Biografi Sunan Drajat
Biografi Sunan Drajat
XI IPA 3
TM SKS AGAMA
Sunan Drajat merupakan putra dari Sunan Ampel yang terkenal sebagai anak yang
cerdas. Nama asli Sunan Drajat adalah Raden Qasim atau juga dikenal Raden Syarifudin. Raden
Qasim merupakan adik dari Sunan Bonang. Sejak kecil, Raden Qasim selalu menghabiskan
waktu bermainnya di daerah asalnya yaitu Ampeldenta. Saat menginjak dewasa, Raden Qasim
ingin seperti kakaknya yang telah dikirim ke Tuban untuk berdakwah. Raden selalu mempelajari
semua ajaran-ajaran Islam untuk dikuasai.
Setelah menguasai pelajaran Islam, Raden Qasim segera mencari tempat untuk
berdakwah. Tempat yang di ambil dan dijadikan pusat kegiatan dakwahnya adalah di desa
Drajat, Kabupaten Lamongan. Raden Qasim selain berdakwah juga menjadi pemegang kendali
otonom kerajaan Demak kurang lebih selama 36 tahun.
Raden Qasim dikenal sebagai Wali yang berjiwa sosial. Beliau selalu memperhatikan
masyarakat yang tidak mampu, mendahulukan kesejahteraan rakyat, memberikan motivasi
kepada masyarakat. Setelah mendahulukan kepentingan umum, beliau kemudian memberikan
ajaran-ajaran Islam. Karena kerberhasilannya menyebarkan agama Islam dan mampu
memakmurkan kehidupan masyarakat, Raden Qasim mendapatkan gelar Sunan Mayang Madu
dari Sunan Demak pada tahun 1520 Masehi.
Pada suatu ketika, ayah dari Raden Qasim menyuruh putranya untuk berdakwah seperti
kakaknya. Namun Raden Qasim tidak langsung menerima perintah ayahnya karena Qasim
hanya ingin membantu kakaknya. Kemudian ayah mencari cara agar putranya Qasim berani
berdakwah sendiri.
Ayah menyarankan Qasim untuk berdakwah di Jawa bagian timur. Tapi Qasim
menolaknya karena Qasim merasa berat jika ke daerah timur yang masih kental akan ajaran
Hindu. Kemudian ayah memberi Qasim hak untuk memilih tempat dimana dia ingin berdakwah
selain membantu kakaknya. Setelah berfikir panjang, Qasim memutuskan ingin berdakwah di
daerah Surabaya, khususnya di Tuban. Namun sekali lagi ayah menyarankan Qasim untuk
berdakwah di sekitar pesisir utara Gresik dan Tuban. Akhirnya Qasim menerima perintah
ayahnya untuk berdakwah di tempat yang telah disetujui.
Kemudian Raden Qasim bersama para santri menuju ke Gresik untuk melaksanakan
tugasnya. Sebelum sampai di Gresik, Sunan Drajat bersilahturahmi kepada Sunan Giri. Dia
memberitahu kepada Sunan Giri bahwa dia diutus ayahnya untuk berdakwah di daerah pesisir
utara. Sunan Giri sangat senang mendengar bahwa Raden Qasim diutus untuk berdakwah ke
pesisir utara. Kemudia Sunan Giri memberikan beberapa nasehat agar kedatangannya dapat
diterima dengan baik oleh masyarakat pesisir utara.
Setelah melakukan perjalanan jauh, akhirnya Raden Qasim sampai di sebuah desa yang
bernama desa Drajat. Raden Qasim kemudian menjadikan pusat dakwahnya di daerah ini.
Sunan Drajat dikenal memiliki kecerdasan yang tinggi sehingga mempu membuat makna
filosofi sendiri. Filosofi tersebut dikenal ke tujuh sap tangga.
Untuk menghormati jasa - jasa Sunan Drajat sebagai seorang Wali penyebar agama Islam di
wilayah Lamongan dan untuk melestarikan budaya serta benda-benda bersejarah
peninggalannya Sunan Drajat, keluarga dan para sahabatnya yang berjasa pada penyiaran
agama Islam, Pemerintah Kabupaten Lamongan mendirikan Museum Daerah Sunan
Drajat disebelah timur Makam.Museum ini telah diresmikan oleh Gubernur Jawa
Timur tanggal 1 Maret 1992.
Upaya Bupati Lamongan R. Mohamad Faried, S.H. untuk menyelamatkan dan melestarikan
warisan sejarah bangsa ini mendapat dukungan penuh Gubernur Jawa Timurdengan alokasi
dana APBD I yaitu pada tahun1992 dengan pemugaran Cungkup dan pembangunan Gapura
Paduraksa senilai Rp.98 juta dan anggaran Rp.100 juta 202 ribu untuk pembangunan
kembali Mesjid Sunan Drajat yang diresmikan oleh Menteri Penerangan RI tanggal 27 Juni 1993.
Pada tahun 1993 sampai 1994 pembenahan dan pembangunan Situs Makam Sunan Drajat
dilanjutkan dengan pembangunan pagar kayu berukir, renovasi paséban, balé ranté serta
Cungkup Sitinggil dengan dana APBD I Jawa Timur sebesar RP. 131 juta yang diresmikan
Gubernur Jawa Timur M. Basofi Sudirmantanggal 14 Januari 1994.