Anda di halaman 1dari 35

PRAKTIKUM VI

Judul Praktikum : Analisis Kualitatif Dengan Uji Millon

Hari/Tanggal Praktikum : Ahad, 24 Januari 2021


Nama Praktikan : Dhia Istiqomah
NIM Praktikan : PO714203201.045
Dosen Pembimbing : 1. Nuradi, S.Si., M.Kes
2. Zulfian Armah, S.Si., M.Si
3. Ridho Pratama, S.Si., M.Si
A. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengidentifikasi kandungan larutan yang termasuk golongan


Protein dengan adanya gugus fenol pada protein dengan uji Millon.

B. LANDASAN TEORI

Protein merupakan makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel


hidup dan merupakan 50 persen atau lebih dari berat kering sel. Protein
ditemukan di dalam semua sel dan semua bagian sel. Protein juga amat
bervariasi, ratusan jenis yang berbeda dapat ditemukan dalam satu
sel.[11] Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino, yang terikat
satu sama lain dalam ikatan peptida. Asam amino terdiri atas unsur-unsur
karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Beberapa protein mengandung
gugus kimia lain disamping asam amino yaitu unsur-unsur fosfor, besi,
sulfur, iodium dan kobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein,
karena terdapat di dalam semua protein akan tetapi tidak terdapat di dalam
karbohidrat dan lemak.
Analisis kualitatif protein tidak cukup dilakukan dengan beberapa
reaksi warna saja melainkan harus diikuti dengan uji tertentu yang terkait
dengan tertentu yang terdapat pada protein.
1. Uji Komposisi Suatu Protein
a. Uji komposisi secara umum
Protein (serbuk) dipanaskan dalam tabung reaksi kering.
Warna hitam residu menandakan adanya karbon; bau
amoniak (membirukan kertas lakmus merah) menandakan
adanya nitrogen dan hidrogen; kertas yang mengandung Pb-
asetat menjadi berwarna hitam menandakan adanya sulfur.
b. Uji terhadap nitrogen organik --- uji Lassaigne
c. Uji terhadap sulfur (uji terhadap sulfur pada sistin dan sistein)

2. Reaksi Warna Untuk Protein


a. Uji Biuret
CuSO4 dalam suasana basa bereaksi dengan senyawa yang
mengandung dua atau tiga ikatan peptida membentuk
kompleks berwarna violet. Reaksi ini bersifat tidak mutlak
spesifik untuk ikatan peptida; juga diberikan oleh semua
senyawa yang mempunyai dua atau lebih ikatan peptida.
Asam amino → negatif : tidak mempunyai ikatan peptida
Dipeptida → negatif : hanya mempunyai satu ikatan peptida
Warna yang dihasilkan → karena terbentuknya kompleks
koordinasi antara Cu2+, gugus karbonil dan gugus –NH- yang
terdapat pada ikatan peptida
b. Uji Millon
Reagen Millon + larutan protein → pertama-tama protein
diendapkan sebagai garam-merkuri (endapan berwarna
putih). Pada pemanasan dengan nyala api kecil→ endapan
berubah seperti warna merah-daging (+).
Hanya protein yang mengandung tirosin yang mengalami
hidrolisis yang memberikan reaksi positif.
Gugus hidroksifenil (-C6H4OH) pada tirosin merupakan gugus
yang merespon uji ini. Karenanya uji Millon ditujukan untuk
tirosin yang terdapat pada protein.

c. Uji Hopkins-Cole
Gugus indol pada triptofan merupakan gugus yang merespon
uji ini. Gugus aldehid pada asam glioksilik membantu merubah
gugus indol menjadi senyawa berwarna violet.
Uji Hopkins-Cole ini selanjutnya dijadikan uji terhadap
triptofan.
H2
H2 H O C H
C C COOH C
+ H C COOH COOH
NH2 C
N N C NH
H H H2
triptofan asam glioksalik kompleks berwarna
violet

d. Uji Ninhydrin
Selain oleh protein, hasil positif juga diberikan oleh peptone,
asam amino, dan amin primer lainnya, termasuk amoniak.
O O
O_
C C O
OH C
H - H2O
C + R C COOH C N C + R C OH

C OH NH2 C C

O -asam amino O O
senyawa komplek
ninhidrin berwarna

Uji Millon
Uji millon merupakan uji kualitatif protein yang digunakan
untuk menguji adanya gugus fenol pada protein misalnya
tirosin. Pengujian ini memberikan hasil positif terhada protein
yang mengandung asam amino yang memiliki gugus fenol,
misalnya tirosin. Pereaksi Millon terdiri atasa larutan merkuro
nitrat dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Protein dengan
pereaksi Millon akan membentuk endapan putih. Jika
dipanaskan, warnanya berubah menjadi merah.
Prinsip dari uji millon ialah larutan protein setelah
ditambahkan pereaksi millon yang tersusun dari larutan
merkuro dan merkuri nitrat dalam asma nitrat akan
menghasilkan endapan putih yang dapat berubah merah bila
dipanaskan (Winarno 1980) Percobaan pada uji millon
menggunakan preaksi millon yang berfungsi sebagai senyawa
yang dapat menitrasi senyawa tirosin membentuk garam
merkuri yang akan menghasilkan warna merah. Hasil dari
percobaan didapatkan albumin dan fenol positif adanya tirosin.
Fenol dihasilkan positif, dikarenakan fenol memiliki gugus
fenol dan tirosin merupakan turunan dari hidroksibenzena,
sehingga fenol memberikan hasil yang positif dengan fenol
dijadikan sebagai kontrol.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat : 1. Tabung reaksi Bahan : 1. Reagent millon


2. Beaker glass 2. Sampel albumin
3. Pipet tetes
4. Rak tabung
5. Lampu spiritus
6. Kaki tiga
7. Kawat kasa
8. Korek
9. Lap halus
D. PROSEDUR KERJA
Alat dan bahan disiapkan dengan baik dan meja kerja dalam keadaan
bersih; Tambahkan 5 tetes reagen Millon ke dalam 3 ml larutan protein,
panaskan campuran dengan baik. Jika reagen yang digunakan terlalu
banyak, maka akan hilang pada pemanasan.

E. HASIL PENGAMATAN

Larutan yang Hasil Pengamatan


Cara Kerja
Diuji Sebelum Sesudah

Albumin 3ml
+
5 tetes reagent
Albumin
millon
+
Panaskan

Putih bening
Endapan Merah

Larutan
No Hasil Uji Benedict Hasil
Sampel
1. Albumin Endapan merah +

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pecobaan pengidentifikasian
kandungan larutan yang termasuk golongan protein dengan uji Millon yakni
mengidentifikasi adanya gugus fenol pada protein misalnya tirosin .
Berdasarkan percobaan ini dapat dilihat bahwa larutan albumin dapat
mengandung protein (gugus fenol/tirosin) apabila terjadi perubahan warna
setelah pemanasan dari putih bening menjadi endapan merah bata.
Sebagaimana prinsip kerjanya, Uji Millon adalah larutan merkuro dan
merkuri (Hg) dalam suasana asam nitrat (HNO3). Jika larutan ini
ditambahkan protein yang mengandung asama amino dengan rantai
samping gugus fenolik, maka akan menghasilkan endapan yang berwarna
putih yang dapat berubah menjadi merah ketika di panaskan.
Pada percobaan ini sampel yang digunakan ditambahkan pereaksi
Millon dan dipanaskan agar reaksi berjalan lebih cepat. Pada uji Millon,
beberapa larutan protein yang di ujikan adalah negative yakni alanin, valin,
flisin, prolin, triptofan, asam glutamate, glutamine dan arginin. Hal ini
disebabkan karena pada keempat asam amino tersebut tidak mengandung
gugus fenol.Yang positif pada uji Millon adalah albumin.
Pada pengujian asam amino dengan uji Millon, larutan protein
(albumi telur) ditambahkan dengan reagen Millon. Penambahan
reagen Millon ini menyebabkan terbentuknya endapan putih yang
kemudian berubah menjadi endapan merah. Hal ini membuktikan dalam
larutan albumin tersebut positif mengandung tirosin.
Endapan putih yang terbentuk setelah penambahan reagen Millon
pada larutan protein tersebut berasal dari endapan merkuri, dimana
pada awalnya merkuri (Hg) yang terlarut di dalam asam nitrat (HNO3)
teroksidasi menjadi Hg+. Ion Hg+ ini selanjutnya membentuk garam
dengan gugus karboksil dari tirosin. Ketika dipanaskan endapan putih
tersebut berubah menjadi endapan merah. Hal ini terjadi karena asam
nitrat yang semula berfungsi sebagai pelarut mengoksidasi Hg+ menjadi
Hg2+. Bersamaan dengan hal tersebut, asam amino tirosin ternitrasi.
Kemudian terjadi reaksi pembentukan HgO yang berwarna merah.

G. KESIMPULAN
1. Kandungan protein pada suatu bahan dapat diketahui dengan melakukan
pengujian, salah satunya dengan millon.
2. Uji Millon bertujuan untuk mengetahui gugus fenol, misalnya tirosin
3. Albumin merupakan hasil postif dari uji ini seperti halnya tirosin, karena
dalam albumin terdapat tirosin yang merupakan gugus fenol. Yakni
dengan ciri khas berubah warna pasca pemanasan yang mulanya
berwarna putih menjadi endapan merah.
H. DAFTAR PUSTAKA

Maharani, Endang Triwahyuni dan Yusrin. 2010. Kadar Protein Kista Artemia
Curah Yang Dijual Petambak Kota Rembang Dengan Variasi Suhu
Penyimpanan. Jurnal Unismuh. 30-35.
Susanti, Hari. 2008. Analisis
Obat, Makanan dan Kosmetika. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

Pratama, Ridho.2019. Penuntun Praktikum Biokimia Analis


Kesehatan.Makassar: Poltekkes Makassar.

Makassar, 24 Januari 2020


Praktikan

Dhia Istiqomah

Pembimbing I Pembimbing II

Nuradi, S.Si., M.Kes Zulfian Armah, S.Si., M.Kes

Pembimbing III

Ridho Pratama, S.Si., M.Si


PRAKTIKUM VII
Judul Praktikum : Analisis Kualitatif Dengan Uji Hopkins-Cole

Hari/Tanggal Praktikum : Ahad, 24 Januari 2021


Nama Praktikan : Dhia Istiqomah
NIM Praktikan : PO714203201.045
Dosen Pembimbing : 1. Nuradi, S.Si., M.Kes
4. Zulfian Armah, S.Si., M.Si
5. Ridho Pratama, S.Si., M.Si
A. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya asam amino tryptofhan


dalam sampel dengan uji hopkins-cole..

B. LANDASAN TEORI

Protein merupakan makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel


hidup dan merupakan 50 persen atau lebih dari berat kering sel. Protein
ditemukan di dalam semua sel dan semua bagian sel. Protein juga amat
bervariasi, ratusan jenis yang berbeda dapat ditemukan dalam satu
sel.[11] Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino, yang terikat
satu sama lain dalam ikatan peptida. Asam amino terdiri atas unsur-unsur
karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Beberapa protein mengandung
gugus kimia lain disamping asam amino yaitu unsur-unsur fosfor, besi,
sulfur, iodium dan kobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein,
karena terdapat di dalam semua protein akan tetapi tidak terdapat di dalam
karbohidrat dan lemak.
Analisis kualitatif protein tidak cukup dilakukan dengan beberapa
reaksi warna saja melainkan harus diikuti dengan uji tertentu yang terkait
dengan tertentu yang terdapat pada protein.
3. Uji Komposisi Suatu Protein
d. Uji komposisi secara umum
Protein (serbuk) dipanaskan dalam tabung reaksi kering.
Warna hitam residu menandakan adanya karbon; bau
amoniak (membirukan kertas lakmus merah) menandakan
adanya nitrogen dan hidrogen; kertas yang mengandung Pb-
asetat menjadi berwarna hitam menandakan adanya sulfur.
e. Uji terhadap nitrogen organik --- uji Lassaigne
f. Uji terhadap sulfur (uji terhadap sulfur pada sistin dan sistein)

4. Reaksi Warna Untuk Protein


a. Uji Biuret
CuSO4 dalam suasana basa bereaksi dengan senyawa yang
mengandung dua atau tiga ikatan peptida membentuk
kompleks berwarna violet. Reaksi ini bersifat tidak mutlak
spesifik untuk ikatan peptida; juga diberikan oleh semua
senyawa yang mempunyai dua atau lebih ikatan peptida.
Asam amino → negatif : tidak mempunyai ikatan peptida
Dipeptida → negatif : hanya mempunyai satu ikatan peptida
Warna yang dihasilkan → karena terbentuknya kompleks
koordinasi antara Cu2+, gugus karbonil dan gugus –NH- yang
terdapat pada ikatan peptida
e. Uji Millon
Reagen Millon + larutan protein → pertama-tama protein
diendapkan sebagai garam-merkuri (endapan berwarna
putih). Pada pemanasan dengan nyala api kecil→ endapan
berubah seperti warna merah-daging (+).
Hanya protein yang mengandung tirosin yang mengalami
hidrolisis yang memberikan reaksi positif.
Gugus hidroksifenil (-C6H4OH) pada tirosin merupakan gugus
yang merespon uji ini. Karenanya uji Millon ditujukan untuk
tirosin yang terdapat pada protein.

f. Uji Hopkins-Cole
Gugus indol pada triptofan merupakan gugus yang merespon
uji ini. Gugus aldehid pada asam glioksilik membantu merubah
gugus indol menjadi senyawa berwarna violet.
Uji Hopkins-Cole ini selanjutnya dijadikan uji terhadap
triptofan.
H2
H2 H O C H
C C COOH C
+ H C COOH COOH
NH2 C
N N C NH
H H H2
triptofan asam glioksalik kompleks berwarna
violet

g. Uji Ninhydrin
Selain oleh protein, hasil positif juga diberikan oleh peptone,
asam amino, dan amin primer lainnya, termasuk amoniak.
O O
O_
C C O
OH C
H - H2O
C + R C COOH C N C + R C OH

C OH NH2 C C

O -asam amino O O
senyawa komplek
ninhidrin berwarna

Uji Hopkins-Cole
Uji Hopkins-Cole digunakan untuk menunjukan inti indol
asam aminotriptofan yang ditandai dengan terbentuknya
cincin berwarna ungu pada sampel percobaan. Jadi reaksi
Hopkins-Cole merupakan cara untuk menguji keberadaan
Asam amino tryptofan pada bahan makanan.
Pereaksi Hopkins Cole mengandung asam glioksilat
(HgSO4).
Prinsip uji Hopkins-Cole adalah kondensasi inti indol
dengan aldehid dimana jika terdapat asam kuat yang
menyebabkan terbentuknya cincin ungu pada bidang batas.
Reaksi tersebut hanya akan berhasil jika ada oksidator kuat,
seperti senyawa H2SO4 yang digunakan pada percobaan ini.
Fungsi penambahan asam sulfat ini adalah sebagai oksidator
agar terbentuk cincin ungu pada larutan sampel (Poedjiadi
2007).
Tryptophan dapat berkondensasi dengan beberapa
aldehida dengan bantuan asam kuat dan membentuk
senyawa yang berwarna. Larutan protein yang
mengandung tryptophan dapat direaksikan dengan
pereaksi cole yang mengandung asam glioksilat. Setelah
dicampur dengan preaksi hokins-cole, asam sulfat
dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan
dibawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan
terjadi cincin ungu pada batas antara kedua lapisan.
Reaksi hopkins-cole memberikan hasil positif khas untuk
gugus idol dalam protein (poedjiadi, 1994).

C. ALAT DAN BAHAN

Alat :1. Tabung reaksi Bahan : 1. Reagent Hopkins-Cole

2. Pipet tetes 2. Sampel albumin


3. Rak tabung 3. H2SO4 pekat
D. PROSEDUR KERJA
Alat dan bahan disiapkan dengan baik dan meja kerja dalam keadaan
bersih; Masukkan 2 ml larutan protein ke dalam tabung reaksi, kemudian
tambahkan 2 ml reagen Hopkins-Cole. Tambahkan sedikit demi sedikit kira-
kira 5 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Amati warna yang
terbentuk pada pertemuan kedua cairan. Jika perlu putar perlahan-lahan
tabung tersebut sampai terbentuk cincin berwarna.

E. HASIL PENGAMATAN

Larutan Hasil Pengamatan


Cara Kerja
yang Diuji Sebelum Sesudah
Albumin 2ml
+
Larutan
Hopkins-Cole
2 ml
Albumin +
H2SO4
pekat 5ml
Putih
Cincin Ungu

Larutan
No Hasil Uji Hopkins-Cole Hasil
Sampel
1. Albumin Cincin Ungu +

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pecobaan pengidentifikasian
kandungan larutan yang termasuk golongan protein dengan uji Millon yakni
mengidentifikasi adanya asam amino tryptofhan . Berdasarkan percobaan
ini dapat dilihat bahwa larutan albumin dapat mengandung protein ( asam
amino tryptofhan ) apabila terjadi perubahan warna setelah penambahan
H2SO4 pekat secara hati-hati ke dinding tabung reaksi yang berisi larutan
albumin + Hopkins-Cole dari putih menjadi terdapat cincin ungu pada
larutan tersebut.
Sebagaimana prinsip kerjanya, uji Hopkins-Cole adalah kondensasi inti
indol dengan aldehid dimana jika terdapat asam kuat yang menyebabkan
terbentuknya cincin ungu pada bidang batas. Reaksi tersebut hanya akan
berhasil jika ada oksidator kuat, seperti senyawa H2SO4 yang digunakan
pada percobaan ini. Fungsi penambahan asam sulfat ini adalah sebagai
oksidator agar terbentuk cincin ungu pada larutan sampel (Poedjiadi 2007).
Tryptophan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehida dengan
bantuan asam kuat dan membentuk senyawa yang berwarna. Larutan
protein yang mengandung tryptophan dapat direaksikan dengan pereaksi
cole yang mengandung asam glioksilat. Setelah dicampur dengan preaksi
hokins-cole, asam sulfat dituangkan perlahan-lahan sehingga membentuk
lapisan dibawah larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi
cincin ungu pada batas antara kedua lapisan. Reaksi hopkins-cole
memberikan hasil positif khas untuk gugus idol dalam protein (poedjiadi,
1994).
Reagen Hopkins-Cole mengandung asam glioksilat (HOO-CHO).
Jika reagen tersebut ditambahkan dengan senyawa yang mengandung
cincin indol dan ditambahkan dengan asam sulfat maka akan
membentuk cincin ungu pada interfase kedua cairan tersebut. Pada
pengujian ini hanya triptofan dan albumin yang menujukkan positif.
Pada pengujian asam amino dengan uji Hopkins-Cole, larutan albumin
ditambahkan dengan reagen Hopkins-Cole dan asam sulfat.
Penambahan tersebut menyebabkan terbentuknya dua lapisan dan
terbentuk cincin ungu pada bidang batas antara kedua lapisan
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam larutan albumin positif
mengandung triptofan, karena triptofan merupakan satu-satunya asam
amino yang mengandung gugus indol.
Cincin ungu yang terbentuk merupakan hasil kondensasi triptofan
dengan gugus aldehida dari asam glioksilat dalam suasana asam
sulfat. Pada pengujian dengan triptofan, terbentuk dua lapisan dan
terbentuk cincin ungu di tengah-tengahnya setelah penambahan reagen
Hopkins-Cole dan asan sulfat. Hal ini membuktikan bahwa di dalam
larutan albumin terdapat asam amino triptofan. Pada
pengujian dengan alanin,valin,flisin,prolin,triptofan,asam
glutamate,glutamine dan arginin tidak terjadi perubahan dan tidak
terbentuk cincin ungu setelah asam-asam amino tersebut
ditambahkan dengan reagen Hopkins-Cole dan asam sulfat. Hal
tersebut terjadi karena kekempat asam amino tersebut tidak mengandung
gugus indol.

G. KESIMPULAN
1. Kandungan protein pada suatu bahan dapat diketahui dengan melakukan
pengujian, salah satunya dengan uji Hopkins-Cole.
2. Uji Hopkins-Cole bertujuan untuk mengetahui asam amino tryptofhan
dalam sampel
3. Albumin merupakan hasil postif dari uji ini seperti halnya triptofan,
karena di dalam larutan albumin terdapat asam amino
triptofan. Yakni dengan ciri khas berubah warna pasca penambahan
H2SO4 pekat yang mulanya berwarna putih menjadi terdapat cicin ungu.

H. DAFTAR PUSTAKA

Susanti, Hari. 2008. Analisis


Obat, Makanan dan Kosmetika. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

Indrawan, Muhammad Rasyid, dkk. 2015. Ekstraksi Gelatin Dari Kaki Ayam
Broiler Melalui Berbagai Larutan Asam Dan Basa Dengan Variasi Lama
Perendaman. Jurnal Trop. 4(3): 314-321
.
Pratama, Ridho.2019. Penuntun Praktikum Biokimia Analis
Kesehatan.Makassar: Poltekkes Makassar.
Makassar, 24 Januari 2020
Praktikan

Dhia Istiqomah

Pembimbing I Pembimbing II

Nuradi, S.Si., M.Kes Zulfian Armah, S.Si., M.Kes

Pembimbing III

Ridho Pratama, S.Si., M.Si


PRAKTIKUM VIII
Judul Praktikum : Analisis Kualitatif Dengan Uji Nidhidrin

Hari/Tanggal Praktikum : Ahad, 24 Januari 2021


Nama Praktikan : Dhia Istiqomah
NIM Praktikan : PO714203201.045
Dosen Pembimbing : 1. Nuradi, S.Si., M.Kes
6. Zulfian Armah, S.Si., M.Si
7. Ridho Pratama, S.Si., M.Si
A. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya asam amino bebas / asam


α-amino dalam sampel dengan uji ninhidrin.

B. LANDASAN TEORI

Protein merupakan makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel


hidup dan merupakan 50 persen atau lebih dari berat kering sel. Protein
ditemukan di dalam semua sel dan semua bagian sel. Protein juga amat
bervariasi, ratusan jenis yang berbeda dapat ditemukan dalam satu
sel.[11] Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino, yang terikat
satu sama lain dalam ikatan peptida. Asam amino terdiri atas unsur-unsur
karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Beberapa protein mengandung
gugus kimia lain disamping asam amino yaitu unsur-unsur fosfor, besi,
sulfur, iodium dan kobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein,
karena terdapat di dalam semua protein akan tetapi tidak terdapat di dalam
karbohidrat dan lemak.
Analisis kualitatif protein tidak cukup dilakukan dengan beberapa
reaksi warna saja melainkan harus diikuti dengan uji tertentu yang terkait
dengan tertentu yang terdapat pada protein.
5. Uji Komposisi Suatu Protein
g. Uji komposisi secara umum
Protein (serbuk) dipanaskan dalam tabung reaksi kering.
Warna hitam residu menandakan adanya karbon; bau
amoniak (membirukan kertas lakmus merah) menandakan
adanya nitrogen dan hidrogen; kertas yang mengandung Pb-
asetat menjadi berwarna hitam menandakan adanya sulfur.
h. Uji terhadap nitrogen organik --- uji Lassaigne
i. Uji terhadap sulfur (uji terhadap sulfur pada sistin dan sistein)

6. Reaksi Warna Untuk Protein


a. Uji Biuret
CuSO4 dalam suasana basa bereaksi dengan senyawa yang
mengandung dua atau tiga ikatan peptida membentuk
kompleks berwarna violet. Reaksi ini bersifat tidak mutlak
spesifik untuk ikatan peptida; juga diberikan oleh semua
senyawa yang mempunyai dua atau lebih ikatan peptida.
Asam amino → negatif : tidak mempunyai ikatan peptida
Dipeptida → negatif : hanya mempunyai satu ikatan peptida
Warna yang dihasilkan → karena terbentuknya kompleks
koordinasi antara Cu2+, gugus karbonil dan gugus –NH- yang
terdapat pada ikatan peptida
h. Uji Millon
Reagen Millon + larutan protein → pertama-tama protein
diendapkan sebagai garam-merkuri (endapan berwarna
putih). Pada pemanasan dengan nyala api kecil→ endapan
berubah seperti warna merah-daging (+).
Hanya protein yang mengandung tirosin yang mengalami
hidrolisis yang memberikan reaksi positif.
Gugus hidroksifenil (-C6H4OH) pada tirosin merupakan gugus
yang merespon uji ini. Karenanya uji Millon ditujukan untuk
tirosin yang terdapat pada protein.

i. Uji Hopkins-Cole
Gugus indol pada triptofan merupakan gugus yang merespon
uji ini. Gugus aldehid pada asam glioksilik membantu merubah
gugus indol menjadi senyawa berwarna violet.
Uji Hopkins-Cole ini selanjutnya dijadikan uji terhadap
triptofan.
H2
H2 H O C H
C C COOH C
+ H C COOH COOH
NH2 C
N N C NH
H H H2
triptofan asam glioksalik kompleks berwarna
violet

j. Uji Ninhydrin
Selain oleh protein, hasil positif juga diberikan oleh peptone,
asam amino, dan amin primer lainnya, termasuk amoniak.
O O
O_
C C O
OH C
H - H2O
C + R C COOH C N C + R C OH

C OH NH2 C C

O -asam amino O O
senyawa komplek
ninhidrin berwarna

Uji Ninhidrin
Ninhidrin adalah suatu senyawa oksidator kuat yang
apabila bereaksi dengan asam α amino akan menghasilkan
warna ungu. Reaksi ini terjadi dengan senyawa amin primer
dan ammonia tanpa pembebasan CO. Reaksi ninhidrin
digunakan untuk mengetahui adanya kandungan asam α-
amino (Azhar, 2010). Pada uji Ninhidrin warna ungu pada
larutan disebabkan karena adanya reaksi yang terjadi antara
α-amino acids dengan ninhidrin. Senyawa ninhidrin yang
bersifat oksidasi tinggi menyebabkan terjadinya dekarboksilasi
oksidatif terhadap α-amino acids, menghasilkan hidrindantin,
CO2, NH3, dan aldehid. Bergabungnya senyawa NH3,
hidrindantin dan ninhidrin tersebutlah yang memberikan warna
biru/ungu pada larutan (Senese, 2010). Uji Ninhidrin bertujuan
untuk membuktikan keberadaan asam amino bebas dalam zat
yang diuji.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat : 1. Tabung reaksi Bahan : 1. Reagent Ninhidrin


2. Beaker glass 2. Sampel albumin
3. Pipet tetes
4. Rak tabung
5. Lampu spiritus
6. Kaki tiga
7. Kawat kasa
8. Korek
9. Lap halus

D. PROSEDUR KERJA
Alat dan bahan disiapkan dengan baik dan meja kerja dalam keadaan
bersih; Tambahkan 0,5 ml larutan ninhidrin 0,1 % kedalam 3 ml larutan
protein. Panaskan hingga mendidih. Ulangi percobaan dengan
menggunakan glisin.
E. HASIL PENGAMATAN

Larutan Hasil Pengamatan


Cara Kerja
yang Diuji Sebelum Sesudah

Albumin 3ml
+
Ninhidrin 0,5
Albumin ml
+
Pemanasan

Putih kuning
Ungu
bening

Larutan
No Hasil Uji Ninhidrin Hasil
Sampel
1. Albumin Ungu +

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pecobaan pengidentifikasian
kandungan larutan yang termasuk golongan protein dengan uji Ninhidrin
yakni mengidentifikasi adanya asam α-amino / asam amino bebas.
Berdasarkan percobaan ini dapat dilihat bahwa larutan albumin dapat
mengandung protein ( asam aminobebas/ asam α-amino ) apabila terjadi
perubahan warna setelah pemanasan dari kuning menjadi ungu pada
larutan tersebut.
Sebagaimana prinsip kerjanya, uji Pada uji Ninhidrin warna ungu pada
larutan disebabkan karena adanya reaksi yang terjadi antara α-amino
acids dengan ninhidrin. Senyawa ninhidrin yang bersifat oksidasi tinggi
menyebabkan terjadinya dekarboksilasi oksidatif terhadap α-amino acids,
menghasilkan hidrindantin, CO2, NH3, dan aldehid. Bergabungnya
senyawa NH3, hidrindantin dan ninhidrin tersebutlah yang memberikan
warna biru/ungu pada larutan (Senese, 2010).
G. KESIMPULAN
1. Kandungan protein pada suatu bahan dapat diketahui dengan melakukan
pengujian, salah satunya dengan uji Ninhidrin.
2. Uji Hopkins-Cole bertujuan untuk mengetahui asam amino bebas/ asam
mino dalam sampel
3. Albumin merupakan hasil postif dari uji ini , yakni dikarenakan terjadinya
perubahan warna pasca pemanasan yang mulanya berwarna putih kuning
menjadi ungu.

H. DAFTAR PUSTAKA

Susanti, Hari. 2008. Analisis


Obat, Makanan dan Kosmetika. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

Lestari, Ni Kadek Lyming, dkk. 2019. Karakteristik Fisikokimia dan Uji Aktivitas
Antimikroba Bakteriosin dari Isolat Bakteri Asam Laktat 15B Hasil Isolasi
Kolon Sapi Bali. Buletin Veteriner Udayana. 1(11): 65-70.

Pratama, Ridho.2019. Penuntun Praktikum Biokimia Analis


Kesehatan.Makassar: Poltekkes Makassar.
Makassar, 24 Januari 2020
Praktikan

Dhia Istiqomah

Pembimbing I Pembimbing II

Nuradi, S.Si., M.Kes Zulfian Armah, S.Si., M.Kes

Pembimbing III

Ridho Pratama, S.Si., M.Si


PRAKTIKUM VIII
Judul Praktikum : Analisis Kualitatif Dengan Uji Biuret

Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 25 Januari 2021


Nama Praktikan : Dhia Istiqomah
NIM Praktikan : PO714203201.045
Dosen Pembimbing : 1. Nuradi, S.Si., M.Kes
8. Zulfian Armah, S.Si., M.Si
9. Ridho Pratama, S.Si., M.Si
A. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya gugus amida asam dalam


sampel dengan uji biuret.

B. LANDASAN TEORI

Protein merupakan makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel


hidup dan merupakan 50 persen atau lebih dari berat kering sel. Protein
ditemukan di dalam semua sel dan semua bagian sel. Protein juga amat
bervariasi, ratusan jenis yang berbeda dapat ditemukan dalam satu
sel.[11] Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino, yang terikat
satu sama lain dalam ikatan peptida. Asam amino terdiri atas unsur-unsur
karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Beberapa protein mengandung
gugus kimia lain disamping asam amino yaitu unsur-unsur fosfor, besi,
sulfur, iodium dan kobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein,
karena terdapat di dalam semua protein akan tetapi tidak terdapat di dalam
karbohidrat dan lemak.
Analisis kualitatif protein tidak cukup dilakukan dengan beberapa
reaksi warna saja melainkan harus diikuti dengan uji tertentu yang terkait
dengan tertentu yang terdapat pada protein.
7. Uji Komposisi Suatu Protein
j. Uji komposisi secara umum
Protein (serbuk) dipanaskan dalam tabung reaksi kering.
Warna hitam residu menandakan adanya karbon; bau
amoniak (membirukan kertas lakmus merah) menandakan
adanya nitrogen dan hidrogen; kertas yang mengandung Pb-
asetat menjadi berwarna hitam menandakan adanya sulfur.
k. Uji terhadap nitrogen organik --- uji Lassaigne
l. Uji terhadap sulfur (uji terhadap sulfur pada sistin dan sistein)

8. Reaksi Warna Untuk Protein


a. Uji Biuret
CuSO4 dalam suasana basa bereaksi dengan senyawa yang
mengandung dua atau tiga ikatan peptida membentuk
kompleks berwarna violet. Reaksi ini bersifat tidak mutlak
spesifik untuk ikatan peptida; juga diberikan oleh semua
senyawa yang mempunyai dua atau lebih ikatan peptida.
Asam amino → negatif : tidak mempunyai ikatan peptida
Dipeptida → negatif : hanya mempunyai satu ikatan peptida
Warna yang dihasilkan → karena terbentuknya kompleks
koordinasi antara Cu2+, gugus karbonil dan gugus –NH- yang
terdapat pada ikatan peptida
k. Uji Millon
Reagen Millon + larutan protein → pertama-tama protein
diendapkan sebagai garam-merkuri (endapan berwarna
putih). Pada pemanasan dengan nyala api kecil→ endapan
berubah seperti warna merah-daging (+).
Hanya protein yang mengandung tirosin yang mengalami
hidrolisis yang memberikan reaksi positif.
Gugus hidroksifenil (-C6H4OH) pada tirosin merupakan gugus
yang merespon uji ini. Karenanya uji Millon ditujukan untuk
tirosin yang terdapat pada protein.

l. Uji Hopkins-Cole
Gugus indol pada triptofan merupakan gugus yang merespon
uji ini. Gugus aldehid pada asam glioksilik membantu merubah
gugus indol menjadi senyawa berwarna violet.
Uji Hopkins-Cole ini selanjutnya dijadikan uji terhadap
triptofan.
H2
H2 H O C H
C C COOH C
+ H C COOH COOH
NH2 C
N N C NH
H H H2
triptofan asam glioksalik kompleks berwarna
violet

m. Uji Ninhydrin
Selain oleh protein, hasil positif juga diberikan oleh peptone,
asam amino, dan amin primer lainnya, termasuk amoniak.
O O
O_
C C O
OH C
H - H2O
C + R C COOH C N C + R C OH

C OH NH2 C C

O -asam amino O O
senyawa komplek
ninhidrin berwarna

Uji Ninhidrin
Uji biuret merupakan uji umum untuk mengetahui ikatan
peptida dalam suatu protein. Larutan protein dibuat alkalis
dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer.
Uji ini memberikan reaksi positif yaitu ditandai dengan
timbulnya warna merah violet atau biru violet (Azhar, 2010).
Prinsip dari uji biuret ialah reaksi berdasarkan adanya dua
atau lebih ikatan peptida dengan reagensia Biuret
memberikan warna ungu/biru yang artinya reaksi positif
(Winarno 1980). Percobaan pada uji biuret menggunakan
larutan NaOH 10% yang berfungsi agar suspensi protein
menjadi bersuasana alkalis. Penambahan CuSO4 berfungsi
menghasilkan biuret yang berwarna ungu violet/biru violet.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat : 1. Tabung reaksi Bahan : 1. Reagent CuS04 0,01 M


2. Pipet tetes 2. NaOH 2,5N
3. Rak tabung
3. Sampel albumin

D. PROSEDUR KERJA
Alat dan bahan disiapkan dengan baik dan meja kerja dalam keadaan
bersih; Tambahkan 1 ml NaOH 2,5 N ke dalam 3 ml larutan protein, aduk
sampai rata. Tambahkan setetes CuS04 0,01 M. Aduk, jika timbul warna
violet, tambahkan lagi setetes atau dua tetes CuS04.

E. HASIL PENGAMATAN

Larutan Hasil Pengamatan


Cara Kerja
yang Diuji Sebelum Sesudah

Albumin 3ml
+
NaOH 2,5N
1ml
Albumin
+
Setetes
CuS04 0,01
M Putih kuning Biru kehitam-
bening hitaman violet
Larutan
No Hasil Uji Biuret Hasil
Sampel
1. Albumin Ungu violet +

F. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pecobaan pengidentifikasian


kandungan larutan yang termasuk golongan protein dengan uji biuret yakni
mengidentifikasi adanya gugus amida asam. Berdasarkan percobaan ini
dapat dilihat bahwa larutan albumin dapat mengandung protein ( gugus
amida asam ) apabila terjadi perubahan warna setelah pemanasan dari
kuning menjadi ungu violet pada larutan tersebut.
Sebagaimana prinsip kerjanya, uji biuret ialah reaksi berdasarkan
adanya dua atau lebih ikatan peptida dengan reagensia Biuret memberikan
warna ungu/biru yang artinya reaksi positif (Winarno 1980). Percobaan
pada uji biuret menggunakan larutan NaOH 10% yang berfungsi agar
suspensi protein menjadi bersuasana alkalis. Penambahan
CuSO4 berfungsi menghasilkan biuret yang berwarna ungu violet/biru
violet.

G. KESIMPULAN
1. Kandungan protein pada suatu bahan dapat diketahui dengan
melakukan pengujian, salah satunya dengan uji Biuret.
2. Uji Biuret bertujuan untuk mengetahui gugus amida asam dalam sampel
3. Albumin merupakan hasil postif dari uji ini , yakni dikarenakan terjadinya
perubahan warna pasca penambahan CuS04 yang mulanya berwarna
putih kuning menjadi ungu violet.
H. DAFTAR PUSTAKA

Susanti, Hari. 2008. Analisis


Obat, Makanan dan Kosmetika. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

Jamaluddin. dkk. 2020. Kadar Albumin Pada Ikan Sidat Anguilla marmorata
Q Gaimard dan Anguilla bicolor Asal Sungai Palu dan Danau Poso. Jurnal
Gizi Dan Kesehatan. 1(4): 60-68.
Pratama, Ridho.2019. Penuntun Praktikum Biokimia Analis
Kesehatan.Makassar: Poltekkes Makassar.
Makassar, 25 Januari 2020
Praktikan

Dhia Istiqomah

Pembimbing I Pembimbing II

Nuradi, S.Si., M.Kes Zulfian Armah, S.Si., M.Kes

Pembimbing III

Ridho Pratama, S.Si., M.Si


PRAKTIKUM IX
Judul Praktikum : Analisis Kualitatif Dengan Uji Lipid/
penyabunan

Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 25 Januari 2021


Nama Praktikan : Dhia Istiqomah
NIM Praktikan : PO714203201.045
Dosen Pembimbing : 1. Nuradi, S.Si., M.Kes
2. Zulfian Armah, S.Si., M.Si
3. Ridho Pratama, S.Si., M.Si
A. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengidentifikasi banyaknya busa yang dihasilkan dari


pereaksian lemak atau minyak (trigliserida) KOH alkololik dengan uji
penyabunan.
B. LANDASAN TEORI

Lipid merupakan komponen jaringan yang heterogen dan


penggolongannya didasarkan atas kelarutannya didalam pelarut-pelarut
lemak seperti eter dan lain-lain. Sedangkan komponen-komponen campuran
lipid dapat difarksionasi lebih lanjut dengan menggunakan perbedaan
kelarutannya didalam berbagai pelarut organik, sebagai contoh fosfolipid
dapat dipisahkan dari sterol dan lemak netral atas dasar ketidaklarutannya di
dalarn aseton. Suatu reaksi yang sangat berguna untuk fraksionasi lipid
adalah reaksi penyabunan. Alkali menghidrolisa lipid kompleks dan
menghasilkan sabun dari komponen-komponen yang mengandung asam-
asam lemak yang dapat diesterkan.

Minyak dan lemak merupakan bagian dari lipid. Secara umum minyak dan
lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh
manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang
efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak dan
lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya
menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak atau lemak, khususnya minyak nabati
mengandung asam-asam lemak esensial sepeti asam linolenat,linoleat, dan
arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat
penumpukan kolesterol. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber
pelarut bagi vitamin-vitamin A,D,E, dan K. (Winarno,2002)

Lemak dan minyak dapat dibentuk secara alami. Misalnya lemak dalam
tanaman,lemak disintesis dari satu gliserol dengan tiga molekul asam lemak
yang terbentuk dari kelanjutan oksidasi karbohidrat dalam proses respirasi.
Proses pembentukan lemak dalam tanaman dapat dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu pembentukan gliserol, pembentukan molekul asam lemak, kemudian
kondensasi asam lemak dengan gliserol membentuk lemak. (Winarno,2002)

Gliserida, atau dikenal pula sebagai ester dari gliserol dan asam lemak.
Minyak nabati serta lemak hewani adalah gliserida yang tersusun dari gliserol
dan asam lemak. Gliserol (Propan-1,2,3-triol) memiliki tiga gugus hidroksil
fungsional (-OH) yang dapat teresterifikasi oleh asam lemak. Jika hanya satu
gugus hidroksil teresterifikasi dinamakan monogliserida, jika dua yang
teresterifikasi dinamakan digliserida, dan jika ketiga gugus hidroksilnya
teresterifikasi disebut trigliserida. Trigliserida disebut juga triasilgliserol atau
triasilgliserida. Trigliserida (atau lebih
tepatnya triasilgliserol atau triasilgliserida) adalah sebuah gliserida,
yaitu ester dari gliserol dan tiga asam lemak. Trigliserida merupakan
penyusun utama minyak nabati dan lemak hewani.

Reaksi penyabunan merupakan reaksi hidrolisis lemak/minyak dengan


menggunakan basa kuat seperti NaOH atau KOH sehingga
menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun. Untuk
menghasilkan sabun yang keras digunakan NaOH, sedangkan untuk
menghasilkan sabun yang lunak atau sabun cair digunakan KOH. Perbedaan
antara sabun keras dan lunak jika dilihat dari kelarutannya dalam air yaitu
sabun keras bersifat kurang larut dalam air jika dibandingkan dengan sabun
lunak. Reaksi penyabunan disebut juga reaksi saponifikasi. Reaksi
pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk
utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping
juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam
lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut
dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang
tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil,
melainkan larut dalam bentuk ion.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat : 1. Tabung reaksi Bahan : 1. Reagent KOHalkoholis 10%


2. Beaker glass 2. Sampel Minyak
3. Pipet tetes
3. Aquades
4. Rak tabung
5. Lampu spiritus
6. Kaki tiga
7. Kawat kasa
8. Korek
9. Lap halus
10. Bulpball

D. PROSEDUR KERJA
Tambahkan 10 ml KOH alkoholis ke dalam minyak yang hendak diuji, kocok
dan panaskan di atas penangas air didih hingga satu tetes dari larutan ini
larut sempurna di dalam air. Tambahkan 10 ml air dan panaskan lagi di atas
penangas air didih sampai semua ohol menguap. Lakukan uji busa.
E. HASIL PENGAMATAN

Larutan Hasil Pengamatan


Cara Kerja
yang Diuji Sebelum Sesudah
Minyak
+
KOH
alkoholis
Minyak
10ml
+
Kocok dan
panaskan Bening Busa

Larutan
No Hasil Uji Penyabunan Hasil
Sampel
1. Minyak Busa +

F. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pecobaan pengidentifikasian


kandungan larutan yang termasuk golongan lipid yakni dengan banyaknya
busa yang dihasilkan dari pereaksian lemak atau minyak (trigliserida) KOH
alkololik mealui uji penyabunan. Berdasarkan percobaan ini dapat dilihat
bahwa larutan minyak dapat mengandung trigliserida (busa ) apabila
terjadi perubahan setelah pemanasan dan dikocok dari bening menjadi
berbusa pada larutan tersebut.
Sebagaimana prinsip kerjanya, dalam proses
prnyabunan/saponifikasi, yaitu lemak akan terhidrolisis oleh
basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
G. KESIMPULAN
4. Kandungan protein pada suatu bahan dapat diketahui dengan melakukan
pengujian, salah satunya dengan uji Biuret.
5. Uji Biuret bertujuan untuk mengetahui gugus amida asam dalam sampel
6. Albumin merupakan hasil postif dari uji ini , yakni dikarenakan terjadinya
perubahan warna pasca penambahan CuS04 yang mulanya berwarna
putih kuning menjadi ungu violet.

H. DAFTAR PUSTAKA

Mamuaja, Christine F. 2017. Lipid. Manado: Unsrat Press.

Susanti, Maria Mita dan Margareta Retno Priamsari. 2019. Pemberdayaan


ibu-ibu PKK pengolahan limbah minyak goreng bekas menjadi sabun cair di
desa Sidorejo kabupaten Semarang. Indonesian Journal of Community
Services. 1(1): 48-61.

Pratama, Ridho.2019. Penuntun Praktikum Biokimia Analis


Kesehatan.Makassar: Poltekkes Makassar.
Makassar, 25 Januari 2020
Praktikan

Dhia Istiqomah

Pembimbing I Pembimbing II

Nuradi, S.Si., M.Kes Zulfian Armah, S.Si., M.Kes

Pembimbing III

Ridho Pratama, S.Si., M.Si

Anda mungkin juga menyukai