MANAJEMEN
KESEHATAN
LINGKUNGAN
volume 1
DISUSUN OLEH SITI FATIMAH,SKM,MM
Kata Pengantar
Assalamualaikum wr wb, buku ini merupakan buku pengantar yang dimana
buku ini dapat di gunakan oleh mahasiswa atau hal layak umum seperti tenaga
sanitarian ataupun tenaga kesehatan baik medis maupun non medis dalam buku
Manajemen kesehatan lingkungan ini berisi tentang berbagai macam teori dan
bagaimana membuat manajemen kesehatan lingkungan di tempat kerja selain itu buku
ini dapat di gunakan sebagai referensi yang dalam bidang kesehatan lingkungan baik di
rumah sakit, Puskesmas dan ruang lingkup kerja sanitarian, dengan membaca buku ini
pembaca dapat bagaimana ilmu kesehatan lingkungan ini merupakan ilmu
multidiscipline yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok
manusia dengan lingkungan, karena menurut teori Hendrik L Blum tentang status
kesehatan menggambarkan secara ringkas bahwa 4 faktor seperti keturnan, lingkungan
perilaku dan pelayanan kesehatan yang paling berperan penting dan berpengaruh
adalah factor lingkungan. Buku ini juga difokuskan secara khusus bagaimana caranya
membuat analisis masalah lingkungan dari mulai penyehatan udara, Penyehatan
Makanan dan Minuman, Pengendalian Vektor Penyakit, penyehatan air, pengelolaan
limbah cair, pegelolaan sampah padat dan kesehatan keselamatan kerja.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan
BAB 2 Manajemen Kesehatan Lingkungan
a. Pengantar Manajemen dan Teori Manajemen
b. Manajemen Kesehatan
c. Paradigma Kesehatan Lingkungan
d. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
BAB 3 Manajemen Pengelolaan Limbah Cair
a. Pengertian Air Limbah
b. Karakteristik Air Limbah
c. Sumber Limbah Cair
d. Dampak Yang di Timbulkan oleh Limbah Cair
e. Penanganan Limbah Cair
f. Standar Oprasional Penanganan Limbah Cair
BAB 4 Manajemen Pengelolaan Limbah Padat
a. Pengertian Pengelolaan Limbah Padat
b. Sumber Limbah Padat
c. Penangangan Limbah Padat
d. Manajemen Pengelolaan Limbah Padat
BAB 5 Manajemen Penyehatan Makanan dan Minuman
a. Pengertian Makanan dan Minuman
b. Pengelolaan Makanan dan Minuman
c. Manajemen HACCP ( Hazard Analysis Critical Point )
d. Instrumen Penilaian Sanitasi Rumah Makan
e. Instrumen Penilaian Sanitasi Jasa Boga
BAB 6 Manajemen Pengendalian Vektor Penyakit
a. Pengertian Pengendalian Vektor
b. Bionomik dan Ekologi Vektor
c. Binatang Pengganggu
d. Manajemen Penggunaan Bahan Kimia Racun untuk Serangga
e. Manajemen Pengendalian Vektor
BAB 7 Manajemen Pengelolaan Air Bersih
a. Pengertian Air Bersih dan Sumber Air Bersih
b. Parameter Air Bersih
c. Manajemen Pengelolaan Air Bersih
BAB 8 Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja
a. Pengertian Kesehatan Keselamatan Kerja
b. Manajemen Kecelakaan Kerja
c. Asesment Kecelakaan Kerja
d. Prosedur Penggunaan Alat Pelindung Diri di Tempat Kerja
BAB 1
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Sakit /sehat
Sumber Komponen Penduduk
penyakit lingkungan
Media transmisi
2) Karakteristik kimia
a) Bahan organic Dalam air limbah terdapat kandungan berupa
karbohidrat sekitar 65%, karbohidrat 25%, dan lemak 10%.
b) BOD (Biologycal Oxygen Demand) BOD adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk
mengubah bahan organik yang ada di lingkungan air tersebut. Air
buangan dengan kadar BOD tinggi dapat menimbulkan polusi jika
langsung dibuang ke air
c) DO (Dissolved Oxygen) DO dapat disebut juga sebagai oksigen
terlarut yang mana merupakan kebutuhan dasar dari kehidupan
tanaman dan hewan di dalam air. Air mengandung sekitar 8 ppm
oksifen terlarut. Standar minimal oksigen terlarut adalah 5 ppm.
d) COD (chemical Oxygen Demand) COD adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara
kimiawi yang terdapat di dalam air dengan sempurna.
e) PH adalah ukuran yang menunjukkan kadar asam atau basa dalam
suatu larutan. Larutan bersifat netral memiliki pH=7, basa pH>7,
asam pH<7. pH air limbah tidak tentu, bisa asam, basa ataupun
netral.
f) Logam berat Logam berat yang sering mencemari lingkungan
adalah Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd),
Tembaga (Cu), Kromium (Cr), Nikel (Ni)
3) Karakteristik biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air
terutama untuk diminum. Parameter yang digunakan adalah banyaknya
mikroorganisme yang terkandung. Dalam air limbah terkandung bakteri
yang berbahaya bagi kesehatan karena dapat menimbulkan penyakit.
Bakteri yang digunakan sebagai indikator adalah bakteri E-Coli.
Dalam penanganan limbah cair pada kenyataanya tidak semudah yang kita
bayangkan dalam hal ini kita harus dapat membedakan jenis atau golongan
golongan limbah yang akan dikelola, seperti contohnya limbah industry yang
pengelolaannya berbeda dengan limbah cair rumah tangga atau limbah cair di
rumah sakit dibawah ini pennanganan limbah cair secara garis besar adalah
sebagai berikut :
1) Pengolahan Primer
Pengolahan primer atau dalam bahasa Indonesianya Primary Treatment
merupakan proses pengolahan limbah secara fisika. Awalnya limbah akan
disaring menggunakan penyaringan yakni menggunakan jeruji besi yang di
bentuk seperti saringan. Setelah disaring limbah akan di tampung ke dalam bak
atau wadah besar yang tujuannya untuk memisahkan pasir dan zat padat lain
yang ukurannya besar, dalam tangki besar tersebut aliran limbah akan
diperlambat sehingga pasir dan zat besar lainnya akan jatuh ke dasar tangki.
Sampai dalam proses ini jika limbah merupakan limbah yang polutannya sudah
dapat disingkirkan dengan cara primer diatas maka limbah telah boleh dibuang
ke perairan namun jika limbah masih mengandung zat polutan lain baik itu
organik maupun anorganik yang dapat membahayakan lingkungan dan manusia
maka perlu dilakukan proses selanjutnya.
2) Pengolahan Sekunder
Jika dalam pengolahan primer diatas menggunakan fisika maka berbeda dengan
pengolahan limbah sekunder. Pengolahan sekunder lebih menggunakan
mikroorganisme yang tujuannya dapat mengurai bahan organaik yang terdapat
dalam limbah, mikroorganisme yang umum digunakan adalah bakteri aerob,
oleh karena itu pengolahan sekunder lebih menggunakan pengolahan secara
biologis. Secara umum terdapat tiga pengolahan dengan jalan biologis yakni
penyaringan dengan tetesan, metode lumpur aktif, dan metode kolam
perlakuan.
3) Pengolahan tersier
Dalam melaksanakan pengolahan tersier hanya akan di lakukan apa bila dalam
pengolahan sebelumnya yakni primer dan sekunder ternyata masih ada yang zat
tertentu yang berpotensi bahaya bagi lingkungan dan masyarakat. Pengolahan
tersier bersifat khusus dengan zat apa yang mencemari, dalam pengolahan
tersier di lakukan menggunakan serangkaian proses kimia dan fisika.
4) Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi merupakan langkah membunuh atau mengurangi mikroorganisme
patogen yang berpotensi dapat menimbulkan penyakit yang terdapat dalam
limbah cair. Contoh desinfeksi yang pernah di lakukan pada limbah cair adalah
penambahan klorin, penyinaran dengan sinar matahari ataupun dengan
menggunakan ozon.
5) Pengolahan lumpur
Setiap tahap pengolahan limbah cair diatas yakni primer, sekunder dan tersier
akan menghasilkan endapan berupa lumpur. Lumpur ini tak dapat secara
langsung di buang dan masih perlu untuk di lakukan proses berikutnya yakni
dengan cara di cerna atau di urai secara anaerob, setelah itu baru bisa di buang
ke tempat pembuangan, ke laut atau bisa juga di jadikan sebagai pupuk
kompos.
Dari tempat penyimpanan ini smapah dikumpulkan dan dimasukan kedalam bak
sampah yang ukurannya lebih besar yang digunakan untuk menampung sampah
dalam skala besar yang pengelolaanya langsung dikelola oleh dinas kebersihan.
Syarat tempat penampungan sampah untuk skala besar adalah sebagai berikut:
1) Dibangun diatas permukaan tanah dengan ketinggian banunnan setinggi
kendaraan sampah
2) Memiliki dua pintu pintu masuk untuk mengambil sampah
3) Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah lalat
dan binatang pengganggu masuk kedalam bak sampah
4) Mudah dibersikah dengan memasang keran air diarea sekitar bak sampah
5) Tidak menjadi tempat tinggal binatang pengganggu dan vector seperti: tikus,
lalat
6) Mudah dijangkau oleh masyarakat
Berikut ini gambar contoh bak sampah penampungan skala besar adalah
sebagai berikut:
2. Tahap pengangkutan
Dari bak sampah, sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan
sampah dengan menggunakan truk pengangkut sampah yang telah disediakan oleh
dinas kebersihan kota.kabupaten. pada tahap pengangkutan biasanya dijadwal
tergantung kondisi bak sampah penuh.
3. Tahap Pemusnahan
Didalam tahap pemusnahan sampah ini, terdaoat beberapa metode yang dapat
digunakan Pemusnahan dan/atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan
melalui berbagai cara, antara lain sebagai berikut:
(1) ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang ditanah
kemudian
sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
(2) dibakar (inceneration) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar
didalam
tungku pembakaran (incenerator).
(3) dijadikan pupuk (composting) yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk
(kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan
sampah lain yang dapat membusuk. Di daerah pedesaan hal ini sudah biasa
sedangkan di daerah perkotaan hal ini perlu dibudayakan. Apabila setiap
rumahtangga dibiasakan untuk memisahkan sampah organik dengan anorganik
kemudian sampah organik diolah menjadi pupuk tanaman, dapat dijual atau dipakai
sendiri. Sedangkan sampah anorganik dibuang dan akan segera dipungut oleh para
pemulung. Dengan demikian masalah sampah akan berkurang Pengelolaan sampah
merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:
Mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis, atau
Mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi
lingkungan hidup.
Terdapat perbedaan tentang pengelolaan sampah, tergantung dari jenis sampah itu
sendiri.
Cara-cara pengelolaan sampah
1. Daur-ulang
Mendaur ulang sampah dengan memanfaatkan sampah yang sudah tidak
terpakai lagi menjadi bahan atau barang barang berharga misalnya samaph
pelastik yang dikumpulkan kemudaian diolah dan dijadikan biji biji pelastik,
sampah kertas yang bisa diolah kembali menjadi bubur kertas dan kemudian
dibuat kertas kembali, sampah bekas botol botol pelastik yang dapat
dimanfaatkan sebagai media atau pot tanaman. Untuk mendaur ulang sampah
perlu diperhatikan jenis jenis sampah yang dapat di daur ulang.
2. Pengkomposan
Proses pengomposan adalah proses pembusukan atau dokomposisi sampah
organic yang diubah menajadi kompos yang fungsinya sebagai pupuk tanaman
agar tanaman mendapat nutrisi dari kompos karna kompos sendiri mengandung
unsur hara yang sangat tinggi. Mengolah sampah organic seperti sampah
sayuran, sampah buah buahan, sampah daun daunan dari pekarangan rumah, dan
sampah bekas makanan dapat didaur ulang untuk proses pengomposan, proses
pengomposan ini terbilang sangat efektif dan murah sehingga pengaplikasiannya
dapat diaplikasikan oleh kalangan masyarakat, atau rumah tangga.berikut ini
tahap tahap dalam pembuatan kompos :
a) Pemisahan benda benda yang tdak dapat dipakai sebagai pupuk seperti:
pecahan gelas, kaca, kaleng besi pelastik dan sebagainya
b) Penghancuran sampah menjadi partikel partikel yang lebih kecil minimal
ukuran 5 cm
c) Pencampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon dan nitrogen
yang paling baik adalah rasio C:N=1:30
d) Penempatan sampah dalam galian tanah tidak begitu dalam sampah
dibiarkan terbuka agar menjadi proses aerobic
e) Pembolak balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar pupuk dapat
berbentuk dengan baik.
3. Pengurugan sampah
Pengurugan sampah biasanya sampah yang sudah terkumpul di kubur kedalam
lubang tanah.
Untuk mengelola sampah dibutuhkan sejumlah tenaga jumlah dan kualitas tenaga
sehingga pada pengelolaan nya perlu diperhatikan sebagai contoh pengelolaan
sampah di lingkungan tingkat RW di lingkungan Masyarakat :
1. Peralatan
Alat alat yang digunakan dalam pengelolaan sampah adalah sapu, pengki
cangkul skop, truk pemadat, dan lain lain. Disamping itu juga diperlukan alat
pelindung diri seperti masker, sarung tangan, topi, baju kerja, sepatu dank aca
mata bila perlu digunakan.
2. Biaya
Setiap pelaksanaan pengelolaan sampah yang dilakukan secara kelompok atau
perwilayah biasanya terdapat alokasi biaya yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut
1) Honor/ gaji petugas pengangkut sampah
2) Pembelian alat alat
3) Biaya operasi/bahan bakar dan pemeliharaan alat alat
4) Pembelian tanah untuk lokasi kantor tempat penampungan sementara, atau
bak sampah serta tempat pembuangan
5) Biaya lain lain
Dalam mengelola sampah ukuran volume sampah perlu diperhatikan dalam
pengukuran volume sampah satuan ukuran sampah yang dipakai adalah
m3/hari/orang/hari dalam pelaksanaan sehari hari sering alat ukuran volume
diterapkan langsung pada alat alat pengumpul dan pengangkut sampah misalnya bak
penampung dengan volue 60 liter atau vvolume truk 12 m3. Dengan mengetahui
volume sampah peralat angkut dan jumlah rate angkutan volume produksi sam[ah
keseluruhan dapat diketahui. Perbandungan produksi sampah antar daerah sulit
dilakukan Karen afaktor factor berikut ini :
a. Jenis dan komposisi sampah yang berada antara daerah yang satu dengan daerah
yang lainnya
b. Cara pengisisan alat ukur penampung dan alat pengangkut sampah yang
berbeda apakah dengan didapatkan atau tidak
Untuk mengelola sampah dibutuhkan sejumlah tenaga jumlah dan kualitas tenaga
sehingga pada pengelolaan nya perlu diperhatikan sebagai contoh pengelolaan
sampah di lingkungan tingkat RW di lingkungan Masyarakat : Di Indonesia
umumnya menerapkan satuan volume. Penggunaan satuan volume dapat
menimbulkan kesalahan dalam interpretasi karena terdapat faktor kompaksi yang
harus diperhitungkan. Sebagai ilustrasi, 10 unit wadah yang berisi air masing-
masing 100 liter, bila air tersebut disatukan dalam wadah yang besar, maka akan
tetap berisi 1000 liter air. Namun 10 unit wadah yang berisi sampah 100 liter, bila
sampah tersebut disatukan dalam sebuah wadah, maka volume sampah akan
berkurang karena mengalami kompaksi. Berat sampah akan tetap. Terdapat faktor
kompaksi yaitu densitas. Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang
maupun di masa mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan, dan
pengkajian sistem pengelolaan persampahan. Prakiraan timbulan sampah akan
merupakan langkah awal yang biasa dilakukan dalam pengelolaan persampahan.
Bagi kota-kota di negara berkembang, dalam hal mengkaji besaran timbulan
sampah, perlu diperhitungkan adanya faktor pendaurulangan sampah mulai dari
sumbernya sampai di TPA. Karena timbulan sampah dari sebuah kota sebagian
besar berasal dari rumah tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan
timbulan sampah tersebut dapat dianggap sudah meliputi sampah yang ditimbulkan
oleh setiap orang dalam berbagai kegiatan dan berbagai lokasi, baik saat di rumah,
jalan, pasar, hotel, taman, kantor dsb. Namun tambah besar sebuah kota, maka
tambah mengecil porsi sampah dari permukiman, dan tambah membesar porsi
sampah non-permukiman, sehingga asumsi tersebut di atas perlu penyesuaian,
seperti contoh di bawah ini:
1) Jumlah penduduk sebuah kota = 1 juta orang. Bila satuan timbulan sampah = 2,5
L/orang/hari atau 0,5 kg/orang/hari, maka jumlah sampah dari permukiman
adalah = (2,5x1.000.000/1000) m3 /hari = 2500 m3 /hari atau setara dengan 500
ton/hari. Bila jumlah sampah dari sektor non-permukiman dianggap = 1250
m3 /hari, atau setara dengan 250 ton/hari, maka total sampah yang dihasilkan
dari kota tersebut = 4000 m3 /hari, atau = 750 ton/hari. Bila dikonversi terhadap
total penduduk, maka kota tersebut dapat dinyatakan menghasilkan timbulan
sampah sebesar (4000 m3 /hari : 1 juta orang) atau = 4 L/orang/hari, yang
merupakan satuan timbulan ekivalensi penduduk.
2) Menurut SNI 19-3964-1994 [18], bila pengamatan lapangan belum tersedia,
maka untuk menghitung besaran sistem, dapat digunakan angka timbulan
sampah sebagai berikut:
- Satuan timbulan sampah kota besar = 2 – 2,5 L/orang/hari, atau = 0,4 – 0,5
kg/orang/hari.
- Satuan timbulan sampah kota sedang/kecil = 1,5 – 2 L/orang/hari, atau = 0,3
– 0,4 kg/orang/hari.
Dibawah ini merupakan cara analisa penggolongan individual komponen sampah
adalah sebagai berikut:
Critical control point CCP atau titik kendali kritis adalah langkah dimana
pengendalian dapat di terapkan dan di perlukan untuk mencegah atau
menghilangkan bahaya atau menguranginya sampai titik aman (Thaher, 1995).
i. Instrumen Penilaian Sanitasi Rumah Makan
Dibawah ini adalah instrument penilaian sanitasi rumah makan menurut permen
NOMOR:1098/MENKES/SK/VII/2003 adalah sebagai berikut:
Cara pengisian :
a) Kolom 3, beri tanda lingkaran Θ pada salah satu nilai yang paling
sesuai dengan petunjuk dan penilaian RM.
b) Kolom 4, adalah hasil perkalian kolom 2 dengan nilai yang dipilih
pada kolom 3.
c) Nilai 0, adalah wujud fisik sarana tidak ada.
d) Batas skore tingkat mutu/laik hygiene sanitasi minimal 700.
B. Fasilitas Sanitasi
11. Air bersih 3 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
12. Pembuangan air limbah 2 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
13. Toilet 1 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
14. Tempat sampah 2 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
15. Tempat cuci tangan 2 0, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10
16. Tempat mencuci peralatan 1 0, 2, 4, 6, 8, 10
17. Tempat mencuci bahan makanan 1 0, 2, 3, 5, 7, 8, 10
18. Locker karyawan 1 0, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR RM.2
1. Untuk tiap variabel yang diperiksa, diberikan nilai sesuai dengan keadaan
kualitas variabel.
2. Nilai setiap variabel ditunjukkan dengan memberikan tanda lingkaran pada salah
satu angka kolom nilai yang paling sesuai menurut hasil pengamatan pemeriksa.
3. Angka nilai yang paling sesuai merupakan hasil penjumlahan nilai dari
beberapa komponen yang memenuhi syarat.
Contoh :
Untuk variabel nomor 2 yaitu : bangunan dengan angka nilai ialah = 2, 4, 6, 8, 10.
Angka nilai 8 adalah yang paling sesuai. Angka ini merupakan penjumlahan
komponen a, b, dan c yang terdapat pada kolom nilai yang memenuhi syarat.
5. Batas laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran adalah bila jumlah skore
seluruh variabel > 700 termasuk uji laboratorium.
4. Lantai a. Bersih 4
b. Kedap air c. Tidak licin d. Rata 2
e. Kering f. Konus 1
1
1
1
13 Toilet a. Bersih 3
. b. Letaknya tidak berhubungan 2
langsung dengan dapur atau ruang makan
c. Tersedia air bersih yang cukup
d. Tersedia sabun dan alat pengering 2
e. Toilet untuk pria terpisah dengan 2
wanita 1
E. Pengolahan makanan
25 Proses pengolahan a. Tenaga pengolah memakai pakaian 5
. kerja dengan benar dan cara kerja yang
bersih.
b. Pengambilan makanan jadi 3
menggunakan alat yang khusus.
c. Menggunakan peralatan dengan
F. Tempat
penyimpanan
bahan makanan
dan makanan jadi
26 Penyimpanan a. Suhu dan kelembaban penyimpanan 3
. bahan makanan sesuai dengan persyaratan jenis
makanan.
b. Ketebalan penyimpanan sesuai dengan
persyaratan jenis makanan. 2
c. Penempatannya terpisah
dengan makanan jadi.
d. Tempatnya bersih dan terpelihara. 2
e. Disimpan dalam aturan sejenis
dan disusun dalam rak-rak.
2
1
27 Penyimpanan makanan a. Suhu dan waktu penyimpanan 6
. jadi dengan
persyaratan jenis makanan jadi. b. Cara
penyimpanan tertutup. 4
G. Penyajian makanan
28 Cara penyajian a. Suhu penyajian makanan hangat 3
. tidak
kurang dari 60oC
b. Pewadahan dan penjamah makanan 3
jadi menggunakan alat yang bersih.
c. Cara membawa dan menyajikan
makanan dengan tertutup. 2
d. Penyajian makanan harus pada
tempat yang bersih.
2
H. Peralatan
29 Ketentuan peralatan
. a. Cara pencucian, pengeringan dan 4
penyimpanan peralatan memenuhi
persyaratan agar selalu dalam keadaan
bersih sebelum digunakan.
b. Peralatan dalam keadaan baik dan
utuh. 2
c. Peralatan makan dan minum 2
tidak boleh mengandung angka kuman
yang melebihi nilai ambang batas yang
ditentukan.
d. Permukaan alat yang kontak langsung 1
dengan makanan tidak ada sudut mati
dan halus.
e. Peralatan yang kontak langsung
dengan 1
makanan tidak mengandung zat beracun.
I. Tenaga kerja
30 Pengetahuan/sertifikat a. Pemilik/pengusaha pernah mengikuti 2
. hygiene sanitasi makanan kursus/temu karya.
b. Supervisor pernah mengikuti kursus.
c. Semua penjamah makanan 2
pernah mengikuti kursus. 4
d. Salah seorang penjamah
pernah mengikuti kursus.
31 Pakaian kerja a. Bersih 3
. b. Tersedia pakaian kerja seragam 2 2
stel atau lebih.
c. Penggunaan khusus waktu kerja saja.
d. Lengkap dan rapi. 2
e. Tidak tersedia pakaian kerja seragam 3
0
32 Pemeriksaan kesehatan a. Karyawan/penjamah 6 bulan sekali 3
. check
up kesehatan.
b. Pernah divaksinasi chotypha/ thypoid. 2
c. Check up penyakit khusus. 1
d. Bila sakit tidak bekerja dan 2
berobat ke dokter.
e. Memiliki buku kesehatan karyawan.
2
Nama Perusahaan :
Nomor Pengusaha :
Nama Pemeriksa :
Alamat Perusahaan :
Tanggal Penilaian :
PENCAHAYAAN
PENGHAWAAN
AIR BERSIH
AIR KOTOR
PEMBUANGAN SAMPAH
KARYAWAN
MAKANAN
PERLINDUNGAN MAKANAN
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
KHUSUS GOLONGAN B.
JUMLAH
KHUSUS GOLONGAN C.
JUMLAH
BAB 6
MANAJEMEN PENGENDALIAN VEKTOR
- Disusun dengan benar dan rapih dan khusus. Bahan makanan hendaknya
dibungkus, dan diletakkan pada rak dengan ketinggian 30 – 45 cm dari
lantai.
- Bahan makanan hendaknya disimpan pada tempat tertutup.
- Penyusunan dirak hendaknya teratur, rapih, bersih agar tidak menjadi
tempat persembunyian tikus.
- Untuk bahan makanan hendaknya dibungkus dan disimpan pada tempat
tertutup atau container logam.
- Bagian tepi dekat dinding diberi cat putih selebar 15 cm untuk mengetahui
ada tidaknya kotoran tikus, bekas kaki,dll.
- Kebersihan dan pemeriksaan dilakukan secara teratur untuk menemuikan
perindukan tikus.
- Pengumpulan sampah ( collection of refuse )
- Pengumpulan sampah RT 2 X seminggu namun sebaiknya setiap hari untuk
menghindari keberadaan tikus dan lalat.
- Pembuangan sampah Cara pembuangan sampah dengan menimbun saniter (
sanitary land field ) dapat menghambat perkembangan populasi tikus.
Pembunuhan tikus
Cara pembunuhan tikus dapat dalaksanakan dan berdaya guna apabila dilakukan
sebagai berikut Sebelum dilakukan pembersihan atau kegiatan sanitasi lain nya untuk
mencegah perpindahan tikus.Sesudah pendebuan DDT 10 % atau insektisida lainnya
untuk menurunkan populasi tikus.Sesudah melakukan Rat proofing pada
bangunan.Segara untuk merangsang minat pengendalian tikus
dimasyarakat.Pembunuhan tikus akan berdaya guna bila disertai peningkatan sanitasi
lingkungan, sebab :
- Angka kelahiran tikus cukup tinggi.
- Harus berkesinambungan dan biaya mahal.
- Penggunaan racun terus menerus menyebabkan penolakan terhadap umpan.
Usaha pembunuhan tikus dilakukan dengan cara:
- Peracunan Biasanya dilakukan bersamaan dengan umpan sehingga disebut
pengumpan racun. Racun yang digunakan adalah :
Racun bekerja lambat: Golongan anti coagulan dan red squill ( walfarin, pivel fumarin,
dpiachinone dengadosis tunggal).Racun ini dimakan beberapa hari sebelum
menimbulkan keaktifan ( perdarahan dilambung tikus ).
Racun yang bekerja cepat:Racun ini dapat membunuh dalam beberapa jam, dan baik
dikerjakan pada lokasi yang banyak tikus. Sering menimbulkan keengganan pad tikus
untuk memakannya sehingga racun ini tidak dapat digunakan secara langsung dalam
wujud murninya, tapi harus zat pembawa seperti nasi, gandum, ikan. Dan untuk
merangsang dapat dicampur minyak kacang, gula tepung jagung, dll.
5. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan yang satu ke makanan yang
lain. Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan oleh manusia sehari-hari,
seperti gula, susu dan makanan lainnya, kotoran manusia serta darah. Sehubungan
dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau makan yang basah,
sedangkan makanan yang kering dibasahi oleh ludahnya terlebih dahulu lalu dihisap.
6. Umur Lalat
Pada musim panas, berkisar antara 2 – 4 minggu. Sedangkan pada musim dingin bisa
mencapai 70 hari.
7. Temperatur
Lalat mulai terbang pada temperature 150C dari aktifitas optimumnya pada temperature
210C. Pada temperatur di bawah 7,50C tidak aktif dan diatas 450C terjadi kematian.
8. Kelembaban
Kelembaban erat kaitannya dengan temperature setempat.
9. Cahaya
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototrofik, yaitu menyukai cahaya. Pada
malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan.
c) Jenis Jenis Lalat
Lalat Rumah ( Musca domestica )
a. Taksonomi Lalat Rumah ( Musca domestica )
Kingdom : Animal
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Dipthera
Famili : Muscidae
Genus : Musca
Spesies : Musca domestica
b. Morfologi Tubuh Lalat Rumah ( Musca domestica )
Lalat rumah mempunyai ciri – ciri, yaitu sebagai berikut :
- Antenna mempunyai tiga segmen, mata terpisah
- Sayapnya mempunyai 4 longitudinal line yang jalan masuk ke atas sampai
garis longitudinal ke tiga (ujung)
- Pada thorax terdapat 4 garis hitam dan satu garis hitam medial pada
abdomen dorsal ( punggung )
- Pada abdomen punggung terdapat garis hitam medial
- Vein ke empat pada sayap berbentuk sudut
- Berukuran 5,5 – 7,5 mm
- Tubuh lalat jantan lebih kecil dari lalat betina
- Berwarna hitam kelabu
- Lalat rumah bersifat nonaquatik.
- Mulutnya tidak dapat dipakai menggigit atau menusuk tetapi hanya bisa
dipakai mengisap barang yang cair saja.
- Metamorposis sempurna
- Hidupnya cosmopolitan (ditemukan di sekitar rumah-rumah dekat dengan
sampah dan tempat-tempat kotor)
Siklus Hidup Lalat Rumah Musca domestica Selama dalam siklus hidupnya
lalat ini mempunyai empat stadium yaitu:
1. Stadium Telur
- Stadium ini lamanya 12 – 24 jam.
- Bentuk telur lonjong bulat dan berwarna putih,
- Besarnya telur 1 - 2 mm ( 0.8 – 1 ) telur
- Telur dikeluarkan oleh lalat betina sebanyak 150 – 200 butir
( 120 – 150 mm )
- Lamanya stadium ini dipengaruhi oleh panas dan kelembaban.
semakin panas maka semakin cepat dan sebaliknya. Suhunya 100C dan sinar
lembayung atau biru.
2. Stadium Larva
a) Stadium larva terdiri dari 3 tingkatan adalah sebagai berikut :
- Setelah keluar dari telur, belum banyak bergerak
- Tingkat dewasa, banyak bergerak
- Tingkat terakhir, tidak banyak bergerak
b) Bentuk larva bulat panjang dengan warna putih kekuning – kuningan,
keabu – abuan, mempunyai segmen sebanyak tiga belas dan panjangnya ±
8 mm ( 2 mm )
c) Larva selalu bergerak dan makan dari bahan – bahan organic yang
terdapat di sekitarnya.
d) Pada tingkat terakhir larva berpindah ke tempat yang kering dan sejuk
untuk berubah menjadi kepompong. Lamanya stadium ini 2 – 8 hari atau 2
- 5 hari tergantung temperatur sekitarnya.
e) Larva ini mudah terbunuh dengan temperature 370C
3. Stadium Pupa
- Lamanya stadium ini 2 – 8 hari ( 4- 5 hari ) tergantung
temperatur setempat
- Betuk bulat lonjong dengan warna coklat hitam.
- Stadium ini kurang bergerak ( tak bergerak sama sekali ).
- Panjangnya ± 5 mm ( 8 – 10 mm ).
- Mempunyai selaput luar yang keras yang disebut chitine.
- Dibagian depan terdapat spiracle yang disebut posterior
spiracle yang berguna untuk menentukan jenisnya.
4. Stadium Dewasa
- Stadium ini adalah satadium terakhir yang sudah berbentuk
serangga yaitu lalat.
- Dari stadium telur sampai stadium dewasa memakan waktu 7
hari atau lebih tergantung pada keadaan sekitar dan macam lalat
- Biasanya 8 – 20 hari ( 14 hari )
- Umur lalat dewasa antara 1 – 2 bulan ada juga yang 6 bulan
sampai 1 tahun.
Stadium telur dan stadium larva terjadi di dalam air (Aquatic stadium, selama
stadium di dalam air belum ada beda kelamin. Baru setelah keluar dari kepompong
dikenal adanya nyamuk jantan dan betina.
Dalam hidupnya, telur nyamuk Aedes aegypti akan menetas menjadi larva
instar I dalam waktu kurang lebih 2 hari. Selanjutnya larva akan berkembang
menjadi instar II, III dan IV. Dimana setiap pergantian instar ditandai dengan
pengelupasan kulit, yang disebut Eksdisis.
Telur diletakan di dinding kontainer di atas permukaan air. Bila kena air, telur
akan menetas menjadi larva, setelah 5 -10 hari larva akan menjadi pupa dan dua
hari kemudian pupa akan menetas menjadi nyamuk dewasa. Pertumbuhan dari telur
sampia menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu kira-kira 7 – 10 hari.
Setelah keluar dari kepompong, nyamuk jantan yang keluar terlebih dahulu
daripada nyamuk betina. Nyamuk jantan tidak akan pergi jauh dari tempat
perindukannya, melainkan menunggu nyamuk betina menetas dan berkopulasi.
Tiap dua hari nyamuk betina menghisap darah manusia untuk bertelur.
Umur nyamuk betina dapat mencapai 2 -3 bulan.
Pengandalian Pestisida
Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup
yang mengganggu tumbuhan, ternak, dan sebagainya yang diusahakan untuk
kesejahteraan hidupnya. Pest berarti hama, sedangkan cide berarti membunuh. Maka,
dapat didefinisikan pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik
dan virus yang dapat digunakan untuk membunuh/ mengendalikan hama (PP RI No. 7
tahun 1973).
- Memberantas/ mencegah hama penyakit yang merusak tanaman
- Memberantasan rerumputan
- Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman
- Memberantas/ mencegah binatang-binatang jasad renik dalam rumah tangga,
bangunan dan alat-alat pengangkutan.
- Memberantas/ mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia dan binatang.
Dalam prakteknya, petisida sering digunakan bersama-sama dengan bahan lain,
misalnya dicampur dengan minyak untuk melarutkan, air pengencer, tepung untuk
mempermudah dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotan.
Karena pestisida bahan racun, maka penggunaannya perlu hati-hati dengan
memperhatikan keamanan operator, bahan yang diberi pestisida dalam lingkungan
sekitar. Perhatikan pentunjuk pemakaian yang tercantum dalam label dan peraturan-
peraturan yang berkaitan dengan penggunaan bahan racun, khususnya pestisida.
Gambar 2.1
Siklus Hidrologi
Bahwa air menguap (evaporasi) akibat pansnya matahari. Penguapan ini
terjadi pada air permukaan (tawar dan asin), air yang ada didalam lapisan
tanah bagian atas (evaporasi), air yang ada didalam tumbuhan (transpirasi),
hewan, dan manusia (transpirasi, respirasi atau evapontraspirasi). Uap ini
memasuki atmosfir. Didalam atmosfir uap air akan berkumpul akibat bertiup
angin, menjadi awan, dan dalam kondisi cuaca tertentu dapat mendingin dan
berubah bentuk menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh kembali ke permukaan
bumi dengan hujan, terjadi presipitassi. Air hujan ini ada yang mengalir
langsung (air larian permukaan/runoff) masuk kedalam air permukaan,ada
yang meresap kedalam tanah (ber-perkolasi) dan menjadi air tanah baik yang
dangkal maupun yang dalam (air artesis), ada yang diserap oleh tumbuhan
(ber-filtrasi) . air tanah dalam akan keluar ke permukaan sebagai mata air dan
menjadi air permukaan. Air permukaan bersama-sama dengan air tanah
dangkal, dan air yang berada didalam tubuh organisme akan menguap kembali
untuk menjadi awan. Maka siklus hidrologi kembali terulang. (juli
soemirat.2011)
Sumber-sumber air tersebut adalah:
a. Air permukaan yang merupakan air sungai, danau, laut.
b. Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal
atau air tanah dalam, dan
c. Air angkasa (hujan, salju, dan es)
(Juli Soemirat.2011)
Menurut Dr. budiman Chandra dalam buku pengantar kesehatan
lingkungan, sumber air dapat di uraikan sebagai berikut:
a. Air permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai,
danau, telaga, waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan bumi. Air
permukaan salh satu sumber penting bahan baku air bersih. Factor-faktor
yang harus diperhatikan, antara lain:
1) Mutu atau kualitas baku
2) Jumlah atau kuantitasnya
3) Kontinuitasnya
Dibandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan
sumber yang paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora, dan
zat-zat lain.
b. Air tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan
kedalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah.
Air tanah memiliki beberapa kelebihan disbanding sumber air lain.
Pertama, air tanah bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami
proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup
tersedia sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu
air tanah juga memiliki beberapa kerugian atau kelemahan disbanding
sumber air lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam
konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral
semacam magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi dapat
menyebabkan kesadahan air.
c. Air angkasa (air hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di
bumi.walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air
tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Air
hujan merupakan jenis air yang paling murni. Namun, dalam
perjalanannya turun ke bumi, air hujan akan melarutkan partikel-partikel
debu dan gas yang terdapat dalam udara, misalnya, gas CO2, gas N2O3, S2O
3 sehingga beberapa reaksi kimia berikut dapat terjadi dalam udara.
1) Gas CO2 + air hujan asam karbonat
2) Gas N2O3 + air hujan asam sulfat
3) Gas S2O 3+ air hujan asam nitrit
Dengan demikian, air hujan yang sampai dipermukaan bumi sudah
tidak murni dan reaksi di atas dapat mengakibatkan keasaman pada air
hujan sehingga akan terbentuk hujan asam (acid rain).