Anda di halaman 1dari 10

JPPM Vol. 9 No.

1 (2016)

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA YANG


BELAJAR OPERASI PADA PECAHAN MENGGUNAKAN
PERMAINAN TRADISIONAL
Bagus Ardi Saputro
Pendidikan Matematika SPs Universitas Pendidikan Indonesia

bagusardisaputro@student.upi.edu

ABSTRACT
Abstract. The purpose of this study was to determine wether the use of games, mathematical reasoning
skills students learn better operating at a fraction of the mathematical reasoning skills students learn in
the conventional. This study is a quasi-experimental design esperimental static group comparison. The
results showed mathematical reasoning skills students learn surgery on broken at the scholl level were
more deveped than on mathematical reasoning skills student learn in the conventional.

Keywords :mathematical reasonging skills, fractions, traditional games.

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan menggunakan permainan, kemampuan
penalaran matematis siswa yang belajar operasi pada pecahan lebih baik dari pada kemampuan
penalaran matematis siswa yang belajar secara konvensional. Penelitian ini adalah penelitian kuasi
eksperimen berdesain eksperimen perbandingan kelompok statik. Hasil penelitian menunjukkan
kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar operasi pada pecahan pada level sekolah sedang
lebih berkembang dari pada kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar secara konvensional.

Kata Kunci : kemampuan penalaran matematis, pecahan, permainan tradisional

A. PENDAHULUAN
Banyak kesalahan-kesalahan yang dari pembilang menjadi penyebut atau dari
dilakukan siswa dalam mengerjakan operasi penyebut menjadi pembilang 49,45%.
hitung bilangan pecahan. Hasil penelitian Kesalahan dalam menentukan rumus jarak
Setiyasih (2013) menyebutkan bahwa siswa sebenarnya 35,16%. Kesalahan dalam
salah karena tidak menuliskan langkah – mengubah satuan cm ke dalam satuan km
langkah penyelesaian untuk mendapatkan 15,38%. Kesalalahan dalam membedakan
hasil akhir 23,08%. Kesalahan siswa dalam tanda < (kurang dari) dan tanda > (lebih
melakukan operasi pembagian 14,28%. dari) 50,55%.
Kesalahan siswa dalam melakukan operasi Berdasarkan jenis kesalahannya
perkalian 53,85%. Kesalahan dalam Salleh, Saad, Arshad, Yunus, & Zakaria
menyederhanakan pecahan 5,49%. (2013) mendapatkan kesimpulan bahwa
Kesalahan dalam mengubah soal cerita ke untuk operasi penjumlahan pecahan
dalam bahasa matematika 59,34%. sebanyak 50,4% merupakan kesalahan
Kesalahan dalam melakukan operasi sistematis, 13,1% kesalahan acak, dan 7,7%
penjumlahan 5,49%. Kesalahan dalam adalah kesalahan kelalaian. Sementara
mengubah pecahan campuran ke dalam untuk operasi pengurangan pecahan, 56,1%
pecahan biasa 24,17%. Kesalahan dalam kesalahan sistematis, 16,3% kesalahan
mengubah pecahan biasa ke dalam pecahan acak, dan 3,9% kesalahan kelalaian.
campuran 21,98%. Kesalahan dalam Terdapat enam kategori pola kesalahan
melakukan operasi penguarangan 23,08%. yang dibuat siswa dalam operasi
Kesalahan siswa tidak membalik pecahan penjumlahan pecahan, 32,6% siswa kurang

63
Bagus Ardi Saputro

pemahaman terhadap proses operasi, 27,4% Siswa kesulitan belajar pecahan


kesulitan dalam menurunkan pecahan, karena sebagian besar guru kesulitan dalam
20,4% kesalahan dalam mengkonversi ke mengajarkan konsep pecahan (Rachmiati,
penyebut yang sama, 10,7% kesalahan 2015). Alasan lain adalah karena guru
dalam perhitungan, 5,6% kesalahan saat kurang mampu mendesain, merancang dan
menggnti jawaban dari pecahan tak wajar melaksanakan pembelajaran dengan model
ke pecahan campuran, dan 3,6% kesalahan – model pembelajaran yang inovatif,
karena menggunakan proses yang salah. bervariasi dan bermakna (Masitoh, 2013;
Terdapat lima pola kesalahan yang Rohmad, Yani, & Heryana, 2014; Firdaus,
dilakukan siswa dalam pengurangan 2015), seperti menggunakan media
pecahan, 28,9% kesulitan dalam pembelajaran (Pustopo, Wahyudi, &
mengkonversi ke bentuk pecahan yang Warsiti, 2013; Halimah, Poerwanti, &
paling sederhana, 27,6% kurangnya Jaelani, 2013; Hestuaji, WA, & Riyadi,
pemahaman terhadap proses yang terlibat, 2013; Rohmad, Yani, & Heryana, 2014).
17,3% kesulitan untuk mengubah pecahan Sehingga cara yang sering dilakukan guru
ke bentuk yang sama, 14,8% merupakan adalah cara mekanistik yaitu memberikan
kesalahan perhitungan, dan 11,4% aturan secara langsung agar dihafal, diingat,
kesalahan karena menggunakan proses dan diterapkan (Haji, 2013; Rachmiati,
yang salah. 2015). Oleh karena itu metode yang biasa
Secara umum siswa kesulitan adalah digunakan guru adalah tradisional,
dalam menyelesaikan pecahan (Saleh, & Isa ceramah, drill atau ekspositori
(2015), maka banyak siswa kelas IV SD (Kusumaningtyas, Wardoko, & Sugiarto,
yang memiliki nilai dibawah rata – rata 2012; Purnamasari, Nugraeni, & Purwoko,
KKM (Septiani & Jannah, 2014). Hal 2013; Pustopo, Wahyudi, & Warsiti, 2013;
tersebut dilatarbelakangi oleh (1) rendahnya Nurjayani, Rintayati, & Istiyati, 2013;
kemampuan menghitung pecahan biasa dan Kusumaningrum, 2015). Guru sering
pecahan campuran siswa (Atmaningtyas, memulai dengan ceramah tentang definisi,
Yulianti, & Rintayati, 2014; Haryanto, sifat – sifat dan diakhiri dengan contoh –
Ismaimuza & Anggraini, 2015; Mardiani, contoh (Pustopo, Wahyudi, & Warsiti,
2015). (2) Rendahnya kemampuan 2013; Ullya, Zulkardi, & Ilma, 2014). Soal
pemahaman dalam mengoperasikan – soal pecahan yang diberikan guru ada
penjumlah dan pengurangan pecahan dalam buku pegangan siswa atau buku
(Susrini, & Budiono, 2013; Sumampouw, sumber dan sangat abstrak sekali (Pustopo,
Sukayasa, & Amri, 2015). Hal ini Wahyudi, & Warsiti, 2013; Ullya, Zulkardi,
disebabkan kemampuan pemecahan & Ilma, 2014). Sehingga pembelajaran
masalah matematis siswa sangat rendah tidak memberikan kesempatan yang luas
(Firdaus, 2015). Padahal ada korelasi positif kepada siswa untuk aktif berinteraksi
antara penguasaan siswa dalam dengan siswa lain dalam mengembangkan
penjumlahan dan pengurangan pecahan keterampilan dan pola pikir (Purnamasari,
dengan kemampuan pemecahan masalah. Nugraheni, & Purwoko, 2013; Wachid,
Padahal pengetahuan awal siswa ini sangat Joharman & Budi, 2013; Masitoh, 2013).
mempengaruhi proses belajar perkalian Pembelajaran yang dilaksanakan hanya
pecahan (Kahirunnisak, Amin, Juniati, & untuk memenuhi target pencapaian
Haan, 2012). Karena kemampuan awal kurikulum (Wachid, Joharman & Budi,
siswa berkorelasi dengan prestasi belajar 2013).
matematika (Septiani, & Jannah, 2014). Akibatnya siswa tidak bisa
siswa masih kebingungan dalam mengembangkan nalar, komunikasi, serta
menyelesaikan soal cerita pecahan (Firdaus, pemecahan masalah yang dituntut dalam
2015). kurikulum satuan pendidikan (Ullya,
Zulkardi, & Ilma, 2014). Siswa tidak

64
Kemampuan Penalaran Matematis Siswa

bersemangat dan tidak tertarik/berminat yang menyarankan penggunaan media


mengikuti pelajaran (Masitoh, 2013; pembelajaran dalam upaya meningkatkan
Wachid, Joharman, & Budi, 2013; Rohmad, keefektifan proses pembelajaran
Yani, & Heryana, 2014). Siswa (Depdiknas, 2006). Otiz (2003) menyatakan
beranggapan bahwa matematika pelajaran bahwa pembelajaran dengan permainan
yang sulit (Purnamasari, Nugraheni, & berdampak positif terhadap kemampuan
Purwoko, 2013). Penyebab lain dari matematis siswa.
kesulitan siswa dalam belajar pecahan Berdasarkan latar belakang penelitian
adalah makna pecahan yang bervariasi di atas, peneliti menentukan rumusan
(Sari, Juniati, & Patahudin, 2014). masalah: Apakah kemampuan penalaran
Berkenaan dengan belajar aritmetika matematis siswa yang mendapat
seperti pecahan, Zoltan Paul Dienes dalam pembelajaran dengan permainan lebih baik
buku Building Up Mathematics, Dienes dari pada kemampuan penalaran matematis
(Hirstein, 2007) menjelaskan teorinya siswa yang mendapat pembelajaran
tentang enam fase belajar matematika: (1) konvensional ditinjau secara keseluruhan,
bermain – main, (2) permainan, (3) pada tiap level sekolah, dan pada tiap
pencarian bentuk serupa, (4) representasi, kemampuan awal matematis? Adakah
(5) simbolisasi, dan formalisasi. Sesuai pengaruh interaksi antara jenis
dengan teori Dienes, peneliti menggunakan pembelajaran dan level sekolah terhadap
permainan yang sudah lama populer di pencapaian kemampuan penalaran
antara para siswa, dan digunakan sebagai matematis? Adakah pengaruh interaksi
alternatif pembelajaran tradisional yaitu antara jenis peembelajaran dan level
praktek berulang yang berkenaan dengan kemampuan awal matematis terhadap
kurikulum matematika, terutama untuk pencapaian kemampuan penalaran
perhitungan aritmetika (Bragg, 2007). Ide matematis?
tersebut sesuai dengan kurikulum KTSP
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kuasi Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes.
eksperimen berdesain eksperimen Dari tiap level SD (tinggi, sedang, rendah)
perbandingan kelompok statik (Ruseffendi, diambil sampel satu SD secara acak.
2005), yaitu: Kemudian kelas V pada tiap SD dibagi
X O menjadi dua kelas ditetapkan satu sebagai
O kelas eksperimen, yang satunya lagi sebagai
Dengan catatan: X adalah kelas kontrol. Instruman penelitian yang
pembelajaran operasi pada pecahan dengan digunakan adalah tes kemampuan penalaran
permainan. O adalah tes kemampuan matematis dalam bentuk uraian dan pilihan
penalaran matematis. Populasi penelitian ini banyak.
adalah siswa kelas V Sekolah Dasar di

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Deskripsi Skor Kemampuan Penalaran Matematis
Pembelajaran

Permainan Konvensional
KAM Statistik
Sek. Sek. Sek. Sek. Sek. Sek.
Total Total
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah

Tinggi ̅ 2.57 1.62 1.67 2.00 3.00 1.91 2.00 2.19

65
Bagus Ardi Saputro

0.98 0.92 0.58 0.97 1.22 1.04 0.71 1.08

7 8 3 18 5 11 5 21

Sedang ̅ 1.53 1.90 1.80 1.68 2.41 1.00 2.14 2.07

1.26 1.10 1.30 1.19 1.00 0.63 0.69 1.01

19 10 5 34 17 6 7 30

Rendah ̅ 1.57 2.00 1.14 1.56 2.12 1.33 1.67 1.92

0.93 0.63 0.69 0.86 0.93 1.15 0.52 0.89

21 6 7 34 17 3 6 26

Total ̅ 1.70 1.83 1.47 1.69 2.36 1.55 1.94 2.05

1.12 0.92 0.91 1.03 1.01 0.10 0.64 0.98

47 24 15 86 39 20 18 77

Skor Maksimum Ideal = 4

2.5
Rata-rata Skor Kemampuan Penalaran

1.5
Matematis

2.36 Permainan
1 1.94
1.83 Konvensional
1.7
1.55 1.47
0.5

0
Sek. Tinggi Sek. Sedang Sek. Rendah
Level Sekolah

Gambar 1. Rerata Skor Kemampuan Penalaran Matematis Berdasarkan


Level Sekolah

66
Kemampuan Penalaran Matematis Siswa

2.5
Rata-rata Skor Kemampuan Penalaran

1.5
Matematis

2.19 Permainan
1 2 2.07
1.92 Konvensional
1.68 1.56

0.5

0
KAM Tinggi KAM Sedang KAM Rendah
Level Kemampuan Awal Matematis

Gambar 2. Rerata Skor Kemampuan Penalaran Matematis Berdasarkan


Kemampuan Awal Matematis

Setelah data pada tabel 1 dianalisis dengan pembelajarna konvensional, tetapi


dengan uji dan Mann-Whitney dihasilkan perbedaan tersebut tidak signifikan.
kesimpulan bahwa secara keseluruhan Sedangkan jika dilihat dari level KAM,
kemampuan penalaran matematis siswa tidak terdapat perbedaan kemampuan
yang belajar menggunakan permainan lebih penalaran matematis siswa yang belajar
baik dari pada kemampuan penalaran menggunakan permainan dan siswa yang
matematis siswa mendapat pembelajaran mendapat pembelajaran konvensional.
konvensional. Pada level sekolah tinggi dan Dari gambar 3 dapat disimpulkan
rendah, kemampuan penalaran matematis bahwa terdapat pengaruh interaksi antara
siswa yang mendapat pembelajaran level sekolah dan jenis pembelajaran
konvensional lebih baik dari pada terhadap kemampuan penalaran matematis
kemampuan penalaran matematis siswa siswa. Selanjutnya dari gambar 4, dapat
yang mendapat pembelajarn permainan. disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh
Walaupun Gambar 1. memperlihatkan rata interaksi antara kemampuan awal
– rata skor kemampuan penalaran matematis dan jenis pembelajaran terhadap
matematis siswa yang belajar dengan kemampuan penalaran matematis siswa.
permainan lebih tinggi dari pada siswa

67
Bagus Ardi Saputro

2.5
Rata-rata Skor Kemampuan Penalaran

1.5
Matematis

Permainan
1
Konvensional

0.5

0
Sek. Tinggi Sek. Sedang Sek. Rendah
Level Sekolah

Gambar 3. Interaksi Antara Level Sekolah dan Model Pembelajaran Terhadap


Kemampuan Penalaran Matematis
2.5
Rata-rata Skor Kamampuan Penalaran

1.5
Matematis

Permainan
1
Konvensional

0.5

0
KAM Tinggi KAM Sedang KAM Rendah
Level Kemampuan Awal Matematis

Gambar 4. Interaksi Antara Kemampuan Awal Matematis dan Model Pembelajaran


Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis

Penggunaan permainan sama adalah meningkatkan pemahaman siswa dan hasil


salah satu alat peraga dalam pembelajaran belajar siswa, tetapi dari hasil penelitian ini,
pecahan. Walaupun penelitian Haryanto, permainan belum dapat meningkatkan
Ismaimuza, & Anggraini, (2015) dan kemampuan penalaran matematis siswa.
Sumampouw, Sukayasa, & Amri, (2015) Hal ini terjadi karena beberapa
menujukkan bahwa alat peraga dapat kemungkinan, seperti pemahaman

68
Kemampuan Penalaran Matematis Siswa

konseptual guru dan pemahaman relasional dikemukakan Atmaningtyas, Yulianti, &


guru belum dipadukan dalam kegiatan Rintayati (2014) dan Purwati (2012). Hasil
permainan dalam pembelajaran. Sehingga penelitian juga kurang sependapat dengan
guru dapat menggunakan pengetahuan penelitian Hestuaji, & Riyadi (2013) yang
pedagogi isi kandungan (Zainal, Mustapha, menyatakan hasil belajar pecahan, siswa
& Habib, 2009) untuk mengajarkan dengan menggunakan kartu domino lebih
pecahan dengan lebih baik. baik dibandingkan menggunakan media
Walaupun permainan didesain gambar diam. Karena dalam penelitian ini,
dengan pendekatan kontekstual yaitu kartu pecahan yang dibuat siswa untuk
permainan tradisional yang biasa siswa bermain sistem permainannya sama dengan
mainkan serta dimainkan dengan sistem kartu domino. Justru metode latihan yang
Team Games Tournamen (TGT). Tetapi lakukan dalam kelas pembelajaran
kemampuan penalaran matematis dalam konvensional menunjukkan hasil belajar
menghitung tidak lebih baik dari siswa yang baik seperti halnya diungkapkan oleh
yang belajar secara konvensional. Hal ini Juardi, Utami & Warneri (2013).
bertolak belakang dengan apa yang

D. SIMPULAN
Sehingga dapat ditarik kesimpulan Walaupun dengan banyak pernyempurnaan
bahwa dengan menggunakan permainan atau perpaduan dengan metode dan
tradisional, kemampuan penalaran pendekatan lain.
matematis siswa lebih berkembang pada Terdapat pengaruh interaksi antara
sekolah level sedang dari pada sekolah jenis pembelajaran dan level sekolah
level tinggi dan rendah. Sehingga untuk terhadap kemampuan penalaran matematis.
sekolah level tinggi, dapat menggunakan Tetapi tidak terdapat pengaruh interaksi
metode pembelajaran lain, yang berpotensi antara jenis pembelajaran dan level
tinggi untuk meningkatkan kemampuan kamampuan awal matematis terhadap
penalaran matematis siswa. Walaupun tidak kemampuan penalaran matematis. Hal ini
menutup kemungkinan menggunakan menunjukan bahwa kemampuan penalaran
pembelajaran konvensional yang biasa matematis siswa kurang berkembang
digunakan. Sekolah level rendah juga dapat dengan baik dalam kelas yang heterogen.
menggunakan metode pembelajaran Sebaiknya siswa yang mempunyai
konvensional yang sudah digunakan. kemampuan awal matematis yang sama
Pembelajaran dengan permainan dapat lebih baik dikumpulkan dalam satu kelas,
digunakan sebagai alternatif pembelajaran sehingga dengan metode yang tepat,
di sekolah level sedang terkait dengan kemampuan penalaran matematis siswa
kemampuan penalaran matematis. dapat berkembang dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Atmaningtyas, L., Yulianti & Rintayati, P. Dilemma. Dalam Mathematics
(2014). Peningkatan Kemampuan Education Research Journal,
Menghitung Pecahan dengan 19(1)
Menggunakan Pendekatan
Kontekstual. Jurnal Didaktika Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat
Dwija Indria (SOLO), 2(9). Satuan Pendidikan. Jakarta:
Depdiknas.
Bragg, L (2007). Students’ Conflicting
Attitudes Towards Games as a Firdaus, F. M. (2015). Pembelajaran
Vehicle for Learning Matematika Realistik untuk
Mathematics: A Methodological Meningkatkan Kemampuan

69
Bagus Ardi Saputro

Pemecahan Masalah Matematis Jurnal Pendidikan dan


Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Pembelajaran, 2(10).
Tindakan Kelas dalam
Pembelajaran Pecahan di Kelas V Khairunnisak, C., Amin, S. M., Juniati, D.,
SDN Nangela Kabupaten & Haan, D. D. (2012). Supporting
Bandung). PEDAGOGIK (Jurnal Fifth Graders in Learning
Pendidikan Sekolah Dasar), Multiplication of Fraction with
3(01). Whole Number. JME, 3(01).

Haji, S. (2013). Pendekatan Iceberg Dalam Kusumaningrum, B. (2015). Penerapan


Pembelajaran Pembagian Pecahan Metode Pendekatan Inkuiri Dalam
di Sekolah Dasar. Jurnal Infinity, Peningkatan Pembelajaran
2(1), 75-84. Matematika tentang Pecahan pada
Siswa Kelas IV SD Negeri 2
Halimah, I. N., Poerwanti, J. I. & Jaelani Sidoagung Tahun Ajaran
(2013). Penggunaan Media Blok 2012/2013. KALAM CENDEKIA
Pecahan untuk Meningkatkan PGSD KEBUMEN, 3(6.1).
Kemampuan Penjumlahan
Bilangan Pecahan Sederhana. Kusumaningtyas, W. K. Wardono, &
Jurnal Didaktika Dwija Indria, Sugiarto (2012). Penerapan PMRI
1(7). Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika
Haryanto, H., Ismaimuza, D., & Anggraini, Berbantuan Alat Peraga Materi
A. (2015). Penggunaan Alat Pecahan. Unnes Journal of
Peraga Untuk Meningkatkan Mathematics Education, 1(2).
Hasil Belajar Siswa Pada Konsep
Pecahan Biasa Dan Campuran Di Mardiani, D. (2015). Eksplorasi
Kelas IV SDN 2 Sintuwu. Jurnal Kemampuan Operasi Bilangan
Kreatif Tadulako Online, 6(3). Pecahan pada Anak-Anak Di
Rumah Pintar Bumi Cijambe
Hirstein, J. (2007). The Impact of Zoltan Cerdas Berkarya (RUMPIN
Dienes on Mathematics Teaching BCCB). Jurnal Pendidikan
in The United States. Dalam The Matematika, 5(1)
Montana Mathematics Enthusiast,
Montana Council of Teachers of Masitoh, D. (2013). Penerapan Model
Mathematics [Online], Team Game Tournament dalam
Monograph 2, hal. 169-172. Peningkatan Keterampilan
Penjumlahan Pecahan pada Siswa
Hestuaji, Y., WA, S. & Riyadi (2013). Kelas V SD. Kalam Cendekia
Pengaruh Media Kartu Domino PGSD Kebumen, 2(2).
terhadap Pemahaman Konsep
Pecahan. Jurnal Didaktika Dwija Nurjayani, F., Rintayati, P., & Istiyati, S.
Indria, 3(1). (2013). Meningkatkan
Kemampuan Menjumlahkan
Juardi, Utami, S. & Warneri (2013). Pecahan Melalui Penggunaan
Peningkatan Aktivitas Belajar Metode Team Quiz. Jurnal
Peserta Didik dalam Pembelajaran Mahasiswa PGSD, 1(4).
Matematika Tentang Pecahan
Biasa Dengan Metode Latihan. Ortiz, E. (2003). Research Findings from
Games Involving Basic Fact

70
Kemampuan Penalaran Matematis Siswa

Operations and Algebraic


Thinking at a PDS. The ERIC Saleh, M., & Isa, M. (2015). Pembagian
Clearinghouse on Teaching and Pecahan Terintegrasi dengan
Teacher Education. Washington, Konsep Lain Melalui Pendidikan
D.C. (Non-refereed.). Matematika Realistik Indonesia.
Jurnal Infinity, 4(1), 55-64.
Purnamasari, D., Nugraheni, P., &
Purwoko, R. Y. (2013). Salleh, Z., Saad, N. M., Arshad, M. N.,
Eksperimentasi Pembelajaran Yunus, H., & Zakaria, E. (2013).
Matematika Menggunakan Analisis Jenis Kesilapan dalam
Pendekatan PMRI Operasi Operasi Penambahan dan
Pecahan Kelas IV SD Negeri Se- Penolakan Pecahan (Error
Gugus Safei. EKUIVALEN- Analysis of Addition and
Pendidikan Matematika, 6(2). Subtraction of Fractions). Jurnal
Pendidikan Matematik, 1(1), 1-
Purwati, H. (2012). Keefektifan 10.
Pembelajaran Matematika
Berbasis Penerapan TGT Sari, E. A. P., Juniati, D., & Patahudin, S.
Berbantuan Animasi Grafis Pada M. (2014). Early Fractions
Materi Pecahan Kelas IV. Learning of 3rd Grade Students in
AKSIOMA, 1(2/September). SD Laboratorium Unesa. JME,
3(01).
Pustopo, P. Wahyudi, & Warsiti (2013).
Penggunaan Model Kontekstual Septiani, B. P. D., & Jannah, M. H. (2014).
Dalam Peningkatan Pembelajaran Eksperimentasi Model
Matematika tentang Pecahan pada Pembelajaran Picture And Picture
Siswa Kelas III SD Negeri Ori pada Pecahan Melihat
Tahun Ajaran 2012/2013. Kalam Kemampuan Awal Siswa Kelas
Cendekia PGSD Kebumen, 4(5). IV. EKUIVALEN-Pendidikan
Matematika, 7(2).
Rachmiati, W. (2015). Membangun
Pemahaman Siswa SD terhadap Setiyasih, D. Y. (2013). Analisis Kesalahan
Konsep Pecahan dengan Dalam Mengerjakan Soal Operasi
Pembelajaran Konstruktif. Jurnal Hitung Bilangan Pecahan pada
Primary, 3(02), 183-200. Siswa Sekolah Dasar Kelas V Se-
Kecamatan Loano Tahun Ajaran
Rohmad, Yani, A., & Heryana, N. (2014). 2011/2012. EKUIVALEN-
Upaya Meningkatkan Hasil Pendidikan Matematika, 2(1).
Belajar Materi Pecahan dengan
Alat Peraga Benda Konkrit. Jurnal Sumampouw, A., Sukayasa, S., & Amri, B.
Pendidikan dan Pembelajaran, (2015). Meningkatkan
3(5). Pemahaman Siswa
Menyelesaikan Soal Penjumlahan
Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Pecahan Dengan Menggunakan
Penelitian Pendidikan & Bidang Alat Peraga di Kelas VI SD
Non-eksakta Lainnya. Bandung: Inpres Sopu. Jurnal Kreatif
Tarsito. Tadulako Online, 6(2).

71
Bagus Ardi Saputro

Indralaya. Jurnal Pendidikan


Matematika, 4(2).
Susrini, R. & Budiyono (2013). Penguasaan
Kompetensi Dasar Menjumlahkan Wachid, A., Joharman, & Budi, H.S.
Dan Mengurangkan Bilangan (2013). Penerapan Model
Pecahan Dalam Pemecahan Kooperatif Tipe Team Assisted
Masalah Siswa Kelas IV SD Individualization (TAI) Dalam
Negeri Se-Gugus Ahmad Yani Peningkatan Pembelajaran
Kecamatan Purworejo Tahun Matematika Tentang Pecahan
Pelajaran 2012/2013. pada Siswa Kelas VI SD Negeri 2
EKUIVALEN-Pendidikan Brecong. Kalam Cendekia PGSD
Matematika, 2(1). Kebumen, 6(1).

Ullya, Zulkardi, Z., & Ilma, R. (2014). Zainal, T. Z. T., Mustapha, R., & Habib, A.
Desain Bahan Ajar Penjumlahan R. (2009). Pengetahuan Pedagogi
Pecahan Berbasis Pendidikan Isi Kandungan Guru Matematik
Matematika Realistik Indonesia Bagi Tajuk Pecahan: Kajian Kes
(PMRI) Untuk Siswa Kelas IV di Sekolah Rendah. Jurnal
Sekolah Dasar Negeri 23 Pendidikan Malaysia, 34(1), 131-
153.

72

Anda mungkin juga menyukai