Anda di halaman 1dari 7

STUDI KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS

TENTANG PRIVATISASI AIR UNTUK KEPENTINGAN


BISNIS TERHADAP MASYARAKAT

Oleh:
Kelompok 7
1. ALVIAN ARCHIE AS SHAFI-579
2. GILANG WINDHU AJI-607
3. MAY RICHA VIA ADISYA-572
4. AGNES SELINA-599
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proses mencapai tujuannya perusahaan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap
para pemegang sahamnya saja namun perusahaan juga dituntut untuk bertanggung jawab
terhadap karyawan, pemerintah, masyarakat sekita. Hal ini dikarenakan perusahaan yang
menjalankan kegiatan operasionalnya akan secara langsung ataupun tidak langsung
bersinggungan dengan parastakeholder tersebut. Oleh karena itu penerapan etika bisnis dalam
proses operasional perusahaan mempunyai peranan yang sangat krusial.

etika bisnis ialah metode yang digunakan perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
Proses tersebut yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan,
industri dan juga masyarakat. Seluruh proses ini mencakup bagaimana perusahaan menjalankan
bisnis secara adil, mematuhi hukum yang berlaku.

Namun terkadang kita tidak bisa memungkiri bahwa terkadang masih banyak perusahaan-
perusahaan baik skala besar atau kecil masih enggan untuk menerapkan etika bisnis dalam
menjalankan usahanya.

Persaingan antar bisnis belakangan ini semakin pesat dan membuat para pebisnis terkadang
melupakan etika berbisnis. Seperti kasus yang sedang menimpa PT Tirta Fresindo Jaya yang
memproduksi air minum kemasan Le Minerale. Dalam menjalankan bisnisnya PT Tirta Fresindo
Jaya diduga menggunakan cara-cara yang menurut masyarakat merugikan serta merusak
lingkungan sekitar. Menurut dugaan pabrik PT Tirta Fresindo Jaya yang berlokasi di Kecamatan
Baros melakukan tindakan privatisasi air dengan menutup delapan mata air sumber pertanian
warga sekitar untuk kepentingan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah PT Tirta Fresindo Jaya menerapkan etika bisnis dalam menjalankan bisnisnya?
2. Jika PT Tirta Fresindo Jaya tidak menerapkan etika bisnis, bagaimana bentuk pelanggarannya
dan bagaimana cara mengatasinya?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penerapan etika bisnis pada PT Tirta Fresindo Jaya
2. Untuk mengetahui pelanggaran-pelangaran etika bisnis dan cara antisipasinya jika PT Tirta
Fresindo Jaya terbukti melakukan pelanggaran
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Etika

Etika adalah keyakinan tentang apa yang benar atau salah dan yang baik atau buruk.

Menurut kajian ilmu etimologi kata etika berasal dari bahasa Yunani Kuno “ethikos” yang
mempunyai arti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik. Dalam perkembangannya etika sangat erat mempengaruhi kehidupan
manusia. Dengan menerapkan etika yang benar maka manusia mempunyai orientasi bagaimana
ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Bisa dikatakan bahwa etika sangat
berperan bagi manusia untuk mengambil sikap dan tindakan secara tepat dalam menjalani hidup.

2.2 Pengertian Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu
perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham,
masyarakat.

Adapun pengertian tentang etika bisnis menurut para ahli :

Menurut Sumarni, etika bisnis ini terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan
perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha (1998:21).

Menurut Bertens, etika bisnis bahkan lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena
dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan
hukum (2000).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Permasalahan

Permasalahan antara warga dengan PT Tirta Fresindo Jaya yang merupakan salah satu anak
perusahaan Mayora Group ini bermula pada tahun 2012. Waktu itu pihak PT Tirta Fresindo Jaya
datang ke dua wilayah yakni di Kecamatan Baros, Serang dan Kecamatan Cadas Sari,
Pandeglang dan berencana akan membangun gudang diwilayah tersebut, sehingga warga
kehilangan 17 hektare areal persawahan dari rencana 32 hektar yang akan dibangun perusahaan
diperuntukkan sebagai gudang.

Namun dengan seketika, izin areal tersebut berubah menjadi pabrik pengelolaan air minum
kemasan setelah mendapat izin dari Dinas Tata Ruang dan Tata Wilayah melalui SK No.
600/548.b/SK-DTKP/XII/2013 yang imbasnya adalah sumber mata air yang biasa digunakan
warga untuk kegiatan sehari-hari menjadi turun drastis. Hal ini jelas melanggar Perda Kabupaten
Pandeglang No.3/2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Pandeglang
yang menyatakan bahwa kawasan Cadasari merupakan kawasan lindung geologi, yang memiliki
beberapa titik mata air. Bahkan, wilayah ini merupakan sentral kawasan lahan pangan yang
berkelanjutan, profesi masyarakat lebih didominasi oleh petani.

Sejak saat itu, gelombang penolakan terus berdatangan baik dari masyarakat Cadas Sari dan
Baros maupun dari elemen organisasi masyarakat lainya. Dengan berbagai penolakan dan protes
yang dilakukan masyarakat tersebut akhirnya Bupati Pandeglang yang waktu itu masih dijabat
oleh Erwan Kurtubi mengeluarkan pembatalan ijin Perusahaan melalui SK 0454/1669-
BPPT/2014. Pembatalan ini diperkuat dengan himbauan oleh Ketua DPRD Pandeglang agar
pembangunan pabrik tersebut dihentikan.

3.2 Pembahasan Masalah

Karena tidak ada tindakan tegas dari pemerintahan Provinsi Banten dan Kabupaten Pandeglang.
PT Tirta Fresindo Jaya pun terus melakukan aktivitasnya dengan melakukan eksploitasi air di
wilayah Cadas Sari dan Baros dan tidak mengindahkan SK pencabutan izin yang dikeluarkan
Bupati serta himbauan dari DPRD Pandeglang tersebut.

Tanggal 11 November 2016, ratusan kiai dan santri yang tergabung dalam Jam’iyatul Muslimin
Provinsi Banten melakukan istighosah di area Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten
tepatnya di samping Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten.
Istighosah ini merupakan buntut dari kekecewaan warga atas kelakuan perusahaan yang tidak
kunjung menghentikan kegiatannya.

Menyikapi tuntutan warga tersebut, pihak DPRD Banten akhirnya mengeluarkan pokok-pokok
pikiran yang beberapa diantaranya;
1. PT Tirta Fresindo Jaya agar menghormati surat Bupati Pandeglang atas nama Erwan Kurtubi
No. 0454/1669-BPPT/ 2014 tertanggal 21 November 2014 perihal penghentian kegiatan
investasi PT. Tirta Fresindo Jaya.

2. PT. Tirta Fresindo Jaya agar segera menghentikan aktivitas kegiatannya.

3. Kepada Bupati Pandeglang yang saat ini dijabat oleh Irna Narulita dan Jajaran SKPD terkait
Pemda Pandeglang untuk segera dapat mengambil langkah-langkah guna menghentikan kegiatan
PT. Tirta Fresindo Jaya.

4. Kepada aparat kepolisian agar dapat membantu untuk menghentikan kegiatan PT. Tirta
Fresindo Jaya (Mayora Group) dilokasi sebagai mana maksud.

Menurut perwakilan warga yang tergabung Cadas Sari – Baros pihak PT. Tirta Fresindo Jaya
tetap tidak mengindahkan pokok-pokok pikiran DPRD Banten tersebut dan tetap melakukan
aktivitasnya di lapangan seperti biasa. Akhirnya pada tanggal 6 Februari 2017, warga kembali
bergerak menuju pendopo Bupati Pandeglang. Sekitar 300 warga ini ingin berdiskusi dengan
Bupati Pandeglang, yakni IIrna Narulita.

Namun kedatangan warga saat itu tak digubris sehingga warga merasa kecewa dengan
melampiaskan kemarahan mereka ke pabrik air minum PT. Tirta Fresindo Jaya. Aksi ini
akhirnya berujung dengan penangkapan 6 (enam) orang warga Cadas Sari – Baros dengan tiga
orang ditetapkan sebagai tersangka tanpa ada proses surat panggilan dan BAP sebelumnya.
Hingga saat ini, aparat kepolisian masih melakukan penyisiran ke kampung-kampung dan
meneror warga di dua desa ini. Situasi tersebut melahirkan keresahan di antara warga.

Masyarakat sipil yang tergabung dalam Komite Nasional Pembaruan Agraria (KNPA) dan
Aliansi Tolak Privatisasi Air menilai bahwa tindakan sepihak yang telah dilakukan oleh aparat
kepolisian ini merupakan tindakan penyimpangan dari kewenangan yang mereka miliki. Warga
Cadas Sari – Baros bukanlah kriminal, namun mereka merupakan korban dari kebijakan
privatisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah Pandeglang sehingga kehilangan hak-hak
agraria mereka berupa tanah dan air.

3.3 Pelanggaran Etika Bisnis PT. Tirta Fresindo Jaya

Undang-undang Sumberdaya Air merupakan salah satu Undang-undang yang disusun melalui
pinjaman program Bank Dunia (Water Resources Sector Adjustment Loan) sebesar US$ 300
juta. Undang-undang ini juga didasari atas cara pandang baru terhadap air, yaitu air sebagai
barang ekonomi yang mendorong terjadinya komersialisasi, komodifikasi dan privatisasi air.
Sebagai turunan, tentu saja air sebagai barang ekonomi menjadi landasan utama dalam
menyusun Undang-undang Sumberdaya Air.
Dari pemaparan tentang latar belakang masalah diatas bahwa terjadi indikasi pelanggaran Etika
Bisnis yang dilakukan oleh PT. Tirta Fresindo Jaya diantara bukti-buktinya adalah sebagai
berikut:

a. Warga Cadas Sari dan Baros yang sebagian besar merupakan petani telah dijamin oleh UU
No. 19/2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (UU Perlintan) dalam bentuk
kepastian hak atas tanah dan lahan pertaniannya namun hak telah oleh PT. Tirta Fresindo Jaya .

b. Hak agraria petani Cadas Sari – Baros yang dilindungi UU No.41/2009 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan telah direnggut oleh PT. Tirta Fresindo Jaya dimana
seharusnya aktivitas pembangunan lainnya harus menjamin perlindungan fungsi lahan pertanian
yang ada.

c. Mengacu konstitusi agraria di Indonesia, bahwa bumi, termasuk tanah, air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya, merupakan sumber kekayaan agraria yang harus dilindungi oleh
Negara dan diperuntukkan sebesar-besarnya untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat sesuai
Pasal 33 UUD 1945 dan Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) No. 5/1960 oleh karena itu
seharusnya PT. Tirta Fresindo Jaya tidak melakukan eksploitasi dan privatisasi sumber mata air
uang merupakan sumber kekayaan yang menyangkut hidup orang banyak.

Adapun solusi dalam pelanggaran akan etika bisnis yang dilakukan oleh PT. Tirta Fresindo Jaya
terhadap masyarakat agar masalah ini bisa segera terselesaikan adalah:

a. Pihak Kepolisian Polda Banten dan Polda Pandeglang untuk segera menghentikan tindakan
penyisiran yang dilakukan ke rumah-rumah warga sehingga meninggalkan teror dan ketakutan di
kalangan warga.

b. Pihak Kepolisian Polda Banten dan Polres Pandeglang untuk segera memproses tindakan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh PT. Tirta Fresindo Jaya (Mayora Group) yang telah
merampas hak-hak agraria warga Cadas Sari – Baros.

c. Jajaran kepolisian yakni Polda Banten dan Polres Pandeglang agar segera Membebaskan tiga
orang warga Cadas Sari – Baros yang telah ditetapkan sebagai tersangka tanpa proses hukum
yang jelas.

d. PT Tirta Fresindo Jaya agar menghormati surat Bupati Pandeglang ( Erwan Kurtubi) No.
0454/1669-BPPT/ 2014 tertanggal 21 November 2014 perihal penghentian kegiatan investasi PT.
Tirta Fresindo Jaya (Mayora Group).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya hendaknya perusahaan menerapkan dengan benar etika
bisnis tujuannya agar meminimalisir pelanggaran-pelanggaran yang tentu saja akan merugikan
masyarakat. Secara umum etika dalam berbisnis merupakan acuan cara yang harus ditempuh
oleh sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.

4.2 Saran-saran

Ada beberapa saran agar masalah privatisasi air oleh PT. Tirta Fresindo Jaya segera selesai.

Pemda Pandeglang dan Serang beserta jajaran yang terkait harus segera mengambil langkah -
langkah tegas untuk menghentikan kegiatan privastisasi sumber mata air yang dilakukan oleh
PT. Tirta Fresindo Jaya kepada masyarakat sekitar

b. Presiden, Gubernur dan Bupati harus menjamin dasar warga Cadas Sari – Baros atas kekayaan
agraria sebagai sumber keberlangsungan dan keberlanjutan hidupnya, baik sebagai petani di
sekitar wilayah kawasan Cadas Sari.

Oleh karena itu segenap elemen bangsa, publik secara luas khususnya masyarakat Banteng untuk
bersama-sama mengawal dan menjadi bagian dari perjuangan warga Cadas Sari dan Baros,
memastikan keadilan agraria di wilayah Cadas Sari dan Baros dapat dipenuhi.

4.3 Daftar Pustaka

https://binadesa.org/akibat-tolak-privatisasi-air-oleh-mayora-group-warga-cadas-sari-dan-
baros-banten-di-tangkap/#

https://binadesa.org/akibat-tolak-privatisasi-air-oleh-mayora-group-warga-cadas-sari-dan-
baros-banten-di-tangkap-2/

https://binadesa.org/akibat-tolak-privatisasi-air-oleh-mayora-group-warga-cadas-sari-dan-
baros-banten-di-tangkap-3/

Anda mungkin juga menyukai