VENTILATOR
Disusun Oleh :
Rika Febriyanti, S.Kep
(20310186)
Mengetahui
Parameter Nilai
Frekuensi pernapasan <10 kali/ menit (penurunan kendali pernafasan)
Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit
Kapasitas vital <10-20 ml/kg (cadangan pernapasan buruk)
Tekanan inspirasi <20 cm H2O atau cenderung menurun
Gas darah arteri
· pH <7,25
· PaCo2 >50 mmHg
· PaO2 <50 mmHg dengan trapi O2
Gradien pirau A-a ≥300 mmHg
≥25-30
Auskultasi dada Penurunan atau tak ada bunyi napas
Irama dan frekuensi jantung Nadi > 120, disritmia
Aktivitas Kelelahan berat, penurunan toleransi aktifitas
Status mental Kacau mental, delirium, somnolen
Observasi fisik Penggunaan otot aksesori, kelelahan, kerja
pernapasan berat
c. Pressure Cycled
Ventilator yang mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai.
Dengan kata lain siklus ventilator hidup mengantarkan aliran udara sampai
tekanan tertentu yang telah ditetapkan seluruhnya tercapai dan kemudian
siklus mati.Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan
tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai
tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup
dan ekspirasi terjadi dengan pasif.Kerugian pada type ini bila ada perubahan
komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga
pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini
tidak dianjurkan.
5. Mode Ventilator
a. CMV ( Continous Mechanical Ventilation)
Disebut juga dengan modus control. Karena pada modus ini pasien menerima
volume dan ferkuensi pernafasan sesuai dengan yang telah diatur. Sedangkan
pasien tak dapat bernafas sendiri.
b. ACV ( Assist Control Ventilation)
Pada modus in pasien menerima volume dari mesin dan bantuan nafas, tetapi
hanya sedikit. Pasien diberikan kesempatan untuk bernafas spontan. Total
jumlah pernafasan dan volume semenit ditentukan oleh pasien sendiri.
c. IMV ( Intermitent Mandatory Ventilation)
Pasien menerima volume and frekuensi pernapasan dari ventilator.
Keuntungannya adalah pasien diberikan kesempatan untuk bernafas sendiri.
d. Pressure Support
Modus ini memberikan bantuan ventilasi dengan cara memberikan tekanan.
Pada saat pasien inspirasi, mesin memberikan bantuan nafas sesuai dengan
tekanan positif yang telah ditentukan. Modus ini sangat baik untuk digunakan
pada proses penyapihan pasien dari penggunaan ventilator.
e. SIMV ( Syncronous Intermitent Mandatory Ventilation)
Modus ini sama dengan IMV, hanya pada modus ini bantuan pernafasan dari
sesuaikan kapan terjadi pernafasan pasien sendiri.
f. CPAP ( Continous Positif Airway Pressure)
Pemberian tekanan positif pada jalan nafas untuk membantu ventilasi selama
siklus pernafasan. Pada modus ini frekuensi pernafasan dan volume tidal
ditentukan oleh pasien sendiri
g. PEEP ( Positif End Expiratory Pressure)
Digunakan untuk mempertahankan tekanan jalan nafas pada akhir ekspirasi
sehingga meningkatkan pertukaran gas didalam alveoli. Pemakaian PEEP
dianjurkan adalah 5-15 cm H2O
6. Parameter Ventilator
a. FiO2 (Fraksi Oksigen inspirasi)
FiO2 diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.Pemberian FiO2 sebaiknya
diberikan serendah mungkin tetapi memberikan PaO2 yang adekuat. Prinsipnya
adalah mendapatkan PaO2 yang lebih besar dari 60mmHg
b. Volume tidal
Volume tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk setiap kali pernafasan.
Normalnya adalah 8-12cc/kgBB
c. Frekuensi pernafasan
<10 kali/ menit (penurunan kendali pernafasan)
Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit
d. Perbandingan inspirasi dan ekspirasi ( I:E Ratio)
Untuk menentukan perbandingan antara waktu inspirasi dan ekspirasi. Normal
I : E adalah 1:2
e. Batas tekanan (Pressure Limit)
Pengaturan pada parameter ini bertujuan untuk membatasi tekanan yang
diberikan dalam mencapai volume tidal. Pressure limit diberikan pada 10-15 cm
H2O diatas tekanan yang dikeluarkan pasien.
f. Sensitivitas
Diberikan agar pasien merangsang mesin untuk memberikan nafas. Sensitivitas
tidak diberikan jika ventilator dalam modus control. Jika pasien diharapkan
untuk merangsang mesin maka sensitivitas diatur pada -2 cmH2
g. Alarm
Alarm ventilator bekerja atau berbunyi berarti mengindikasikan terjadinya suatu
masalah. Mekanisme kerja alarm pada ventilator antara lain:
1) Oksigen
Alarm akan berbunyi jika FiO2 menyimpang dari settingan awal.
Penyebab Penatalaksanaan
Settingan FiO2 diubah- Mengubah settingan FiO2 sesuai dengan nilai
ubah dan tidak sesuai yang diharapkan.
dengan nilai yang
diharapkan
Analyzer oksigen error Mengkalibrasi analyzer
Gangguan pada sumber Mengkoreksi gangguan yang terjadi
oksigen
2) Pressure
High pressure limit
High pressure limit biasanya disetting 10 cmHg di atas PIP pasien rata-rata.
Alarm akan berbunyi jka tekanan meningkat dimanapun selama masih di sirkuit
ventilator.
Penyebab Penatalaksanaan
Peningkatan hambatan Luruskan selang nafas ventlator.
aliran gas Auskutasi suara nafas dan berikan
bronkodilator jika diperlukan
Penurunan copliance paru Turunkan flow rate/VT/gunakan kontrol mode
Pasien melawan ventilator Disconnect dari ventilator, lakukan bagging.
(fighting) Jjika respiratory distress tidak ada, maka
masalahnya ada pada ventilator.
Jika ada usaha nafas dari pasien, gunakan
SIMV.
- Low O2 pressure
Alarm akan aktif jika tekanan oksigen tidak adekuat.
Penyebab Penatalaksanaan
Gangguan pada tekanan Cek sambungan sumber oksigen dn re-
sumber oksigen/gangguan koreksi. Jika sumber oksigen bermasalah
sumber oksigen lakukan bagging dengan sumber oksigen
portable
- Low PEEP/CPAP
Parameter alarm PEEP/CPAP biasanya diatur 3-5 cmHg di bawah settingan
PEEP/CPAP yang digunakan.
Penyebab Penatalaksanaan
Kerusakan pada sirkuit ventilator Evaluasi dan koreksi sumber
kerusakan
3) Volume
Rendahnya volume tidal ekspirasi atau minute ventilation.
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak tersambungnya Kebocoran bisa bersumber dari mulut atau
ventilator sistem dengan pasien koreksi sirkuit.
(cth: alat terlepas dari pasien) Tanda dan gejala pada pasien: hipoksemia dan
Terjadi kebocoran udara hiperkapnia.
Kebocoran bisa juga karena malposisi alat pda
jalan nafas, udara dapat ditambahkan pada
cuff.
Jika kebocoran tidak dapat diperbaiki dalam
waktu seingkat, maka reset kembali parmeter
alarm (VT) untuk mnegkompensasai volume
yang hilang.
Pasien dalam penggunaan Kaji penyebab penurunan compliance paru
ventilator dengan PC mode, atau penurunan resistensi jalan nafas.
pasien dengan penurunan Kaji tanda dan gejala kelelahan otot nafas
complience, penurunan pada pasien: RR, pola nafas irreguler,
resiistensi atau kelelahan penggunaan otot-otot aksesoris pernafasan.
Meningkatkan tekanan inspirasi untuk
mendapatkan VT yang cukup, meningkatkan
jumlah nafas bantuan, atau mengubah mode
ventilator menjadi volume cycled mode.
Mencapai tekanan batas atas Gangguan disebabkab karena tingginya
tekanan tertinggi karena tekanan inspirasi
ventilator membuang sisa VT.
Sensor dalam kondisi basah, Keringkan sensor dan susun kembali
menyebabkab tdak akuratnya
pengukuran volume ekspirasi
Tidak cukupnya aliran gas. Awasi/Kaji adanya waktu inspirasi yang
memanjang dengan mengontrol I:E ratio.
Kemudian perbaiki dengan meningkatka
aliran udara (flow rate)
4) Apnea
Alarm akan diaktifkan atau berbunyi ketika tidak ada ekshalasi.
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak terdeteksinya usaha nafas Kaji pernafasan pasien.
spontan dari pasien. Jika pasien tidak bernafas, lepas
ventilator dan ganti dengan bantuan
nafas manual (bagging). Jika nadi tidak
teraba, cari bantuan dan lakukan RJP.
Lepasnya sambungan sensor ekshalasi Periksa sambungan sensor dan
hubungkan kembali dengan ventilator
5) I:E ratio
Alarm I:E ratio akan berbunyi jika I:E ratio mencapai 1:3 atau dibawah
1:1,5. Normalnya I:E ratio adalah 1:2.
Penyebab Penatalaksanaan
Tidak sesuainya volume tidal, peak Cek kesesuaian VT, peak inspiratory
inspiratory flow rate dan respiratory flow rate, dan RR control.
rate control. Jika VT dan RR settingnya sudah
sesuai, atur peak inspiratory flow rate
untuk mencapai I:E ratio normal
7. Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya
tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
a. Pada Kardiovaskuler
1) Akibat dari tekanan posistif pada rongga thorax à darah yang kembali ke
jantung terhambat à venous return menurun maka cardiac output
menurun.
2) Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi
microvaskuler akibat tekanan (+) à sehingga darah berkurang à cardiac
output menurun.
3) Bila tekanan terlalu tinggi à bisa terjadi ex oksigenasi.
b. Pada paru
1) Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara
vaskuler.
2) Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
3) Infeksi paru
4) Keracunan oksigen
5) Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
6) Aspirasi cairan lambung
7) Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
8) Kerusakan jalan nafas bagian atas
e. Gangguan psikologi
Dengan memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
mengenai ventilator, kondisi pasien dan lingkungan secara umum sangat
bermanfaat. Memberikan penjelasan prosedur setiap kali dilakukan untuk
mengurangi ansietas dan membiasakan klien dengan rutinitas rumah sakit.
Klien mungkin menjadi menarik diri atau depresi selama ventilasi mekanik
terutama jika berkepanjangan akibatnya perawat harus menginformasikan
tentang kemajuannya pada klien, bila memungkinkan pengalihan perhatian
seperti menonton TV, bermain musik atau berjalan-jalan jika sesuai dan
memungkinkan dilakukan. Teknik penurunan stress (pijatan punggung,
tindakan relaksasi) membantu melepaskan ketegangan dan memampukan
klien untuk menghadapi ansietas dan ketakutan akan kondisi dan
ketergantungan pada ventilator.
f. Pada organ lain
1) Akibat cardiac output menurun à perfusi ke organ lainpun akan menurun
seperti, hepar, ginjal, otak dan segala akibatnya.
2) Akibat tekanan (+) di rongga thorax darah yang kembali dari otak
terhambat à TIK meningkat.
b. Sistem Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm volume
rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak
dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap
g. Dukungan Nutrisi
Pada pasien dengan dipasangnya ventilator dukungan nutrisi harus
diperhatikan secara dini. Apabila hal ini terabaikan tidak sedikit terjadinya
efek samping yang memperberat kondisi pasien, bahkan bisa menimbulkan
komplikasi paru dan kematian. Bila saluran gastrointestinal tidak ada
gangguan, nutrisi enteral dapat diberikan melalui NasogastricTube (NGT)
yang dimulai dengan melakukan test feeding terlebih dahulu, terutama pada
pasien dengan post laparatomy dengan reseksi usus. Alternatif lain apabila
tidak memungkinkan untuk diberikan nutrisi melalui enteral bisa dilakukan
dengan pemberian nutrisi parenteral.
h. Perawatan Mata
Pada pasien dengan pemasangan ventilator perawatan mata itu sangat
penting dalam asuhan keperawatan. Pengkajian yang sering dan pemberian
tetes mata/zalf mata bisa menurunkan keringnya kornea. Bila refleks
berkedip hilang, kelopak mata harus di plester untuk mencegah abrasi
kornea, kering dan trauma. Edema sclera dapat terjadi pada pasien dengan
ventilator bila tekanan vena meningkat. Atur posisi kepala lebih
atas/ekstensi.
Metode Penyapihan
1. Metode T.Piece
Teknik penyapihan dengan menggunakan suatu alat yang bentuknya seperti
huruf T. pemberian oksigen harus lebih tinggi 10% dari oksigen saat
penggunaan ventilator. Pasien dinyatakan siap diekstubasi jka penggunaan T
Piece lebih banyak dari penggunaan ventilator.keuntungannya adalah proses
penyapihan lebih cepat.
2. Metode SIMV
Metode dengan cara mengurangi bantuan ventilasi dengan cara mengurangi
frekuensi pernafasan yang diberikan oleh mesin. Dengan metode ini pasien
dapat melatih otot –otot pernapasan, lebih aman dan pasien tak merasakan
ketakutan, tapi kerugiannya berlangsung lambat
3. Metode PSV
Dengan cara mengurangi jumlah tekanan yang diberikan ventilator.
Prosedur Penyapihan
1. Beritahu pasien tentang rencana weaning, cara, perasaan tak enak pada awal
weaning. Lakukan support mental pada pada pasien terutama yang sudah
mengguanakan ventilator dalam waktu lama
2. Obat-obat sedasi diminimalkan
3. Lakukan pada pagi atau siang hari dimana masih banyak stah ICU dan kondisi
pasien stabil
4. Bersihkan jalan nafas, posisikan senyaman mungkin
5. Gunakan T piece atau CPAP dengan FiO2 sesuai semula
6. Monitoring : keluhan subjektif, nadi, frekuensi nafas, irama jantung, kerja nafas
dan saturasi oksigen
7. Analisa gas darah 30 menit setelah prosedur
8. Dokumentasi : teknik weaning respon pasien, dan lamanya weaning.
2. Pemeriksaan fisik
Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang relatif paling lama berada
bersama pasien (24jam). Harus mampu mengantisipasi kondisi klien. Hal – hal
yang perlu diingat kembali dalam melakukan pemeriksaan fisik adalah :
a. Pemeriksaan fisik dilakukan pada saat pasien masuk, diulang kembali
dalam interval waktu tertentu sesuai kondisi pasien.
b. Setiap pemeriksaan dikomunikasikan ke pasien.
c. Privacy pasien harus terus dipertahankan
d. Teknik yang digunakan inspeksi, palpasi & auskultasi
e. Pemeriksaan dilakukan head to toe
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas yang berhubungan dengan intubasi,
kelemahan otot – otot pernapasan, penurunan ekspansi paru, kegagalam vantilator.
Tujuan : mempertahankan kepatenan jalan napas
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi napas
b. Hisap sputum sesuai kebutuhan (batasi penghisapan 15')
c. Anjurkan pasien untuk melakukan teknik batuk selama penghisapan.
d. Monitor humidifair dan suhu ventilator (35 – 370C)
e. Hidrasi cairan sesuai kebutuhan.
f. Lakukan ches fisiotherapy
g. Ubah posisi / lakukan alih baring
h. Inhalasi sesuai program
1. Gangguan pertukaran gas b/d sekresi tertahan, proses penyakit, pengesetan yang
tidak tepat.
Tujuan : mempertahankan ventilasi yang adekuat.
Intervensi :
a. Ambil AGD tiap 10 – 30 mnit setelah perubahan ventilator
b. Monitor gejala & tanda hipoksia & hipercapnia
c. Kaji apakah posisi tertentu menyebabkan penurunan PaO2 atau menimbulkan
ketidaknyamanan pernapasan.
d. Hisap sputum sesuai kebutuhan
2. Tidak efektinya pola napas b/d kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat,
peningkatan sekresi / obstruksi selang endotracheal.
Tujuan : pasien mempertahankan pola napas efektif.
Intervensi :
a. Lakukan pemeriksaan ventilator dengan petugas perawatan yang bertugas
b. Evaluasi semua sistem alarm tentukan penyebabnya.
c. Pertahankan resusitasi manual
d. Monitor selang dari terlepas, terlipat, bocor / tersumbat
e. Tinggikan kepala tempat tidur
f. Masukan penahan gigi / jalan napas oral.
g. Amankan selang ETT dengan penahan / plester
h. Restrein pasien untuk mencegah ektubasi sendiri.
i. Evaluasi posisi yang tepat dari ETT dengan foto ronsen lakukan auskultasi
bilateral.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penyakit kritis, peningkatan
kebutuhan metabolisme, kurang kemampuan untuk makan per oral.
Tujuan : pasien dapat mempertahankan berat badan dan mendekati normal.
Intervensi :
· Timbang BB sesuai indikasi
· Pertahankan masukan tinggi kalori dengan makan perselang, nutrsi parental
total & intralipid. Hindari kelebihan karbonhidrat.
· Bila dipasang tracheostomi evaluasi dan berikan makan perselang sesuai
toleransi.
· Catat masukan oral bila saat makan
· Evaluasi kemampuan makan
· Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, seperti Albumin
· Berikan masukan cairan sedikitnya 2500 cc perhari dalam toleransi jantung.
6. Ansietas b/d rasa takut terhadap penyakit / kematian dan lingkungan perawatan
kritis, pasien dan keluarga.
Tujuan : menggunakan mekanisme koping
Intervensi :
· Izinkan pasien melakukan perawatan bila mampu
· Sedasi sesuai kebutuhan bila dipesankan oleh dokter
· Dokumentasikan respon emosional pasien pada penyakit kritis.
· Beri waktu untuk pasien mengekpresikan dirinya
· Dorong komunikasi perawatan dan keluarga secara terbuka
7. Resiko tinggi cedera b/d ventilasi mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress.
Tujuan : pasien bebas dari cedera selama pemasangan ventilasi makanis.
Intervensi :
· Monitor ventilator terhadap peningkatan tajam pada ukuran tekanan.
· Observasi tanda dan gejalan barotrauma
· Monitor tekanan manset tiap 2 – 4 jam
· Posisikan selang ventilator untuk mencegah penarikan selang endotracheal.
8. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pemasangan selang endotracheal dengan kondisi
lemah.
Tujuan : pasien tidak mengalami infeksi nosomial
Intervensi :
· Cari faktor terjadinya infeksi
· Evaluasi warna, jumlah, konsistensi & bau sputum tiap kali penghisapan
· Tampung spesimen untuk kultur & sensitivitas sesuai indikasi.
· Pertahankan teknik steril bila melakukan penghisapan
· Ganti selang ventilator tiap 24 – 72 jam
· Lakukan OH tiap shift
· Monitor TTV
· Cuci tangan sesering mungkin
· Ambil kultur sputum sesuai indikasi
9. Resti perubahan kelemahan volume cairan b/d keseimbangan air positif selama
ventilasi mekanik.
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan
Intervensi :
· Monitor suhu humidifair ventilator 2 – 4 jam
· Monitor asupan dan haluasan
· Periksa turgor kulit dan edema
· Auskultasi paru untuk ronchi halus dan mengi tiap 2 jam
DAFTAR PUSTAKA
Pierce, Lynelle N.B. (1995). Guide to mechanical ventilation and intensive respiratory
care, 1st edition. Philadelphia: WB. Saunders Company)
Pilbeam, P. Susan. (1998). Mechanikal ventilation Physiological and clinical
application. 3rd ed. Philadelphia : Mosby.
Sanders, K. Jordan. (2000). Emergency Nursing Core Curriculum. 5th ed. Philadelphia:
Saunders.
Smeltzer, S. C., Bare, B., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner & Suddarth's
Textbook of Medical-Surgical Nursing (12th Ed.). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.