PNEUMONIA
Disusun Oleh :
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dengan dan asuhan keperawatan pada Ny.M dengan diagnosa
medis “Pneumonia”
Telah diterima dan di sahkan oleh pembimbing akademik institusi Program Study Profesi
Ners STIKes Yogyakarta :
Nama : RIKA FEBRIYANTI
NIM : 20310186
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
B. Etiologi
Radang paru mungkin berkaitan dengan berbagai mikroorganisme dan dapat menular dari 3
komunitas atau dari rumah sakit (nosokomial). Pasien dapat menghisap bakteri, virus,
parasite, dan agen iritan (Mary & Donna, 2014).
Menurut (Padila, 2013) penyebab dari pneumonia yaitu;
a. Bakteri
Bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif seperti:
streptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis.
b. Virus
Virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet citomegalo, virus ini
dikenal sebagai penyebab utama kejadian pneumonia virus.
c. Jamur
Jamur disebabkan oleh infeksi yang menyebar melalui penghirupan udara
mengandung spora biasanya ditemukan pada kotoran burung.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis carini pneumoni (PCP) biasanya menjangkiti
pasien yang mengalami immunosupresi
7
E. Pathway
Sistem Pertahanan
Organisme
tubuh terganggu
Nekrosis Hemoragik
Konsilidasi Paru Suhu tubuh
Kapasitas Hipertermi
Kompliance vital
Resiko Kekurangan
Volume Cairan
Intoleransi
8
Produksi sputum Abses Pneumotocale
2. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan jika masalah
sekunder seperti empiema terjadi.
3. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu
perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya: Penicillin G
untuk infeksi pneumonia staphylococcus, amantadine, rimantadine untuk infeksi
pneumonia virus. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi
pneumonia
G. Pemeriksaan Penunjang 9
Menurut pendapat (Muttaqin, 2014):
1. Pemeriksaan laboratorium
Biasanya didapatkan jumlah leukosit 15.000-40.000/mm3. Dalam keadaan
leukopenia, laju endap darah biasanya meningkat hingga 100mm/jam. Saat dilakukan
biakan sputum, darah,atau jika dimungkinkan caira efusi pleura,untuk biakan aerobik
dan anaerobik, untuk selanjutnya dibuat pewarnaan gram sebagai pegangan dalam
pemberian antibiotik. Sebaiknya diusahakan agar biakan dibuat dari sputum aluran
nafas bagian bawah. Selain contoh sputum yang diperoleh dari batuk, bahan dapat
diperoleh swap tenggorok atau laring, pengisapan lewat trakhea, brokhoskopi, atau
penghisapan lewat dada tergantung indikasinya. Pemeriksaan analisa gas darah
menunjukkan hipoksemia sebab terdapat ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
didaerah pneumonia.
2. Pemeriksaan radiologis
a. Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
b. Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
3. Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrat pada pneumonia stafilokok.
4. Pemeriksaan mikrobiologik
Pemeriksaan ini dapat dibiak dari spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring,
bilasan bronkus atau sputum, trakhea, fungsi pleura atau aspirasi paru
H. Komplikasi
Komplikasi Pneumonia menurut Nurarif & Kusuma (2013) yaitu :
1. Hipotensi dan syok
2. Gagal pernafasan
3. Atelektasis
4. Efusi pleura
5. Delirium
I. Diagnose Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia terhadap
gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentangan respons dari seorang individu , 10
keluarga, kelompok, atau komunitas. Diagnosis keperawatan biasanya berisi dua bagian yaitu
deskription atau pengubah, fokus diagnosis, atau konsep kunci dari diagnosis ( Hermand dkk
2015 ).
Menurut (Muttaqin, 2014) diagnosa yang muncul pada kasus pneumonia adalah :
1. Ketidakefekifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan.
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan
kebutuhan oksigen.
J. Perencanaan keperawatan (Diagnosa, tujuan, dan kriteria hasil & rencana tindakan
disertai rasional sesuai teori)
Menurut pendapat (Bullechek dkk 2015) intervensi yang muncul pada kasus
pneumonia adalah :
Kriteria hasil :
- Klien mampu melakukan batuk efektif
- Pasien mampu membuang sekret secara efektif
- Bunyi nafas normal
- Menunjukkan jalan nafas yang paten
11
Rencana keperawatan:
Manajemen jalan nafas :
- Monitor status pernafasan dan oksigenasi.
- Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan
adanya suara nafas tambahan.
- Lakukan penyedotan atau suction melalui endotrakeal atau nasotrakeal sebagaimana
mestinya.
- Intruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif.
- Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan batuk.
- Gunakan tehnik yang menyenangkan untuk memotifasi bernafas dalam kepada anak-
anak : meniup balon, meniup gelembung.
- Kelola pemberian bronkhodilator
Monitor pernafasan :
- Monitor sekresi pernafasan pasien.
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Auskultasi suara nafas setelah diberikan tindakan.
Kriteria hasil :
- Melaporkan tidak ada adanya dipsnea
- Klien menujukkan tidak ada gejala distres pernafasan
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan gas darah
arteri dalam rentang normal
Intervensi :
Monitor tanda-tanda vital : 12
- Monitor irama dan laju pernafasan.
- Catat adanya sianosis pada kuku dan perubahan warna kulit.
Manajemen jalan nafas :
- Atur posisi untuk memaksimalkan ventilasi
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Ajarkan dan dukung pernafsan bibir selama ekspirasi
Manajemen asam basa :
- Monitor kecenderungan pH, PaCO2, dan HCO3
- Monitor adanya gejala kegagalan nafas ( misalnya, rendahnya PaO2 dan
meningkatnya level PaCO2, dan kelelalah otot pernafasan.
Kriteria hasil:
- Frekuensi pernafasan dalam batas normal.
- Tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
- Irama pernafasan teratur.
Intervensi :
Manajemen jalan nafas :
- Monitor status pernafasan dan oksigenasi.
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
Monitor pernafasan :
- Monitor kecepatan,irama,kedalaman dan kesulitan bernafas.
- Monitor pola nafas.
- Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrian, penggunaan otot batu nafas dan
13
retraksi pada intercosta.
Pengaturan posisi :
- Monitor status oksigenasi sebeleum dan setelah perubahan posisi.
Terapi oksigen :
- Monitor efektifitas terapi oksigen
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
NOC:
a. Konservasi energy
b. Tingkat kelelahan
c. Perawatan diri : ADL
Kriteria hasil:
Pasien mampu melakukan aktifitas secara bertahap
Intervensi:
Toleransi aktifitas :
- Kolaborasikan dengan ahli terapi, terapi fisik dan rencana rekreasi
dan progam pengawasan.
- Berikan kegiatan pergerakan yang lebih besar untuk pasien
hiperaktif.
- Berikan waktu jeda untuk setiap kegiatan
Manajemen energi :
- Kaji status fisiologi pasien berhubungan dengan status kelelahan
berkaitan dengan usia dan perkembangan.
- Batasi jumlah pengunjung
- Rencakan periode aktifitas ketika pasien lagi berenergi.
14
- Evaluasi program peningkatan aktifitas.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi dkk. 2015. ISO Indonesia Volume 49. Jakarta: PT. ISFI.