Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam Pendidikan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini agar kedepannya dapat lebih baik.
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
karena pengalaman yang kami miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu, kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Hormat kami
Kelompok 6
ii
DA FTAR ISI
Halaman Judul
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Metode Penelitian............................................................................................3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
2.1 Kajian Pustaka ................................................................................................7
2.2 Kerangka Teori................................................................................................7
BAB III
ANALISIS KESALAHAN
3.1 Ejaan ..............................................................................................................19
3.2 Pilihan Kata...................................................................................................23
3.3 Struktur Kalimat.............................................................................................34
3.4 Struktur Paragraf.............................................................................................38
3.5 Penalaran/Logika ...........................................................................................47
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................51
4.2 Saran ..............................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................53
DAFTAR LAMPIRAN
iii
Lampiran 1
Studi Eksperimental dan Analisis Kapasitas Baja Akibat Eksentrisitas Pelat
Sambungan...............................................................................................................55
Lampiran 2
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kerugian Negara Pada Tahap
Pengandaan Pekerjaan Jasa Konstruksi 56
Lampiran 3
Studi Ekperimental Perilaku Tekan Pasangan Bata dan Bahan Pembentuknya......57
Lampiran 4
Analisis Perbandingan Perilaku Struktur Baja Diagrid dengan Rangka Terbreis
pada Gedung 16 Lantai 58
Lampiran 5
Analisis pola pergerakan di Kota Denpasar.............................................................59
Lampiran 6
Bab IV Buku Bhs Media_Pastika_Acuan Sumpelem.pdf 60
Lampiran 7
Kesalahan Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia pada Makalah
Karya Mahasiswa 61
Lampiran 8
Analisis Kesalahan Ejaan pada Makalah Mahasiswa Pendidikan Ekonomi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pamulang 62
Lampiran 9
Susunan Anggota dan Pembagian Tugas 63
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan etimologi, kata ejaan berasal dari kata eja, yang berarti
melafalkan huruf-huruf atau lambang bunyi bahasa. Ejaan adalah kaidah-kaidah
cara menggambarkan bunyi-bunyi kata dan kalimat dalam bentuk tulisan
(hurufhuruf) dan penggunaan tanda baca (KBBI, 2002). Berdasarkan pengertian
v
di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ejaan adalah tata cara penggunaan
kata,
kalimat, dan tanda baca baik dalam bentuk lisan maupun tertulis. Ejaan yang
disempurnakan atau yang lebih dikenal dengan singkatan EYD adalah ejaan yang
mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanggal 16 Agustus 1972.
Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pedoman umum
EYD diganti dengan nama Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
penyempurnaan naskahnya disusun oleh Pusat Pengembangan dan Perlindungan,
Badan Pengembangan dan Pembinaan bahasa. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
mencakup penggunaan dalam 12 hal, yaitu penggunaan huruf besar (kapital),
tanda koma, tanda titik, tanda seru, tanda hubung, tanda titik koma, tanda tanya,
tanda petik, tanda titik dua, tanda kurung, tanda elips, dan tanda garis miring
(Sugiarto, 2012:1-2).
Karya tulis ilmiah terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu skripsi, tesis,
jurnal ilmiah, laporan penelitian, makalah seminar, artikel ilmiah, makalah dan
laporan eksekutif. Pembahasan karya tulis ilmiah dalam tulisan ini akan
difokuskan pada Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. Pemilihan ini dilakukan dengan dasar
pemikiran makalah merupakan salah satu bentuk karya tulis ilmiah yang dibuat
oleh mahasiswa untuk tugas perkuliahan.
vi
Penelitian ini mengkaji bagaimana penggunaan Bahasa Indonesia pada
Jurnal Teknik Sipil
vii
Subjek penelitian ini diambil dari Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol 23, No.
2 Universitas Udayana, yang dikeluarkan pada bulan Juli 2019. Objek penelitian
adalah sesuatu yang dibahas atau pokok permasalahan dalam penelitian. Objek
penelitian ini adalah kesalahan penggunaan ejaan, kesalahan penggunaan pilihan
kata, kesalahan struktur kalimat, kesalahan struktur paragraf, dan penalaran
bahasa Indonesia.
Data ialah semua informasi atau bahan yang disediakan alam (dalam arti
luas) yang harus dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai
dengan masalah yang diteliti (Sudaryanto, 1993:3). Data dalam penelitian ini
berupa kesalahan penggunaan kesalahan penggunaan ejaan, kesalahan
penggunaan pilihan kata, kesalahan struktur kalimat, kesalahan struktur paragraf,
dan penalaran yang terdapat pada beberapa artikel dalam jurnal ini. Sumber data
dalam penelitian ini Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 23, No. 2 Universitas
Udayana.
1.3.1.1 Apa yang dilakukan setelah ditemukan kesalahan dalam struktur kalimat
Penyusunan struktur kalimat harus benar agar menjadi laporan yang jelas dan
terperinci, sedangkan kesalahan struktur kalimat yang dilakukan adalah tidak urut
dan kurang lengkap dalam penyusunannya sehingga saat dibaca pemahamannya
kurang jelas.
Jadi yang harus dilakukan adah memperbaiki kesalahan yang biasa dalam
paragraf yang kurang diperhatikan dalam kalimat- kalimatnya
1.3.1.2 Apa yang di lakukan setelah ditemukan kesalahan dalam struktur paragraf
viii
Kesalahan yakni paragraf tersebut hanya terdiri dari satu kalimat, sehingga
tidak memenuhi syarat terbentuknya sebuah paragraf pada unsur kelengkapan. Hal
ini tidak sesuai dengan ketentuan persyaratan paragraf yakni suatu paragraf
dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk
menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Tidak adanya
kalimatkalimat penjelas yang menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat
utama. Sehingga unsur kelengkapan tidak ditemukan dalam paragraf di atas.
Alangkah lebih baik jika ditambah beberapa kalimat penjelas yang menunjang
kalimat topik.
1.3.1.3 Apa yang di lakukan setelah ditemukan kesalahan dalam ejaan kata
Penyusunan struktur kalimat harus benar sesuai dengan aturan yang ada pada
bahasa Indonesia agar suatu pemikiran atau informasi dapat tersampaikan secara jelas dan
utuh. Penggunaan kalimat dalam menyampaikan suatu informasi harus sesuai dengan
unsur pokok penyusun kalimat, yaitu subjek dan predikat. Selain itu, terdapat pula
bentuk-bentuk kalimat yang ada yang harus dicermati dalam penyusunannya.
Perbaikan kesalahan struktur kalimat yang akan dilakukan meliputi perbaikan struktur
kalimat yang harus dipenuhi (subjek, dan predikat), kejelasan informasi, penggunaan
unsur lain (objek, keterangan, dan pelengkap), serta penggunaan konjungsi.
1.3.1.4 Apa yang di lakukan setelah ditemukan kesalahan dalam pilihan kata
ix
Penggunaan kata depan dan verba pasif awalan di kesalahan penulisan
kata yang terakhir yaitu terbaliknya penggunaan kata “di” sebagai kata
depan dan “di” sebagai unsur verba pasif.
Dalam pemilihan kata selebih baiknya kita harus harus memperhatikan kata-
kata yang harus kita gunakan agar tidak bermasalh ke depan dan pembacanya
nanti.
x
BAB II
Makalah yang telah kami buat dengan judul " Analisis Penggunaan Bahasa
Indonesia pada Jurnal Ilmiah Teknik Sipil , Vol . 23 , No.2 , Juli 2019 "
mempunyai kelebihan yaitu setiap data atau kesalahan , kami telah menambahkan
xi
pada paragraf maupun halaman dimana terdapat kesalahan tersebut , jadi para
pembaca dapat mengetahui dimana letak kesalahan yang terdapat pada Junal
Ilmiah Teknik Sipil , Vol.23 , No.2 , yang diterbitkan pada Juli 2019 .
2.2.1 Ejaan
Pada ilmu linguistik atau ilmu bahasa terdapat dua bentuk komunikasi
secara mendasar yakni bahasa secara verbal atau nonverbal. Dikatakan bahasa
verbal karena dalam penyampaian gagasan atau pendapat penutur bahasa
menggunakan cara tertulis ataupun dengan cara lisan. Sedangkan komunikasi
dengan bahasa nonverbal dapat diartikan komunikasi yang tidak menggunakan
kata-kata, contohnya bahasa isyarat, simbolsimbol, bahasa tubuh, ekspresi muka
dan lain sebagaiya.
xii
Sedangkan menurut Badudu (1985: 31) menyatakan bahwa ejaan adalah
perlambangan fonem dengan huruf. Dalam sistem suatu bahasa ditetapkan
bagaimanakah fonemfonem bahasa itu dilambangkan. Lambang itu dinamakan
huruf. Selain itu, perlambangan fonem dengan huruf, dalam sistem ejaan termasuk
juga (1) ketetapan tentang bagaimana satu-satuan morfologi seperti kata dasar,
kata ulang, kata majemuk, kata berimbuhan, dan partikel-partikel dituliskan, dan
(2) ketetapan tentang bagaimana menuliskan kalimat dan bagianbagian kalimat
dengan pemakaian tanda baca seperti titik, koma, titik koma, titik dua, tanda kutip,
tanda tanya, dan tanda seru.
Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) menjadi dasar dalam hal tulis menulis,
karena EBI merupakan faktor penting dan harus dimengerti oleh seorang penulis.
Tujuannya jelas pemakaian EBI membuat apa yang dituliskan menjadi lebih
mudah dipahami, dihayati dan dimengerti oleh orang lain (pembaca). EBI
merupakan acuan baku dalam tata bahasa Indonesia, dengan EBI sistematika
penulisan khususnya rangkaian kalimat atau penulisan karangan menjadi lebih
baik dan tepat. Menulis karya ilmiah contohnya, seperti artikel ilmiah, jurnal
ilmiah, sekripsi, makalah dan lain sebagainya.
xiii
Dikemukakan oleh Widyamartaya (1990: 45) yang menjelaskan bahwa diksi
atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-
nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan
kemampuan tersebut hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki oleh sekelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca. Diksi atau
pilihan kata 9 selalu mengandung ketepatan makna, kesesuaian situasi dan nilai
rasa yang ada pada pembaca atau pendengar.
Keraf (2008: 24) mengemukakan tiga kesimpulan utama mengenai diksi, yaitu
a. Pemilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang akan
dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapanungkapan yang
tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam situasi.
b. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
c. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang
dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan
kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil upaya memilih kata
tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat
dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau mirip.
Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga
memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan konteks di mana kata
itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai yang dirasa oleh
masyarakat pemakainya.
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata
dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai dan menggunakan sejumlah kosa kata secara
aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.
xiv
Ketepatan dalam penggunaan sebuah kata akan menimbulkan gagasan
yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau
dirasakan oleh penulis atau pembicar, maka setiap penulis atau pembicara harus
secermat mungkin memilih kata untuk mencapai tujuan dan maksud yang
ditentukan. Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menurut
persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan
memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi. Adapun syarat-syarat
ketepatan pilihan kata adalah:
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi
Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda.
Sedangkan konotasi ialah kata yang dapat menimbulkan bermacam-
macam makna.
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim
3. Membesakan kata-kata yang mirip ejaannya
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat
sendiri jika pemahaman belum dapat dipastikan
5. Memperhatikan penggunaan kata imbuhan asing
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat
7. Membedakan kata umum dengan kata khusus secara cermat
Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau
kelompok yang luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah
kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan
kongret.
8. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah
dikenal
9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni dan
berhomografi
Sinonim adalalah pilihan kata-kata yang memiliki arti sama. Homofoni
adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan
berbeda makna.
10. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat
xv
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret
mempunyai referensi objek yang diamati.
Kalimat yang benar adalah kalimat yang sesuai dengan aturan atau kaidah
yang berlaku, baik yang berkaitan dengan kaidah tata bunyi (fonologi), tata
bahasa, kosakata, maupun ejaan. Sementara itu, kalimat yang baik adalah kalimat
yang efektif, yaitu kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara
tepat. (Wagiati, 2010). Tujuan dari suatu kalimat adalah untuk mengungkapkan
pikiran dan informasi secara utuh dan jelas. Namun sering terjadi suatu kalimat
dibuat untuk menyampaikan suatu informasi, tetapi tidak utuh, dan belum
menyampikan informasi secara jelas.
Jenis kalimat juga dapat dibagi menjadi kalimat aktif dan kalimat pasif.
Kalimat aktif ditandai dengan penggunaan verba aktif dengan awalan me-, meng-,
men-,mem-. Sedangkan kalimat pasif ditandai dengan penggunaan verba pasif
xvi
dengan awalan di- atau ter-. Penggunaan kalimat aktif dan pasif bertujuan untuk
menunjukkan posisi subjek dalam suatu kalimat berkedudukan sebagai sebab atau
akibat.
Unsur subjek pada kalimat tidak dapat didahului oleh kata depan atau
preposisi. Apabila subjek didahului oleh preposisi, maka akan berubah fungsi
menjadi keterangan. seperti kalimat dengan markas militer AU menjadi titik
utama serangan udara saat ini. Hal ini mengakibatkan kalimat tersebut berpola
(K-P-O-K waktu). Untuk memperbaiki kalimat tersebut, maka preposisi dapat
dihilangkan.
Unsur paragraf
1. Topik / gagasan utama
Topik atau gagasan utama yaitu unsur yang paling penting karena unsur inilah
yang menjadi jiwa atau isi dari keseluruhan paragraf. Unsur – unsur ini biasanya
berupa masalah atau gagasan pengarang yang ingin disampaikan kepada para
pembacanya.
2. Kalimat Utama
Unsur pembangun paragraf yang kedua adalah kalimat utama. Kalimat ini adalah
kalimat yang mengandung suatu gagasan utama yang diletakan secara tersirat.
kalimat utama adalah sebuah kalimat yang sifatnya umum. Hal ini dikarenakan
supaya dapat dikembangkan kembali dengan kalimat – kalimat penjelas.
xvii
3. Kalimat pendukung
4. Transisi
Supaya menjadi sebuah paragraf yang padu, kalimat – kalimat di dalam paragraf
disusun dengan menggunakan transisi atau konjungsi. Ada dua macam konjungsi
yang biasa dipakai, yakni konjungsi antar kalimat dan konjungsi intra kalimat.
5. Penegas
Unsur yang terakhir yaitu penegas. Unsur ini tidak terlalu penting di dalam sebuah
pargraf karena tidak semua paragraf mempunyai penegas. Fungsi dari penegas ini
yaitu untuk menambah daya tarik sebuah paragraf, menghindari kebosanan saat
membacanya, dan sebagai penegas atau pengulang gagasan utama.
Syarat Paragaraf
Paragraf yang baik merupakan paragraf yang dapat menyampaikan pikiran dengan
baik kepada pembaca. Adapun syarat dari paragraf yakni harus mempunyai
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Kesatuan (Unity)
Yang dimaksud kesatuan yakni suatu paragraf harus dibangun dengan satu pikiran
yang jelas. Satu pikiran tersebut diuraikan ke dalam bentuk pikiran pokok dan
beberapa pikiran jelas. Hubungan pikiran yang satu dengan pikran lainnya
menandakan bahwa paragraf tersebut sudah mempunyai kesatuan
xviii
2. Kepaduan (Koherensi)
3. Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup
untuk menunjang kalimat pokok.
Fungsi Paragraf
Ciri Paragraf
xix
3. Kalimat topik dan selebihnya adalah kalimat pengembang sebagai fungsi
penjelas, menguraikan ataupun menerangkan pikiran utama yang terdapat
dalam kalimat topik.
4. Paragraf menggunkan pikiran penjelas yang dinyatakan dalam kalimat
penjelas
Jenis Paragaraf
1. Paragraf Deskripsi
2. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi yaitu suatu paragraf yang memaparkan cara atau petunjuk
supaya pembaca memahami bacaan denga jelas. Ciri-ciri dari paragraf ini yakni
terdapat definisi atau pengertian mengenai istilah dari suatu topik pembahasan.
Tidak berunsur mengajak atau mempengaruhi. Berupa paragraf yang informatif,
artinya bisa memberikan sebuah informasi kepada pembaca. Biasanya paragraf ini
mempunyai rincian data yang jelas untuk mendukung informasi yang
disampaikan.
3. Paragraf Narasi
xx
konflik dan sudut pandang pengarang. Pada paragraf ini, ciri yang paling muda
ditandai yakni terdapat cukup banyak kalimat langsung. Serta penulisannya
mempunyai gaya yang kreatif dan berestetika sehingga bisa membuat bacaannya
semakin menarik.
4. Paragraf Argumentasi
5. Paragraf Persuasi
xxi
Kegiatan berpikir yang bukan bernalar misalnya mengingat-ingat sesuatu
dan melamun. Dari beberapa pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa penalaran
adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan landasan logika untuk menarik
kesimpulan berdasarkan fakta (premis) yang telah dianggap benar. Suriasumantri
juga berpendapat bahwa sebagai suatu kegiatan berpikir, penalaran mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika Logika adalah
sistem berpikir formal yang di dalamnya terdapat seperangkat aturan untuk
menarik kesimpulan. Dapat dikatakan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai
logikanya sendiri. Atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran
merupakan suatu proses berpikir logis, sedangkan berpikir logis diartikan sebagai
kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu.
xxii
BAB III
ANALISIS KESALAHAN
3.1 EJAAN
xxiii
pemakaian tanda baca (tanda titik dua (:) dan tanda koma (,)) Jenis kesalahan
semacam ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan penulis berita tentang
kaidah-kaidah ejaan berlaku dan lemahnya pemahaman tentang tata bahasa.
NO KESALAHAN PERBAIKAN
(hal:57 paragraf:2s)
(hal:58 paragraf:1)
xxiv
( hal :59 paragraf:1 )
(hal:57 paragraf:1)
5. Setelah benda uji mencapai beban Setelah benda uji mencapai beban
ultimit, kurva beban-lendutan ultimit, kurva beban-lendutan
menunjukan penurunan tiba-tiba menunjukkan penurunan tiba-tiba
mewakili awal dari keruntuhan mewakili awal dari keruntuhan
sambungan. sambungan.
(hal:57 paragraf:1)
(hal:57 paragraf:2)
(hal:56 paragraf:1)
Masih ada penulis karya ilmiah yang sulit dalam membedakan antara di
sebagai imbuhan dan di sebagai kata depan. Imbuhan di sebagai kata imbuhan
berpadan dengan kata kerja dan ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Sementara
itu, kata depan di dari berpadan dengan kata benda dan menunjukan keterangan
tempat.
penulisan “di” yang tepat. Yang pertama adalah “di” sebagai kata depan.
Biasanya, “di” digunakan sebagai penunjuk tempat. “Di” sebagai kata depan
penulisannya harus dipisah dengan kata setelahnya. Dan yang kedua adalah “di”
xxv
sebagai imbuhan. Biasanya, “di” ini berfungsi untuk menyatakan kata kerja pasif.
Dari contoh table di atas, kita bisa mengetahui bukan bahwa penulisan “di”
disambung dengan kata setelahnya. Ya, karena “di” di sini adalah imbuhan yang
bukan merupakan kata yang berdiri sendiri.
NO KESALAHAN PERBAIKAN
(hal:53 pargraf:3)
Tanda titk dua (:) dipakai pada akhir suatu pertanyaan lengkap yang di
ikuti pemerincian atau penjelasan.
NO KESALAHAN PERBAIKAN
(hal:53 paragraf:3)
xxvi
Penulisan kata “sehingga” pada di tenggah kalimat tidak diikuti dengan
dengan tanda koma (,) karena induk kalimat mendahului anak kalimat sehingga
tanda koma tidak di pakai.
Gagasan atau ide yang dituangkan, baik itu dalam bentuk tulisan maupun
dalam bentuk lisan memerlukan kosa kata yang luas, akan tetapi tidak asal
memasukan kosa kata yang dimiliki itu dalam tulisan. Pendapat lain dikemukakan
oleh Widyamartaya (1990: 45) yang menjelaskan bahwa diksi atau pilihan kata
adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna
sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut
hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh
sekelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca. Diksi atau pilihan kata 9
selalu mengandung ketepatan makna, kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada
pada pembaca atau pendengar.
Keraf (2008: 24) mengemukakan tiga kesimpulan utama mengenai diksi,
yaitu
a. pemilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang akan
dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk
pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapanungkapan
yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam situasi.
b. pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-
nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk
xxvii
menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
c. pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan
yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah
keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.
Mustakim (1994: 41) membedakan antara istilah pemilihan kata dan pilihan
kata. Pemilihan kata adalah proses atau tindakan memilih kata yang dapat
mengungkap gagasan secara tepat, sedangkan pilihan kata adalah hasil proses atau
tindakan tersebut. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan diksi adalah pemilihan kata dan penggunaan kata secara tepat
dengan ide atau gagasan untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin
disampaikan kepada 10 orang lain dan dinyatakan dalam suatu pola kalimat baik
secara lisan maupun secara tertulis untuk memunculkan fungsi atau efek tersendiri
bagi pembaca.
xxviii
pelaksanaan pengadaan pekerjaan konstruksi masa pelaksanaan pengadaan
pemerintah berpengaruh atas pencapaian pekerjaan konstruksi pemerintah
quality assurance suatu proyek konstruksi. berpengaruh atas pencapaian
kualitas asuransi suatu proyek
konstruksi.
(hlm.34, para:4)
xxix
berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI serta pengadaan secara elektronik
upaya yang dapat dilakukan BPK RI dalam yang mempengaruhi terjadinya
meminimalisir terjadinya kerugian negara kerugian negara berdasarkan
tersebut. hasil pemeriksaan BPK RI serta
upaya yang dapat dilakukan BPK
RI dalam meminimalisir
(hal.33,para:1) terjadinya kerugian negara
tersebut.
xxx
(hlm.33, para:3)
xxxi
Berdasarkan sudut pandang Panitia Berdasarkan sudut pandang
Pemilihan, panitia tidak memiliki Panitia Pemilihan, panitia tidak
pemahaman spesifikasi proyek atau memiliki pemahaman
pekerjaan dan mekanisme spesifikasi proyek atau
peraturan peraturan perundang- pekerjaan dan mekanisme
undangan proses pemilihan penyedia peraturan perundang -
barang/jasa serta rendahnya undangan proses pemilihan
kompetensi panitia dan peserta penyedia barang/jasa serta
pemilihan penyedia jasa rendahnya kompetensi panitia
dan peserta pemilihan penyedia
jasa
(hlm.34, para:5)
3.2.4 Partikel
Partikel dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai artian yaitu kata
yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfleksikan, mengandung makna
gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di dalamnya artikel,
preposisi, konjungsi, dan interjeksi. Secara umum partikel merupakan kata tugas.
Kata tugas sendiri merupakan suatu kata atau frasa yang ada kaitannya dengan
suatu kata yang tidak dapat berdiri sendiri. Penggunaan partikel sendiri adalah
dengan cara melekatkannya kepada kata yang tidak dapat berdiri sendiri tersebut.
xxxii
barang/jasa melalui pembentukan barang/jasa melalui pembentukan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) sebagai aturan yang bersifat teknis
Nomor 54 Tahun 2010 beserta segala dan penerbitan Peraturan Presiden
perubahannya tentang Kebijakan (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010.
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(LKPP) sebagai aturan pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintahan yang bersifat teknis.
(hal.33, para:1)
Pemilihan kata yang terlalu rumit membuat pembaca akan sulit dalam
memhami kalimat, maka dari itu dilakukan penyederhanaan dalam susuan kalimat
beserta segala perubahannya tentang Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (LKPP) sebagai aturan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintahan yang bersifat teknis menjadi aturan yang bersifat teknis dan
penerbitan.
(hal.34, para:1)
xxxiii
Penggunaan kata merupakan bagian dari keuangan negara yaitu pada
pengeluaran negara/daerah. Bermakna bagian pengeluaran negara pada
pengeluaran daerah/negara. Kata yaitu merupakan kata hubung yang di gunakan
untuk merinci keterangan kalimat. Sedangkan kata pada bermakna menyatakan
orang atau tempat. Dalam kata ini terdapat kata yaitu dan kata pada yang
menunjukkan atau menjelaskan pengeluaran negara/daerah. Kalimat ini dapat di
sederhanakan dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman pada pembaca
Pembenahan kalimat yang lebih efektif yaitu menggantinya menjadi pengeluaran
keuangan negara
xxxiv
barang. Apabila tidak sesuai dengan jumlah maka dianggap sebagai perbuatan
melawan hukum baik sengaja maupun tidak disengaja.
Penggunaan penggulangan kata pada kalimat tepat waktu, tepat biaya dan
tepat kualitas dan berfungsi sesuai tujuannya untuk membuat kalimat itu efektif
dan mudah dipahami maka saran perbaikannya yaitu yang sesuai dengan fungsi
dan tujuannya serta ideal dari segi waktu, biaya dan kualitas.
xxxv
Penyusunan partikel kalimat yang tidak teratur membuat kalimat tersebut
menjadi rumit dan sulit dipahami. Terdapat pengulangan pada kata
penyimpangan-penyimpangan. Pengulangan kata juga terdari pada kata serta yang
di ulang dalam beberapa kaliamat. Penggunaan kata serta merupakan konjongsi
penghunung antar kalimat. Untuk membuat kalimat agar tidak terkesan sukar
untuk dimengerti dan terkesan rumit maka penggunaan kata hubung ini
seharusnya lebih di sederhanakan dan divariasikan penggunaanya seperti
menggunakan kata hubung kemudian, setelahnya dan lain sebagainya. Maka
disarabkan upaya perbaikan untuk menyederhanakan kalimat supaya mudah
dipahami oleh pembaca.
Dalam kalimat ini terjadi pengulangan kata yang bermakna sama, yaitu pada
kalimat pemaketan pekerjaan tidak sesuai aturan, penyusunan HPS yang tidak
benar, penunjukan langsung yang tidak benar, pekerjaan disubkontrakkan serta
xxxvi
lelang yang tidak benar. Maka diupayakan penyederhanaan dalam kalimat yang
tetap mempertahankan makna dari kalimat tersebut supaya tidak terkesan rumit
dan mudah dipahami.
xxxvii
(hal.34,para:1)
Pemilihan kata kebocoran merupakan kata kias sebaiknya diubah dengan kata
yang sederhana dan langsung tertuju pada makna sebenarnya yaitu pemborosan.
xxxviii
(Sukrawa, dkk, 2019, p. 62)
Penghubung yang yang digunakan di antara kata benda dan kata kerja
akan membentuk sebuah kalimat terikat. Konjungsi yang merupakan penanda
kalimat terikat yang berfungsi memberikan keterangan tambahan pada kata benda
sebelumnya. Hal ini membuat konjungsi tersebut selalu berada setelah kata benda
baik kata benda itu ditampilkan secara tersurat maupun secara tersirat. Kalimat
Pada contoh berikut terdapat kesalahan di mana konjungsi yang tidak digunakan
untuk menghubungkan kalimat bebas dengan kalimat terikat. Penggunaan
preposisi yang mendahului suatu subjek juga tidak dibenarkan.
xxxix
Struktur kalimat di atas tidak tepat karena tidak adanya konjungsi relatif
yang untuk menghubungkan objek atau verba dengan kata kerja atau kata sifat
atau kata keterangan, sehingga tidak memberikan kejelasan antara kalimat inti dan
kalimat terikat. Penggunaan tanda koma antara definisi setiap komponen yang
ditinjau (Pr, Pc, Mr, dan Mc) tidak tepat, karena memisahkan antar kalimat
definisi, sehingga perlu diganti dengan tanda titik. Selain itu, suatu kalimat tidak
dapat diawali dengan kata depan seperti dimana.
Sebuah kalimat bebas harus didukung secara tersurat oleh kata benda dan
kata kerja untuk mengisi fungsi secara lengkap. Kalimat di bawah ini terdapat
pada awal paragraf sehingga berfungsi sebagai kalimat bebas, sehingga harus ada
subjek secara jelas.
xl
gempa. gempa.
(Sukrawa, dkk, 2019, p. 64)
Pada contoh kalimat (3) dan (4) di atas adalah kalimat pertama pada suatu
paragraf sehingga harus menyertakan suatu subjek secara jelas, dalam hal ini
adalah struktur DIA dan struktur BF.
Kata kerja memodel di atas merupakan kata kerja intransitif yang tidak
memerlukan objek. Namun, karena kata kerja itu diikuti oleh frase benda (empat
sistem struktur DIA), bentuk kata kerja memodel harus diperbaiki dengan
xli
menambahkan akhiran –kan menjadi memodelkan sehingga dapat diikuti oleh
objek menjadi.
xlii
pendukung, Transisi, Penegas. Ini Merupakan sebuah srtuktur paragraf yang dapat
membangun sebuah paragraf yang baik.
xliii
gedung dengan jumlah tingkat rendah struktur RDP dipengaruhi oleh
(2-5 tingkat) menggunakan bata material dinding pengisinya (DP)
merah sebagai unit pembentuk agar baik ukuran maupun
dinding. Dari sejumlah penelitian propertinya. Keberadaan DP ini
yang pernah dilakukan oleh Budiwati mampu meningkatkan kekuatan dan
(2011) dan Rahayu dkk (2016) yang kekakuan struktur bila dibandingkan
menggunakan bata merah daerah dengan struktur terbuka (Open
setempat terlihat bahwa material DP frame / OF). Karena Material DP
tersebut sangat beragam ukuran, nilai sangat beragam jenisnya.
kuat tekan, dan nilai modulus Kebanyakan struktur bangunan
elastisitas. Hasil penelitian oleh gedung dengan jumlah tingkat
Budiwati dan Sukrawa (2017) rendah (2-5 tingkat) menggunakan
menunjukkan bahwa struktur rangka bata merah sebagai unit pembentuk
dinding pengisi (RDP) mampu dinding. Dari sejumlah penelitian
meningkatkan kekuatannya dalam yang pernah dilakukan oleh
menahan beban gaya geser dasar Budiwati (2011) dan Rahayu dkk
akibat gempa dan mengurangi (2016) yang menggunakan bata
besarnya simpangan yang terjadi merah daerah setempat terlihat
akibat beban lateral. bahwa material DP tersebut sangat
beragam ukuran, nilai kuat tekan,
dan nilai modulus elastisitas.
Bila membaca kalimat pertama, paragraf ini akan berbicara tentang fungsi
dinding. Sayangnya, kalimat berikutnya tidak menjelaskan tentang fungsi dinding,
justru lari ke gagasan lain dan paragraph ini tidak berhasil membangun kesatuan
dan kepaduan dengan baik. Di mana paragrapf tersebut tidak Transisi (Konjungsi
intra) terhadap kalimat-kalimat yang seterusnya yang menjelaskan tentang fungsi
dinding. Bahkan penulisan gagasan yang kurang baik dalam munyambung fungsi
kaliamaat berikutnya.
xliv
3.4.2 Paragraf pendukung kuranag berfungsi
xlv
pasangan setebal unit tanpa terbuat dari pasangan batu bata
diplester. Detil dimensi benda biasanya terbentuk dari unit
uji dan penempatan dial gauge dan mortar. Unit umumnya
ditampilkan. Benda uji dinding terbuat dari bata merah,
pasangan pada bidang tekan batako, bata ringan, atau
atas dan bawah material lain. Mortar sebagai
diterap/diratakan spesi atau plesteran terbuat
menggunakan adukan mortar dari campuran antara pasir dan
dengan campuran 1:3 atau semen dengan perbandingan
bahan yang kuat tekannya tertentu. Benda uji yang telah
lebih besar dari specimen yang selesai dibuat ditutup dengan
diuji tersebut. Benda uji yang kain lembab agar tidak
telah selesai dibuat ditutup mengering selama pengujian
dengan kain lembab agar tidak dan pembebanan siap untuk
mengering selama pengujian dilakukan dengan umur benda
dan pembebanan siap untuk uji selama 28 hari.
dilakukan dengan umur benda
uji selama 28 hari.
xlvi
3.4.3 Kalimat paragraf utama kurang jelas
xlvii
perbandingan antara semen dan pasangan bata merah yang dibuat
pasir yaitu 1:3 dan 1:4. Dari menggunakan mortar 1:4 dengan unit
penelitian tersebut disimpulkan bata merah dari Gianyar, Tabanan
mortar dengan kuat tekan lebih dan Negara berurutan adalah 1,22,
besar akan menghasilkan kuat
1,32, dan 1,42 N/mm2
tekan pasangan batu bata yang
lebih kuat. Penelitian terkait
pengujian dinding pasangan
bata merah dari produsen bata
merah di Bali dilakukan oleh
Rahayu dkk (2016), dimana
besar kuat tekan karakteristik
pasangan bata merah yang
dibuat menggunakan mortar 1:4
dengan unit bata merah dari
Gianyar, Tabanan dan Negara
berurutan adalah 1,22, 1,32, dan
Dari Paragraf ini tidak memiliki kejelasan gagasan maupun pola. Di satu
sisi, penulis berusaha mendeskripsikan standar pasangan dinding, tetapi di
pihak Iain juga menjelaskan tentang perbandingan bahan. Akibatnyar
pendeskripsian ruang maupun penjelasan tentang fungsi yang ada di dalam
paragraph itu pun serba tidak tuntas. Pola paragraf menjadi kabur. Selain
xlviii
ketidak jelasan gagasan dan pola, bahasanyapun belum efektif Kalimat
pertama, misalnya, bukanlah kalimat yang tepat, di mana kalimat utama
kurang tepat karana kaliamat yang lain mendeskripsikan
xlix
mortar yang berbeda kuat tekan karakteristik pasangan bata
perbandingan antara semen dan merah yang dibuat menggunakan
pasir yaitu 1:3 dan 1:4. Dari mortar 1:4 dengan unit bata merah
penelitian tersebut disimpulkan dari Gianyar, Tabanan dan Negara
mortar dengan kuat tekan lebih berurutan adalah 1,22, 1,32, dan 1,42
besar akan menghasilkan kuat
N/mm2
tekan pasangan batu bata yang
lebih kuat. Penelitian terkait
pengujian dinding pasangan bata
merah dari produsen bata merah
di Bali dilakukan oleh Rahayu
dkk (2016), dimana besar kuat
tekan karakteristik pasangan bata
merah yang dibuat menggunakan
mortar 1:4 dengan unit bata
merah dari Gianyar, Tabanan dan
Negara berurutan adalah 1,22,
l
3.5 PENALARAN KALIMAT /LOGIKA
Rangkaian ungkapan akan dapat dipahami secara jelas oleh pembaca jika
kosa-kata ditempatkan dengan tata bahasa yang benar dan disusun dalam kesatuan
paragraf yang utuh. Apabila pembaca merupakan orang yang berlatar belakang
bahasa tidak dapat memahami ungkapan maupun rangkaian kata yang disusun
oleh penulis , maka terjadi kesalahan dalam pegungkapan pola pikir , Rangkaian
kata – kata dalam satu baris belum tentu memiliki fungsi yang berarti dalam satu
kalimat , begitu pula dengan rangkaian kalimat – kalimat belum tentu berkaitan
antara kalimat sebelum maupun sesudahnya . Oleh karena itu , sebuah keterkaitan
antara kata maupun kalimat dapat membuat pola pikir yang tepat bagi para
pembaca apabila pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami seutuhnya .
3.5.1 Penggunaan kata tidak efektif yang dapat mengganggu unsur penalaran
kalimat
Dalam penggunaan kata di dalam kalimat di bawah ini terdapat kata kata
yang kurang efektif dan menunjukkan pengulangan kata sebelumnya . Pada
kalimat 1 ditemukan kata “ hasil prediksi “ yang diulang setelah kata didapatkan ,
hal tersebut kurang efektif dikarenakan sudah dijelaskan pada awal kalimat . Oleh
karena itu penggantian kata “ hasil prediksi “ menjadi “bahwa” untuk meniadakan
pengulangan kata .
li
Diperlukan untuk membangun Untuk mengatasi pembebanan tersebut
jalan baru atau mengatasi masalah dapt dibangun sebuah jalan baru atau
lalu lintas dengan memakai skema demand
dengan skema demand management management , yaitu memberikan
yaitu memberikan priorita pada prioritas pada angkutan umum dan
angkutan umum dan membatasi membatasi penggunaan kendaraan
kepemilikan dan penggunaan pribadi.
kendaraan bermotor pribadi.
lii
Penghilangan kata “memprediksi” dan penambahan kata “dan” pada
kalimat kedua, serta pemindahan Kota Denpasar ke akhir kalimat agar informasi
mengenai tempat dan memperjelas hubungan kalimat kedua dengan kalimat
pertama.
liii
software Visum versi 15 terjadi pada sebesar 518.020 orang/hari.
ruasjalan ByPass Ngurah Rai dengan
total volum kendaraan pada tahun
2033 sebesar 518.020orang/hari.
liv
BAB IV
4.1 KESIMPULAN
Analisis penggunaan bahasa Indonesia pada Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol.
23, No. 2, Juli 2019 Universitas Udayana difokuskan pada penggunaan ejaan,
pilihan kata, pembentukan struktur kalimat, struktur paragraf, dan penalaran yang
masing-masing menghasilkan analisis terhadap kesaalahan-kesalahan yang
diperoleh. Jenis kesalahan penggunaan ejaan yang diperoleh meliputi kesalahn
penulisan kata imbuhan dan kata depan, penempatan tanda baca titik dua (:) dan
tanda koma. Sedangkan, jenis kesalahan pemilihan kata meliputi penggunaan
istilah asing pengulangan kata, partikel, dan pilih kata alih-alih frasa. Pada
struktur kalimat, terdapat kesalahan berupa ketidakjelasan informasi, penggunaan
yang, penggunaan preposisi, penempatan subjek, dan objek. Pada struktur
paragraf, terdapat kesalahan berupa ketidakjelasan topik/ gagsan yang disajikan
dalam paragraf. Kesalahan pada penlaran berupa penggunan kata yang tidak
efektif dan tidak cocok terhadap topik yang dibahas.
lv
4.2 SARAN
Untuk meminimalisir kesalahan – kesalahan pada penggunaan Bahasa
Indonesia dalam menulis sebuah karya ilmiah , kami menyarankan kepada
para penulis karya ilmiah untuk lebih teliti dan juga membaca mengenai
pengunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam membuat suatu karya
ilmiah . Karena kesalahan pada penggunaan Bahasa Indonesia dalam sebuah
makalah terjadi karena ketidaktelitian ataupun kurangnya pengetahuan penulis
mengenai penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
lvi
DAFTAR PUSTAKA
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jits/article/view/53267
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jits/article/view/53268/31517
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Buku
%20Penyuluhan%20Kalimat.pdf
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jits/article/view/53265
lvii
LAMPIRAN
lviii
Lampiran 1
lix
lx
Lampiran 2
lxi
Lampiran 3
lxii
Lampiran 4
lxiii
Lampiran 5
lxiv
Lampiran 6
lxv
Lampiran 7
lxvi
Lampiran 8
lxvii
Lampiran 9
lxviii