DOKUMEN :
6
Daftar Isi
1 Ruang Lingkup 1
2 Tujuan 1
3 Acuan 1
4 Definisi 2
5 Ketentuan Umum 4
5.1. Tim Penanganan 4
6 Ketentuan Khusus 5
7 Daigram alir 6
8 Sumber Pendanaan 7
9 Prosedur Pengajuan Pendanaan 8
10 Penunjukkan Pelaksana 9
11 Pembayaran dan Prosedur Pencairan Dana 11
12 Monitoring dan Evaluasi 13
13 Laporan Penyelesaian Pekerjaan dan Pertanggungjawaban Keuangan 13
14 Divisi Pekerjaan Perbaikan Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan 14
NOMOR
UNIT KERJA NOTASI
UNIT KERJA
PERSETUJUAN
| Petunjuk Pendanaan Tanggap Darurat Jalan dan Jembatan ii
NAMA DAN JABATAN TANDA TANGGAL
TANGAN
KONSEPTOR
DIPERIKSA OLEH
DITANDATANGANI
OLEH
STATUS
DOKUMEN
ASLI
NO.
DISTRIBUSI
TGL. DISTRIBUSI
SEJARAH DOKUMEN
7 Lain-lain
2. TUJUAN
Petunjuk Pelaksanaan ini bertujuan sebagai acuan pendanaan tanggap darurat bencana
alam yang berdampak pada jalan dan jembatan, meliputi:
a. petunjuk kepada pengelola penanganan tanggap darurat di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Marga tentang tata cara pengajuan, pencairan, pembayaran, dan
pelaksanaan kegiatan tanggap darurat
b. menjamin ketertiban dan kelancaran pelaksanaan kegiatan tanggap darurat jalan dan
jembatan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.
3. ACUAN NORMATIF
3.1. Undang-Undang Republik Indonesia No.38 Tahun 2004 tentang Jalan
3.2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
3.3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
3.4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
3.5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan
Bantuan Bencana
3.6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
3.7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
3.8. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 12 tahun 2010
tentang Pedoman Mekanisme Pemberian Bantuan Perbaikan Darurat.
3.9. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 6.A Tahun
2011 tentang Pedoman Penggunaan Dana Siap Pakai pada Status Keadaan
Darurat Bencana
4.2.
Bencana Yang Berdampak Pada Jalan dan Jembatan
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengakibatkan terganggunya atau terputusnya
fungsi jalan dan jembatan yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam, sehingga mengakibatkan gangguan terhadap pergerakan lalu lintas barang dan
manusia, dan menimbulkan kerugian akibat terganggunya kegiatan sosial dan ekonomi
masyarakat.
4.3.
Tanggap Darurat Bencana
serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
4.5.
Dana Siap Pakai
dana yang selalu tersedia dan dicadangkan oleh Pemerintah untuk digunakan pada status
keadaan darurat bencana, yang dimulai dari status siaga darurat, tanggap darurat dan
transisi darurat ke pemulihan.
5. KETENTUAN UMUM
Ketentuan umum ini mengatur hal-hal sebagai berikut:
Penanganan tanggap darurat dapat dilakukan langsung oleh PPK yang bersangkutan
dengan melakukan revisi DIPA jika masih tersedia alokasi dana. Bila dana tidak
mencukupi, maka SATKER PJN mengajukan permohonan dana kepada Menteri.
Bila dana Kementerian PU tidak mencukupi, maka Menteri PU dapat mengajukan
permohonan ke BNPB.
6. KETENTUAN KHUSUS
Tidak Ada.
Keterangan:
1. Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) mengeluarkan Surat Pernyataan tentang terjadinya Bencana alam di daerah yang bersangkutan yang mengakibatkan kerusakan te
2. Berdasarkan Surat Pernyataan tentang terjadinya Bencana alam, Kepala Satuan Kerja Yang Bersangkutan dengan diketahui Kepala Balai Pelaksana Jalan Wilayah Yang B
ditembuskan kepada Direktur Jenderal Bina Marga, SesDitjen. Bina Marga, Direktur Wilayah Jalan yang bersangkutan, Direktur Bina Teknik, Kepala Balai Jalan yang bersangku
3. Menteri PU menjawab usulan Satker, dengan disposisi yang ditujukan kepada Dirjen. Bina Marga;
4. Satuan Kerja Yang Bersangkutan membuat Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) kepada Penyedia Jasa (Untuk segera melakukan tanggap darurat);
5. Dirjen Bina Marga mengeluarkan disposisi kepada Sesditjen. Bina Marga untuk ditindak lanjuti; Sesditjen Bina Marga disposisi kepada Ka SNVT Penanganan Mendesak dan Tan
6. Satuan Kerja Yang Bersangkutan membuat persiapan dokumen kontrak berkoordinasi dengan Balai Pelaksana Jalan Wilayah Yang Bersangkutan;
7. Satuan Kerja Yang Bersangkutan membuat B.A 1.1 dan diusulkan kepada Direktur Pelaksanaan Jalan Wilayah Yang Bersangkutan untuk diketahui;
8. Direktur Pelaksanaan Jalan Wilayah Yang Bersangkutan menindaklanjuti B.A 1.1 dengan membuat memo dinas yang ditujukan kepada SesDitjen. Bina Marga untuk mengusulk
9. Ka SNVT Penanganan Mendesak dan Tanggap Darurat melapor kepada Sesditjen. Bina Marga tentang kondisi dana tanggap darurat; untuk selanjutnya memproses B.A 1.1. un
10. SNVT Penanganan Mendesak dan Tanggap Darurat meninjau lokasi kejadian bencana untuk melakukan verifikasi kerusakan akibat bencana;
11. Ka SNVT Penanganan Mendesak dan Tanggap Darurat mengusulkan B.A. 1.1 kepada Direktur Jenderal Bina Marga untuk mendapatkan persetujuan;
12. Setelah B.A. 1.1. disetujui oleh Direktur Jenderal Bina Marga, SesDitjen. Bina Marga memerintahkan Satuan Kerja Yang Bersangkutan dan Ka SNVT Penanganan Mendesak dan
13. Ka SNVT Penanganan Mendesak dan Tanggap Darurat menerbitkan Surat Kuasa Pengguna Anggaran (SKPA) dan disyahkan Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara 5
14a. SKPA disyahkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara 5 (KPPN 5), Satker PMTD menerima SKPA dari KPPN 5 Jakarta dan menyampaikan kepada Satker Pengu
15 Ka Satuan Kerja Yang Bersangkutan memproses berdasarkan Surat Kuasa Pengguna Anggaran (SKPA), mencairkan dana ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Daerah
Gambar 1 Diagram alir usulan penanganan darurat kerusakan jalan dan jembatan akibat
bencana bidang jalan dan jembatan
Jika terjadi kerusakan akibat bencana alam pada jalan nasional yang ditangani oleh SKPD
(provinsi), maka pengajuan dana kepada Satker PMTD untuk penanganan tanggap darurat
harus dilakukan oleh BB/BPJN yang terkait.
Prosedur pengadaan barang/jasa untuk pekerjaan tanggap darurat bencana alam yang
berdampak pada jalan dan jembatan dengan penetapan status bencana oleh Presiden/Kepala
Daerah didasarkan pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Berdasarkan pada pasal 57 ayat (3) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun
2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah untuk penanganan darurat dengan metode Penunjukan
Langsung Berkaitan dengan prosedur pengadaan barang/jasa dengan penunjukkan langsung.
Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya untuk penanganan darurat
dengan metode Penunjukan Langsung, meliputi tahapan sebagai berikut:
a. PPK dapat menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) kepada:
1) Penyedia terdekat yang sedang melaksanakan pekerjaan sejenis; atau
2) Penyedia lain yang dinilai mampu dan memenuhi kualifikasi untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut, bila tidak ada Penyedia sebagaimana dimaksud pada angka 1)
b. Proses dan administrasi Penunjukan Langsung dilakukan secara simultan, sebagai
berikut:
1) opname pekerjaan di lapangan;
2) penetapan jenis, spesifikasi teknis dan volume pekerjaan, serta waktu
penyelesaian pekerjaan;
3) penyusunan dan penetapan HPS;
Proses pembayaran pekerjaan pada tahap tanggap darurat bidang jalan dan jembatan
disesuaikan dengan jenis kontrak yang sudah ditandatangani oleh PPK dan penyedia
jasa. Pembayaran dengan dana APBN dari Kementerian PU yang menggunakan dana
kontingensi atau dari DIPA Satker PJN, dilakukan sesuai aturan dan ketentuan yang
berlaku.
Untuk tanggap darurat bencana yang berdampak pada jalan dan jembatan yang dananya
bersumber dari APBN-BNPB dilakukan sesuai dengan Perka BNPB No. 6A Tahun 2011
mengenai Pedoman Penggunaan Dana Siap Pakai Pada Status Keadaan Darurat
Bencana dan Perka No 12 Tahun 2010 mengenai Pedoman Mekanisme Pemberian
Bantuan Perbaikan Darurat, sebagai berikut :
1. Instansi/lembaga dalam hal ini Kementerian PU dapat mengajukan usulan bantuan
perbaikan darurat jalan dan jembatan kepada Kepala BNPB atas dasar hasil rapat
koordinasi dengan menyampaikan surat permohonan yang dilengkapi dengan :
a. Laporan kejadian
b. Jumlah korban
c. Kerusakan dan kerugian
d. Upaya penanganan yang telah dilakukan
e. Bantuan yang diperlukan dalam rangka perbaikan darurat berupa uraian fisik
kegiatan dan anggaran.
f. Pernyataan status darurat bencana
g. Notulen Kesepakatan Rapat Koordinasi
Dalam hal prosedur pencairan dana yang memanfaatkan dana darurat di masing masing
direktorat yang bersumber dari APBN yang ada di Kementerian PU, maka prosedurnya
adalah sebagai berikut:
1. Adanya pernyataan dari Kepala Balai bahwa kerusakan jalan dan jembatan adalah
akibat bencana
2. Usulan pengajuan dana dari daerah yang terkena bencana
3. Laporan Dirjen kepada Menteri (terkait rencana pemanfaatan dana)
4. Dengan adanya disposisi Menteri, ada persetujuan pencairan dana oleh Dirjen untuk
kemudian usulan ABT ke BIPRAN
5. Permohonan persetujuan menerbitkan SPMK dengan rekomendasi Dirjen dan
Permohonan ijin penunjukan langsung kepada Menteri
6. Permohonan dispensasi penggunaan mekanisme SKPA kepada Dirjen
Pembendaharaan
7. SKPA dari KPPN
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan fisik dan penggunaan dana dilakukan oleh BB/BPJN
bersama dengan Satker PMTD. Prosedur monitoring dilakukan melalui sistem pelaporan E-
MON BM dan disampaikan kepada Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri.
Dalam hal penggunaan dana siap pakai yang bersumber dari APBN-BNPB maka berlaku
ketentuan-ketentuan yang ada dalam Perka BNPB No 6A Tahun 2011 tentang Pedoman
Penggunaan Dana Siap Pakai Pada Status Keadaan Darurat Bencana, yaitu sebagai berikut:
1. Pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan bencana pada saat tanggap
darurat bencana diperlakukan secara khusus sesuai dengan kondisi kedaruratan dan
dilaksanakan sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi.
2. Pertanggungjawaban penggunaan dana siap pakai diberikan perlakuan khusus, yaitu
pengadaan barang/jasa untuk penyelenggaraan pada Status Keadaan Darurat Bencana
dilakukan secara khusus melalui pembelian/pengadaan langsung sesuai dengan kondisi
pada Status Keadaan Darurat Bencana.
3. Yang dimaksud dengan perlakuan secara khusus adalah meskipun bukti
pertanggungjawaban tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku namun bukti
pertanggungjawaban tersebut diperlakukan sebagai dokumen pertanggungjawaban
keuangan yang sah
4. Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan penanggulangan bencana, baik keuangan
maupun kinerja pada saat tanggap darurat dilaporkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
Status Keadaan Darurat Bencana berakhir, dilengkapi dan dilampiri bukti-bukti
pengeluaran antara lain :
a. Kwitansi dan Berita Acara Penyerahan Bantuan. Sebutkan nomor dokumennya (atau
beri identifikasi bahwa ini ada nomornya
b. Rekapitulasi Surat Pertanggung Jawaban (SPJ). Sebutkan nomor dokumennya (atau
beri identifikasi bahwa ini ada nomornya
Analisis Harga Satuan Direktorat Jenderal Bina Marga Nomor 008/BM/2008 yaitu:
1. Umum
Divisi pekerjaan ini mencakup kegiatan mobilisasi alat, bahan, dan pekerja.
2. Drainase
Divisi pekerjaan ini mencakup galian untuk selokan drainase dan saluran air.
3. Pekerjaan tanah
Divisi pekerjaan ini mencakup:
1. Galian biasa
2. Galian batu
3. Galian struktur dengan kedalaman 0-2 meter
4. Cofferdam, penyokong, pengaku, dan pekerjaan yang berkaitan
5. Timbunan pilihan
6. Timbunan batu dengan manual
7. Timbunan batu dengan Derek