Anda di halaman 1dari 12

Volume 2, No.

3, Agustus 2018 : 148-159

EVALUASI PELAKSANAAN CARA DISTRIBUSI OBAT di PBF RAJAWALI


NUSINDO

Evaluation of Drug Distribution 1mplementation in Rajawali Nusindo Company

Meilyanie Wijaya1*, Adek Chan2


1
Mahasiswa Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan Umum, Institut Kesehatan Helvetia
2
Dosen Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan Umum, Institut Kesehatan Helvetia

ABSTRAK
Pendahuluan: Obat adalah kebutuhan primer dari manusia, oleh karena itu obat yang beredar perlu
dijamin kualitasnya agar tetap sesuai dengan desain pada saat digunakan oleh pasien. Begitu pentingnya
obat dalam hidup manusia sehingga dalam pembuatannya obat harus memenuhi kriteria : efficacy, safety,
dan quality. kriteria tersebut harus terpenuhi mulai dari pembuatan, pendistribusian hingga penyerahan obat
ke tangan konsumen harus diperhatikan kualitas obat tersebut tetap terjaga sampai pada akhirnya obat
tersebut dikonsumsi oleh pasien. Penelitian ini ber Tujuan: untuk mengevaluasi pelaksanaan Cara
Distribusi Obat di PBF Rajawali Nusindo tahun 2017. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif yang dilakukan bulan Mei 2017 menggunakan daftar checklist yang memuat aspek-aspek CDOB
yang meliputi manajemen mutu, organisasi, manajemen dan personalia, bangunan dan peralatan,
operasional, inspekdiri, keluhan, obat dan atau bahan obat kembaliandidugapalsudanpenarikankembali,
transportasi, fasilitasdistribusiberdasarkankontrak, dokumentasidan lain-lain. Hasil: penelitian
menunjukkan bahwa Pelaksanaan Cara Distribusi Obat di PBF Rajawali Nusindo tidak sesuai berdasarkan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tahun 2012. Kesimpulan: dari
Penelitian ini terdapat 2 aspek Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) yang belum sesuai yaitu luas ruang
bangunan penyimpanan dan sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Kata Kunci : Obat, Cara
DistribusiObat yang Baik (CDOB), PedagangBesarFarmasi (PBF).

ABSTRACT
Introduction: Drugs are the primary needs of humans, therefore outstanding drugs need to be
assured of their quality in order to keep them in line with the design when used by the patient.
Once the importance of drugs in human life so that in the manufacture of drugs must meet the
criteria: efficacy, safety, and quality. the criteria must be met from the manufacture, distribution
and delivery of drugs to the hands of consumers must be considered the quality of the drug is
maintained until the drug is consumed by the patient. Objective: this study aims to evaluate the
implementation of How to Distribute Drugs in PBF Rajawali Nusindo in 2017. Method: This study
was a descriptive study conducted in May 2017 used a checklist list containing aspects of CDOB
covering quality management, organization, management and personnel, building and
equipment, operational, self inspection, complaints, drugs and / or pharmaceutical materials
allegedly false and recall, transportation, distribution facilities under contract, documentation
and others. Results: Showed that the Implementation of How to Distribute Drugs in PBF Rajawali
Nusindo not according to the Regulation of the Head of National Agency of Drug and Food
Control of the Republic of Indonesia Year 2012. Conclusion: From this research, there are 2
aspects of Good Medicine Distribution Method (CDOB) which is not suitable ie building storage
area and Health and Safety (K3) system.
Keywords: Drugs, Good Medicine Distribution (CDOB), Pharmaceutical Wholesalers (PBF).

Alamat Korespondensi:
Meilyanie Wijaya : Institut Kesehatan Helvetia. Jalan Kapten Sumarsono, Np. 107, Medan, Indonesia,
20124 . Email : memei@gmail.com

Publish By : Jurnal Dunia Farmasi 148


Volume 2, No.3, Agustus 2018 : 148-159

PENDAHULUAN tetap sesuai dengan desain pada saat


Menurut Undang-Undang No. 36 digunakan oleh pasien. Begitu
Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan pentingnya obat dalam hidup manusia
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual sehingga dalam pembuatannya obat
maupun sosial yang memungkinkan harus memenuhi kriteria : efficacy,
setiap orang untuk hidup produktif safety, dan quality. kriteria tersebut
secara sosial dan ekonomis. Dalam harus terpenuhi mulai dari pembuatan,
rangka mewujudkan derajat kesehatan pendistribusian hingga penyerahan obat
masyarakat yang setinggi-tingginya ke tangan konsumen harus diperhatikan
maka perlu dilakukan suatu upaya kualitas obat tersebut tetap terjaga
kesehatan. Pelaksanaan upaya kesehatan sampai pada akhirnya obat tersebut
dapat dilakukan dalam bentuk dikonsumsi oleh pasien (3).
pencegahan penyakit, peningkatan Cara Distribusi Obat yang Baik
kesehatan, pengobatan penyakit dan (CDOB) adalah cara distribusi atau
pemulihan kesehatan dan/atau penyaluran obat dan atau bahan obat
masyarakat (1). yang bertujuan memastikan mutu
Berdasarkan Peraturan sepanjang jalur distribusi atau
Pemerintah Republik Indonesia Nomor penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan
51 tahun 2009 tentang pekerjaan penggunaannya. Kegiatan yang
kefarmasian, pekerjaan kefarmasian menyangkut distribusi obat meliputi
adalah pembuatan termasuk pengadaan, penyimpanan, dan
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, penyaluran obat dari produsen hingga ke
pengamanan, pengadaan, penyimpanan tangan konsumen. Penerapan Cara
dan pendistribusi atau penyaluranan Distribusi Obat yang Baik (CDOB) ini
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat diharapkan dapat mempertahankan dan
atas resep dokter, pelayanan informasi memastikan mutu obat yang diterima
obat, serta pengembangan obat, bahan oleh pasien sama dengan mutu obat yang
obat dan obat tradisional (2). dikeluarkan oleh industri farmasi (3).
Obat adalah kebutuhan primer Pedagang Besar Farmasi (PBF)
dari manusia, oleh karena itu obat yang adalah perusahaan berbentuk badan
beredar perlu dijamin kualitasnya agar hukum yang memiliki izin untuk

Publish By : Jurnal Dunia Farmasi 149


Volume 2, No.3, Agustus 2018 : 148-159

pengadaan, penyimpanan, penyaluran perdagangan telah ditandai dengan


perbekalan farmasi dalam jumlah besar pemisahan (spin off) unit usaha yang
sesuai ketentuan peraturan sebelumnya bernaung dibawah PT. RNI
perundang-undangan. PBF bertugas menjadi perusahaan sendiri. Salah satu
untuk menyalurkan obat kepada PBF unit yang dipisahkan tersebut adalah unit
lain, apotek, puskesmas hingga rumah usaha yang bergerak dibidang distribusi
sakit. Setiap PBF harus memiliki dan perdagangan,yaitu PT. Rajawali
apoteker penanggung jawab yang Nusindo.
bertanggung jawab terhadap Berdasarkan latar belakang
pelaksanaan ketentuan pengadaan, diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penyimpanan dan penyaluran obat Evaluasi Cara Distribusi Obat di PBF
dan/atau bahan obat kepada pasien harus Rajawali Nusindo karena PBF Rajawali
terdokumentasi dan memenuhi Nusindo merupakan Badan Usaha Milik
prinsip-prinsip dari Cara Distribusi Obat Negara(BUMN) yang bergerak dibidang
yang Baik (CDOB) (4). distribusi dan berdasarkan hasil survey
Berdasarkan hasil penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti
Nanda Tiasari mengenai Cara Distribusi ternyata PBF Rajawali Nusindo belum
Obat yang Baik pada PBF di Provinsi mendapatkan sertifikat dari Badan
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
terdapat 13,7% PBF yang tidak tetapi PBF Rajawali Nusindo sudah
memenuhi Standar Opersional Prosedur, menerapkan Cara Distribusi Obat yang
33,3% PBF melakukan pelatihan Baik.Peraturan Kepala Badan Pengawas
transportasi, 11% PBF tidak memiliki Obat dan Makanan Republik mengenai
alat pengaturan kelembapan dan 15,16% CDOB dikeluarkan pada tahun 2012,
tidak memenuhi dokumentasi (5). selama 3 tahun baru dilaksanakan
PT. Rajawali Nusindo adalah sosialisasi mengenai CDOB dan pada
salah satu anak perusahaan dari PT. tahun 2015 dikeluarkannya buku
Rajawali Nusantara Indonesia (PT. RNI) mengenai Petunjuk Pelaksanaan CDOB
yang bergerak dibidang perdagangan ini diterbitkan untuk melengkapi
(trading). Refocusing bisnis PT. RNI Pedoman 2012 yang bertujuan untuk
pada tiga lini usaha yaitu industri agro, memudahkan intrepretasi, baik oleh
farmasi dan alat kesehatan, serta Pedagang Besar Farmasi dalam

Publish By : Jurnal Dunia Farmasi 150


Volume 2, No.3, Agustus 2018 : 148-159

menerapkan persyaratkan CDOB untuk data dengan daftar cek (checklist)telah


seluruh aspek cara distribusi obat, dilakukan. Data yang dikumpulkan
inspektur CDOB Badan POM maupun berupa informasi tentang aspek-aspek
kalangan lain yang berkepentingan. pada CDOB menurut Keputusan Kepala
saat ini PBF Rajawali Nusindo mulai Badan Pengawas Obat dan Makanan
melakukan perbaikan-perbaikan agar Tahun 2012 yaitu management mutu,
bisa dapat sertifikat CDOB dari BPOM. organisasi, manajemen dan personalia,
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bangunan dan peralatan, operasional,
pelaksanaan Cara Distibusi Obat inspeksi diri, keluhan dan/atau bahan
berdasarkan Peraturan Kepala Badan obat kembalian, diduga palsu dan
Pengawas Obat dan Makanan Republik penarikan kembali, transportasi, fasilitas
Indonesia Tahun 2012. Pada peraturan distribusi berdasarkan kontrak, dan
CDOB ini memiliki beberapa aspek dokumentasi.
yaitu management mutu, organisasi, Analisis Data : Data yang telah
manajemen dan personalia, bangunan terkumpul dari hasil daftar cek
dan peralatan, operasional, inspeksi diri, (checklist)disusun dan disajikan dalam
keluhan dan/atau bahan obat kembalian, bentuk kalimat.
diduga palsu dan penarikan kembali, HASIL DAN PEMBAHASAN
transportasi, fasilitas distribusi Cara Distribusi Obat yang
berdasarkan kontrak, dan dokumentasi. Baik (CDOB) : Cara Distribusi Obat
Penelitian ini diharapkan dapat yang Baik (CDOB) adalah cara
memberikan gambaran dan evaluasi distribusi/penyaluran obat dan/atau
mengenai pelaksanaan Cara Distribusi bahan obat yang bertujuan memastikan
Obat pada salah satu sarana distribusi mutu sepanjang jalur
obat yaittu PBF Rajawali Nusindo. distribusi/penyaluran sesuai persyaratan
METODE dan tujuan penggunaannya.
Jenis penelitian ini termasuk Manajemen Mutu
penelitian deskriptif. Penelitian ini Sistem Mutu : Sistem Mutu
dilakukan menggunakan metode survey merupakan gabungan semua aspek
dengan melakukan daftar cek dalam suatu sistem yang melaksanakan
(checklist).3 kebijakan mutu serta memastikan
Pengolahan Data : Pengolahan sasaran mutu terpenuhi. PBF Rajawali

Publish By : Jurnal Dunia Farmasi 151


Volume 2, No.3, Agustus 2018 : 148-159

Nusindo telah menerapkan sistem mutu diminimalisir. Seluruh personil


terkait Cara Distribusi Obat yang Baik memperoleh pemeriksaan medis pada
(CDOB) yang terdapat dalam POB No. waktu perekrutan di Rumah Sakit Bunda
I-POB-I-16. Thamrin. PT. Rajawali Nusindo
Organisasi, Manajemen, dan mempunyai daftar nama, alamat dan
Personalia wilayah kerja sales dan jasa pengiriman,
Organisasi dan Manajemen : nama sales wilayah kerjanya semua
Struktur organisasi di PBF Rajawali dilaporkan ke BPOM yang berfungsi
Nusindo mencakup kedudukan jika suatu saat ada pemeriksaan dijalan
penanggung jawab dan harus sesuai seperti razia, sales membawa Obat Keras
kualifikasi pendidikanya yang meliputi : Tertentu (OKT) itu tidak jadi masalah
Pimpinan cabang dari Sarjana Ekonomi, karena memang untuk diantar ke
Kepala Operasional dari Sarjana wilayah kerjanya bukan untuk
Ekonomi, Penanggung Jawab Farmasi disalahgunakan.
harus Apoteker, Penanggung Jawab Alat Penanggung Jawab : PT.
Kesehatan dari D3 Farmasi, Kepala Rajawali Nusindo memiliki apoteker
Akuntasi dari Sarjana Akuntasi, penanggung jawab yang bekerja full
Administrasi Penjualan (Fakturis) dari time di PT. Rajawali Nusindo yang
Sarjana akuntansi, Kepala Gudang dari memilik SIK: 445/4370/I/2016.
D3 Farmasi, Staf Gudang dari D3 Pelatihan : Program pelatihan
Farmasi, Expeditur dan Driver dari harus sesuai tugas dan fungsinya,
SMA, Supervisor penjualan dari S1 pelatihan dapat dilakukan baik internal
Penjualan, Salesman dari Sarjana maupun eksternal. Personil yang
Kesehatan, Kasir dari Sarjana akuntansi, mengikuti pelatihan antara lain : bagian
Administrasi Piutang dari D3 Akuntansi. gudang, administrasi distribusi obat.
Absen karyawan PT. Rajawali Pelatihan yang dilakukan harus sesuai
Nusindo memakai Finger Print agar dengan POB Pelatihan Karyawan No.
karyawan tidak bisa memalsukan data 048-POB-I-16. Sebelum Apoteker
kehadiran serta datang terlambat karena menyajikan materi maka terlebih dahulu
pekerja sendirilah yang harus melakukan dilakukan pre test setalah itu dinilai
proses verifikasi dengan jari mereka kemudian diberi materi oleh apoteker,
sehingga tingkat kecurangan bisa setelah itu dilakuakan post test jika

Publish By : Jurnal Dunia Farmasi 152


Volume 2, No.3, Agustus 2018 : 148-159

nilainya sudah diatas range maka harus permanen. Di gudang PT. Rajawali
dievaluasi berkala yang dilakukan secara Nusindo tersedia area akses untuk
rutin, misalnya setiap 6 bulan sekali atau penerimaan barang dan pengeluaran
sesuai dengan kebutuhan masing-masing barang. Terdapat POB yang mengatur
fasilitas distribusi dan harus dilakukan akses personil terhadap area Penerimaan
dokumentasi. No. 004-POB-I-16, Penyimpanan
Higiene : PT. Rajawali Nusindo No.010-POB-I-16 dan Pengiriman
sudah tersedia sistem Kesehatan dan No.012-POB-I-16. Luas ruang
Keselamatan Kerja (K3) namun belum penyimpanan di PT. Rajawali Nusindo
dilakukan secara rutin. Setiap karyawan tidak memadai disebabkan kondisi
yang bekerja di bagian gudang harus gudang yang cukup padat karena PT.
menerapkan sistem Kesehatan dan Rajawali Nusindo melayani produk
Keselamatan Kerja (K3) seperti, E-Catalog.
memakai sarung tangan, kacamata, Operasional
helm, masker dan sepatu bots agar Pengadaan : PT. Rajawali
terhindar dari bahaya-bahaya yang tidak Nusindo mempunyai POB Pengadaan
diinginkan. yang terdapat pada No.
Bangunan dan Peralatan : 009-POB-I-2016. Kualifikasi pemasok
Lokasi bangunan PT. Rajawali Nusindo pada SOP No. 001-POB-I-16 yang
sesuai dengan izin PBF. Perubahan dilakukan oleh PBF Pusat. Pengadaan di
denah gudang harus sesuai dengan PT. Rajawali Nusindo berasal dari
persetujuan instansi yang berwenang. sumber yang sah yaitu dari PT. Rajawali
PBF dapat melakukan penambahan Pusat, PT. Phapros, PT. Erela, PT.
gudang atau perubahan gudang dimana Rama. Pengadaan dilakukan
setiap penambahan atau perubahan berdasarkan surat pesanan, untuk
gudang di PBF tersebut harus pengadaan dari PBF Cabang ke Pusat,
memperoleh persetujuan dari Direktur surat pesanan dapat berupa surat pesanan
Jendral dan Kepala Dinas Kesehatan. elektronik. Surat pesanan ditandatangani
PT. Rajawali Nusindo memiliki papan oleh penanggung jawab, dengan
nama yang mencantumkan nama PBF di mencantumkan nama jelas dan nomor
depan lokasi kantor dan gudang PBF dan SIK dan distempel perusahaan. Surat
papan nama tersebut dipasang secara pesanan dibuat minimal rangkap 2, yang

Publish By : Jurnal Dunia Farmasi 153


Volume 2, No.3, Agustus 2018 : 148-159

asli 1 rangkap untuk apoteker cabang memperhatikan Batch/Lot Number 7


dan yang 1 untuk apoteker pusat. Surat Expire Date Produk, sehingga
pesanan mencantumkan nomor urut baik memudahkan dalam menerapkan sistem
secara manual maupun elektronik yang FIFO dan FEFO. Obat dan/atau bahan
tercetak langsung secara sistem. Surat obat disimpan secara terpisah artinya
pesanan digabung dengan faktur harus berbeda rak/ruang/lemari sesuai
pembelian. dengan kondisi yang tercantum pada
Penerimaan : PT. kemasan seperti sediaan tablet disimpan
Rajawali Nusindo mempunyai POB pada suhu kamar 25-300C, sediaan
Penerimaan yang terdapat pada No. injeksi disimpan pada suhu sejuk
004-POB-I-16 yang dilakukan oleh 15-250C dan vaksin disimpan pada suhu
pusat. Setiap penerimaan obat dan/atau dingin 2-80C.
bahan obat dilakukan pemeriksaan Pemisahan Obat dan/atau
kesesuaian antara fisik dan dokumen Bahan Obat : PT. Rajawali Nusindo
yang meliputi : item, jumlah, nomor bets mempunyai POB penanganan obat
dan tanggal kadaluwarsa serta dan/atau bahan yang rusak, kadaluarsa
pemeriksaan label/kondisi kemasan. atau mendekati kadaluarsa yang terdapat
Penerimaan obat dan/atau bahan obat dalam SOP No. 015-POB-I-16. Obat
dicatat pada kartu stok yang dilakukan dan/atau bahan obat yang tidak layak
secara manual, pengisian/pencatatan jual dilakukan pencatatan, obat dan/atau
kartu stok harus sesuai CDOB artinya bahan obat yang tidak layak jual seperti
jumlah barang yang ada digudang sesuai obat yang mendekati kadaluarsa,
dengan yang ada di kartu stok. . Kartu kadaluarsa, mengalami kerusakan
Stock memuat tanggal masuk obat, kemasan, atau yang diduga mengalami
persediaan awal obat, persediaan akhir kontaminasi, dan yang akan
obat, tanggal kadaluarsa, nomor batch, dimusnahkan.
dan nomor register obat tersebut. Penyaluran : PT. Rajawali
Penyimpanan : PT. Rajawali Nusindo mempunyai POB Penyaluran
Nusindo mempunyai POB Penyimpanan yang terdapat pada No. 005-POB-I-16.
yang terdapat pada No. 010-POB-I-16 Obat-obat yang disalurkan adalah
yang dilakukan oleh pusat. Aturan obat-obat yang terdaftar di PT. Rajawali
penyimpanan obat dengan Nusindo.

Publish By : Jurnal Dunia Farmasi 154


Volume 2, No.3, Agustus 2018 : 148-159

Pemusnahan obat dan/atau Kembalian, Diduga Palsu, dan


bahan obat : Pemusnahan obat tidak Penarikan Kembali
dilakukan di PT. Rajawali Nusindo
karena PT. Rajawali Nusindo tidak Keluhan : Tersedia SOP
mempunyai incinerator. Jadi Penanganan Keluhan pelanggan No.
pemusnahan dilakukan dengan cara PT. 049-POB-I-16. Personil yang ditunjuk
Rajawali Nusindo menanyakan kepada untuk menangani keluhan meliputi
principle kapan mereka akan Apoteker Penanggung Jawab dan
mengadakan pemusnahan. Setelah itu Supervisor. Setiap keluhan dilakukan
barang 3 bulan sebelum ED atau 2 bulan pencatatan dan katagorisasi serta
sesudah ED dikirim ke principle untuk dibuatkan trend analisis. Jenis keluhan
dilakukan pemusnahan. pemusnahan dapat dikelompokkan misalnya:
dilakukan oleh principle dan principle Obat dan/atau Bahan Obat
membuat berita acara pemusnahan yang Kembalian : Tersedia POB Penanganan
dilaporkan ke BPOM. dan Penerimaan Obat Kembalian,
Inspeksi Diri : PT. Rajawali Kadaluarsa, Produk Substandard dan
Nusindo mempunyai POB mengenai Penarikan Kembali selama Transportasi
inspeksi diri dan audit mutu No. No. 043-POBI-16. Tersedia POB
066-POB-I-2016. Terdapat Tim Inspeksi Penanganan Obat yang Rusak/Cacat No.
Diri yang ditunjuk oleh pimpinan, dibuat 15.A.POB-I-16. Tersedia POB
daftar periksa yang meliputi karyawan, Pengembalian Obat Kepada Produsen
bangunan termasuk fasilitas, peralatan, No. 019-POB-I-16. Persyaratan obat
pengadaan, penyimpanan dan dan/atau bahan obat kembalian yang
penyaluran dan dokumentasi untuk dapat diterima yaitu penggantian obat
mendapatkan standar inspeksi diri yang dengan batasa kadaluarsa (ED) dengan
minimal. Seluruh catatan mengenai penggantian 100% yaitu obat dapat
pelaksanaan inspeksi diri diterima dipabrik 3 bulan sebelum dan 2
didokumentasikan setelah itu dilakukan bulan sesudah tanggal kadaluarsa.
evaluasi dan tindak lanjut terhadap hasil Jumlah dan identitas obat dan/atau bahan
inspeksi diri yang diketahui oleh obat yang dikembalikan sesuai dengan
pimpinan. bukti penyaluran dan pengembalian.
Keluhan, Obat dan/atau Bahan Obat Pengembalian obat rusak/ED dari

Publish By : Jurnal Dunia Farmasi 155


Volume 2, No.3, Agustus 2018 : 148-159

pelanggan harus menyertakan fotocopy Dokumentasi : Sistem


faktur pembelian dan besarnya dokumentasi (IT atau manual)
penggantian sesuai kondisi saat penjalan menggunakan format sesuai dengan
dan melampirkan surat penyerahan ketentuan yang berlaku. Sistem
barang untuk diisi oleh penerima barang. dokumentasi dapat ditelusuri setiap saat
Obat dan/atau Bahan Obat pada waktu dilakukan pemeriksaan.
Diduga Palsu : Tersedia POB Obat Arsip surat pesanan, faktur pembelian,
dan/atau Bahan Obat Diduga Palsu No. faktur penjualan dan kartu stok disimpan
016-POB-I-16. Obat dan/atau bahan minimal 3 tahun. Arsip surat pesanan
obat palsu/diduga palsu yang ditemukan dan faktur pembelian disatukan ternasuk
dalam jaringan distribusi obat dokumen pengadaan. arsip surat pesanan
diamankan terpisah dari obat lain, dari pelanggan dan faktur penjualan
terkunci dan diberi penandaan tidak disatukan termasuk dokumen
untuk dijual. PBF mengubungi produsen penyaluran. Format faktur atau surat
obat dan/atau bahan obat dan penyerahan barang sesuai dengan
melaporkan ke Badan POM jika ketentuan pada pedoman Cara Distribusi
ditemukan obat dan/atau bahan obat Obat yang Baik (CDOB).
palsu/diduga palsu yang terdapat pada Penanganan Produk Rantai Dingin
POB No. 016-POB-I-16. (Cold Chain Products)
Transportasi : Tersedia POB Personil dan Pelatihan :
Proses Penyaluran Barang dengan Pihak Petugas yang menangani CCP
Jasa Pengiriman No. 012.A-POB-17. mendapatkan pelatihan sesuai tanggung
Kendaraan yang digunakan untuk jawabnya dan telah terdapat
pendistribusian obat telah dilaporkan ke dokumentasikan, absen dan bahan
Balai POM Medan pada Januari 2017. pelatihan. Program pelatihan dilakukan
Sarana Distribusi secara berkala setiap tahun.
Berdasarkan Kontrak : Pengiriman Penerimaan : Terdapat POB
yang menggunakan pihak ketiga (jasa No. 027-POB-I-16 tentang pengelolaan
pengiriman) berdasarkan kontrak, pada produk CCP. Pada saat kedatangan
perjanjian kerjasama tercantum apabila vaksin dan serum, dilakukan pengecekan
obat rusak harus dikembalikan ke PBF terhadap :
untuk dimusnahkan. a. Jenis barang yang diterima

Publish By : Jurnal Dunia Farmasi 156


Volume 2, No.3, Agustus 2018 : 148-159

b. Jumlah barang yang diterima mencegah kelembaban yang berlebihan


c. Kondisi barang sehingga tidak terjadi kerusakan
d. Nomor batch kemasan dan mempermudah
e. Tanggal kadaluarsa pengambilan produk rantai dingin,
f. Kondisi VVM (Vaccine Vial antara chiller/freezer dengan dinding
Monitor) saat diterima pada posisi bangunan diberi jarak yang cukup agar
A atau B, bagi vaksin yang telah panas yang ditimbulkan akibat kerja
dilengkapi VVM. mesin dapat tersebar dengan cepat.
g. Untuk vaksin yang belum Dilakukan monitoring suhu
menggunakan VVM, cek suhu serta pencatatan secara berkala (minimal
peneriaan kemudian dicatat. 3 kali sehari). Tempat penyimpanan
h. Nama dan jumlah vaksin harus CCP dilengkapi dengan temperature data
sesuai dengan Surat Pesanan. logger yang terkalibrasi dan terdapat
Penyimpanan : Terdapat POB sertifikat serta dilakukan evaluasi hasil
No. 027-POB-I-16 tentang pengelolaan pemantauan suhu secara berkala.
produk CCP. Tersedia tempat terpisah Tempat penyimpanan dilengkapi dengan
untuk menyimpan produk CCP alarm peringatan suhu kritis dan secara
menggunakan 2 buah chiler buka atas rutin dilakukan pengecekan.
merk GEA. mempunyai freezer untuk Pengiriman : Terdapat POB
penyimpanan ice pack, freezer yang Pengiriman CCP pada No.
dipakai merupakan kulkas rumah 032-POB-I-16. Pengeluaran produk
tangga. Dilakukan kualifikasi terhadap harus mampu telusur dengan dicatat
tempat penyimpanan khusus untuk CCP secara manual dan/atau elektronik
bila terjadi perubahan kondisi atau meliputi nama produk, jumlah, nomor
dilakukan validasi setahun sekali oleh bets, tanggal kadaluarsa dan tujuan
tenaga teknis yang kompeten. Suhu pengiriman. Penyaluran CCP
ruang penyimpanan CCP sesuai dengan menggunakan wadah kedap yang
spesifikasi CCP yaitu 2-80C. dilengkapi icepack/coolpack sedemikian
penyimpanan produk rantai dingin diberi rupa sehingga dapat menjaga suhu
jarak agar sirkulasi udara merata di selama pengiriman. Memiliki petunjuk
setiap sisi sehingga suhu yang penyimpanan CCP kepada pelanggan
dipersyaratkan dapat dipertahankan, terdapat pada SOP No. 033-POB-I-16.

Publish By : Jurnal Dunia Farmasi 157


Volume 2, No.3, Agustus 2018 : 148-159

Pemeliharaan : Tersedia yang telah ditetapkan.


program perawatan generator, terdapat Dokumentasi : Terdapat POB
dokumen maintenance mingguan genset. Dokumentasi No. 026-POB-I-16, dalam
Penanganan Psikotropika POB dokumentasi mencantumkan
Pengadaan : Terdapat POB pengelolaan surat pesanan yang tidak
Pengadaan No. 022-POB-I-16, dapat digunakan. Surat pesanan dan
pengadaan psikotropika menggunakan faktur penjualan disimpan
surat pesanan dengan format khusus tersendiri/terpisah dari surat pesanan
yang telah ditetapkan. dan faktur penjualan obat lain. Dokumen
Penyimpanan : Terdapat POB yang berkaitan dengan psikotropika
Penyimpanan No. 010-POB-I-16, disimpan dalam file tersendiri/terpisah
penyimpanan psikotropika rusak dari dokumen yang lain, dokumen
dan/atau kadaluarsa dipisahkan/ psikotropika disimpan minimal selama 3
disimpan ditempat khusus untuk tahun setelah 3 tahun maka dokumen
psikotropika rusak. Penyimpanan tersebut akan dimusnahkan. Terdapat
Psikotropika yang rusak dan kadaluarsa POB pencatatn dan pelaporan No.
di simpan tersendiri dari obat-obat yang 026.B-POB-I-16, dilakukan pencatatan
lain. memiliki lemari khusus untuk mengenai kegiatan yang berhubungan
menyimpan psikotropika. Lemari khusus dengan psikotropika dilakukan secara
tidak digunakan untuk menyimpan tertib dalam kartu stok. Dilakukan
barang lain selain psikotropika. Apabila pelaporan dan pengeluaran psikotropika
ingin memasuki ruangan khusus setiap bulan.
penyimpanan psikotropika harus seizin Sarana Transportasi :
dari Apoteker Penanggung Jawab, kunci Kendaraan yang telah digunakan untu
ruangan dan lemari khusus dipegang pendistribusian obat telah dilaporkan ke
oleh Penanggung Jawab atau pegawai Balai Besar/Balai POM setempat.
yang dikuasakan/dipercayai untuk KESIMPULAN
memegang kunci tersebut. Hasil penelitian menunjukkan
Penyaluran : Terdapat POB bahwa pelaksanaan Cara Distribusi Obat
Penyaluran No. 024-POB-I-16, di PBF Rajawali Nusindo tidak sesuai
penyaluran psikotropika menggunakan berdasarkan Peraturan Kepala Badan
surat pesanan dengan format khusus Pengawas Obat dan Makanan Republik

Publish By : Jurnal Dunia Farmasi 158


Volume 2, No.3, Agustus 2018 : 148-159

Indonesia Tahun 2012. Pelaksanaan Cara Distribusi Obat


UCAPAN TERIMAKASIH Yang Baik (Cdob) Pada Apotek Di
Terimakasih kepada PT. Kecamatan Mlati Kabupaten
Rajawali Nusindo yang telah Sleman Yogyakarta. Maj Farm.
memberikan izin kepada peneliti untuk 2014;12(1):394–8.
melakukan penelitian. 4. Putra AAP, Hartini YS.
DAFTAR PUSTAKA Implementasi Cara Distribusi Obat
1. Indonesia R. Undang-undang Yang Baik Pada Pedagang Besar
Republik Indonesia nomor 36 tahun Farmasi Di Yogyakarta. J Farm
2009 tentang Kesehatan. Jakarta Indones. 2012;6(1):148–54.
Republik Indones. 2009; 5. Tiasari N. Evaluasi Pelaksanaan
2. Indonesia Pr. Peraturan Pemerintah Cara Distribusi Obat yang Baik
Republik Indonesia Nomor 51 pada Pedagang Besar Farmasi di
Tahun 2009 tentang Pekerjaan Provinsi Daerah Istimewa
Kefarmasian. 2009; Yogyakarta. Univ Sanata Dharma.
3. Hartini IS, Marchaban M. Evaluasi 2016;

Publish By : Jurnal Dunia Farmasi 159

Anda mungkin juga menyukai