Anda di halaman 1dari 9

Modul Pembelajaran 4 Bahasa Indonesia Kelas X SMK Bahtera

Materi : Kearifan Lokal

Kelas :X

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Guru Pengajar : Alberto, S.Pd

A. Tujuan Pembelajaran : Peserta didik diharapkan mampu :

1.Mendeskripsikan nilai-nilai dan isi yang tekandung dalam cerita


rakyat

2. Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat


(hikayat) yang didengar dan dibaca

3. Menceritaan kembali isi cerita rakyat (Hikayat) kedalam bentuk


cerpen dengan memperhatikan isi dan nilai-nilai

4. Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) kedalam bentuk cerpen


dengan memperhatikan isi dan nilai

B. Ringkasan Materi :

1. Karakteristik cerita rakyat (hikayat)

2. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat)


MATERI PEMBELAJARAN

1. Karakteristik cerita rakyat (hikayat)


Cerita rakyat sudah tidak asing di telinga kamu. Kamu sering mendengar cerita
rakyat, mungkin diceritakan oleh ayah atau ibu kamu saat kamu kecil. Sudahakah kamu
mengenal cerita rakyat yang berupa hikayat?

Cerita hikayat memiliki banyak ragam, salah satunya adalah hikayat. Hikayat
merupakan cerita Melayu klasik yang menonjolkan unsur penceritaan berciri kemustahilan
dan kesaktian tokoh-tokohnya.

Hikayat adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita,
kisah, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kepahlawanan seseorang
lengkap dengan keanehan, kekuatan/kesaktian, dan mukjizat sang tokoh utama.

Menurut KBBI, hikayat berarti karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi
cerita, undang –undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau
gabungan sifat- sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar
untuk meramaikan pesta, misalnya Hang Tuah, Perang Palembang, Seribu Satu Malam, dan
lain- lain.

Ciri-ciri hikayat dapat dibedakan menjadi 9 yaitu:

Anonim: Pengarangnya tidak dikenal

Istana Sentris: Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/kerajaan

Bersifat Statis: Tetap, tidak banyak perubahan

Bersifat Komunal: Menjadi milik masyarakat

Menggunakan bahasa klise: Menggunakan bahasa yang diulang-ulang


Bersifat Tradisional: Menentukan budaya/tradisi/kebiasaan yang dianggap baik

Bersifat Didaktis: Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)

Menceritakan Kisah Universal Manusia: Peperangan antara yang baik dengan yang buruk,
dan dimenangkan oleh yang baik

Magis: Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba indah

Macam-macam hikayat dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

1.Macam-macam Hikayat berdasarkan isinya:

Cerita Rakyat

Epos India

Cerita dari Jawa

Cerita-cerita Islam

Sejarah dan Biografi

Cerita berbingkat

2.Macam-macam Hikayat berdasarkan asalnya:

 Melayu Asli

Contohnya: Hikayat Hang Tuah, Hikayat Si Miskin, Hikayat Indera Bangsawan,


Hikayat Malim Deman.

Pengaruh Jawa

Contohnya: Hikayat Panji Semirang, Hikayat Cekel Weneng Pati, Hikayat Indera
Jaya.

 Pengaruh Hindu

Contohnya: Hikayat Sri Rama, Hikayat Perang Pandhawa, Hikayat Sang Boma,
Hikayat Bayan Budiman.
 Pengaruh Arab-Persia

Contohnya: Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bachtiar, Hikayat Seribu Satu Malam.

Unsur-Unsur Hikayat

Alur (plot)

o Merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat.

Tema

o Merupakan inti atau ide dasar sebuah cerita. Dan ide dasar itulah cerita dibangun oleh
pengarangnya dengan memanfaatkan unsur-unsur intrinsik seperti plot, penokohan, dan latar.
Tema merupakan pangkal tolak pengarang dalam menceritakan dunia rekaan yang
diciptakannya.

Penokohan

o Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-


tokoh dalam cerita.

Sudut Pandang

o Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita.

Latar (setting)

o Latar (setting) adalah keadaan tempat, waktu, dan suasana berlangsungnya suatu cerita

Amanat

o Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang ingin disampaikan pengarang
pada pembaca melalui karyanya.
2. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat)

Sama halnya dengan karya sastra lain cerita rakyat (hikayat) juga memiliki beberapa
nilai-nilai yang terkandung dalam isi teks ceritanya, secara umum nilai-nilai yang terkandung
dalam cerita rakyat (hikayat) antaralain:

 Budaya
Nilai yang berkaitan dengan hal-hal budaya dilingkungan masyarakat

 Religius
Nilai yang berhubungan dengan ajaran agama

 Sosial
Nilai yang berhubungan dengan kehidupan sosial

 Moral
Nilai yang berhubungan dengan budi pekerti, baik dan buruk.

 Pendidikan
Nilai keteladanan yang baik

 Politik
Nilai yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara

 Estetika
Nilai yang berkaitan dengan keindahan dalam undur intrinsik karya sastra.
Perhatikan Contoh Cerita Rakyat Berikut Ini!

Hikayat Si Miskin

Dahulu kala, ada sepasang suami istri berkeliling untuk mencari rizki di negara
antah- berantah. Karena penampilannya, ia dijuluki si Miskin. Kerajaan tersebut dipimpin
oleh Maharaja Indera Dewa. Beberapa raja di tanah tersebut tunduk kepada Baginda Raja
Indera Dewa dan selalu mengantar upeti setiap tahun.
Pada suatu hari, semua orang baik para raja, menteri, prajurit maupun rakyat berkumpul di
istana sang Maharaja. Situasi yang ramai semakin ramai saat melihat Si Miskin di tengah –
tengah mereka dengan baju compang camping seperti terkoyak anjing. Melihat penampilan
mereka yang jauh dari kata layak pakai, orang – orang menertawakan mereka dan tak segan-
segan melempari mereka dengan kayu dan batu. Seluruh tubuh Si Miskin berlumuran darah
dan bengkak – bengkak. “Apa yang terjadi? Kenapa ribut sekali” tanya Baginda saat
mendengar keributan di istananya. “Orang – orang melempari Si Miskin, Yang Mulia” jawab
raja yang lain. “Usir mereka jauh – jauh!”titah Baginda Raja Indera Dewa. Si Miskin di usir
dari istana. Aktivitas di istana kembali seperti semula, ramai namun tenang tanpa kericuhan.
Hari sudah beranjak malam, seluruh raja, menteri, prajurit, serta rakyat itupun masing –
masing pulang ke rumahnya.
Saat malam tiba, Si Miskin tidur di dalam hutan. Di siang hari, mereka pergi ke
kampung untuk mencari makan. Namun, saat ke kampung bukan makanan apalagi uang yang
mereka dapatkan, malah pukulan dari kayu yang mereka dapatkan. Tidak hanya sampai di
situ, saat mereka di pasar orang – orang melontari mereka dengan batu dan dipukul dengan
kayu. Si Miskin lari tunggang langgang dengan tubuh berlumuran darah. Ia menangis tersedu
–sedu di sepanjang jalan dengan tersengat rasa lapar dan dahaga dan kesakitan di sekujur
tubuhnya. Ia berhenti di tempat pembuangan sampah dan memungut makanan yang masih
bisa dimakan. Beruntung mereka mendapat sebuah ketupat yang bisa mereka makan. Mereka
ingin meminta ke rumah orang tetapi takut. Jangankan diberi makan, hanya mendekati
rumahnya saja ia sudah diusir terlebih dahulu. Itulah keseharian Si Miskin.
Hari sudah petang, Si Miskin kembali ke hutan tempat di mana ia tinggal. Setelah
membersihkan darah-darah yang telah mengering di tubuhnya, mereka tidur di dalam hutan.
Pagi hari, Si Miskin berkata kepada istrinya dengan menangis tersedu- sedu ,“Istriku, rasanya
aku seperti ingin mati. Tubuhku rasanya hancur lebur karena rasa sakit ini.” Melihat keadaan
suaminya, Sang Istri merasa kasihan dan ikut menangis. Dia mengunyah daun kayu hingga
halus lalu dioleskan di tubuh suaminya berharap dapat mengobati luka- luka tersebut.
“Diamlah, jangan menagis,”tutur Sang Istri menahan isakannya.
Sebenarnya, Si Miskin adalah seorang raja keinderaan yang dikutuk oleh Batara
Indera hingga ia menjadi seperti itu. Tubuhnya sudah lebih segar. Kemudian, ia masuk ke
dalam hutan untuk mencari ambat muda yang layak untuk dimakan ia dan istrinya.
Setelah beberapa lama kemudian, isteri si Miskin itu hamil. Diusia kandungan yang
ketiga bulan, istrinya ingin makan buah mangga yang ada di dalam taman raja. Ia menangis
sampai membuat si Miskin tak tega melihatnya. Terbayang dahulu di Keinderaan, saat ia
menjadi raja ia tidak mau memiliki anak dan sekarang telah diberi keturunan. “Bagaiamana
bisa Kakanda minta pada mereka setelah apa yang telah kita alami sebelumnya? Jangankan
ingin meminta nasi sesuap, mendekati mereka saja tidak boleh,” tutur si Miskin.
Mendengar perkataan suaminya, sang istri menangis semakin hebat. “Tenanglah
Adinda, jangan menangis. Kakanda akan mencarikan buah mangga itu, jika dapat kakanda
akan berikan kepada adinda,”kata si Miskin. Sang istri pun tidak menangis lagi. Si Miskin
pergi ke pasar mencari buah mangga. Setelah sampai di tempat orang yang berjualan mangga,
ia takut dipukul orang karena meminta buah- buahannya. Kata penjual buah mangga,” Hai
Miskin, Apa maumu?” “Jika dibolehkan, saya ingin meminta buah yang sudah busuk itu satu
saja untuk istri saya yang tengah mengandung,” sahut si Miskin.
Karena kasihan dengan si Miskin, orang – orang yang bersimpati padanya ada yang
memberikan buah mangga, nasi, baju, dan buah-buahan lainnya. Si Miskin pun keheranan,
bagaimana mungkin sekarang ia mendapatkan berbagai pemberian, di saat dulunya ia hanya
mendapatkan pukulan kayu dan lemparan batu. Setelahnya, ia kembali ke dalam hutan
menemui istrinya. “Ini adinda, buah mangga yang kamu pinta dan buah-buahan, makanan,
serta baju,” tutur Si Miskin. Mengalirlah cerita yang ia alami di pasar tadi, bagaimana dan
apa yang terjadi di sana kepada istrinya. Sang istri pun menangis kembali, tatkala ia
mengetahui buah mangga itu bukan berasal dari taman raja melainkan dari pasar. “Biarkan
saja aku mati,”tandasnya.
Si Miskin kesal saat istrinya seperti mengatakan ingin mati, sungguh ia tidak tega.
Dengan tekadnya, ia menghadap Maharaja Indera Dewa. Setibanya di istana, keramaian
melingkupi Maharaja Indera Dewa. “Hai, Miskin, apa maumu?” tutur Maharaja melihat
kedatangan si Miskin saat raja- raja sedang menghadapnya. “Yang Mulia,”sahut si Miskin
lalu bersujud kepada Maharaja. “Ampun Yang Mulia, ampun beribu –ribu ampun, jikalau
boleh hamba orang yang hina ini meminta buah mangga yang sudah jatuh di taman Yang
Mulia,”pinta si Miskin. “Hendak kau apakan buah mangga itu?”kata Maharaja. “Hendak
dimakan, Yang Mulia,”sahut si Miskin. “Ambilkan buah mangga dan berikan kepada si
Miskin ini,”titah sang Maharaja pada pengawalnya. Setelah mendapatkan buah mangga itu, si
Miskin menyembah kepada sang Maharaja kemudian kembali ke dalam hutan. Istrinya
menyambut dengan suka cita buah mangga yang dibawakan suaminya dan memakannya
dengan hati gembira.
Tiga bulan kemudian, sang istri ingin memakan nangka yang di dalam taman raja juga. Si
Miskin kembali menghadap sang Maharaja. “Apa lagi maumu, hai Miskin?”tanya Maharaja.
“Yang Mulia, ampun beribu ampun,” sahutnya sembari bersujud. “Hamba ini orang miskin.
Bolehkah hamba meminta daun nangka yang gugur barang sehelai saja?”lanjutnya. “Hendak
kau apakan daun nangka itu? Baiklah aku beri satu buah nangka saja,” tutur sang Maharaja.
Si Miskin pun bersujud dan berterimakasih.
Sesudahnya, ia kembali ke dalam hutan dan menyerahkan buah nangka itu. Selama
istrinya hamil, ia banyak mendapat makanan- makanan, beras, baju, dan segala perkakas –
perkakas dari orang yang bersimpati padanya.
Terang bulan, istri si Miskin melahirkan seorang anak laki- laki yang begitu rupawan. Anak
itu mereka namai Markaromah yang artinya “Anak di dalam kesukaran”. Mereka merawat
anak mereka dengan penuh kasih sayang.
Karena takdir Tuhan si Miskin yang menggali tanah menemukan sebuah telaju besar
berisi emas yang banyak. Istrinya pun datang dan melihat lalu berkata,”Adinda yakin, emas
ini tidak akan habis tujuh turunan.” Sejak saat itu, si Miskin menjadi orang yang kaya.

Identifikasi Nilai – Nilai dalam cerita rakyat (hikayat)

NILAI KONSEP NILAI KUTIPAN


Religius Percayalah pada Tuhan Karena takdir Tuhan si
bahwa Dialah yang Miskin yang menggali tanah
menentukan nasib manusia. menemukan sebuah telaju
besar berisi emas yang
banyak.
Sosial Kita harus saling tolong- Karena kasihan dengan si
menolong terhadap sesama Miskin, orang – orang yang
dan pada orang yang bersimpati padanya ada yang
membutuhkan tanpa rasa memberikan buah mangga,
pamrih. nasi, baju, dan buah-buahan
Hendaknya kita mau berbagi lainnya.
untuk meringankan beban
orang lain.

Budaya Budaya menyembah seorang “Yang Mulia,”sahut si


raja / tunduk kepada raja Miskin lalu bersujud kepada
Maharaja.
Moral Kita harus bersikap bijaksana Mendengar perkataan
dalam menghadapi segala hal suaminya, sang istri
di dalam hidup kita. menangis semakin hebat.
“Tenanglah Adinda, jangan
menangis. Kakanda akan
mencarikan buah mangga itu,
jika dapat kakanda akan
berikan kepada adinda,”kata
si Miskin. Sang istri pun
tidak menangis lagi.

TUGAS AKHIR

1. Buatlah cerita rakyat (hikayat) yang anda ketahui sesuai dengan daerah tempat
tinggal anda!

2. Indentifikasilah nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat)
yang anda buat tersebut!

“TUHAN YESUS MEMBERKATI BAGI SIAPA YANG MAU BERUSAHA”

=SELAMAT MENGERJAKAN=

Anda mungkin juga menyukai