Anda di halaman 1dari 40

Seminar Proposal Tugas Akhir

Co. Pembimbing Pembimbing


Dr. Ir. Abdullah, M.Sc Dr. Ir. Moch. Afifuddin, M.Eng

ILHAM AKBAR MARTHA PRATAMA

PERILAKU PROFIL KANAL (C) PERILAKU PROFIL KANAL (C)


FEROSEMEN YANG DIBEBANI FEROSEMEN YANG DIBEBANI
LENTUR. LENTUR.
(Studi kasus : tinggi 150 mm, (Studi kasus : tinggi 150 mm,
200 200
mm, 300 mm menggunakan mm, 300 mm menggunakan
wiremesh). glass woven roving).
PENDAHULUAN
Pada aktifitas di beberapa daerah dalam kawasan
provinsi NAD, sungai menjadi suatu faktor penghambat
kelancaran, sehingga berdampak pada produktifitas
masyarakat.
Solusi dari masalah tersebut adalah pembangunan
konstruksi jembatan. Pada kenyataannya tidak semua
daerah dapat dibangun jembatan yang memadai.
Kendala ini terjadi diantaranya dikarenakan oleh
beberapa sebab seperti kondisi wilayah yang sulit
dijangkau dan profil konstruksi jembatan yang umum
dipakai saat ini mahal dan relatif berat.
Kayu merupakan material yang mudah didapatkan dan
mudah dirangkai, namun penggunaan kayu menjadi
sangat dibatasi dikarenakan saat ini di Provinsi NAD
khususnya setelah dikeluarkan Instruksi Gubernur No.
05/INSTR/2007 pada 6 Juni 2007 tentang pemberlakuan
moratorium logging.
Baja merupakan produk fabrikasi sehingga dapat
dibentuk/dipesan sesuai keinginan dan pemasangannya
tidak terlalu sulit, akan tetapi harga baja relatif mahal.
Beton konvensional merupakanmaterial yang mudah
dibentuk namun tergolong berat.
Stud

PENDAHULUAN
Perkembangan dunia konstruksi saat ini telah
menghadirkan suatu material baru yang disebut
ferosemen (ferrocement). Ferosemen merupakan Lower ste

material varian dari beton bertulang, namun


tebalnya hanya sekitar 10 - 40 mm, dan pada
ferosemen sebagai tulangan digunakan jaringan
kawat (wiremesh).
Sejauh ini jaringan kawat telah menjadi pilihan
utama lapisan pada ferosemen. Bagaimanpun,
adanya penelitian pada fiber reinforced polymeric
atau plastic meshes akan menjadi salah satu
alternatif dan mendorong perkembangan
ferosemen seperti glass woven roving.
roving
Para pelaku kostruksi internasional telah
mengembangkan ferosemen ini kedalam berbagai
fungsi baik struktural maupun non-struktural,
sehingga muncul ide untuk mencoba
mengembangkan ferosemen menjadi sebuah
profil gelagar jembatan.
OBJEK PENELITIAN
Profil kanal (C) ferosemen seperti
dalam gambar di bawah ini :

0,5
0,5

FRP
Wiremesh
konvension
(glass
al woven
roving)
TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui pengaruh tinggi
pada profil kanal (C) ferosemen
terhadap kapasitas beban lentur.

C
T
Bending
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Ferosemen

Saat ini perkembangan teknologi beton cukup


pesat. Menurut (Naaman, 2000:9) yang dikutip
dari ACI Committee 549 (1999 : 2), ferosemen
adalah sejenis beton bertulang yang tipis yang
terdiri mortar semen hidraulik dengan jarak
lapisan yang rapat dan ukuran jaringan kawat
Pada umumnya susunan struktur ferosemen terdiri
dari lapisan mortar, jaringan kawat, dan tulangan
rangka (Djausal, 2004:12). Material ini ditemukan
oleh Joseph Louis Lambot yang dipatenkan pada
tahun 1852 di Prancis (Naaman, 2000:1).
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Bahan Pembentuk Ferosemen
Mortar

Menurut Namaan (2000 : 15), campuran semen


hidraulik untuk ferosemen semen harus
direncanakan menurut standar prosedur mix
design untuk mortar dan beton. Pada umumnya
mortar terdiri dari semen portland, pasir halus,
air, dan admixture tambahan lainnya. ACI
Committee 549 (1999 : 6) menyatakan interfal
perbandingan campuran berdasarkan berat untuk
ferosemen yang dianjurkan adalah rasio pasir dan
semen berada pada (S/C) 1,5 – 2,5 serta untuk
Pada keadaan
rasio air normal
dan semen (W/C)nilai slump
berada padadari
0,35mortar
– 0,5.
segar sebaiknya tidak melebihi 2 inch (50 mm)
dan pada umur 28 hari kuat tekan benda uji
silinder 75-150 mm sebaiknya tidak kurang dari
35 MPa ( ACI Comitee 549 , 1999 : 5).
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Semen
Menurut ACI Committee549 (1999 : 4), semen
pembentuk mortar ferosemen harus bersih,
seragam, bebas dari gumpalan dan benda asing.
Pilihan terhadap tipe semen harus bergantung
kepada kondisi pelayanan. Pada umumnya semen
yang digunakan adalah tipe I.
Type I - Normal Type II - Type III - High
Modification Early

Type IV - Low
Heat of Type IV –
Hydration Sulfur
Resistant
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Pasir Halus
Pasir halus atau agregat halus adalah pasir yang
ukurannya ≤ 4,75 mm dan lebih besar dari ≥
0,074 mm (Ranian, 2006 : 20). Menurut ACI
Committee 549 (1999 : 4), pada keadaan normal
agregat terdiri dari agregat halus bergradasi baik
yang melewati saringan standar ASTM No.8 (2,36
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Jaringan kawat (wiremesh)

Pada ferosemen diberi tulangan jaringan kawat


yang relatif kecil diameternya dan tersebar merata
dalam beberapa lapisan. Kawat tulangan tersebut
adalah tulangan kawat baja atau bahan lain yang
sesuai kebutuhan (Naaman 2000 : 17, dikutip dari
ACI Committee, 1988).
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
FRP (fiber reinforced
polymeric)
Menurut Naaman ( 2000:283 ) kelebihan fiber
reinforced polymeric atau plastic meshes (FRP)
yaitu lebih tahan terhadap korosi, pengerjaan
yang mudah, gulungannya mudah dibentuk,
bahan yang ringan serta memiliki daktilitas yang
tinggi.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Tulangan Rangka

Pada konstruksi ferosemen, tulangan rangka


sering digunakan sebagai pembentuk dari WWF
(Welded wire fabric), secara sederhana dapat
berupa kawat, batangan, dan benang baja. Selain
penulangan rangka ini diperlukan untuk
membentuk suatu bentuk struktur tertentu,
dengan adanya tulangan rangka kita dapat
mengikatkan wiremesh yang pada umumnya di
kedua sisinya. Tulangan rangka juga menambah
keamanan terhadap gaya tarik secara signifikan
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Analisis dan Desain


Ferosemen
Perbedaan perhitungan Wiremesh konvensional
dengan Glass Woven Roving ialah dalam
menghitung volume fraksi .
Volume fraksi

Wiremesh Glass Woven Roving


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Analisis dan Desain


Ferosemen
Perbedaan perhitungan Wiremesh konvensional
dengan Glass Woven Roving ialah dalam
menhitung volume fraksi .
Volume fraksi

Wiremesh Glass Woven Roving

Ket.
N = Jumlah lapisan
Wr = Berat satuan dari lapisan penulangan mesh ( kg/m2
)
H = Ketebalan ferosemen ( m )
γr = Berat jenis material mesh ( kg/m3)
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Analisis dan Desain


Ferosemen
Menurut Naaman (2000 : 137), beberapa metode
dapat digunakan untuk memprediksi momen
tahanan.
1. Analisis metode
regangan

Menurut Naaman ( 2000 : 138 ), momen nominal


tahanan (Mn).

Mn = ( C atauT ) x ( YC + YT )…………….………… (2.9)


Keterangan :
C = gaya tekan pada blok tekan mortar (N)
T = total gaya tekan (N)
YC = jarak gaya tekan ke garis netral (c) (mm)
YT = jarak gaya tarik ke garis netral(c) mm)
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Analisis dan Desain Ferosemen


Menurut Naaman (2000 : 137), beberapa metode
dapat digunakan untuk memprediksi momen
tahanan.
2. Analisis metode
leleh
Menurut Naaman (2000 : 141), untuk menghitung
momen metode tulangan tarik leleh, pada umumnya
ketinggian blok tekan (a) pada kondisi ultimit kecil
(biasanya kurang 0,15h) dan pada kebanyakan terdiri
satu lapis jaring.

i = j s.d. N ...........…………………...………(2.12)

Mn = ∑Ari σryi ( di – a/2) i = j s.d. N …………….....…


……………(2.13)

Ari =η.Vri Ac…………………………………………...........…...


(2.14)
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Analisis dan Desain


Ferosemen
Menurut Naaman (2000 : 137), beberapa metode
dapat digunakan untuk memprediksi momen
tahanan.
2. Analisis metode
leleh

Keterangan :
 
Ari = Luas penampang dari tulangan tarik (mm2)
= Tegangan leleh dari tulagan rangka (MPa)
a = Tinggi stress blok beton (mm)
b = Lebar penampang (mm)
fc’ = Kuat tekan beton (MPa)
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Analisis dan Desain


Ferosemen
Menurut Naaman (2000 : 137), beberapa metode
dapat digunakan untuk memprediksi momen
tahanan.
3. Analisis metode
plastis

Menurut Mansur et al (2000 : 354) tinggi garis netral (x),


dan momen nominal (Mn) menggunakan rumus :
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Analisis dan Desain


Ferosemen
Menurut Naaman (2000 : 137), beberapa metode
dapat digunakan untuk memprediksi momen
tahanan.
3. Analisis metode
plastis

As = Luas penampang dari tulangan tarik (mm2)


= Tegangan leleh dari tulagan rangka (MPa)
h = Tinggi penampang keseluruhan (mm)
b = Lebar penampang bagian sayap (mm)
hf = Tinggi sayap (mm)
η = Jenis bujur sangkar = 0,5 (ACI Committee 549 1999 : 10)
dw = Diameter kawat wiremesh/Glass woven roving (mm)
DL = Jarak pusat ke pusat kawat (p.k.p) dalam arah memanjang
(mm)
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Analisis dan Desain


Ferosemen
Menurut Naaman (2000 : 137), beberapa metode
dapat digunakan untuk memprediksi momen
tahanan.
4. Analisis metode
grafik

Naaman (2000 : 144) untuk mencari momen nominal


(Mn) digunakan rumus :
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Analisis dan Desain


Ferosemen
Menurut Naaman (2000 : 137), beberapa metode
dapat digunakan untuk memprediksi momen
tahanan.
4. Analisis metode
grafik

Keterangan :
 
As = Luas penampang dari tulangan tarik (mm2)
= Tegangan leleh dari tulagan rangka (MPa )
h = Tinggi penampang keseluruhan (mm)
b = Lebar penampang bagian sayap (mm)
Vf = Volume fraksi tulangan (%)
η = Jenis bujur sangkar = 0,5 (ACI Committee 549 1999 : 10)
dw = Diameter kawat wiremesh (mm)
DL = Jarak pusat ke pusat kawat (p.k.p) dalam arah memanjang
(mm)
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Retak
Namaan (2000 : 148) merekomendasikan
persamaan berikut untuk memprediksikan retak
rata-rata pada ferosemen :

.....................................................................(2.25)
Keterangan :
DT = Jarak pusat ke pusat kawat (p.k.p) dalam
arah melintang (mm)
= Regangan dari lapisan tulangan (%)
β = Rasio dari jarak ke garis netral dari gaya
tarik fiber dan lapisan terluar
tulangan
= Tegangan dari lapisan tulangan (kN/mm2)
= Modulus dari lapisan tulangan (MPa)
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Lendutan
Menurut Namaan (2000 : 148) untuk menghitung
lendutan dengan tumpuan sederhana ialah :
 
................................................................................
....(2.26)

................................................................................
......(2.27)
 
Keterangan :
L = Panjang bentang profil (mm)
w = Beban terbagi rata (kN/mm)
Ec = Modulus elastisitas komposit (MPa)
METODE PENELITIAN

Peralatan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini
adalah mesin pembebanan lentur, mesin
pembebanan tekan, mesin pembebanan tarik,
LVDT (Linear Variable Deflection Tranducers), data
logger, cetakan silinder beton, cetakan profil
kanal, oven, timbangan, concrete mixer (molen),
saringan standar ASTM, gunting kawat, tang dan
alat las. Semua peralatan tersebut tersedia
dengan kondisi baik di laboratoium.
METODE PENELITIAN

Materi
al
1. Semen portland;
2. Agregat halus (pasir halus);
3. Besi tulangan;
4. Jaringan kawat (wiremesh)/ Glass woven roving;
5. Air;
6. Kayu 3/4; atau 3/5
7. Triplek 10 mm;
8. Paku; dan
9. Baut.
METODE PENELITIAN

Desain awal
profil
Ukuran penampang profil kanal yang
digunakan adalah lebar 100 mm, masing-
masing tinggi 150 mm , 200 mm dan 300 mm. ,
tebal 30 mm dan panjang bersih 2000 mm, dan
panjang keseluruhan 2200 mm.
METODE PENELITIAN

Desain awal profil (Sketsa


cetakan)

3Ø8
METODE PENELITIAN

Pemeriksaan Agregat
(Pasir Halus)
1. Pemeriksaan berat jenis
2. Pemeriksaan berat volume
3. Pemeriksaan bahan organik

Mixdesign untuk
ferosemen
Kekuatan beton yang direncanakan dalam
penelitian ini adalah 60 MPa. Rancangan campuran
beton untuk ferosemen dilakukan berdasarkan
tabel kalkulasi Namaan (2000). Data yang
diperlukan adalah faktor air semen dan
perbandingan berat pasir halus terhadap semen,
yang menurut Naaman didapatkan dengan
perbandingan campuran faktor air semen 0,4 :
METODE PENELITIAN

Percobaan kuat tarik baja dan kuat tarik wiremesh/ glas


woven roving
Pengukuran regangan baja dilakukan dengan
memasang deflection dial pada benda uji.
Pembacaan regangan dilakukan setiap kenaikan
0,2 ton. Hasil pengujian kuat tarik baja ini diplot
dalam suatu kurva hubungan tegangan-regangan
baja sehingga didapat besarnya tegangan dan
METODE PENELITIAN
Pembuatan dan perawatan profil kanal (C)
ferosemen
Perakitan profil kanal (C) ferosemen dimulai
dengan mengelas tulangan Ø 8 yang sudah
dipotong sesuai ukuran menjadi sebuah tulangan
rangka. Setelah itu, tulangan rangka dilapisi
dengan wiremesh/glass woven roving sesuai
perencanaan. Langkah selanjutnya tulangan
rangka tersebut dimasukkan ke dalam cetakan.
Pada saat pengecoran ferosemen, dicor silinder
kontrol. Silinder kontrol ini berdiameter 10 cm dan
tinggi 20 cm. Pengecoran silinder dilakukan untuk
mendapatkan kuat tekan beton ferosemen. Untuk
setiap pengecoran dibuat empat silinder kontrol.
METODE PENELITIAN

Pengujian kuat lentur terhadap profil kanal


ferosemen
Dua buah profil kanal (C) ferosemen dirangkai
menjadi profil I untuk dibebani lentur. Profil kanal
ferosemen diuji dengan menggunakan mesin
pembebanan lentur setelah berumur 28 hari.
Sistem pembebanan yang dilakukan terhadap
profil yaitu dengan memberikan satu buah beban
terpusat di tengah bentang dengan jarak 1000
mm. Profil dibebani sampai hancur untuk
mendapatkan besar beban ultimitnya. Selain itu
diamati pula lendutan, retak, regangan baja dan
beton. Pembacaan regangan dan lendutan
dilakukan setiap kenaikan beban 200 kg dengan
METODE PENELITIAN
Sketsa Uji Lentur Profil
Keterangan :
Ferosemen
1. Loading frame
2. Loading jack
3. Loading cell
4 . Profil yang
diuji
5 . Baut pelekap
½“
6. Strain gauge
7. Tumpuan
8. LVDT
9. Hidraulyc
loading pump
METODE PENELITIAN

Analisis data

Data hasil pemeriksaan seperti sifat-


sifat fisis agregat, kuat tekan
silinder, dan keadaan adukan beton
dihitung nilai rata-ratanya yang
bertujuan untuk melihat penyebaran
PENGOLAHAN DATA DAN
PEMBAHASAN
1. Pemeriksaan sifat-sifat fisis;
- Berat volume (bulk density)
- Berat jenis (specific grafity)
- Penyerapan (absorbsion)
- Susunan butiran (sieve analysis)
- Modulus kehalusan (fineness modulus)
- Kadar air yang dikandung (moisture contain)
2. Pengujian benda uji silinder beton untuk
mendapatkan mutu beton yang telah
direncanakan.
3. Pengujian benda uji profil untuk mendapatkan
data mengenai beban maksimum yang dapat
maksimum yang dapat ditahan oleh profil,
lendutan pada titik beban maksimum dan pola
PENGOLAHAN DATA DAN
PEMBAHASAN
Pembahasan yang akan dikemukan
dengan :
2. Pengujian beban lentur dan tinggi sampel.
3. Besar lendutan yang terjadi
4. Pola retak yang timbul.

Grafik-grafik yang disajikan antar lain :


7. Hubungan antara tegangan-regangan baja.
8. Hubungan antara tegangan-regangan jaringan kawat
(Wiremesh / Glass woven roving.
9. Hubungan antara beban dan tinggi sampel.
10.Hubungan antara beban dan lendutan.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran mengenai pengaruh


beda tinggi profil kanal (C) ferosemen terhadap
kapasitas lenturnya akan dikemukakan dari
hasil pengolahan data dan diskusi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Abdullah, 1999, Ferosemen Sebagai Alternatif Material Untuk Memperkuat Kolom Beton
Bertulang, Seminar on Air - PPI Tokyo Institute of Technology 1999-2000 No.1 hal. 143-147,
Tokyo Institute of Technology
2. Amanullah, Syahrial, 1994, Pengaruh Dimensi Tampang dan Kekakuan Terhadap Kekuatan
Balok Beton Bertulang Sebelah, Tugas Akhir Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala,
Darussalam, Banda Aceh.
3. Anonim, 1981, Annual Book of ASTM Standard, Part 10, E-8, Standard Methods for Tension
Testing of Metallic Materials, Philadelphia.
4. Anonim, 1999, Guide for the Design, Construction, and Repair of Ferrocement, Report: ACI
549-1R (93), American Concrete Institute, Detroit, Michigan.
5. Anonim, 2004, Annual Book of ASTM Standard 2004, Section 4, Volume 04.02, Concrete and
Aggregates, International Standards-Worldwide.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
6. Ashfa, 1997, Perbaikan Balok Beton Bertulang Retak Akibat Beban Ultimit dengan Menggunkaan
Ferosemen, Tugas Akhir Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
8. Djausal, A., 2004, Struktur dan Aplikasi Ferosemen, Pusat Pengembangan Ferosemen Indonesia,
Bandar Lampung.
8. Hicks, T.G., 2002, Civil Engineering Formulas,McGraw Hill TLFeBook, www.iransaze.com
13. Mansur, M.A., dkk, 2000, Journal of Ferocement Vol. 30 No.4, International Ferrocement
Information Centre, Patumthani.
10. Mulyono, T., 2003, Teknologi Beton, Penerbit Andi, Yogyakarta.

18. Naaman, A.E., 2000, Ferrocement and Laminated Cementitious Composites, Techno Press 3000,
Michigan.
12. Neville, A.M., 1981, Properties Of Concrete, Fourth Edition, Longman, London.
13. Ranian, C., 2006, Bahan Pembentuk Beton, Paper Bahan Kuliah Teknologi Beton, Banda Aceh.
25. Sagel, R., Kole, P., dan Kusuma Gideon, 1993, Pedoman Pengerjaan Beton, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
15. Vis, W.C, dan Gideon Kusuma, 1993, Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai