Anda di halaman 1dari 7

Adikku Malaikat Pelindungku

Perkenalkan namaku Rara Permata, saat ini aku menjalani kuliah disalah satu
Universitas Yogyakarta. Dulu keluargaku sangatlah harmonis, canda dan tawa selalu
terpancar dari wajah mereka, tetapi semua itu sudah berakhir semenjak adikku yang
bernama Lala mengidap penyakit kanker otak. Semenjak Lala duduk dibangku skelas 1
SMP ia adalah orang sangat periang, baik dan selalu berprestasi di sekolahnya. Andai
saja jika Lala melanjutkan pendidikannya mungkin Lala sudah kelas 2 SMA. Lala
terkena penyakit otak dikarenakan dulu ia pernah mengalami kecelakaan hebat saat dia
ingin pulang sekolah, sampai akhirnya dokter menyatakan jika Lala mengalami retak
pada bagian otaknya karena benturan yang sangat kencang dibagian kepalanya, saat itu
juga keluargaku sangat terpukul dengan kondisi Lala saat ini, dan aku juga tidak bisa
melanjutkan kuliahku dikarenakan orang tuaku tidak sanggup membiayai kuliahku
karena keuangan mereka hanya bisa untuk pengobatan dan terapi adikku, karena setiap
minggunya Lala harus menjalani terapi dan semua itu membutuhkan biaya yang tidak
sedikit, sampai-sampai papahku terpaksa menjual sebidang tanah untuk pengobatan
adikku Lala. Semenjak aku tidak melanjutkan kuliah lagi, dirumah aku hanya menjaga
Lala, terkadang Lala kelakuannya suka tidak terkendali dan terkadang Lala suka kabur
dari rumah. Kata dokter semua itu terpengaruh karena penyakit yang diidap oleh Lala,
sampai akhirnya orang tuaku memutuskan untuk mengurung Lala dikamarnya,
sebenarnya aku tidak tega melihat kondisi Lala yang semakin hari makin memburuk.
“Assalamualaikum” kata ku sambil mencium tangan mamahku “Waalaikum
salam, kamu dari mana aja sih jam segini baru pulang”. Tanya mamahku “Maaf Mah
tadi dijalan macet” jawabku, “Yaudah mamah mau berangkat kerja dulu ya, kamu
jagain adek kamu jangan main terus” kata mamahku “Iya Mah aku pasti bakal jagain
Lala kok” jawabku “Yaudah mamah berangkat, Assalamualaikum” kata mamahku
“Walaikumsalam” jawabku.
Semenjak Lala sakit mamahku ikut membantu ayahku mencari duit, mamahku
bekerja menjadi seorang guru kimia, sedangkan papahku bekerja menjadi sekretaris
disalah satu perusahaan minyak.
“Lala ... Lala ...” panggilku sambil menaiki anak tangga satu per satu “Iya kak
ada apa” jawab Lala, “Kamu lagi ngapain Lala” tanyaku “Ini kak aku lagi main bareng
temen-temen aku” jawab Lala “Hah, temen?” tanyaku kebingungan “Iya Kak, ini
temen-temen Lala” jawab Lala sambil menunjuk kearah boneka yang berjejer diatas
kasurnya “Hmmm, Lala kamu udah makan belum” tanyaku mengalihkan pembicaraan
“Belum Kak, aku makannya nanti-nanti aja” jawab Lala, “Kamu makan sekarang ya,
terus minum obat” kataku. Aku pun bergegas kedapur untuk mengambilkan nasi untuk
Lala, beberapa menit kemudian ...
“Lala ayo makan dulu” kataku “Iya Kak” jawab Lala, Lala langsung mengambil
piring yang ada ditanganku, tapi tak kusangka Lala malah memberikan makan ke semua
bonekanya sampai-sampai semua nasi tumpah kekasurnya. Saat itu aku marah sekali
dengan Lala, sampai Lala nangis dan tidak mau makan, aku pun didorongnya untuk
keluar dari kamarnya.
Keesokan harinya aku mengajak Lala berkeliling komplek, anggap saja ini
semua tanda maaf aku kepada Lala soal yang kemarin aku memarahinya. Lala sangat
senang bisa jalan-jalan, karena selama Lala sakit aku tidak diperbolehkan oleh
mamahku untuk membawa Lala jalan-jalan karena mereka takut terjadi apa-apa dengan
Lala. Aku dan Lala hanya jalan-jalan sebentar karena nanti sore Lala akan menjalani
terapi dengan mamahku, sesampainya aku di rumah, aku melihat mamahku sedang
duduk di ruang tamu sambil memakai pakaian yang rapi. “Mah emangnya nanti Lala
terapi jam berapa, kok jam segini mamah udah rapi aja”, tanyaku. “Maaf Papa, hari ini
mamah tidak bisa nemenin Lala terapi”, kata mamahku sambil sibuk memainkan
ponselnya. “Emangnya hari ini mau kemana?” tanyaku. “Mamah hari ini mau meeting
sebentar”, jawab mamahku. “Yaudah Mah nggak apa-apa”, jawabku singkat. Kemudian
aku langsung menyuruh Lala untuk mandi dan siap-siap terapi, setelah semuanya selesai
aku dan Lala langsung berangkat menaiki taxi, jarak dari rumah ke tempat terapi
lumayan jauh butuh waktu 30 menit untuk sampai disana.
Sesampainya disana aku langsung bertemu dengan dokter Clara, dia adalah
dokter yang menangani adikku Lala, saat Lala menjalani terapi aku hanya bisa
menunggu diluar sambil memainkan ponselku. Sekitar 2 jam aku menunggu tiba-tiba
dokter Clara keluar dari ruangan tersebut “Rara saya ingin berbicara dengan kamu”,
kata dokter Clara dengan serius. “Iya Dok ada apa?” tanyaku penasaran. “Disini saya
ingin memberi tahu, jika semakin hari kondisi Lala semakin memburuk”, kata dokter
Clara. “Maksudnya apa ya Dok?’ tanyaku penasaran. “Kemungkinan besar penyakit
yang dialami Lala tidak bisa disembuhkan, mungkin jalan yang terbaik adalah
membawa Lala berobat ke luar Negeri”, kata dokter Clara. Aku hanya bisa menangis
saat mendengar semua yang diucapkan oleh dokter Clara. “Dok saya mohon lakukan
yang terbaik buat adik saya”, kataku sambil memohon. “Insyaallah saya akan
melakukan yang terbaik untuk Lala”, jawab dokter Clara. Aku pun langsung pulang
menuju rumah, sesampainya dirumah aku langsung kekamar mamahku untuk
membicarakan kondisi Lala, tetapi aku tidak melihat mamahku, sedangkan papahku
sedang ditugaskan untuk mengajar di Kalimantan, aku hanya bisa berdoa demi
kesembuhan adikku. Sudah lama aku menunggu mamah tetapi tidak kunjung datang
sampai-sampai aku tertidur disofa.
Keesokan harinya aku bangun sekitar pukul 09.00, saat aku kekamar mamahku
ternyata mamah tidak ada dikamarnya, aku pun langsung lari ke garasi untuk melihat
ada mobil mamahku atau tidak, ternyata mobil mamahku tidak ada digarasi, aku pun
langsung mengambil ponsel untuk menghubungi mamahku. “Mamah ada dimana sih
dari kemarin kok belum pulang”, tanyaku. “Maaf sayang hari ini mamah lembur,
mungkin mamah pulang sore”, jawab mamahku. Aku pun langsung mematikan telepon,
aku sangat kecewa dengan mamahku yang setiap hari hanya mementingkan
pekerjaannya sampai-sampai dia lupa dengan kondisi yang dialami Lala saat ini, aku
pun langsung berlari kekamar Lala untuk memastikan jika keadaan Lala baik-baik saja,
saat aku sedang membuka pintu kamarnya, aku melihat Lala duduk dipojokan kamar
dengan raut wajah ketakutan saat aku menghampirinya aku tidak sengaja menginjak
sesuatu ketika aku melihat ternyata itu adalah segumpalan rambut, aku pun langsung
mendekati Lala saat aku mengelus rambutnya ternyata rmabut Lala banyak yang rontok.
“Kak Lala takut”, kata Lala sambil menangis. “Lala nggak usah takut, kakak
ada disini”, jawabku sambil memeluknya. Aku pun langsung menyuruh Lala makan dan
minum obat setelah itu aku mengajaknya untuk istirahat. Beberapa jam kemudian Lala
sudah tertidur pulas, aku pun langsung mengambil ponselku di ruang tamu untuk
menhubungi mamahku untuk cepat-cepat pulang. Setelah lama aku menunggu tiba-tiba
suara klakson mobil diluar, aku pun langsung bergegas lari keluar. Ternyata itu mamah
“Rara, ada apa sih, kok kamu nyuruh mamah pulang cepat-cepat”, tanya mamahku.
“Mah, mamah tau kan kalo Lala itu lagi sakit dan dokter juga bilang kalo kondisi Lala
makin hari semakin menurun”, kataku. “Rara, mamah itu kerja juga buat biayain
pengobatan adek kamu”, kata mamahku. “Tapi Mah”, belum aku menjawab mamahku
langsung memotong pembicaraanku. “Udah deh Rara, mamah itu capek habis pulang
kerja, bukannya kamu bikinin mamah minum malah kamu ceramah terus”, kata
mamahku sambil meninggalkanku sendirian. Aku sangat kecewa dengan sikap mamah
kepada aku dan Lala, sikap mamah sangat berubah semenjak Lala mengidap penyakit
otak. Saat aku ingin mengambilkan minum untuk mamahku, aku mendengar suara
teriakan Lala, aku dan mamah langsung berlari ke arah kamar Lala, saat aku membuka
pintu kamarnya aku melihat Lala sedang menangis dan kamarnya sangat berantakan
sampai-sampai memecahkan cermin besar yang ada dikamarnya, aku dan mamahku
langsung menghentikan Lala tapi semua itu hanya sia-sia saja dan akhirnya mamahku
menampar Lala dibagian wajahnya, akupun tidak percaya apa yang telah mamah
lakukan kepada Lala, tetapi semua itu tidak membuat Lala berhenti berontak dan
akhirnya aku terpaksa menyuntik obat penenang dan dibagian lengan Lala, karena
kelakuan Lala yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Saat itu aku sangat ketakutan
tidak hanya aku saja mamahku juga merasakannya sampai-sampai mamahku menangis.
Malam harinya mamah menyuruh papah untuk cepat-cepat pulang, karena kondisi Lala
yang saat itu semakin parah.
Keesokan harinya papahku sampai rumah sekitar jam 10.00 papahku pulang dan
menaiki pesawat, jadi perjalanan tidak begitu lama. Sesampainya di rumah papahku
langsung melihat kondisi Lala, saat itu Lala sedang tidur karena efek dari obatnya
lumayan cukup lama, beberapa menit kemudian papahku keluar dari kamar Lala dan
langsung menghampiri aku dan mamahku yang sedang duduk disofa, “Gimana pah
dengan Lala, mamah takut jika terjadi apa-apa dengan Lala”, kata mamahku gelisah.
“Tapi mau gimana lagi mah, uang papah sudah tidak cukup jika harus membawa Lala
berobat keluar Negeri”, jawab ayahku sambil mondar-mandir. “Lebih baik jika
sementara waktu Lala kita pasung aja”, jawab mamahku. Saat mamahku berbicara
seperti itu aku pun langsung angkat bicara “Aku nggak setuju, Lala itu bukan orang gila
mah yang harus dipasung segala, Lala itu Cuma sakit”, kataku dengan tyegas. “Tapi
mau gimana lagi Rara, mamah udah capek”, kata mamahku. “Kalau mamah udah capek
ngurus Lala lagi, biar aku yang mengurus Lala sampai sembuh!” kataku sambil lari
menuju kamar Lala dan aku pun langsung mendekati Lala yang sedang tertidur pulas
karena pengaruh dari obat yang aku suntik ke Lala, aku tidak tega melihat kondisi Lala
sampai-sampai aku meneteskan air mata, tiba-tiba Lala terbangun dari tidurnya, “Kak”
kata Lala sambil memegang tangan ku, “Lala, kamu udah bangun”, kataku sambil
menghapus air mata yang ada dipipiku. “Kak, kenapa nangis”, tanya Lala. “Kakak
nggak nangis kok tadi Cuma kena debu aja”, jawabku berbohong, 20 menit aku
berbincang dengan Lala, walaupun apa myang diomongin Lala susah dimengerti
olehku, saat aku sedang asik mengobrol tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar Lala
dan ternyata itu adalah ayahku, ayahku ingin pamit untuk pergi kerja. “Lala, Rara,
papah pamit berangkat kerja dulu ya, kamu baik-baik disini”, kata papahku. “Tapi Pah,
bukannya papah baru pulang, masa udah mau berangkat kerja lagi”, tanyaku. “Iya Rara,
papah harus ngelanjutin tugas papah”, jawab papahku, aku pun hanya terdiam. “Yaudah
papah berangkat dulu ya, Assalamualaikum”, kata papahku sambil mencium kening aku
dan Lala. “Walaikumsalam”, jawabku. “Oh iya, papah punya duit buat Lala jajan”, kata
papahku sambil memberikan uang 200.000 ke Lala. Setelah papahku berangkat aku pun
melanjutkan obrolanku dengan Lala, aku senang sekali bisa melihat Lala tersenyum
karena selama ini Lala hanya bisa murung dikamar, banyak hal yang aku bicarakan
dengan Lala, walaupun aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan tetapi aku pura-pura
mengerti agar Lala tidak merasa sedih. Jam menunjukkan pukul 17.00, aku langsung
bergegas mandi lalau ke super market untuk belanja kebutuhan rumah, hari ini aku
belanja tidak ditemani oleh Lala, karena Lala untuk sementara waktu harus diam
dirumah, jadi aku tidak berani mengajaknya. Lala dirumah ditemani oleh mamahku, jadi
aku tidak khawatir lagi jika terjadi apa-apa dengan Lala, aku ke super market
menggunakan mobil mamahku. Sesampainya di sana aku langsung mengambil
keranjang belanja dan aku mengambil semua kebutuhan sehari-hari, tak lupa juga
membelikan er cream strowbery untuk Lala karena Lala sangat suka dengan es cream,
setelah semuanya selesai aku langsung berlari kekamar Lala sambil membawa es cream,
tetapi aku tidak melihat Lala dikamarnya. Aku langsung bertanya kepada mamahku,
tetapi mamahku tidak tahu apa-apa, tanpa berfikir panjang aku langsung kekantor
polisis untuk melaporkan hilangnya adikku, sesampainya disana polisi hanya bisa
membatuku jika Lala hilang selama 2 x 24 jam dan aku langsung disuruh pulang tetapi
aku menolaknya sampai polisi bisa mencari adikku, tetapi semua itu hanya sia-sia saja
pak polisi tetap tidak bisa membantuku dan akhirnya aku mengalah, jalan satu-satunya
aku harus pulang dan menunggu Lala dirumah. Jam menunjukkan pukul 21.00 tetapi
Lala belum kunjung pulang, setelah lama menunggu aku melihat seorang perempuan
berjalan mendekati rumahku, saat aku melihatnya dengan jelas ternyata itu Lala.
“Lala ..., kamu dari mana aja sih?” tanyaku sambil mendekapnya. “Maaf Kak, tadi Lala
habis beli makanan diluar”, kata Lala sambil menunduk. “Kenapa kamu nggak
menunggu kakak, biar nanti kakak yang beliin”, tanya ku, Lala hanya terdiam sambil
menggelengkan kepalanya. “Terus yang ditanan kamu itu apa?” tanyaku penasaran
tetapi Lala tidak menjawab pertanyaanku, hanya menyembunyikannya dibelakang
badannya. Aku pun tambah penasaran apa yang sedang Lala smebunyikan, tapi ya
sudah lah yang penting Lala tidak kenapa-kenapa, aku pun langsung mengajak Lala
masuk ke rumah dan makan es cream bersama denganku.
Keesokan harinya, aku baru ingat jika sekarang sudah tanggal 5 Agustus, hari ini
hari yang sangat spesial bagiku. Karena aku berulang tahun yang ke 22 tahun,
berhubung sekarang hari ultahku aku ingin mengajak Lala pergi ke mall untuk
bersenang-senang, tetapi aku harus meminta izin kepada papahku, Alhamdulillah
papahku memberikan izin kepadaku untuk untuk mengajak Lala jalan-jalan asalkan aku
menjaganya dengan baik. Aku pun langsung mandi dan siap-siap untuk berangkat ke
mall, sesampainya di sana aku langsung mengajak Lala main di timezone, Lala sangat
senang sekali, senyuman yang terpancar dari wajahnya membuatku ikut bahagia. Selesai
kita bermain-main sampai lupa waktu aku mengajak Lala untuk mengisi perut yang
sudah keroncongan dari tadi. Jam menunjukkan pukul 15.30 aku dan Lala langsung
bergegas untuk pulang ke rumah, kami pun langsung menuju ke parkiran karena
mobilku diparkir disana, baru setengah perjalanan Lala ingin membeli gulali terlebih
dahulu, aku pun menyuruhnya untuk membeli sendiri sedangkan aku mengambil
mobilku, saat aku sedang membuka pintu mobilku, tiba-tiba ada 3 orang pria yang
menodongku dengan senjata tajam, aku hanya bisa teriak meminta pertolongan tetapi
tidak ada satupun orang yang mendengarnya, karena saat itu tempat parkir sangat sepi,
aku hanya bisa pasrah dan menyerahkan semuanya kepada yang maha kuasa, tiba-tiba
aku melihat adikku dari jauh dia berjalan mendekatiku tetapi aku melarangnya sambil
berteriak, tetapi langkah kaki Lala malah mendekat. “Lala, kamu sekarang pergi dari
sini, kakak nggak mau kalo kamu kenapa-kenapa”, teriakku sambil menangis. “Enggak
Kak, Lala mau sama Kakak”, jawab Lala sambil menangis, saat itu aku hanya bisa
berteriak meminta tolong tiba-tiba ada salah satu pria ingin menusukku tetapi Lala
mendorongku dan pisau itu menusuk perut Lala. Sampai perut Lala mengeluarkan darah
yang sangat banyak, kemudian 3 pria itu lari meninggalkan kita, aku pun langsung
menghampiri Lala yang berlumuran darah. “Lalaaa ...”, teriakku. “Kaa ... maafin Lala
ya, Lala udah buat kakak susah”, kata Lala sambil menahan kesakitan dibagian
perutnya. “lala kamu tahan ya, kakak akan nyari bantuan”, kataku sambil menangis
seperti bayi yang minta permen. “Engga kak, aku udah nggak mau buat kakak susah
lagi”, jawab Lala sambil memegang tanganku. “Engga Lala, kamu nggak boleh
ngomong seperti itu”, kataku. “Aaaku sayang ka ... kak”, kata Lala sambil menutup
kedua matanya. “Lalaaa ... bangun jangan tinggalin kakak sendirian”, kataku sambil
menangis dan memeluknya. Aku pun langsung membawa Lala kerumah sakit tapi
semua itu sudah telat, Lala telah meninggal dunia karena mengalami pendarahan yang
sangat banyak, aku pun hanya bisa menangis sambil mendoakan Lala yang terbaik dan
semoga Lala tenang dialam sana.
Sudah hampir 1 minggu Lala meninggalkan kita semnua, jika aku kangen
dengan Lala aku hanya bisa kekamarnya, aku tidak bisa jika ke makam Lala setiap hari
karena Lala di makamkan di Kalimantan dekat dengan makam kakek dan nenekku. Saat
aku kekamar Lala ingin mengambil baju Lala dilemari untuk disumbangkan ke anak
yatim aku tidak sengaja menjatuhkan kotak kecil yang terdapat pita berwarna merah,
ketika aku membuka isinya aku melihat kalung yang terdapat huruf R dan aku juga
melihat amplop yang berwarna merah dengan tulisan tangan Lala yang isinya :
“Selamat ulang tahun kakakku sayang, maaf kak selama ini Lala udah nyusahin
kakak dan Lala juga udah membuat kakak menderita, gara-gara Lala sakit kakak harus
berhenti kuliah ...Lala minta maaf juga tempo hari Lala sudah berbohong sama kakak,
malem itu Lala keluar bukan buat beli makanan tetapi Lala mau beli hadiah yang
spesial buat kakakku yang spesial”.

Lala sayang banget sama kakak

I LOVE YOU KAK RARA


Dari Lala Lestari

Saat aku membaca surat tersebut aku tidak bisa membendung air mataku, aku
nangis seperti bayi yang baru lahir, aku tidak habis fikir Lala melakukan semua ini
untukku, aku tidak bisa memaafkan diriku karena aku Lala harus meninggal disaat aku
ulang tahun.
Hari demi hari sudah aku lewati, aku hanya bisa memandang kalung yang diberikan
oleh Lala, semenjak Lala pergi aku hanya bisa melamun seperti orang yang tidak punya
semangat hidup. Tetapi orang tua ku menyuruh aku untuk melupakan semuanya dari 0
lagi, aku harus bisa melupakan semuanya yang sudah terjadi. Tetapi ada satu yang tidak
bisa aku lupakan yaitu pengorbanan adikku Lala bukan hanya seorang adik tetapi dia
juga seorang malaikat pelindungku.

Anda mungkin juga menyukai