Anda di halaman 1dari 15

Khadeja Naila Amabel Akhmad (00000031440)

Tugas K (Logical Argumentation) – Research Methods

PENELITIAN EKSPERIMENTAL ANTARA PENDUDUK AREA


JEMBATAN HAJI SAIKIN DENGAN LINGKUNGAN KALI
PESANGGRAHAN

I. Latar Belakang
Hunian di bantaran kali merupakan hunian yang berada di pesisir kali, biasanya hunian ini menyebar
secara tidak teratur dan bertumpuk (kumuh). Hunian yang berada di bantaran kali dan menjadi persoalan
yang sering terjadi di wilayah ibukota Indonesia, DKI Jakarta. Rata – rata hunian yang berada di bantaran
kali ini memberi dampak negatif untuk lingkungan sekitar, sering menjadi alasan utama mengapa daerah
DKI Jakarta sering kali banjir pada musim penghujan, selain alasan kontur DKI Jakarta yang memang
lebih rendah dibandingkan wilayah sekitarnya.
Contoh hunian besar di bantaran kali yang mengganggu dan memberi dampak negatif adalah hunian di
bantaran Kali Ciliwung, yang sampai sekarang lingkungan tersebut belum diolah secara menyeluruh
dengan baik. Hunian bantaran kali yang akan menjadi topik penelitian kali ini adalah hunian di bantaran
Kali Pesanggrahan, tepatnya di area jembatan Haji Saikin, Kecamatan Ciputat Timur, Kelurahan Rempoa,
Tangerang Selatan.
Hunian kumuh di bantaran kali Pesanggrahan ini bisa jadi disebabkan oleh masih banyaknya penduduk
yang tidak mempunyai pekerjaan atau pengangguran. Pengangguran menjadi isu penting terutama di
daerah Kota Tangerang Selatan. Menurut BPS Kota Tangerang, jumlah pencari kerja di Kecamatan
Ciputat Timur setiap tahunnya semakin bertambah, karena semakin banyak lulusan yang pendidikannya
sudah tamat. Hunian ini memberi dampak negatif pada lingkungan Kali Pesanggrahan karena pola hidup
dan kebersihan dari penghuni rumah – rumah sekitar bantaran. Ketidakadaan saluran pembuangan limbah
rumah tangga yang baik semakin mempermudah penduduk membuang sampang langsung ke kali.
Bangunan rumah yang dibangun sembarang juga dapat merusak kontur kali.

II. Ulasan Literatur


Jurnal yang diulas sebagai studi literatur penelitian ini adalah; Kajian Desain Rumah Pesisir Pantai di
Kelurahan Bagan Deli melalui Pendekatan Ramah Lingkungan karya Brisco Damaro Cibro dan Irma
Novrianty Nasution (2019), dan Design for Sustainability at Seaside karya Gary Coates (1989).
Jurnal Bagan Deli menggunakan metode descriptive studies dan action research studies. Karena data dan
analisis yang terkumpul dijleaskan secara deskriptik anilitik dan juga melakukan survei langsung ke
tempat, membuat perubahan atau dampak general dengan memberi solusi desain rancangan terhadap
fenomena yang ada. Jurnal ini juga menggunakan paradigma pragmatic karena mereka melakukan
tindakan (survei), membuat masalah penelitian, dan melakukan praktik di kenyataan. Pendekatan yang
dilakukan pada jurnal ini adalah mixed atau campuran kualitatif dan kuantitatif, tepatnya metode pararel
convergent. Kualitatif karena jurnal ini berfokus pada satu fenomena yaitu daerah pesisir pantai Bagan
Deli yang kumuh dan tidak sehat. Kuantitatif karena jurnal berdasarkan survey study, mereka juga
menggunakan sample untuk isi jurnal.
Jurnal Design for Sustainability at Seaside menggunakan metode pendekatan penelitian diagnostic studies
dan descriptive studies. Karena jurnal melakukan penelitian untuk memperdalam pemahaman dengan
cara menganalisis dan mendeskripsikan preseden. Jurnal ini menggunakan pendekatan kualitatif karena
isi jurnal merupakan case study yang disajikan dalam bentuk naratif, yang juga bertujuan untuk
memberikan informasi untuk pembaca (retell).
Jika dibandingkan, kedua jurnal ini bisa dibilang saling menguatkan. Walaupun strategi desain yang
digunakan tiap jurnal mirip, keduanya mempunyai fokus yang berbeda untuk penekanan strategi
desainnya. Fokus strategi desain pada jurnal Bagan Deli adalah memberi solusi desain bagi isu yang
diangkat dengan rancangan rumah baru yang pencahayaan, pengudaraan, serta vegetasi yang lebih baik
untuk rancangan ramah lingkungan. Sedangkan fokus studi desain pada jurnal Design for Sustainability at
Seaside adalah pendetailan strategi pencahayaan, pengudaraan, pemanfaatan kondisi iklim pada preseden.
Sehingga kedua jurnal dapat saling menambah informasi mengenai topik yang sama.

III. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental research, yaitu metode
penelitian yang biasa digunakan untuk mengeksplorasi hubungan sebab – akibat antara dua atau lebih
variabel yang diminati. Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah penghuni atau penduduk
sekitar Jembatan Haji Saikin serta permukimannya dan lingkungan Kali Pesanggrahan. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menyimpulkan hubungan sebab – akibat antara kedua variabel, dan memberi tanggapan
atau saran terhadap kesimpulan tersebut. Pada penelitian ini, peneliti berhipotesis bahwa ‘perilaku
penghuni dan permukiman bantaran kali yang semrawut mempengaruhi lingkungan Kali Pesanggrahan
menjadi kotor dan tidak sehat’. Untuk menguji hipotesis tersebut, peneliti melakukan survey yang akan
dijelaskan pada analisis data. Selain survey, beberapa teori, hukum, dan catatan penelitian orang lain yang
sudah dilakukan sebelumnya akan disajikan untuk menjadi bahan argumentasi kebenaran hasil penelitian.

IV. Analisis Data


- Variabel 1 (Penduduk & Permukiman Bantaran Kali)
Penduduk yang akan diteliti pada penelitian ini adalah penduduk yang tinggal di sekitar Kali
Pesanggrahan.

Tabel 1 (Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan


(Proyeksi Penduduk) Tahun 2018)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Tangerang


Selatan pada tahun 2018, Kelurahan Rempoa mempunyai
jumlah penduduk laki – laki sejumlah 16.727, sedangkan penduduk perempuan sejumlah 16.651.
Sehingga total keseluruhan penduduk di Kelurahan Rempoa kurang lebih berjumlah 33.378 jiwa.
Pada daerah ini masih banyak penduduk yang tidak mempunyai pekerjaan atau pengangguran.
Pengangguran menjadi isu penting terutama di daerah Kota Tangerang Selatan. Menurut BPS Kota
Tangerang, jumlah pencari kerja di Kecamatan Ciputat Timur setiap tahunnya semakin bertambah, karena
semakin banyak lulusan yang pendidikannya sudah tamat. Pola penyebaran hunian juga tidak merata dan
berantakan, sehingga terlihat tidak tertata juga merusak kontur sungai.
Untuk sampel penduduk, peneliti melakukan pengambilan data secara wawancara kepada 2 orang warga
yang tinggal di sekitar Jembatan Haji Saikin. Mereka adalah Salsabila Syahira dan Aviv Yusuf
Suratinoyo. Topik yang dibahas pada wawancara adalah seputar bagaimana pengaruh keadaan lingkungan
hunian di bantaran Kali Pesanggarahan dengan narasumber, seperti apakah memberi dampak yang positif
atau dampak negatif. Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2020, pukul 20.52 WIB.
Sedangkan wawancara kedua dilakukan pada tanggal yang sama, pukul 21.50 WIB. Kedua wawancara
dilaksanakan secara daring atau online melalui telepon.
Narasumber pertama (Salsabila Syahira) berpendapat bahwa hunian di bantaran Kali Pesanggarahan saat
ini sudah lebih tertata dibandingkan sebelumnya, namun setiap setelah ada perbaikan di area tersebut,
penyebaran hunian terus bertambah dan tersebar secara merata sehingga semakin memenuhi bantaran
Kali Pesanggarahan di area jembatan Haji Saikin. Acha mengatakan kalau selain hunian, di tepian kali
tersebut juga terdapat warung dan bengkel yang seharusnya tidak dibangun disana. Perilaku penghuninya
juga tidak bersahabat dengan lingkungan kali, seperti contohnya tukang pisang goreng membuang kulit
pisang dan sampah lainnya langsung ke kali. Bekas oli dan ban yang berasal dari bengkel di tepi sungai
juga langsung dibuang ke Kali Pesanggarahan tersebut. Limbah rumah tangga yang berasal dari hunian
juga dibuang langsung ke arah sungai.
Narasumber kedua (Aviv Yusuf Suratinoyo) berpendapat bahwa hunian di bantaran kali ini memberi
dampak negatif untuk tempat tinggalnya karena setiap musim penghujan, air kali akan naik dan banjir.
Situasi lingkungan di daerah bantaran kali kurang sehat, dan kepekaan warga terhadap lingkungan yang
bersih juga kurang. Aviv berkata, “…kalau mereka buang sampah coba, ke tempat sampah yang betul,
jangan di kali, kali mereka sendiri juga kan yang kena….”.
Berdasarkan data sesuai hasil observasi, kondisi lingkungan hunian di bantaran Kali Pesanggrahan di
daerah sekitar jembatan Haji Saikin ini bisa disimpulkan tidak termasuk lingkungan yang nyaman dan
sehat. Secara keseluruhan hunian di bantaran kali tersebut terlihat kotor, banyak sampah bertumpuk, air
kali – nya cokelat keruh.

- Variabel 2 (Lingkungan Kali Pesanggrahan)


Lingkungan yang diobservasi pada penelitian ini adalah lingkung hunian di bantaran Kali Pesanggrahan,
tepatnya di area jembatan Haji Saikin, Tangerang Selatan. Hal – hal yang diobservasi adalah konteks
lingkungan di area bantaran Kali Pesanggrahan, serta hubungannya dengan penghuni yang tinggal di area
tersebut atau orang – orang yang beraktivitas di lingkungan tersebut. Objek observasi merupakan grup
(penduduk sekitar), dengan tujuan untuk memahami bagaimana penduduk sekitar kali menggunakan
lingkungannya. Observasi dilakukan melalui sudut pandang orang ketiga (outsider atau orang luar), alat
yang digunakan untuk menyimpan data hasil observasi adalah foto, video, serta peta dengan tambahan
diagram.
Hunian di bantaran kali yang diobservasi terletak di bantaran Kali Pesanggrahan, area jembatan Haji
Saikin, Kecamatan Ciputat Timur, Kelurahan Rempoa, Tangerang Selatan. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik Kota Tangerang Selatan pada tahun 2018, Kelurahan Rempoa mempunyai jumlah penduduk laki
– laki sejumlah 16.727, sedangkan penduduk perempuan sejumlah 16.651. Sehingga total keseluruhan
penduduk di Kelurahan Rempoa kurang lebih berjumlah 33.378 jiwa.
Jembatan dan jalan Haji Saikin menjadi jalan ramai yang sering dilalui oleh kendaraan roda empat
maupun roda dua karena merupakan jalan alternatif atau jalan tembus dari rempoa ke daerah ciputat.
Karena daerah yang diobservasi terletak di pinggiran kota Jakarta Selatan, pembangunan pada daerah ini
masih kurang menyeluruh. Jalan trotoarnya terbilang sempit karena lebarnya kurang lebih berukuran 3,5
meter.
Masih banyak kawasan kumuh yang tidak tertata dengan baik, pertumbuhan hunian juga terjadi secara
tidak merata di bantaran Kali Pesanggrahan, tepatnya area sekitar jembatan Haji Saikin. Keadaan fisik
lingkungan bantaran kali dan sekitarnya;
• terlihat kotor,
• air kali kecoklatan dan kotor,
• banyak sampah – sampah yang bertumpukan terlihat di bantaran kali,
• buangan limbah dari rumah di bantaran kali langsung dibuang ke kali,
• tercium bau yang tidak sedap dari arah kali dan pinggirannya,
• berisik oleh suara kendaraan

Gambar 1 (Sumber : galeri pribadi)

Gambar 2 (Sumber : galeri pribadi)


Secara keseluruhan, kebanyakan penduduk yang tinggal di daerah bantaran kali dan sekitarnya bekerja
sebagai penjual makanan, usaha bengkel, berjualan air mineral galon dan gas. Berikut pemetaan
penggunahan lahan daerah sekitar bantaran Kali Pesanggrahan;

Gambar 3 (Sumber : galeri pribadi)

• Daerah hunian yang kumuh terletak di sepanjang bantaran Kali Pesanggarahan, sedangkan daerah
hunian yang lebih rapih dan bagus terletak agak jauh dari Kali Pesanggrahan
• Area yang terletak dekat dengan jalan dijadikan tempat usaha
• Terdapat Tempat Pembuangan Akhir atau TPA di bantaran Kali

Pemetaan secara kasar kegiatan – kegiatan yang terjadi di daerah sekitar Kali Pesanggrahan (jembatan
Haji Saikin) juga dilakukan dan dapat disimpulkan;
1. Terdapat pendopo yang terletak di pinggir kali untuk penduduk bersantai atau anak – anak
bermain.
2. Aktivitas penjual air mineral galon, yang terkadang kendaraan mereka menghalangi jalan
sehingga menghambat lalu lalang kendaraan.
3. Aktivitas bengkel motor yang ramai oleh pelanggan tiap harinya.
4. Salah satu hunian di bantaran Kali Pesanggrahan, anggota keluarganya sering duduk santai di
depan rumahnya.
5. Aktivitas di area usaha (berjualan makanan, tempat makan, berjualan barang, dll).

Gambar 4 (Sumber : galeri pribadi)

Survey
Untuk menguji hipotesis penelitian ini, dilakukan eksperimen survey menggunakan google form yang
ditujukan oleh semua kalangan. Berikut lampiran isi survey;
Berdasarkan survey tersebut, didapatkan responden sebanyak 124 orang dengan hasil sebagai berikut;

Pada pertanyaan pertama, 100% (124 orang) atau seluruh responden memilih gambar yang kedua yaitu
hunian sekitar bantaran kali yang tertata dengan baik, dipasang tembok membuat air kali bersih dan tidak
keruh. Pertanyaan kedua 98.4% (122 orang) responden setuju bahwa perilaku penduduk yang buruk
(seperti membuang sampah/limbah sembarangan ke sungai) mempengaruhi lingkungan kali menjadi
kotor dan tidak sehat, Pertanyaan terakhir menunjukkan 89.5% (111 orang) responden menyetujui bahwa
jika hunian di bantaran kali lebih tertata rapih akan mempengaruhi lingkungan kali menjadi lebih bersih
dan sehat.
Eksperimen survey yang variabelnya sudah ditentukan ini menunjukkan bahwa hipotesis ‘perilaku
penghuni dan permukiman bantaran kali yang semrawut mempengaruhi lingkungan Kali Pesanggrahan
menjadi kotor dan tidak sehat’ itu benar. Hasil data observasi pun menunjukkan bahwa perilaku dan
permukiman memberi akibat pada lingkungan kali. Kondisi kali yang keruh, kotor, bau, dan sebagainya
menggambarkan perilaku penduduk yang sembarangan, menyalahgunakan kali untuk membuang sampah
dan limbah sehingga menyebabkan kali dan bantarannya kotor, berbau tidak sedap, dan aliran air Kali
Pesanggarahan juga terhambat. Akibat perilaku penduduk yang seperti ini, jalanan Haji Saikin dan
sekitarnya yang pada dasarnya konturnya agak rendah, mengalami banjir setiap hujan.
Hujan dengan curah air yang tidak terlalu tinggi sudah menyebabkan air kali setara dengan jalanan di
jembatan, terlebih lagi jika hujan deras jalan Haji Saikin dan sekitarnya akan ditutup karena tidak
memungkinkan untuk kendaraan melewatinya. Hal ini bisa mempengaruhi secara buruk daerah terusan
Kali Pesanggarahan di luar area Haji Saikin yang tentunya luas. Berdasarkan wawancara, warga juga
mengalami dampak negatif dari adanya hunian di bantaran kali ini. Hunian di bantaran kali menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya, terutama banjir. Banjir ini merugikan kedua narasumber
karena menghambat aktivitas masing – masing. Lalu juga berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh
banjir seperti demam, kulit gatal – gatal, dll. Dapat disimpulkan bahwa perilaku penghuni rumah di
bantaran kali berpengaruh dan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitar kali tersebut.

Jurnal, Hukum, dan Teori


Seperti yang sudah dipaparkan pada bagian awal penelitian, terdapat sebuah ulasan dari jurrnal yang
berjudul Kajian Desain Rumah Pesisir Pantai di Kelurahan Bagan Deli melalui Pendekatan Ramah
Lingkungan karya Brisco Damaro Cibro dan Irma Novrianty Nasution (2019). Jurnal ini membahas
kondisi permukiman di Kelurahan Bagan Deli yang memiliki kondisi tidak layak huni, kondisi
lingkungannya kurang sehat, kumuh dan padat. Konstruksi bangunan rumahnya menggunakan material
kayu tetapi tanpa pertimbangan teknis yang berlaku sehingga menyebabkan rumah rentan menjadi rusak.
Selain itu rumah di Bagan Deli memiliki sirkulasi udara yang kurang baik karena tidak tersedia ventilasi
udara dan pencahayaan alami yang cukup.
Dari identifikasi kondisi eksisting rumah - rumah di sekitar Bagan Deli tersebut, jurnal ini memberikan
solusi dalam bentuk rekomendasi desain yang tepat sesuai kriteria rumah ramah lingkungan yang layak
huni. Untuk metode pengumpulan data, mereka melakukan survei dan pengamatan secara langsung ke
lokasi permukiman tersebut, membuat gambar kerja rumah eksisting, studi literatur, serta studi
perbandingan terhadap rancangan rumah ramah lingkungan yang didesain oleh arsitek ternama. Data dan
analisis yang terkumpul dijelaskan secara deskriptik anilitik yang kemudian disimulasikan dalam bentuk
rekomendasi desain 3D.
Jurnal tersebut mempunyai kemiripan fokus penelitian dengan penelitian kali ini, yaitu berfokus dengan
adanya hunian kumuh di bantaran/pesisir yang memberi dampak negatif bagi lingkungan sekitar dan
penghuninya sendiri. Solusi rekomendasi desain yang mereka rancang sama seperti rekomendasi untuk
mengatur kembali hunian di bantaran Kali Pesanggrahan.
Terdapat beberapa hukum dan teori juga yang mengatur mengenai pemukiman bantaran kali/sungai di
Indonesia;
Pemukiman kumuh adalah
permukiman yang tidak layak
huni karena ketidakteraturan
bangunan, tingkat kepadatan
bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan serta
sarana dan prasarana yang
tidak memenuhi syarat.
Perumahan kumuh adalah
perumahan yang mengalami
penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian
Pemukiman kumuh adalah
permukiman yang tidak layak
huni karena ketidakteraturan
bangunan, tingkat kepadatan
bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan serta
sarana dan prasarana yang
tidak memenuhi syarat.
Perumahan kumuh adalah
perumahan yang mengalami
penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian
Pemukiman kumuh adalah
permukiman yang tidak layak
huni karena ketidakteraturan
bangunan, tingkat kepadatan
bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan serta
sarana dan prasarana yang
tidak memenuhi syarat.
Perumahan kumuh adalah
perumahan yang mengalami
penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian
Pemukiman kumuh adalah
permukiman yang tidak layak
huni karena ketidakteraturan
bangunan, tingkat kepadatan
bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan serta
sarana dan prasarana yang
tidak memenuhi syarat.
Perumahan kumuh adalah
perumahan yang mengalami
penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian
Pemukiman kumuh adalah
permukiman yang tidak layak
huni karena ketidakteraturan
bangunan, tingkat kepadatan
bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan serta
sarana dan prasarana yang
tidak memenuhi syarat.
Perumahan kumuh adalah
perumahan yang mengalami
penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian
 Pemukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan,
tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang
tidak memenuhi syarat. Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan
kualitas fungsi sebagai tempat hunian.1
 Menurut Suparlan (2004), kawasan kumuh adalah kondisi hunian rumah dan pemukiman serta
ruang-ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.
 Pemerintah Indonesia sampai sekarang masih melakukan berbagai cara untuk menanggulangi
pemukiman kumuh di bantaran kali/sungai seperti melakukan relokasi untuk warga-warga yang
menghuninya, mendirikan rusun, membangun dinding beton, membersihkan kali/sungai, dll.

V. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kedua variabel (penduduk serta permukiman dan lingkungan Kali
Pesanggrahan) menunjukkan hubungan sebab – akibat yang jelas. Kondisi lingkungan Kali Pesanggrahan
yang kotor, berbau tidak sedap, dan banyak sampah bertumpukan ini menggambarkan perilaku penduduk
yang sembarangan, menyalahgunakan kali untuk membuang sampah dan limbah sehingga aliran air Kali
Pesanggarahan juga terhambat. Akibat perilaku penduduk yang seperti ini, jalanan Haji Saikin dan
sekitarnya yang pada dasarnya konturnya agak rendah, mengalami banjir setiap hujan.
Hampir seluruh responden pada survey juga menyetujui bahwa perilaku penduduk yang buruk (seperti
membuang sampah/limbah sembarangan ke sungai) mempengaruhi lingkungan kali menjadi kotor dan
tidak sehat, dan jika hunian di bantaran kali lebih tertata rapih akan mempengaruhi lingkungan kali
menjadi lebih bersih dan sehat. Berdasarkan wawancara, warga juga mengalami dampak negatif dari
adanya hunian di bantaran kali ini. Hunian di bantaran kali menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan
sekitarnya, terutama banjir. Banjir ini merugikan kedua narasumber karena menghambat aktivitas masing
– masing. Lalu juga berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh banjir seperti demam, kulit gatal –
gatal, dll. Dapat disimpulkan bahwa perilaku penghuni rumah di bantaran kali berpengaruh dan
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitar kali tersebut.
Menurut hukum di Indonesia, kawasan yang seperti ini perlu untuk dibangun kembali karena hunian yang
baik adalah hunian yang tidak merusak lingkungan dan sehat untuk penghuninya. Dari penelitian yang
dilakukan jurnal Kajian Desain Rumah Pesisir Pantai di Kelurahan Bagan Deli melalui Pendekatan
Ramah Lingkungan, berpendapat bahwa hunian seperti ini memang perlu diberi solusi desain yang baru.

1
Undang-Undang Nomer 01 tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Perindustrian
DAFTAR PUSTAKA
Cibro, B.D., & Nasution I.N. (2019). Kajian desain rumah pesisir pantai di kelurahan bagan deli melalui
pendekatan ramah lingkungan. Jurnal Pendidikan Teknik Bangunan dan Sipil, 5, 15-21
Coates, Gary (1989) "Design for Sustainability at Seaside," Oz: Vol. 11. https://doi.org/10.4148/ 2378-
5853.1184
Groat, L., & Wang D (2013). Architectural Research Methods. 2ed. Wiley
Aviva, A., et al. (2019). Penertiban Pemukiman Bantaran Sungai Demi Terciptanya Lingkungan yang
Sehat. Fakultas Huku, Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai