Disusun oleh :
PRODI STATISTIKA
TAHUN 2019
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan
baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini terutama
kepada kakak-kakak sekalian yang telah memberikan materi dan bantuan serta
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna oleh karena itu kami
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua
Penyusun
iii
Daftar isi
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
ABSTRAK..........................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
iv
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 31
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 31
5.2 Saran ...................................................................................................................... 32
LAMPIRAN..................................................................................................................... 34
BIODATA PENELITI .................................................................................................... 35
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah suatu alat komunikasi yang dimiliki manusia untuk berinteraksi
dengan manusia lainnya. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang
ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan hendaklah dapat
mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau
dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat
mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi
syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin
kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele.
Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita
sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah
penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
1
1.2 Batasan Masalah
Agar pembahasan masalah lebih terfokus, maka peneliti memfokuskan
masalah penelitian pada kesalahan penggunaan kalimat sebagai berikut
Penelitian ini diharapkan dapat berhasil dengan baik, yaitu dapat mencapai
tujuan secara optimal, dapat menghasilkan laporan yang sistematis, dan dapat
bermanfaat secara umum. Ada dua manfaat yang diharapkan dari hasil
penelitian ini yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Mendapatkan teori baru tentang penggunaan kalimat efektif dan
menerapkan EYD dalam pelajaran Bahasa Indonesia di perguruan
tinggi.
b. Menambah wawasan dan pemahaman tentang penggunaan
kalimat efektif.
c. Dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi dalam penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
2
a. Hasil penelitian ini dapat memperluas cakrawala apresiasi pembaca
bahasa Indonesia terhadap penggunaan kalimat efektif pada
pelajaran Bahasa Indonesia di perguruan tinggi
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
seperti itu hanya disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan antara
kalimat dan frasa. Sehingga kalimat dapat juga diartikan dengan suatu rentetan
kata yang kata-kata itu berfungsi sebagai subjek dan predikat.
Kalau dilihat dari hal predikat, kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia
ada dua macam, yaitu:
a. Kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja; dan
b. Kalimat-kalimat yang berpredikat bukan kata kerja.
Akan tetapi, dalam pemakaian sehari-hari kalimat yang berpredikat kata
kerja lebih besar jumlahnya daripada kalimat yang berpredikat bukan kata
kerja. Hal itu membantu kita dengan mudah untuk menentukan predikat
sebuah kalimat.
Jika ada kata kerja dalam suatu untaian kalimat, kata kerja itu dicadangkan
sebagai predikat dalam kalimat itu. Contoh:
5
2) Mendirikan pabrik baja di Cilegon
3) Berenang itu menyehatkan kita
4) Karena sangat tidak manusiawi.
Untuk menentukan apakah kalimat itu benar atau tidak, yang mula-
mula dicari ialah predikat. Hal ini mudah kita lakukan karena ada kata
kerja dalam pernyataan itu, yaitu memerlukan.
6
Seharusnya kata menerkam, meninggalkan, dan memilih yang
berfungsi sebagai predikat kalimat 1, 2, dan 3 tidak didahului yang atau
untuk.
Kalau dalam suatu pernyataan tidak terdapat kata kerja, kata yang dapat
dicadangkan sebagai predikat ialah kata sifat. Di samping itu, kata bilangan
dan kata benda pun dapat dijadikan sebagai predikat. Misalnya pada kalimat
berikut. 1. Rambutnya hitam dan lebat.
2. Kaki meja itu empat.
3. Gedung itu adalah gedung sekolah.
Pada kalimat pertama, kata hitam dan lebat ialah kata sifat yang
berkedudukan sebagai predikat. Pada kalimat kedua, kata empat menyatakan
bilangan yang juga berkedudukan sebagai predikat. Pada kalimat ketiga, kata
gedung sekolah merupakan kata benda yang juga berkedudukan sebagai
predikat.
7
2.1.2 Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikal
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dibagi menjadi
kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat
setara (koordinatif), tidak setar (subordinatif, ataupun campuran
(koordinatif-subordinatif).
a. Kalimat Tunggal
1) Mahasiswa berdiskusi
S : KB + P : KK
S : KB + P : KS
S : KB + P : KBil
S : KB + P : KK + O:KB
S : KB + P : KK + O:KB + Pel KB
6) Rustam peneliti
S : KB + P : KB
8
Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan
menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Sehingga kalimat menjadi
lebih panjang, namun masih dapat dikenali unsur utamanya.
Kalimat majemuk setara ialah kalimat yang terdiri dari dua kalimat
tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi
empat jenis, yaitu sebagai berikut.
• Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz
membacakan doa selamat.
9
4) Kalimat majemuk setara pemilihan. Yaitu dua kalimat tunggal atau
lebih yang dihubungkan dengan kata atau dan kalimat itu
menunjukkan pemilihan. Contoh:
• Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos
terdekat, atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi.
Selain empat macam kalimat majemuk setara di atas, ada juga yang
berbentuk rapatan atau yang disebut dengan kalimat majemuk setara
rapatan. Yaitu suatu bentuk yang merapatkan dua atau lebih kalimat
tunggal. Yang dirapatkan ialah unsur subjek atau unsur objek yang
sama. Dalam hal ini, unsur yang sama cukup disebutkan satu kali.
Contoh:
Kami berlatih, bertanding, dan berhasil menang.
Menteri Agama bukan membuka, melainkan menutup seminar
tentang zakat.
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang
bebas (klausa bebas) dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas
(klausa terikat). Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan
yang berbeda-beda di antara unsur gagasn yang majemuk. Inti gagasan
dituangkan dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut
pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya
diungkapkan dalam anak kalimat. Penanda anak kalimat ialah kata
walaupun,meskipun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya,
ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, sekalipun,
bahwa, dan sebagainya.
Contoh:
10
Kalimat Tugas yang paling sederhana pun dapat mengalami kegagalan
merupakan induk kalimat, sedangkan kalimat jika kita melalaikan cara-
cara mengerjakannya merupakan anak kalimat.
Contoh:
Pada anak kalimat terdapat kata kami sebagai subjek anak kalimat. Pada
induk kalimat terdapat pula kata kami sebagai subjek induk kalimat.
Dalam hal seperti ini, subjek ditekankan pada induk kalimat sehingga
subjek pada anak kalimat boleh dihilangkan dan bukan sebaliknya.
Sehingga diperolehlah suatu kaidah sebagai berikut.
Subjek anak kalimat di atas persis sama dengan subjek pada induk kalimat,
yaitu saya. Kalau tidak ada penanda pada anak kalimat, kalimat majemuk
itu tidak benar (tidak baku). Penanda yang dapat dipakai ialah setelah
sehingga kalimat akan menjadi
11
d. Kalimat Majemuk Campuran
(Bertingkat + setara)
(Setara + bertingkat)
Kalimat pertama terdiri atas anak kalimat karena hari sudah malam
dan induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami berhenti dan
langsung pulang. Jadi, susunan kalimat pertama adalah bertingkat + setara.
Kalimat kedua terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk
setara, kami pulang, tetapi mereka masih bekerja, dan anak kalimat karena
tugasnya belum selesai. Jadi, susunan kalimat kedua adalah setara +
bertingkat.
12
3) Tidak semua nasabah bank memperoleh kredit lemah.
d. Kalimat Seruan
13
2.2 Kalimat Efektif
Kalimat efektif minimal terdiri atas subjek dan predikat yang disusun
dengan kelengkapan struktur. Struktur kalimat bahasa Indonesia yaitu subjek,
predikat, objek, dan keterangan atau pelengkap. Apabila struktur tersebut tidak
dipenuhi, maka kalimat yang disusun menjadi tidak lengkap atau disebut
dengan kalimat fragmentaris. Contoh:
a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Kejelasan ini
dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam,
bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di
depan subjek. Contoh:
14
Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah. (Efektif)
b. Tidak terdapat subjek yang ganda. Contoh:
Soal itu saya kurang jelas. (Tidak efektif)
Soal itu bagi saya kurang jelas. (Efektif)
c. Kata penghubung antarkalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti
acara pertama. (Tidak efektif)
Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti
acara pertama. (Efektif)
15
3. Ketegasan. Yaitu suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat.
Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan kalimat, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal
kalimat). Contoh:
Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya.
b. Membuat urutan kata yang bertahap. Contoh:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi). Contoh:
Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan
mereka.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
e. Menggunakan partikel penekanan (penegasan). Contoh:
Saudaralah yang harus bertanggung jawab.
4. Kehematan. Yaitu hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain
yang dianggap tidak perlu sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Ada
beberapa kriteria yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan
pengulangan subjek. Contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. (Tidak
efektif)
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. (Efektif)
b. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata. Contoh:
Ia memakai baju warna merah (Tidak efektif)
Ia memakai baju merah. (Efektif)
c. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan
kesinoniman dalam satu kalimat. Kata naik bersinonim ke atas, kata
16
turun bersinonim ke bawah, kata hanya bersinonim saja, kata sejak
bersinonim dari. Contoh:
Sejak dari pagi dia termenung. (Tidak efektif)
Sejak pagi ia termenung. (Efektif)
d. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-
kata yang berbentuk jamak. Contoh :
Beberapa dosen-dosen UIN Antasari pergi ke Mesir guna studi
lanjut. (Tidak efektif)
Beberapa dosen UIN Antasari pergi ke Mesir guna studi lanjut.
(Efektif)
5. Kecermatan. Yaitu kalimat yang tidak menimbulkan tafsiran ganda dan
tepat dalam pemilihan kata. Contoh :
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
(Tidak efektif)
Mahasiswa yang terkenal di Universitas Islam Negeri Antasari
Banjarmasin itu menerima hadiah. (Efektif)
6. Kepaduan. Yaitu kalimat yang menyampaikan suatu informasi dengan
tidak terpecah-pecah. Untuk mencapai kalimat yang padu, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan.
1) Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara
berpikir yang tidak simetris. Contoh:
Masyarakat kampus UIN Antasari Banjarmasin harus dapat
mengembalikan kepada kepribadian orang-orang Islam yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara
tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian Islam dari sudut
Alquran dan Alhadis. (Tidak efektif)
Civitas akademika UIN Antasari Banjarmasin harus dapat
mengembalikan kepribadian orang-orang Islam sesuai Al-Qur’an
dan Al-Hadis. (Efektif)
2) Tidak perlu menyisipkan kata daripada atau tentang antara predikat
kata kerja dan objek penderita. Contoh :
17
Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat. (Tidak
efektif)
Mereka membicarakan kehendak rakyat. (Efektif)
7. Kelogisan. Yaitu ide kalimat yang dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Contoh:
Waktu dan tempat kami persilakan. (Tidak efektif)
Bapak Menteri kami persilakan. (Efektif)
2.2.1 Faktor Penyebab Ketidaefektifan Kalimat
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan secara
tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Jika suatu kalimat tidak
disampaikan secara tepat, maka pembaca atau pendengar tidak akan
memahami maksud yang telah disampaikan oleh penutur. Suatu kalimat
dikatakan tidak efektif disebabkan beberapa faktor. Putrayasa (2014:101),
mengatakan faktor penyebab ketidakefektifan kalimat sebagai berikut ini.
1. Kontaminasi atau Kerancuan
1. Kontaminasi kalimat
2. Kontaminasi susuna kata
3. Kontaminasi bentuk kata (Badudu, 1993) dalam (Pureayasa,
2014: 102)
18
Ketiga hal tersebut akan dipaparkan satu persatu berikut ini.
1) Kontaminasi kalimat
Pada umumnya kalimat yang rancu dapat kita kembalikan pada
dua kalimat asal yang bentuk strukturnya. Demikian juga dengan
susunan kata dalam suatu frasa yang rancu. Gejala kontaminasi itu
timbul karena dia kemungkinan, yaitu sebagai berikut.
1) Orang kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat, baik dalam
menyusun kalimat atau frasa maupun dalam menggunakan beberapa
imbuhan sekaligus untuk membentuk kata
2) Kontaminasi terjadi tidak dengan sengaja karena ketika seseorang akan
menuliskan atau mengucapkan sesuatu, dua pengertian atau dua bentuk
yang sejajar timbul sekaligus dalam pikirannya, sehingga yang
dilahirkan sebagin diambilnya dari yang pertama, tetapi bagian yang lain
diambilnya dari yang kedua. Gabungan ini melahirkan susunan yang
kacau.
19
4 Murid-murid dilarang tidak boleh a. Murid-murid dilarang
merokok merokok
b. Murid-murid tidak boleh
merokok
2) Kontaminasi kata
Sebagai contoh, yang paling sering kita jumpai dalam bahasa sehari-
hari ialah kata berulang kali dan sering kali. Perhatikan contoh berikut!
Telah berulang-ulang kunasehati, tetapi tidak juga berubah
kelakuannya (= telah berkali-kali ). Kata seringkali kontaminasi dari
sering dan banyak kali atau kerap kali atau acap kali. Selain dari
kontaminasi, tampak pula gejala ‘pleonasme’ karena sering artinya
banyak kali. Jadi, sering kali berarti banyak kali-kali atau kerap kali.
Ucapan jangan boleh seperti dalam kalimat, “jangan boleh dai pergi!”
dirancukan dari jangan biarkan dan tidak boleh. Begitu juga kata
belum usah dirancukan dari belum boleh atau belum dapat dengan
tidak usah atau tak usah.
3) Kontaminasi Bentukan Kata
Adakalanya kita lihat bentukan kata dengan beberapa imbuhan (afiks)
sekaligus yang memperlihatkan gejala kontaminasi. Misalnya, kata
dipelajarkan dalam kalimat, “di sekolah akmi dipelajarkan beberapa
kepandaian wanita”. Kata dipelajarkan dalam kalimat tersebut jelas
20
dirancukan bentuk diajarkan dengan dipelajari. Bentukan yang tepat
untuk kalimat tersebut ialah diajarkan sehingga kalimat yang benar
adalah di sekolah kami diajarkan beberapa kepandaian wanita.
Kontaminasi yang lain adalah dipertinggikan. Masing-masing
mempunyai arti khusus dipertinggikan = dijadikan lebih tinggi,
ditinggikan = diajdikan tinggi, dibuat jadi tinggi yang tadinya rendah.
Jadi, kalau awalan per dan akhiran kan digabungkan dalam bentukan
ini menjadi dipertinggikan, maka arti khusus dipertinggikan tidak jelas.
Dengan kata dasar sifat, hanya kata dasar banyak yang mempunyai
bentuk diperbanyak dan diperbanyakkan. Diperbanyak berati ditambah
lebih banyak dan diperbanyakkan berarti dikalikan. Bentuk
mengenyampingkan juga salah. Kata dasar kata bentukan ini
kesamping diberi awalan me- dan akhiran –kan . jadi me + kan
menjadi mengesampingkan karena hanya fonem /k/ pada awal kata ke
samping yang luluh menjadi bunyi sengau /ng/.,/s/ pada kata samping
tidak perlu diluluhkan. Perhatikan contoh berikut ini.
- Disamping-kan - menyampingkan
- Di-kesamping-kan -mengesampingkan
21
olahraga”. Kalimat tersebut dapat dibentukan menjadi kalimat
pasif. Kata kerja aktif dalam kalimat tersebut harus diubah menjadi
kata kerja pasif, sedangkan kata depannya tidak perlu dihilangkan,
sehingga menjadi “minggu yang lalu di sekolah kami diadakan
pertandingan olahraga”. Contoh lain dapat kita lihat pada kalimat
berikut
22
2.2.7.2 Pleonasme
Pleonasme berati pemakaian kata-kata berlebihan. Penampilannya
bermacam-macam. Ada penggunaan dua kata yang searti yang sebenarnya
tidak perlu karena menggunakan salah satu diantara kedua kata itu sudah
cukup. Ada penggunaan unsur yang berlebihan karena pengaruh bahasa
asing. Ada pula kelebihan penggunaan unsur itu karena ketidaktahuan si
pemakai bahasa. Gejala pleonasme timbul karena beberapa kemungkinan,
antar lain.
1. Pembicara tidak sadar
2. Dibuat bukan karena tidak sengaja
3. Dibuat dengan sengaja sebagai salah satu bentuk gaya bahasa untuk
memberi tekanan pada arti (intensitas).
2.2.7.3 Ambiguitas
Kalimat yang memenuhi ketentuan tata bahasa, tetapi
menimbulkan tafsiran ganda tidak termasuk kalimat efektif. Perhatikan
contoh berkut.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian. Hal-hal yang
berkaitan dengan meteode penelitian meliputi (1) jenis penelitian, (2) lokasi dan
waktu penelitian, (3) Populasi dan sampel penelitian, (4) metode pengumpulan
data, (5) teknik analis data.
24
Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dengan
menggunakan teknik random sampling. Sementara jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 2 (dua) buah makalah
mahasiswa Prodi Analisis Farmasi dan Makanan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Untuk menemukan dan mengklasifikasikan kalimat yang mengandung unsur
kesalahan kalimat efektif yang terdapat dalam makalah mahasiswa prodi
Anfarma digunakan teknik membaca dan mencatat. Hal ini berdasarkan atas
pertimbangan bahwa teknik ini dianggap paling sesuai dengan sifat sumber
data yaitu berupa makalah mahasiswa prodi Anfarma. Teknik baca yang
dilakukan adalah membaca secara berulang dan cermat hasil makalah
mahasiswa
prodi Anfarma.
25
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Penelitian yang berjudul Penggunaan Kalimat Efektif Pada Makalah
Mahasiswa prodi Bahasa dan Sastra Indonesia ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Metode deskriptif digunakan sebagai pendekatan utama untuk
mendeskripsikan hasil penelitian. Hasil penelitian ini berupa deskripsi
kesalahan kalimat dalam skripsi Mahasiswa prodi Bahasa dan Sastra
Indonesia. Adapun subjek dalam penelitian ini berupa skripsi Mahasiswa
prodi Bahasa dan Sastra Indonesia sebanyak 8 judul yang diambil.
Sementara itu, objek kajiannya adalah kalimat yang mengandung kesalahan
kalimat yang terdapat dalam skripsi tersebut. Objek kajiannya disesuaikan
dengan rumusan masalah dalam penelitian tersebut.
B. Pembahasan
Makalah 1
26
Perbaikan kalimat di atas yaitu.
3) Teh adalah sumber kafein yang lain, dan mengandung setengah dari
kafein yang dikandung kopi.
Kelogisan kalimat juga ditentukan oleh pembentukan kata.
Sumber kafein lain adalah teh yang mengandung setengah dari kafein
kopi
27
6) Detektor pada spektrofotometer infra merah merupakan alat yang bisa
mengukur alat atau mendeteksi energi radiasi akibat pengaruh panas.
Terdapat pengulangan kata alat yang tidak logis
Makalah 2
28
2) Wadah dan tempat penyimpanan simpan dalam wadah tertutup baik dan
terlindung cahaya.
Kalimat diatas merupakan kalimat rancu.
29
Kisi difraksi memberi keuntungan untuk mengarahkan sinar
monokromatis dari sumber radiasi.
30
BAB V
PENUTUP
Bab ini terdiri dari dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan
berisi rangkuman keseluruhan dari penelitian ini. Sementara itu, saran berisi hal-
hal yang perlu diperhatikan untuk peneliti lanjutan. Berikut ini akan dipaparkan
dari kedua hal tersebut.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada bab IV, peneliti
menemukan adanya penyimpangan-penyimpangan prinsip kalimat efektif dalam
makalah "IDENTIFIKASI SENYAWA FARMASI MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETRI IR" dan "IDENTIFIKASI SENYAWA FARMASI
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS" mahasiswa program
studi D-III Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Lambung Mangkurat tahun
2018.
31
5.2 Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, peneliti memiliki beberapa saran bagi peneliti lain yang akan
melanjutkan penelitian ini.
1. Mahasiswa
Peneliti menemukan cukup banyak penyimpangan yang terjadi dalam
penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam penulisan makalah. Oleh
karena itu, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui penyimpangan-
penyimpangan yang sering terjadi, sehingga dalam penulisan makalah
mahasiswa dapat menghindari penyimpangan tersebut.
2. Pengajar
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak terlepas dari
peran pengajar baik guru maupun dosen. Dengan penelitian ini, pengajar
dapat mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang ada pada makalah
mahasiswa, sehingga dapat diperbaiki dan menghindari penyimpangan-
penyimpangan tersebut. Selain itu, dalam proses pembelajaran, pengajar
harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Peneliti Lainnya
Penelitian ini masih banyak kekurangan dan hanya mengkaji makalah
mahasiswa dalam satu program studi saja. Sebaiknya, peneliti lanjutan
dapat memperluas lagi bidang kajiannya misalnya dari jenjang pendidikan
lainnya.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
34
BIODATA PENELITI
Prodi : Statistika
No. Hp : 083110981619
Email : amandafirda.a05@gmail.com
NIM : 1911017120003
Prodi : Statistika
No. Hp : 085347722790
Email : fatiya.hanifah@gmail.com
35
Nama : Ghina Auliana
NIM : 1911017120011
Prodi : Statistika
No. Hp : 088705214049
Email : ghinaauliana04@gmail.com
NIM : 1911017320012
Prodi : Statistika
No. Hp : 087842833887
Email : mariyatulkibtiyah691@gmail.com
36
Nama : Muhammad Andra Firmansyah Faris
NIM : 1911017110012
Prodi : Statistika
No. Hp : 082252643254
Email : andra.faris01@gmail.com
NIM : 1911017220012
Prodi : Statistika
No. Hp : 082256040146
Email : rafelianarindri@gmail.com
37
Nama : Viona Oktafiani
NIM : 1911017320002
Prodi : Statistika
No. Hp : 081253608021
Email : vionaoktafiani21@gmail.com
38