Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

UJI ASAM AMINO DENGAN NINHIDRIN

OLEH:

PUTU WIJAYANTI
1703051001

PROGRAM STUDI ANALIS KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2019
PERCOBAAN 8
Uji Asam Amino dengan Ninhidrin

I. Tujuan
Menguji asam amino menggunkan pereaksi ninhidrin
II. Reaksi
Adapun reaksi yang terjadi dalam praktikum ini yaitu:
H2N O O

OH
+ OH
H3C OH
O
asam amino ninhidrin

O O
N
O

+ H3C H
+ CO 2 + 3H2O + H
+

OO

berwarna ungu

Sumber : wordpress.com

III. Dasar Teori


Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam
amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugug –NH2
pada atom karbon α dari posisi –COOH. Rumus umum asam amino ialah
(Poedjiadi,2009) :
R-CH-COOH

NH2
Dari rumus umum tersebut dapat dilihat bahwa atom karbon α ialah atom
karbon asimetrik, kecuali bila R ialah atom H. Oleh karena itu asam amino
juga mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi atau aktivitas
optic (Poedjiadi, 2009).
Asam amino merupakan senyawa-senyawa kristalin yang tak berwarna,
larut dalam air (kecuali sistin dan tirosin) mereka ada umumnya larut dalam
alkohol encer, tidak larut dalam alkohol absolut atau dalam eter atau dalam
pelarut-pelarut organic yang umum. Ada sejumlah asam amino seperti: glisin,
alanine, serin, mempunyai rasa yang manis. Glutamat mempunyai rasa gurih,
sedangkan asam-asam lainnya mempunyai rasa yang pahit (Sastrohamidjojo,
2005).
Asam amino membentuk garam internal yang disebut ion zwiter.Proton
yang lemah dari asam karboksilat mudah diahlikan kepada gugus amino,
yaitu basa lemah, sehingga terbentuk garam internal (Willbraham, 2007).
Asam-asam amino berada dalam campuran yang seimbang antara bentuk
non ionic dan bentuk dipol. Keseimbangan lebih condong ke arah kanan,
hingga asam-asam amino 50 persen lebih berada dalam bentuk dipol atau
bentuk zwitterion. Hingga asam-asam amino mempunyai karakteristik seperti
garam. Asam-asam amino bersifat ampoter dan bila bereaksi dapat bersifat
sebagai asam atau basa (Sastrohamidjojo, 2005).
Telah diketahui bahwa beberapa molekul asam amino dapat berikatan satu
dengan lain membentuk suatu senyawa yang disebut peptide. Apabila jumlah
asam amino yang berikatan tidak lebih dari sepuluh molekul disebut
oligopeptida. Peptida yang dibentuk oleh dua molekul asam amino disebut
dipeptida. Selanjutnya tripeptida dan tetrapeptida ialah yang terdiri atas tiga
molekul dan empat molekul asam amino. Polipeptida ialah peptide yang
molekulnya terdiri dari banyak molekul asam amino, dimana protein
merupakan polipeptida yang terdiri atas lebih dari seratus asam amino
(Poedjiadi, 2009).
Asam amino adalah senyawa organic yang merupakan monomer (satuan
pembentuk) protein. Asam amino mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus
amino dan gugus karboksil yang terikat pada atom karbon yang sama. Atom
karbon mengikat gugus amino adalah atom karbon α terhadap karboksil,
karenanya dapat disebut asam α amino karboksilat. Rumus umum asam
amino dapat ditunjukkan sebagai berikut (Anonim, 2013) :
R
α
H2N C CHOOH

H
Protein adalah salah satu makrobiomolekuler yang berfungsi sebagai
pembentuk struktur sel daripada makhluk hidup termasuk manusia. Protein
adalah polimer dari asam-asam amino yang tersambung melalui ikatan
peptida oleh karenanya dapat disebut juga sebagai polipeptida. Hal yang
menarik bahwa protein pada semua bentuk kehidupan (organism) hanya
mengandung 20 jenis asam amino, namun interkoneksinya menghasilkan
ragam makhluk hidup yang tak terhingga banyaknya. (Anonim, 2013)
Struktur protein biasanya dibagi menjadi empat tingkat organisasi.
Struktur primer adalah sebutan untuk urutan asam amino khas dari rantai
polipepida. Struktur sekunder meliputi bagian-bagian dari rantai polipeptida
yang distabilkan oleh suatu pola teratur dari ikatan-ikatan hidrogen antara
gugus CO dan gugus NH dari tulang punggung, misalnya α-heliks. Istilah
struktur tersier berlaku pada struktur tiga dimensi yang distabilkan oleh gaya
disperse, ikatan hidrogen, dan gaya antar molekul lainya. Struktur tersier
berbeda dengan struktur sekunder karena asam amino yang mengambil
bagian dalam interaksi ini mungkin jaraknya berjauhan dalam rantai
polipeptida. Molekul protein dapat terdiri atas lebih dari satu rantai
polipeptida. Jadi, selain berbagai interaksi di dalam rantai yang menghasilkan
struktur sekunder dan tersier, kita juga harus mempertimbangkan interaksi
diantara rantai. Susunan keseluruhan rantai polipeptida dinamakan struktur
kuaterner. Sebagai contoh, molekul hemoglobin terdiri atas empat rantai
polipeptida terpisah, atau subunit. Subunit-subunit ini diikat oleh gaya van
der waals dan gaya ionik (Chang, 2003).
Protein dapat dipilah berdasarkan jenis asam amino yang dikandungnya.
Protein esensial mengandung semua jenis asam amino esensial dalam jumlah
yang lengkap. Ada delapan jenis asam amino esensial yang harus ada pada
makanan kita untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan penggatian
jaringan rusak. Kedelapan asam amino tersebut adalah fenil alanin, valin,
treonin, metionin, triptofan,isoleusin, leusin, dan lisin. Sementara asam-asam
amino lainnya seperti tamin, glutation, asam glutamat, arginin dan sebagainya
merupakan golongan asam amino nonsesensial kendati asam amino seperti
glutamine dan arginin kadang-kadang digolongkan sebagai conditionally
essential amino acid (asam amino ensensial pada kondisi tertentu). Asam
amino nonesensial sama pentingnya seperti asam amino esensial.
Perbedaanya adalah bahwa asam amino nonesensial dapat dibuat didalam
tubuh kita sendiri, sementara asam amino nonesensial hanya dapat diperoleh
tubuh dari makanan sehari-hari karena tubuh tidak mampu memproduksinya
(Hartono, 2006).
Rumus umum untuk asam amino : Rumus ion dipolar asam amino :

Salah satu uji yang digunakan dalam analisis asam amino adalah uji
ninhidrin. Dalam uji Ninhidrin ini digunakan larutan ninhidrin untuk
mendeteksi semua jenis asam amino. Ninhidrin (triketohidrinden hidrat)
merupakan pengoksidasi kuat, bereaksi dengan semua α-asam amino diantara
pH 4-8 menghasilkan senyawa berwarna ungu. Asam amino prolin dan
hidroksi prolin juga bereaksi dengan ninhidrin, tetapi senyawa yang
dihasilkan berwarna kuning (Adisendjaja, dkk, 2016).
Asam amino bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehida dengan satu
atom C lebih rendah dan melepaskan molekul NH3 dan CO2. Ninhidrin yang
telah bereaksi akan membentuk hidrindantin (Suhara, 2008).

IV. Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya, tabung
reaksi, rak tabung reaksi, timbangan analitik, labu ukur, gelas ukur, batang
pengaduk, kaca arloji, spatula, gelas kimia, indikator pH, dan penangas air.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, akuades,
larutan ninhidrin 0,5%, larutan asam amino (1 g/L) yaitu glisin tyrosin, dan
tryptopan.

V. Prosedur
Prosedur dimulai dengan pembuatan larutan ninhidrin 0,5%. Sebanyak
0,25 gram ninhidrin dilarutkan ke dalam 50 mL akuades hingga tanda batas
labu ukur. Prosedur dilanjutkan dengan pembuatan larutan asam amino (glisin
tyrosin, dan tryptopan) yakni 1 g/L. Asam amino dibuat dalam 50 mL larutan
dengan cara menambahkan 0,05 gram asam amino (glisin tirosin, dan
triptofan) ke dalam 50 mL akuades hingga tanda batas labu ukur.
Analisis asam amino dengan ninhidrin dimulai menetralkan larutan asam
amino yang telah dibuat (glisin tirosin, dan triptofan). Masing-masing larutan
asam amino dicek pH nya dengan indikator pH. Jika larutan bersifat asam,
maka larutan ditambahkan dengan larutan NaOH yang bersifat basa. Namun
jika larutan asam amino bersifat basa, maka larutan ditambahkan dengan
larutan HCl yang bersifat asam. pH larutan setelah ditambahkan NaOH atau
HCl dicek lagi menggunakan indikator pH hingga pH sebesar 6-8.
Setelah pH larutan asam amino sudah netral, analisis dilanjutkan dengan
memasukkan 1 mL larutan asam amino (glisin tirosin, dan triptofan) dan 1
tabung untuk blanko (akuades) ke dalam masing-masing tabung reaksi, lalu
diberi label. Kemudian tambahkan 5 tetes lautan Ninhidrin dan masukkan
dalam penangas air selama 2 menit atau tunggu hingga larutan berubah warna
menjadi ungu tua.
VI. Data Pengamatan
Warna larutan Waktu saat
No Sampel Sebelum Setelah terjadi perubahan Hasil
pemanasan pemanasan warna
1 Glisin Bening Ungu 1 menit Positif
2 Tirosin Bening Ungu 1 menit, 25 detik Positif
3 Triptofan Bening Ungu 2 menit, 23 detik Positif
4 Blanko Bening Bening - Negatif
VII. Perhitungan
Adapun perhitungan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah perhitungan
untuk pembuatan larutan ninhidrin 0,5% dan asam amino (1 g/L).
1. Larutan ninhidrin 0,5%
𝑚
% = × 100%
𝑣
𝑚
0,5% = × 100%
50 𝑚𝐿
0,5 × 50
𝑚= = 0,25 𝑔𝑟𝑎𝑚
100

2. Larutan asam amino (glisin tirosin, dan triptofan) 1 g/L


1 𝑔𝑟𝑎𝑚 1 𝑔𝑟𝑎𝑚 0,05 𝑔𝑟𝑎𝑚
= =
1 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 1000 𝑚𝐿 50 𝑚𝐿

VIII. Pembahasan
Protein merupakan senyawa polimer alam yang tersusun dari berbagai
asam amino melalui ikatan peptida. Asam amino yang merupakan monomer
(satuan pembentuk) protein amino adalah satuan senyawa yang mempunyai
dua gugus fungsi yaitu gugusan amino dan gugusan karboksil.
Dalam percobaan yang telah dilakukan, digunakan 3 sampel asam amino
yaitu glisin, tyrosin, dan tryptopan. Glisin atau asam aminoetanoat adalah
asam amino alami paling sederhana. Rumus kimianya adalah C2H5NO2.
Asam amino ini bagi manusia bukan merupakan asam amino esensial karena
tubuh manusia dapat mencukupi kebutuhannya. Glisin merupakan satu-
satunya asam amino yang tidak memiliki isomer optik karena gugus residu
yang terikat pada atom karbon alpha adalah atom hidrogen sehingga terjadi
simetri. Jadi, tidak ada L-glisin atau D-glisin. Tirosina merupakan satu dari
20 asam amino penyusun protein. Rumus kimianya adalah C9H11NO3. Ia
memiliki satu gugus fenol (fenil dengan satu tambahan gugus hidroksil).
Bentuk yang umum adalah L-tirosina (S-tirosina), yang juga ditemukan
dalam tiga isomer struktur: para, meta, dan orto. Triptofan (bahasa
Inggris: tryptophan, TRP, W) merupakan satu dari 20 asam amino penyusun
protein yang bersifat esensial bagi manusia. rumus kimianya adalah
C11H12N2O2. Bentuk yang umum pada mamalia adalah, seperti asam amino
lainnya, L-triptofan. Meskipun demikian D-triptofan ditemukan pula di alam
(contohnya adalah pada bisa ular laut kontrifan).
Adapun reagen yang digunakan dalam uji asam amino ini adalah reagen
ninhidrin. Reagen ninhidrin merupakan reagen yang berguna untuk
mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan.
Senyawa ini merupakan hidrat dari triketon siklik, dan bila direaksikan
dengan asam amino, menghasilkan zat warna ungu.
Analisis dimulai dengan memasukkan masing-masing larutan asam amino
(glisin, tirosin, triptofan) sebanyak 1 mL ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan larutan ninhidrin sebanyak 5 tetes (gambar 1). Satu tabung lagi
digunakan untuk blanko. Blanko dibuat dengan memasukkan 1 mL akuades
dan ditambahkan dengan 5 tetes larutan ninhidrin. Selanjutnya, tabung reaksi
dimasukkan dalam penangas air kurang lebih selama 2 menit atau hingga
berubah warna menjadi ungu (gambar 2).
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua sampel mengalami perubahan
warna menjadi ungu namun dengan kepekatan dan waktu yang berbeda.
Sebelum dan sesudah penambahan reagen ninhidrin, warna sampel adalah
bening (gambar 3). Namun setelah pemanasan, sampel pertama yaitu glisin
mengalami perubahan warna dari bening menjadi ungu pekat (gambar 4).
Waktu yang dibutuhkan untuk sampel glisin hingga berubah warna adalah 1
menit. Sampel kedua yaitu tirosin mengalami perubahan warna dari bening
menjadi ungu pekat namun tidak sepekat glisin (gambar 5). Waktu yang
dibutuhkan untuk sampel tirosim hingga berubah warna adalah 1 menit, 25
detik. Sampel yang ketiga yaitu triptofan mengalami perubahan warna dari
bening menjadi ungu (gambar 6). Waktu yang dibutuhkan untuk sampel
tirosim hingga berubah warna adalah 2 menit, 23 detik. Sedangkan untuk
blanko tidak mengalami perubahan warna yakni tetap bening (gambar 7).
Dalam praktikum ini, larutan yang mengandung asam amino akan
menunjukkan uji positif terhadap larutan ninhidrin. Reaksi warna protein
dengan ninhidrin menunjukkan positif bila memberikan warna ungu. Reaksi
ini terjadi pada gugus amino bebas dari asam amino dengan ninhidrin.
Melalui uji ninhidrin, asam amino yang mampu dioksidasi akan teroksidasi
secara kualitatif sehingga akan dikeluarkan gas CO2. Hal ini membuktikan
bahwa semua sampel asam amino yang diujikan (glisin, tirosin, dan triptofan)
positif terhadap uji ini. Adapun persamaan reaksi yang terjadi pada uji asam
amino dengan ninhidrin yaitu sebagai berikut.
H2N O O

OH
+ OH
H3C OH
O
asam amino ninhidrin

O O
N
O

+ H3C H
+ CO 2 + 3H2O + H
+

OO

berwarna ungu

Dari persamaan reaksi dapat dilihat bahwa hanya atom nitrogen dari zat
warna ungu yang berasal dari asam amino, asam amino selebihnya
terkonversi menjadi aldehida dan CO2. Tetapi zat warna ungu yang sama
dihasilkan dari semua asam amino α dengan gugus amino primer. Jadi, dapat
dikatakan bahwa dari semua larutan protein sampel mengandung asam amino
dengan gugus amino primer. Warna ungu yang dihasilkan setelah pemanasan
dapat berbeda-beda begitu pula dengan waktu yang dibutuhkan untuk sampel
asam amino mengalami perubahan warna. Dalam hal ini, intensitas warna
yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi asam amino yang ada.
Selain itu, intensitas warna yang dihasilkan dan waktu yang dibutuhkan untuk
berubah warna tergantung pada banyaknya ikatan peptida yang terdapat
dalam protein. Semakin banyak ikatan peptida dalam protein maka intensitas
warna yang dihasilkan semakin pekat dan waktu yang dibutuhkan semakin
sedikit.
IX. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
analisis asam amino dengan reagen ninhidrin menghasilkan uji positif pada
semua sampel yaitu glisin, tirosin, dan triptofan. Setiap sampel berubah warna
menjadi ungu namun dengan intensitas warna yang berbeda serta waktu yang
dibutuhkan untuk sampel berubah warna pun berbeda-beda tiap sampelnya.
Hal ini berbanding lurus dengan konsentrasi dan banyaknya ikatan peptida
dalam asam amino.
DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, dkk. (2016). Penuntun Kegiatan Laboratorium Biokimia.


Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Anonim. 2013. Kimia Dasar. Makassar: Universitas Hasanuddin
Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Bogor: Erlangga.
Chang, Raymond, 2003. Kimia Dasar, Konsep Inti Jilid I edisi ketiga. Jakarta:
Erlangga
Hartono, 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta : EGC
Poedjiadi, 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI – Press
Suhara. (2008). Dasar-dasar Biokimia. Bandung: PRISMA PRESS.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Organik. Yogyakarta : Penerbit UGM
Wilbraham, Antony, C., Matta, Michael, S. 2007. Pengantar Kimia Organik dan
Hayati. Bandung : Penerbit ITB
https://mutamamizu.wordpress.com/2014/05/03/asam-amino-peptida-reaksi-
identifikasi-dan-fungsi-asam-amino/
LAMPIRAN

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Sampel asam amino sebelum penambahan Pemanasan Sampel asam amino setelah penambahan
larutan ninhidrin sampel larutan ninhidrin

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7


Sampel glisin setelah Sampel tripsin setelah Sampel triptofan Blanko setelah
pemanasan pemanasan setelah pemanasan pemanasan

Anda mungkin juga menyukai