RESUME
SMALL GROUP DISCUSSION-2
“SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN)”
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh:
Eka Aprianti
G1G014023
2016
1) Sejarah dan Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional di Indonesia
a. SKN 1982
Dasar hukum SKN 1982 adalah KEPMENKES nomor
99a/MENKES/SK/III/1982 tentang berlakunya SKN.
b. SKN 2004
Dasar hukum SKN 2004 adalah KEPMENKES nomor
131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional
c. SKN 2009
Dasar hukum SKN 2009 adalah KEPMENKES nomor
374/MENKES/SK/V/2009 dan UU Nomor 36 tahun 2009 pasal 167
d. SKN 2012
Dasar hukum SKN 2012 adalah PERPRES nomor 72 tahun 2012 tentang
Sistem Kesehatan Nasional
e. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025
f. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K)
Tahun 2005-2025
(DEPKES RI, 2009) (Indrajit, 2001).
Selain pola dinamika yang terjadi di masyarakat, beberapa faktor
yang kemungkinan berperan penting terhadap perubahan SKN di
Indonesia yaitu program kesehatan yang belum sepenuhnya tercapai,
perubahan sistem ekonomi dan kebijakan yang terlalu dini maupun corak
pemerintahan yang seiring mengalami pergantian.
Perubahan SKN dari tahun ke tahun jika diamati memang
bertujuan untuk memperbaiki dan berusaha mencapai program yang belum
tercapai di SKN sebelumnya. Namun perubahan tersebut tidak menutup
kemungkinan dikarenakan adanya pergantian corak pemerintahan. Seperti
diketahui, bahwa kondisi perekonomian maupun kesehatan di Indonesia
masih dipengaruhi oleh unsur politis. Oleh karena itu, di setiap pergantian
pemerintah selalu terdapat program-program yang baru dan diperbarui
misalnya adalah adanya Kartu Indonesia Sehat oleh presiden Jokowi.
Selain itu, perubahan SKN juga kemungkinan di pengaruhi oleh perubahan
sistem perekonomian dan kebijakan yang terlalu dini seperti kebijakan
ekonomi dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Penerapan kebijakan
ekonomi yang sebelumnya adalah memusatkan seluruh wewenang kepada
orang-orang yang berada di pemerintahan pusat (sentralisasi) beralih
menjadi sistem otonomi daerah dimana tiap daerah memiliki kewenangan
untuk mengurus serta memutuskan suatu kebijakan di daerahnya sendiri
tanpa ada campur tangan pemerintahan pusat. Dengan begitu, perubahan
yang terjadi dengan prinsip otonomi diterapkan dalam sistem kesehatan
yaitu misalnya adanya sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
mendorong berbagai puskesmas mengganti statusnya dari UPTD menjadi
BLUD. Tetapi perubahan-perubahan kebijakan yang terlalu cepat di
Indonesia berdampak buruk terhadap pemerintahan itu sendiri. Hal
tersebut dikarenakan disaat sistem yang baru sedang mengalami proses
pengembangan dan penyesuaian di masyarakat kemudian secara tiba-tiba
diterapkan kebijakan yang baru sehingga kebijakan yang lama sebelumnya
belum tuntas ternyata harus mengalami perubahan berikutnya. Perubahan
terlalu dini tanpa disertai adanya sosialisasi menyeluruh sangat berdampak
pada ketidaktahuan masyarakat sehingga akan minim pemahaman
terhadap kebijan tersebut. Pola menjiplak kebijakan dari negara maju
masih menjadi budaya di Indonesia tetapi tidak diikuti oleh pemikiran
yang konkrit terhadap kondisi yang ada di Indonesia itu sendiri. Tentunya
sangat tidak efektif jika penerapan kebijakan yang terus berganti-ganti
tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan.
Siswanto, 2007, Peran Riset di Bidang Sistem dan Kebijakan Kesehatan dalam
Pembangunan Kesehatan, Majalah Kedokteran Indonesia, Vol.57 (3): 69-
74
Peraturan perundang-undangan