Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA

MAKALAH MAHASISWA PRODI TEKNIK SIPIL


BERJUDUL “ANALISA PRAKTIKUM BAHAN
BANGUNAN DAN ANALISA AGREGAT”
KARYA DIAN HERDIANA
2017

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Bahasa Indonesia pada
Semester Ganjil (1)

Disusun Oleh :
Aip Paisal Gustian / NIM : 7011180203
Jejen Jenal Mustofa/ NIM : 7011180162
Rizha Rapli Ghifari / NIM : 7011180146
Yusuf Abdul Fattah/ NIM : 7011180176

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2018
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah swt, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang
berjudul “Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Makalah Prodi Teknik Sipil yang
Berjudul Analisis Praktikum Teknologi Bahan Kontruksi” kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan.

Ciamis, November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................5
1.1 Latar Belakang Penelitian..........................................................5
1.2 Masalah Penelitian....................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................6
1.4 Metode Penelitian......................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian....................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI............................................................8
2.1 Definisi Bahasa.........................................................................8
2.2 Arti Kesalahan Bahasa..............................................................9
2.3 Objek Analisis Kesalahan Bahasa............................................10
2.4 Ruang Lingkup Analisis Kesalahan Bahasa............................11
2.5 Tujuan Analisis Kesalahan Bahasa..........................................11
2.6 Jenis Kesalahan Bahasa............................................................12
2.6.1 Kesalahan Bahasa..............................................................12
2.6.2 Kesalahan Register............................................................13
2.6.2 Kesalahan Sosial...............................................................13
2.6.3 Kesalahan Tekstual...........................................................14
2.6.4 Kesalahan Penerimaan......................................................14
2.6.5 Kesalahan Pengukuran......................................................14
2.6.6 Kesalahan Pengungkapan..................................................14
2.6.7 Kesalahan Perorangan.......................................................15
2.6.8 Kesalahan Kelompok........................................................15
2.6.9 Kesalahan Menganalogi...................................................15

iii
2.6.10 Kesalahan Trasfer............................................................16
2.6.11 Kesalahan Guru...............................................................17
2.6.12 Kesalahan Lokal..............................................................17
2.7 Daerah Dan Sifat Kesalahan Bahasa........................................18
2.7.1 Daerah Kesalahan Fonologi..............................................18
2.7.2 Kesalahan Morfologi........................................................18
2.7.3 Daerah Kesalahan Sintaksis..............................................18
2.7.4 Daerah Kesalahan Semantik.............................................19
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN....................................20
3.1 Analisis.....................................................................................20
3.2 Daerah Kesalahan.....................................................................21
3.3 Pembetulan Kesalahan.............................................................22
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN................................................23
4.1 Simpulan..................................................................................23
4.2 Saran.........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................24
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Kesalahan berbahasa merupakan penggunaan bahasa yang menyimpang dari
kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu namun, tidak dipandang sebagai suatu
pelanggaran berbahasa. Kesalahan berbahasa terjadi pada mahasiswa yang sedang
belajar bahasa. Kesalahan berbahasa cenderung diabaikan dalam analisis kesalahan
berbahasa karena sifatnya tidak acak, individual, tidak sistematis, dan tidak
permanen (bersifat sementara). Analisis kesalahan berbahasa difokuskan pada
kesalahan berbahasa berdasarkan penyimpangan kaidah bahasa yang berlaku dalam
bahasa itu.
Mahasiswa dengan kemampuan penguasaan bahasanya kurang baik sering
mengalami kesulitan dalam mempelajari bahasa yang sedang dipelajari. Mahasiswa
sering melakukan kesalahan berbahasa dalam menerapkan bahasa yang dipelajari.
Kesalahan itu disebabkan oleh pengetahuannya terhadap sistem atau kaidah bahasa
yang dipelajari memang rendah. Namun, bisa saja mahasiswa itu sudah mengetahui
kaidah bahasa yang dipelajari dan ketika mahasiswa menerapkan kaidah bahasa itu
dalam pemakaiannya masih kurang terampil.

Pembelajaran bahasa tidak berlangsung secara baik apabila pembelajaran bahasa


dilaksanakan dengan berbagai kondisi yang berbeda-beda. Perbedaan kondisi itu
dapat terkait dengan peserta didik, dosen, dan bahan ajarnya. Terkait dengan peserta
didik, pembelajaran bahasa diikuti oleh mahasiswa yang beragam kemampuannya
dan latar belakang bahasa yang dikuasai atau bahasa ibunya.
Dengan berbagai latar belakang kemampuan akan menyebabkan mahasiswa tidak
seragam dalam menguasai bahasa yang dipelajarinya. mahasiswa yang memiliki
kemampuan bahasa tinggi akan segera menguasai bahasa yang sedang dipelajarinya.
Kesalahan berbahasa sering dialami mahasiswa dalam hal menulis makalah.
Kesalahan berbahasa tulis dalam linguistik dibedakan atas kesalahan bidang fonologi
dan morfologi.

5
6

Penelitian terhadap kesalahan berbahasa bidang fonologi dan morfologi


sangat menarik untuk dilakukan karena belum ada yang membahasnya secara
khusus. Selain itu, dari makalah yang ditulis mahasiswa berdasarkan sumber yang
dilihat atau dibaca dapat ditemukan berbagai macam kesalahan berbahasa terutama
di bidang fonologi dan morfologi.

1.2 Masalah Penelitian


Dalam penelitian ini ada masalah yang perlu dianalisis kesalahannya.
1. Bagaimana wujud kesalahan berbahasa bidang fonologi dan morfologi pada
makalah mahasiswa Fakultas Teknik prodi Teknik Sipil tingkat 3 Universitas Galuh
Ciamis.

1.3 Tujuan Penelitian


Ada 1 tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini.
1. Mendeskripsikan wujud kesalahan berbahasa bidang fonologi dan
morfologi pada makalah yang dibuat oleh mahasiswa Fakultas Teknik
prodi Teknik Sipil tingkat 3 Universitas Galuh Ciamis.

1.4 Metode Penelitian


Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja. Sebagai suatu prosedur
kerja atau metode, analisis kesalahan berbahasa memiliki langkah - langkah kerja.
Trigan (1997) mengajukan modifikasi langkah - langkah analisis kesalahan
berbahasa sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data kesalahan berbahasa yang dibuat oleh mahasiswa.
2. Mengidentifikasi kesalahan berdasarkan tataran kebahasaan misalnya :
kesalahan fonologi dan morfologi.
3. Menjelaskan keadaan, menjelaskan apa yang salah, penyebab kesalahan,
dan cara memperbaikinya.
4. Mengoreksi kesalahan, memperbaiki kesalahan yang ada, mencari cara
yang tepat untuk mengurangi dan kalau dapat menghilangkan kesalahan
itu.
5.
7

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat.
1. Manfaat Teoretis
Untuk menambah pengetahuan tentang kesalahan berbahasa bidang
fonologi dan morfologi pada makalah, mata pelajaran bahasa Indonesia, ilmu
analisis kesalahan berbahasa, dan sebagai sarana perbaikan yang diperlukan
dalam pengajaran menulis.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini ada 2.
a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan ajar
bagi mahasiswa maupun dosen.
b. Bagi peneliti lain dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam
memberi gambaran untuk dilanjutkan pada penelitian yang
akan datang.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Bahasa


Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa system lambang bunyi yang
dihasilkan alat ucap manusia. Sebagaimana kita ketahui, bahasa terdiri atas kata-kata
atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu, hubungan abstrak
antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili Kumpulan kata
atau kosakata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan
abjad,disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus
atau leksikon. Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata yang kita ucapkan
atau kita tulis tidak tersusun begitusaja, melainkan mengikuti aturan yang ada.
Untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan, kita harus memilih
kata-kata yang tepat dan menyusun kata-kata itu sesuai dengan aturan bahasa.
Seperangkataturan yang imendasari pemakaian bahasa, atau yang kita gunakan
sebagai pedoman berbahasa inilah yang disebut tata bahasa. Pada bab berikutnya,
sehubungan dengan tata bahasa akan kita bicarakan secara terperincif onol ogi,
morfologi, sintaksis, semantikdan etimologi. Fonologi ialah bagian tata bahasa yang
membahas atau mempelajari bunyi bahasa. Morfologi mempelajari proses
pembentukan kata secara gramatikal besertaunsur-unsur dan bentuk-bentuk kata.
Sintaksis membicarakan komponen-komponen kalimat dan prosespembentukannya.
Bidang ilmu bahasa yang secara khusus menganalisis arti atau makna kata ialah
semantik, sedang yang membahas asal-usul bentuk kata adalah etimologi.

8
9

2.2 Arti Kesalahan Bahasa


Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit
kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem
kaidah bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang
menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana
dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan[1]. S. Piet
Corder dalam bukunya Introducing Applied Linguistik menjelaskan bahwa kesalahan
berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode bahasa. Pelanggaran ini disebabkan
kurang sempurnanya penguasaan dan pengetahuan terhadap kode. Kesalahan
berbahasa tidak hanya dibuat oleh mahasiswa yang mempelajari B2 (bahasa yang
dipelajari mahasiswa), tetapi juga dibuat mahasiswa yang belajar B1 (bahasa ibu).
Sedangkan analisis kesalahan berbahasa adalah suatu cara atau langkah kerja
yang biasa digunakan oleh peneliti atau dosen bahasa untuk mengumpulkan data,
mengidentifikasi kesalahan, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan
dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan berbahasa[2].
Kesalahan berbahasa biasanya ditentukan berdasarkan ukuran keberterimaan.
Apakah bahasa (ujaran atau tulisan) si pembelajar bahasa itu berterima atau tidak
bagi penutur asli atau pengajarnya. Jadi, jika pembelajar bahasa Indonesia membuat
kesalahan, maka ukuran yang digunakan adalah apakah kata atau kalimat yang
digunakan pembelajar benar atau salah menurut penutur asli bahasa Indonesia. Jika
kata atau kalimat yang digunakan pembelajar bahasa tadi salah, dikatakan pembelajar
bahasa membuat kesalahan. Ukuran berbahasa yang baik ini adalah
ukuran intrabahasa atau intralingual. Ukuran kesalahan dan ketidaksalahan
intrabahasa adalah ukuran kebahasaan. Ukuran kebahasaan meliputi :
 Fonologi(tata bunyi)
 Morfologi(tata kata)
 Sintaksis(tata kalimat)
 Semantic(tata makna)
Seorang pakar linguistik Noam Comsky membedakan antara kesalahan
berbahasa(error) dengan kekeliruan berbahasa(mistake), keduanya memang sama-
sama pemakaian bentuk tuturan yang menyimpang, akan tetapi kesalahan berbahasa
10

terjadi secara sistematis karena belum dikuasainya kaidah bahasa yang benar.
Sedangkan kekeliruan berbahasa bukan terjadi secara sistematis, melainkan
dikarenakan gagalnya merealisasikan kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai.
Kekeliruan dalam berbahasa disebabkan karena faktor performansi, sedangkan
kesalahan berbahasa disebabkan faktor kompetensi. Faktor performansi meliputi
keterbatasan ingatan atau kelupaan sehingga menyebabkan kekeliruan dalam
melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat. Kekeliruan ini
bersifat acak, maksudnya dapat terjadi pada berbagai tataran linguistik. Kekeliruan
biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh mahasiswa yang bersangkutan dengan cara
lebih mawas diri dan lebih memusatkan perhatian pada pembelajaran. Sedangkan
kesalahan yang di sebabkan faktor kompetensi adalah kesalahan yang disebabkan
mahasiswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya.
Kesalahan berbahasa akan sering terjadi apabila pemahaman mahasiswa tentang
sistem bahasa kurang. Kesalahan berbahasa dapat berlansung lama apabila tidak
diperbaiki. Dosen dapat melakukan perbaikan dengan melalui remedial, latihan,
praktik, dan lain sebagainya.
Sebab-sebab terjadinya kesalahan berbahasa diantaranya :
 Pengertian kacau
 Interferensi
 Logika yang belum masak
 Analogi
 Sembrono

2.3 Objek Analisis Kesalahan Bahasa


Menganalisis kesalahan berbahasa makalah “DRAINASE JALAN RAYA”
Karya Ani Nurhaeni. Objek analisis kesalahan pada bidang :
1. Bidang Fonologi
Ejaan fonemik (EYD), penulisan nama orang, penulisan huruf capital,
penulisan kata dasar, penulisan kata depan, penulisan gabungan kata,
penulisan angka dan lambang bilangan, penulisan kata ulang, tanda baca.
11

2. Bidang Morfologi (Kosa Kata)


Kata baku dan kata tidak baku, tata bentuk kata, tata kalimat.

2.4 Ruang Lingkup Analisis Kesalahan Bahasa


Ruang lingkup analisis kesalahan berbahasa sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan ilmu yang digunakan sebagai dasar analisis berbahasa, yaitu fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik. Jadi ruang lingkup analisis kesalahan
berbahasa adalah pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
Objek analisis kesalahan berbahasa tidak berbeda dengan objek linguistik.
Artinya yang dijadikan objek analisis kesalahan berbahasa adalah secara umum
pemakaian bahasa yang dilakukan oleh peserta didik. Namun bukan semua jenis
pemakaian bahasa menjadi objek analisis kesalahan berbahasa, melainkan hanya
pemakaian bahasa yang bersifat formal atau resmi, antara lain pemakaian bahasa
tulis pada laporan penelitian, karya ilmiah (skripsi, tesisi, disertasi, dan makalah),
laporan kegiatan(seperti kegiatan workshop, loka karya, seminar, praktik kerja
lapangan, dll).

2.5 Tujuan Analisis Kesalahan Bahasa


Dulay, dkk menyebutkan bahwa Anakes mempunyai dua tujuan utama, yaitu
1) memberikan data yang dari data-data tersebut inferensi tentang hakikat proses
belajar bahasa dapat dibuat, dan 2) ia akan dapat memperlihatkan kepada guru-guru
dan pengembang bagian mana dari bahasa sasaran yang paling sukar dipelajari oleh
si pembelajar secara tepat dan jenis kesalahan apa yang paling mengganggu si
pembelajar untuk mampu secara efektif (Dulay, dkk, 1982:183).
Tujuan Anakes sebagaimana yang dirumuskan Dulay, dkk tersebut menurut
Sridar (1975) yang dikutip Diah pada intinya adalah pragmatik yang bermuara pada
perancangan bahan-bahan pengajaran dan strategi belajar mengajar yang secara
pedagogis lebih baik karena dengan mengidentifikasi hal-hal yang sukar bagi si
pembelajar guru dan/atau pengembang kurikulum akan dapat: 1) menentukan urutan
penyajian butir-butir kebahasaan yang akan diajarkan di dalam buku teks dan/atau di
dalam kelas dengan menempatkan butir-butir yang sukar setelah butir-butir yang
12

lebih mudah, 2) menentukan tingkat penekanan yang diberikan, bentuk penyajian


dan latihan yang kesemuanya akan membantu si pembelajar memahami berbagai
butir kebahasaan bahasa sasaran, 3) merancang pelajaran-pelajaran dan latihan-
latihan yang bersifat remedial, dan 4) menyeleksi butir-butir untuk keperluan
menguji kemampuan si pembelajar (Diah, tt:3).
Tujuan Anakes versi Dulay, dkk tersebut cenderung bersifat aplikatif, yakni
memperbaiki dan mengurangi kesalahan berbahasa mahasiswa dan mengabaikan
tujuan yang bersifat teoritis, yaitu tujuan yang berupa penyusunan atau
pengembangan teori penjelasan mengenai performansi mahasiswa. Padahal menurut
Tarigan dan Tarigan tujuan Anakes seharusnya tidak hanya bersifat aplikatif tetapi
juga bersifat teoritis.
Pengkajian kesalahan para mahasiswa dalam B2 yang sedang dipelajarinya
menghasilkan pemahaman mendalam tentang:
a. Hakikat strategis belajar bahasa
b. Hipotesis yang digunakan oleh mahasiswa
c. Hakikat sistem komunikasi fungsional atau bahasa yang disusun mahasiswa
Oleh karena itu, aspek teoritis Anakes sama pentingnya dengan pengkajian
itu sendiri, yakni pemerolehan bahasa anak-anak tersebut pada gilirannya dapat
memberikan pemahaman ke arah proses pemerolehan bahasa secara umum.
Para pakar sependapat bahwa tujuan Anakes yang bersifat aplikatif kurang
memadai. Tujuan ini memang cocok dengan konsep yang memandang pengajaran
bahasa dari sudut pandang guru. Kini pengajaran bahasa harus pula dilihat dari sudut
pandang mahasiswa. Dengan perkataan lain, reorientasi tujuan Anakes menghasilkan
rumusan bahwa tujuan Anakes haruslah meliputi 1) tujuan yang bersifat teoritis,dan
2) tujuan yang bersifat aplikatif (1990:77).

2.6 Jenis Kesalahan Bahasa


2.6.1 Kesalahan Acuan
Kesalahan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari – hari,
kesalahan acuan berkaitan dengan realisasi benda, proses, atau peristiwa yang
tidak sesuai dengan acuan yang dikehendaki pembicara atau penulis. Untuk
13

menghindari agar kesalahan acuan tidak terjadi, sebaiknya pesan yang kita
sampaikan harus jelas dan tidak menimbulkan berbagai tafsiran. . Dapat kita
katakan, makin khusus yang dikatakan makin terang pesan yang kita
sampaikan dan makin kecil kesalahan yang dibuat oleh si pendengar.

2.6.2 Kesalahan Register


Kesalahan register berhubungan dengan variasi bahasa yang berkaitan
dengan pekerjaan seseorang. Dengan demikian kesalahan register, register
error adalah kesalahan yang berhubungan dengan bidang pekerjaan
seseorang. Dalam bahasa Indonesia terdapat kata operasi. Bagi seorang
dokter, kata operasi selalu dihubungkan dengan usaha menyelamatkan nyawa
seseorang dengan jalan membedah tubuh atau bagian tubuh. Misalnya, kita
dengar dari kalimat dokter yang berbunyi “operasi usus buntu anak Bapak,
insyallah akan dilaksanakan besok”, terdengar pula kalimat, “operasi jantung
Pak Koko berjalan lancar ”. bagi seorang petugas pemerintahan, kata operasi
biasanya dihubungkan dengan pemungutan pajak, penertiban keamanan,
ajakan membersihkan selokan, sehingga muncul kalimat “operasi IPEDA
akan dilaksanakan hari Jumat”. Adapula kalimat, “operasi pembersihan
sampah berhasil dengan baik karena ada partisipasi para pegawai”. Bagi
seorang militer, kata operasi selalu dikaitkan dengan usaha penumpasan
musuh sehingga munculah kalimat, “operasi kami kelambung pertahanan
musuh berhasil baik”.

2.6.3 Kesalahan Sosial


Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak mungkin hidup sendiri dalam
kenyataan seperti itu, ia harus berkomunikasi dengan orang lain. Dalam sosial
linguistik dikenal variasi bahasa yang dikaitkan dengan latar belakang
sosialpembicara dan pendengar. Yang dimaksud dengan latar belakang sosial
disini, misalnya yang berhubungan dengan jenis kelamin, pendidikan, umur,
tempat tinggal, dan jabatan. Latar belakang sosial ini mengharuskan kita
untuk pandai-pandai memilih kata kalimat yang sesuai dengan latar belakang
14

orang yang diajak bicara. Kesalahan memilih kata yang dikaitkan dengan
status sosial dengan orang yang diajak berbicara menimbulkan kesalahan
yang disebut kesalahan sosial, ‘social errors’ (Pateda, 1989:41).

2.6.4 Kesalahan Tekstual


Kesalahan tekstual, ‘textual errors’ muncul sebagai akibat salah
menafsirkan pesan yang tersirat dalam kalimat atau wacana. (Pateda,
1989:42). Jelas disini bahwa kesalahan tekstual mengacu pada jenis
kesalahan yang disebabkan oleh tafsiran yang keliru terhadap kalimat atau
wacana yang kita dengar atau yang kita baca. Misalnya kalimat “anak dokter
Ahmad Ali sakit” memperlihatkan berbagai kemungkinan tafsiran.
Seandainya yang dimaksud ada dua orang yang sakit dan orang lain
berpendapat bahwa ada empat orang yang sakit maka tafsiran orang lain itu
dapat digolongkan ke dalam kesalahan tekstual.

2.6.5 Kesalahan Penerimaan


Kesalahan penerimaan, ‘receptive errors’, biasanya berhubungan
dengan keterampilan menyimak atau membaca. Dihubungkan dengan
menyimak kesalahan penerimaan disebabkan oleh, (1) pendengar yang
kurang memperhatikan pesan yang disampaikan oleh pembicara, (2) alat
dengar pendengar, (Kesalahan Acuan
Di dalam bidang makna, disinggung pula apa yang disebut makna
acuan (Pateda, 1986). Dalam kaitannya dengan jenis kesalahan, terdapat pula
istilah kesalahan acuan ‘referential errors’. Corder (dalam Allen dan Corder,
Ed. 1974:123) mengatakan:
“... where the speaker uses a term with the intention of refering to
some feature of the world to which it is conventionally inaplicalbe”.

2.6.6 Kesalahan Pengungkapan


Kesalahan pengungkapan, ‘expressive errors’, berkaitan dengan
pembicara. Pembicara atau penulis salah mengungkapkan atau
15

menyampaikan apa yang dipikirkannya, dirasakannya, atau yang


diinginkannya. Misalnya petugas bandar udara mengungkapkan fifteen,
padahal yang dimaksud fifty. Akibat salah pengungkapan itu pilot segera
menukikkan pesawat nya dan tentu saja kecelakaan tidak dapat dihindari.

2.6.7 Kesalahan Perorangan


Kesalahan perorangan, ‘errors of individuals’, jelas menggambarkan
yang dibuat oleh seseorang dan diantara kawan-kawannya sekelas. Kalau kita
mengajar, pelajaran yang kita berikan tentunya ditunjukan untuk sekelompok
terdidik yang terdapat dalam sebuah kelas namun yang belajar sesungguhnya
individu-individu itu sendiri. misalnya, semuanya menulis huruf kapital
diawal kalimat dan hanya seorang yang tidak. Kesalahan seperti ini disebut
kesalahan perorangan. Memperbaiki kesalahan perorangan tentu bersifat
perorangan pula.

2.6.8 Kesalahan Kelompok


Mempelajari kesalahan kelompok, ‘errors of group’, hanya berarti
apabila kelompok itu homogen, misalnya menggunakan bahasa ibu yang
sama dan semuanya mempunyai latar belakang yang sama, baik intelektual
maupun sosial. Murid yang menggunakan bahasa yang berbeda-beda,
kesalahannya lebih banyak daripada murid-murid yang homogen. Guru yang
menyuruh si terdidik berbicara, membaca atau menulis pasti akan
menemukan kesalahan. Kesalahan itu, ada yang berulang-ulang dibuat oleh
kelompok. Kesalahan seperti itu, disebut kesalahan kelompok.Kesalahan
Menganalogi

2.6.9 Kesalahan Menganalogi


Kesalahan menganalogi, “errors of overgeneralization” atau “analogic
errors” adalah sejenis kesalahan pada si terdidik yang menguasai suatu
bentuk bahasa yang dipelajari lalu menerapkannya dalam konteks, padahal
bentuk itu tidak dapat diterapkan. Si terdidik melakukan proses
16

pemukulrataan, tetapi proses pemukulrataan yang berlebihan. Si terdidik


menggunakan kata atau kalimat yang berpola pada kata atau kalimat yang
didengarnya padahal bentuk itu tidak dapat diterapkan.
Misalnya, dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata tobat, topan,
torat, yang berasal dari bahasa Arab taubat, taufan, taurat (Badudu, 1974:32).
Berdasarkan bentuk taubat, taufan, dan taurat, muncul kata anggauta,
sentausa, tauladan, yang tentu saja salah. Yang benar, anggota, sentosa,
teladan. Kesalahan dengan jalan menganggap kata anggota, sentosa, teladan,
dapat diubah menjadi anggauta, sentausa, tauladan, termasuk kesalahan
menganalogi.
Dengan demikian pula, dalam bahasa Indonesia terdapat kata maha
mahasiswa, mahasiswi, mahasiswa, mahasiswi yang sebenarnya menganalogi
pada bahasa Sansekerta, dewa, dewi, putera, puteri. Tetapi kalau si terdidik
mengatakan ketua, ketui, kepala, kepali, ini menandakan adanya kesalahan
analogi. Oleh karena akhiran-I itu tidak dapat diletakkan begitu saja pada
bentuk-bentuk kata bahasa Indonesia.
Tugas guru menunjukkan bentuk yang benar. Bentuk yang benar
adalah ketua, kepala, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Tidak
mungkin kita mengatakan ketui meskipun ketua itu adalah perempuan.

2.6.10 Kesalahan Transfer


Kesalahan transfer, ‘transfer errors’ terjadi apabila kebiasaan-
kebiasaan pada bahasa pertama diterapkan pada bahasa yang dipelajari.
Misalnya, dalam bahasa Indonesia tidak mempunyai bunyi /Ѳ/ seperti dalam
kata inggris “Thank, think”. Orang Indonesia sering menggantikan bunyi tadi
dengan /t/ atau /s/. Proses penggantian semacam ini yang disebut transfer
(Pateda, 1989:45). Corder (dalam Allen dan Corder. Ed. 1974:130) berkata:
“this observation has led to the widely accepted theory of transfer
which states that a learner of a second language transfers into his
performance in the second language the habits of his mother-tounge”.
17

2.6.11 Kesalahan Guru


Kesalahan guru sebenarnya berhubungan dengan teknik dan metode
pengajaran yang dilakukan guru di dalam kelas. Kesalahan guru, ‘teaching-
induced’ adalah kesalahan yang dibuat si terdidik karena metode atau bahan
yang diajarkan salah. Misalnya, dalam bahasa Indonesia terdapat sisipan –el-
dan –er-. Guru yang kurang hati-hati mengatakan, sisipan –el- dan –er- dapat
di letakan pada beberapa kata yang dikiranya mungkin. Itu sebabnya ia
berkata, sisipan –el- terdapat pada kata belebas dan gelas, sisipan –er-
terdapat pada kata beras, dan sisipan –em- terdapat pada pemakai.

2.6.12 Kesalahan Lokal


Kesalahan global, ‘global errors’ adalah kesalahan karena efek makna
seluruh kalimat (Norrish, 1983:127). Kesalahan jenis ini menyebabkan
pendengar atau pembaca salah mengerti suatu pesan atau menganggap bahwa
suatu kalimat tidak dapat dimengerti. Valdman (1975) yang dikutip Ruru dan
Ruru (1985:2) mengadakan modifikasi terhadap batasan yang dikemukakan
diatas. Valdman mendefinisikan kesalahan global sebagai kesalahan
komunikatif yang menyebabkan seorang penutur yang mahir dalam suatu
bahasa asing, salah tafsir terhadap pesan lisan atau yang tertulis.
Kesalahan lokal, ‘local errors’ adalah kesalahan yang tidak
menghambat komunikasi yang pesannya diungkapkan dalam sebuah kalimat.
Menurut Valdman (1975) yang dikutip oleh Ruru dan Ruru (1985:2),
kesalahan lokal adalah suatu kesalahan lungistis, ‘linguistic errors’ yang
menyebabkan suatu bentuk ‘form’ atau struktur dalam sebuah kalimat tampak
canggung, tetapi bagi seorang penutur yang mahir bahasa asing hampir tidak
ada kesulitan untuk mengerti apa yang dimaksud dalam kalimat itu.
18

2.7 Daerah dan Sifat Kesalahan Bahasa


2.7.1 Daerah Kesalahan Fonologi
Kesalahan fonologi berhubungan degan pelafalan, dalam bahasa
Indonesia hanya dikenal /s/ dan /sy/ yang dalam bahasa Arab dikenl sin, syin,
tsa dan shod.
Berdasarkan kenyataan itu, sering orng mengatakan:
Insyaf yang seharusnya insaf
Syurga yang seharusnya surga
Dalam hal ini Setyawati mangungkapkan hal serupa bahwa kesalahan
berbahsa dapat terjadi di bidam fonologimenurut Setyawati kesalahan bahasa
tataran fonologi terbagi menjadi tiga yaitu:
1) Kesalahan pelafalan karena perubahan fonem
2) Kesalahan pelafalan karena penghilangan fonem
3) Kesalahan pelafalan karena penambahan fonem

2.7.2 Daerah Kesalahan Morfologi


Kesalahan morfologi berhubungan dengan tata bentuk kata, dalam
bahasa Indonesia kesalahan pada bidang morfologi menyangkut pada
derivasi, diksi, kontaminasi, dan pleonasme.
Contoh : “ Di sekolah kami dipelajarkan beberapa kepandain wanita”
harusnya kata dipelajai diubah menjadi diajarkan.
“Tas ini harganya amat mahal sekali” seharusnya kata amat dan
mahal sekali jangan dijadikan satu kalimat karena kata amat sudah mewaki
kata sanngat yang sama maknanya dengan mahal sekali. Sehingga kalimat
yang baik adalah “ Tas ini harganya mahal sekali” atau “ Tas ini harganya
amat mahal”.

2.7.3 Daerah Kesalahan Sintaksis


19

Kesalahan ini berhubungan erat dengan kesalahan pada bidang


morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata. Kesalahan sintaksis
berhubungan dengan kalimat yang berstruktur tidak baku, kalimat yang
ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang tidak tepat dan membentuk
kalimat, kontaminasi kalimat, koherensi dan logika kalimat.
Contoh : Kesalahan orang itu yaitu ialah mencuri.
Tunggu sedikit, saya ganti baju dulu.

2.7.4 Daerah Kesalahan Semantik


Kesalahan ini berhubungan dengan makna, misalnya “siapakah
pemuda itu?” pertanyaan tersebut memiliki banyak makna yang ditafsirkan
oleh pendengar maupun pembaca. Bisa bermakna menanyakan alamat asal
pemuda, menanyakan nama pemuda, maupun menanyakan tampangnya.
Sedangkan dalam buku markhamah membahas mengenai kepaduan
dan ketetapan makna, ini berkaitan dengan kalimat efektif. Berikut beberapa
ketentuan yang perlu diperhatikan supaya pemakai bahasa dapat menyusun
kalimat yang padu:
1. Tidak meletakkan keterangan yang berupa klausa diantara S
(subjek) dan P (predikat)
2. Tidak meletakkan keterangan aspek di depan subjek
3. Tidak menempatkan keterangan aspek di antara pelaku dn
pokokbkata kerja yang merupakan kata-kata kerja pasif bentuk
diri.
4. Tidak menyisipkan kata depan di antara P dan O (objek)
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis
a. Kesalahan penggunaan tanda baca, misalnya doa, saran dan kritik
b. Kesalahan penggunaan tanda baca, misalnya akhirnya saya berharap
c. Kesalahan penulisan huruf capital, misalnya ruang Lingkup
d. Kesalahan penulisan huruf capital, misalnya Berat jenis
e. Kesalahan penulisan huruf capital, misalnya Bobot isi agregat
f. Kesalahan penulisan huruf capital, misalnya Berat jenis
g. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya paragfraf
h. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya bahhsanya
i. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya berltih
j. Kesalahan penulisan angka, misalnya No n16
k. Kesalahan kata tidak baku, misalnya cover
l. Kesalahan kata tidak baku, misalnya Sample
m. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya nsuhu
n. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya 100 derajat c
o. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya palingb
p. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya terkecikl
q. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya danm
r. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya saaringan
s. Kesalahan tata bentuk kata, misalnya isinnya

20
3.2 Daerah Kesalahan
a. Bidang Fonologi yaitu penggunaan tanda baca.
b. Bidang Fonologi yaitu penggunaan tanda baca.
c. Bidang Fonologi yaitu penulisan huruf capital.
d. Bidang Fonologi yaitu penulisan huruf capital.
e. Bidang Fonologi yaitu penulisan huruf capital.
f. Bidang Fonologi yaitu penulisan huruf capital.
g. Bidang Morfologi yaitu tata bentuk kata.
h. Bidang Morfologi yaitu tata bentuk kata.
i. Bidang Morfologi yaitu tata bentuk kata.
j. Bidang Fonologi yaitu penulisan angka.
k. Bidang Morfologi yaitu kata tidak baku.
l. Bidang Morfologi yaitu kata tidak baku

21
3.3 Pembetulan Kesalahan
a. Doa, saran, dan kritik
b. Akhirnya, saya berharap
c. Ruang Lingkup
d. Berat Jenis
e. Bobot Isi Agregat
f. Berat Jenis
g. Paragraf
h. Bahasannya
i. Berlatih
j. No. 16
k. Penutup
l. Contoh splitter
m. Suhu
n. 100 derajat C
o. Paling
p. Terkecil
q. Dan
r. Saringan
s. Isinya

22
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk bentuk
tuturan yang meliputi kata, kalimat, paragfraf yang menyimpang dari sistem
kaidah Bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang
telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku ‘Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan’.
Kesalahan berbahasa yang relatif dilakukan dalam proses
berkomunikasi dengan orang lain. Antara lain dapat disebabkan dari segi
fonologi dan morfologi. Kesalahan dalam bidang morfologi relatif dalam
bentuk afiksasi, proses reduplikasi, dan proses kemajemukan.

4.2 Saran
Untuk meminimalkan kesalahan berbahasa dalam karangan, hal hal yang
dapat dilakukan dosen, mahasiswa, maupun perguruan tinggi antara lain:
1. Mahasiswa hendaknya memperluas pengetahuan tentang kaidah
bahasanya, aktif bertanya kepada dosen jika mengalami kesulitan dan
sering berlatih menulis.
2. Dosen hendaknya memberikan pengetahuan tentang kaidah Bahasa
kepada mahasiswa disetiap proses pembelajaran menulis, menggunakan
pendekatan proses dalam pembelajaran menulis, dan senantiasa
meperluas kosa kata dan memberi contoh terkait dengan penggunaan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar baik secara lisan maupun tertulis

23
DAFTAR PUSTAKA

http://analisiskesalahanbahasa.blogspot.co.id/2015/10/daerah-kesalahan-berbahasa-bab-
3.html?m=1

http://kepompong.xyz/analisis-kesalahan-berbahasa-sintaksis-dan-semantik/

https://massofa.wordpress.com/2008/08/27/permasalahan-dalam-analisis-kesalahan-
berbahasa-dan-analisis-kontrastif/

http://forumlingkarbahasa.blogspot.co.id/2009/09/tujuan-analisis-kesalahan.html?m=1

Buku Cermat Berbahasa Indonesia/ E. Zaenal Arifin/ S. Amran Tasai

24

Anda mungkin juga menyukai