PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumah Sakit Hewan (RSH) merupakan salah satu sarana bagi dokter hewan
untuk dapat melakukan interaksi dengan pasien dan klien selain klinik hewan.
Rumah Sakit Hewan Institut Pertanian Bogor (RSH IPB) merupakan organisasi
medis yang bertujuan memberikan pelayanan kesehatan hewan baik secara
promotif, preventif, maupun kuratif. Misi RSH IPB adalah untuk mengembangkan
layanan medik dan layanan sosial berkualitas serta berimbang dengan
memperhatikan kepuasan klien demi terwujudnya harmoni kesehatan hewan,
manusia, dan lingkungan. Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH)
diberikan izin untuk melakukan kegiatan pembelajaran di RSH IPB agar dapat
lebih memahami bidang penyakit dalam dan kerumahsakitan. Hal ini dilakukan
dengan melibatkan mahasiswa PPDH secara aktif dalam kegiatan yang
berlangsung di RSH IPB. Kegiatan tersebut meliputi pelayanan administrasi
kerumahsakitan, pencatatan rekam medis, pemeriksaan fisik untuk peneguhan
diagnosa, penanganan kasus penyakit dalam dan bedah, pemeriksaan lanjutan
(berupa pemeriksaan hematologi dan kimiawi darah, radiografi, ultrasonografi,
dan fluoroskopi), serta melakukan diskusi dengan dokter hewan yang bertugas
tentang kasus yang telah diperoleh.
Selain hewan kesayangan, pengetahuan mengenai hewan besar (ruminansia)
juga merupakan kompetensi yang wajib diketahui oleh mahasiswa PPDH FKH
IPB. Pengetahuan ini didapatkan dengan keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan
harian peternakan sapi perah di Kawasan Peternakan (KUNAK) yang terletak di
daerah Cibungbulang. Kegiatan harian tersebut dapat digunakan untuk
mempelajari manajemen kesehatan hewan dan kandang serta penanganan
permasalahan kesehatan di lapangan.
Tujuan
1. Memberikan pelatihan kepada kami sebagai mahasiswa PPDH dalam
mendiagnosa penyakit dan melaksanakan terapi pada setiap kasus hewan kecil
yang ditemukan di RSH IPB.
2. Memberikan pelatihan kepada kami sebagai mahasiswa PPDH dalam
mendiagnosa penyakit dan melaksanakan terapi pada setiap kasus hewan besar
yang ditemukan di KUNAK.
3. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan kami sebagai mahasiswa PPDH
dalam bidang kerumahsakitan, peternakan serta edukasi kepada klien atau
peternak.
SELAYANG PANDANG RUMAH SAKIT HEWAN IPB
Lokasi
Keorganisasian
Rumah Sakit Hewan IPB pertama kali diresmikan oleh presiden ke-4
Indonesia yaitu (alm.) Abdurrahman Wahid (Gusdur) pada tanggal 11 Oktober
2000. RSH IPB dipimpin oleh seorang direktur yang dibantu oleh dua orang wakil
direktur masing-masing pada bidang medik dan bidang administrasi dan
keuangan. Wakil direktur bidang medik membawahi bagian pendidikan, rawat
inap, laboratorium, operasi, rontgen, poliklinik, dan apotek. Wakil direktur bidang
administrasi dan keuangan membawahi bagian administrasi, keuangan, rumah
tangga, dan perlengkapan (Gambar 1).
bagian belakang bangunan utama RSH IPB. Area ini terdiri dari kandang sapi,
kandang kuda, kandang ruminansia kecil, kandang anjing dan kucing, gudang
pakan dan peralatan, serta tempat penampungan kotoran. Alat penunjang diagnosa
yang digunakan meliputi fluoroskopi, ultrasonografi (USG) tiga dimensi,
elektrokardiografi (EKG), rontgen, dan endoskopi. Alat periksa darah yang
tersedia yaitu kimia darah, hematologi, dan lain-lain.
Mahasiswa diberikan tanggung jawab untuk merawat kebersihan dari
fasilitas yang terdapat di RSH IPB dengan melakukan sanitasi harian setiap
harinya pada beberapa tempat, yaitu ruang poliklinik di dalam rumah sakit, serta
kandang anjing dan sapi di tempat rawat inap belakang rumah sakit. Selain itu,
mahasiswa juga melakukan round visit setiap hari, berupa pengecekan terhadap
kondisi fisiologis hewan yang berada di tempat sanitasi. Form round visit
terlampir pada bagian akhir dari laporan ini.
1. Ruang Poliklinik
Ruang poliklinik merupakan ruang yang memiliki peranan penting di
Rumah Sakit Hewan. Ruangan ini digunakan untuk melakukan pemeriksaan dan
tindakan pengobatan setiap pasien yang datang. Terdapat dua ruang poliklinik di
RSH FKH IPB, satu ruangan difungsikan untuk pemeriksaan pasien setiap harinya
yang sebelumnya dapat menunggu di ruang tunggu seperti pada Gambar 2.
Ruangan selanjutnya lebih jarang digunakan karena difungsikan untuk
pemeriksaan lebih lanjut seperti USG. Ruang poliklinik dilengkapi dengan meja
periksa dan rak peralatan pemeriksaan, lemari untuk obat-obatan, mikroskop,
meja dengan berbagai perlengkapan untuk tindakan pengobatan, lampu
illuminator, wastafel, dan meja dokter. Terdapat berkas rekam medik pasien di
meja dokter, untuk dilakukan pengecekan setiap harinya.
Kegiatan sanitasi ruang poliklinik setiap harinya sangat diperlukan karena
setiap pasien yang datang mungkin membawa berbagai agen penyakit. Selain itu,
sanitasi diperlukan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial pada pasien
yang datang untuk cek kesehatan atau pun untuk pengobatan akibat adanya agen
penyakit yang ada di poliklinik. Sanitasi ruangan secara keseluruhan dilakukan
setiap pagi hari dengan melakukan desinfeksi ruangan menggunakan desinfektan.
Selanjutnya, sanitasi meja juga dilakukan saat terjadi pergantian pasien. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan agen penyakit dari pasien satu ke
pasien yang lainnya terutama agen penyakit yang bersifat menular.
Gambar 2 Ruang tunggu pasien (kiri) dan ruang poliklinik (kanan) untuk pemeriksaan dan
pengobatan pasien.
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)
Kondisi ruang poliklinik secara umum cukup baik dengan tata letak yang
jelas sehingga memudahkan untuk tindakan pemeriksaan dan pengobatan. Saran
yang dapat diberikan adalah penggunakan desinfektan untuk kegiatan sanitasi juga
hendaknya dilakukan pergantian secara berkala untuk menghindari resistensi agen
penyakit yang ada.
Setiap harinya, mahasiswa yang mendapatkan jadwal menjaga ruang
poliklinik mencatat rekam medik pasien yang datang pada hari tersebut. Rekam
medik harian tersebut kemudian dibagikan ke seluruh mahasiswa PPDH dan
kemudian didiskusikan setiap sore hari.
Gambar 3 Ruang utama kandang depan (kiri) dan meja periksa/ pengobatan sekaligus bak
pemandian (kanan).
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
3. Ruang Laboratorium
Salah satu layanan Rumah Sakit Hewan yang penting bagi layanan
kesehatan pasien adalah laboratorium seperti pada Gambar 4. Laboratorium klinik
atau laboratorium medis merupakan tempat yang digunakan dalam melakukan
berbagai macam tes pada spesimen biologis. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi tentang kesehatan pasien serta berfungsi dalam penegakan diagnosa dari
penyakit hewan yang diperiksa.
Gambar 4 Ruang laboratorium RSH IPB (kiri) dan lemari alat dan bahan laboratorium (kanan).
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015).
4. Ruang Fluoroskopi
Ruang fluoroskopi merupakan salah satu ruangan penunjang dalam sistem
poliklinik di Rumah Sakit Hewan IPB seperti pada Gambar 5. Terdapat satu set
perangkat fluoroskopi di ruangan ini. Alat ini hingga saat ini masih sering
digunakan dalam mendiagnosa beberapa penyakit di hewan, antara lain fraktur,
pembesaran kantung kemih atau kolon, Congestive Heart Failure (CHF) dan
hernia. Kondisi ruangan fluoroskopi ini dalam keadaan cukup baik dan terawatt.
Hal ini dapat dilihat dari lantai dan alat yang selalu dibersihkan dari kotoran
(debu). Dalam kondisi sepi pasien, alat fluoroskopi jarang digunakan. Walaupun
begitu, kami menyarankan ruangan tetap dibersihkan untuk menghindari
kerusakan pada alat akibat kotoran atau debu.
7
Gambar 5 Ruang fluoroskopi (kiri) dan apron yang tersedia di dalamnya (kanan).
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015).
5. Ruang Inkubasi
Ruang inkubasi dapat disebut juga sebaia ruang Intensive Care Unit (ICU)
dimana pasien yang dimasukkan ke dalam incubator berada dalam kondisi kritis
atau membutuhkan perhatian dan perawatan yang lebih intensif seperti terlihat
pada Gambar 6. Namun, ruangan ini tidak diperuntukkan bagi hewan dengan
penyakit menular. Ruang inkubasi RSH IPB kurang lebih berukuran 6x4 m2 yang
dilengkapi dengan 1 kandang kecil, 1 kandang besar, 2 inkubator, 2 lemari
perkakas atau obat, wastafel, dan kursi.
Hanya terdapat 1 inkubator yang berfungsi, namun sayangnya terdapat
rambut-rambut kucing yang menempel pada circulatory fan (kipas sirkulasi).
Pembersihan dan perawatan menyeluruh dan alat inkubator sulit dilakukan dan
tentunya membutuhkan biaya yang mahal. Sementara inkubator lainnya tidak
dapat digunakan.
Gambar 6 Ruang inkubasi beserta alat-alat penunjang (kiri) dan inkubator (kanan).
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015).
Saat ini, pasien yang menempati ruang rawat inap non infeksius I ini adalah
1 ekor anjing Beagle dan anjing ini masih sehat serta aktif. Namun, sistem
ventilasi udara ruang inap non infeksius kurang baik. Satu-satunya jalan udara
masuk dan keluar adalah melalui pintu ruangan sehingga ketika pintu ditutup
rapat, udara di luar ruangan terasa tersebut pengap. Sinar matahari pun tidak
secara langsung dapat masuk ke dalam ruangan ini.
Ruang inap non infeksius II berukuran lebih kecil, namun dilengkapi dengan
jendela yang dapat terbuka dan ditutup dengan rapat sehingga memungkinkan
terjadinya pertukaran udara. Ruangan ini juga dilengkapi dengan keran air dan
wastafel sehingga dokter dan paramedis dapat segera mencuci tangan setelah
menangani pasien.
7. Kandang Sapi
Rumah Sakit Hewan IPB memiliki kandang sapi yang terletak di instalasi
rawat inap. Sanitasi kandang sapi merupakan bagian dari tanggung jawab
mahasiswa PPDH. Saat ini, terdapat 3 (tiga) ekor sapi perah yang mengisi
kandang tersebut. Dari ketiga hewan tersebut, 1 (satu) diantaranya masih
merupakan sapi dara (Gambar 9).
Gambar 9 Kandang sapi tampak belakang (kiri) dan kandang sapi tampak depan tunggu beserta
kondisi lorong kandang pada sore hari setelah pemberian hijuan (kanan).
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)
Kegiatan sanitasi kandang sapi dilakukan setiap hari tanpa terkecuali hari
libur pada pukul 05.00 WIB. Setiap mahasiswa wajib menggunakan wearpack dan
boots untuk keamanan dan kelancaran kegiatan. Aktivitas terbagi menjadi 3
bagian, yaitu pembersihan kandang, pembersihan tempat pakan dan minum, juga
penyikatan dan round visit atau pemeriksaan fisik harian pada setiap hewan.
Kandang perlu dibersihkan setiap hari untuk mencegah adanya penyebaran
penyakit akibat kondisi kandang yang kotor penuh dengan feses maupun urin.
Feses merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan bakteri. Urin yang
menggenang juga akan menyebabkan lantai kandang menjadi lembab dan
mengganggu kesehatan kuku dari sapi tersebut. Setiap hari dilakukan pengamatan
umum mengenai kondisi skoring feses tersebut dan juga adanya perubahan warna
seperti darah pada urin. Akan tetapi tidak ditemukan diare maupun hematuria
selama kegiatan berlangsung. Dalam pelaksanaannya, pembersihan kandang
dimulai dengan mengambil feses di setiap bagian kandang dengan menggunakan
alat bantu sekop yang tersedia. Feses kemudian dikumpulkan pada wadah feses
yang tersedia untuk kemudian dipindahkan ke ruang pupuk yang terletak beberapa
puluh meter dari kandang sapi seperti terlihat pada Gambar 10. Di ruang pupuk,
feses ditumpuk untuk kemudian dapat digunakan kembali sebagai pupuk kandang.
Akan tetapi selama kegiatan berlangsung, mahasiswa belum melihat penggunaan
efektif dari produksi kotoran sapi yang dapat bermanfaat untuk menyuburkan
ruang hijau sekitar kampus. Selanjutnya lantai kandang dibersihkan menggunakan
selang air bertekanan sedang sambil disikat. Hal ini bertujuan untuk membersihka
kandang dari sisa-sisa feses dan urin yang tidak terserok dengan sekop, dan juga
memastikan bahwa lantai kandang tidak licin. Lantai kandang yang licin dapat
membuat hewan terpeleset dan cedera. Sisa air pada lantai kemudian ditarik
dengan menggunakan alat yang tersedia.
11
Gambar 10 Ruang pupuk (kiri) dan tempat pakan dan minum saat pemberian pakan sore hari
(kanan). Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)
Pada saat yang bersamaan, tempat pakan dibersihkan dari sisa-sisa pakan
hari sebelumnya. Apabila terdapat air yang menggenang dari tempat pakan, air
tersebut dibuang dan dibersihkan. Sistem tempat pakan yang tidak memiliki jalur
irigasi serta bersebelahan dengan tempat minum membuat air tumpah pada saat
hewan minum. Padahal, air dapat merusak konsentrat yang akan diberikan pada
hewan. Sebaliknya, tempat minum memiliki aliran irigasi menuju lantai kandang,
sehingga pergantian air dapat lebih mudah dilakukan. Sisa rumput dan konsentrat
diambil dengan teliti dari tempat minum. Tempat minum yang sudah bersih diisi
kembali dengan menggunakan akses air yang tersedia. Ketersediaan air bersih
secara ad libitum sangat penting untuk memastikan kesejahteraan hewan
terpenuhi. Mahasiswa tidak memberikan pakan, akan tetapi staf yang bertanggung
jawab biasanya akan memberikan pakan berupa hijauan seperti rumput gajah dan
ilalang yang kadang kalanya dicampurkan dengan konsentrat setiap pagi dan sore.
Hewan disikat dan dibersihkan setiap pagi dengan menggunakan selang air
untuk membersihkan tubuh hewan dari kotoran. Seringkali hewan menginjak dan
duduk pada fesesnya sendiri sehingga bagian coxae, digitalis kaki belakang dan
keempat kuku umumnya kotor dan perlu dibershihkan. Paparan feses yang terlalu
lama pada kulit juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit, selain itu juga
membuat hewan terasa tidak nyaman. Di kandang terbuka, hewan dapat memilih
daerah yang bersih dari feses untuk beristirahat. Sisa air pada lantai kemudian
ditarik sampai kering, untuk mencegah adanya peradangan maupun deformitas
pada kaku. Setelah itu, hewan kemudian dicek kondisi tubuh secara umum berupa
suhu badan, denyut nadi, frekuensi napas, turgor kulit dan mukosa. Pada data
pemeriksaan fisik harian yang terlampir, dapat dilihat bahwa hewan secara
keseluruhan memiliki suhu tubuh yanf di bawah suhu normal. Hal ini dapat
disebabkan dari waktu pengambilan temperature yaitu pagi hari dan sebelum
pemberian pakan.
8. Kandang Anjing
Sanitasi kandang merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan, karena sanitasi kandang sangat berpengaruh terhadap kesehatan
hewan dan fisiologis tubuh hewan. Kandang yang kotor bisa menjadi sumber
penularan penyakit. Selain itu, sanitasi kandang yang tidak diperhatikan juga akan
menimbulkan bau yang tidak sedap akibat urin, feses, dan sisa pakan. Sanitasi
kandang anjing dilaksanakan setiap hari mulai dari pukul 05.00 WIB sampai
dengan selesai. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum pelaksanaan sanitasi
kandang adalah pengecekan ada atau tidaknya feses dan sisa pakan serta warna
dan konsistensi feses hewan.
Jumlah kandang yang terdapat di ruangan tersebut berjumlah 20 buah.
Hanya 9 kandang yang terisi masing-masing 1 ekor anjing rawat inap, 5 ekor ras
Beagle, dan 3 ekor ras Labrador Retriever yang stambun maupun mix (Gambar
11).
Gambar 11 Bentuk kandang anjing RSH IPB (kiri) dan kondisi hewan dalam kandang (kanan).
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
Gambar 12 Peralatan sanitasi kandang anjing (kiri) dan tong tempat penampungan feses anjing
(kanan). Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
13
\
c. Bersihkan tempat makan dan tempat minum dengan menggunakan
sabun dan gosok menggunakan spons, kemudian dibilas.
Gambar 13 Ruang persiapan pakan dan tempat cuci tempat pakan dan tempat minum (kiri) serta
tempat pakan dan minum anjing yang digunakan (kanan)
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
Gambar 14 Kandang anjing setelah dilakukan sanitasi. Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)
Pakan dan minum diberikan pada setiap ekor hewan setelah semua kandang
dibersihkan. Untuk anjing yang obesitas diberikan pakan kering sebanyak 2 cup 2
kali/ hari, untuk anjing jenis Beagle diberikan pakan kering sebanyak 3 cup 2 kali/
hari sedangkan untuk anjing jenis Labrador diberikan pakan kering sebanyak 4
cup 2 kali/hari. Pada saat pemberian pakan perlu diperhatikan tempat pakan dan
minum harus dalam keadaan bersih. Tempat pakan dan minum harus dicuci setiap
hari. Selain itu, pakan juga harus disimpan dan dipreparasi di ruang preparasi
yang kering dan bersih agar pakan tidak mudah rusak.
Alur Pasien
Klien yang datang membawa pasien harus melengkapi administrasi terlebih
dahulu di bagian resepsionis. Kemudian petugas adminitrasi akan mencatat
identitas hewan dan pemiliknya untuk dibuatkan rekam medic serta kartu pasien
yang harus selalu dibawa pada saat berobat kembali. Kemudian klien yang telah
melengkapi administrasi dipersilakan untuk menunggu terlebih dahulu hingga
paramedic membawa hewan masuk ke dalam ruang periksa. Namun sebelum
masuk ke ruang periksa, pasien ditimbang terlebih dahulu. Kemudian dokter yang
bertugas akan melakukan pemeriksaan pada pasien. Apabila ada obat yang harus
digunakan atau diminum oleh pasien, klien dapat menebus resep obat di apotek
yang terletak dekat dengan resepsionis.
Pasien
Administrasi
Ruang
Ruang
Rekam medik dan kartu pasien merupakan suatu hal yang penting untuk
diperhatikan. Karena melalui kedua hal tersebut dokter hewan dapat mengetahui
riwayat kesehatan dari masing – masing pasien serta jenis obat yang pernah
diberikan. Kartu pasien tersebut berisikan identitas pasien, anamnesa, hasil
pemeriksaan penunjang diagnosa, diagnosa, prognosa, dan terapi yang diberikan.
Rawat jalan diperuntukan bagi pasien yang menurut dokter tidak memerlukan
perawatan yang intensif. Dokter akan memberikan petunjuk mengenai pemberian
obat maupun perawatan lainnya sehingga dapat dilakukan oleh pemilik hewan.
Sedangkan rawat inap diperuntukan pada pasien yang memerlukan penanganan
khusus seperti pemasangan infus maupun pada pasien yang memiliki kondisi
kritis sehingga memerlukan perawatan intensif dengan lama inap tergantung dari
kondisi pasien. Pasien yang menjalani rawat inap kondisinya akan selalu dikontrol
oleh dokter, paramedis, dan mahasiswa PPDH yang mendapat bagian jaga malam.
15
Administrasi
Penunjang Medik
Kegiatan penunjang yang sering digunakan di RSH IPB adalah pemeriksaan
laboratorium, radiologi, dan pemberian nutrisi yang tepat. PEmeriksaan
laboratorium dilakukan untuk meneguhkan diagnosa pada beberapa kasus
penyakit, contohnya pemeriksaan feses, kerokan telinga, hematologi, dan kimia
darah. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan adalah dengan menggunakan x-ray
dan fluoroskopi. Pemeriksaan nutrisi biasanya berupa pemilihan nutrisi yang
sesuai dengan kebutuhan pasien dan harus sesuai dengan petunjuk dokter yang
menagani kasus tersebut.
REKAPITULASI KASUS
ARTHRITIS PADA KUCING
Oleh:
Ari Nugraha,SKH B94164410
PENDAHULUAN
Hewan kesayangan pada zaman modern ini sudah menjadi hal yang cukup
diperlukan sebagai salah satu gaya hidup masyarakat modern ini. Tak jarang
hewan tersebut diperlakukan layaknya manusia. Salah satu hewan yang banyak
dipelihara saat ini adalah kucing. Kucing merupakan hewan karnivora yang cukup
bersahabat dengan manusia. Setiap hewan pasti rentan terhadap suatu kelainan
atau penyakit baik infeksius maupun noninfeksius. Salah satu penyakit yang bisa
menyerang kucing baik muda maupun tua yaitu arthritis. Menurut Caney (2007),
arthritis adalah peradangan pada lapisan sendi dan bila terjadi kerusakan tulang
rawan dikatakan sebagai osteoarthritis (Caney 2007). Peradangan sendi tersebut
bisa terjadi karena disebabkan oleh banyak kondisi seperti infeksi, penyakit
autoimun, peradangan sistemik, trauma dll.
Peradangan pada sendi, terutama yang terkait dengan arthritis atau
osteoarthritis, umum terjadi pada hewan kesayangan seperti anjing, kucing, dan
kuda. Penyakit ini mengakibatkan penurunan mobilitas dan kegiatan hewan itu
sendiri. Pada kucing peliharaan, bukti radiografi terhadap penyakit arthritis atau
osteoarthritis (OA) / degenerative joint disease (DJD) bisa sampai 90 persen. Dari
semua kucing, dengan sekitar 50 persen memiliki tanda klinis penurunan aktivitas
akibat rasa sakit pada persendian(Benito et al. 2013). Peradangan pada sendi jika
dibiarkan dan tidak diobati bisa menyebabkan ireversibel kerusakan sendi,
mengakibatkan rasa sakit dan membatasi kemampuan hewan peliharaan untuk
bergerak atau duduk dengan nyaman.
Seorang dokter hewan harus mampu mendiagnosa dan memberikan
treatment yang tepat terhadap hewan sakit salah satunya pada kasus arthritis,
karena tindakan ini sangat dibutuhkan dalam proses penyembuhan. Pengalaman
dan keterampilan yang dalam memilih tindakan dalam pengobatan mutlak
dimiliki oleh seorang dokter hewan.
ANAMNESIS
SIGNALEMENT
Nama : Junior
Jenis hewan/spesies : Kucing
Ras/breed : Domestic short hair
Warna bulu & kulit : Kuning
Jenis kelamin : Jantan
Umur : 4 bulan
Berat badan : 0,9 kg
Tanda Khusus :-
STATUS PRESENT
Keadaan Umum
Perawatan : Cukup terawat
Habitus/tingkah laku : tulang belakang lurus/ tenang
Gizi : Cukup
Pertumbuhan Badan : Cukup
Sikap berdiri : kaki kanan belakang tidak menumpu
Suhu tubuh : 38,6 °C
Frekuensi nadi : 120x /menit
Frekuensi nafas : 32x /menit
Adaptasi lingkungan
Kepala dan Leher
Inspeksi
Ekspresi wajah : Ceria
Pertulangan kepala : tegas, simetris
Posisi tegak telinga : tegak keduanya
Posisi kepala : tegak, lebih tinggi dari posisi Os vertebrae
Palpasi
Turgor kulit : <3 detik
Kondisi kulit : baik
Leher
Perototan : simetris
Trakea :cincin teraba dan tidak ada respon batuk saat
ditekan
Esofagus : teraba, kosong
Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : simetris
Tipe pernapasan : costalis
Ritme : teratur
Intensitas : dalam
Frekuensi : 32x /menit
Palpasi
Penekanan rongga thoraks : tidak ada respon sakit maupun batuk
Palpasi intercostal : tidak ada respon sakit maupun batuk
Perkusi
Lapangan paru-paru : tidak ada perluasan
Gema perkusi : nyaring
Auskultasi
Suara pernapasan : suara bronchial
Suara ikutan
antara in- dan ekspirasi : tidak ada
Perkusi
Lapangan jantung : tidak ada perluasan
Auskultasi
Frekuensi : 120x /menit
Intensitas : kuat
Ritme : teratur
Suara sistol dan diastol : terdengar jelas, tidak ada perubahan
Ekstrasistolik : negatif
Pulsus dan jantung : seirama
Abdomen
Inspeksi
Besar : simetris
Bentuk : simetris
Legok lapar : rata
Palpasi
Esofagus : kosong, tidak ada perluasan
Epigastrikus : tidak ada respon sakit
Mesogastrikus : tidak ada respon sakit
Hipogastrikus : tidak ada respon sakit
Isi usus halus : kosong
Isi usus besar : kosong
Auskultasi
Peristaltik usus : tidak terdengar
Anus
Sekitar anus : bersih
Refleks spinchter anii : ada reaksi mengkerut
Pembesaran kolon : tidak teraba
Kebersihan daerah perineal : bersih
Alat gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : simetris
Perototan kaki belakang : simetris
Tremor : tidak ada
Spasmus otot : tidak ada
Sudut persendian : sudut kaki kanan diperlebar
Cara berjalan/berlari : langkah diperpendek, koordinatif
Palpasi
Struktur pertulangan
- Kaki kiri depan : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kanan depan : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kiri belakang : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
21
- Kaki kanan belakang : ada bagian yang tidak tegas dan kokoh pada
persendian tibia fibula sehingga menyebabkan
perluasan sudut persendian
Konsistensi tulang : keras, kompak
Reaksi saat palpasi : ada rasa sakit pada kaki kanan belakang bagian
persendian tibia fibula
Palpasi
Ln. popliteus
- Ukuran : tidak teraba
- Konsistensi : tidak teraba
- Lobulasi : tidak teraba
- Perlekatan : tidak teraba
- Panas : tidak teraba
- Kesimetrisan : tidak teraba
Kestabilan pelvis
- Konformasi : tegas
- Kesimetrisan : simetris
TEMUAN KLINIS
Diagnosis
Berdasarkan pemeriksaan fisik kucing bernama junior mengarah pada
penyakit persendian yaitu arthritis
Prognosa
Fausta
Terapi
Tersedia banyak obat untuk pengobatan arthritis pada kucing. Obat
antiinflamasi non steroid (NSAID) sering dianggap sebagai standar terapi karena
memiliki efek terhadap pengurangan radang sendi. Beberapa obat golongan
NSAID yang efektif dan terbukti aman dalam penggunaan jangka panjang pada
dosis yang sesuai.yaitu Meloxicam dan robenacoxib. Obat golongan NSAID
untuk manusia seperti acetaminophen dan ibuprofen sangat beracun bagi kucing
sehingga tidak boleh digunakan. Opioid umumnya dianggap sebagai obat pilihan
terakhir karena memiliki efek analgesik yang kuat dan signifikan
PEMBAHASAN
(dosis 1 mg/kg), karprofen (dosis 2 mg/kg), dan prednisolone (dosis 0.5 mg/kg).
Menurut Caney (2007), obat golongan glukokortikoid tidak dianjurkan untuk
manajemen terapi pada kasus osteoarthritis kucing karena dapat mengakibatkan
kerusakan pada tulang rawan dengan mengurangi sintesis kolagen dan zat matriks
lainnya.Selain dengan obat, ada cara lain yang bisa dilakukan dalam treatment
arthritis yaitu dengan melakuakn fisioterapi. Fisioterapi bisa menjadi cara yang
sangat efektif untuk memperbaiki fungsi dan mengurangi rasa sakit. Berbagai
latihan gerak, pijatan medis / myofascial release, teknik chiropractic, berenang
atau treadmill merupakan teknik teknik dalam fisioterapi. Teknik ini dapat
dilakukan di rumah oleh pemilik kucing, di klinik dokter hewan yang
menyediakan jasa fisioterapi, atau oleh spesialis rehabilitasi. Sama seperti pada
manusia, physio dan rehab adalah cara yang bagus untuk menghilangkan rasa
sakit dan mengurangi kebutuhan akan obat-obatan (Kornya 2016).
SIMPULAN
Kucing Junior didiagnosa menderita arthritis yang ditandai dengan adanya
kepincangan pada persendian di kaki kanan belakang. Prognosa untuk arthritis
adalah fausta karena dapat disembuhkan dengan terapi seperti obat dengan dosis
yang tepat. Pengobatan dapat dilakukan baik dengan obat obatan ataupun dengan
teknik fisoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh:
PENDAHULAN
ANAMNESIS
kebotakan di bagian leher dan punggung. Pakan yang diberikan yaitu Whiskas Jr
dan di selingi sisa makanan dari pemiliknya.
SIGNALEMENT
Nama : Adona
Jenis hewan/spesies : Kucing
Ras/breed : Domestic short hair
Warna bulu & kulit : Hitam abu-abu kombinasi
Jenis kelamin : Jantan
Umur : 3 Tahun
Berat badan : 3.5 kg
Tanda Khusus : Ekor pendek
STATUS PRESENT
Keadaan Umum
Perawatan : tidak terawat
Habitus/tingkah laku : tulang belakang lurus/ tenang
Gizi : cukup
Pertumbuhan Badan : baik
Sikap berdiri : berdiri dengan ke empat kaki
Suhu tubuh : 38,2°C
Frekuensi nadi : 168x /menit
Frekuensi nafas : 44x /menit
Adaptasi lingkungan
Kepala dan Leher
Inspeksi
Ekspresi wajah : waspada
Pertulangan kepala : tegas, simetris
Posisi tegak telinga : tegak keduanya
Posisi kepala : tegak, lebih tinggi dari posisi Os vertebrae
Palpasi
Turgor kulit : <3 detik
Kondisi kulit : terdapat kebotakan di sekitar leher
Leher
Perototan : simetris
Trakea : cincin teraba dan tidak ada respon batuk saat
ditekan
Esofagus : teraba, kosong
Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : simetris
Tipe pernapasan : costalis
Ritme : teratur
Intensitas : dalam
Frekuensi : 44x /menit
Palpasi
Penekanan rongga thoraks : tidak ada respon sakit maupun batuk
Palpasi intercostal : tidak ada respon sakit maupun batuk
Perkusi
Lapangan paru-paru : tidak ada perluasan
Gema perkusi : nyaring
Auskultasi
Suara pernapasan : vesicular inspirasi terdengar jelas ketika inspirasi
Suara ikutan
antara in- dan ekspirasi : tidak ada
Perkusi
Lapangan jantung : tidak ada perluasan
Auskultasi
Frekuensi : 168x /menit
Intensitas : kuat
Ritme : teratur
Suara sistol dan diastol : terdengar jelas, tidak ada perubahan
Ekstrasistolik : tidak terdengar
Pulsus dan jantung : seirama
Abdomen
Inspeksi
Besar : simetris kiri dan kanan abdomen
Bentuk : simetris kiri dan kanan abdomen
Legok lapar : tidak ada, datar
Palpasi
Esofagus : kosong, tidak ada perluasan
Epigastrikus : tidak ada respon sakit
Mesogastrikus : tidak ada respon sakit
Hipogastrikus : tidak ada respon sakit
Isi usus halus : kosong
Isi usus besar : kosong
Auskultasi
Peristaltik usus : terdengar
Anus
Sekitar anus : bersih
Refleks spinchter anii : ada reaksi mengkerut
Pembesaran kolon : tidak teraba
Kebersihan daerah perineal : bersih
Alat gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : simetris, tidak ada perubahan
Perototan kaki belakang : simetris, tidak ada perubahan
Tremor : tidak ada
Spasmus otot : tidak ada
Sudut persendian : tidak ada perubahan
Cara berjalan/berlari : koordinatif
Palpasi
Struktur pertulangan
- Kaki kiri depan : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
29
TEMUAN KLINIS
Diagnosis
Berdasarkan pemeriksaan fisik kucing bernama Adona mengarah pada
infeksi pada peradangan telinga atau Otitis Interna.
Prognosa
Fausta
Diferensial Diagnosa : -
Terapi
PEMBAHASAN
I. Hasil
Hasil pemeriksaan fisik pada saluran telinga yang di duga menderita otitis
Dua kondisi patologi jaringan irreversible yang disebabkan oleh episode berulang
otitis interna akut yang tak tertangani (Healy and Rosbe 2003).
Penyebab terjadinya otitis media antara lain dapat disebabkan karena
adanyakotoran, bakteri dan jamur, ear mite, alergi, gangguan hormon, tumor dan
karena bentuk telinga (Bluestone 2003).
I. Kotoran
Sebagian besar kasus infeksi pada telinga berawal dari kotornya telinga.
kotoran yang terdapat dalam telinga bisa berasal dari luar diantaranya debu, tanah,
air atau dari dalam telinga sendiri. Seperti juga manusia, secara normal telinga
kucing memproduksi semacam cairan berwarna kuning kecoklatan seperti lilin
(wax), yang berfungsi menjaga kelembaban dan kondisi mikroorganisame di
dalam telinga. Lilin ini sering disebut sebagai cerumen. Penumpukan cerumen
yang berlebihan dapat bisa menjadi tempat yang cocok untuk tumbuhnya bakteri
atau jamur, selain itu juga menimbulkan rasa tidak nyaman yang memancing
kucing menggaruk, mencakar-cakar telinga. Garukkan ini menyebabkan luka kecil
yang kemudian dapat berkembang menjadi infeksi.
II. Bakteri dan Jamur
Bakteri dan jamur adalah salah satu agen utama penyebab infeksi pada
telinga. Jamur atau kapang yang secara normal hidup dalam telinga adalah
Malassezia pachydermatitis. Karena sesuatu hal bisa saja terjadi populasi
berlebihan dari jamur ini dan menyebabkan terjadinya otitis. Disisi yang berbeda,
infeksi telinga pada kucing akibat bakteri biasanya disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus intermedius dan Pseudomonas aeruginosa.
III. Ear mite atau tungau telinga
Tungau berukuran kecil yang sering menyebabkan otitis pada
kucingadalah dari spesies Otedectes cynotis. Tungau spesies lain yang juga
bisamenyebabkan otitis adalah sarcoptes,demodex dan notoedres. Tungau yang
menyerang telinga kucing dalam jangka waktu lama (kronis), dapat menyebabkan
gangguan telinga yang serius pada kucing. Ear mite bergerak dan hidup di dalam
saluran telinga. Tungau ini hidup dengan memakan jaringanyang mati dan cairan
seperti lilin yang dikeluarkan oleh telinga. Tungau ini dapat menyebabkan iritasi
dan berlanjut menjadi infeksi. Iritasi dan infeksi yang berlangsung terus menerus
dan berulang-ulang dapat menyebabkan kuit di saluran teinga menebal. Akibatnya
saluran teinga menyempit sehingga fungsi pendengaran sedikit terganggu.
Biasanya tungau telinga tidak menyebabkan rusaknya gendang telinga. Tetapi
adanya infeksi sekunder yang disebabkan bakteri atau jamur dapat menyebabkan
kerusakan selaput gendang elinga. Bila ini terjadi, infeksi telinga bagian tengah
yang parah dapat juga terjadi.Akibatnya hewan kehilangan keseimbangan,
disorientasi dan gangguan syaraf lainnya. Ear mite dalam telinga sangat
mengganggu, terasa gatal dan mengiritasi telinga. Lebih lanjut dapat terjadi
infeksi. Infeksi telinga yang tidak segera ditangani dapat berlanjut menjadi
berbagai penyakit serius, bahkan hilangnya kemampuan pendengaran. Ear mite
juga kadang dapat hidup di bagian tubuh lain selain telinga dan menyebabkan
penyakit kulit.
IV. Alergi
Alergi terhadap serbuk sari, makanan atau obat1obatan juga
dapatmenyebabkan otitiss. kucing alergi biasanya menunjukkan gejala
penyakit lain seperti kulit gatal. Tetapi bisa saja gejala alergi yang muncul
hanya berupa otitis saja. Makanan hipoalergenik bisa membantu dalam
menentukan dan mengendalikan alergi.
V. Gangguan hormon
Penyakit-penyakit yang menyebabkan gangguan hormon dapat menekan
sistem kekebalan tubuh. kekebalan tubuh yang berkurang menyebabkan
berbagai penyakit mudah muncul salah satunya adalah infeksi telinga.
Pemeriksaan darah dilaboratorium diperlukan untuk mendiagnosa otitis
yang disebabkan gangguan hormon.
VI. Tumor
Tumor dapat saja tumbuh di telinga atau saluran telinga. Tumor ini bisa
muncul sebagai akibat infeksi telinga yang berkepanjangan.
VII. Bentuk telinga
Bentuk telinga yang terlipat menutup seperti pada ras kucing scottish fold
mempertinggi resiko terkena otitis. Bulu yang tumbuh berlebihan dalam
telinga juga meningkatkan resiko terkena otitis. Oleh karena itu kucing-
kucing dengan bentuk telinga atau bulu panjang dan berlebihan yang
tumbuh di telinga, memerlukan perhatian dan perawatan lebih dibanding
kucing lainnya.
SIMPULAN
Kucing Adona didiagnosa menderita otitis ditandai dengan adanya
penumpukan cairan di saluran telinga, kegatalan yang hebat di sekitar telinga,
berbau menyengat. Prognosa untuk Otitis interna adalah fausta karena dapat
disembuhkan dengan terapi yang tepat. Terapi yang digunakan pada kasus ini
adalah terapi obat, yaitu dengan menggunakan pengobatan dengan menggunakan
anti tungau terutama tungau O. cyanotis, obat-obat yang bisa digunakan
diantaranya Pyrethrin, Milbemycin, Ivermectin, Fipronil dan Revolution
( Salamectin).
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULAN
ANAMNESIS
Kucing diadopt di jalan babakan raya dramaga, pada saat itu owner
melihat kucing lemah, owner memancing hewan dengan makanan. Kucing
berusaha untuk makan tetapi owner melihat kucing susah dalam mengunyah
pakan kering.
SIGNALEMENT
Nama : Gata
Jenis hewan/spesies : Kucing
Ras/breed : Domestik
Warna bulu & kulit : Hitam, Coklat, Putih
Jenis kelamin : Jantan
Umur : 6 Bulan
Berat badan : 2,2 kg
Tanda Khusus :-
STATUS PRESENT
Keadaan Umum
Perawatan : cukup
Habitus/tingkah laku : tulang belakang lurus/ tenang
Gizi : baik
Pertumbuhan Badan : baik
Sikap berdiri : menumpu pada keempat kaki
Suhu tubuh : 38,5 °C
Frekuensi nadi : 108x /menit
Frekuensi nafas : 44x /menit
35
Adaptasi lingkungan
Kepala dan Leher
Inspeksi
Ekspresi wajah : innocent
Pertulangan kepala : simetris, kompak
Posisi tegak telinga : tegak keduanya
Posisi kepala : tegak, lebih tinggi dari posisi Os vertebrae
Palpasi
Turgor kulit : <3 detik
Kondisi kulit : lesi pada daerah thoraks kiri
Leher
Perototan : simetris
Trakea : tidak ada respon batuk
Esofagus : tidak ada sisa makanan
Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : simetris
Tipe pernapasan : costalis
Ritme : teratur
Intensitas : dalam
Frekuensi : 44x /menit
Palpasi
Penekanan rongga thoraks : tidak ada respon sakit maupun batuk
Palpasi intercostal : tidak ada respon sakit maupun batuk
Perkusi
Lapangan paru-paru : tidak ada perluasan
Gema perkusi : nyaring
Auskultasi
Suara pernapasan : vesicular inspirasi terdengar jelas ketika inspirasi
Suara ikutan
antara in- dan ekspirasi : tidak ada
Perkusi
Lapangan jantung : tidak ada perluasan
Auskultasi
Frekuensi : 152x /menit
Intensitas : kuat
Ritme : teratur
Suara sistol dan diastol : terdengar jelas, tidak ada perubahan
Ekstrasistolik : tidak ada
37
Abdomen
Inspeksi
Besar : tidak ada kelainan
Bentuk : simetris
Legok lapar : tidak ada
Palpasi
Esofagus : tidak ada sisa makanan
Epigastrikus : tidak ada respon sakit
Mesogastrikus : tidak ada respon sakit
Hipogastrikus : tidak ada respon sakit
Isi usus halus : kosong
Isi usus besar : kosong
Auskultasi
Peristaltik usus : terdengar
Anus
Sekitar anus : bersih
Refleks spinchter anii : ada
Pembesaran kolon : tidak teraba
Kebersihan daerah perineal : bersih
Alat gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : simetris, tidak ada kelainan
Perototan kaki belakang : simetris, tidak ada kelainan
Tremor : tidak ada
Spasmus otot : tidak ada
Sudut persendian : tidak ada kelainan
Cara berjalan/berlari : tidak ada kelainan/ koordinatif
Palpasi
Struktur pertulangan
- Kaki kiri depan : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kanan depan : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kiri belakang : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kanan belakang : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
Konsistensi tulang : keras, kompak
Reaksi saat palpasi : tidak ada rasa sakit
Palpasi
Ln. popliteus
- Ukuran : kiri dan kanan simetris, tidak ada perubahan
- Konsistensi : kenyal
- Lobulasi : jelas
- Perlekatan : tidak ada perlekatan
- Panas : sama dengan suhu daerah sekitarnya
- Kesimetrisan : simetris
Kestabilan pelvis
- Konformasi : tegas
- Kesimetrisan : simetris
TEMUAN KLINIS
Pemeriksaan lanjutan : -
Diagnosis
Berdasarkan pemeriksaan fisik kucing bernama Gata, didapatkan diagnosa
yang mengarah pada penyakit periodontal.
Prognosa
Fausta
Diferensial Diagnosa
Stomatitis
39
Terapi
Gingivitis dapat disembuhkan dengan menghilangkan kausa, sedangkan
periodontitis umumnya tidak dapat dihilangkan. Peradangan umumnya menjadi
lebih intensive saat gingivitis berlanjut menjadi periodontitis. Peradangan tersebut
akan menyebabkan kerusakan pada jaringan, memicu gingival recession, dan
membentuk pocket periodontal (Niemeic 2008)
Terapi gingivitis yang disebabkan oleh bakteri dapat dilakukan dengan
pemberian antibiotik, anti inflamasi dan memberikan pereda nyeri (analgesic).
Terapi yang dilakukan terhadap Gata adalah dengan pemberian antibiotik
gentamicin (3mg/kg BB).
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULAN
ANAMNESIS
Kucing ini merupakan kucing liar, kucing mengalami luka gatal disekitar
daerah kepala, diperkirakan luka sudah sekitar 2 minggu.
SIGNALEMENT
Nama : Scaby
Jenis hewan/spesies : Kucing
Ras/breed : Domestic short hair
Warna bulu & kulit : Hitam putih
Jenis kelamin : Jantan
Umur : 4 Tahun
Berat badan : 3 kg
Tanda Khusus :-
STATUS PRESENT
Keadaan Umum
Perawatan : Tidak terawat
Habitus/tingkah laku : Tulang belakang lurus/ tenang
Gizi : Buruk
Pertumbuhan Badan : Baik
Sikap berdiri : Berdiri dengan empat kaki
Suhu tubuh : 38,6 °C
Frekuensi nadi : 152x /menit
Frekuensi nafas : 36x /menit
Adaptasi lingkungan
Kepala dan Leher
Inspeksi
Ekspresi wajah : Galak
Pertulangan kepala : Tegas, simetris
Posisi tegak telinga : Tegak keduanya
Posisi kepala : Tegak, lebih tinggi dari posisi Os vertebrae
Palpasi
Turgor kulit : <3 detik
Kondisi kulit : Kasar dan terdapat kerak
Leher
Perototan : Simetris
Trakea : Cincin teraba dan tidak ada respon batuk saat
ditekan
Esofagus : Teraba, kosong
Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : Simetris
Tipe pernapasan : Costalis
Ritme : Teratur
Intensitas : Dalam
Frekuensi : 36 X/menit
Palpasi
Penekanan rongga thoraks : Tidak ada respon sakit maupun batuk
Palpasi intercostal : Tidak ada respon sakit maupun batuk
Perkusi
Lapangan paru-paru : Tidak ada perluasan
Gema perkusi : Nyaring
Auskultasi
Suara pernapasan : costal
Suara ikutan :-
antara in- dan ekspirasi : tidak ada
Perkusi
Lapangan jantung : Tidak ada perluasan
Auskultasi
Frekuensi : 152X/menit
Intensitas : Kuat
Ritme : Teratur
Suara sistol dan diastol : Terdengar jelas, tidak ada perubahan
Ekstrasistolik : Negatif
Pulsus dan jantung : Seirama
Abdomen
Inspeksi
Besar : Tidak simetris, kanan lebih besar
Bentuk : Tidak simetris, kanan lebih besar
Legok lapar : Tidak ada
Palpasi
Esofagus : Kosong, tidak ada perluasan
Epigastrikus : Tidak ada respon sakit
Mesogastrikus : Tidak ada respon sakit
Hipogastrikus : Tidak ada respon sakit
Isi usus halus : Kosong
Isi usus besar : Kosong
Auskultasi
45
Anus
Sekitar anus : Bersih
Refleks spinchter anii : Ada reaksi mengkerut
Pembesaran kolon : Tidak teraba
Kebersihan daerah perineal : Bersih
Alat gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : Simetris, tidak ada kelainan
Perototan kaki belakang : Simetris, tidak ada kelainan
Tremor : Tidak ada
Spasmus otot : Tidak ada
Sudut persendian : Tidak ada kelainan
Cara berjalan/berlari : Koordinatif
Palpasi
Struktur pertulangan
- Kaki kiri depan : Tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kanan depan : Tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kiri belakang : Tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kanan belakang : Tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
Konsistensi tulang : Keras, kompak
Reaksi saat palpasi : Tidak ada rasa sakit
Palpasi
Ln. popliteus
- Ukuran : Tidak teraba
- Konsistensi : Tidak teraba
- Lobulasi : Tidak teraba
- Perlekatan : Tidak teraba
- Panas : Tidak teraba
- Kesimetrisan : Tidak teraba
Kestabilan pelvis
- Konformasi : Tegas
- Kesimetrisan : Simetris
TEMUAN KLINIS
Diagnosis
Berdasarkan pemeriksaan fisik kucing bernama Scaby mengarah pada
infeksi pada kulit yaitu Scabies.
Prognosa
Fausta
Terapi
PEMBAHASAN
pemeriksaan kerokan kulit dibawah mikroskop pada bagian telinga sebelah kiri,
ditemukan adanya kutu Sarcoptes scabiei.
SIMPULAN
Kucing Scaby didiagnosa menderita scabies yang ditandai dengan adanya
keropeng didaerah kepala dan telinga. Prognosa penyakit ini adalah fausta karena
dapat disembuhkan dengan terapi yang tepat. Terapi yang digunakan pada kasus
ini adalah terapi obat, yaitu dengan menggunakan obat anti scabies. Setelah
diterapi selama dua hari, Scaby menunjukan kondisi yang telah memperlihatkan
perubahan yang baik, yaitu dengan berkurangnya keropeng yang terdapat di
telinga.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh:
Tresna Setia B94164446
PENDAHULUAN
ANAMNESIS
Owner melaporkan mata sebelah kiri kucingnya pada bagian bulatan hitam
terdapat warna putih yang menutupi warna lensa mata, warna putih pada mata itu
didapatkan sejak kecil. Kucing aktif, memiliki nafsu makan yang tinggi, dan
kondisi tubuh dari kucing tersebut baik.
SIGNALEMENT
Nama : Putih
Jenis hewan/spesies : Kucing
Ras/breed : Mix
Warna bulu & kulit : Putih
Jenis kelamin : Betina
Umur : 2 Tahun
Berat badan : 3 kg
Tanda Khusus :-
STATUS PRESENT
Keadaan Umum
Perawatan : terawat
Habitus/tingkah laku : tulang belakang lurus/ tenang
Gizi : baik
Pertumbuhan Badan : baik
Sikap berdiri : menumpu pada keempat kaki
Suhu tubuh : 38,3 °C
Frekuensi nadi : 180x /menit
Frekuensi nafas : 56x /menit
Adaptasi lingkungan
Kepala dan Leher
Inspeksi
Ekspresi wajah : tenang
Pertulangan kepala : tegas, simetris
Posisi tegak telinga : tegak keduanya
Posisi kepala : tegak, lebih tinggi dari posisi Os vertebrae
Palpasi
51
Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : simetris
Tipe pernapasan : costalis
Ritme : teratur
Intensitas : dalam
Frekuensi : 56x /menit
Palpasi
Penekanan rongga thoraks : tidak ada respon sakit maupun batuk
Palpasi intercostal : tidak ada respon sakit maupun batuk
Perkusi
Lapangan paru-paru : tidak ada perluasan
Gema perkusi : nyaring
Auskultasi
Suara pernapasan : vesicular inspirasi terdengar jelas ketika inspirasi
Suara ikutan
antara in- dan ekspirasi : tidak ada
Perkusi
Lapangan jantung : tidak ada perluasan
Auskultasi
Frekuensi : 180x /menit
Intensitas : kuat
Ritme : teratur
Suara sistol dan diastol : terdengar jelas, tidak ada perubahan
Ekstrasistolik : tidak ada
Pulsus dan jantung : seirama
Abdomen
Inspeksi
Besar : simetris
Bentuk : simetris
Legok lapar : tidak ada
53
Palpasi
Esofagus : kosong, tidak ada perluasan
Epigastrikus : tidak ada respon sakit
Mesogastrikus : tidak ada respon sakit
Hipogastrikus : tidak ada respon sakit
Isi usus halus : kosong
Isi usus besar : kosong
Auskultasi
Peristaltik usus : terdengar
Anus
Sekitar anus : bersih
Refleks spinchter anii : ada reaksi mengkerut
Pembesaran kolon : tidak teraba
Kebersihan daerah perineal : bersih
Alat gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : simetris, tidak ada kelainan
Perototan kaki belakang : simetris, tidak ada kelainan
Tremor : tidak ada
Spasmus otot : tidak ada
Sudut persendian : tidak ada kelainan
Cara berjalan/berlari : koordinatif
Palpasi
Struktur pertulangan
- Kaki kiri depan : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kanan depan : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kiri belakang : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kanan belakang : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
Konsistensi tulang : keras, kompak
Reaksi saat palpasi : tidak ada rasa sakit
Palpasi
Ln. popliteus
- Ukuran : kiri dan kanan simetris, tidak ada perubahan
- Konsistensi : kenyal
- Lobulasi : jelas
- Perlekatan : tidak ada perlekatan
- Panas : sama dengan suhu daerah sekitarnya
- Kesimetrisan : simetris
Kestabilan pelvis
- Konformasi : tegas
- Kesimetrisan : simetris
TEMUAN KLINIS
Pemeriksaan lanjutan : -
Diagnosis
Berdasarkan pemeriksaan fisik kucing bernama Putih mengarah pada
katarak.
Prognosa
Fausta
Terapi
Tidak ada terapi yang dapat dilakukan untuk mengobati katarak kecuali
dengan operasi katarak.
PEMBAHASAN
SIMPULAN
Berdasarkan pemeriksaan fisik dan anamnesa dari owner, kucing putih
didiagnosa mengalami katarak kongenital. Kucing Putih masih memiliki reflek
pupil pada bagian mata yang mengalami katarak dan penglihatan masih berfungsi.
Kucing putih juga masih dapat beraktivitas normal tanpa mengalami gangguan
penglihatan sehingga operasi katarak tidak diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Mitchel N. 2002. Lens disorder in dogs and cats. J. Vet. Ireland. 3(6): 332-339.
Mitchel N. 2006. Feline Opthalmology part 2: Clinical presentation and aetiology
of common ocular conditions.
Williams DL, Heath MF. 2006. Prevalence of feline cataract: results of a cross-
sectional study of 2000 normal animals, 50 cats with diabetes and one
hundredcats following dehydrational cries. J. Vet. Opth. 9(5): 341-34.
57
Oleh:
Aang Hasanudin B94164401
PENDAHULAN
ANAMNESIS
SIGNALEMENT
Nama : Titi
Jenis hewan/spesies : Kucing
Ras/breed : Domestic short hair
Warna bulu & kulit : putih abu
Jenis kelamin : betina
Umur : 1 tahun
Berat badan : 1,5 kg
Tanda Khusus :-
Gambar 23 Kondisi kucing bernama Romlan
STATUS PRESENT
Keadaan Umum
Perawatan : baik
Habitus/tingkah laku : tulang belakang lurus/ tenang
Gizi : baik
Pertumbuhan Badan : baik
Sikap berdiri : bertumpu pada keempat kaki
Suhu tubuh :38,3 °C
Frekuensi nadi : 120x /menit
Frekuensi nafas : 36x /menit
Adaptasi lingkungan
Kepala dan Leher
Inspeksi
Ekspresi wajah : tenang
Pertulangan kepala : tegas, simetris
Posisi tegak telinga : tegak keduanya
Posisi kepala : tegak, lebih tinggi dari posisi Os vertebrae
Palpasi
Turgor kulit : <3 detik
Kondisi kulit : halus tidak ada perlukaan
Leher
Perototan : simetris
Trakea : cincin teraba dan tidak ada respon batuk saat
ditekan
Esofagus : teraba, kosong
Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : simetris
Tipe pernapasan : costalis
Ritme : teratur
Intensitas : dalam
Frekuensi : 36x /menit
Palpasi
Penekanan rongga thoraks : tidak ada respon sakit maupun batuk
Palpasi intercostal : tidak ada respon sakit maupun batuk
Perkusi
Lapangan paru-paru : tidak ada perluasan
Gema perkusi : nyaring
Auskultasi
Suara pernapasan : vesicular inspirasi terdengar jelas ketika inspirasi
Suara ikutan
antara in- dan ekspirasi : tidak ada
Perkusi
Lapangan jantung : tidak ada perluasan
Auskultasi
Frekuensi : 128x /menit
Intensitas : kuat
Ritme : teratur
Suara sistol dan diastol : terdengar jelas, tidak ada perubahan
Ekstrasistolik : negatif
Pulsus dan jantung : tidak seirama
Abdomen
Inspeksi
Besar : simetris
Bentuk : simetris
Legok lapar : tidak ada
Palpasi
Esofagus : kosong, tidak ada perluasan
Epigastrikus : tidak ada respon sakit
Mesogastrikus : tidak ada respon sakit
Hipogastrikus : tidak ada respon sakit
Isi usus halus : kosong
Isi usus besar : kosong
61
Auskultasi
Peristaltik usus : terdengar
Anus
Sekitar anus : bersih
Refleks spinchter anii : ada reaksi mengkerut
Pembesaran kolon : tidak teraba
Kebersihan daerah perineal : bersih
Alat gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : simetris, tidak ada kelainan
Perototan kaki belakang : simetris, tidak ada kelainan
Tremor : tidak ada
Spasmus otot : tidak ada
Sudut persendian : Tidak ada perlukaan, tidak ada pembengkakan, tidak
ada krepitasi
Cara berjalan/berlari : koordinatif
Palpasi
Struktur pertulangan
- Kaki kiri depan : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kanan depan : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kiri belakang : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kanan belakang : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
Konsistensi tulang : keras, kompak
Reaksi saat palpasi : tidak ada rasa sakit
Palpasi
Ln. popliteus
- Ukuran : kiri dan kanan simetris, tidak ada perubahan
- Konsistensi : kenyal
- Lobulasi : jelas
- Perlekatan : tidak ada perlekatan
- Panas : sama dengan suhu daerah sekitarnya
- Kesimetrisan : simetris
Kestabilan pelvis
- Konformasi : tegas
- Kesimetrisan : simetris
Diagnosis
Berdasarkan pemeriksaan fisik kucing bernama Titi mengarah pada keratitis
PEMBAHASAN
Pengobatan
Selama kucing berada dalam penanganan, kucing belum diberikan obat
namun hanya diberi pakan dan minum untuk menjaga kondisi tubuh kucing agar
tetap sehat. Menurut Spiess et al (2009) dari 35 kucing yang terkena keratitis dan
diobati dengan cycloporin, 31 diantaranya mengalami persembuhan.
SIMPULAN
Kucing Titi didiagnosa menderita keratitis ditandai dengan adanya vasa
injectio, limbus tidak rata dan perubahan kornea menjadi lebih keruh dan
berwarna kelabu. Belum diberikan terapi namun hanya diberikan pakan dan
minum ad libitum untuk menjaga kondisi tubuh kucing agar tetap kondisi stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Mills JT. 2008. Corneal ulceration and ulcerative keratitis [terhubung berkala].
http://emedicine.medscap.com/article/798100-overview.
Mitchell N. 2006. Feline Ophthalmology Part 2: Clinical presentation and
aetology og common ocular conditions. Irish Veterinary Journal. 59 (4):
223-232.
Riis RC.2002. Small animal Ophthalmology Secrets. Philadelphia: Hanley &
Belfus, inc.
Ward DA. 1999. Clinical ophthalmic pharmacology and therapetics. Di dalam
Gelatt KN, editor. Veterinary Ophthalmology. Ed ke-3. Pennsylvania:
Lippincott WilliMS & Wilkins. Hlm 336-354.
Spiess AK, Sapienza JS, Mayordomo A. 2009. Treatment of proliferative feline
eosinophilic keratitis with topical 1.5% cyclosporine: 35 cases. Veterinary
Ophthalmology 12(2): 132–137.
PARALYSIS PADA KUCING
Oleh:
Indryana Marshella T B94164422
PENDAHULAN
ANAMNESIS
SIGNALEMENT
Nama : Moni
Jenis hewan/spesies : Kucing
65
STATUS PRESENT
Keadaan Umum
Perawatan : baik
Habitus/tingkah laku : tulang belakang lurus/jinak
Gizi : baik
Pertumbuhan Badan : baik
Sikap berdiri : kaki kiri dan kanan belakang tidak menumpu
Suhu tubuh : 38,4 °C
Frekuensi nadi : 160 x /menit
Frekuensi nafas : 56 x /menit
Adaptasi lingkungan
Kepala dan Leher
Inspeksi
Ekspresi wajah : tenang
Pertulangan kepala : tegas, simetris
Posisi tegak telinga : tegak keduanya
Posisi kepala : tegak, lebih tinggi dari posisi Os vertebrae
Palpasi
Turgor kulit : <3 detik
Kondisi kulit : tidak ada keropeng
Leher
Perototan : simetris
Trakea : cincin teraba dan tidak ada respon batuk saat
ditekan
67
Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : simetris
Tipe pernapasan : costalis
Ritme : teratur
Intensitas : dangkal
Frekuensi : 56 x /menit
Palpasi
Penekanan rongga thoraks : tidak ada respon sakit maupun batuk
Palpasi intercostal : tidak ada respon sakit maupun batuk
Perkusi
Lapangan paru-paru : tidak ada perluasan
Gema perkusi : nyaring
Auskultasi
Suara pernapasan : vesicular inspirasi terdengar jelas ketika inspirasi
Suara ikutan :tidak ada
antara in- dan ekspirasi : tidak ada
Perkusi
Lapangan jantung : tidak ada perluasan
Auskultasi
Frekuensi : 160 x /menit
Intensitas : kuat
Ritme : teratur
Suara sistol dan diastol : terdengar jelas, tidak ada perubahan
Ekstrasistolik : negatif
Pulsus dan jantung : seirama
Abdomen
Inspeksi
Besar : tidak simetris, kanan lebih besar
Bentuk : tidak simetris, kanan lebih besar
Legok lapar : tidak ada
Palpasi
Esofagus : kosong, tidak ada perluasan
Epigastrikus : tidak ada respon sakit
Mesogastrikus : tidak ada respon sakit
Hipogastrikus : tidak ada respon sakit
Isi usus halus : kosong
Isi usus besar : kosong
Auskultasi
Peristaltik usus : terdengar
Anus
Sekitar anus : bersih
Refleks spinchter anii : ada reaksi mengkerut
Pembesaran kolon : tidak teraba
Kebersihan daerah perineal : bersih
Alat gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : simetris, tidak ada kelainan
Perototan kaki belakang : kelumpuhan otot kaki belakang
Tremor : tidak ada
Spasmus otot : tidak ada
Sudut persendian : sudut kaki belakang dipersempit
Cara berjalan/berlari : kesulitan dalam berjalan
Palpasi
Struktur pertulangan
- Kaki kiri depan : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kanan depan : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kiri belakang : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
- Kaki kanan belakang : tegas, kokoh, tidak ada krepitasi
Konsistensi tulang : keras, kompak
Reaksi saat palpasi :tidak ada respon sakit pada saat dipalpasi bagian
kaki belakang
Palpasi
Ln. popliteus
- Ukuran : simetris kiri dan kanan
69
- Konsistensi : kenyal
- Lobulasi : jelas
- Perlekatan : tidak ada perlekatan
- Panas : sama dengan suhu disekitarnya
- Kesimetrisan : simetris
Kestabilan pelvis
- Konformasi : tegas
- Kesimetrisan : simetris
TEMUAN KLINIS
Pemeriksaan lanjutan : -
Diagnosis
Berdasarkan pemeriksaan fisik kucing bernama Moni mengarah pada
paralisis nervus pada kaki bagian belakang akibat trauma.
Prognosa
Dubius-infausta
Terapi
Pengobatan yang dapat diberikan pada kucing yang mengalami paralisis
dengan perawatan supportif seperti rawat inap, cairan intravena, dan terapi
oksigen yang sesuai. Selain itu, dapat diberikan antibiotik jika ada infeksi, steroid
atau antiinflamasi untuk mengurangi peradangan pada bagian kaki belakang.
Pengobatan lebih lanjut tergantung penyebab paralisis.
PEMBAHASAN
SIMPULAN
71
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan sapi perah yang berasal dari
Belanda, yaitu Propinsi North Holand dan West Friesland yang memiliki padang
rumput yang sangat luas. Sapi FH mempunyai beberapa keunggulan salah
satunya, yaitu jinak, tidak tahan panas tetapi sapi ini mudah menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungan. Ciri-ciri sapi FH yang baik adalah memiliki tubuh
luas ke belakang, sistem dan bentuk perambingan baik, puting simetris, dan
efisiensi pakan tinggi yang dialihkan menjadi produksi susu (Blakely dan Bade,
1998). Sapi FH adalah sapi perah yang produksi susunya tertinggi dibandingkan
bangsa-bangsa sapi perah lainya, dengan kadar lemak susu yang rendah rata-rata
3,7%. Sapi Holstein berukuran besar dengan totol-totol warna hitam dan putih di
sekujur tubuhnya. Dalam arti sempit, sapi Holstein memiliki telinga hitam, kaki
putih, dan ujung ekor yang putih. Di Indonesia sapi jenis FH ini dapat
menghasilkan susu 20 liter/hari, tetapi rata-rata produksi 10 liter/hari atau 3.050
kg susu 1 kali masa 7 laktasi. Sapi jantan jenis FH ini dapat mencapai berat badan
1.000 kg, dan berat badan ideal betina adalah 635 kg. Di Amerika sapi FH ini
dapat memproduksi lebih dari 7.000 kg susu dalam 1 kali masa laktasi (Sudono et
al. 2003).
Abomasum adalah organ pencernaan pada sapi yang memanjang seperti
kantung yang terletak di bagian bawah kuadran kanan rongga perut yang
membentang sampai daerah tulang rusuk kesebelas atau kesepuluh (Murry et al.
1991). Periode transisi, yaitu periode yang terjadi 2 minggu prepartum sampai 2-4
minggu Postpartum yang ditandai dengan perubahan pola makan, metabolik,
endokrin, dan imunologis yang ekstensif pada susu sapi. Periode ini juga ditandai
dengan tingginya kejadian penyakit metabolik, salah satunya, yaitu LDA atau Left
Displacement Abomasum pada sapi perah pasca persalinan. Left Displacement
Abomasum (LDA) merupakan masalah umum pada ternak sapi perah yang secara
langsung berdampak pada ekonomi dan penurunan produksi susu sapi itu sendiri
(Raizman & Santos 2002). Faktor penyebab pada kasus Left Displacement
Abomasum, yaitu atoni atau hipotensi abomasum. Ternak sapi dengan produksi
susu yang tinggi dan excercise yang terbatas memungkinkan menjadi penyebab
atoni abomasum itu sendiri. Faktor lain yang turut berkontribusi dalam kasus
LDA diantaranya milk fever, kembar, distokia, retensio secundinae, metritis, dan
ketosis. Ada laporan juga yang menyebutkan jika hipokalsemia subklinis juga
menjadi salah satu faktor resiko dari LDA (Grohn 2000).
73
Tujuan
Mempelajari cara pemeriksaan fisik, peneguhan diagnosa, diagnosa penunjang,
terapi, dan pengobatan yang dapat diberikan pada sapi perah FH yang mengalami
kasus Left Displasia Abomasum (LDA).
Displasia abomasum merupakan masalah yang umum yang terjadi pada sapi
perah pada awal laktasi. Pada sapi perah postpartum dengan produksi tinggi
beberapa perubahan biasa terjadi dan dapat mempengaruhi fisiologi abomasum.
Posisi Sekitar 90% sapi yang mengalami LDA tidak dalam keadaan hamil. LDA
biasanya terjadi pada bulan pertama postpartus. Kejadian pada sapi perah lebih
sering dibandingkan dengan kejadian pada sapi pedaging (Mueller 2011)
Anamnesa
Hasil anamnesa sapi 2096, yaitu sapi tidak mau makan selama 3 hari,
terakhir kali di IB pada tanggal 19 juni 2017. Sapi sebelumnya melahirkan 3 bulan
yang lalu di Boyolali.
Signalement
Pemeriksaan Fisik
Pada kejadian LDA biasanya diawali dengan sapi yang tidak mau makan.
Kejadian ini juga dapat dikarenakan adanya metritis, milk fever, mastitis,
kekurangan nutrisi, lumpuh, dan penyakit sistemik lainnya. Penampakan sapi dari
belakang yang mengami LDA menunjukan adanya pembesaran pada thorax. Ping
sound dapat ditemukan pada kejadian bloating pada rumen dan left displacement
abomasum. Ping sound antara bloating dan left displacement abomasum sering
terdengar tumpang tindih, apabila hal ini terjadi dapat dibedakan dengan cara
aspirasi cairan pada bagian ventral pada titik ping yang kemudian di tes pH cairan.
Apabila pH cairan rendah ping sound didapatkan dari left displasia abomasum
dan apabila pH tinggi didapatkan dari cairan rumen (Coring M and Umble L
2017).
Diagnosa Penunjang
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah dilakukan sebagai salah satu peneguhan diagnosa dari
kemungkinan penyakit yang terjadi pada pasien. Pemeriksaan darah dilakukan
pada sapi FH yang mengalami LDA dimana nilai dari hasil pemeriksaan darah
yang diperoleh akan dibandingkan dengan nilai pemeriksaan darah pada literatur
75
Tabel 1. Profil Calcium dan phospor anorganik sapi FH yang mengalami LDA
Parameter Normal Hasil
Calcium 8-12 mg/dL 6.7 mg/Dl
Phospor anorganik 4-9 mg/dL 3.2 m/dL
Terapi
Terapi yang dilakukan pada kasus sapi LDA, yaitu terapi teknik rolling
dengan menggulingkan sapi ke sebelah kanan secara perlahan 1800. Hewan
ditahan di posisi dorsal recumbency selama 5-10 menit, setelah ditahan pada
posisi dorsal recumbency, sapi digulingkan kembali 1800 sampai sapi bangun
kembali dan diauskultasi untuk mengkonfimasi abomasum telah kembali ke posisi
semula. Terapi tambahan, yaitu dengan pemberian kalsium glukonat SC dan gel
kalsium PO untuk membantu mengembalikan motilitas abomasal normal (Mueller
2014).
Pembahasan Kasus
Patogenesis
Patogenesis dari LDA melibatkan tiga faktor, yaitu rumen sarat,
kekosongan rongga abdomen mendadak setelah melahirkan, dan abomasal atoni.
Pada saat hewan bunting rahim mengembang dan mendesak organ-organ
pencernaan ke arah depan, serta sedikit mengangkat rumen sehingga posisi
abomasum jadi terdesak ke depan di sebelah ventral dari rumen. Pada saat setelah
kelahiran, karena kosongnya rongga yang semula ditempati janin, rumen yang
penuh dengan ingesta akan menindih abomasum yang terdapat di bawahnya.
Akibat dari tertindihnya abomasum maka volume lambung tersebut menjadi lebih
kecil, dan fungsi pencernaan normal pun juga mengalami gangguan. Pada
kejadian displasia abomasum, obstruksi ingesta di dalam abomasum tidak bersifat
sempurna dengan sebagian dari ingesta masih dapat diteruskan ke usus untuk
mengalami pencernaan lanjutan dan penyerapan. Akibat rasa sakit yang diderita
yang biasanya berlangsung secara progresif, penderita mengalami depresi, nafsu
makan menjadi hilang, dan malas bergerak (Subronto 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Widhyari SD. 2005. Patofisiologi sekitar partus pada kambing peranakan etawah:
Kajian peran suplementasi Zicum terhadap respon imunitas dan
produktivitas [Disertasi]
21