apa saja, bisa ekonomi, kelas, etnisitas,
telah tetap, atau esensial, melainkan perlu sentimen keagamaan, dan lainnya,
memahami pembentukannya sebagai ketika didayagunakan kelompok dalam
subjek politik dalam proses yang kontigen, berhadapan dengan kelompok lain yang
prekarius atau sedang dan terus menerus didefinisikan atau dikonstruksi sebagai
menjadi subjek politik yang baru. Padangan musuh6.
Foucault tentang beroperasinya kekuasaan Menyempurnakan pandangan Schmitt
yang tersebar dalam bekerjanya institusi, untuk keperluan membaca perkembangan
diskursus dan praktis politik disini relevan masyarakat demokratis sekarang, Chantal
dipergunakan. Meski, bagaimana subjek Mouffe, menambahkan perlunya melihat
politik terbentuk dalam beroperasinya bekerjanya dimensi politikal itu dalam
kekuasaan yang tersebar itu tidak harus kehidupan sosial untuk menghadirkan
terjebak dalam dikotomi hubungan politik guna menciptakan tertib sosial, atau
kekuasaan anatar negara dan masyarakat, public order, atau pencapaian kepentingan
atau antara dominasi dan resistensi. Tetapi, dan kebaikan publik. Menurut Mouffe,
lebih mengikuti Delueze dan Guattari, yang bekerjanya dimensi politikal itu dapat dilihat
melihat tidak adanya titik pijak dan tujuan pada antagonisme yang berkembang di
yang pasti karena hilangnya subjek politik berbagai sektor kehidupan sosial dan untuk
ditengah berkembangnya komunikasi massa mengatasinya perlu dihadirkan politik, yaitu
sedang berlangsung. Namun demikian, bentuk kelembagaan, institusi, diskursus,
dalam situasi khusus, seperti dikatakan dan praksis politik, untuk mengatasi
Laclau dan Mouffe, berkembangnya antagonisme sedang berlangsung7. Namun,
komunikasi massa itu juga menciptakan berbeda dengan Schmitt yang melihat
subjek politik sendiri yang bisa menjadi dimensi politikal itu dari kontruksi tentang
subjek sejarah yang membawa perubahan, musuh sedang berlangsung, sehingga
melawan dominasi, dan segala bentuk sub- politik seringkali berujung pada nilihilisme
ordinasi politik lama, menuju kehidupan dan praktek otoritarian, Mouffe melihat di
politik yang lebih egaliter. masyarakat demokratis konstruksi musuh
Dihadapkan konstelasi politik itu perlu menjadi konstruksi tentang lawan
semacam itu, media politik penting (adversary), yaitu mereka yang dilawan
memahami bekerjanya dimensi politikal, pendapat atau pandangannya namun hak-
terutama dalam keterkaitannya dengan hak mereka dalam berpendapat dan berbeda
kehidupan sosial, dan perlunya pandangan diakui sebagai sesuatu hal yang
menghadirkan politik untuk menciptakan sah dalam demokrasi.
order sosial atau menciptakan kepentingan Pembacaan atas dimensi politikal,
publik. Sebagaimana ditekankan Schmitt, atau atagonisme dalam versinya sebagai
memahami kehidupan politikal berbeda lawan dan bukan sebagai musuh ini,
dengan memahami politik seperti sering
dikatakan kalangan liberal, yang seringkali
6 Carl Schmitt, The Concept of Political,
terjebak dalam kategori moral, baik dan Chicago: University of Chicago Press, 2007.
buruk, dan kategori ekonomi, untung dan 7 Chantal Mouffe, On The Political, New
York; Routledge, 2005.

42
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

sangat membantu dalam menjalankan an demokratis


komunikasi politik berlangsung di
Kita telah mendiskusikan koneksi
masyarakat demokratis. Terutama dalam
antara pembentukan subjek politik
pembentukan media demokratis yang
demokratis, atau politik kewarganegaran,
mampu menghadirkan suara dari berbagai
dengan kehidupan sosial atau masyarakat
sisi dan kepentingan sehingga bisa didengar
politik ideal hendak kita ciptakan ke
dan dengan itu tercipta kehidupan publik
depan. Kita juga telah menempatkan hal
yang demokratis. Selain menyadari
itu dalam bekerjanya dimensi politik,
adanya konflik dalam setiap pembentukan
sebagai arena penting dimana kehidupan
kehidupan publik, komunikasi politik
publik berlangsung. Berikut ini kita bahas
bersifat terbuka dan demokratis itu diharap
lebih lanjut kontestasi pandangan politik
lebih mampu membentuk subjek politik
tentang warga negara sebagai subjek politik
demokratis, atau politik kewarganegaraan,
demokratis dari berbagai pandangan politik
sebagai jawaban atas kebuntuan politik
dan idiologi sebelum kita menempatkannya
akibat antagonisme politik berlangsung
dalam konteks komunikasi politik sedang
di masyarakat. Dalam formula dan format
berlangsung dan media politik diperlukan
politik agonistik, mengakui adanya konflik,
bagi artikulasi politik kewarganegaraan
atau antagonisme, dan melihat pihak lain
demokratis.
berbeda pandangan sebagai lawan, dan
Sebagaimana dikemukakan Mouffe,
bukan musuh yang harus dienyahkan, itulah
selama ini terdapat perbedaan pandangan
kita menempatkan perlunya menghadirkan
di kalangan pengamat tentang bagaimana
komunikasi politik bersifat agonistik, atau
politik kewarganegaraan dilihat sebagai
media demokratis, untuk mengatasi krisis
subjek politik demokratis. Cara mereka
demokrasi berlangsung sekarang.
memandang politik kewarganegaraan
Pembacaan demikian itu membawa
sangat dipengaruhi pandangan tentang
implikasi bahwa perbaikan komunikasi
komunitas atau masyarakat politik
politik dilakukan disini tidak hanya dengan
yang mereka bayangkan. Ketika mereka
melakukan perbaikan kualitas komunikasi
dihadapkan pada krisis politik dan
publik, untuk mencapai konsensus nilai,
kemandegan intelektual dalam politik kelas,
atau kesamaan pandangan dan penilaian
etnisitas, keagamaan, dan identifikasi politik
moral, yang sebenarnya bersifat represif,
bersifat tetap atau essensial lainnya, mereka
seperti ditekankan pengikut Habermas
kemudian menyadari perlunya identifikasi
selama ini, melainkan mengakui bekerjanya
baru bagaimana pengorganisasian sosial
dimensi politikal, yang memberikan
dilakukan dalam politik demokrasi.
jalan bagi pembentukan subjek politik
Persoalan identitas politik disini sangat
demokratis. Pembentukan subjek politik
penting dan bagaimana kita berupaya
demokratis, atau politik kewarganegaraan
membentuk identitas politik warga negara
demokratis, disini merupakan jawaban atas
menjadi satu hal penting dilakukan dalam
hilangnya subjek politik dan kemandegan
menjalankan politik demokrasi8.
atau krisis demokrasi berlangsung selama
Selama ini berlangsung debat antara
ini. Subjek politik demokratis, atau politik
politik liberal Kantian dengan komunitarian,
kewarganegaraan, disini membawa misinya
atau civic republicanism, mengenai ide tentang
yang khusus, bukan hanya mengatasi
kewarganegaraan. Mulai dari perdebatan
antagonisme dan kebuntuan politik
ini kita bisa menemukan cara bagaimana
sedang berlangsung, tetapi lebih dari itu
mendefinisikan kewarganegaraan dalam
bisa diharap mengahadirkan perbaikan
politik demokratis. Apa yang diperdebatan
kehidupan publik.
begitu seru dalam sepuluh tahun terakhir
8 Chantal Mouffe, the Return of the Politi-
Politik kewarganegara- cal, London: Verso, 1993.

43
antara pengikut politik liberal John memberi tekanan kuat pada pandangan
Rawls dan kritik dari lawannya kalangan tentang kepentingan publik, atau public good,
komunitarian dan republik sesungguhnya bebas dari dorongan hasrat dan kepentingan
adalah isu tentang politik kewarganegaraan. individu.
Dua macam artikulasi politik berbeda kita Mouffe berpendapat terdapat masalah
temukan dalam perdebatan itu. serius dari konsepsi liberal tentang warga
Rawls mengajukan gagasan untuk negara, tetapi kita juag perlu waspada dengan
merepresentasi warga negara dalam keterbatasan dimiik pandangan republikan.
berlakunya demokrasi konstitutional Pandangan terakhir memberikan penjelasan
dengan berdasar pada kesetaraan hak lebih kaya dibanding pandangan liberal,
setiap warga negara melalui dua prinsip dan konsepsinya tentang politik sebagai
keadilan. Rawls berpendapat bahwa begitu realitas dimana kita dapat menyadari kita
warga negara melihat dirinya sebagai sendiri sebagai peserta dari suatu komunitas
subjek yang bebas dan pribadi yang setara, politik sungguh memberikan pandangan
maka mereka akan segera menyadari kritis terhadap pandangan individualisme
bahwa untuk mencapai kepentingan liberal. Namun demikian, terdapat bahaya
publik yang dipersepsi berbeda diantara sangat nyata bahwa dengan itu pula kita
mereka itu, mereka memerlukan konsepsi akan mudah kembali jatuh pada pandangan
yang sama tentang adanya kebaikan politik lama sebelum modern, yang tidak
publik paling mendasar, yaitu kesamaan mengakui kebaikan dari demokrasi moden
hak dasar, kebebasan dan peluang, dan dan kontribusi diberikan oleh pandangan
kesamaan dalam sarana diperlukan dalam liberal. Untuk menghargai pluralisme
memperoleh ekonomi dan kesejahteraan yang telah sedemikian berkembang di
dalam hubungan saling menghormati satu masyarakat moderen, ide tentang kebebasan
sama lain. Menurut pandangan liberal ini, individual, pemisahan negara dan agama,
warga negara merupakan kapasitas setiap dan berkembanganya masyarakat sipil,
orang untuk membentuk, merevisi dan semua itu tidak bisa diabaikan telah ikut
secara rasional mencapai kebaikan publik membentuk terciptanya politik demokrasi
yang hendak diraih. Warga negara dilihat moderen.
menggunakan hak-haknya untuk mencapai Berbeda dengan apa yang sering
kepentingannya ditengah keterbatasan dikemukakan kalangan komunitarian,
dimiliki untuk mengormati hak-hak orang komunitas politik moderen tidak bisa
atau pribadi atau warga negara lain. diorganisir disekitar ide tentang kebaikan
Komunitarian dan kalangan republik publik yang tunggal. Membangkitkan
menolak pandangan yang mempersempit partisipasi politik warga tidak bisa
gerak warga dalam pembentukan kebaikan dilakukan dengan menghilangkan
publik itu. Michael Sandel, misalnya, kebebasan individual. Disinilah titik
berpendapat bahwa konsepsi Rawls tentang dimana kritik komunitarianisme
diri, atau self, terlalu sempit seolah tidak terhadap liberalisme mengambil bentuk
ada ruang bagi pembentukan komunitas konservatisme yang berbahaya. Masalahnya
yang membentuk identitas setiap individu. adalah, seperti dikemukakan Mouffe, kita
Pandangan demikian menjadikan tidak perlu mengambil salah satu dan
komunitas bersifat instrumental, sebuah membuah yang lain dari kedua pandangan
komunitas dimana setiap individu dengan ini, melainkan bisa menggunakan keduanya
kepentingan dimiliki selalu terus mengejar bagaimana politik kewarganegaraan dapat
kepentingannya. Bagi komunitaarian, dipergunakan untuk mewujudkan gagasan
alternatif dari tiadanya terbentuk komunitas demokrasi liberal dan plural.
seperti itu adalah kembali ke pandangan Kedua pandangan politik ini
republikanisme tentang politik yang penting diperhatikan untuk menemukan

44
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

politik kewarganegaraan sesuai dengan memilih banyak alternatif?


perkembangan demokrasi sekarang. Untuk menjadikan kewarganegaraan
Sementara liberalisme memberi kontribusi demokratis bisa berkembang, pilihan kedua
menjadikan politik kewarganegaraan tampaknya paling ideal, sebab berbeda
sebagai bagian dari ide universal, ia juga dengan yang biasa dipandang umum
menjadikan soal kewarganegaraan hanya selama ini, dalam kehidupan politik yang
dalam arti status hukum, sebagai subjek plural sekarang, sulit bagi kita mempercayai
politik memiliki hak untuk melawan antagonisme telah hilang dan pertarungan
represi negara. Republikanisme, di sisi lain, politik tidak sedang berlangsung. Seperti
menekankan pada nilai partisipasi politik kita saksikan selama ini, masih jauh dari
dan menjadikannya sebagai bagian penting kemampuannya menjalankan demokrasi
dari bekerjanya komunitas politik. Tetapi, libral dan plural, demokratisasi berkembang
masalah muncul ketika hal itu dijalankan selama ini masih ditandai banyaknya konflik
di masyarakat moderen, ketika praktek dan kekerasan terjadi diseputar bekerjanya
demokrasi dihadapkan pada pluralitas dimensi politikal berdasarkan etnisitas,
aspirasi berkembang di masyarakat sehingga keagamaan dan kedaerahan, yang justru
diperlukan demokrasi yang mampu bekerja menihilkan berkembangnya masyarakat
ditengah pluraitas, yaitu demokrasi liberal demokratis.
dan plural. Pandangan dominan demokrasi
Memperhatikan perdebatan kedua liberal sendiri selama ini kurang begitu
pandangan politik itu, pandangan politik siap menghadapi ledakan politik ini.
kewarganegaraan demokratis berpendapat Persoalan ini hampir tidak tersentuh selama
bahwa ketika tujuan kita adalah menuju ini. Mereka berpendapat antagonisme
demokrasi liberal dan plural, maka merupakan karakteristik politik lama, atau
konstruksi identitas politik kewarganegaraan politik pre-modern, yang akan hilang dengan
demokratis perlu dilakukan. Projek sendirinya ketika rasionalisme ekonomi
demikian itu membutuhkan penciptaan berkembang dan kompromi politik segera
jalinan equivalensi diantara pergerakan mengatasi antagonisme. Namun, disinilah
demokratik yang ada, dan karena itu perlu justru kelemahan politik liberal. Terlalu
menciptakan identitas politik yang bisa percaya pada rasionalisme ekonomi dan
dijadikan acuan bersama diantara subjek- kompromi politik, politik liberal telah
subjek politik demokratis, dan disinilah kita begitu mengabaikan bekerjanya dimensi
bisa mendapatkan apa yang disebut dengan politik, atau antagonisme di masyarakat,
kewarganegaraan demokratis. yang tidak mungkin hilang dengan
Ketika kita menerima pandangan sendirinya itu. Mengabaikan bekerjanya
ini, bahwa kewarganegaraan demokratis dimensi politikal, pandangan politik liberal
merupakan subjek ideal perlu dibentuk justru menutup kemungkinan untuk bisa
dalam masyarakat demokratis, muncul mengatasi antagonisme berlangsung ketika
pertanyaan kemudian masyarakat demensi politikal menguat menyertai
demokratis atau masyarakat yang baik berkembangnya demokrasi.
seperti apa yang ingin kita punyai ke depan? Pandangan menekankan harmoni dari
Apakah sebuah masyarakat yang harmonis politik liberal ini kurang siap menghadapi
tetapi pasif dimana perbedaan bisa demokrasi karena ia cenderung
diatasi dan konsensus bisa diraih melalui menutup suara-suara yang berbeda atau
interpretasi tunggal atas kebaikan umum? berseberangan, dan bahkan dengan
Ataukah sebuah masyarakat yang memiliki itu cenderung menimbulkan eksklusi
kehidupan publik yang terbuka dimana yang dapat memunculkan antagonisme
perbedaan pandangan bisa diekspresikan baru di masyarakat. Karenanya, untuk
secara bebas dan tersedia kemungkinan bisa menumbuhkan berkembangnya subjek

45
politik demokratis, atau kewarganegaraan setelah kemerdekaan, pertama kali, adalah
demokratis, kontestasi demokratis membentuk negara-bangsa. Mobilisasi
sebaiknya tetap dibiarkan berkembang dan massa dan artikulasi politik nasionalisme
bahkan penting untuk dihidupkan. Melalui digunakan pemimpin Republik yang baru
bekerjanya praktek demokrasi agonistik, lahir untuk membentuk negara bangsa.
politik kewarganegaraan demokratis ini Namun, seperti tercatat dalam
bisa diharap akan tubuh dan berkembang. sejarah revolusi kemerdekaan, menyertai
Sejalan dengan equalitas politik berlangsung lahirnya negara-bangsa itu terdapat
di kalangan warga negara, perbedaan banyak front gerakan politik. Gerakan
pandangan tidak perlu dieliminasi, politik paling menonjol adalah revolusi
sebaliknya keberadaannya perlu diakui massa berbasis sentimen nasionalisme dari
sebagai sesuatu hal yang sah, atau legitimate, kalangan terpelajar, sentimen kelas sosial-
dalam politik demokrasi. ekonomi dari kalangan petani dan pekerja
perkebunan, dan sentimen keagamaan dari
Subjek politik kalangan komunitas Islam dan Kristen.
Sementara artikulasi poltitik nasionalisme
demokratis muncul dari kalangan terpelajar dan
Menjadikan media mampu profesional, seperti dokter, guru, militer,
menjalankan komunikasi politik secara dan birokrat bekas aparat kolonial, mereka
agonistik memberikan prospek tersendiri harus mengakomodasi gerakan partikular
bagi pembentukan subjek politik demokratis, lain yang terus menguat berbasis kelas
atau identitas politik kewargenegaraan sosial-ekonomi, keagamaan dan kedaerahan.
demokratis. Terbentuknya identitas politik Dalam sejarah perjalanan pembentukan
warga negara sebagai subjek politik negara-bangsa, kita menyaksikan pemimpin
demokratis penting dilakukan media massa nasionalis, pada akhirnya, lebih memilih
dalam menjalankan komunikasi politik. jalur membangun karakter nasional untuk
Mempresentasikan subjek politik sebagai merekonsiliasi kekuatan kelas sosial-
bagian dari pemberitaan politik dilakukan ekonomi, keagamaan, etnisitas, dan
media massa memberi peluang tersendiri kedaerahan, daripada membangun identitas
bagi terbentuknya subjek politik demokratis. politik warga negara untuk menopang
Pembentukan identitas politik warga berdirinya bangunan negara-bangsa.
negara sebagai subjek politik demokratis Dilanjutkan penguasa Orde Baru,
itu sangat mendesak dilakukan di Indonesia setelah mengambil alih kekuasaan Sukarno,
menyertai perkembangan demokrasi sedang pembentukan identitas politik warga negara
berlangsung sekarang. Sebagaimana kita masih sangat terbatas dilakukan. Meskipun
tahu, sejak kemerdekaan hingga kini boleh pembangunan ekonomi dilakukan memberi
dikata kita belum berhasil menghadirkan peluang tersendiri untuk membentuk
politik kewarganegaraan demokratis sebagai identitas politik warga negara, pemerintahan
penopang pembentukan negara-bangsa dan Orde Baru lebih suka menciptakan kelas
pengembang kekuatan Republik. Sebagai pengusaha dan menggunakan cara represif
komunitas politik, kita mengimajinasikan untuk menekan gerakan politik massa
Indonesia merupakan satuan negara- yang pada umumnya masih berbasis
bangsa yang dibentuk oleh gerakan revolusi kelas, etnisitas dan keagamaan, dan tidak
kemerdekaan tahun 1945. Pemimpin berupaya untuk ditransformasikan menuju
populis, Sukarno dan Hatta, memimpin terbentuknya gerakan politik demokratis.
revolusi itu dan berhasil membentuk Demokratisasi berkembang setelah
negara-bangsa disebut Indonesia. Apa Order Baru jatuh memberikan peluang
yang dilakukan Sukarno, Hatta, Syahrir, tersendiri bagi terbentuknya identitas
Yamin dan pemimpin nasionalis lainnya politik kewarganegaraan demokratis.

46
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

Namun, dalam prakteknya kita merasakan, kepentingan individual warga negara


sementara Pemilu terbuka dijalankan selama dalam pengambilan kebijakan publik.
ini telah menumbuhkan dan memperkuat Melalui dua arena publik itu media massa
kesadaran individual warga terhadap hak, berperan menjalankan komunikasi politik
kebebasan dan otonominya sebagai warga membentuk subjek politik demokratis dan
negara, hal itu kurang teraktualisasi dan memperbaiki kehidupan publik.
terartikulasikan dalam kehidupan publik.
Praktek politik demokrasi yang terlalu Penutup
dominan diwarnai praktek demokrasi Mengangkat pentingnya komunikasi
liberal kurang berorientasi pembentukan politik dijalankan media massa dalam
kepentingan publik menciptakan kebuntuan membentuk subjek politik, paparan
politik tersendiri bagi terbentuknya politik artikel ini melihat peluang media massa
kewarganegaraan demokratis. membentuk subjek politik demokratis, atau
Ditengah kebuntuan politik inilah kewarganegaraan demokratis, yang sangat
kita berharap media massa berperan diperlukan bagi berkembangnya masyarakat
mendorong berkembangnya politik demokratis. Peluang itu ditemukan dalam
kewarganegaraan demokratis. Kebuntuan bekerjanya komunikasi politik dijalankan
politik itu begitu serius perlu diatasi. media melalui dua ruang atau arena, yaitu
Trajektori sejarah perkembangan negara- arena atau ruang publik, atau public sphere,
bangsa diatas menunjukkan terdapat dan ruang atau arena kebijakan, atau
kelangkaan pembentukan subjek politik policy sphere. Melalui komunikasi politik
demokratis, atau identitas politik warga dijalankan media, kedua ruang atau arena
negara, diperlukan bagi berkembangnya itu memberi peluang bagi setiap individual
masyarakat Indonesia yang demokratis. dalam mengembangkan identitas politik,
Meski demikian, ditengah demokratisasi dan sekaligus secara bersama berperan
berkembang sekarang, kita menemukan dalam pencapaian kepentingan dan
terdapat peluang bisa didayagunakan untuk kebaikan publik.
membentuk subjek politik demokratis, atau Bekerjanya komunikasi politik itu
identitas politik warga negara demokratis, berlangsung dalam ruang publik, karenanya
dengan melakukan transformasi politik beroperasinya kekuasaan dalam ruang
liberal yang dominan berlaku sekarang publik yang diskurisf penting diperhatikan
menuju gerakan politik demokratis. media massa dalam menjalankan
Bagaimana media massa komunikasi politik. Kekuasaan disini
melakukannya? Hal itu bisa dilakukan tidak harus dipahami berada dalam suatu
melalui komunikasi politik yang dijalankan tempat, atau sesuatu yang sudah tetap, atau
mengikuti bekerjanya demokrasi agonistik. sebagai komoditi yang bisa dimiliki. Tetapi,
Di tengah berkembangnya demokrasi merupakan sesuatu kekuatan yang tersebar
berlangsung selama ini terdapat peluang di setiap orang atau individu, beroperasi
untuk melakukan hal itu. Terdapat dua dalam bekerjanya lembaga dan jaringan
arena publik bisa digunakan disini. Pertama, antar lembaga, dalam diskursus dan
arena politik individual warga negara praktis politik berlangsung di masyarakat.
dan, kedua, arena kelembagaan politik, Memahami kekuasaan demikian itu
seperti partai politik, parlemen, eksekutif, memberi peluang tersendiri bagi setiap
dan lembaga peradilan. Arena politik individual warga negara untuk tidak
individual diperlukan untuk memperkuat terjebak pada identifikasi identitas yang
hak, otonomi dan kebebasan warga negara sudah tetap, atau fixasasi dan esesensialisme
dalam mengartikulasikan kepentingan identitas berlangsung dalam kontentasi
politik. Sementara, arena kelembagaan dan pertarungan politik, melainkan
politik diperlukan untuk merepresentaskan justru melalui bekerjanya kekuasaan itu

47
dimungkinkan terbentuk subjek politik terisolasi satu sama lain, dan menafikan
baru, subjek politik demokratis, yang konflik berlangsung, serta mengasumsikan
diperlukan bagi berkembangnya demokrasi. konflik kepentingan akan teratasi melalui
Bekerjanya dimensi politikal, atau rasionalitas ekonomi dan kompromi politik,
antagonisme berlangsung di masyarakat, politik demokrasi melihat masyarakat
dengan itu penting diperhatikan media yang bebas dan terbuka disertai perbedaan
massa dalam menjalankan komunikasi pandangan diantara warganya merupakan
politik. Dimensi politikal, atau antagonisme masyarakat ideal penting dikembangkan
berlangsung, ketika muncul konstruksi di masa depan. Ketika tujuan kita adalah
tentang musuh dan kawan, yang selalu menuju demokrasi liberal dan plural
terjadi dalam hubungan kekuasaan di ini, maka konstruksi identitas politik
ranah sosial atau kehidupan publik, dari kewarganegaraan demokratis perlu
penggunaan sentimen apapun, baik berdasar dilakukan. Projek demikian membutuhkan
etnisitas, moral, agama, dan lainnya dalam penciptaan jalinan equivalensi diantara
pertarungan dan kontestasi politik. Konflik pergerakan demokratik, dan karena itu
dan antagonisme semacam itu bisa diatasi perlu menciptakan identitas politik yang
dengan menghadirkan politik, yaitu praktek bisa dijadikan acuan bersama, yang disebut
pembentukan institusi, assembli, atau dengan identitas politik kewarganegaraan
praktis diskursus politik yang diskursif dan demokratis. Dalam projek pembentukan
formatif bagi terciptanya orde sosial atau masyarakat ke depan menuju masyarakat
tertib publik. demokratis itulah, media massa penting
Berbeda dengan pandangan ideal menjalankan komunikasi politik agonistis
tentang cita-cita masyarakat ke depan melakukan pembentukan subjek politik
dikemukakan politik liberal, yang demokratis dalam platform bekerjanya
menekankan pada pemenuhan kepentingan politik kewarganegaraan demokratis.
individual, menempatkan setiap individu ***

48
EDISI 22 Desember 2016

Demokrasi Digital:
Masalah dan Tantangan bagi
Masyarakat Politik Indonesia
Abstrak

T
ulisan ini membahas masalah dan tantangan
yang muncul dalam praktek demokrasi digital. Oleh Vicky de Djalong*
Pertanyaan utamanya adalah bagaimana & Eric Kaunang**
dan seberapa jauh praktek demokrasi digital dapat
memperkuat praktek kewarganegaraan aktif dan * Peneliti PSKP-UGM; Dosen
representasi politik di Indonesia? Pembahasan dalam Sosiologi Politik, FISIPOL
tulisan ini memperlihatkan bahwa digitalisasi politik UGM
memiliki masalah dan tantangan untuk memperkuat
demokrasi substansial. Adapun tiga masalah utama di ** Peneliti pada PSKP-UGM;
balik praktek demokrasi digital antara lain depolitisasi Koordinator Akademik pada
kaum muda, oportunisme oligarki, dan normalisasi Program ICRS-UGM
konflik elit serta eskalasi politik identitas. Karena itu,
diperlukan kerangka berpikir baru dan formulasi
kebijakan ruang siber baru sebagai panduan untuk
mengamankan agenda reformasi politik dan konsolidasi
demokrasi. Argumen utamanya adalah bahwa
teknologi informasi, media sosial khususnya, menjadi
instrumen dan arena belajar demokrasi yang efektif
sepanjang praktek tersebut berlaku sebagai kontrol
publik terhadap penyelenggaraan pemerintahan,
penguatan kewarganegaraan yang aktif, dan
mendorong pelembagaan representasi politik. Tanpa
panduan epistemologi politik ini, demokrasi digital
beresiko menghadirkan mobokrasi, melanggengkan
oligarki, dan mempromosikan teokrasi.
49
Pendahuluan majority’ melalui media sosial. Lebih dari
Demokrasi digital bukan wacana baru itu, media sosial berhasil menghadirkan
dalam diskusi publik kita hari ini. Yang narasi politik yang kritis terhadap industri
selalu baru dalam diskusi tersebut adalah media (televisi dan surat kabar) yang sekian
pembahasan tentang peluang dan resikonya lama menjadi mesin propaganda oligarki
bagi peningkatan kualitas demokrasi di politik di Eropa dan Amerika Serikat.
Indonesia. Dalam arti luas, kontribusi Kondisi demokrasi digital dalam
demokrasi digital berupa peningkatan negeri kita patut dibahas secara kritis
kesadaran politik warga negara, penguatan dan konstruktif. Belakangan ini internet,
otonomi diri dalam pengambilan keputusan khususnya media sosial, tampil sebagai
politik, dan pematangan etika sosial untuk arena strategis dan taktis bagi diskusi dan
kehidupan multikultural. Dalam arti khusus, debat politik berbagai kalangan termasuk
demokrasi digital meningkatkan interaksi kaum muda. Tidak terkecuali presiden
antara masyarakat dan negara, antara dan mantan presiden, para politisi tua dan
warga negara dan perwakilan politiknya, muda, gubernur, bupati serta pejabat daerah
atau antara kelompok kepentingan dan memanfaatkan teknologi digital ini untuk
komunitas pembuat kebijakan di tingkat berpendapat atau membela pendapatnya.
pemerintahan. Terhadap tuntutan tersebut, Ruang siber kita dipenuhi berbagai isu, dari
kita menemukan kenyataan bahwa soal susila, korupsi sampai isu terkini seperti
demokrasi digital kita hari ini masih ditandai penistaan agama dan kelayakan sorang
banyak masalah dan tantangan. non-muslim menjadi kepala negara atau
Masalah dan tantangan tersebut juga pemimpin di daerah berpenduduk moyoritas
mencerminkan fenomena global dari praktek Muslim. Semakin terlihat bahwa sejumlah
demokrasi digital. Media sosial memainkan isu politik yang pada masa lalu dianggap
peran penting dalam proses demokrasi di urusan pejabat dan politisi sekarang dibahas
berbagai negara dan kawasan di dunia. dan diperdebatkan berbagai kalangan tanpa
Arab Springs yang berlangsung di Timur ada sekat profesi, identitas agama, etnis dan
Tengah bercerita tentang meningkatnya ideologi politik. Pada saat bersamaan, ruang
kesadaran politik di kalangan kaum muda siber menunjukkan kebangkitan kesadaran
dan lapisan masyarakat bawah yang sekian kelas, afiliasi etnis, agama, dan wilayah.
lama aspirasi mereka tersumbat oleh Munculnya kesadaran kelas dan politik
struktur politik otoritarian dan oligarkis. identitas tersebut sekaligus menghadirkan
Kendati pada akhirnya ‘revolusi digital’ paradoks demokrasi. Di satu sisi, kewargaan
ini menemui jalan buntu seperti perang di digital (netizenship) mencerminkan
Libya dan Syria, internet telah membuktikan bekerjanya politik pengakuan, politics of
dirinya sebagai ruang artikulasi politik dan recognition, terkait adanya marjinalisasi sosial-
penggalangan aliansi antara kelompok lintas ekonomi melalui kebijakan pembangunan
kelas, identitas dan wilayah. Fenomena dan kebijakan politik. Orang-orang minta
serupa dapat kita jumpai di Amerika Serikat didengar, diperhatikan suaranya, dan
dengan terpilihnya Donald Trump sebagai bisa mempengaruhi pembuatan kebijakan
presiden dan berhasilnya kampanye Inggris bahkan mempengaruhi keputusan hukum.
keluar dari Uni Eropa (Brexit). Dalam dua Di sisi lain, ruang siber ibarat api dalam
peristiwa penting ini, media sosial menjadi sekam, berlangsung polarisasi identitas
ruang artikulasi politik dan perlawanan multikultural yang bercampur baur dengan
terhadap rejim neoliberal-plutokrat yang isu marjinalisasi ekonomi dan politik. Sikap
dikendalikan birokrat EU di Brussel etis untuk saling mendengar dan memahami
dan rejim neoliberal-neokonservartif di seakan tidak menjadi panduan dalam
Washington yang seluruhnya mendukung diskusi dan debat dalam ruang siber ini.
Hillary Clinton. Pesan pentingnya adalah Nyaris tak beda dari cara politisi, intelektual
perlawanan terhadap narasi rejim politik dan pemimpin berdebat di media televisi,
dominan berhasil dimenangkan ‘silent suasana dan arah percakapan publik

50
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

dalam media sosial pun tidak sepenuhnya siber dan menjadi juru bicara atas nama
menghasilkan pengertian bersama, yang rakyat dalam perdebatan di parlemen dan
tentu segera membatalkan kerja sama di luar ruang publik seperti seminar, televisi dan
dunia maya. Kuatnya politik pengakuan surat kabar. Alih-alih melakukan kritik
yang anti-demokrasi ini mendatangkan terhadap polarisasi kelas dan identitas dalam
kekwatiran tersendiri mengenai seberapa ruang siber, politisi dan pejabat menjadikan
jauh demokrasi digital dapat ikut sejumlah isu di media sosial sebagai senjata
memperbaiki kultur politik nasional yang untuk merebut dan mempertahankan
narsis, asertif dan sarat dengan pencitraan kekuasaan politik.
diri dan kelompok. Karena itu, tulisan ini berargumen
Paradoks demokrasi digital bukanlah bahwa digital demokrasi akan bermanfaat
paradoks sederhana. Krisis etika sosial dan bagi konsolidasi demokrasi jika dicarikan
absennya konsolidasi kewarganegaraan kontribusinya bagi penguatan pelembagaan
demokratis dalam ruang siber mencerminkan perwakilan politik dan mendorong
masalah yang lebih fundamental dalam warga negara semakin aktif dalam proses
praktek demokrasi kita hari ini. Kritik pembuatan kebijakan pembangunan,
terhadap demokrasi digital akan bermakna kebijakan keamanan dan kebijakan politik.
strategis jika ditempatkan dalam konteks Sebagaimana dibahas pada sesi-sesi
kritik radikal terhadap kondisi dan cara berikutnya, ruang siber rentan menjadi
kita berdemokrasi sejak Reformasi. Salah arena polarisasi ideologis dan identitas.
satu agenda utama Reformasi adalah Kerentanan tersebut membuka pintu bagi
mengembalikan masyarakat sebagai warga oportunisme politik oligarki. Kita menolak
negara yang aktif dalam proses politik dan pandangan yang memperlakukan ruang
pembuatan kebijakan. Tujuan reformasi siber sebagai alternatif bagi kebuntuan
adalah menghancurkan oligarki politik praktek demokrasi formal. Pandangan
dan menghidupkan kembali representasi ini melupakan relasi timbal balik antara
politik yang aktif, transparan dan akuntabel. demokrasi digital dan politik dominasi
Sebagaimana kita ketahui transparansi selama ini. Tulisan ini diahkiri dengan
dan akuntabilitas politik perwakilan mengajukan sejumlah rekomendasi yang
belum menjadi kenyataan kendatipun bersifat strategis bagi konsolidasi demokrasi
sejumlah regulasi dan instrumen sudah hari ini dan ke depan.
diimplementasikan.
Politik elit nasional, termasuk di Demokrasi Digital dalam
daerah-daerah, belum menghasilkan
sebuah praktek politik hegemonik dan Perdebatan
semakin kuat dikendalikan politik Demokrasi digital merupakan bagian
dominasi. Perbedaan antara dua jenis integral dari diskusi mengenai masyarakat
politik ini sangat tegas. Politik hegemoni digital (digital society). Di bawah rubrik
merayakan perbedaan kelas dan identitas Digital Citizenship, para penstudi mencoba
tapi bergerak maju untuk menghasilkan memperlihatkan dilema dan peluang
tujuan bersama sebagai demos, sebagai yang bisa ditawarkan masyarakat digital
Indonesia. Di lain pihak, politik dominasi bagi konsolidasi demokrasi. Pertanyaan
tampak merayakan perbedaan kelas dan utamannya adalah bagaimana dan seberapa
identitas tetapi bergerak di tempat untuk jauh artikulasi politik melalui medium
melestarikan persaingan politik merebut digital, khususnya internet, dapat melayani
dan menjatuhkan kekuasaaan, dan tidak tujuan ganda berikut. Pertama, bagaimana
berikhtiar membangun demos atau menjadikan ruang siber sebagai arena belajar
masyarakat politik baru. Demokrasi digital berdemokrasi khususnya bagi kaum yang
kita persis berada dalam situasi tersebut. Elit hari ini dikendalikan oleh neoliberalisme
politik yang malas dan oportunis membajak yang anti-politik. Kedua, bagaimana
isu dan peristiwa yang muncul dalam ruang keterlibatan dalam demokrasi digital dapat

51
mendorong dan memperkuat artikulasi Ketiga’. Para penstudi ini mengingatkan
politik warga negara dalam pembuatan kita bahwa wacana global ‘regime change’,
kebijakan di dunia nyata. Dengan kata lain, ‘humanitarian crisis’, ‘islamophobia’ dan
para penstudi merumuskan hubungan ‘racism’ merupakan bagian dari cara
saling pengaruh antara ‘netizenship’ dan menciptakan ketidakpercayaan publik
‘citizenship’. untuk menjatuhkan pemerintahan atau
Debat kritis dalam studi demokrasi mendiskreditkan kekuatan politik tertentu
digital didorong oleh kekwatiran bahwa yang kritis terhadap neoliberalisme.
pengarusutamaan praktek masyarakat Kaum muda merupakan segemen
digital hanya melayani agenda kaum masyarakat digital yang paling rentan
globalist, yakni, kepentingan korporasi terhadap rekayasa ideologis kaum globalist
transnasional dan rejim politik internasional di berbagai kawasan. Arab Springs yang
yang mendorong interaksi transnasional berujung pada krisis Timur Tengah hari ini
dan kosmopolitanisme baru tanpa adalah bagian integral dari agenda globalist
sekat negara-bangsa. Strategi yang untuk mendestabilisasi kawasan ini. Bocoran
digunakan rejim neoliberal ini adalah Wikileaks menunjukkan adanya konspirasi
dengan mempromosikan konektivitas geopolitik tersebut dan memecah belah
dan memperkuat peran masyarakat sipil politik sekuler Timur Tengah ke konflik
sebagai aktor-aktornya di setiap negara Sunni dan Shia. Salah satu contoh tragis
yang dijadikan target neoliberasisasi. adalah konflik Syria yang berkepanjangan
Kritik ini bertolak dari perdekatan dan telah membunuh lebih dari empat
ekonomi politik dan poststrukturalist ratus ribu jiwa. Propaganda ‘Assad
bahwa neokolonialisme atau penaklukan Must Go’ tidak hanya dilakukan dengan
jenis baru berlangsung melalui produksi mempersenjatai kaum muda tetapi juga
dan diseminasi pengetahuan yang secara dengan mobilisasi kaum muda dalam media
langsung ditargetkan pada warga negara sosial tanpa mengedepan resolusi politik
tanpa peran maksimal dari negara. Antonio terhadap konflik internal tersebut. ‘White
Negri (2000; 2004), misalnya, berargumen Helmet’ sebagai organisasi kemanusiaan
bahwa agenda neoliberal membentuk dibentuk dan dibiayai Amerika Serikat dan
suatu imperium ekonomi-politik global Inggris untuk terus menciptakan wacana
dilakukan dengan menciptakan fragmentasi publik tentang kejahatan kemanusiaan
di kalangan masyarakat di mana teknologi pemerintahan Syria. Opini publik tentang
informasi dan ruang siber menjadi arena perang di Syria terbentuk melalui ‘framing’
politiknya. berita dan peliputan organisasi ini di media
Bertolak dari kekwatiran serupa, sosial dan koordinasi peliputan dengan
Christian Fuchs (2014), mengajak kita stasiun televisi globalist seperti CNN, BBC
mencermati kontrol dan pendisiplinan dan Al Jazeera.
yang dilakukan oleh rejim neoliberal Situasi serupa melanda kaum muda
melalui internet. Kaum globalist membajak Amerika Serikat dan Eropa. Di dua kawasan
perlawanan warga negara dalam ruang ini, kaum muda termakan rekayasa isu yang
siber untuk menggulingkan pemerintahan, berbiak di atas multikulturalisme neoliberal.
kekuatan politik atau agama tertentu. Kaum muda penghuni dunia siber menolak
Selain untuk tujuan fragmentasi sosial terpilihnya Trump sebagai Presiden karena
sebagaimana tersirat dalam proyek dicap rasis dan melakukan pelecehan
multikulturalisme neoliberal (Brown, seksual. Kendati tak berhasil memenangkan
2006), kekuatan globalist menargetkan Hillary Clinton, setidaknya kaum globalist
kekuatan politik atau pemerintahan yang dan neokonservatif di Washington dan
kritis untuk dijatuhkan melalui mobilisasi New York berhasil membentuk opini dan
kaum muda dalam ruang siber serta memobilisasi kaum muda tersebut melalui
melalui media massa mainstream di AS, media sosial dan dukungan media televisi
Eropa dan cabang-cabangnya di ‘Dunia dan surat kabar elitis seperti CNN, MNSBC,

52
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

New York Times and Washington Post. mobilisasi politik di dunia maya. Struktur
Fenomena ini kita temui di Inggris pasca politik suatu negara sangat menentukan
Brexit di mana sebagian besar kaum muda efektivitas demokrasi digital terhadap
menolak hasil referendum tersebut dengan perubahan politik dalam masyarakat. Selain
mengedepankan argumen-argumen tak jauh konektivitas urban-rural, kelas sosial, dan
beda dari mitos integrasi politik Eropa yang afiliasi multikultural, posisi sebuah negara
dikembangkan kaum birokrat-globalist di dalam percaturan geopolitik global ikut
Brussel. berpengaruh terhadap digital demokrasi
Diletakkan dalam perdebatan, informasi dan dampaknya bagi restrukturasi politik
di atas memperlihatkan kerentanan warga dalam negeri (Athina, 2009). Dengan kata
digital terhadap pembajakan ideologis oleh lain, dunia siber bukanlah dunia alternatif
kekuatan globalist yang mengendalikan bagi demokrasi melainkan refleksi dari
instrumen-instrumen pembentukan opini kondisi sosial-politik suatu negara.
global (manufacturing consent). Kerentanan Pesan penting dari perdebatan terkait
tersebut disebabkan oleh tarik menarik yang demokrasi digital adalah bahwa internet,
permanen antara kontrol dan kebebasan khususnya media sosial, merupaka arena
dalam ruang siber (Timothy Luke, 2010). kontestasi yang ditandai oleh tarik menarik
Pada saat bersamaan, tarik menarik tersebut antara kontrol dan kebebasan. Aktivasi
dapat memicu pembelajaran lebih lanjut politik dalam dunia siber mencerminkan
dan memperluas spektrum pemahaman kemauan berpolitik yang tinggi di kalangan
mengenai kaitan antara isu dan aktor. warga negara sekaligus merefleksikan
Ragam informasi dan sumber informasi kian kebuntuan perwakilan politik yang oligarkis
mematangkan warga digital dalam membuat dan birokratis di dunia nyata. Menguatnya
keputusan politik dan membangun jaringan ‘people power’ dalam dunia digital
gerakan. Wawasan menjadi lebih terbuka, memberi informasi mengenai dominasi
memiliki spektrum pemahaman terhadap ‘elite power’ dalam struktur politik suatu
masalah yang lebih luas dan tidak terkunci masyarakat. Kontrol terhadap dunia digital
oleh agitasi kepentingan atau kelompok bisa memperkuat demokrasi tapi dapat
tertentu. Dalam 3 ilustrasi di atas, kaum pula mengekang kebebasan berpendapat
muda melakukan resistensi terhadap kontrol dan menggiring opini publik ke persoalan
dan dominasi wacana neoliberal dalam yang banal dan tak berkaitan dengan
ruang siber dengan mengambil pilihan urusan publik. Ketegangan ini merupakan
politik berbeda dan terbukti berhasil ikut karakteristik masyarakat digital dan dari
memenangkan Donald Trump dan Brexit. situ kita bisa melacak manfaatnya bagi
Kendati demikian, para penstudi tetap konsolidasi demokrasi.
bersikap skeptis terhadap kontribusi dunia
siber bagi penguatan dan pendalaman Demokrasi Digital &
demokrasi. Konsep tentang ‘ruang
negosiasi’ dalam dunia siber dianggap Masalah Demokrasi
terus diperdebatkan mengingat dunia baru Indonesia
ini dikontrol sepenuhnya oleh kekuatan Demokrasi digital di Indonesia
globalist-neoliberal, ultra-nasionalist, mengalami dilema yang sama dengan
dan kekuatan fundamentalis agama baik dilema yang dialami masyarakat digital
di tingkat internasional maupun dalam di negara-negara lain. Tantangan bersama
negeri. Philip Howard (20100, misalnya, adalah bagaimana menjadikan ruang
melalui sejumlah studi di Timur Tengah, digital sebagai bagian integral dari
menunjukan bahwa kontrol rejim konsolidasi demokrasi di luar domain
berkuasa terhadap dunia siber masih tersebut. Tantangan lain adalah bagaimana
sangat kuat. Kendati pun artikulasi politik memastikan agar sikap and perilaku anti-
dalam dunia siber sangat tinggi tidak politik yang disebarluaskan dalam dunia
serentak berpengaruh terhadap kapasitas siber direspon dengan sikap kritis oleh

53
warga digital dan diterapkan sebagai cara kaum muda dalam politik praktis.
berpolitik dalam dunia nyata. Terlepas Dibesarkan dalam budaya politik warisan
dari diskusi mengenai kesenjangan akses Orde baru, kaum muda ditindas pedagogi
ke dunia digital, masyarakat dan relasi moral yang abstrak, hitam dan putih, dan
sosial di Indonesia kian terdigitalisasi dan sarat dengan prasangka agama, ras dan
ruang siber dirasa kian penting sebagai etnis. Kurikulum pendidikan diaanggap
laboratorium demokrasi ke depan. tidak membebaskan, didasarkan pada
Diletakkan dalam dinamika politik asumsi tersirat bahwa kaum muda adalah
nasional sejak reformasi, kita dapat sumber masalah, makhluk transgresi, yang
merumuskan sejumlah masalah dan patut dikontrol dan dikendalikan akhlak dan
tantangan strategis. Adapun sejumlah perilakunya. Demikian juga halnya mereka
masalah krusial. Pertama, kecenderungan selalu bertemu dengan ajakan menghayati
yang meningkat di kalangan warga nilai-nilai luhur ketimuran dan cinta tanah
masyarakat khususnya kaum muda air persis dalam situasi orang tua, para
untuk berpolitik melalui dunia maya dan guru-dosen, pejabat dan politisi merampas
bersamaan dengan itu rendahnya aktivasi kesempatan mereka menjadi cerdas,
politik atau pelibatan diri dan kelompok multikultural dan global. Paradoks inilah
dalam politik praktis melalui gerakan sosial- yang mendorong kaum muda melakukan
politik, kelompok kepentingan dan partai serangan balik berupa pelabelan, adekdot,
politik. Kedua, meningkatnya oportunisme dan sentilan kritis terhadap tokoh agama,
politik di kalangan birokrat dan elit politik pejabat, politisi dan intelektual publik
yang hanya melakukan belanja masalah dalam ruang siber.
publik melalui jurnalisme media sosial dan Situasi tersebut tentu ada baiknya tetapi
pemberitaan media massa. Ketiga, dampak rupanya belum mendorong perlawanan dan
dari dua masalah terdahulu, politik kita baik gerakan kaum muda dalam politik praktis.
dalam ruang publik maupun dalam ruang Pedagogi politik kita belum diperdebatkan
digital terus menormalisasi konflik antar elit untuk mendorong aktualisasi diri kaum
politik dan mendorong polarisasi sosial ke muda. Kita menyaksikan antusiasme kaum
dalam kantong-kantong identitas. muda terhadap isu publik dalam dunia
Masalah pertama, depolitisasi kaum siber sementara partai politik oligarkis dan
muda dalam politik praktis, bukanlah partai keluarga dari pusat sampai daerah.
ikhtiar kaum muda sendiri. Ruang digital Demikian halnya bertambah banyak kaum
merupakan arena tak bertuan. Siapapun muda cerdas dan berani tak sempat melayani
dapat berjejaring dan berpendapat tanpa masyarakat karena birokrasi pemerintahan
dikendalikan oleh kekuatan politik tertentu. penuh sesak dengan keluarga dan kerabat
Nuansa aktualisasi diri dan sensasi pejabat serta pegawai yang suka menjilat
otonomi diri merupakan barang mahal atasan. Sebagian dari mereka memilih
yang tidak tersedia dengan mudah dalam bekerja mandiri, bekerja di perusahaan, atau
kehidupan sehari-hari. Barang mahal ini menjadi aktivis NGO. Hal serupa terlihat
tersedia secara gratis dalam dalam dunia dari kritik kaum muda terhadap organisasi
siber melalui You Tube, Twitter, blog, dan keagamaan yang kian hari kian sempit dan
website. Kaum muda dapat menunjukan semata-mata jalur menuju pentas politik
keragaman identitas, orientasi etis-moral, oligarki di pusat maupun di daerah. Singkat
dan cita rasa estetis yang digarapnya secara kata, depolitisasi tersebut berarti kaum
mandiri baik mengacu pada tradisi budaya muda tidak disediakan kapabilitas dan
masyarakatnya maupun diracik dengan arena dalam politik praktis.
nilai dan pola hidup baru yang dipelajarinya Masalah kedua, pembajakan dunia siber
dalam ruang siber tersebut. oleh elit oportunis, sudah menjadi perilaku
Daya tarik dunia baru ini merupakan politik yang lumrah dalam beberapa tahun
respon terhadap defisit politik pengakuan terakhir. Ruang siber berlaku sebagai teater
dan advokasi terhadap keagenan publik akrobatik bagi para politisi dan pejabat. Alih-

54
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

alih bekerja keras mencegah masalah, isu-isu di daerah. Kasus korupsi yang melanda
publik yang dikemukan pegiat dunia siber sebagian besar bupati, gubernur dan
direspon dan dibajak untuk menunjukkan anggota DPRD di seluruh Indonesia kiranya
kinerjanya yang responsif terhadap tuntutan menjadi indikator terbaik tentang krisis
publik. Terlepas dari mitos pelayanan kerja politik untuk rakyat selama lima tahun
publik secara digital, fenomena ini lebih berkuasa. Karena kasus korupsi lebih dari
banyak bercerita tentang sikap dan perilaku sekadar masalah moral dan budaya korupsi
oportunis birokrasi, parlemen dan partai tetapi bercerita tentang tidak sinambungnya
politik kita. Oportunisme ini juga dirasa pesta demokrasi dan pelayanan publik
kian penting untuk menjatuhkan rejim selama lima tahun.
yang berkuasa atau sebaliknya menistakan Dengan dua kondisi tersebut kita
lawan-lawan politiknya. setidaknya dapat lebih mudah memahami
Normalisasi terhadap sikap dan mengapa demokrasi digital disambut
perilaku oportunis ini tidak datang dari pemerintah, parlemen dan partai politik.
ruang hampa. Oportunisme dibesarkan Rakyat rupanya ditemukan kembali dalam
dalam dua kondisi yang tampak bertolak media sosial dan media massa. Pejabat dan
belakang tetapi saling meneguhkan. politisi kian terobsesi sekaligus sensitif
Pertama, wacana digital governance termasuk dengan isu publik yang berseliweran
pelayanan terpadu mendorong pejabat melalui media sosial dan media massa.
dan politisi bekerja dengan cara baru yang Keaktifan pejabat dan politisi menguntit
dianggap lebih efisien dan efektif bagi dan berkeliaran dalam dunia siber masih
pelayanan publik. Digitalisasi pelayanan terbatas pada menjaga reputasi diri dan
publik pun berlangsung intensif dari lembaga, sekaligus ikut mengeskalasi
pusat sampai daerah. Selain memboroskan isu yang memicu skandal dan aib lawan
anggaran negara dan sarang korupsi, politiknya. Hal tersebut tercermin pula
program ini bagi birokrasi dan parlemen pada bagaimana politisi memanfaatkan
dapat menutupi keterbatasan kompetensi dunia siber untuk kampanye diri dan partai
dan keahlian karena digantikan oleh politiknya. Demokrasi digital lebih banyak
teknorasi baru berkat keajaiban ‘know- mendatangkan manfaat bagi petualang
how’ teknologi komputer dan internet. politik ketimbang arena belajar demokrasi
Tentu sebagaimana kita ketahui, tata kelola untuk mengubah dan sikap oportunisme
secara digital rupanya tidak memperbaiki politik.
kinerja birokrasi dan parlemen tetapi lebih Masalah ketiga, normalisasi konflik
berlaku sebagai teknologi anti-politik yang elit dan eskalasi politik identitas,
menyembunyikan krisis kebijakan dan belakangan ini merupakan gejala dunia
krisis kreativitas di kalangan pemangku siber yang mengkwatirkan bagi demokrasi
kebijakan. Indonesia. Gejala ini tidak terlepas dari
Kondisi kedua yang melahirkan dua masalah yang disebutkan terdahulu.
oportunisme ini adalah krisis representasi Alih-alih menguncang struktur politik
politik. Dalam satu dekade lebih ini sejak yang oligarkis, demokrasi digital ikut
diberlakukannya Pilkadal dan Pemilu, memperkuat wacana politik elit dengan
pejabat dan politisi menemukan rakyat terus menerus membicarakan skandal
dalam kotak suara. Dengan sistem dan cara aktor politik atau sengitnya konspirasi
berpolitik asalkan dapat suara terbanyak, merebut dan menjatuhkan kekuasaan.
pejabat dan politisi bahkan tak mengetahui Persoalan korupsi, konflik internal partai,
secara pasti basis elektablitasnya selain dan pertarungan pilkadal/pemilu senantiasa
basis suku, agama dan wilayah. Hal ini dibahas dalam koridor terbatas pada sensasi
disebabkan juga oleh krisis ideologi dan amoral, popularitas dan pencitraan elit
program kerja dalam partai politik. Studi politik. Banalitas politik diperbincangkan
politik muthakir telah menegaskan krisis sedemikian rupa sampai pada titik elit
representasi politik baik di pusat maupun merasa perlu untuk terus melakukan

55
pencitraan baik di media sosial maupun politik berputar-putar di sekitar kelamin
media massa. Kontestasi pencitraan untuk kebebasan orientasi seksual, warna
berlangsung tanpa aturan dan tim sukses kulit dan bahasa untuk ras dan suku, dan
termasuk simpatisan menjadikan dunia tafsir kitab suci untuk supremasi teologi
siber sebagai medan perang untuk agitasi, politik.
provokasi dan mobilisasi. Salah satu ilustrasi terkini untuk
Pada saat bersamaan, kita menyaksikan melukiskan hubungan demokrasi digital
eskalasi politik identitas dalam dunia siber. dan politik praktis tersebut dapat dilihat
Alih-alih menjadi ajang belajar membangun melalui kasus Ahok. Kasus ini lebih dari
Indonesia baru, demokrasi digital terus saja sekadar perkara penistaan agama. Kasus
mereproduksi manusia Orde Baru yang ini menjadi menarik karena membantu
menjadikan suku, agama dan ras sebagai kita memahami jalan buntu atau deadlock
penanda politik. Terlepas dari adanya politik dominasi yang intensif berlangsung
regulasi dunia siber yang memberi koridor dalam politik praktis dan dunia siber.
bagi pendapat dan tutur kata, politik identitas Baik kelompok ‘liberal-progresif’ yang
tidak lagi sekadar meminta pengakuan pro-Ahok dan kelompok ‘fundamentalist’
tetapi bergerak lebih jauh yakni mengajukan anti-Ahok sama-sama berbiak di dalam
klaim legitimasi sebagai manusia Indonesia politik dominasi. Kedua kekuatan ini sama-
kelas satu (first class citizens) dengan alasan sama menggunakan ruang digital dan
mayoritas dari aspek agama, suku dan media massa untuk memenangkan agenda
ras. Hal ini berlangsung dalam dunia siber masing-masing. Di balik kedua kelompok
terkait politik nasional maupun politik di ini, berlangsung konspirasi elit nasional
daerah dalam kerangka otonomi daerah. yang saling menjegal. Ahok menjadi
Selain warisan Orde Baru, mentalitas politik sandera politik dominasi, menyingkapkan
ini juga mencerminkan arus balik mentalitas absennya kreativitas politik hegemoni di
poskolonial, dari tipologi kewarganegaraan Indonesia. Kasus ini pun menunjukkan
kolonial (Penjajah, kulit berwarna dan rentannya struktur dan konsolidasi elit
pribumi) ke tipologi pribumi menjadi nasional sekaligus memberi kesan sangat
nomor satu berdasarkan agama, suku dan berkuasanya Ahok sebagai ‘antek asing dan
ras. ‘Pribumi’ tampil sebagai penanda aseng’. Ragam isu seputar kasus ini, dalam
identitas yang tak stabil, dipakai sesuai dunia siber dan dunia nyata, memberi
keperluan politik, dan siapa pun menjadi kesaksian tersendiri, bahwa konflik elit dan
rentan untuk disingkirkan dari ruang publik politik identitas bukanlah dua wacana yang
dan pemerintahan di pusat dan di daerah. terpisah tetapi dua artikulasi anti-demokrasi
Politik identitas yang meningkat dalam yang berbiak dalam logik politik dominasi
dunia siber rupanya berkorelasi dengan pasca Orde Baru.
polarisasi politik dalam politik praktis. Selain sebagai proksi politik, kasus
Eskalasi politik identitas dalam dunia siber Ahok dan kasus-kasus berskala nasional
mendorong atau sebaliknya terdorong oleh lainnya memiliki pola kuda troya,
polarisasi kelompok identitas dalam ruang yaitu, satu kasus mengandung banyak
publik dan perebutan kekuasaan. Logik pertarungan kepentingan politik kekuasaan.
dominasi dalam politik, atau penaklukan dan Hal ini merupakan konsekuensi logis
penundukan terhadap yang lain, tercermin dari berlakunya epistemologi politik
dalam antusiasme merayakan perbedaan esensialisme, merayakan perbedaan
identitas dalam dunia siber. Dari waktu ke sembari menanti saatnya meniadakan
waktu, Indonesia baru dan manusia baru, lawan politik. Dalam situasi tersebut, ruang
yakni warga negara reformasi, bukan lagi siber memainkan peran krusial untuk
topik yang diperbincangkan dalam dua menfasilitasi baik konsolidasi elit anti-
dunia ini. Politik tampak hiperaktif sembari demokrasi maupun polarisasi komunitas
menyembunyikan ketidakmampuan warga digital ke dalam sentimen publik
membangun aliansi lintas-identitas. Nalar melalui identifikasi agama, suku dan ras.

56
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

Indonesia sebagai imaji kreatif sepanjang ajang pertarungan kepentingan globalist


sejarah, sebagai hasil kerja politik persatuan neoliberal, oligarki nasional dan ideologi
di atas perbedaan, digantikan Indonesia fundamentalis baik dari kubu liberal-
yang difantasikan oligarki dan komunitas progresif maupun kubu fundamentalisme
primordial. identitas budaya seperti agama, suku dan
Patut dicatat dua dampak fundamental ras.
yang dihasilkan dari tiga masalah yang Bertolak dari pengalam Indonesia sendiri,
telah dikemukakan di atas. Dampak kita mencatat dua kecenderungan yang terus
pertama adalah absennya tata kelola politik bertarung. Pertama, kecenderungan ruang
(politial governance) yang berguna untuk siber sebagai arena resistensi dan aktualisasi
mencegah, mengatasi dan mengelola diri warga digital khususnya kaum muda.
konflik politik di luar kerangka prosedur- Pemanfaatan ruang siber ini sebagai respon
administrasi dan penegakan hukum. Tata terhadap ketersediaan pelbagai unsur
kelola politik diperlukan untuk merespon pembentuk kapabilitas dan keahlian untuk
isu-isu krusial yang berpengaruh terhadap membentuk otonomi diri, berjejaring dan
persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam hal pergerakan. Juga sebagai respon terhadap
ini, diperlukan tata kelola terhadap politik krisis representasi politik dalam dunia
identitas yang dapat memperkuat kesatuan nyata yang membatalkan peluang kaum
dalam keberagaman identitas. Dampak muda cerdas dan kreatif masuk dalam
kedua adalah hukum kian dinormalisasi pemerintahan dan partai politik. Kedua,
sebagai panglima. Penegakan hukum tentu kecenderungan ruang siber menjadi arena
penting untuk keadilan dan kesetaraan depolitisasi. Dalam arti ruang siber berlaku
tetapi menjadi problematis kalau selalu sebagai alternatif bagi demokrasi formal
menjadi pemadam kebakaran untuk dan membatalkan partisipasi politik aktif
masalah-masalah atau kasus yang memiliki warga digital sebagai warga negara dalam
dimensi politik. Absennya tata kelola politik politik praktis. Hal ini diperparah oleh
membuat penegakan hukum terkesan sangat oligarki politik yang membajak ruang siber
penting tetapi tak memiliki kapasitas untuk dan menguatnya politik identitas dalam
mengatasi akar-akar politis dari masalah ruang tersebut.
atau isu yang terus berulang khususnya Dua kecenderunga tersebut patut
terkait konflik saling sandera antara dijadikan awalan untuk mengembangkan
kekuatan politik melalui kasus korupsi dan kerangka pikir dan kerangka kebijakan
konflik sosial terkait keberagaman antara untuk demokrasi digital. Sejumlah regulasi
suku, agama dan ras. berkaitan dengan ruang siber tentu dapat
mengelola sejumlah masalah teknis, etis-
Ta n t a n g a n d a n P e l u a n g moral dan keamanan. Kendati demikian,
agar ruang digital memainkan peran
Strategis konsolidasi demokrasi baik dalam ruang
Keseluruhan uraian di atas hendak tersebut maupun dalam politik praktis
memperlihatkan sentralnya posisi, peran diperlukan pembaharuan diskusi dan debat
dan tanggung jawab demokrasi digital publik mengenai prinsip-prinsip dasar dan
bagi Indonesia hari ini. Secara konseptual, arah kebijakan ruang digital. Bertolak dari
ruang siber merupakan arena yang strategis diskusi multi-stakeholder dan debat publik
untuk belajar dan merealisasikan prinsip- tersebut akan mengemuka formulasi dan
prinsip demokrasi terutama menghargai intervensi kebijakan yang bersifat strategis
dan mengenali perbedaan, membangun dan visioner untuk pengelolaan ruang siber
aliansi lintas-identitas dan ruang kritik bagi konsolidasi demokrasi.
terhadap oligarki politik. Pengalaman Arti penting intervensi kebijakan
demokrasi digital dari berbagai kawasan di strategis akan terbaca jika diletakkan
dunia dan Indonesia memberi sinyal yang dalam diskusi kita dalam tulisan ini. Proses
kuat bahwa ruang siber ini berlaku sebagai digitalisasi akan terus berlangsung dalam

57
berbagai ranah dan tentu membawa banyak produksi dan diseminasi pengetahuan atau
manfaat positif bagi aktivitas ekonomi, wacana tertentu. Kombinasi dua teknologi
interaksi budaya dan membuka horison kuasa ini, hard power dan soft power,
baru sebagai warga dunia yang kian terbukti sangat ampuh mengguncang
terintegrasi. Manfaat positif tersebut di masa fundasi sosial dan budaya suatu negara-
depan bisa menjadi tak berguna jika terjadi bangsa.
eskalasi konflik kekerasan antar kelompok Lebih dari itu, dalam satu dekade
identitas dalam pertarungan politik oligarki terakhir produksi dan diseminasi
yang disebabkan pengabaian negara dan wacana melalui ruang siber terbukti
masyarakat sipil terhadap salah satu front efektif sebagai teknologi ‘define dan rule’,
terpenting pembentukan opini publik dan yakni, menamai, mengklasifikasi dan
mobilisasi kelompok, yakni, ruang siber. melabelkan anak bangsa ke dalam oposis
Pengalaman sejumlah negara di Timur biner seperti mayoritas/minoritas atau
Tengah dan Eropa Timur hari ini patut moslem moderat/moslem radikal. Tujuan
dijadikan pelajaran berharga. Kegagalan ideologis dari propaganda ini adalah
membaca gejala polarisasi dan perilaku menjauhkan masyarakat dari sikap kritis
oligarki yang oportunis dalam ruang siber terhadap eksploitasi ekonomi dan ekologi
dan ruang publik harus dibayar mahal oleh korporasi global, menghilangkan
dengan konflik berdarah antar anak bangsa pengetahuan kritis terhadap rekam jejak
dan ancaman disintegrasi nasional. intervensi unilateral-multilateral terhadap
Dibaca dalam konteks geopolitik dunia negara ‘Dunia Ketiga’, dan menjatuhkan
hari ini, urgensi adanya intevensi kebijakan pemerintahan yang tak patuh pada aturan
strategis dimaksudkan untuk mengantisipasi dan imperatif moral yang dinarasikan atas
penetrasi kekuatan globalist neoliberal ke nama ‘masyarakat internasional’. Karena
dalam negeri secara lebih intensif di masa itu, komunitas kebijakan dan intelektual
datang. Sejauh ini Indonesia tidak persis publik perlu segera mendeteksi dan
berada dalam episentrum geopolitik global menganalisis kondisi terkini dari ruang siber
akan tetapi untuk beberapa tahun ke depan dan menghubungkan dengan kondisi ruang
akan terjadi pergeseran konstelasi geopolitik publik demi menghasilkan arah dan prinsip-
ke arah Asia Selatan dan Asia Tenggara. prinsip baru formulasi kebijakan ruang siber
Untuk melakukan destabiliasi, kekuatan berbasis data dan antisipasi resiko serta
globalist neoliberal tidak saja beroperasi peluang bagi konsolidasi demokrasi pada
dengan kekuatan militer tetapi juga melalui dua front tersebut.

Referensi
Brown, Wendy. Regulating Aversion: Tolerance in the Age of Identity and Empire. Princenton: Princenton
University Press, 2006
Edward, David. The Guardian of Power: Myth of The Liberal Media. London: Pluto Press, 2006
Fuchs, Christian. Critique, Social Media and the Information Society. New York: London, 2014
Graham, Gordon. Internet: A Philosophical Inquiry. London Routledge, 1999
Howard, Philip. Digital Origins of Totalitarianism and Democracy: Information Technology and Political
Islam. New York: Oxford University Press, 2010
Negri, Antonio & Michael Hardt. Multitude: War and Democracy in the Age of Empire. New York:
Penguin Press, 2004
----------------- Empire. Cambridge: Harvard University Press, 2000
Karatzogianni, Athina. Cyber Conflict and Global Politics. New York: Routledge, 2009
Luke Timothy. “Digital Citizenship”, dalam Philip Kalanzis-Cope (ed.), Emerging Digital Space in
Contemporary Society. New York: Palgrave MacMillan, 2010.
Mouffe, Chantal. “The Importance of Enganging the State”, dalam Jonathan Pugh (ed.), What is
Radical Politics Today?. New York: Palgrave MacMillan, 2009

58
EDISI 22 Desember 2016

LAPORAN
STUDI
L A PA N G A N

Pergeseran Masyarakat
Offline ke Online dalam
Dinamika Politik Daerah
Oleh Tim Redaksi

S
udah menjadi keniscayaan sekarang ini bahwa telah terjadi pergeseran
signifikan dari masyarakat offline ke masyarakat online yang merambah ke
segala aspek kehidupan, tidak terkecuali aspek kehidupan politik. Praktik
demokrasi politik tidak lagi hanya berlangsung di ruang aktual namun juga
telah berlangsung di ruang cyber. Ini artinya, kontestasi politik, sebagai salah satu
esensi demokrasi politik (di samping partisipasi, kebebasan dan deliberasi) tidak
hanya dilakukan secara offline dan face to face, namun juga dilaksanakan secara virtual
dan online. Dalam kontestasi politik secara online tersebut umumnya berlangsung
pada dan melalui bahasa, baik bahasa verbal seperti kata dan rangkaian kata maupun
bahasa visual atau non-verbal seperti foto dan gambar. Di sini bahasa dijadikan ruang
sekaligus aparatus bagi setiap pertaruangan atau kontestasi politik.

59
Praktik demokrasi pada ruang cyber pendidikan politik kewargaan? Apakah
tersebut tidak hanya di kota-kota besar, sudah muncul komunitas yang mendorong
tetapi juga hingga ke daerah-daerah, dan mengawal pemerintahan dalam
seiring dengan makin meluasnya penetrasi penerapan prinsip good governance, yaitu
penggunaan internet hingga ke desa. transparansi, akuntabilitas, dan paritispatif.
Bahkan dengan adanya alat komunikasi Studi lapangan ini akan dilakukan
canggih seperti gawai, orang semakin di sejumlah kota, yaitu Pangkalpinang,
memiliki akses ke ruang cyber tanpa harus Serang, Madiun, Yogyakarta, Denpasar, dan
bergantung pada laptop ataupun komputer. Banjarmasin. Pertimbangan pemilihan lokasi
Melalui aplikasi seperti facebook, twiter, tersebut karena di sana sedang persiapan
Whatts-up, dan aplikasi lain orang di mana penyelenggaran Pilkada serempak 2017,
pung bisa ikut berpartisipasi dalam proses di samping keunikan politik dan budaya
partisipasi politik. Orang yang memiliki di masing-masing daerah. Metode yang
gawai dengan mudah akan mengakses digunakan adalah studi lapangan dengan
informasi dari berbagai medai massa online, teknik pengumpulan data melalui observasi,
dan sebaliknya juga bisa memberikan wawancara mendalam, dan dokumentasi.
komentar atau mengartikulasikan
kepentingannya melalui media sosial. Ketika
terjadi Pilkada misalnya, di daerah-daerah Pangkalpinang
telah banyak memanfaatkan internet untuk Mempermudah Akses
masuk dalam pergulatan cyber demokrasi, Informasi
entah sekadar memberi komentar maupun
mengartikulasikan kepentingan politiknya. Kota Pangkalpinang merupakan ibukota
Oleh karena itu, menarik kiranya untuk Provinsi Bangka Belitung terletak di sebelah
melihat bagaimana pergeseran ke ruang timur Sumatera Selatan, menghadap ke laut
cyber atau masyarakat online tersebut dalam Cina Selatan yang memiliki lalu lintas laut
mengartikulasikan kepentingan politiknya terpadat di dunia. Namun demikian kota
pada momen politik seperti Pilkada. Apakah ini merupakan kota kecil, tidak seramai
masyarakat telah memanfaatkan ruang cyber Batam atau Tanjungpinang, karena memang
ini secara konstruktif atau justru menjadi tidak terlewati kapal-kapal perdagangan
gelanggang untuk caci maki, dan dukung- menuju ke Asia Timur yang menjadi pusat
mendukung, secara bebas sehingga penuh perdangangan dunia. Hanya saja kota ini
ujaran kebencian. Bagaimana perilaku telah lama menjadi salah satu tujuan utama
netizen pada momen Pilkada selama ini para pencari kerja yang datang dari berbagai
ketika memanfaatkan internet, apakah daerah di Indonesia. Sumber daya alam yang
sembarangan tanpa mempertimbangkan cukup melimpah, seperti timah misalnya,
etika publik, atau semakin mendewasakan adalah salah satu andalan daerah ini yang
publik dalam berdemokrasi. Mengingat menjadi incaran para investor. Oleh karena
karakter utama netizen adalah anonimus, itu warga kota ini begitu plural terdiri dari
menjadi penyebab makin maraknya ujaran berbagai etnis yang ada di Indonesia.
kebencian melalui media degital. Sebagai kota yang warganya
Di samping itu, apakah selama ini ketika cukup beragam, tidak heran jika daerah
aktivitas demokrasi di ruang cyber ini ini memiliki indeks kompetisi politik
semakin marak, netizen menggunakannya cukup tinggi. Menjelang Pilkada serentak
sebagai fungsi kontrol terhadap 2017 mendatang, sudah terdapat tanda-
pelaksanaan pemerintahan daerah yang tanda meningkatnya suhu politik di kota
good governance, atau justru kalangan Pangkalpinang. Ada empat pasangan calon
netizen di daerah sekadar ajang caci-maki yang secara resmi sudah terdaftar di KPUD
dan keberisikan politik. adakah komunitas- untuk maju pada Pilkada Wali dan Wakil
komunitas demokrasi cyber yang muncul Walikota yang tergabung dalam Pilkada
di daerah yang menjadi bagian dari proses serentak 2017. Masing-masing pasangan

60
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

telah melakukan kampanye baik melalui pada masa kampanye Pilkada serentak
media komunikasi lama seperti baleho, seperti sekarang ini di Pangkalpinang sudah
poster, spanduk, hingga kampanye melalui biasa. Namun menurut Purnama belum
temu kader secara tatap muka pada basis sampai menjurus ke ujaran kebencian,
massa pemilih. Yang menarik adalah bahwa karena sebagian besar pengguna medsos
kampanye Pilkada kali ini telah cukup takut terkena pasal-pasal dalam UU ITE.
intensi menggunakan media baru, yaitu Sementara itu Dedi menambahkan ujaran
melalui jaringan internet. kebencian dalam masa kampanye Pilkada
Sebagaimana dituturkan oleh serentak sekarang ini sulit terjadi di
Dedi Hidayat, Ketua PAC Kecamatan Pangkalpinang, karena masing-masing telah
Pangkalbalam Kota Pangkalpinang, bahwa mampu saling menjaga dan menahan diri.
pada masa kampanye Pilkada serentak “Terlebih lagi sekarang ini Dewan Pengas
2017 sekarang ini hampir semua pasangan Pilkada kan memilik kewenangan untuk
menggunakan media berbasis internet. mendiskualifikasi pasangan calon yang
Media online yang digunakan antara lain melanggar undang-undang, maka mereka
facebook, twiter, WA, dan instagram. akan takut”, ujarnya.
Terutama facebook dalam lima tahun Sedangkan Erik Pramusinggih Nastoto,
terakhir ini paling banyak digunakan warga ……menjelaskan adanya faktor kultural
masyarakat dalam berkomunikan, termasuk yang menyebabkan masyarakat Bangka,
komunikasi politik. “Di Pangkalpinang ini khususnya kota Pangkalpinang mampu
media sosial yang paling banyak digunakan menjaga sopan santun politik dalam
adalah facebook, hampir mencapai 70 media online. Meskipun suhu politik
persen. Meskipun WA paling praktis dan menjelang Pilkada serentak 2017 terasa
murah, tetapi di sini penggunanya terbatas, naik, akan tetapi berkat faktor sosio-kultural
seperti halnya twiter dan instagram”, masyarakat kota Pangkalpinang mampu
ungkapnya. menjaga suasana damai. “Masyarakat kota
Lebih lanjut Dedi yang juga Tim Cyber Pangkalpinang ini memang semakin plural,
Campaign PDIP, menjelaskan bahwa karena banyak pendatang ke sini. Karena
melalui facebook sering terjadi saling kritik itu semua menyadari jika tidak saling
antarpendukung pasangan calon Wali dan menjaga akan berpotensi konflik, makanya
Wakil Walikota selama menjelang Pilkada para elite mampu saling menjaga. Mereka
serentak kali ini. Tidak jarang di antara para ini bertanggungjawab menjadi panutan
pendukung masing-masing pasangan itu warga masyarakat, sehingga harus memberi
melakukan adu argumen, adu pendapat, contoh yang baik untuk membangun
dan bahkan berdebat tentang kelebihan suasana damai”, ungkapnya.
dan kekurangan masing-masing yang Erik lebih lanjut menjelaskan bahwa
dijagokannya. “Melalui medsos, terutama faktor kultur Melayu sangat kenthal di sini,
di facebook, di antara para pendukung sehingga tetap menggunakan nilai-nilai
kontestan Pilkada saling serang, dan lokal dan kearifan lokal untuk menjaga
bahkan menjurus kampanye negatif. Akan harmoni hubungan antarwarga. Oleh
tetapi jika ada kecenderungan ke arah karena itu dalam masa kampanye Pilkada
ujaran kebencian, maka saya sebagai tim selalu dianjurkan untuk menyelenggarakan
cyber PDIP akan selalu mengingatkan kampanye yang konstruktif, tidak saling
dan menetralisirnya, terutama yang dari menggunakan ujaran kebencian. “Dalam
kalangan kader PDIP”, katanya. budaya Melayu mengenal pepatah mulutmu
Tentang adanya saling serang atau adalah harimaumu yang intinya agar
perdebatan antarpendukung di medsos berbicara santun. Lagi pula dalam kultur
tersebut juga diakui oleh Purnama, melayu ada larangan untuk marah atau
karyawan swasta, yang sebagai anak muda harus mampu menahan diri dalam situasi
mengaku intens menggunakan smartpone apa pun, termasuk dalam konflik politik.
setiap harinya. Adu argumen dalam medsos Kalau toh harus marah harus diungkapkan

61
dengan pantun, sehingga terasa halus dan politik warga yang konstruktif”, ujarnya.
santun”, kata Erik.
Lebih dari itu Pemkot bekerjasama
dengan segenap jajaran aparat pemerintah Yogyakarta
seperti kepolisian, TNI, dan juga KPUD
terus mensosialisasikan kampanye damai. Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya
Pimpinan daerah terus mengadakan dan sekaligus juga kota pendidikan, karena
pendekatan terhadap segenap tokoh itu tidak heran jika kota ini memiliki tingkat
masyarakat agar terus menjadi panutuan literasi lebih tinggi dibandingkan dengan
dan sekaligus secara proaktif melakukan kota-kota lain di Indonesia. Itu juga terjadi
kampanye damai. “Melalui berbagai media, dalam kaitannya dengan kehadiran media
dan juga melalui webside, Pemkot terus baru, kota ini jauh lebih cepat terekspose
melakukan pendekatan secara proaktif oleh jaringan internet. Bahkan sejak dekade
terhadap segenap tokoh masyarakat dan 1990-an, kota Yogyakarta telah mengenal
elite politik untuk saling menjaga, dan tetap apa itu internet ketika kota-kota lain masih
menggunakan etika politik yang santun sangat asing dengan moda komunikasi
selama masa kampanye Pilkada” ujarnya. baru itu. Oleh karena itu Yogyakarta dalam
Sementara itu, Popi Windasari, Kasubag sepuluh tahun terakhir ini menjadi salah
Meidia Informasi Humas Pemkot Bangka, satu daerah yang tercepat mengalami
menjelaskan bahwa dalam lima tahun pergeseran dari masyarakat offline menuju
terakhir kota Pangkalpinang perkembangan ke masyarakat online.
masyarakat semakin ke arah online society. Sebagai indikator tampak pada semakin
Perkembangan baru ini tidak terlepas dari luas dan intensifnya jaringan infrastruktur
inisiasi Pemkot yang terus memberikan ijin telekomunikasi yang merambah hampir ke
pembangunan infrastruktur telekomunikasi seluruh ruang publik. Di café-café sarana
yang terus meluas. Para provider wifi telah menjadi bagian tak terpisahkan
dan industri telekomunikasi semakin dari bisnis kuliner; di hampir semua
memperluas jaringan hingga ke pelosok kampus telah terkoneksi dengan jaringan
pedesaan. “Pemkot sendiri telah memiliki internet, dan hampir dapat dipastikan pada
web, yaitu pangkalpinang.go.id sebagai keluarga kelas menengahnya telah memiliki
media komunikasi politik dan sarana bagi fasilitas akses internet. Mobilephone telah
pelasanaan pemerintahan yang berprinsip menjadi bagian penting dari piranti yang
good governance, yaitu transparansi, harus dimiliki oleh setiap warga, sehingga
akuntabilitas, dan partisipasi publik” komunikasi merupakan kebutuhan primer.
ujarnya. Dalam kaitannya dengan dinamika
Jadi dengan adanya pergeseran ke politik lokal, kehadiran media baru juga telah
masyarakat online, warga Pangkalpinang menjadi salah satu faktor penting mengubah
terus didorong semakin memanfaatkan perilaku politik warga. Melalui media
media baru dalam mengakses informasi. sosial dan layanan informasi-komunikasi
Penggunaan medsos terus mengalami berbasis web telah terkoneksi secara luas
peningkatan sebagai sarana komunikasi dalam mendorong masyarakat kewargaan
baik di bidang politik, ekonomi, maupun Yogyakarta. Menjelang Pilkada serentak
sosial-kebudayaan. “Pemkot menyediakan 2017, kota ini juga mengalami peningkatan
layanan informasi dengan wifi di alun-alun eskalasi politik yang kompetitif. Pemilihan
agar masyarakat semakin mudah mengakses Wali dan Wakil Walikota Yogyakarta dan
informasi berbasis internet. Demikian pula pemilihan Bupati/Wakil Bupati Kulonprogo
dalam dinamika politik demi suksesnya menjelang Pilkada serentak kali juga tidak
pembangunan, Pemkot membuka nomor luput dari dinamika politik daerah yang
pengaduan melalui sms, jika di lapangan mulai terambah oleh kultur masyarakat
terdapat pelayanan birokrasi yang kurang online.
memuaskan. Ini bagian dari pendidikan Sebagaimana dikatakan oleh Saefuddin

62
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

Zuhri, aktivis dan peneliti PR2Media yang berisi solusi permasalahan sosial
Yogyakarta, bahwa perambahan media politik dan ekonomi dalam masyarakat.
online pada masyarakat Yogyakarta terus “Harus diakui kampanye negatif dalam
mengalami perluasan dan intensitas Pilkada melalui media online masih belum
tinggi. Ini juga berimplikasi terhadap mengedepankan adu program antarpartai,
dinamika politik menjelang Pilkada atau antarpasangan calon pemimpin daerah.
serentak 2017. Melalui media sosial mulai Namun masih sering digunakan saling
banyak digunakan untuk kampanye, tetapi hujat-menghujat, dan bahkan cenderung isu
sayangnya gejala kampanye negatif atau primordial”, katanya.
bahkan kampanye hitam juga semakin Cornus menceritakan ketika Pilpres 2014,
terasa. “Sebenarnya dengan adanya media betapa media sosial banyak sekali digunakan
baru, atau komunikasi berbasis web ini untuk kepentingan kampanye negatif
bagus untuk keperluan membangun politik atau bahkan kampanye hitam. Kehadiran
demokratis yang sekaligus mencerdaskan media online justru menjadi cermin dari
warga. Akan tetapi seperti yang bisa kita ketidakdewasaan dalam berpolitik, saling
ketahui bersama, pada saat yang sama menjelekan dan repotnya justru dengan
ujaran kebencian juga mulai menggejala, vulgar mengangkat isu primordial, seperti
menyerang dan menonjolkan sisi negatif isu SARA. “Patut disayangkan jika medsos
dari masing-masing pasangan calon yang digunakan untuk kampanye hitam yang
berkompetisi”, ujarnya. primordialistik. Tetapi itulah faktanya,
Lebih lanjut Saefuddin menjelaskan masyarakat kita masih belum mampu
bahwa kehadiran media baru sebenarnya berpolitik secara dewasa dan beretika,
akan sangat bagus jika diikuti oleh sehingga kehadiran media online justru
transformasi kulturalnya. Artinya, jika disalahgunakan untuk menyuburkan
berkait dengan kehidupan politik misalnya, praktik politik primordialistik”, ungkapnya.
media ini justru bagus untuk menjadi Sementara itu sosiolog UGM, Heru
sarana bagi penerapan sistem pemerintahan Nugroho, memberikan penjelasan secara
yang good governance. Akses dibuka lebar sosiologis ketika masyrarakat mengalami
bagi warga untuk memberikan gagasan proses digitalisasi. Diakuinya bahwa
untuk perencanaan pembangunan sebagai sekarang ini adalah era serba termediatisasi,
penerapan prinsip partisipatif. Sementara tidak satu pun aspek kehidupan dalam
itu prinsip transparansi juga dengan masyarakat yang tidak terkena media baru
mudah dilakukan jika mau memanfaatkan berbasis web. Kehidupan sosial, politik, dan
media sosial ataupun internet. “Akan tetapi ekonomi, serta kebudayaan pun mengalami
sayangnya, justru warga masyarakat masih mediatisasi, dalam arti seringkali logika
belum menyadari pentingnya demokrasi, media lebih kuat daripada realitas
sehingga yang terjadi hanya untuk ngrumpi sosiologis. “Gejala mediatisasi ini jika
dan saling hujat menghujat. Jadi kultur tidak dibaca secara kritis akan cenderung
ngrumpi di masyarakat offline seperti mendorong masyarakat membiarkan diri
hanya dipindah saja ke media online. Ini terseret ke logika media, sehingga media
semakin bertambah marak, karena karakter begitu berpengaruh. Padahal media adalah
media online bersifat anonamus, mudah tidak netral dan sering melakukan politik
menyembunyikan identitasnya”, jelasnya. representasi media. Oleh karena itu, dalam
Pendapat senada juga datang dari Cornus kehidupan sosial politik, kehadiran media
Dwi, Sekretaris DPD Partai Nasdem Provinsi baru perlu disikapi secara kritis melalui
Yogyakarta, bahwa kehadiran media baru gerakan literasi media”, tegasnya.
masih sering digunakan untuk kampanye Yogyakarta telah menjadi satu kesatuan
negatif yang hanya menonjolkan sisi negatif global karena terkoneksi melalui komunikasi
lawan-lawannya. Idealnya kampanye jaringan berbasis web. Masyarakat online
melalui media online menonjolkan adu telah menjadi kenyataan yang tidak bisa
program atau adu debat secara konstruktif dielakan kehadirannya. Dengan kata lain,

63
masyarakat kota Yogyakarta terkoneksi mudah terprovokasi oleh berita-berita yang
pada sistem komunikasi global yang ada di media sosial.
berbasis web adalah sebuah keniscayaan, Dedi Indar Pramana sebagai mahasiswa
sebuah imperatif. Tidak ada jalan lain komunikasi di Universitas Merdeka
bahwa gerakan literasi media adalah sebuah Madiun juga merasakan hal yang sama di
keharusan agar mampu memanfaatkan masyarakat Madiun. Sekalipun internet
media secara produktif. Lebih dari itu media sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat
adalah perlu disikapi secara kritis dengan Madiun, informasi yang berkembang di
melakukan transformasi kultural. Kehadiran masyarakat menurutnya masih berimbang.
media baru jika diikuti transformasi kultural Sekalipun banyak ujaran kebencian yang
akan termanfaatkan secara produktif. beredar, secara umum masyarakat Madiun
cenderung tidak bergejolak.
Madiun Akan tetapi Dedi menyayangkan masih
ada orang-orang yang termakan berita
Informasi Sahih yang disebarkan melalui media sosial yang
Demokrasi Sehat kebenarannya masih perlu dibuktikan,
terutama pada masa kampanye yang saling
Di berbagai sudut ruang publik Kota menjelekkan. Secara pribadi ia berusaha
Madiun (November 2016) sepi dari hingar memberikan komentar-komentar yang
bingar Pilkada Serentak. Gambar wajah- positif dan tidak menambahi dengan
wajah calon peserta Pilkada baik incumbent sumpah serapah.
atau calon-calon baru yang maju sebagai Menurutnya internet seharusnya
kepala daerah atau calon legislatif sama digunakan untuk hal-hal yang produktif
sekali tidak tampak. seperti berdagang, bersosialisasi, dan
Kota yang berjulukan Kota Gadis ini diskusi berbagi pemikiran yang bermanfaat
memang tidak masuk dalam deretan bagi kehidupan sosial. Secara khusus
daerah yang melakukan pilkada serentak Dedi mengapresiasi kepala daerah yang
2017. Walikota Bambang Irianto pun sudah memanfaatkan media sosial untuk
masih memiliki masa bakti sampai 2019, berinteraksi dengan masyarakat. Sehingga
demikian pula dengan para legislator. solusi permasalahan dapat lebih cepat terasa
Meski demikian, jalinan komunikasi tetap di lapangan.
dilakukan dengan masyarakat baik melalui Anggota DPRD Kota Madiun Ngedi
media konvensional (luring) ataupun Trisno Yusianto menyambut mendorong
melalui media daring (online) dan media penggunaan teknologi internet oleh
sosial yang memanfaatkan internet. pemerintah daerah. Dukungan anggaran
Kepala Bidang Komunikasi dan sudah diberikan kepada setap SKPD.
Informatika Dinas Perhubungan, “Untuk meningkatkan informasi publik,
Komunikasi dan Informatika Kota Madiun menampung aspirasi dan laporan”, kata
Iroh Sunirah menyatakan pemerintah sudah wakil rakyat dari Partai Kebangkitan Bangsa
memanfaatkan media sosial yang fokusnya ini.
ke pelayanan publik dan aduan masyarakat. Pelayanan masyarakat pun menjadi
Pengelolaan media online dan media lebih transparan terutama dalam bidang
sosial dilakukan oleh bagian Humas untuk perpajakan. Petugas pajak tidak bisa lagi
menginformasikan kegiatan pemerintahan. menggelapkan uang karena penerimaan
Sifat masyarakat yang masih daerah dapat terkontrol sesuai konfirmasi
mengutamakan tatap muka dan media laporan dari masyarakat. Demikian juga
massa membuat sosialisasi jarang dalam pengurusan perizinan, masyarakat
dilakukan melalui media sosial, demikian kini dapat mengetahui dokumen pengajuan
juga di bidang politik. “Kampanya jarang sudah sampai di tahap mana. Lebih jauh
menggunakan media sosial”, tuturnya. juga dapat mengurangi potensi terjadinya
Lebih jauh masyarakat cenderung tidak pungli.

64
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

Dalam aktivitas politik, Ngedi masalah kehidupan sosial, ekonomi, hukum


memanfaatkan peran sosial media untuk dan sebagainya.
menjalin komunikasi dan peningkatan citra Menyikapi perkembangan penyebaran
di masyarakat. Tanpa perlu mengeluarkan informasi di media sosial, Bambang
biaya yang terlalu mahal ia merasa menyesali rendahnya nilai validitas
bisa menjangkau lebih banyak orang. informasi yang akan menimbulkan
“Lebih efektif, tidak mahal, pesannya ragam persepsi nilai yang menyangkut
sampai”, katanya. Kehadiran internet kehidupan masyarakat. Ia mengibaratkan
juga memudahkan pembelajaran apabila pada lingkungan kampus yang tingkat
berhubungan dengan SKPD teknis. “Saya intelektualnya di atas rata-rata saja sering
kan ngga ngerti istilah-istilah kesehatan terjadi perdebatan sengit, apalagi di
sebelumnya, mengerti dengan google”, tingkat masyarakat awam. Bersliwerannya
katanya. Internet membantu Ngedi menjadi informasi di media sosial dapat menyebabka
referensi dalam melaksanakan politik benturan-benturan di masyarakat yang
anggaran. terusik kepentingannya.
Menanggapi kemungkinan terjadinya Bambang menyayangkan tidak ada
kampanye negatif di media sosial, Ngedi media yang bisa dijadikan rujukan kebenaran
berpendapat masyarakat sudah dewasa atas situasi atau isu yang berkembang. Ia
dan mampu memilah sesuai dengan sendiri selalu membandingkan informasi
kepentingannya. “Masyarakat tidak yang diterima di media sosial dengan media
selalu bersentuhan dengan kepentingan”, elektronik untuk mendapatkan informasi
tuturnya. Sehingga apabila informasi politik yang benar. “Pada media elektronik televisi,
tidak menyentuh kepentingan masyarakat informasi bisa dipertanggungjawabkan
tertentu, maka dampaknya akan minimal. secara moral, kalau media sosial kan masih
Lebih jauh Ngedi menyoroti pentingnya dipertanyakan”, katanya.
membangun kedewasaan bermedia di Menurut pengamatan Bambang,
masyarakat yang dimulai dari diri sendiri informasi yang beredar di media sosial
dan lingkungan keluarga. Generasi muda lebih banyak yang skalanya nasional atau
harus diberi pembelajaran bersama dari Jakarta. Tidak banyak informasi yang
mengenai informasi-informasi yang ada di berskala lokal Madiun dan sekitarnya.
dunia maya sehingga bisa menyaring hal- Namun ia menyayangkan banyak informasi
hal negatif. Pemblokiran konten negatif oleh yang tidak benar beredar di media sosial.
pemerintah tidak akan bermanfaat banyak Sehingga apapun yang terjadi di pusat,
bagi Ngedi, karena sumber daya pemerintah masyarakat Madiun umumnya mengetahui
yang terbatas. “Pemerintah mengawasi dan bisa menyikapi berbekal informasi yang
dan mengendalikan saja dengan segala ada. Di sisi lain pemerintah Kota Madiun
keterbatasannya”, tutur Ngedi. lebih banyak menyampaikan informasi-
Selain itu perlu diwaspadai juga informasi yang monoton, seremonial, dan
penyebaran konten negatif dan paham- kepentingan transparansi layanan.
paham ekstrem yang disebarkan bukan Dalam suasana pesta demokrasi,
melalui media online. Karena itu Ngedi lebih penggunaan media sosial dan internet untuk
memandang perlunya upaya membangun kampanye belum banyak dilakukan oleh
mental spiritual diri masyarakat, salah para kandidat. Lingkungan Kota Madiun
satunya dengan mencari berguru pada belum terbiasa sehingga penggunaan
tokoh agama yang benar. metode kampanye konvensional lebih
Merambahnya penggunaan internet di mendominasi. “Pilkada kampanyenya
masyarakat Madiun diamini oleh Wakil dilakukan langsung”, kata Bambang
Dekan FISIKP Universitas Merdeka Madiun berbekal pengalaman pilkada sebelumnya.
Bambang Martin Baru. “Pemanfaatan Bambang mengapresiasi tindakan
media sosial sangat luar biasa”, katanya. blokir atas akun-akun dan situs internet
Tidak hanya di konteks politik, tapi semua bermuatan negatif yang dilakukan oleh

65
Kementerian Komunikasi dan Informatika. masing memiliki individualistas dan
Akan tetapi jika terus dilakukan tugas otonominya sebagai angota keluarga dan
Kemenkominfo tidaklah mudah karena warga masyarakat. Individualitas demikian
lebih banyak lagi akun yang muncul. Ia itu tidak bisa diabaikan. Media dalam hal ini
berpendapat sebaiknya Kemenkominfo berperan memperantarai keaktifan mereka
dalam kehidupan publik.
menjadi rujukan informasi bagi masyarakat
Media dimaksud disini terutama
sebagai bandingan informasi di media media cetak atau tertulis, seperti koran,
sosial. “Kominfo ditingkatkan lagi dalam dan media elektronik, seperti HP, internet
rangka menyuguhkan media-media sosial dan komputer. Penelitian ini ingin
yang memiliki akurasi informasi”, kata menemukan bagaimana keaktifan warga
Bambang. Apalagi informasi seputar politik menggunakan media komunikasi di ruang
yang tingkat kepentingannya sangat kental. publik. Keaktivan warga dalam kehidupan
Bekerjasama dengan pemerintah publik disini dilihat mengindikasikan
daerah dan institusi pemerintah lainnya karakteristiknya sebaga warga negara,
yang bergerak dalam dunia media sosial, sebuah kategori subjek politik terbentuk
Kemenkominfo harus memperbarui karena keaktifan individual warga dalam
kehidupan publik. Berbagai sektor publik
informasi-informasi yang berkembang
yang menjadi perhatian dalam penelitian
sehingga masyarakat tidak langsung
ini, sesuai dengan karakteristik kota
percaya begitu saja terhadap media sosial. Banjarmasin, antara lain pasar, pelabuhan,
“Agak sedikit kerja keras menanggulangi sungai, terminal dan perkumpulan warga
hal-hal negatif”, kata Bambang. Tugas terbentuk berkaitan dengan urusan publik
beratnya adalah harus menyosialisasikan di sektor ini.
kepada masyarakat mengenai akun-akun Menurut Husin Lutfie, Kabid Kominfo,
pemerintah di media sosial. Pemerintah Dishub Kominfo, Pemkab Banjarmasin,
daerah pun dituntut aktif melakukan arena atau ruang publik tempat warga
sosialisasi dan memberikan informasi beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari
pembanding yang sifatnya nasional, tidak di kota Banjarmasin dapat ditemukan di
lagi regional. jalur sungai Martapura, dari depan walikota
Banjarmasih hingga sentra Antasari. Dalam
Pelibatan Lembaga Swadaya Masyarakat
jalur ini bisa ditemukan ruang publik
(LSM) dalam proses pendidikan politik juga dimaksud, antara lain pasar dermaga
dipandang perlu oleh Bambang. Sebagai atau pelabuhan Pasar Baru, dermaga atau
penyeimbang atua pengawas pemerintah, pelabuhan Tambon, pasar dermaga atau
LSM diharapkan ikut mengedukasi pelabuhan Sudimampir, dan diseberang itu
masyarakat mengenai perlunya kedewasaan terdapat terminal sekaligus ruang publik
dalam menggunakan informasi yang terpenting di kota Banjarmasin yaitu sentra
beredar di berbagai media terutama media Antasari. Sentra Antasari ini merupakan
sosial. Bagi Bambang, pendidikan politik ruang publik di tengah kota yang khas,
sangat penting bagi masyarakat dan menjadi selain merupakan plaza terbuka tempat
warga bisa berkumpul, juga terdapat
tanggung jawab pemerintah, partai politik,
terminal angkutan kota Banjarmasin yang
dan LSM yang semuanya berjalan selaras. menghubungkan warga dengan dua fasilitas
publik penting di kota ini, yaitu Pasar
Banjarmasin Antasari dan kompleks pertokoan atau
pusat perbelanjaan Ramayana. Penelitian
Kita disini melakukan penelitian tentang ini dilakukan di sepanjang jalur sungai
media dan kewarganegaraan demokratis. Martapura, di tengah kota Banjarmasin,
Sejauhmana subjek individual warga mulai dari dermaga pelabuhan Pasar Baru,
masyarakat menggunakan media sehingga di sebelah kantor Walikota Banjarmasin,
menjadi lebih aktif peduli dan berperan serta hingga sentra Antasari di tengah kota
dalam kehidupan publik menjadi perhatian Banjarmasin.
utama penelitian. Subjek individual warga Dermaga atau pelabuhan Pasar Baru,
masyarakat sangatlah beragam. Masing- Banjarmasin, merupakan ruang publik
menghubungkan sungai Martapura dengan

66
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

Pasar Baru. Di dermaga ini aktivitas warga ini yang menghubungkan antar lokasi di
cukup ramai. Di dermaga pasar baru tiap Banjarmasin, di sepanjang sungai Barito
hari terdapat kapal Klotok, sebutan kapal hingga di dermaga Muarabahan. Radio
kecil pengangkut barang dan penumpang Orari ini lebih berorientasi pada kepentingan
di kota itu, singgah. Berbagai jenis kapal publik daripada HP yang jarang digunakan
Klotok singgah disini, seperti kapal Klotok pengemudi kapal ini. Kegunaannya selain
pengangkut penumpang dan barang, dan mencegah kecelakaan antar kapal juga
kapal Klotok warung terapung. Di dermaga untuk mengkomunikasikan berbagai situasi
Pasar Baru ini kita mendapati ruang publik berlangsung di dalam perjalanan. Selain
yang luas, tempat bertemu banyak orang Radio Orari, di dalam kapal juga terdapat
dari berbagai kampung di sekitar kota TV untuk berkomunikasi dan mendapatkan
Banjarmasin. Di tempat ini pula terdapat TV infomasi dari dunia luar.
umum, dipasang di tempat terbuka, dilihat Pemanfaatan media sebagai penghubung
orang dalam kesehariannya, meski tidak individual warga dengan kehidupan
ada telepon umum kita jumpai sehingga publik luas juga kita temukan di terminal
mengurangi bobot sifat kepublikannya. sentra Antasari. Sama seperti di tempat
Menurut Ardiansyah, seorang warga dan lain, media digunakan sebagian pengguna
sekaligus tetua sehari-hari bekerja di Pasar angkutan kota adalah HP. Namun, dalam
Baru, kebanyakan orang disini berkumpul hal ini penggunaannya belum meningkat
dalam kesehariannya melihat TV sambil digunakan untuk kepentingan publik.
duduk di warung pinggir sungai Martapura. Demikian pula, sarana mendapatkan
Secara personal, masing-masing orang kini informasi publik dari TV umum atau koran
punya HP sebagai sarana berkomunikasi juga sangat rendah di tempat publik ini.
antar individual warga. Namun, juga Penggunaan HP dikalangan pengemudi
mereka sekaligus memanfaatkan TV publik angkutan kota masih sebatas digunakan
sebagai sarana mendapatkan informasi untuk urusan pribadi dan belum banyak
dari dunia luar. Media komunikasi melalui diorientasikan kemanfaatannya untuk
HP kini masif digunakan orang. Tidak urusan publik atau untuk perbaikan sarana
terkecuali para pedagang, pemilik toko dan angkutan kota.
pemilik kapal Klotok pengangkut barang dan Menurut Rahmadi, pengelola dan
penumpang sebagai sarana penghubung pengelola angkutan kota di terminal
aktivitas perdagangan. Dikatakan pula, sentra Antasari, hampir semua pengemudi
kegunaan HP untuk kepentingan bisnis angkutan kota kini memiliki HP sebagai
perdagangan, atau urusan individual penghubung komunikasi pribadi. Namun,
private ini, sangat besar. Sementara itu, hanya kurang dari mereka menggunakannya
penggunaan HP untuk kepentingan publik, untuk berkomunikasi dalam urusan
atau pembentuk kehidupan publik, seperti dengan penumpang atau dalam urusan
pembentukan forum warga membicarakan kepentingan publik dalam kaitannya
kelancaran transportasi, atau meningkatkan dengan perbaikan terminal atau urusan
kepedulian pada lingkungan, terasa masih perbaikan transportasi kota. Hal itu tidak
sangat kurang. lerlepas dari kemandegan terjadi dalam
Berbeda dengan di ruang publik Pasar transportasi publik berlangsung di kota
Baru, penggunaan sarana komunikasi ini. Ketersediaan angkutan kota sekarang
yang lebih luas selain HP yang memiliki ini semakin menurun, tinggal 400 unit dari
kemanfaatan publik yang lebih luas dapat dulunya sekitar 1000 unit. Demikian pula,
kita temukan di dermaga pelabuhan Tambon dalam soal jalur, sekarang tinggal 16 jalur
dan pasar Sudimampir. Selain kapal Klotok, dari dulunya 37 jalur. Situasi kemunduran
disini juga berlabuh kapal yang lebih besar, itu selain ditandai menurunnya jumlah
seperti KM. Muara Sumber 02. Kapal ini angkutan kota, juga terdapat ketidakjelasan
dalam jalurnya berlayar dari pelabuhan pengaturan antara angkutan dalam kota
Tambon ke dermaga Muarabahan, di Sungai dengan angkutan luar kota. Banyak
Barito, Kalimantan Tengah. Dikatakan angkutan penghubung dari luar kota
Rahman, pengemudi kapal ini, media kini juga memasuki sentra Antasari, yang
digunakan untuk komunikasi di kapal ini dengan itu mengurangi aktivitas angkutan
bukan HP tetapi Radio Orari. Terdapat tiga dalam kota.
(3) chanel dimiliki Radio Orari di kapal Persoalan publik ini, menurut Rahmadi,

67
penting diatasi untuk menjadikan kota demokratis. Hal itu bisa dilakukan dengan
Banjarmasin sebagai kota masa depan. Sentra menaikkan skala penggunaan media HP
Antasari sendiri sesungguhnya merupakan dari semula hanya untuk urusan pribadi
plaza ideal tempat bertemunya orang dari menjadi lebih berorientasi pada urusan
berbagai kalangan di kota Banjarmasin. publik, maupun dengan memperbanyak
Ketersediaan ruang publik seperti itu sangat terbentuknya forum komunikasi antar sektor
penting bagi pembentukan kesadaran warga dan pihak berorientasi pemecahan masalah
sebagai warga kota. Sentra Antasari sebagai dan perbaikan kehidupan publik.***
ruang publik menghubungkan warga
dengan tempat publik penting di kota ini,
pasar Antasari, sebagai pasar induk di kota Lampung
Banjarmasin, dan kompleks pertokoan, pusat Pemanfaatan Media
perbelanjaan Ramayana, pusat hiburan, S o s i a l : W a j a r d a n Ta k
serta taman kota. Bila dikelola dengan baik, Berlebihan
hal itu akan menumbuhkan kesadaran
warga sebagai warga kota dan juga sekaligus Sebagai sebuah daerah dengan
perbaikan kota sebagai ruang publik. Untuk masyarakat multikutur, Lampung
itu, ke depan, menurut Rahmadi, perbaikan sesungguhnya jadi Propinsi yang punya
sentra Antasari sangat penting dilakukan. potensi besar dalam meningkatkan kualitas
Termasuk pentingnya membuat forum antar
pembangunan daerah. Namun potensi
tiga pihak, terutama melibatkan pengelola
terminal sentra Antasari, pengelola pasar ini tentu harus dikelola dengan baik dan
Antasari dan pengelola kompleks pertokoan bijak, dengan tujuan utamanya adalah
dan pusat pembelajaan Ramayana. sepenuhnya untuk kemajuan daerah.
Terbentuknya forum publik plaza kota ini Hal ini disadari para peserta
penting difasilitasi pembuat kebijakan, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang
terutama politisi dan pejabat publik di kota diselenggarakan serentak pada gelombang
Banjarmasin. kedua di Bulan Februari tahun 2017
Penelitian ini sampai pada kesimpulan mendatang di Provinsi berjuluk Sai Bumi
bahwa masyarakat kota Banjarmasin Ruwa Jurai tersebut. Dinamika politik pun
kini berada diatas platform bekerjanya mulai terlihat dengan adanya peningkatan
masyarakat komunikasi ditandai begitu
aktivitas politik pasca penetapan pasangan
meluasnya penggunaan HP sebagai media
komunikasi antar individu untuk urusan calon peserta Pilkada di Kabupaten
pribadi. Termasuk untuk urusan private Mesuji, Pringsewu, Tulangbawang Barat,
berkaitan dengan aktivitas perdagangan. Tulangbawang, dan Lampung Barat. Para
Perluasan penggunaan HP sebagai pasangan calon mulai aktif melakukan
media komunikasi personal ini membuat pendekatan berbagai cara kepada
individualitas warga semakin meningkat masyarakat salah satunya melalui media.
di tengah homogenisasi konsumsi yang Keberhasilan kampanye melalui
sedang berlangsung diciptakan aktivitas media, terutama melalui media online saat
perdagangan. Di tengah individualitas ini menjadi sebuah keniscayaan. Media
yang semakin menguat, namun disertai online dan media sosial seperti facebook,
otonomi yang begitu rentan sebagai
twitter, instagram, path, dan beberapa lagi
akibat homogenisasi konsumsi sedang
berlangsung, pembentukan kehidupan lainnya diyakini sangat efektif untuk turut
publik menjadi begitu berserak. meningkatkan dukungan masyarakat
Pembentukan kesadaran individual warga kepada peserta pemilu, baik pemilu
sebagai warga publik, atau sebagai warga legislatif maupun pemilu eksekutif di
negara, dengan kepedulian dan aktivitas tingkat nasional dan daerah. Namun
diperlukan untuk perbaikan publik, demikian, tidak sedikit pula masalah
dengan itu menjadi tersendat. Menghadapi timbul selama masa pilkada akibat dari
masalah ini, ke depan, diperlukan penggunaan media online tersebut. Sebut
perluasan penggunaan media publik untuk saja masalah ujaran kebencian dan fitnah
menjembatani mereka sehingga terbentuk yang ujung-ujungnya menjadi kampanye
kehidupan publik yang terbuka dan

68
DEMOKRASI DIGITAL
DALAM PILKADA SERENTAK 2017
EDISI 22 Desember 2016

hitam atau black campaign dengan tujuan Lampung, H. Sukiran, SH., menyatakan
menjatuhkan pamor dari pihak kompetitor. sejauh ini pihak nya belum menemukan
Perilaku tersebut tentu saja meresahkan atau mendeteksi ada kericuhan pada masa
karena menimbulkan ketidaknyamanan dan Pilkada yang disebabkan oleh berita yang
memicu terjadinya konflik di masyarakat. ada di situs media online atau pun melalui
Meski demikian, hal tersebut tidak terjadi media sosial.
di Provinsi yang terkenal dengan kain tapis Terdapat banyak faktor mengapa
nya ini. dinamika politik Pilkada melalui media
Menurut Kepala Komisi Pemilihan online dan media sosial tidak begitu terasa
Umum Daerah (KPUD) Provinsi Lampung, di Provinsi Lampung, antara lain pertama,
Dr. Nanang Trenggono, M.Si., pemanfaatan masyarakat setempat kurang antusias
media online dan media sosial untuk dengan isu politik di daerahnya dibanding
kampenye selama masa Pilkada masih dengan isu lainnya. Kedua, tidak seluruh
wajar dan tidak berlebihan. Para peserta dan masyarakat akrab dengan media online dan
pendukungnya sejauh ini memanfaatkan media sosial. Selain itu, ada pula semacam
media ini hanya untuk menginformasikan komitmen bersama di antara beberapa
kepada masyarakat tentang program kelompok masyarakat dan juga komunitas
mereka ketika terpilih serta kegiatan sosial di Lampung untuk bersikap netral selama
yang sedang dilakukan. masa Pilkada.
“Biasanya mereka meng-upload kegiatan “Meski sangat dekat dengan media
seperti kunjungan ke panti asuhan, atau ke sosial, tapi mereka tidak tertarik dengan isu
acara-acara yang diadakan oleh masyarakat politik,” ujar Sukiran.
seperti pengajian,” ujarnya. Meski situasi Pilkada Lampung
“Hal-hal yang disampaikan melalui cenderung aman dan kondusif, pihak
media sosial dan media online ini umumnya Badan Kesbangpol Provinsi Lampung
bersifat informatif untuk sosialisasi kepada tetap melakukan langkah antisipatif untuk
masyarakat saja,” tambah Nanang. menjaga situasi ketertiban dan keamanan
Hal senada diutarakan oleh Ketua masyarakat selama masa Pilkada. Langkah
Magister Ilmu Pemerintahan Universitas antisipatif tersebut adalah dengan
Lampung, Dr. Ari Darmastuti, M.A,. melakukan rapat koordinasi dengan KPUD,
Menurutnya, media sosial memang menjadi Bawaslu Daerah, Badan Intelejen Negara
primadona ketika Pilkada terutama pada (BIN) dan Polda setempat. Selain itu, tidak
masa kampanye karena dapat menarik hanya Badan Kesbangpol Prov Lampung
perhatian dari golongan muda terutama saja yang berupaya melakukan antisipasi
mereka yang termasuk pemilih pemula. agar Pilkada berjalan lancar. KPUD sebagai
“Anak muda cenderung akrab dengan pihak penyelenggara Pilkada pun berupaya
media sosial dan mereka cepat sekali melakukan pendidikan politik baik kepada
membuat sebuah informasi menjadi viral, peserta Pilkada maupun kepada masyarakat
itu menguntungkan bagi peserta Pilkada sebagai pemilih pasangan calon yang berlaga
karena mereka akan semakin dikenal luas di di Pilkada. Pendidikan politik tersebut
masyarakat,” tuturnya. antara lain melalui diskusi terbuka dengan
Sejauh ini, kata Ari, belum ditemukan masyarakat dan dengan menyelenggarakan
adanya kasus ujaran kebencian atau yang Kursus Pemilu.
masuk kategori black campaign selama Antisipasi penyelenggaraan Pilkada
masa Pilkada di daerah Provinsi Lampung. agar aman dan kondusif sebenarnya juga
Jikapun ada, hal tersebut tidak terkait sudah dilakukan lembaga terkait dengan
Pilkada, tapi lebih pada kepentingan- membatasi penggunaan media sosial
kepentingan pribadi atau persoalan sosial. oleh peserta pilkada. Hal ini dilakukan
Misalnya sengketa lahan atau perebutan agar mencegah adanya masalah akibat
sumber daya alam. dari penggunaan media sosial yang tidak
Kabid Poldagri Badan Kesbangpol Prov bertanggung jawab. Peserta Pilkada hanya

69
diperbolehkan untuk menggunakan telekomunikasi. Warga masyarakat pun
minimal 3 jenis media sosial saja untuk akhirnya semakin akrab dengan media
kampanye dan akun media sosial tersebut baru, terutama kehadiran smartphone yang
harus dilaorkan kepada KPU/KPUD. Meski semakin murah dan menembus ke lapisan
begitu, pengawasan media sosial untuk masyarakat kelas bawah.
kampanye dalam Pilkada memang sulit, Kehadiran media baru itu pun
terutama pada akun kampanye tidak resmi kemudian menjadi faktor penting bagi
atau yang tidak dilaporkan kepada KPU denyut perpolitikan di daerah. Dalam
Provinsi/Kabupaten/Kota. bidang pemerintahan, media baru telah
Di sisi lain, masyarakat pun menyadari termanfaatkan untuk membangun good
manfaat media online dan media sosial governance dengan prinsip transparansi,
terutama dalam penyelenggaraan akuntabilitas, dan partisipasi publik.
pemerintahan di daerahnya. Masyarakat Masyarakat warga semakin terlibat secara
di provinsi Lampung sudah tanggap intensif terhadap berbagai proses politik di
untuk menggunakan media sosial untuk daerah. Tidak terkecuali ketika memasuki
menanggapi program kerja pemerintah Pilkada serentak 2017, media baru juga
daerah setempat. Mereka tidak ragu semakin menempati posisi penting.
menggunakan media sosial untuk Hanya saja, oleh karena karakternya yang
menyampaikan pendapat, keluhan, anonamus, media sosial sering kali lebih
saran dan kritik kepada pemerintah banyak dimanfaatkan untuk kampanye
daerah terutama tentang pembangunan negatif. Meski belum sampai terbentuk
daerahnya. kebiasaan dalam melakukan ujaran
kebencian, akan tetapi tanda-tanda ke arah
Pe n u tu p sana sudah semakin terasa.
Begitulah, serba-serbi dinamika politik Oleh karena itu, masyarakat di daerah
di daerah ketika memasuki era digitalisasi berharap bahwa pemerintah, dalam hal
yang ditandai kehadiran media baru. Tidak ini Kemkominfo perlu secara proaktif
satu pun mengingkari bahwa kehadiran mencegah terjadi praktik bermedia yang
media baru akan terus merasuk dalam tanpa mengindahkan etika. Bukan saja
segala aspek kehidupan bermasyarakat dengan melakukan pengetatan regulasi,
baik itu politik, ekonomi, sosial, dan yang jauh lebih penting adalah keterlibatan
budaya. Meskipun di daerah, ternyata secara aktif dalam gerakan cerdas bermedia.
pergeseran dari masyarakat offline ke Bersamaan dengan itu, segenap masyarakat
masyarakat online telah terasa begitu kuat sipil sendiri juga harus ikut terlibat secara
resonansinya. Perilaku masyarakat telah aktif untuk melakukan pendidikan politik
termediatisasi sebagai implikasi terus warga, sehingga pemanfaatan media baru
meluasnya pembangunan infrastruktur juga semakin konstruktif dan produktif.

70

Anda mungkin juga menyukai