Disusun Oleh:
1. Lismawati
2. Putri Puspita Devi
3. Veti Constantia
4. Ramli Wabula
E. Patofisiologi
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya
sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal
dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri
dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,2010).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%
sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut
terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel
macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar
glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat
menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg
% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan
mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang
menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut
glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine
yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan
merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus
sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport
glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan
karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk
melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga
menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang
dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan
keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu
banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan,
akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan.
Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut
koma diabetik (Price,2011).
F. Pathway
Makanan (glukosa)
Ginjal tak dapat
mengabsorbsi glukosa
Defisiensi Insulin Metabolisme tidak sempurna
Merangsang reseptor
Resiko infeksi Luka sulit sembuh Infeksi Ulkus/gangren
nyeri pada jaringan
Kerusakan integritas
jaringan Hambatan mobilitas
fisik
G. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut
dan kronik :
1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dari glukosa darah.
a. Hipoglikemia.
b. Ketoasidosis diabetic (DKA)
c. sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk
memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Ulkus/gangren
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1) Grade 0 : tidak ada luka
2) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III : terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai
3. Komplikasi jangka panjang dari diabetes
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan
series pada pola aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan
semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar
glukosa darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.
Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan/tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan
kandungan kalorinya.
1 Diit DM I : 1100 kalori
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200
mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
2. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
5. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
6. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
7. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
8. Urine: gula dan aseton positif
9. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5%
lebih tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi.
10. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-
180% maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam
urin: + nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer:
carik celup memakai GOD.
11. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-
hidroksibutirat tidak terdeteksi.
12. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah:
(Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula
langerhans ( islet cellantibody)
13. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130 mg/dl
mengindikasikan diabetes.
14. Hemoglobin glikosilat
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama 140
hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan diabetes.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat Kesehatan
Sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada
kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa
berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga
mengeluh poli urea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB
menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kramotot,
gangguan tidur/istirahat, haus-haus, pusing-pusing/sakit kepala,
kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.
d. Riwayat Kesehatan
Dahulu
o Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes gestasional
o Riwayat ISK berulang
o Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), dilantin dan
penoborbital.
o Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan
e. Riwayat Kesehatan
Keluarga Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Neuro sensori
Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori, kekacauan
mental, reflek tendon menurun, aktifitas kejang.
b. Kardiovaskuler Takikardia / nadi menurun atau tidak ada,
perubahan TD postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
c. Pernafasan
Takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak nafas, batuk
dengan tanpa sputum purulent dan tergantung ada/tidaknya infeksi,
panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar kalium menurun tajam),
RR > 24 x/menit, nafas berbau aseton.
d. Gastro intestinal Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi
abdomen, aseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus
lemah/menurun.
e. Eliminasi
Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau busuk, diare
(bising usus hiper aktif).
f. Reproduksi/sexualitas
Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada pria,
dan sulit orgasme pada wanita
g. Muskulo skeletal Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot,
ulkus pada kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada
tungkai.
h. Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,
pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulkus.
3. Aspek psikososial
a. Stress, anxientas, depresi
b. Peka rangsangan
c. Tergantung pada orang lain
4. Pemeriksaan diagnostic
a. Gula darah meningkat > 200 mg/dl
b. Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok
c. Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt
d. Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik)
e. Alkalosis respiratorik
f. Trombosit darah: mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi, menunjukkan respon terhadap stress/infeksi.
g. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat/normal lochidrasi/penurunan
fungsi ginjal.
h. Amilase darah: mungkin meningkat > pankacatitis akut.
i. Insulin darah: mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I),
normal sampai meningkat pada tipe II yang mengindikasikan
insufisiensi insulin.
j. Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
k. Urine: gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin
meningkat.
l. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pada luka.
b) Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan
toleransi glukosa darah
3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan neuropati perifer
4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
c) Fokus Intervensi
DIAGNOSA
N TUJUAN DAN KRITERIA
KEPERAWATA INTERVENSI
o HASIL
N
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan tindakan Pain Management-1400
agen pencedera selama 3x24 jam nyeri klien 1. Lakukan pengkajian
fisik berkurang dengan kriteria nyeri secara
hasil : komprehensif termasuk
Pain Control lokasi, karakteristik,
1. Mampu mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
(tahu penyebab nyeri, kualitas dan faktor
mampu menggunakan presipitasi
tehnik nonfarmakologi 2. Observasi reaksi
untuk mengurangi nyeri, nonverbal dari
mencari bantuan) ketidaknyamanan
2. Melaporkan bahwa nyeri 3. Gunakan teknik
berkurang dengan komunikasi terapeutik
menggunakan manajemen untuk mengetahui
nyeri pengalaman nyeri pasien
3. Skala nyeri turun jadi 2 4. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
5. Berikan analgetik
mengurangi nyeri kalau
perlu
6. Tingkatkan istirahat
total klien (bedrest)
7. Kolaborasikan dengan
dokter terhadap
pemberian analgetik
2. Ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Glucose Monitoring
kadar glukosa keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor keadaan umum
darah diharapkan ketidakstabilan pasien
b/d gangguan kadar glukosa darah dapat 2. Moniror GDS darah 4
toleransi glukosa teratasi dengan kriteria hasil : jam sekali
darah 1. Glukosa pasien dalam 3. Monitor tanda dan gejala
rentang normal (70 – 115 hiperglikemi (kadar gula
mg/dl) darah lebih dari 115
2. Tidak ada tanda dan gejala mg/dl, kulit dingin,
hiperglikemi pada pasien. lembab dan pucat,
3. Tidak terjadi syok takikardi,peka terhadap
rangsang, tidak sadar,
tidak terkoordinasi,
bingung, mudah
mengantuk).
4. Kolaborasi pemberian
Human Insulin 10 unit
dalam infus D5%.
3. Kerusakan NOC : Tissue Integrity : Skin Wound Care
integritas jaringan and Mucous Membranes 1. Monitor karakteristik
b/d neuropati
Kriteria Hasil : luka, termasuk
perifer
1. Integritas kulit drainase, warna,
yang baik bisa ukuran, dan bau
dipertahankan 2. Lakukan perawatan
2. Melaporkan luka untuk mengganti
adanya gangguan sensasi balutan luka dengan
atau nyeri pada daerah teknik aseptik
kulit yang mengalami 3. Bersihkan luka dengan
gangguan normal saline atau
cairan yang tidak
berbahaya lainnya
sesuai protap
4. Posisikan pasien
dengan tepat untuk
menghindari tekanan
di area luka
5. Tingkatkan konsumsi
cairan
6. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi pada
keluarga agar dapat
mengenali sejak dini
komplikasi dari luka
7. Anjurkan kepada klien
dan keluarga untuk
menjaga kebersihan
area luka
4 Hambatan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan identifikasi
mobilitas fisik b/d keperawatan selama 3 x 24 jam
tingkat kekuatan otot
nyeri
diharapkan hambatan mobilitas pada kaki klien.
fisik dapat teratasi dengan
2. Anjurkan klien untuk
kriteria hasil :
menggerakkan
1. Pergerakan klien tidak
/mengangkat
terbatas.
ekstrimitas sesuai
2. Klien dapat
kemampuan.
melaksanakan aktivitas
3. Bantu klien dalam
sesuai dengan
memenuhi
kemampuan (duduk,
kebutuhannya.
berdiri, berjalan ).
4. Kolaborasi dengan
3. Klien dapat memenuhi
kebutuhan sendiri secara tenaga fisioterapi
bertahap sesuai dengan (terapi fisik).
kemampuan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih
bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa,
EGC, Jakarta.
Dochterman, Joanne Mc.Closkey. 2004. Nursing Interventions Classification
(NIC) fourth edition. USA: Mosby,Inc.
Dochterman, Joanne Mc.Closkey. 2004. Nursing Outcomes
Classification(NOC) fourth edition. USA: Mosby,Inc.
Nanda International. 2012. NURSING DIAGNOSES : Defenitions &
Classifications. United States of America: NANDA International
Philadelphia.
Lewis, Sharon Martik, 2000. Medical Surgical Nursing, Missouri: Mosby.
Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah. 2011. Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.Umami, Vidhia, Dr. 2007. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Price, et al. 2010. Patofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit. Edisi
4. Jakarta: EGC