Pirantel
Pirantel
TINJAUAN PUSTAKA
Rumus Struktur :
- (E)-1,4,5,6-Tetrahidro-1-metil-2-[2-(2-thienyl)vinil]
- Pyrimidine,1,4,5,6-tetrahydro-1-methyl-2-[2-(2-thienyl)
- 1,4,5,6-tetrahydro-1-methyl-2-[trans-2-(2-thienyl)-
vynil]-pyrimidine embonate
2007).
2.1.2 Farmakologi
sebagai antelmintik dan sangat efektif untuk pengobatan infeksi yang disebabkan
oleh satu jenis cacing atau lebih di usus, beberapa diantaranya adalah cacing
Obat ini bekerja dengan cara menimbulkan depolarisasi pada otot cacing
Efek samping yang dapat terjadi adalah sakit perut, anoreksia, sakit kepala,
dan pusing yang dapat timbul segera setelah pemberian obat. Efek samping ini
ringan dan sementara, dan timbulnya berhubungan dengan besar dosis. Walaupun
pada wanita hamil trisemester I dan wanita menyusui. Karena itu, hati-hati
samping yang paling sering terjadi adalah sakit kepala (Tjay, 2007; Sukarban,
1995).
Dosis tunggal sekaligus 2-3 tablet dari 250 mg untuk dewasa dan anak-
2.1.5 Sediaan
komposisi setara pirantel base 125 mg dan 250 mg serta bentuk suspensi oral
dengan komposisi tiap 5 ml mengandung pirantel pamoat setara pirantel base 125
radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang
cahaya tampak, infra merah dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang
untuk daerah ultraviolet adalah 190-380 nm, daerah cahaya tampak 380-780 nm,
daerah inframerah dekat 780-3000 nm, dan daerah inframerah 2,5-40 µm atau
tingkat energi elektron dasar ke tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi.
(Satiadarma, 2004).
Gugus fungsi yang menyerap radiasi di daerah ultraviolet dekat dan daerah
tampak disebut gugus kromofor dan hampir semua gugus ini mempunyai ikatan
pada panjang gelombang maksimum kecil dari 200 nm, misalnya pada >C=C<
dan –C ≡ C–. Kromofor ini merupakan tipe transisi dari sistem yang mengandung
konyugasi, perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi
lebih kecil sehingga penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar
(Dachriyanus, 2004).
Gugus fungsi seperti –OH, -O, -NH2, -Cl, dan –OCH3 yang mempunyai
tetapi apabila gugus ini terikat pada gugus kromofor mengakibatkan pergeseran
intensitas yang lebih kuat. Efek hipsokromik adalah suatu pergeseran pita serapan
ke panjang gelombang lebih pendek, yang sering kali terjadi bila muatan positif
dimasukkan ke dalam molekul dam bila pelarut berubah dari non polar ke pelarut
ultraviolet:
antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi tersebut,
(b) yang disinari, dengan bertambahnya sel, maka serapan akan bertambah.
A = k. b
A = k. c
Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan
dengan konsentrasi dan ketebalan sel yang dapat ditulis dengan persamaan :
A = k.c.b
berlainan, yaitu gram per liter atau mol per liter. Nilai tetapan (k) dalam hukum
dalam gram per liter, tetapan disebut dengan absorptivitas (a) dan bila dalam mol
per liter, tetapan tersebut adalah absorptivitas molar (ε). Jadi dalam sistem
Dimana: A = serapan
a = absorptivitas
b = ketebalan sel
c = konsentrasi
ε = absorptivitas molar
merupakan konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan
suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi (Day and
larutan 1 % (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga dapat diperoleh persamaan:
A = A 11 . b. c
b = ketebalan sel
kuantitatif.
tetapi hanya sebagai data sekunder atau pendukung, yaitu dengan cara
2. Aspek Kuantitatif
detektor. Parameter kekuatan energi radiasi yang diabsorpsi oleh molekul adalah
absorban (A) yang dalam batas konsentrasi tertentu nilainya sebanding dengan
ada reaksi kimia yang dapat mengubahnya menjadi kromofor atau dapat
1. Metode Regresi
persamaan regresi yang didasarkan pada harga serapan dan konsentrasi standar
2. Metode Pendekatan
masuk ke dalam daerah spektrum ultraviolet itu. Dari spektrum ini, dipilih
panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm. Proses
ini menggunakan instrumen yang disebut spektrofotometer. Alat ini terdiri dari
panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau
kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran
pada daerah ultraviolet harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak
tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet tampak dan ultraviolet yang khas
lebih.
5. Suatu amplifier (penguat) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat isyarat
Underwood, 1981).
2.3 Validasi
metode analisis yang dilakukan akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan pada
spesifikasi, limit deteksi, limit kuantitasi, linieritas dan rentang (Harmita, 2004;
Rohman, 2007).
hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen
melalui dua cara, yaitu metode simulasi dan metode penambahan bahan baku
dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang
sebenarnya.
A− B
% Perolehan Kembali = x100%
C
masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali pada
sejumlah cuplikan yang diambil dari sampel homogen. Presisi dinyatakan sebagai
deviasi standar atau deviasi standar relatif (koefisien variasi). Presisi dapat
a. Kisaran (range) merupakan selisih hasil penetapan yang paling besar dengan
yang paling kecil. Semakin kecil selisihnya berarti hasilnya semakin tepat.
∑ |X−X|
N
SD =
∑(X − X ) 2
n −1
N = frekuensi penetapan
dengan persamaan :
SD
RSD = x 100%
X
SD = Standard Deviation
= rata-rata
mengukur kadar analit secara khusus dengan akurat, disamping komponen lain
terendah dalam sampel yang masih dapat terdeteksi. Batas deteksi dapat dihitung
3 xSB
Batas deteksi =
Slope
analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi
10 xSB
Batas Kuantitasi =
Slope
bahwa nilai hasil uji langsung atau setelah diolah secara matematika, proporsional
dengan konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu.