981 2088 1 SM
981 2088 1 SM
1 (2016)
bagusardisaputro@student.upi.edu
ABSTRACT
Abstract. The purpose of this study was to determine wether the use of games, mathematical reasoning
skills students learn better operating at a fraction of the mathematical reasoning skills students learn in
the conventional. This study is a quasi-experimental design esperimental static group comparison. The
results showed mathematical reasoning skills students learn surgery on broken at the scholl level were
more deveped than on mathematical reasoning skills student learn in the conventional.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan menggunakan permainan, kemampuan
penalaran matematis siswa yang belajar operasi pada pecahan lebih baik dari pada kemampuan
penalaran matematis siswa yang belajar secara konvensional. Penelitian ini adalah penelitian kuasi
eksperimen berdesain eksperimen perbandingan kelompok statik. Hasil penelitian menunjukkan
kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar operasi pada pecahan pada level sekolah sedang
lebih berkembang dari pada kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar secara konvensional.
A. PENDAHULUAN
Banyak kesalahan-kesalahan yang dari pembilang menjadi penyebut atau dari
dilakukan siswa dalam mengerjakan operasi penyebut menjadi pembilang 49,45%.
hitung bilangan pecahan. Hasil penelitian Kesalahan dalam menentukan rumus jarak
Setiyasih (2013) menyebutkan bahwa siswa sebenarnya 35,16%. Kesalahan dalam
salah karena tidak menuliskan langkah – mengubah satuan cm ke dalam satuan km
langkah penyelesaian untuk mendapatkan 15,38%. Kesalalahan dalam membedakan
hasil akhir 23,08%. Kesalahan siswa dalam tanda < (kurang dari) dan tanda > (lebih
melakukan operasi pembagian 14,28%. dari) 50,55%.
Kesalahan siswa dalam melakukan operasi Berdasarkan jenis kesalahannya
perkalian 53,85%. Kesalahan dalam Salleh, Saad, Arshad, Yunus, & Zakaria
menyederhanakan pecahan 5,49%. (2013) mendapatkan kesimpulan bahwa
Kesalahan dalam mengubah soal cerita ke untuk operasi penjumlahan pecahan
dalam bahasa matematika 59,34%. sebanyak 50,4% merupakan kesalahan
Kesalahan dalam melakukan operasi sistematis, 13,1% kesalahan acak, dan 7,7%
penjumlahan 5,49%. Kesalahan dalam adalah kesalahan kelalaian. Sementara
mengubah pecahan campuran ke dalam untuk operasi pengurangan pecahan, 56,1%
pecahan biasa 24,17%. Kesalahan dalam kesalahan sistematis, 16,3% kesalahan
mengubah pecahan biasa ke dalam pecahan acak, dan 3,9% kesalahan kelalaian.
campuran 21,98%. Kesalahan dalam Terdapat enam kategori pola kesalahan
melakukan operasi penguarangan 23,08%. yang dibuat siswa dalam operasi
Kesalahan siswa tidak membalik pecahan penjumlahan pecahan, 32,6% siswa kurang
63
Bagus Ardi Saputro
64
Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Permainan Konvensional
KAM Statistik
Sek. Sek. Sek. Sek. Sek. Sek.
Total Total
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
65
Bagus Ardi Saputro
7 8 3 18 5 11 5 21
19 10 5 34 17 6 7 30
21 6 7 34 17 3 6 26
47 24 15 86 39 20 18 77
2.5
Rata-rata Skor Kemampuan Penalaran
1.5
Matematis
2.36 Permainan
1 1.94
1.83 Konvensional
1.7
1.55 1.47
0.5
0
Sek. Tinggi Sek. Sedang Sek. Rendah
Level Sekolah
66
Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
2.5
Rata-rata Skor Kemampuan Penalaran
1.5
Matematis
2.19 Permainan
1 2 2.07
1.92 Konvensional
1.68 1.56
0.5
0
KAM Tinggi KAM Sedang KAM Rendah
Level Kemampuan Awal Matematis
67
Bagus Ardi Saputro
2.5
Rata-rata Skor Kemampuan Penalaran
1.5
Matematis
Permainan
1
Konvensional
0.5
0
Sek. Tinggi Sek. Sedang Sek. Rendah
Level Sekolah
1.5
Matematis
Permainan
1
Konvensional
0.5
0
KAM Tinggi KAM Sedang KAM Rendah
Level Kemampuan Awal Matematis
68
Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
D. SIMPULAN
Sehingga dapat ditarik kesimpulan Walaupun dengan banyak pernyempurnaan
bahwa dengan menggunakan permainan atau perpaduan dengan metode dan
tradisional, kemampuan penalaran pendekatan lain.
matematis siswa lebih berkembang pada Terdapat pengaruh interaksi antara
sekolah level sedang dari pada sekolah jenis pembelajaran dan level sekolah
level tinggi dan rendah. Sehingga untuk terhadap kemampuan penalaran matematis.
sekolah level tinggi, dapat menggunakan Tetapi tidak terdapat pengaruh interaksi
metode pembelajaran lain, yang berpotensi antara jenis pembelajaran dan level
tinggi untuk meningkatkan kemampuan kamampuan awal matematis terhadap
penalaran matematis siswa. Walaupun tidak kemampuan penalaran matematis. Hal ini
menutup kemungkinan menggunakan menunjukan bahwa kemampuan penalaran
pembelajaran konvensional yang biasa matematis siswa kurang berkembang
digunakan. Sekolah level rendah juga dapat dengan baik dalam kelas yang heterogen.
menggunakan metode pembelajaran Sebaiknya siswa yang mempunyai
konvensional yang sudah digunakan. kemampuan awal matematis yang sama
Pembelajaran dengan permainan dapat lebih baik dikumpulkan dalam satu kelas,
digunakan sebagai alternatif pembelajaran sehingga dengan metode yang tepat,
di sekolah level sedang terkait dengan kemampuan penalaran matematis siswa
kemampuan penalaran matematis. dapat berkembang dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaningtyas, L., Yulianti & Rintayati, P. Dilemma. Dalam Mathematics
(2014). Peningkatan Kemampuan Education Research Journal,
Menghitung Pecahan dengan 19(1)
Menggunakan Pendekatan
Kontekstual. Jurnal Didaktika Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat
Dwija Indria (SOLO), 2(9). Satuan Pendidikan. Jakarta:
Depdiknas.
Bragg, L (2007). Students’ Conflicting
Attitudes Towards Games as a Firdaus, F. M. (2015). Pembelajaran
Vehicle for Learning Matematika Realistik untuk
Mathematics: A Methodological Meningkatkan Kemampuan
69
Bagus Ardi Saputro
70
Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
71
Bagus Ardi Saputro
Ullya, Zulkardi, Z., & Ilma, R. (2014). Zainal, T. Z. T., Mustapha, R., & Habib, A.
Desain Bahan Ajar Penjumlahan R. (2009). Pengetahuan Pedagogi
Pecahan Berbasis Pendidikan Isi Kandungan Guru Matematik
Matematika Realistik Indonesia Bagi Tajuk Pecahan: Kajian Kes
(PMRI) Untuk Siswa Kelas IV di Sekolah Rendah. Jurnal
Sekolah Dasar Negeri 23 Pendidikan Malaysia, 34(1), 131-
153.
72