Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENELITIAN

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF PADA


MAKALAH MAHASISWA

DOSEN PENGAMPU BAHASA INDONESIA JMCA 112

BAPAK ISNU WAHYONO, M.Si

Disusun oleh :

MUHAMMAD ANDRA FIRMANSYAH FARIS 1911017110012


NARINDRI RAFELIA 1911017220012
AMANDA FIRDA AZIZI 1911017220003
FATIYA HANIFAH 1911017120003
VIONA OKTAFIANI 1911017320002
MARIYATUL KIBITIYAH 1911017320012
GHINA AULIANA 1911017120011

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PRODI STATISTIKA

TAHUN 2019
ABSTRAK

Penggunaan Kalimat Efektif pada Dua Makalah Mahasiswa. Penelitian ini


bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam
makalah mahasiswa FMIPA ULM. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
analitik. Data diambil secara .... dari makalah mahasiswa. Hasil akhir
menunjukkan penggunaan kalimat efektif pada skripsi mahasiswa masih rendah.
Dari 17 abstrak skripsi mahasiswa terdapat 137 kesalahan. Aspek kesalahan pada
struktur kalimat 34,3%, kesejajaran 8,8%, ejaan 21,2%, diksi 17,5%, dan
kelogisan 2,9 %. Hasil ini berimplikasi pada perbaikan bahan ajar Bahasa
Indonesia,dan juga teknik penyajian dalam proses belajar mengajar di kelas.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan
baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini terutama
kepada kakak-kakak sekalian yang telah memberikan materi dan bantuan serta
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna oleh karena itu kami
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua

Banjarbaru, 16 September 2019

Penyusun

iii
Daftar isi

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
ABSTRAK..........................................................................................................................ii

KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................... 4
2.1 Pengertian Kalimat ........................................................................................... 4
2.1.1 Pola Kalimat .............................................................................................. 7
2.1.2 Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikal ........................................ 8
2.1.3. Jenis Kalimat Menurut Fungsinya ........................................................ 12
2.2 Kalimat Efektif ................................................................................................ 14
2.2.1 Faktor Penyebab Ketidaefektifan Kalimat ........................................... 18
2.2.7.2 Pleonasme ................................................................................................ 23
2.2.7.3 Ambiguitas ............................................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 24
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................................... 24
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 24
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................................... 24
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................................. 25
3.5 Teknik Analis Data ............................................................................................... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 26
A. Hasil Penelitian.................................................................................................... 26
B. Pembahasan ......................................................................................................... 26

iv
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 31
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 31
5.2 Saran ...................................................................................................................... 32
LAMPIRAN..................................................................................................................... 34
BIODATA PENELITI .................................................................................................... 35

v
vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah suatu alat komunikasi yang dimiliki manusia untuk berinteraksi
dengan manusia lainnya. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang
ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan hendaklah dapat
mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau
dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat
mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya


secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau
gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah dan jelas seperti apa yang dimaksud oleh penulis
atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai.
Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud
yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan
harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang
tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak
perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur
berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim,
1994:86).

Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi
syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin
kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele.
Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita
sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah
penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

1
1.2 Batasan Masalah
Agar pembahasan masalah lebih terfokus, maka peneliti memfokuskan
masalah penelitian pada kesalahan penggunaan kalimat sebagai berikut

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kalimat?
2. Bagaimana pola kalimat itu?
3. Apa saja jenis kalimat itu?
4. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
5. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
6. Apa faktor penyebab ketidakefektifan kalimat?
7. Bagaimana kesalahan kalimat yang berupa kalimat tidak efektif dalam dua
makalah mahasiswa Prodi Anfarma FMIPA?

1.4 Tujuan Penelitian

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berhasil dengan baik, yaitu dapat mencapai
tujuan secara optimal, dapat menghasilkan laporan yang sistematis, dan dapat
bermanfaat secara umum. Ada dua manfaat yang diharapkan dari hasil
penelitian ini yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Mendapatkan teori baru tentang penggunaan kalimat efektif dan
menerapkan EYD dalam pelajaran Bahasa Indonesia di perguruan
tinggi.
b. Menambah wawasan dan pemahaman tentang penggunaan
kalimat efektif.
c. Dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi dalam penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis

2
a. Hasil penelitian ini dapat memperluas cakrawala apresiasi pembaca
bahasa Indonesia terhadap penggunaan kalimat efektif pada
pelajaran Bahasa Indonesia di perguruan tinggi

b. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi penelitian mengenai


penggunaan kalimat efektif.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kalimat


Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan,
yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat
diucapkan dengan suara naik turun, keras lembut, disela jeda, dan diakhiri
dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).1
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai intonasi final (kalimat lisan), dan secara aktual ataupun potensia
terdiri dari klausa (Arifin dan Junaiyah, 2009:5). Kalimat dibangun oleh
sebuah klausa (apabila kalimat tunggal), atau sejumlah klausa (apabila kalimat
majemuk) yang diberi intonasi final (Chaer, 2011:22).
Menurut Bahtiar dan Fatimah (2014:53), kalimat adalah bagian terkecil
ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran utuh secara
ketatabahasaan. Kalimat ialah bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang
berdiri sendiri dan yang menyatakan makna lengkap. Dalam bahasa tulis
biasaanya diawali dengan huruf besar(kapital) dan diakhiri dengan tanda titik,
tada tanya, atau tanda seru. Dalam bahasa lisan, kalimat dituturkan dengan
pola lagu kalimat atau intonasi tertentu.
Dari berbagai pengertian di atasa, dapat disimpulkan bahwa kalimat adalah
satuan bahasa yang dapat mengungkapkan pikiran atau gagasan dan dapat
berdiri sendiri. Kalimat bisa disampaikan secara lisan maupun tertulis. Jika
disampaikan secara tulisan, sebuah kalimat harus diawali dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda baca yaitu tanda titik (.) jika kalimatt perintah, dan
tanda tanya (?) jika kalimat tanya. Apabila kalimat disampaikan secara lisan,
kalimat dituturkan dengan intonasi dan lagu kalimat.
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun
tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jika tidak memiliki unsur
subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Deretan kata yang

4
seperti itu hanya disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan antara
kalimat dan frasa. Sehingga kalimat dapat juga diartikan dengan suatu rentetan
kata yang kata-kata itu berfungsi sebagai subjek dan predikat.
Kalau dilihat dari hal predikat, kalimat-kalimat dalam bahasa Indonesia
ada dua macam, yaitu:
a. Kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja; dan
b. Kalimat-kalimat yang berpredikat bukan kata kerja.
Akan tetapi, dalam pemakaian sehari-hari kalimat yang berpredikat kata
kerja lebih besar jumlahnya daripada kalimat yang berpredikat bukan kata
kerja. Hal itu membantu kita dengan mudah untuk menentukan predikat
sebuah kalimat.

1. Kalimat yang Berpredikat Kata Kerja

Jika ada kata kerja dalam suatu untaian kalimat, kata kerja itu dicadangkan
sebagai predikat dalam kalimat itu. Contoh:

Tugas itu dikerjakan oleh para mahasiswa.

Kata kerja dalam kalimat ini ialah dikerjakan. Kata dikerjakan


adalah predikat dalam kalimat tersebut.

Setelah ditemukan predikat dalam kalimat itu, subjek dapat


ditemukan dengan cara bertanya menggunakan predikat, yaitu sebagai
berikut.

Apa yang dikerjakan oleh para mahasiswa?

Jawaban pertanyaan itu ialah tugas. Kata tugas merupakan subjek


kalimat. Kalau tidak ada kata yang dapat dijadikan jawaban pertanyaan itu,
hal itu berarti bahwa subjek tidak ada. Dengan demikian, pernyataan
dalam bentuk deretan kata-kata itu bukanlah kalimat.

Di bawah ini ada empat pernyatan, yaitu:

1) Berdiri aku di senja senyap

5
2) Mendirikan pabrik baja di Cilegon
3) Berenang itu menyehatkan kita
4) Karena sangat tidak manusiawi.

Pernyataan pertama dan ketiga merupakan kalimat, sedangkan


pernyataan kedua dan keempat bukan kalimat. Karena pada pernyataan
kedua dan keempat tidak ada unsur subjek.

Marilah kita perhatikan pula pernyataan di bawah ini.

Dalam ruangan itu memerlukan tiga buah kursi.

Untuk menentukan apakah kalimat itu benar atau tidak, yang mula-
mula dicari ialah predikat. Hal ini mudah kita lakukan karena ada kata
kerja dalam pernyataan itu, yaitu memerlukan.

Kata memerlukan adalah predikat kalimat. Setelah itu, dapat dicari


subjek kalimatnya dengan bertanya apa/siapa yang memerlukan.

Jawabnya ialah ruangan itu.

Akan tetapi, kata ruangan itu tidak mungkin dapat berstatus


sebagai subjek karena di depan kata ruangan itu terdapat kata dalam (kata
depan).

Kata dalam menandai kata di belakangnya itu adalah sebuah


keterangan tempat. Dengan demikian, pernyataan tersebut tidak bersubjek
dan tidak tergolong sebuah kalimat.

Sebuah kata kerja dalam sebuah kalimat tidak dapat menduduki


status predikat kalau di depan kata kerja itu terdapat partikel yang, untuk,
dan sebangsa dengan itu seperti pada pernyataan di bawah ini.

1. Singa yang menerkam kambing itu.

2. Mahasiswa yang meninggalkan ruang kuliah.

3. Pertemuan untuk memilih ketua baru.

6
Seharusnya kata menerkam, meninggalkan, dan memilih yang
berfungsi sebagai predikat kalimat 1, 2, dan 3 tidak didahului yang atau
untuk.

2. Kalimat yang Berpredikat bukan Kata Kerja

Kalau dalam suatu pernyataan tidak terdapat kata kerja, kata yang dapat
dicadangkan sebagai predikat ialah kata sifat. Di samping itu, kata bilangan
dan kata benda pun dapat dijadikan sebagai predikat. Misalnya pada kalimat
berikut. 1. Rambutnya hitam dan lebat.
2. Kaki meja itu empat.
3. Gedung itu adalah gedung sekolah.
Pada kalimat pertama, kata hitam dan lebat ialah kata sifat yang
berkedudukan sebagai predikat. Pada kalimat kedua, kata empat menyatakan
bilangan yang juga berkedudukan sebagai predikat. Pada kalimat ketiga, kata
gedung sekolah merupakan kata benda yang juga berkedudukan sebagai
predikat.

2.1.1 Pola Kalimat


Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa
Indonesia adalah sebagai berikut.
1. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.
2. KB + KS : Dosen itu ramah.
3. KB + KBil : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.
5. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
6. KB2 + KB2 : Rustam peneliti.

Keenam pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai


keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan
sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.

7
2.1.2 Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikal
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dibagi menjadi
kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat
setara (koordinatif), tidak setar (subordinatif, ataupun campuran
(koordinatif-subordinatif).

a. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal terdiri atas subjek dan satu predikat. Berikut


merupakan contoh dan pola-pola dari kalimat tunggal.

1) Mahasiswa berdiskusi

S : KB + P : KK

2) Dosen itu ramah

S : KB + P : KS

3) Harga buku itu sepuluh ribu rupiah

S : KB + P : KBil

4) Mereka menonton film

S : KB + P : KK + O:KB

5) Paman mencarikan saya pekerjaan

S : KB + P : KK + O:KB + Pel KB

6) Rustam peneliti

S : KB + P : KB

8
Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan
menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Sehingga kalimat menjadi
lebih panjang, namun masih dapat dikenali unsur utamanya.

Kalimat Mahasiswa berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat


Mahasiswa semester III sedang berdiskusi di aula. Perluasan kalimat itu
adalah hasil perluasan subjek mahasiswa dengan semester III. Perluasan
predikat berdiskusi dengan sedang, dengan menambah keterangan tempat
di akhir kalimat.

b. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara ialah kalimat yang terdiri dari dua kalimat
tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi
empat jenis, yaitu sebagai berikut.

1) Kalimat majemuk setara penjumlahan. Yaitu dua kalimat tunggal atau


lebih yang dihubungkan dengan kata dan atau serta. Contoh:

• Kami membaca dan mereka menulis.

• Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.

2) Kalimat majemuk setara pertentangan. Yaitu dua kalimat tunggal yang


menyatakan pertentangan dan dihubungkan dengan kata tetapi,
sedangkan,dan melainkan. Contoh:

• Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia tergolong negara


berkembang.

• Ia bukan peneliti, melainkan pedagang.

3) Kalimat majemuk setara perurutan. Yaitu dua kalimat tunggal atau


lebih yang dihubungkan dengan kata lalu dan kemudian dan kejadian
yang dikemukakannya berurutan. Contoh:

• Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz
membacakan doa selamat.

9
4) Kalimat majemuk setara pemilihan. Yaitu dua kalimat tunggal atau
lebih yang dihubungkan dengan kata atau dan kalimat itu
menunjukkan pemilihan. Contoh:
• Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos
terdekat, atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi.

Selain empat macam kalimat majemuk setara di atas, ada juga yang
berbentuk rapatan atau yang disebut dengan kalimat majemuk setara
rapatan. Yaitu suatu bentuk yang merapatkan dua atau lebih kalimat
tunggal. Yang dirapatkan ialah unsur subjek atau unsur objek yang
sama. Dalam hal ini, unsur yang sama cukup disebutkan satu kali.
Contoh:
 Kami berlatih, bertanding, dan berhasil menang.
 Menteri Agama bukan membuka, melainkan menutup seminar
tentang zakat.

c. Kalimat Majemuk Tidak Setara

Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang
bebas (klausa bebas) dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas
(klausa terikat). Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan
yang berbeda-beda di antara unsur gagasn yang majemuk. Inti gagasan
dituangkan dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut
pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya
diungkapkan dalam anak kalimat. Penanda anak kalimat ialah kata
walaupun,meskipun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya,
ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, sekalipun,
bahwa, dan sebagainya.

Contoh:

Tugas yang paling sederhana pun dapat mengalami kegagalan jika


kita melalaikan cara-cara mengerjakannya.

10
Kalimat Tugas yang paling sederhana pun dapat mengalami kegagalan
merupakan induk kalimat, sedangkan kalimat jika kita melalaikan cara-
cara mengerjakannya merupakan anak kalimat.

Jika unsur-unsur subjeknya sama, kalimat majemuk setara dapat


dirapatkan sehingga membentuk kalimat majemuk tidak setara yang
berunsur sama.

Contoh:

Kami sudah lelah.

Kami ingin pulang.

Karena sudah lelah, kami ingin pulang.

Pada anak kalimat terdapat kata kami sebagai subjek anak kalimat. Pada
induk kalimat terdapat pula kata kami sebagai subjek induk kalimat.
Dalam hal seperti ini, subjek ditekankan pada induk kalimat sehingga
subjek pada anak kalimat boleh dihilangkan dan bukan sebaliknya.
Sehingga diperolehlah suatu kaidah sebagai berikut.

Jika dalam anak kalimat tidak terdapat subjek, itu menandakan


bahwa subjek anak kalimat sama dengan subjek induk kalimat.

Ada beberapa kalimat mejemuk tidak setara rapatan yang mencoba


mengadakan penghematan dengan menghilangkan penanda anak kalimat
sehingga kalimat itu menjadi salah. Contoh:

Membaca surat itu, saya sangat terkejut.

Subjek anak kalimat di atas persis sama dengan subjek pada induk kalimat,
yaitu saya. Kalau tidak ada penanda pada anak kalimat, kalimat majemuk
itu tidak benar (tidak baku). Penanda yang dapat dipakai ialah setelah
sehingga kalimat akan menjadi

Setelah membaca surat itu, saya sangat terkejut.

11
d. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk tidak setara


(bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat
majemuk setara dan kalimat majemuk tidak setara (bertingkat).

Misalnya pada kalimat berikut.

1) Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.

(Bertingkat + setara)

2) Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum


selesai.

(Setara + bertingkat)

Kalimat pertama terdiri atas anak kalimat karena hari sudah malam
dan induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami berhenti dan
langsung pulang. Jadi, susunan kalimat pertama adalah bertingkat + setara.
Kalimat kedua terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk
setara, kami pulang, tetapi mereka masih bekerja, dan anak kalimat karena
tugasnya belum selesai. Jadi, susunan kalimat kedua adalah setara +
bertingkat.

2.1.3. Jenis Kalimat Menurut Fungsinya


Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat diperinci menjadi kalimat
pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan.

a. Kalimat Pernyataan (Deklaratif)

Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan


lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan
berbahasanya. Contoh:

1) Presiden SBY mengadakan kunjungan ke luar negeri.

2) Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.

12
3) Tidak semua nasabah bank memperoleh kredit lemah.

b. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)

Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau


reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca
tanda tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di
mana, mengapa, berapa, dan kapan. Contoh:

1) Kapan Saudara berangkat ke Singapura?

2) Mengapa dia gagal dalam ujian?

c. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)

Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang”


orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau
tanda seru). Contoh:

1) Tolong buatkan dahulu rencana pembiayaannya.

2) Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat jika sudah tergolong orang


mampu.

d. Kalimat Seruan

Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang


kuat” atau yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada
kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Contoh:

1) Bukan main, cantiknya.

2) Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.

13
2.2 Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menimbulkan kembali ide-ide


pada pikiran pendengar (pembaca) seperti yang ada dalam pikiran pembicara
(penulis). Dengan kata lain kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi
prinsip persamaan pemahaman, yakni pesan yang disampaikan penulis atau
pembicara dapat dipahami secara jelas dan utuh oleh pembaca atau pendengar.
Kalimat efektif harus menjamin bagi pembaca agar mengerti dan memahami
kandungan kalimat yang ada, tanpa membingungkan, menimbulkan tafsiran
ganda, maupun informasi yang kurang tepat.

Kalimat efektif minimal terdiri atas subjek dan predikat yang disusun
dengan kelengkapan struktur. Struktur kalimat bahasa Indonesia yaitu subjek,
predikat, objek, dan keterangan atau pelengkap. Apabila struktur tersebut tidak
dipenuhi, maka kalimat yang disusun menjadi tidak lengkap atau disebut
dengan kalimat fragmentaris. Contoh:

1) Ira. (Kalimat Pragmentaris)

2) Ira belajar. (Kalimat efektif tidak lengkap)

3) Ira belajar bahasa Indonesia. (Kalimat efektif lengkap)

4) Ira belajar bahasa Indonesia di kampus. (Kalimat efektif lengkap)

Adapun ciri-ciri kalimat efektif adalah sebagai berikut.

1. Kesepadanan. Yaitu keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur


bahasa yang dipakai. Kesepadanan memiliki beberapa ciri, yaitu:

a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat yang jelas. Kejelasan ini
dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam,
bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di
depan subjek. Contoh:

 Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang


kuliah. (Tidak efektif)

14
 Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah. (Efektif)
b. Tidak terdapat subjek yang ganda. Contoh:
 Soal itu saya kurang jelas. (Tidak efektif)
 Soal itu bagi saya kurang jelas. (Efektif)
c. Kata penghubung antarkalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
 Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti
acara pertama. (Tidak efektif)
 Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti
acara pertama. (Efektif)

d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang. Contoh:

 Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. (Tidak efektif)


 Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. (Efektif)

2. Keparalelan. Yaitu kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam


kalimat. Artinya, jika bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua
dan seterusnya juga harus menggunakan nomina. Contoh:
 Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan
pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang. (Tidak efektif)
 Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan
pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang. (Efektif)

15
3. Ketegasan. Yaitu suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat.
Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan kalimat, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal
kalimat). Contoh:
Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan
negaranya.
b. Membuat urutan kata yang bertahap. Contoh:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi). Contoh:
Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan
mereka.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
e. Menggunakan partikel penekanan (penegasan). Contoh:
Saudaralah yang harus bertanggung jawab.
4. Kehematan. Yaitu hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain
yang dianggap tidak perlu sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Ada
beberapa kriteria yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan
pengulangan subjek. Contoh:
 Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. (Tidak
efektif)
 Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. (Efektif)
b. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata. Contoh:
 Ia memakai baju warna merah (Tidak efektif)
 Ia memakai baju merah. (Efektif)
c. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan
kesinoniman dalam satu kalimat. Kata naik bersinonim ke atas, kata

16
turun bersinonim ke bawah, kata hanya bersinonim saja, kata sejak
bersinonim dari. Contoh:
 Sejak dari pagi dia termenung. (Tidak efektif)
 Sejak pagi ia termenung. (Efektif)
d. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-
kata yang berbentuk jamak. Contoh :
 Beberapa dosen-dosen UIN Antasari pergi ke Mesir guna studi
lanjut. (Tidak efektif)
 Beberapa dosen UIN Antasari pergi ke Mesir guna studi lanjut.
(Efektif)
5. Kecermatan. Yaitu kalimat yang tidak menimbulkan tafsiran ganda dan
tepat dalam pemilihan kata. Contoh :
 Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
(Tidak efektif)
 Mahasiswa yang terkenal di Universitas Islam Negeri Antasari
Banjarmasin itu menerima hadiah. (Efektif)
6. Kepaduan. Yaitu kalimat yang menyampaikan suatu informasi dengan
tidak terpecah-pecah. Untuk mencapai kalimat yang padu, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan.
1) Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara
berpikir yang tidak simetris. Contoh:
 Masyarakat kampus UIN Antasari Banjarmasin harus dapat
mengembalikan kepada kepribadian orang-orang Islam yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara
tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian Islam dari sudut
Alquran dan Alhadis. (Tidak efektif)
 Civitas akademika UIN Antasari Banjarmasin harus dapat
mengembalikan kepribadian orang-orang Islam sesuai Al-Qur’an
dan Al-Hadis. (Efektif)
2) Tidak perlu menyisipkan kata daripada atau tentang antara predikat
kata kerja dan objek penderita. Contoh :

17
 Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat. (Tidak
efektif)
 Mereka membicarakan kehendak rakyat. (Efektif)
7. Kelogisan. Yaitu ide kalimat yang dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Contoh:
 Waktu dan tempat kami persilakan. (Tidak efektif)
 Bapak Menteri kami persilakan. (Efektif)
2.2.1 Faktor Penyebab Ketidaefektifan Kalimat
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan secara
tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Jika suatu kalimat tidak
disampaikan secara tepat, maka pembaca atau pendengar tidak akan
memahami maksud yang telah disampaikan oleh penutur. Suatu kalimat
dikatakan tidak efektif disebabkan beberapa faktor. Putrayasa (2014:101),
mengatakan faktor penyebab ketidakefektifan kalimat sebagai berikut ini.
1. Kontaminasi atau Kerancuan

Kontaminasi adalah suatu gejala bahasa yang dalam bahasa


Indonesia istilahkan dengan kerancuan. Rancu artinya “kacau”. Jadi,
kerancuan artinya “kekacauan”, yang dirancu ialah susunan,
perserangkaian, dan penggabungan. Dua hal yang masing-masing
berdiri sendiri disatukan dalam satu perserangkaian baru yang tidak
berpasangan atau berpadanan. Hasilnya ialah kerancuan. Jika dilihat
dari segi penata gagasan maka, kerancuan sebuah kalimat dapat terjadi
karena dua gagasan digabung ke dalam satu pengungkapan. Sementara
itu, jika dilihat dari segi strukturnya, kerancuan itu timbul karena
penggabungan dua struktur kalimat dalam satu struktut. Gejala
kontaminasi ini dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu.

1. Kontaminasi kalimat
2. Kontaminasi susuna kata
3. Kontaminasi bentuk kata (Badudu, 1993) dalam (Pureayasa,
2014: 102)

18
Ketiga hal tersebut akan dipaparkan satu persatu berikut ini.

1) Kontaminasi kalimat
Pada umumnya kalimat yang rancu dapat kita kembalikan pada
dua kalimat asal yang bentuk strukturnya. Demikian juga dengan
susunan kata dalam suatu frasa yang rancu. Gejala kontaminasi itu
timbul karena dia kemungkinan, yaitu sebagai berikut.
1) Orang kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat, baik dalam
menyusun kalimat atau frasa maupun dalam menggunakan beberapa
imbuhan sekaligus untuk membentuk kata
2) Kontaminasi terjadi tidak dengan sengaja karena ketika seseorang akan
menuliskan atau mengucapkan sesuatu, dua pengertian atau dua bentuk
yang sejajar timbul sekaligus dalam pikirannya, sehingga yang
dilahirkan sebagin diambilnya dari yang pertama, tetapi bagian yang lain
diambilnya dari yang kedua. Gabungan ini melahirkan susunan yang
kacau.

Tabel contoh Kalimat Rancu dan Kalimat Asal

No Kalimat Rancu Kalimat Asal


1 Dalam Bahasa Indonesia tidak Bahasa Indonesia tidak mengenal
mengenal konjugasi konjugasi.
Dalam Bahasa Indonesia tidak
dikenal konjugasi
2 Kepada yang merasa kehilangan Hp Yang kehilangan Hp harap datang
harap datang di kantor tata usaha ke kantor tata usaha.
Kepada yang kehilangan Hp
diberitahukan supaya datang
mengambilnya di kantor tata usaha
3 Besok sore di stadion Mayor Metra Besok sore di stadion Mayor Metra
akan bertanding antara Persibu melawan bertanding kesebelasan Perseden.
Perseden Besok sore di stadion Mayor Metra
akan diadakan pertandingan antara
Persibu dan Perseden.

19
4 Murid-murid dilarang tidak boleh a. Murid-murid dilarang
merokok merokok
b. Murid-murid tidak boleh
merokok

5 Menurut para pakar sejarah menyatakan Menurut pakar sejarah, candi


bahwa, candi Borobudur dibangun pada Borobudur dibangun pada masa
masa kerajaan Syailendra kerajaan Syailendra.
Pakar sejarah menyatakan bahwa
candi Borobudurdibangun pada
masa kerajaan Syailendra
6 Meskipum perusahaan itu belum Meskipun perusahaan itu belum
terkenal, tetapi produksinya banyak terkenal, produksinya banyak
dibutuhkan orang dibutuhkan orang.
Perusahaan itu belum terkenal,
tetapi produksinya banyak
dibutuhkan orang.

2) Kontaminasi kata
Sebagai contoh, yang paling sering kita jumpai dalam bahasa sehari-
hari ialah kata berulang kali dan sering kali. Perhatikan contoh berikut!
Telah berulang-ulang kunasehati, tetapi tidak juga berubah
kelakuannya (= telah berkali-kali ). Kata seringkali kontaminasi dari
sering dan banyak kali atau kerap kali atau acap kali. Selain dari
kontaminasi, tampak pula gejala ‘pleonasme’ karena sering artinya
banyak kali. Jadi, sering kali berarti banyak kali-kali atau kerap kali.
Ucapan jangan boleh seperti dalam kalimat, “jangan boleh dai pergi!”
dirancukan dari jangan biarkan dan tidak boleh. Begitu juga kata
belum usah dirancukan dari belum boleh atau belum dapat dengan
tidak usah atau tak usah.
3) Kontaminasi Bentukan Kata
Adakalanya kita lihat bentukan kata dengan beberapa imbuhan (afiks)
sekaligus yang memperlihatkan gejala kontaminasi. Misalnya, kata
dipelajarkan dalam kalimat, “di sekolah akmi dipelajarkan beberapa
kepandaian wanita”. Kata dipelajarkan dalam kalimat tersebut jelas

20
dirancukan bentuk diajarkan dengan dipelajari. Bentukan yang tepat
untuk kalimat tersebut ialah diajarkan sehingga kalimat yang benar
adalah di sekolah kami diajarkan beberapa kepandaian wanita.
Kontaminasi yang lain adalah dipertinggikan. Masing-masing
mempunyai arti khusus dipertinggikan = dijadikan lebih tinggi,
ditinggikan = diajdikan tinggi, dibuat jadi tinggi yang tadinya rendah.
Jadi, kalau awalan per dan akhiran kan digabungkan dalam bentukan
ini menjadi dipertinggikan, maka arti khusus dipertinggikan tidak jelas.
Dengan kata dasar sifat, hanya kata dasar banyak yang mempunyai
bentuk diperbanyak dan diperbanyakkan. Diperbanyak berati ditambah
lebih banyak dan diperbanyakkan berarti dikalikan. Bentuk
mengenyampingkan juga salah. Kata dasar kata bentukan ini
kesamping diberi awalan me- dan akhiran –kan . jadi me + kan
menjadi mengesampingkan karena hanya fonem /k/ pada awal kata ke
samping yang luluh menjadi bunyi sengau /ng/.,/s/ pada kata samping
tidak perlu diluluhkan. Perhatikan contoh berikut ini.
- Disamping-kan - menyampingkan
- Di-kesamping-kan -mengesampingkan

Jadi, bentukan mengenyampingkan dan mengesampingkan.


Bentukan kontaminasi seperti itu salah. Di samping ketiga
kontaminasi tersebut, terdapat juga kontaminasi bentuk kalimat
aktif dan pasif. Contohnya Minggu yang lalu di sekolah kami
mengadakan pertandingan olahraga. Kalimat tersebut dipandang
sebagai perancuan kalimat aktif dan pasif.ada beberapa cara untuk
membentukan kalimat rancu tersebut. Kalimat rancu tersebut harus
kita kembalikan pada keadaan sebelum terjadi kerancuan. Karena
kerancuan tersebut kerancuan aktif dan pasif, maka kalimat
tersebut dapat dibetulkan menjadi kalimat aktif atau menjadi
kalimat pasif. Membentukan kalimat rancu menjadi kalimat aktif
ialah dengan jalan menghilangkan kata depan, sehingga menjadi
“minggu yang lalu sekolah kami mengadakan pertandingan

21
olahraga”. Kalimat tersebut dapat dibentukan menjadi kalimat
pasif. Kata kerja aktif dalam kalimat tersebut harus diubah menjadi
kata kerja pasif, sedangkan kata depannya tidak perlu dihilangkan,
sehingga menjadi “minggu yang lalu di sekolah kami diadakan
pertandingan olahraga”. Contoh lain dapat kita lihat pada kalimat
berikut

Pencopet itu berhasil dibekuk oleh polisi.

Jika kalimat tersebut kita uraikan, akan lihat sebagai berikut

Pencopet itu :subjek kalimat

Berhasil dibekuk :predikat

Polisi :keterangan pelaku

Berdasarkan kalimat di atas, kita dapat membentuk pertanyaan


predikat kalimat tersebut. Siapa yang berhasil dibekuk? Jawabannya
pencopet. Kita bertanya lagi berhasilah pencopet itu? Orang yang berhasil
ialah orang yang berusaha, atau orang yang melakukansuatu pekerjaan.
Apakah yang dikerjakan oleh pencopet itu? Pencopet yang akan ditangkap
karena usahanya melarikan diri, barulah kita katakan pencopet itu berhasil
tetapi, melepaskan diri dari tangkapan polisi.

Dibertanya lagi siapakah yang berusaha membekuk pencopet itu?


Jawabnya polisi. Jadi, kalau kita katakan polisi berhasil membekuk
pencopet itu, maka kalimtamt itu merupakan kalimat yang logis.
Berdasarkan kalimat tersebut, bahwa pencopet itu berhasil dibekuk oleh
polisi adalah bentuk kalimat hasil ubahan kalimat dengan predikat kata
kerja berawalan –me. Kalimat ini tidak dapat diubah itu bukan kalimat
aktif namanya, sehingga tidak dapat diubah bentuknya menjadi kalimat
dengan bentuk kata kerja berawalan –di.

22
2.2.7.2 Pleonasme
Pleonasme berati pemakaian kata-kata berlebihan. Penampilannya
bermacam-macam. Ada penggunaan dua kata yang searti yang sebenarnya
tidak perlu karena menggunakan salah satu diantara kedua kata itu sudah
cukup. Ada penggunaan unsur yang berlebihan karena pengaruh bahasa
asing. Ada pula kelebihan penggunaan unsur itu karena ketidaktahuan si
pemakai bahasa. Gejala pleonasme timbul karena beberapa kemungkinan,
antar lain.
1. Pembicara tidak sadar
2. Dibuat bukan karena tidak sengaja
3. Dibuat dengan sengaja sebagai salah satu bentuk gaya bahasa untuk
memberi tekanan pada arti (intensitas).

Kata-kata seperti para, beberapa, dan semua mengandung pengertian


jamak. Oleh karena itu, kata benda yang mengikuti kata-kata tersebut tidak
perlu lagi dijamakkan dengan perulangan.

2.2.7.3 Ambiguitas
Kalimat yang memenuhi ketentuan tata bahasa, tetapi
menimbulkan tafsiran ganda tidak termasuk kalimat efektif. Perhatikan
contoh berkut.

Tahun ini SPP mahasiswa dinaikkan

Kedua kalimat tersebut mengandung makna ambigu. Kata baru


pada kalimat pertama menerangkan kata mahasiswa atau kata dinaikkan.
Jika menerangkan mahasiswa, tanda hubung dapat digunakan untuk
menghindari salah satu tafsir, dan jika kata baru meneangkan dinaikan
kalimat perbaikannya adalah :

a. Tahun ini SPP mahasiswa-baru dinaikan.

b. SPP mahasiswa tahun ini baru dinaikan.

23
BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian. Hal-hal yang
berkaitan dengan meteode penelitian meliputi (1) jenis penelitian, (2) lokasi dan
waktu penelitian, (3) Populasi dan sampel penelitian, (4) metode pengumpulan
data, (5) teknik analis data.

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah deskriptif. adalah penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena apa adanya dengan menggunakan
kata-kata yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan data ilmiah atau
alami.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian
tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh kami mengambil
lokasi di Perpustakaan Cabang Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama 2 minggu.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


A. Populasi Penelitian
Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu
atau obyek yang merupakan keseluruhan subjek penelitian. Penulis
menetapkan populasi dalam penelitian ini adalah semua makalah
mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ULM.
B. Sampel Penelitian
Penarikan atau pembuatan sampel untuk mewakili populasi
disebabkan untuk mengangkatkan kesimpulan penelitian sebagai
sesuatu yang berlaku bagi populasi. Sampel adalah bagian bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

24
Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel dengan
menggunakan teknik random sampling. Sementara jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 2 (dua) buah makalah
mahasiswa Prodi Analisis Farmasi dan Makanan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Untuk menemukan dan mengklasifikasikan kalimat yang mengandung unsur
kesalahan kalimat efektif yang terdapat dalam makalah mahasiswa prodi
Anfarma digunakan teknik membaca dan mencatat. Hal ini berdasarkan atas
pertimbangan bahwa teknik ini dianggap paling sesuai dengan sifat sumber
data yaitu berupa makalah mahasiswa prodi Anfarma. Teknik baca yang
dilakukan adalah membaca secara berulang dan cermat hasil makalah
mahasiswa
prodi Anfarma.

3.5 Teknik Analis Data


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian
dengan pendekatan kualitatif digunakan karena didasarkan pada jenis data
yang akan dianalisis, yaitu data dalam penelitian bersifat kualitatif.
Penelitian kualitatif digunakan apabila data yang diteliti berupa katakata
atau verbal bukan berupa angka-angka yang harus menggunakan alat
pengukur. Penelitian kualitatif digunakan jika data yang akan diambil
merupakan data yang kualitatif, yakni yang tersaji dalam bentuk kata-kata
ataupun kalimat. Keseluruhan data diperoleh, diolah dan disajikan dalam
bentuk uraian naratif bukan dalam bentuk statistik.

25
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian yang berjudul Penggunaan Kalimat Efektif Pada Makalah
Mahasiswa prodi Bahasa dan Sastra Indonesia ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Metode deskriptif digunakan sebagai pendekatan utama untuk
mendeskripsikan hasil penelitian. Hasil penelitian ini berupa deskripsi
kesalahan kalimat dalam skripsi Mahasiswa prodi Bahasa dan Sastra
Indonesia. Adapun subjek dalam penelitian ini berupa skripsi Mahasiswa
prodi Bahasa dan Sastra Indonesia sebanyak 8 judul yang diambil.
Sementara itu, objek kajiannya adalah kalimat yang mengandung kesalahan
kalimat yang terdapat dalam skripsi tersebut. Objek kajiannya disesuaikan
dengan rumusan masalah dalam penelitian tersebut.
B. Pembahasan

Makalah 1

1) Pada penggunaan kafein secara berlebihan dapat menimbulkan debar


jantung, gangguan lambung, tangan gemetar dan lain sebagainya.
 Kata pada didepan subjek harus dihindari sehingga menjadi

Perbaikan kalimat di atas yaitu.

Penggunaan kafein berlebih dapat menimbulkan debar jantung,


gangguan lambung, tangan gemetar dan lain sebagainya.

2) Kafein dapat mengelabui tubuh untuk dapat tetap beraktifitas tinggi


meningkatkan tekanan darah, dan peningkatan pengeluaran urin.
 Kata dapat pada dapat tetap perlu dihilangkan karena
menimbulkan ketidakjelasan.
 Kata peningkatan tidak paralel dengan meningkatkan.

26
Perbaikan kalimat di atas yaitu.

Kafein dapat mengelabui tubuh untuk beraktifitas tinggi, meningkatkan


tekanan darah dan pengeluaran urin.

3) Teh adalah sumber kafein yang lain, dan mengandung setengah dari
kafein yang dikandung kopi.
 Kelogisan kalimat juga ditentukan oleh pembentukan kata.

Perbaikan kalimat di atas yaitu.

Sumber kafein lain adalah teh yang mengandung setengah dari kafein
kopi

4) Coklat dibuat dari kokoa mengandung sedikit kafein.


 Kalimat yang tidak lengkap konjungsi nya.

Perbaikan kalimat di atas yaitu.

Coklat dibuat dari kokoa yang mengandung sedikit kafein.

5) Keuntungan utama spektrofotometer FTIR adalah alat ini menawarkan


sensitifitas tinggi, waktu analis cepat, akurasi dan reproduksibilitas
frekuensi yang sangat bai, dapat dimanipulasi untuk menghasilkan data
yang diterima, serta dilengkapi dengan perangkat lunak kemometrika
yang memungkinkan sebagai alat yang canggih untuk analisis kualitatif
dan kuantitatif.
 Kata alat ini dihilangkan karena berlebihan.

Perbaikan kalimat di atas yaitu.

Keuntungan utama spektrofotometer FTIR yaitu menawarkan


sensitifitas tinggi, waktu analis cepat, akurasi dan reproduksibilitas
frekuensi yang sangat bai, dapat dimanipulasi untuk menghasilkan data
yang diterima, serta dilengkapi dengan perangkat lunak kemometrika
yang memungkinkan sebagai alat yang canggih untuk analisis kualitatif
dan kuantitatif.

27
6) Detektor pada spektrofotometer infra merah merupakan alat yang bisa
mengukur alat atau mendeteksi energi radiasi akibat pengaruh panas.
 Terdapat pengulangan kata alat yang tidak logis

Perbaikan kalimat di atas yaitu.

Detektor pada spektrofotometer infra merah merupakan alat yang bisa


mengukur atau mendeteksi energi radiasi akibat pengaruh panas.

7) Pada puncak di daerah 1658𝑐𝑚−1 terlihat terdapat perbedaan intensitas


serapan pada setiap sampel.
 Kata terlihat pada kalimat merupakan pemborosan kata

Perbaikan kalimat di atas yaitu.

Pada puncak di daerah 1658𝑐𝑚−1 terdapat perbedaan intensitas


serapan pada setiap sampel.

Makalah 2

1) Hidrokuinon termasuk ke golongan obat yang keras dan hanya dapat


digunakan berdasarkan resep dokter, bahaya penggunaan obat keras ini
tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi
kemerahan dan rasa terbakar juga menyebabkan kelainan pada ginjal,
kanker darah, kanker sel.
 Kalimat diatas merupakan pemborosan kata.

Perbaikan kalimat di atas yaitu.

Hidrokuinon tergolong obat keras dan hanya digunakan berdasarkan


resep dokter, bahaya penggunaan obat keras ini tanpa pengawasan
dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi kemerahan dan
rasa terbakar juga menyebabkan kelainan pada ginjal, kanker darah,
kanker sel.

28
2) Wadah dan tempat penyimpanan simpan dalam wadah tertutup baik dan
terlindung cahaya.
 Kalimat diatas merupakan kalimat rancu.

Perbaikan kalimat di atas yaitu.

Wadah penyimpanan harus tertutup dan terlindung cahaya.


3) Spektrum net adalah spektrum yang diperoleh dengan cara
mengurangkan spektrum UV-Vis dengan spektrum blanko.
 Kata cara dihilangkan dan diganti dengan kata dengan.

Perbaikan kalimat di atas yaitu.

Spektrum net adalah spektrum yang diperoleh dengan mengurangkan


spektrum UV-Vis dengan spektrum blanko.
4) Pada spektrofotometer harus memiliki pancaran radiasi yang stabil dan
intensitasnya tinggi.
 Kata pada menimbulkan ketidakjelasan subjek.

Perbaikan kalimat di atas yaitu.

Spektrofotometer harus memiliki pancaran radiasi yang stabil dan


intensitas yang tinggi.

5) Mampu mencakup semua kisaran pengukuran di daerah UV-Vis


 Kata mampu sudah diwakilkan dengan kata mencakup.

Perbaikan kalimat di atas yaitu.

Mencakup semua kisaran pengukuran di daerah UV-Vis

6) Kisi difraksi memberi keuntungan untuk mengarahkan sinar


monokromatis yang diharapkan dari sumber radiasi.
 Kata yang diharapkan bisa dihilangkan agar lebih tegas.

Perbaikan kalimat di atas yaitu.

29
Kisi difraksi memberi keuntungan untuk mengarahkan sinar
monokromatis dari sumber radiasi.

7) Kuvet merupakan wadah yang digunakan untuk menaruh sampel yang


akan dianalisis.
 Kata yang digunakan merupakan pemborosan kalimat.

Perbaikan kalimat di atas yaitu.

Kuvet merupakan wadah yang digunakan untuk menaruh sampel yang


akan dianalisis.
8) Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang
bersifat polikromatis diteruskan melalui lensa menuju ke monokromator
pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer.
 Kata berasal dan kata dari memiliki arti yang sama.

Perbaikan kalimat di atas yaitu.

Cahaya dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat


polikromatis diteruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada
spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer.
9) Memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit.
 Kalimat tersebut tidak logis karena tidak masuk akal bau badan
diperbaiki.

Perbaikan kalimat di atas yaitu.

Mengurangi bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau


menyembuhkan suatu penyakit.

30
BAB V

PENUTUP

Bab ini terdiri dari dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan
berisi rangkuman keseluruhan dari penelitian ini. Sementara itu, saran berisi hal-
hal yang perlu diperhatikan untuk peneliti lanjutan. Berikut ini akan dipaparkan
dari kedua hal tersebut.

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada bab IV, peneliti
menemukan adanya penyimpangan-penyimpangan prinsip kalimat efektif dalam
makalah "IDENTIFIKASI SENYAWA FARMASI MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETRI IR" dan "IDENTIFIKASI SENYAWA FARMASI
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS" mahasiswa program
studi D-III Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Lambung Mangkurat tahun
2018.

Penyimpangan tersebut adalah penggunaan kalimat tidak bersubjek, salah satu


contohnya " Pada penggunaan kafein secara berlebihan dapat menimbulkan debar
jantung, gangguan lambung, tangan gemetar dan lain sebagainya ", seharusnya
kata pada didepan subjek harus dihindari sehingga menjadi " Penggunaan kafein
berlebihan dapat menimbulkan debar jantung, gangguan lambung, tangan gemetar
dan lain sebagainya".

Penyimpangan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan menggunakan


bahasa Indonesia dalam penulisan makalah mahasiswa program studi D-III
Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Lambung Mangkurat tahun 2018
masih cukup rendah. Hal ini disebabkan oleh pemahaman yang kurang dalam
memahami bahasa Indonesia, khususnya kalimat efektif pada makalah.

31
5.2 Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, peneliti memiliki beberapa saran bagi peneliti lain yang akan
melanjutkan penelitian ini.

1. Mahasiswa
Peneliti menemukan cukup banyak penyimpangan yang terjadi dalam
penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam penulisan makalah. Oleh
karena itu, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui penyimpangan-
penyimpangan yang sering terjadi, sehingga dalam penulisan makalah
mahasiswa dapat menghindari penyimpangan tersebut.
2. Pengajar
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak terlepas dari
peran pengajar baik guru maupun dosen. Dengan penelitian ini, pengajar
dapat mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang ada pada makalah
mahasiswa, sehingga dapat diperbaiki dan menghindari penyimpangan-
penyimpangan tersebut. Selain itu, dalam proses pembelajaran, pengajar
harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Peneliti Lainnya
Penelitian ini masih banyak kekurangan dan hanya mengkaji makalah
mahasiswa dalam satu program studi saja. Sebaiknya, peneliti lanjutan
dapat memperluas lagi bidang kajiannya misalnya dari jenjang pendidikan
lainnya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2011. Ragam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta


Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2010. Cermat Berbahasa
Indonesia: Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Bahtiar, Ahmad dan Fatimah. 2014. Bahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi. Bogor: IN Media
Arifin dan Junaiyah. 2009. Sintaksis untuk Mahasiswa Strata Satu Jurusan
Bahasa atau Linguistik dan Guru Bahasa Indonesia SMA/SMK. Jakarta:
PT Grasindo.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah
Kemahiran Berbahasa. Jakarta: Gramedia.
Ibid
M. Zubad Nurul Yaqin. Bahasa Indonesia Keilmuan. (Malang: UIN
Maliki Press, 2011)
Susilo Mansurudin, Mozaik Bahasa Indonesia. (Malang: UIN Maliki
Press, 2010)
Ngalimun Syahroni, dkk. 2013. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo

33
LAMPIRAN

34
BIODATA PENELITI

Nama : Amanda Firda Azizi


NIM : 1911017220003

Prodi : Statistika

TTL : Kotabaru, 5 Desember 2001

Alamat : Jl. Demang Leman gg.bersama,Kotabaru

No. Hp : 083110981619

Email : amandafirda.a05@gmail.com

Nama : Fatiya Hanifah

NIM : 1911017120003

Prodi : Statistika

TTL : Banjarbaru, 13 Agustus 2001

Alamat : Jl.Karang Anyar, Banjarbaru

No. Hp : 085347722790

Email : fatiya.hanifah@gmail.com

35
Nama : Ghina Auliana

NIM : 1911017120011

Prodi : Statistika

TTL : Batang Bahalang, 23 April 2001

Alamat : Barambai Muara

No. Hp : 088705214049

Email : ghinaauliana04@gmail.com

Nama : Mariyatul Kibtiyah

NIM : 1911017320012

Prodi : Statistika

TTL : Amuntai, 14 November 2000

Alamat : Jl. Soewandi Sumarta RT 09 Kebun Sari

No. Hp : 087842833887

Email : mariyatulkibtiyah691@gmail.com

36
Nama : Muhammad Andra Firmansyah Faris

NIM : 1911017110012

Prodi : Statistika

TTL : Barabai, 2 Februari 2001

Alamat : Jl. Sungai Andai Komp. Herlina Perkasa No.


126

No. Hp : 082252643254

Email : andra.faris01@gmail.com

Nama : Narindri Rafelia

NIM : 1911017220012

Prodi : Statistika

TTL : Barabai, 21 Januari 2001

Alamat : Desa Karang Indah, Kec. Angsana, Tanah


Bumbu

No. Hp : 082256040146

Email : rafelianarindri@gmail.com

37
Nama : Viona Oktafiani

NIM : 1911017320002

Prodi : Statistika

TTL : Kotabaru, 21 Juni 2001

Alamat : Pulau Sebuku, Kab. Kotabaru

No. Hp : 081253608021

Email : vionaoktafiani21@gmail.com

38

Anda mungkin juga menyukai