Anda di halaman 1dari 85

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN


ATAS
PENCETAKAN, PENGELUARAN DAN
PEMUSNAHAN RUPIAH
TAHUN2017
PADA
BANK INDONESIA DAN
INSTANSI TERKAIT LAINNYA

Nomor : SO/LHP/XV/OSI2018
Tanggal : 3 Mei 2018
DAFTARISI

Halaman

DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
RINGKASAN EKSEKUTIF ...........................................................................•................
1
BAB I DASAR HUKUM, TUJUAN, LINGKUP, DAN METODOLOGI
PEMERIKSAAN 3
1. Dasar Hukum 3
2. Tujuan Pemeriksaan 3
3. Lingkup Pemeriksaan 3
4. Standar Pemeriksaan 3
5. Kriteria Pemeriksaan 3
6. Waktu Pemeriksaan 4
7. Metodologi Pemeriksaan 4
BAB II GAMBARANUMVM 5
1. Pengelolaan Rupiah 5
1.1 Perencanaan 6
1.2 Pencetakan 9
1.3 Pengeluaran 10
1.4 Pengedaran 11
1.5 Pencabutan dan Penarikan 11
1.6 Pemusnahan 11
2. Pencetakan Rupiah Tahun 2017 16
3. Pengeluaran Rupiah Tahun 2017 21
4. PemusnahanRupiah Tahun2017 21
BAB III HASIL PEMERIKSAAN 22
1. PENCETAKAN RUPIAH 22
1.1 Persediaan Bahan Uang per 31 Desember 2017 Tidak Dapat Ditelusuri
Kesesuaiannya dengan Pencatatan Persediaan Bahan U ang/TUB dan
Laporan Monitoring Perkembangan Persediaan Bahan Uang 22
1.2 Dokumentasi Pengelolaan Uang Dilakukan Tidak Sesuai dengan
Ketentuan 27
1.3 Pengawasan dan Pengamanan di Area Gudang Kantor Operasional
Cilangkap (KOC) Belum Memadai 32
1.4 BI Belum Melakukan Reviu Secara Periodik atas Pengamanan pada
Lokasi Proses Pencetakan U ang 34
1.5 Pelaksanaan Uji Mutu Logam Nickel Plated Steel (NPS) Tidak Sesuai
Dengan Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Jasa Uji Mutu Bahan Uang
Antara BI dengan Perum Peruri 37
1.6 Bahan Uang yang Diterima Bank Indonesia sebanyak 56.000 rim senilai
Rp66.484.120.760,97 dari Louisenthal Berasal dari Subkontrak
Pengadaan Bahan Uang Kepada De La Rue Tanpa Persetujuan Bank
Indonesia : 40
1.7 Terdapat Perbedaan Spesifikasi Bahan Uang Kertas antara RKS dengan
Kontrak Pemasok Bahan Uang 44
1.8 Kelemahan Pengawasan Bank Indonesia atas Hasil Cetak Tidak
Sempurna (HCTS) 46
1.9 Bank Indonesia Belum Melakukan Pemeriksaan Fisik Uang Rupiah atas
Rekening Uang dalam Penelitian sebesar Rp18.877.200.000,00 52
2. PENGELUARAN RUPIAH 54
3. PEMUSNAHAN RUPIAH 54
3.1 Perbedaan Data Pemusnahan Uang Rupiah Tahun 2017 antara PBI No.
20/0 lIPBI/20 18 dengan Data BI-SOSA dan Data BISAK 54
BAB IV PEMANTAUAN TINDAK LANJUT REKOMENDASI HASIL
PEMERIKSAAN 59

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Rencana Cetak Uang dan Kebutuhan Bahan Uang TA 2016-2017 8


Tabel 2. 2 Tahapan Pengeluaran Uang Rupiah Emisi Baru 10
Tabel 2. 3 Perbandingan Estimasi Kebutuhan Uang EKU dan Realisasinya 16
Tabel 3. 1 Saldo Rekening Persediaan Bahan Uang 22
Tabel 3. 2 Selisih Berita Acara Pemeriksaan Fisik dengan Laporan Monitoring 23
Tabel 3. 3 Selisih Berita Acara Pemeriksaan Fisik dengan TUB 24
Tabel 3. 4 Selisih Jumlah Fisik antara TUB dengan laporan Monitoring 24
Tabe13.5 Selisih Nilai Rekening Persediaan Bahan Uang 25
Tabe13.6 Selisih Berita Acara Pemeriksaan Fisik dengan Dokumen Pendukung 28
Tabel 3.7 Rincian Serah Terima Uang Titipan dalam Khazanah Peruri 29
Tabel 3. 8 Daftar ArealLokasi Kamera CCTV dengan kondisi tidak optimal 34
Tabe13.9 Daftar ArealLokasi Kamera CCTV dalam kondisi perbaikan 34
Tabel 3. 10 Daftar ArealLokasi Kamera CCTV yang Tidak Berfungsi 35
Tabel 3. 11 Daftar Parameter Uji Mutu 37
Tabel 3. 12 Jumlah Subkontrak Louisenthal kepada De La Rue 40
Tabel 3. 13 Rincian B/L 41
Tabel3. 14 Rincian Pembayaran Pengiriman Bahan uang .42
Tabe13. 15 Rincian Pengiriman 43
Tabel3. 16 Spesifikasi Bahan Uang 44
Tabel 3. 17 HCTS yang Terdapat dalam Pengiriman BCS Tahun 2017 .48
Tabel 3. 18 Rincian HCTS yang Beredar di Masyarakat.. .49
Tabel 3. 19 Keterlambatan Penyampaian Iaporan Analisis dan Klarifikasi atas BCTS 50
Tabe13. 20 Perbandingan Data Pemusnahan antara PBI, BI-SOSA dan BISAK 55
Tabel 3. 21 Perbandingan Data Pemusnahan antara PBI dengan SOSA 55
Tabel 3. 22 Perbandingan Data Pemusnahan antara PBI dengan BISAK 56
Tabel3. 23 Perbandingan Data Pemusnahan antara SOSA dengan BISAK 57
Tabe14. 1 Tindak Lanjut Rekomendasi Basil Pemeriksaan 59

iii
DAFTARGAMBAR

Gambar 2. 1 Penyusunan Estimasi Kebutuhan Uang 6


Gambar 2.2 Penyusunan Rencana Cetak Uamg 7
Gambar 2. 3 Penyusunan Rencana Bahan Uang 8
Gambar 2.4 Proses Pemusnahan dengan Menggunakan MSUK 12
Gambar 2. 5 Proses Pemusnahan dengan Menggunakan MRUK 13
Gambar 2.6 Proses Pemusnahan Uang Logam Tidak Layak Edar. 15
Gambar 2.7 Uang Dalam Peredaran Periode 2011-2017 16
Gambar 2.8 Uang Kertas Dicetak Tahun 2012-2017 17
Gambar 2.9 Uang Logam Dicetak Tahun 2012-2017 17
Gambar 2. 10 Harga Bahan Kertas Uang 18
Gambar 2. 11 Harga Bahan Logam Uang 18
Gambar 2. 12 Harga Cetak Uang Keras 19
Gambar 2. 13 Harga Cetak Uang Logam 19
Gambar 2. 14 Uang Kertas Dicetak 20
Gambar 2. 15 Uang Logam Dicetak 20
Gambar 2. 16 Pemusnahan Rupiah 21

iv
DAFTAR LAMPlRAN

Lampiran 1 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

v
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan, dan UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Badan
Pemerika Keuangan (BPK) telah melaksanakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu atas
Pencetakan, Pengeluaran, dan Pemusnahan Rupiah Tahun 2017 pada Bank Indonesia (BI),
Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri), dan instansi
terkait lainnya.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai apakah pencetakan, pengeluaran, dan
pemusnahan Rupiah pada Tahun 2017 telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Kriteria yang digunakan dalam pemeriksaan adalah UU Nomor 7 Tahun 2011
tentang Mata Uang dan peraturan pelaksanaan terkait pencetakan, pengeluaran, dan
pemusnahan Rupiah.
BPK melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara yang ditetapkan oleh BPK.
Sesuai dengan UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Rupiah merupakan
mata uang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proses pengelolaan Rupiah terdiri dari
perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan, serta
pemusnahan. Pasal 20 UU tersebut mengatur pelaksanaan audit oleh BPK dilakukan secara
periodik untuk menjamin pelaksanaan pencetakan, pengeluaran, dan pemusnahan Rupiah.
Pencetakan merupakan rangkaian kegiatan mencetak Rupiah termasuk di dalamnya
pengadaan bahan uang yang akan dicetak. Pengeluaran merupakan suatu rangkaian
kegiatan menerbitkan Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah di Wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Sementara itu, pemusnahan merupakan suatu rangkaian
kegiatan meracik, melebur, atau cara lain memusnahkan Rupiah sehingga tidak menyerupai
Rupiah.
Berdasarkan pemeriksaan kami, pencetakan, pengeluaran, dan pemusnahan
Rupiah Tahun 2017 dilaksanakan belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya beberapa permasalahan signifikan yang
perlu mendapatkan perhatian antara lain.

Halaman 1 dar~f
a. Persediaan Bahan Uang per 31 Desember 2017 Tidak Dapat Ditelusuri Kesesuaiannya
dengan Pencatatan Persediaan Bahan Uang/TUB dan Laporan Monitoring
Perkembangan Persediaan Bahan Uang
b. Dokumentasi Pengelolaan Uang Dilakukan Tidak Sesuai dengan Ketentuan
c. Bahan Uang yang Diterima Bank Indonesia sebanyak 56.000 rim senilai
Rp66.484.120.760,97 dari Louisenthal Berasal dari Subkontrak Pengadaan Bahan
Uang Kepada De La Rue Tanpa Persetujuan Bank Indonesia
d. Kelemahan Pengawasan Bank Indonesia atas Basil Cetak Tidak Sempuma (HCTS)
e. Bank Indonesia Belum Melakukan Pemeriksaan Fisik Uang Rupiah atas Rekening
Uang dalam Penelitian sebesar Rp18.877.200.000,00
f. Perbedaan Data Pemusnahan Uang Rupiah Tahun 2017 antara PBI No.2010 I/PBI/20 18
dengan Data BI-SOSA dan Data BISAK
Atas permasalahan tersebut, BPK merekomendasikan Gubernur BI diantaranya
untuk segera:
a. Memerintahkan Kepala DPU untuk menelusuri perbedaan persediaan bahan uang dan
melakukan koreksi atas BI-SOSA serta memerintahkan Kepala DAI untuk melakukan
due diligence dan investigasi untuk menelusuri keberadaan bahan uang senilai Rp898.
719.091,20;
b. Memerintahkan Kepala DPU supaya memberikan pembinaan kepada Kepala Divisi
Distribusi Uang dan Pengelola Khazanah Distribusi Uang untuk lebih cermat dalam
membuat dan mendokumentasikan Berita Acara sesuai dengan ketentuan;
c. Kepala DPU menetapkan SOP pengawasan terhadap pengiriman bahan uang melalui
pemeriksaan atas seluruh dokumen pendukung pengiriman bahan uang;
d. Kepala DPU menyusun dan menetapkan pedoman tentang pengelolaan HCTS serta
menyelesaikan penumpukan HCTS yang belum dimusnahkan dengan memerintahkan
kepada Perum Peruri untuk mengoptimalkan penggunaan mesin BPS 2000 dalam
sortasi dan meracik HCTS;
e. Kepala DPU supaya melakukan pemeriksaan fisik atas seluruh UDP setiap akhir
periodik sesuai dengan ketentuan; dan
f. Memerintahkan Kepala DAI untuk melakukan pemeriksaan investigasi untuk
memastikan nilai pemusnahan uang Rupiah yang sebenarnya.
Demikian hasil pemeriksaan atas pencetakan, pengeluaran, dan pemusnahan
Rupiah. Permasalahan dan rekomendasi secara rinei dapat dilihat pada laporan ini.

Jakarta, Mei 2018

penar;.awab
I Bahtiar Arif
11 NIP. 197005051990031001

Halaman 2 dari 59

~~
BABI
DASAR HUKUM, TUJUAN, LINGKUP, DAN METODOLOGI PEMERIKSAAN

1. Dasar Hukum
Pemeriksaan atas Pencetakan, Pengeluaran, dan Pemusnahan Rupiah dilakukan
berdasarkan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara, UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan,
dan UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
2. Tujuan Pemeriksaan
Pemeriksaan atas Pencetakan, Pengeluaran, dan Pemusnahan Rupiah Tahun 2017
merupakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang bertujuan untuk menilai apakah
pencetakan, pengeluaran, dan pemusnahan Rupiah pada Tahun 2017 telah dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3. Lingkup Pemeriksaan
Lingkup pemeriksaan yang dilaksanakan BPK sesuai dengan Pasal 20 UU Nomor 7 Tahun
2011 meliputi kegiatan pencetakan, pengeluaran, dan pemusnahan Rupiah selama tahun
2017 yang dilakukan Bank Indonesia dan instansi terkait lainnya.
Sasaran pemeriksaan atas Pencetakan, Pengeluaran, dan Pemusnahan Rupiah Tahun 2017
adalah:
a. Kegiatan pengadaan bahan dan pencetakan uang selama Tahun 2017;
b. Kegiatan pengeluaran uang selama Tahun 2017; dan
c. Kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar selama Tahun 2017.
4. Standar Pemeriksaan
Standar pemeriksaan yang digunakan dalam pemeriksaan adalah Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara yang ditetapkan dengan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2017.
5. Kriteria Pemeriksaan
Kriteria yang digunakan antara lain sebagai berikut.
a. UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang;
b. Peraturan pelaksanaan terkait Pencetakan, Pengeluaran, dan Pemusnahan Rupiah,
antara lain :
1) Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 14171PBI/2012 tentang Pengelolaan Uang
Rupiah;
2) Peraturan Dewan Gubemur (PDG) BI Nomor 14/13IPDG/2012 tentang
Pengelolaan Uang Rupiah;
3) PDG BI Nomor 11/9/PDG/2012 tentang Pengadaan Uang, Bahan Uang, dan Jasa
Pencetakan Uang;
4) PDG BI Nomor 18/9IPDG12016 tentang Manajemen Logistik Bank Indonesia;
5) Surat Edaran (SE) BI Nomor 12110/INTERN Tahun 2012 tentang Perencanaan dan
Pengadaan Barang dan/atau Jasa dalam Manajemen Logistik Bank Indonesia;
6) SE Nomor 13/5/INTERN Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Pengeluaran Uang
Rupiah;

Halaman 3 dari 59

~ ~
7) SE Nomor 16/63/INTERN Tahun 2014 tentang Petunjuk PeJaksanaan Pengolahan
Uang Rupiah;
8) SE Nomor 18/69/INTERN Tahun 2016 tentang Manajemen Logistik Bank
Indonesia; dan
9) Nota Kesepahaman antara BI dengan Pemerintah Republik Indonesia tentang
Pelaksanaan Koordinasi dalam Rangka Perencanaan dan Pencetakan, serta
Pemusnahan Rupiah Nomor 14/11GBI/DPUINK tanggal27 Juni 2012.
6. Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dilaksanakan mulai tanggal 16 Oktober 2017 sampai dengan 5 Desember
2017 berdasarkan Surat Tugas Nomor 46/ST/IV-XV/08/2017 tanggal 21 Agustus 2017
untuk periode Semester I Tahun 2017 dan mulai tanggal27 Februari 2018 sampai dengan
27 April 2018 berdasarkan Surat Tugas Nomor 03/ST/IV-XV/01l2018 tanggal 4 Januari
2018 untuk periode Semester II Tahun 2017.
7. Metodologi Pemeriksaan
Pengujian atas bukti dilakukan dengan teknik wawancara, konfirmasi, cek fisik, dan
analisis bukti-bukti audit yang diperoleh. Pengujian menggunakan metode uji petik.
Pemilihan sampel menggunakan metode non statistik yang terdokumentasi. Pemeriksa
menggunakan pertimbangan risiko dalam pemilihan sampel yang akan diuji.
Pemeriksaan atas pencetakan Rupiah mencakup 100% dari seluruh kegiatan pengadaan
bahan, pengeluaran Rupiah dan pencetakan Rupiah selama Tahun 2017. Sementara itu,
pemeriksaan atas pemusnahan Rupiah mencakup 60,23% dari seluruh kegiatan
pemusnahan uang tidak layak edar selama Tahun 2017. Pemeriksaan atas pemusnahan
Rupiah dilakukan pada Kantor Pusat (KP) BI dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw
BI) Provinsi Lampung, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Sulawesi Selatan, dan Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan KPw BI yang diuji
petik adalah nilai pemusnahan, risiko terkaitjumlah danjenis mesin yang digunakan dalam
pemusnahan, dan assessment atas sistem pengendalian intern pada KPw BI.
Pengambilan simpulan hasil pemeriksaan menggunakan metode kualitatif berdasarkan
temuan dan kesesuaian atas pelaksanaan kegiatan pencetakan, pengeluaran dan
pemusnahan Rupiah dengan ketentuan yang berlaku.

Halaman 4 dari 59
BABII
GAMBARAN UMUM

1. Pengelolaan Rupiah
BI adalah Bank Sentral Republik Indonesia berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang
BI sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 6 Tahun 2009. UU tentang BI
pada Pasal 7 menyatakan bahwa tujuan BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan
nilai Rupiah baik kestabilan nilai Rupiah terhadap barang dan jasa yang tercermin dari
perkembangan laju inflasi serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.
Salah satu kewenangan yang dimiliki BI dalam rangka mencapai tujuannya adalah
menetapkan penggunaan alat pembayaran. Kewenangan ini meliputi kewenangan dalam
mengeluarkan dan mengedarkan mata uang Rupiah serta mencabut, menarik, dan
memusnahkan uang dimaksud dari peredaran. Termasuk di dalamnya adalah kewenangan
untuk menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang digunakan
dan penentuan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah. Sebagai
konsekuensi dari kewenangan tersebut, BI juga harus menjamin ketersediaan uang di
masyarakat dalam jumlah yang cukup dan dengan kualitas yang memadai.
Kewenangan penuh yang dimiliki BI dalam pengelolaan uang berubah dengan
ditetapkannya UU Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Penetapan UU tersebut
ditujukan untuk memenuhi amanat Pasal 23B perubahan ketiga Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 194? bahwa macam dan harga mata uang ditetapkan
dengan undang-undang. UU Mata Uang juga mengatur adanya check and balances antar
pihak yang terkait proses pengelolaan Rupiah. BI diharuskan untuk berkoordinasi dengan
Pemerintah dalam tahap perencanaan, pencetakan, dan pemusnahan. Sedangkan tahap
pengeluaran, pengedaran danlatau pencabutan, serta penarikan Rupiah masih merupakan
wewenang BI. Bentuk check and balances tersebut diharapkan dapat menciptakan good
governance dalam pengelolaan Rupiah. BI juga wajib melaporkan pengelolaan Rupiah
secara periodik setiap tiga bulan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pada Tahun
2017, BI telah menyampaikan laporan tertulis tentang Pengelolaan Rupiah Triwulan I s.d.
Triwulan IV Tahun 2017. Laporan mencakup kegiatan dan hasil evaluasi atas perencanaan,
pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan, serta pemusnahan uang
Rupiah oleh Bank Indonesia selama Tahun 2017. Pada laporan tersebut disampaikan juga
upaya BI untuk menanggulangi pemalsuan uang serta mendorong implementasi kewajiban
penggunaan Rupiah di Wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Selain itu, Pasal 20 UU tentang Mata Uang mengatur pelaksanaan audit secara periodik
oleh BPK untuk menjamin akuntabilitas pelaksanaan pencetakan, pengeluaran, dan
pemusnahan Rupiah, yang dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu tahun.
UU tentang Mata Uang menguraikan tahapan yang terintegrasi dalam pengelolaan Rupiah
mulai dari perencanaanjumlah Rupiah yang akan dicetak, pencetakan Rupiah, pengeluaran
Rupiah, pengedaran Rupiah, serta penarikan dan pencabutan Rupiah sampai dengan
pemusnahan Rupiah.

Halaman 5 dari 59

~ f1
BI dan Pemerintah pada tanggal 27 Juni 2012 telah menandatangani Nota Kesepahaman
tentang Pelaksanaan Koordinasi dalam rangka Pereneanaan, Peneetakan, serta Pemusnahan
Rupiah. Kesepakatan penting sesuai Nota Kesepahaman tersebut antara lain:

a. Dalam hal pereneanaan dan penentuan jumlah Rupiah yang akan dieetak, BI
mengundang Pemerintah dhi. Kementerian Keuangan dalam menyusun reneana eetak
uang dan menyampaikan rene ana jumlah Rupiah yang akan dieetak seeara tertulis.
Koordinasi pereneanaan tersebut berupa pertukaran informasi antara lain terkait
dengan asumsi tingkat inflasi, asumsi pertumbuhan ekonomi, reneana tentang maeam
dan harga Rupiah, proyeksi jumlah Rupiah yang perlu dieetak, serta jumlah Rupiah
yang rusak dan yang ditarik dari peredaran; dan

b. Dalam hal pemusnahan Rupiah, disebutkan bahwa teknis pelaksanaan pemusnahan


Rupiah dilakukan sesuai ketentuan internal BI. Pemerintah dapat melakukan
perunjauan terhadap proses pemusnahan Rupiah dengan terlebih dahulu
menyampaikan pemberitahuan seeara tertulis kepada BI. Kemudian seeara periodik BI
menyampaikan kepada Pemerintah informasi mengenai Rupiah yang dimusnahkan
yang memuat jenis peeahan, jumlah bilyetlkeping dan nilai nominal.

Pengelolaan Rupiah meliputi tahapan Pereneanaan, Peneetakan, Pengeluaran, Pengadaran,


Peneabutan dan Penarikan, dan Pemusnahan.

1.1 Perencanaan
Pereneanaan adalah suatu rangkaian kegiatan menetapkan besarnya jumlah dan jenis
peeahan berdasarkan perkiraan kebutuhan Rupiah dalam periode tertentu. Pereneanaan dan
penentuan jumlah Rupiah yang dieetak dilakukan oleh Bank Indonesia yang berkoordinasi
dengan Pemerintah.
Pereneanaan disusun oleh Grup Kebijakan Pengelolaan Uang (GKPU) di Departemen
Pengelolaan Uang (DPU). Pereneanaan dilakukan pada t-l sebelum pengadaan bahan uang
dan peneetakan uang. Proses pereneanaan meliputi tahapan-tahapan berikut.
a. Penyusunan Estimasi Kebutuhan Uang
Pereneanaan dimulai dengan disusunnya Estimasi Kebutuhan Uang (EKU) yaitu
estimasi jumlah Rupiah yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dalarn satu tahun
dengan perhitungan sebagai berikut
Gambar 2. 1 Penyusunan Estimasi Kebutuhan Uang

Posisi Kas
Proyeksi Proyeksi Estimasi Kebutuhan Kas
EKU
Outflow Inflow
+ + Akhir Satker
Pemusnahan Minimum
t-1

Keterangan:
• Outflow adalah jumlah uang yang diedarkan BI ke masyarakat yaitu jumlah arus uang yang keluar dari BI ke masyarakat.
• Inflow adalah arus uang yang mas uk ke BI dari masyarakat, baik dari setoran bank, penukaran uang dan penarikan uang
yang dicabut dari peredaran.
• Estimasi Pemusnahan adalah perkiraanjumlah uang yang diracik, dilebur, atau cara lain sehingga tidak menyerupai Rupiah.
• Kas minimum merupakan cadangan jika terjadi fluktuasi kebutuhan kas diluar tren yang telah diproyeksikan. Cadangan
ini juga diperlukan untuk mengantisipasi terganggunya pengiriman uang ke masing-masing satuan kerja kas.
• Posisi kas akhir satker tahun sebelumnya adalah nilai kas dari masing-masing satker kas pada akhir tahun sebelumnya dan
nilainya menjadi faktor pengurang dalam penghitungan EKU

Untuk rnernproyeksikan cashflow (outflow - inflow) BI menggunakan dua rnetode, yaitu


top down (Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter/DKEM dengan rnetode Error

Halaman 6 dari 59

~ (9;
Correction Model/ECM) dan bottom up (DPU & KPw BI dengan metode Dekomposisi).
Model ECM memproyeksikan cashflow dengan menggunakan beberapa variabel makro
ekonomi antara lain produk domestik bruto (PDB), inflasi, suku bunga (deposito 1 bulan),
dan nilai tukar. Model dekomposisi adalah mendekomposisi (memecah) data deret waktu
(time series) realisasi outflow, inflow, pemusnahan uang, dan posisi kas periode
sebelumnya dari masing-masing satker kas secara nasional menjadi beberapa pola dan
mengidentifikasi masing-masing komponen dari deret waktu tersebut secara terpisah. Dari
empat komponen yang mempengaruhi deret waktu tersebut, tiga komponen dapat
diidentifikasi karena memiliki pola tertentu, yakni tren, musiman, dan siklus, sedangkan
satu komponen, yaitu error atau randomness, tidak dapat diprediksi karena tidak memiliki
pola yang sistematis dan mempunyai gerakan yang tidak beraturan.
Nilai pemusnahan merupakan hasil proyeksi nilai persentase pemusnahan terhadap inflow
di KP dan seluruh KPw BI dengan mendasarkan pada data historis realisasi nilai
pemusnahan dan nilai inflow selama periode tahun-tahun sebelumnya.
BI juga telah menetapkan kas minimum untuk setiap satker adalah sebesar 1Y2rata-rata
outflow bulanan satker kas.
Berdasarkan formula di atas, nilai proyeksi EKU Tahun 2017 adalah Rp298.628.449 juta
yang terdiri dari Dang Pecahan Besar- Dang Kertas (UPB-UK) Rp282.763.200 juta, Uang
Pecahan Kecil - Dang Kertas (DPK-UK) sebesar Rp14.405.600 juta, dan Dang Logam
(UL) sebesar Rpl.459.649 juta.
b. Penyusunan Rencana Cetak Uang
Rencana Pencetakan Uang (RCU) merupakan estimasi jumlah Rupiah yang akan dicetak
dalam satu tahun dengan penghitungan sebagai berikut.
Gambar 2. 2 Penyusunan Rencana Cetak Uamg

Keterangan:
• Iron Stock Nasional (lSN) adalah cadangan uang kartal secara nasional untuk
menghadapi terjadinya kejadian luar biasa atau kemungkinan terburuk yang
mungkin terjadi terhadap kebutuhan uang kartal, misalnya terjadi rush di
perbankan dari masyarakat secara bersamaan. Berbeda dengan kas minimum yang
merupakan cadangan di setiap satker, ISN ditempatkan pada Depo Kas.
• Posisi kas Akhir DPU t-l merupakan posisi kas di satker DPU, yaitu di bagian
Distribusi Uang pada akhir tahun sebelumnya.

Berdasarkan perhitungan terse but, proyeksi RCU Tahun 2017 adalah Rp31 0.609.854
juta yang terdiri dari RCD UK sebesar Rp309.l50.380 juta dan RCD DL sebesar
Rp1.459.474 juta. Adapun RCD DK terdiri dari UPB-UK sebesar Rp294.332.600 juta
dan UPK-UK sebesar Rp14.817.780 juta. Rincian RCD per pecahan adalah sebagai
berikut.

Halaman 7 dari 59

~ ~
Tabel 2. 1 Rencana Cetak Uang dan Kebutuhan Bahan Uang TA 2016-2017

RCU 2016 Kebutuhan RCU 2017 Kebutuhan


Bahan Uang Bahan Uang
Oenominasi
<

Lembarl Nominal 2016 (dalam Lembarl Nominal 2017(dalam


Keping (Juta Rp) rirnlkeping) Keping (Juta Rp) rimlkeping)
Uang Kertas
Rp100.000 671.600.000 67.160.000 11.844 1.510.100.000 151.010.000 91.494
Rp50.000 1.473.020.000 73.651.000 55.988 2.338.800.000 116.940.000 129.346
Rp20.000 687.640.000 13.752.800 34.422 694.200.000 13.884.000 33.129
Rp10.000 1.179.620.000 11.796.200 64.667 1.249.860.000 12.498.600 60.422
Rp5.000 1.782.600.000 8.913.000 85.373 1.900.640.000 9.503.200 81.209
Rp2.000 2.628.200.000 5.256.400 123.416 2.572.260.000 5.144.520 104.916
Rp1.000 137.220.000 137.220 8.545 170.060.000 170.060 7.741
Jumlah UK 8.559.900.000 180.666.620 384.255 10.435.920.000 309.150.380 5Q8.251
Uang Logam
Rp1.000 684.755.000 684.755 554.400.000 940.260.000 940.260 1.069.935.000
Rp500 778.565.000 389.283 1.008.818.000 824.785.000 412.393 848.997.000
Rp200 281.650.000 56.330 355.893.000 332.580.000 66.516 358.582.000
Rp100 371.020.000 37.102 449.689.000 403.050.000 40.305 419.694.000
Rp50 - - - - - -
Jumlah UL 2.115.990.000 1.167.470 2.368.800.000 2.500.675.000 1.459.474 2.697.208.000
Jumlah UK + UL ., 181.834.090 ". 310.609.854

c. Penyusunan Rencana Bahan Uang


Rencana Bahan Uang (RBU) adalah estimasi bahan uang yang diperlukan oleh BI
sebagai bahan cetak uang dalam satu tahun perhitungan sebagai berikut.
Gambar 2. 3 Penyusunan Rencana Bahan Uang

Proyeksi persediaan bahan yang


RBU + Inschiet +
akan dibentuk

Keterangan:
• Inschiet adalah tingkat toleransi kesalahan pada saat proses pencetakan uang.
• Proyeksi persediaan bahan yang akan dibentuk adalah nilailjumlah bahan uang yang tidak digunakan dalam
proses pencetakan dan dialokasikan sebagai persediaan yaitu sebesar 50% dari ReU ditambah inschiet.

Berdasarkan perhitungan tersebut, proyeksi RBU Tahun 2017 untuk UK sebanyak


508.257 rim dan UL sebanyak 2.697.208.000 keping.
d. Penyusunan Anggaran
Rencana anggaran cetak uang yang terdiri dari anggaran biaya pencetakan uang dan
anggaran biaya pengadaan bahan uang ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubemur
(RDG). Anggaran cetak uang dan pengadaan bahan uang Tahun 2017 adalah sebesar
Rp4.481.278.80 1.996,00 yang terdiri dari anggaran biaya pencetakan uang sebesar
Rp2.656.263.857.723,00 dan anggaran biaya pengadaan bahan uang sebesar
Rp1.825.014.944.273,00. Anggaran biaya pencetakan uang terdiri dari biaya cetak,
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10%, cadangan (untuk goods over) sebesar 0,5%, dan
komponen security feature pada teknik cetak. Sementara itu anggaran biaya pengadaan
bahan uang terdiri dari biaya pembelian bahan uang dan local cost, yaitu asuransi
marine cargo, land in transit, dan biayaforwarding.

Halaman 8 dari 59

~ ~
Penentuanjumlah Rupiah yang dicetak dilakukan BI berkoordinasi dengan Pemerintah
dhi. Kementerian Keuangan dalam bentuk pertukaran informasi, antara lain terkait
dengan asumsi tingkat inflasi, asumsi pertumbuhan ekonomi, rencana tentang macam
dan harga Rupiah, proyeksi jumlah Rupiah yang perlu dicetak, serta jumlah Rupiah
yang rusak dan yang ditarik dari peredaran.
Pada RDG BI tanggal 3 November 2015 perihal Rencana Pencetakan Uang Rupiah dan
Pengadaan Bahan Uang Rupiah secara multiyears Tahun 2016 dan Tahun 2017 serta RDG
BI tanggal 10 November 2015 perihal Rencana Pencetakan Uang Rupiah dan Pengadaan
Bahan Uang Rupiah secara Multiyears Tahun 2016 dan Tahun 2017 (Regularisasi),
diputuskan:
a. Jumlah pencetakan uang TA 2017 adalah uang kertas sebanyak 10.435.920.000 bilyet
dengan anggaran biaya cetak senilai Rp2.477.824.510.843,00 dan uang logam
sebanyak 2.500.675.000 keping dengan anggaran biaya cetak senilai
RpI78.439.346.880,00 dengan total anggaran biaya cetak sebesar
Rp2.656.263.857.723,00.
b. Jumlah pengadaan bahan uang yang disetujui adalah bahan KU sebanyak 508.257 rim
dan bahan LU sebanyak 2.697.208.000 keping.
Penetapan atas rencana pencetakan uang tersebut dituangkan dalam Keputusan Gubemur
Bank Indonesia Nomor 17177/KEP .GBI/INTERN/20 15 tanggal 31 Desember 2015 tentang
Pencetakan Uang Rupiah Kertas dan Uang Rupiah Logam secara multiyears Tahun 2016
dan 2017.
Sementara itu, penetapan pengadaan bahan uang Tahun 2017 dituangkan dalam Keputusan
Gubernur Bank Indonesia Nomor 17178/KEP.GBIIINTERN/2015 tanggal 31 Desember
2015 tentang Pengadaan Bahan Baku Uang Rupiah berupa Kertas Uang dan Logam Uang
secara Multiyears Tahun 2016 dan Tahun 2017.

1.2 Pencetakan
Pencetakan adalah suatu rangkaian kegiatan mencetak Rupiah. Pencetakan Rupiah
dilakukan oleh Bank Indonesia yang dilaksanakan di dalam negeri dengan menunjuk badan
usaha milik negara (BUMN) sebagai pelaksana Pencetakan Rupiah. Yang dimaksud
dengan BUMN adalah BUMN yang bergerak dalam bidang pencetakan Rupiah. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2006, Perusahaan Umum Percetakan Uang
Republik Indonesia (Perum Peruri) merupakan badan usaha yang diberi tugas
melaksanakan pencetakan uang Rupiah Republik Indonesia untuk memenuhi permintaan
Bank Indonesia. Dalam hal BUMN tersebut menyatakan tidak sanggup melaksanakan
Pencetakan Rupiah, maka Pencetakan Rupiah dilaksanakan oleh BUMN bekerjasama
dengan lembaga lain yang ditunjuk melalui proses yang transparan dan akuntabel serta
menguntungkan negara.
Pada tahun 2016, BI telah menunjuk Perum Peruri sebagai pelaksana pencetakan Rupiah
secara multiyears untuk tahun 2016-2017 melalui Perjanjian Nomor 18/3IDPUIPIRHS
tang gal 17 Februari 2016. Nilai kontrak pencetakan Rupiah sesuai perhitungan lampiran
kontrak adalah Rp4.580.500.000.000,00 (termasuk PPN) dengan rincian pesanan cetak
tahun anggaran (TA) 2016 sebanyak 8.559.900.000 bilyet dan 2.115.990.000 keping
sedangkan pesanan cetak TA 2017 sebanyak 10.435.920.000 bilyet dan 2.500.675.000
keping.

Halaman 9 dari 59

~ rr
Selama tahun 2016-2017, telah dilakukan tiga kali addendum perjanjian pencetakan rupiah,
yaitu addendum pertama pada tangga124 Juni 2016 terkait penyesuaianjadwal penyerahan
RCS TA 2016. Untuk addendum kedua pada tanggal 31 Januari 2017 terkait rencana
penyerahan RCS atas penerbitan uang Rupiah tahun emisi 2016, sedangkan addendum
ketiga pada tanggal 24 Oktober 2017 terkait penyesuaian Harga Cetak uang (RCU) yang
disebabkan oleh adanya penerbiatan uang baru dan penyesuaian jadwal penyerahan RCS.
Sebelum pelaksanaan pengadaan pencetakan Rupiah, BI melaksanakan pengadaan bahan
uang yang akan digunakan dalam pencetakan. Pengadaan bahan uang dalam rangka
pencetakan Rupiah telah diatur dalam PDG BI Nomor 14/13/PDG/2012 tanggal 27 Juni
2012 tentang Pengelolaan Uang Rupiah. Dalam PDG tersebut Departemen yang
bertanggung jawab terhadap Pengelolaan Uang, yaitu DPU mengusulkan rencana
pengadaan bahan baku Rupiah kepada Dewan Gubernur. Rencana pengadaan bahan baku
Rupiah didasarkan pada rencana Rupiah yang akan dicetak dengan memperhitungkan
persedian bahan baku uang Rupiah.
Pada pengadaan bahan uang untuk cetak uang Tahun 2016-2017, BI telah menandatangani
14 perjanjian pengadaan Kertas Uang (KU) dan 5 perjanjian pengadaan Logam Uang (LU).
Pengadaan KU Tahun 2017 sebanyak 508.257 rim dengan total nilai sebesar
EUR49,875,264.17 dan Rp18.792.080.563,62 serta pengadaan LU sebanyak
2.697.208.000 keping dengan total nilai sebesar USD18,178,195.65 dan
Rp442.645.902.600,00.

1.3 Pengeluaran
Pengeluaran adalah suatu rangkaian kegiatan menerbitkan Rupiah sebagai alat pembayaran
yang sah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengeluaran Rupiah dilakukan
dan ditetapkan oleh Bank Indonesia, ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia, serta diumumkan melalui media masa.
Proses pengeluaran uang emisi baru diawali dengan proses desain Rupiah kemudian
dilanjutkan dengan pengadaan bahan uang dan uji bahan uang, adaptasi mesin cetak dan
mesin sortasi uang, penyusunan produk hukum pengeluaran Rupiah baru sampai dengan
proses cetak uang dan building stock (penyediaan persediaan) selama empat bulan. Dalam
proses pengeluaran uang, BI menetapkan tiga kriteria yang dapat mempengaruhi cepat atau
lambatnya penerbitan Rupiah baru, yaitu pengeluaran Rupiah dengan perubahan mayor
(bahan dan desain baru), perubahan desain dengan bahan lama, serta perubahan minor
(bahan dan desain lama).
Tahapan pengeluaran uang Rupiah emisi baru secara umum sebagaimana pada tabel 2.2
Tabel 2. 2 Tahapan Pengeluaran Uang Rupiah Emisi Baru

No. Tahapan
"'
DPU melakukan kajian pengeluaran Uang dengan memperhatikan tingkat pemalsuan, nilai intrinsik,
1 kepraktisan sebagai alat pembayaran, masa edar suatu pecahan Uang, kebutuhan masyarakat terhadap
pecahan Uang untuk kegiatan transaksi ekonomi, danl atau masukan dari pihak lain.
DPU mengusulkan kepada Dewan Gubernur BI untuk menetapkan: 1) Rencana Pengeluaran Uang antara
lain: a) macam Uang berupa Uang Kertas atau Uang Logam; b) harga Uang berupa nilai nominal atau
2
pecahan Uang; c) Ciri Uang pada Uang Kertas atau Uang Logam; dan d) Bahan Baku Uang yang akan
digunakan; serta 2) Peraturan Bank Indonesia (PBI) mengenai Pengeluaran Uang.
3 Dewan Gubernur BI menetapkan Pengeluaran Uang Rupiah emisi baru
DPU berkoordinasi Kementerian Keuangan antara lain dengan menyampaikan informasi mengenai
4 rencana Pengeluaran pecahan baru untuk mendapatkan masukan dari Pemerintah dan/atau permintaan
contoh tanda tangan Menteri Keuangan

Halaman 10 dari 59

~ CU:
No. Tahapan
DPU berkoordinasi dengan Botasupal berupa penyampaian informasi mengenai spesifikasi teknis dan
5
kriteria bahan baku Uang Rupiah, dalam upaya mencegah dan memberantas Uang Rupiah Palsu.
DPU mengusulkan desain Uang termasuk nom or seri dan contoh cetak Uang yang telah dibuat
6 Perusahaan Percetakan Uang kepada Gubernur BI melalui Anggota Dewan Gubernur untuk mendapatkan
persetujuan.
Gubernur BI memberikan persetujuan atas desain Uang Rupiah, termasuk nomor seri Uang Rupiah
7
Kertas, dan contoh cetak Uang Rupiah emisi baru.
8 Kepala DPU memberikan persetujuan atas lembar utuh (plano) Uang Rupiah Kertas emisi baru.
DPU menetapkan spesifikasi Uang Rupiah Kertas dan Uang Rupiah Logam berdasarkan desain Uang
9
Rupiah yang telah disetujui oleh Gubernur Bank Indonesia.
DPU melakukan pemesanan spesimen Uang Kertas kepada Perusahaan Percetakan Uang dalam jumlah
8 terbatas dalam rangka penerbitan Uang untuk diedarkan kepada bank umum, bank sentral negara lain,
dan pihak lain.
DPU menyampaikan usulan materi ketentuan pengeluaran dan pengedaran Uang yang meliputi: 1) Uang
9 Tahun Emisi Baru; darr/atau 2) Uang Khusus, kepada Dewan Gubernur BI untuk mendapatkan
persetujuan.
Dewan Gubernur BI menetapkan tanggal, bulan, dan tahun mulai berlakunya Uang Rupiah sebagai alat
10 pembayaran yang sah di Wilayah NKRI, yang diatur dengan PBI yang ditempatkan dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia dan diumumkan melalui media massa.
DPU dapat melakukan sosialisasi dan edukasi Pengeluaran Uang Tahun Emisi Baru dan/atau Uang
11
Khusus kepada masyarakat

1.4 Pengedaran
Pengedaran adalah suatu rangkaian kegiatan mengedarkan atau mendistribusikan Rupiah
di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bank Indonesia merupakan satu-satunya
lembaga yang berwenang mengedarkan Rupiah kepada masyarakat yang dilakukan sesuai
dengan kebutuhan jumlah uang beredar.
Pengedaran uang dilaksanakan melalui layanan kas, yaitu melalui penyetoran, penarikan,
dan penukaran serta distribusi uang ke satuan kerja BI di seluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki tugas dan tanggungjawab pengelolaan Rupiah.
Program Strategis Bank Indonesia No.8 (PS#8), Masterplan Centralized Cash Network
Planning (CCNP) adalah untuk meningkatkan jangkauan distribusi uang dan layanan kas
Bank Indonesia yang dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan karakteristik
daerah. Target Indikator Kinerja Utama (IKU) No.8B Tahun 2017 tentang coverage
layanan kas adalah dibukanya kas titipan sebanyak 32 lokasi. Jumlah kas titipan yang
dibuka sampai dengan tahun 2017 adalah sebanyak 111 lokasi kas titipan.

1.5 Pencabutan dan Penarikan


Pencabutan dan Penarikan adalah rangkaian kegiatan yang menetapkan Rupiah tidak
berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang sah di Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pencabutan dan Penarikan Rupiah dari peredaran dilakukan dan ditetapkan oleh
Bank Indonesia, ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, serta
diumumkan melalui media masa.
Pencabutan dan Penarikan diberikan penggantian oleh Bank Indonesia sebesar nilai
nominal yang sarna. Hak untuk memperoleh penggantian Rupiah yang telah dicabut dan
ditarik dari peredaran tidak berlaku setelah 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal Pencabutan.

1.6 Pemusnahan
Pemusnahan adalah suatu rangkaian kegiatan meracik, melebur, atau cara lain
memusnahkan Rupiah sehingga tidak menyerupai Rupiah. Pemusnahan terhadap Rupiah

Halaman 11 dari 59

~ 'r
yang ditarik dari peredaran dilakukan oleh Bank Indonesia yang berkoordinasi dengan
Pemerintah. Jumlah dan nilai nominal Rupiah yang dimusnahkan ditempatkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia. Kriteria Rupiah yang dimusnahkan yaitu:
a. Rupiah yang tidak layak edar;
b. Rupiah yang masih layak edar yang dengan pertimbangan tertentu tidak lagi
mempunyai manfaat ekonomis dan/atau kurang diminati oleh masyarakat; dan/atau
c. Rupiah yang sudah tidak berlaku.
Kegiatan pemusnahan ini dilaksanakan untuk menciptakan clean money policy (eMP),
yaitu uang yang beredar di masyarakat dalam kondisi layak edar. Kegiatan pemusnahan
uang dilakukan terhadap uang tidak layak edar (UTLE) sesuai dengan tingkat kelusuhan
uang yang dapat dimusnahkan. Dengan adanya kegiatan pemusnahan ini, uang beredar
diganti dengan uang bam. Proses pemusnahan tersebut dilakukan melalui suatu prosedur
dan pengawasan dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan pemusnahan uang kertas tidak layak
edar dan uang kertas yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran dilakukan dengan
menggunakan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK) atau secara otomasi dengan
menggunakan Mesin Sortasi Uang Kertas (MSUK). Sedangkan pemusnahan uang Rupiah
logam tidak layak edar dan uang Rupiah logam yang telah dicabut dan ditarik dari
peredaran dilakukan melalui proses peleburan.
Proses pemusnahan Rupiah dengan menggunakan MSUK dapat digambarkan sebagai
berikut.
Gambar 2. 4 Proses Pemusnahan dengan Menggunakan MSUK

FLOWCHARTPENGHITUNGAN, PENYORTIRAN DAN PEMUSNAHAN UANG KERTAS


DENGAN MENGGUNAKAN MESIN SORTASI UANG KERTAS (MSUK)

PELAKSANAAN {":to}

I oJ--+
j- • •
0:=.....
p~

---~-I.IrjI-
r
I I
.... r...
• •
+
I
• •
• •

Halaman 12 dari 59

~ rr
Pemusnahan UK dengan menggunakan MSUK dilakukan secara otomasi yang
dilaksanakan oleh Kelompok Sortasi Uang dengan MSUK berdasarkan Surat Tugas
Pengolahan Uang Kertas (STPUK). Pengolahan UK dengan MSUK berdasarkan setting
soil level yang telah ditetapkan oleh BI dengan pengoperasian secara normal mode maupun
audit mode. Dalam pengoperasian MSUK secara normal mode, UK yang masuk kategori
Tidak Layak Edar (TLE) secara otomatis diracik oleh MSUK. Selain itu, terdapat UK yang
ditolak oleh MSUK dan hams disortasi secara manual. Hasil sortasi manual yang masuk
kategori TLE akan dimusnahkan menggunakan MRUK. Sedangkan pengoperasian MSUK
secara audit mode, fungsi racik otomatis pada mesin tidak diaktifkan, sehingga UK yang
masuk kategori TLE akan dimusnahkan menggunakan MRUK sesuai dengan prosedur
yang berlaku pada operasional MRUK.
Setelah kegiatan pengolahan UK dengan MSUK selesai, dibuat Berita Acara Pelaksanaan
Pengolahan Uang Kertas (BAPPUK), Berita Acara Pelaksanaan Pemusnahan Uang Kertas
yang dilaksanakan dengan MSUK (BAPPUK-MSUK), dan Berita Acara Pemeriksaan
Hasil Pemusnahan Uang Kertas (BAPHPUK), sesuai dengan hasillaporan MSUK.
Proses pemusnahan Rupiah dengan menggunakan MRUK dapat digambarkan sebagai
berikut.
Gambar 2. 5 Proses Pemusnahan dengan Menggunakan MRUK

FLOW CHART PEMUSNAHAN UANG KERTAS


MENGGUNAKAN MESIN RACIK UANG KERTAS (MRUK)

PSR$IAPAN (UJI PETlI<) PELAKSANAAM

Sum! Penetapan
Pelaksanaan Ujr Peti,
• • Sura! Tugas Penoocokan F'tsik
Pemusnahan Uang Dengan Sura!Tugas

oJ-_..... I I oJ- ...•


~

CCTV
Tim melakukan Pengawas
• • Peng8wasan dengan
CCT\!
UpPelJk •

+
I
r*,~l)tli(

I I
I~'
Tim melakukan

~
PenandatangananSA • • Perneriksaan lSiI Penl\l$nw

·_0 __ ---,

1
I
O&llmll.hf_dIiiIIilft
'r"If_~~
~~-$IItI\fj\1<JlIiI
_bIiIk.y~~ ~ =::=:!
{l<PwOH}
+ I
~ IkIMIJiII ifpllii

r =-. =WR,i.!(
'lIbifPllikbll!llila<f«l9ll'1II oeumhli"_~~
~~~
~p.tdaNII~yatltbll!llila Penandatanganan
(l(P8I)

• • ......
I- __Be_rl...
PembuanganHasOPem\l$nahan
• • Ke tampa! PembuanganAkhlr

Halaman 13 dari 59
, rt
Kegiatan pemusnahan UK dengan menggunakan MRUK diawali dengan kegiatan uji petik
yang bertujuan untuk memastikan bahwa uang yang akan dimusnahkan telah sesuai besaran
nilai dan jenis pecahannya dengan hasil kegiatan Hitung Uang Manual (HUM) dan hasil
sortasi manual uang dari MSUK. Hasil Uji Petik dituangkan dalam Berita Acara
Pelaksanaan Uji Petik Uang Kertas (BAPUPUK) yang harus memuat nilai/nominal,
pecahan, tahun emisi, lembar dan memenuhi persentase tertentu sesuai dengan nominal
yang akan dimusnahkan.
Kegiatan uji petik di KP BI dilakukan atas UK TLE hasil olahan Kelompok HUM dan UK
TLE hasil olahan Kelompok MSUK secara audit mode. Penghitungan persentase uji petik
didasarkan pada jumlah masing-masing pecahan UK TLE tersebut. Kegiatan uji petik
dilaksanakan oleh Kelompok MRUK berdasarkan Surat Penetapan Pelaksanaan Uji Petik
Uang Kertas (SPPUPUK). Setelah kegiatan uji petik selesai, dibuat BAPUPUK dan UK
TLE yang telah diuji petik diserahkan ke khazanah.
Kegiatan uji petik di KPw BI dilakukan atas UK TLE yang akan dimusnahkan. Kegiatan
uji petik dapat dilakukan sebelum hari pelaksanaan pemusnahan (l hari kerja sebelumnya)
atau pada hari pelaksanaan pemusnahan. Dalam hal kegiatan uji petik dilakukan sebelum
hari pelaksanaan pemusnahan, maka dibentuk Tim Pelaksana Uji Petik. Sedangkan apabila
pelaksanaan uji petik bersamaan dengan hari pelaksanaan pemusnahan, maka uji petik
dilakukan oleh Tim Pelaksana Pemusnahan tanpa perlu dibentuk Tim Pelaksana Uji Petik.
Penghitungan persentase uji petik didasarkan pada jumlah masing-masing pecahan UK
TLE yang akan dimusnahkan tersebut.
Pelaksanaan pemusnahan UK dilakukan oleh Tim Pelaksana Pemusnahan atas modal kerja
yang telah ditetapkan dalam Surat Penetapan Pelaksanaan Pemusnahan Uang Kertas
(SPPPUK). Pelaksanaan pemusnahan atas UK TLE yang telah diuji petik dapat langsung
dilakukan dengan menghitung kebenaranjumlah modal kerja dan selanjutnya memasukkan
UK TLE ke dalam MRUK untuk dimusnahkan. Jika UK TLE yang akan dimusnahkan
belum diuji petik, setelah menghitung kebenaran jumlah modal kerja, Tim Pemusnahan
terlebih dahulu melakukan uji petik sebelum memusnahkan. UK TLE yang tidak diuji petik
dapat langsung dimasukkan conveyor MRUK atau bersamaan dengan UK TLE yang telah
diuji petik.
Setelah seluruh UK TLE dimasukkan ke dalam conveyor dan MRUK dioperasikan, Tim
Pelaksana Pemusnahan menandatangani BAPPUK yang dilaksanakan dengan MRUK.
Setelah seluruh UK TLE selesai diracik, Tim Pelaksana Pemusnahan melakukan
pemeriksaan hasil pemusnahan dan menandatangani BAPHPUK.
Selain itu, untuk memastikan akses terbatas atas UTLE yang akan maupun sedang
dimusnahkan melalui MSUK maupun MRUK, BI menetapkan pengendalian-pengendalian
diantaranya berupa: (1) UTLE dimasukkan ke kerangkeng yang digembok, (2) penguasaan
kunci gembok dan ruangan area pemusnahan oleh petugas yang berbeda sesuai dengan
jenjang jabatan dan tanggung jawabnya, (3) penguncian mesin racik selama proses
pemusnahan berlangsung, mesin akan otomatis berhenti jika pintu mesin dibuka pada saat
proses pemusnahan berlangsung, (4) pendampingan teknisi oleh petugas dan/atau satpam
pada saat memperbaiki mesin, dan (5) penugasan pejabat kasir II sebagai pengawas
pelaksanaan kegiatan yang berfungsi hanya mengawasi dan tidak melakukan kegiatan
teknis pemusnahan.

Halaman 14 dari 59

~rr
Proses pemusnahan uang logam tidak layak edar dengan cara dilebur dapat digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 2. 6 Proses Pemusnahan Uang Logam Tidak Layak Edar

FLOW CHART PEMUSNAHAN UANG LOGAM TIDAK LAYAK EDAR DENGAN CARA DILEBUR

Surat Penetapan MOOaJKetja


PiJI'_Ul.idDI;~;.kOOar
ke~lpt!\l$il$(Ilpr. r~

P~_d.
~A¢¥I

1
P"1&~~ Pilma!'ilan
~'iimah'llUl. bIIak 18,-ak
R

P(t,~llla;mrldall8A
kepadapef.l~}IIlVbelwN\g nnp~~hf~
P~IA.i;ep"'1UN
PiIM_SASdTIIint

~il pemUlnllfil ULdjual.


~lJ1.\tand~lnhargi
P~abalyang ~~h
BClWer.ang

Proses pemusnahan UL dilaksanakan oleh Tim Pelaksana berdasarkan Surat Penetapan


Pelaksanaan Pemusnahan UL di tempat perusahaan peleburan yang telah disetujui. Setelah
semua UL selesai dilebur dan hasil peleburan diperiksa oleh Tim Pelaksana, dibuat
pertanggungjawaban berupa Berita Acara dan Iaporan kepada pejabat yang berwenang.
Hasil pemusnahan UL dijual kepada perusahaan peleburan dengan harga yang telah
disepakati.

Halaman 15 dari 59

~ rt
2. Pencetakan Rupiah Tahun 2017

Uang beredar di masyarakat selama periode 2011-2017 terus menerus meningkat dengan
rata-rata 11,03% per tahun sebagaimana dilihat pada grafik 2.7 di bawah ini.
Gambar 2.7 Uang Dalam Peredaran Periode 2011-2017

700.000.000

600.000.000

.c 500.000.000
.!]
a.
:::I
ex:
ro
S
'""'I
E 300.000.000
ro
-;
o 200.000.000

100.000.000

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia TA 2011-2017

Uang beredar di masyarakat tersebut dipengaruhi oleh penarikan (outflow) dan setoran
(inflow) masyarakat. Jumlah uang beredar yang terus meningkat menunjukkan penarikan
oleh masyarakat lebih besar dibandingkan setoran dari masyarakat. Untuk memantau
realisasi outflow, inflow, dan kecukupan persediaan uang, BI melakukan evaluasi dan
monitoring secara periodik setiap 6 bulan sekali serta melakukan penyesuaian terhadap
proyeksi outflow dan inflow jika diperlukan. Perbandingan EKU dengan realisasinya untuk
tahun 2013 s.d. 2017 adalah sebagaimana pada tabel 2.3.
Tabel 2. 3 Perbandingan Estimasi Kebutuhan Uang EKU dan Realisasinya

(da/am Juta Rupiah)


Tahun
Keterangan
2013 2014 2015 2016 2017
EKU 196.022.717 216.489.890 197.653.266 248.450.348 242.583.233
Realisasi 178.021.436 166.477.352 236.120.634 251.630.319 311.066.434

Jumlah uang yang dicetak berfluktuasi selama periode Tahun 2012-2017 berdasarkan
dokumen perjanjian pengadaan sebagaimana pada grafik berikut.

Halaman 16 dari 59

~ ~
Gambar 2. 8 Uang Kertas Dicetak Tahun 2012-2017

Uang Kertas Dicetak (Nominal)


350,000,000

300,000,000

250,000,000
..s::::.
ro
'0.. 200,000,000
:::::l
a:::
ro
+J
150,000,000
:::::l
--.
100,000,000

50,000,000

2012 2013 2014 2015 2016 2017


• Pesanan Cetak 160,928,340 148,905,040 295,880,760 230,919,700 180,666,620 317,831,920
• Penyerahan HCS 119,190,400 144,385,200 246,544,760 230,919,700 169,295,080 297,411,567

• Carry Over 41,737,940 4,519,840 49,336,000 11,371,540 20,420,353

Gambar 2. 9 Uang Logam Dicetak Tahun 2012-2017

Uang Logam Dicetak (Nominal)


1,600,000
1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000

2012 r 2013 2015 2016 2017


• Pesanan Cetak 352,780 894,535.50 811,514 1,128,831 1,167,470 1,459,474
• Penyerahan HCS 352,780 894,535.50 799,968 1,128,831 1,167,470 1,285,935
• Carry Over 11,546 173,539

Berdasarkan grafik di atas, nilai pesanan cetak uang Tahun 2017 mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya (Tahun 2016) yaitu sebesar Rp137.457.304 juta (Rp317.83 1.920
juta + Rp1.459.474 juta - Rp180.666.620 juta- Rpl.167.470 juta). Sampai dengan tanggal
31 Desember 2017, BI telah menerima hasil cetak sempuma (ReS) dengan nilai sebesar
Rp298.697 .502juta.
Untuk menghasilkan uang hasil cetak, BI mengeluarkan duajenis biaya, yaitu biaya bahan
uang dan biaya cetak. Selama periode Tahun 2010 s.d. 2017, harga bahan uang, baik kertas
uang maupun logam uang, cenderung menurun seperti yang terlihat pada grafik berikut.

Halaman 17 dari 59
Gambar 2.10 Harga Bahan Kertas Uang

Harga Bahan Kertas Uang


360.00

- 5 310.00
~
I.
Q#
260.00
c..
~ 210.00
~
--
~
~
~I.
160.00

~
110.00
==
60.00

2017
_.,_ 100.000 311.00 159.00 157.00 139.00 166.50 145.90 137.97
___ 50.000 204.00 138.60 143.00 126.00 144.00 119.99 109.30
""_20.000 143.00 142.00 141.00 133.85 128.58 115.50
-+E-l0.000 99.61 81.00 94.00 84.00 79.32 84.50 79.30
..... 5.000 102.00 88.00 87.98 85.00 84.48 84.00 82.60
...... 2.000 134.50 86.00 81.19 87.60 81.00 80.99 79.35
1--+-1.000 97.09 87.00 93.00 78.99

Gambar 2. 11 Harga Bahan Logam Uang

Harga Bahan Logam Uang


26.00

-=
~
• •
..-~...../
24.00
c..
Q#
~
Q
22.00 ...
-
Q
Q

I.
Q#
c..
20.00

18.00
----------- ---.--. ~~~
Q
00
16.00

--
~
~
ee
14.00
)( )(
~( )( )(
I.
~ ~
12.00
==
10.00
2016-
2010 2011 2012 2013 2014 2015
2017
_''_1000 17.50 20.25 18.10 16.99
___ 500 22.19 21.95 24.00 24.16 24.39
""_200 17.39 18.09 17.25 16.95 18.43 18.65 18.82
-+E-l00 12.99 12.90 12.60 13.62 13.56 13.63

Halaman 18 dari 59
Sedangkan harga cetak uang kertas dan uang logam, selama periode Tahun 2012 s.d. 2017
cenderung berfluktuasi, sebagaimana dilihat pada grafik 2.12 dan grafik 2.13 di bawah ini.

Gambar 2.12 Harga Cetak Uang Keras

Harga Cetak Uang Kertas 2012-2017


350.000
-.
....
4J
300.000
~
~
e 250.000
~---
Q
Q
)Eo
..-I
;..
4J
200.000 " ------.........)( )( ~
Q.
Q.
150.000

-=
~
~;..
100.000

= 50.000
== 2012 2013 2014 2015 2016 2017
-+-100.000 283.437 294.458 311.694 326.058 328.590 301.444
___ 50.000 270.252 284.283 301.014 303.966 304.546 274.812
...,._20.000 280.138 289.114 306.085 309.721 311.130 291.260
-*-10.000 217.764 209.176 222.151 196.329 191.128 196.870
___ 5.000 106.501 135.380 143.030 135.725 131.228 134.938
-+-2.000 108.349 131.642 139.097 131.852 126.722 133.904
-+-1.000 105.459 127.312 134.237

Gambar 2.13 Harga Cetak Uang Logam

Harga Cetak Uang Logam 2012-2017


95.000
-.
: 90.000
- ~ 85.000
~
Q 80.000
Q
Q
..-I 75.000
:..
~ 70.000
Q"

-
~ 65.000
:, 60.000
:..
== 55.000
50.000
2012 2013 2014 2015 2016 2017
-+-1000 67.719 65.825 67.772 90.661 68.782 68.154
___ 500 63.710 61.281 62.977 89.037 67.077 67.811
"""_200 61.684 55.475 56.853 83.258 61.009 62.093
-*-100 61.498 53.113 54.360 81.769 59.446 60.898

Halaman 19 dari 59
Mulai Tahun 2015, harga cetak uang, baik uang kertas maupun uang logam, mempunyai
dua jenis harga yaitu, harga untuk pesanan sampai dengan kapasitas normal Perum Peruri
dan harga untuk pesanan di atas kapasitas normal Perum Peruri. Untuk Tahun 2017,
kapasitas normal Perum Peruri adalah 7,68 miliar bilyet uang kertas dan 1,2 miliar keping
uang logam. Harga cetak uang Tahun 2017 pada dua grafik di atas merupakan harga cetak
rata-rata dari dua harga cetak tersebut.
Tren jumlah uang kertas dan uang logam yang dicetak oleh Perum Peruri selama Tahun
2012 s.d. 2017 disajikan pada grafik 2.14 dan grafik 2.15 di bawah ini.

Gambar 2.14 Uang Kertas Dicetak

Uang Kertas Dicetak (Bilyet)


14,000,000

12,000,000

10,000,000
+-'
Q)
~ 8,000,000
:..c
:::J
..c 6,000,000
a:
4,000,000

2,000,000

2012 2013 2014


• Pesanan Cetak 6,070,780 5,330,420 8,358,920 7,937,340 8,559,900 12,875,477
- -
• Penyerahan HCS 4,003,320 4,578,820 7,581,080 7,937,340 6,066,543 11,026,937
• Carry Over 2,067,460 751,600 777,840 2,493,357 1,848,540

Gambar 2.15 Uang Logam Dicetak

Uang Logam Dicetak (Keping)


3,000,000

2,500,000

~ 2,000,000
.5..
~ 1,500,000
:::J
..c
a: 1,000,000 ---

500,000

2012 2017
• Pesanan Cetak 872,660 1,927,800 1,587,419 2,115,990 2,500,675
• Penyerahan HCS 872,660 1,680,400 1,916,254 1,587,419 2,115,990 2,291,685

• Carry Over 11,546 208,990

Halaman20 dari 59
3. Peogeluarao Rupiah Tahuo 2017
Bank Indonesia tidak melakukan pengeluaran Rupiah emisi bam pada tahun 2017.

4. Pemusoahao Rupiah Tahuo 2017


Selama periode Tahun 2011 s.d 2017, BI juga melakukan pemusnahan atas uang tidak
layak edar. Berdasarkan grafik di bawah ini, jumlah uang yang dimusnahkan selama
periode Tahun 2011 s.d. 2017 menunjukkan fluktuasi, khususnya pemusnahan uang kertas.
Pemusnahan uang tidak layak edar tertinggi di Tahun 2017 dan terendah di Tahun 2012.

Gambar 2.16 Pemusnahan Rupiah

300,000.00

250,000.00

200,000.00
.s:::
ro
'0..
::J
a::
....
ro
2?: 150,000.00
~
E
~
ro
0

100,000.00

50,000.00

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017


• Pemusnahan UK 137,50 161,80 47,565 105,28 111,57 160,23 210,51 254,08
• Pemusnahan UL 7.20 19.10 17.97 19.47 29.08

Halaman 21 dari 59
BABIII
HASIL PEMERIKSAAN

1. PENCETAKAN RUPIAH
Hasil pemeriksaan atas Pencetakan Rupiah Tahun 2017 menunjukkan sembilan
permasalahan sebagai berikut.

1.1 Persediaan Bahan Uang per 31 Desember 2017 Tidak Dapat Ditelusuri
Kesesuaiannya dengan Pencatatan Persediaan Bahan Uang/TUB dan Laporan
Monitoring Perkembangan Persediaan Bahan Uang
Berdasarkan Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2017 (unaudited),
diketahui saldo Persediaan Bahan Uang per 31 Desember 2017 sebesar
Rp808.888.680.892,97 dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3. 1 Saldo Rekening Persediaan Bahan Uang
Nama Rekening Nomor Rekening Saldo(Rp)
Persediaan di Bank Indonesia
Persediaan Kertas Uang 210000017980 338.544.574.342,51
Persediaan Logam Uang 210000018980 347.742.938.675,80
Persediaan di Perum Peruri
Persediaan Kertas Uang Di Peruri 210000048980 106.093.383.668,06
Persediaan Logam Uang Di Peruri 210000049980 15.623.956.034,99
Bahan Uang dalam proses tindak lanjut 210000051980 883.828.171,61
Total 808.888.680.892,97

Penatausahaan persediaan bahan uang di Bank Indonesia dan Perum Peruri dilakukan oleh
Departemen Pengelolaan Uang (DPU) dengan menggunakan mekanisme:
a. Pencatatan nilai bahan uang berdasarkan jumlah fisik (bilyet/keping), nilai mutasi dan
saldo bahan uang yang diterima/dikeluarkan dari KOC/Perum PerurilPemasok. Untuk
pencatatan mutasi jumlah fisik persediaan bahan uang dilakukan dalam bentuk
Monitoring Perkembangan Persediaan Bahan Uang untuk masing-masing pecahan.
b. Pencatatan nilai persediaan dan pembebanan penggunaan bahan uang ke aplikasi Bank
Indonesia Sentralisasi dan Otomasi Sistem Akunting (BI-SOSA) berdasarkan data dari
Tata Usaha Bayangan (TUB).
Laporan Hasil Pemeriksaan atas Pencetakan, Pengeluaran, dan Pemusnahan Rupiah Tahun
2016 pada Bank Indonesia nomor 62/LHP IXV 106/2017 tanggal 5 Juni 2017
mengungkapkan permasalahan persediaan bahan uang per 31 Desember 2016 tidak dapat
ditelusuri kesesuaiannya dengan pencatatan persediaan bahan uang/TUB dan laporan
monitoring perkembangan persediaan bahan uang yang disebabkan DPU masih melakukan
pencatatan secara manual sehingga persediaan bahan uang dalam TUB tidak dapat dicatat
secara tertib dan akurat. BPK merekomendasikan melakukan due diligence dan investigasi
untuk menelusuri keberadaan bahan uang yang tidak dapat diyakini keberadaannya,
menelusuri perbedaan persediaan bahan uang, serta menetapkan dan
mengimplementasikan sistem informasi atau aplikasi untuk menatausahakan persediaan
bahan uang.

Halaman 22 dari 59

~ rr
BI telah menindaklanjuti dengan melakukan due diligence terkait selisih keberadaan fisik
bahan uang dengan pencatatannya, dan telah menyampaikan penjelasan bahwa dari hasil
penelusuran yang telah dilakukan, selisih antara TUB dengan BI-SOSA menjadi sebesar
Rp9.368.551.991,10 dari sebelumnya sebesar Rp20.l80.187.857,48, namun belum
menyampaikan dokumen pendukungnya. Sampai saat ini, petunjuk teknis pengelolaan
kontrak pengadaan uang dan bahan uang masih berbentuk draft.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pencatatan persediaan saat ini masih dilakukan
secara manual. Pemeriksaan lebih lanjut terhadap dokumen berita acara pemeriksaan fisik,
TUB dan laporan monitoring atas persediaan bahan uang menunjukkan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
a. Terdapat Perbedaan Jumlah Fisik Persediaan Bahan Uang antara Berita Acara
Pemeriksaan Fisik dengan Pencatatan Persediaan Bahan UanglTUB dan
Laporan Monitoring Perkembangan Persediaan Bahan Uang
Berdasarkan analisis antara berita acara pemeriksaan fisik dengan pencatatan
persediaan bahan uang/TUB dan Laporan Monitoring Perkembangan Persediaan
Bahan Uang diketahui terdapat perbedaan sebagai berikut:
1) Selisih kertas uang sebanyak 215.152 bilyet dan logam uang sebanyak 275.969
keping antara berita acara pemeriksaan fisik dengan laporan monitoring, rincian
pada tabel 3.2
Tabel 3. 2 Selisih Berita Acara PemeriksaanFisik dengan Laporan Monitoring
Monitoring
Berita Acara
Perkembangan Selisih
Keterangan Pemeriksaan Fisik
Persediaan Bahan (BilyetiKeping)
(BilyetiKeping)
Uang (BilyetiKeping)
Persediaan KU di BI 5.226.781.160 5.226.892.145 (110.985)
(Rek. 210.000.017.980)
Persediaan KU di Perum Peruri 2.230.524.621 2.230.628.788 (104.167)
(Rek. 210.000.048.980)
Total KU (bilyet) 7.457.305.781 7.457.520.933 (215.152)
Persediaan LU di BI 1.368.322.091 1.368.556.990 (234.899)
(Rek. 210.000.018.980)
Persediaan LU di Perum Peruri 81.897.650 81.938.720 (41.070)
(Rek. 210.000.049.980)
Total LU (keping) 1.450.219.741 1.450.495.710 (275.969)

Berdasarkan dokumen rekonsiliasi serah terima bahan uang antara DPK dengan
KOC selisih persediaan kertas uang dan logam uang di BI merupakan bahan uang
yang diserahkan ke DPK untuk penelitian.
Sedangkan selisih persediaan kertas uang di Peruri merupakan contoh cetak Tahun
2012 sebanyak 102 bilyet dan bahan sampling sebanyak 104.065 bilyet. Selisih
persediaan logam uang di Peruri sebanyak 41.100 keping merupakan bahan
sampling dan sebanyak 30 keping belum dapat dijelaskan.
Terhadap persediaan kertas uang dan logam uang yang terdapat di DPK, contoh
cetak dan bahan sampling tidak dilakukan pemeriksaan fisiklstock opname pada
akhir tahun 2017.

Halaman 23 dari 59

~ ~
2) Selisih kertas uang sebanyak 273.878 bilyet dan logam uang sebanyak 841.347
keping antara berita acara pemeriksaan fisik dengan TUB, rincian pada tabel 3.3.
Tabel 3. 3 Selisih Berita Acara Pemeriksaan Fisik dengan TUB

Pencatatan
Berita Acara
Persediaan Bahan Selisih
Keterangan Pemeriksaan Fisik (BilyetiKeping)
Uang/TUB
(BilyetiKeping)
(BilyetiKeping)
Persediaan KU di BI 5.226.781.160 5.226.403.700 377.460
(Rek.210.000.017.980)
Persediaan KU di Perum Peruri 2.230.524.621 2.230.628.203 (103.582)
(Rek.210.000.048.980)
Total KU (bilyet) 7.457.305.781 cOc
7.457.031.903 273.878
Persediaan LU di BI 1.368.322.091 1.369.122.368 (800.277)
(Rek.210.000.018.980)
Persediaan LU di Perum Peruri 81.897.650 81.938.720 (41.070)
(Rek. 210.000.049.980)
Total LU (keping) 1.450.219.741 1.451.061.088 (841.347)

Terhadap seluruh selisih persediaan kertas uang dan logam uang belum dapat
dijelaskan.
3) Selisih kertas uang sebanyak 489.030 bilyet dan logam uang sebanyak 565.378
keping antara TUB dengan laporan monitoring, rincian pada tabeI3.4.
Tabel 3. 4 Selisih Jumlah Fisik antara TUB dengan laporan Monitoring

Pencatatan Monitoring
Keterangan Persediaan Bahan Perkembangan Selisih
UanglTUB Persediaan Bahan (BilyetiKeping)
(BilyetiKeping) Uang (BilyetiKeping)
Persediaan KU di BI 5.226.403.700 5.226.892.145 (488.445)
(Rek. 210.000.017.980)
Persediaan KU di Perum Peruri 2.230.628.203 2.230.628.788 (585)
(Rek. 210.000.048.980)
Total KU (bilyet) 7.457.031.903 7.457.520.933 (489.030)
Persediaan LU di BI 1.369.122.368 1.368.556.990 565.378
(Rek. 210.000.018.980)
Persediaan LU di Perum Peruri 81.938.720 81.938.720
(Rek. 210.000.049.980)
Total LU (keping) 1.451.061.088 1.450.495.710 565.378

Selisih persediaan kertas uang sebanyak 488.030 bilyet dan logam uang sebanyak
475.378 keping telah dapat ditelusuri yang disebabkan antara lain terdapat
pencatatan persediaan dan penggunaan persediaan yang belum dicatat di TUB.
Dengan demikian masih terdapat selisih persediaan kertas uang sebanyak 1.000
bilyet senilai Rp489.759,20 dan logam uang sebanyak 90.000 keping senilai
Rp 10.171.097,19 yang belum dapat dijelaskan.
h. Selisih Nilai Saldo Persediaan Bahan Uang antara TUB dengan BI-SOSA
Saldo Persediaan Bahan Uang dalam LKTBI Tahun 2017 yang berasal dari aplikasi BI-
SOSA berbeda dengan saldo TUB sebagai berikut.

Halaman 24 dari 59

~ ft
Tabel 3. 5 Selisih Nilai Rekening Persediaan Bahan Uang

Rek. SALDO TUB BI-SOSAdIm LKTBI SELISIH


(1) (2) (3) (4) = (2) - (3)
210000017980 335.269.384.261,70 338.544.574.342,51 3.275.190.080,81
210000018980 347.750.355.401,61 347.742.938.675,80 7.416.725,81
210000048980 118.040.805.303,14 106.093.383.668,06 11.947.421.635,08
210000049980 25.487.277.106,35 15.623.956.034,99 9.863.321.071,36
Jumlah 826.547.822.072,79 808.004.852.721,36 25.093.349.513,06

Terhadap selisih pada rekening 210000017980, 210000018980 dan 210000049980


telah dapat ditelusuri dan dikoreksi masing-masing senilai Rp1.872.238,17,
Rp7.416.725,81 dan Rp9.863.321.071,36. Dengan demikian masih terdapat se1isihpada
rekening 210000017980 dan 210000048980 masing-masing senilai
Rp3.273.317.842,64 (Rp3.275.190.080,81 Rp1.872.238,17) dan
Rpl1.947.421.635,08 yang belum dapat dijelaskan.
c. Pembukuan Persediaan Bahan Uang dalam TUB Tidak Tertib
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas pembukuan bahan uang pada TUB selama Tahun
2017 ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1) Pencatatan selisih lebih bahan uang hanya atas jumlah fisik tidak disertai dengan
pencatatan nilai nominal selisih lebih bahan uang, sehingga berdampak pada tidak
dicatatnya pembebanan biaya bahan uang pada saat penyerahan HCS/HCTS.
2) Pencatatanreturbahan uangpada TUB hanyamengurangijumlah fisikbahan uang,
sedangkan nilai nominal retur bahan uang tetap tercatat pada TUB.
3) Pencatatan good over HCS (penyerahan HCS melebihi jumlah pesanan cetak)
hanya berdasarkan jumlah fisik, sedangkan nilai nominal tidak dicatat.
4) Pencatatan persediaan bahan uang dengan menggunakan metode biaya rata-rata
tertimbang tidak dilakukan secara konsisten.
5) Terdapat persediaan bahan uang yang secara fisik jumlahnya negatif, tapi nilai
nominal persediaan bahan uang tersebut masih tercatat.
6) Terdapat persediaan bahan uang yang memilikijumlah fisik persediaan bahan uang
tapi nilai nominal persediaan bahan uang tersebut nihil.
7) Terdapat persediaan bahan uang yang secara fisik jumlahnya nihil, tapi nilai
nominal persediaan bahan uang tersebut masih tercatat, antara lain kertas eks Pura
pecahan KUW dan KUT senilai Rp888.058.234,81.
Hal tersebut menunj ukkan data persediaan bahan uang dalam TUB tidak
menggambarkan kondisi yang sebenarnya, sehingga persediaan bahan uang yang
disajikan dalam LKTBI Tahun 2017 belum menunjukkan nilai yang sebenarnya.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Anggota Dewan Gubemur (PADG) Intern
NO.19/59/PADG INTERN/2017 tanggal 28 Desember 2017 tentang Sistem Akuntansi
Keuangan Bank Indonesia, Lampiran V Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan dan
Neraca Singkat Mingguan, Bab I poin C:
a. Data dan informasi dalam rangka penyusunan laporan keuangan diperoleh melalui
aplikasi keuangan Bank Indonesia danlatau sumber lain yang relevan untuk periode
atau tanggal pelaporan.

Halaman 25 dari 59
(1"
\
b. Satuan Kerja terkait rnenyarnpaikan informasi lengkap mengenai transaksi yang dapat
berdarnpak pada posisi keuangan danlatau surplus defisit Bank Indonesia, pada
kesernpatan pertarna atau selarnbat-Iambatnya 5 hari kerja atau tanggal lain yang
ditetapkan oleh Satuan Kerja yang rnelaksanakan fungsi rnanajernen keuangan, yang
rneliputi antara lain:
1) Saldo-saldo rekening per tanggal laporan.
2) Data dan/dan informasi relevan tentang transaksi material dan kejadian setelah
tanggallaporan yang rnernpengaruhi posisi keuangan dan/atau surplus defisit Bank
Indonesia.
3) Penjelasan dan/atau rincian aset, liabilitas, penerirnaan, dan beban, yang
diperlukan untuk pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan.
Permasalahan tersebut rnengakibatkan saldo persediaan bahan uang per 31 Desernber 2017
senilai RpI6.119.458.568,92 (Rp489.759,20 + RplO.l71.097,19 + Rp3.273.317.842,64 +
Rpl1.947.421.635,08 + Rp888.058.234,81) tidak dapat diyakini kewajarannya.
Hal tersebut disebabkan DPU rnasih melakukan pencatatan secara manual yang
dilaksanakan tidak tertib sehingga saldo TUB tidak akurat.
Tanggapan - BI rnernberikan penjelasan sebagai berikut.
a. Terdapat perbedaan jurnlah fisik persediaan bahan uang per 31 Desernber 2017.
Selisih jurnlah fisik bahan uang sebesar 489.030 bilyet KU dan 565.378 keping LU
disebabkan oleh:
1) Eks lab yang yang telah dirnusnahkan narnun belum dibukukan ke TUB dan SOSA
2) Penyerahan eks substandard KU dari Peruri yang sudah dicatat di TUB namun
belum dicatat di monitoring
3) Terdapat kesalahan pencatatan penyerahanjurnlah KU dan LU pada TUB
4) Terdapat LU Substandar yang berasal dari retur yang telah dimusnahkan sesuai
penyerahan LU untuk peleburan
Sebagian besar selisih fisik KU dan LU di TUB dan monitoring telah dapat
teridentifikasi. Namun demikian rnasih terdapat KUS eks penelitian laboratorium
sebanyak 1.000 bilyet (TA 2011) dan LUR eks substandard sebanyak 90.000 keping
(TA 2007) yang belurn teridentifikasi BA pemusnahannya untuk dinihilkan rnengingat
fisik sudah tidak ada.
b. Terdapat selisih nilai saldo persediaan bahan uang antara TUB dengan BI-SOSA
Selisih Saldo SOSA dan Saldo TUB telah dapat teridentifikasi kecuali untuk rekening
210000048980 (persediaan KU di Peruri). Selisih disebabkan karena belum
mernperhitungkan transaksi pada pos susulan dan pembukuan pada bulan Maret 2018.
Khusus untuk rekening 210000048980 masih terdapat selisih yang diyakini rnerupakan
bawaan tahun-tahun sebelurnnya.
c. Telah dilakukan identifikasi, bahwa selisih tersebut berasal dari KUW (Rp20.000) dan
KUT (Rp2.000) eks PT Pura Baru Tama, selanjutnya akan dilakukan penelusuran lebih
Ianjut atas hal dirnaksud.

Halaman 26 dari 59

~ (f(
Rekomendasi - BPK merekomendasikan Gubernur BI agar:
a. Memerintahkan Kepala DPU untuk:
1) Menelusuri perbedaan persediaan bahan uang dan melakukan koreksi atas BI-
SOSA;
2) Melakukan reviu secara periodik untuk memastikan kesesuaian nilai persediaan
antara nilai TUB dengan laporan monitoring beserta fisiknya.
3) Memberikan pembinaan kepada Kepala Divisi Pengelolaan Kontrak dan UBU
untuk melaksanakan pembukuan persediaan bahan uang dengan tertib.
b. Memerintahkan Kepala DAI untuk melakukan due diligence dan investigasi untuk
menelusuri keberadaan bahan uang senilai Rp898.719.091,20 (Rp489.759,20 +
RplO.171.097,19 + Rp888.058.234,81) yang tidak dapat diyakini keberadaannya.

1.2 Dokumentasi Pengelolaan Uang Dilakukan Tidak Sesuai dengan Ketentuan


Perum Peruri menyerahkan hasil pencetakan uang dalam bentuk Hasil Cetak Sempuma
(RCS) sesuai dengan spesifikasi teknis uang dan jadwal penyerahan RCS kepada Bank
Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam lampiran kontrak. Pencatatan terkait
penyerahan RCS dilakukan melalui Rekening Kas Besar (010) dan Rekening Pembuatan
Uang (80x). Rekening Kas Besar (010) menampung rekening-rekening yang digunakan
untuk mencatat persediaan utama uang kertas dan uang logam rupiah yang telah menjadi
alat pembayaran yang sah. Sedangkan Rekening Pembuatan Uang (80x) menampung
rekening-rekening yang digunakan untuk mencatat kewajiban moneter sehubungan dengan
penerbitan uang rupiah yang telah dinyatakan sebagai alat pembayaran yang sah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas penyerahan dan penitipan RCS diketahui hal-hal
sebagai berikut:
a. Penyerahan Des pad a Tanggal 31 Desember 2017 Dilakukan Berdasarkan
Permintaan Perum Peruri
Perum Peruri melakukan penyerahan RCS kepada BI pada tanggal 31 Desember 2017
berdasarkan permintaan Perum Peruri melalui Surat No.909/XII/2017 tanggal 28
Desember 2017 perihal Penyerahan RCS Uang Kertas Tahun 2017.
Dalam surat tersebut Perum Peruri mengusulkan kepada BI agar penyerahan terakhir
RCS Tahun 2017 dapat dilakukan pada tanggal 31 Desember 2017 (hari libur),
mengingat keterbatasan waktu penyampaian HCS periode bulan Desember 2017.
Selanjutnya BI dalam hal ini Divisi Pengelolaan Kontrak (DPK) UBU dan Sarana
Operasional Kas menindaklanjuti dengan mengirimkan memorandum
No.19/250/DPU-DPKlM.01/Rhs tanggal 29 Desember 2017 mengenai penerimaan
HCS dari Perum Peruri. DPK menginformasikan kepada Divisi Distribusi Uang
tentang pelaksanaan penyerahan uang HCS siap kirim yaitu pada hari Minggu tanggal
31 Desember 2017.
Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Pencetakan Uang Rupiah Tahun 2016 dan 2017
menyebutkan bahwa penyerahan HCS dapat dilakukan selain pada hari kerja apabila
terdapat permintaan dari BI kepada Perum Peruri dengan terlebih dahulu
memberitahukan permintaan HCS kepada Perum Peruri paling lambat satu hari kerja
sebelum hari penyerahan. Namun dalam perjanjian tersebut tidak menyebutkan bahwa

Halaman 27 dari 59

\ rr
pelaksanaan penyerahan HCS dapat dilakukan atas permintaan Perum Peruri kepada
BI.
b. Dokumentasi Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Uang Tanggal 2 Januari 2018
Tidak Menggambarkan Kondisi yang Sebenarnya
Pada tanggal2 Januari 2018 DPU telah melakukan pemeriksaan fisik uang di Khazanah
Karawang. Hasil pemeriksaan fisik uang tersebut dituangkan dalam Berita Acara (BA)
pemeriksaan fisik uang Rupiah yang menyatakan bahwa fisik uang Rupiah dan nilai-
nilailbarang-barang berharga lainnya sesuai secara fisik dengan rincian sebagai
berikut:
1) Kas Besar di Khazanah Karawang sejumlah Rp25.073.157.007.500,00 (dua puluh
lima triliun tujuh puluh tiga miliar seratus lima puluh tujuh juta tujuh ribu lima
ratus rupiah).
2) Titipan uang rupiah Divisi Pengelolaan Uang Keluar (PgUK) sejumlah
Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah) sesuai dengan buku register.
Nilai dalam BA tersebut sesuai dengan Daftar Catatan Kas (DCK) tanggal 29
Desember 2017 senilai Rp25.073.157.007.500,00 dan Buku Register senilai
Rp5.000.000.000.000,00.
Jumlah Kas Besar dalam DCK tanggal 29 Desember 2017 diantaranya terdapat HCS
titipan senilai Rp7.223.653.000.000,00, terdiri dari UK senilai
Rp7.200.120.000.000,00 dan UL senilai Rp23.533.000.000,00 sesuai BA Penitipan
HCS tanggal29 Desember 2017.
Berdasarkan bukti pendukung pelaksanaan pemeriksaan fisik uang Rupiah atas HCS
yang dititipkan kepada Perum Peruri diketahui bahwa jumlah fisik HCS titipan yang
diperiksa pada tanggal 2 Januari 2018 (sebelum kas dibuka) adalah senilai
Rpl1.679.825.000.000,00, terdiri dari UK senilai Rpl1.653.020.000.000,00 dan UL
senilai Rp26.805.000.000,00.
Hasil analisis atas dokumen BA pemeriksaan fisik uang Rupiah tanggal 2 Januari 2018
dan bukti pendukung pelaksanaan pemeriksaan fisik menunjukkan adanya selisih UK
dan UL senilai Rp4.456.172.000.000,00 sebagai berikut.
Tabel 3. 6 Selisih Berita Acara Pemeriksaan Fisik dengan Dokumen Pendukung

Serita Acara Fisik & Ook Pendukung Selisih


Uraian
SilyetlKeping Rp SilyetlKeping Rp SilyetlKeping Rp
OCK
UK 1.937.940.000 25.048.920.000.000 1.937.940.000 25.048.920.000.000 - -
UL 50.857.500 24.237.007.500 50.857.500 24.237.007.500 - -
Total 1.988.797.500 25.073.157.007.500 1.988.797.500 25.073.157.007.500 - -
Register
UK 581.440.000 7.200.120.000.000 710.440.000 11.653.020.000.000 129.000.000 4.452.900.000.000
UL 47.330.000 23.533.000.000 60.770.000 26.805.000.000 13.440.000 3.272.000.000
Total 628.770.000 7.223.653.000.000 771.210.000 11.679.825.000.000 142.440.000 4.456.172.000.000

Selisih UK dan UL tersebut adalah jumlah yang diserahterimakan oleh Perum


Peruri kepada Bank Indonesia pada tanggal 31 Desember 2017 dan dititipkan untuk
disimpan di khazanah Perum Peruri berdasarkan BA tang gal 31 Desember 2017.

Halaman 28 dari 59

~ iff:
Kepala Tim Distribusi I menjelaskan bahwa perbedaan antara BA dengan kertas
kerja pendukung disebabkan pemeriksaan fisik uang Rupiah dilakukan sebelum
kas dibuka sehingga penuangan hasil pemeriksaan fisik dalam BA menggunakan
DCK tanggal29 Desember 2017 (R-l sebelum tangga12 Januari 2018). Sementara,
UK senilai Rp4.456.172.000.000,00 tersebut diserahterimakan pada tanggal 31
Desember 2017 yang merupakan hari libur sehingga tidak ada pencatatan pada
DCK di tanggal tersebut. Dengan demikian BA pemeriksaan fisik yang dibuat tidak
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
c. Berita Acara Titipan Uang Rupiah Tidak Dibuat Sesuai dengan Ketentuan
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas penyerahan HCS tanggal 31 Desember 2017
diketahui bahwa setelah serah terima HCS yang dituangkan dalam BA
pemeriksaan fisik uang Rupiah tanggal 31 Desember 2017 selanjutnya BI
menitipkan RCS senilai Rp4.456.172.000.000,00 tersebut kepada Perum Peruri
yang dituangkan dalam BA penitipan uang kertas HCS tanggal31 Desember 2017.
BA penitipan uang kertas RCS tersebut menyatakan serah terima uang titipan
dalam khazanah Peruri, dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3. 7 Rincian Serah Terima Uang Titipan dalam Khazanah Peruri
PEC. TE Saldo Awal Mutasi Total saldo Akhir
Nominal
Uang Kertas CT Doos/peti Masuk Keluar
CT Doos/peti CT Doos/peti CT Doos/peti
100.000 2016 - 576 1.422 - - 1.998 3.996.000.000.000
50.000 2016 - 3.246 - 1.323 - - 4.569 4.569.000.000.000
20.000 2016 - 1.309 - - - - 1.309 523.600.000.000
10.000 2016 - 6.565 - 135 - - 6.700 1.340.000.000.000
5.000 2016 - 4.508 - 1.935 - - 6.443 644.300.000.000
2.000 2016 - 12.868 - 1.635 - - 14.503 580.120.000.000
29.072 6.450 35.522 11.653.020.000.000

Dokumen BA titipan tersebut hanya memuat saldo awal, mutasi masuk, mutasi
keluar, dan saldo akhir. Berita Acara tersebut dibuat setiap akhir hari yang
menunjukkan saldo awal jumlah pengambilan, jumlah penitipan dan saldo akhir
sehingga lebih tepat disebut catatan mutasi kas. Tidak terdapat Berita Acara setiap
dilakukan pengambilan dan penitipan kas sesuai dengan SE Intern
No.17/42/INTERN tanggal 29 September 2015 tentang pengelolaan khazanah
uang di BI.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Perjanjian Pelaksanaan Pencetakan Uang Rupiah Tahun 2016 dan 2017 No.
18/3/DPU/P/Rhs tanggal 17 Februari 2016 sebagaimana mengalami perubahan ketiga
tanggal 24 Oktober 2017 pada pasal 12 ayat 5 tentang penyerahan HCS yang
menyatakan bahwa penyerahan RCS dapat dilakukan selain pada hari kerja apabila
terdapat permintaan dari Bank Indonesia kepada Perum Peruri dengan terlebih dahulu
memberitahukan permintaan RCS kepada Perum Peruri paling lambat 1 (satu) hari
kerja sebelum hari penyerahan.
b. SE Intern No. 17/42 tentang Pengelolaan Khazanah Uang di Bank Indonesia tanggal
29 September 2015 yaitu:

Halaman 29 dari 59
~ t}-.
1) Lampiran SE hurufB:
a) Angka 1 (d): Serah terima uang Rupiah yang dilakukan pergeseran
penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, dibuatkan Berita Acara
Penitipan sebagaimana contoh yang tercantum pada Lampiran 1 yang
ditandatangani oleh masing-masing Kelompok Pengelola Khazanah dan
diketahui oleh Kepala Divisi yang bersangkutan.
b) Angka 1 (e): Serah terima uang Rupiah yang dikembalikan ke dalam Khazanah
Kas Harian atau Khazanah Kas Besar sebagaimana dimaksud dalam huruf e
dibuatkan Berita Acara Pengambilan Titipan sebagaimana contoh yang
tercantum pada Lampiran 2 yang ditandatangani oleh masing-masing Kelompok
Pengelola Khazanah dan diketahui oleh Kepala Divisi yang bersangkutan.
2) Lampiran SE hurufE:
a) Angka 5 yang menyatakan bahwa Pemeriksaan fisik uang Rupiah sebagaimana
dimaksud dalam angka 2, angka 3, dan angka 4 adalah pemeriksaan atas
kecocokan jumlah setiap pecahan uang Rupiah yang ada dalam Khazanah
dengan jumlah uang Rupiah yang bersangkutan dengan sistem call. Dalam
hubungan ini pemeriksa dapat meminta kasir untuk menghitung setiap pecahan
baik dalam jumlah peti, dus, kontainer, atau kemasan lain, ikatan roti (brood),
pak, kantong, lembar, dan atau keping, serta menyebutkanjumlah nominalnya,
dan apabila diperlukan dapat dilakukan uji petik sembarang (random
sampling).
b) Angka 6 yang menyatakan bahwa pelaksanaan pemeriksaan fisik uang Rupiah
dalam Khazanah sebagaimana dimaksud dalam angka 2 sampai dengan angka
5 sesuai dengan buku register atau Daftar Catatan Kas (DCK) atau dokumen
administrasi kas lainnya yang ditatausahakan oleh divisi yang bersangkutan,
dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan Fisik Dang Rupiah.
3) Lampiran 1, Format Berita Acara Penitipan
4) Lampiran 2, Format Berita Acara Pengambilan Titipan
Permasalahan tersebut mengakibatkan dokumentasi pengelolaan uang tidak
menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Hal tersebut disebabkan:
a. DPD dan Perum Peruri belum sepenuhnya melaksanakan ketentuan terkait Penyerahan
HCS sesuai Perjanjian Pelaksanaan Pencetakan Dang Rupiah Tahun 2016 dan 2017;
b. Belum melaksanakan prosedur dan dokumentasi terkait HCS yang dititipkan di Perum
Peruri.
Tanggapan - BI memberikan penjelasan sebagai berikut.
a. Penyerahan HCS pad a Tanggal 31 Desember 2017 Dilakukan Berdasarkan
Permintaan Perum Peruri
Terkait pendapat BPK bahwa DPD dan Perum Peruri belum sepenuhnya melaksanakan
ketentuan terkait Penyerahan HCS sesuai Perjanjian Pelaksanaan Pencetakan Dang
Rupiah Tahun 2016 dan 2017 dapat kami sampaikan sebagai berikut:

Halaman 30 dari 59~

~
1) Secara urn urn penyerahan HCS diatur dalam Pasal12 ayat (5) perj anj ian cetak uang
bahwa penyerahan HCS dapat diakukan selain hari kerja apabila terdapat
permintaan dari BI kepada Peruri dengan terlebih dahulu memberitahukan
permintaan HCS kepada Peruri paling lambat 1 hari kerja sebelum penyerahan.
2) Namun demikian penyerahan untuk tanggal 31 Desember 2017 diatur khusus
dalam Pasal 12 ayat (1) perjanjian cetak uang bahwa Peruri wajib menyerahkan
hasil pencetakan Uang dalam bentuk HCS dengan jangka waktu paling lambat
tanggal 31 Desember 2017 untuk pesanan cetak TA 2017.
3) Adapun dasar pertimbangan BI melakukan serah terima HCS pada tanggal 31
Desember 2017 adalah:

a) Terdapat kebutuhan untuk mengoptimalisasi realisasi penerimaan HCS pada


T A 2017 sebagai salah satu program strategis DPU nomor 7.
b) Terdapat permintaan penerimaan HCS dari Peruri melalui surat
NO.9091X11/2017 tanggal28 Desember 2017 perihal Penyerahan HCS Uang
Kertas Tahun 2017.
4) Terhadap kebutuhan BI dan permohonan Perum Peruri tersebut, DPU dan Perum
Peruri telah bersepakat untuk melakukan serah terima pada tanggal 31 Desember
2017. Sebagai bentuk persetujuan BI atas permohonan Perum Peruri tersebut, DPU
telah menugaskan Pejabat Divisi Pengelolaan Kontrak (DPK) untuk berkoordinasi
dengan Perum Peruri yang pelaksanaannya dilakukan melalui media telepon dan
digital message (WA) serta melakukan kunjungan ke Perum Peruri pada tanggal
31 Desember 2017.
5) Berdasarkan kondisi dan kebutuhan tersebut, DPU telah memperbaiki klausul
perjanjian ke depan yang telah diakomodir dalam RKS pengadaan cetak saat ini,
bahwa penerimaan HCS pada hari libur dapat dilakukan atas dasar permintaan BI
maupun permohonan dari Perum Peruri dengan persetujuan dari BI.
b. Pelaksanaan Pemeriksaan Fisik Terhadap Uang HCS yang Dititipkan BI kepada
Perum Peruri Tidak Disertai Dokumen yang Lengkap.
Terkait dengan pemeriksaan fisik (cash opname) uang tanggal 31 Desember 2017 dan
pemeriksaan fisik oleh Pimpinan DPU pada tanggal 2 Januari 2018 dapat disampaikan
hal-hal sebagai berikut:
1) Penerimaan HCS pada tanggal 31 Desember 2017 telah dilakukan penghitungan
oleh Tim Distribusi Uang pada tanggal 31 Desember 2017. Kemudian uang HCS
sejumlah RpAA56.172.000.000,00 tersebut dititipkan ke Perum Peruri
sehubungan pembukuan BISAK tutup. Pembukuan uang HCS tersebut dibuku
pada hari kerja berikutnya, yaitu tanggal 2 Januari 2018 dan tercatat dalam DCK
pada saldo DCK posisi tanggal 2 Januari 2018 setelah kas ditutup.
2) Pemeriksaan fisik pada tanggal 2 Januari 2018 dilaksanakan berdasarkan posisi
Daftar Catatan Kas (DCK) pada tanggal 29 Desember 2017 yang merupakan hari
terakhir pembukuan pada sistem BI Administrasi Kas (BISAK) dan cash opname
tersebut dilakukan pada awal hari (sebelum kas dibuka).
3) Pimpinan DPU telah melakukan pemeriksaan uang titipan di Perum Peruri
termasuk penerimaan HCS tanggal 31 Desember 2017 (dibuktikan dengan paraf
ybs pada peta khazanah titipan Perum Peruri), akan tetapi tidak dimasukkan dalam
Berita Acara Pemeriksaan Fisik Uang dikarenakan secara administrasi nilai titipan
tersebut belum masuk dalam rekening Kas Besar (010).

Halaman 31 dari 59 rr
~
c. Berita Acara Titipan Uang Rupiah Tidak Dibuat Sesuai dengan Ketentuan
BI akan menyempurnakan Berita Acara Pengambilan dan Penitipan Uang Kertas dan
Uang Logam HCS di Perum Peruri dengan membuat Berita Acara setiap dilakukan
pengambilan dan penitipan kas.
BPK tidak sependapat dengan tanggapan BI huruf b. nomor 3): Pemeriksaan fisik uang
Rupiah adalah pemeriksaan uang Rupiah secara fisik (uang logam dan uang kertas) dengan
membandingkanjumlah uang Rupiah menurut catatan akuntansi dengan uang Rupiah yang
dipegang saat ini. Hasil pemeriksaan fisik uang Rupiah dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Fisik. Dengan demikian Berita Acara Pemeriksaan Fisik menggambarkan
jumlah seluruh uang Rupiah yang diperiksa
Rekomendasi - BPK merekomendasikan Gubernur BI agar memerintahkan Kepala DPU:
a. Untuk mengatur mengenai penyerahan HCS yang dilakukan atas permintaan Perum
Peruri.
b. Supaya menetapkan prosedur cash opname serta dokumentasi penitipan dan
pengambilan HCS titipan di khazanah pihak lain.
c. Memberikan pembinaan kepada Kepala Divisi Distribusi Uang dan Pengelola
Khazanah Distribusi Uang untuk lebih cermat dalam membuat dan
mendokumentasikan Berita Acara sesuai dengan ketentuan.

1.3 Pengawasan dan Pengamanan di Area Gudang Kantor Operasional Cilangkap


(KOC) Belum Memadai
Berdasarkan hasil pengamatan fisik dan monitoring melalui control room CCTV di area
gudang KOC pada tanggal 13 Maret 2018 diketahui terdapat kelemahan dalam penentuan
lokasi kamera CCTV sebagai berikut.
a. Tidak terdapat kamera pemantau (CCTV) di belakang area antara tungku pembakaran
dan Gudang I (tempat penyimpanan uang logam yang ditarik dari pengedaran/akun
220). Sebelumnya terdapat kamera di lokasi tersebut, namun telah dipindahkan ke
dalam gudang J. Sedangkan saat ini di gudang J tidak ada kegiatan penyimpanan bahan
maupun uang tidak layak edar.
b. Kamera yang sudah terpasang, yaitu P.25 (area outdoor belakang ruangforklift) dan
P.39 (area outdoor samping tungku) tidak berfungsi secara maksimal dikarenakan
terdapat blind spot, sehingga aktivitas diantara lokasi tersebut tidak dapat dipantau
dikarenakan tertutup oleh pepohonan. Untuk itu diantara gudang G (tempat
penyimpanan bahan uang) dan gudang H semestinya diletakkan kamera CCTV agar
dapat memantau blind spot area tersebut.
c. Daya pandang atas kamera P.34 (area outdoor samping gudang I) tertutup tiang
sehinggajangkauan kamera tersebut kurang optimal.
d. Terdapat satu unit kamera CCTV yang hasilnya tidak optimal (gambarnya
berbayang/buram). Kamera tersebut ada di DVR-3 channel 6 (P.19A) yang berlokasi
di lorong depan 1, yang berfungsi untuk memonitor lokasi luar ruangan (outdoor).
Selain itu, terdapat lokasi yang berpotensi dapat dijadikan sebagai pintu masuk tanpa
terpantau oleh pengamanan menuju ke dalam area KOC. Lokasi tersebut berada pada aliran
irigasi yang berada di belakang gudang J.

Halaman 32 dari 59~

1
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan SE Intern 18/47/INTERN tanggal 11 April 2016
tentang Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/1 02/INTERN tanggal 26
Desember 2005 tentang Sistem Pengamanan Bank Indonesia.
a. 1.1.a SOP Pengelolaan Electronic Security System (ESS), pada poin 7f menyebutkan
bahwa "Tugas pemeliharaan peralatan ESS meliputi, antara lain: Melakukan evaluasi
peralatan ESS dan memberikan rekomendasi untuk mereposisi, menambah atau
mengganti perangkat yang dianggap tidak sesuai lagi dengan kondisi ancaman atau
obyek yang diamati."
b. 11.17SOP Pengamanan Perkantoran BI di Cilangkap, pada angka romawi IV tentang
Pengoperasian Ruang Kontrol, yang menyebutkan bahwa:
1) Memastikan bahwa peralatan Close Circuit Television (CCTV) berfungsi dengan
baik dan dioperasionalkan selama 24 jam.
2) Memastikan bahwa kegiatan di area pergudangan lalu lintas orang, barang, dan
kendaraan sejak dari wilayah terbatas diawasi melalui monitor.
3) Memastikan bahwa kegiatan yang berlangsung di area pergudangan direkam.
4) Memastikan bahwa hasil rekaman ditatausahakan termasuk di dalamnya direviu.
5) Memastikan bahwa apabila pada layar monitor diketahui adanya gangguan Kamtib
atau penyimpangan prosedur kerja, operator ruang kontrol segera melaporkannya
kepada petugas piket untuk selanjutnya menghubungi petugas Brimob/Polri/satuan
kerja terkait untuk melakukan tindakan pengamanan yang diperlukan.
Permasalahan tersebut mengakibatkan adanya potensi gangguan keamanan, ketertiban dan
ancaman di wilayah terbatas area KOC.
Hal tersebut disebabkan manajemen KOC belum secara periodik melakukan evaluasi
terhadap sarana dan prasarana pengamanan di area KOC.
Tanggapan - BI memberikan penjelasan sebagai berikut.

a. KOC telah melakukan relokasi kamera CCTV dari Gudang J ke area antara tungku
pembakaran dan Gudang I pada tanggal 23 Maret 2018. Berdasarkan hasil pengamatan
dari Control Room kamera area antara tungku pembakaran dan Gudang I dapat
berfungsi dengan baik (dapat menjangkau area yang sebelumnya tidak termonitor
secara optimal).
b. KOC telah melakukan pemangkasan pohon yang menghalangi jangkauan kamera
CCTV pada tanggal 23 Maret 2018. Hasil pemeriksaan dan pelaksanaan pekerjaan
jangkauan kamera CCTV berfungsi dengan optimal/tidak terdapat titik Blind Spot.
c. KOC telah melakukan reposisi kamera CCTV P.34 area outdoor samping Gudang I
dan telah diselesaikan pada tanggal 23 Maret 2018. Berdasarkan pemantauan dari
Control Room kamera P.34 sudah berfungsi dengan baik.
d. KOC telah melakukan pemindahan Channel dari DVR.3 chanel 6 (P.19A) ke DVRA
chanel 11 pada tanggal 23 Maret 2018. Berdasarkan hasil pemantauan di Control
Room, gambar (di lorong depan 1) telah berfungsi dengan baik jernih dan tidak
berbayang/tidak buram.
e. KOC telah melakukan penambahan panjang pekerjaan pintu air 50 em pada saluran air
area luar belakang Gudang J (selama 2 hari dari tanggal 22 Maret s.d. 23 Maret 2018)
sehingga tidak terdapat rongga yang dapat digunakan orang masuk pada pintu air

Halaman 33 dari 59

1~
dimaksud. Berdasarkan hasil pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan, pintu air untuk
penambahan panjang pintu air 50 em, sesuai saran BPK.
Rekomendasi - BPK merekomendasikan Gubemur BI agar memerintahkan Kepala DPU
untuk menugaskan Kepala KOC melakukan reviu secara periodik atas pengamanan di area
KOC dan melaporkannya kepada Kepala DPU.

1.4 BI Belum Melakukan Reviu Secara Periodik atas Pengamanan pad a Lokasi Proses
Pencetakan Uang
Secara umum pengamanan lokasi produksi Perum Peruri di Karawang meliputi
pengamanan fisik dan pengamanan elektronik. Pengamanan fisik uang ditangani oleh Seksi
Pengamanan Fisik, sedangkan pengamanan elektronik merupakan pengamanan secara
computerized yang dilakukan melalui media kamera CCTV. Pengamanan elektronik
dilakukan oleh Seksi Pengamanan Elektronik (Pamlek). Seksi Pamlek tersebut meliputi
unit operasional dan unit pemeliharaanJperawatan.
Berdasarkan hasil walkthrough, wawancara, serta reviu rekaman CCTV dan reviu
dokumen pelaksanaan pengawasan dan pengamanan proses pencetakan uang kertas yang
dilakukan oleh Tim pada tanggal 5 s.d. 9 Maret 2018 pada area kantor produksi uang kertas
Perum Peruri di Karawang, terdapat beberapa permasalahan sebagai berikut.
a. Sarana pengamatan terhadap proses pencetakan uang berupa delapan unit kamera
CCTV tidak berfungsi secara optimal, dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3. 8 Daftar Area/Lokasi Kamera CCTV dengan kondisi tidak optimal

No Area/lokasi , Kamera Keterangan


1 Gedung Ugam M5 Kondisi tidak optimal (Blur)
2 Kamera Luar (Ujung Selatan) M8 Kondisi tidak optimal (Blur)
3 Area ROC M7 Kondisi tidak optimal (Blur)
4 Out Door Pengiriman Utas UTD C 14 Kondisi tidak optimal (Blur)
5 Gardu Induk M2 Kondisi rusak (Video Loss)
6 Danau Peruri M1 Kondisi tidak optimal (Blur)
7 Belakang WTP (Water Treatment Pump) M3 Kondisi tidak optimal (Blur)
8 Perajangan Pelat C 92 Kondisi tidak optimal (Blur)

b. Terdapat satu unit kamera CCTV di depan pintu darurat yang hendak dilakukan
pembongkaran dan satu unit kamera CCTV yang masih dalam perbaikan di area lini
baru, dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3. 9 Daftar Area/Lokasi Kamera CCTV dalam kondisi perbaikan

No Area/lokasi Kamera PTZ Kamera fixed Keterangan


1 Area cemor 1 unit (C 21) 2 unit (C 22 dan C 61) C 22 berada di depan pintu
lama darurat (pinrat), nantinya pinrat
itu akan dibongkar.
2 Loading produk 1 unit indoor (C 38) , dan 5 unit (C 66, C 39, C C 111 sedang bermasalah
akhir 1 unit outdoor (C 112) 40, C 110, dan C 111) (dalam perbaikan).

c. Terdapat satu unit kamera CCTV di area gedung uang logam (ugam) pada ruangan
produksi yang tidak berfungsi dengan baik, dengan rincian sebagai berikut.

Halaman 34 dari 59

\ ~
Tabel 3. 10 Daftar Area/Lokasi Kamera CCTV yang Tidak Berfungsi

No AreaJlokasi Kamera PTZ Kamera fixed Keterangan


1 Ruang 1 unit (C 08) 2 unit (C 24 dan C 08 sedang bermasalah (tidak berfungsi)
pengiriman C25) sedangkan 2 unit (C 24 dan C 25) masih
dalam kondisi normal

d. Terdapat pengeluaran barang atas komponen kamera CCTV dari area produksi Perum
Peruri tanpa didukung dengan dokumen resmi dari perusahaanlvendor yang
melaksanakan perbaikan sehingga berpotensi barang tersebut hilang atau tertukar
dengan yang lain, serta menimbulkan risiko adanya kehadiran orang-orang yang tidak
berpentinganlilegal person di area produksi. Hal tersebut telah dilakukan konfirmasi
mengenai SOP yang berlaku, yang seharusnya melampirkan dokumen resmi
perusahaanlvendor yang melaksanakan perbaikan kamera CCTV.
e. Berdasarkan hasil pengamatan rekaman CCTV dan interview dengan petugas Seksi
Pengamanan Elektronik (Pamlek) diketahui bahwa dalam pelaksanaan kegiatan
pemantauan arealkegiatan kritis seperti kegiatan bongkar muat bahan uang dan hasil
cetak, pengiriman bahan dari gudang ke pencetakan, pengiriman hasil cetak antar
bagian pencetakan tidak melampirkan dokumen pelaksanaan kegiatan dari bagianlunit
terkait kepada Seksi Pamlek. Hal tersebut menyebabkan petugas Pamlek tidak dapat
menetapkan jadwal pengamatan yang terfokus dan secara intensif pada area/kegiatan
kritis. Selain itu, pengamatan kegiatan pada area/kegiatan kritis tidak didukung dengan
jumlah petugas Pamlek maupun petugas pengamanan yang memadai.
Untuk jumlah monitor CCTV secara keseluruhan berjumlah 555 unit kamera, sedangkan
jumlah petugas operator belum cukup untuk melakukan monitoring CCTV eksisting
selama 24 yang tersebar pada beberapa obyek vital yang ada. Hal tersebut mengakibatkan
kurang optimalnya peliputan kamera CCTV khususnya peliputan kegiatanlarea kritis. Hasil
rekaman CCTV juga tidak dilakukan review oleh pejabat yang berwenang secara berkala,
dan hanya digunakan untuk pembuktian ketika terjadi penyimpangan.
Selain itu terkait pengamanan fisik, dalam hal ini Seksi Pengamanan Fisik, Personil, dan
Material (Pamsiknilmat) juga telah melakukan analisa terhadap kebutuhan personil
pengamanan dibandingkan dengan penambahan obyek vital dan ditemukan kendala yaitu
terbatasnya jumlah personel yang ada dimana masih dibutuhkan tambahan personil
pengamanan sebanyak 50 orang, dari jumlah personil pengamanan yang ada saat ini yaitu
hanya sebanyak 81 orang.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. SE NO.7/102/INTERN tanggal 26 Desember 2005 tentang Sistem Pengamanan Bank
Indonesia Bab VI Poin 1 mengenai sarana pengamanan sistem Closed Circuit
Television (CCTV) System yaitu merupakan alat monitoring/pemantauan situasi,
kegiatan atau kejadian di area tertentu.
b. SOP atau Instruksi Kerja Departemen Pengamanan mengenai tata cara pengeluaran
barang dari area produksi ke luar area produksi, yaitu Instruksi Kerja Pengendalian
Barang, Nomor 03/Sekpamnilmat-07/2017 yang mulai berlaku tanggal 2 Mei 2017,
pada Langkah Kerja - Proses nomor 6, yang menyatakan bahwa Petugas Satpam
memeriksa dokumen dan data serta surat pendukung sesuai prosedur pengeluaran
barang dan mencocokkan kesamaan dengan fisik barangnya, menggembok, menyegel
dan memeriksa kabin kendaraan pada saat keluar area pengiriman.

,
Halaman 35 dari 59
~
Permasalahan tersebut mengakibatkan risiko adanya kegiatan yang dapat menimbulkan
fraud yang tidak dapat terdeteksi dengan cepat oleh Seksi Pamlek maupun Seksi
Pengamanan Fisik, Personil, dan Material (Pamsiknilmat).
Hal terse but disebabkan BI belum melakukan reviu atas pengamanan terhadap prosedur
dan pelaksanaan pengamanan di lokasi pencetakan lokasi pencetakan serta sarana dan
prasarana pengamanan yang diterapkan oleh Perum Peruri.
Tanggapan - BI memberikan penjelasan bahwa dalam pelaksanaannya saat ini
pengawasan pengamanan di Perum Peruri lebih banyak berfokus pada kepatuhan dalam
perjanjian, peningkatan pengendalian kualitas di Peruri dan permasalahan-permasalahan
yang menjadi temuan-temuan hasil audit, yaitu:
a. Sarana dan prasarana pengamanan yang diterapkan oleh Perum Peruri sehingga dapat
memberikanjaminan keamanan yang cukup dalam kegiatan pencetakan uang.
Terhadap faktor pengamanan berupa inspeksi CCTV telah dilakukan pada 11 Juli 2017
di area lini eksisting. Inspeksi dilakukan melalui pengecekan CCTV di ruang control
pengamanan Perum Peruri untuk memastikan bahwa seluruh kamera CCTV aktif dan
merekam kegiatan di setiap unit kerja.
Sesuai dengan SOP, pengawasan onsite BI dilakukan sekurangnya satu bulan sekali
dan dilakukan oleh sekurangnya dua orang. Namun pada prakteknya BI melakukan
pengawasan onsite satu minggu sekali dan apabila terjadi permasalahan khusus,
misalnya HCTS tinggi maka pengawasan dilakukan lebih sering. Diharapkan kedepan
pengawasan akan dilakukan secara lebih sering namun hal ini belum dapat dilakukan
karena kurangnya SDM untuk memastikan bahwa Perum Peruri melakukan pencetakan
uang sesuai dengan prosedur yang telah disepakati pada perjanjian maupun SOP Perum
Peruri.
1) Terkait dengan sarana pengamatan terhadap proses pencetakan uang berupa 8 unit
Camera CCTV yang tidak berfungsi secara optimal, yaitu:
a) Kamera Gedung Ugam M5, Monopole 8, Monopole 7 (RDC), dan Monopole
1 Danau, yang sebelumnya dalam keadaan blur, bahwa saat ini telah selesai
diperbaiki dan berfungsi dengan baik, sedangkan Monopole 3 WTP masih
dalam perbaikan di pihak ketiga;
b) Pengiriman Utas outdoor C 14 dan Monopole 2 Gardu Induk (Video lost) telah
dilakukan perbaikan dan saat ini dalam keadaan berfungsi dengan baik;
c) Kamera Perajangan Plat C92 telah dilakukan perbaikan lensa kamera yang
disebabkan oleh uap mesin perajangan.
2) Terkait dengan terdapat 1 unit Camera CCTV di depan pintu Darurat yang akan
dilakukan pembongkaran dan 1 unit Camera CCTV yang masih dalam perbaikan
di Area Lini Baru, langkah yang telah dilakukan atas temuan ini adalah pada
kamera Cemor 22 telah dilakukan perubahan arah camera ke arah aktivitas
produksi, hal tersebut dilakukan akibat adanya perubahan fungsi dari pintu darurat
sedangkan kamera C 11 dilepas terkait perubahan area Loading Produk Akhir, dan
saat ini dinilai mencukupi dipantau dengan 2 Camera yaitu C40 dan C 110;
3) Terdapat 1 unit Camera CCTV di area Ugam diruangan produksi yang tidak
berfungsi dengan baik, saat ini sedang dalam perbaikan pihak ke-3;

Halaman 36 dari 590/

1
4) Terdapat pengeluaran komponen Camera dari area Perum Peruri tanpa didukung
dokumen resmi dari Perusahaanlvendor yang melakukan perbaikan sehingga
berpotensi barang tersebut hilang atau tertukar dengan yang lain, Perum Peruri
berkomitmen untuk melakukan penyempurnaan terhadap proses perbaikan
peralatan-peralatan Pamlek yang dilakukan oleh pihak ketigalvendor dengan
dokumen pendukung serah terima barang saat pengeluaran dan setelah selesai
perbaikan.
b. Koordinasi antar bagian yang menunjang kegiatan pencetakan di Perum Peruri
khususnya kegiatan kritis yang di inisiasi oleh Seksi Pengamanan Fisik, Personil, dan
Material (Pamsiknilmat) maupun Seksi Pamlek.
Terhadap faktor pengamanan yang dilakukan oleh internal pengamanan Perum Peruri
sebagaimana disampaikan dalam temuan yaitu petugas Satpam seharusnya memeriksa
dokumen dan data serta surat pendukung sesuai prosedur pengeluaran barang dan
mencocokkan kesamaan dengan fisik barangnya, menggembok, menyegel dan
memeriksa kabin kendaraan pada saat keluar area pengiriman belum menjadi bagian
dalam kegiatan inspeksi kami terhadap Perum Peruri.
Berdasarkan hasil reviu dengan berbagai pertimbangan antara lain lebih fokus dan
prioritas pada penjagaan pos-pos yang harus dijaga, maka jumlah personil yang
dibutuhkan sangat mendesak sebanyak 38 orang, untuk memenuhi kebutuhan yang
disebabkan adanya perluasan area produksi (Area Lini Baru, Logam), dengan formasi
3 gilir; dan pengganti petugas yang promosi, mutasi, memasuki pensiun normal dan
pensiun dini atau keluar.
Selanjutnya kami akan meminta Perum Peruri untuk melakukan perbaikan proses
pengamanan sesuai dengan instruksi kerja yang disusun oleh Perum Peruri dan
memenuhi SDM PAM sesuai kebutuhan.
Rekomendasi - BPK merekomendasikan Gubernur BI agar memerintahkan:
a. Direktur Utama Perum Peruri untuk menyempurnakan SOP pelaksanaan pengamanan
di lokasi pencetakan.
b. Kepala DPU untuk melakukan reviu secara menyeluruh atas sarana dan prasarana
pengamanan yang diterapkan oleh Perum Peruri sehingga dapat memberikan jaminan
keamanan yang cukup dalam kegiatan pencetakan uang.

1.5 Pelaksanaan Uji Mutu Logam Nickel Plated Steel (NPS) Tidak Sesuai Dengan
Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Jasa Uji Mutu Bahan Uang Antara BI dengan
Perum Peruri
Pelaksanaan pencetakan oleh Bank Indonesia melalui Perum Peruri pada tahun 2016-2017
telah dilakukan dengan mekanisme pengadaan secara multiyears. Mekanisme pengadaan
tersebut dilakukan juga dalam pengadaan jasa uji mutu oleh Perum Peruri terhadap bahan
uang yang nantinya digunakan sebagai bahan utama pelaksanaan pencetakan. Perjanjian
pelaksanaan uji mutu oleh Perum Peruri telah disepakati pada tahun 2016. Dalam perjanjian
uji mutu diatur pengujian yang harus dilakukan untuk uji mutu NPS adalah pada tabeI3.11.
Tabel 3. 11 Daftar Parameter Uji Mutu
Pemeriksaan Bentuk, warna, kilap cacat gores dan noda pada Dilakukan Oleh Peruri
pennukaan
Pengujian Berat per keping

Halaman 37 dari 59<1-

~
Tebal Pinggir
Diameter
Kekerasan
Bending
Roundness
Bulk Weight
Komposisi Kimia Base Metal
- Besiijerum (Fe)
- Karbon/Carbon (C)
- Mangan (Mn)
- Phosporous (P)
- Sulphur (S)
Tebal Lapisan Dilakukan Oleh Pihak Ketiga
Kemurnian Nickel
Struktur Mikro

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan wawancara dengan Pejabat Perum Peruri terhadap
pelaksanaan uji mutu ditemukan beberapa hal permasalahan dalam pelaksanaannya,
sebagai berikut:
a. Pelaksanaan SubKontrak Pekerjaan Uji Mutu Bahan Uang antara Perum Peruri
dengan ITB Tidak Dituangkan dalam Perjanjian
Berdasarkan dokumen permintaan pengujian blank coin NPS diketahui Perum Peruri
menyerahkan sebagian pekerjaan uji mutu bahan uang kepada ITB untuk melakukan
pengujian teballapisan, Kemurnian Nickel, dan struktur mikro.
Tim Pemeriksa telah melakukan konfirmasi kepada Departemen Pengendalian Kualitas
(Depdalitas) terkait dasar Perum Peruri melakukan kerjasama pelaksanaan pengujian
dengan ITB. Namun dari informasi yang diterima bahwa tidak terdapat kontrak
maupun perjanjian yang mendasari kerjasama pelaksanaan pengujian tersebut, karena
ITB tidak menginginkan adanya kontrak sebagai dasar pelaksanaan pengujian. Dengan
demikian tidak menutup kemungkinan jika sewaktu-waktu pihak ITB dapat meminta
adanya kenaikan harga atas uji mutu NPS tersebut. Dengan tidak adanya kontrak antara
Perum Peruri dengan ITB maka kewajiban ITB menjadi tidakjelas, antara lain terkait
jangka waktu pengembalian sampel oleh ITB.
b. Keterlambatan Pengembalian Sampel yang Diuji oleh Pelaksana Pekerjaan
Subkontrak
Selama periode 2017, diketahui terdapat 39 BAST yang masing-masing berisi 500
keping sampel Logam Uang (LU) pecahan S yang diserahkan oleh BI kepada Perum
Peruri untuk dilakukan pengujian. Dari masing-masing sampel yang diterima tersebut,
8 keping diantaranya oleh Perum Peruri diberikan kepada ITB untuk kemudian
dilakukan pengujian atas tebal lapisan plating logam, kemurnian nickel logam, dan
struktur mikro lapisan plating logam non uang NPS.
Berdasarkan dokumen yang telah diterima berupa tanda terima/surat Permintaan
Pengujian NPS dari Perum Peruri ke ITB dan didukung dengan hasil konfirmasi pada
bagian Lab Depdalitas, diketahui bahwa BI menyampaikan sampel kepada Perum
Peruri sebanyak 500 keping, sebanyak 312 keping telah disampaikan Perum Peruri
kepada ITB melalui 39 BAST sampel NPS. Dari 312 keping, ITB telah mengembalikan
kepada Perum Peruri sebanyak 176 keping sehingga masih terdapat 136 keping yang

Halaman 38 dari 59

~ l'
belum dikembalikan ITB kepada Perum Peruri. Selanjutnya berdasarkan dokumen
pengembalian dari ITB diketahui bahwa pengembalian 176 keping tersebut mengalami
keterlambatan. Berdasarkan perhitungan maka nilai denda keterlambatan sebesar
Rp 12.261.241 ,20, terhadap denda tersebut BI belum menagihkan kepada Perum Peruri.
Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Jasa Uji Mutu Bahan Uang TA 2016-2017
menetapkan jangka waktu penyelesaian setiap jenis pekerjaan oleh Perum Peruri
adalah selambat-lambatnya 8 (delapan) hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaan
bahan uang dari BI untuk kesimpulan dan rincian hasil uji mutu atas sampel KU, LU
Alumunium, dan LU NPS. Berdasarkan dokumen tanda terima penyerahan kembali
sampel pengujian dari ITB menunjukkan adanya keterlambatan penyelesaian pekerjaan
uji mutu sampel LU NPS.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Jasa Uji Mutu
Bahan Uang TA 2016-2017 antara BI dengan Perum Peruri No. 18/20/DPU tanggal 23
Agustus 2016 pada Pasal 3 ayat (3) huruf a angka 1 dinyatakan bahwa, jangka waktu
penyelesaian setiapjenis pekerjaan oleh Peruri adalah selambat-Iambatnya 8 (delapan) hari
kerja terhitung sejak tanggal penerimaan bahan uang dari BI untuk kesimpulan dan rincian
hasil uji mutu atas sampel KU, LU Alumunium, dan LU NPS.
Permasalahan tersebut mengakibatkan sampel uang logam dari BI tidak dapat dipastikan
pengamanannya dan pelaksanaan uji mutu tidak dilakukan dengan tepat waktu.
Hal tersebut disebabkan kelemahan pengendalian oleh BI terhadap pelaksanaan uji mutu
bahan NPS yang dilakukan oleh pihak ketiga.
Tanggapan - BI memberikan penjelasan sebagai berikut.
a. Terkait dengan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan pengujian logam uang oleh
laboratorium ITB, disepakati oleh BI dan Perum Peruri bahwa jangka waktu
penyelesaian pengujian logam uang NPS selama 8 hari kerja sejak BAST dari BI tidak
termasuk waktu penyelesaian pengujian 3 item yang dilakukan oleh laboratorium ITB.
Adapunjangka waktu penyelesaian pengujian di ITB disesuaikan dengan kemampuan
penyelesaian pengujian oleh laboratorium ITB. Hal tersebut telah disepakati oleh BI
dan Perum Peruri selama proses pengadaan (Risalah tanggal 14 Juli 2016). Seluruh
dokumen terkait dengan pengadaan uji mutu merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan sehingga BI dan Perum Peruri wajib tunduk kepada kesepakatan yang
dituangkan dalam dokumen pengadaan dimaksud. Sehingga dengan demikian
pelaksanaan pekerjaan oleh Perum Peruri yang disubkontrakkan kepada ITB telah
sesuai dengan kesepakatan.
b. Dalam rangka-uji mutu bahan logam uang NPS yang selama ini dilakukan oleh ITB
atas perintah dari Perum Peruri, BI akan meminta kontrak tertulis antara Perum Peruri
dan ITB terkait pekerjaan subkontrak uji mutu bahan logam uang NPS. BIjuga sedang
dalam proses melakukan diskusi dengan Perum Peruri dalam rangka meningkatkan
SLA uji mutu bahan logam uang NPS agar memenuhi jangka waktu yang diatur pada
perjanjian. Salah satu upaya adalah BI mendorong Perum Peruri agar berupaya mencari
lembaga lain sebagai altematif penganti ITB dalam melakukan uji mutu bahan logam
uang NPS apabila ITB tidak dapat memenuhi service level agreement yang diminta
oleh BI.

Halaman 39 dari 59

~ rr
Rekomendasi - BPK merekomendasikan Gubernur BI agar memerintahkan:
a. Kepala DPU untuk mereviu setiap pelaksanaan subkontrak uji mutu logam uang NPS
yang dilakukan oleh pihak ketiga.
b. Kepala DPU untuk menagih denda keterlambatan pengembalian sampel uji mutu NPS
oleh Perum Peruri.

1.6 Bahan Uang yang Diterima Bank Indonesia sebanyak 56.000 rim senilai
Rp66.484.120.760,97 dari Louisenthal Berasal dari Subkontrak Pengadaan Bahan
Uang Kepada De La Rue Tanpa Persetujuan Bank Indonesia
BI melaksanakan pengadaan bahan uang pecahan Y, T, dan S masing-masing sebanyak
72.337 Rim, 159.832 Rim, dan 11.401 Rim senilai EUR9,980,335.89, EURI2,682,669.20
dan EUR900,564.99 dari Louisenthal. Rencana pengiriman bahan uang dari Louisenthal di
tahun 2017 untuk pecahan Y, T, dan S sebanyak 64.046 rim, 73.441 rim, dan 5.419 rim
senilai EURI5,092,016.78
Pada tanggal 24 Juni 2016 kepada BI, Louisenthal mengajukan permintaan subkontrak
untuk memastikan bahwa BI tetap dapat menerima kertas uang sesuai dengan jumlah dan
jadwal pengiriman yang diminta. Subkontrak dilakukan dengan De La Rue yang pernah
memproduksi kertas uang pecahan T (tahun 2013 dan 2015). Adapunjumlah yang diajukan
untuk subkontrak sebanyak 34.300 rim sebagai berikut.
Tabel 3. 12 Jumlah Subkontrak Louisenthal kepada De La Rue

\ Jadwal Pengiriman Kontrak Jumlah (Rim)


311812016 8.400
301912016 10.500
31110/2016 7.700
30/1112016 7.700
Jumlah 34.300

BI menyetujui permintaan subkontrak 34.300 rim tersebut dan Louisenthal bertanggung


jawab atas kualitas dan pengiriman kertas uang hasil subkontrak tersebut berdasarkan surat
BI No.l8/153/DPU/Srt/B tanggal 5 Agustus 2016. Realisasi subkontrak dilakukan pada
shipment ke-3 tanggal 15 September 2016; ke-5 tanggal 17 Oktober 2016; ke-7 tanggal 4
November 2016; dan ke-9 tanggal l3 November 2016.
Pada saat kunjungan dalam rangka Familiarization Visit and Overmakes Destruction
tang gal 22-25 Mei 2017 di De La Rue, BI memperoleh informasi adanya produksi bahan
uang oleh De La Rue yang diperuntukkan untuk BI. Setelah BI menanyakan kepada
Louisenthal atas produksi bahan uang oleh De La Rue, maka Louisenthal menjelaskan
dengan surat tanggal 6 Juni 2017 yang menyatakan bahwa karen a adanya permasalahan
teknis maka dilakukan subkontrak atas sebagian pesanan bahan uang BI kepada De La Rue
dengan harapan BI dapat memberikan izin pelaksanaan subkontrak tersebut.
Berdasarkan risalah rapat Nomor 19/57IDPU-DPKlRsIlB tanggal 7 Juli 2017, diketahui
bahwa DPK melakukan pembahasan dengan DHk dan DMR mengenai tindak lanjut
permasalahan subkontrak sebagai berikut.
a. DHk dan DMR sependapat dengan DPU bahwa terdapat pelanggaran ketentuan
subkontrak yang dilakukan oleh Louisenthal.

Halaman 40 dari 59

~ ~
b. DHk memberikan pandangan bahwa DPU dapat langsung melakukan pengakhiran
perjanjian sesuai kontrak perjanjian antara Louisenthal dengan BI (pasal 28 ayat 3).
c. DPK akan melaporkan hasil pertemuan kepada pimpinan DPU untuk meminta arahan
lebih lanjut.
Kepala DPU kemudian mengirimkan Memorandum kepada Anggota Dewan Gubemur
Bank Indonesia Bidang 5 NO.19/65/DPU/M.02/B tanggal 13 Juli 2017 yang
memberitahukan:
a. Penjelasan atas surat Louisenthal tanggal 6 dan 22 Juni 2017 terkait permasalahan
dalam produksi kertas uang Euro.
b. Pada tanggal 15 Juni 2017 Perwakilan Louisenthal menemui pimpinan Grup
Penyelenggara Pengelolaan Uang (GPPU) dan menyampaikan pelanggaran subkontrak
tidak dapat dihindari karena adanya permasalahan pada track and trace system.
c. Keputusan sepihak Louisenthal untuk melakukan penambahan subkontrak ke pihak De
La Rue melanggar komitmen Louisenthal sendiri.
d. DPU akan mengenakan sanksi pengakhiran perjanjian dan melakukan klaim jaminan
pelaksanaan serta mengenakan sanksi blacklist kepada Louisenthal untuk mengikuti
pengadaan kertas uang pecahan Rp2.000 (T).
Berdasarkan risalah rapat tanggal 27 Juli 2017 antara DPU, DMR, dan DHk, diketahui
bahwa:
a. Gubernur Bank Indonesia (GBI) memberikan arahan agar DPU memberikan sanksi
kepada Louisenthal sebagaimana diatur dalam perjanjian.
b. Telah disusun konsep surat pengenaan sanksi kepada Louisenthal.
Dari kondisi di atas diketahui bahwa informasi mengenai Louisenthal melakukan
subkontrak kepada De La Rue telah diketahui BI pada tanggal 25 Mei 2017 dan tanggal 6
Juni 2017, namun BI lambat melakukan tindakan atas pelanggaran subkontrak tersebut.
Koordinasi internal baru dilakukan pada tanggal 7 Juli 2017 dan keputusan pemutusan
perjanjian baru dilakukan pada tanggalll Agustus 2017 dengan surat Kepala DPU kepada
Louisenthal Nomor 19/320IDPU/Srt/B tanggal 11 Agustus 2017 tentang pemutusan
perjanjian jual beli kertas uang pecahan Rp2.000 TA 2016-2017 dan Nomor 18111/DPU
tanggal 13 Juni 2016 perihal pemutusan kontrak dan klaim atas jaminan pelaksanaan.
Berdasarkan dokumen Bill of Lading (B/L) diketahui bahwa shipment ke-16 hingga 25
adalah shipment yang disubkontrakkan kepada De La Rue. Hal tersebut dibuktikan dengan
port of loading dalam B/L adalah Southampton dan Country of Origin adalah United
Kingdom, dengan rincian B/L sebagai berikut.
Tabel3. 13 Rincian B/l

Shipment BIL Port of Loading Country of Origin Quantity (Reams)


16 16-Feb-17 Southampton United Kingdom 5.600
17 23-Feb-17 Southampton United Kingdom 5.600
18 08-Mar-17 Southampton United Kingdom 5.600
19 31-Mar-17 Southampton United Kingdom 5.600
20 14-Apr-17 Southampton United Kingdom 5.660
21 08-Mei-17 Southampton United Kingdom 5.540
22 15-Mei-17 Southampton United Kingdom 5.600
23 30-Mei-17 Southampton United Kingdom 5.600

Halaman 41 dari 59

~ ~
Shipment BIL Port of Loading Country of Origin Quantity (Reams)
24 24-Jun-17 Southampton United Kingdom 5.600
25 26-Jun-17 Southampton United Kingdom 5.600
Jumlah 56.000

Pembayaran untuk shipment ke-16 hingga ke-25 telah dilakukan dengan rincian sebagai
berikut.
Tabel 3. 14 Rincian Pembayaran Pengiriman Bahan uang

Pembayaran 70% Pembayaran 30%


Shipment "', ..
Tanggal Rp Tanggal Rp
16 10-Mar-17 4.412.126.425,56 19-May-17 1.984.929.458,40
17 14-Mar-17 4.427.439.515,52 19-May-17 1.984.929.458,40
18 30-Mar-17 4.451.791.776,60 19-Jun-17 1.983.667.031,64
19 02-May-17 4.519.097.208,36 19-Jun-17 1.983.667.031,64
20 19-May-17 4.681.125.306,06 04-Aug-17 2.131.921.696,00
21 29-May-17 4.574.613.580,47 04-Aug-17 2.086.721.942,72
22 06-Jun-17 4.658.787.551,04 04-Aug-17 2.109.321.819,36
23 20-Jun-17 4.614.807.908,76 14-Aug-17 2.104.040.156,40
24 17-Jul-17 4.747.490.249,88 14-Sep-17 2.096.748.208,80
25 24-Jul-17 4.834.146.226,56 14-Sep-17 2.096.748.208,80
45.921.425.748,81 20.562.695.012,16
Jumlah Total 66.484.120.760,97

Mengingat pengiriman shipment ke-16 hingga 25 sebanyak 56.000 rim yang berasal dari
produksi subkontrak pada De La Rue tanpa izin BI, maka pembayaran senilai
Rp66.484.120.760,97 tidak memiliki dasar hukum.
BI telah mengetahui indikasi Louisenthal melakukan subkontrak pada tanggal 6 Juni 2017
sehingga seharusnya BI dapat menghentikan pengiriman bahan uang dari Louisenthal. Hal
tersebut untuk mengklarifikasi asal produksi bahan uang dimaksud. Namun demikian,
berdasarkan dokumen B/L diketahui bahwa shipment 23 hingga 25 masih dilakukan pada
tanggal30 Mei 2017, 24 Juni 2017 dan 26 Juni 2017. Hal tersebut menunjukkan bahwa BI
masih tetap menerima pengiriman subkontrak dari De La Rue meskipun hal tersebut sudah
diketahui melanggar kontrak perjanjian yang telah disepakati dan BI tetap melakukan
pembayaran senilai Rp20.493.980.959,20.
Penalti atas keterlambatan pengiriman, penalti tidak 1010suji mutu, dan penalti substandar
telah dibayar sebesar EUR34,318.24 serta jaminan pelaksanaan telah dicairkan sesuai
warkat No.3/28/09/17/0201980JOG tanggal 28 September 2017 senilai
Rp4.612.716.220,21. BI mengenakan sanksi blacklist pada bulan April 2018.
Berdasarkan Surat Kepala DPU No.19/3 77IDPU/SrtlB tanggal 30 Agustus 2017 tentang
Penyelesaian Hak dan Kewajiban setelah Pembatalan Kontrak Perjanjian, BI meminta
kepada Louisenthal untuk memusnahkan sisa produksi De La Rue yang belum dikirim
sebanyak 11.200 rim. Terhadap jumlah tersebut telah dilakukan pemusnahan mulai tanggal
9 November 2017 s.d. 22 Februari 2018 sebanyak 3.740 rim, sedangkan sisanya sebanyak
7.460 rim akan dimusnahkan pada Bulan Mei 2018. Pada proses pemusnahan yang telah
dilakukan oleh Louisenthal, BI hanya menyaksikan pemusnahan sebanyak 310 rim.

Halaman 42 dari 59

~ 1-
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Perjanjian No.l81l1/DPU/P/RHS tanggal 13 Juni
2016 article 19.(1) dan 19.(2) pada Pasal 19 ayat (1) yang menyatakan bahwa Louisenthal
dilarang untuk mensubkontrakkan pekerjaan pembuatan Kertas Uang Rp2.000,- tanpa
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Bl.
Permasalahan tersebut mengakibatkan pembayaran sebesar Rp66.484.120.760,97 atas
bahan kertas uang pecahan T yang berasal dari subkontrak tanpa izin ke De La Rue tidak
mempunyai dasar hukum.
Permasalahan tersebut disebabkan kelemahan pengendalian BI yang tidak melakukan
pengawasan dengan baik terhadap pengiriman kertas uang melalui pemeriksaan atas
dokumen Certificate of Origin; Bill of Lading dan Country of Origin dari barang yang
dikirim.
Tanggapan - BI memberikan penjelasan sebagai berikut.

a. Sesuai dengan surat persetujuan BI terhadap subkontrak yang diajukan Louisenthal


NO.18/153/DPU/Srt tanggal 5 Agustus 2016, BI menyetujui permohonan subkontrak
dengan pertimbangan bahwa Louisenthal mengalami permasalahan dengan track &
trace system yang dikembangkan dalam pencetakan kertas uang Euro, serta kebutuhan
BI terhadap kertas uang untuk pencetakan Rupiah baru.
b. Sejalan dengan pelaksanaan subkontrak di atas, BI telah menyetujui pelaksanaan
subkontrak kepada De La Rue sebesar 34.300 rim, dengan jadwal pengiriman
subkontrak, sebagai berikut:
Tabel 3. 15 Rincian Pengiriman

Jadwal Pengiriman Subkontrak Jumlah (rim) Pesanan kepada De La Rue


31 Agustus 2016 8.400 Pengiriman ke - 3
30 September 2016 10.500 Pengiriman ke - 5
31 Oktober 2016 7.700 Pengiriman ke - 7
30 November 2016 7.700 Pengiriman ke - 9
Jurnlah 34.300

c. Mempertimbangkan bahwa setelah pengiriman ke 9 (subkontrak dari De La Rue),


Louisenthal telah melakukan pengiriman berdasarkan hasil produksi Louisenthal
(shipment ke 10 sd. 15) yang dilakukan selama bulan November - Desember 2016,
maka kami meyakini bahwa pengiriman selanjutnya sd. akhir shipment akan dipenuhi
dari produksi sendiri. Selain itu, dokumen pengiriman dan kemasan kertas uang yang
dikirim juga hanya mencantumkan Louisenthal sebagai pengirim.
d. Namun demikian, kami menemukan bahwa untuk shipment ke 16 sd. 23 selama bulan
Februari - Mei 2017 Louisenthal kembali melakukan pengiriman kertas uang hasil
subkontrak ke De La Rue. Hal ini baru kami ketahui pada saat dilakukan kunjungan ke
De La Rue dalam rangka Familiarization Visit & Overmakes Destruction tanggal22
sd. 25 Mei 2017 yang mana pihak De La Rue menunjukkan pada kami proses
pembuatan kertas uang pecahan T yang seharusnya sudah tidak dilakukan pencetakan.
Ke depan BI akan melakukan upaya lebih terhadap pengendalian berjenjang atas
dokumen pengiriman dengan membuat check list pada setiap penerimaan dokumen dari
pemasokiDOTP untuk memastikan bahwa pengiriman telah sesuai dengan kontrak
yang disepakati.

Halaman 43 dari 59

~ ~
e. Dalam rangka strategic sourcing pengadaan bahan uang TA. 2018 - 2019, DPU telah
menyampaikan hasil evaluasi kinerja pemasok kepada DPS. Evaluasi ini termasuk
informasi mengenai kinerja Louisenthal yang melakukan pelanggaran subkontrak
pecahan T dan sanksi berupa pemutusan perjanjian kerja. Mengenai pengenaan
blacklist kepada pemasok adalah sepenuhnya kewenangan dari DPS sebagaimana
diatur dalam MLBI. Sebagai konsekuensi pemutusan perjanjian tersebut, pada
pengadaan bahan uang TA 2018-2019, Louisenthal tidak diundang sebagai peserta
pengadaan bahan uang untuk seluruh pecahan.
Rekomendasi - BPK merekomendasikan Gubemur BI agar memerintahkan Kepala DPU
agar menetapkan SOP pengawasan terhadap pengiriman bahan uang melalui pemeriksaan
atas seluruh dokumen pendukung pengiriman bahan uang.

1.7 Terdapat Perbedaan Spesifikasi Bahan Uang Kertas antara RKS dengan Kontrak
Pemasok Bahan Uang
Bank Indonesia melakukan pengadaan bahan kertas uang secara multiyears pada tahun
2016 - 2017 sebanyak 892.512 rim untuk 7 pecahan uang kertas dan sebanyak
5.066.008.000 keping untuk 4 pecahan uang logam dengan 8 pemasok. Hasil pemeriksaan
atas dokumen pengadaan bahan uang tersebut menunjukkan adanya perbedaan spesifikasi
bahan kertas uang antara kontrak dengan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) sebagai berikut.
Tabel 3. 16 Spesifikasi Bahan Uang

Pemasok Pecahan Spesifikasi Kontrak SpesifikasiRKS


KUS (T) pH 5.0 minimal dan gelatin acceptable pH 6.0 minimal dan gelatin non acceptable
Fedrigoni KUV (AfT) pH 5.0 minimal pH 6.0 minimal
KUW(A) pH 5.0 minimal dan gelatin acceptable pH 6.0 minimal dan gelatin non acceptable
KUV (A) pH 5.0 minimal dan gelatin acceptable pH 6.0 minimal dan gelatin non acceptable
Komsco
KUX pH 5.0 minimal dan gelatin acceptable pH 6.0 minimal dan gelatin non acceptable
KUS (T) pH 5.0 minimal dan gelatin acceptable pH 6.0 minimal dan gelatin non acceptable
Louisenthal
KUT (T) pH 5.0 minimal dan gelatin acceptable pH 6.0 minimal dan gelatin non acceptable

Terhadap perbedaan pada spesifikasi parameter pengujian bahan KU antara kontrak dan
RKS, BPK telah melakukan pemeriksaan lebih lanjut di Bagian Pengendalian Kualitas
(Dalitas) Perum Peruri yang bertanggung jawab untuk melakukan pengujian atas setiap
sample bahan uang yang diterima oleh Perum Peruri dari BI. Berdasarkan penjelasan yang
diberikan, diketahui bahwa pada tanggal 23 Mei 2013 telah dilakukan panel discussion
antara BI, seluruh pemasok bahan uang, dan Perum Peruri sebagai undangan. Di dalam
panel discussion tersebut diputuskan bahwa untuk pH KU disepakati adanya perubahan
dari minimal 5.0 menjadi minimal 6.0, dan adanya kesepakatan untuk menghilangkan unsur
gelatin dari kandungan bahan KU.
Hasil dari komparasi dokumen tersebut, diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan
klausul antara kontrak dengan RKS:
a. Pada bagian pH minimum dan printability, dimana di dalam kontrak ketentuan terkait
pH minimum dan kandungan gelatin masih menggunakan ketentuan lama (pH minimal
5.0 dan gelatin acceptable), sedangkan di dalam RKS ketentuan sebagaimana
dimaksud telah diubah oleh BI sesuai dengan yang telah disepakati di dalam panel
discussion tahun 2013 (pH minimum 6.0 dan gelatin non acceptable).

Halaman 44 dari 59

~r
Dalam hal ini, BPK telah melakukan konfirmasi kepada Laboratorium di Bagian
Dalitas terkait pengaruh dari penentuan pH minimum tersebut. Dari hasil konfirmasi
yang diperoleh, dijelaskan bahwa, semakin rendah pH suatu KU maka akan
berpengaruh pada saat pelaksanaan proses produksi, dimana KU tersebut akan menjadi
lambat kering pada saat proses cetak dilakukan.
Namun berdasarkan keterangan yang diperoleh, sejauh ini Bagian Dalitas dalam
melakukan pengujian atas bahan uang tidak pemah menemukan adanya KU yang pH
nya di bawah 6.0, dan dari seluruh pengujian yang dilakukan atas sampel KU, baik
pada saat uji mutu sampel bahan uang maupun pada saat telah masuk ke dalam proses
produksi.
b. Sedangkan, untuk kandungan gelatin yang terdapat pada KU, Perum Peruri tidak
melakukan pengujian terhadap kandungan tersebut, namun informasi tersebut hanya
dapat diketahui dari Certificate oj Analysis yang dikirim pemasok kepada BI pada saat
pengiriman bahan KU dilakukan.
Pada tanggal 8 Februari 2018, DPU telah mengirimkan konfrrmasi penjelasan
mengenai spesifikasi bahan uang kertas kepada ketiga pemasok (Louisenthal, Komsco,
dan Fedrigoni) dan selanjutnya pemasok mengirimkan jawaban atas konfirmasi
tersebut melalui surat masing-masing tertanggal 6, 13 dan 14 Maret 2018.
Dalam surat tersebut menjelaskan bahwa ketiga pemasok tersebut menggunakan
perekat bahan uang kertas berbahan dasar PVOH dan bukan menggunakan gelatin,
namun dalam jawaban surat tersebut belum melampirkan hasil uji laboratorium dari
konfirmasi yang diminta oleh DPU. Dengan demikian masih perlu dipastikan kembali
terkait apakah memang hasil uji laboratorium dapat diketahui kandungan perekat bahan
uang kertas tersebut memang tidak menggunakan gelatin.
Sampai dengan pemeriksaan berakhir, BPK telah menerima hasil pengujian laboratorium
(Louisenthal, Komsco, dan Fedrigoni) terhadap sampel kertas uang. Namun belum secara
keseluruhan pengujian dilakukan terhadap kandungan surJaze sizing yang mengandung
unsur gelatin, yaitu Fedrigoni untuk pecahan S dan Louisenthal untuk pecahan S dan T.
Selain itu BPK belum mengetahui secara jelas mengenai dasar/parameter pelaksanaan uji
laboratorium yang dilakukan terkait kandungan surJaze sizing yang ada dalam bahan.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan hasil Minutes of Meeting tentang "Panel Discussion
oj Current Indonesian Banknote Specification" tanggal 23 Mei 2013 antara BI, Perum
Peruri dan pemasok bahan uang yaitu:
a. Penetapan pH 6.0 (minimum) berdasarkan ISO 6588-1 2012
b. Eliminasi gelatin sebagai bahan perekat permukaan bahan uang digantikan dengan
PVOH (sepanjang tidak menurunkan kualitas akhir dan tidak terjadi permasalahan
setelah proses cetak dalam)
Permasalahan tersebut mengakibatkan risiko hasil cetak tidak sesuai dengan standar.
Hal tersebut disebabkan DPU tidak cermat dalam menyusun kontrak pengadaan bahan
uang.
Tanggapan - BI memberikan penjelasan sebagai berikut.
a. Pada saat penyusunan Perjanjian pembelian Kertas Uang dengan pemasok, terdapat
kesalahan entri pada lampiran spesifikasi. Dari 14 (empat belas) perjanjian yang ada, 7

1 'r.
Halaman 45 dari 59
(tujuh) perjanjian telah sesuai lampiran spesifikasi bahan uang sebagaimana diatur
dalam RKS (berdasarkan hasil workshop spesifikasi uang Rupiah yang dilakukan pada
23 Mei 2013), sementara terhadap 7 (tujuh) perjanjian lainnya terjadi kesalahan dalam
entri spesifikasi yang masih mengacu kepada spesifikasi bahan uang sebelum tahun
2013 yaitu terkait pH dan surface sizing. Seharusnya pH yang sesuai dengan spesifikasi
adalah 6 namun tertulis 5, sedangkan agent surface sizing seharusnya yang digunakan
hanya PVOH namun tertulis PVOH atau gelatin.
b. Terhadap kesalahan pencantuman pH, BI telah melakukan addendum melalui surat
No.19/5/DPU/Srt/Rhs tanggal 28 Februari 2017 perihal Technical Specification for
Indonesian Banknote Paper namun untuk agent surface sizing belum dilakukan.
c. Pada tanggal 8 Februari 2018, DPU telah meminta konfirmasi mengenai spesifikasi
bahan uang kertas kepada ketiga pemasok (Louisenthal, Komsco, dan Fedrigoni)
terkait dengan penggunaan surface sizing yang diterapkan pada saat produksi kertas
uang. Selanjutnya ketiga pemasok tersebut telah menyampaikanjawaban melalui surat
masing-masing tertanggal 6, 13 dan 14 Maret 2018 bahwa surface sizing yang
digunakan pada produksi kertas uang adalah PVOH dan bukan gelatin.
d. Untuk mendukung penjelasan dari ketiga pemasok tersebut, BI telah melakukan
pengujian laboratorium kepada Balai Besar Pulp dan Kertas (BPPK) dengan
menggunakan sampel kertas uang dari ketiga pemasok. Berdasarkan hasil pengujian
yang dilakukan oleh BPPK dengan menggunakan metode IK-Paskal-LK.PPU-87
sesuai laporan tanggal 19 Maret 2018 yang telah kami sampaikan. Sampel kertas uang
yang diuji tersebut menunjukkan hasil positifterhadap kandungan PVOH.
e. DPU akan berkoordinasi dengan satker DPS terkait dengan penyusunan Perjanjian
pengadaan berikutnya.
f. Bank Indonesia telah melakukan uji laboratorium di Universitas Gadjah Mada dengan
hasil negatif mengandung gelatin.
Rekomendasi - BPK merekomendasikan Gubernur BI agar memerintahkan Kepala DPU
untuk memberikan pembinaan kepada pegawai yang tidak cermat dalam menyusun kontrak
bahan uang.

1.8 Kelemahan Pengawasan Bank Indonesia atas Hasil Cetak Tidak Sempurna (HCTS)
Pelaksanaan produksi uang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan produksi dalam
rangka menghasilkan produk cetakan kertas berharga. Output yang dihasilkan oleh
Departemen Khazanah Verifikasi Uang Kertas (Khazverutas) Perum Peruri yaitu hasil
cetak yang tidak sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) atau
lebih dikenal dengan Hasil Cetak Tidak Sempurna (HCTS).
a. Bank Indonesia tidak segera memusnahkan Hasil Cetak Tidak Sempurna
(HCTS)
Berdasarkan hasil pemeriksaan PDTT Mata Uang Tahun 2016 dan pemeriksaan PDTT
Mata Uang Semester I Tahun 2017 terhadap fisik HCTS yang berada di Departemen
Uang Kertas (Dep Utas) Area Lini Baru dan Lini Existing Perum Peruri diketahui
bahwa:

Halaman 46 dari 59

\1-
1) Tanggal 18 Februari 2017 terdapat HCTS yang belum dilakukan pons bintang yaitu
pecahan X (masing-masing adalah X'16 sebesar 14.670.000 bilyet dan X'l1
sebesar 17.325.000 bilyet) di area lini baru serta beberapa pecahan lainnya
(pecahan S'OO, T'09, U'OI, V'05, W'04, X'05 dan Y'14) yang berada di lini
existing sebesar 8.146.850 bilyet.
2) Tanggal 22 November 2017 masih terdapat HCTS di gudang area lini baru yang
belum dilakukan pons bintang sebesar 96.155.243 bilyet dengan rincian yaitu
pecahan X' 16 sebesar 95.060.243 bilyet; pecahan V' 16 sebesar 945.000 bilyet dan
pecahan U' 16 sebesar 150.000 bilyet.
Pada tanggal 6 Maret 2018, BPK kembali melakukan pengamatan fisik melalui
walkthrough pada gudang area lini baru. Berdasarkan hasil walkthrough tersebut
diketahui bahwa HCTS yang belum dilakukan pons bintang, jumlahnya bertambah dari
periode sebelumnya, yaitu menjadi 129.540.243 bilyet, dengan rincian masing-masing
untuk pecahan X'16 sebesar 110.090.243 bilyet; pecahan U'16 sebesar 12.400.000
bilyet, dan pecahan T'16 sebesar 7.050.000 bilyet. Penyelesaian pesanan cetak TA
2016 terakhir diserahkan Perum Peruri kepada BI pada tanggal 14 Agustus 2017.
Penyimpanan HCTS di area lini baru ditempatkan pada khazanah bahan baku, yang
seharusnya ditempatkan pada khazanah produk akhir sehingga berpotensi mengganggu
penyimpanan dan pergerakan bahan baku.
Prosedur Perum Peruri Nomor PR.06.06 tangga14 Januari 2016 tentang Pengendalian
Produk dan Material Tidak Sesuai, di antaranya menyebutkan hal-hal berikut, yaitu:
Melakukan pons bintang dan mengemas untuk hasil cetak rusak (poin 10), Mengemas
ke dalam plastik, memberi label HCTS, memasukkan ke dalam drum untuk hasil cetak
rusak (poin 11), dan Memberi label HCTS untuk hasil cetak rusak (poin 12). Dengan
demikian, Perum Peruri baru akan menyerahkan HCTS kepada BI setelah diberikan
label dan dilakukan pons bintang. Ketentuan BI sendiri tidak menyebutkan tentang
kewajiban pemberian pons bintang terhadap HCTS ini.
Sedangkan dalam ketentuan BI yang mengatur mengenai pengelolaan uang Rupiah
(Peraturan Dewan Gubernur No.1 4113/PDG/20 12) maupun Standar Operasional dan
Prosedur Pengelolaan Uang HCS dan Uang HCTS yang ditetapkan oleh Kepala DPU
tidak mengatur mengenai pengelolaan HCTS yang masih berada di Perusahaan
Pencetakan Uang (PPU) sebelum diserahterimakan kepada BI. Hal tersebut menjadi
sangat penting mengingat jumlah HCTS yang ada cukup besar sehingga memerlukan
pengendalian serta pengawasan oleh Departemen yang bertanggungjawab terhadap
Pengelolaan Uang Rupiah.
b. Terdapat Hasil Cetak Tidak Sempurna (HCTS) dalam Hasil Cetak Sempurna
(HCS) yang diserahkan Perum Peruri kepada Bank Indonesia
Dalam rangka pencetakan uang Rupiah, Bank Indonesia menerima HCS uang Rupiah
sebagai hasil dari proses pencetakan yang dilakukan oleh Perum Peruri. Penerimaan
atas HCS tersebut dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh pejabat Departemen
Pengelolaan Uang (DPU) Bank Indonesia dengan disertai berita acara serah terima.
Setelah DPU menerima HCS tersebut dari Perum Peruri, selanjutnya DPU dalam hal
ini Divisi Pengelolaan Kontrak (DPK) akan melakukan uji sampling atas kualitas HCS
yang diterima. Uji sampling dilakukan untuk memastikan kualitas HCS sesuai dengan

Halaman 47 dari 59

~ 9-
spesifikasi teknis yang telah ditetapkan. Mekanisme Uji sampling yang dilakukan oleh
DPU mengacu padaPerjanjian Pelaksanaan Pencetakan Uang Rupiah TA 2016 - 2017
Nomor 18/3/DPU/P/RHS tanggal 17 Februari 2016 dan Pedoman Standar dan Metode
Pengujian Uang Rupiah Hasil Cetak Sempuma.
Dalam ketentuan tersebut menyebutkan bahwa pengambilan sampel minimal sebanyak
10.000 bilyet Uang Kertas/keping Uang Logam s.d. 40.000 bilyet Uang Kertas/keping
Uang Logam untuk setiap pecahan dari masing-masing peti/dus uang secara acak
(simple random sampling) pada pengiriman uang setiap bulannya. Metode simple
random sampling dilakukan dimana setiap anggota populasi memiliki kesempatan
yang sama untuk dipilih. Untuk pengujian yang valid, maka sampel harus diambil dari
setiap batch pencetakan uang.
Namun berdasarkan penjelasan DPK tanggal 8 Maret 2018 pada saat pelaksanaan
pemeriksaan fisik di Khazanah Karawang, sampel yang diambil dalam uji sampling
kualitas HCS adalah pada batchlhari pertama (setiap minggu) penerimaan HCS untuk
masing-masing pecahan. Jika dalam satu minggu terdapat beberapa batch penerimaan
atas satu pecahan tertentu, maka sampel diambil dari batch awallhari pertama dalam
minggu terse but.
Selanjutnya dalam uji sampling yang dilakukan oleh DPU terdapat HCTS dalam HCS
yang dikirimkan oleh Perum Peruri, maka DPU akan menyampaikan kondisi tersebut
kepada Perum Peruri untuk melakukan klarifikasi dan analisis. Perum Peruri kemudian
akan melaporkan hasil klarifikasi dan analisis tersebut kepada DPU. Berdasarkan
Berita Acara hasil uji sampling dan dokumen korespondensi antara BI dengan Perum
Peruri, diketahui BI dan Perum Peruri sepakat atas jumlah HCTS dalam HCS yang
dikirimkan oleh Perum Peruri tersebut.
Berdasarkan dokumen Laporan Bulanan Hasil Uji Sampling periode Bulan Januari s.d.
Desember 2017 diketahui terdapat jumlah HCTS dalam HCS yang dikirimkan oleh
Perum Peruri kepada BI dengan rincian pada tabel 3.17.
Tabel 3.17 HCTS yang Terdapat dalam Pengiriman HCS Tahun 2017

Pecahan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
UK Y'16 - - - - - - - 3 - 2 0 -
UK Y'14 6 - - - - - - - - - - -
UK W'16 - - 12 1 3 1 24 42 - 34 -
UKW'04 2 - - - - - - - - - - -
UK V'16 2 - 2 - 1 - - - - 2 2 -
UK V'05 2 3 - - - - - - - - - -
UK U'16 1 - 11 - 2 - - - - 3 -
UK U'01 7 1 - - - - - - - - - -
UK 1'16 193 - 4 2 - - 1 1 - 1 85 -
UK 1'09 1 - - - - - - - - - - -
UK S'OO 2 - - - - - - - - - - -
UK S'16 - 14 - 17 - - - - - - - -
UL Q'16 1 - - - - - - - - - - -
Jumlah 217 18 29 20 6 - 2 28 42 5 124 -
Jum/ah da/am satuan bl/yetlkeepmg

Halaman48 dari 50;-

~
Berdasarkan penjelasan dari Departemen Khazanah dan Verifikasi Uang Kertas Perum
Peruri, diketahui bahwa permasalahan terse but berasal dari proses verifikasi yang
dilakukan secara manual. Hampir sebagian besar HCTS yang ditemukan dalam HCS
tersebut merupakan uang pecahan kecil sebagaimana disajikan pada tabel 3.17 HCTS
dalam pengiriman HCS Tahun 2017. Hal ini dikarenakan terbatasnya kapasitas mesin sortir
yang dimiliki oleh Perum Peruri, sehingga untuk uang pecahan kecil dilakukan melalui
proses sortir secara manual. Pada satu sisi upaya Perum Peruri dalam memenuhi target
pengiriman HCS kepada BI, Perum Peruri mengerahkan lebih banyak personil yang ada
dalam rangka membantu proses verifikasi secara manual. Namun, karena tingginya tingkat
partial good sheet pada proses pencetakan sehingga mengharuskan Perum Peruri
melakukan upaya ekstra dalam proses verifikasi manual terse but.
Permasalahan atas HCTS yang terdapat dalam pengiriman HCS telah dikenakan denda oleh
BI dengan rincian sebagai berikut:
1) Periode Januari 2017 sebesar Rp1.665.300,00 melalui Surat No.19/194/DPU/SrtlB
tanggal18 Mei 2017
2) Periode Februari s.d. Mei 2017 sebesar Rp739.500,00 melalui Surat
No.19/444/DPU/SrtIB tanggal13 Oktober 2017.
3) Periode Juli s.d. September 2017 sebesar Rp2.966.000,00 melalui Surat
NO.20/29/DPU/Srt/B tanggal15 Februari 2018.
4) Periode Oktober s.d. November 2017 sebesar Rp1.660.500,00 melalui Surat
No.20165/DPU/Srt/B tanggal23 Maret 2018
Atas denda tersebut pembayaran telah dilakukan oleh Perum Peruri melalui mekanisme
pemotongan pada tagihan biaya cetak Perum Peruri.
Selain itu, ditemukan permasalahan HCTS yang telah beredar di masyarakat dengan rincian
sebagai berikut:
1) Berdasarkan faks BI kepada Peruri No. 19/159/DPU-DPKlFaks/B tanggal 23 Agustus
2017 diketahui terdapat dua lembar bilyet HCTS dari masyarakat dengan rincian
sebagai berikut.
Tabel 3.18 Rincian HCTS yang Beredar di Masyarakat

No. Pecahan I Tahun Emisi Tahun Cetak Nomor Seri


1 Y / 2014 2014 880679818
2 Y / 2004 2013 Tidak ada nornor seri

2) Berdasarkan faks BI kepada Peruri No. 19/226/DPU-DPKlFaks/B tanggal 5


Desember 2017 diketahui terdapat satu lembar bilyet HCTS dari masyarakat yaitu
pecahan Y Tahun Emisi 2016, tahun cetak 2017 dengan nomor seri MAF236448.

3) Ditemukan contoh HCTS yang beredar di masyarakat untuk pecahan U' 16 Tahun
cetak 2017 dengan nomor seri TC2360279 sebagai berikut:

Halaman 49 dari 59
Selain itu, ditemukan kondisi bahwa Perum Peruri terlambat memberikan hasil
laporan analisis dan klarifikasi atas HCTS dalam pengiriman HCS kepada BI untuk
periode Bulan September, Oktober dan November 2017 dengan rincian pada tabel
3.19.

Tabel 3. 19 Keterlambatan Penyampaian laporan Analisis dan Klarifikasi atas HeTS


No. Periode Laporan Analisis dan Keterlambatan
Klarifikasi Penyampaian
1 September 18 hari
2 Oktober 10 hari
3 November 10 hari

Kondisi terse but tidak sesuai dengan:


a. Addendum ketiga Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Pencetakan Uang Rupiah Tahun
Anggaran (TA) 2016-2017 antara BI dengan Perum Peruri No.l9/29/DPU/PIRHS
tanggal 24 Oktober 2017, dimana Perum Peruri memiliki kewajiban untuk
melaksanakan proses pencetakan uang Rupiah TA 2016-2017 dengan ruang lingkup
pekerjaan antara lain sebagai berikut:
1) Perum Peruri wajib melakukan serah terima Hasil Cetak Tidak Sempurna (HCTS)
Uang Kertas (UK) kepada BI dengan membuat Berita Acara Penyerahan dan
Penerimaan HCTS UK secara besaran (dalam brood) dengan disertai fisik UK
dimaksud. BI melakukan hitung ulang secara rinci (dalam bilyet) atas HCTS yang
diserahterimakan oleh Perum Peruri (Pasal14 ayat (1))
2) Sisa HCTS yang belum diserahkan dalam TA berjalan wajib diserahkan paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah pesanan cetak uang per pecahan diselesaikan oleh
PIHAK KED UA untuk pesanan cetak TA 2016 dan tanggal 31 Mei 2018 untuk
pesanan cetak TA 2017 (Pasal14 ayat (4)).
b. Addendum atas Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Pencetakan Uang Rupiah Tahun
Anggaran (TA) 2016-2017 antara BI dengan Perum Peruri No.19101lDPU/PIRHS
tanggal 31 Januari 2017, pada pasal 20 ayat (13) yang menyatakan bahwa Dalam hal
PIHAK KEDUA tidak dapat menyerahkan HCTS sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan atau sesuai persetujuan PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA dikenakan
sanksi berupa teguran tertulis.
c. Prosedur Perum Peruri Nomor PR.06.06 tanggal 4 Januari 2016 tentang Pengendalian
Produk dan Material Tidak Sesuai.
d. Hal tersebut tidak sesuai dengan Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Pencetakan Uang
Rupiah antara Bank Indonesia dengan Perum Peruri Tahun 2016 - 2017 Nomor
18/3/DPU/P/RHS tanggal 17 Februari 2016 pada:
1) Pasal 12 ayat (1) tentang Penyerahan Hasil Cetak Sempurna yang menyatakan
bahwa Perum Peruri wajib menyerahkan hasil pencetakan uang dalam bentuk HCS
sesuai dengan spesifikasi teknis uang sebagaimana tercantum pada lampiran
perjanjian; dan
2) Pasal 15 ayat 2 tentang Ketidaksesuaian Kualitas Hasil Cetak Sempurna
menyatakan bahwa Perum Peruri akan melakukan penelitian terhadap HCS yang
tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang disampaikan oleh Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan wajib menyampaikan hasil penelitian

Halaman 50 dari 59

~ If'
beserta HCS yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis dimaksud kepada Bank
Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak pemberitahuan tertulis dari Bank
Indonesia.
3) Pasal 20 pada:
a) Ayat (9) Apabila terdapat ketidaksesuaian kualitas HCS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) maka PIHAK KEDUA dikenakan sanksi
sebesar 1,5 (satu koma lima) kali dari nilai nominal yang tertera pada Pecahan
HCS yang ditemukan tersebut.
b) Ayat (10) Apabila terdapat HCS yang tidak sesuai kualitasnya yang ditemukan
di perbankan danJatau masyarakat maka PIHAK KEDUA dikenakan sanksi
sebesar 5 (lima) kali dari nilai nominal yang tertera pada Pecahan HCS yang
ditemukan tersebut.
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. Penumpukan HCTS yang tidak segera dimusnahkan di gudang Perum Peruri
menimbulkan risiko penyalahgunaan.
b. Beredamya Uang HCTS di masyarakat.
c. Terjadinya reputation risk terhadap Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang
menerbitkan uang Rupiah.
Hal tersebut disebabkan:
a. BI belum mengatur pengelolaan HCTS antara lain mengenai jangka waktu dan tata
cara pemusnahan.
b. BI belum sepenuhnya melaksanakan uji sampling sesuai dengan standar.
c. BI belum melakukan reviu secara periodik atas prosedur dan pelaksanaan pencetakan
yang dilakukan oleh Perum Peruri.
Tanggapan - BI memberikan penjelasan sebagai berikut.
a. Berdasarkan perjanjian, Perum Peruri wajib menyerahkan HCTS sesuai dengan tenggat
waktu yang dipersyaratkan yaitu 3 (tiga) bulan setelah penyerahan terakhir HCS setiap
pecahan. Target penyerahan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh Perum Peruri karena
keterbatasan kapasitas mesin pons bintang yang ada saat ini untuk melakukan
penandaan pada HCTS yang berasal dari area lini baru dan lama sebelum diserahkan
kepada BI.
b. Pada tahun 2016 Perum Peruri menyampaikan surat permohonan untuk dilakukan
review atas penggunaaan pons bintang pada HCTS dengan melakukan pengurangan
jumlah pons bintang sehingga dapat meningkatkan jumlah penyelesaian HCTS dan
mempercepat penyelesaian pemberian pons bintang pada HCTS. Atas hal tersebut
DPU akan menyarnpaikan tanggapan atas surat tersebut berupa pengurangan jumlah
pons pada HCTS dari 3 pons menjadi 1 pons.
c. Dengan 2 buah mesin pons bintang yang dimiliki saat ini hanya dapat menghasilkan
kapastias sebanyak 1,5juta bilyet per hari untuk 2 shift panjang (24 jam) sehingga s.d.
pemeriksaan oleh BPK di Perum Peruri masih terdapat ±129 juta bilyet HCTS yang
belum dipons bintang.
d. Saat ini Perum Peruri mencoba untuk melakukan modifikasi mesin pons dengan
menggunakan pons uang logam disarnpingjuga melakukan proses investasi mesin pons

Halaman 51 dari 59

~ ~
untuk mengcover pemberian tanda pons bintang untuk hasil produksi di lini baru dan
lama. Investasi mesin pons seharusnya sudah ada pada bulan Juni 2018 namun
mengalami kemunduran menjadi September 2018.
e. Sehubungan dengan hal tersebut kami telah melakukan serangkaian pembahasan
dengan Perum Peruri dan meminta Perum Peruri sebagai berikut:
1) Melaporkan sisa HCTS yang belum dipons bintang berdasarkan tahun pencetakan
(masing-masing untuk TA 2016 dan TA 2017).
2) Meminta konfirmasi penyelesaian HCTS dengan kondisi eksisting dan dengan
investasi dan rekayasa yang ada.
3) Meminta agar Perum Peruri menyampaikan bukti order/korespondensi kepada
vendor penyedia mesin pons sebagai tambahan dokumen pendukung
keterlambatan penyerahan HCTS kepada BI.
f. Telah dilakukan penguatan dari aspek compliance yaitu dengan pengenaan sanksi
kepada Perum Peruri apabila ditemukan HCTS pada uji sampling HCS oleh BI dan
temuan HCTS yang lolos ke masyarakat. BI telah melakukan upaya dengan melakukan
penyesuaian sebagai berikut:
1) Peningkatan jumlah sampel uji sampling
2) Peningkatan jumlah sanksi kepada Perum Peruri dari sebelumnya 1,5 kali menjadi
3 kali dari nilai nominal pecahan yang bersangkutan.
3) Meminta Perum Peruri untuk melakukan investasi mesin sortasi dan
menghilangkan pemeriksaan manual bilyet untuk mengantisipasi lolosnya HCTS
pada penyerahan HCS hasil pemeriksaan bilyet secara manual.
g. Ke depan kami akan melakukan upaya lebih terhadap pengendalian uji sampling
dengan melakukan review terhadap kesesuaian jumlah dan metode sampling yang ada
pada Pedoman Teknis Pelaksanaan Uji Sampling HCS. Di samping itu kami juga akan
mendorong Perum Peruri untuk melakukan perbaikan pengendalian terhadap sortir
manual dan mendorong Perum Peruri untuk mempercepat investasi mesin sortir serta
meniadakan unit pemeriksaan bilyet secara manual. Di samping itu kami akan
mengintensifkan pengawasan onsite pada tahap sortir Perum Peruri.
Rekomendasi - BPK merekomendasikan Gubernur BI agar memerintahkan Kepala DPU
agar:
a. Menyusun dan menetapkan pedoman tentang pengelolaan HCTS serta menyelesaikan
penumpukan HCTS yang belum dimusnahkan dengan memerintahkan kepada Perum
Peruri untuk mengoptimalkan penggunaan mesin BPS 2000 dalam sortasi dan meracik
HCTS.
b. Melakukan reviu secara periodik atas prosedur dan pelaksanaan pencetakan yang
dilakukan oleh Perum Peruri.
c. Memberikan pembinaan kepada pelaksana uji sampling agar melaksanakan uji
sampling sesuai dengan standar.

1.9 Bank Indonesia Belum Melakukan Pemeriksaan Fisik Uang Rupiah atas Rekening
Uang dalam Penelitian sebesar Rp18.877.200.000,OO
LKTBI 2017 menyajikan saldo uang dalam peredaran sebesar Rp694.844.759 juta,
diantaranya terdapat rekening uang dalam penelitian (UDP) sebesar RpI9.868.327.000,00,

Halaman 52 d~i 59q-


yang terdiri dari saldo di Kantor Pusat (KP) sebesar RpI9.277.872.000,00 dan Kantor
Perwakilan (KPw) sebesar Rp590.455.000,00. Saldo UDP pada aplikasi BISAK sebesar
Rp991.127.000,00 terdiri dari saldo di KP sebesar Rp400.672.000,00 dan KPw sebesar
Rp590.455.000,00 sehingga terdapat selisih di KP sebesar RpI8.877 .200.000,00
(RpI9.277.872.000,00 Rp400.672.000,00). Terhadap jumlah UDP sebesar
Rp400.672.000,00 telah dilakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan BA Divisi Pengelolaan
Uang Keluar dan Divisi Pengelolaan Uang Masuk tanggal 29 Desember 2017. Dengan
demikian masih terdapat saldo rekening UDP sebesar RpI8.877.200.000,00 yang belum
dilakukan pemeriksaan fisiko
Dari hasil pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa selisih saldo rekening UDP antara BI-
SOSA dengan BISAK sebesar RpI8.877.200.000,00 merupakan saldo rekening UDP yang
dikelola satker non kas dan tidak dicatat dalam BISAK, sebagai berikut.
No Satker Saldo (Rp) Keterangan
1 Divisi-1 46.700.000,00
2 Divisi-2 112.227.000,00
3 Divisi Pengelolaan Kontrak 18.718.273.000,00 Rp18.705.673.000,OO untuk uji sampling di
laboratorium Uang dan Bahan Uang DPU;
Rp12.600.000,00 untuk uji sampling di
laboratorium Perum Peruri
Jumlah 18.877 .200.000,00

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Kepala Departemen Keuangan Bank
Indonesia Nomor:19/11 KEP.KADEP.DKEU/INTERN 2017 tanggal 20 November 2017
tentang Penutupan Tahun BukulTahun Anggaran Bank Indonesia ke-19 (2017)
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Departemen Keuangan Bank
Indonesia Nomor 19/21 KEP.KADEP.DKEU/INTERN 2017 tanggal 12 Desember 2017
pada Lampiran I Bagian F Kegiatan dalam rangka penyajian LKTBI menyatakan, antara
lain "Divisi .... Melaksanakan cek fisik uang (cash opname) yang dikelola",
Permasalahan tersebut mengakibatkan adanya risiko saldo rekening Uang Dalam Penelitian
dalam LKTBI Tahun 2017 unaudited belum menggambarkan kondisi yang sebenamya.
Hal tersebut disebabkan DPU belum menatausahakan seluruh uang Rupiah dalam aplikasi
BISAK dan belum mengatur pemeriksaan fisik atas uang Rupiah di khazanah pihak lain.
Tanggapan - BI memberikan penjelasan sebagai berikut.
a. Setelah dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian HCS dan/atau proses uji
kualitas HCS, fisik HCS dititipkan di Khazanah Perum Peruri karen a Unit Penerima
HCS DPK belum memiliki khazanah tersendiri. Uang HCS dalam rangka uji kualitas
tersebut diadministrasikan dalam rekening 294 "Uang Dalam Penelitian".
b. Pelaksanaan stock opname pada tanggal 2 Januari 2018, dilakukan kepada HCS yang
telah tercatat pada rekening 010 baik yang disimpan dalam khazanah BI maupun yang
dititipkan dalam khazanah Perum Peruri. Sedangkan uang HCS hasil uji sampling HCS
yang diadministrasikan dalam rekening 294 "Uang Dalam Penelitian" dan disimpan di
Khazanah Perum Peruri, tidak dilakukan pemeriksaan fisik oleh Pimpinan DPU.
Namun demikian untuk posisi yang mencerminkan saldo di akhir tahun uang HCS
tersebut telah dilakukan stock opname oleh pejabat pengawas selevel Manajer terakhir
pada tanggal 28 Desember 2017 untuk uang yang dititipkan di khazanah Perum Peruri
dan tanggal 3 Januari 2018 uang yang disimpan pada lemari besi laboratorium uang

Halaman 53 dari 59

~r;t
dan bahan uang DPU. Berdasarkan hasil rekonsiliasi oleh pejabat selevel Manajer,
jumlah fisik uang dengan jumlah uang yang tercatat pada BI SOSA telah sesuai.
c. Kewajiban Pimpinan DPU (Kepala Departemen maupun Kepala Grup) untuk
melakukan pemeriksaan fisik uang sebagaimana diatur dalam SE NO. 17/42/INTERN
tanggal 29 September 2015 tentang Pengelolaan Khazanah Bank Indonesia, adalah
pemeriksaan fisik dalam khazanah kas Besar dan kas harian baik di komplek BI
maupun di luar komplek BI. Adapun pemeriksaan uang titipan di khazanah pihak lain
oleh Pimpinan DPU belum diatur dalam ketentuan dimaksud.
d. Selanjutnya dalam petunjuk teknis pengelolaan pengaturan terkait pelaksanaan stock
opname pada akhir tahun untuk uang hasil cetak sempuma dan uang hasil cetak tidak
sempumajuga belum diatur mengenai kegiatan pemeriksaan fisik HCSyang dititipkan
pada khazanah Perum Peruri oleh Pimpinan DPU.
e. Namun demikian dengan memperhatikan prinsip governance, untuk kedepan
pemeriksaan fisik uang hasil sampling yang dititipkan di khazanah Peruri akan
dilakukan pemeriksaan oleh Pimpinan DPU yang akan diatur dalam petunjuk teknis
pengelolaan uang hasil cetak sempuma dan hasil cetak tidak sempuran yang mengacu
kepada prinsip-prinsip dalam SE NO. 17/42/INTERN tanggal 29 September 2015.
Rekomendasi - BPK merekomendasikan Gubemur BI agar memerintahkan Kepala DPU
supaya melakukan pemeriksaan fisik atas seluruh UDP setiap akhir periodik sesuai dengan
ketentuan.

2. PENGELUARAN RUPIAH
Bank Indonesia tidak melakukan Pengeluaran Rupiah Emisi Baru pada tahun 2017.

3. PEMUSNAHAN RUPIAH
Hasil pemeriksaan atas Pemusnahan Rupiah Tahun 2017 menunjukkan satu permasalahan
sebagai berikut.

3.1 Perbedaan Data Pemusnahan Uang Rupiah Tahun 2017 antara PBI No.
20/01lPBI/2018 dengan Data BI-SOSA dan Data BISAK
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang pada Pasal 18 ayat (2)
menyatakan bahwa jumlah dan nilai nominal Rupiah yang dimusnahkan ditempatkan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Bank Indonesia telah menetapkan jumlah dan nominal Rupiah yang dimusnahkan Tahun
2017 dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 20101/PBI/2018 yang ditempatkan
dalam Lembaran Negara No.7 Tahun 2018. Uang Rupiah yang dimusnahkan Tahun 2017
sebesar Rp254.l43.277,26 juta yang terdiri dari Uang Rupiah Kertas sebanyak
7.722.298.760 bilyet dengan nilai nominal Rp254.114.l99,08 juta dan Uang Rupiah
Logam sebanyak 90.019.000 keping dengan nilai nominal Rp29.078,18juta.
Pembukuan transaksi pemusnahan Rupiah dicatat dalam aplikasi Bank Indonesia
Sentralisasi dan Otomasi Sistem Akunting (BI-SOSA) sebagai bagian dari transaksi yang
mempengaruhi saldo rekening Kas dan Rekening Pembuatan Uang serta Surplus/Defisit
untuk uang yang sudah dicabut dari peredaran yang disajikan dalam Laporan Keuangan
Tahunan Bank Indonesia (LKTBI)

Halaman 54 dari 59

~ 1:
Pencatatan transaksi pemusnahan Rupiah juga dilakukan dalam Bank Indonesia
Sentralisasi Administrasi Kas (BISAK) yang mencatat semua transaksi pengelolaan uang
Rupiah. Pemusnahan Rupiah dilakukan dengan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
merupakan data pemusnahan uang Rupiah yang dilakukan dengan menggunakan Mesin
Sortasi Uang Kertas dengan fungsi Racik (MSUK-R) dan Mesin Racik Uang Kertas
(MRUK) untuk setiap pecahan di seluruh kantor Kas. Data pemusnahan pada BISAK hanya
dapat menyajikan nilai pemusnahan uang Rupiah kertas namun tidak ada nilai pemusnahan
untuk uang Rupiah logam.
Hasil pemeriksaan atas jumlah dan nilai nominal uang Rupiah yang dimusnahkan tahun
2017 dengan membandingkan data pada PBI, BI-SOSA dan BISAK menunjukkan adanya
perbedaan sebagaimana pada tabe13.20.
Tabel 3. 20 Perbandingan Data Pemusnahan antara PSI, BI-SaSA dan SISAK
No Sumber Data Nominal (Rp)
1 PSI 254.143.277.252.900,00
2 SI-SOSA 254.113.741.152.900,00
3 SISAK 254.004.029.820.900,00

Hasil pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan hal-hal sebagai berikut.


a. Perbedaan Data Pemusnahan Rupiah antara BI-SOSA dengan PBI
Data pemusnahan uang dari BI-SOSA diperoleh dari transaksi pengurangan saldo
Rekening Pembuatan uang (SOx) untuk Uang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan
kategori yang masih berlaku di peredaran, baik uang kertas maupun uang logam.
Sementara itu, untuk UTLE dengan kategori telah dicabut dan ditarik dari peredaran
setelah masa 5 tahun kedua diperoleh dari transaksi pembebanan ke Surplus/Defisit
dari Rekening Eks Uang Pasca Pencabutan (220.061), untuk uang kertas dan uang
logam.
Hasil analisis atas data pemusnahan uang Rupiah berdasarkan transaksi dalam aplikasi
BI-SOSA dan membandingkan dengan data PBI menunjukkan rincian perbedaan
antara data BI-SOSA dengan PBI sebagai berikut.
Tabel 3. 21 Perbandingan Data Pemusnahan antara PSI dengan SaSA

PBI SOSA SeJisihPBI - SOSA


Pecahan
Ribu Rp BilyetiKeping Ribu Rp BilyetiKeping Ribu Rp BilyetiKeping
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (2) - (4) (7) = (3) - (5)
Uang Rupiah Kertas
100.000 129.907.166.000,00 1.299.071.660 129.877.629.900,00 1.298.776.299 29.536.100,00 295.361
50.000 94.695.346.950,00 1.893.906.939 94.695.346.950,00 1.893.906.939 - -
20.000 10.124.646.020,00 506.232.301 10.124.646.020,00 506.232.301 -
10.000 9.400.529.560,00 940.052.956 9.400.529.560,00 940.052.956 - -
5.000 6.588.521.170,00 1.317.704.234 6.588.521.170,00 1.317.704.234 - -
2.000 3.265.319.858,00 1.632.659.929 3.265.319.858,00 1.632.659.929 - -
1.000 132.669.038,00 132.669.038 132.669.038,00 132.669.038 - -
500 389,50 779 389,50 779 - -
100 92,40 924 92,40 924 - -
Jumlah 254.114.199.077,90 7.722.298.760 254.084.662.977,90 7.722.003.399 29.536.100,00 295.361

Halaman 55 dari 59

~ rr
PBI SOSA Selisih PBI - SOSA
Pecahan
Ribu Rp BilyetiKeping Ribu Rp BilyetiKeping Ribu Rp BilyetiKeping
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (2) - (4) (7) = (3) - (5)
Uang Rupiah Logam
1.000 1.679.000,00 1.679.000 1.679.000,00 1.679.000 - -
500 21.250.000,00 42.500.000 21.250.000,00 42.500.000 - -
200 3.466.000,00 17.330.000 3.466.000,00 17.330.000 - -
100 2.600.800,00 26.008.000 2.600.800,00 26.008.000 - -
50 43.350,00 867.000 43.350,00 867.000 - -
25 38.500,00 1.540.000 38.500,00 1.540.000 - -
10 100,00 10.000 100,00 10.000 - -
5 425,00 85.000 425,00 85.000 - -
Jumlah 29.078.175,00 90.019.000 29.078.175,00 90.019.000 - -
TOTAL 254.143.277 .252,90 7.812.317.760,00 254.113.741.152,90 7.812.022.399,00 29.536.100,00 295.361

Hasil penelusuran lebih lanjut atas transaksi BI-SOSA diketahui bahwa nilai selisih
tersebut sarna dengan transaksi debet rekening 800000956980 tanggal 27 Februari
2017 di KPw Malang dengan Warkat No. 19/MLlJKT/637 dan Transaksi No.
9802017022702771. Pada tanggal yang sarna terdapat transaksi kredit reverse jumal
kas dengan Warkat No. 19/MLlJKT/644 dan Transaksi No. 9802017022703354.
Dengan dernikian selisih antara PBI dengan BI-SOSA tersebut diindikasikan
rnerupakan transaksi reverse jurnal yang belurn diperhitungkan dalarn PBI.
b. Perbedaan Data Pemusnahan Rupiah antara PBI dengan BISAK
Data pernusnahan Rupiah dari BISAK diperoleh dari data PTTB untuk uang Rupiah
kertas. Sedangkan data pernusnahan uang Rupiah logarn tidak tersedia dalam BISAK.
Hasil analisis atas data pemusnahan uang Rupiah berdasarkan transaksi dalam aplikasi
BISAK dan rnembandingkan dengan data PBI menunjukkan rincian perbedaan antara
data BISAK dengan PBI sebagai berikut.
Tabel 3. 22 Perbandingan Data Pemusnahan antara PBI dengan BISAK

PBI BISAK Selisih PBI - BISAK


Pecahan
Ribu Rp BilyetiKeping Ribu Rp BilyetiKeping Ribu Rp BilyetiKeping
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (2) - (4) (7) = (3) - (5)
Uang Rupiah Kertas
100.000 129.907.166.000,00 1.299.071.660 129.890.808.500,00 1.298.908.085 16.357.500,00 163.575
50.000 94.695.346.950,00 1.893.906.939 94.607.186.550,00 1.892.143.731 88.160.400,00 1.763.208
20.000 10.124.646.020,00 506.232.301 10.124.148.700,00 506.207.435 497.320,00 24.866
10.000 9.400.529.560,00 940.052.956 9.398.940.670,00 939.894.067 1.588.890,00 158.889
5.000 6.588.521.170,00 1.317.704.234 6.586.143.810,00 1.317.228.762 2.377.360,00 475.472
2.000 3.265.319.858,00 1.632.659.929 3.264.158.310,00 1.632.079.155 1.161.548,00 580.774
1.000 132.669.038,00 132.669.038 132.642.799,00 132.642.799 26.239,00 26.239
500 389,50 779 389,50 779 - -
100 92,40 924 92,40 924 - -
Jumlah 254.114.199.077,90 7.722.298.760 254.004.029.820,90 7.719.105.737 110.169.257,00 3.193.023
Uang Rupiah Logam
1.000 1.679.000,00 1.679.000 - - 1.679.000,00 1.679.000
500 21.250.000,00 42.500.000 - - 21.250.000,00 42.500.000

Halaman 56 dari 59

~ ~
PBI BISAK Selisih PBI - BISAK
Pecahan
Ribu Rp BilyetiKeping Ribu Rp BilyetiKeping Ribu Rp BilyetiKeping

(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (2) - (4) (7) = (3) - (5)
200 3.466.000,00 17.330.000 - - 3.466.000,00 17.330.000
100 2.600.800,00 26.008.000 - - 2.600.800,00 26.008.000
50 43.350,00 867.000 - - 43.350,00 867.000
25 38.500,00 1.540.000 - - 38.500,00 1.540.000
10 100,00 10.000 - - 100,00 10.000
5 425,00 85.000 - - 425,00 85.000
Jumlah 29.078.175,00 90.019.000 - - 29.078.175,00 90.019.000
TOTAL 254.143.277.252,90 7.812.317.760 254.004.029.820,90 7.719.105.737 139.247.432,00 93.212.023

Data pemusnahan Rupiah pada aplikasi BISAK tidak mengakomodasi pemusnahan


uang Rupiah logam, sehingga yang dapat dibandingkan adalah data pemusnahan uang
Rupiah kertas.
c. Perbedaan Data Pemusnahan Rupiah antara SOSA dengan BISAK
Hasil analisis atas data pemusnahan uang Rupiah berdasarkan transaksi dalam aplikasi
BI-SOSA dan membandingkan dengan data BISAK menunjukkan rincian perbedaan
antara data BI-SOSA dengan data BISAK sebagai berikut.
Tabel 3. 23 Perbandingan Data Pemusnahan antara SOSA dengan BISAK

SOSA BISAK Selisih SOSA - BISAK


Pecahan
Ribu Rp BilyetiKeping Ribu Rp BilyetiKeping Ribu Rp BilyetiKeping
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (2) - (4) (7) = (3) - (5)
100.000 129.877.629.900,00 1.298.776.299 129.890.808.500,00 1.298.908.085 (13.178.600,00) (131.786)
50.000 94.695.346.950,00 1.893.906.939 94.607.186.550,00 1.892.143.731 88.160.400,00 1.763.208
20.000 10.124.646.020,00 506.232.301 10.124.148.700,00 506.207.435 497.320,00 24.866
10.000 9.400.529.560,00 940.052.956 9.398.940.670,00 939.894.067 1.588.890,00 158.889
5.000 6.588.521.170,00 1.317.704.234 6.586.143.810,00 1.317.228.762 2.377.360,00 475.472
2.000 3.265.319.858,00 1.632.659.929 3.264.158.310,00 1.632.079.155 1.161.548,00 580.774
1.000 132.669.038,00 132.669.038 132.642.799,00 132.642.799 26.239,00 26.239
500 389,50 779 389,50 779 - -
100 92,40 924 92,40 924 - -
Jumlah 254.084.662.977 ,90 7.722.003.399 254.004.029.820,90 7.719.105.737 80.633.157,00 2.897.662
1.000 1.679.000,00 1.679.000 - - 1.679.000,00 1.679.000
500 21.250.000,00 42.500.000 - - 21.250.000,00 42.500.000
200 3.466.000,00 17.330.000 - - 3.466.000,00 17.330.000
100 2.600.800,00 26.008.000 - - 2.600.800,00 26.008.000
50 43.350,00 867.000 - - 43.350,00 867.000
25 38.500,00 1.540.000 - - 38.500,00 1.540.000
10 100,00 10.000 - - 100,00 10.000
5 425,00 85.000 - - 425,00 85.000
Jumlah 29.078.175,00 90.019.000 - - 29.078.175,00 90.019.000
TOTAL 254.113.741.152,90 7.812.022.399,00 254.004.029.820,90 7.719.105.737 109.711.332,00 92.916.662

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Undang-Undang No.7 Tahun 2011 tentang Mata
Uang, Pasal 1 Ayat (10) yang menyatakan bahwa Pengelolaan Rupiah adalah suatu
kegiatan yang mencakup Perencanaan, Pencetakan, Pengeluaran, Pengedaran, Pencabutan

Halaman 57 dari 59

~ IT
dan Penarikan, serta Pemusnahan Rupiah yang dilakukan secara efektif, efisien, transparan,
dan akuntabel.
Permasalahan tersebut mengakibatkan nilai pemusnahan uang Rupiah Tahun 2017 belum
dapat dipastikan yang sebenamya.
Hal tersebut disebabkan DPU belum melakukan pengendalian yang memadai dalam
menetapkan nilai pemusnahan uang Rupiah.
Tanggapan - BI memberikan penjelasan bahwa sampai dengan tanggal 20 April 2018,
bahwa Tim Teknis DPU telah memberikan penjelasan kepada Tim Teknis BPK yang
disertai dengan penyampaian softcopy kertas kerja pemusnahan uang tahun 2017.
Selanjutnya dapat disampaikan penjelasan perbedaan data antara PBI, BI-SOSA dan
BISAK sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil rekonsiliasi antara mutasi debet BI-SOSA dengan BISAK khususnya
untuk uang yang masih berlaku (rekening 80x) diperoleh data sebesar
Rp254.l26.787.559.000,00 sedangkan berdasarkan hasil perhitungan BI-SOSA Tim
BPK diperoleh data sebesar Rp254.097 .251.459 .000,00 sehingga terdapat selisih
Rp29.536.l00.000,00. Sementara itu, untuk hasil rekonsiliasi antara mutasi debet BI-
SOSA dengan BISAK khususnya untuk uang yang telah dicabut dan ditarik dari
peredaran (rekening 220.061) diperoleh data sebesar Rp16.489.693.900,00 sedangkan
berdasarkan hasil perhitungan BI-SOSA Tim BPK diperoleh data sebesar
RpI6.489.693.900,00 sehingga tidak terdapat selisih atau nihil.
b. Perbedaan antara PBI dengan BISAK disebabkan terdapat beberapa satker kas yang
melakukan pembukuan langsung di BI-SOSA. Satker kas yang membuku langsung di
BI-SOSA adalah KPw Provo Papua, DPU-FAT (sebanyak 3 kali), KPw Provo Sumatera
Barat, KPw Cirebon, KPw Malang, KPw Prov. Banten dan DPU-KOC (pemusnahan
uang logam) dengan total sebesar RpI39.247.432.000,00.
c. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat beberapa satker kas yang
melakukan pembukuan langsung di BI-SOSA dengan total sebesar
RpI39.247.432.000,00. Apabila dibandingkan dengan hasil perhitungan BI-SOSA Tim
BPK terdapat selisih sebesar Rp29.536.1 00.000,00 pada pecahan Rp 100.000,00.
d. Dari Penjelasan tersebut di atas, dapat kami sampaikan bahwa:
1) Angka yang menjadi acuan data pemusnahan uang Rupiah adalah bersumber dari
BI-SOSA sebesar Rp254.113.741.152.900,00.
2) Selisih antara data pemusnahan yang telah dipublikasikan dalam PBI sebesar
Rp254.143.277.252.900,00 dengan angka pada BI-SOSA pada butir a diatas adalah
sebesar Rp29.536.1 00.000,00:
Rekomendasi - BPK merekomendasikan Gubemur BI agar:
a. Memerintahkan Kepala DPU untuk menyusun dan menetapkan SOP dalam menetapkan
jumlah dan nominal uang Rupiah yang dimusnahkanan yang antara lain mengatur
sumber data, alur data dan perhitungannya.
b. Memerintahkan Kepala DAI untuk melakukan pemeriksaan investigasi untuk
memastikan nilai pemusnahan uang Rupiah yang sebenamya.
c. Melakukan revisi nilai pemusnahan uang Rupiah dalam PBI sesuai dengan hasil
investigasi DAI.

Halaman 58 d~i 59,,-


BABIV
PEMANT AUAN TINDAK LANJUT REKOMENDASI BASIL PEMERIKSAAN

Dalam pemeriksaan atas pencetakan, pengeluaran dan pemusnahan Rupiah Tahun 2017,
BPK juga melakukan pemantauan tindak lanjut yang dilakukan BI atas rekomendasi hasil
pemeriksaan yang telah disampaikan dalam LHP atas Pencetakan, Pengeluaran dan
Pemusnahan Rupiah Tahun 2012 s.d. 2016.
Pemantauan dilakukan atas 38 temuan yang terdiri dari 73 rekomendasi. Berdasarkan hasil
pemantauan, sebanyak 56 rekomendasi (76,71%) telah selesai ditindaklanjuti, 12
rekomendasi (16,44%) belum selesai dan masih dalam proses tindak lanjut, serta 5
rekomendasi (6,85%) belum ditindaklanjuti.
Tabel 4. 1 Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan

Tahun Temuan Rekomendasi Selesai Dalam Proses Belum Tidak Dapat


2012 8 14 14 - - -
2013 6 13 11 2 - -
2014 7 12 8 - 4 -
2015 11 22 15 6 1 -
2016 6 12 8 4 - -
Jumlah 38 73 56 12 5 -
Rincian hasil pemantauan atas tindak lanjut tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.

Halaman 59 dari 59 7
~
DAFTAR SINGKATAN

BA Berita Acara
BAPHPUK Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pemusnahan Uang Kertas
BAPPUK Berita Acara Pelaksanaan Pengolahan Uang Kertas
BAPPUK-MSUK: Berita Acara Pelaksanaan Pemusnahan Uang Kertas dengan
menggunakan Mesin Sortasi Uang Kertas
BAPUPUK Berita Acara Pelaksanaan Uji Petik Uang Kertas
BI Bank Indonesia
BISAK Bank Indonesia Sentralisasi Administrasi Kas
BI-SOSA Bank Indonesia Sentralisasi Otomasi Sistem Akunting
BPK Badan Pemeriksa Keuangan
BPPK Balai Besar Pulp dan Kertas
Botasupal Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu
BUMN Badan Usaha Milik Negara
B/L Bill of Lading
CCTV Closed Circuit Television
CIF Cost, Insurance, and Freight
CFR Cost and Freight
CMP Clean Money Policy
dhi. Dalam hal ini
DKEM Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
DPS Departemen Pengadaan Strategis
DPU Departemen Pengelolaan Uang
ECM Error Correction Model
EKU Estimasi Kebutuhan Uang
EUR Euro
GKPU Grup Kebijakan Pengelolaan Uang
HCS Hasil Cetak Sempuma
HCTS Hasil Cetak Tidak Sempurna
HUM Hitung Ulang Manual
ISN Iron Stock Nasional
KOC Kantor Operasional Cilangkap
KP Kantor Pusat
KPwBI Kantor Perwakilan Bank Indonesia
KU Kertas Uang
LHP Laporan Hasil Pemeriksaan
LKTBI Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia
LU Logam Uang
MRUK Mesin Racik Uang Kertas
MSUK Mesin Sortasi Uang Kertas
MSUK-R Mesin Sortasi Uang Kertas dengan fungsi Racik
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
No. Nomor
PBI Peraturan Bank Indonesia
PDB Produk Domestik Bruto
PDG Peraturan Dewan Gubemur
Perum Peruri Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia
PgUK Pengelolaan Uang Keluar
PP Peraturan Pemerintah
PPN Pajak Pertambahan Nilai
PPU Perusahaan Pencetakan Uang
RBU Rencana Bahan Uang
RCU Rencana Cetak Uang
RDG Rapat Dewan Gubemur
RKS Rencana Kerja dan Syarat
Rp Rupiah
s.d. Sampai dengan
SE Surat Edaran
SPPPUK Surat Penetapan Pelaksanaan Pemusnahan Uang Kertas
SPPUPUK Surat Penetapan Pelaksanaan Uji Petik Uang KErtas
STPUK Surat Tugas Pengolahan Uang Kertas
TLE Tidak Layak Edar
TUB Tata Usaha Bayangan
UK Uang Kertas
UL Uang Logam
UPB Uang Pecahan Besar
UPK Uang Pecahan Kecil
USD United States Dollar
UTLE Uang Tidak Layak Edar
UU Undang-Undang
GLOSARIUM

Assessment Penilaian
Audit mode Mode pengolahan secara audit atau tanpa melakukan peracikan
uang
Bill of Lading Dokumen pengiriman barang
Bottom up Metode analisis dari bawah ke atas
Brood 1.000 lembar
Building stock Proses penyediaan uang untuk diedarkan ke masyarakat
Check and balances Aturan dan proses yang memungkinkan sistem dan lingkungan
yang tepat untuk tata kelola yang seimbang dan terkontrol
Control room Ruang kontrol CCTV
Conveyor Bagasi berjalan tempat uang yang akan dimusnahkan
Error/Randomness Tingkat kesalahan atau faktor lain di luar faktor yang diuji
Error Correction Model koreksi kesalahan yaitu model ekonometri yang
Model mendasari penggunaan model runtun waktu
Forwarding Jasa pengurusan barang impor
Good governance Tata kelola pemerintahan yang baik
Goods over Kelebihan RCS yang dicetak
Inflow Arus uang yang masuk ke BI dari masyarakat, baik dari setoran
bank, penukaran uang dan penarikan uang yang dicabut dari
peredaran
Inschiet Toleransijumlah RCTS terhadap jumlah RCS yang dinyatakan
dalam persentase
Land intransit Asuransi terhadap segala risiko kehilangan atau kerusakan
insurance barang pada pengangkutan j alur darat
Local cost Biaya harus yang dikeluarkan terkait kegiatan di dalam negeri
Marine cargo Muatan angkutan laut
Outflow Jumlah arus uang yang keluar dari BI ke masyarakat
Sampling Proses dan cara mengambil sampel/contoh untuk menduga
keadaan suatu populasi
Security feature Fitur keamanan yang diterapkan pada uang atau bahan uang
Soil Level Tingkat kelusuhan uang
Stock Opname Penghitungan fisik persediaan bahan uang
Time Series Runtun waktu
Top Down Metode analisis dari atas ke bawah
Walkthrough Pengamatan langsung atas kegiatan pengawasan dan
pengamanan proses pencetakan uang
Workshop Lokakarya
I"t')

c: 0;:
...c:'" 1'0
"0

..
'" .-1

~ C
1'0
E
1'0
ro
::t:

....
00

.......

c
'"~..c:
~~~~ s
o '2 ~ z
... '" c:
~~~
E«~~--------------------------~--------~--------~------+---------~
~ ~~
.,
.a ~ "It
:; E:; z.-4
~~i~~ ~ ~ ~ +- ~
~ c ~:::
c:
'"
::I ...

~~~
!Hi~:::I
H~
~~C !::J

~~ ~o
z ....
.. c:
"C
On;
..
g
::I ...

~~ ~~--------------------------~~------+---------+-------,_--------~

:::I
~
Z
:::l
:I:
«
t-
:I:
«
ii:
:::l
a:
Z
«
:I:
«
z
s
~z
«
c
~
«
@
I!l

~

~
8
~
~
~
:::l
!Z
~
It!
z
«
:::l
s
t-
~
I!l
sc
~a:
~
;2 ~
«
~ ~
z
Z
r-,
....
0
'"=
0..
«
\!l
N z
Z Z
«
§ ~ ~a:
~
«
~ cc
~
~ ""tfl t-
c
=> ~~
«
~ :I:
~
~
Z
« '"
«
c
\!l Z
i=
~~ z
:3 z ~
~8 :::l

lQz
ii:~
~~ ~ ffi~
~ ~
W::::l
I ~
lQ

~
~
~a:
0..0..
ZW
«'"
0
a~v;
Oi=zVi ~::E
s =>z«o
c:(wt-c... Z
o
ro rt)
.-i .~
c
e
00.. ...
en
-0
N
C
E ro
5 E
ro
iii
:::c

c
'"
]. ....
E ...
~
c
'"
lll'..c
!~~~~
1j~Z
"i=~~...",

~~<:~~~--~--------------------------------+-------4------+------t-----~----~----------------~
o ~~

~~ ~ 0
101 C z""
~".><~
~ ~ ~~----4---------------------------------~------+------+------~----4------+----------------~

~z ,...

c
'"
.; U')

:5

o
z
M

n:l
"0
M
.c:
...o
'"
n:l
E
n:l
N
(ij
:r

I:
CO
"[ ....
....
j
I:
co

1iI~ ._
~.~~~~
c.~ ~ z
"" co I:

~~ ~
~~<J:-E~~~-----------------------------------+---------+---------t~

..
....

'ji
::
Z
..

o
Z
I~~
I. '"

In
IH~
Ira
lQ."'O
GJ I:
fO
c:
ro
E
ro
"iii
:x:

....
00

c
'"
"'5
....
j ....

~:;:
Nl
Z M
:l o
N
:I:
~
:I:
c:
::J
« ..r::.
c:: ro
I-
iil ::::>
z
«
:I:
~
«
~
:l
5
0..

~Z
«
0


a
\!l

~
~
8
~
:a
~
~Z
:l
I
~
~z
«
:l

~
:3
~
\!l

0
~ c

~ '"
'; &1\

~1i2 ~

~
~ :a
«
~ ~
Z 1::
co
Z
<t
\!l
....
..... Z
Z a
« N
c ~1i2
~-c ::J
.c:
{!
~ ~ ~
::J
~a
::J
:=;1=
~B:
~
« ~ :I:

~
Z
<t '"« 0
\!l Z
Z j:::
« Z z
~« :3
;;:: z<t
Z «
:l

!Q
<t
H «<t~Z
ii: ~ ii:<t""Z

I
z
~ ~~
~~~~
w~
~
~
<t !:::~::JO
a
;a Oi=::I:~
::Jz«UJ
«UJ!-c..
~~ o
z
rt'l
.;::
ro
-c
N
C
ro
'"
." E
'"
Co ro
ro
:I:

.....

......

.. c
~.c

!~~~~
Q.~ ~ Z

~~m
~~~~:~~~------------------------4-----------+-----------~------+---------------------------+------
2l !l!!l
.~
'!; d' ~~
!~
~
.... CD C

~ ~ E '"
~ _.-4
~~---+~~-------------------------+-----------+----------~------~---------------------------+----~
~ :; ~
E~ i= 'OJ
d p.~~
;~~~
~H
Q !l:::

~~ :! 0
~ ~ z.-4
.. 0

~~ ~~--------------------------+-----------~--------~--------~--------------------------+-----~

o
Z
m
..
C
to
c
I!
.;:
n:1
-0
m
c
~ E
n:1
(ij
::c

..... I
!

C
to

I ....
...

......

m
M
o
N
C
:::l
s:
n:1
I-
:::>
~
5
Cl..

] ....
z

~ ID
'"...
c ~
'"c""O:::J .~ cc~~~~

m~
~~ -E ~

;mt
~ ~ :J
c
""Co

e
.il!
I! LI\
c: "'~..Q
~~~~~~
:::>
~] ~ ~> ~~~~]~
:J:
I... c
ru
Qj
("CI
c:
]~~~.g~
~ E E s ~~~~;~
.~~ ~ ~ E ~ ~ ~ ~~
cu
E
t: t
:J
Q)
1:l..lIi: '~!ij.~ to ~
,.,; '"co
0..
EEE]~

z ...
]

c
; ~ ..,
~
E
~c ~ ~:e
",..c.,
2 .....
::>
~ ~ m,
~
~ ~ln~
..c
] N ~ E ;
]
to

~~~
; co ~
~ E
~~~
~~5
0
z
c: _
.. c:

~H ~l
u
....;
c .,...
c:

00.e
c:
~ ...
en c:
..
E E
QJ QJ
c:

E ~
~ Q.Vl
~
~ .~~ ~ .~~
0"01- c Co
m
°C
ro
"0
rl
C
ro
E
ro
"iii
J:

~.~ 0"
0
~
...c: j
.,> CO
0"
"0

~
~ ~"
r "'"
"".,
"0
0.,c:
"0

~ E
.~
~
§
]
""m
C-

.,
="
Z

0i;
=..,
Z

o
Z
U
rl
c:
~
..c:

~
~
'""i!'
~
]~~;
~~i=il
~ E I.D
I! .~
~ ~
I 'IV
~ ~[
!~

~
.~

c
"
~ ~[
'0.. ~ c
::J"
","'0
.... c0."0

~~~ ~ ~
E ! ~ '" ~ N

~ ~.g ~ .~] .~~ ~ "0 '~1


~ f!
~'"~
.s
::J
'2
.s
(5 [~.!3 ~ o 0. ~ 0. 00.
('(')
C C
'" l! 'C
-;2
..
n:>
'0
~~~
c .. '" ... N
..... ::::1 c:
0.. ...... n:>
E
~j n:>
'iii
c ::c
'"
"[
'..
E .......
~
c
'"i!'..c
i~ ~~~
o ,2- ~ z
"" '" c
~~ ;
~~<J:-E~~~--------~------------------------------------------+-------~-----------+----------------~

..c: .~ c
....
III 0. " ::1: .~
]'" J:! CD
5l
~ .~ 0 "0
N
~ ~
~ ~ "
~ ~ E s I
III
tID
c
~'

~E
0
c
~ ~.~
I t1
:l2 ::>
~ E ~ ::1: "0 0

~ ~E '"" ~ ~rr
:c ~'
"
.s "0
l!)
0 0
"
"" E ~ ., c;l0 ~ "
<{
'C N
.~
~'"
",' ::J
..c:
8.
I
tn " ]
0
i!'
!:.
'"" "il'o
"0

"Ol ~
'! ..,'"
"0
c
'0 ::1:' :c
~ 5l '"~ fo-~ "'"'"" ::1:5l
~
£
.. g ![ ~"
0
CD tID

E ::1: E " Q.

J!
5l
] "'" E "0
~
'" I:~
'is
~ ::E .s:
'g
~ ~e ~ " ~ ~
::J

!i ::J s: tID
~
..c: C
c
] ~ " ::1: " ~
~ ~ .~ :c
'2' 0
"0 0.
::J
2- 'in

....!I J.l .... ~


::J
III c
...'" ~ ~ l [ ~e" 1j 5l ~:c ~:;;
tID 0 "0
c
s
N

ci " E tn
z ~ .~
Vl
~ .s:E I
c s:
0
.~
E ~
.~ c:

ii
.~ lij' '"
0
E ~ ~~
~ " ~" ~"
.~
s:
..c
'i5
]'"
l!)
0
<{
"0

" f~
:5 E
~' c:

~ Vi"
'; ';
j ~:c ~ 1~0 f
..c:

~ ~ '" ~: §
'"'"
0

=z ..,
';

o
z
.s: c-"
U C!~
.-i
c: ~ ..c!' el'" g-~
o c

~
.5. ~ $ ~ J:! c -" ~ g
§ ! ~
..

~.g ~ .~]
... N

(5 [~~ ~
N en
~~ ~- .~
t> i.c
........,
C .. ~ ...
::;)
.. ....:
~
"0
en
c:
rtI
0; ... ~ E
'i~ rtI
iii
..
c J:

l ....
...
j

...
N

..IX
c
]
~ '"
~
~c
~
~ :; ..
..<=

] N
]

o
z
~~~ .~~ ~ g ~ '<t
';:
~.=~ ~~o ~~0 c:
ro
"0
...'" ~ Q_

~3'Q:-
~
]~ ~~ .-t
c
~ro:5 i~UJ3is ro
c5[~ 5[~~N ~
'iii
J:

...
00

..,~~
., .,
c:

'iii g
~~ ~~---------------------+------~----4---------4-----------+-----~

:!l
::::
z
::;)
J:
~
J:
c(
is:
::;)
0::
Z
c(
J:
c(
3i
::;)

~z
c(
c
~
c(

a
I!)

~
~.
'"
8
~ 'iii
:= r-,

S
::;)
Z

~
~
~
~
::;) ..,..
s c:

j
I-
~
I!)

~c

~E2
~
;2
c(
~
z
z
s
iif0)
c(
I!)
z ~
c(
~E2 'iii
~
c(
....0r-,
N
=..,
z
::lE
;;
::;)
::lE
~
g ~~ ~
c( ~~ J:
I-
::;)

~
z
c( '"
c(
C
\!l Z
l=
~~
Wz
z
5 zc(
z z
c(

I
::;)
~8 ~~ ~z
!::lz
a:~ ""z c(
ccc(
W::lE
~~ <- ::lEw
wo.. ~
0..0..
zW
~0
c(a:
::lE o..w
ZC ~E2
::;)0
0 J:E2 !;t
s ::;)
c(
c(w
1-0.. ::lE Z
o
..
"0
...i c
c co
~
'0..
c
Ii
E ~
5
c c
co I!
-;g
~> c!!. c..
c .. co
..... :::1
.........
~j
....
....

co
:!,..c
C
tv ~ ~.-
I
~ii~~ !
-= j ~ I
~...... ~ co~ II

~~<~:-E~~~-----------------+--------------+-----------~------~~----------------+-----~------~
.~
~ E';~~
! i~
~ m~ ~]~~~ ~ +- ~ ~ +- ~ ~
i~--~~+-----------------~--------------+----------4---------4------------------+-----~------~
~~]
~.~~~~~
;~e'~z
E'" .....
:CH
co

o ]:::

I
~n~:::
~ I,.i'

~~ ~~------------------+--------------+----------~--------4------------------+------~------
I....

';;;
:::o:t
Z

o
Z
....en
....o
\D

..
....

,...
....

c
"'
!,..c
~ ~ ~ .-
ft·~ ~~ ~
O.~ ~ Z

~~;
~~~~:~~~------+---------+------------------------+---------+---------------------r-----i------~
oS «
is ~~

.~
1.; E I ~~
!
~~ i
:>""

~ ~ ~E4-m+-------~--------~------------------------r--------ir--------------------1------t-------l
~c -~
"':>
~ ;~
""

~~~~~~
~~~.~z
~ § ~ _,
:~ ~~--------~--------+------------------------+--------~--------------------~-----i------~
o ~:::

~~ :! 0
Z "'"
~~
GJ I:

~]
~ ~ ~~--------~--------+------------------------+---------+---------------------r-----i--------

·iii
="
z

·iii
="
z

c o
z ....
lJ!=> to=>
:;J::!: '<t
OJ::!:
5i ~ 5i~ .~
~ co.
~ co.
~ "'0
'<t
to ""
:O!f...J
to""
:O!f...J c::
IV
.~
oi ~ Q.N
.~
o
ig Q.N
E
IV
iii
J:

......
c
co
l!!'..c
!~~~~
~I~z
~~j
.5 <~-+-----------------------------------------------------------+--------------~r-~
5 ]~

; .v;
~~
II C
]
Z s
~~
~~
~ en '"...

N
N

......

s:
co

o
z
c:-"'_
~ '" '" C"I1
'c
~ ~~ ~ ro
en ...J E~
"0
.....
.... ~~ c:
ro
~ ~.~ E
[~ ~ ro
ro
J:

....
00

c:
~.<:

~~ ~~ ~
~~~z

~~~~~~------------------------------~----------------------------------~
c:~
~ !!!:

~z ....

z
z~
H
><z
a:~
UJ::E
::EUJ
UJCl.
Cl.UJ
ZCl
::::l0
:I:
~UJ
a: o
I-Cl. Z
C"fl
.~
"'0
...
In
N
c:
ro
E
ro
"'iii
::c

.....
..
I:

""[ ....
...
E
~
..!,..c
I:

!~~~~
c'2- ~ z
~:; ;
~~]I~~-------+--------~------------+---~------+----------------r------------~r-------t-------~
..s <t-
o ~~ I

~~
III I: z ....
] Q

~~
:0 ....

~ ~ ~~-------+---------+------------~--~------+----------------r--------------r-------t-------__,
I"

c
"'
"0

o
z
...
N

C
IV

.s
'I:
~
~
C
IV
::I
E
~ s:
co

o
Z

Anda mungkin juga menyukai