A. Sistem Stomatognatik
Menurut Marzouk dan Simonton (1985), sistem stomatognatik merupakan
kesatuan organ yang memiliki fungsi berkaitan satu sama lain. Organ-organ
tersebut terdiri dari mandibula, maxilla, TMJ, struktur gigi, dan struktur
pendukung lain seperti otot mastikasi, otot wajah, serta otot kepala dan leher.
Sistem stomatognatik dalam kedokteran gigi merupakan ilmu yang di
dalamnya mempertimbangkan hubungan antara gigi geligi, rahang
persendian temporomandibula, kraniofasial, dan oklusi gigi. Sistem
stomatognatik merupakan sistem yang bertanggung jawab terhadap fungsi
pengunyahan, bicara, dan penelanan. Sistem stomatognatik berfungsi
secara harmonis dan dikoordinasikan oleh sistem syaraf pusat. Gangguan
yang terjadi pada salah satu organ akan menyebabkan terganggunya fungsi
sistem pengunyahan dan kerusakan pada sistem stogmatognatik.
B. Komponen Sistem Stomatognatik
1. Gigi serta jaringan pendukungnya
Gigi yang telah diketahui terdapat berbagai fungsi yaitu gigi insisiv
untuk memotong, gigi caninus untuk merobek dan gigi geraham kecil
maupun besar untuk mengunyah makanan. Sedangkan pada jaringan
pendukungnya terdapat membrane periodontal, sementum, gingiva,
dan tulang alveolar.
2. Mandibula
Mandibula terdiri dari corpus berbentuk tapal kuda dan sepasang
ramus. Corpus mandibula bertemu dengan ramus masing-masing sisi
pada angulus mandibula. Bagian yang terdapat pada mandibula
diantaranya adalah foramen mentale yang merupakan tempat
keluarnya arteri dan nervus alveolaris inferior. Selain itu, terdapat
fovea submandibularis dimana terdapat pars superficialis glandula
submandibularis, terletak dibagian bawah posterior linea mylohyoid.
Lalu terdapat fovea subligualis, tempat dari glandula sublingualis
terletak dianterior linea mylohyoid.
Ramus mandibula terletak vertikal dan memiliki processus
coronoideus dan processus condylaris. Kedua processus dipisahkan
oleh incisura mandibula. Mandibula berperan penting dalam
stomatognatik, diantaranya sebagai tempat perlekatan otot mastikator,
gigi geligi, jaringan lunak sehingga memudahkan pengunyahan (Snell,
2007).
3. Mukosa oral
Mukosa oral dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Lining mukosa, yang merupakan mukosa lembut, lentur dan non
keratin. Lining mukosa tidak digunakan dalam proses pengunyahan
oleh karena itu memiliki sedikit atrisi. Lining mukosa terdiri dari:
bibir, palatum mole, pipi, permukaan ventral lidah, dan dasar
mulut.
b. Masticatory mukosa, mengandung keratin, indikasi adanya atrisi
yang terjadi selama pengunyahan. Masticatory mukosa terdiri dari:
gingiva dan perlekatan epitel, attached gingiva, epitel junctional,
papilla interdental, palatum durum.
c. Specialized mukosa, yang berfungsi dalam proses pengunyahan.
Yang termasuk specialized mukosa yaitu ada papillae. Papillae
dibagi menjadi empat yaitu: papilla filiformis, papilla fungiformis,
papilla sirkumvalata, dan papilla foliate.
e. Ligamen
Ligamen kapsul adalah jaringan fibrous elastis tipis yang melekat
pada pinggiran permukaan artikular. Fungsi dari ligamen yang
membentuk Sendi Temporomandibular ini adalah sebagai alat
untuk menghubungkan tulang temporal dengan prosesus
kondiloideus dari tulang mandibula serta membatasi gerak
mandibula membuka, menutup mulut, pergerakan ke samping, dan
gerakan lain.
Ligamen yang menyusun Sendi Temporomandibula terdiri dari :
1) Ligamen temporo mandibular
2) Ligamen spheno mandibular
3) Ligamen stylo mandibular (Henny, 1968).
Pada TMJ terdapat gerakan yang disebut gerakan bennett yaitu pada
saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk
mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan
molar, prosesus kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang
bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior
muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap
dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi
tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus
artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui
kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam
hubungannya dengan relaksasi serabut posterior muskulus temporalis.
Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui
kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian,
yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi Pada gerak
lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan,
akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan,
caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke
depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar
sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang ‘cekat’, tetapi
melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan
bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai
gerak Bennett. Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot
pengunyahan juga mempunyai aksi postural yang penting dalam
mempertahankan posisi mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila
mandibula berada pada posisi istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan
akan terlihat adanya celah atau freeway space diantara arkus dentalis
superior dan inferior (Liebgot, 1994).
C. Mekanisme Proses Bicara, Pengunyahan dan Penelanan
1. Bicara
Berbicara menurut Kamus Kedokteran Dorlan (1998) adalah ekspresi
pikiran dan ide yang dikeluarkan melalui suara. Berbicara penting
dalam kehidupan sehari – hari karena berfungsi untuk berkomunikasi
dengan individu lainnya. Kemampuan berbicara ini tergantung dari
pada perkembangan dan fungsi normal daerah motorik pada cortex
cerebri serta pada pemanfaatan mekanisme otot-otot kompleks pada
larynx, pharyx dan cavum oris. Berbicara terdiri dari beberapa stuktur
yaitu organ respirasi, larynx, rongga pharynx, sinus-sinus dan cavum
oris.
Berikut merupakan otot-otot yang berpengaruh dalam berbicara adalah
a. Otot Larynx
No Otot Origo Insersio Fungsi Inervasi
1. Instrinsik
M. Arcus Lamina Menegangkan n.
cricothyroideus cartilaginis cartilaginis pita suara laryngeus
cricoidae tyroidae eksternal
M.arytenoideus cartilago Cartilago Menutup rima n.
Transversus arytenoidea arytenoidea dari glotis laryngeus
(tepi lateral sisi yang recurrent
dan berlawanan (tepi
permukaan lateral dan
posterior) permukaan
posterior)
M. Lamina Processus abduksi pita n.
cricoarylenoid cartilaginis muskularis suara laryngeus
eus posterior cricoideae cartilaginis recurrent
(permukaan arytenoudeae
belakang) dan permukaan
belakang
cartilago
arytenoidea
M. Arcus Processus adduksi pita n.
cricoarytenoid cartilaginis muskularis suara laryngeus
eus lateralis cricoidea cartilaginis recurrent
arytenoideae
M. Angle of Arytenoid relaksasi pita n.
thyroarytenoid hyoid thyroid (vocal process) suara laryngeus
eus cartolago recurrent
M. vocalis Cartilago Procesus vocalis Menegakkan n.
tyroidea dan fovea pita suara dan laryngeus
oblonga membentuk tepi recurrent
cartilaginis bibir pita suara
arytenoida
b. Otot Lidah
punggung
lidah, dan
dasar lidah
M. Proccesus Tepi samping Menarik balik n.
Styloglossus stylohyoideus lidah dan hypoglossu
os temporalis (posteriorsuper mengangkat s
(tepi depan),
ior lingual) lidah
ligamen
stylomandibul
are dan
ligamen
stylohyoideum
2. Intrinsic
M. Apex lingue Radix lingue Menarik balik n.
Longitudinal lidah dan juga hypogloss
perluasan us
gerakan lidah
yang
berhubungan
dengannya
M. Tepi samping Tepi samping Pengerutan n.
Transversus lidah;septum lidah;aponeurosi lidah dan juga hypogloss
linguae lingua s lingua yang us
berhubungan
dengan
gerakan
menjulurkan
lidah
M. vertical Dorsum Permukaan Mendatarkan n.
linguae linguae inferior linguae dan hypogloss
melebarkan us
lingua
c. Otot Mastikator
DAFTAR PUSTAKA