Disusun Oleh :
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dengan dan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa medis
“Gangguan Ginjal Kronik”
Telah diterima dan di sahkan oleh pembimbing akademik institusi Program Study Profesi
Ners STIKes Yogyakarta :
Nama : RIKA FEBRIYANTI
NIM : 20310186
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
2) Warna :
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah (Baughman,
2010):
1. Penyakit tulang
Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan mengakibatkan
dekalsifikasi matriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh (osteoporosis)
dan jika berlangsung lama akan menyebabkan fraktur pathologis.
2. Penyakit kardiovaskular
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik berupa
hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa, dan kelainan hemodinamik (sering
terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
3. Anemia
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal (endokrin). Sekresi eritroportin yang mengalami defisiensi di ginjal
akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4. Disfungsi seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami
penurunan dan terjadi impotensi pada pria. Pada wanita dapat terjadi
hiperprolaktinemia
I. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan pada penyakit gagal ginjal kronik menurut Doeges (1999),
Carpenito (2000) dan Smeltzer dan Bare (2001) adalah :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet
berlebihan dan retensi cairan dan natrium.
Intervensi keperawatan pada penyakit gagal ginjal kronik menurut Doenges (1999), Carpenito (2000) dan Smeltzer dan Bare
(2001) adalah
Dignosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan Rasional
1. Kelebihan volume Kelebihan Pembatasan diet 1) kaji status cairan Pengkajian merupakan dasar
cairan cairan/edema dan cairan. Timbang berat badan harian berkelanjutan untuk memantau
Keseimbangan masukan dan haluaran.
berhubungan tidak terjadi. Turgor kulit perubahan dan mengevaluasi
Turgor kulit dan adanya edema.
dengan penurunan normal tanpa Tekanan darah, denyut dan irama nadi. intervensi.
haluaran urine dan edema. 2) batasi masukan cairan
7. Intoleransi Berpartisipasi Berpartisipasi 1) Kaji faktor yang menyebabkan keletihan Menyediakan informasi tentang
aktivitas dalam dalam anemia indikasi tingkat keletihan
berhubungan aktivitas yang meningkatkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
dengan keletihan, dapat tingkat aktivitas retensi produk sampah
anemia, retensi ditoleransi dan latihan depresi
2) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas
produk sampah Melaporkan Meningkatkan aktivitas ringan/sedang
perawatan diri yang dapat ditoleransi,
dan prosedur peningkatan rasa dan memperbaiki harga diri.
bantu jika keletihan terjadi.
dialisis. sejahtera
3) Anjurkan aktivitas alternatif sambil
Melakukan Mendorong latihan dan
istirahat.
istirahat dan aktivitas dalambatas-batas
aktivitas secara yang dapat
bergantian ditoleransi dan istirahat yang
4) anjurkan untuk beristirahat setelah dislisis.
Berpartisipasi adekuat.
dalam aktivitas
perawatan mandiri Dianjurkan setelah dialysis,
yang dipilih. yang bagi banyak pasien
sangat melelahkan.
8. Gangguan Setelah analisa gas darah 1) Kaji fungsi pernapasan klien, catat Distress pernapasan dan
pertukaran gas dilakukan dalam rentang kecepatan, adanya gerak, dispnea, perubahan pada vital dapat
berhubungan tindakan normal sianosis, dan perubahan tanda vital. terjadi sebagai akibat dari
dengan penurunan keperawatan tidak ada tanda 2) Auskultasi bunyi nafas patofisiologi dan nyeri.
ekspansi paru klien sianosis maupun 3) Catat pengembangan dada dan posisi Untuk mengetahui keadaan paru.
sekunder menunjukkan hipoksia trakea
Pengembangan dada atau ekspansi
pertukaran gas taktil fremitus
paru dapat menurunkan apabila terjadi
asietas atau udema pulmoner.
terhadap adanya efektif. positif kanan dan Sokongan terhadap dada dan
4) Kaji taktil fremitus
edema pulmoner. kiri otot abdominal membuat batuk
bunyi nafas tidak lebih efektif dan dapat
mengalami mengurangi trauma.
5) Kaji klien adanya keluhan nyeri bila batuk
penurunan
atau nafas dalam.
auskultasi paru Meningkatkan ekspansi paru.
sonor. 6) Pertahankan posisi nyaman misalnya
TTV dalam batas posisi semi fowler Untuk mengetahui elektrolit sebagai
normal: RR 16-24 7) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium indicator keadaan status cairan.
x/menit (elektrolit)
DAFTAR PUSTAKA
Aidillah mayuda, Shofa chasani, & Fanti saktini. (2017). Hubungan Antara Lama Hemodialisis
Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik ( Studi Di Rsup. Jurnal Kedokteran
Diponegoro, 6(2), 167–176.
Aru.W Sudoyo. (2014) . I lmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Interna Publishing. Jakarta
Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih bahasa
Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC
Baughman, DC. (2010). Buku saku keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth. Jakarta:
EGC
Black,J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria.
Chang, E., Daly, J., dan Elliott, D., 2010, Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan, 112-
113, Jakarta, EGC
Desfrimadona. 2016. Kualitas hidup penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisa di RSUP
Dr. M. Djamil Padang Tahun 2016. Skripsi. Universitas Andalas. Fakultas Keperawatan.
Isroin, Laily. (2016). Manajemen Cairan pada Pasien Hemodialisis untuk Meningkatkan
KualitasHidup. Ponorogo : Unmuh Ponorogo Press
LeMone, Priscilla dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Respirasi.
Jakarta : EGC
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis,Cetakan kedua puluh Sembilan.
Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,2011
Robinson, J.M., & Saputra, L. (2014). Buku Ajar Visual Nursing Medikal Bedah (Jilid 1).
Jakarta : Binarupa Aksara