Buku Ajar Drainase Perkotaan
Buku Ajar Drainase Perkotaan
Capaian pembelajaran:
Setelah membaca dan mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dan pembaca
dapat mendeksripsikan pentingnya drainase perkotaan dan menyebutkan tahapan
perencanaannya. Secara khusus, capaian pembelajaran yang diharapkan terdiri atas
kemampuan mahasiswa atau pembaca untuk:
a. menyebutkan pengertian drainase
b. menjelaskan pentingnya drainase perkotaan
c. menjelaskan jenis-jenis drainase
d. menguraikan bagian-bagian struktur perkotaan dan memperoleh gambaran umum
bentuk jaringan drainase perkotaan
e. menyebutkan prinsip-prinsip dasar dalam perencanaan jaringan drainase
perkotaan
1
1.2. FUNGSI DRAINASE
Secara teknis fungsi drainase di kawasan perkotaan adalah:
a. mengeringkan bagian wilayah kota,
b. mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar tidak
terjadi banjir,
c. mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan, dan bangunan yang ada.
d. mengelola sebagian air permukaan akibat hujan agar dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air dan kehidupan akuatik,
e. meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.
Drainase di perkotaan memiliki sasaran sebagai berikut (IPWEA, 2013).
a. Menjaga jumlah dan kualitas air limpasan permukaan agak kualitas lingkungan
hidup, sosial, dan ekonomi dapat terpelihara.
b. Menghindari banjir dan kerugian-kerugian yang diakibatkannya.
c. Penataan fasilitas drainase yang aman bagi masyarakat di sekitar fasilitas
drainase dan mampu menangani genangan hujan maupun luapan sungai,.
d. Memelihara sumberdaya air khususnya menjaga agar siklus hidrologi berputar
dengan normal.
e. Mendapatkan fasilitas drainase yang layak dari aspek teknis, ekonomi, sosial, dan
lingkungan.
f. Menjamin kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
g. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan banjir.
Drainase jalan raya, sebagai bagian dari sistem drainase perkotaan memiliki fungsi
sebagai berikut.
a. Mengalirkan air secepat mungkin keluar dari permukaan perkerasan jalan
b. Mencegah aliran air yg berasal dr daer pengaliran disekitar jaln masuk ke daer
perkerasan
c. Mencegah kerusakan lingkungan di sekitar jalan akibat aliran air
d. Menjaga kondisi struktur perkerasan jalan raya dan bangunan fasilitas lainnya
2
1.3. JENIS DRAINASE
Berikut ini dijelaskan penggolongan drainase berdasarkan beberapa kategori.
1.3.1 Jenis Drainase Menurut Sejarah Terbentuknya
Menurut sejarah terbentuknya drainase dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Drainase alamiah (natural drainage)
Drainase alamiah adalah drainase yang terbentuk secara alami dan tidak ada
campur tangan manusia. Saluran terbentuk secara natural oleh gerusan air
limpasan permukaan dari sumber air atau hujan yang bergerak secara gravitasi
yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen. Yang termasuk dalam
drainase alamiah adalah kali, sungai kecil, dan sungai besar. Drainase alamiah
seperti ini dapat dimanfaatkan sebagai saluran pembuangan di perkotaan. Bahan
pembentuk saluran yang merupakan tanah asli memiliki sisi positif sebagai media
infiltrasi. Namun karena kondisinya yang tidak beraturan, keadaan dan sifat
aliran dalam saluran drainase alamiah sulit untuk dipelajari.
3
1.3.2 Jenis Drainase Menurut Letaknya
Menurut letaknya drainase dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Drainase permukaan tanah (surface drainage)
Sistem drainase ini berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan
air dari limpasan permukaan. Analisis hidrolika pengalirannya menggunakan
hukum saluran terbuka (open channel hydraulic).
a. Drainase bawah permukaan tanah (sub-surface drainage)
Sistem drainase ini bertujuan mengalirkan air hujan yang terinfiltrasi ke dalam
tanah melalui media di bawah permukaan tanah menggunakan pipa-pipa.
Drainase bawah permukaan menangkap dan mengeluarkan air dari struktur
perkerasan suatu permukaan lahan dan mencegah masuknya air ke dalam struktur
struktur perkersasan tersebut. Air yang memasuki di struktur perkerasan dapat
memperlemah perkerasan dan menyebabkan konstruksi menjadi peka akan
kerusakan. Di samping itu, untuk alasan artistik atau fungsional, di permukaan
tanah tidak diperbolehkan adanya saluran drainase, contohnya pada lapangan
sepak bola, lapangan terbang, atau taman.
4
Keuntungan dari sistem ini adalah:
- proses pembangunan dan pengoperasiannya mudah karena dimensi salurannya
kecil
- mengurangi bahaya bagi kesehatan masyarakat
- tidak ada tambahan beban kapasitas pada instalasi pengolahan air limbah akibat
air hujan
- sistem pembilas dapat direncanakan untuk tiap fungsi.
Di samping keuntungan tersebut, sistem ini juga memiliki kerugian karena bisa
memerlukan ruang yang luas dan biaya yang lebih besar.
b. Sistem drainase campur/multi fungsi/multi purpose
Saluran drainase dalam sistem ini berfungsi mengalirkan beberapa jenis air
buangan secara bersama-sama, baik bersamaan maupun bergantian.
Jika ditinjau dari segi biaya, sistem ini lebih ekonomis daripada sistem terpisah
karena saluran yang diperlukan hanya satu. Sisi positif lainnya adalah konsentrasi
pencemar pada air limbah menjadi lebih kecil karena bercampur dengan air hujan.
Kerugian dari sistem ini adalah tercampurnya air di saluran drainase dengan air
limbah yang dapat meningkatkan beban pengolahan limbah. Jika saluran drainase
berbentuk terbuka, keadaan ini dapat mengganggu kesehatan.
5
jika area yang tersedia luas dan drainase tidak berada pada daerah yang padat,
maka konstruksi ini dapat digunakan. Kelebihan saluran jenis ini adalah mudah
dalam pemeliharaannya. Namun terdapat juga kekurangan dari segi estetika, di
samping juga mudahnya limbah padat mengotori saluran jenis ini.
6
- saluran cabang (sekunder), yang melayani daerah pengaliran seluas 5 – 25 ha
- saluran awalan (tersier), yang melayani daerah pengaliran seluas 0 – 5 ha.
Sistem drainase semacam ini dapat juga disebut sistem drainase lokal, dimana
sistemnya melayani kepentingan sebagian kecil warga masyarakat kota.
b. Drainase mayor
Jaringan drainase mayor mengumpulkan air buangan dari jaringan drainase minor
dan menyalurkan ke sistem pembuangan alam terdekat seperti sungai, danau,
laut. Saluran ini dapat berupa saluran buatan manusia atau pun saluran alam.
Pembagiannya adalah:
- drainase mayor I, yang melayani daerah pengaliran seluas 100 ha atau lebih
- drainase mayor II, yang melayani daerah pengaliran seluas 50 – 100 ha.
7
lahan kosong. Perencanaan tata ruang kota diwujudkan secara umum dalam dokumen
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) dan secara detail dalam Rencana
Detail Tata Ruang Kota (RDTRK). Gambar 1.7 menunjukkan contoh RTRW DKI
Jakarta periode 2011 – 2030.
Gambar 1.7 Peta rencana pola ruang dan daratan DKI Jakarta (Sumber:
Pemprov DKI Jakarta)
Infrastruktur air di kawasan perkotaan meliputi tiga sistem, yaitu sistem air
bersih (urban water supply), sistem sanitasi (waste water), dan sistem drainase air
hujan (storm water system). Ketiga sistem ini harus dikelola secara terintegrasi dan
seksama agar sumber daya air dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.
Kesalahan dalam pengelolaanannya dapat mengakibatkan banjir, kekeringan, erosi,
dan pencemaran, yang membahayakan keselamatan dan keamanan manusia.
Drainase merupakan sistem yang tidak terpisahkan dari perencanaan tata ruang
kota. Dalam konteks perencanaan wilayah kota, pengertian sistem drainase perkotaan
adalah prasarana yang terdiri atas sekumpulan sistem saluran di dalam kota yang
8
berfungsi mengeringkan lahan perkotaan dari banjir/genangan akibat hujan dengan
cara mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air melalui sistem saluran-
saluran tersebut. Sistem tersebut bisa berada di dalam batas administrasi
pemerintahan kota atau kabupaten. Gambar 1.8 menunjukkan sistem drainase di
perkotaan. Sebagai contoh, diberikan tipikal struktur perkotaan di Jakarta terkait
dengan daur hidrologinya (Gambar 1.9).
9
Gambar 1.9 Profil memanjang sungai Ciliwung dan daur hidrologinya
10
Di samping itu masalah-masalah lain yang dihadapi dalam perencanaan
drainase di perkotaan adalah:
- peningkatan debit banjir akibat curah hujan yang meningkat karena perubahan
iklim
- peningkatan debit banjir akibat berkurangnya resapan karena perubahan tata guna
lahan
- penurunan muka tanah akibat pengambilan air tanah yang berlebihan
- penyempitan dan pendangkalan saluran akibat sumbatan limbah padat dan
permukiman liar di sisi sungai
- pasang surut air laut yang meningkatkan muka air sungai di daerah muara
Rencana induk drainase merupakan bagian dari perencanaan sistem drainase
perkotaan yang akan menjadi acuan untuk tahapan berikutnya sampai ke pelaksanaan
fisik. Ketentuan - ketentuan umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut.
- Rencana induk disusun dengan memperhatikan rencana pengembangan kota dan
rencana prasarana dan sarana kota lainnya.
- Rencana induk disusun dengan memperhatikan keterpaduan pelaksanaannya
dengan prasarana dan sarana kota lainnya, sehingga dapat meminimalkan biaya
pelaksanaan, biaya operasional dan pemeliharaan.
- Rencana induk disusun untuk arahan pembangunan sistem drainase di daerah
perkotaan selama 25 tahun, dan dapat dilakukan peninjauan kembali disesuaikan
dengan keperluan.
- Rencana induk disahkan oleh instansi atau lembaga yang berwenang,
11
- pengisian daerah dataran rendah dengan bangunan tanpa atau dengan sedikit
pertimbangan atas drainase
- penghambatan sistem drainase utama dengan konstruksi yang tak berizin
- ketidakcukupan saluran drainase untuk hujan dan limbah di daerah permukiman
yang diperluas
- lemahnya sistem pemeliharaan
- lemahnya koordinasi antara organisasi-organisasi yang terkait dengan
pembangunan
- sampah pada saluran drainase.
12
kota, adanya perluasan jaringan infrastruktur dan adanya pertumbuhan atau
hilangnya pemusatan aktivitas tertentu. Perubaban guna lahan juga dapat terjadi
karena pengaruh perencanaan guna lahan setempat yang merupakan rencana dan
kebijakan guna lahan untuk masa mendatang, proyek pembangunan, program
perbaikan pendapatan, dan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah dari pernerintah daerah. Perubahan guna lahan juga terjadi
karena kegagalan mempertermukan aspek dan politis dalam suatu manajemen yang
dipengaruhi oleh perubahan pada sistem pembangunan, sistem aktivitas dan sistem
lingkungan hidup. Perubahan tata guna lahan suatu wilayah dalam perkotaan salah
satunya akan berpengaruh terhadap kebutuhan sarana jalan dan drainase.
Sarana drainase yang baik akan menjadi solusi untuk menanggulangi
genangan dan banjir yang mungkin terjadi akibat peningkatan volume limpasan
permukaan yang diakibatkan perubahan tataguna lahan tersebut. Penanganan banjir
perkotaan adalah dengan cara-cara sebagai berikut.
1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah.
2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat
dibuang dengan cepat agar tidak mengendap.
3. Pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan
sampah sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya melanggar drainase.
4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi
lingkungan.
5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air
hujan, menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.
13
c. Aman
Dimensi yang disediakan harus mampu mengalirkan air dalam kapasitas yang
direncanakan dalam taraf yang aman dan konstruksinya juga aman bagi orang di
sekitarnya.
d. Kemudahan pemeliharaan
Perencanaan sistem drainase harus mempertimbangkan segi kemudahan dan nilai
ekonomis pemeliharaannya.
e. Terpadu
Memperhatikan pertumbuhan penduduk, perubahan tata guna lahan, dan satu
kesatuan dengan daerah sekitarnya
f. Berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
Sistem drainase mampu mengendalikan kelebihan air permukaan dan lebih
banyak memiliki kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini bertujuan
untuk konservasi air tanah dan kebutuhan akan kapasitas saluran dapat dikurangi.
Berkelanjutan mencakup pengertian-pengertian sebagai berikut:
- sistem drainase yang direncanakan harus menampung debit dalam peluang
kejadian tertentu yang akan datang
- memiliki konstruksi yang awet dan dapat digunakan sampai jangka waktu
yang direncanakan
- desain dan material yang digunakan memiliki dampak lingkungan yang kecil.
Tahap perencanaan jaringan drainase sistem tercampur antara air hujan dan air
limbah adalah:
a. perencanaan tata letak (layout) jaringan drainase yang terdiri atas saluran-saluran
dan bangunan-bangunan
b. perhitungan debit banjir rancangan menggunakan analisa hidrologi
c. perhitungan debit air limbah
d. perencanaan dimensi saluran menggunakan analisa hidrolike
e. perencanaan dimensi bangunan-bangunan drainase.
Data-data yang diperlukan untuk analisa tersebut adalah:
a. peta situasi daerah studi
b. peta topografi daerah studi
14
c. peta tata guna lahan dan perkembangannya
d. peta jaringan fasilitas
e. denah rencana dan potongan memanjang jalan
f. data hidrologi berupa data pengamatan hujan harian maksimum tahunan dari
minimal 3 stasiun selama 10 tahun
g. data kependudukan
h. data kondisi tanah
15
SOAL BAB I
16
BAB II
TATA LETAK JARINGAN DRAINASE PERKOTAAN
Capaian pembelajaran:
Setelah membaca dan mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dan pembaca
dapat merencanakan jaringan drainase. Secara khusus, capaian pembelajaran yang
diharapkan terdiri atas kemapuan mahasiswa atau pembaca untuk:
a. menentukan jenis sistem drainase
b. merencanakan tata letak saluran drainase
c. merencanakan arah aliran saluran drainase
17
b. Zona pendidikan
Pada zona ini sangat disarankan pembuatan sumur resapan sebagai pelengkap
sistem drainase dan pembangunan perkerasan dengan paving. Hal ini dapat
digunakan sebagai media pendidikan untuk siswa sekolah tentang drainase
berwawasan lingkungan.
c. Zona permukiman
Pada zona permukiman yang padat di mana luas lahannya terbatas, jenis saluran
yang bisa direncanakan, sehingga alternatif saluran yang digunakan saluran
bawah tanah atau menggunakan kolam resapan kolektif. Jika terdapat area yang
cukup luas dapat dibuat sumur resapan untuk recharge air tanah. Perawatan,
pemeliharaan dengan cara pengerukan/normalisasi saluran secara berkala harus
dilakukan.
Pada kawasan permukiman baru masih belum padat penduduknya, perencanaan
sistem drainase dapat direncanakan secara matang berwawasan lingkungan.
Dimensi saluran dapat direncanaka berdasarkan luas lahan yang berpotensi
limpasan air hujan dan kepada jumlah penduduk untuk instalasi air limbahnya.
18
muka tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup
sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada
juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas
saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase
jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka
jalan.Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet
tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak
saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah
tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan,
sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka saluran
akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus,menikung, maka
kemiringan jalan satu arah, tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan
satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi
jalan yaitu sisi yang rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak
tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan
untuk mengalirkan air dari saluran. Bagian-bagian sistem konstruksi jalan raya
adalah:
- Penguat tebing (perkuatan lereng, stabilisasi timbnan, dinding pnahan)
- Bang. pengaman lalu lintas (pagar, patok pengarah) sarana pengatur lantas)
- Saluran samping
- Gorong-gorong
- Bangunan pelengkap
- Bak penampung
- Kemiringan melintang jalan
- Kemiringan melintang bahu jalan
Jaringan drainase merupakan salah satu bagian dari sistem jalan raya yang terdiri
atas:
- Jalur lalu lintas
- Lajur lalu lintas
- Bahu jalan
- Trotoar
- Median
19
- Saluran dan bangunan drainase
- Kerb
- Talud
- Pengaman tepi
c. Drainase Lapangan Terbang
Drainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada draibase area run
way dan shoulder karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit
diresapi, maka analisis kapasitas/debit hujan memepergunakan formola drainase
muka tanah atau surface drainage. Kemiringan keadan melintang untuk runway
umumnya lebih kecil atau samadengan 1,50 %, kemiringan shoulder ditentukan
antara 2,50 % sampai 5 %.Kemiringan kea rah memanjang ditentukan sebesar
lebih kecil atau sama dengan 0,10 %,ketentuan dari FAA. Amerika Serikat,
genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm, dan harus segera dialirkan.
Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan shoulder, harus
ada saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sis
luar lapangan terbang.
d. Drainase Lapangan Olahraga
Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air
hujan pada lapisan tanah, tidak run of pada muka tanah (sub surface drainage)
tidak boleh terjadi genangan dan tidak boleh tererosi.Kemiringan lapangan harus
lebih kecil atau sama dengan 0,007. Rumput di lapangan sepakbola harus tumbuh
dan terpelihara dengan baik. Batas antara keliling lapangan sepakbola dengan
lapangan jalur atletik harus ada collector drain.
e. Drainase Pada Zona Industri
Kawasan industri pada umumnya memiliki limbah yang cukup berat dan banyak,
yang menimbulkan bau dan berdampak negatif bagi masyarakat karena
mengandung bahan-bahan kimia yan berbahaya terlebih jika langsung diuang ke
sungai yang digunakan masyarakat. Keberadaan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) wajib ada, setelah diolah air dapat dibuang ke badan sungai/laut.
20
2.3 POLA JARINGAN DRAINASE
Jaringan drainase baik alami maupun buatan, dapat memiliki berbagai pola,
sebagaimana yang dijelaskan berikut ini.
a. Pola jaringan drainase alamiah
Pola ini terbentuk akibat proses air yang mengalir secara alamiah dari sumber air
ke mauara secara gravitasi. Bentuknya sangat tergantung pada kondisi topografi
suatu daerah. Ciri-ciri pola ini adalah bentuknya yang tidak beraturan.
Sungai
Anak sungai
Siku-siku Paralel
Radial Jaring-jaring
Gambar 2.2 Pola jaringan drainase buatan
21
2.4 TINGKATAN SALURAN DRAINASE
Dalam sistem drainase, level atau hirarki saluran terdiri atas empat tingkat,
yaitu:
a. Drainase tersier
Saluran yang menangkap Suatu badan air/saluran yang merupakan bagian dari
suatu sistem drainase utama atau sistem drainase local dimana aliran airnya
menuju ke saluran sekunder.
b. Drainase Sekunder
Mengalirkan buangan air hujan yang diterima dari saluran drainase tersie
rmenuju saluran drainase primer.
c. Drainase Primer
Menerima buangan air hujan dari saluran sekunder maupun saluran lainnya dan
mengalirkan air hujan langsung ke badan penerima.
d. Badan Penerima
Badan penerima dari saluran drainase adalah sungai, danau dan laut.
22
Gorong-gorong Sal. Pembawa
+90.1 +90.0 +81.9 +81.8
+81.7
+90.2
+90.3
64.000
M
K
M
K
M
K
L
K 0 1 3 5 10 CM
M
0
L
.00
K 63
K
M
K
L
K
L
M
K
L
K
L
0 20 60 100 200 M
K
64
L
.0
L
00
I
H
J
L
63.000
K
L
I
H
J
K
62.000
J
A
61.000
60.000
H
J
K
59.000
K
58.000
A
57.000
J
J
K
56.000
I
H
55.000
J
A
54.000
I
J
K
53.000
H
A
A
I
A
A
J
J
E
I
H
A
J
E
A
52
I
.00
J
0
A
E
H
E
I
G
H
E
62.000
J
G
I
H
A
E
A
E
G
H
E
A
G
I
E
E
H
A
A
G
H
G
A
A
G
D
G
A
A
H
G
G
G
A
D
G
A
D
G
A
A
G
G
D
D
F
G
A
A
D
D
F
G
A
D
D
G
F
A
D
G
F
D
D
61.000
G F
F
F
D
F
F
D
F
F
F
D
60.000
F
F
B
F
F
D
F F
F
F F
C
60.000
F
B
C
F
F
F
C
F
F
C
F 60.000
C
59.000
F
F
58.000
C
F
C
F
57.000
B
C
56.000
F
F
55.000
54.000
C
F
53.000
B
52.000
C
F
49.000
51.000
C
48.000
50.000
47.000
NI
K NE G E R
I
M
JURUSAN TEKNIK SIPIL
C
K
TE
AL
ANG
C
47.000
SUNGAI MEWEK 48.000 POLITEKNIK NEGERI MALANG
C
49.000
TAHUN 2005
Digambar Diperiksa Disetujui Jml lembar No Gambar Skala
50.000
2 10 1 : 1000
Sutanto A. R. Ratih Indri H. ST, MT Ratih Indri H. ST, MT
51.000
0230090355 - 95 NIP 132.299.716 NIP 132.299.716
23
0
.00
62
K J J I
P47a
H H H H H H H H
A A A A A A A A A
A
0
.00
61
Gambar 2.5 Detail peta jaringan drainase
24
SOAL BAB II
1. Informasi apa sajakah yang termuat dalam data peta topografi? Apa fungsi data
ini dalam perencanaan drainase perkotaan?
2. Informasi apa sajakah yang termuat dalam data potongan memanjang jalan?
Apa fungsi data ini dalam perencanaan drainase perkotaan?
16%
3. Bagaimana kaitan antara sistem jaringan drainase dengan sistem jalan raya?
4. Salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan sistem drainase
adalah “perlunya melakukan pengolahan air” dan “karakteristik lokasi”.
Jelaskan apa maksudnya.
5. Informasi apa sajakah yang termuat dalam data peta situasi? Apa fungsi data
ini dalam perencanaan drainase perkotaan?
6. Rencanakan jaringan drainase pada lahan parkir berikut ini dan tentukan slope
masing-masing saluran. Saluran pembuangan akhir berawal di titik terendah di
daerah ini.
7. Uraikan secara singkat dasar perencanaan drainase jalan raya.
8. Rencanakan jaringan drainase pada lokasi berikut ini dan tentukan slope jalan.
+20
+15
SKALA 1:1000
25
9. Rencanakan jaringan drainase pada lokasi berikut ini dan tentukan slope
saluran.
SKALA 1:1000
10. Rencanakan jaringan drainase pada lokasi berikut ini dan tentukan slope
saluran.
+50
+66 +70
Batas Sungai 50 m
DAS
+75
+90 +98
30 m
26
BAB III
ANALISA HIDROLOGI
Capaian pembelajaran:
Setelah membaca dan mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dan pembaca
dapat debit banjir rancangan di saluran drainase. Secara khusus, capaian
pembelajaran yang diharapkan terdiri atas kemapuan mahasiswa atau pembaca
adalah:
a. menyiapkan data hujan untuk perencanaan drainase perkotaan
b. menghitung curah hujan rancangan untuk perencanaan drainase perkotaan
c. menghitung waktu konsentrasi hujan
d. menganalisa debit banjir rancangan
27
- seberapa besar kebutuhan air irigasi daerah irigasi y dapat dipenuhi dari air hujan?
- seberapa besar debit kebutuhan air minum di Kota Z dapat dipenuhi dari debit
Sungai A?
- bagaimana dimensi bangunan pengelak sementara di Sungai B yang harus
dibangun dalam pelaksanaan konstruksi Bendung C?
- berapa tinggi tanggul yang harus dibangun di sisi sungai D agar mampu menahan
banjir?
28
air hujan yang turun juga ada yang tertahan sementara di permukaan bumi sebagai es
atau genangan air pada danau, waduk, atau rawa-rawa (depression storage/surface
water). Sebagian lagi akan kembali ke atmosfer melalui evaporasi dan penguapan
oleh tanaman (transpirasi). Runoff mengalir ke permukaan air di laut, danau, sungai.
Air infiltrasi meresap ke dalam lapisan tanah, menambah tinggi muka air tanah,
kemudian juga merembes di dalam tanah ke arah muka air terendah, akhirnya juga
kemungkinan sampai di laut, danau, sungai. Kemudian terjadi lagi evaporasi
(Hasmar, 2002). Evaporasi juga dapat terjadi pada air yang berada pada zona kapiler.
Pada kedalaman tertentu, pori-pori tanah akan jenuh air. Batas atas zona jenuh air
disebut muka air tanah (aquifer). Air tanah ini bergerak sebagai aliran air tanah
melalui batuan atau lapisan tanah sampai akhirnya keluar ke permukaan sebagai
sumber air (spring) atau sebagai rembesan ke danau, waduk, sungai, atau laut.
Kontribusi air tanah pada aliran sungai disebut disebut aliran dasar (baseflow) dan
total aliran disebut limpasan total (runoff).
Dalam kaitannya dengan perencanaan drainase, komponen dalam siklus
hidrologi yang terpenting adalah limpasan. Oleh karena itu, komponen inilah yang
ditangani secara baik untuk menghindari berbagai bencana, khususnya bencana
banjir (Suripin, 2003). Intensitas hujan yang tinggi pada suatu kawasan hunian yang
kecil dapat mengakibatkan genangan pada jalan-jalan, tempat parkir, dan tempat-
tempat lainnya karena fasilitas drainase yang tidak didesain untuk mengalirkan air
akibat intensitas bujan yang tinggi.
29
Gambar 3.2 Data hujan harian dari satu stasiun dalam setahun
Syarat data hujan yang akan digunakan dalam perencanaan drainase sebagai
high flow analysis adalah:
- berupa curah hujan harian maksimum tahunan
- jika yang digunakan adalah data dari pengamatan alat ukur hujan, datanya tersedia
dari minimal tiga stasiun hujan
- tersedia minimal 10 tahun pengamatan
- telah melalui uji konsistensi.
Dalam perencanaan drainase perlu diketahui batas daerah pengaliran sungai atau
saluran yang terkait. Daerah pengaliran sungai (DAS) didefinisikan sebagai daerah
dengan suatu batas di mana batas tersebut menunjukkan area hujan yang
berkontribusi terhadap suatu titik outlet di sungai. Batas DAS ditentukan dari titik-
titik tertinggi di sekitar aliran sungai. Untuk mengetahui batas DAS diperlukan peta
30
topografi. Peta DAS Brantas di Provinsi Jawa Timur ditunjukkan dalam Gambar 3.4.
Peta DAS diperlukan untuk menentukan stasiun hujan dan titik pengamatan hujan
dengan radar atau satelit yang akan digunakan untuk perencanaan drainase. Analisis
hidrologi untuk daerah yang luas tidak hanya memerlukan volume atau ketinggian
hujan, tetapi juga distribusi hujan terhadap tempat dan waktu. Distribusi hujan
terhadap waktu disebut hyetograph. (Suripin, 2003).
31
- alat ukur diganti dengan spesifikasi yang berbeda atau dengan standar kalibrasi
yang berbeda
- alat ukur dipindah
- lingkungan dimana alat ukur berada berubah, misalnya karena adanya bangunan
baru yang terlalu besar di sekitarnya.
Uji konsistensi dilakukan dengan metode Kurva Massa Ganda (Double Mass
Curve). Prosesnya adalah dengan menguuji konsistensi kumulatif data hujan di
sesatu stasiun untuk sepuluh tahun pengamatan dan membandingkannya pada waktu
yang bersamaan dengan kumulatif data hujan di stasiun lain yang mengelinginya.
Misalnya ada tiga stasiun, A, B, C, uji konsistensi pertama dilakukan dengan
membuat plot kumulatif stasiun A di sumbu Y dengan plot kumulatif rata-rata
stasiun B dan C di sumbu X. Jika terjadi kepencengan yang nyata mulai suatu waktu,
maka stasiun A dikatakan tidak konsisten dan perlu dikoreksi berdasarkan data
Stasiun B dan C. Berikut ini adalah contoh analisa uji konsistensi data hujan dari
stasiun D terhadap stasiun E dan F.
32
1000
12
900
800 11
m1=1,765
Kumulatif Sta. D 700
600 10
500
09
400 08
m1=1,090
300 07
200 06
100 05
0
0 200 400 600 800
Kumulatif Sta. E F
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa data tahun 2011 dan 2012 menyimpang
dari trend sebelumnya. Untuk itu nilainya dapat dikoreksi dengan cara mengalikan
kumulatif data Stasiun D tahun 2011 dan 2012 dengan faktor koresi m1/m2. Hasilnya
ditunjukkan di gambar di bawah ini.
33
800
12
700
600
11
500
Kumulatif Sta. D
10
400
09
300 08
07
200
06
100 05
0
0 200 400 600 800
Kumulatif Sta. E F
d
d i
n
Di mana:
34
di = Curah hujan dari stasiun i
N = Jumlah data
b. Poligon Thiessen
Metode ini melibatkan luas daerah pengaruh setiap stasiun hujan terhadap
perhitungan rata-ratanya. Metode ini sesuai untuk digunakan di DAS seluas 500
– 5000 km2 (Soemarto, 1987). Perhitungannya adalah sebagai berikut:
d
di Ai
A
Di mana:
AC
Sta.C
Sta.A
AA
Sta.B
AB
Digunakan Gambar
jika letak stasiunThiessen
3.7 Poligon hujan tidak tersebar merata
35
besar. Perlu dicatat bahwa makna kala ulang bukan berarti hujan yang terjadi setiap
beberapa tahun sekali dan juga tidak berkenaan dengan usia guna konstruksi
bangunan air. Karakteristik hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar tertentu
mempunyai periode ulang tertentu, periode ulang untuk perencanaan saluran drainase
kota dan bangunan-bangunannya yang dianjurkan yaitu:
Kala ulang yang dipakai berdasarkan luas daerah pengaliran saluran, dan jenis kota
yang akan direncanakan. Untuk bangunan pelengkap dipakai kala ulang yang sama
dengan sistem saluran di mana bangunan pelengkap ini berada.
36
Tabel 3.4 Kala ulang berdasarkan tipologi kota
Cs
n Xi X 3
n 1n 2S 3
Ck
n 2 Xi X
4
37
Cs = Koefisien kepencengan
Ck= Koefisien kepuncakan
Xi = Data hujan ke-i
n = Jumlah data
S = Standar deviasi
38
Tabel 3.6 Reduced Mean (Yn)
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,8396 0,5403 0,5410 0,5418 0,5424 0,5436
40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,0558 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611
(Sumber: Suripin, 2003)
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 1,0628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1080
30 1,1124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 1,1413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590
50 1,1607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
60 1,1747 1,1759 1,1770 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 1,1854 1,1863 1,1873 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 1,1938 1,1945 1,1953 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001
90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060
100 1,2065 1,2069 1,2073 1,2077 1,2081 1,2084 1,2087 1,2090 1,2093 1,2096
(Sumber: Suripin, 2003)
39
Tabel 3.8 Data perhitungan curah hujan rancangan
Dari hasil perhitungan didapat nilai S, Cs, dan Ck masing-masing adalah 2,465,
1,053, dan4,792. Dengan demikian data ini sesuai untuk dapat diolah dengan
Distribusi Gumbel. Untuk kala ulang 10 tahun, perhitungan selanjutnya diberikan di
bawah ini.
Tr 1 10 1
Yt ln ln ln ln 2,250
Tr 10
Dari tabel didapat untuk jumlah data 10, Yn dan Sn adalah 0,4952 dan 0,9496. Rata-
rata curah hujan adalah 116,984. Curah hujan rancangan adalah:
Y Yn 2,250 0,4952
X ranc X t S 116,984 2,465 156,680 mm
Sn 0,9496
40
Tabel 3.9 Nilai faktor frekuensi (KT)
Tr Peluang KT
1.0014 0.999 -3.05
1.005 0.995 -2.58
1.01 0.99 -2.33
1.05 0.95 -1.64
1.11 0.9 -1.28
1.25 0.8 -0.84
1.33 0.75 -0.67
1.43 0.7 -0.52
1.67 0.6 -0.25
2 0.5 0
2.5 0.4 0.25
3.33 0.3 0.52
4 0.25 0.67
5 0.2 0.84
10 0.1 1.28
20 0.05 1.64
50 0.02 2.05
100 0.01 2.33
200 0.005 2.58
500 0.002 2.88
1000 0.001 3.09
41
S = Standar deviasi (mm/hari)
Cs = Koefisien kepencengan
Cs Kala Ulang
1,0101 1,2500 2 5 10 25 50 100
Peluang (%)
99 80 50 20 10 4 2 1
3,0 -0,667 -0,636 -0,396 0,420 1,180 2,278 3.152 4,501
2,8 -0,714 -0,666 -0,384 0,460 1,210 2,275 3.114 3,973
2,6 -0.769 -0,696 -0,368 0,499 1,238 2,267 3.071 2,889
2,4 -0,832 -0,725 -0,351 0,537 1,262 2,256 3.023 3,800
2,2 -0,905 -0,752 -0,330 0,574 1,284 2,240 2.970 3,705
2,0 -0,990 -0,777 -0,307 0,609 1,302 2,219 2.192 3,605
1,8 -1,087 -0,799 -0,282 0,643 1,318 2,193 2.848 3,499
1,6 -1,197 -0,817 -0,254 0,675 1,329 2,163 2.780 3,388
1,4 -1,318 -0,832 -0,225 0,705 1,337 2,128 2.706 3,271
1,2 -1,449 -0,844 -0,195 0,732 1,340 2,087 2.626 3,149
1,0 -1,588 -0,852 -0,164 0,758 1,340 2,043 2,542 3,022
0,8 -1,733 -0,856 -0,132 0,780 1,336 1,993 2,453 2,891
0,6 -1,880 -0,857 -0,099 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755
0,4 -2,029 -0,855 -0,066 0,816 1,317 1,880 2,261 2,615
0,2 -2,178 -0,850 -0,033 0,830 1,301 1,818 2,159 2,472
0,0 -2,326 -0,842 0,000 0,842 1,282 1,751 2,051 2,326
-0,2 -2,472 -0,830 0,033 0,850 1,258 1,680 1,945 2,178
-0,4 -2,615 -0,816 0,066 0,855 1,231 1,606 1,834 2,029
-0,6 -2,755 -0,800 0,099 0,857 1,200 1,528 1,720 1,880
-0,8 -2,891 -0,780 0,132 0,856 1,166 1,448 1,606 1,733
-1,0 -3,022 -0,758 0,164 0,852 1,128 1,366 1,492 1,588
-1,2 -2,149 -0,732 0,195 0,844 1,086 1,282 1,379 1,449
-1,4 -2,271 -0,705 0,225 0,832 1,041 1,198 1,270 1,318
-1,6 -2,388 -0,675 0,254 0,817 0,994 1,116 1,166 1,197
-1,8 -3,499 -0,643 0,282 0,799 0,945 1,035 1,069 1,087
-2,0 -3,605 -0,609 0,307 0,777 0,895 0,959 0,980 0,990
-2,2 -3,705 -0,574 0,330 0,752 0,844 0,888 0,900 0,905
-2,4 -3,800 -0,537 0,351 0,725 0,795 0,823 0,830 0,832
-2,6 -3,889 -0,490 0,368 0,696 0,747 0,764 0,768 0,769
-2,8 -3,973 -0.469 0,384 0,666 0,702 0,712 0,714 0,714
-3,0 -7,051 -0,420 0,396 0,636 0,660 0,666 0,666 0,667
Sumber: Suripin, 2003
42
Tabel 3.11 Data perhitungan curah hujan rancangan metode Log Pearson 3
Dari analisa data didapat nilai rata-rata, S, Cs dari logaritma data hujan adalah 2,053,
0,123, dan 0,991. Dari tabel G diperoleh nilai G untuk Tr 10 tahun adalah sebesar
1,381. Perhitungan logaritma curah hujan rancangan adalah:
43
Gambar 3.8 Kertas Distribusi Gumbel
d d teoritis
2
hit
2 empiris
d teoritis
Nilai 2 hit dibandingkan dengan 2 tab untuk derajat kebebasan (degree of freedom)
tertentu. Derajat kebebasan untuk pengujian distribusi hujan dihitung dengan n-1-2,
di mana n adalah jumlah data.
44
Gambar 3.9 Kertas Distribusi Log Pearson
45
tc = waktu konsentrasi
t0 = waktu terlama yang dibutuhkan oleh air hujan untuk mengalir di atas
permukaan tanah kesaluran yang terdekat
td = waktu yang diperlukan air hujan mengalir di dalam saluran
46
Tabel 3.13 Nilai kritis Uji Chi-Square
Pada sketsa berikut ini dijelaskan pengertian waktu konsentrasi pada suatu
daerah pengaliran.
BADAN JALAN
D
A
ARAH ALIRAN
LIMPASAN
PERMUKAAN
B C
1
SALURAN DRANASE
2
47
Hujan yang turun di atas badan jalan A-B-C-D akan menjadi limpasan permukaan.
Limpasan permukaan yang terjadi akan ditampung oleh saluran 1-2. Badan jalan A-
B-C-D disebut daerah pengaliran dari saluran 1-2. Proses limpasan dimulai dari titik
A ke Titik B (t0) sampai di Titik C (td).
Nilai tc dan td dirumuskan sebagai berikut.
0 ,167
2 n
t 0 x3,28 xL0 x
3 s
Ld
td
60V
di mana:
L0 = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
n = angka kekasaran Manning
s = kemiringan medan limpasan
Ld = panjang saluran/sungai (m)
V = kecepatan aliran ideal pada saluran (m/detik)
48
Tabel 3.14 Nilai koefisien kekasaran Manning untuk dataran banjir
Jenis penutup lahan Min. Normal Maks.
Padang rumput tanpa belukar
Rumput pendek 0.025 0.030 0.035
Rumput tinggi 0.030 0.035 0.050
Daerah pertanian
Tanpa tanaman 0.020 0.030 0.040
Tanaman dibariskan 0.025 0.035 0.045
Tanaman tidak dibariskan 0.030 0.040 0.050
Belukar
Belukar terpencar, banyak tanaman pengganggu 0.035 0.050 0.070
Belukar jarak dan pohon, musim dingin 0.035 0.050 0.060
Belukar jarak dan pohon, musim semi 0.040 0.060 0.080
Belukar sedang sampai rapat,musim dingin 0.045 0.070 0.110
Belukar sedang sampai rapoat, musim semi 0.070 0.100 0.160
Pohon-pohon
Rapat 0,013 0.150 0.200
Telah ditebang, tidak ada akar tersisa 0,030 0.040 0.050
Telah ditebang, akar masih tersisa 0,050 0.060 0.080
Dengan batang kayu yang besar, tinggi banjir 0,080 0.100 0.120
rendah
Dengan batang kayu yang besar, tinggi banjir 0,100 0.120 0.160
tinggi
Paving stone 0,013 0,015 0,017
Aspal
Halus 0,013 0,013
Kasar 0,016 0,016
Semen 0,011 0,013 0,015
Kerikil 0,023 0,033 0,036
Sumber: Chow, 1985
Metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung intensitas curah hujan
adalah Metode Kirpich (Subarkah, 1980):
0 , 77
L
tc 0,0195 0,5
S
49
di mana:
L = Jarak terjauh dari ujung hulu DAS ke ujung hilir saluran
S = Kemiringan antara ujung hulu DAS dan ujung hilir saluran
IT
t c 0,3RT
Di mana
RT = Curah hujan rancangan (mm/hari)
tc = Waktu konsentrasi (menit)
Di mana
R24 = Curah hujan rancangan (mm/hari)
tc = Waktu konsentrasi (menit)
Berikut ini adalah contoh perhitungan waktu konsentrasi pada suatu saluran yang
menampung drainase dari jalan jika diketahui data-data sebagai berikut:
n = 0,016
S = 2%
L0 = 4,50 m
50
LS = 16,50 m
V = 0,60 m/detik untuk jalan
R24 = 119,509 mm/hari
16,50m
9,00m
BLOK A - 1
70/148,5
73
Ls 16,50
td = = = 0,458 menit
60V 60.0,60
tc = t0 + td = 3,226 menit + 0,458 menit = 3,684 menit = 0,061 jam
2/3
R 24 24
2/3
119,509 24
It 266,201 mm/jam
24 t c 24 0,061
51
rancangan dengan kala ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun sebesar masing-masing
162.34, 203.97, 231.53, 266.35, 292.19, dan 317.83mm/hari
52
- jenis penutup lahan permukaan tanah
- intensitas hujan
- elevasi daerah pengaliran
- jenis tanah
- evaporasi dan unsur hidrologi lainnya
Debit banjir rancangan dapat diperhitungkan dengan metode:
- Hidrolik (geometri alur sungai)
- Rumus empiris
- Metode Rasional
- Metode Melchior
- Metode Weduwen
- Metode Hasper
- Hidrograf banjir rancangan
- Hidrograf satuan sintetik (Nakayasu, Snyder, Gamma I, Collins)
- Penelusuran banjir lewat waduk dan palung sungai
Sebagai contoh, diketahui luas DAS adalah 148,50 m2 dengan penutup lahan
berupa permukiman. Intensitas curah hujan dari curah hujan dengan kala ulang 2
adalah 46,5 mm/jam. Maka debit banjir rancangan dengan kala ulang 2 tahun adalah:
1 1
Q CxIxA 0,5 46,5 0.01485 0,003 m 3 /detik
360 360
53
Tabel 3.16 Koefisien pengaliran
Kondisi Permukaan Tanah Koefisien Pengaliran
1. Jalan beton dan jalan aspal 0,70 – 0,95
2. Jalan kerikil dan jalan tanah 0,40 – 0,70
3. Bahu Jalan:
Tanah berbutir halus 0,40 – 0,65
Tanah berbutir kasar 0,10 - 0,20
Batuan masif keras 0,70 – 0,85
Batuan masif lunak 0,60 – 0,75
4. Daerah perkotaan 0,70 – 0,95
5. Daerah pinggir kota 0,60 – 0,70
6. Daerah industri 0,60 – 0,90
7. Permukiman padat 0,40 – 0,60
8. Permukiman tidak padat 0,40 – 0,60
9. Taman dan kebun 0,20 – 0,40
10. Persawahan 0,45 – 0,60
11. Perbukitan 0,70 – 0,80
12. Pegunungan 0,75 – 0,90
Sumber: Soemarwoto, 1996
54
SOAL BAB III
V=1.5m/dt
A B
15 m 20 m
Potongan A-A
5% 2%
55
Tahun Stasiun D Stasiun E Stasiun F
1996 80 89 102
1997 110 88 83
1998 89 86 90
1999 90 88 97
2000 89 87 96
2001 88 83 92
2002 86 90 99
2003 99 80 89
2004 93 88 98
2005 184 84 94
2006 198 90 99
56
BAB IV
AIR LIMBAH PERMUKIMAN
Capaian pembelajaran:
Setelah membaca dan mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dan pembaca
dapat menghitung debit air limbah di saluran drainase. Secara khusus, capaian
pembelajaran yang diharapkan terdiri atas kemapuan mahasiswa atau pembaca
untuk:
a. menghitung proyeksi jumlah penduduk
b. menghitung kebutuhan air bersih di perkotaan
c. menghitung debit air kotor di perkotaan
57
T2 = tahun ke-1 yang diketahui jumlah penduduknya
T1 = tahun ke-2 yang diketahui jumlah penduduknya
b. Metode geometrik
Pn P0 (1 r ) n
58
4.3 VOLUME AIR LIMBAH
Air limbah domestik adalah air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk
tujuan semula baik dari aktivitas dapur, kamar mandi, atau cuci baik dari lingkungan
rumah tinggal, bangunan umum atau instansi, bangunan komersial dan sebagainya.
Zat-zat yang terdapat dalam air buangan diantaranya adalah unsur-unsur organik
tersuspensi maupun terlarut dan juga unsur-unsur anorganik serta mikroorganisme.
(Kodoatie dan Sjarief, 2005).
Kuantitasnya air limbah dapat diasumsikan adalah 50% - 70% dari rata-rata
pemakaian air bersih (120-140 liter/orang/hari). Secara detail karakteristik limbah
cair domestik dapat dilihat di tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 Pembuangan limbah cair rata-rata per orang setiap hari
Jenis Bangunan Volume Limbah Cair
(liter/orang/hari)
Daerah perumahan
- Rumah besar untuk keluarga tunggal 400
- Rumah tipe tertentu untuk keluarga tunggal 300
- Rumah untuk keluarga ganda (rumah susun) 240 – 300
- Rumah kecil (cottage) 200
Perkemahan dan motel
- Tempat peristirahatan mewah 400 – 600
- Tempat parkir rumah berjalan (mobile home) 200
- Kemah wisata dan tempat parkir trailer 140
- Hotel dan motel 200
Sekolah
- Sekolah dengan asrama 300
- Sekolah siang hari dengan kafetaria 80
- Sekolah siang hari tanpa kafetaria 60
Restoran:
- Tiap pegawai 120
- Tiap langganan 25 – 40
- Tiap makanan yang disajikan 15
Terminal transportasi:
- Tiap pegawai 60
- Tiap penumpang 20
Rumah sakit 600 – 1200
Kantor 60
Teater mobil (drive in theatre), per tempat duduk 20
Bioskop, per tempat duduk 10 – 20
Pabrik, tidak termasuk limbah cair industri dan cafeteria 60 – 120
Sumber: Soeparman dan Suparmin, 2001
59
Sebagai contoh, untuk rumah tipe 70 volume air limbahnya adalah sebagai berikut:
Jumlah penghuni diasumsikan sebanyak 7 orang
Kebutuhan air bersih = 300 liter/hari/orang = 0,000003629 m³/detik
Debit air kotor = 0,000003629 m³/detik x 7 orang = 0,00002540 m³/detik
60
SOAL BAB IV
61
BAB V
ANALISA HIDROLIKA
Capaian pembelajaran:
Setelah membaca dan mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dan pembaca
dapat merencanakan dimensi saluran drainase. Secara khusus, capaian pembelajaran
yang diharapkan terdiri atas kemapuan mahasiswa atau pembaca untuk:
a. menghitung kapasitas saluran drainase
b. menentukan bentuk dan bahan saluran drainase
c. merencanakan dimensi saluran
d. menggambar rencana detail saluran drainase
62
5.2 BENTUK SALURAN DRAINASE
Secara umum sifat saluran drainase ada dua macam, yaitu terbuka dan tidak
terbuka.
1. Saluran Terbuka
Saluran terbuka adalah saluran tanpa penutup di mana terdapat permukaan air
yang bebas (free surface). Permukaan bebas ini dapat dipengaruhi oleh tekanan
udara luar secara langsung (open channel flow). Umumnya berfungsi untuk
menyalurkan air yang belum tercemar atau kualitasnya tidak membahayakan.
2. Saluran Tertutup
Saluran tidak terbuka adalah saluran yang tidak memiliki penutup di bagian
atasnya. Jika air memenuhi seluruh bagian penampang saluran tersebut, maka
secara hidrolika saluran ini disebut saluran tertutup atau aliran pipa (pipe flow).
Pada aliran pipa tidak terdapat permukaan yang bebas karena seluruh saluran
diisi oleh air. permukaan air secara langsung tidak dipengaruhi oleh tekanan
udara luar, namun hanya dipengaruhi tekanan hidrolik yang ada dalam aliran
saja. Umumnya saluran ini berfungsi mengalirkan air yang sudah tercemar
maupun yang belum yang dibangun di daerah dengan kepadatan tinggi dan lahan
yang sempit, misalnya daerah komersial dan perkantoran.
Terbuka
Tidak terbuka
63
1. saluran berpenampang persegi
2. saluran berpenampang trapesium
3. saluran berpenampang lingkaran
4. saluran berpenampang setengah lingkaran
5. saluran berpenampang gabungan
Trapesium Persegi
Lingkaran
Setengah
lingkaran
Gabungan
64
Pertimbangan pemilihan bentuk saluran adalah sebagai berikut.
65
(sampai dengan 6 m3/dt), dan 10 cm untuk saluran yang lebih besar. Tebal minimum
pasangan beton bertulang adalah 7 cm. Untuk pasangan semen tanah atau semen
tanah yang dipadatkan, tebal minimum diambil 10 cm untuk saluran kecil dan 15 cm
untuk saluran yang lebih besar. Tebal pasangan tanah diambil 60 cm untuk dasar
saluran dan 75 cm untuk talud saluran (KP-03, 1986).
66
Rumus kecepatan rata-rata pada perhitungan dimensi penampang saluran
menggunakan metode Manning mempunyai bentuk yang sangat sederhana tapi
memberikan hasil yang sangat memuaskan, oleh karena itu rumus ini dapat luas
penggunaannya sebagai rumus aliran seragam dalam perhitungan saluran. Rumus
Manning dijelaskan sebagai berikut.
1 23
V R S
n
Di mana:
V = Kecepatan rata-rata dalam saluran (m/detik)
n = Koefisien kekasaran Manning
R = Jari-jari hidrolis (m)
S = Kemiringan dasar saluran
B
Gambar 5.4 Penampang Persegi Panjang
P = B + 2h m2 1
67
1 h
m
mh B mh
Debit yang mengalir pada saluran dihitung dengan rumus kontinuitas, yaitu:
Q=VxA
Di mana:
Q = Debit pada saluran (m3/detik)
V = Kecepatan aliran (m/detik)
A = Luas penampang saluran (m2)
68
Penampang saluran drainase perkotaan, pada umumnya dipakai bentuk
segiempat, karena dipandang lebih efisien didalam pembebasan tanahnya jika
dibandingkan dengan bentuk trapesium. Bila dipakai bentuk trapesium maka
besarnya kemiringan dinding saluran yang dianjurkan sesuai dengan jenis bahan
yang membentuk bahan saluran, mengikuti tabel berikut.
69
R = ½ h√2
70
Dimana:
V = Keepatan aliran (m/det)
h = Kedalaman aliran (m)
g = Percepatan gravitasi (m/det2)
5.7 JAGAAN
Jagaan (freeboard) suatu saluran ialah jarak vertikal dari puncak saluran ke
permukaan air pada kondisi rencana. Jarak ini harus cukup untuk mencegah
gelombang atau kenaikan muka air yang melimpah ke tepi.
71
- pengubahan bahan pasangan saluran dengan bahan yang lebih kasar untuk
memperkecil kecepatan aliran
Jika kecepatan rencana lebih besar dari kecepatan izin maksimum, maka
alternatif yang bisa dilakukan adalah:
- pembangunan bangunan terjun di tengah saluran untuk mengurangi slope
- pembangunan bangunan terjun di ujung saluran untuk mengurangi slope. Dalam
kondisi ini bak kontrol diperlukan untuk penyamaan muka air di simpul-simpul
saluran.
Di akhir perencanaan, perlu diperiksa kembali apakah elevasi mukai air rencana telah
berada pada posisi yang cukup rendah dari muka tanah asli. Sehubungan dengan ini,
perencanaan dimensi saluran harus dilakukan dengan meninjau potongan memanjang
jalan, tanah asli, dan saluran rencana secara bersama-sama.
Pada perencanaan dimensi saluran dengan kapasitas yang kecil, akan
didapatkan dimensi saluran yang sangat kecil. Dalam kondisi ini dimensi saluran
dapat diperbesar sampai ukuran yang memungkinkan konstruksi tersebut untuk
dibangun. Pertimbangan lain dalam perencanaan dimensi saluran adalah pembulatan
ke atas ukuran saluran menjadi nilai yang wajar dan mudah untuk dilaksanakan di
lapangan. Misalnya untuk lebar saluran rencana sebesar 0,28 m, perlu dibulatkan ke
atas menjadi 0,30 m.
Berikut ini diberikan contoh perencanaan dimensi untuk saluran jaringan
drainase berbentuk persegi dengan bahan batu bata diplester pada suatu blok
permukiman di mana penggunaan slope alam dapat memenuhi kontrol kecepatan
dan bilangan Froude.
72
67 68 95
BLOK D - 3
45/94,5
Nomor saluran 41 – 42
Qrencana = 0,0122 m3/dt
Elevasi muka tanah asli titik 41 = 61,12
Elevasi muka tanah asli titik 42 = 61,03
Panjang saluran = 18 m
S = (61,12-61,03)/18 = 0.005
n = 0,015
Dicoba B = 0,2 m
B 0,2
h untuk penampang terkonomis = = = 0,1 m
2 2
P = B +2h = 0,2 + (2. 0,1) = 0,4 m
A = B x h = 0,2 x 0,1 = 0,02 m²
A 0,02
R= = = 0.05 m
P 0,4
73
1 23 1 2
V= R S= 0,05 3 0,005 = 0,64 m/detik Kontrol kecepatan OK
n 0,015
Q= V x A = 0,64 x 0,01 = 0,0128 m3/dt Kontrol debit OK
V 0,64
Fr = = = 0,646 Kontrol jenis aliran OK
g .h 9,8.0,1
Nomor saluran 42 – 68
Qrencana = 0,0422 m3/dt
Elevasi muka tanah asli titik 42 = 61,03
Elevasi muka tanah asli titik 68 = 60,86
Panjang saluran = 82,5 m
S = (61,03-60,83)/82,5 = 0,0024
n = 0,015
Dicoba B = 0,45 m
B 0,5
h= = = 0,25 m
2 2
P = B +2h = 0,5 + (2. 0,25) = 1 m
A = B x h = 0,5 x 0,25 = 0,13 m²
A 0,13
R= = = 0,13 m
P 1
1 23 1 2
V= R S= 0,13 3 0,0024 = 0,59 m/detik Kontrol kecepatan tidak OK
n 0,025
Dicoba elevasi titik 68 digali = 60,63
S = (61,03-60,63)/82,5 = 0,0048
Dicoba B = 0,5 m
B 0,5
h= = = 0,25 m
2 2
P = B +2h = 0,5 + (2. 0,25) = 1 m
A = B x h = 0,5 x 0,25 = 0,13 m²
A 0,13
R= = = 0,13 m
P 1
1 23 1 2
V= R S= 0,13 3 0,0048 = 0,7 m/detik Kontrol kecepatan OK
n 0,025
74
Q= V x A = 0,7 x 0, 13 = 0,087 m3/dt Kontrol debit OK
V 0,7
Fr = = = 0,445 Kontrol jenis aliran OK
g .h 9,8.0,1
75
Untuk saluran 68-95, perhitungannya menyesuaikan dengan hasil perhitungan elevasi
di saluran 67-68. Jika ternyata muka air saluran 67-68 akhir menunjukkan hasil yang
berbeda dengan 42-68, maka yang digunakan adalah elevasi yang tertinggi. Namun
demikian, untuk semua titik perlu dilakukan pengecekan untuk memastikan
Gambar potongan memanjang pada saluran ini adalah sebagai berikut.
67 68 95
BLOK D - 3
45/94,5
+ 61,00
+ 60,00
61,03
61,03
60,83
ELEVASI TANAH ASLI
61,22
61,13
61,13
60,73
ELEVASI ATAS SALURAN
61,02
60,93
60,93
60,53
ELEVASI MUKA AIR
60,92
60,83
60,68
60,28
ELEVASI DASAR SALURAN
KETERANGAN
76
0,60
0,10
0,20
0,10
0,55
0,25
0,05
+ 60,50
61,12
61,12
61,12
61,12
ELEVASI TANAH ASLI
61,22
61,22
61,22
61,22
ELEVASI ATAS SALURAN
61,02
61,02
61,02
61,02
ELEVASI MUKA AIR 60,92
60,92
60,92
60,92
ELEVASI DASAR SALURAN
77
SOAL BAB V
1. Bentuk saluran apa saja yang dapat digunakan untuk saluran drainase? Jelaskan
alasan pemilihan masing-masing bentuk tersebut.
2. Bahan apa saja yang dapat digunakan sebagai pasangan saluran drainase?
Jelaskan alasan pemilihan masing-masing bahan tersebut.
3. Suatu jaringan drainase permukiman sebagaimana gambar dengan data-data
lokasi sebagai berikut, jika curah hujan rencana R24 = 105 mm untuk kala
ulang 5 tahun.
A1, C1,to1
A4,C4,to4
A3, C2,to3
A2,C2,to2
4. Sebuah saluran dengan pada suatu kawasan permukiman (lihat gambar 1), jika
besarnya curah hujan rancangan , R24 = 205 mm (kala ulang 10 th) , kecepatan V
ijin = 1.2 m/dt. Data lain sebagaimana tabel berikut:
Data Area 1 Area 2 Area 3
1. Panajng saluran (m) 100 150 300
2. Luas limpasan (Ha) 0.2 0.3 0.5
3. Waktu di limpasan, to (menit) 1.5 2.5 4
4. Koefisien C 0,5 0.6 0,7
78
Area 1 Area 2
Saluran 1 Saluran 2
Area 3
Saluran 3
Hitunglah:
a. Besarnya debit saluran pada masing-masing saluran
b. Hitung kedalaman saluran 1 jika saluran berbentuk trapezium (talud 1H: 2V)
Y =……
cm
50 cm
.
Q=0.01 m3/dt
+37.03
35
Q=0.03 m3/dt . .
+44.00 +43.00
.
+39.00
.
+37.00
. +37.00
35
.
+41.00
. +40.00
25 35 25 30
79
BAB VI
FASILITAS PELENGKAP DRAINASE
Capaian pembelajaran:
Setelah membaca dan mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dan pembaca
dapat menjelaskan dasar-dasar perencanaan bangunan drainase. Secara khusus,
capaian pembelajaran yang diharapkan terdiri atas kemapuan mahasiswa atau
pembaca untuk:
a. menyebutkan jenis bangunan drainase dan fungsinya
b. menyebutkan kriteria dasar perencanaan bangunan drainase
80
- peralatan penunjang, berupa: pencatat tinggi muka air, pengukur hujan, detektor
kualitas air.
Semua bangunan tersebut di atas tidak selalu harus ada pada setiap jaringan
drainase. Keberadaannya tergantung pada kebutuhan setempat yang biasanya
dipengaruhi oleh fungsi saluran, kondisi lingkungan dan tuntutan akan kesempurnaan
jaringannya (Togi, 1996)
6.2 GORONG-GORONG
Gorong-gorong adalah saluran tertutup yang biasanya pendek untuk
mengalirkan air melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya.
Gorong-gorong biasanya dibuat dari beton, aluminium gelombang, baja gelombang,
dan kadang-kadang plastik gelombang. Bentuk penampang melintangnya adalah
bulat, persegi, oval, tapal kuda, dan segitiga.
81
x
y
r
D
d
ß = 257,831°
α = 360° - ß = 360° - 257,831° = 102,169°
x = 0,778 r
y = 0,628 r
A= x r + 2(0,5. x. y)
2
360
257,831
= x r + 2(0,5. 0,778 r. 0,628 r)
2
360
= 2,738 r²
257,831
P= .2r = .2r = 4,5 r
360 360
A 2,738r 2
R= = = 0,608 r
P 4,5r
82
Gambar 6.3 Bangunan terjun
Ada empat bagian dalam bangunan terjun yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Bagian pengontrol
Bagian ini berada di hulu sebelum terjunan, berfungsi untuk mencegah
penurunan muka air yang berlebihan. Bagian ini terletak sebelah hulu (sebelum
terjunan), dengan adanya bagian pengontrol ini, maka penurunan muka air yang
berlebihan bisa dicegah. Ada dua alternatif mekanisme untuk mengendalikan
muka air di bagian hulu, yaitu dengan memperkecil luas penampang basah atau
memasang ambang (sill) dengan permukaan hulu miring. Untuk saluran yang
kandungan sedimennya tinggi disarankan tidak memasang ambang (sill), karena
akan mempercepat sedimentasi di saluran bagian hulu.
b. Bagian pembawa
Fungsinya adalah penghubung antara elevesi bagian atas dengan bagian bawah.
Bagian ini berupa terjunan dengan bentuk terjunan tegak (vertikal atau terjunan
miring). Jika beda tinggi (tinggi terjunan) lebih dari 1,5 m, maka bagian
pembawa berupa terjunan miring, jika beda tinggi (tinggi terjunan) kurang dari
1,5 m maka dipakai bangunan terjun tegak (vertikal).
c. Peredam energi
Fungsinya adalah untuk mengurangi energi yang dikandung oleh aliran sesudah
mengalami terjunan sehingga tidak berpotensi merusak konstruksi bangunan
terjun. Tipe peredam energi yang akan dipilih tergantung dari bilangan Froude
yang terjadi di dalam aliran.
83
d. Perlindungan dasar bagian hilir
Fungsinya adalah untuk melindungi dasar dan dinding saluran dari gerusan air
sesudah mengalami terjunan. Segera sesudah aliran mengalami terjunan,
kecepatan aliran tergolong masih tinggi meskipun sudah dipasang bangunan
peredam energi, sehingga masih diperlukan perlindungan dasar saluran yang
biasanya berupa pasangan bronjong (gabion) untuk menghindari gerusan pada
dasar saluran atau pada dinding saluran. (KP04, DPU)
84
Dimensi sumur yang diperlukan untuk suatu lahan atau kapling sangat
bergantung dari beberapa faktor sebagaimana yang dijelaskan berikut ini.
- Luas permukaan penutupan atau lahan yang airnya akan ditampung dalam sumur
resapan, meliputi luas atap, lapangan parkir, dan perkerasan-perkerasan lain.
- Karakteristik hujan yang meliputi intensitas hujan, lama hujan, dan selang waktu
hujan. Secara umum dapat dikatakan bahwa makin tinggi hujan, makin lama
berlangsungnya hujan memerlukan volume sumur resapan yang makin besar.
Sementara selang waktu hujan yang besar dapat mengurangi volume sumur yang
diperlukan.
- Koefisien permeabilitas tanah, yaitu kemampuan tanah dalam melewatkan air per
satuan waktu. Tanah berpasir mempunyai koefisien permeabilitas lebih tinggi
dibandingkan tanah berlempung.
- Tinggi muka air tanah. Pada kondisi muka air tanah yang dalam, sumur resapan
perlu dibuat secara besar-besaran karena tanah benar-benar memerlukan pengisian
air melalui sumur-sumur resapan. Sebaliknnya pada lahan yang muka airnya
dangkal, pembuatan sumur resapan kurang efektif, terutama pada daerah pasang
surut atau daerah rawa dimana air tanahnya sangat dangkal.
Secara teoritis, volume dan efisiensi sumur resapan dapat dihitung berdasarkan
keseimbangan air yang masuk ke dalam sumur dan air yang meresap ke dalam tanah
(Sunjoto, 1988) dan dapat dituliskan sebagai berikut:
H
Q
FK
1 e FKT / r
2
Di mana:
H = tinggi muka air dalam sumur (m)
F = faktor geomterik (m)
Q = debit air masuk
T = waktu pengaliran (detik)
K = koefisien permeabilitas tanah (m/dt)
R = jari-jari sumur (m)
Faktor geometrik tergantung pada berbagai keadaan sebagaimana dapat dilihat pada
gambar dan secara umum dapat dinyatakan dalam persamaan:
85
Q0 = F ∙ K ∙ H
Kedalaman efektif sumur resapan dihitung dari tinggi muka air tanah apabila dasar
sumur berada di bawah muka air tanah tersebut, dan diukur dari dasar sumur bila
muka air tanah berada di bawah dasar sumur. Sebaiknya dasar sumur berada pada
lapisan tanah dengan permeabilitas tinggi.
Gambar 6.5 Debit resapan pada sumur dengan berbagai kondisi (Bouilliot, 1976
dalam Sunjoto, 1988)
Pada dasarnya sumur resapan dapat dibuat dari berbagai macam bahan yang
tersedia di lokasi. Yang perlu diperhatikan bahwa untuk keamanan, sumur resapan
perlu dilengkapi dengan dinding. Bahan-bahan yang diperlukan untuk sumur resapan
meliputi:
86
- saluran pemasukan/pengeluaran dapat menggunakan pipa besi, pipa paralon, buis
beton, pipa tanah liat, atau dari pasangan batu.
- dinding sumur dapan menggunakan anyaman bambu, drum bekas, tangki
fiberglass, pasangan batu bata, atau buis beton.
- dalam sumur dan sela-sela antara galian tanah dan dinding tempat air meresap
dapat diisi dengan ijuk atau kerikil.
Pada pembuatan sumur resapan, sebelumnya perlu diukur terlebih dahulu kedalaman
air tanah ke permukaan tanah dari sumur di sekitarnya pada musim hujan.
87
Permeabilitas tanah yang dapat memungkinkan untuk dibangunnya sumur resapan
adalah:
- Permeabilitas tanah sedang (geluh/lanau, 2,0 – 6,5 cm/jam)
- Permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus, 6,5 – 12,5 cm/jam)
- Permeabilitas tanah cepat (pasir kasar, lebih besar 12,5 cm/jam)
Untuk memberikan hasil yang baik, serta tidak menimbulkan dampak negatif,
penempatan sumur resapan harus memperhatikan kondisi lingkungan setempat.
Penempatan sumur resapan harus memperhatikan letak septik tank, sumur air minum,
posisi rumah dan jalan umum. Jarak minimum sumur resapan dengan bangunan
lainnya adalah sebagai berikut.
88
Gambar 6.7 Tata letak sumur resapan untuk resapan air hujan rumah tinggal
89
Gambar 6.8 Potongan tegak inlet tegak drainase jalan raya
90
Dalam kondisi ini, dapat terjadi aliran subkritis ataupun tertekan di dalam gorong-
gorong (Suripin, 2003).
Beberapa jenis struktur inlet gorong-gorong adalah sebagai berikut.
- Dinding ujung lurus digunakan pada gorong-gorong kecil dengan kemiringan
datar, dan sumbu saluran/sungai berimpit dengan sumbu gorong-gorong.
- Dinding ujung berbentuk “L” digunakan apabila ada perubahan mendadak dari
arah aliran sungai.
- Dinding ujung bentuk “U” adalah bentuk yang paling tidak efisien secara
hidraulis. Satu-satunya keuntungan adalah biaya pembuatannya murah.
- Pada saluran dengan debit yang besar, harus ada pelebaran dinding sayap. Sudut
pelebaran harus dihitung dari sumbu aliran yang masuk. Bukan dari sumbu
gorong-gorong.Untuk lubang masuk, sudut pelebaran tidak menjadi masalah. Jika
memungkinkan dinding sayap dapat dilengkungkan dengan bentuk transisi yang
mulus.
Tujuan outlet gorong-gorong ialah melindungi lereng bagian hilir dan tanggul
atau urugan terhadap erosi dan mencegah longsoran di bawah tabung gorong-gorong.
Apabila debit kecil atau apabila saluran di hilir gorong-gorong tahan erosi, maka
dinding ujung yang lurus atau bentuk “U” sudah cukup. Apabila kecepatan aliran
lebih besar, mungkin akan ada gerusan samping di tanggul atau dinding saluran
akibat pusaran-pusaran di ujung dinding, terutama apabila gorong-gorong lebih
sempit dari saluran hilir. Untuk kecepatan sedang, pelebaran dinding sayap di outlet
akan bermanfaat, tapi sudut pelebaran jangan terlalau besar, sehingga aliran yang
keluar dari gorong-gorong masih tetap dapat menempel pada dinding-dinding
transisi. Apabila kecepatan aliran yang keluar dari gorong-gorong sangat tinggi,
maka diperlukan sarana peredam energi.
91
SOAL BAB VI
0,12
m
0,3 m
0,2 m
92
DAFTAR PUSTAKA
93
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Gambar 1.1 Saluran drainase alamiah .......................................................................... 3
Gambar 1.2 Saluran drainase buatan ............................................................................ 3
Gambar 1.3 Drainase Single Purpose........................................................................... 4
Gambar 1.4 Drainase Multi Purpose ............................................................................ 5
Gambar 1.5 Saluran terbuka berbentuk trapesium ....................................................... 6
Gambar 1.6 Saluran tidak terbuka berpenampang trapesium dan lingkaran ............... 6
Gambar 1.7 Peta rencana pola ruang dan daratan DKI Jakarta (Sumber: Pemprov
DKI Jakarta) ................................................................................................................. 8
Gambar 1.8 Sistem drainase perkotaan (Sumber: Pemprov Jateng) ............................ 9
Gambar 1.9 Profil memanjang sungai Ciliwung dan daur hidrologinya ................... 10
Gambar 1.10 Pengembangan DAS yang tidak terkendali dan menyebabkan banjir . 12
Gambar 2.1 Pola jaringan drainase alamiah ............................................................... 21
Gambar 2.2 Pola jaringan drainase buatan ................................................................. 21
Gambar 2.3 Contoh penyusunan tata letak saluran drainase...................................... 23
Gambar 2.5 Detail peta jaringan drainase .................................................................. 24
Gambar 3.1 Siklus hidrologi ...................................................................................... 28
Gambar 3.2 Data hujan harian dari satu stasiun dalam setahun ................................. 30
Gambar 3.3 Batas DAS (Sumber: http://www.raritanbasin.org/education.html) ...... 31
Gambar 3.4 Batas DAS Brantas (Sumber: http://forumdas-brantas.blogspot.com/) . 31
Tabel 3.1 Data hujan .................................................................................................. 32
Tabel 3.2 Perhitungan konsistensi ............................................................................. 32
Gambar 3.5 Grafik uji konsistensi sebelum koreksi .................................................. 33
Gambar 3.6 Grafik uji konsistensi sesudah koreksi ................................................... 34
Gambar 3.7 Poligon Thiessen .................................................................................... 35
Tabel 3.3 Kala ulang berdasarkan jenis bangunan/saluran ........................................ 36
Tabel 3.4 Kala ulang berdasarkan tipologi kota......................................................... 37
Tabel 3.5 Syarat penentuan distribusi ........................................................................ 38
Tabel 3.6 Reduced Mean (Yn) ................................................................................... 39
Tabel 3.7 Reduce Standard Deviation (Sn) ................................................................ 39
Tabel 3.8 Data perhitungan curah hujan rancangan ................................................... 40
Tabel 3.9 Nilai faktor frekuensi (KT) ........................................................................ 41
Tabel 3.10 Nilai G untuk Distribusi Log Pearson Tipe 3 .......................................... 42
Tabel 3.11 Data perhitungan curah hujan rancangan metode Log Pearson 3 ............ 43
Gambar 3.8 Kertas Distribusi Gumbel ....................................................................... 44
94
vii
Gambar 3.9 Kertas Distribusi Log Pearson................................................................ 45
Tabel 3.12 Nilai kritis Uji Smirnov-Kolmogorof ...................................................... 46
Tabel 3.13 Nilai kritis Uji Chi-Square ....................................................................... 47
Gambar 3.10 Waktu konsentrasi proses limpasan ..................................................... 47
Tabel 3.14 Nilai koefisien kekasaran Manning untuk dataran banjir ........................ 49
Tabel 3.15 Perkiraan kecepatan rata-rata di dalam saluran alami .............................. 49
Gambar 3.11 Detail jaringan drainase untuk perhitungan intensitas hujan ............... 51
Gambar 3.12 Kurfa IDFC .......................................................................................... 52
Tabel 3.16 Koefisien pengaliran ................................................................................ 54
Tabel 4.1 Pembuangan limbah cair rata-rata per orang setiap hari ............................ 59
Tabel 5.1 Kapasitas saluran........................................................................................ 62
Gambar 5.1 Penampang melintang saluran terbuka, tidak terbuka, dan tertutup ...... 63
Gambar 5.2 Bentuk-bentuk penampang melintang saluran ....................................... 64
Tabel 5.2 Bentuk-bentuk dasar penampang saluran, fungsi, dan lokasinya .............. 65
Gambar 5.3 Bentuk pasangan saluran ........................................................................ 66
Gambar 5.4 Penampang Persegi Panjang .................................................................. 67
Gambar 5.5 Penampang trapesium ............................................................................ 68
Tabel 5.3 Nilai koefisien kekasaran Manning untuk saluran ..................................... 68
Tabel 5.4 Bahan Saluran Drainase ............................................................................. 69
Tabel 5.5 Tinggi jagaan.............................................................................................. 71
Gambar 5.6 Lay out jaringan drainase untuk perencanaan dimensi .......................... 73
Gambar 5.7 Potongan memanjang saluran drainase .................................................. 76
Gambar 5.8 Potongan melintang saluran drainase ..................................................... 77
Gambar 6.1 Gorong-gorong ....................................................................................... 81
Gambar 6.2 Penampang gorong-gorong .................................................................... 82
Gambar 6.3 Bangunan terjun ..................................................................................... 83
Gambar 6.4 Sistem drainase yang berwawasan lingkungan ...................................... 84
Gambar 6.5 Debit resapan pada sumur dengan berbagai kondisi (Bouilliot, 1976
dalam Sunjoto, 1988) ................................................................................................. 86
Gambar 6.6 Contoh konstruksi sumur resapan .......................................................... 87
Tabel 6.1 Jarak sumur resapan ................................................................................... 88
Gambar 6.7 Tata letak sumur resapan untuk resapan air hujan rumah tinggal .......... 89
Gambar 6.8 Potongan tegak inlet tegak drainase jalan raya ...................................... 90
Gambar 6.9 Potongan tegak inlet datar drainase jalan raya ....................................... 90
95
viii