A. LATAR BELAKANG
Kode etik instruktur merupakan norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota instruktur dalam menjalankan tugasnya di dalam profesinya sebagai intsruktur dan
anggota masyarakat. Norma-norma tersebut berisi arahan bagi anggota instruktur tentang
bagaimana melaksanakan profesi dan larangan-larangan yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa
yang tidak boleh diperbuat, dilakukan oleh instruktur dalam menjalankan profesinya dalam
pergaulan sehari-hari dalam masyarakat. Instruktur merupakan posisi yang mulia dalam ikatan,
disebut profesi dikarenakan jabatan fungsional instruktur memiliki persyaratan tertentu seperti
expertise, keahlian, responsibility, tanggung jawab terhadap keilmuan dan ketrampilan tertentu,
secara corporateness, kesejawatan tergabung dalam sebuah lembaga korps (berdasarkan pengantar
profesi psikologi).
Dalam surat al Imron ayat 110 diterjemahkan secara bebas; “Kamu (instruktur) adalah umat
yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah”. Dalam ayat tersebut kedudukan instruktur sebagai penggerak
perkaderan atau dapat dikatakan sebagai kader inti Ikatan maka instruktur dituntut memiliki
kompetensi dan perfoma yang ekstra. Kebutuhan akan instruktur yang mampu memberikan
panutan layaknya Rasulullah SAW yang senantiasa menjadi Uswatun Khasanah bagi umat Islam
secara luas. Selain menjadi figru teladan bagi kader, instruktur juga harus memilki karekter
kekhasan yang akan membedakan keberadaan dirinya di ikatan dibandingkan dengan akder
IMM pada umumnya. Sehingga hadirnya instruktur dalam Ikatan akan memberikan kontribusi
yang nyata dalam pembentukan akademisi islam yang berakhlak mulia.
Dalam menjalankan amanah sebagai guru/fasilitator dalam ikatan instruktur harus
memiliki etika bersama yang menjadi simbol komitment untuk menjalankan amanah
keinstrukturan dengan sebaik-baiknya. Tuntutan kebutuhan atas kode etik merupakan salah satu
titik kritis dalam permasalahan internal korps instrukur. Kode etik adalah salah satu instrumen
kelengkapan khas yang melekat pada wadah profesi. Kebutuhan instruktur terhadap kode etik
guna mengupayakan integrasi naluriah antara pikiran, jiwa, dan perilaku dalam karir profesional
perkaderan. Kode etik instruktur diharapkan menjadi kontrol profil instruktur sebagai kader
teladan di Ikatan.
B. TUJUAN KODE ETIK
1. Untuk menjunjung tinggi martabat instruktur
Menjaga kesan kader dan masyarakat gerakan tentang keinstrukturan agar tidak
dipandang rendah atau remeh sehingga kode etik akan mengatur apa saja perihal yang tak
boleh dilakukan oleh instruktur yang dianggap dapat mencemarkan nama baik keinstrukturan
sehingga kode etik inilah yang nantinya akan dapat menyelamatkan kehormatan instruktur
sebagai pribadi dan juga sebagai suatu bagian dari ikatan.
2. Untuk menjaga kekompakan, masifitas spirit dan gerak instruktur.
Kesatuan instruktur dalam satu kode etik yang jelas akan membangkitkan spirit
instruktur untuk memiliki satu visi bersama dalam menjaga dan melaksanakan amanah
keinstrukturan dengan sebaik-baiknya, sehingga akan membangun suatu sistem gerak yang
padu dan masif.
3. Untuk meningkatkan komitmen dalam pengabdian sebagai seorang instruktur.
Arah yang jelas tentang bagaimana instruktur seharusnya harus bersikap diharapkan
menjadikan para anggota merasa memiliki kejelasan dalam bertindak, sehingga para
intrukturpun mudah mengerti akan tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan profesinya.
4. Untuk meningkatkan mutu seorang instruktur sebagi pribadi.
Seorang instruktur tidak saja menjalankan norma-norma dalam kode etik hanya
ketika mereka melakukan tugas sebagai seorang instruktur dalam perkaderan akan tetapi,
norma tersebut dapat terpatri dalam setiap sikap dan tingkah laku instruktur dimanapun dan
kapanpun dia berada.
5. Untuk meningkatkan mutu instruktur sebagai wadah kaderisasi dalam organisasi.
Dengan tampilnya instruktur-instruktur yang menjunjung tinggi kode etik tersebut
secara tidak langsung maupun meningkatkan mutu instruktur sebagai wadah kaderisasi.