Dosen Pengampu:
Azham Umar Abidin
Anggota Kelompok 3:
Vito Sastra Bintang (18513066)
Alma Rizky Aurellya (18513107)
Wibi Anggriawan (18513124)
Dandi Ikraragara (18513125)
Alfina Nabila (18513129)
Intan Kusuma W. (18513151)
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Tinjauan Pustaka
Sungai Gajah Wong adalah salah satu sungai yang terdapat di kota
Yogyakarta. Bagian hulu berada di lereng Merapi Kabupaten Sleman, sedangkan
bagian hilir berada di Kabupaten Bantul. Sungai Gajah Wong
merupakan ekosisten aquatik yang keberadaannya sangat dipengaruhi oleh
aktivitas atau kegiatan di sekitarnya atau di daerah aliran sungai (DAS).
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta, peruntukkan Sungai Gajah Wong dimasukkan dalam
golongan B, yaitu sebagai sumber air minum dengan diolah terlebih
dahulu. Namun sayangnya, limbah dari proses penyamakan kulit yang
dihasilkan, dibuang ke Sungai Gajah Wong yang mengandung logam berat
krom (Cr) relative tinggi, sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas air
sungai, menimbulkan bau tak sedap, dan menyebabkan timbulnya bibit
penyakit. (Purnomo, 1985).
Sungai gajah wong terletak dekat dengan taman dan pemukiman warga. Kondisi
yang telah diamati yaitu terdapatnya banyak sampah yang tergenang di bagian hulu
karena terhalang oleh ranting-ranting yang menghalangi aliran sungai tersebut. Kami
mengamati pemukiman warga sekitar dan juga aktivitas warga. Sebelum kami melalukan
wawancara dengan warga sekitar sungai gajah wong, kami mengamati aktivitas yang
berada di dekat sungai tersebut. Tenyata ada beberapa warga yang melakukan kegiatan
memancing. Setelah itu kami langsung melakukan wawancara dengan mendatangi salah
satu keluarga yang kebetulan mereka sedang berada di luar rumah. Kami mulai bertanya
dengan keadaan warga sekitar, apakah sering terserang penyakit atau tidak. Mereka
memberikan pernyataan bahwa warga akan terserang penyakit ketika banjir mulai datang
dan pasang air sungai di dekat pemukiman warga. Jarak sungai dengan rumah beliau ini
hanya ±50m. mereka belum mendapatkan sanitasi yang cukup baik, septik tank dan air
bersih. Mereka masih menggunakan sungai sebagai alternatif untuk buang air besar dan
buang air kecil di sungai tersebut. Tetapi sekarang sudah tidak sesering dulu, sekarang
mereka sudah diberi fasilitas kamar mandi umum untuk bersama. Tapi jarak dari rumah
mereka lumayan jauh, jadi apabila mereka tidak bisa menahan untuk buang air besar dan
buang air kecil ke kamar mandi maka mereka langsung menggunakan sungai tersebut.
Untuk air bersih sekarang sudah membaik karena telah di buatkan penampungan bak air
bersih untuk warga sekitar.
Di sungai gajah wong juga terdapat banyak ikan-ikan, karena itu warga sekitar
berbondong-bondong untuk memancing ikan tersebut. Menurut penyataan yang
diberikan, ikan-ikan tersebut berasal dari dinas perikanan yang di berikan kepada mereka
dan melepasnya di ke sungai tersebut. Ikan hasil dari memancing tersebut tidak untuk
dijual, melainkan untuk dikonsumsi sendiri. Sanitasi warga yang dekat sungai juga
langsung di buang ke sungai tersebut, limbah dari aktivitas pemukiman warga langsung
di buang melalui pipa yang mengalir langsung ke sungai tersebut. Padahal banyak warga
sekitar yang melakukan aktivitas di sungai tersebut, seperti memancing.
Ada kejadian pada tahun 2017 terjadinya pencemaran limbah dari pabrik kulit
yang membuang limbahnya ke sungai tersebut. Warga memberikan pernyataan bahwa air
sungai tersebut lama sekali tercemar karena semakin banyak pabrik kulit membuang
limbah ke sungai gajah wong tersebut. Hingga 1pada akhirnya mereka yang berada
disekitaran sungai gajah wong tidak bisa melakukan aktivitasnya seperti biasa. Karena
sudah tercemar air sungainya tersebut maka warga banyak terserang penyakit. Tetapi
tidak lama setelah itu pabrik tersebut dtutup, kejadian pencemaran tersebut berlangsung
selama ±7 bulan lamanya. Proses pemulihan dari sungai tersebut luamayan cepat karena
terbantu oleh musim hujan dan pasang surut.
Ketika musim banjir sungai gajah wong akan mengalami penaikan air sehingga
membuat sanitasi mereka terhambat. Air akan pasang sekitar 80% tetapi tidak sampai
naik ke dasar permukaan rumah warga. Sanitasi yang mereka miliki di alirkan ke sungai
langsung itu akan terhambat karena kenaikan air yang menutupi alirannya sehingga
mengakibatkan tersumbatnya aliran tersebut.
Sanitasi di daerah pemukiman warga sungai gajah wong masih kurang layak, hal
tersebut dikarenakan limbah rumah tangga warga sekitar di alirkan langsung ke
sungai., secara tidak langsung menyebabkan tercemarnya kualitas sungai tersebut.
Berdasarkan hasil dari wawancara yang kami lakukan terhadap warga sekitar, salah satu
warga pernah mengatakan bahwa Dinas Perikanan daerah Yogyakarta tiap tahunnya
memberi berbagai macam bibit ikan ke sungai tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjadi
sumber makanan warga sekitar. Kami kemudian berspekulasi bahwasanya ketika warga
sekitar mengkonsumsi ikan dari sungai tersebut, tidak menutup kemungkinan penyakit
akan timbul. Pada saat musim penghujan kondisi sungai akan mengalami banjir, pada saat
yang bersamaan berbagai macam penyakit dapat ditimbulkan.
- Diare, sakit perut (di akibatkan mengkonsumsi ikan di sungai yang tercemar)
- Gatal – gatal, malaria, kolera, disentri, dll (di akibatkan banjir dan pencemaran air)
Kurang baiknya sanitasi, kurangnya fasilitas kamar mandi untuk MCK warga
setempat yang memaksa mereka harus buang air besar dan buang air kecil di sungai
tersebut. Yang mengakibatkan timbulnya beberapa potensi penyakit yang berdampak
kepada warga sekitaran sungai gajah wong tersebut. Warga juga mengatakan beberapa
keluhan akibat dari masalah tersebut, mereka mengeluhkan beberpa penyakit yaitu DBD;
malaria; gatal-gatal; bahkan demam tinggi akibat pencemaran dari kegiatan warga sekitar.
Kemudian pencemaran air (water born disease) yang terjadi pada tahun 2017
selama ±7 bulan itu mengakibatkan potensi penyakit yang ditimbulkan, salah satunya
diare dan gatal-gatal. Karena warga masih melakukan aktivitas di sungai gajah wong
maka potensi yang ditimbulkan semakin besar karena limbah dari pabrik kulit yang
langsung di buang melalui pengaliran yang menumpuk di sungai gajah wong
menmbulkan bau yang kurang sedap, warna air yang berubah menjadi kuning kecoklatan,
juga banyak ikan-ikan yang mati akibat masalah tersebut. Kemudian ditambah dengan
pembuangan sanitasi yang langsung ke sungai gajah wong, buang air besar dan buang air
kecil yang semakin maraknya warga yang mengalami terserangnya penyakit diare dan
gatal-gatal.
Potensi water born disease akibat masuknya limbah pabrik kulit dan aktvitas
warga yang terjadi secara terus menerus maka akan menimbulkan pencemaran air sungai
gajah wong tercemar. Limbah pabrik kulit dan akibat aktivitas serta ikan yang mati akibat
pencemaran tersebut disungai gajah wong akan mencemari sungai yang akan di gunakan
warga sekitar sungai gajah wong dan akan menyebabkan penyakit diare.
KESIMPULAN