Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

RSUD BANDAR NEGARA HUSADA

DISPEPSIA
1. Pengertian (Definisi) Dispepsia menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala
yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium,
rasa terbakar di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat
kenyang, rasa perut penuh, sendawa.

Secara garis besar dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu


dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Dispepsia
organik terdiri dari ulkus gaster, ulkus duodenum, gastritis,
gastritis erosi. Pada dispepsia fungsional, pemeriksaan
penunjang yang konvensional atau baku (radiologi,
endoskopi, laboratorium) tidak memperlihatkan adanya
gangguan patologik struktural atau biokimiawi.

2. Anamnesis Pasien datang ke dokter dengan keluhan nyeri pada ulu hati,
mual, muntah, perut terasa penuh, perut kembung, dan sering
bersendawa.

Mencari tanda bahaya (alarm symptoms) pada anamnesis


dispepsia :
1. Penurunan berat badan > 10%
2. Disfagia progresif
3. Muntah rekuren atau persisten
4. Perdarahan saluran cerna
5. Anemia yang tidak diketahui sebabnya
6. Demam
7. Massa daerah abdomen bagian atas
8. Riwayat keluarga kanker lambung
9. Dispepsia awitan baru pada pasien di atas 45 tahun

3. Pemeriksaan Fisik 1. Dapat normal


2. Nyeri tekan epigastrium
3. Menyingkirkan tanda bahaya : febris, konjungtiva pucat,
sklera ikterik, massa abdomen, atau organomegali, dan
tanda-tanda malasorbsi

4. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


5. Diagnosis Kerja Dispepsia

6. Diagnosis Banding 1. Penyakit refluks gastroesofagus


2. Irritable bowel syndrome
3. Keganasan esofagus atau gaster
4. Inferior myocard infarction

7. Pemeriksaan 1. Laboratorium darah


Penunjang 2. EKG
3. Radiologi
4. Endoskopi

8. Tata Laksana 1. Pendekatan psikosomatik terhadap aspek fisik,


psikososial dan lingkungan : psikoterapi suportif dan
psikoterapi perilaku
2. Pengaturan diet untuk mencegah pencetus gejala. Prinsip
dasar menghindari makanan pencetus serangan seperti
pedas, asam, dan tinggi lemak
3. Pasien dispepsia yang tidak mempunyai tanda bahaya
dan usia di bawah 45 tahun dapat dilakukan terapi
empiris. Obat yang dapat diberikan :
- Antasida (3x1 tablet atau 4x30 cc, 3 kali sehari dan
sebelum tidur 3 jam setelah makan)
- Antisekresi asam lambung (PPI seperti omeprazole
1x20 mg, lansoprazole 1x30 mg; H2-Receptor
Antagonist, seperti Ranitidin 300 mg sebelum tidur
malam atau 2x150 mg/hari)
- Sitoprotektor, seperti sukralfat 4x1 gram
- Prokinetik, seperti domperidon 3x10 mg
4. Pasien dispepsia dengan tanda bahaya tidak diberikan
terapi empiris, melainkan harus dilakukan investigasi
terlebih dahulu dengan endoskopi dengan atau tanpa
pemeriksaan histopatologi, kemudian diberikan terapi
sesuai dengan kelainan yang ditemukan

9. Edukasi 1. Menghindari makanan pencetus serangan, seperti


makanan pedas, asam, tinggi lemak.
2. Memulai pola makan teratur, makan dalam jumlah
sedikit dan lebih sering.

10 Prognosis Ad vitam : bonam


. Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

11 Indikator (Outcome) 1. Keadaan umum baik


. 2. Gejala berkurang
12 Kepustakaan 1. Alwi I, Salim S, Hidayat R, dkk. 2015. Panduan Praktik
. Klinis Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
Interna Publishing.
2. Purnamasari L. 2017. Faktor Risiko, Klasifikasi, dan
Terapi Sindrom Dispepsia. CDK-259/vol. 44 no 2 th
2017
3. Saud B dan Baltodano JD. 2010. Dyspepsia. Decision
Making in Medicine (Third Edition). Philadelphia :
Elsevier.
4. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, dkk. 2014. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta : Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam.
5. Simadibrata M, Makmun D, Abdullah M, dkk. 2014.
Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan
Infeksi Helicobacter pylori. Perkumpulan
Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi
Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).

Anda mungkin juga menyukai