Anda di halaman 1dari 4

TUMOR WARTHIN YANG BESAR DAN MULTIPEL PADA GLANDULA PAROTIS

BILATERAL: SEEBUAH LAPORAN KASUS EKSISI REGIONAL BILATERAL PADA


GLANDULA PAROTIS

INTISARI

Tumor Warthin yang besar, bilateral pada glandula parotis secara klinis jarang ditemui. Secara
histologis, tumor Warthin berkaitan dengan jaringan limfoid. Onsetnya dapat bersifat multipel, tetapi
tidak tumbuh secara agresif. Pada pasien kami, tumor tidak menginvasi nervus fasialis. Kami
menjelaskan sebuah kasus tumor Warthin yang besar, multipel dan bilateral pada glandula parotis.
Secara klinis, pasien tidak merasakan sakit, manifestasi utamanya adalah pembengkakakan pada regio
glandula parotis. Pembengkakan cukup besar dan berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien. Pasien
memiliki kebiasaan merokok 20 batang per harinya selama 30 tahun. Kami melakukan reseksi
regional bilateral. Prosedur ini mencegah rekurensi tumor dengan tetap mempertahankan duktus
parotis dan fungsi utama dari glandula parotis. Tumor Warthin diketahui dapat membaik serta tidak
ditemui keluhan rasa sakit yang mengakibatkan pasien tidak memperhatikan kondisi penyakitnya.
Kita meyakini bahwa tumor yang asimptomatik seharusnya lebih diutamakan oleh pasien, karena hal
tersebut memungkinkan mereka untuk memperoleh perawatan lebih dini dan dapat meningkatkan
kualitas hidup mereka. Pada reseksi tumor glandula parotis yang jinak, keutuhan dari nervus fasialis
masih menjadi fokus utama.

PENDAHULUAN

Tumor Warthin, juga disebut adenolimfoma atau papilary kistadenoma limfomatosum,


merupakan tumor benigna pada glandula parotis, yang mana onsetnya dapat berupa unilateral atau
multilateral. Tumor ini bersifat jinak, tetapi ada kemungkinan berkembang menjadi ganas. Umumnya,
tumor parotis mengalami peningkatan keparahan yang bertahap. Neoplasma ini terdiri atas 2
komponen histologis yaitu epitel dan limfoid. Karena adanya komponen jaringan limfatik pada tumor
Warthin menunjukkan terjadinya proses inflamasi, tumor ini dapat mengalami peningkatan maupun
penurunan keparahan.

Dengan meningkatnya kondisi ekonomi dan standar kehidupan saat ini, deteksi lebih dini
terhadap lesi glandula parotis lebih memungkinkan sehingga pasien dapat menerima perawatan
sesegera mungkin. Tumor Warthin glandula parotis yang bilateral dan besar secara klinis jarang
dijumpai. Laporan kasus ini menjelaskan tumor Warthin multipel dan besar yang ditemukan bilateral
pada glandula parotis. Pasien menerima perawatan bedah berupa pengangkatan masa tumor dan
melakukan reseksi regional bilateral pada glandula parotis.
LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki berusia 73 tahun dirujuk ke bagian bedah oral dan maksilofasial, dengan
keluhan pembengkakan pada lehernya. Pembengkakan tersebut cukup besar dan berpengaruh terhadap
kualitas hidup pasien. Pasien mengalami pembengkakan tetapi tidak sakit di sekitar glandula
parotisnya selama 4 tahun. Kemunculan tumor pertama kali adalah pada sisi kanan, kemudian diikuti
kemunculan masa tumor kedua pada sisi kirinya setelah 1 bulan. Saat ditemukan 4 tahun yang lalu,
ukuran masa tumor hanya sebesar biji kacang. Meskipun masa tumor tersebut dapat mengalami
perkembangan dan penurunan, tetapi dapat meningkat seiring berjalannya waktu. Selama masa
tersebut, pasien rutin datang ke rumah sakit untuk perawatan, dan masa tumor menjadi berukuran
sebesar telur. Gejalanya, tidak ada keluhan nyeri maupun mulut kering. Namun, pasien mengeluhkan
tumor yang membesar dan mempengaruhi penampilan wajahnya. Pasien memiliki kebiasaaan
merokok 20 batang perhari selama 30 tahun.

Pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa masa berlokasi di bawah lubang telingadan bilateral.
Massa berbentuk bulat, sedangkan masa pada sisi kirinya nodose. Warna permukaan masa tumor
normal, tidak ada peningkatan suhu badan, palpasi menunjukkan masa yang bertekstur keras dan
dapat digerakkan, tidak lunak, fluktuasi negatif. Tidak ada paralisis pada wajah maupun
pembengkakan limfonodi di area wajah dan maksilofasial. Hasil CT scan menunjukkan pembesaran
bilateral pada glandula parotis tanpa gambaran radiopak maupun nodositi. nilai CT.., Biopsi aspirasi
fine nedle dilakukan untuk menegakan diagnosa. Hasil biopsi menunjukkan sejumlah kecil sel epitel,
limfosit dalam jumlah besar, dan komponen tidak beraturan lainnya. Gambaran CT scan dan sitologi
aspirasi menunjukkan kecocokan dengan diagnosa tumor Warthin.

Diagnosa yang ditegakkan adalah tumor Warthin. Karena lesi cukup besar, reseksi tumor dan
reseksi secara regional pada superfisial glandula parotis bilateral dilakukan. Insisi dilakukan dengan
desain berbentuk S pada regio glandula parotis secara bilateral. Selama pembedahan, dilakukan
observasi dan menunjukkan bahwa tumor belum menginvasi nervus fasialis. Tumor diangkat secara
keseluruhan. Masa tumor pada sisi kanan berukuran sebesar 8x5x4 cm sedangkan sisi kiri berukuran
5,5x3,5x3 cm dan 4,5x3x2,5 cm. Hasil pemeriksaan pascabedah secara mata telanjang menunjukkan
tumor nodose yang bersatu dengan glandula parotis dan disatukan oeh jaringan ikat berbentuk cekung,
dengan gambaran merah dan keabu-abuan. Setengah bagian dari salah satu tumor adalah sel
parenkim, yang lainnya kistik. Terdapat masa seperti agar berwarna coklat pada kista. Diagnosis
patologis pascaoperasi adalah tumor Wharti, yang disebut juga sebagai limfomatosum kistadenoma
papilary. Pemeriksaan patologi menunjukkan bahwa tumor tersusun atas jaringan epitel dan limfoid
yang dipisahkan oleh membran basal. Secara mikroskopis, ditemukan sel epitel pseudostratifikatum
yang tersusun dalam bentuk komponen sel epitel tubular atau kista, dalam sitoplasma mengandung
partikel-partikel eosinofil kecil. Aggregasi dari sel limfoid membentuk sebuah folikel limfoid.
Terdapat sebagian besar daerah yang berwarna merah muda dalam substansi dengan bentuk tidak
beraturan, sel epitel egeneratif, dan sedikit sel inflamasi pada kista. Pasien mengalami gejala
kelemahan nervus fasialis paska operasi. Bibir bawahnya asimetris dan sisi kanan dari mulutnya
tampak menggantung.

PEMBAHASAN

Tumor Warthin merupakan tumor glandula saliva yang bersifat jinak, dengan total kejadian
sekitar 17% dari keseluruhan tumor glandula saliva. Secara histologis, tumor Warthin berkaitan
dengan jaringan limfoid. Proses terjadinya tumor Warthin didasarkan pada tahap perkembangan
embrionik, jaringan parotis, dan jaringan limfoid di dalam glandula saliva yang berkembang pada
saat yang sama. Kemudian jaringan limfoid amorf bersatu menjadi suatu kelompok sel yang
membentuk kapsul kelenjar getah bening. Pada waktu tersebut, jika jaringan glandula aberans
berkontak dengan jaringan limfoid, diikuti dengan pembentukan kapsul nodus limfoid, dengan
demikian jaringan glandula menjadi terbungkus dalam nodus limfoid.

Secara histologis, tumor Warthin adalah jenis neoplasia jaringan glandula yang mengalami
aberasi. Secara klinis, tumor tidak berkembang secara agresif sehingga tidak menginvasi nervus
fasialis. Tumor Warthin prevalensinya terjadi pada usia dewasa sekitar 40-70 tahun, terutama pada
laki-laki. Manifestasi utamanya adalah pembengkakan pada regio glandula parotis, Tumor ini secara
khas dapat mengalami perkembangan dan penurunan, berlokasi di kutub posterior dari glandula
parotis, biasanya berbentuk oval dan bertekstur lembut. Bentuk lobus atau daerah yang kistik pada
lesi banyak dijumpai pada tumor Warthin. Peneliti meyakini bahwa patogenesis tumor Warthin
berhubungan dengan kebiasaan merokok. Dalam kasus ini, pasien adalah seorang perokok jangka
panjang, merokok 20 batang per harinya selama 30 tahun. Kami menyarankan agar pasien berhenti
merokok dan ia menyetujuinya.

Metode utama dari perawatan tumor Warthin adalah pembedahan. Tumor ini biasanya tidak
menginvasi jaringan sekitar sehingga eksisi regional dapat dilakukan. Bedah ini berbeda dari
enukleasi, dan juga berbeda dari protidektomi total, yang secara khusus digunakan untuk tumor ganas
dan adenoma pleomorfik dengan lapisan yang tidak lengkap. Kami melakukan reseksi regional pada
glandula parotis pasien secara bilateral. prosedur ini diharapkan akan mencegah kekambuhan, serta
mempertahankan duktus parotis dan fungsi utama glandula parotis.

Kami telah menjelaskan pasien dengan penyakit multipel dan bilateral. terdapat tumor pada
sisi kanan, dan 2 masa tumor di sisi kirinya. Secara umum, tumor Warthin parotis berdiameter sekitar
4 cm. Pada kasus ini, pasien memiliki diameter tumor terbesar sekitar 8 cm. tumor Warthin yang
sedemikian besar pada glandula parotis jarang terjadi. Tumor bilateral pada pasien ini secara
signifikan mempengaruhi penampilan wajah dan lehernya. Lesi maksilofasial sering menimbulkan
efek negatif pada aspek mental dan psikologis pasien. Kami melakukan eksisi tumor parotis bilateral
pasien tersebut dan eksisi regional glandula parotis nya. Terdapat cedera pada nervus fasialis pada
pasien ini setelah pembedahan. Operasi dari lesi parotis mudah untuk mencederai nervus fasialis.
Beberapa artikel menunjukkan bahwa kerusakan dari nervus berhubungan dengan ukuran tumor.
Mereka mengindikasikan bahwa panjang tumor yang sama atau melebihi 3 cm berisiko tinggi untuk
mengalami cedera saraf. Biasanya, terjadi disfungsi nervus fasialis sementara paskabedah. Sebagian
besar disebabkan oleh diseksi nervus fasialis selama operasi. Oleh karena itu, pembedahan glandula
parotis harus memberikan perhatian khusus terhadap perlindungan nervus fasialis dan meminimalisir
kerusakan nervus fasialis.

KESIMPULAN

Pada kasus ini, pasien menjalani operasi dengan hasil yang baik. Jika tidak ada keluhan sakit
pada tumor, hal ini tidak mudah menarik kepedulian pasien terhadap penyakitnya. Kami meyakini
bahwa jika pasien lebih meningkatkan kepedulian mereka terhadap tumor asimptomatik, maka
mereka akan lebih mudah memperoleh perawatan sejak dini sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup mereka. Untuk tumor yang besar, perlindungan terhadap nervus fasialis masih menjadi fokus
utama dalam pembedahan tumor parotis jinak.

Anda mungkin juga menyukai