Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pirantel Pamoat

2.1.1 Sifat Fisikokimia

Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C11H14N2S . C23H16O6

Sinonim : - Pyrantel Embonate

- (E)-1,4,5,6-Tetrahidro-1-metil-2-[2-(2-thienyl)vinil]

pirimidina 4,4’-metilen bis[3-hidroksi-2-naftoat]

- Pyrimidine,1,4,5,6-tetrahydro-1-methyl-2-[2-(2-thienyl)

ethenyl]-(E)-compd with 4,4’-methylenebis (3-hydroxy-

2-naphtalene carboxylic acid)

- 1,4,5,6-tetrahydro-1-methyl-2-[trans-2-(2-thienyl)-

vynil]-pyrimidine embonate

Berat Molekul : 594,68

Suhu Lebur : 1780 sampai 1790

Pemerian : Serbuk kristalin kuning sampai coklat

Universitas Sumatera Utara


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, metanol, dan etanol; larut

dalam dimetilsulfoksida; sukar larut dalam

dimetilformamida (Dibbern, 2002; Moffat, 2004; USP 30,

2007).

2.1.2 Farmakologi

Pirantel pamoat merupakan turunan tetrahydropyrimidine yang berkhasiat

sebagai antelmintik dan sangat efektif untuk pengobatan infeksi yang disebabkan

oleh satu jenis cacing atau lebih di usus, beberapa diantaranya adalah cacing

tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale), cacing gelang

(Ascaris lumbricoides), cacing kremi (Enterobius vermicularis), serta cacing

Trichostrongylus colubriformis dan Trichostrongylus orientalis.

Obat ini bekerja dengan cara menimbulkan depolarisasi pada otot cacing

sehingga terjadi pelepasan asetilkolin dan penghambatan kolinestrese. Hal ini

menyebabkan pelumpuhan cacing-cacing, yang diikuti dengan pembuangan dari

saluran intestinal manusia (Katzung, 2004; Sukarban, 1995).

2.1.3 Efek Samping

Efek samping yang dapat terjadi adalah sakit perut, anoreksia, sakit kepala,

dan pusing yang dapat timbul segera setelah pemberian obat. Efek samping ini

ringan dan sementara, dan timbulnya berhubungan dengan besar dosis. Walaupun

pada pengujian tidak ditemukan efek teratogenik, sebaiknya jangan diberikan

pada wanita hamil trisemester I dan wanita menyusui. Karena itu, hati-hati

memberikan obat ini pada penderita yang memerlukan kewaspadaan. Efek

samping yang paling sering terjadi adalah sakit kepala (Tjay, 2007; Sukarban,

1995).

Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Dosis

Dosis tunggal sekaligus 2-3 tablet dari 250 mg untuk dewasa dan anak-

anak setengah-2 tablet 10 mg/kg (Tjay, 2007).

2.1.5 Sediaan

Dalam perdagangan pirantel pamoat tersedia dalam bentuk tablet dengan

komposisi setara pirantel base 125 mg dan 250 mg serta bentuk suspensi oral

dengan komposisi tiap 5 ml mengandung pirantel pamoat setara pirantel base 125

mg dan 250 mg (ISO, 2009).

2.2 Spektrofotometri Ultraviolet

2.2.1 Teori Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara

radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang

sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri ultraviolet,

cahaya tampak, infra merah dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang

untuk daerah ultraviolet adalah 190-380 nm, daerah cahaya tampak 380-780 nm,

daerah inframerah dekat 780-3000 nm, dan daerah inframerah 2,5-40 µm atau

4000-250 cm-1 (Ditjen POM, 1995).

Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul organik

aromatik, molekul yang mengandung elektron-π terkonjugasi dan atau atom

dengan elektron-n yang menyebabkan transisi elektron di orbital terluarnya dari

tingkat energi elektron dasar ke tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi.

Besarnya serapan radiasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit

Universitas Sumatera Utara


yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif

(Satiadarma, 2004).

Gugus fungsi yang menyerap radiasi di daerah ultraviolet dekat dan daerah

tampak disebut gugus kromofor dan hampir semua gugus ini mempunyai ikatan

tak jenuh. Pada kromofor jenis ini transisi terjadi dari→


π π*, yang menyerap

pada panjang gelombang maksimum kecil dari 200 nm, misalnya pada >C=C<

dan –C ≡ C–. Kromofor ini merupakan tipe transisi dari sistem yang mengandung

elektron π pada orbital molekulnya. Untuk senyawa yang mempunyai sistem

konyugasi, perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi

lebih kecil sehingga penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar

(Dachriyanus, 2004).

Gugus fungsi seperti –OH, -O, -NH2, -Cl, dan –OCH3 yang mempunyai

elektron-elektron valensi bukan ikatan (memberikan transisi n→ π* ) disebut

gugus auksokrom yang tidak dapat menyerap radiasi ultraviolet-sinar tampak,

tetapi apabila gugus ini terikat pada gugus kromofor mengakibatkan pergeseran

panjang gelombang ke arah yang lebih besar (pergeseran batokromik) dengan

intensitas yang lebih kuat. Efek hipsokromik adalah suatu pergeseran pita serapan

ke panjang gelombang lebih pendek, yang sering kali terjadi bila muatan positif

dimasukkan ke dalam molekul dam bila pelarut berubah dari non polar ke pelarut

polar (Dachriyanus, 2004; Rohman, 2007).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri

ultraviolet:

Universitas Sumatera Utara


a. Pemilihan panjang gelombang

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah

panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk memperoleh

panjang gelombang maksimum, dilakukan dengan membuat kurva hubungan

antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada

konsentrasi tertentu. Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang

gelombang maksimal, yaitu :

• Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena

pada panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk

setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar.

• Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar

dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi.

• Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh

pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan

panjang gelombang maksimal.

b. Pembuatan kurva kalibrasi

Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai

konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi

diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi

dengan konsentrasi. Bila hukum Lamber-Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi

merupakan garis lurus.

Universitas Sumatera Utara


c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,6.

Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi tersebut,

kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal (Rohman, 2007).

2.2.2 Hukum Lambert-Beer

Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel

(b) yang disinari, dengan bertambahnya sel, maka serapan akan bertambah.

A = k. b

Menurut Beer, yang berlaku untuk radiasi monokromatis dalam larutan

yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi.

A = k. c

Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan

bertambah, sehingga serapan juga bertambah. Kedua persamaan ini digabungkan

dalam Hukum Lambert-Beer, maka diperoleh bahwa serapan berbanding lurus

dengan konsentrasi dan ketebalan sel yang dapat ditulis dengan persamaan :

A = k.c.b

Umumnya digunakan dua satuan c (konsentrasi zat yang menyerap) yang

berlainan, yaitu gram per liter atau mol per liter. Nilai tetapan (k) dalam hukum

Lambert-Beer tergantung pada sistem konsentrasi mana yang digunakan. Bila c

dalam gram per liter, tetapan disebut dengan absorptivitas (a) dan bila dalam mol

per liter, tetapan tersebut adalah absorptivitas molar (ε). Jadi dalam sistem

dikombinasikan, hukum Lambert-Beer dapat dinyatakan dalam rumus berikut :

Universitas Sumatera Utara


A= a.b.c (g/liter) atau A= ε. b. c (mol/liter)

Dimana: A = serapan

a = absorptivitas

b = ketebalan sel

c = konsentrasi

ε = absorptivitas molar

Hukum Lambert-Beer menjadi dasar aspek kuantitatif spektrofotometri

dimana konsentrasi dapat dihitung berdasarkan rumus di atas. Absorptivitas (a)

merupakan konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan

intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada

suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi (Day and

Underwood, 1999; Rohman, 2007).

Menurut Roth dan Blaschke (1981), absorptivitas spesifik juga sering

digunakan untuk menggantikan absorptivitas. Harga ini, memberikan serapan

larutan 1 % (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga dapat diperoleh persamaan:

A = A 11 . b. c

Dimana : A 11 = absorptivitas spesifik

b = ketebalan sel

c = konsentrasi senyawa terlarut (g/100ml larutan)

2.2.3 Penggunaan Spektofotometri Ultraviolet

Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan analisis

kuantitatif.

Universitas Sumatera Utara


1. Aspek Kualitatif

Metode spektroskopi UV-Vis dapat digunakan dalam analisis kualitatif,

tetapi hanya sebagai data sekunder atau pendukung, yaitu dengan cara

membandingkan spektrum baku pembanding dengan spetrum dari cuplikan yang

dianalisis (Mulya, 1995).

2. Aspek Kuantitatif

Penggunaan utama spektrofotometri ultraviolet adalah dalam analisis

kuantitatif. Apabila dalam alur spektrofotometer terdapat senyawa yang

mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan radiasi yang mencapai

detektor. Parameter kekuatan energi radiasi yang diabsorpsi oleh molekul adalah

absorban (A) yang dalam batas konsentrasi tertentu nilainya sebanding dengan

banyaknya molekul yang mengabsorpsi radiasi dan merupakan dasar analisis

kuantitatif. Senyawa yang tidak mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak

dapat juga ditentukan dengan spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak, apabila

ada reaksi kimia yang dapat mengubahnya menjadi kromofor atau dapat

disambungkan dengan suatu pereaksi kromofor (Satiadarma, 2004).

Analisis kuantitatif secara spektrofotometri ultraviolet dapat dilakukan

dengan metode regresi dan pendekatan.

1. Metode Regresi

Analisis kuantitatif dengan metode regresi yaitu dengan menggunakan

persamaan regresi yang didasarkan pada harga serapan dan konsentrasi standar

yang dibuat dalam beberapa konsentrasi, paling sedikit menggunakan 5 rentang

konsentrasi yang meningkat yang dapat memberikan serapan yang linier,

Universitas Sumatera Utara


kemudian diplot menghasilkan suatu kurva yang disebut dengan kurva kalibrasi.

Konsentrasi suatu sampel dapat dihitung berdasarkan kurva tersebut.

2. Metode Pendekatan

Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan membandingkan

serapan standar yang konsentrasinya diketahui dengan serapan sampel.

Konsentrasi sampel dapat dihitung melalui rumus perbandingan C = As. Cb / Ab

dimana As = serapan sampel, Ab = serapan standar, Cb = konsentrasi standar, dan

C = konsentrasi sampel (Holme dan Peck, 1983).

2.2.4 Peralatan Untuk Spektrofotometri

Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang

masuk ke dalam daerah spektrum ultraviolet itu. Dari spektrum ini, dipilih

panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm. Proses

ini menggunakan instrumen yang disebut spektrofotometer. Alat ini terdiri dari

spektrometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang

tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang

ditransmisikan atau yang diabsorpsi (Bassett, 1994; Khopkar, 1990).

Unsur -unsur terpenting suatu spektrofotometer adalah sebagai berikut:

1. Sumber-sumber lampu: lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada

panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau

lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang

antara 350- 900 nm.

2. Monokromotor: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang

monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma maupun grating. Untuk

mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian.

Universitas Sumatera Utara


3. Kuvet (sel): digunakan sebagai wadah sampel untuk menaruh cairan ke dalam

berkas cahaya spektrofotometer. Kuvet itu haruslah meneruskan energi radiasi

dalam daerah spektrum yang diinginkan. Pada pengukuran di daerah tampak,

kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran

pada daerah ultraviolet harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak

tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet tampak dan ultraviolet yang khas

mempunyai ketebalan 1 cm, namun tersedia kuvet dengan ketebalan yang

sangat beraneka, mulai dari ketebalan kurang dari 1 mm sampai 10 cm bahkan

lebih.

4. Detektor: berperanan untuk memberikan respon terhadap cahaya pada

berbagai panjang gelombang.

5. Suatu amplifier (penguat) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat isyarat

listrik itu dapat dibaca.

6. Sistem pembacaan yang memperlihatkan besarnya isyarat listrik (Day and

Underwood, 1981).

2.3 Validasi

Validasi adalah suatu tindakan terhadap parameter tertentu pada prosedur

penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi

persyaratan untuk penggunaannya. Validasi dilakukan untuk menjamin bahwa

metode analisis yang dilakukan akurat, spesifik, reprodusibel, dan tahan pada

kisaran analit yang akan dianalisis (WHO, 1992; Rohman, 2007).

Parameter analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi,

spesifikasi, limit deteksi, limit kuantitasi, linieritas dan rentang (Harmita, 2004;

Rohman, 2007).

Universitas Sumatera Utara


Akurasi (kecermatan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan

hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen

perolehan kembali (% recovery) analit yang ditambahkan dan dapat ditentukan

melalui dua cara, yaitu metode simulasi dan metode penambahan bahan baku

(spiked placebo recovery) dan metode penambahan bahan baku (standard

addition method). Dalam kedua metode tersebut, persen perolehan kembali

dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang

sebenarnya.

A− B
% Perolehan Kembali = x100%
C

Keterangan : A = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan baku


B = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku

C = konsentrasi baku yang ditambahkan

Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian diantara

masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali pada

sejumlah cuplikan yang diambil dari sampel homogen. Presisi dinyatakan sebagai

deviasi standar atau deviasi standar relatif (koefisien variasi). Presisi dapat

diartikan pula sebagai derajat reprodusibilitas atau keterulangan dari prosedur

analisis. Ada 4 macam ukuran ketepatan, yaitu :

a. Kisaran (range) merupakan selisih hasil penetapan yang paling besar dengan

yang paling kecil. Semakin kecil selisihnya berarti hasilnya semakin tepat.

b. Deviasi rata-rata (mean deviation) merupakan deviasi masing-masing hasil

penetapan terhadap rata-rata, dengan tidak memperhatikan tanda deviasinya

∑ |X−X|
N

Universitas Sumatera Utara


(positif atau negatif) dan dirumuskan sebagai berikut :

c. Standar deviasi (SD) merupakan akar jumlah kuadrat deviasi masing-masing

hasil penetapan terhadap mean dibagi dengan derajat kebebasannya yang

dinyatakan dalam rumus berikut :

SD =
∑(X − X ) 2

n −1

Keterangan : X = nilai dari masing-masing pengukuran

= rata-rata (mean) dari pengukuran

N = frekuensi penetapan

N-1 = derajat kebebasan

d. Standar deviasi relatif (relative standard deviation, RSD) merupakan ukuran

ketepatan relatif dan umumnya dinyatakan dalam persen. RSD dirumuskan

dengan persamaan :
SD
RSD = x 100%
X

Keterangan : RSD = Relative Standard Deviation (%)

SD = Standard Deviation

= rata-rata

Kespesifikan dari suatu metode analisis adalah kemampuannya untuk

mengukur kadar analit secara khusus dengan akurat, disamping komponen lain

yang terdapat dalam matriks sampel.

Universitas Sumatera Utara


Batas deteksi (limit of detection) didefinisikan sebagai konsentrasi analit

terendah dalam sampel yang masih dapat terdeteksi. Batas deteksi dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

3 xSB
Batas deteksi =
Slope

Batas kuantitasi (limit of quantitation) didefinisikan sebagai konsentrasi

analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi

yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan.

10 xSB
Batas Kuantitasi =
Slope

Kelinieran suatu metode analisis adalah kemampuan untuk menunjukkan

bahwa nilai hasil uji langsung atau setelah diolah secara matematika, proporsional

dengan konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai