Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH

KONSTRUKSI JALAN RAYA

DISUSUN OLEH:

1. RIZALDI FIDA S. (51014130 )


2. MAHRUDIAN (5101413041)
3. HALIDA NISRINA U. (5101413008)

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(UNNES)

2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Jaringan Jalan Raya yang merupakan prasarana transportasi darat
memegang peranan yang sangat penting dalam sektor perhubungan terutama
untuk keseimbangan distribusi barang dan jasa. Keberadaan jalan raya sangat
diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring dengan
meningkatnya kebutuhan sarana transportasi yang dapat menjangkau daerah –
daerah terpencil yang merupakan sentra produksi pertanian.
Perkembangan kapasitas maupun kwantitas kendaraan yang
menghubungkan kota – kota antar propinsi dan terbatasnya sumber dana untuk
pembangunan jalan raya serta belum optimalnya pengoperasian prasarana lalu –
lintas yang ada, merupakan persoalan utama di Indonesia dan di banyak Negara,
terutama Negara – Negara yang sedang berkembang. Untuk membangun ruas
jalan baru maupun peningkatan yang diperukan sehubungan dengan penambahan
kapasitas jalan raya, tentu akan memerlukan metoda efektif dalam perancangan
maupun perencanaan agar diperoleh hasil yang terbaik dan ekonomis, tetapi
memenuhi unsur keselamatan pengguna jalan dan tidak mengganggu ekosistem.
Ketentuan – ketentuan dalam perencanaan teknik jalan yang berlaku di
Indonesia harus mengacu pada ketentuan – ketentuan yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. Kecuali hal – hal
khusus yang belum ada ketentuan dari Direktorat Jenderal Bina Marga, maka
dapat dipakai AASHTO dan lainnya.

1.1Tujuan
Adapun pembuatan makalah ini memiliki tujuan :
1. Mengetahui pengertian dan apa saja jenis jalan raya secara universal.
2. Mempelajari apa saja yang ada di dalam konstruksi jalan raya .
3. Memberi sedikit pengetahuan mengenai jalan raya.
4. Sebagai bagian pendahuluan pengenalan terhadap mata kuliah konstruksi
jalan raya untuk melanjutkan ke bab yang lebih rinci.
BAB II
ISI

2.1 Sejarah Pembangunan Jalan Raya


Jalan raya sudah ada sejak manusia memerlukan area untuk berjalan
terlebih-lebih setelah menemukan kendaraan beroda diantaranya berupa kereta
yang ditarik kuda. Tidak jelas dikatakan bahwa peradaban mana yang lebih
dahulu membuat jalan raya. Akan tetapi hampir semua peradaban tidak terlepas
dari keberadaan jalan raya tersebut.

Salah satu sumber mengatakan bahwa jalan raya muncul pada 3000 SM.
Jalan tersebut masih berupa jalan setapak dengan kontruksi sesuai dengan
kendaraan beroda padaknya diduga antara masa itu. Letaknya diduga antara
Pegunungan Kaukasus dan Teluk Persia.

2.2 Jalan Raya


Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari
suatu tempat ke tempat lain. Lintasan tersebut menyangkut jalur tanah yang
diperkuat (diperkeras) dan jalur tanah tanpa perkerasan. Sedangkan maksud lalu
lintas diatas menyangkut semua benda atau makhluk hidup yang melewati jalan
tersebut baik kendaraan bermotor, gerobak, hewan ataupun manusia (Edy
Setyawan, 2003). Biasanya jalan besar ini mempunyai ciri-ciri berikut:
• Digunakan untuk kendaraan bermotor
• Digunakan oleh masyarakat umum
• Dibiayai oleh perusahaan negara
• Penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkuta
Oleh karena itu dalam perencanaan jalan raya, bentuk geometrisnya harus
ditentukan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan
pelayanan yang optimal kepada lalu lintas dengan fungsinya. Perencanaan jalan
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Perencanaan Geometrik, dibedakan berdasarkan :
a. Sifat gerakan
b. Sifat pengemudi mengendalikan gerakan kendaraan
c. Karakteristik Lalu Lintas
2. Perencanaan Konstruksi Jalan
a. Perencanaan Bahan
b. Perencanaan Tebal Perkerasan
2.3 Tujuan Utama Perencanaan Geometrik.
Tujuan Utama Perencanaan Geometrik :
1. Memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan tersebut.
2. Menjamin suatu perancangan yang ekonomis
3. Memberikan suatu keseragaman geometrik jalan sehubungan dengan jenis
medan.
2.4 Standar Perencanaan
Dalam merencanakan sebuah project tentunya ada standar perencanaan
yang digunakan, untuk standar perencanaan jalan raya di Indonesia ada beberapa
standar yang digunakan diantaranya:
1. Peraturan Geometrik Jalan Raya yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Bina Marga. Bina marga sendiri memiliki beberapa standar perencanaan
geometrik jalan raya, terdiri dari :
a. Peraturan perencanaan geometrik jalan raya No.13/1970
b. Standar perencanaan geometrik untuk jalan perkotaan, 1992
c. Standar geometrik jalan perkotaan, RSNI T – 4 – 2004, BSN, 2004
d. Spesifikasi standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota,
1990
e. Tata cara perencanaan geometric jalan antar kota No.038/BM/1997,
1997
2. Peraturan standar geometrik jalan raya selanjutnya yang terdapat di
indonesia adalah A policy on Geometrik Design of Highways and Streets,
AASHTO, 2001 dan Design Manual for Road and Bridges Volume 6:
Road Geometry, The Highways Agency,2002
3. Standar perencanaan jalan tol
2.5 Prosedur Umum Perencanaan Geometrik Jalan Raya
Standar ini memuat ketentuan umum dan ketentuan teknis geometri ruas
jalan perkotaan untuk berbagai klasifikasi fungsi jalan. Geometri yang dimaksud
dalam standar ini meliputi alinyemen vertikal, alinyemen horisontal serta dimensi
dan bentuk melintang jalan termasuk fasilitas jalan yang diperlukan. Standar ini
tidak mengatur geometri persimpangan dan jalan bebas hambatan.

Ketentuan – ketentuan dalam perencanaan teknik jalan yang berlaku di


Indonesia harus mengacu pada ketentuan – ketentuan yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga – Departemen Pekerjaan Umum. Kecuali hal –
hal khusus yang belum ada ketentuan dari Direktorat Jenderal Bina Marga, maka
dapat dipakai AASHTO dan lainnya.

2.6 Perencanaan Geometrik Jalan


Perencanaan geometrik jalan terdiri dari :
1) Alinyemen Horisontal, merupakan perhitungan perencanaan horizontal
jalan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan bentuk tikungan.
2) Alinyemen Vertikal, merupakan perhitungan vertikal jalan yang digunakan
untuk menentukan jenis turunan dan panjang lintasan turunan.
3) Penampang melintang jalan
4) Galian dan timbunan
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai