Anda di halaman 1dari 94

BUKU AJAR

MANAJEMEN
KESEHATAN
LINGKUNGAN
volume 1
DISUSUN OLEH SITI FATIMAH,SKM,MM
Kata Pengantar
Assalamualaikum wr wb, buku ini merupakan buku pengantar yang dimana
buku ini dapat di gunakan oleh mahasiswa atau hal layak umum seperti tenaga
sanitarian ataupun tenaga kesehatan baik medis maupun non medis dalam buku
Manajemen kesehatan lingkungan ini berisi tentang berbagai macam teori dan
bagaimana membuat manajemen kesehatan lingkungan di tempat kerja selain itu buku
ini dapat di gunakan sebagai referensi yang dalam bidang kesehatan lingkungan baik di
rumah sakit, Puskesmas dan ruang lingkup kerja sanitarian, dengan membaca buku ini
pembaca dapat bagaimana ilmu kesehatan lingkungan ini merupakan ilmu
multidiscipline yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok
manusia dengan lingkungan, karena menurut teori Hendrik L Blum tentang status
kesehatan menggambarkan secara ringkas bahwa 4 faktor seperti keturnan, lingkungan
perilaku dan pelayanan kesehatan yang paling berperan penting dan berpengaruh
adalah factor lingkungan. Buku ini juga difokuskan secara khusus bagaimana caranya
membuat analisis masalah lingkungan dari mulai penyehatan udara, Penyehatan
Makanan dan Minuman, Pengendalian Vektor Penyakit, penyehatan air, pengelolaan
limbah cair, pegelolaan sampah padat dan kesehatan keselamatan kerja.

Sukabumi ………….. 2018

Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan
BAB 2 Manajemen Kesehatan Lingkungan
a. Pengantar Manajemen dan Teori Manajemen
b. Manajemen Kesehatan
c. Paradigma Kesehatan Lingkungan
d. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
BAB 3 Manajemen Pengelolaan Limbah Cair
a. Pengertian Air Limbah
b. Karakteristik Air Limbah
c. Sumber Limbah Cair
d. Dampak Yang di Timbulkan oleh Limbah Cair
e. Penanganan Limbah Cair
f. Standar Oprasional Penanganan Limbah Cair
BAB 4 Manajemen Pengelolaan Limbah Padat
a. Pengertian Pengelolaan Limbah Padat
b. Sumber Limbah Padat
c. Penangangan Limbah Padat
d. Manajemen Pengelolaan Limbah Padat
BAB 5 Manajemen Penyehatan Makanan dan Minuman
a. Pengertian Makanan dan Minuman
b. Pengelolaan Makanan dan Minuman
c. Manajemen HACCP ( Hazard Analysis Critical Point )
d. Instrumen Penilaian Sanitasi Rumah Makan
e. Instrumen Penilaian Sanitasi Jasa Boga
BAB 6 Manajemen Pengendalian Vektor Penyakit
a. Pengertian Pengendalian Vektor
b. Bionomik dan Ekologi Vektor
c. Binatang Pengganggu
d. Manajemen Penggunaan Bahan Kimia Racun untuk Serangga
e. Manajemen Pengendalian Vektor
BAB 7 Manajemen Pengelolaan Air Bersih
a. Pengertian Air Bersih dan Sumber Air Bersih
b. Parameter Air Bersih
c. Manajemen Pengelolaan Air Bersih
BAB 8 Manajemen Kesehatan Keselamatan Kerja
a. Pengertian Kesehatan Keselamatan Kerja
b. Manajemen Kecelakaan Kerja
c. Asesment Kecelakaan Kerja
d. Prosedur Penggunaan Alat Pelindung Diri di Tempat Kerja
BAB 1
PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

Manajemen kesehatan lingkungan sendiri merupakan bagian dari suatu


kegiatan, yang dimana berorientasi dalam hal ilmu kesehatan lingkungan yang
dimana : pemahaman ekosistem manusia adalah proses kejadian penyakit atau
pathogenesis penyakit pathogenesis yang dipelajadi oleh bidang kesehatan yang
dikenal sebagai kesehatan lingkungan. Ilmu kesehatan lingkungan mempelajari
hubungan interaktif antara komponen komponen lingkungan yang memiliki
potensi bahaya penyakit bahaya penyakit dengan penyakit dengan berbagai
variable kependudukan seperti perilaku pendidikan dan umur ilmu ini juga
memiliki metode baik itu pengukurab maupun solusi masalah yang
ditimbulkannya,
Masalah kesehatan lingkungan yang sering timbul masalah yang sangat
komplek bagi kita semua sehingga, perlu dilakukan pengelolaan lingkungan
yang baik dengan manajemen kesehatan lingkungan. Cara pengelolaan
lingkungan yang terintegrasi adalah satu pendekatan yang diperlukan agar
manusia dapat memandang permasalahan kesehatan lingkungan ini dengan
lebih meneyluruh sehingga tidak adal lagi keraguan dalam menghadapi masalah
banjir dan masalah kemarau, tidak ada lagi kesansian dengan potensi perilaku
HIdup Bersih dan Sehat pada masyarakat dalam menghadapi masalah
pencemaran udara dan keragaman penyakit berbasis kesehatan lingkungan.
Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks
yang saling berkaitan dengan masalah masalah lain di luar kesehatan itu
sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat tidak hanya
dilihat dari segi kesehatan masyarakat tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari segi yang ada pengaruhnya
terhadap masalah sehat sakit atau kesehatan tersebut. Kesehatan pada
organisme hidup bisa dimengerti sebagai homeostasis dimana suatu organisme
mengimbangkan badannya dengan masukan tenaga dan mass keseimbangan
dikurangi yang ditahan untk proses pertumbuhan biasa dan harapan
kelangsungan hidup organisme adalah positif. Ilmu kesehatan lingkungan diberi
batasan sebagai ilmu yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara
kelompok penduduk atau masyarakat dan segala macam perubahan penduduk
atau masyarakat den segala macam perubahan komponen lingkungan hidup
seperti berbagai spesies kehidupan bahan, zat atau kekuatan di sekitar manusia
yang menimbulkan ancaman atau berpotensi menimbulkan ganguan kesehatan
masyarakat serta mencapai upaya upaya pencegahanya.
Upaya upaya manajemen kesehatan lingkungan sendiri kesehatan
masyarakat dengan melakukan pengelolaan lingkungan yang baik termasuk
dalam hal pencegahan penganggulangan kerusakan pencemaran pemulihan
kualitas lingkungan dengan menuntut dikembangkannya berbagai perangkap
kebijakan dan program kegiatan yang didukung oleh system pendukung
pengelolaan lingkungan lainnya. System tersebut mencakup kelembagaan
sumberdaya manusia dan kemitraan lingkungan disamping itu perangkap
hukum dan perundang undangan informasi serta pendanaan. Sifat
keterkaitandan keseluruhan dari esensi lingkungan telah konsekuensi bahwa
pengelolaan lingkunga termasuk system lainnya tidak berdiri sendiri
memerlukan aspek sector dan perangkat daerah. system sanitasi juga memiliki
permasalahan dan kendala tersendiri misalnya masalah sumber pengeluaran air
limbah yang ada di perkotaan perlu terkelola dengan system komunal dimana
semua saluran air limbah dapat terpusat dan diolah secara teratur,sehingga
dengan adanya system pengelolaan air limbah secara komunal dengan
membuatkan IPAL ( instalasi Pengelolaan Air Limbah ) air limbah yang
dikelola dapat digunakan kembali, seperti halnya pengelolaan sampah yang
dikelola dengan baik yaitu dengan melakukan 3R ( Reuse Reduce dan recycle )
dengan memanfaatkan kembali sampah menjadi bahan atau barang yang
berguna dengan ini perlu diadakannya manajemen pengelolaan sampah,
BAB 2
MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN

a. Pengantar Manajemen dan Teori Manajemen

1. Pengertian Ilmu Manajemen

Dilihat dari asal katanya, kata manajemen atau management dalam


Bahasa Inggris berasal dari kata Italia, maneggiare yang kurang lebih berarti
menangani atau to handle. Dalam bahasa latin ada kata yang punya pengertian
hampir sama yakni manus yang artinya tangan atau menangani. Dalam hal ini
pengertian Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain. Definisi Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas
mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky
W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk
mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat
dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang
ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan
jadwal.Manajemen belum memiliki definisi yang luas dan diterima secara
universal. Pengertian manajemen menurut beberapa ahli adalah sebagai berrikut
:
a) Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal
b) Lawrence A. Appley berpendapat bahwa pengertian manajemen merupakan
keahlian untuk menggerakan orang agar melakukan sesuatu
c) George R. Terry, mengatakan bahwa manajemen merupakan proses yang
khas yang terdiri dari tindakan-tindakan : perencanaan, pengorganisasian,
menggerkan dan pengawasan yang dialkukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan
sumber daya manusia serta sumber-sumber lain.
Adapun dari beberpa pengertian di atas ilmu manajemen tidak terlepas dari kegiatan
sehari hari, sehingga munculah Fungsi dari Manajemen itu sendiri terdiri dari 4 macam
yaitu :
1) Fungsi Perencanaan (Planning)Perencanaan adalah proses untuk menetapkan
tujuan dan visi organisasi (perusahaan) sebagai langkah awal berdirinya sebuah
organisasi. Fungsi perencanaan identik dengan penyusunan startegi, standar,
dan serta arah dan tujuan dalam mencapai tujuan perusahaan.

2) Fungsi Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian berhubungan


dengan bagaimana mengatur sumber daya baik manusia maupun fisik agar
tersusun secara sistematis berdasarkan fungsi nya masing-masing. Dengan kata
lain, fungsi organizing ini lebih menekankan pada bagaimana mengelompokan
orang dan sumber daya agar menyatu.
3) Fungsi Pengarahan (Directing)Fungsi manajemen dalam hal pengarahan
lebih menekankan pada upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
kinerja dengan optimal. Mulai dari pemberian bimbingan kerja, motivasi,
penjelasan tugas rutin, dan lain sebagainya.
4) Fungsi Pengendalian (Controlling)Fungsi pengendalian lebih fokus pada
evaluasi dan penilaian atas kinerja yang selama ini telah dilakukan dan
berjalan. Fungsi pengendalian akan melihat apakah terdapat suatu hambatan
atau tidak dalam proses mencapai tujuan organisasi.

2. Perkembangan Ilmu Manajemen di Dunia Kesehatan


Dengan berkembangnya ilmu manajemen, tidak dipungkiri dalam ilmu
manajemen ini tidak serta merta hanya dalam perkembangan dunia finansial
atau bisnis, tetapi ilmu manajemen ini diterapkan kedalam berbagai unsur unsur
aktifitas seperti dalam hal nya kegiatan yang ada di dalam dunia kesehatan,
Pelayanan kesehatan, baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas, akan
diapresiasi oleh masyarakat luas selaku pengguna layanan jika pelayanan kedua
institusi pelayanan kesehatan tersebut bermutu. Pelayanan kesehatan yang
bermutu pasti menggunakan pendekatan manajemen sehingga pengelolaannya
menjadi efektif, efisien, dan produktif. Untuk bisa menyediakan pelayanan
kesehatan seperti itu, pimpinan dan staf dari kedua institusi pelayanan tersebut
harus menerepkan prinsip-prinsip manajemen (Muninjaya, 2012). Sehingga
sangat di perlukan sekali ilmu manajemen ini didalam bidang kesehatan,
khususnya dalam hal bidang manajemen kesehatan lingkungan yang
terutamanya memiliki berbagai aspek aspek dalam hal mengelola lingkungan
yang baik dan sehat sehingga bebas dari sumber sumber penyakit yang dibawa
oleh lingkungan.
b. Manajemen Kesehatan
Manajemen adalah ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan diberbagai jenis
organisasi untuk membantu manajer dalam memecahkan masalah organisasi
sehingga manajemen juga data digunakan dalam bidang kesehatan untuk membantu
manajer organisasi pelayanan kesehatan memecahkan masalah kesehatan
masyarakat menurut Notoatmodjo ( 2003 ) manajemen kesehatan adalah suatu
kegiatan atau suatu seni mengatur petugas kesehatan dan non petugas kesehatan
masyarakat melalui program kesehatan ( Herlambang & Muwarni, 2010 ). Fungsi-
fungsi dalam manajemen kesehatan sama dengan fungsi-fungsi dalam manajemen
perusahaan, yaitu (Herlambang & Murwani, 2012) :
1) Fungsi Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan fungsi terpenting
dalam manajemen. Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk
merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan
program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah praktis untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.Dengan perencanaan dapat
mengetahui : tujuan yang ingin dicapai; jenis dan struktur organisasi yang
dibutuhkan; jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan uraian tugasnya; sejauh
mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan; bentuk dan
standar pengawasan yang akan dilakukan.Terdapat lima langkah yang perlu
dilakukan pada proses penyusunan sebuah perencanaan dalam manajemen
kesehatan, yaitu: (a) analisa situasi; (b) mengidentifikasi masalah dan
prioritasnya; (c) menentukan tujuan program; (d) mengkaji hambatan dan
kelemahan program; (e) menyusun rencana kerja operasional.
2) Fungsi Pengorganisasian (Organizing)Dengan adanya pengorganisasian, maka
seluruh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi akan diatur penggunaannya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.Dengan pengorganisasian, seorang pemimpin akan mengetahui:
pembagian tugas secara jelas, tugas pokok dan prosedur kerja staf, hubungan
organisatoris dalam struktur organisasi, pendelegasian wewenang, dan
pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi. Ada enam langkah
penting dalam membuat pengorganisasian, yaitu: (a) tujuan organisasi harus
sudah dipahami oleh staf; (b) membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-
kegiatan pokok untuk mencapai tujuan; (c) menggolongkan kegiatan pokok ke
dalam suatu kegiatan yang praktis; (d) menetapkan kewajiban yang harus
dilakukan oleh staf dan menyediakan fasilitas pendukung yang diperlukan
untuk melaksanakan tugasnya; (e) penugasan personal yang terampil.
3) Fungsi Pelaksanaan dan Pembimbingan (Actuating)Pada fungsi ini lebih
mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya untuk mencapai tujuan
yang telah disepakati. Beberapa hal yang dapat menggerakkan dan
mengarahkan sumber daya manusia dalam organisasi yaitu : peran
kepemimpinan (leadership), motivasi staf, kerja sama antar staf, dan
komunikasi yang lancer antar staf.Adapun tujuan fungsi pelaksanaan dan
pembimbingan adalah: (1) menciptakan kerjasama yang lebih efisien; (2)
mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf; (3) menumbuhkan rasa
menyukai dan memiliki pekerjaan; (4) mengusahakan suasana lingkungan kerja
yang meningkatkan motivasi prestasi kerja staf; (5) membuat organisasi
berkembang secara dinamis.
4) Fungsi Pengawasan (Controlling)Melalui fungsi pengawasan, standar
keberhasilan program yang telah dibuat dalam bentuk target, prosedur kerja,
dan sebagainya harus selalu dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau
yang mampu dikerjakan oleh staf.Jenis standar pengawasan ada dua, yaitu : (1)
standar norma, standar yang dibuat berdasarkan pengalaman staf melaksanakan
program yang sejenis atau yang pernah dilaksanakan dalam situasi yang sama
di masa lalu; (2) standar kriteria, standar yang diterapkan untuk kegiatan-
kegiatan pelayanan oleh petugas yang sudah mendapatkan pelatihan.Pemimpin
bisa mendapatkan data pada saat melakukan pengawasan dengan tiga cara:
pengamatan langsung, laporan lisan dari staf atau pengaduan masyarakat, dan
laporan tertulis dari staf.
5) Fungsi Evaluasi (Evaluation)Tujuannya yaitu untuk memperbaiki efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan program dengan memperbaiki fungsi manajemen.
Evaluasi ada beberapa macam, yaitu: (a) evaluasi terhadap input, dilaksanakan
sebelum program dilaksanakan;(b) evaluasi terhadap proses, dilaksanakan pada
saat kegiatan berlangsung; (c) evaluasi terhadap output, dilaksanakan setelah
pekerjaan selesai.
3. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan
c. Paradigma Kesehatan Lingkungan
1. Pengertian Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan adalah suatu ilmu dan seni dalam mencapai
keseimbangan antara lingkungan dan manusia, ilmu dan juga seni dalam
pengelolaan lingkungan sehingga dapat tercapai kondisi yang bersih, sehat,
nyaman dan aman serta terhindar dari gangguan berbagai macam penyakit.Ilmu
Kesehatan Lingkungan mempelajari dinamika hubungan interaktif antara
kelompok penduduk dengan berbagai macam perubahan komponen lingkungan
hidup yang menimbulkan ancaman/berpotensi mengganggu kesehatan
masyarakat umum. Pengertian kesehatan lingkungan menurut para ahli adalah
sebagai berikut :
Menurut, Slamet Riyadi Ilmu Kesehatan Lingkungan adalah bagian
integral dari ilmu kesehatan masyarakat yang khusus mempelajari dan
menangani hubungan manusia dengan lingkungannya dalam keseimbangan
ekologi dengan tujuan membina & meningkatkan derajat kesehatan maupun
kehidupan sehat yang optimal.
Lalu menurut, H.J. Mukono – Ilmu Kesehatan Lingkungan merupakan
ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara faktor kesehatan dan
faktor lingkungan.
Sedangkan menurut, WHO (World Health Organization) – Kesehatan
lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia
& lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Dan menurut, Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
(HAKLI) – Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang
mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia &
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat
& bahagia.
Sanitation is the hygienic means of preventing human contact from the
hazards of wastes to promote health. Hazards can be either physical,
microbiological, biological or chemical agents of disease. Wastes that can
cause health problems are human and animal feces, solid wastes, domestic
wastewater (sewage, sullage, greywater), industrial wastes, and agricultural
wastes. Hygienic means of prevention can be by using engineering solutions
(e.g. sewerage and wastewater treatment), simple technologies (e.g.latrines,
septic tanks), or even by personal hygiene practices (e.g. simple handwashing
with soap)-WHO
The term "sanitation" can be applied to a specific aspect, concept,
location, or strategy, such as:
Basic sanitation - refers to the management of human feces at the
household level. This terminology is the indicator used to describe the target of
the Millennium Development Goal on sanitation.
On-site sanitation - the collection and treatment of waste is done where it
is deposited. Examples are the use of pit latrines, septic tanks, and imhoff tanks.
Food sanitation - refers to the hygienic measures for ensuring food safety.
Environmental sanitation - the control of environmental factors that form
links in disease transmission. Subsets of this category are solid waste
management, water and wastewater treatment, industrial waste treatment and
noise and pollution control.
Ecological sanitation - a concept and an approach of recycling to nature
the nutrients from human and animal wastes.
Sanitation generally refers to the provision of facilities and services for the
safe disposal of human urine and faeces. Inadequate sanitation is a major cause
of disease world-wide and improving sanitation is known to have a significant
beneficial impact on health both in households and across communities. The
word 'sanitation' also refers to the maintenance of hygienic conditions, through
services such as garbage collection and wastewater disposal (Sanitation and
public health)
Kesehatan lingkungan tidak terlepas dari sanitasi. Pengertian sanitasi
adalah sesuatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular
dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha
kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai
faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Azwar,1990).
Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara
negara berkembang. Karena menurut WHO, penyakit diare membunuh satu
anak di dunia ini setiap 15 detik, karena access pada sanitasi masih terlalu
rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta
merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala
nasional . Terdapat beberapa data yang mendukung, antara lain :Terdapat 47%
masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun
dan tempat terbuka (Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development
Program (ISSDP) tahun 2006) Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS)
di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah (1)
setelah buang air besar 12%, (2) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%,
(3) sebelum makan 14%, (4) sebelum memberi makan bayi 7%, dan (5) sebelum
menyiapkan makanan 6 %.Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku
pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20 % merebus air untuk
mendapatkan air minum, namun 47,50 % dari air tersebut masih mengandung
Eschericia coli.

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan


Tujuan dari kesehatan lingkungan adalah untuk melakukan Koreksi,
memperkecil/memodifikasi terjadinya bahaya dari lingkungan terhadap
kesehatan serta kesejahteraan hidup manusia. Lalu yang kedua untuk
pencegahan, mengefisienkan pengaturan berbagai sumber lingkungan untuk
meningkatkan kesehatan dan juga kesejahteraan hidup manusia serta untuk
menghindarkan dari bahaya penyakit.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut WHO ( World Health
Organization ) terdiri dari :
1) Penyediaan Air Minum.
2) Pengelolaan air buangan & pengendalian pencemaran.
3) Pembuangan sampah padat.
4) Pengendalian vektor. (Pengendalian vektor adalah semua usaha yang
dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor dengan
maksud mencegah atau pemberantas penyakit yang ditularkan vektor atau
gangguan yang diakibatkan oleh vektor.)
5) Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia.
(Ekskreta maksudnya semua zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh.)
6) Higiene makanan, termasuk higiene susu.
7) Pengendalian pencemaran udara.
8) Pengendalian radiasi.
9) Kesehatan kerja
10) Pengendalian kebisingan.
11) Perumahan & pemukiman.
12) Aspek kesling & transportasi udara.
13) Perencanaan daerah & perkotaan.
14) Pencegahan kecelakaan.
15) Rekreasi umum & pariwisata
16) Tindakan – tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemic
atau wabah, bencana alam & perpindahan penduduk.
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
3. Paradigma Kesehatan Lingkungan
Dalam hal kesehatan lingkungan lingkunan merupakan komponen yang
terkait dan memiliki hubungan yang sangat kuat antara manusia dan
lingkungannya sehingga setiap kegiatan yang dilakukan oleh manuasia selalu
identic dengan lingkungan. Misalnya saja kegiatan petani di kebun memberikan
pestisida maka dengan pemberian pestisida tersebut akan terjadinya pencemaran
lingkungan seperti pencemaran tanah yang diakibatkan oleh bahan bahan kimia,
dan tidak hanya itu saja pestisida yang digunakan oleh petani tidak hanya
mencemari lingkungan pestisida tersebut terkontaminasi oleh petani yang
dimana pestisida akan mengalami pengendapan didalam tubuh petani, selain itu
tidak hanya kegiatan kegiatan di sector pertanian, kegiatan kendaraan bermotor
yang setiap harinya mengeluarkan Zat emisi gas buang yang mengeluarkan
Karbonmonoksida atau CO2, dan kandungan logam berat dalam air akbiat
pencemaran air. Untuk keperluan bahsan berbagai polimatik kesehatan
lingkungan komponen komponen yang memiliki bahaya penyakit dapat
dikelompokan sebagai berikut :
1) Golongan Fisik : energy kebisingan, Pencahayaan, Suhu , Kelembaban
2) Golongan Kimia : Gas kendaraan bermotor, pestisida, asap dari kegiatan
industry, bahan bahan kimia seperti logam berat.
3) Golongan Biologi : Bakteri, Virus, Jamur, Spora
4) Golongan Pisikososial : hubungan antar sesama manusia, hubungan social,
hubungan atasan dan bawahan, hubungan antar rekan kerja.
Dalam hal ini pathogenesis dalam prespfektif lingkungan dan variable
kependudukan dapat digambarkan dalam hteori simpul ( Achmadi, 1987 ; Achmadi
1991, Achmadi 2005 ) pada Gambar berikut :

Sakit /sehat
Sumber Komponen Penduduk
penyakit lingkungan

Media transmisi

Variable yang berpengaruh


Sumber : Achamdi 2005
Gambar 2.1 Diagram Skematik Patogenesis Penyakit
Dengan menagcu kepada skematik tersebut maka pathogenesis atau proses kejadian
penyakit dapat diuraikan atau proses kejadian penyakit dapat diuraikan kedalam 4
simpul yaitu : simpul 1 kita sebut dengan sumebr penyakit, simpul 2 komponen
lingkungan yang merupakan media transmisi penyakit simpul 3 penduduk dengan
berbagai variable kependudukan seperti pendidikan perilaku gender sedangkan
simpul 4 penduduk dalam keadaan sehat atau sakit mengalami atau exposure
dengan komponen lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau agent penyakit,
bila dapat dicontohhkan pada pola diagram skematik pathogenesis dimana
seseorang yang terkena penyakit Demam Berdarah disiti sudah jelas Penyakit
Demam Berdarah disebabkan oleh nyamuk Aedes Agepty yang terpapar oleh virus
dengue mengigit kepada orang yang sehat, dan terjadilah sakit dari kasus tersebut
jika kita analisa factor lingkungan sangat berpengaruh dalam hal nya penyebaran
penyakit Demam Berdarah yang diakibatkan lingkungan tidak bersih sehingga
menjadi tempat perkembang biakan nyamuk Aedes Aegepty. Dalam hal ini untuk
dapat lebih jelasnya lagi dapat kita lihat pada teori simpul kejadian penyakit adalah
sebagai berikut :
1) Simpul 1
Pengamatan pengukuran dan pengendalian agen penyakit yang pada sumbernya
seperti : pencemaran air ( ecoli , bahan bahan kimia fe, Mn, dll ), sumber emisi
gas buang ( asap kendaraan bermotor, kegiatan industry dll ) sumber penyakit
atau penderita menular ( penderita TBC, Tifus,Malaria, DBD, HIV dan Lain
lain) dan sumber sumber yang diakibatkan oleh bencana alam seperti abu dari
letusan gunung berapi, dapat diarikan simpul satu itu adalah sumber penyakit
2) Simpul 2
Simpul 2 atau media transmisi penyakit yang meliputi air , udara, tanah binatang
atau serangga manusia langsung, media tarnsmisi tidak akan mengandung bibit
penyakit jika didalamnya tidak mengandung bibit penyakit dalam hal ini dapat
dicontohkan pengukuran konsentrasi udara di jalanan, pengukuran bahan
makanan yang mengandung logam berat, pengukuran bahan makanan atau
sayuran yang mengandung telur cacing dan pengukuran e-coli pada air yang
tercemar oleh bahan bahan kimia, penyebaran penyakit malaria melalui gigitan
nyamuk Anopheles spp yang menggigit orang sakit kemudian menggigit orang
yang sehat, tetapi hal ini tidak akan terjadi bila tidak ada yang menderita
malaria.
3) Simpul 3
Pengamatan pengukuran pengendalian bahan ( agen ) penyakit apabila sudah
berada pada tubuh manusia seperti kadar Pb dalam darah kadar merkuri pada
rambut contoh lain dari konsep perilaku pemajanan adalah jumlah kontak yang
diukur juga dapat diukur dengan cara mengukur kandungan agent penyakit yang
bersangkutan atau metabolitnya. Atau bisa juga mengukur secara tidak langsung
derajat perlawanan ( antibody ) seseorang terhadap agent penyakit yang
bersangkutan.
4) Simpul 4
Pengamatan, pengukuran dan pengendalian prevalensi korban keracunan sudah
menimbulkan damak terhadap kesehatan, pada simpul 4 ini biasa diartikan
dengan dampak yang terjadi akibat sumber penyakit yang masuk kedalam
tubuh, contohnya pada manusia yang menghirup asap roko dapat terjadi
gangguan pada pernafasan, atau menderita kanker paru paru yang sifatnya
menahun atau akut, ataupun penularan penyakit lainnya misalnya terkena
penyakit scabies, paru paru, demam berdarah, malaria dan lain lain.
d. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Pelayanan kesehatan adalah setiap anggota yang di selenggarakan secara
sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatan kesehatan. Mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan atau pun
masyarakat (azwar, 1995). Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-
nilai dasar tertentu yang berlaku umum terhadap proses pengembangan secara
menyeluruh, tetapi dengan penekanan penerapan di bidang kesehatan seperti
berikut, (WHO, 1992) ; Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan
tersedianya dan penyebaran sumberdaya, bukan hanya sumberdaya kesehatan
seperti dokter, perawat, klinik,obat, melainkan juga sumberdaya sosial-ekonomi
yang lain seperti pendidikan, air dan persediaan makanan. Pelayanan kesehatan
dasar dengan demikian memusatkan perhatian kepada adanya kepastian bahwa
sumberdaya kesehatan dan sumberdaya sosial yang ada telah tersebar merata
dengan lebih memperhatikan mereka yang paling membutuhkannya. Kesehatan
adalah suatu bagian penting dari pembangunan secara menyeluruh. Faktor yang
mempengaruhi kesehatan adalah faktor social, budaya dan ekonomi disamping
biologi dan lingkungan. jenis pelayanan adalah pelayanan publik yang mutlak
dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang layak dalam kehidupan.
Pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan
pemerintah.Jenis pelayanan kesehatan menurut UNDANG-UNDANG NO 36
TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN.
Pelayanan kesehatan lingkungan adalah pelayanan secara maksimal dari
mulai kegiatan outdor maupun indoor yang ada di lingkungan sekitar seperti
dari tahapan konseling dengan pasien sampai dengan kunjungan pasien yang
kemudian memberikan solusi atas permasalahan kesehatan lingkungan yang
ada, pelayanan kesehatan lingkungan ini meliputi kegiatan analisis sampai
penyelesian masalah kesehatan lingkungan. Seperti biasanya pelayanan
kesehatan lingkungan ini dimaksudkan untuk kegiatan yang sifatnya
pencegahan atau preventif. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Mentri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan
yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan. Kesehatan
di Lingkungan Puskesmas, Dalam hal ini kegiatan yang berkaitan secara
langsung meliputi kegiatan kesehatan lingkungan secara garis besar adalah :
1. Kegiatan Konseling
Berdasarkan Konseling terhadap Pasien dan/atau hasil surveilans kesehatan
yang menunjukan kecenderungan berkembang atau meluasnya penyakit
atau kejadian kesakitan akibat Faktor Risiko Lingkungan, Tenaga
Kesehatan Lingkungan harus melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan
terhadap media lingkungan. Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan
dengan cara: pengamatan fisik media lingkungan; pengukuran media
lingkungan di tempat; uji laboratorium; dan/atau analisis risiko kesehatan
lingkungan.
2. Inspeksi kesehatan lingkungan
Inspeksi Sanitasi (IS) adalah pemeriksaan dan evaluasi terhadap kondisi
lingkungan, perlengkapan dan penyelenggaraan sistem penyediaan air
minum dan sanitasi. Tujuan Inpeksi Sanitasi sarana air minum dan sanitasi
antara lain :
a) Mengetahui informasi risiko pencemaran
b) Tahapan sebelum melakukan pemeriksaan kualitas air minum
c) Informasi untuk melakukan tindak lanjut dan perbaikan sarana air
minum dan sanitasi
d) Memberikan rekomendasi tentang keadaan sarana air minum dan
sanitasi
Proses Inspeksi Sanitasi;
Petugas melaksanakan kegiatan IS terhadap jenis sarana pada hasil
pemetaan.
Kegiatan IS tersebut meliputi pengamatan lapangan, pengamatan terhadap
komponen-komponen sarana, kelengkapan dan lingkungan sarana dengan
menggunakan formulir IS.Formulir dibuat berdasarkan kebutuhan, untuk
setiap jenis sarana dibuat formulir tersendiri.
Dalam formulir terdapat dua pilihan jawaban, “YA” dan “TIDAK”.
Jawaban ”YA” menunjukkan bahwa sarana air minum mempunyai risiko
pencemaran yang dapat membahayakan pemakainya, sebaliknya jawaban
”TIDAK” berarti sarana air tersebut tidak menimbulkan problem/risiko
pencemaran yang dapat membahayakan pemakainya.Refference : Panduan
pelaksanaan kegiatan surveilans kualitas air minum dan sanitasi dasar
Ditujukan untuk sanitarian dan petugas kesehatan lingkungan Direktorat
Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Jakarta 2011
3. Intervensi kesehatan lingungan
Intervensi kesehatan lingkungan adalah memberikan intervensi setelah
kegiatan inspekasi sanitasi intervensi dapat dilihat dari berbagai aspek
masalah kesehatan lingkungan yang ada seperti intervensi dalam pembuatan
sarana jamban keluarga, membuat sarana tempat penampungan air bersih.
BAB 3
MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

g. Pengertian Air Limbah


Pengertian air limbah menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2001 air limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan yang
berwujud cair, air limbah dapat berasal dari rumah tangga ( domestic ) maupun
industry ( industry ). Menurut Udin Djabu (1991) yang disebut air limbah adalah
air yang bercampur zat- zat padat ( dissolved dan suspended ) yang berasal dari
buangan kegiatan rumah tangga, pertanian, perdagangan dan industri. Sedangkan
menurut Azrul Azwar (1983) mendefinisikan air limbah adalah air yang tidak
bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan
manusia dan atau hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia.

h. Karakteristik Air Limbah


1) Karakteristik fisik
a) Zat Padat Di dalam limbah dapat ditemukan zat padat yang secara
umum dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mudah terlarut dan
tidak mudah terlarut.
b) Bau Limbah sering menimbulkan bau. Hal ini dapat dikarenakan
adanya gas-gas hasil dekomposisi zat di dalam limbah. Gas yang
dapat menimbulkan bau di dalam air antara lain hidrogen sulfida,
amonia, dan senyawa organik sulfide
c) Suhu Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada suhu
lingkungan di sekitarnya. Naiknya suhu dapat menimbulkan
semakin berkurangnya oksigen, meningkatnya reaksi kimia, dan
mengganggu kehidupan organisme lainnya.
d) Warna Sering kali air limbah memiliki karakteristik warna tertentu,
tergantung dari kandungan pada limbahnya. Namun air yang tidak
menjadi jaminan kalau air tersebut tidak mengandung limbah.
e) Kekeruhan air limbah cenderung terlihat keruh. Hal ini
dikarenakan adanya zat organik, lumpur, jasad renik, zat lainnya
yang mengapung pada air dan tidak segera mengendap.

2) Karakteristik kimia
a) Bahan organic Dalam air limbah terdapat kandungan berupa
karbohidrat sekitar 65%, karbohidrat 25%, dan lemak 10%.
b) BOD (Biologycal Oxygen Demand) BOD adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk
mengubah bahan organik yang ada di lingkungan air tersebut. Air
buangan dengan kadar BOD tinggi dapat menimbulkan polusi jika
langsung dibuang ke air
c) DO (Dissolved Oxygen) DO dapat disebut juga sebagai oksigen
terlarut yang mana merupakan kebutuhan dasar dari kehidupan
tanaman dan hewan di dalam air. Air mengandung sekitar 8 ppm
oksifen terlarut. Standar minimal oksigen terlarut adalah 5 ppm.
d) COD (chemical Oxygen Demand) COD adalah jumlah oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara
kimiawi yang terdapat di dalam air dengan sempurna.
e) PH adalah ukuran yang menunjukkan kadar asam atau basa dalam
suatu larutan. Larutan bersifat netral memiliki pH=7, basa pH>7,
asam pH<7. pH air limbah tidak tentu, bisa asam, basa ataupun
netral.
f) Logam berat Logam berat yang sering mencemari lingkungan
adalah Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd),
Tembaga (Cu), Kromium (Cr), Nikel (Ni)

3) Karakteristik biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air
terutama untuk diminum. Parameter yang digunakan adalah banyaknya
mikroorganisme yang terkandung. Dalam air limbah terkandung bakteri
yang berbahaya bagi kesehatan karena dapat menimbulkan penyakit.
Bakteri yang digunakan sebagai indikator adalah bakteri E-Coli.

Baku mutu limbah cair yang dijelaskan pada Peraturan Mentri


Lingkungan Hidup Tentang Baku Mutu Air Limbah No 5 Tahun 2014.
Dimana pada peraturan tersebut terdapat jenis jenis baku mutu air limbah
sesuai dengan jenis industry masing seperti industry Minyak, Industri buah
buahan, industry farmasi, Industri Karet, Industri Tekstil dan Industri
Industri lainnya, dalam hal penanganan limbah cair sendiri disadari sangat
komleks dan terdapat peraturan peraturan yang menyatakan tentang
peraturan baku mutu air limbah sepertii halnya baku mutu air limbah
domestic terdapat pada peraturan Nomor:
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016.

i. Sumber Limbah Cair

Beberapa sumber air limbah yang sering dijumpai adalah,


1. Air buangan rumah tangga.
Air buangan ini biasanya dihasilkan dari aktifitas manusia yang terdiri dari
ekskreta,air cucian,air mandi/ wc,air buangan dapur dan lainnya.
2. Air buangan perdagangan
Air buangan yang dihasilkan dari aktifitas hotel, pasar, tempat ibadah,restoran
dan lainnya.
3. Air buangan industri
Air buangan industri biasanya memiliki kandungan zat yang komplek karena
hasil buangan dari proses industri. Biasanya mengandung zat organik, logam
berat,minyak,zat pewarna, sulfida ammonia yang bersifat racun sehingga
memerlukan penanganan yang khusus.
j. Dampak Yang di Timbulkan oleh Limbah Cair
Beberapa dampak air limbah yang dapat menyebabkan pengaruh adalah :
1. Pengaruh terhadap kesehatan
Air limbah yang mengandung organisme dapat menimbulkan gangguan
kesehatan.Disamping air limbah yang mengandung mikroorganisme juga
dapat mengandung zat- zat kimia berbahaya.
2. Ganguan terhadap keindahan
Adakalanya air limbah mengandung polutan tidak mengganggu kesehatan
dan ekosistem tetapi dapat menggau keindahan, dan menggau estetika
contoh sederhana dari gannguan keindahan, melihat air yang menggenang
yang dapat menimbulkan bau pada lingkungan sekitar, kondisi air limbah
yang memiliki tekstur atau warna yang sangat mengggnggu keindahan.
3. Gangguan terhadap kerusakan benda
Air limbah yang mengandung zat korosif atau karat, yang dapat merusak
pipa pipa yang khususnya pipa terbuat dari material besi, mengindari
kejadian tersebut limbah cair harus dikelola dengan baik sehingga tidak
dapat merusak peralatan perpipaan yang terbuat dari bahan bahan besi,
sehingga jika pengelolaan limbah cair dikelola secara baik dapat
mengurangi biaya perawatan pipa.
4. Pengaruh terhadap lingkungan
a) Air limbah dan kehidupan vektor.
Air limbah yang dibuang ke lingkungan banyak menimbulkan masalah
vektor. Genangan air limbah dapat digunakan untuk sarang dan
perkembang biakan nyamuk,kecoa dan lalat juga beberapa hewan parasit.
b) Pencermaran air dan tanah oleh air limbah.
Air limbah yang dibuang ke badan air akan mencemari badan air tersebut .
Bahan pencemar yang ada di dalamnya akan mengalami penyebaran
(disporsi) dan pengenceran (dilution) dan bersifat reaktif dengan
adsorbsi,reaksi atau penghancuran biologis. Karena peristiwa inilah maka
pencemaran akan cepat terjadi dan akan menurunkan kualitas air
lingkungan.Air limbah yang mencemari dalam perjalanannya akan
mengalami peristiwa fisik mekanik, kimia dan biologis.
c) Pengaruh air limbah terhadap ekosistem
Badan air merupakan ekosistem yang terdiri atas ikan,tumbuhan,air,dan
plankton yang terapung dan melayang dalam air sebagai komponen makluk
hidup serta pasir, air mineral dan oksigen. Apabila tercemar oleh limbah
pencemar maka akan mempengaruhi sistem dalalm ekologi. Air badan air
yang tercemar akan mengalami penurunan kualitas kadar oksigen yang
terlarut. Hal ini akan mempengaruhi populasi ikan-ikan sehingga akan
mengganggu mata pencaharian.
k. Penanganan Limbah Cair

Dalam penanganan limbah cair pada kenyataanya tidak semudah yang kita
bayangkan dalam hal ini kita harus dapat membedakan jenis atau golongan
golongan limbah yang akan dikelola, seperti contohnya limbah industry yang
pengelolaannya berbeda dengan limbah cair rumah tangga atau limbah cair di
rumah sakit dibawah ini pennanganan limbah cair secara garis besar adalah
sebagai berikut :

1) Pengolahan Primer
Pengolahan primer atau dalam bahasa Indonesianya Primary Treatment
merupakan proses pengolahan limbah secara fisika. Awalnya limbah akan
disaring menggunakan penyaringan yakni menggunakan jeruji besi yang di
bentuk seperti saringan. Setelah disaring limbah akan di tampung ke dalam bak
atau wadah besar yang tujuannya untuk memisahkan pasir dan zat padat lain
yang ukurannya besar, dalam tangki besar tersebut aliran limbah akan
diperlambat sehingga pasir dan zat besar lainnya akan jatuh ke dasar tangki.
Sampai dalam proses ini jika limbah merupakan limbah yang polutannya sudah
dapat disingkirkan dengan cara primer diatas maka limbah telah boleh dibuang
ke perairan namun jika limbah masih mengandung zat polutan lain baik itu
organik maupun anorganik yang dapat membahayakan lingkungan dan manusia
maka perlu dilakukan proses selanjutnya.

2) Pengolahan Sekunder
Jika dalam pengolahan primer diatas menggunakan fisika maka berbeda dengan
pengolahan limbah sekunder. Pengolahan sekunder lebih menggunakan
mikroorganisme yang tujuannya dapat mengurai bahan organaik yang terdapat
dalam limbah, mikroorganisme yang umum digunakan adalah bakteri aerob,
oleh karena itu pengolahan sekunder lebih menggunakan pengolahan secara
biologis. Secara umum terdapat tiga pengolahan dengan jalan biologis yakni
penyaringan dengan tetesan, metode lumpur aktif, dan metode kolam
perlakuan.

3) Pengolahan tersier
Dalam melaksanakan pengolahan tersier hanya akan di lakukan apa bila dalam
pengolahan sebelumnya yakni primer dan sekunder ternyata masih ada yang zat
tertentu yang berpotensi bahaya bagi lingkungan dan masyarakat. Pengolahan
tersier bersifat khusus dengan zat apa yang mencemari, dalam pengolahan
tersier di lakukan menggunakan serangkaian proses kimia dan fisika.

4) Desinfeksi (Desinfection)
Desinfeksi merupakan langkah membunuh atau mengurangi mikroorganisme
patogen yang berpotensi dapat menimbulkan penyakit yang terdapat dalam
limbah cair. Contoh desinfeksi yang pernah di lakukan pada limbah cair adalah
penambahan klorin, penyinaran dengan sinar matahari ataupun dengan
menggunakan ozon.

5) Pengolahan lumpur
Setiap tahap pengolahan limbah cair diatas yakni primer, sekunder dan tersier
akan menghasilkan endapan berupa lumpur. Lumpur ini tak dapat secara
langsung di buang dan masih perlu untuk di lakukan proses berikutnya yakni
dengan cara di cerna atau di urai secara anaerob, setelah itu baru bisa di buang
ke tempat pembuangan, ke laut atau bisa juga di jadikan sebagai pupuk
kompos.

l. Manajemen Penanganan dan Pengelolaan Limbah Cair

a) Pengelolaan Limbah Cair


Pengelolaan limbah cair ini merupakan hal penting yang erlu dilakukan untuk
mengelola limbah cair menjadi dalam kondisi baik sesuai dengan parameter
yang ada, dalam hal ini yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan limbah cair
adalah sebagai berikut :
1. Primary Treatment
Pada pengolahan ini biasa disebut dengan proses memisahkan padatan dari
air secara fisik, hal ini dapat dilakukan dengan melewatkan air limbah
melalui saringan atau filter. Tahapan dari primary treatment sendiri adalah :
a) Penyaringan ( filtration )
Pada proses penyaringan merupakan tahapan pertama pada proses awal
pengolahan limbah cair yang dimaksudkan untuk menyaring bahan
bahan padatan dengan ukuran besar, pengoprasian alat filtrasi sendiri
dibagi menjadi 2 yakni penyaringan polutan dan pembersihan alat
filtrasi dengan cara backwashing beberapa alat filtrasi yang banyak
digunakan adalah saringan pasir lambt, saringan pasir ceat, saringan
multimedia, percoal filter, mikrosaining dan vacum filter.
b) Pengendapan ( sedimentation )
Pengendapan ini biasanya terjadi setelah prosen penyaringan langsung
kepada tahapan pengendapan yang fungsi nya untuk mengendapkan
partikel partikel kecil akibat proses filtrasi, dengan adanya proses
pengendapan maka mengurangi kebutuhan oksigen pada proses
pengolahan biologis berikutnya dan pengendapan yang terjadi adalah
pengendapan secara gravitasi,
Biasanya pada proses ini menggunakan media untuk mempercepat pada
proses pengendapan menggunakan tawas yang berfungsi sebagai proses
koagulan atau proses koagulasi adalah proses pemisahan untuk
menjadikan flok yang akan mengendap, pada proses ini harus
disesuaikan jumlah limbah yang dikeluarkan dengan penambahan
tawas, biasa nya pada proses ini untuk menambahkan tawas terlebih
dahulu kita hitung waktu pengendapan.
2. Secondary treatment
Pengolahan kedua dari proses ini adalah mengkoagulasi dan menghasilkan
koloid serta untuk menstabilkan zat organic yang ada di air limbah, yang
dalam air limbah khusus untuk limbah domestic tujuan utamanya ialah
mengurangi bahan organic dan dalam air limbah. Khusu untuk limbah
domestic tujuan utamanya ialah mengurangi bahan organic dan dalam
banyak hal juga menghilangkan nutrisi seperti nitrogen dan fosfor. Proses
penguraian bahan organic dilakukan oleh mikroorganisme secara aerobic
atau anaerobic.
3. Tertiary treatment
metode tertiary treatment adalah pengolahan limbah cair yang dilakukan
setelah limbah cair diolah menggunakan pengolahan primer dan sekunder
masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi
lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya
pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam air
limbah. Pengolahan tersier termasuk pengolahan kimia-fisika.
Dalam pengolahan tersier terdapat beberapa metode, antara lain:
- Metode saringan pasir (sand filter).
- Metode saringan multimedia.
- Precoal filter.
- Microstaining.
- Vacum filter.
- Penyerapan (absorption) dengan karbon aktif.
- Penguraian besi dan mangan.
- Osmosis bolak-balik.
Walaupun metode pengolahan tersier dapat mengolah limbah cair dengan
baik, akan tetapi metode ini jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan
limbah mengingat biaya yang diperlukan untuk melalkukan proses
pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.

Dibawah ini merupakan gambar atau alur dalam pengolahan Instalasi


Pengolahan Air Limbah adalah sebagai berikut

Gambar 3.1 Gambar Pengelolaan IPAL

Terkait dengan pengelolaan limbah cair pengelolaan limbah cair ini


pengolahan limbah disadari sangat penting dalam hal ini ada beberapa item
yang perlu diperhatikan cotohnya dalam pengelolaan limbah cair adalah :
1. Menghitung Jumlah Debit Limbah Cair
Untuk merawat pengelolaan limbah cair terlebih dahulu menghitung kapasitas
jumlah pengeluaran limbah cair yang masuk kedalam tangki pengolahan air
limbah dengan cara :
Contoh : Dalam satu rumah tangga terdiri dari 5 orang, Dalam satu rumah
hanya terdapat 1 rumah tangga banyaknya air bersih yang dibutuhkan tiap
orang/hari: 150 liter/orang/hari Persentase banyaknya limbah yang dihasilkan
per orang/hari: 60 % dari jumlah pemakaian air bersih per hari BLOK A (terdiri
dari 43 rumah tangga)
Dengan menggunakan asumsi di atas, maka:
Jawaban :
Banyaknya air bersih yang dibutuhkan = 5 x 150 liter/orang/hari = 750 liter/hari
Jadi, kebutuhan air bersih dalam satu rumah tangga = 750 liter/hari
Kebutuhan air di BLOK A = 43 x 750 liter hari = 32.250 liter/hari
Banyaknya air buangan (limbah) dalam satu rumah tangga = 60% x 750
liter/hari = 450 liter/hari
Jadi, banyaknya air buangan (limbah) di BLOK A = 43 x 450 liter/hari =
19.350 liter/hari
Catatan : Untuk perhitungan kapasitas pembuangan air limbah disesuaikan
dengan jumlah pemakaian orang per harinya
2. Merawat Instalasi Perawatan Air Limbah
Perawatan IPAL sangat diperlukan karna untuk menstabilkan agar kondisi
IPAL terkontrol dengan baik, perawatan IPAL yang perlu diperhatikan adalah :
- Hindari / jangan biarkan sampah padat yang tidak bisa diurai ( plastik, kain,
batu, pembalut dll ) masuk ke dalam sistem IPAL.
- Bersihkan bak kontrol secara berkala dan rutin minimal satu minggu sekali
dan segera mungkin jika terjadi penyumbatan oleh sampah padat.
- Hindari masuknya zat-zat kimia beracun yang dapat mengganggu
pertumbuhan bakteri pengurai yang ada di dalam biofilter misalnya
deterjen, cairan limbah perak, nitrat, merkuri atau logam berat lainnya.
- Jika bak ekualisasi telah penuh oleh lumpur yang tak bisa terurai secara
biologis, maka perlu dilakukan pengurasan.
- Perlu perawatan rutin terhadap pompa pengumpul air limbah, pompa
sirkulasi serta blower yang dilakukan 3-4 bulan sekali.
- Perawatan rutin pompa dan blower udara dapat dilihat pada buku
operasional dan perawatan dari pabriknya.
BAB 4
MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

e. Pengertian Pengelolaan Limbah Padat


Limbah Padat adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara didalam UU No 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa
kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi
padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat
terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.
f. Sumber Limbah Padat
Sumber lain dari limbah padat atau sampah adalah sebagai berikut :

1. Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu pemukiman biasanya


sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau
asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti
sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan
lainnya.
2. Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat tempat umum
adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan
melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang
cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan
seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya
berupa sisa-sisa makanan,sayuran busuk, sampah kering, abu, plastik,
kertas, dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya.
3. Sampah perkotaan : termasuk sampah rumah tangga, sampah dari hasil
kegiatan komersil (wisata, kantor, bisnis, dsb) dan sampah runtuhan
bangunan.
4. Sampah industri (limbah)
5. Sampah bio-medis (termasuk sampah dari hasil kegiatan klinik ataupun
rumah sakit).
6. Sampah dengan bahaya khusus : sampah radio aktif, bahan peledak,
elektronik, dsj.
Berbagai macam sampah yang telah disebutkan diatas hanyalah sebagian
kecil saja dari sumber- sumber sampah yang dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah
lepas dari sampah. Terutama penumpukan sampah yang terjadi di tempat-
tempat umum seperti di pasar-pasar.
g. Manajemen Penangangan Limbah Padat
Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis
(karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat.
Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah : dari rumah
tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah
organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia
menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78%
dari sampah tersebut dapat digunakan kembali. Pengelolaan sampah adalah
semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah sejak ditimbulkan
sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam
pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan
sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan akhir
Penanganaan limbah padat dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Penimbunan Terbuka
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode
penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode
penimbunan terbuka, . Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan
kuman penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan
oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan
menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur
dengansampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.
2) Sanitary Landfill
Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi
iapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke
tanah. Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem Iapisan
ganda (plastik – lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk
mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan
sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
3) Insinerasi
Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan suatu alat
yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume
sampah berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses
insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
listrik atau untuk pemanas ruangan.
4) Pembuatan kompos padat dan cair
Metode ini adalah dengan mengolah sampah organic seperti sayuran, daun-
daun kering, kotoran hewan melalui proses penguraian oleh mikroorganisme
tertentu. Pembuatan kompos adalah salah satu cara terbaik dalam penanganan
sampah organic. Berdasarkan bentuknya kompos ada yang berbentuk padat
dan cair. Pembuatannya dapat dilakukan dengan menggunakan kultur
mikroorganisme, yakni menggunakan kompos yang sudah jadi dan bisa
didapatkan di pasaran seperti EMA efectif microorganism 4.EMA merupakan
kultur campuran mikroorganisme yang dapat meningkatkan degaradasi limbah
atau sampah organic.
5) Daur Ulang
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan
baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi
sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru,
mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi
gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur
ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas
kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan
produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah
modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce,
and Recycle). Material-material yang dapat didaur ulang dan prosesnya
diantaranya adalah:
a) Bahan bangunan Material bangunan bekas yang telah dikumpulkan
dihancurkan dengan mesin penghancur, kadang-kadang bersamaan
dengan aspal, batu bata, tanah, dan batu. Hasil yang lebih kasar bisa
dipakai menjadi pelapis jalan semacam aspal dan hasil yang lebih halus
bisa dipakai untuk membuat bahan bangunan baru semacam bata.
b) Baterai Banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur
ulang bahan ini relatif sulit. Mereka harus disortir terlebih dahulu, dan
tiap jenis memiliki perhatian khusus dalam pemrosesannya. Misalnya,
baterai jenis lama masih mengandung merkuri dan kadmium, harus
ditangani secara lebih serius demi mencegah kerusakan lingkungan dan
kesehatan manusia. Baterai mobil umumnya jauh lebih mudah dan lebih
murah untuk didaur ulang.
c) Barang Elektronik Barang elektronik yang populer seperti komputer dan
handphone umumnya tidak didaur ulang karena belum jelas perhitungan
manfaat ekonominya. Material yang dapat didaur ulang dari barang
elektronik misalnya adalah logam yang terdapat pada barang elektronik
tersebut (emas, besi, baja, silikon, dll) ataupun bagian-bagian yang
masih dapat dipakai (microchip, processor, kabel, resistor, plastik, dll).
Namun tujuan utama dari proses daur ulang, yaitu kelestarian
lingkungan, sudah jelas dapat menjadi tujuan diterapkannya proses daur
ulang pada bahan ini meski manfaat ekonominya masih belum jelas.
d) Logam Besi dan baja adalah jenis logam yang paling banyak didaur
ulang di dunia. Termasuk salah satu yang termudah karena mereka
dapat dipisahkan dari sampah lainnya dengan magnet. Daur ulang
meliputi proses logam pada umumnya; peleburan dan pencetakan
kembali. Hasil yang didapat tidak mengurangi kualitas logam tersebut.
Contoh lainnya adalah alumunium, yang merupakan bahan daur ulang
paling efisien di dunia. Namun pada umumnya, semua jenis logam
dapat didaur ulang tanpa mengurangi kualitas logam tersebut,
menjadikan logam sebagai bahan yang dapat didaur ulang dengan tidak
terbatas.
e) Bahan Lainnya
 Kaca dapat juga didaur ulang. Kaca yang didapat dari botol dan
lain sebagainya dibersihkan dair bahan kontaminan, lalu
dilelehkan bersama-sama dengan material kaca baru. Dapat juga
dipakai sebagai bahan bangunan dan jalan. Sudah ada
Glassphalt, yaitu bahan pelapis jalan dengan menggunakan 30%
material kaca daur ulang.
 Kertas juga dapat didaur ulang dengan mencampurkan kertas
bekas yang telah dijadikan pulp dengan material kertas baru.
Namun kertas akan selalu mengalami penurunan kualitas jika
terus didaur ulang. Hal ini menjadikan kertas harus didaur ulang
dengan mencampurkannya dengan material baru, atau mendaur
ulangnya menjadi bahan yang berkualitas lebih rendah.
 Plastik dapat didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang
logam. Hanya saja, terdapat berbagai jenis plastik di dunia ini.
Saat ini di berbagai produk plastik terdapat kode mengenai jenis
plastik yang membentuk material tersebut sehingga
mempermudah untuk mendaur ulang. Suatu kode di kemasan
yang berbentuk segitiga 3R dengan kode angka di tengah-
tengahnya adalah contohnya. Suatu angka tertentu menunjukkan
jenis plastik tertentu, dan kadang-kadang diikuti dengan
singkatan, misalnya LDPE untuk Low Density Poly Etilene, PS
untuk Polistirena, dan lain-lain, sehingga mempermudah proses
daur ulang.
Proses pengelolaan sampah padat harus dikelola sebagai mana mestinya sangat
terbukti bahwa sampah sangat menimbulkan masalah terutama pada masalah
lingkungan :

Gambar 3.1 Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya


suatu proses. Sampah tersebut dapat berupa gas, cairan, uap dan padat. Permasalahan
sampah perlu mendapat perhatian masyarakat mengingat semakin banyaknya sampah
yang dihasilkan setiap hari sedangkan terdapat keterbatasan lahan untuk mengolah
(mengelola) dan menampung sampah-sampah tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk
menuju kepada kehidupan yang ramah lingkungan, efisien dan sehat alami. Terdapat 6
(enam) hierarki pengendalian (pengelolaan) sampah modern antara lain :
1. Pencegahan (Prevention) : mencegah timbulnya sampah di setiap aktivitas yang
dilakukan
2. Pengurangan (Minimization) : menahan (mengurangi) timbulnya sampah di
setiap aktivitas yang dilakukan.
3. Penggunaan (Reuse) : menggunakan kembali elemen dari sampah yang masih
bisa digunakan kembali.
4. Daur Ulang (Recycle) : menjadikan sampah menjadi produk lain. Terdapat 2
(dua) macam jenis daur ulang antara lain :
5. Daur ulang naik : menjadikan sampah bernilai rendah menjadi produk bernilai
tinggi (contoh : kerajinan dari koran bekas).
6. Daur ulang turun : menjadikan sampah bernilai tinggi menjadi bahan baku
bernilai rendah (contoh : sampah elektronika menjadi bahan baku kabel).
7. Pemulihan Energi (Energy Recovery) : memanfaatkan sampah untuk dijadikan
energi alternatif (contoh : pembangkit listrik, pembuatan pupuk, gas alam, dsb).
8. Pembuangan (Disposal) : membuang sampah ke tempat yang ditentukan secara
khusus (contoh : pengurukan, incinerator/tungku bakar, gasifikasi dan solusi
akhir lainnya).
Ada beberapa tahapan didalam pengelolaan sampah padat yang baik diantara tahap
pengumpulan dan penyimpanan d tempat sumber tahap pengangkutan dan tahap
pemusnahan diantaranya adalah :
1. Tahap pengumpulan dan penyimpanan
Sampah dilokasi sumber ( kantor, rumah tangga, hotel dan sebagainya )
ditempatkan daam penyimpanan sementara dalam hal ini tempat sampah, sampah
basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah
untukk memudahkan pemusnahannya. Persayratan tempat penyimpanan sampah
yang baik dan benar adalah sebagai berikut :
1) Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor
2) Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan
3) Ukuran sesuai dengan mudah dan dapat diangkut oleh satu orang
Dibawah ini merupakan jenis jenis tempat penyimpanan sampah sesuai dengan
persyaratan adalah sebagai berikut

Gambar : 4.1 contoh tempat sampah memenuhi syarat

Dari tempat penyimpanan ini smapah dikumpulkan dan dimasukan kedalam bak
sampah yang ukurannya lebih besar yang digunakan untuk menampung sampah
dalam skala besar yang pengelolaanya langsung dikelola oleh dinas kebersihan.
Syarat tempat penampungan sampah untuk skala besar adalah sebagai berikut:
1) Dibangun diatas permukaan tanah dengan ketinggian banunnan setinggi
kendaraan sampah
2) Memiliki dua pintu pintu masuk untuk mengambil sampah
3) Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah lalat
dan binatang pengganggu masuk kedalam bak sampah
4) Mudah dibersikah dengan memasang keran air diarea sekitar bak sampah
5) Tidak menjadi tempat tinggal binatang pengganggu dan vector seperti: tikus,
lalat
6) Mudah dijangkau oleh masyarakat
Berikut ini gambar contoh bak sampah penampungan skala besar adalah
sebagai berikut:

Gambar 3.2 Penampungan Sampah Sementara

2. Tahap pengangkutan
Dari bak sampah, sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan
sampah dengan menggunakan truk pengangkut sampah yang telah disediakan oleh
dinas kebersihan kota.kabupaten. pada tahap pengangkutan biasanya dijadwal
tergantung kondisi bak sampah penuh.
3. Tahap Pemusnahan
Didalam tahap pemusnahan sampah ini, terdaoat beberapa metode yang dapat
digunakan Pemusnahan dan/atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan
melalui berbagai cara, antara lain sebagai berikut:
(1) ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang ditanah
kemudian
sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
(2) dibakar (inceneration) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar
didalam
tungku pembakaran (incenerator).
(3) dijadikan pupuk (composting) yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk
(kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan
sampah lain yang dapat membusuk. Di daerah pedesaan hal ini sudah biasa
sedangkan di daerah perkotaan hal ini perlu dibudayakan. Apabila setiap
rumahtangga dibiasakan untuk memisahkan sampah organik dengan anorganik
kemudian sampah organik diolah menjadi pupuk tanaman, dapat dijual atau dipakai
sendiri. Sedangkan sampah anorganik dibuang dan akan segera dipungut oleh para
pemulung. Dengan demikian masalah sampah akan berkurang Pengelolaan sampah
merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:
 Mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis, atau
 Mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi
lingkungan hidup.
Terdapat perbedaan tentang pengelolaan sampah, tergantung dari jenis sampah itu
sendiri.
Cara-cara pengelolaan sampah
1. Daur-ulang
Mendaur ulang sampah dengan memanfaatkan sampah yang sudah tidak
terpakai lagi menjadi bahan atau barang barang berharga misalnya samaph
pelastik yang dikumpulkan kemudaian diolah dan dijadikan biji biji pelastik,
sampah kertas yang bisa diolah kembali menjadi bubur kertas dan kemudian
dibuat kertas kembali, sampah bekas botol botol pelastik yang dapat
dimanfaatkan sebagai media atau pot tanaman. Untuk mendaur ulang sampah
perlu diperhatikan jenis jenis sampah yang dapat di daur ulang.
2. Pengkomposan
Proses pengomposan adalah proses pembusukan atau dokomposisi sampah
organic yang diubah menajadi kompos yang fungsinya sebagai pupuk tanaman
agar tanaman mendapat nutrisi dari kompos karna kompos sendiri mengandung
unsur hara yang sangat tinggi. Mengolah sampah organic seperti sampah
sayuran, sampah buah buahan, sampah daun daunan dari pekarangan rumah, dan
sampah bekas makanan dapat didaur ulang untuk proses pengomposan, proses
pengomposan ini terbilang sangat efektif dan murah sehingga pengaplikasiannya
dapat diaplikasikan oleh kalangan masyarakat, atau rumah tangga.berikut ini
tahap tahap dalam pembuatan kompos :
a) Pemisahan benda benda yang tdak dapat dipakai sebagai pupuk seperti:
pecahan gelas, kaca, kaleng besi pelastik dan sebagainya
b) Penghancuran sampah menjadi partikel partikel yang lebih kecil minimal
ukuran 5 cm
c) Pencampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon dan nitrogen
yang paling baik adalah rasio C:N=1:30
d) Penempatan sampah dalam galian tanah tidak begitu dalam sampah
dibiarkan terbuka agar menjadi proses aerobic
e) Pembolak balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar pupuk dapat
berbentuk dengan baik.

3. Pengurugan sampah
Pengurugan sampah biasanya sampah yang sudah terkumpul di kubur kedalam
lubang tanah.

Untuk mengelola sampah dibutuhkan sejumlah tenaga jumlah dan kualitas tenaga
sehingga pada pengelolaan nya perlu diperhatikan sebagai contoh pengelolaan
sampah di lingkungan tingkat RW di lingkungan Masyarakat :
1. Peralatan
Alat alat yang digunakan dalam pengelolaan sampah adalah sapu, pengki
cangkul skop, truk pemadat, dan lain lain. Disamping itu juga diperlukan alat
pelindung diri seperti masker, sarung tangan, topi, baju kerja, sepatu dank aca
mata bila perlu digunakan.
2. Biaya
Setiap pelaksanaan pengelolaan sampah yang dilakukan secara kelompok atau
perwilayah biasanya terdapat alokasi biaya yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut
1) Honor/ gaji petugas pengangkut sampah
2) Pembelian alat alat
3) Biaya operasi/bahan bakar dan pemeliharaan alat alat
4) Pembelian tanah untuk lokasi kantor tempat penampungan sementara, atau
bak sampah serta tempat pembuangan
5) Biaya lain lain
Dalam mengelola sampah ukuran volume sampah perlu diperhatikan dalam
pengukuran volume sampah satuan ukuran sampah yang dipakai adalah
m3/hari/orang/hari dalam pelaksanaan sehari hari sering alat ukuran volume
diterapkan langsung pada alat alat pengumpul dan pengangkut sampah misalnya bak
penampung dengan volue 60 liter atau vvolume truk 12 m3. Dengan mengetahui
volume sampah peralat angkut dan jumlah rate angkutan volume produksi sam[ah
keseluruhan dapat diketahui. Perbandungan produksi sampah antar daerah sulit
dilakukan Karen afaktor factor berikut ini :
a. Jenis dan komposisi sampah yang berada antara daerah yang satu dengan daerah
yang lainnya
b. Cara pengisisan alat ukur penampung dan alat pengangkut sampah yang
berbeda apakah dengan didapatkan atau tidak
Untuk mengelola sampah dibutuhkan sejumlah tenaga jumlah dan kualitas tenaga
sehingga pada pengelolaan nya perlu diperhatikan sebagai contoh pengelolaan
sampah di lingkungan tingkat RW di lingkungan Masyarakat : Di Indonesia
umumnya menerapkan satuan volume. Penggunaan satuan volume dapat
menimbulkan kesalahan dalam interpretasi karena terdapat faktor kompaksi yang
harus diperhitungkan. Sebagai ilustrasi, 10 unit wadah yang berisi air masing-
masing 100 liter, bila air tersebut disatukan dalam wadah yang besar, maka akan
tetap berisi 1000 liter air. Namun 10 unit wadah yang berisi sampah 100 liter, bila
sampah tersebut disatukan dalam sebuah wadah, maka volume sampah akan
berkurang karena mengalami kompaksi. Berat sampah akan tetap. Terdapat faktor
kompaksi yaitu densitas. Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang
maupun di masa mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan, dan
pengkajian sistem pengelolaan persampahan. Prakiraan timbulan sampah akan
merupakan langkah awal yang biasa dilakukan dalam pengelolaan persampahan.
Bagi kota-kota di negara berkembang, dalam hal mengkaji besaran timbulan
sampah, perlu diperhitungkan adanya faktor pendaurulangan sampah mulai dari
sumbernya sampai di TPA. Karena timbulan sampah dari sebuah kota sebagian
besar berasal dari rumah tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan
timbulan sampah tersebut dapat dianggap sudah meliputi sampah yang ditimbulkan
oleh setiap orang dalam berbagai kegiatan dan berbagai lokasi, baik saat di rumah,
jalan, pasar, hotel, taman, kantor dsb. Namun tambah besar sebuah kota, maka
tambah mengecil porsi sampah dari permukiman, dan tambah membesar porsi
sampah non-permukiman, sehingga asumsi tersebut di atas perlu penyesuaian,
seperti contoh di bawah ini:
1) Jumlah penduduk sebuah kota = 1 juta orang. Bila satuan timbulan sampah = 2,5
L/orang/hari atau 0,5 kg/orang/hari, maka jumlah sampah dari permukiman
adalah = (2,5x1.000.000/1000) m3 /hari = 2500 m3 /hari atau setara dengan 500
ton/hari. Bila jumlah sampah dari sektor non-permukiman dianggap = 1250
m3 /hari, atau setara dengan 250 ton/hari, maka total sampah yang dihasilkan
dari kota tersebut = 4000 m3 /hari, atau = 750 ton/hari. Bila dikonversi terhadap
total penduduk, maka kota tersebut dapat dinyatakan menghasilkan timbulan
sampah sebesar (4000 m3 /hari : 1 juta orang) atau = 4 L/orang/hari, yang
merupakan satuan timbulan ekivalensi penduduk.
2) Menurut SNI 19-3964-1994 [18], bila pengamatan lapangan belum tersedia,
maka untuk menghitung besaran sistem, dapat digunakan angka timbulan
sampah sebagai berikut:
- Satuan timbulan sampah kota besar = 2 – 2,5 L/orang/hari, atau = 0,4 – 0,5
kg/orang/hari.
- Satuan timbulan sampah kota sedang/kecil = 1,5 – 2 L/orang/hari, atau = 0,3
– 0,4 kg/orang/hari.
Dibawah ini merupakan cara analisa penggolongan individual komponen sampah
adalah sebagai berikut:

Judul Analisa Penggolongan Individual Komponen Sampah


Tujuan Untuk mengetahui komponen sampah yang paling tepat sehingga dapat
direhabilitasi atau di daur ulang
Lokas ( disesuaikan )
Alat dan - Alat
bahan 1. Meja sampah pemilih ( sortir table )
2. Box sampling
3. Timbangan
4. APD
5. Sapu lidi
- Bahan
Sampel sampah
Cara Kerja 1) Lakukan penstabilan timbangan
2) Siapkan sejumlah sampling sampah ( contoh sampah )
3) Siapkan sampling box ( kotak sampling ) dengan panjang 22 cm,
lebar 22 cm dan tinggi 52 cm. Kemudian timbang berat box
sampling ( kotak sampling )
4) Isi kotak sampling dengan contoh sampah, setiap pengisian 20
liter sampah dengan melakukan pengetrokan minimal 3 kali
setiap pengisian sampai kotak sampling penuh berisi sampah.
5) Pengetrokan kotak sampling dilakukan dengan cara mengangkat
box sampling setinggi 20 cm kemudian dijatuhkan secara bebas
dan dilakukan ditempat yang teduh.
6) Timbang keseluruhan berat box sampling sampah dan sampel
sampah yang akan diteliti. Kemudian hitung berat sampel
sampahnya serta hitung berat jenis sampahnya.
7) Jika volume bok sampah sudah penuh masukan ke dalam meja
sampah pemilih ( sortir table ) dengan ukuran panjang = 3 m,
Lebar = 1,5 m, dan tinggi = 1,2 m yang terbuat dari kawat
anyaman berlubang segi empat dengan ukuran 50 mm dan 10
mm
8) Lakukan pemisahan sampah sehingga sampah yang ukurannya <
50 mm akan lolos kebawah ( ukuran 10 mm ). Ukuran sampel
sampah yang > 50 mm yang tidak lolos selanjunya dipilih /
disortir individual komponen sampahnya.
9) Sampel sampah pada ayakan 10 mm diaduk sehingga sampah
yang ukurannya < 10 mm akan lolos ke bawah disebut innert
matter / sampah lembut
10) Sampel sampah yang tidak lolos pada ayakan diameter 10 mm
dipilih / disortir lagi individua komponen sampahnya.
11) Hitung persentase tiap – tiap individual komponen sampah, hasil
pemilihan dengan cara di timbang individual komponen
sampah : berat sampel sampah keseluruhan x 100%
12) Amati dan tentukan jenis sampah yang mempunyai berat sampah
paling tinggi
13) Tentukan upaya rehabilitasinya.

Hasil - Berat box sampling = 3.09 kg


- Tinggi box sampling = 52 cm
- Panjang box sampling = 22 cm
- Lebar box sampling = 22 cm

Volume box sampling =pxlxt


= 22 cm x 22 cm x 52 cm
= 25.168 cm3
= 25,168 liter
Berat keseluruhan box sampling sampah dan sample sampah adalah
4.35 kg
Berat sampel sampah = 4.35 – 3.09
= 1.26 kg

Berat jenis sampah = Berat sample sampah


Volume box sampling
= 1.26 kg
25.168
= 0.05 kg/liter
A. Hasil pemilahan individual komponen sampah > 50 mm
1. Kertas = 3.18 kg – 3.09 kg = 0.9 kg
2. Dus = 3.27 kg – 3.09 kg = 0.18 kg
3. Plastik tebal = 3.13 kg – 3.09 kg = 0.04 kg
4. Kresek = 3.14 kg– 3.09 kg = 0.05 kg
5. Plastik = 3.12 kg – 3.09 kg = 0.03 kg
6. Daun = 3.11 kg – 3.09 kg = 0.02 kg
7. Pecahan botol = 3.35 kg – 3.09 kg = 0.16 kg

B. Hasil pemilahan individual komponen sampah >10 mm


1. Kertas = 3.13 kg – 3.09 kg = 0.04 kg
2. Plastik kemasan makanan = 3.10 kg – 3.09 kg = 0.01
kg
3. Tissue = 3.13 kg – 3.09 kg = 0.04 kg
4. Plastik = 3.10 kg – 3.09 kg = 0.01kg
5. Pecahan Botol = 3.16 kg – 3.09 kg = 0.07 kg
6. Botol = 3.11 kg – 3.09 kg = 0.02 kg
7. Biji – bijian = 3.31 kg – 3.09 kg = 0.22 kg

C. Persentasi Individual Komponen sampah > 50 mm


1. Kertas = 0.9 kg x 100% = 71.43 %
1,26 kg
2. Dus = 0.18 kg x 100% = 14.28 %
1,26 kg

3. Plastik tebal = 0.04 kg x 100% = 3.174 %


1,26 kg

4. Kresek = 0.05 kg x 100% = 3.97 %


1,26 kg

5. Plastik = 0.03 kg x 100% = 2.38 %


1,26 kg

6. Daun = 0.02 kg x 100% = 1.59 %


1,26 kg

7. Pecahan botol = 0.16 kg x 100% = 12.69 %


1,26 kg

D. Persentasi Individual Komponen Sampah > 10 mm


1. Kertas = 0.04 kg x 100 % =
3.174 %
1.26 kg

2. Plastik kemasan makanan = 0.01 kg x 100 % = 0.79


%
1.26 kg

3. Tissue = 0.04 kg x 100 % = 3.174 %


1.26 kg

4. Plastik = 0.01 kg x 100 % = 0.79 %


1.26 kg

5. Pecahan Botol = 0.07 kg x 100 % = 5.55 %


1.26 kg

6. Botol = 0.02 kg x 100 % = 1.59 %


1.26 kg

7. Biji – bijian = 0.22 kg x 100 % = 17.46 %


1.26 kg

Kesimpulan Dari hasil persentase Individual komponen sampah terdapat berat


sampah yang paling tinggi dari jenis kertas yaitu 71.43 % dan perlu
dilakukan rehabilitasi dengan cara kertas dihancurkan kemudian di
buat menjadi celengan atau di buat kembali menjadi kertas.
BAB 5
MANAJEMEN PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN

f. Pengertian Makanan dan Minuman


Penyehatan makanan dan minuman adalah ,…

g. Pengelolaan Makanan dan Minuman


Hygiene Sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan,
orang,tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat
menimbulkan penyakit, dalam hal pngelolaan makanan dan minuman yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut
h. Manajemen HACCP ( Hazard Analysis Critical Point )
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) merupakan suatu alat (tools)
yang di gunakan untuk menilai tingkat bahaya, menduga perkiraan resiko dan
menetapkan ukuran yang tepat dalam pengawasan dengan menitikberatkan pada
pencegahan dan pengendalian proses pengujian proses akhir yang
biasanya di lakukan dengan cara pengawasan tradisional. Hazard Analysis adalah
analisis bahaya atau kemungkianan adanya resiko bahaya yang tidak dapat di
terima. Bahaya disini adalah segala macam aspek mata rantai produksi pangan
yang tidak dapat diterima karena merupakan penyebab masalah keamanan
pangan. Bahaya tersebut meliputi (Suklan, 1998):
1. Keberadaan yang tidak di kehendaki dari pencemar biologis, kimiawi atau
fisik

pada bahan mentah

2. Pertumbuhan atau kelangsungan hidup mikroorganisme dan hasil


perubahan kimiawi yang tidak dikehendaki misalnya nitrosamin pada produk
antara atau jadi atau pada lingkungan produksi; dan
3. Kontaminasi atau kontaminasi ulang (cross contamination), pada produk
antara

jadi, atau pada lingkungan produksi.

Critical control point CCP atau titik kendali kritis adalah langkah dimana
pengendalian dapat di terapkan dan di perlukan untuk mencegah atau
menghilangkan bahaya atau menguranginya sampai titik aman (Thaher, 1995).
i. Instrumen Penilaian Sanitasi Rumah Makan
Dibawah ini adalah instrument penilaian sanitasi rumah makan menurut permen
NOMOR:1098/MENKES/SK/VII/2003 adalah sebagai berikut:

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN


RESTORAN
1. Nama rumah makan/restoran : …………………………………….
2. Alamat : …………………………………….
3. NamaPengusaha/penanggungjawab : …………………………………….
4. Jumlah karyawan : ………...……………………orang
5. Jumlah penjamah makanan : …….………………………..orang
6. Nomor izin usaha : .……………………………………
7. Nama pemeriksa : ….…………………………………

Cara pengisian :
a) Kolom 3, beri tanda lingkaran Θ pada salah satu nilai yang paling
sesuai dengan petunjuk dan penilaian RM.
b) Kolom 4, adalah hasil perkalian kolom 2 dengan nilai yang dipilih
pada kolom 3.
c) Nilai 0, adalah wujud fisik sarana tidak ada.
d) Batas skore tingkat mutu/laik hygiene sanitasi minimal 700.

Variabel Bobot Nilai Skore


1 2 3 4
A. Lokasi dan Bangunan
1. Lokasi 2 4, 6, 10
2. Bangunan 2 2, 4, 6, 8, 10
3. Pembagian ruang 1 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
4. Lantai 0,5 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
5. Dinding 0,5 0, 4, 6, 7, 10
6. Ventilasi 1 2, 3, 5, 7, 8, 10
7. Pencahayaan/penerangan 1 2, 3, 5, 7, 8, 10
8. Atap 0,5 2, 3, 5, 7, 8, 10
9. Langit-langit 0,5 0, 2, 4, 6, 8, 10
10. Pintu 1 0, 3, 4, 6, 7, 10

B. Fasilitas Sanitasi
11. Air bersih 3 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
12. Pembuangan air limbah 2 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
13. Toilet 1 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
14. Tempat sampah 2 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
15. Tempat cuci tangan 2 0, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10
16. Tempat mencuci peralatan 1 0, 2, 4, 6, 8, 10
17. Tempat mencuci bahan makanan 1 0, 2, 3, 5, 7, 8, 10
18. Locker karyawan 1 0, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10
PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR RM.2
1. Untuk tiap variabel yang diperiksa, diberikan nilai sesuai dengan keadaan
kualitas variabel.
2. Nilai setiap variabel ditunjukkan dengan memberikan tanda lingkaran pada salah
satu angka kolom nilai yang paling sesuai menurut hasil pengamatan pemeriksa.
3. Angka nilai yang paling sesuai merupakan hasil penjumlahan nilai dari
beberapa komponen yang memenuhi syarat.
Contoh :

No Variabel Bobot Nilai Skore


2. Bangunan 2 2, 4, 6, 8, 10 16

Untuk variabel nomor 2 yaitu : bangunan dengan angka nilai ialah = 2, 4, 6, 8, 10.
Angka nilai 8 adalah yang paling sesuai. Angka ini merupakan penjumlahan
komponen a, b, dan c yang terdapat pada kolom nilai yang memenuhi syarat.

4. Skore diperoleh dengan cara : bobot x nilai.


Sebagaimana contoh di atas, maka skore bangunan : 2 x 8 = 16
Skore seluruh variabel > 700 termasuk uji laboratorium.

5. Batas laik hygiene sanitasi rumah makan dan restoran adalah bila jumlah skore
seluruh variabel > 700 termasuk uji laboratorium.

6. Uraian detail setiap variabel

N Variabel Komponen yang dinilai Besa


o r

A. Lokasi & bangunan


1. Lokasi a. Tidak berada pada arah angin 6
dari sumber pencemaran debu, asap,
bau dan cemaran lainnya.
b. Tidak berada pada jarak < 100
meter dari sumber pencemaran 4
debu, asap, bau dan cemaran
2. Bangunan a. Terpisah dengan tempat tinggal 4
termasuk tempat tidur
b. Kokoh/kuat/ permanen
c. Rapat Serangga 2
d. Rapat tikus 2
2
3. Pembagian ruang a. Terdiri dari dapur dan ruang 4
makanan. 2
b. Ada toilet/jamban 1
c. Ada gudang bahan makanan 1
d. Ada ruang karyawan 1
e. Ada ruang administrasi 1
f. Ada gudang peralatan

4. Lantai a. Bersih 4
b. Kedap air c. Tidak licin d. Rata 2
e. Kering f. Konus 1
1
1
1

5. Dinding a. Kedap air 4


b. Rata 3
c. Bersih 3
6. Ventilasi a. Tersedia dan berfungsi baik 5
b. Menghilangkan bau tak enak 3
c. Cukup menjamin rasa nyaman 2
7. Pencahayaan/penerangan a. Tersebar merata di setiap ruangan 5
b. Intensitas cahaya 10 fc c. Tidak 3
menyilaukan 2

8. Atap a. Tidak menjadi sarang tikus dan 5


serangga 3
b. Tidak bocor 2
9. Langit-langit a. Tinggi minimal 2,4 meter 4
b. Rata dan bersih 4
c. Tidak terdapat lubang-lubang 2

10 Pintu a. Rapat serangga dan tikus 4


. b. Menutup dengan baik dan membuka 3
arah luar
c. Terbuat dari bahan yang kuat dan
mudah dibersihkan 3
B. Fasilitas sanitasi
11 Air bersih a. Jumlah mencukupi 5
. b. Tidak berbau, tidak berasa dan 2
tidak berwarna
c. Angka kuman tidak melebihi nilai
ambang batas. 2
d. Kadar bahan kimia tidak melebihi
nilai ambang batas.
1

12 Pembuangan air limbah a. Air limbah mengalir dengan lancar. 3


. b. Terdapat grease trap. c. Saluran 3
kedap air. 2
d. Saluran tertutup 2

13 Toilet a. Bersih 3
. b. Letaknya tidak berhubungan 2
langsung dengan dapur atau ruang makan
c. Tersedia air bersih yang cukup
d. Tersedia sabun dan alat pengering 2
e. Toilet untuk pria terpisah dengan 2
wanita 1

14 Tempat sampah a. Sampah diangkut tiap 24 jam 4


. b. Di setiap ruang penghasil 3
sampah tersedia tempat sampah.
c. Dibuat dari bahan kedap air
dan mempunyai tutup 2
d. Kapasitas tempat sampah terangkat
oleh
1

15 Tempat cuci tangan a. Tersedia air cuci tangan yang 5


. mencukupi 3
b. Tersedia sabun/detergent dan
alat pengering/lap
c. Jumlahnya cukup untuk pengunjung 2
dan karyawan
16 Tempat mencuci peralatan a. Tersedia air dingin yang cukup 2
. memadai 2
b. Tersedia air panas yang cukup 2
memadai
c. Terbuat dari bahan yang kuat, aman
dan halus. 4
d. Terdiri dari tiga bilik/bak pencuci

17 Tempat pencuci a. Tersedia air pencuci yang cukup 5


. bahan b. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, 3
makanan dan halus
c. Air pencuci yang dipakai
mengandung larutan cuci hama 2

18 Locker karyawan a. Tersedia locker karyawan dari 2


. bahan
yang kuat, mudah dibersihkan, dan
mempunyai tutup rapat.
b. Jumlahnya cukup. 3
c. Letak locker dalam ruang tersendiri. 3
d. Locker untuk karyawan pria 2
terpisah dengan locker untuk wanita.

19 Peralatan a. Setiap lubang ventilasi dipasag 3


. pencegah kawat
masuknya serangga kassa serangga.
dan tikus b. Setiap lubang ventilasi dipasang 2
terali tikus.
c. Persilangan pipa dan dinding
tertutup rapat. 2
d. Tempat tandon air mempunyai tutup
dan bebas jentik nyamuk
3
C. Dapur, ruang makan
dan
gudang bahan makanan
20 Dapur a. Bersih 3
. b. Ada fasilitas penyimpanan 2
makanan
(kulkas, freezer).
c. Tersedia fasilitas 2
penyimpananmakanan panas (thermos
panas, kompor panas, heater)
d. Ukuran dapur cukup memadai
e. Ada cungkup dan cerobong asap 1
f. Terpasang tulisan pesan-pesan 1
hygiene bagi penjamah/karyawan 1

21 Ruang makan a. Perlengkapan ruang makan selalu 3


. bersih. 2
b. Ukuran ruang makan minimal 0,85
m2 per kursi tamu.
c. Pintu masuk buka tutup otomatis. 2
d. Tersedia fasilitas cuci tangan 2
yang memenuhi estetika.
e. Tempat peragaan makanan jadi
tertutup. 1

22 Gudang bahan makanan a. Tidak terdapat bahan lain selain 4


. bahan
makanan.
b. Tersedia rak-rak penempatan 2
bahan makanan sesuai dengan ketentuan
c. Kapasitas gudang cukup memadai d.
D. Bahan makanan Rapat serangga dan tikus 2
dan
makanan jadi
23 Bahan makanan a. Kondisi fisik bahan makanan 3
. dalam keadaan baik.
b. Angka kuman dan bahan kimia bahan
makanan memenuhi persyaratan yang 3
ditentukan.
c. Bahan makanan berasal dari
sumber resmi.
d. Bahan makanan kemasan terdaftar 2
pada
Depkes. RI.
2
24 Makanan jadi a. Kondisi fisik makanan jadi dalam 4
. keadaan
baik
b. Angka kuman dan bahan kimia 3
makanan jadi memenuhi
persyaratan yang ditentukan
c. Makanan jadi kemasan tidak ada
tanda- tanda kerusakan dan 3
terdaftar pada Depkes. RI

E. Pengolahan makanan
25 Proses pengolahan a. Tenaga pengolah memakai pakaian 5
. kerja dengan benar dan cara kerja yang
bersih.
b. Pengambilan makanan jadi 3
menggunakan alat yang khusus.
c. Menggunakan peralatan dengan
F. Tempat
penyimpanan
bahan makanan
dan makanan jadi
26 Penyimpanan a. Suhu dan kelembaban penyimpanan 3
. bahan makanan sesuai dengan persyaratan jenis
makanan.
b. Ketebalan penyimpanan sesuai dengan
persyaratan jenis makanan. 2
c. Penempatannya terpisah
dengan makanan jadi.
d. Tempatnya bersih dan terpelihara. 2
e. Disimpan dalam aturan sejenis
dan disusun dalam rak-rak.
2
1
27 Penyimpanan makanan a. Suhu dan waktu penyimpanan 6
. jadi dengan
persyaratan jenis makanan jadi. b. Cara
penyimpanan tertutup. 4

G. Penyajian makanan
28 Cara penyajian a. Suhu penyajian makanan hangat 3
. tidak
kurang dari 60oC
b. Pewadahan dan penjamah makanan 3
jadi menggunakan alat yang bersih.
c. Cara membawa dan menyajikan
makanan dengan tertutup. 2
d. Penyajian makanan harus pada
tempat yang bersih.
2

H. Peralatan
29 Ketentuan peralatan
. a. Cara pencucian, pengeringan dan 4
penyimpanan peralatan memenuhi
persyaratan agar selalu dalam keadaan
bersih sebelum digunakan.
b. Peralatan dalam keadaan baik dan
utuh. 2
c. Peralatan makan dan minum 2
tidak boleh mengandung angka kuman
yang melebihi nilai ambang batas yang
ditentukan.
d. Permukaan alat yang kontak langsung 1
dengan makanan tidak ada sudut mati
dan halus.
e. Peralatan yang kontak langsung
dengan 1
makanan tidak mengandung zat beracun.

I. Tenaga kerja
30 Pengetahuan/sertifikat a. Pemilik/pengusaha pernah mengikuti 2
. hygiene sanitasi makanan kursus/temu karya.
b. Supervisor pernah mengikuti kursus.
c. Semua penjamah makanan 2
pernah mengikuti kursus. 4
d. Salah seorang penjamah
pernah mengikuti kursus.
31 Pakaian kerja a. Bersih 3
. b. Tersedia pakaian kerja seragam 2 2
stel atau lebih.
c. Penggunaan khusus waktu kerja saja.
d. Lengkap dan rapi. 2
e. Tidak tersedia pakaian kerja seragam 3
0
32 Pemeriksaan kesehatan a. Karyawan/penjamah 6 bulan sekali 3
. check
up kesehatan.
b. Pernah divaksinasi chotypha/ thypoid. 2
c. Check up penyakit khusus. 1
d. Bila sakit tidak bekerja dan 2
berobat ke dokter.
e. Memiliki buku kesehatan karyawan.
2

33 Personal hygiene a. Setiap karyawan/penjamah makanan 3


. berperilaku bersih dan berpakaian rapi. b.
Setiap mau kerja cuci tangan.
c. Menutup mulut dengan sapu tangan 3
bila batuk-batuk atau bersin. 2
d. Menggunakan alat yang sesuai dan
bersih bila mengambil makanan.

j. Instrumen Penilaian Sanitasi Jasa Boga


UJI KELAIKAN FISIK
UNTUK HYGENE SANITASI MAKANAN JASA BOGA

Nama Perusahaan :
Nomor Pengusaha :
Nama Pemeriksa :
Alamat Perusahaan :
Tanggal Penilaian :

No Uraian Bobot X Score

LOKASI, BANGUNAN, FASILITAS

Halaman bersih, rapi, kering dan berjarak


sedikitnya 500 meter dari sarang
1. lalat/tempat pembuangan sampah, serta
tidak tercium bau busuk atau tidak sedap
yang berasal dari sumber pencemaran.

Kontruksi bangunan kuat, aman, terpelihara,


2. bersih dan bebas dari barang – barang yang
tidak berguna atau barang sisa

Lantai rapat, air, kering, terpelihara dan


3.
mudah dibersihkan.

Dinding, langit – langit dan


4. perlengkapannya dibuat dengan baik,
terpelihara dan bebas dari debu.
Bagian dinding yang kena percikan air
5. dilapisi bahan kedap air setinggi 2 ( dua )
meter.

Pintu dan jendela dibuat dengan baik dan


kyat. Pintu dibuat menutup sendiri,
membuka kedua arah dan dipasang alat
6.
penahan lantai dan bau – bauan. Pintu dapur
yang berhubungan keluar, membuka kearah
luar.

PENCAHAYAAN

Pencahayaan sesuai dengan kebutuhan dan


7. tidak menimbulkan bayangan. Kuat cahaya
sedikitnya 10 fc pada bidang kerja.

PENGHAWAAN

Ruang kerja maupun peralatan dilengkapi


8. dengan ventilasi yang baik sehingga
diperoleh kenyamanan dan sirkulasi udara.

AIR BERSIH

Sumber air bersih yang aman, jumlahnya


9.
cukup dan air bertekanan.

AIR KOTOR

Pembuangan air kotor dari dapur, kamar


10
mandi,WC dan air hujan lancar, baik dan
.
kering sekitar.

FASILITAS CUCI TANGAN DAN


TOILET

11 Jumlah cukup, nyaman dipakai dan mudah


. dibersihkan.

PEMBUANGAN SAMPAH

Tersedia bak/tong sampah yang cukup untuk


12 menampung sampah, dibuat anti lalat, tikus
. dan lapisi kantong plastik yang selalu
diangkat setiap kali penuh.

RUANGAN PENGOLAHAN MAKANAN

Tersedia luas lantai yang cukup untuk


13
pekerja pada bangunan yang terpisah dari
.
tempat tidur atau tempat cuci pakaian.
Keadaan ruangan bersih dari barang yang
14
tidak berguna. Barang tersebut disimpan rapi
.
di gudang.

KARYAWAN

Semua karyawan yang bekerja bebas dari


15 penyakit infeksi, penyakit kulit, bisul, luka
. terbuka dan infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA)

Tangan selalu dicuci bersih, kuku dipotong


16
pendek, bebas kosmetik dan perilaku yang
.
hygienis.

17 Pakaian kerja, dalam keadaan bersih, rambut


. pendek dan tubuh bebas dari perhiasan.

MAKANAN

18 Sumbernya, keutuhan dan tidak rusak.


.

19 Bahan yang terolah dalam wadah/kemasan


. asli, terdaftar, berlabel tidak kadaluwarsa.

PERLINDUNGAN MAKANAN

Penampungan makanan yang potensi


berbahaya pada suhu, cara dan waktu yang
20 memedai selama penyimpanan peracikan,
. persiapan penyajian dan pengangkutan
makanan serta melunakkan makanan beku
sebelum dimasak ( thawing ).

Penanganan makanan yang potensial


21
berbahaya karena tidak ditutup atau
.
disajikan ulang.

PERALATAN MAKAN DAN MASAK

Perlindungan terhadap peralatan makan dan


22 masak dan dalam cara pembersihan,
. penyimpanan, penggunaan dan
pemeliharaannya.

23 Alat makan dan masak yang sekali pakai


. tidak dipakai ulang.

Proses pencucian melalui tahapan mulai dari


24
pembersihan sisa makanan, perendaman,
.
pencucian, dan pembilasan.
LAIN – LAIN

Bahan racun/pestisida disimpan tersendiri


25 ditempat yang aman, terlindung,
. menggunakan label/tanda yang jelas untuk
digunakan.

Perlindungan terhadap serangga, tikus,


26
hewan peliharaan dan hewan pengganggu
.
lainnya.

JUMLAH

KHUSUS GOLONGAN A.1.

27 Ruang pengolahan makanan tidak dipakai


. sebagai ruang tidur.

28 Tersedia 1 (satu) buah lemari es (kulkas)


.

JUMLAH

KHUSUS GOLONGAN A.2

29 Pengeluaran asap dapur dilengkapi dengan


. alat pembuangan asap.

30 Fasilitas pencucian dibuat dengan tiga bak


. pencuci.

Tersedia kamar ganti pakaian dan dilengkapi


31
denagan tempat penyimpanan pakaian
.
( loker )

JUMLAH

KHUSUS GOLONGAN A.3.

32 Saluran pembuangan limbah dapur


. dilengkapi dengan grease trap.

Tempat memasak terpisah secara jelas


33
dengan tempat penyimpanan makanan
.
matang.

Lemari penyimpanan dingin dengan suhu


34
-50C dilengkapi dengan termometer
.
pengontrol.

35 Tersedia kendaraan pengangkutan makanan


. yang khusus.

JUMLAH
KHUSUS GOLONGAN B.

36 Sudut lantai dan dinding konus.


.

37 Tersedia ruang belajar.


.

38 Alat pembuangan asap dilengkapi filter


.

39 Dilengkapi dengan saluran air panas untuk


. pencucian.

40 Lemari pendinginan dapat mencapai suhu


. -100C

JUMLAH

KHUSUS GOLONGAN C.

41 Ventilasi dilengkapi dengan alat pengaturan


. suhu

42 Air kran bertekanan 15 psi


.

Lemari penyimpanan dingin tersedia untuk


43
tiap jenis bahan dengan suhu yang sesuai
.
kebutuhan.

44 Rak pembawa makanan/alat dilengkapi


. dengan roda penggerak.

JUMLAH
BAB 6
MANAJEMEN PENGENDALIAN VEKTOR

a. Pengertian Pengendalian Vektor

Pengendaian vector penyakit menjadi prioritas dalam upaya pengendalian penyakit


karena potensi untuk menularkan penyakit sangat besar, seperti lalat, nyamuk, tikus
dan serangga lainnya . kegiatan pengendalian vector dapat berupa penyemprotan,
biological control, pemusnahan sarang nyamuk dan perbaikan lingkungan.
Setiap tahunnya ratusan juta kasus yang disebabkan oleh serangga siput binatang
menggerak khususnya tikus menimbulkan tantangan kesehatan masyarakat secara
global penyakit karena vector bone diseases disadari berskisar sebanyak 17%, sebagai
prakiraan global dari infeksi infeksi. Penyakit yang umumnya ditularkan melalui vector
penyakit hospes intermedier termasuk DBD, Filariasis, Japanese encephalitis, malaria
dimana penyakit ini disebabkan oleh nyamuk , sehingga pengendalian vector penyakit
ini sangat penting, untuk memutuskan mata rantai suatu penyakit.
1. Menurunkan populasi vector serendah mungkin secara cepat sehingga
keberadaanya tidak lagi beresiko untuk terjadinya penularan penyakit
disuatu wilayah
2. Menghindari kontak dengan vector atau binantang pengganggu sehingga
penularan penyakit tidak terjadi
3. Menimalkan gannguan yang disebabkan oleh binatang atau serangga
pengganggu.
Kegiatan pengendalian vector dan bianatang pengganggu :
- Survey cepat
- Metode pengendalian.
Pengendalian vector dilakukan dari cara yang paling sederhana seperti perlindungan
personal dan perbaikan rumah sampai pada langkah langgkah yang lebih kompleks
yang membutuhkann partisipasi dari para ahli pengendalian dapat diklasifiaksikan
sebagai berikut :
a. Pengendalian lingkungan breeding mengubah situs dengan mengeringkan
atau mengisi situs, pembuangan sampah secara teratur menjaga tempat
penampungan menjadi bersih.
b. Pengendalian secara mekanis
- Menggunakan organisme hidup untuk pengendalian larva seerti ikan
yang makan larva ( misalnya : nila, ikan mas hias, guppies ).
- Bakteri yang menghasilkan racun terhadap kesehatan
- Pakis yang mengambang bebas yang mencegah pembiakan dari lain
lain.
c. Pengendalian kimiaawi
- Penggunaan repellants
Banyak masyarakat terbiasa menggunakan berbagai bahan sebagai repellents ini efektif
dan tidak berbahaya mereka dianjurkan untuk menggunakannya dalam situasi darurat
dan hal ini sebenarnya sudah umum pada sebagian masyarakat untuk memakai
repellants yang terbukti manfaatnya.
- Insektisida untuk penyemprotan ( dikhususkan untuk vector dewasa )
- Larvacides untuk pengendalian larva.
b. Pengendalian Binatang Pengganggu Tikus
tikus dan mencit adalah hewan ( rodensia ) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman
pertanian , perusak barang digudang dan hewan pengganggu yang menjijikan
diperumahan. Belum banyak diketahui atau disadari bahwa kelompok hewan ini juga
membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada manuasia, hewan
ternak dan hewan peliharaan. Rodensia komensal yaitu rodensia yang hidup didekat
tempat hidup atau kegiatan manuasia ii perlu diperhatikan dalam penularan penyakit.
Penyakit yang ditularkan dapat disebabkan oleh infeksi dari berbagai agen penyakit
dari kelompok virus, rickettsia, bakteri, protozoa dan cacing. Penyakit tersebut dapat
ditularkan ke manusia melalui ludah, urin feces atau melalui gigitan dan ektoparasitnya
seperti pinjal. Tikus adalah binatang pengerat yang merugikan manusia terutama
karena merupakan salah satu binatang perusak didaerah pemukiman. Antara manusia
dengan tikus berlangsung hubungan saling mempengaruhi. Pokok persmasalahannya
adalah perjuangan untuk ekstensi, perebutan makanan dan penyebaran penyakit.
Dalam masalah kesehatan, tikus mempunyai andil dalam menularkan beberapa
penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu melalui
pengotoran makanan manusia dengan urine dan fecesnya, sedangkan secara tidak
langsung yaitu melalui pinjal dan tungau tikus. Penyakit yang ditimbulkan oleh tikus
disebut sebagai Rodent Borne Diseases. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh tikus
diantaranya adalah ; Penyakit Pes, Leptospiroses, Salmonelloses, Rat bite fever dan
Scrub typhus.
Dengan demikian kehadiran tikus disuatu wilayah dapat mempengaruhi kesejahteraan
hidup manusia. Hal ini akan tetap berlangsung karena walaupun tikus dianggap sebagai
musuh, tetapi dalam kenyataannya tikus tetap mendapat tempat, karena adanya tempat
tinggal manusia. Meskipun demikian tikus dapat menimbulkan beberapa masalah yaitu
masalah kesehatan, masalah knomi, maupun masalah gangguan (Nuissancee).
Bionic Tikus dan Klasifikasi tikus
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Sub kelas : Theria
Infra kelas : Eutheria
Ordo : Rodentia
Sub ordo : Myomorpha
Famili : Muridae
Sub famili : Murinae
Genus : Bandicota, Rattus, Mus
Spesies : Bandicota indica, Rattus norvegicus, Rattus – rattus diardii,
Rattus tiomanicus, Rattus argentiventer, Rattus exulans, Mus
Musculus, Mus caroli.
Dibawah ini merupakan Morfologi, habitat, susunan, ciri Identifikasi tikus secara
morfologi umum adalah sebagai berikut:
- Panjang kepala dan badan yaitu dari moncong sampai anus disebut Head
and Body ( H & B ).
- Panjang ekor yaitu dari anus sampai dengan ujung ekor disebut Tail ( T ).
- Panjang telapak kaki belakang mulai dari ujung tumit sampai dengan ujung
kuku disebut Hinh Foot ( HF ).
- Panjang telinga yaitu dari lakukan pada dasar telinga sampai dengan ujung
daun telinga disebut Ear ( E ).
- Panjang tengkorak tikus, mulai dari ujung tonjolan belakang sampai dengan
ujung tulang hidung disebut Skull ( SK ).
- Jumlah puting susu.
- Berapa pasang bagian putting susu bagian depan ditambah berapa pasang
putting susu dibagian belakang disebut Mamae ( M ).
- Membedakan tikus jantan dan betina Jantan : - tidak ada mamae., ada
scrotum, terlihat besar dan jelas.
- Betina : - ada mamae,toidak ada scrotum.
- Gigi – gerigi : 2 gigi seri tiap rahang.
- Gigi seri berbentuk pahat, selalu aus, dan perlu diasah.
- Gigi taring tidak ada.
- Antara gigi seri dan geraham terdapat celah tanpa gigi, disebut diastema.
- Diastema berfungsi agar bibir dapat bertemu dibelakang gigi seri sehingga
tikus
- dapat menggigit terus tanpa memakannya.
Ciri morfologi secara khusus.
a) Rattus – rattus diardii
• Mus rattus diardii
• Mus griseventer
Nama : Tikus rumah
Habitat : Hidup dirumah.
Tanda – tanda :
• Punggung warna coklat.
• Dada dan perut berwarna sawo matang, abu – abu.
• Ekor seluruhnya berwarna gelap atau hitam.
Morfologi :
• H & B : 125 – 205 mm
• T : 90 – 120 %
• HF : 31 – 39 mm
• E : 18 – 29 mm
• M : 2 + 3 = 10
b) Rattus tiomanicus
• Rattus jalorensis
• Rattus rattus neglectus
• Nus rattus rufescens
• Rattus rattus roenqi
• Rattus rattus alexandricus
Nama : Tikus pohon atau tikus kuning
Tanda – tanda :
• Punggung coklat.
• Dada, perut berwarna putih terang atau putih susu atau kekuningan.
• Warna punggung dan dada, perut jelas terlihat batasnya.
• Ekor semuanya berwarna gelap.
• Rambut lembut.
Habitat :
• Tidak terdapat dihutan.
• Hidup diladang – ladang yang ada pohonnya.
• Hama kelapa sawit.
Morfologi :
• H & B : 130 – 180 mm
• T : 85 – 100 %
• HF : 28 – 33 mm
• E : 17- 20 mm
• M : 2 + 3 = 10
4
c) Rattus argentiventer
• Epimys rattus argentiventer
• Mus rattus neglectus
• Mus rattus brevicaudatus
• Diama
Tanda – tanda :
• Punggung coklat.
• Rambut warna gelap dan terang ( berbintik ).
• Dada dan perut berwarna abu – abu.
• Ekor seluruhnya berwarna gelap.
Habitat : Sawah, tegalan dengan alang.
Morfologi :
• H & B : 145 – 210 mm
• T : 80 – 110 %
• HF : 28 – 33 mm
• E : 17 – 20 mm
• M : 3 + 3 = 12
d) Rattus norvegicus
• Rattus decumanus
• Mus norvegicus
Nama : Tikus got atau air.
Tanda – tanda :
• Punggung berwarna coklat.
• Dada dan perut berwarna abu – abu.
• Ekor berwarna gelap pada bagian atas dan berwarna pucat pada bagian bawah,
sehingga dua warna bercampur pada sisi ekor.
Habitat : Di got dan pelabuhan.
Morfologi :
• H &B : 140 – 240 mm
• T : 80 – 115 %
• HF : 32 – 45 mm
• E : 20 – 23 mm
• M : 3 + 3 = 10
e) Rattus exulans
• Rattus concolor
Nama : Tikus rumah kecil.
Tanda – tanda :
• punggung berwarna coklat.
• Dada dan perut berwarna abu – abu.
• Rambut lembut.
Habitat : Sering masuk rumah tetapi sarang diladang atau kebun yang
belum diolah.
Morfologi :
• H & B : 90 – 135 mm
• T : 90 – 110 %
• HF : 20 – 25 mm
• E : 14 – 17 mm
• M :2+2=8
f) Bandicota indica
• Wirok besar atau hitam.
Tanda – tanda :
• Bentuk seperti tikus.
• Rambut badan berwarna abu – abu gelap atau coklat.
• Rambut kasar.
• Ekor berwarna gelap semuanya.
Habitat : Umumnya didaerah persawahan.
6
Morfologi :
• H& B : 200 – 300 mm
• T : 80 – 105 %
• HF : 42 – 52 mm
• M : 3 + 3 = 10
g) Mus musculus
Nama : Tikus kecil.
Tanda – tanda :
• Rambut lembut.
• Bagian punggung berwarna abu – abu atau kecoklatan.
• Dada dan perut berwarna abu – abu.
• Ekor seluruhnya berwarna gelap.
Habitat : Dirumah dan sekitarnya.
Morfologi :
• H & B : 60 – 90 mm
• T : 90 – 120 %
• HF : 14 – 17 mm
• E : 11 – 12 mm
• M : 3 + 2 = 10
h) Mus caroli ( mencit ladang )
• Morfologi Kualitatif
 Tekstur tubuh lembut dan halus
 Bentuk hidung kerucut
 Bentuk badan slindris
 Warna badan bagian punggung cokelat kelabu
 Warna badan bagian perut putih kelabu
 Warna ekor bagian atas dan bagian bawah cokelat hitam
 Habitat pada sawah , ladang
• Morfologi kuantitatif
 Bobot tubuh antara 30 - 85 gram
 Panjang kepala dan badan antara 55 - 100 mm
 Panjang ekor antara 45 - 90 mm
 Panjang total antara 100 - 190 mm
 Lebar daun telinga antara 9 - 12 mm
 Panjang telapak kaki belakang 12 - 18 mm
 Lebar gigi pengerat 1,5 mm
 Jumlah puting susu 5 ( 3+2 )
Sifat, dan perilaku umum
Kemampuan panca indera Vision ( penglihatan )
- Tidak berkembang dengan baik dan buta warna, semua terlihat berwarna
kelabu.
- Peka terhadap cahaya sehingga dapat melihat benda dalam keadaan remang
– remang : 10 meter untuk tikus dan 15 meter untuk mencit.
- Tertarik dengan warna kuning dan hijau terang, yang sebagai warna kelabu.
- Warna merah memudahkan untuk mengendalikan tikus.
Smell ( penciuman )
- Sangat baik terlihat sering menggerakkan kepala dan berdengus bila
membau pakan atau musuh.
- Berguna untuk mencium urine dan sekresi genitalia tikus betina yang
sedang birahi dan mencari makan.
- Dapat dimanfaatkan untuk menarik atau mengusir tikus dalam penggunaan
umpan ( senyawa kimia yang berbau mirip sekresi birahi tikus betina ).
Hearing ( pendengaran ).
- Sangat baik mempunyai dua puncak pendengaran:
- frekuensi 40 khz untuk tikus
- frekuensi 20 khz untuk mencit.
- Suara ultrasonic 100 khz untuk tikus.
- Suara ultrasonic 90 khz untuk mencit.
- Suara digunakan untuk komunikasi pada saat berhubungan sex atau
berkelahi.
- Anak tikus umur 5 – 15 hari, frekuensi suaranya 40 – 65 khz bila
kehilangan induk atau ingin menyusui atau kedinginan.
- Dapat mengusir tikus dengan bantuan suara ultrasonic.
Taste (perasa )
- Sangat baik, dapat membedakan rasa pahit, beracun dan rasa tidak enak.
- Dapat menolak umpan, baik makanan maupun minuman. Oleh karena itu,
umpan makanan sering tidak mematikan.
Touch ( peraba )
- Sangat baik, melalui bulu ditubuhnya dan kumis untuk menentukan arah
tanda bahaya didalam kegelapan.
- Kumis dan bulu berguna untuk mengendalikan gerak – gerik tikus.
Kemampuan fisik
- Digging ( menggali )
- Untuk tikus yang bersifat terrestrial ( tidak bisa memanjat, ekornya pendek,
telapak kakinya kecil dan halus ) mampu menggali sampai 50 cm.
- Untuk tikus R.norvegicus ( tikus riul ) bisa menggali sampai 200 cm.
Climbing ( memanjat )
- Untuk tikus R.tiomanicus ( tikus pohon ).
- Untuk tikus yang bersifat arboreal ( bisa memanjat, ekornya panjang,
telapak kakinya besar dan kasar ).
- Ekornya berguna sebagai alat keseimbangan pada waktu memanjat.
- Tikus dapat menjatuhkan diri dari ketinggian 15 meter.
Jumping ( melompat )
- Tikus dapat melompat vertical setinggi 60 – 90 cm.
- Rattus norvegicus ( riul ) bisa memanjat secara vertical sampai 77 cm dan
mencit 25 cm.
- Tikus dapat meloncat horizontal sejauh 120 – 240 cm.
- Rattus norvegicus ( riul ) dapat meloncat horizontal 240 cm.
Gnawing ( mengerat )
- Gigi tikus sangat panjang dan dapat tumbuh 10 – 13 cm pertahun.
- Tikus suka mengerat untuk mengasah giginya.
- Tikus dapat mengerat barang dengan kekerasan sampai 5,5 skala kekerasan
geologi.
- Bahan yang dikerat berupa kayu, bangunan, beton, aspal dan lain – lain.
- Untuk barier ( penghalang ) dipakai benda yang mempunyai kekerasan 5,5
skala kekerasa geologi.
Swimming dan diving ( berenang dan menyelam )
- Dapat berenang sejauh 80 meter dan sukar dibenamkan.
- Lamanya berenang 50 – 72 jam dengan suhu 35oC.
- Kecepatan berenang 1,4 km/jam ( tikus ).
- Kecepatan berenang 0,7 km/jam ( mencit ).
- Kemampuan menyelam 30 detik.
Movement ( pergerakan )
- Tikus selalu berjalan pada jalan yang sama ( thigmotaxis ).
- Jalannya tikus selalu searah dinding vertical dan horizontal.
- Pada saat kepepet dapat merubah kebiasaan jalan.
- Jarak tempuh ( home range ) 30 – 2—meter bila makanan cukup, dapat 700
meter bila tidak tersedia makanan.
- Pergerakan ditujukan untuk mencari makan, minum, hubungan sex dan
orientasi kawasan lingkungan sekitarnya.
- Pergerakan tikus berguna dalam meletakkan umpan tikus.
- Waktu makannya pada malam hari ( nocturnal ).
- Bila terlihat 1 ekor tikus berarti ada 20 – 30 ekor yang tidak tampak.
- Tikus dapat meninggalkan sarang 20 – 40 meter.
Faktor biologi
- Kegiatan tikus meningkat mulai umur 2 – 9 bulan.
- Aktivitas seksual dimulai umur 2 – 4 bulan.
- Masa kehamilan 21 – 23 hari.
- Satu kali proses beranak selesai 60 hari.
- Masa menyusui selama 4 minggu.
- Timbul birahi kembali dari setelah 24 – 48 jam.
- Dapat melahirkan sepanjang waktu tanpa mengenal musim sepanjang ada
makanan dan iklim stabil serta meningkat pada musim hujan.
- Satu beranak 3 – 12 ekor, ada yang sampai 16 ekor karena uterus mampu
menampug 18 ekor.
- Rata – rata 6 ekor sekali beranak.
- Selama hidup dapat melahirkan 3 – 6 kali.
- Umur hidup rata – rata 1 tahun.
- Bobot bayi tikus 4,5 – 6,5 gram.
- Telinganya membuka 3 – 6 hari.
- Matanya membuka 14 – 16 hari.
- Gigi seri bawah muncul 10 hari.
- Gigi seri atas muncul 11 hari.
Perilaku makan tikus adalah sebagai berikut :
- Tikus memakan segala makanan nabati maupun hewani ( omnivora ).
- Cenderung memakan serealia ( biji – bijian ) seperti padi, jagung dan
gandum.
- Kebutuhan makanan 10 % dari bobot tubuh untuk pakan kering atau 15 %
dari bobot tubuh untuk pakan basah.
- Kebutuhan air 15 – 30 ml per hari.
- Untuk mencit makannya 20 % dari bobot tubuh.
- Kebutuhan airnya 3 mil per hari.
- Dapat tidak makan selama 2 hari dan tidak minum selama 4 hari.
- Cara makannya dengan mencicipi sedikit, setelah tidak ada reaksi ( aman )
baru dihabiskan.
- Dalam pemberian umpan diberi umpan pembuka untuk memancing tikus
memakannya.
- Tikus mudah curiga ( neophobia ).
- Tikus haus dan lapar garakannya ceroboh sehingga mudah ditangkap
Tanda keberadaan tikus adalah sebagai berikut :
Ada beberapa tanda – tanda keberdaan tikus yang dapat digunakan untuk mengetahui
kehadiran tikus antara lain sebagai berikut :
Bekas Gigitannya
Bekas gigitan yang ditinggalkan tikus biasanya pada benda yang terbuat dari kayu atau
kain,, seperti pada pintu, jendela, atau bekas –bekas kain
Alur Jalan ( Run Ways )
Salah satu kebiasaan tikus adalah selalu senang memakai jalan yang sama ( jalan antara
sarang dan tempat mencari makanan ) dan biasanya berjalan searah dengan dinding
( baik veertikal maupun horizontal ). Pada umumnya bekas jalannya ( run way ) tikus
terlihat kotor dan berminyak
Lubang Terowongan ( Burrows )
Biasanya tikus membuat lubang – lubang yang berguna untuk jalan masuk kedalam
terowongan didalam tanah, baik dalam tanah yang terbuka, dekat timbunan sampah,
ditepi landasan, dekat gudang – gudang yang langsung didirikan diatas tanah maupun
di sepanjang tepi selokan. Salah satu contoh adalah tikus jenis Norway rat senang
membuat terowongan atau membuat lubang diberbagai tempat
Bekas Gesekan ( Rubmark )
Segala benda – benda yang tersentuh oleh tikus biasanya selalu kotor dan berminyak
Kotoran ( Dropping )
Keberadaan feses tikus dapat memberikan ciri apakah tikus tersebut masih terdapat
disekitar tempat itu atau sudah jauh. Biasanya dapat dilihat dari tanda – tanda kotoran
tikus tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. untuk kotoran yang baru bentuknya lembek, mengkilap dan pada umumnya
berwarna gelap
2. untuk kotoran yang sudah lama bersifat keras, kering, dan pada umumnya
berwarna abu – abu
Lampu ultraviolet dengan cahaya biruu putih dapat diguankan untuk mendeteksi
keberadaan urine tikus, aka tetapi dalam prakteknya hal ini masih sulit untuk
dilaksanakan.
Bekas Telapak ( Track Path )
Bekas kaki tikus dapat dilihat dengan jelas. Jejak kaki yang lama selalu tertutup debu.
Kaki belakang tikus mempunyai lima jari kaki, sedangkan kaki muka mempunyai
empat jari kaki. Jejak kaki belakang lebih nampak dari kaki depan sedangkan ibi jari
tidak nampak
Tikus Hidup Dan Tikus Mati ( Life And Death Rat )
Untuk dapat melihat tikus pada siang hari merupakan hal yang sulit karena merupakan
hewan yang aktif pada malam hari ( nocturnal ). Namun, jika populasi tikus sedang
tinggi pada siang hari pun dapat dijumpai tikus yang aktif mencari makan. Didalam
rumah kadang ditemukan tikus yang telah mati, disamping itu yang hidup yang sedang
berlari – lari di dalam rumah. Menunjukkan bahwa dalam rumah atau didaerah tesebut
terdapat tikus
Suara ( Voice ) Jika terdapat banyak tikus maka biasanya sering terdengar suara
berlari – lari dan mencicit diatas rumah, setelah hari gelap atau dikala mereka sedang
mencari makan didalam rumah
Sarang ( Nests )Sarang tikus terletak didalam lubang pada dinding pada pohon
dan tanaman lain.Salah satu hal yang paling sulit dalam mengendalikan tikus adalah
jika tikus tersebut bersarang didalam sumber pakannya, misalkan pakan pada karung –
karung serealia. Kehadiran tikus ditempat tersebut sudah dideteksi. Untuk mendeteksi
sarang tikus tersebut apakah masih dihuni atau tidak, dapat dilakukan dengan cara
menutupi semua pintu sarang tersebut dengan gundukan tanah.
Faktor yang mempengaruhi populasi tikus
Banyak hal yang mempengaruhi populasi tikus. Tetapi sebelum mengetahui
factor yang mempengaruhinya terlebih dahulu prinsip dasar dari tikus tersebut.
Prinsip dasar :
- Tikus kebiasaan menghuni berbagai bagian disekitar hunian manusia seperti
selokan, pertanian, sumber bahan makanan.
- Ada kemampuan untuk mendukung kehidupan tikus seperti tempat
bersembunyi, sumber makanan dan minuman.
- Untuk mengendalikan populasi tikus tentunya harus menghilangkan
suasana yang mendukung untuk kehidupan tikus.
Populasi tikus dipengaruhio oleh :
a) Population Forces.Kekuatan yang dapat menentukan kelahiran, kematian dan
perprndahan tikus dari daerah satu ke daerah lain.
b) Population Changers,Adanya keseimbangan antara angka kelahiran dan
kematian. Adanya persaingan sesama tikus dapat menyebabkan kematian dan
perpindahan tikus.
c) Faktor pembatas Lingkungan physic, air dan makanan, tempat sembunyi dan
iklim ( hangat dan lembab sangat disukai tikus ).Predasi dan parasitisme,
pengaruh predator ( pemangsa ) dan parasit seperti manusia, anjing, burung,
ular, kucing, dll. Parasitisme dilakukan bakteri riketsia spervekate, protozoa,
dan cacing.Persaingan : sesama tikus seperti tikus selokan dengan tikus atap.
Tikus yang paling dominant dapat memangsa dan menggeser tikus yang lemah.
d) Sanitasi lingkungan : sampah dan makanan merupakan tempat yang
mengundang tikus bila tidak ditangani dengan baik. Pengaturan perabot yang
rapih dan baik dapat mengurangi tempat persembunyian tikus.
Hubungan tikus dengan manusia
Tikus selalu menyertai manusia pada sebagian besar daerah didunia ini.
Kehadirannya disuatu wilayah banyak mempengaruhi kesejahteraan hidup manusia
karena dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan, ekonomi maupun masakah
gangguan.
Masalah kesehatan yang di timbulkan oleh tikus adalah sebagai berikut :
1. Penyakit Pes.
Disebabkan oleh Pasteurella pestis. Hewan penular penyakit ini adalah pinjal
Xenopsilla ceopis dan Pulax iritans. Hostnya adalah Rattus – rattus diardii.
2. Leptospirosis.
Penyebabnya adalah Leptospira. Didalam pinjal tikus, leptospira ini berkembang biak
dan dikeluarkan melalui urine dan akan tetap hidup beberapa waktu lamanya pada
tanah yang basah ataupun berair. Penularan terhadap manusia dapat terjadi melalui
selaput lendir ataupun melalui luka. Leptospirosis sering terjadi pada buruh – buruh
tambang, pekerja saluran air, dealer ikan dan unggas serta pekerja pemotong hewan.
3. Salmonelloses
Penyebabnya adalah Salmonella salmonelloses, merupakan penyakit akut saluran
pencernaan. Penyebarannya melalui pengotoran air dan makanan oleh kotoran tikus
yang didalamnya mengandung salmonella.
4. Rat Bite Fever
Penyebabnya Stretobacillus moniliformis. Bakterinya berada pada gusi beberapa tikus
dan ditularkan dari tikus kepada manusia dengan gigitannya.
5. Scrub thypus
Penyebabnya adalah Rickettsia orientalis. Perantaranya tungau Trombicula akumushi
dan Trombicula deliensis. Kedua jenis Trombicula tersebut pada stadium dewasa hidup
bebas ditanah. Bila Trombicula terkena rickettsia, maka penyebab penyakit ini akan
berkembang biak terbawa pada telur dan anak – anaknya. Larva yang baru menetas
dalam keadaan lapar ini dapat mencari penjamu baru, yang mungkin dapat kepada
manusia karena tidak menemukan tikus. Vektornya tikus Rattus – rattus diardii.
Masalah ekonomi
- Merusak barang – barang dan perabotan rumah tangga karena suka
menggigit untuk mengasah gigi – gigimya agar tetap tajam.
- Merusak bahan makanan dan bahan pakaian.
- Kualitas bahan atau barang – barang seperti pengotoran oleh kotoran tikus,
bulu dan urinenya.
- Dapat menimbulkan kebakaran yang disebabkan oleh kabel – kabel listrik
yang digigit.
- Menyebabkan susut bahan pangan.
Masalah gangguan ( Nuissance )
Tikus seringkali menimbulkan gangguan baik yang disebabkan oleh
bentuk fisiknya maupun oleh aktifitas yang dilakukannya. Gangguan yang ditimbulkan
oleh tikus diantaranya adalah gangguan pendengaran karena suaranya maupun oleh
suara yang dihasilkan oleh aktifitasnya. Pada waktu malam hari tikus atap sering
membuat gaduh pada atap – atap rumah sehingga bagi penghuni sedang beristirahat
akan merasa terganggu pendengarannya ( berisik ).
Dipandang dari segi keindahan, tikus dapat dianggap sebagai binatang
yang kotor dan menjijikkan, sehingga kehadiran tikus dilingkungan manusia dianggap
sebagai binatang yang tidak menarik. Bagi beberapa orang, tikus dapat pula
menimbulkan gangguan kejiwaan karena perasaan ngeri dan takut. Juga bau kencing
yang disebnabkan oleh kencing tikus seringkali menggangu indera penciuman.
Upaya Pengendalian
Perbaikan sanitasi lingkungan.
- Penyimpanan sampah ( storage of refuse )
- Sarana hendaknya cukup untuk menampung seluruh sampah 1 hari.
- Penyimpanan barang yang berguna ( storage of usable materials ).

- Disusun dengan benar dan rapih dan khusus. Bahan makanan hendaknya
dibungkus, dan diletakkan pada rak dengan ketinggian 30 – 45 cm dari
lantai.
- Bahan makanan hendaknya disimpan pada tempat tertutup.
- Penyusunan dirak hendaknya teratur, rapih, bersih agar tidak menjadi
tempat persembunyian tikus.
- Untuk bahan makanan hendaknya dibungkus dan disimpan pada tempat
tertutup atau container logam.
- Bagian tepi dekat dinding diberi cat putih selebar 15 cm untuk mengetahui
ada tidaknya kotoran tikus, bekas kaki,dll.
- Kebersihan dan pemeriksaan dilakukan secara teratur untuk menemuikan
perindukan tikus.
- Pengumpulan sampah ( collection of refuse )
- Pengumpulan sampah RT 2 X seminggu namun sebaiknya setiap hari untuk
menghindari keberadaan tikus dan lalat.
- Pembuangan sampah Cara pembuangan sampah dengan menimbun saniter (
sanitary land field ) dapat menghambat perkembangan populasi tikus.

Pembunuhan tikus
Cara pembunuhan tikus dapat dalaksanakan dan berdaya guna apabila dilakukan
sebagai berikut Sebelum dilakukan pembersihan atau kegiatan sanitasi lain nya untuk
mencegah perpindahan tikus.Sesudah pendebuan DDT 10 % atau insektisida lainnya
untuk menurunkan populasi tikus.Sesudah melakukan Rat proofing pada
bangunan.Segara untuk merangsang minat pengendalian tikus
dimasyarakat.Pembunuhan tikus akan berdaya guna bila disertai peningkatan sanitasi
lingkungan, sebab :
- Angka kelahiran tikus cukup tinggi.
- Harus berkesinambungan dan biaya mahal.
- Penggunaan racun terus menerus menyebabkan penolakan terhadap umpan.
Usaha pembunuhan tikus dilakukan dengan cara:
- Peracunan Biasanya dilakukan bersamaan dengan umpan sehingga disebut
pengumpan racun. Racun yang digunakan adalah :
Racun bekerja lambat: Golongan anti coagulan dan red squill ( walfarin, pivel fumarin,
dpiachinone dengadosis tunggal).Racun ini dimakan beberapa hari sebelum
menimbulkan keaktifan ( perdarahan dilambung tikus ).
Racun yang bekerja cepat:Racun ini dapat membunuh dalam beberapa jam, dan baik
dikerjakan pada lokasi yang banyak tikus. Sering menimbulkan keengganan pad tikus
untuk memakannya sehingga racun ini tidak dapat digunakan secara langsung dalam
wujud murninya, tapi harus zat pembawa seperti nasi, gandum, ikan. Dan untuk
merangsang dapat dicampur minyak kacang, gula tepung jagung, dll.

c. Pengendalian Vektor Lalat


Lalat merupakan salah satu arthropoda yang termasuk dalam ordo diptera, lalat juga
berperan sebagai vector yang memindahkan dan menyebarkan penyakit terutama
penyakit yang menyerang saluran pencernaan. Lalat ini memperoleh sumber penyakit
dari sampah – sampah atau tinja manusia. Untuk mengurangi penyebaran penyakit
yang diakibatkan oleh lalat Maka diperlukan upaya untuk pegendalian lalat.
Pengendalian adalah suatu upaya untuk menekan populasi lalat sampai batas yang
tidak membahayakan manusia. Dan sebelum melakukan upaya – upaya pengandalian
lalat maka terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang lalat mulai dari taksonomi,
morfologi siklus hidup, prilaku. Pengendalian lalat bisa dilakukan dengan cara
mekanik, biologi fisik dan kimia.
a) Morfologi Lalat Secara Umum
Tubuh lalat terdiri dari tiga bagian yaitu cephalon ( kepala ), Thorax ( dada ) dan
abdomen ( perut ), tiap bagian – bagian tersebut terdapat batas-batas yang jelas.
1. Kepala (cephalon), terdapat antenna, alat-alat mulut, mata majemuk ( facet) dan
mata tunggal (ocelli).
2. Dada (thorax), terdiri dari tiga segmen, yaitu prothorax, mesothorax dan
metathorax dengan masing-masing sepasang kaki, muka tengah dan belakang
kaki (enam kaki). Pada bagian mesothorax dan metathorax terdapat masing-
masing sepasang sayap dan terdapat sayap yang rudimeter. Kaki bersegmen
dari pangkal ujung terdiri dari : Coxa, trocanter, femur, tibia, tarsus dan
pretarsus. Sayap terdiri dari urat sayap (vein) dan sisik (wing scale). Urat-urat
terdiri dari costa, subcosta, radius, media, cubitus dan anal. Pada pinggir sayap
terdapat jumbai (frange).
3. Perut (abdomen), pada umumnya terdiri dari 10 – 11 segmen tanpa kaki.
Segmen ke 8, 9 dan 10 membentuk alat-alat genital (kelamin).
Badan serangga dilapisi oleh kulit yang keras yang dinamakan chitin (terbuat
dari zat kapur dan zat tanduk) yang berfungsi sebagai rangka luar (eksoskelet). Di
antara kulit-kulit yang keras dihubungkan dengan lapisan yang lunak atau lentur,
sehingga serangga dapat bergerak dengan bebas. Pada kulit terdapat sisik, rambut-
rambut dan duri-duri. Lapisan yang mengeras disebut sklerit yang terdiri dari :
- Bagian dorsal (punggung), disebut tergit
- Bagian ventral (dada), disebut sternit
- Bagian lateral (samping), disebut pleurit
b) Siklus Hidup Lalat
Lalat adalah insekta yang mempunyai metamorfosa yang sempurna dengan stadium
telur, larva, kepompong, dan stadium dewasa. Perkembangan lalat memerlukan waktu
antara 7 – 22 hari, tergantung dari suhu dan nutrisi yang tersedia. Lalat betina
umumnya dapat menhasilkan telur pada usia 4 – 8 hari dengan 75 – 150 butir sekali
bertelur. Semasa hidupnya, seekor lalat bertelur 5 – 6 kali.
1. Telur
Telur diletakan pada bahan-bahan organic yang lembab (sampah, kotoran binatang, dll)
pada tempat yang tidak langsung terkena sinar matahari. telur berwarna putih dan biasa
menetas setelah 8 – 30 jam, tergantung dari suhu sekitarnya.
2. Larva
Instar I : Telur yang jadi menetas, disebut instar I. berukuran panjang 2 mm,
berwarna putih, tidak bermata dan berkaki sangat reaktif dan ganas terhadap makanan,
setelah 1 – 4 hari melepas kulit dan keluar menjadi instar II.
Instar II : Ukuran besarnya 2 kali instar I, sesudah satu sampai beberapa hari,
kulit mengelupas menjadi instar III
Instar III : Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memakan waktu 3- 9
hari.
3. Pupa (Kepompong)
Pada masa ini, jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa. stadium
berlangsung 3 – 9 hari. Suhu yang disukai ± 35 0 C. Setalah stadium ini selesai, melalui
celah lingkaran pada bagian anterior keluar lalat muda.
Proses pematangan menjadi lalat dewasa ± 15 jam, dan setelah itu siap untuk
mengadakan perkawinan. Seluruh waktu yang diperlukan 7 – 22 hari. Tergantung pada
suhu setempat, kelembaban dan makanan yang tersedia. Umur lalat dewasa dapat
mencapai 2 – 4 minggu.
Sifat dan Perilaku Lalat Lalat mempunyai siafat dan perilaku, diantaranya :
1) Tertarik pada cahaya (fototrofik)
2) Suka hidup pada tempat yang kotor dan penciumannya sangat sensitive
terhadap bau.
3) Aktif mencari makan pada siang hari (diurnal)
4) Terjadi perkawinan pada hari kedua
5) Mulutnya tidak bisa menggigit / menusuk, tetapi hanya bisa menghisap
6) Bersarang di tempat yang gelap
7) Selalu hinggap pada benda yang berbentuk tajam / menyudut seperti kawat, tali
jemuran, dll.
8) Mulai bertelur pada umur 4 – 20 hari
9) Seekor lalat betina bertelur 4 -5 kali, sekali bertelur jumlahnya 100 – 120 butir.
Pola Hidup Lalat
1. Tempat Perindukan
Tempat yang disenangi lalat adalah tempat basah, benda-benda organic, tinja, sampah
basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk. Kotoran yang menumpuk secara
komulatif sangat disenangi oleh lalat larva lalat, sedangkan yang tercecer yang dipakai
sebagai tempat berkembang biak lalat.
2. Tempat Istirahat
Pada siang hari, bila lalat tidak mencari makan mereka akan beristirahat pada lantai,
dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik, serta tempat-
tempat dengan yang tepi tajam dan permukaannya vertical.
3. Biasanya tempet istiharat ini terletak berdekatan dengan tempat makanannya
atau tempat berkembang biaknya, biasanya terlindung dari angin. Tempat istirahat
tersebut biasanya tidak lebih dari 4,5 meter di atas permukaan tanah
4. Jarak Terbang
Jarak terbang sangat tergantung pada adanya makanan yang tersedia, rata-rata 6 – 9
km. Kadang-kadamg dapat mencapai 19 – 20 km dari tempat berkembang biak.

5. Kebiasaan Makan
Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari, dari makanan yang satu ke makanan yang
lain. Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan oleh manusia sehari-hari,
seperti gula, susu dan makanan lainnya, kotoran manusia serta darah. Sehubungan
dengan bentuk mulutnya, lalat hanya makan dalam bentuk cair atau makan yang basah,
sedangkan makanan yang kering dibasahi oleh ludahnya terlebih dahulu lalu dihisap.
6. Umur Lalat
Pada musim panas, berkisar antara 2 – 4 minggu. Sedangkan pada musim dingin bisa
mencapai 70 hari.
7. Temperatur
Lalat mulai terbang pada temperature 150C dari aktifitas optimumnya pada temperature
210C. Pada temperatur di bawah 7,50C tidak aktif dan diatas 450C terjadi kematian.
8. Kelembaban
Kelembaban erat kaitannya dengan temperature setempat.
9. Cahaya
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototrofik, yaitu menyukai cahaya. Pada
malam hari tidak aktif, namun dapat aktif dengan adanya sinar buatan.
c) Jenis Jenis Lalat
Lalat Rumah ( Musca domestica )
a. Taksonomi Lalat Rumah ( Musca domestica )
Kingdom : Animal
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Dipthera
Famili : Muscidae
Genus : Musca
Spesies : Musca domestica
b. Morfologi Tubuh Lalat Rumah ( Musca domestica )
Lalat rumah mempunyai ciri – ciri, yaitu sebagai berikut :
- Antenna mempunyai tiga segmen, mata terpisah
- Sayapnya mempunyai 4 longitudinal line yang jalan masuk ke atas sampai
garis longitudinal ke tiga (ujung)
- Pada thorax terdapat 4 garis hitam dan satu garis hitam medial pada
abdomen dorsal ( punggung )
- Pada abdomen punggung terdapat garis hitam medial
- Vein ke empat pada sayap berbentuk sudut
- Berukuran 5,5 – 7,5 mm
- Tubuh lalat jantan lebih kecil dari lalat betina
- Berwarna hitam kelabu
- Lalat rumah bersifat nonaquatik.
- Mulutnya tidak dapat dipakai menggigit atau menusuk tetapi hanya bisa
dipakai mengisap barang yang cair saja.
- Metamorposis sempurna
- Hidupnya cosmopolitan (ditemukan di sekitar rumah-rumah dekat dengan
sampah dan tempat-tempat kotor)
Siklus Hidup Lalat Rumah Musca domestica Selama dalam siklus hidupnya
lalat ini mempunyai empat stadium yaitu:
1. Stadium Telur
- Stadium ini lamanya 12 – 24 jam.
- Bentuk telur lonjong bulat dan berwarna putih,
- Besarnya telur 1 - 2 mm ( 0.8 – 1 ) telur
- Telur dikeluarkan oleh lalat betina sebanyak 150 – 200 butir
( 120 – 150 mm )
- Lamanya stadium ini dipengaruhi oleh panas dan kelembaban.
semakin panas maka semakin cepat dan sebaliknya. Suhunya 100C dan sinar
lembayung atau biru.
2. Stadium Larva
a) Stadium larva terdiri dari 3 tingkatan adalah sebagai berikut :
- Setelah keluar dari telur, belum banyak bergerak
- Tingkat dewasa, banyak bergerak
- Tingkat terakhir, tidak banyak bergerak
b) Bentuk larva bulat panjang dengan warna putih kekuning – kuningan,
keabu – abuan, mempunyai segmen sebanyak tiga belas dan panjangnya ±
8 mm ( 2 mm )
c) Larva selalu bergerak dan makan dari bahan – bahan organic yang
terdapat di sekitarnya.
d) Pada tingkat terakhir larva berpindah ke tempat yang kering dan sejuk
untuk berubah menjadi kepompong. Lamanya stadium ini 2 – 8 hari atau 2
- 5 hari tergantung temperatur sekitarnya.
e) Larva ini mudah terbunuh dengan temperature 370C
3. Stadium Pupa
- Lamanya stadium ini 2 – 8 hari ( 4- 5 hari ) tergantung
temperatur setempat
- Betuk bulat lonjong dengan warna coklat hitam.
- Stadium ini kurang bergerak ( tak bergerak sama sekali ).
- Panjangnya ± 5 mm ( 8 – 10 mm ).
- Mempunyai selaput luar yang keras yang disebut chitine.
- Dibagian depan terdapat spiracle yang disebut posterior
spiracle yang berguna untuk menentukan jenisnya.
4. Stadium Dewasa
- Stadium ini adalah satadium terakhir yang sudah berbentuk
serangga yaitu lalat.
- Dari stadium telur sampai stadium dewasa memakan waktu 7
hari atau lebih tergantung pada keadaan sekitar dan macam lalat
- Biasanya 8 – 20 hari ( 14 hari )
- Umur lalat dewasa antara 1 – 2 bulan ada juga yang 6 bulan
sampai 1 tahun.

Pola Hidup Lalat Rumah ( Musca domestica )


1. Cara Bertelur
- Masa bertelur 4 – 20 hari
- Seksual maturity 2 – 3 hari
- Pada umumnya perkawinan lalat terjadi pada hari kedua sampai ke 12 sesudah
keluar dari kepompong.
- Dua tiga hari kemudian sesudah kawin baru bertelur yang jumlahnya sekali
bertelur 100 – 150 butir .
- Dan setiap betina dapat bertelur 4 – 5 kali seumur hidupnya.
2. Cara Makan
- Makanan utama bagi lalat adalah benda – benda cair ( ada zat gula ) dan untuk
benda – benda yang keras di cairkan terlebih dahulu dengan air ludahnya
supaya bisa dihisap
- Pada waktu makan sering kali memuntahkan sebagian makanannya sehingga
memungkinkan untuk penyebaran kuman penyakit.
- Cara hinggap
- Lalat suka hinggap ditempat kotor seperti tanah, lantai, dan jarang sekali
hinggap didinding
- Pada siang hari yang panas sering hinggap ditempat yang sejuk oleh karena itu
rumah yang berada disekitar tempat pembuangan sampah paling banyak
terdapat lalat.
- Pada malam hari sering hinggap di semak belukar di luar rumah dan apabila
udara dingin akan berada di dalam rumah dan hinggap di tali – tali jemuran.
3. Cara Terbang
Lalat tidak suka terbang terus – menerus sehingga sering mampir menurut
penyelidikan jarang terbang pada daerah padat penduduknya tidak lebih dari ½ km
tetapi ada juga yang melaporkan lebih dari 20 km
4. Tempat Berkembang biak dan Istirahat
Tempat yang disenangi lalat untuk berkembang biak umumnya pada sampah basah,
kotoran manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan yang membusuk. Lalat rumah
beristirahat pada temperature tertentu. Pada siang hari, bila lalat tidak mencari makan
mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-
rumput, kawat listrik, serta tempat-tempat dengan tepi yang tajam dan permukaannya
vertical.
5. Umur Lalat Rumah
Umur lalat rumah tergantung pada nutrisi dan air yang tersedia. Selain itu, pada musim
panas umur lalat berkisar antara2 – 4 minggu, sedangkan pada musim dingin dapat
mencapai 70 hari.
6. Peranan Lalat Dalam Kesehatan
Lalat rumah dapat menularkan penyakit secara mekanik, karena dapat membawa
kuman-kuman penyakit melalui :
b. Kaki, buku-buku dan mulut bagian luar
c. Dalam alat pencernaan yang dikeluarkan dalam muntahan atau tinja.
Lalat rumah dikenal sebagai salah vector demam typhoid, disentri, anthrax dan
beberapa bentuk konjungtininas, tidak menggigit.
Lalat Buah ( Tephirini sp)
a. Taksonomi Lalat Buah ( Tephirini sp)
Kingdom : Animal
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Dipthera
Famili : Tephiritidae
Genus : Tephiritia
Spesies : Tephirini sp
b. Morfologi Lalat Buah ( Tephirini sp)
- Warna tubuhnya cerah dari kebanyakan mempunyai pola – pola warna
tertentu, seperti warna kuning, coklat tua, coklat merah, hitam dan abu –
abu.
- Kepala berbentuk bulat lonjong dan merupakan tempat melekatnya
antenna dan tiga ruas dan dapat di bedakan erdasarkan cirri lain yang
berupa bercak hitam pada bagian depan wajah atau warna tetentu pada
kepala.
- Ukuran lalat buah sedikit lebih besar dari pada lalat rumah
- Metamirfosis sempurna
- Rongga dada ( thorax ) mempunyai ciri khas tertentu yaitu berupa garis
kuning ditengah ( median ), garis pinggir ( lateral ) berwarna kuning
dimasing – masing sisi laterox-dorsal skutum. Dari arah dorsal tampak
warna dasar skutum yaitu hitam atau hitam keabu – abuan pada bagian
tertentu. Sayap lalat buah biasanya mempunyai bercak – bercak pada
bagian posterior. Bercak – bercak tersebut menutupi vena costa serta
sub costa serta vena – vena lainnya.
- Rongga perut ( Abdomen ) lalat buah kebanyakan berwarna coklat tua.
Meskipun demikian, ada beberapa jenis lalat buah yang abdomenya
berwarna hitam atau Abu – abu. Selain itu terdapat pekten yaitu
sekelompok bulu – bulu mirip sisir yang terdapat pada ternit ruas ke tiga
abdomen beberapa genus lalat buah jantan.Selain itu pada ternit ke lima
abdomen lalat buah terdapat sepasang bercak berbentuk bulat dengan
warna khas yang disebut ceromata.
c. Siklus Hidup Lalat Buah ( Tephirini sp)
a. Stadium telur
- Berwarna putih bening sampai kream, dan berubah menjadi lebih tua mendekati
saat menetas.
- Pada umunya telur berbentuk bulat lonjong seperti pisang dengan ujung
meruncing. Panjang telur lalat buah sekitar 1,2 mm dengan lebar 0,2 mm
tergantung spesiesnya.
- Telur diletakan di bawah kulit buah. tempat peletakan telur di tandai dengan
cekungan kecil berwarna gelap. Telur – telur tersebut akan terlihat apabila
cekungan kecil yang di belah dengan pisau diamati di bawah mikroskop.
- Induk lalat buah meletakan antara 2 – 15 butir setiap priode. Setiap lalat betina
mampu meletakan sekitar 800 butir telur selama masa peletakan telur. Telur
tersebut akan menetas kira – kira 2 hari setelah diletakan oleh induknya.
b. Stadium Larva
- Larva lalat buah mempunyai nama daerah sindat, singgat atau set.
- Larva berwarna putih kekuning – kuningan dengan panjang sekitaar 10 mm.
- Bagian depan tubuhnya meruncing lebih sempit daripada bagian belakang
tubuh yang membesar dan papak seperti teropong.
- Larva dapat begerak dengan bantuan beberapa kaki palsu yang berbentuk
tonjolan di bagian ventral tubuhya.
- Lalat buah melewati instar III dalam waktu antara 7 – 10 hari. Larva masak dan
siap berpupa memiliki kemampuan melompat, larva masak ini mempunyai
warna tubuh yang lebih gelap ( kuning tua ) dari pada instar sebelumnya.
- Selanjunya larva akan menjatuhkan diri kedalam tanah membentuk puparium
dari kulit larva terakhirnya dan berupa lalat berpupa di dalam tanah.
d. Stadium Pupa
- Pupa lalat buah berada di dalam puparium berbentuk tong dan berwarna
coklat tua.
- Perkembangan pupa membutuhkan waktu sekitar 18 hari dan lamanya sangat
dipengaruhi oleh kondisi tanah. Pada tanah yang lebih lembab dan aerasi baik,
perkembangan pupa membutuhkan waktu yang lebih singkat.
e. Stadium Lalat Dewasa
- Populasi lalat pada tempat ternaungi diperkirakan lebih tinggi
dari pada tempat yang tidak ternaungi, karena kondisi kelembaban yang lebih
tinggi.
- Banyak ditemukan pada siang hari atau sore hari.

d. Perilaku Lalat Dewasa


a. Perilaku Makan
Lalat buah membutuhkan karbohidrat, asam amino, mineral dan vitamin. Adapun lalat
buah membutuhkan protein untuk pematangan sexual dalam produksi telur. Sukrosa
adalah salah satu bentuk karbohidrat yang sama dibutuhkan oleh lalat buah betina
untuk menghasilkan telur. Asam Ascorbat dibutuhkan lalat buah terutama dalam proses
penggantian kulit, apabila kebutuhan zat ini tidak terpebuhi maka lalat buah akan
mengalami kegagalan dalam pergantian kulit dan akhirnya mati. Aktivitas makan lalat
buah berlangsung antara 07.20 – 10.00. Pakan lalat diperoleh dari sayuran manis buah
–buahan, Eksudat bunga, nectar dan embun madu. Selain dari tanaman Lalat buah
memperoleh protein dari bakteri. Bakteri ini hidup pada permukaan buah inang larva
lalat buah yang dikenal dengan FFT ( Fruit Fly Tipe ) bacteria yang bersifat gram
negative.
b. Perilaku Kawin
Lalat buah merupakan serangga krepuskuler, yang artinya melakukan populasi setelah
tengah hari sebelum senja. Lalat betina yang sudah masak seksual akan mengeluarkan
senyawa pemikat dan diterima oleh lalat jantan seksual masak, selanjutnya perkawinan
akan terjadi di dekat tanaman inang. Senyawa pemikat lalat betina di keluarkan melalui
anus secara difusi karena adanya tekanan akibat getaran rektum. Senyawa ini akan
berubah menjadi gas, sehingga diterima oleh alat penerima rangsang alat jantan untuk
menerima senyawa pemikat sekitar 800m.
c. Peletakan telur
Induk lalat buah mencari inang baik buah atau bunga yang paling sesuai. Tekstur buah
atau bunga cukup lunak untuk dapat ditembus oleh alat peletak telur. Selain itu
kandungan nutrisi atau gizi yang dibutuhkan oleh larva harus tersedia cukup. Induk
lalat buah sangat menyukai inang yang berupa buah setengah masak. Karena dengan
kondisi seperti ini buah mengandung asam ascorbat dan sukrosa dalam jumlah
maksimal. Buah yang terlalu masak tidak di sukai oleh induk karena membutuhkan
waktu yang lebih pendek dari pada waktu hidup larva lalat buah sebelum dipanen.
d. Pengaruh iklim dalam kehidupan lalat buah.
- Lalat buah dewasa dapat hidup selama 2-3 bulan pada musim panas dan lebih
lama lagi pada musim dingin.
- Populasi lalat buah pada buah – buahan serta sayuran akan meningkat pada
iklim sejuk, kelembaban tinggi dan angin yang tidak terlalu kencang.
- Selain itu curah hujan penting. Populasi lalat buah di daerah bercurah hujan
tinggi akan lebih tinggi daripada di daerah bercurah hujan rendah.

Lalat Daging (Sarcophagidae sp)


a. Taksonomi Lalat Daging (Sarcophagidae sp)
Kingdom : Animal
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Dipthera
Famili : Sarcophagidae
Genus : Sarcophagia
Spesies : Sarcophagidae sp
b. Morfologi Tubuh Lalat Daging
- Abdomen seperti papan catur
- Mirip dengan lalat hijau, kehitam – hitaman dengan garis – garis thorax yang
kelabu dengan ujung berwarna merah sisiknya tidak pernah pucat
- Lalat ini menyebabkan myasis semi spesifik dan myasis aksdental
c. Siklus Hidup Lalat Daging
- Bertelur secara vivipar
- Kebanyakan dari lalat dewasa meletekan telurnya dalam sarang – sarang
berbagi lebah dan tabuhan. ditempat itu larva makan material – material yang
terdapat pada sarang
- Larva sangat bervariasi kebiasaannya, tetapi hampir semuanya beberapa zat
organic yang membusuk makan hewan – hewan yang mati.
- Larva diletakan pada daging busuk, makanan atau tinja manusia dan juga
dapat diletakan pada kulit yang luka.
- Daur hidup 14 – 18 hari.
Pada family ini ada tiga spesies yang penting untuk diketahui pada bidang
kesehatankarena penyebab penyakit myasis:
Wholfahrtia magnificaLalat ini menyebabkan myasis spesifik. Larva diletakkan pada
kulit, sinus hidung, lidah, lubang telinga luar, mata yang yang sakit dan vagina,
biasanya terjadi myasis kulit dan atrial.
Wholfartia vigilLalat ini menyebabkan myasis spesifik. Larva diletakkan pada daging
busuk atau kulit utuh dan dapat menyebabkan myasis kulit dan atrial.
Sarcophagi haemorrhoidalis, S. fuscicauda dan S. carnaria Lalat ini menyebabkan
myasis semi spesifik dan myasis aksidental. Larva diletakkan pada daging busuk atau
tinja manusia dapat pula diletakkan pada kulit yang luka.
d) Contoh Penyakit yang disebabkan oleh Lalat
Penyakit Cholera
a. Gejala Penyakit
Penyakit timbul secara mendadak berupa nausea, muntah diare dan kejang perut.
Muntah dan diare sangat sering sehingga penderita banyak kehilangan banyak cairan
(10 – 12 ltr/hari) dan elektrolit yang menyebabkan dehidrasi. keadaan ini dapat
menyebabkan kematian dalam beberapa jam sampai beberapa hari dari permulaan
penyakitnya.
Bakteri yang dibawa alat berasal dari tinja dan muntahan penderita, yang berbahaya
bagi penularan.
b. Cara Penularan
Melalui makanan dan minuman yang mengandung bakterinya, karena telah
berhubungan dengan muntah atau feces penderita ataupun karier, baik secara langsung
ataupun dengan perantaraan lalat.
c. Pengobatan
Yang terpenting adalah mengganti cairan dan elektrolit yang hilang bersama muntah
dan diare. Karena itu penderita harus segera mendapatkan infuse, penderita harus
diberi larutan gula – garam sebanyak – banyaknya.
d. Pencegahan
Menjaga kebersihan makanan dan minuman. Perbaikan sanitasi lingkungan, terutama
perbaikan penyediaan air untuk keperluan rumah tangga. Penderita hareus diisolasi,
feces dan muntahan penderita harus didesinfeksi untuk mencegah penyebaran penyakit
(wabah).

e) Tekhnik Pengendalian Lalat


Pemberantasan vector bertujuan untuk atau menekan populasi vector serendah
mungkin. Pemberantasan dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Pemberantasan Alamiah (Natural Control)
Pemberantasan ini terjadi karena factor – factor alam, diantranya : iklim, topografi,
predator dan penyakit – penyakit serangga, misalnya :
- Banyaknya sunar matahari dan angina besar.
- Musim kemarau yang panjang mengakibatkan suhu semakin meningkat.
- Musim hujan yang terus menerus yang mengakibatkan banjir.
- Faktor musuh alami seperti predator, parasit, jamur, bakteri dan virus.
- Pegunungan, laut dan sungai merupakan rintangan untuk penyebaran serangga
khususnya lalat.
2. Pemberantasan Secara Biologi
Pemberantasan dengan cara ini hanya khusus untuk masing-masing spesies dan
masih banyak dala taraf percobaan. Musuh alamiah yang dapat digunakan, yaitu
pemangsa atau predator yang menyebabkan penyakit dan membunuh serangga,
khususnya lalat.
3. Pemberantasan Buatan
a) Pemberantasan mekanik atau merubah
lingkungan fisik, seperti system irigasi, kanalisaair/ drainase, penimbunan
tempat – tempat perindukan, mengatur kadar garam atau salinitas,
membersihkan lumut dan membersihkan tanaman air, menanam tumbuhan
pelindung dari sinar matahari dan pemberantasan lingkungan secara permanen.
b) Pemberantasan kimiawi menggunakan bahan –
bahan kimia yang mempunyai khasiat untuk membunuh serangga dewasa, larva
atau menolak serangga (yang bersifat sementara). Penggunaanya dilakukan
secara serentak sehingga dapat menekan populasi serangga dalam waktu
tertentu. Selain dengan insektisida, pengendalian lalat secara kimia dapat
dilakukan dengan senyawa pemikat dan perangkap pemikat. Kombinasi antar
senyawa pemikat dan insektisida juga merupakan cara yang cukup baik. Selain
mudah dilakukan, kemugkinan pencemaran lingkungan oleh insektisida dapat
dibatasi.
c) Beberapa sifat dari bahan kimia, diantaranya:
- Residual Treatment, yaitu zat racun masuk melalui tubuh lalat dan
berlangsung sementara. Misalnya : Clhordun, lindin dan organoposfat.
- Impreghater card dan stripsm, yaitu berupa kertas – kertas atau tali yang
sudah diikatkan menempel dan biasanya di tempat yang
tidakmemungkinkan untuk disemprot. Misalnya, rumah makan.
- Poison atau umpan yang disimpan di luar rumah biasanya dicampur
dengan bahan makanannya.
- Penyemprotan
- Larvasida
Beberapa contoh insektisida yang digunakan, diantaranya :
1. Kelompok insektisida berasal dari tanaman
a. Nikotina, mempunyai sifat kimia larut dalam air.
b. Rotenoid, bersifat toksik dan sangat peka terhadap oksidasi. Terutama
oleh sinar matahari sebagai katalisatornya.
c. Piretroid, mempunyai beberpa sifat kimia dan fisika, diantaranya :
☺ Terhidrolisa oleh alkali atau basa.
☺ Mengalami foto – oksidasi dibawah pengaruh sinar matahari.
☺ Mengalami polimerasi dalam keadaan pekat atau dikenai cahaya
matahari.
☺ Tidak menguap
☺ Larut dalam pelarut organic tetapi tidak larut dalam air.
2. Kelompok insektisida sintesis, diantranya :
* Dikloro Difenil Trikloretana (DDT)
* Benbenzena hexaklorida
* Siklodien berklorida
* Organoposfat
a) Tetraetil piroposfat (TEPP)
Mempunyai sifat, diantaranya :
 Larut sepenuhnya dalam air.
 Terhidrolisa cepat dalam air. Dengan demikian, sifat racunnya cepat
hilang
 Cairan tidak berwarna atau berbau
 Menguap secepat nikotina
b) Parathion
Mempunyai sifat kimia dan biologi, diantaranya :
 Berbentuk cairan.
 Larut sedikit dalam air (30 ppm).
 terhidrolisa secara lambat di dalam air.
 Berbau seperti bawang
 Tidak menguap
 Toksitas terhadap binatang menyusui.
 Terhidrolisa oleh alcohol.
 Terurai oleh matahari.
 Sangat mudah diserap oleh kulit.
c) Methyl Parathion (MEP)
Mempunyai sifat kimia, diantaranya :
 Lebih mudah terhidrolisa daripada etil.
 Gugus methyl kurang mempunyai daya racun dibandingkan dengan
etil.
 Lebih lekas menguap
 Toksisitas terhadap binatang menyusui
d) Malathion
Mempunyai sifat kimia, diantaranya :
 Larut sedikit dalam air
 Mantap terhadap hidrolisa air
 Menguap sedikit
 Terhidrolisa oleh alcohol
 Toksisitas terhadap binatang menyusui

 Golongan organofosfat sistemik


1. Systox
Mempunyai sifat kimia, diantaranya :
* Sedikit larut dalam air (95 – 100 %)
* Terhidrolisa di dalam basa
* Mantap terhadap hidrolisa air
2. Bidrin (SD 3562)
Mempunyai sifat kimia, diantaranya :
* Larut dalam air sekitar 1 %
* Mantap terhadap hidrolisa air
* Toksisitas terhadap binatang menyusui
3. DDVD
* Cepat menguap
* Mempunyai batas-batas keselamatan
 Karbamat
 Tiosianat organic
4. Pemberantasan Dengan Cara Mengubah Sifat Genetik
Yaitu usaha yang dilakukan dengan menggunakan bahan kimia untuk mengurangi
populasi. Contoh : steril male technique ialah memandulkan serangga jantan dan
kemuadian dilepaskan. Sterilisasi dilakukan dengan radiasi (penyinaran) atau
menggunakan bahan-bahan kimia.
5. Pemberantasan Dengan Menggunakan Peraturan-Peraturan atau Perundang-
undangan (Legal Control)
Agar pengendalian lalat ini dapat memberikan hasil yang memuaskan, menurut
Departemen Kesehatan RI Ditjen PPM 7 PLP perlu didahului dengan survey untuk
mendapatkan data mengenai :Kepadatan lalat,Kerentanan lalat terhadap racun
serangga, Fluktusi darai kepadatan dan perilaku lalat
Tindakan Pemberantasan Terhadap Larva Lalat
1. Perbaikan lingkungan untuk mengurangi tempat-tempat yang potensial sebagai
tempat perindukan :
a. Sampah, terutama sampah dapur ditampung pada
tempat sampah yang baik dan tertutup dan dalam waktu maksimum tiga hari
harus sudah dibuang.
b. Pegangkutan dan pembuangan samaph dilakukan
setiap hari dengan cara yang baik.
c. Tempat pengumpulan samaph diberi alas yang
kedap air, misalnya dengan besi palt, seng dan lain-lain.
d. Untuk tempat buang kotoran, gunakan kakus/
WC yang selau dalam keadaan bersih.
e. Kotoran ternak harus dijauhkan dari tempat
tinggal manusia dan kotoran dibalik-balik tiga hari sekali.
Penggunaan Racun Serangga Sebagai Larvasida
Penyemprotan dengan larutan atau emulsi larvasida ditujukan pada sampah-sampah
organic atau kotoran-kotoran manusia atau binatang sedemikian rupa hingga
membasahi seluruh bahan atau media 0,8 – 5,6 L/100m2. Diazinon akan memberikan
daya residu 1 – 2 mingggu, sedang yang lain daya residualnya kurang lama, sehingga
dengan demikian penyemprotan yang dipergunakan sprycan atau mist blower..
Tindakan Pemberantasan Terhadap Lalat Dewasa
a. Penyemprotan residu insektisida
Penyemprotan dilakukan terhadap permukaan yang menjadi tempat hinggap,
tempat makan atau temapt istirahat lalat, terutama pada tempa-tempat hinggap di
malam hari, sehingga kemungkinan waktu kontak antara lalat dengan insektisida cukup
lama. Insektisida yang digunakan dapat dari golongan organophosphate yang memiliki
daya residu 2 -4 minggu, sehingga dengan demikian harus diulang 2 – 4 minggu sekali.
Alat penyemprot yang digunakan adalah sprycan atau mist blower.
b. Untuk pemakaian di dalam ruangan dapat dipergunakan kertas atau tali-tali yang
telah diberi lapisan insektisida yang digantungkan pada langit-langit atau dinding
dimana banyak terdapat lalat. Insektisida yang digunakan dapat dari golongan
organophosphate, antara lain dizinon, fenitron dan lain-lain.
c. Umpan (Paison Bait)
Umpan yang digunakan harus memberikan bau yang menarik bagi lalat. Bahan yang
dipakai sebagai umpat dapat berupa tepung jagung, air yang dicampur gula dan lain-
lain. Insektisida yang dapat dipakai yaitu Dizinon, Dichlorvos, Malathion dan lain-lain.
d. Tindakan Mekanis
Ini hanya merupakan tindakan pelengkap, tidak dapat memberikan hasil yang
besar.Tindakan Perlindungan (Screening)Tindakan ini tidak untuk mengurangi jumlah
lalat, namun sangat penting untuk mencegah hinggapnya lalat pada makanan /
minuman.
Pengendalian Penyakit Demam Berdarah
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebut juga Dengue Haemorrhagic Fever
adalah suatu penyakit yang ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan
nyamuk (vektor), yaitu Nyamuk Aedes aegypti. Penyakit Demam Berdarah Dengue ini
terus menyebar dengan cepat dikalangan masyarakat dan dapat mengakibatkan
kematian karena perdarahan yang sulit dihentikan. Dari Spesies Aedes ini terdapat pula
spesies yang juga merupakan vektor penyakit yaitu Aedes albopictus.Aedes albopictus
ini merupakan vektor penyakit Demam Chikungunya. Demam Cikungunya merupakan
penyakit yang di sebabkan karena infeksi dengue, penyakit ini menyerang sel saraf
Sehingga menyebabkan kelumpuhan sementara. Kedua penyakit ini sangat berbahaya
maka dari itu perlu. Kedua penyakit ini sangat berbahaya maka vektor dari kedua
penyakit ini perlu dikendalikan baik secara fisik, mekanik, kimia maupun biologi.
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) atau Dengue Haemorrhagic Fever adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus yang sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan
penderitanya mengalami kematian dalam waktu yang sangat pendek ( beberapa hari )
disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan
ruam-ruam.
Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) adalah Demam
Dengue yang disertai pembesaran hati dan tanda-tanda perdarahan. Pada keadaan yang
lebih parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan penderita jatuh dalam keadaan
shock akibat kebocoran plasma. Keadaan ini di sebut Dengue Shock Syndrome (DSS).
Penyakit Demam Berdarah Dengue masuk ke Indonesia sejak tahun 1968 melalui
pelabuhan Surabaya dan pada tahun 1980 Demam Berdarah Dengue telah dilaporkan
tersebar luas serta melanda di seluruh provinsi Indonesia. Penyakit ini ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti betina.
Penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue yang termasuk kelompok B
Arthropoda Borne Virus yang sekarang dikenal sebagai genus Flavirus dan mempunyai
empat jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi dari salah serotipe
akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis Dengue dapat terinfeksi oleh tiga atau empat
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus Dengue dapat ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan
diasumsikan banyak yang menunjukan manifestasi klinik yang berat.
Vektor Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina. Oleh
karena itu, sebelum kita mempelajari penyakit Demam Berdarah Dengue, maka kita
harus mengetahui terlebih dahulu mengenai nyamuk Aedes aegypti.
1. Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti
Kingdom : Animal
Filum : Artrhopoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Diptera
Sub Ordo : Nematocera
Family : Culicidae
Sub Family : Culicinae
Tribus : Culicini
Genus : Aedes
Species : Aedes aegypti

2. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti


a. Telur
 Berwarna hitam.
 Berbentuk lonjong (butiran keras).
 Berukuran 0,7 mm
 Diletakan sendiri-sendiri (tidak bergerombol) di permukaan air dan melekat
pada dinding kontainer.
 Tidak memiliki pelampung
b. Larva
 Ukuran 0,5 – 1 cm.
 Bentuk siphon relatif pendek dan gemuk, berwarna hitam gelap.
 Membentuk posisi kira-kira 450C dengan permukaan air dengan bagian
kepala ke bawah.
 Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk
bernapas, kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya.
 Pada posisi abdomen segmen ke delapan terdapat comb scale sebanyak 8 –
21 berjajar 1 – 3 dan berbentuk seperti duri.
 Selalu bergerak aktif dalam air.
c. Pupa (Kepompong)
 Pupa terdiri dari sepalothorax, abdomen dan kaki pengayuh.
 Sepalothorax mempunyai sepasang corong pernapasan yang
berbentuk segitiga.
 Pada bagian abdomen ditemukan sepasang kaki pengayuh yang lurus
dan runcing.
d. Imago (Dewasa)
 Bagian tubuh nyamuk dewasa terdiri atas kepala, thorax dan abdomen.
 Nyamuk betina mempunyai antenna dengan bulu yang tidak lebat
(pilosa), sedangkan nyamuk jantan mempunyai antenna dengan bulu
yang lebat (plumosa).
 Tanda-tanda yang khas yaitu tubuhnya mempunyai warna dasar hitam
dengan bintik-bintik putih pada bagian badan, kaki dan sayapnya.
 Ukuran lebih kecil dari nyamuk jenis lainnya.

3. Daur Hidup Nyamuk Aedes aegypti


Daur hidup nyamuk Aedes aegypti sejak telur hingga dewasa sama dengan
serangga-serangga yang lain, yaitu terdapat empat stadium :
1. Stadium telur
2. Stadium larva
3. Stadium pupa (berlangsung 2 – 4 hari )
4. Stadium dewasa (sebagai nyamuk yang hidup di alam bebas)

 Stadium telur dan stadium larva terjadi di dalam air (Aquatic stadium, selama
stadium di dalam air belum ada beda kelamin. Baru setelah keluar dari kepompong
dikenal adanya nyamuk jantan dan betina.
 Dalam hidupnya, telur nyamuk Aedes aegypti akan menetas menjadi larva
instar I dalam waktu kurang lebih 2 hari. Selanjutnya larva akan berkembang
menjadi instar II, III dan IV. Dimana setiap pergantian instar ditandai dengan
pengelupasan kulit, yang disebut Eksdisis.
 Telur diletakan di dinding kontainer di atas permukaan air. Bila kena air, telur
akan menetas menjadi larva, setelah 5 -10 hari larva akan menjadi pupa dan dua
hari kemudian pupa akan menetas menjadi nyamuk dewasa. Pertumbuhan dari telur
sampia menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu kira-kira 7 – 10 hari.
 Setelah keluar dari kepompong, nyamuk jantan yang keluar terlebih dahulu
daripada nyamuk betina. Nyamuk jantan tidak akan pergi jauh dari tempat
perindukannya, melainkan menunggu nyamuk betina menetas dan berkopulasi.
 Tiap dua hari nyamuk betina menghisap darah manusia untuk bertelur.
 Umur nyamuk betina dapat mencapai 2 -3 bulan.

4. Bionomik Nyamuk Aedes aegypti


 Bionomik adalah kesenangan tempat perindukan (breeding habit), kesenangan.
 Tempat perindukan nyamuk berupa genangan-genangan air yang tertampung di
suatu wadah yang bisa disebut kontainer.
 Kontainer dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Tempat penampungan air (TPA), yaitu tempat-tempat untuk menampung air
guna keperluan sehari-hari seperti : drum, tempayan, bak mandi, bak WC,
ember, dan lain-lain.
b. Bukan tempat penampungan air (Non TPA), yaitu tempat-tempat yang bisa
menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti : tempat
minum hewan peliharaan (ayam, burung, dan lain-lain), vas bunga, pot tanaman
air, (kaleng, ban bekas, botol, plastik yang dibuang di sembarang tempat).
c. Tempat penampungan air buatan alam (alamiah), seperti : luubang
pohon,lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, potongan bambu, dan lai-
lain.
 Untuk meletakan telurnya, nyamuk betina tertarik pada kontainer berair yang
berwarna gelap, terbuka lebar dan terutama yang terletak di tempat-tempat yang
terlindung dari sinar matahari.
 Kebiasan menggigit, lebih banyak menggigit pada siang hari pada pukul 08.00-
12.00 dan pukul 15.00 - 17.00, lebih banyak menggigit di dalam rumah dan
menyenangi darah manusia.
 Kebiasaan hinggap istirahat, lebih banyak di dalam rumah, pada benda-benda
yang bergantungan, berwarna gelap dan yang terlindung.
 Nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak pada selokan/got, atau
kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tanah.
 Mampu terbang sampai 100 meter

Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue


 Virus Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti betina, Aedes albopictus dan Aedes scutellaris. Akan tetapi, nyamuk Aedes
aegypti lebih banyak berperan dalam penularan penyakit DBD. Karena nyamuk
Aedes aegypti banyak ditemukan di dalam rumah atau bangunan dan tempat
perindukannya, juga lebih banyak di dalam rumah. Sedangkan Aedes albopictus
dan Aedes scutellaris hidup di kebun-kebun.
 Virus Dengue yang berada di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti pada suhu 30
0
C memerlukan waktu 8 – 10 hari untuk menyelesaikan masa inkubasinya dari
lambung ke kelenjar ludah nyamuk.
 Sedangkan virus Dengue yang terdapat dalam darah tubuh manusia (penderita)
memerlukan waktu antara 1 – 2 hari untuk menyelesaikan masa inkubasi sebelum
terjadi demam dan pada masa 4 – 7 hari hidup darah manusia.
 Penyakit Demam Berdarah Dengue dapat menyerang semua orang terutama
anak-anak di bawah usia 15 tahun.
 Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus Dengue dan seseorang
yang tidak sakit Demam Berdarah, tetapi dalam darahnya mengandung virus
Dengue merupakan sumber penular penyakit Demam Berdarah. Bila seseorang
tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan terhisap masuk ke
lambung nyamuk. Selanjutnya nyamuk tersebut akan memperbanyak diri dan
tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk, termasuk di bagian kelenjar air
liurnya. Virus Dengue akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya.
Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit manusia sebelum
menghisap darah akan mengeluarkan air liurnya melalui saluran alat tusuknya
(proboscis) agar darah yang dihisap tidak membeku, bersama air liur itu virus
Dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang yang sehat.

Tanda –Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue


a. Bentuk klasik dari DBD adalah demam tinggi mendadak 2 – 7 hari
hingga mencapai 40 0C, disertai dengan muka kemerahan Bintik – bintik
perdarahan di kulit sering terjadi, kadang – kadang di serati bintik – bintik
perdarahan di tenggorokan dan selaput bening. Demam tinggi dapat menimbulkan
kejang demam terutama pada bayi.
b. Keluhan seperti anoreksia , sakit kepala, nyerio otot, tulang, sendi,
mimisan, nyeri ulu hati dan muntah sering ditemukan.
c. Biasanya ditemukan juga nyeri perut dirasakan di sekitar epigastrum
dan di bawah tulang iga.
d. Penderita juga sering mengeluh nyeri menelan, perasaan tidak enak di
ulu hati, nyeri di tulang rusuk kanan atau nyeri di seluruh perut.
e. Pada penderita DBD juga sering ditemukan pendarahan yang terjadi
karena kebocoran plasma.
f. Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang
ditemukan pada DBD.
g. Penurunan jumlah trombosit kurang dari 100.000/ µi, biasa ditemukan
pada hari ke 3 – 8 sakit.
h. Pendarahan saluran cerna ringan dapat ditemukan pada fase demam.
i. Hati biasanya membesar dengan variasi dari just palpable sampai 2 – 4
cm di bawah arrus costae kanan. Dengan adanya pembesaran hati dapat dideteksi
bahwa penderita mengalami syok berat.
Tanda – tanda perdarahan pada DHF dimulai dari tes Torniquet positif dan bintik –
bintik perdarahan di kulit (ptechiae). Ptechiae ini bisa terlihat di seluruh anggota gerak,
ketiak, wajah dan gusi. Juga bisa terjadi perdarahan hidung, gusi dan perdarahan dari
saluran cerna dan perdarahan dalam urin.

Berdasarkan gejalanya DHF dikelompokan menjadi 4 tingkatan :


a. Derajat 1 : demam diikuti gejala tidak khas. Satu – satunya tanda perdarahan
adalah tes torniquet positif ataumudah memar.
b. Derajat 2 : gejala 1 ditambah dengan perdarahan spontan. Perdarahan bisa terjadi di
kulit atau di tempat lain.
c. Derajat 3 : terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat
dan lemah, hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab dan penderita gelisah.
d. Derajat 4 : terjadi syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah yang
tidak dapat diperiksa.

Tindakan Pertama Yang Dilakukan Pada Penderita DBD ( Demam Berdarah


Dengue )
Pertolongan pertama yang paling penting adalah :
a. Menenangkan dan memberinya banyak minum.
b. Kompres dengan air es.
c. Beri obat turun panas.
d. Selanjutnya penderita segera dibawa ke dokter/ Puskesmas yang terdekat untuk
diperoleh. Bila diduga terserang DBD akan dikirim langsung ke Rumah Sakit
untuk dirawat.
e. Lapor segera ke Puskesmas setempat dengan membawa surat dari Rumah Sakit
supaya dilakukan pencegahan penyebaran penyakit.

Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue


Penyakit DBD menurut Surat Keputusan Tentang Pemberantasan Penyakit DBD No.
581/Menkes/SK/VII/1992, tanggal 27 Juli 1992. Penyakit DBD adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak selama 2 – 7 hari tanpa penyebab
yang jelas, lemah/ lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda pendarahan kulit berupa
bintik-bintik pendarahan (Petichiae), lebam (Ecchymosis) atau raum (purpura).
Kadang-kadang berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau rentan (shock).
Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Tentang DBD ini, merupakan bukti
kepedulian pemerintah atas penyakit ini dan ini merupakan salah satu bentuk preventif
dari pemerintah. Kasus DBD ini dapat dicegah apabila masyarakat mempunyai
kesadaran akan pentingnya lingkungan yang sehat dan bersih.
Melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan melakukan 3M merupakan
perlakuan preventif untuk menghindarai penyakit DBD. Selain itu, bisa juga dengan
menaburkan serbuk abate di genangan air untuk membunuh telur dan larva nyamuk
dan melakukan fogging pada waktu masa aktif nyamuk, yaitu 08.00 – 12.00 dan pukul
15.00 – 17.00. Perlakuan ini sudah menjadi kebiasaan dan kesadaran masyarakat untuk
melakukannya, maka kita akan terhindar dari penyakit yang menakutkan ini.
Pengendalian Vektor Penyakit Demam Berdarah
 Perlindungan perseorangan untuk mencegah terjadinya
gigitan Aedes aegypti yaitu dengan memasukan kawat kasa ke lubang – lubang
angin jendela atau pintu, tidur dengan menggunkan kelambu, penyemprotan dnding
rumah dengan insektisida malathion dan penggunaan ”refellent” seperti autan atau
off pada saat berkebun.
 Mencegah nyamuk meletakan telurnya dengan cara
membuang, membakar atau mengubur benda-benda di pekarangan atau di kebun
yang dapat menampung air hujan seperti kaleng, botol, ban mobil dan tempat-
tempat yang lain yang menjadi tempat perindukan Aedes aegypti ( ” man made
breeding places” ).
 Mencegah pertumbuhan jentik dan membunuh telur
dengan cara mengganti air atau membersihkan tempat-tempat air secara teratur tiap
minggu sekali, pot bunga, tempayan dan bak mandi.
 Pemberian ikan pemakan jentik pada TPA.
 Pemberian larvasida ( abate ) kedalam tempat
penampungan air / penyimpanan air bersih ( abatisasi )
 Melakukan ”fogging”dengan Malathion untuk menbunuh
nyamuk dewasa setidak -tidaknya 2 kali dengan jarak waktu hari, misalnya di
daerah yang terkena wabah dan daerah endemi DBD dimana indeks kepadatan
nyamuk relatif tinngi.
 Pendidikan kesehatan masyarakat melalui ceramah agar
masyarakat dapat memelihara kebersihan lingkungan dan turut secara perseorangan
memusnahkan tempat-tempat perindukan Aedes aegypti di sekitar rumahnya
masing-masing.
Disamping itu memonitor kepadatan populasi Aedes aegypti juga merupakan hal yang
penting sekali dalam upaya membantu mengevaluasi adanya ancaman DBD di suatu
daerah dan juga untuk meningkatkan tindakan pengendalian vektor.
Pengukuran kepadatan populasi nyamuk yang belum dewasa ( stadium jentik) di
lakukan dengan cara pemeriksaan tempat perindukan di dalam dan di luar rumah dari
100 rumah yang terdapat di daerah pemeriksaan.
Ada 3 angka index yang perlu di ketahui yaitu :
1. Index rumah ( house index ialah persentasi rumah yang positif dengan larva
Aedes aegypti dari 100 wadah yang diperiksa.
2. Index wadah ( container index ) ialah persentasi tempat perindukan yang positif
dengan larva Ades aegypti dari 100 wadah yang di periksa.
3. Index Breteau ( reteau index ) ialah jumlah tempat perindukan yang posotif
dengan larva Aedes aegypti dalam tiap 100 rumah.
Pengobatan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Untuk mengatasi demam biasanya diberikan Parasetamol. Salisilat tidak digunakan
karena akan memicu perdarahan dan asidosis. Parasetamol diberikan selama demam
masih mencapai 39ºC, paling banyak 6 dosis dalam 24 jam. Kadang-kadang diperlukan
obat penenang pada anak-anak yang sangat gelisah. Kegelisahan ini biasa terjadi
karena dehidrasi atau gangguan fungsi hati. Haus dan dehidrasi merupakan akibat dari
demam tinggi, tidak adanya nafsu makan dan muntah. Untuk mengganti cairan yang
hilang harus diberikan cairan yang cukup melalui mulut atau melalui vena. Cairan yang
diminum sebaiknya mengandung elektrolit seperti oralit. Cairan lain yang biasa
digunakan adalah jus buah-buahan.
Penderita HARUS SEGERA DIRAWAT, bila ditemukan gejala-gejala, seperti dibawah
ini :
a. Takikardia, denyut jantung meningkat.
b. Kulit Pucat dan dingin.
c. Denyut nadi melemah.
d. Terjadinya perubahan derajat kesadaran, penderita terlihat ngantuk atau tertidur
terus menerus.
e. Peningkatan konsentrasi hematokrit secara tiba-tiba.
f. Tekanan darah menurun hingga kurang dari 20 mmHg.
g. Urine sangat sedikit.
Dengan tanda-tanda tersebut berarti penderita mengalami dehidrasi yang signifikan,
sehingga diperlukan pengganti cairan secara intravena ( infus-red ). Oksigen juga di
perlukan pada penderita yang mengalami shock. Transfusi darah hanya diberikan pada
penderita dengan tanda-tanda pendarahan yang signifikan.

Penyakit Demam Chikungunya Pengertian Demam Chikungunya


Demam Cikungunya merupakan penyakit yang di sebabkan karena infeksi dengue
dengan vector perantara, Yaitu Aedes albopictus. Penyakit ini menyerang sel saraf
Sehingga menyebabkan kelumpuhan sementara.Penyebab Penyakit Demam
Chikungunya Demam Chikungunya disebabkan oleh Nyamuk Aedes albopictusVektor
Demam Chikungunya, Demam Chikungunya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
(dalam rumah) maupun Aedes albopictus (luar rumah).
1. Taksonomi Nyamuk Aedes albopictus
Kingdom : Animal
Filum : Arthopoda
Klass : Hexapoda
Ordo : Diptera
Sub Ordo : Nematocera
Family : Culicidae
Sub Famili : Culicinae
Tribus : Culicini
Genus : Aedes
Species : Aedes albopictus
2. Morfologi Nyamuk Aedes albopictus
a. Telur
 Berwarna hitam.
 Berukuran 0,7 mm
 Berbentuk lonjong (butiran keras).
 Diletakan sendiri-sendiri (tidak bergerombol) di permukaan air dan
melekat pada dinding kontainer.
 Tidak memiliki pelampung
b. Larva
 Ukuran 0,5 – 1 cm.
 Bentuk siphon relatif pendek dan gemuk, berwarna hitam
gelap.
 Selalu bergerak aktif dalam air.
 Membentuk posisi kira-kira 450C dengan permukaan air
dengan bagian kepala ke bawah.
 Pada posisi abdomen segmen ke delapan terdapat comb scale
sebanyak 8 – 21 berjajar 1 – 3 dan berbentuk seperti duri.
 Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air
untuk bernapas, kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya.
c. Pupa (Kepompong)
 Pupa terdiri dari sepalothorax, abdomen dan kaki
pengayuh.
 Sepalothorax mempunyai sepasang corong pernapasan
yang berbentuk segitiga.
 Pada bagian abdomen ditemukan sepasang kaki
pengayuh yang lurus dan runcing.
d. Imago (Dewasa)
 Bagian tubuh nyamuk dewasa terdiri atas kepala, thorax dan abdomen.
 Tanda-tanda yang khas yaitu tubuhnya mempunyai warna dasar hitam
dengan bintik-bintik putih pada bagian badan, kaki dan sayapnya.
 Ukuran lebih kecil dari nyamuk jenis lainnya.
 Nyamuk betina mempunyai antenna dengan bulu yang tidak lebat
(pilosa), sedangkan nyamuk jantan mempunyai antenna dengan bulu
yang lebat (plumosa).

3 Daur Hidup Nyamuk Aedes albopictus


Daur hidup nyamuk Aedes albopictus sejak telur hingga dewasa sama dengan
serangga-serangga yang lain, yaitu terdapat empat stadium :
1. Stadium telur
2. Stadium larva
3. Stadium pupa (berlangsung 2 – 4 hari )
4. Stadium dewasa (sebagai nyamuk yang hidup di alam bebas)
 Stadium telur dan stadium larva terjadi di dalam air (Aquatic stadium,
selama stadium di dalam air belum ada beda kelamin. Baru setelah keluar dari
kepompong dikenai adanya nyamuk jantan dan betina.
 Dalam hidupnya, telur nyamuk Aedes albopictus akan menetas menjadi
larva instar I dalm waktu kurang lebih 2 hari. Selanjutnya larva akan berkembang
menjadi instar II, III dan IV. Dimana setiap pergantian instar ditandai dengan
pengelupasan kulit, yang disebut Eksdisis.
 Telur diletakan di dinding kontainer di atas permukaan air. Bila kena
air, telur akan menetas menjadi larva, setelah 5 -10 hari larva akan menjadi pupa
dan dua hari kemudian pupa akan menetas menjadi nyamuk dewasa. Pertumbuhan
dari telur sampia menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu kira-kira 7 – 10 hari.
 Setelah keluar dari kepompong, nyamuk jantan yang keluar terlebih
dahulu daripada nyamuk betina. Nyamuk jantan tidak akan pergi jauh dari tempat
perindukannya, melainkan menunggu nyamuk betina menetas dan berkopulasi.
 Tiap dua hari nyamuk betina menghisap darah manusia untuk bertelur.
 Umur nyamuk betina dapat mencapai 2 -3 bulan.
. Bionomik Nyamuk Aedes albopictus
 Bionomik adalah kesenangan tempat perindukan (breeding habit),
kesenang.
 Tempat perindukan nyamuk berupa genangan – genangan air yang
tertampung di suatu wadah yang bisa disebut kontainer.
 Kontainer dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Tempat penampungan ait (TPA), yaitu tempat – tempat untuk
menampung air guna keperluan sehari – hari seperti : drum, tempayan, bak
mandi, bak WC, ember, dll.
b. Bukan tempat penampungan air (Non TPA), yaitu tempat –tempat yang
bisa menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari – hari seperti : tempat
minum hewan peliharaan (ayam, burung,dll), vas bunga, pot tanaman air,
(aleng, ban bekas botol, plastik yang dibuang di sembarang tempat).
c. Tempat penampungan air buatan alam (alamiah) seperti : luubang
pohon,lubang batu,pelepah daun, tempurung kelapa, potongan bambu, dll.
 Untuk meletakan telurnya, nyamuk betina tertarik pada kontainer berair
yang berwarna gelap, terbuka lebar dan terutama yang terletak di tempat –
tempat yang terlindung dari sinar matahari.
 Kebiasan menggigit, lebih banyak menggigit pada siang hari pada pukul
08.00-12.00 dan pukul 15.00-17.00, lebih banyak menggigit diluar rumah
dan menyenangi darah manusia. Waktu menggigit paling sedikit ialah pada
saat tengah hari selama cuaca kering dan panas perbedaan waktu puncak
aktivitas antara menggigit di dalam dan di luar rumah di duga disebabkan
oleh perbedaan intensitas cahaya. Frekuensi mengigit di luar rumah ialah 25
kali lebih besar daripada di dalam rumah. Hujan berpengaruh sedikit pada
aktivitas menggigit, nyamuk betina dapat meyerang menusia, baik pada
waktu tidak hujan, selama masa hujan berkurang maupun pada waktu
gerimis.
 Kebiasaan hinggap istirahat, lebih banyak di dalam rumah, pada benda –
benda yang bergantungan, berwarna gelap dan yang terlindung.
 Nyamuk Aedes albopictus tidak dapat berkembang biak pada selokan / got,
atau kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tenah.
 Aedes albopictus merupakan nyamuk dengan daya terbang lemah yaitu 1,4
m sehari. Angin tidak mempengaruhi distribusi nyamuk, tetapi berperan
pada arah terbang. Nyamuk
Penyebaran Demam Chikungunya
 Demam Chikungunya pertama kali dikenal di Arika Timur pada
tahun 1952, tidak heran bila namanya pun berasal dari bahasa Swahili yang berarti
menekuk atau membungkuk.Demam Chikungunya disebabkan oleh virus yang
termasuk family Togaviridae, genus Alphavirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti dan aedes albopictus.
 Virus penyebab Demam Chikungunya telah menyebar dari
Negara asalnya Swahili Afrika ke Asia Tenggara sejak tahun 1960-an dan terus
menimbukan epidemi diwilayah tropis tersebu. Peredaran virus memang tak lagi di
batasi oleh posisi geografi. Hutan yang tadinya tertutup menjadi terbuka, daerah
yang dulu terisolir kini bisa dengan mudah berhubungan kemana saja. Makin
mudahnya transportasi adalah faktor lain yang mempercepat pola penyebaran virus.
Didaerah pemukiman, siklus virus Chikungunya di bantu oleh nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. Chikungunya yang semula bersuklus dari primata-
nyamuk-primata, dapat pula bersiklus manusia-nyamuk-manusia. Penyebaran dapat
terjadi jika orang yang terkena penyakit chikungunya disuatu negara berkunjung ke
negara lain, dengan begitu orang tersebut membawa virus dan menyebarkannya ke
berbagai kawasan yang dikunjunginya. Penyebaran dapat terjadi seiring dengan
perpindahan nyamuk. Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan virus dapat menyebar
ke berbagai negara.
 Demam Chikungunya mulai ditemukan di Indonesia antara
tahun 1982 – 1985. Ketika itu wabah terjadi di Sumatera Selatan, Pulau Jawa dan
Kalimantan Barat. Menurut Direktur Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang
(P2B2), Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
(P2M & PL), Departemen Kesehatan, Dr. Thomas Suroso, MPH ada gelombang
epidemi 20 tahunan dalam kasus demam Chikungunya. Hal ini mungkin terkait
perubahan iklim dan cuaca. Hal tersebut dikatakannya setelah melihat adanya
Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Chikungunya yang terjadi kembali setelah
vakum hampir 20 tahun. Awal tahun 2001 Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam
Chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan dan Aceh, disusul Bogor
pada bulan Oktober. Demam Chikungunya terjangkit lagi di Bekasi, Purworejo dan
Klaten pada tahun 2002
Penularan Demam Chikungunya
 Demam Chikungunya ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus.
 Penularan Demam Chikungunya terjadi apabila orang
yang menderita Demam Chikungunya digigit oleh nyamuk penular (Aedes aegypti
atau Aedes albopictus) kemudian nyamuk tersebut yang telah terinfeksi oleh virus
Chikungunya menggigit orang sehat. Pada saat menggigit virus Chikungunya yang
ada dalam tubuh nyamuk tersebut masuk ke dalam darah manusia telah terinfeksi
oleh virus chikungunya.
 Biasanya tidak terjadi penularan dari orang ke orang.
Semua orang dapat tertular penyakit ini mulai dari anak-anak sampai dewasa, baik
itu laki-laki maupun perempuan.
.2.6 Tanda – tanda dan Gejala Demam Chikungunya
 Demam Chikungunya mempunyai masa inkubasi sekitar 2-4 hari,
setelah masa inkubasi tersebut timbul gejala – gejala. Gejala – gejala uang
ditimbulkan mirip dengan gejala demam berdarah, yaitu demam yang tinggi (39-
40ºC), menggigil, sakit kepala, sakit perut, mual, muntah, bintik – bintik merah
pada kulit terutama badan dan tangan.
 Gejala – gejala yang paling menonjol pada Demam Chikungunya
adalah nyeri pada setiap persendian, terutama sendi lutut, pergelangan kaki dan
tangan serta sendi – sendi tulang punggung. Radang sendi menyebabkan sendi
susah untuk digerakan, bengkak, dan berwarna kemerahan. Itulah sebabnya postur
tubuh penderita menjadi membungkuk dengan jari – jari / tangan dan kaki menjadi
tertekuk. Gejala penyakit tersebut bisa berlangsung 3-10 hari kemudian sembuh
dengan sendirinya, tetapi tidak dengan nyeri sendinya.
 Gejala dengan nyeri sendi ini bisa berlangsung berminggu – minggu
bahkan berbulan – bulan. Meskipun gejalnya mirip dengan Demam Berdarah
Dengue (DBD), pada Demam Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan
(shock) maupun kematian.
Pengendalian Vector Demam Chikungunya
Pengendalian vektor demam chikungunya dapat dilakukan dengan cara pemberantasan
tehadap vektor demam Chikungunya tersebut, baik terhadap nyamuk dewasa maupun
terhadap jentik. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengendalian nyamuk dewasa
Pengendalian nyamuk dewasa dapat dilakukan dengan cara penyemprotan
(pengasapan = fogging) dengan insektisida. Hal ini dilakukan mengingat kebiasaaan
ntamuk yang hinggap pada benda – benda tergantung, pada tempat – tempat yang
gelap dan lembab . pada prinsipnya penyemprotan bertujuan untuk menekan anggka
populasi nyamuk sementara dan untuk memperpendek umur nyamuk. Dengan di
bunuhnya nyamuk maka penyebaran virus pun terbatas sehingga dapat membatasi
penularan. Penyemprotan insektisida dilakukan jika suatu tempat menunjukan adanya
penularan yang ditandai dengan ditemukannya penderita atau tersangka demam
chikungunya lain dan jentik nyamuk dirumah penderita demam chikungunya atau
tempat – tempat lain disekitarnya.
2. Pengendalian larva
Pengendalian terhadap jentik nyamuk dikenal dengan istilah pemberantasan
sarang nyamyuk (PSN). Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dapat dilakukan dengan
cara :
a. Kimia
Yaitu cara memberantas jentik dengan menggunakan bahan kimia pembasmi jentik
(larvasida). Cara ini dikenal dengan istilah abatisasi. Abatisasi bertujuan untuk
mencegah supaya jentik nyamuk tidak akan menjadi nyamuk dewasa atau membunuh
jentik nyamuk. Abatisasi dapat dilakukan dengan cara menaburkan bubuk abate ke
dalam tempat penampungan air sesuai dengan dosis. Dosis efektifnya yaitu satu sendok
makan (10 gram) bubuk abate untuk 100 L dengan konsekuensi dengan menyikat
tempt penampungan air selama kurang lebih 3 bulan.
b. Biologi
Dengan cara memelihara ikan pemakan jentik pada setiap tempat penampungan air.
Ikan tersebut berfungsi sebagai predator dari jentik nyamuk seperti ikan kepala timah.
c. Fisik
Cara ini dikenal dengan 3M yaitu menguras, menutup dan mengubur. 3M dapat
dilakukan dengan cara :
1. Menguras secara teratur tempat penampungan air setiap seminggu sekali
seperti bak mandi, drum air, tempayan, mengganti air tempat minum burung,
mengganti air vas bunga dll. Hal ini dilakukan mengingat perkembangan
nyamuk mulai dari telur sampai menjadi nyamuk dewasa memerlukan waktu 7
-14 hari.
2. Menutup rapat – rapat tempat penampungan air , seperti tempayan, drum
air, pagar bambu yang terbuka dll.
3. Mengubur atau menyingkirkan kaleng – kaleng bekas, ban bekas, dan
benda – benda lainnya yang tidak berguna yang dapat menampung air sehingga
tidak menjadi sarang nyamuk.

Pengandalian Pestisida
Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup
yang mengganggu tumbuhan, ternak, dan sebagainya yang diusahakan untuk
kesejahteraan hidupnya. Pest berarti hama, sedangkan cide berarti membunuh. Maka,
dapat didefinisikan pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik
dan virus yang dapat digunakan untuk membunuh/ mengendalikan hama (PP RI No. 7
tahun 1973).
- Memberantas/ mencegah hama penyakit yang merusak tanaman
- Memberantasan rerumputan
- Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman
- Memberantas/ mencegah binatang-binatang jasad renik dalam rumah tangga,
bangunan dan alat-alat pengangkutan.
- Memberantas/ mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia dan binatang.
Dalam prakteknya, petisida sering digunakan bersama-sama dengan bahan lain,
misalnya dicampur dengan minyak untuk melarutkan, air pengencer, tepung untuk
mempermudah dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotan.
Karena pestisida bahan racun, maka penggunaannya perlu hati-hati dengan
memperhatikan keamanan operator, bahan yang diberi pestisida dalam lingkungan
sekitar. Perhatikan pentunjuk pemakaian yang tercantum dalam label dan peraturan-
peraturan yang berkaitan dengan penggunaan bahan racun, khususnya pestisida.

2. Perkembangan Penggunaan Pestisida Di Indonesia


Penggunaan pestisida di Indonesia, diawali dengan pemakaian pestisida untuk vektor
binatang pengganggu. Misalnya saja penggunaan pestisida jenis Malathion dan
Temephos. Di Indonesia penggunaan pestisida ini secara intensif untuk mengendalikan
Aedes aegypti telah berjalan lebih dari 25 tahun. Malathion terdaftar sejak tahun 1976
sedangkan Temephos sejak tahun 1974. Penggunaan dua jenis pestisida tersebut dalam
waktu lama untuk sasaran yang sama tentu telah memberikan tekanan seleksi yang
mendorong berkembangnya populasi Aedes aegypti tahan lebih cepat.
Dalam sektor pertanian Indonesia telah mengenal dan menggunakan pestisida sekitar
20 tahun yang lalu, yaitu sekitar tahun 1985/1986. Diawali pada orde baru, yaitu
sekitar tahun 1960-an sehingga awal 1990-an Indonesia termasuk salah satu negara
yang berhasil mengantar sektor pertanian terutama besar dari jurang kekurangan
menuju swasembada. Pemenuhan kebutuhan sendiri ini berlangsung pada era 1980-an.
Bahkan pada tahun 1980 hingga tahun 1985 Indonesia adalah net-eksportir beras. Hal
ini terjadi karena model revolusi hijau yang digalakan pemerintah orde baru mulai
tahun 1970-an.
Namun dampak dari revolusi hijau ternyata membuat ketergantungan pada input
pertanian modern yang dianjurkan. Kejadian ini persis terjadi hingga saat ini, pada
proyeksi pertanian Indonesia yang cenderung monokultur (terutama tergantung pada
beras), tergolong menggunakan teknologi, namun merugikan yakni penggunaan
pestisida dan pupuk kimia dan lain sebagainya. Ketergantungan inilah yang
mengakibatkan petani di Indonesia pada akhirnya tidak dapat lagi menemukan margin
dari input yang diperlukan dan hasil yang diperoleh. Era ketergantungan ini akhirnya
membuat beban petani menjadi semakin berat. Mahalnya pestisida, pupuk, tidak
seimbang dengan pendapatan yang diperoleh. Hal ini juga berlangsung hingga saat ini.
Pada tahun 1995 Indonesia mulai mengurangi subsidi untuk input pertanian, walaupun
subsidi untuk pestisida telah dilarang bebarapa tahun sebelumnya (pada tahun 1989).
Hal ini yang membuat para petani semakin sengsara. Pupuk, pestisida dan industri
pertanian akhirnya jebol dan dikuasai oleh pedagang-pedagang besar.
Penggunaan bio pestisida di Indonesia tidak mengalami perkembangan yang berarti
sejak diperkenalkan pada sekor pertanian di Indonesia yang muncul 20 tahun lalu.
Perkembangan bio pestisida jauh tertinggal dibanding perkembangan pestisida sintetis.
Hingga saat ini penggunaan pestisida di sector pertanian Indonesia cenderung stagnan.
Jenis bio pestisida yang sudah terdaftar dan dipasarkan secara komersial hingga saat ini
berkisar 20-30 jenis, tetapi belum didaftarkan oleh penelitinya.
BAB 7
MANAJEMEN PENGELOLAAN AIR BERSIH

d. Pengertian Air Bersih dan Sumber Air Bersih


Menurut permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 air bersih
adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air
menurut sumber daya alam yang mempunyai potensi terbarukan (potensial
renewable). Dikatakan potensial karena ketersediaan air di alam mengikuti
suatu siklus yang melibatkan berbagai komponen ekosistem. Siklus ini dinamis
dan tidak pernah terhenti selama tidak ada factor luar yang menghentikan.
(sudjoko dkk, 2013). Selain untuk air minum, air juga di gunakan untuk
menunjang kegiatan sehari-hari seperti mencuci, mandi, memasak, menyiram
tanaman dan lain-lain. Sekalipun air jumlahnya relative konstan, tetapi air tidak
diam, melainkan bersirkulasi akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi siklus
yang disebut siklus hidrologi. Secara umum, pergerakan air di alam terdiri dari
berbagai peristiwa, yaitu:
a. Penguapan air (evaporasi)
b. Pembentukan awan (kondensasi)
c. Peristiwa jatuhnya air ke bumi/hujan (presipitasi)
d. Aliran air pada permukaan bumi dan di dalam tanah. (budiman
Chandra.2006)

Gambar 2.1
Siklus Hidrologi
Bahwa air menguap (evaporasi) akibat pansnya matahari. Penguapan ini
terjadi pada air permukaan (tawar dan asin), air yang ada didalam lapisan
tanah bagian atas (evaporasi), air yang ada didalam tumbuhan (transpirasi),
hewan, dan manusia (transpirasi, respirasi atau evapontraspirasi). Uap ini
memasuki atmosfir. Didalam atmosfir uap air akan berkumpul akibat bertiup
angin, menjadi awan, dan dalam kondisi cuaca tertentu dapat mendingin dan
berubah bentuk menjadi tetesan-tetesan air dan jatuh kembali ke permukaan
bumi dengan hujan, terjadi presipitassi. Air hujan ini ada yang mengalir
langsung (air larian permukaan/runoff) masuk kedalam air permukaan,ada
yang meresap kedalam tanah (ber-perkolasi) dan menjadi air tanah baik yang
dangkal maupun yang dalam (air artesis), ada yang diserap oleh tumbuhan
(ber-filtrasi) . air tanah dalam akan keluar ke permukaan sebagai mata air dan
menjadi air permukaan. Air permukaan bersama-sama dengan air tanah
dangkal, dan air yang berada didalam tubuh organisme akan menguap kembali
untuk menjadi awan. Maka siklus hidrologi kembali terulang. (juli
soemirat.2011)
Sumber-sumber air tersebut adalah:
a. Air permukaan yang merupakan air sungai, danau, laut.
b. Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal
atau air tanah dalam, dan
c. Air angkasa (hujan, salju, dan es)
(Juli Soemirat.2011)
Menurut Dr. budiman Chandra dalam buku pengantar kesehatan
lingkungan, sumber air dapat di uraikan sebagai berikut:
a. Air permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai,
danau, telaga, waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan bumi. Air
permukaan salh satu sumber penting bahan baku air bersih. Factor-faktor
yang harus diperhatikan, antara lain:
1) Mutu atau kualitas baku
2) Jumlah atau kuantitasnya
3) Kontinuitasnya
Dibandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan
sumber yang paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora, dan
zat-zat lain.
b. Air tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan
kedalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah.
Air tanah memiliki beberapa kelebihan disbanding sumber air lain.
Pertama, air tanah bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami
proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup
tersedia sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu
air tanah juga memiliki beberapa kerugian atau kelemahan disbanding
sumber air lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam
konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral
semacam magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi dapat
menyebabkan kesadahan air.
c. Air angkasa (air hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di
bumi.walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air
tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Air
hujan merupakan jenis air yang paling murni. Namun, dalam
perjalanannya turun ke bumi, air hujan akan melarutkan partikel-partikel
debu dan gas yang terdapat dalam udara, misalnya, gas CO2, gas N2O3, S2O
3 sehingga beberapa reaksi kimia berikut dapat terjadi dalam udara.
1) Gas CO2 + air hujan asam karbonat
2) Gas N2O3 + air hujan asam sulfat
3) Gas S2O 3+ air hujan asam nitrit
Dengan demikian, air hujan yang sampai dipermukaan bumi sudah
tidak murni dan reaksi di atas dapat mengakibatkan keasaman pada air
hujan sehingga akan terbentuk hujan asam (acid rain).

e. Parameter Air Bersih


Syarat air bersih secara kualitas dengan parameter fisik yaitu tidak berbau,
tidak berwarna dan tidak berasa. Sedangkan syarat secara bakteriologis adalah
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah dan
jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang
mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan
bakteri golongan patogen, namum bakteri ini merupakan indikator dari
pencemaran air oleh bakteri patogen.
Sedangkan secara kimia,yaitu mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah
tertentu pula, yaitu fluor (F), Chlor (Cl), Arsen (As), tembaga (Cu), Besi (Fe),
zat organic, PH (keasaman). (hariza adnani. 2011) khususnya pada persyaratan
air bersih dari kadar kandungan kimia anorganik .
Tabel 7.1
PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan
air bersih secara kimia anorganik
Kimia
Kimia anorganik
Kadar maksimum yang
No. Parameter Satuan Keterangan
diperbolehkan
1 Air raksa mg/L 0,001 -
2 Arsen mg/L 0,05 -
3 Besi mg/L 1,0 -
4 Fluorida mg/L 1,5 -
5 Cadmium mg/L 0,005 -
6 Kesadahan (CaCo3) mg/L 500 -
7 Klorida mg/L 600 -
8 Kronium, valensi 6 mg/L 0,05 -
9 Mangan mg/L 0,5 -
10 Nitrat, sebagai N mg/L 10 -
11 Nitrit, sebagai N mg/L 1,0 -
12 PH mg/L 0,05 -
13 Salenium mg/L 0,01 -
14 Seng mg/L 15 -
15 Sianida mg/L 0,1 -
16 Sulfat mg/L 400 -
17 Timbal mg/L 0,05 -
1. Pengaruh air terhadap kesehatan
a. Pengaruh tidak langsung
Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat
pendayagunaan air yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan
kesejahteraan masyarakat. Misalnya, air yang dimanfaatkan untuk
pembangkit tenaga listrik, untuk industry, untuk irigasi, perikanan,
pertanian, dan rekreasi dapat emningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebaliknya pengotoran air dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai contoh adalah pengotoran badan-badan air dengan zat-zat kimia
yang menurunkan kadar oksigen terlarut, zat-zat kimia tidak beracun
yang sukar diuraikan secara alamiah dan menyebabkan masalah khusus
seperti estetika, kekeruhan karena adanya zat-zat tersuspensi (juli
soemirat. 2011).
b. Pengaruh secara langsung
Pengaruh air secara langsung terhadap kesehatan sangat tergantung
pada kualitas air dan terjadi karena air berfungsi sebagai
penyalur/penyebar penyebab penyakit ataupun sebagai sarang insekta
penyebar penyakit. Kualitas air berubah karena kapasitas air untuk
membersihkan dirinya telah terlampaui. Hal ini disebabkan
bertambahnya jumlah serta intensitas aktivitas penduduk yang tidak
hanya meningkatkan kebutuhan air tetapi juga meningkatkan jumlah air
buangan. Buangan pengotor air yang berpengaruh langsung, di
antaranya: zat-zat yang persisten, zat radioaktif, dan penyebab penyakit.
(jujun bandung, 2012)

2. Air dan penyakit


Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan
melalui air dissebut sebagai waterborne disease atau water-related disease.
Terjadinya suatu penyakit tentunya memerlukan adanya agens dan terkadang
vector. Berikut beberapa contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui air
berdasarkan tipe agens penyebabnya.
a. Penyakit viral, misalnya, hepatitis viral, poliomyelitis.
b. Penyakit bacterial, misalnya, kolera, disentri, tifoid, diare.
c. Penyakit protozoa, mialnya amebiasis, giardiasis.
d. Penyakit helmintik, misalnya, askariasis, whip worm, hydatid disease.
e. Leptospiral, misalnya, weil’s disease.
f. Beberapa penyakit yang ditularkan melalui air ini di dalam penularannya
terkadang membutuhkan hospes, biasa disebut sebagai aquatic host.
Hospes aquatic tersebut berdasarkan sifat multiplikasinya dalam air
terbagi menjadi dua yaitu:
1) Water multiplied
Contoh penyakit dari hospes semacam ini adalah skistosomiasis
(vector keong)
2) Non multiplied
Contoh agens penyakit dari hospes semacam ini adalah cacing guinea
dan fish tape worm (vector cyclop)
Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat
dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya.
Mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat, yaitu:
a. Waterborne mechanism
Didalam mekanisme ini, kuman pathogen dalam air yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui
mulut atau system pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui
mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler,
dan poliomyelitis.
b. Waterwash mechanism
Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan
umum dan perorangan. Pada mekanismee ini terdapat tiga cara penularan,
yaitu:
1) Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.
2) Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trakoma.
3) Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit
leptospirosis.
c. Water-based mechanism
Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agens
penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vector
atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya
skistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculus medinensis. . 2006)
d. Water-related insect vector mechanism
Agens penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang
biak di dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan
semacam ini adalah filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever. (Chandra
budiman

3. Penyakit karena kurangnya kuantitas air bersih


Kurangnya air bersih, khususnya untuk menjaga kebersihan diri, dapat
menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata. Hal ini terjadi, karena bakteri
yang selalu ada pada kulit dan mata mempunyai kesempatan untuk
berkembang. Apalagi diantara masyarakat dengan keadaan gizi yang kurang,
seperti kekurangan vitamin A, B dan C. (juli soemirat.2011).
BAB 8
MANAJEMEN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA

e. Pengertian Kesehatan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang
dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun
orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja,
f. Manajemen Kecelakaan Kerja
g. Asesment Kecelakaan Kerja

h. Penggunaan Alat Pelindung Diri di Tempat Kerja


Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan
oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja (Suma’mur 2009). APD
adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungisebagian
atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. APD
tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat
mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Pengendalian ini
sebaiknya tetap dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian teknis maupun
pengendali administratif.
Alat pelindung diri adalah alat-alat yang mampu memberikan
perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan yang mungkin timbul.
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia mengatan APD adalah
kelengkapan Yang wajib digunakan saat kerja sesuai bahaya resiko keja untuk
menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Menurut OSHA atau Occupational Safety and healt administration,
personal protective equipment atau alat pelindung diri ( APD ) dalam nindiasa
(2011,h.10) mendefinisikan APD adalah alat yang digunakan untuk melindungi
pekerja dari luka atau penyakit diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya
(hards) ditempat kerja,baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik,
mekanik dan lainnya.

Persyaratan Alat Pelindung Diri


Adapun Persyaratan alat pelindung diri harus mempunyai beberapa
kriteria agar memenuhi persyaratan dalam penyediaan yang antara lain :
a. Alat pelindung harus dapat memberikan perlindungan efektif terhadap
bahaya yang khusus, sebagaimana alat pelindung tersebut didisain,
b. Enak dipakai pada kondisi pekerjaan yang sesuai dengan disain alat
pelindung tersebut,
c. Tidak mengganggu pada saat bekerja, dalam arti pelindung diri harus
cocok dengan tubuh pemakainya dan tidak menyulitkan gerak
penggunanya.
Pedoman Pemilihan Alat Pelindung Diri
Tujuan dari pemilihan alat pelindung diri adalah :
a. Mengetahui dengan baik potensi bahaya, jenis alat pelindung diri yang
tersedia serta kegunaannya.
b. Membandingkan bahaya yang ada di lingkungan kerja dengan kemampuan
alat pelindung diri yang tersedia.
c. Memilih alat pelindung diri yang mempunyai tingkat perlindungan yang
lebih besar untuk melindungi pekerja dari bahaya.
d. Mengetahui penggunaan, pemeliharaan, serta keterbatasan dari alat
pelindung diri yang digunakan.

Jenis Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri, jenis atau macamnya beraneka macam. Jika
digolongkan berdasarkan bagian-bagian tubuh yang dapat dilindungi, maka alat
pelindung diri meliputi perlindungan terhadap : kepala, mata, muka, tangan,
dan jari, kaki, alat pernapasan, telinga, dan tubuh
a. Alat Pelindung Kepala
Dalam program keselamatan alat pelindung kepala adalah salah
satu faktor yang penting. Semua pelindung kepala dirancang untuk
memberikan perlindungan terhadap dampak potensi bahaya yang
disebabkan oleh objek-objek yang jatuh. Pelindung kepala juga dapat
memberikan perlindungan dari shock dan luka bakar karena listrik.
Beberapa kelas dari alat pelindung kepala yang dapat memberikan
perlindungan secara khusus menurut OSHA, antara lain:
1) Kelas A, General service, untuk melindungi para pekerja yang bekerja
di bagian pemintalan, konstruksi, perkapalan, manufaktur, dan lainnya.
2) Kelas B, Utility service, untuk melindungi pekerja dari jatuhan benda,
shock akibat listrik, dan lainnya.
3) Kelas C, Special service, terbuat dari aluminium dan dilengkapi
dengan lampu khusus yang dipakai dipertambangan, perminyakan,
konstruksi dan lainnya.
Material yang dipakai untuk pembuatan helmet harus tahan air dan
waktu terbakarnya lama. Selain pelindung kepala, tutup kepala (hairs
quard) yang terbuat dari kain, dapat mencegah terjadinya kecelakaan
khususnya pada pekerja wanita yang berambut panjang saat bekerja dengan
mesin.

b. Alat Pelindung Mata dan Muka


Alat ini dipakai oleh pekerja untuk melindungi agar pekerja tidak
mengalami cidera pada mata dan muka karena bahaya yang ada di tempat
kerja.
Macam alat pelindung mata dan muka meliputi, antara lain :
1) Safety spectacles, yaitu terbuat dari metal atau palstik tanpa adanya
pelindung samping. Jenis ini paling banyak digunakan.
2) Impact-resistent spectacles, digunakan untuk perlindungan dari
material yang dihasilkan dari proses grinding, perkayuan, dan
penghalusan.
3) Goggles, secara umum dipakai untuk melindungi mata dari percikan
dan debu, dibuat khusus sesuai dengan jenis bahaya.
4) Welding shield, terbuat dari fiberglass dan digunakan oleh pekerja
pengelasan.
5) Laser safety goggles, digunakan untuk perlindungan mata dari sinar
laser.
6) Face shield, untuk melindungi muka dan mata pekerja dari debu,
percikan dan pancaran cairan kimia.

c. Alat Pelindung Telinga


Pajanan kebisingan di tempat kerja yang melebihi nilai ambang
batas sebesar 85 dBA dapat menyebabkan gangguan pendengaran, stress,
dan gangguan kenyamanan.
Alat pelindung telinga adalah merupakan alat pelindung diri untuk
melindungi telinga ketika melakukan pekerjaan di tempat yang mempunyai
intensitas kebisingan, yang mengganggu kenyamanan kerja bahkan
merusak organ pendengaran.
Dari semua hal yang perlu dipertimbangkan, hal yang paling
penting adalah memilih alat pelindung pendengaran yang nyaman
digunakan oleh pekerja atau petugas. Alat pelindung telinga yang
umumnya digunakan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1) Sumbat telinga (ear plug)
Sumbat telinga mempunyai kemampuan menurunkan kebisingan
3-30 dBA. Cara pemakaiannya yaitu dengan memasukkan sumbat
telinga pada saluran telinga luar dan dibuat untuk semua ukuran. Jenis
sumbat telinga ada dua macam, yaitu: disposable (sekali pakai
langsung buang) dan non-dispsable (dapat dipakai berulang kali).
Sumbat telinga ini terbuat dari plastik, plastik foam, lilin, dan wol.
2) Tutup telinga (ear muff)
Tutup telinga mempunyai kemampuan menurunkan kebisingan
20-40 dBA, sehingga daya lindung terhadap kebisingan lebih tinggi
dari ear plug. Tutup telinga dapat digunakan oleh semua orang dengan
ukuran telinga yang berbeda.
3) Kombinasi antara sumbat telinga (ear plug) dan tutup telinga (ear
muff)
Kombinasi ear plug dengan ear muff efektif dipakai untuk
melindungi pekerja dari kebisingan sebesar 120-125 dBA.

d. Alat Pelindung Pernapasan


Alat pelindung pernapasan adalah alat yang diperlukan oleh pekerja
yang berada pada daerah kerja yang membahayakan pernapasan karena
udara di tempat tersebut sudah terkontaminasi. Alat ini berfungsi untuk
melindungi pernapasan pekerja dari bahaya zat yang bersifat toksik dan
partikel-partikel yang berbahaya bagi saluran pernapasan, seperti : debu,
kabut asap, uap, gas beracun, fumes, dan berfungsi untuk pemasok oksigen.
Secara umum ada dua tipe dasar alat pelindung pernapasan, yaitu :
1) Air purifying respirator
Yaitu alat pelindung pernapasan yang digunakan jika udara
mengandung cukup oksigen tetapi terkontaminasi zat yang berbahaya.
Air purifying respirator menggunakan replaceable filters (penyaring
yang dapat diganti) untuk menyaring bahan-bahan berbahaya dan atau
mengabsorbsi pencemaran udara.
2) Breathing apparatus atau supplying respirator
Yaitu alat pelindung pernapasan yang digunakan jika tidak cukup
oksigen (kurang dari 19,5 %), dan tingkat pencermarannya cukup
tinggi untuk dipertimbangkan Immediately Dangerous of Life or
Health (IDLH) atau jika air purifying respirators tidak efektif. Alat ini
terdiri dari tabung oksigen dan mempunyai tutup muka yang
dihubungkan dengan pipa penyalur oksigen.

e. Alat Pelindung Tangan dan Lengan


Alat ini berfungsi sebagai pelindung tangan dan lengan dari cidera
seperti terbakar. terpotong, tergores, patah dan pajanan kimia akibat proses
di tempat kerja. Setiap pekerja harus mengetahui alat pelindung tangan dan
lengan yang di butuhkan sesuai dengan karakteristik bahaya melalui
prosedur tes standar. Alat pelindung tangan harus memungkinkan jari dan
tangan dapat bergerak secara bebas. Harus dingat bahwa pemakaian sarung
tangan pada saat bekerja dengan mesin bor, mesin kempa dan lainnya dapat
berbahaya karena dapat tertangkap oleh putaran mesin. Sarung tangan
dibuat dari material yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya,
secara umum dibagi menjadi empat kelompok. yaitu :
1) Terbuat dari metal mesh, kulit atau kanvas. Sarung tangan ini dipakai
untuk melindungi pekerja dari panas, terbakar, terpotong dan suhu
yang dingin.
2) Terbuat dari tenun dan lapisan tenun. Sarung tangan ini di pakai untuk
melindungi pekerja dari kotoran, teriris, luka, lecet. dan penanganan
kimia di laboratorium.
3) Terbuat dari karet (latex, nitrile, buty), plastik, dan karet sintesis.
Sarung tangan ini digunakan untuk melindungi pekerja dari iritasi,
dermatitis akibat zat kimia dan mengurangi risiko terinfeksi cairan
tubuh yang terkontaminasi sepcrti darah, urine dan sputum
4) Terbuat dari karet penyekat, sarung tangan ini di pakai untuk
melindungi pekerja dari solvent, asam peroksida. asam sulfur, asam
nitrit, mencegah lecet tetapi dapat menimbulkan reaksi alergi pada
individu tertentu.

f. Alat Pelindung Kaki


Sepatu pengaman harus dapat melindungi pekerja terhadap kecelakaan
yang disebabkan oleh barang berat yang jatuh keatas kaki, paku, logam
cair. asam. Dan lainnya. Untuk benar-benar aman sepatu harus dilengkapi
dengan ujung berlapis baja dan harus memakai alas baja didalam lapisan
kulitnya terutama pada pekerja di proyek bangunan. Tetapi pada jenis
pekerjaan yang lain, seperti tukang listrik maka harus mamakai sepatu yang
tidak menghantarkan listrik (tidak mengandung logam) untuk mengurangi
resiko dan dampak yang timbul sehubungan dengan pekerjaannya. Selain
itu, untuk para pekerja yang bekerja di pabrik bahan peledak, sepatu
pengaman yang digunakan harus sepatu yang tidak menimbulkan bunga api
(tidak mengandung logam) untuk mencegah terjadinya ledakan.

g. Alat Pelindung Tubuh


Sama seperti alat pelindung lainnya, pakaian pelindung berfungsi
sebagai alat pelindung terhadap bahaya di tempat kerja sehingga mencegah
terjadinya cidera pada bagian tubuh. Jenis alat pelindung tubuh terdiri dari
apron, jaket, rompi, jubah bedah dan full body suits. Material yang dipakai
untuk membuat pakaian pelindung bermacam-macam sesuai dengan
kebutuhannya. Material yang di gunakan diantaranya, antara lain :
1) Terbuat dari serat kertas, pakaian pelindung ini digunakan untuk
melindungi dari debu dan percikan cairan tertent. Pakaian pelindung
ini bersifat disposable.
2) Terbuat dari wol dan katun, pakaian pelindung ini digunakan untuk
melindungi pekerja dari debu, goresan, dan iritasi pada permukaan
tubuh.
3) Terbuat dari kain tenun. pakaian pelindung ini digunakan untuk
melindungi pekerja dari akibat benda tajam (terpotong) dan tergores
pada permukaan yang kasar.
4) Terbuat dari kulit. pakaian pelindung ini digunakan untuk melindungi
pekerja dari temperatur yang panas, dan dari nyala api.
5) Terbuat dari karet dan plastik, pakaian pelindung ini digunakan untuk
melindungi pekerja terhadap cairan kimia, cairan tubuh pasien, dan
cairan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai