Disusun Oleh :
MHD RIFKI MUSLIM
5153331010
KELAS C (EKSTENSI)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat – NYA, yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran sehingga
penulis dapat menyusun dan menyajikan tugas atau laporan mini riset dengan
judul yaitu “Ragam Bahasa dan Tindak Tutur Pedagang di Pasar Sambu
Medan”.
Penyusanan laporan mini riset merupakan salah satu syarat guna memenuhi
tugas pada mata kuliah umum Bahasa Indonesia, Program Studi Pendidikan
Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan semester ganjil tahun
2017. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atau
bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pada pembuatan
laporan ini
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas laporan mini riset ini
masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan
tugas ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun tugas – tugas selanjutnya.
Penulis juga memohon maaf apabila dalam penulisan laporan ini terdapat
kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam
memahami maksud penulis.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
iii
4.1.1. Perubahan Fonem ............................................................................ 15
4.4. Faktor yang Menyebabkan Adanya Ragam Bahasa dan Tindak Tutur .. 24
iv
BAB I : PENDAHULUAN
1
Berdasarkan uraian diatas peneliti akan mengkaji ragam bahasa dan tindak
tutur yang digunakan pedagang di Pasar Sambu Medan. Subjek yang diteliti yakni
pedagang di Pasar Sambu Meda, sedangkan objek yang diteliti ragam bahasa dan
tindak tutur pedagang tersebut. Sehingga judul mini riset ini adalah “Ragam
Bahasa dan Tindak Tutur Pedagang di Pasar Sambu Medan”.
2
1.5. Sistematika Penyajian
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi laporan ini maka sistematika
yang digunakan adalah menurut sistematika penulisan laporan mini riset yang
dikeluarkan oleh Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan, yakni :
Bab I Pendahuluan
Isi pendahuluan menerangkan latar belakang masalah, rumusan masalah
yang diajukan, tujuan dan manfaat dari penulisan dan mini riset yang
dilakukan, defenisi operasional serta bentuk sistematika penyajian.
Bab V Penutup
Merupakan bagian yang berisikan simpulan dan saran atas tulisan – tulisan
pada bagain bab sebelumnya yaitu Bab IV Analisis Data dan Pembahasan.
3
BAB II : KAJIAN TEORI
4
2.1.2. Pengelompokkan Ragam Bahasa
Ragam bahasa terbagi atas dua kelompok, yaitu ragam bahasa berdasarkan
media pengantarnya dan ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaiannya
(Modul 1 : Laras Ilmiah dan Ragam Bahasa).
1. Ragam bahasa berdasarkan media pengantarnya
Penggunaan bahasa berdasarkan media pengantarnya atau
sarananya terbagi atas ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan adalah
bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan
ragam lisan yang formal dan ragam lisan yang nonformal. Sedangkan
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis
pun dapat berupa ragam tulis yang formal maupun nonformal. Ada pula
ragam tulis dan lisan yang semiformal. Artinya, tidak terlalu formal,
namun tidak pula terlalu nonformal.
Ada lima ciri yang dapat dengan mudah digunakan untuk membedakan
ragam formal dari ragam nonformal. Setiap ciri adalah sebagai berikut.
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti
5
Penggunaan kata tertentu
Penggunaan imbuhan
Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi)
Penggunaan fungsi yang lengkap.
6
Apokop adalah proses penghilangan penanggalan satu atau lebih
fonem pada akhir kata. Contoh president menjadi presiden.
Sinkop adalah proses penghilangan penanggalan satu atau lebih
fonem pada tengah kata. Contoh dahulu menjadi dulu.
Diftongisasi adalah perubahan bunyi vokal tunggal (monoftong)
menjadi dua bunyi vokal atau vokal rangkap (diftong). Contoh :
teladan menjadi tauladan vokal [e] menjadi [au].
Monoftongisasi adalah perubahan dua bunyi vokal (diftong) menjadi
vokal tunggal (monoftong). Contoh kalau menjadi kalo
Anaptiksis adalah perubahan bunyi dengan jalan menambahkan
bunyi vokal tertentu diantara dua konsonan untuk memperlancar
ucapan. Contoh : putra menjadi putera; putri menjadi puteri
Protesis adalah proses pembubuhan atau penambahan bunyi pada
awal kata. Contoh : mpu menjadi empu; mas menjadi emas.
Enpentesis adalah proses pembubuhan atau penambahan bunyi pada
tengah kata. Contoh: - sajak menjadi sanjak.
Paragog adalah proses pembubuhan atau penambahan bunyi pada
akhir kata. Contoh : hulubala menjadi hulubalang.
2. Ciri Morfologi
Morfologi berasal dari kata morphe yang berarti bentuk dan ema
berarti yang mengandung arti. Jadi morfologi adalah ilmu bahasa
tentang seluk-beluk kata atau struktur kata.
Dalam morfologi, dibicarakan seluk beluk morfem dan
bagaimana cara menentukan suatu bentuk morfem. Morfem adalah
satuan bahasa terkecil yang mengandung makna. Morfem dibagi
menjadi dua, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Lebih lanjut
pembagian morfem secara singkat dijelaskan sebagai berikut.
a. Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri, seperti kata
jual, kata beli, kata duduk, dan kata tidur.
b. Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri.
Morfem terikat, dibagi lima jenis berikut penjelasannya.
7
Prefiks atau awalan
Awalan (prefiks) adalah imbuhan yang dilekatkan didepan kata
dasar atau kata jadian. Di dalam bahasa Indonesia terdapat tujuh
awalan, yaitu per-, ber-, me-, di-, ter-, ke-, se-, dan lain-lain.
Contohnya tawa menjadi tertawa.
8
pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik
pragmatik lain seperti praanggapan, prinsip kerja sama, dan prinsip
kesantunan. Tindak tutur memiliki bentuk yang bervariasi untuk
menyatakan suatu tujuan.
9
BAB III : METODE PENELITIAN
10
3.3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pedagang di Pasar Sambu Medan. Objek
penelitian ini adalah ragam bahasa dan tindak tutur pedagang.
11
merekam dan mem-foto objek penelitian ketika melakukan pengumpulan data.
Sedangkan ballpoint/pensil dan buku, digunakan untuk menuliskan dan
menggambarkan informasi data yang didapat dari narasumber.
2. Tahap Pelaksanaan
Peneliti mendatangi (observasi) ke pasar Sambu Medan, lalu berkeliling pasar
sekaligus merekam percakapan dan melihat tindak tutur pedagang terhadap
pembeli. Selanjutnya, peneliti mencari informan untuk melakukan wawancara.
3. Tahap Akhir
Pada tahap ini, peneliti memutar dan mendengarkan rekaman untuk
mengumpulkan data dari proses pelaksanaan (observasi) baik itu rekaman
pedagang menawarkan dagangannya serta wawancara yang dilakukan.
Selanjutnya, peneliti mengumpulkan teori – teori yang berhubungan dengan
yang diteliti untuk dianalisis antara teori dan data tinjauan langsung
kelapangan. Setelah itu, peneliti menyimpulkan dan tertuang dalam laporan ini.
12
3. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik (ilmu yang mengkaji
bahasa dari aspek pemakaiannya) yang melibatkan pembicara, pendengar serta
yang dibicarakan.
2. Teknik Rekam
Teknik rekam digunakan untuk merekam komunikasi pedagang. Tujuan dari
teknik rekam adalah untuk mencari data berupa kata – kata yang dipakai atau
dihasilkan oleh pedagang. Saat pedagang asongan menawarkan barangnya,
peneliti mendekati pedagang untuk mendapatkan suara yang dikeluarkan
pedagang, dengan kata lain menggunakan teknik sadap (tersembunyi) untuk
mendapat data tentang ragam bahasa dan tindak tutur pedagang.
3. Wawancara
Wawancara ini digunakan untuk memperoleh informasi data dengan
mengadakan tanya jawab. Sesuai dengan cara kerja metode wawancara dalam
penelitian ini, peneliti terlibat langsung untuk mengadakan tanya jawab dengan
pedagang di Pasar Sambu Medan. Hasil wawancara yang diperoleh berupa cara
mereka menggunakan ragam bahasa dan tindak tutur saat menawarkan barang.
4. Teknik Catat
Untuk memperoleh data tentang faktor penyebab adanya ragam bahasa dan
tindak tutur saat menawarkan barang yaitu dengan mencatat hasil wawancara
dengan pedagang. Pencatatan dilakukan langsung setelah penyimakan
dilakukan, dengan melakukan pencatatan dengan instrumen pengumpul data.
13
3.9. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif. Langkah – langkah yang dilakukan
peneliti dalam menganalisis data sebagai berikut.
1. Data yang terekam akan ditranskrip kedalam bentuk teks atau tulisan.
Selanjutnya akan dilakukan pemilihan data guna menyesuaikan dengan teori
yang ada.
2. Selanjutnya data akan dikelompokkan dan diklasifikasikan menurut ragam
bahasa dan tindak tutur pedagang. Lalu dipaparkan atau menjelaskan data
tersebut pada sebuah laporan.
14
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
15
Kata puluh yang diucapkan polo pada segmen tutur (1), (2), (3),
(4), (5), (6) dan (7) terjadi perubahan vokal tinggi belakang [u] menjadi
fonem vokal sedang belakang [o] pada kata tersebut sehingga dilafalkan
polo.
Perubahan fonem vokal [u] menjadi fonem [o] pada kata sepolo,
polo dan masok disebut proses netralisasi karena perubahan fonem
akibat pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan yang dimaksud
adalah pedagang di Pasar Sambu saat pedagang menjajakan
dagangannya, kata – kata yang diucapkan tanpa suatu perencanaan.
b. Fonem [i]
(14) Peleh – peleh lima belas.
(15) Ha.... mare masok mare pele.
(16) Dipileh – dipileh.
Kata pilih yang diucapkan pele atau peleh pada segmen tutur (14),
(15) dan (16) terjadi perubahan vokal yang tinggi belakang [i] menjadi
fonem vokal sedang belakang [e] pada kata tersebu sehingga dilafalkan
menjadi pileh atau pele.
16
(17) Ambel bu ambel.
(18) Kalo ambel lima pasang Cuma tujuplima ribu.
Kata ambil yang diucapkan ambel pada segmen tutur (17) dan (18)
terjadi perubahan vokal yang tinggi belakang [i] menjadi fonem vokal
sedang belakang [e] pada kata tersebut sehingga dilafalkan menjadi
ambel.
(19) Itu mau kubagusi ka ‘ek, kalo mau bisa kubikin kancingnya, masih
kesat dia ditarek.
Kata tarik yang diucapkan tarek pada segmen tutur (19) terjadi
perubahan vokal yang tinggi belakang [i] menjadi fonem vokal sedang
belakang [e] sehingga dilafalkan menjadi tarek.
Perubahan fonem vokal [u] menjadi fonem [o] pada kata pele,
ambel, tarek dan mare disebut proses netralisasi karena perubahan
fonem akibat pengaruh lingkungan. Pengaruh lingkungan yang
dimaksud adalah pedagang di Pasar Sambu saat pedagang menjajakan
dagangannya, kata – kata yang diucapkan tanpa suatu perencanaan.
c. Fonem [au]
(23) Kalo ambel lima pasang Cuma tujuplima ribu.
(24) itu mau kubagusi ka ‘ek, kalo mau bisa kubikin kancingnya, masih
kesat dia ditarek.
(25) Kalo anak – anak kuliah kek gini diambel.
Kata kalau yang diucapkan kalo pada segmen tutur (23), (24) dan (25)
terjadi perubahan vokal dua bunyi vokal [au] menjadi fonem vokal
17
tunggal [o] sehingga dilafalkan menjadi kalo. Proses perubahan dua
bunyi vokal (diftong) menjadi vokal tunggal (monoftong) disebut
proses monoftongisasi. Pengucapan kata kalo merupakan ciri khas
orang medan yang terbiasamengucapkan fonem [au] menjadi fonem [o].
18
Kata sepuluh pada segmen tutur (28), (29), (30), (31), dan (32)
yang diucapkan terjadi penghilangan fonem konsonan bersuara frikatif
glotal [h] sehingga kata sepuluh dilafalkan sepolo. Proses penghilangan
fonem konsonan bersuara [h] disebut proses apokop, karena pada kata
sepolo terjadi penghilangan atau penanggalan satu atau lebih fonem
pada akhir kata. Kata sepuluh yang diucapkan sepolo terjadi perubahan
vokal yang tinggi belakang [u] menjadi fonem vokal sedang belakang
[o] pada kata tersebu sehingga dilafalkan menjadi sepolo.
(33) Dua polo andoknya dipili pili dua polo dua polo.
(34) Dek dua polo dek celana malam minggu dek.
Kata puluh pada segmen tutur (33) dan (34) yang diucapkan terjadi
penghilangan fonem konsonan bersuara frikatif glotal [h] sehingga kata
puluh dilafalkan polo. Proses penghilangan fonem konsonan bersuara
[h] disebut proses apokop, karena pada kata polo terjadi penghilangan
atau penanggalan satu atau lebih fonem pada akhir kata. Kata puluh
yang diucapkan polo terjadi perubahan vokal yang tinggi belakang [u]
menjadi fonem vokal sedang belakang [o] pada kata tersebu sehingga
dilafalkan menjadi polo.
a. Fonem [ai]
(35) Ambil kawe gopek disini gak sampe gopek, seratus pun gak sampe.
Kata sampai pada segmen tutur (35) terjadi penghilangan fonem
huruf [ai] sehingga kata sampai dilafalkan sampe disebut proses
aposkop, karena pada kata sampe terjadi penghilangan atau
penanggalan satu atau lebih fonem pada akhir kata.
b. Fonem [e]
(36) Pele pele lima blas.
Kata belas pada segmen tutur (36) terjadi penghilangan fonem
huruf [e] sehingga kata belas dilafalkan blas disebut proses sinkop,
karena kata blas terjadi penghilangan atau penanggalan satu atau lebih
fonem pada tengah kata.
19
c. Fonem [uluh]
(37) Kalo ambel lima pasang Cuma tuju plima.
(38) Hai kakak? Berapa ini kakak? Dua plima kak.
Kata plima pada segmen tutur (36) terjadi penghilangan fonem
huruf [uluh] sehingga kata puluh lima dilafalkan plima disebut proses
aposkop, karena kata plima terjadi penghilangan atau penanggalan satu
atau lebih fonem pada akhir kata.
20
kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau
pokok kata baru. Penambahan morfem yang digunakan pedagang di Pasar
Sambu Medan ditampilkan pada data berikut.
(41) Itu mau kubagusi kak e’, kalo mau bisa kubiki kancingnya, masih
kesat ditarek.
(42) Keper kepernya mari ya...
Berdasarkan hasil transkripsi ragam bahasa pedagang pada data diatas,
menunjukkan adanya kecenderungan penambahan akhiran -e, dan -nya.
Akhiran –e, dan –nya merupakan morfem terikat sehingga tidak bisa
berdiri sendiri tanpa melekat pada morfem bebas, berdasarkan data diatas
pada kata kak e’ dan kepernya. Dari segi makna, akhiran –e, dan –nya
menunjukkan milik. Seperti pada kata kepernya yang berarti keper milik
dia. Hal ini menjadi jelas jika dibandingkan dengan bentuk bentuk seperti
bukunya, rumahnya, sepedanya dan sebagainya, kata –nya disini melekat
pada kata benda.
Penambahan morfem tersebut, cenderung dipengaruhi oleh tuturan
yang dihasilkan pedagang dalam mengucapkan kata-kata tersebut sehingga
pengucapan tersebut dirasakan sudah menjadi kebiasaan. Seperti telah
disinggung bahwa dilihat dari segi bunyi bahasa yang digunakan pedagang
menunjukkan adanya perubahan fonem, penghilangan fonem dan
penambahan fonem sedangkan dari segi kata menunjukkan adanya
penambahan morfem dan pengulangan morfem.
21
Berdasarkan hasil transkripsi ragam bahasa pedagang pada data diatas,
kata anak, kaos, ayo, kawe dan seterusnya terjadi pengulangan morfem,
baik pada morfem bebas maupun terikat yang melekat pada morfem bebas
(morfem terikat -nya). Proses pengulangan morfem pada kata kaos-
kaosnya, kawe-kawe, murah-murah, dan seterusnya disebut dengan proses
reduplikasi. Proses pengulangan kata (reduplikasi) bertujuan untuk
memberitahukan kepada pembeli secara jelas (mudah didengar pembeli)
bahwa pedagang menjual barang dagangannya.
Pengulangan morfem, baik pada morfem bebas maupun pada morfem
terikat yang melekat pada morfem bebas (morfem terikat -nya sudah
menjadi hal yang biasa dilakukan oleh para pedagang di Pasar Sambu
Medan.
Ketiga segmen tutur diatas merupakan salah satu bentuk tindak tutur
menawarkan dengan penghormatan dalam menyapa. Pada ketiga segmen
tutur tersebut dituturkan oleh pedagang dengan nada halus dan sedikit
tegas, selain itu pedagang saat menawarkan barang dagangannya
menggunakan kata sapaan “dek”, “kakak” dan “nak”. Menurut pembeli,
apa yang dilakukan oleh pedagang santun karena pedagang saat
menawarkan barang dagangannya pembeli dalam keadaan memperhatikan
barang dagangan yang dibawa oleh pedagang, sehingga wajar pedagang
bertutur demikian. Selain itu pedagang menggunakan salah satu sapaan
penghormatan berupa kata “dek” dan “nak” ketika memanggil pembeli.
22
4.3.2. Tindak Tutur Sindiran
Tuturan yang dimaksud dapat dijelaskan dalam sebuah dialog pedagang
dan pembeli di Pasar Sabu Medan berikut.
Dari kata “ha... nanti digantung – gantung mahal bu’ e....” dimaksudkan
untuk menyidir para pembeli yang memang pada dasar nya pemikiran
pembeli saat melihat dagangan yang digantung – gantung dijual mahal.
Dari kata tersebut yang di tebalkan dapat diartikan bahwa penjual sudah
memperingatkan dengan mengomel atau marah atau juga menegur “gak
jadi pun gapapa”. Hal ini juga dapat diperjelas saat peneliti melakukan
observasi kepasar tersebut bahwa pembeli sudah lama mengobrak abrik
pakaian yang akan dipilihnya untuk dibeli, karena sudah diobrak abrik
pembeli maka penjual merasa apabila barang yang ia jual sudah diobrak
abrik dan ia juga telah menjelaskan diawal pembeli datang bahwa barang
nya dijual dengan “tiga dua lima” seharusnya pembeli menawar dari awal.
23
4.3.4. Tindak Tutur Rayuan
Merayu merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang terhadap
orang lain dengan cara yang diupayakan semanis mungkin serta
sedemikian rupa yang bertujuan agar terpengaruh dan terhanyut olehnya
sehingga merasa senang dan atau terpaksa melakukan sesuatu sesuai
dengan kehendak orang tersebut.
(50) Dah dua limpol lah, berapa kak? Kak sombong kaka ya.... nantilah dua
lima mau kak?
(51) Dua lima ayok sayang.
(52) Ini bu tas kulit asli, semir aja kalo mau.
Pada segmen tutur (50) yang dituturkan dengan nada lugas serta
dengan menggunakan salah satu sapaan penghormatan berupa kata “kak”
kepada pembeli. Pedagang merayu pembeli untuk membeli barang
dagangannya, hal tersebut tampak pada tuturan yang mengatakan bahwa
dua lima mau kak?. Tindak tutur merayu yang diucapkan oleh pedagang
bertujuan agar harapan yang dikehendaki akan dikabulkan oleh pembeli.
Pada segmen tutur (51) yang dituturkan dengan nada lugas serta
dengan menggunakan salah satu sapaan penghormatan berupa kata
”sayang”. Pedagang merayu pembeli untuk membeli barang dagangannya,
hal tersebut tampak pada tuturan yang mengatakan bahwa ayok sayang.
Pedagang pada saat menuturkan dengan penuh pengharapan kepada
pembeli.
Pada segmen tutur (52) yang dituturkan dengan menggunakan nada
lugas serta dengan menggunakan salah satu sapaan penghormatan berupa
kata ”bu”. Pedagang merayu pembeli untuk membeli barang dagangannya,
hal tersebut tampak pada tuturan yang mengatakan bahwa semir aja kalo
mau. Tuturan seperti itu tampak sekali bahwa pembeli memohon kepada
penjual agar apa yang diinginkan dapat tercapai.
4.4. Faktor yang Menyebabkan Adanya Ragam Bahasa dan Tindak Tutur
Faktor yang mempengaruhi pedagang meliputi : faktor waktu, faktor
kebiasaan, faktor perhatian menarik pembeli, dan faktor agar cepat laku.
24
4.4.1. Faktor waktu
Seorang pedagang dalam menawarkan barang dagangannya rata –
rata menggunakan kata – kata yang biasa diulang – ulang, serta berintonasi
cepat. Maka dari itu faktor waktu bagi pedagang sangat penting saat
menawarkan barang dagangannya. Dapat diperjelas bahwa pedangan di
Pasar Sambu juga berjualan tidak pagi hari tetapi pada siang hari baru
membuka gerai dan tutup pada sore hari. Lalu setiap waktu pasti pembeli
lalu lalang melihat lihat dagangan, maka pedagang memanfaatkan waktu
untuk menawarkan dagangannya dengan menggunakan kata berintonasi
cepat.
25
4.4.4. Faktor agar Cepat Terjual
Pedagang yang menawarkan barang biasa menunjukkan bahasa yang
khas. Antara pedagang satu dengan yang lain berbeda pengucapan, hal ini
dilakukan agar barang yang ditawarkan cepat terjual. Banyaknya pedagang
yang mempunyai barang dagangan sejenis membuat mereka berlomba
lomba membuat kata – kata yang berbeda dengan pedagang yang lain.
Penggunaan kata – kata yang khas dalam menawarkan barang oleh
pedagang dilakukan agar pembeli tertarik akan barang dagangannya
sehingga cepat terjual.
26
P : ibu sudah berapa lama berjualan disini ?
N : sudah tujuh bulan
P : disini pasar nya sudah berapa lama?
N : sudah lama kali la... sejak kita belum lahir pun sudah ada
P : misalkan bu, ada seorang pembeli , ia membeli dengan menawar terlalu
rendah dan sebenarnya yang ditawar dibawah harga asli. Jadi bagaimana
menurut ibu?
N : udah ya sama kayak tadi apa bisa tiga sepulu, ya gak bisa. Gak mungkin
kita marah ya kan itu hak pembeli.
P : misalkan bu, ada pembeli Cuma liat – liat aja, padahal penampilannya ya
seperti mau membeli, tapi tiba – tiba ia lari. Jadi bagaimana menurut ibu
atas pembeli tersebut?
N : ya itu sering banyak ya... ya ibu palingan bilang kalo gak ada niat beli
jangan pegang – pegang.
P : kalau ada pembeli yang terus minta di diskon – diskon itu bagaimana bu?
N : ya ada. Kadang – kadang (bercerita) berapa bu..? tiga sepulo, marilabu...
yang mana? yang ini bu? Gak bisa empat sepulo? Gak dapat dek itu
harga ecerannya tiga sepulo.
Habis tu dia pigi. Tapi ya kita kan masih baru – barulah. Tengok situasi
dulu lah ya kan. Ada juga yang marah – marah.
27
BAB V : PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, disimpulkan bahwa sebagai berikut.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ada, maka disarankan.
1. Bagi yang menjalani matakulaih atau program bahasa Indonesia, agar hasil
penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan pengetahuan bahasa
khususnya bidang sosiolinguistik.
2. Bagi peneliti selanjutnya, perlu diadakannya penelitian lebih lanjut berkaitan
dengan ragam bahasa yang dituturkan pedagang asongan yang bersifat dinamis.
28
DAFTAR PUSTAKA
Mizu, A. Tindak Tutur (Austin & Searle). Dipetik November 8, 2017, dari
https://ambarmizu2013.wordpress.com/sosiolingusitik-tindak-tutur-austin-
dan-searle/.
(t.thn.). Modul 1 : Laras Ilmiah dan Ragam Bahasa. Dalam Bahasa Indonesia
Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah. Program Dasar Pendidikan Tinggi
Universitas Indonesia.
29
Lampiran 1
TRANSKIP DATA
30
27. Keper kepernya mari ya...
28. Kalo anak – anak kuliah kek gini diambil.
29. Kaos – kaosnya bang murah – murah aja nya dua limpol.
30. Ayo – ayo kak beha korsetnya, jangan sayangka uangmu belanja, bulan muda
ini... semangat belanja ya....
31. Pilih bu gak kawe – kawe gak kawe – kawe mari.
32. dah obral bu turun gantungan bu. Ha... nanti digantung –.gantung mahal bu’
e..... sengaja kita main obral
33. bu da la bu, gak jadi pun gak papa. Udah kukasih murah ini karna gak ada
orang.
34. Dah dua limpol lah, berapa kak? Kak sombong kaka ya.... nantilah dua lima
mau kak?
35. Dua lima ayok sayang.
36. Ini bu tas kulit asli, semir aja kalo mau.
37. Murah meriah kak murah cantik mare mare pilihlah pilih pilih
38. Ada ukuran ya.. siapa makek? Abang itu?
39. Kaos – kaos bang murah – murah aja nya dua limpol empat cepek.
40. Bugus tu bu gak ada rusak, kita gak jual rusak. Bukan merek yang kita liat bu
tapi bahan. Indonesia mereknya hebat – hebat tapi tekelupas kulit.
41. Anak – anak dewasa cantek murah, ini jeket ku kakak cantik mare – mare dari
depan kebelakang banyak pilihan, jeket parasut tebal tipis jaktet switer. Ini
kaka turun gantungan kepala – kepalanya kita obral ampat pulo pulo, cuci
gudang....
31
Lampiran 2
32
33