Teori Dasar Logging
Teori Dasar Logging
(3-6)
dimana :
SSP = statik spontaneous potensial, mv
Kc = konstanta lithologi batuan
= 61 + ( 0.133 ×T ) , dalam oF
= 65 + ( 0.24 ×T ) , dalam oC
Rmfeq = tahanan filtrat air lumpur, ohm-m
Rweq = tahanan air formasi, ohm-m
SP log berguna untuk mendeteksi lapisan-lapisan yang porous dan
permeabel, menentukan batas-batas lapisan, menentukan harga tahanan air
formasi (Rw) dan dapat juga untuk korelasi batuan dari beberapa sumur di
dekatnya.
Defleksi kurva SP selalu dibaca dari shale base line yang mana bentuk
dan besar defleksi tersebut dapat dipengaruhi oleh ketebalan lapisan batuan
formasi, tahanan lapisan batuan, tahanan shale dalam lapisan batuan, diameter
lubang bor, dan invasi air filtrat lumpur. Satuan ukuran dalam spontaneous
potensial adalah millivolt (mv).
3.1.1.2. Resistivity Log (Log Tahanan Jenis)
Resistivity log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan
formasi beserta isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif,
salinitas air formasi, dan banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan. Gambar
resistivity log dapat dilihat pada gambar 3.2.
R ×i
V = ………………………………………………… (3-7)
4π ( AM )
dimana:
R = tahanan formasi, ohm-m
i = intensitas arus konstan dari elektroda A, Amp
AM = jarak antara elektroda A dan M, in
π = konstanta = 3.14
Jarak antara A ke M disebut spacing, dimana untuk normal log ini
terdiri dari dua spacing, yaitu:
Short normal device, dengan spacing 16 inchi
Long normal device, dengan spacing 64 inchi
Pemilihan spacing ini tergantung dari jarak penyelidikan yang dikehendaki. Short
normal device digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona terinvasi, sedang
long normal device digunakan untuk mengukur resistivitas formasi yang tidak
terinvasi filtrat lumpur atau true resistivity (Rt).
B. Lateral Log
Tujuan log ini adalah untuk mengukur Rt, yaitu resistivity formasi yang
terinvasi. Skema dasar dari lateral log device dapat dilihat pada gambar 3.4. Alat
ini terdiri dari dua elektrode arus A dan B serta dua elektrode potensial M dan N.
Jarak spasi M dan N adalah 32 inch, sedang jarak A dan O adalah 18,8 inch. Titik
O merupakan titik referensi dari pengukuran terhadap kedalaman, sedangkan
elektrode B diletakkan jauh dipermukaan. Arus listrik yang konstan dialirkan
melalui elektrode A, sedangkan perbedaan potensial antara M dan N di tempatkan
pada permukaan lingkaran yang berpusat di titik A. Perbedaan potensial yang
dipindahkan ke elektrode M dan N adalah :
R ×i 1 1
V = − ..................................................................... (3-8)
4π AM AN
C. Induction Log
Pengukuran tahanan listrik menggunakan log resistivity memerlukan
lumpur yang konduktif sebagai penghantar arus dalam formasi. Oleh sebab itu
tidak satu pun peralatan pengukuran resistivity diatas dapat digunakan pada
kondisi lubang bor kosong, terisi minyak, gas, oil base mud dan fresh water serta
udara. Untuk mengatasi ini maka dikembangkan peralatan terfokuskan yang dapat
berfungsi dalam kondisi tersebut. Rangkaian peralatan dari dasar Induction log
secara skematis dapat dilihat pada gambar 3.5.
Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut, arus bolak-balik dengan frekuensi
tinggi ( ± 20000 cps) yang mempunyai intensitas konstan dialirkan melalui
transmitter coil yang ditempatkan pada insulating sehingga menimbulkan arus
induksi didalam formasi. Medan magnet ini akan menimbulkan arus berputar
yang akan menginduksi potensial dalam receiver coil. Coil kedua ini ditempatkan
pada mandrel yang sama dengan jarak tertentu dari coil pertama. Besarnya signal
yang dihasilkan receiver akan diukur dan dicatat di permukaan yang besarnya
tergantung pada konduktivitas formasi yang terletak diantara kedua coil tersebut.
Nilai konduktifitas formasi (Cf) berbanding terbalik dengan nilai resistivity.
E. Microresistivity Log
Log ini dirancang untuk mengukur resistivity formasi pada flush zone
(Rxo) dan sebagai indikator lapisan porous permeable yang ditandai oleh adanya
mud cake. Hasil pembacaan Rxo dipengaruhi oleh tahanan mud cake(Rmc) dan
ketebalan mud cake (hmc). Ketebalan dari mud cake dapat dideteksi dari besar
kecilnya diameter lubang bor yang direkam oleh caliper log. Alat microresistivity
log yang sering digunakan, yaitu: Microlog (ML), Microlaterolog (MLL),
Proximity Log (PL), MicroSpherical Focused Log (MSFL).
Microlog (ML)
Microlog dirancang untuk mengukur secara tepat lapisan tipis dan
permeabel, karena dengan pengukuran ini dapat ditentukan secara tepat net pay
dalam suatu interval total. Pada prinsipnya microlog menggunakan tiga electrode
dengan ukuran kecil yang dipasang didalam lempeng (pad) karet, dengan tujuan
agar tetap dapat mengikuti variasi bentuk lubang bor. Alat ini mempunyai tiga
electrode yang mempunyai jarak 1 inch. Elektrode-elektrode tersebut yaitu A0,
M1, dan M2 yang dipasang pada salah satu baris pada rubber (lihat gambar 3.7.)
Cara kerja MLL pada prinsipnya sama dengan laterolog, yaitu sejumlah
arus konstan Io yang diketahui intensitasnya dialirkan melalui elektrode pusat Ao
dan lainnya dialirkan melalui elektrode paling luar A1. Kemudian arus listrik
secara otomatis dan kontinyu diatur sedemikian rupa sehingga perbedaan
potensial antara elektrode M1 dan M2 praktis sama dengan nol sehingga tidak ada
arus yang mengalir dari Ao tapi dari M1 dan M2. Jadi arus dari Ao dipaksa mengalir
horizontal kearah formasi. Resistivity yang diukur adalah sebanding dengan
potensial yang dicatat.
MLL hanya dapat digunakan dalam kondisi water base mud khususnya
salt mud, dan tidak berfungsi didalam oil base mud, inverted emulsion mud serta
keadaan lubang bor yang terisi gas atau sudah dicasing. Jika invasi lumpur
dangkal (kurang dari 4 inch) MLL mungkin mengukur tahanan batuan zone
uninvaded (Rt) karena MLL digunakan untuk daerah penyelidikan sampai 4 inch.
Ketebalan mud cake juga mempengaruhi pembacaan harga Rxo.
Proximity Log (PL)
Proximity Log pada prinsipnya adalah sama dengan ML ataupun MLL,
akan tetapi PL dirancang untuk mengukur daerah yang lebih dalam lagi yaitu pada
penyelidikan 16 inch dan tidak tergantung pada ketebalan mud cake yang
terbentuk.
Proximity Log mempunyai beberapa karakteristik, yaitu: dapat mengukur
Rxo tanpa dipengaruhi oleh mud cake sampai ketebalan mud cake ¾ - 1 inch,
mempunyai radius investigasi yang lebih besar dari ML maupun MLL, kurang
sensistif terhadap ketidakhomogenan lubang bor, biasanya alat ini diturunkan
bersama-sama dengan ML untuk mendeteksi adanya mud cake.
Dalam pembacaan PL banyak dipengaruhi oleh besarnya harga tahanan
batuan zone uninvaded (Rt). Oleh karena itu harus diadakan koreksi. Hasil
pembacaan proximity log (RPL) dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
RPL = ( J × Rxo ) + (1 − J ) Rt ………………………………..……….. (3-9)
dimana J adalah faktor pseudogeometric dari zone invaded. Harga J merupakan
fungsi dari diameter invasi (Di). Sebagai harga pendekatan, jika Di > 40 inch
harga J mendekati 1 (satu). Jika Di < 40 inch maka harga RPL berada diantara Rxo
dan Rt, biasanya lebih mendekati harga Rxo. PL akan mengukur Rt jika invasi
filtrat lumpur sangat dangkal, sehingga secara praktis harga RPL = Rt. Operasi
pengukuran dengan alat ini akan memperoleh hasil yang optimum pada kondisi
batuan invaded karbonat atau sand, range tahanan batuannya 0.5 – 100 ohm-m,
invasi lumpur dalam, dan ketebalan mud cake lebih kecil dari ¾ inch.
MicroSpherical Focused Log (MSFL)
MSFL biasanya di-run bersama dengan alat log induksi atau laterolog. Serupa
dengan alat microlog, pengukuran terhadap MSFL dibuat dengan sebuah bantalan
elektroda khusus yang ditekan ke dinding lubang bor dengan batuan sebuah
kaliper. Pada bantalan tersebut dipasang suatu rangkaian bingkai logam yang
konsentrik (lihat gambar 3.9.) disebut elektroda yag mempunyai fungsi
memancarkan, mengfokuskan, dan menerima kembali arus istrik yang hamper
sama dengan cara kerja elektroda laterolog. Bantalan pada MSFL ini kecil dan
elektrodenya berdekatan sehingga hanya beberapa inchi dari formasi dekat lubang
bor yang diselidiki yang mengakibatkan kita mempunyai suatu pengukuran dari
resistivity didaerah rembesan. Pengukuran terhadap diameter lubang bor secara
bersamaan oleh caliper yang merupakan bagian tak terpisahkan dari alat MSFL.
dimana :
GRlog = hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan
GRmax = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale
GRmin = hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non shale
Dengan pertimbangan adanya efek densitas formasi, maka untuk formasi
dengan kandungan satu mineral, gamma ray yang terbaca pada log adalah :
ρ1 ×V1
GR = A1 ……………………………………………….…… (3-
ρb
11)
dimana :
ρ1 = densitas dari mineral radioaktif
V1 = volume batuan mineral
A1 = faktor perimbangan radioaktif dari mineral
ρ1V1
= konsentrasi berat dari mineral
ρb
Untuk formasi yang mengandung lebih dari satu mineral radioaktif, respon
GR adalah penjumlahan dari beberapa mineral tersebut dengan menggunakan
persamaan (3-12). Sedangkan untuk formasi dengan kandungan dua mineral
radioaktif, densitas dan kekuatannya berbeda, serta keberadaannya dalam jumlah
yang berbeda maka GR yang terbaca pada log adalah :
ρ1V1 ρV
GR = A1 + 1 1 A1 ……..………………………………..…… (3-
ρb ρb
12)
persamaan (3-12) diatas dapat disamakan dengan mengalikan dengan ρb sehingga
persamaannya dapat ditulis menjadi :
ρb .GR = B1 V1 + B2 V2 …………………………………………… (3-13)
dimana :
B1 = ρ1 A1
B2 = ρ2 A2
Secara khusus Gamma Ray Log berguna untuk identifikasi lapisan
permeabel disaat SP Log tidak berfungsi karena formasi yang resistif atau bila
kurva SP kehilangan karakternya (Rmf = Rw), atau ketika SP tidak dapat merekam
karena lumpur yang yang digunakan tidak konduktif (oil base mud). Hal tersebut
dapat dilihat pada gambar 3.10. Selain itu Gamma Ray Log juga dapat digunakan
untuk mendeteksi dan evaluasi terhadap mineral radioaktif (potassium dan
uranium), mendeteksi mineral tidak radioaktif (batubara), dan dapat juga untuk
korelasi antar sumur.
3.1.2.2. Neutron Log
Neutron Log direncanakan untuk menentukan porositas total batuan tanpa
melihat atau memandang apakah pori-pori diisi oleh hidrokarbon maupun air
formasi. Neutron terdapat didalam inti elemen, kecuali hidrokarbon. Neutron
merupakan partikel netral yang mempunyai massa sama dengan atom hidrogen.
Gambar 3.10. Respon Gamma Ray pada Suatu Formasi
(Dewan, T.J.:”Essential of Modern Open-Hole Log Interpretation”, Pennwell
Publishing Company, Tulsa-Oklahoma, USA, 1983)
Prinsip kerja dari neutron log adalah sebagai berikut, energi tinggi dari
neutron dipancarkan secara kontinyu dari sebuah sumber radioaktif yang
ditempatkan didalam sonde logging yang diletakkan pada jarak spacing pendek
sekitar 10-18 inch dari detektor gamma ray. Pada operasi logging, neutron
meninggalkan sumbernya dengan energi tinggi, tetapi dengan cepat akan
berkurang karena bertumbukan dengan inti-inti elemen didalam formasi. Semua
inti-inti elemen turut serta dalam pengurangan energi ini, tetapi yang paling
dominan adalah atom dengan massa atom yang sama dengan neutron yaitu
hidrogen. Setelah energi neutron banyak berkurang kemudian neutron tersebut
akan menyebar didalam formasi tanpa kehilangan energi lagi sampai tertangkap
dan terintegrasi dengan inti-inti elemen batuan formasi, seperti klorine dan
silikon. Inti-inti ini akan terangsang untuk memancarkan sinar gamma. Kemudian
detektor sinar gamma akan merekam radiasi sinar gamma tersebut.
Bila kerapatan dialam formasi cukup tinggi, yaitu mengandung air,
minyak dan gas atau didalam lapisan shale maka energi neutron akan diperlambat
pada jarak yang sangat dekat dengan sumber dan akibatnya hanya sedikit radiasi
sinar gamma yang direkam oleh detektor. Hal ini yang menjadi dasar hubungan
antara jumlah sinar gamma per detik dengan porositas. Hubungan ini
menunjukkan apabila jumlah sinar gamma per detik cukup tinggi maka
porositasnya rendah. Proses pelemahan partikel neutron dapat dilihat pada gambar
3.11. Porositas dari neutron log ( ΦN ) dalam satuan limestone dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan dibawah ini:
Φ N = (1.02 × Φ NLog ) + 0.0425 .....…………………………….…… (3-14)
dimana:
ΦNLog = porositas terbaca pada kurva neutron log
Terdapat beberapa jenis neutron log yang dapat digunakan, yaitu:
Thermal neutron log, digunakan secara optimal untuk formasi non shaly yang
mengandung liquid dengan porositas antara 1 % – 10 %.
Sidewall neutron porosity log (SNP), yang mempunyai kondisi optimum pada
formasi non shaly yang mengandung liquid dengan porositas kurang dari 30%.
Compensated neutron log (CNL), merupakan pengembangan dari kedua alat
sebelumnya.
3.1.2.3. Density Log
Tujuan utama dari density log adalah menentukan porositas dengan
mengukur density bulk batuan, disamping itu dapat juga digunakan untuk
mendeteksi adanya hidrokarbon atau air, digunakan besama-sama dengan neutron
log, juga menentukan densitas hidrokarbon (ρh) dan membantu didalam evaluasi
lapisan shaly.
Gambar 3.11. Proses Pelemahan Partikel Neutron
(Adi Harsono:”Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log”, Schlumberger, Edisi-8,
Jakarta, 1 Mei 1997)
Prinsip kerja density log adalah dengan jalan memancarkan sinar gamma
dari sumber radiasi sinar gamma yang diletakkan pada dinding lubang bor. Pada
saat sinar gamma menembus batuan, sinar tersebut akan bertumbukkan dengan
elektron pada batuan tersebut, yang mengakibatkan sinar gamma akan kehilangan
sebagian dari energinya dan yang sebagian lagi akan dipantulkan kembali, yang
kemudian akan ditangkap oleh detektor yang diletakkan diatas sumber radiasi.
Intensitas sinar gamma yang dipantulkan tergantung dari densitas batuan formasi.
Skema rangkaian dasar density log dapat dilihat pada gambar 3.12. Berkurangnya
energi sinar gamma tersebut sesuai dengan persamaan:
No
ln = ρ × k × S ……………………………….............…………. (3-15)
Nt
dimana:
No = intensitas sumber energi
Nt = intensitas sinar gamma yang ditangkap detektor
ρ = densitas batuam formasi
k = konstanta
S = jarak yang ditembus sinar gamma
Gambar 3.12. Skema Rangkaian Dasar Density Log
(Dewan, T.J.:”Essential of Modern Open-Hole Log Interpretation”, Pennwell
Publishing Company, Tulsa-Oklahoma, USA, 1983)
Sinar gamma yang menyebar dan mencapai detektor dihitung dan akan
menunjukkan besarnya densitas batuan formasi. Formasi dengan densitas tinggi
akan menghasilkan jumlah elektron yang rendah pada detektor. Densitas elektron
merupakan hal yang penting disini, hal ini disebabkan yang diukur adalah densitas
elektron, yaitu jumlah elektron per cm3. Densitas elektron akan berhubungan
dengan densitas batuan sebenarnya, ρb yang besarnya tergantung pada densitas
matrik, porositas dan densitas fluida yang mengisi pori-porinya. Kondisi
penggunaan untuk density log adalah pada formasi dengan densitas rendah
dimana tidak ada pembatasan penggunaan lumpur bor tetapi tidak dapat
digunakan pada lubang bor yang sudah di casing. Kurva density log hanya
terpengaruh sedikit oleh salinitas maupun ukuran lubang bor.
Kondisi optimum dari density log adalah pada formasi unconsolidated
sand dengan porositas 20 % - 40 %. Kondisi optimum ini akan diperoleh dengan
baik apabila operasi penurunan peralatan kedalam lubang bor dilakukan secara
perlahan agar alat tetap menempel pada dinding bor, sehingga pada rangkaian
tersebut biasanya dilengkapi dengan spring.
Hubungan antara densitas batuan sebebnarnya dengan porositas dan lithologi
batuan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
ρ ma − ρ b
ΦD = …………………….....………………………….... (3-16)
ρ ma − ρ f
dimana:
ρb = densitas batuan (dari hasil pembacaan log), gr/cc
ρf = densitas fluida rata-rata, gr/cc
= 1 untuk fresh water, 1.1 untuk salt water
ρma = densitas matrik batuan (dapat dilihat pada tabel III-1), gr/cc
ΦD = porositas dari density log , fraksi
dimana :
Δtlog = transite time yang dibaca dari log, μsec/ft
Δtf = transite time fluida, μsec/ft
= 189 μsec/ft untuk air dengan kecepatan 5300 ft/sec
Δtma = transite time matrik batuan (lihat table III-2), μsec/ft
ФS = porositas dari sonic log, fraksi
Selain digunakan untuk menentukan porositas batuan, Sonic log juga dapat
digunakan sebagai indentifikasi lithologi.
3.1.4. Caliper Log
Caliper log merupakan suatu kurva yang memberikan gambaran kondisi
(diameter) dan lithologi terhadap kedalaman lubang bor. Peralatan dasar caliper
log dapat dilihat pada gambar 3.13. Untuk menyesuaikan dengan kondisi lubang
bor, peralatan caliper log dilengkapi dengan pegas yang dapat mengembang
secara fleksibel. Ujung paling bawah dari pegas tersebut dihubungkan dengan rod.
Posisi rod ini tergantung pada kompresi dari spring dan ukuran lubang bor.
Manfaat caliper log sangat banyak, yang paling utama adalah untuk
menghitung volume lubang bor guna menentukan volume semen pada operasi
cementing, selain itu dapat berguna untuk pemilihan bagian gauge yang tepat
untuk setting packer (misalnya operasi DST), interpretasi log listrik akan
mengalami kesalahan apabila asumsi ukuran lubang bor sebanding dengan ukuran
pahat (bit) oleh karena itu perlu diketahui ukuran lubang bor dengan sebenarnya,
perhitungan kecepatan lumpur di annulus yang berhubungan dengan
pengangkatan cutting, untuk korelasi lithologi karena caliper log dapat
membedakan lapisan permeabel dengan lapisan consolidated.
Gambar 3.13. Skema Peralatan Dasar Caliper Log
(Lynch J. S.:”Formation Evaluation”, Harper & Row Publisher, New York,
Evanston and London, First Edition, 1962)
19)
Φ Nf − Φ N
N= .................................................................................. (3-20)
ρb − ρ f
Pada persamaan (3-19) maksudnya dikalikan dengan 0.01 pada harga M adalah
untuk mempermudah skala, ФN dinyatakan dalam unit porosity limestone. Untuk
fresh mud diberikan harga ∆t f =189 , ρf = 1, dan ФNf = 1. Untuk lebih jelas
mengenai parameter matrik dan fluida serta harga M dan N pada fresh mud dan
salt mud dapat dilihat pada tabel III-3. Sedangkan untuk mengidentifikasi mineral
dan gas yang terkandung dalam suatu lapisan dapat dilihat pada gambar 3.15.
(T formasi + 6.77 )
21)
(T + 21 .5)
Rw(Tf ) = × Rw (Ts ) dalam oC ......................................... (3-
surface
(T formasi + 21 .5)
22)
Gambar 3.16. Chart Rhob vs Nphi
(“Log Interpretation Chart”, Schlumberger Educational Services, USA, 1991)
B. Metode SP
Langkah penentuan Rw dari metode ini adalah sebagai berikut:
Baca SSP pada kurva SP
Menentukan resistivitas filtrat lumpur (Rmf) pada temperatur formasi:
Ts + 6.77
Rmf ( Tf ) = × Rmf (Ts ) dalam oF ............................................... (3-
T f + 6.77
23)
Ts + 21 .5
Rmf ( Tf ) = × Rmf (Ts ) dalam oC ................................................ (3-
T f + 21 .5
24)
Menentukan Rmfeq
Rmfeq = 0.85 × Rmf ( Tf ) .......................................................................... (3-
25)
Menentukan konstanta SP
K c = 61 + ( 0.133 × T f ) dalam oF ....................................................... (3-
26)
K c = 65 + (0.24 × T f ) dalam oC ......................................................... (3-
27)
Menentukan Rweq dari SP
Rmfeq
Rweq = − SSP .................................................................................. (3-
Kc
10
28)
Menentukan Rw dari gambar 3.17. dalam oF atau gambar 3.18. dalam oC
C. Metode Ratio
Rt
Rw = Rmf × ........................................................................................ (3-
R xo
29)
Asumsi yang digunakan untuk metode ini adalah sebagai berikut:
R(LLD) = Rt dan R(MSFL) = Rxo
Formasi bersih (Vcl < 15%)
Rw konstan
Formasi permeabel
Kondisi lubang bor bagus
Rembesan menengah
Sxo = Sw1/5
(Vsh ) Rt = Rsh × Rmax − Rt
b
......................................................... (3-31)
Rt Rmax − Rsh
dimana:
Rsh
Jika harga adalah 0,5 – 1 maka harga b = 1
Rt
Rsh
Jika harga adalah 0,5 maka harga b = 2
Rt
dimana:
GRlog = pembacaan GR pada tiap interval kedalaman
GRmin = pembacaan GR pada lapisan non shale
GRmax = pambacaan GR pada lapisan shale
d) Vsh N (Neutron)
Harga Vsh dapat dicari dengan rumus:
ΦN
(Vsh ) N = ....................................................................... (3-
Φ Nsh
34)
dimana:
ФN = harga porositas neutron pada pengamatan
ФNsh = harga porositas neutron dari lapisan yang berdekatan
3.2.2.4. Penentuan Porositas
Ada beberapa alat untuk menentukan porositas yaitu neutron log, density
log (semua formasi, tapi pada prinsipnya bekerja pada batuan yang kurang
kompak dan batuan shaly), dan sonic log (dalam batuan keras dan consolidated
atau kompak).
A. Neutron Log
Pembacaan neutron log baik SNP maupun CNL tidak hanya tergantung pada
porositas tetapi juga lithologi dan kandungan fluidanya. Oleh karena itu
penentuan porositas harus mengetahui lithologinya. Harga dari porositas neutron
(ФN) dapat diketahui dengan menggunakan persamaan dibawah ini (dalam
limestone unit):
Φ N = (1.02 × Φ NLog ) + 0.0425 ............................................................ (3-
35)
dimana:
ФNlog = porositas yang terbaca pada kurva neutron log
0.0425 = koreksi terhadap limestone formation
Lalu besarnya porositas neutron yang telah dikoreksi terhadap shale (ФNc) dapat
diketahui dari persamaan dibawah ini:
Φ Nc = Φ N − (Vsh × Φ Nsh ) ................................................................... (3-36)
dimana:
Vsh = volume shale (dari GR log)
ФNsh = porositas yang terbaca pada kurva neutron pada lapisan shale
B. Density Log
Dalam menentukan porositas batuan dipengaruhi juga oleh lithologi kandungan
fluida batuan. Porositas dari density log biasanya dinotasikan dengan ФD yang
mempunyai harga sesuai dengan persamaan dibawah ini:
ρ ma − ρ b
ΦD = ................................................................................ (3-37)
ρ ma − ρ f
Lalu besarnya porositas density yang dikoreksi terhadap shale (ФDc) dapat
diketahui dari persamaan dibawah ini:
Φ Dc = Φ D − (Vsh × Φ Dsh ) ................................................................... (3-38)
dimana:
Vsh = volume shale (dari GR log)
ФDsh = porositas dari kurva density pada lapisan shale
ρma = densitas matrik batuan, gr/cc
ρb = densitas bulk yang dibaca pada kurva density untuk setiap
kedalaman yang dianalisa, gr/cc
ρf = densitas fluida (air), gr/cc
C. Sonic Log
Dalam menentukan porositas, sonic log sama seperti pada neutron log atau
density log. Harga ФS dapat diketahui juga dengan menggunakan persamaan
dibawah ini:
∆t log − ∆t ma
ΦS = ......................................................................... (3-39)
∆t f − ∆t ma
dimana:
Δtlog = transite time yang diperoleh dari pembacaan defleksi kurva sonik
untuk setiap kedalaman, μ sec/ft
Δtma = transite time matrik batuan, μ sec/ft
Δtf = transite time fluida (air), μ sec/ft
3.2.2.5. Penentuan Saturasi Air Formasi (Sw)
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan harga saturasi air
formasi (Sw), diantaranya adalah persamaan linier Archie, persamaan Indonesia,
persamaan Dual Water, persamaan Waxman-Smith, dan persamaan Simandoux.
Dalam penulisan tugas akhir ini, persamaan yang digunakan dalam menentukan
saturasi air formasi adalah persamaan Indonesia, persamaan Dual Water, dan
persamaan Simandoux.
A. Persamaan Indonesia
Menentukan volume shale (Vsh)
GR log − GR min
V sh = ......................................................................... (3-40)
GR max − GR min
ρ ma − ρ b
ΦD = ..............................................................................
ρ ma − ρ f
... (3-43)
Φ Dc = Φ D − (Vsh × Φ Dsh ) ................................................................... (3-44)
1− Vsh m
1 V Φ n
= sh × S 2 .............................................. (3-46)
2 2
+ d−n
R xo Rsh a × Rmf xo
Rt Rsh a × Rw
w
B. Persamaan Dual Water
Menentukan volume shale
GR log − GR min
V sh = ......................................................................... (3-50)
GR max − GR min
Menentukan porositas koreksi dari neutron dan density log terhadap shale
Φ Nc = Φ N − (Vsh × Φ Nsh ) ................................................................... (3-51)
Φ Nc + Φ Dc
2 2
With gas: Φ e = …………………………………… (3-54)
2
Menentukan porositas total didekat lapisan shale
Φtsh = δ × Φdsh + (1 − δ ) × Φnsh ………………………………..…… (3-55)
δ = 0.5 −1.0
Menentukan porositas total dan fraksi air ikat pada lapisan sand
Φ t = Φ e + (Vsh × Φ tsh ) ……………………………………………... (3-56)
Vsh × Φtsh
Sb = …………………………………………………….. (3-
Φt
57)
Menentukan resistivity air bebas didekat lapisan clean sand
R
S wt = b + b 2 + w ……………………………………….…… (3-61)
Rwa
1 − Rw
S b
b=
Rb ……………………………………………………. (3-62)
2
Menentukan saturasi air formasi (Sw)
S wt − S b
Sw = .................................................................................. (3-63)
1 − Sb
C. Persamaan Simandoux
Menentukan Indeks Gamma Ray (IGR)
GR log − GR min
I GR = ........................................................................ (3-64)
GR max − GR min
[ ]
Vsh = 0.33 2 ( 2× I GR ) − 1 ......................................................................... (3-
65)
- Tertiary rocks (unconsolidated):
[ ]
Vsh = 0.083 2 ( 3.7× I GR ) − 1 ..................................................................... (3-
66)
Menentukan porositas terkoreksi terhadap shale:
- Porositas dari sonic log
∆t log − ∆t ma 100
Φ sonic = × − Vsh ∆t sh − ∆t ma ............................. (3-67)
∆t − ∆t ∆t sh ∆t − ∆t
f ma f ma
dimana :
Δtlog = interval transit time formasi, μsec/ft
Δtma = interval transit time matriks batuan, μsec/ft
Δtf = interval transit time fluida, μsec/ft (189 μsec/ft untuk fresh mud,
185 μsec/ft untuk salt mud)
Δtsh = interval transit time shale, μsec/ft
Vsh = volume shale
- Porositas dari density log
ρ − ρb
Φ den = ma − Vsh ρ ma − ρ sh ............................................... (3-68)
ρ −ρ ρ −ρ
ma f ma f
dimana:
Vsh = volume shale
ρma = densitas matriks batuan, gr/cc
ρb = densitas bulk, gr/cc
ρf = densitas fluida, gr/cc
ρsh = densitas bulk pada lapisan shale, gr/cc
- Porositas dari kombinasi neutron-density log
Φ
Φ Ncorr = Φ N − Nsh × 0.3 × Vsh ................................................... (3-69)
0.45
Φ
Φ Dcorr = Φ D − Dsh × 0.13 × Vsh ................................................. (3-70)
0.45
Φ Ncorr + Φ Dcorr
2 2
Φ N −D = ............................................................... (3-
2
71)
sh
dimana:
Rw = resistivity air formasi, ohm-m
Rt = resistivity formasi sebenarnya, ohm-m
Ф = porositas koreksi terhadap volume shale, fraksi
Vsh = volume shale
Rsh = resistivity shale, ohm-m
3.2.2.6. Menentukan Permeability
Selain menghasilkan hasil akhir berupa harga Vsh, Φe, dan Sw ELANPlus
juga mengeluarkan hasil permeability (K). Permeability yang digunakan pada
tugas akhir ini adalah permeability dari hasil ELANPlus. Semua data log yang
dimasukkan ke ELANPlus ini diproses oleh ELANPlus itu sendiri yang
menghasilkan output harga permeability yang diinginkan. Permeability yang
dihasilkan ELANPlus dapat dilihat pada gambar 3.19.
Gambar 3.19. Permeability dari ELANPlus
(“Hasil ELANPlus Geoframe 3.8.1”, Data Consulting Services, Schlumberger,
Jakarta, 2003)