Anda di halaman 1dari 6

Skoliosis dan PLDD

Pengertian Skoliosis

Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang ditandai dengan tulang belakang


melengkung ke arah samping. Normalnya, tulang belakang akan melengkung di bagian atas bahu
dan di bagian bawah punggung. Namun, pada penderita skoliosis, tulang belakang melengkung
ke samping. Jika diperhatikan tulang belakang akan membentuk huruf “S” atau “C”.

Sebagian besar kasus skoliosis terjadi pada anak-anak sebelum masa pubertas. Meskipun
tergolong ringan, penderita skoliosis dianjurkan untuk menjalani X-ray supaya dapat diketahui
sejauh mana perkembangannya.

Gejala Skoliosis

Pada kasus ringan, skoliosis kadang tidak menimbulkan gejala. Namun, gejala bisa
diamati oleh orang lain melalui perubahan pada penampilan fisik. Beberapa gejala skoliosis
tersebut adalah:

 Bahu miring.

 Pinggang kiri dan kanan tidak sejajar.

 Satu pinggul lebih tinggi dari pinggul lain.

 Adanya tonjolan tulang belikat pada satu sisi tubuh.

 Satu kaki memiliki panjang yang berbeda.

 Posisi kepala tidak berada tepat di tengah pundak.

 Hampir 23% orang yang menderita kelainan tulang belakang jenis idiopatik
mengalaminyeri punggung, kesemutan, dan mati rasa.

Pada kasus yang parah, skoliosis bisa menimbulkan gejala berupa tulang belakang yang
seakan terlihat melintir, yakni melengkung ke sisi tubuh membentuk huruf S atau C.
Penyebab Skoliosis

Penyebab skoliosis tidak diketahui secara pasti, namun terdapat adanya faktor genetik/
keturunan yang berperan cukup besar. Selain itu, penyebab skoliosis, diantaranya sebagai berikut

 Kondisi neuromuskuler

Kondisi yang menandakan adanya gangguan fungsi saraf dan otot, seperti distrofi
otot atau cerebral palsy.

 Cacat bawaan lahir

Kondisi ini menandakan perkembangan tulang belakang yang tidak sempurna saat
janin berada di dalam kandungan.

 Cedera atau infeksi pada tulang belakang

Terjatuh dari tempat tinggi, kecelakan, tertimpa benda berat di punggung, atau
infeksi pada tulang belakang bisa menimbulkan cedera tulang.

 Osteoporosis

Osteoporosis dapat membuat tulang mudah patah dan membuat tulang melengkung
berlebihan.

Faktor Risiko Skoliosis

Selain penyebab, terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang
mengalami skoliosis. Faktor risiko dari penyakit skoliosis adalah:

 Usia 

Skoliosis sering terjadi pada usia anak sebelum masa pubertas.


 Jenis kelamin

Anak laki-laki atau perempuan memiliki risiko skoliosis yang tidak berbeda jauh.
Namun, anak perempuan memiliki risikonya jauh lebih tinggi pada tingkat
keparahan sehingga membutuhkan perawatan lebih dini.

 Riwayat kesehatan keluarga

Sebagian kecil kasus anak dengan skoliosis memiliki riwayat anggota keluarga
dengan penyakit skoliosis juga.

Diagnosis Skoliosis

Dalam mendiagnosis penyakit ini, dokter akan melakukan serangkaian tes untuk melihat
apakah tulang belakang pasien mengalami kelainan. Namun sebelum itu, pasien harus menjalani
pemeriksaan fisik terlebih dahulu.

Pemeriksaan fisik

Dokter akan mengecek punggung pasien saat dalam posisi berdiri tegak. Dari posisi
berdiri tegak, dokter dapat mengetahui apakah ada lengkungan pada tulang belakang, serta
apakah bahu dan pinggang pasien berada dalam posisi yang simetris atau tidak. Setelah itu,
dokter akan meminta pasien untuk membungkuk, sehingga dokter dapat mengecek adanya
lengkungan di punggung bagian atas dan bawah.

Tes pencitraan/ Imaging

Tes pencitraan atau pengambilan gambar akan membantu dokter melihat struktur tulang
belakang pasien dengan jelas. Berikut adalah jenis-jenis tes pencitraan yang digunakan untuk
menegakkan diagnosis:

 X-ray
Selama dilakukan X-ray, pasien akan terpapar oleh sinar radiasi yang dapat
menghasilkan gambar tulang belakang.

 CT scan

Selama tes ini berlangsung, gambar tulang belakang akan diambil dari berbagai
sudut dengan menggunakan teknik X-ray. Dengan CT scan, gambar yang
dihasilkan adalah berupa foto 3 dimensi.

 MRI

Tes ini menggunakan gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan gambar
detail mengenai tulang belakang, serta jaringan-jaringan yang berada di
sekelilingnya.

Pengobatan Skoliosis

Perawatan penyakit skoliosis tergantung kepada tingkat keparahan, usia, lokasi dan jenis
kelamin. Berbagai pengobatan yang bisa dilakukan adalah:

 Pemberian obat anti nyeri pada pasien skoliosis dengan tujuan meredakan rasa
nyeri.
 Observasi dengan X-ray setiap 6 bulan untuk memantau perkembangan
kelengkungan tulang belakang.
 Memberikan penyangga untuk menghentikan lengkungan pada tulang belakang
dan biasanya diberikan pada pasien skoliosis terutama anak – anak yang memiliki
sudut lengkung lebih dari 20 derajat.
 Teknologi PLDD (Percutaneus Laser Disc Decompression) yang sekarang sering
digunakan karena rmemeiliki keuntungan untuk menangani kasus skoliosis.
 Operasi/ pembedahan, jika pengobatan skoliosis diatas tidak membaik dan
lengkungan tulang belakang lebih dari 50 derajat.

Skoliosis dengan PLDD (Percutaneus Laser Disc Decompression) 


Teknologi PLDD (Percutaneus Laser Disc Decompression) mulai berkembang di
Indonesia pada awal tahun 2000 dan diindikasikan untuk masalah tulang belakang. Banyak
pasien ingin mengetahui bagaimana cara kerja dari PLDD, berikut ini akan kami bahas
mengenai hal tersebut.

Cara kerja PLDD pada kasus skoliosis yaitu dengan dilakukan tindakan bius lokal dan
dipandu oleh C-arm (alat yang digunakan untuk melihat gambar dari pasien yang akan dilihat
langsung dari monitor) yang dikenal aman dengan tingkat akurasi yang tinggi. Dokter akan
menyuntikkan jarum yang diarahkan pada bantalan tulang yang menonjol, kemudian melalui
kabel fiber optic akan dialirkan laser (1200 Joule). Panas yang dihasilkan laser akan
menyusutkan bantalan tulang sehingga tonjolan bantalan sendi pada tulang belakang yang
disebabkan oleh skoliosis tersebut dapat kembali ke bentuk normal dan mengurangi tekanan di
antara bantalan sendi yang menyebabkan terjadinya nyeri dan inflamasi pada daerah tulang
belakang.

Dari beberapa penelitian yang dilakukan tingkat keberhasilan penggunaan laser untuk
mengobati skoliosis sama dengan teknik operasi/ pembedahan. Dibandingkan dengan tindakan
operasi bedah konvensional, laser memiliki keunggulan berupa:

 Proses pemulihan lebih cepat


 Tidak memerlukan rawat inap
 Scar/ bekas luka setelah tindakan cukup kecil (sekitar 7 mm)
 Risiko infeksi minimal
 Tidak melukai/mencederai jaringan sekitarnya (otot, ligament atau struktur tulang
belakang lainnya)
 Waktu yang dibutuhkan untuk penggunaan laser juga lebih singkat

PLDD diperlukan bila nyeri masih berlangsung setelah pemberian obat atau fisioterapi.
Terapi laser ini dapat dimanfaatkan juga dalam nyeri punggung, nyeri leher dan tulang
belakang, nyeri sendi, masalah saraf perifer, dan gangguan saraf terjepit.
Pencegahan Skoliosis

Sebagian besar penyakit skoliosis tidak dapat dicegah karena ini berhubungan dengan
cacat bawaan lahir dan masalah genetic/ keturunan. Kecuali, jika penyebab yang mendasarinya
adalah penyakit osteoporosis.

Menghindari skoliosis yang terkait dengan osteoporosis dapat dilakukan dengan


melakukan pencegahan osteoporosis. Beberapa hal yang dapat Anda lakukan adalah
meningkatkan asupan kalsium dan vitamin D pada makanan, seperti sayuran hijau, ikan, telur,
daging merah serta susu dan yogurt yang difortifikasi dengan vitamin D.

Sejauh ini, memperbaiki postur tubuh belum terbukti manfaatnya sebagai cara
mencegah skoliosis. Namun, pasien tetap harus membiasakan diri untuk duduk dengan posisi
yang benar untuk mencegah masalah tulang belakang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai